laporan akutansi biaya

54
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS Disusun oleh: 1. Aef Saepul Anwar (A0A011014) 2. Julyta Nurul Astria (A0A011022) 3. Ariyanto (A0A011030) 4. Tita Kurniawati (A0A011034) 5. Maman Fathurrohman (A0A011048) PROGRAM DIPLOMA TIGA AGROBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of laporan akutansi biaya

Page 1: laporan akutansi biaya

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

AKUNTANSI BIAYA

KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA

GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS

Disusun oleh:

1. Aef Saepul Anwar (A0A011014)2. Julyta Nurul Astria (A0A011022)3. Ariyanto (A0A011030)4. Tita Kurniawati (A0A011034)5. Maman Fathurrohman (A0A011048)

PROGRAM DIPLOMA TIGA AGROBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2012

Page 2: laporan akutansi biaya

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA

GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS

Disusun oleh:

1. Aef Saepul Anwar (A0A011014)2. Julyta Nurul Astria (A0A011022)3. Ariyanto (A0A011030)4. Tita Kurniawati (A0A011034)5. Maman Fathurrohman (A0A011048)

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai kelulusan mata kuliah

Akuntansi Biaya pada Program Diploma Tiga Agrobisnis Fakultas Pertanian

UNSOED

Diterima dan disyahkan pada tanggal………………

Purwokerto………………….

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Praktikum Ketua Kelompok,

Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP Maman Fathurrohman

NIP. 195604251986012001 NIM. A0A011048

Page 3: laporan akutansi biaya

SURAT BUKTI PRAKTIKUM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Bapak Sutarno

Jabatan : Pemilik

Nama Perusahaan :UD. Ripin

Alamat perusahaan : Jln. Bougenvil,24 Gerendeng Purwokerto Utara 53122.

Tlpn 085 292 480 478

Berkaitan dengan adanya kegiatan praktikum lapang ke “industri pengolahan kayu di desa gerendeng ” yang merupakan bagian dari mata kuliah Akutansi Biaya, maka dengan ini kami menyatakan bahwa 5 (lima) mahasisawa yang namanya tersebut di bawah ini telah melaksanakan praktikum di perusahaan kami, yang terdiri dari :

1. Aef Saepul Anwar ( A0A011014 )

2. Julyta Nurul Astria ( A0A011022 )

3. Ariyanto (A0A011030)

4. Tita Kurniawati (A0A011034)5. Maman Fathurrohman (A0A011048)

Demikian surat bukti praktikum ini kami buat dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan di ubah dan dipertimbangkan kembali sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini.

Purwokerto, 11 Desember 2012

Pemilik home industri pengolahan kayu

( Bapak Sutarno )

Page 4: laporan akutansi biaya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kebaikannya,

sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan praktikum lapang tersebut laporan

hasil praktikum Akuntansi Biaya untuk analisis kajian “finansial Usaha

Pengolahan Kayu” di kelurahan Grendeng purwokerto utara Kami menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan yang bersangkutan serta kerjasama teman-

teman praktikum ini tidak mungkin dapat terwujud dengan baik. Kami

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP selaku pengampu yang telah memberikan arahan atas

praktikum ini

2. Bpk Sutarno selaku pemilik sekaligus manager usaha pengolahan kayu yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan tentang praktikum yang kami

lakukan.

3. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil, sehingga dapat

terselesaikan laporan praktikum ini.

Besar harapan kami laporan praktikum ini dapat diterima. Sekian kami ucapkan

terima kasih.

Purwokerto, 11 Desember 2012

Tim Penulis

Page 5: laporan akutansi biaya

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...4

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM………………………………….12

BAB IV HASIL PRAKTIKUM……………………………………………13

BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………...22

BAB VI PENUTUP........…………………………………………………...29

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………30

LAMPIRAN………………………………………………………………...31

Page 6: laporan akutansi biaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan, penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa

dengan cara – cara tertentu atau penafsiran. Oleh karena itu diperlukan

akuntansi biaya, dimana akuntansi biaya : Berfungsi untuk mengukur

pengorbanan nilai masukan, Menghasilkan informasi bagi manajemen,

Apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau tidak?

1. Menentukan harga pokok

a. Memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan

- Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan

produk/penyerahan jasa.

- Biaya : biaya historis.

- Tunduk pada prinsip akuntansi.

b. Memenuhi kebutuhan manajemen

- Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan

produk/penyerahan jasa.

- Biaya : biaya historis.

- Tunduk pada prinsip akuntansi.

B. Metode penentuan biaya produksi

Cara memperhitungkan unsur – unsur biaya kedalam cost produksi ada 2

pendekatan

1. Full Costing jangka panjang ( 1 tahun )

Full Costing adalah penentuan Cost produksi dengan

memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi kedalam Cost

produksi baik yang berperilaku Tetap maupun Variabel. Terdiri atas

biaya bahan baku, biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead

pabrik.

2. Variabel Costing jangka pendek ( 1 periode produksi )

Page 7: laporan akutansi biaya

Variabel Costing adalah penentuan Cost produksi dengan

memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi yang

berperilaku Variabel kedalam Cost produksi. Terdiri atas biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya operasional pabrik

Variabel.

C. Menurut perilakunya

a. BOP tetap adalah yang tidak berubah dalam kisaran perubahan volume

kegiatan tertentu.

b. BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan.

c. BOP semi variable adalah yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan tertentu.

D. Persediaan dalam perusahaan manufaktur

a. Persediaan bahan baku ( bahan mentah ) ialah bahan baku yang belum

digunakan dalam proses produksi, biasanya masih tersimpan dalam

gudang BB

b. Persediaan barang ( pabrik ) dalam proses ialah merupakan bahan

( material ) yang belum selesai dalam proses produksi. Elemen barang

dalam proses seperti diatas :

- Biaya Bahan Baku ( BBB )

- Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL )

- Biaya Overhead Pabrik ( BOP )

c. Persediaan Barang ( produk ) jadi ( selesai )

Merupakan barang ( material ) yang sudah selesai diproduksi & telah

siap untuk dijual. Biasanya disimpan dalam gudang barang jadi.

E. Harga Pokok Penjualan

Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang.

Nilai penjualan barang dagang dicatat sebagai penjualan, sedangkan nilai

barang yang sudah terjual dicatat sebagai harga pokok penjualan.

Page 8: laporan akutansi biaya

Harga Pokok Penjualan ( HPP ) adalah harga perolehan barang dagang

yang terjual, yaitu persediaan awal barang dagang ditambah pembelian

bersih dikurangi persediaan akhir barang dagang.

Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara

biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan, sering pula

disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).

Masalah Break-event baru muncul apabila suatu perusahaan disamping

mempunyai biaya variable juga mempunyai biaya teteap.

Manfaat Break-Even point :

1. Menentukan posisi laba/rugi perusahaan.

2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar

perusahaan tidak mengalami kerugian.

3. Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh

keuntungan tertentu.

F. Tujuan praktikum

1. Menyusun pengelompokan biaya berdasarka prilaku biaya,

2. Menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan (keuntungan),

3. Menghitung harga pokok produksi,

4. Menghitung harga pokok penjualan,

5. Menghitung titik impas (break-even piont),

6. Menghitung mergin of safety (MOS),

7. Menghitung shut-down point,

8. Menghitung degree of operating leverage,

9. Menghitung laba kontribusi (kontribusi marjin)

Page 9: laporan akutansi biaya

II TINJAUAN PUSTAKA

a. Biaya

Menurut Hansen dan Mowen (2004:40),biaya didefinisikan sebagai

kas atau nilaie kuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang

atau jasa yang diharapkan memberikanmanfaat saat ini atau di masa yang

akan datang bagiorganisasi.

Menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14), biaya adalah sesuatu

yang berkonotasi sebagai pengurangyang harus dikorbankan untuk

memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba.

Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Biaya dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu:

Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi

dimana penyebab satu-

satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam

kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak

hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya

dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya

overhead pabrik.

Rumus biaya:

TC= FC+VC

Keterangan: TC: Total Cost (biaya)

FC: Fix Cost (biaya tetap)

VC: Variable Cost (biaya variable)

Penerimaan

Page 10: laporan akutansi biaya

Total Revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang

diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu.

Rumus Penerimaan:

TR=PxQ

Keterangan: TR: Total Revenue (penerimaan)

P: Price (harga)

Q: Quantity (kuantitas)

Keuntungan (Laba)

Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal

Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari

pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari

penghasilan atau penghasilan operasi.

Menurut Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi

kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas

kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan

posisi awalnya.

Menurut Suwardjono (2008 : 464), laba dimaknai sebagai imbalan

atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba

merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat

dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa)

Menurut Belkaoui (1993), Laba merupakan suatu pos dasar dan

penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam

berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi

perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman

investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.

Rumus Laba

π=TR−TC

Keterangan: π: Laba / Keuntungan

TR: Total Revenue

TC: Total Cost

Page 11: laporan akutansi biaya

b. Harga Pokok Produksi

Pengertian harga pokok produksi menurut Hansen dan

Mowen dalam bukunya ”Management Accounting” adalah sebagai berikut

: “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang

diseleseikan pada periode tertentu”.(2004 ; 48)

Pengertian harga pokok produksi menurut Supriyono dalam

bukunya ”Sistem Pengendalian Manajemen” adalah sebagai berikut :

“Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau

diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi”. (2002 ;

11)

Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang

diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi

Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang

terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang

setengah jadi”.

Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang

diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi

Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang

terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang

setengah jadi”.

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok

produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan

didalam menentukan harga pokok produksi, yaitu :

a. Full Costing

Page 12: laporan akutansi biaya

Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh

biaya produksi sebagai harga pokok produksi yaitu :

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok

produksi, yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap.

( Mulyadi, 1991,18 )

Penentuan Harga Pokok Produksi

Dengan Pendekatan metode Full Costing

Biaya Bahan Baku XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX

Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX

Biaya Overhead Pabrik Tetap XXX

+

Harga Pokok Produksi XXX

b. Variabel Costing

Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan

biaya-biaya produksi yang bersipat variabel kedalam harga pokok

produksi atau secara keseluruhan dapat didefenisikan sebagai berikut :

Variabel costing adalah penentuan harga pokok yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga

pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.

Penentuan Harga Pokok Produksi

Dengan Pendekatan Metode Variabel Costing

Page 13: laporan akutansi biaya

Biaya Bahan Baku XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX

Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX

+

Harga pokok Produksi XXX

c. Harga Pokok Penjualan

Pengertian harga penjualan menurut Mulyadi (1997:349) dalam

buku yang berjudul “Akuntansi Manajemen” adalah sebagai berikut:

“Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah

permintaan dan penawaran dipasar”.

Harga pokok penjualan menurut Garisson/Norren dalam bukunya

“Akuntansi Manajer” yang diterjemaahkan oleh A. Totok Budisantoso

mengemukakan pengertian haarga jual sebagai berikut: “Harga penjualan

adalah biaya produksi ditambahkan kepersentase mark up atau laba”.

Harga pokok penjualan menurut Gill dan Chatton yang

diterjemahkan oleh Prabaningtyas (2008:15), "Harga pokok penjualan

(HPP), yaitu biaya pembuatan atau hrga pembelian yang melekat pada

produk barang jadi yang dikirim dari pemasok ke pelanggan"

Rumus Harga Pokok Penjualan:

Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih -

persediaan akhir

d. Titik Impas (Break Event Point)

Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari

antara biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan,

sering pula disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).

Page 14: laporan akutansi biaya

Break Event Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak

memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha

dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue(penghasilan) sama

dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan

untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Event adalah suatu

cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak

menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama

dengan nol). (Mulyadi,2001:230)

Break Even Point adalah Posisi dimana perusahaan tidak

memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas

sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk

menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak

perusahaan yang profit center atau mengembankannya.(Darsono

Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:121)

Rumus Break Even Point (BEP)/Impas:

Impas(dalamunit )= BiayaTetapHarga Jual satuan−BiayaVariabel satuan

Impas (dalam rupiah )= BiayaTetap

1−BiayaVariabel

Pendapatan pemjualan

e. Margin of Safety (MOS)

Margin of Safety menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar,

Margin of Safety (batas keselamatan adalah perbedaan antara tingkat

penjualan aktual dengan tingkat penjualan break even. Margin ini

merupakan jumlah dimana penerimaan penjualan bisa turun sebelum

kerugian terjadi, dan seringkali diekspresikan sebagai persentase dari

penjualan yang dianggarkan.( Syahrul dan Muhammad Afdi

Nizar,2000:535)

Page 15: laporan akutansi biaya

Margin of Safety menurut Aliminsyah dan Padji, adalah suatu rasio

yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan dari operasi suatu

perusahaan yang menyangkut kemungkinan timbulnya kerugian atau

permasalahan dalam penjualan produk yang tidak mustahil akan dialami

perusahaan tersebut, dinyatakan dalam persentase.( Aliminsyah dan Padji,

2000:535)

Rumus Margin of Safety(MOS):

MOS=Pendapatan Penjualan−ImpasPendapatan Penjualan

x100%

f. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)

Menurut Darsono dan Ari (2008:125)“Titik penutupan usaha yaitu

informasi yang dibutuhkan oleh manajemen tentang berapa jumlah nilai

penjualan minimum sehingga perusahaan tidak layak untuk dilanjutkan

(atau harus ditutup).’

Menurut Dwi & Rifka (2008:199)”Titik penutupan usaha (shut down

point) adalah titik potong antara garis total biaya dan garis total

penghasilan.”

Rumus Shut-down Point:

ShutdownPoint= BiayaTunaiContribution Margin(% )

g. Degree of Operating Leverage(DOL)

Degree of Operating Leverage yaitu rasio dari perubahan

persentase laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual

atau total pandapatan (Bambang Riyanto, 2000)

Rumus Degree of Operating Leverage(DOL):

Page 16: laporan akutansi biaya

DOL (kali )=Contribution Margin(Rp)Laba Bersih

h. Kontribusi (contribution margin)Laba

Menurut Machfoedz (1996:299) contribution margin adalah sisa

hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi

akan bisa digunakan untuk menutup semua biaya tetap dan setelah biaya

tetap tertutup maka sisanya untuk menghasilkan laba periode yang

bersangkutan.

Menurut Garrison (1997:249) contribution margin adalah jumlah

yang tersisa dari hasil penjualan setelah biaya variabel dikurangkan, yang

dapat digunakan untuk membantu menutup biaya tetap dan kemudian

mendapatkan laba untuk periode yang bersangkutan.

Rumus Laba Kontribusi (contribution margin):

Laba Kontribusi=Pendapatan Penjualan−BiayaVariabelPendapatan Penjualan

Page 17: laporan akutansi biaya

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

a. Lokasi dan waktu praktikum

Lokasi praktikum : Jln. Bougenvile no. 24 kelurahan Grendeng

RT 02 / 04 Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas

Waktu pelaksanaan : Selasa, 11 Desember 2012

b. Metode praktikum :

1. Alat dan bahan

Alat : Alat tulis dan Kamera

Bahan : lokasi usaha pengolahan kayu di “UD Ripin”

2. Prosedur kerja :

Mencari data primer dan sekunder denagn cara melakukan

wawancara secara langsung

c. Jenis dan cara pengambilan data praktikum

Kegiatan praktikum yang kami lakukan adalah secara

berkelompok, yakni terdiri dari 5 orang yang dikoordinator oleh 1 orang

Ketua kelompok dan selebihnya adalah anggota kelompok.

Sedangkan cara pengambilan data praktikum dilakukan secara kolektif

yang terdiri atas data primer dan sekunder, kelompok kami sebagian

berkonsultasi kepada pemilik sebagian pengambilan data dengan cara

mencatat hasil apa yang disampaikan oleh pemilik perusahaan kayu

tersebut.

Page 18: laporan akutansi biaya

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

a. Keadaan umum perusahaan

1. Sejarah Usaha/Perusahaan

Usada Dagang Ripin merupakan usaha pengolahan kayu

yang berdiri sejak tahun 1985 yang didirikan oleh bapak Sutarno,

yang saat itu diawali dengan niatan untuk mengisi waktu luang

dan kegemarannya terhadap proses pengolahan kayu. Dengan

kegemarannya terhadap pengolahan kayu ia memberanikan diri

untuk memulai usaha tersebut dengan bermodalkan satu batang

pohon dan satu tenaga kerja, yang menghasilkan produk utama

berupa sebuah kursi yang dininai oleh masyarakat mempunyai

kualitas dan daya jual yang baik. Sehinga pak sutarno memiliki

semangat untuk mendalami usaha tersebut. Dan usahanya

mengalami kemajuan pada tahun 1992.

UD Ripin adalah perusahaan manufaktur bergerak di

bidang produksi dan pengolahan kayu, khususnya pembuatan

mebel dan aksesoris yang mengintegrasikan nilai estetis,

fungsional dan kenyamanan. “UD R ipin” memproduksi beragam

jenis produk kayu olahan yang dirancang mengacu pada prinsip

desain modern, diantaranya adalah kusen, pintu, jendela, dan

berbagai jenis mebel dan aksesoris.

2. Aspek Produksi

Aspek produksi dari kegiatan pengolahan kayu meliputi,

dari penyediaan bahan baku, diantaranya, kayu jenis Albasia,

Mahoni, dan Akasia, kemudian kayu tersebut diolah hingga menadi

bahan jadi. Dan penyediaan tenaga kerja dalam pengolahannya,

yang berjumlah 15 orang.

Page 19: laporan akutansi biaya

3. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran dari kegiatan “UD Ripin” pada awalnya

melalui mulut ke mulut, sehingga usaha pengolahan kayu “UD

Ripin” berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu, dan

saat ini Usaha Dagang Ripin dapat memasokkan hasil produksinya

sampai keluar kota, seperti kota Cirebon, Jogya, dan Surabaya.

b. Pengelompokan biaya

Tabel 1. Jenis Peralatan yang digunakan untuk Produksi pengolahan

kayu selama 1 bulan di “UD Ripin” November 2012.

No Jenis

peralatan

Jumlah

alat

Harga beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(thn)

Biaya

penyusutan /

bulan (Rp)

1 Mesin serut

kayu

5 5.000.000 2 208.333

2 Mesin kral 1 800.000 3 22.222

3 Mesin bor

kayu

2 2.000.000 3 55.555

4 Mesin

bobok

4 8.000.000 5 133.333

5 Mesin lori 2 70.000.000 10 583.333

Jumlah biaya peralatan 1.002.776

Biaya penyusutan :

Alat serut kayu = Nb−NL

N ҽ =

Rp . 5.000 .000−012 x 2

¿ Rp . 5.000 .00024

= Rp. 208.333/ bulan

Page 20: laporan akutansi biaya

Mesin kral = Nb−NL

N ҽ =

Rp . 800.000−012 x 3

=¿

Rp . 800.00036

= Rp. 22.222,-/ bln

Mesin bor kayu = Nb−NL

N ҽ =

Rp . 2.000 .000−012 x 3

=¿

Rp . 2.000 .00036

= Rp. 55.555,-/ bln

Mesin bobok = Nb−NL

N ҽ =

Rp . 8.000 .000−012 x 5

=¿

Rp . 8.000 .00060

= Rp. 133.333,-/ bln

Mesin lori = Nb−NL

N ҽ =

Rp . 70.000 .000−012 x10

=Rp .70.000 .000120

= Rp. 583.333,-/ bln

Tabel 2. BOP tetap produksi pengolahan kayu selama 1 bulan di“UD

Ripin” November 2012.

No Jenis biaya jumlah Total biaya tetap /

bulan (Rp)

1 Penyusutan peralatan :

a. Mesin serut

kayu

b. Mesin kral

c. Mesin bor

kayu

d. Mesin bobok

e. Mesin lori

f. Pajak usaha

5

1

2

4

2

-

208.333

22.222

55.555

133.333

583.333

300.000

Jumlah tota BOP tetap 1.302.776

Page 21: laporan akutansi biaya

Tabel 3. BOP Variabel Produksi pengolahan kayu selama 1 bulan

di“UD Ripin” November 2012

No Jenis biaya Volume

penggunaan

Harga (Rp) Total biaya

variabel (Rp)

1 Biaya bahan baku

(kayu

albasia,akasia dan

mahoni)

80 kubik

glondongan

1.100.000 88.000.000

2 Tenaga kerja

Langsung

15 HOK 1.200.000 18.000.000

3 Cat kayu 30 kaleng 35.0000 1.050.000

4 Amplas 3 meter 60.000 180.000

5 Biaya pemasaran - - 120.000

6 Biaya telphon - - 50.000

7 Biaya listrik - - 380.000

Jumlah total BOP variabel 107.780.000

Tabel 4. Hasil produksi utama selama 1 bulan di “UD Ripin”

November 2012

No Jenis barang

utama yang di

produksi

Volume hasil

produksi/bulan

Harga

satuan (Rp)

penerimaan (Rp)

1 Meja 50 200.000 10.000.000

2 Kursi 75 200.000 15.000.000

3 Dipan 20 400.000 8.000.000

Page 22: laporan akutansi biaya

4 Lemari 1 pintu 15 1.700.000 22.500.000

5 Lemari 2 pintu 16 2.000.000 32.000.000

6 Meja belajar 25 200.000 5.000.000

7 Pintu 30 500.000 15.000.000

8 Jendela 60 175.000 10.500.000

9 Rak buku 90 80.000 7.200.000

Jumlah total penerimaan produk utama 125.200.000

Tabel 5. Hasil produksi sampingan selama 1 bulan di “UD Ripin”

November 2012

No Jenis produksi

sampingan

Volume hasil

produksi

sampingan/bulan

Harga

(Rp)

Jumlah

penerimaan

(Rp)

1 Kayu bakar 8 box mobil 350.000 2.800.000

2 Serbuk kayu 50 karung 5.000 250.000

Jumlah penerimaan produk sampingan 3.050.000

c. Biaya, penerimaan, Pendapatan

Biaya tetap

o Mesin serut kayu 5 x Rp. 1.000.000 : 24 = Rp.208.333

o Mesin kral 1 x Rp. 800.000 : 36 = Rp. 22.222

o Mesin bor kayu 2 x Rp. 2.000.000 : 36 = Rp. 55.555

o Mesin bobok 2 x Rp. 4.000.000 : 60 = Rp. 133.333

o Mesin lori 2 x Rp. 35.000.000 : 120 = Rp. 583.333

o Pajak Perusahaan Rp. 3.600.000 : 12 = Rp. 300.000

+

Total biaya tetap = Rp 1.302.776

Page 23: laporan akutansi biaya

Biaya Variabel

o Biaya kayu 80 kubik x Rp 1.100.000 = Rp. 88.000.000

o Tenaga kerja 15 HOK x Rp. 1.200.000 = Rp. 18.000.000

o Cat kayu 30 kaleng x Rp. 35.000 = Rp. 1.500.000

o Amplas 3 meter x Rp. 60.000 = Rp. 180.000

o Biaya pemasaran = Rp. 120.000

o Biaya telphon = Rp. 50.000

o Biaya listrik = Rp. 380.000

+

Total biaya variabel = Rp. 107.780.000

Total Biaya (TC)

TC = FC + VC

= Rp. 1.302.776 + Rp. 107.780.000

= Rp. 109.082.776

Total Penerimaan produk utama

TR = Q x P

o 50 meja x Rp. 200.000 = Rp 10.000.000

o 75 kursi x Rp 200.000 = Rp 15.000.000

o 20 dipan x Rp 400.000 = Rp 8.000.000

o 15 lemari 1 pintu x Rp 1.700.000 = Rp 22.500.000

o 16 lemari 2 pintu x Rp 2.000.000 = Rp 32.000.000

o 25 meja belajar x Rp 200.000 = Rp 5.000.000

o 30 pintu x Rp 500.000 = Rp 15.000.000

o 60 jendela x Rp 175.000 = Rp 10.500.000

o 90 rak buku x Rp 80.000 = Rp 7.200.000

Rp 125.200.000+

Page 24: laporan akutansi biaya

Total Penerimaan produk sampingan

o 8 box mobil kayu bakar x Rp 350.000 = Rp 2.800.000

o 50 karung serbuk kayu x Rp 5000 = Rp 250.000

Total penerimaan produksi pengolahan kayu di UD Ripin

= Totap penerimaan dari produk utama + total penerimaan produk

sampingan

= Rp 125.200.000 + Rp 3.050.000 = Rp 128.250.000

Pendapatan (π)

π = TR – TC

= Rp 128.250.000– Rp. 109.082.776

= Rp 19.167.224

d. Harga pokok produksi

Metode Full Costing

Biaya bahan baku = Rp 88.000.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 18.000.000

Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 107.780.000

Biaya Overhead Pabrik Tetap = Rp 1.302.776

Harga pokok produksi = Rp 215.082.776

Metode Varaibel Costing

Biaya bahan baku = Rp 88.000.000

+3.050.000

+

Page 25: laporan akutansi biaya

Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 18.000.000

Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 107.780.000

=Rp213.780.000

Jumlah %

Pendapatan penjualan Rp 128.250.000 100

Biaya variabel Rp 107.780.000 84.04

-

Laba kontribusi Rp 20.470.000 5,96

Biaya tetap Rp 1.302.776 1,02

Laba bersih Rp 19.167.224 14,95

e. Harga pokok penjualan (HPP)

Harga pokok penjualan sama dengan harga pokok produksi karena

tidak ada persediaan akhir.

HPP = Rp 213.780.000 – 0 = Rp 213.780.000

f. Titik Impas ( Break- even Point)

BEP (dalam rupiah )= BiayaTetap

1−BiayaVariabel

Pendapatan penjualan

=1.302.776

1−107.780.000128.250.000

= Rp 8.142.350

g. Margin of Safety

+

-

-

Page 26: laporan akutansi biaya

MOS=Pendapatan Penjualan−ImpasPendapatan Penjualan

x100%

=128.250.000−8.142 .350

128.250 .000x 100 %

= 93,65 %

h. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)

Asumsi biaya tunai dalam pemasaran hasil produk pengolahan kayu

sebesar Rp 700.000

ShutdownPoint= BiayaTunaiContribution Margin(% )

=700.00015,96 %

=Rp 4.385.964

i. Laba Kontribusi

Laba Kontribusi = Penerimaan – Total Biaya Variabel

= Rp 128.250.000 - Rp 107.780.000

= Rp 20.470.000

Page 27: laporan akutansi biaya

BAB V

PEMBAHASAN

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproses bahan mentah

hingga berubah menjadi barang yang siap untuk dipasarkan, semua proses

yang terjadi di “ UD Ripin” umumnya melibatkan berbagai peralatan

modern. Dalam melaksanakan praktikum Akutansi Biaya kami sepakat

untuk mengamati Usaha Dagang Ripin untuk dijadikan sebagai objek

pencarian data keuangan, perusahaan ini mengolah bahan baku kayu

menjadikan hasil produk yaitu meabel atau peralatan rumah tangga.

Pengelompokan biaya dalam UD Ripin terbagi menjadi biaya tetap, biaya

variabel, BOP tetap dan BOP variabel.

Biaya tetap adalah biaya peruahaan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

volume kegiatan perusahaan, baik dalam produksi maupun dalam

penjualan, biaya tetap ini termasuk gaji yang di keluarkan perusahaan

untuk pegawai tetap , pembayaran bunga, sewa, depresiasi, dan biaya

asuransi.

Biaya variabel adalah biaya perusahaan yang besarnya sesuai dengan

volume kegiatan usaha, contohnya biaya bahan baku.

Biaya BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

BOP tetap adalah BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume

kegiatan tertentu.

biaya tetap “UD Ripin” terdiri peralatan seperti : mesin serut kayu, mesin

krall, mesin bor kayu, mesin bobok, mesin lori dan pajak perusahaan.

Biaya variabel “UD Ripin” terdiri dari bahan baku kayu, Tenaga kerja, Cat

kayu, Amplas, Biaya pemasaran, Biaya telphon, Biaya listrik.

Page 28: laporan akutansi biaya

Dalam waktu sekali produksi (1 bulan) Usaha Dagang Ripin

membutuhkan sebanyak 80 kubik glondong kayu, yang akan di jadikan

sebagai meabel atau alat rumah tangga sebanyak 480 buah yang terdiri dari

: meja, kursi, dipan, lemari 1 pintu, lemari dua pintu, meja belajar, pintu,

jendela, dan rak buku. Dalam usahanya” UD Ripin” mempunyai 15 orang.

Selain menghasilkan produk utama meabel atau alat rumah tangga, juga

menghasilkan produk sampingan yaitu berupa serbuk kayu sebanyak 50

karung dan kayu bakar sebanyak 8 box mobil. Dalam waktu sebulan “UD

Ripin” mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 128.250.000 dengan

penerimaan tesebut UD Ripin menghasilkan pendapatan sebesar Rp.

19.167.224.

Harga pokok produksi adalah penjumlahan dari 3 unsur biaya produksi,

yaitu : bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Metode penentuan harga pokok produksi :

a) Full costing

Metode penentuan harga poko produksi yang bembebankan seluruh biaya

produksi sebagai harga poko produksi, yaitu : biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan BOP yang bersifat variabel dan tetap. Usaha

Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode full costing sebesar Rp.

215.082.776.

b) Variabel costing

Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan

biaya produksi yang bersifat variabel kedalam harga pokok produksi atau

secara keseluruhan, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan BOP variabel. Usaha Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode

variabel costing sebesar Rp. 213.780.000.

Titik impas

Page 29: laporan akutansi biaya

  Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu

operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas

(penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk,

perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang

diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan

biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada

waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak

menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan

harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal

tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga

jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas

tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan.

Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam

analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat

menggunakan rumus ini untuk mengetahui:

1.      Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba

2.      Struktur biaya tetap dan variable

3.      Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya

tetap

4.      Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana

perusahaan tidak mengalami laba dan rugi

Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat

membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,

sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan

kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi

keuntungan yang diharapkan melalui penentuan

harga jual persatuan,

produksi minimal,

pendesainan produk, dan lainnya

Page 30: laporan akutansi biaya

Dalam penentuan titik impas  perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah

ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:

Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode

Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat

ditingkatkan

Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap

maupun biaya variable.

 Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak

mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan

penjualan. Total biaya( biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total

penjualan, sehingga tidak terjadi laba dan juga kerugian. Dalam “UD

Ripin” mempunyai titik impas sebesar Rp 8.142.350, dengan titik impas

tersebut artinya apabila pendapatan yang di peroleh “UD Ripin” sebesar

Rp 8.142.350 atau dengan mendapatkan penerimaan penjualan sebesar Rp

penjualan sebesar Rp 188.467.675 ( Rp 190.950.000 – Rp 2.319.433 ).

Dengan titik impas yang dihasilkan pemilik “UD Ripin” dapat

mengetahui :

a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan

tidak mengalami kerugian.

b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan

tertentu.

c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak

menderita rugi.

d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan

volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Break Eveb Point ( BEP ) akan bergeser atau berubah apabila:

1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas

produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC

Page 31: laporan akutansi biaya

dan TC-nya, maskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan

garis TC. Bila Fcnaik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.

2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana

perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost.

Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya.

3. Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan

mempengaruhi miringnya garis total tevenue (TR). Naiknya harga jual per

unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap,

akan menggeser kebawah atau sebaliknya.

4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan

memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau

perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah

tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada

produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah

Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk

maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain

(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi

kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun

akan berubah.

Mos (Margin of safety)

Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan

kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di

masa akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Oleh karena itu adalah tugas manajemen untuk merencanakan masa depan

perusahaan, agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di

masa akan datang telah didasari oleh perusahaan dan telah direncanakan

bagaimana menghadapinya sejak sekarang. Kegiatan pokok manajemen

dalam merencanakan perusahaan adalah mengambil keputusan dalam

memilih perumusan kebijaksanaan.

Page 32: laporan akutansi biaya

Manajer memakai margin pengalaman penjualan (margin of safety) untuk

mengevaluasi kegiatan atau operasinya saat itu atau untuk mengukur

resiko rencana bisnis baru. Semakin rendah margin of safety dari sebuah

usaha, maka semakin tinggi resikonya. Sebaliknya semakin tinggi margin

of safety penjualannya, maka semakin rendah tingkat resikonya.

Ukuran yang sering kali dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen

suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Dimana laba

perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

1. Volume penjualan

2. Harga Jual Pokok

3. Biaya.

Apabila volume penjualan berubah sedangkan faktor-faktor yang lain

(harga jual, ratio biaya variable, biaya tetap) tidak berubah maka perolehan

laba juga akan berubah. Apabila harga jual per unit mengalami perubahan,

sedangkan volume penjualan, biaya variable per unit, dan biaya tetap tidak

berubah, maka perubahan laba akan juga mengalami perubahan.

Sedangkan apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubah

sedangkan volume penjualan dan harga jual per unit tidak berubah, maka

perolehan laba juga akan mengalami perubahan.

Margin of safety adalah jarak dari penjualan nyata dengan tingkat break

even (BE). Margin of safety merupakan hubungan antara volume

penjualan yang dibudgetkan dengan volume penjualan pada titik impas.

Apabila volume penjualan pada titik impas telah diketahui dan kemudian

dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan, maka,dapat diketahui

batas keamanan yaitu berapa besar volume penjualan boleh turun asal

perusahaan tidak menderita kerugian.

Page 33: laporan akutansi biaya

SHUT DOWN POINT adalah suatu titik di mana pada kondisi itu jika

proses dijalankan maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba tetapi

juga tidak menimbulkan kerugian. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di

bawah titik Shut Down Point maka pabrik akan mendapatkan rugi.

Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika

pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya

tunainya.diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp.

1.302.776 merupakan biaya tunai, titik penutupan usaha sebesar Rp.

4.385.964 . Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar Rp.

4.385.964, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan

karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan

perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.

Laba Kontibusi

Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel

Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya

tetap & menghasilkan laba.

Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang

diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk

menghasilkan laba.

Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi

dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit

dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce

resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai

macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan

landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan

laba tertinggi.

Page 34: laporan akutansi biaya

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Usaha pengolahan kayu pada “UD Ripin” dalam satu kali periode

produksinya membutuhkan sebanyak 80 ubik glondongan yang

akan dijadikan sebagai bahan utama untuk pembuatan mebel dan

aksesoris seperti : meja, kursi, lemari dll, dimana pada awalnya

pemasarannya dari mulut kemulut, hingga akhirnya “UD Ripin”

dapat berkembang pesaat dengan seiring berjalannya waktu.

Biaya yang dibutuhkan dalam satu kali periode produksi

pengolahan kayu di “UD Ripin” sebesar Rp 109.082.776 denagn

penerimaan penjualan sebesar Rp128.250.000, sehhingga dalam

satu kali poroduksi “UD Ripin” mendapatkan keuntungan atau laba

bersih sebesar Rp 19.167.224.

Berdasarkan perhitungan BEP ( Break-even Point ) pada “UD

Ripin” sebesar Rp 8.142.350, margin of safety pada “UD Ripin”

93,65 % , Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) Rp 4.385.964,

Laba Kontribusi = Rp 20.470.000.

B. Saran

Sebaiknya dalam pemasaran hasil produksi yaitu meabel bisa

memanfaatkan teknologi moderen seperti membuat akun bloger

yang memuat usaha tersebut, sehingga dalam pemasaranya

tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga tidak

dapat menutup kemungkinan dapat menerima order dari luar kota

maupun luar pulau yang dapat mempengarhui tingkat pendapatan.

Page 35: laporan akutansi biaya

DAFTAR PUSTAKA

http://mbegedut.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-harga-pokok.html

http://celicarose.wordpress.com/2010/04/30/artikel-akuntansi/

http://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/13/konsep-laba-income-concept/

http://nneuivnieghina.wordpress.com/2011/12/29/hubungan-margin-kontribusi-

dengan-perencanaan-laba-perusahaan/

Page 36: laporan akutansi biaya

LAMPIRAN