Laporan Akhir Seismik
description
Transcript of Laporan Akhir Seismik
Laporan Akhir Praktikum Geofisika II
Metode Seismik Refraksi
Nama : Faris Suhada
NPM : 1401710120020
Hari/Tanggal : Rabu
Waktu : 08.00 - 10.00
Dosen : Bambang Wijatmoko, S.Si., M.Si
Asisten : R. Herwindo W.
LABORATORIUM GEOFISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Faris Suhada
NPM : 1401710120020
Hari/Tanggal : Rabu
Waktu : 08.00 - 10.00
Dosen : Bambang Wijatmoko, S.Si., M.Si
Asisten : R. Herwindo W.
AKTIFITAS LAP. AKHIR
Jatinangor, 25 Maret 2015Asisten
INTISARI
Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan
banyak digunakan di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik
mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam menentukan struktur
geologi. Metode seismik dikategorikan kedalam dua bagian yaitu seismik
refraksi(seismik bias) dan seismik refleksi (seismik pantul). Metode seismik
refraksi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai struktur geologi
bawah permukaan. Metode ini didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang
mengalami refraksi dengan sudut kritis yaitu bila dalam perambatannya,
gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan
lapisan yang di bawahnya, yang mempunyai kecepatan gelombang lebih besar.
Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada masing –
masing geophone.
Pada praktikum kali ini praktikan mempelajari tentang akuisisi data dan
pengolahan data seismik refraksi. Seismik refraksi digunakan untuk menentukan
struktur geologi dangkal. Untuk dapat menginterpretasikan struktur bawah
permukaan perlu dilakukan pengolahan data terlebih dahulu. Pengolahan data
seismik refraksi yang digunakan adalah metode intercept time dan metode
Hagiwara
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1. Melakukan akuisisi seismik refraksi.
2. Mengolah data menggunakan metode intercepted time dan metode
Hagiwara.
3. Menentukan cepat rambat gelombang seismik.
4. Menentukan kedalaman lapisan titik pengukuran.
1.2. Alat dan fungsi
1. Alat seismik refraksi seismograph
Berfungsi sebagai alat untuk merekam dan membaca data dalam
pengukuran menggunakan metode seismik refraksi.
2. Kabel rol
Berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan alat seismograph dengan
geophone.
3. Geophone
Berfungsi sebagai alat untuk menangkap respon getaran dari sumber
getaran.
4. Palu hammer
Berfungsi sebagai alat yang menghasilkan sumber getaran dengan cara
dipukulkan ke permukaan bumi.
5. Plat baja
Berfungsi sebagai tempat untuk memukulkan palu hammer yang
diletakkan di atas permukaan bumi.
6. GPS
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur koordinat letak masing-masing
geophone pada lokasi pengukuran.
7. Alat tulis
Berfungsi sebagai alat untuk mencatat dan melakukan pengolahan data.
8. Kertas milimeter blok
Berfungsi sebagai media untuk menggambarkan grafik dari data yang
diperoleh pada saat akuisisi di lokasi pengukuran.
9. Komputer atau laptop
Berfungsi sebagai perangkat media untuk melakukan pengolahan data.
10. Perangkat lunak (software)
Berfungsi sebagai perangkat lunak yang dibutuhkan dalam pengolahan
data dan interpretasi data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metode Seismik
Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika yang mempunyai
ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur geologi di
bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode seismik
dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu seismik bias dangkal (head wave or
refracted seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik refraksi efektif
digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal, sedangkan seismik
refleksi untuk struktur geologi yang dalam.
Metode seismik pada dasarnya dapat digambarkan yaitu suatu sumber
gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat
elastik, maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi
dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian
dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Di
permukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor
(geophone) yang disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil
line), kemudian direkam oleh alat yang bernama seismograph. Dengan
mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dengan sumber
ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan
berdasarkan variasi besarnya kecepatan penjalaran gelombang seismik.
2.2. Konsep Dasar Metode Seismik
Gelombang seismik yang menjalar ke bawah permukaan bumi memiliki
sifat dan karakteristik yang memenuhi konsep fisika, seperti hukum pembiasan
dan pemantulan. Adapun beberapa hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan
pembiasan gelombang seismik adalah sebagai berikut.
a. Asas Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan
tersingkat waktu penjalarannya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.1.
Gambar 2.1. Asas Fermat
Gambar 2.1. memperlihatkan sumber gelombang yang ditunjukkan
dengan simbol bintang menghasilkan gelombang yang menjalar ke segala
arah. Jika gelombang tersebut melewati sebuah medium yang memiliki
variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan
cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona
kecepatan rendah.
b. Prinsip Huygens
“Titik-titik yang dilewati gelombang akan menjadi sumber
gelombang baru”. Muka gelombang yang menjalar menjauhi sumber
adalah superposisi muka gelombang – muka gelombang yang dihasilkan
oleh sumber gelombang baru tersebut, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Prinsip Huygens
Gambar 2.2. menerangkan fenomena fisik pada pergerakan partikel
yang terjadi pada muka gelombang. Partikel-partikel tersebut bergerak dari
keadaan setimbang, sehingga akan terjadi gaya elastik di daerah
sekelilingnya yang menggerakkan partikel lainnya menyebabkan timbul
muka gelombang baru. Penjalaran gelombang yang terjadi di medium
merupakan interaksi antara gangguan dan reaksi sifat elastik.
c. Hukum Snellius
Pada bidang batas antara dua medium gelombang seismik akan
dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan, memenuhi persamaan snellius
sebagai berikut.
sin isin r
=V 1
V 2
Gambar 2.3. Hukum Snellius
Dengan i adalah sudut datang, r adalah sudut bias, V1 dan V2
adalah kecepatan gelombang pada medium 1 dan medium 2.
d. Sudut Kritis
Sudut datang yang menghasilkan gelombang bias sejajar dengan
bidang batas lapisan dan tegak lurus terhadap garis normal (r = 90o).
Gambar 2.4. Sudut kritis
2.3. Metode Seismik Refraksi
Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui
bidang batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan
terjadi pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah
gelombang kompresi (gelombang P), maka terjadi empat gelombang yang berbeda
yaitu, gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1), gelombang P-
refraksi (PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari Hukum Snellius yang diterapkan
pada kasus tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut.
V P1
sin i=
V P1
sin θP
=V S 1
sin θS
=V P2
sin rP
=V S 2
sin rS
dengan:
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
Gambar 2.5. Pemantulan dan pembiasan gelombang
Prinsip utama metode seismik refraksi adalah penerapan waktu tiba
pertama gelombang P, baik gelombang langsung maupun gelombang refraksi.
Mengingat kecepatan gelombang P lebih besar daripada gelombang seismik
lainnya maka kita hanya memperhatikan gelombang P. Dengan demikian antara
sudut datang dan sudut bias menjadi:
sin isin r
=V 1
V 2
Pada pembiasan sudut kritis r = 90o sehingga persamaan menjadi:
sin i=V 1
V 2
Hubungan ini digunakan untuk menjelaskan metode pembiasan dengan
sudut datang kritis. Gambar 2.5. memperlihatkan gelombang dari sumber S
menjalar pada medium V1, dibiaskan kritis pada titik A sehingga menjalar pada
bidang batas lapisan. Dengan menggunakan Prinsip Huygens pada bidang batas
lapisan, gelombang ini dibiaskan ke atas setiap titik pada bidang batas itu
sehingga sampai ke detektor P yang ada di permukaan. Seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.6. sebagai berikut.
Gambar 2.6. Pembiasan dengan sudut kritis
Jadi gelombang yang dibiaskan di bidang batas yang datang pertama kali
di titik P pada bidang batas di atasnya adalah gelombang yang dibiaskan dengan
sudut datang kritis.
2.4. Interpretasi Data Seismik Refraksi
Secara umum metode interpretasi data seismik refraksi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay time
method dan wave front method. Metode interpretasi yang paling mendasar dalam
analisis data seismik refraksi adalah intercept time.
Metode intercept time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang
merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.7. sebagai berikut.
Gambar 2.7. Kurva travel time pada dua lapis sederhana dengan bidang batas
paralel
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang menjalar dengan kecepatan
lapisan di bawahnya V2. Skema penjalaran gelombang pada bidang batas antar
lapisan ditunjukkan pada Gambar 2.8. sebagai berikut.
Gambar 2.8. Sistem dua lapis sederhana dengan bidang batas paralel
Waktu rambat gelombang bias pada Gambar 2.8. dapat diperoleh dari
persamaan di bawah ini.
T= AB+CDV 1
+ BCV 2
Dengan T adalah waktu yang ditempuh gelombang seismik dari titik tembak (A)
sampai ke geophone (D), AB adalah jarak dari titk A ke titik B, CD merupakan
jarak dari titik C ke titik D, BC adalah jarak dari titik B ke titik C, V1 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan 1 dan V2 adalah kecepatan gelombang pada
lapisan 2. Dari persamaan T sebelumnya dapat diperoleh persamaan di bawah ini.
T=2Z1
V 1cos α+
x−2 Z1 tan α
V 2
T=2 Z1[ 1V 1cos α
− sin αV 2cos α ]+ x
V 2
T=2 Z1[V 2−V 1sin α
V 1 V 2cos α ]+ xV 2
x
Pada Gambar 2.8. memperlihatkan Z1 adalah kedalaman pada lapisan 1, α
adalah sudut antara garis gelombang datang dengan garis normal serta dapat
diartikan sudut antara garis gelombang bias dengan garis normal dan variabel x
adalah jarak antara titik tembak (A) dengan geophone (D).
Berdasarkan Hukum Snellius bahwa pada sudut kritis berlaku sin α=V 1
V 2 ,
sehingga persamaan sebelumnya dapat dituliskan sebagai berikut.
T=2 Z1 V 1[ 1sin α
−sin α
V 1V 2cos α ]+ xV 2
T=2 Z1 V 1[ 1−sin2αV 1V 2sin α cosα ]+ x
V 2
T=2 Z1cos2α
V 2sin α cosα+ x
V 2
T=2 Z1cos α
V 1
+ xV 2
Bila x = 0 maka akan diperoleh Ti dan nilai tersebut dapat diketahui pada
kurva waktu terhadap jarak yang disebut sebagai intercept time. Kedalaman
lapisan pertama ditentukan dengan menuliskan persamaan di atas menjadi
persamaan berikut.
Z1=T i V 1
2 cos α
dengan Ti disebut dengan intercept time. Apabila α=sin−1[V 1
V 2], maka persamaan
kedalaman lapisan pertama sebelumnya dapat dituliskan kembali menjadi
persamaan berikut.
Z1=T i V 1
2cos [sin−1 V 1
V 2]
Jika, cos α=((V 2
2−V 12 )
12 )
V 2
, maka:
Z1=T iV 1 V 2
2√V 22−V 1
2
Gambar 2.9. Kurva travel time pada sistem tiga lapis dengan V1 adalah
gelombang pada lapisan pertama dan V2 adalah kecepatan gelombang pada
lapisan kedua
Pada Gambar 2.9., Ti1 dan Ti2 berurut-urut merupakan intercept time pada
gelombang bias yang pertama dan kedua. Untuk kedalaman lapisan kedua akan
diperoleh suatu persamaan berikut.
Z2=[T i2−2 Z1
V 1 V 3√ (V 2 )2−(V 1 )2] V 2 V 3
2√(V 3 )2+(V 2)2
dengan Ti2 adalah intercept time pada gelombang bias yang kedua. Dari
persamaan penentuan kedalaman lapisan pertama dan kedua, dapat digambarkan
penampang struktur lapisan bawah permukaan seperti pada Gambar 2.10. sebagai
berikut.
Gambar 2.13 Skema sistem tiga lapis, dengan V1, V2 dan V3 berturut-urut adalah
kecepatan gelombang pada lapisan pertama, kedua dan ketiga, Z1 adalah
kedalaman pada lapisan pertama, dan Z2 adalah kedalaman pada lapisan kedua
Kecepatan penjalaran gelombang seismik pada lapisan batuan bawah
permukaan berbeda-beda, tergantung sifat fisis yang dimiliki oleh tiap lapisan
batuan.
2.5. Interpretasi Data Seismik Refraksi dengan Metode Hagiwara
Jika v1 dan v2 menyatakan kecepatan propagasi gelombang pada lapisan
atas dan lapisan dibawahnya dari suatu struktur perlapisan dan i adalah sudut
refraksi kritisnya menurut Snellius, maka propagasi gelombangnya menurut
Hagiwara dapat digambarkan sebagai berikut.
A P B
hA hP hB
i i R i i
A’ A” P’’ P’ p’’’ B’’ B’
Gambar 2.14 Konfigurasi untuk Hagiwara
Titik A dan B adalah titik tembak atau sumber (shot point) sedang titik P adalah
penerima. Lintasan gelombang refraksi dari A ke P adalah A-A”- P” – P dan
lintasan dari B ke P adalah B – B” – P”’ – P dengan menggunakan garis tegak
lurus P’R dari P”-P’- P”’ akan diperoleh:
RP } over {{v} rsub {1}} = {RPv1 sin i
= P P'} over {{v} rsub {2}} karen {PP'} over {{v} rsub {1}} = {PR} over {{v} rsub {1}} + {RPv1
=hp cos i❑
v1
+P ' P } over {{v} rsub {2}¿
Dengan cara yang sama juga didapatkan:
PP ' } over {{v} rsub {1}} = {{h} rsub {p} {cos {i}} rsub <?>} over {{v} rsub {1}} + {P'P 'v2
AA } over {{v} rsub {1}} = {{h} rsub {A} {cos {i}} rsub <?>} over {{v} rsub {1}} + {A'Av2
BB } over {{v} rsub {1}} = {{h} rsub {B} {cos {i}} rsub <?>} over {{v} rsub {1}} + {B'B 'v2
Bila travel time gelombang bias dari shot point A ke P dinotasikan dengan TAP
dan travel time dari shot point B ke P dinotasikan TBP serta travel time dari A ke B
atau sebaliknya dengan TAB = TBA maka diperoleh:
T AP=AA } over {{v} rsub {1}} + {A P } over {{v} rsub {2}} + {P P
v1
=hA cos i
v1
+hP cos i
v1
+ A ' P 'v2
T AP=hA cos i
v1
+ A ' A } over {{v} rsub {2}} + {{h} rsub {P} cos {i}} over {{v} rsub {1}} + {P'Pv2
+ A P 'v2
TAP=¿
hA cos iv1
+hPcos i
v1
+A' P '
v2
¿
T BP=BB} over {{v} rsub {1}} + {B P '} over {{v} rsub {2}} + {P' P
v1
=hB cos i
v1
+hP cos i
v1
+ B ' P 'v2
T AP=AA } over {{v} rsub {1}} + {A B } over {{v} rsub {2}} + {B B
v1
=hA cos i
v1
+hB cos i
v1
+ A ' B 'v2
T AP+T BP=2hP cos i
v1
+T AB
Akhirnya di peroleh :
hp=v1
2 cos i[T AP+T BP−T AB ]
Nilai v1 diproleh dari travel time gelombang langsung dekat titik tembak dan TAP,
TBP, dan TAB diperoleh secara langsung dari pengamatan. Oleh karena itu, kualitas
pencuplikan data harus diperlukan. Namun, cosinus i belum bisa ditentukan
karena v2 belum diketahui. Jika v2 dapat diketahui maka kedalaman hP dibawah
titik penerima P dapat dihitung. Untuk menghitung v2 tinjau T’AP yang dinyatakan
oleh persamaan:
T ' AP=T AP−(T AP+T BP−T AB )
2
selanjutnya akan diperoleh :
T ' AP=hA cos i
v1
+ A ' P 'v2
Karena A’P’ vertical terhadap A dan P, maka A’P’ = X, maka
T ' AP=hA cos i
v1
+ xv2
merupakan persamaan linier untuk x . Jika diambil X sebagai Absis dan T’AP
sebagai ordinat maka :
ddx
(T ' AP )= 1v2
Dengan cara yang sama akan diperoleh:
T 'BP=T BP−(T AP+T BP+T AB )
2
T 'BP=hB cos i
v1
+ xv2
sehingga
ddx
(T 'BP )= 1v2
Dengan menggunakan nilai v2maka nilai cosines dapat dihitung pada x = 0, T’AP
dan T’BP didefinisikan masing – masing sebagai ’A dan ’B ,sedemikan hingga
dapat ditulis sebagai :
τ A' =
hA cos i
v1
τ B' =
hB cos i
v1
dimana hA dan hB menyatakan kedalaman pada shot point A dan B. Pada gambar
di bawah kurva T’AP yang memotong ordinat di titik A dinyatakan dengan ’A dan
kurva T’BP yang memotong ordinat B dinatakan dengan ’B. selanjutnya akan
diperoleh :
hA=v1 τ A'
cos idan hB=
v1τ B'
cos i 14
Cara tersebut di atas dapat digunakan untuk menghitung kedalaman di setiap titik
amat (lokasi geophone). Selanjutnya untuk titik tembakan B akan diperoleh:
T 'BP=T BP−(T AP+T BP−T AB )
2
(T AP+T BP−T AB )2
=T AP−T ' AP=T BP−T 'BP
hp=v1
cos i(T AP−T ' AP ) atau hp=
v1
cos i( T BP−T 'BP )
BAB III
METODE DAN AKUISISI DATA SEISMIK REFRAKSI
3.1 Akuisisi Data Seismik Refraksi
Pada praktikum seismik refraksi ini pengambilan data dilakukan dengan
susunan konfigurasi peralatan geophone dan sumber gelombang diletakkan pada
satu garis lurus (line seismic). Panjangnya lintasan yaitu 42 m dengan jarak spasi
geophone 2 m. Sumber (shooting point) menggunakan palu seismik untuk
menghasilkan gelombang seismik. Pengambilan data dilakukan dengan cara
forward dan backward. Hasil dari akuisisi data seismik refraksi berupa waktu
gelombang diterima oleh geophone.
3.2 Metode Pengolahan Data Seismik Refraksi
Metode yang digunakan dalam mengolah data seismik refraksi yaitu metode
intercept time dan metode Hagiwara. Metode ini merupakan metode interpretasi
dasar yang bisa digunakan untuk interpretasi seismik. Metode intercept time
mampu memberikan hasil yang memadai atau dapat memberikan kesalahan relatif
yang cukup kecil. Metode Intercept Time adalah metode T-X (waktu terhadap
jarak) yang merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar.
Metode Intercept Time hanya memberikan nilai di 4 titik yaitu titik gelombang
seismik langsung, dan titik kritis. Selain metode Intercept Time, terdapat metode
Hagiwara. Metode ini merupakan metode waktu tunda yang berdasarkan asumsi
bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar. Kelebihan metode
Hagiwara dibandingkan dengan metode Intercept Time yaitu metode Hagiwara
dapat menentukan kedalaman di setiap titik geophone dan lapisan bawah
permukaan dapat ditampilkan mengikuti kontur bawah permukaan itu.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
Tabel. 4.1. Data Seismik Refraksi Line DC
X (m) 0 5 10 15 20 25 30 35 40
T DP (maju) D 26 36 44 48 62 76 84 90
Gain - - - - - - - - -
TCP (mundur) 10
0
90 88 76 72 56 38 28 C
Gain - - - - - - - - -
Tabel. 4.2. Data Seismik Refraksi Line AD
X (m) 0 5 10 15 20 25 30 35 40
TAP (maju) A 24 36 42 52 58 74 80 86
Gain - - - - - - - - -
TDP (mundur) 88 84 84 74 54 46 44 30 D
Gain - - - - - - - - -
Tabel data diatas adalah hasil akuisisi data seismik refraksi, data tersebut masih
dalam satuan meter dan milisekon, sebelum dapat diolah lebih lanjut perlu diubah
terlebih dahulu kedalam satuan sekon.
Tabel 4.3 Konversi data ke sekon Line DC
Line DC FT Line DC BW
no offset time (ms) time (s) no offset time (ms) time (s)
1 0 0 0 1 0 100 0.1
2 5 26 0.026 2 5 90 0.09
3 10 36 0.036 3 10 88 0.088
4 15 44 0.044 4 15 76 0.076
5 20 48 0.048 5 20 72 0.072
6 25 62 0.062 6 25 56 0.056
7 30 76 0.076 7 30 38 0.038
8 35 84 0.084 8 35 28 0.028
9 40 90 0.09 9 40 0 0
Tabel 4.4 Konversi data ke sekon Line AD
Line AD FT Line AD BW
no offsettime
(ms)time (s) no offset
time
(ms)time (s)
1 0 0 0 1 0 88 0.088
2 5 24 0.024 2 5 84 0.084
3 10 36 0.036 3 10 84 0.084
4 15 42 0.042 4 15 74 0.074
5 20 52 0.052 5 20 54 0.054
6 25 58 0.058 6 25 46 0.046
7 30 74 0.074 7 30 44 0.044
8 35 80 0.08 8 35 30 0.03
9 40 86 0.086 9 40 0 0
Setelah dikonversi data tersebut diolah menggunakan metode intercept time dan
metode Hagiwara.
4.1. Metode intercepted time.
4.1.1 Membuat Kurva Travel Time Pemisahan Gelombang Langsung dan Bias
Gambar 4.1. Kurva Travel Time Line DC
Gambar 4.2. Kurva Travel Time Line AD
4.1.2 Menentukan Nilai V1, V2 , Ti, Tk dan cos Ө
Untuk menentukan V1 dan V2 untuk masing-masing line dapat dilakukan
dengan persamaan sebagai berikut.
V 1=1
mlangsung
danV 2=1
mbias
Sedangkan Ti dapat diperoleh dari nilai c pada persamaan gradient garisnya.
y=mx+c
Nilai cos Ө diperoleh dengan persamaan:
cosθ=sin−1(V 1
V 2)
Sedangkan Tk didapat dari perpotongan garis trendline bias dan langsung.
Tabel 4.5 Nilai V1, V2, Ti dan Tk line AD
V1
TAD
208.333
3
V1
TDA
166.666
7
V2
TAD
555.555
6
V2
TDA
588.235
3
Ti 0.0169 Ti 0.0932
Tk 0.025 Tk 0.035
Tabel 4.6 Nilai V1, V2, Ti dan Tk line DC
V1
TAB
192.307
7
V1
TBA
178.571
4
V2
TAB
526.315
8
V2
TBA
526.315
8
Ti 0.0146 Ti 0.1032
TK 0.024 TK 0.04
Tabel 4.6 Nilai V1, V2, Ti dan Tk line DC
Line DC Line AD
Forwar
d Backward Forward Backward
Cos Ө 0.930857 0.940683 0.927025 0.959021
4.1.3. Menentukan Kedalaman Lapisan Pertama dan Kedua
Kedalaman lapisan pertama dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan:
h1=Ti V 1
2cosθdan h2=
Ti V 1V 2
2√V 12−V 2
2
Tabel 4.6. Hasil Kedalaman Lapisan Pertama dan Kedua
Line DC Line AD
Forwar
d Backward Forward Backward
h1 (m) 1.508123 9.795311 1.898996 8.098532
h2 (m) 2.479106 3.796632 2.809166 3.041294
4.2. Metode Hagiwara
4.2.1. Membuat Kurva Travel Time Pemisahan Gelombang Langsung dan Bias
Gambar 4.3. Kurva Travel Time Line AD
Gambar 4.4. Kurva Travel Time Line DC
4.2.2. Menentukan TAB dan V1
Untuk menentukan V1 :
V 1=1
mlangsung
danV 2=1
mbias
Tabel 4.7 Nilai V1
Line DC Line AD
Forwar
d Backward Forward Backward
V1 192.3077 178.5714 208.3333 166.6667
Tabel 4.8 Nilai TAB
TAB AD 0.087
TAB DC 0.095
4.2.3. Menghitung harga T’AP dan T’BP untuk setiap harga TAP dan TBP
T ' AP=TAP−(TAP+TBP−TAB )
2
T ' BP=TBP−(TAP+TBP−TAB )
2
Tabel 4.9 Nilai T’AP dan T’BP Line DC
TAP TBP T'AP T'BP
0 0.1 0.0005 0.0975
0.026 0.09 0.0155 0.0795
0.036 0.088 0.0215 0.0735
0.044 0.076 0.0315 0.0635
0.048 0.072 0.0355 0.0595
0.062 0.056 0.0505 0.0445
0.076 0.038 0.0665 0.0285
0.084 0.028 0.0745 0.0205
0.09 0 0.0855 0.0095
Tabel 4.10 Nilai T’AP dan T’BP Line AD
TAP TBP T'AP T'BP
0 0.088 0.0005 0.0875
0.024 0.084 0.0135 0.0735
0.036 0.084 0.0195 0.0675
0.042 0.074 0.0275 0.0595
0.052 0.054 0.0425 0.0445
0.058 0.046 0.0495 0.0375
0.074 0.044 0.0585 0.0285
0.08 0.03 0.0685 0.0185
0.086 0 0.0865 0.0075
4.2.4. Memplotkan harga T’AP dan T’BP terhadap X (Offset)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.028
0
f(x) = NaN x + NaNf(x) = NaN x + NaN
T'APLinear (T'AP)T'BPLinear (T'BP)TAP LangsungLinear (TAP Langsung)TAP BiasTBP LangsungLinear (TBP Langsung)TBP Bias
Gambar 4.5. Kurva Velocity Line DC
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
0.03
0
f(x) = NaN x + NaNf(x) = NaN x + NaN
T'APLinear (T'AP)T'BPLinear (T'BP)TAP LangsungLinear (TAP Langsung)TAP BiasTBP LangsungLinear (TBP Langsung)TBP Bias
Gambar 4.5. Kurva Velocity Line AD
Menentukan V2:
V 2=2 Vf Vr
(Vf +Vr )
Tabel 4.11 Nilai V2
V2 Line DC V2 Line AD
526.3158 500
4.2.5. Menentukan harga kedalaman di setiap titik
Menentukan kedalam dititik yang merupakan gelomabang bias :
hp=V 1
2 cosθk
(TA P+TBP−TAB )
Menentukan kedalam dititik yang merupakan gelomabang langsung :
hp=V 1
cosθk
(TAP−T ' AP )
hp=V 1
cosθk
(TBP−T ' BP )
Menentukan kedalam dititik yang merupakan sumber :
hA=V 1 τ ' A
cosθk
dan hB=V 1 τ 'B
cosθk
Tabel 4.12 Besar kedalam tiap titik geophone Line DC
no. titikjarak
dari AHP
A 00.10329608
5
1 52.16921777
6
2 102.99558645
3
3 152.58240211
5
4 202.58240211
5
5 252.37580994
6
6 301.96262560
7
7 351.54944126
9
8 401.96262560
7
Tabel 4.12 Besar kedalam tiap titik geophone Line AD
no. titikjarak
dari AHP
A 00.11458731
2
1 52.40633355
52 10 3.7813813
3 153.32303205
24 20 2.17715893
5 251.94798430
6
6 303.55220667
6
7 352.63550817
9
8 401.71880968
2
Kurva jarak terhadap kedalaman line AD
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
0.51
1.52
2.53
3.54
Kurva Kedalaman
Kedalaman
DISTANCE (m)
KEDA
LAM
AN (m
)
Kurva jarak terhadap kedalaman line DC
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
0.51
1.52
2.53
3.5
Kurva Kedalaman
Kedalaman
DISTANCE (m)
KEDA
LAM
AN (m
)
BAB V
KESIMPULAN
Metode intercept time hanya dapat mengetahui kedalaman di 4 titik, yaitu
geophone yang menerima gelombang langsung dan yang menerima
gelombang bias pada sudut kritis.
Pada line AD diketahui nilai v1 forward = 208,33 m/s dan v1 backward
=166,67 m/s. v2 forward = 555,56 m/s dan v2 backward =588,2353 m/s
Pada line AD diketahui nilai h1 forward = 1.898996 m dan h1 backward =
8.098532 m. h2 forward = 2.809166 m dan h2 backward = 3.041294 m
Pada line DC diketahui nilai v1 forward = 192.3077 m/s dan v1 backward
= 178.5714 m/s. v2 forward = 526.3158 m/s dan v2 backward =526.3158
m/s
Pada line DC diketahui nilai h1 forward = 1.508123 m dan h1 backward =
9.795311 m. h2 forward = 2.479106 m dan h2 backward = 3.796632 m
Metode Hagiwara dapat menentukan kedalaman di setiap titik geophone
dan lapisan bawah permukaan dapat ditampilkan mengikuti kontur bawah
permukaan itu
Kecepatan langsung dan kecepatan bias dengan metode hagiwara
Line DC Line AD
Forwar
d Backward Forward Backward
V1 192.3077 178.5714 208.3333 166.6667
V2 Line DC V2 Line AD
526.3158 500
Kedalaman di tiap titik geophone menggunakan metode Hagiwara
Tabel 4.12 Besar kedalam tiap titik geophone Line DC
no. titikjarak
dari AHP
A 0
0.10329608
5
1 5
2.16921777
6
2 10
2.99558645
3
3 15
2.58240211
5
4 20
2.58240211
5
5 25
2.37580994
6
6 30
1.96262560
7
7 35
1.54944126
9
8 40
1.96262560
7
Tabel 4.12 Besar kedalam tiap titik geophone Line AD
no. titikjarak
dari AHP
A 0
0.11458731
2
1 5
2.40633355
5
2 10 3.7813813
3 15 3.32303205
2
4 20 2.17715893
5 25
1.94798430
6
6 30
3.55220667
6
7 35
2.63550817
9
8 40
1.71880968
2
Metode seismik refraksi digunakan untuk survey yang dangkal
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7085736/eksperimen_seismik_refraksi
Refrizon, Suwarsono dan Yudiansyah H., 2008, Penentuan Struktur
Bawah Permukaan Daerah antai Panjang Kota Bengkulu dengan Metode
Seismik Refraksi, Jurnal Gradien, vol 4 No 2.