Laporan Seismik Fix

35
METODE GEOFISIKA SEISMIK REFRAKSI Studi Daerah Panasbumi Tiris, Kabupaten ProbolinggoTgl. Akuisisi : 10 November 2014 Asisten : Riski Gustiansyah Penanggung Jawab: BARQI MUHAMMAD IRSYAD VANISA SYAHRA BIDANG MINAT GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

description

Geofisika

Transcript of Laporan Seismik Fix

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Sensor Suhu dan Gravitasi Page1

    METODE GEOFISIKA

    SEISMIK REFRAKSI

    Studi Daerah Panasbumi Tiris, Kabupaten Probolinggo

    Tgl. Akuisisi : 10 November 2014

    Asisten : Riski Gustiansyah

    Penanggung Jawab:

    BARQI MUHAMMAD IRSYAD

    VANISA SYAHRA

    BIDANG MINAT GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2014

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 1

    Daftar Isi

    Daftar Isi .............................................................................................................................................. 1

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 2

    1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 2

    1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3

    1.3. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

    1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................ 4

    2.1. Sistem Panas Bumi........................................................................................................ 4

    2.2. Metode Seismik........................................................................................................... 11

    2.3 Potensi Energi Geothermal Jawa Timur ................................................................... 16

    BAB III METODOLOGI .................................................................................................................. 18

    3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................................... 18

    3.2. Instrumentasi Penelitian .............................................................................................. 18

    3.3. Metode Pengambilan Data .......................................................................................... 18

    3.4. Metode Pengolahan Data ............................................................................................ 18

    BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................................. 19

    4.1. Data Hasil Pengamatan ............................................................................................... 19

    4.2. Proses Pengolahan....................................................................................................... 19

    4.3. Pembahasan ................................................................................................................. 19

    BAB V PENUTUP............................................................................................................................ 26

    5.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 26

    5.2. Saran............................................................................................................................ 26

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 27

    LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 28

    A. Data Line 1 ............................................................................................................... 28

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Pemenuhan kebutuhan energi nasional saat ini masih mengandalkan energi yang

    berasal dari sumber daya energi fosil seperti bahan bakar minyak dan gas; dan hanya

    sebagian kecil atau kurang dari 5 % berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk

    panas bumi. Saat ini sumber energi berbahan bakar fosil mulai berkurang ketersediannya di

    alam, karena kita ketahui energi ini merupakan energi yang tidak dapat diperbarui atau

    membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya menjadi sumber energi. Untuk itu melihat

    kondisi ini, bukan saja yang dialami oleh Indonesia, tetapi dunia. Maka dibutuhkan energi

    alternatif yang dapat mengganti energi berbahan bakar fosil tersebut. Energi alternatif yang

    tersedia di alam ini sebernarnya banyak jenisnya. Yaitu kita dapat memanfaatkan energi

    angin, energi air, energi matahari, dan energi panas bumi (geothermal) yang dimanfaatkan

    menggunakan teknologi sesuai dengan energi yang dipergunakan.

    Sistem panas bumi itu sendiri merupakan energi yang tersimpan dalam bentuk air

    panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di

    dalam kerak bumi. Sistem panasbumi meliputi panas dan fluida yang memindahkan panas

    mengarah ke permukaan. Adanya konsentrasi energi panas pada sistem panasbumi

    umumnya dicirikan oleh adanya anomali panas yang dapat terekam di permukaan, yang

    ditandai dengan gradien temperatur yang tinggi. Sistem panasbumi mencakup sistem

    hydrothermal yang merupakan sistem tata air, proses pemanasan dan kondisi sistem dimana

    air yang terpanasi terkumpul. Sehingga sistem panasbumi mempunyai persyaratan seperti

    harus tersedia air, batuan pemanas, batuan sarang dan batuan penutup. Air disini umumnya

    berasal dari air hujan atau air meteorik. Batuan pemanas akan berfungsi sebagai sumber

    pemanasan air, yang dapat berwujud tubuh terobosan granit maupun bentuk-bentuk batolit

    lainnya. Panas yang ditimbulkan oleh pergerakan sesar aktif kadang-kadang berfungsi pula

    sebagai sumber panas, seperti sumber-sumber matair panas di sepanjang jalur sesar aktif

    Indonesia diketahui sebagai negara dengan potensial energi panas bumi terbesar di

    dunia yaitu sekitar 40% potensi panas bumi dunia. Hal ini dikarekan indonesia terletak di

    daerah Cincin Api (Ring of Fire). Tetapi perlu digarisbawahi bahwa pemanfaatan energi ini

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 3

    di Indonesia baru mencapai 4%, sangat ketinggalan dengan negara-negara lain yang

    memiliki potensi lebih kecil dari Indonesia seperti Amerika, Filipina, dan Selandia Baru.

    Padahal dengan potensial energi potensial yang sangat besar tersebut yang dapat

    dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi (PLTP) maka Indonesia tidak

    akan krisis energi listrik.

    Salah satu daerah di dindonesia yang mempunyai potensi energy panas bumi atau

    geothermal adalah desa Segaran Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa

    Timur . Daerah ini diapit oleh dua gunung, dimana disebalah timur terdapat gunung

    Lamongan sedangkan sebelah barat terdapat gunung Argopuro. Gunung Lamongan

    merupakan gunung yang cukup terkenal, gunung ini mempunyai karakteristik dimana bnyak

    dikelilingi oleh maar. Salah satu dari maar ini adalah Danau Segaran.

    1.2.Tujuan Penelitian

    Tujuan dari praktikum dengan menggunakan metode seismik ini adalah untuk

    mengetahui dan mengidentifikasi lapisan dangkal bawah permukaan lokasi pengamatan.

    1.3.Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah dapatkah metode seismik memberikan

    informasi mengenai perlapisan bawah permukaan lokasi pengamatan.

    1.4.Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki manfaat yakni agar peneliti dapat memahami bagaimana

    pengambilan data geofisika dengan menggunakan metode seismik untuk mnegetahui kondisi

    bawah pemukaan dan dapat memeroleh pengetahuan yang berguna untuk penelitian lainnya

    yang terkait.

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sistem Panas Bumi

    Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem

    penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas dihantarkan dari

    suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink).

    Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi (heat source) menuju permukaan bumi

    (heat sink). Proses penghantaran panas pada sistem panas bumi melibatkan fluida termal

    yang bisa berupa batuan yang meleleh, gas, uap, air panas, dan lain-lain. Dalam

    perjalanannya, fluida termal yang berupa uap dan atau air panas dapat tersimpan dalam

    suatu formasi batuan yang berada diantara sumber panas dan daerah tampungan panas.

    Formasi batuan ini selanjutnya dikatakan sebagai reservoir.

    Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air panas

    dikatakan sebagai sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat

    vulkanisme atau gunung api di sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api lebih

    mendominasi sistem hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem vulkanik hidrotermal

    (volcanic hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat berada pada daerah bermorfologi

    datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah bermorfologi curam (step terrain). Di

    Indonesia, sistem panas bumi yang umum ditemukan adalah sistem hidrotermal yang

    berasosiasi dengan pusat vulkanisme pada daerah bermorfologi step terrain.

    Komponen sistem panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-kompenen

    dari sistem panas bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang paling umum ditemukan

    di Indonesia. Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai jenis sistem panas bumi dimana

    transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui proses konveksi

    bebas yang melibatkan fluida meteorik dengan atau tanpa jejak fluida magmatik. Fluida

    meteorik contohnya adalah air hujan yang meresap jauh ke bawah permukaan tanah.

    Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah: sumber panas, reservoir

    dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), daerah luahan (discharge) dengan

    manifestasi permukaan.

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 5

    Sumber Panas

    Sepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan bumi dan

    seluruh muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun begitu, di

    beberapa tempat energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi

    jumlah energi panas per satuan luas yang rata-rata ditemui.

    Gunung api merupakan contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah besar.

    Pada gunung api, konsentrasi panas ini bersifat intermittent yang artinya sewaktu-waktu

    dapat dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan gunung api, pada sistem

    panas bumi konsentrasi panas ini bersifat kontinu. Namun demikian, pada kebanyakan

    kasus, umumnya gunung api baik yang aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas

    dari sistem panas bumi. Hal ini ditemui di Indonesia dimana umumnya sistem panas

    buminya adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung

    api. Dalam hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari sistem panas bumi di dekatnya.

    Oleh karena gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi,

    maka daerah yang berada pada jalur gunung api berpotensi besar memiliki sistem panas

    bumi temperatur tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa Indonesia yang dikenal berada

    pada jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki potensi panas bumi atau geothermal

    terbesar di dunia.

    Daerah lain yang berpotensi menjadi sumber panas adalah: daerah dengan tekanan

    litostatik lebih besar dari normal (misal pada geopressured system), daerah yang memiliki

    kapasitas panas tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung di dalam batuan, daerah

    yang memiliki magmatisme dangkal di bawah basemen. Namun pada kasus-kasus ini,

    intensitas panasnya tidak sebesar panas dari gunung api.

    Reservoir

    Reservoir panas bumi adalah formasi batuan di bawah permukaan yang mampu

    menyimpan dan mengalirkan fluida termal (uap dan atau air panas). Reservoir biasanya

    merupakan batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas berperan

    dalam menyimpan fluida termal sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan

    fluida termal. Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang

    tinggi dengan pH mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida reservoir

    jika dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di saat bersamaan memiliki isotop

    deuterium yang sama atau mendekati air meteorik, adanya lapisan konduktif yang

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 6

    menudungi reservoir tersebut di bagian atas, dan adanya gradien temperatur yang tinggi dan

    relatif konstan terhadap kedalaman.

    Reservoir panas bumi bisa saja ditudungi atau dikelilingi oleh lapisan batuan yang

    memiliki permeabilitas sangat kecil (impermeable). Lapisan ini dikenal sebagai lapisan

    penudung atau cap rock. Batuan penudung ini umumnya terdiri dari minera-mineral

    lempung yang mampu mengikat air namun sulit meloloskannya (swelling). Mineral-mineral

    lempung ini mengandung ikatan-ikatan hidroksil dan ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga

    menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini bisa

    dideteksi dengan melakukan survei magneto-tellurik (MT) sehingga posisi lapisan konduktif

    ini di bawah permukaan dapat terpetakan. Dengan mengetahui posisi dari lapisan konduktif

    ini, maka posisi reservoir dapat diperkirakan, karena reservoir panas bumi biasanya berada

    di bawah lapisan konduktif ini.

    Daerah Resapan (Recharge)

    Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut

    bergerak menjauhi muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah resapan bergerak

    menuju ke bawah permukaan bumi. Dalam suatu lapangan panas bumi, daerah resapan

    berada pada elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana

    sumur-sumur produksi berada. Daerah resapan juga ditandai dengan rata-rata resapan air

    tanah per tahun yang bernilai tinggi. Menjaga kelestarian daerah resapan penting artinya

    dalam pengembangan suatu lapangan panas bumi. Menjaga kelesatarian daerah resapan

    berarti juga menjaga keberlanjutan hidup dari reservoir panas bumi untuk jangka panjang.

    Hal ini karena daerah resapan yang terjaga dengan baik akan menopang tekanan di dalam

    formasi reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di dalam reservoir secara

    berkelanjutan. Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya bagi kelestarian

    lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga bahwa pengembangan panas

    bumi bersahabat dengan lingkungan.

    Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan

    Daerah luahan (discharge area) merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di

    tempat tersebut bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah luahan

    akan bergerak menuju ke atas permukaan bumi. Daerah luahan pada sistem panas bumi

    ditandai dengan hadirnya manifestasi di permukaan. Manifestasi permukaan adalah tanda-

    tanda yang tampak di permukaan bumi yang menunjukkan adanya sistem panas bumi di

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 7

    bawah permukaan di sekitar kemunculannya. Manifestasi permukaan bisa keluar secara

    langsung (direct discharge) seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas

    (vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya

    berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali

    menimbulkan bunyi bising.

    Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah

    beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara

    intermittent seperti pada manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti

    dalam bentuk rembesan di sungai. Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul

    pada sistem-sistem panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming

    ground, warm ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara

    adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S,

    CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat

    keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan karena adanya

    reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi (Robi Irsamukhti, 2012).

    Kondisi geologi sumber-sumber energi panasbumi yang telah ditemukan di dunia

    saat ini amat beragam. Namun menurut Marini (2001), secara garis besar bisa dikelompokan

    kedalam dua model geologi daerah panasbumi, yaitu:

    sistem magmatik volkanik aktif

    sistem selain magmatik volkanik aktif5

    Daerah panasbumi bertemperatur tinggi (lebih dari 180 C) yang bisa dimanfaatkan

    untuk pembangkit listrik, sebagian besar terdapat pada sistem magmatik volkanik aktif.

    Sementara,pemanfaatan energi panasbumi untuk pemanfaatan-langsung (direct use) bisa

    diperoleh dari kedua sistem tersebut. Sistem magmatik volkanik aktif yang bertemperatur

    tinggi umumnya terdapat di sekitar pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng benua.

    Posisi Indonesia tepat berada di batasantara lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Oleh

    karena itu, menurut catatan Volcanological Survey of Indonesia (VSI) yang dirilis tahun

    1998, di Indonesia terdapat 245 daerah prospek panasbumi (Suparno, 2009).

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 8

    Gambar 1. Peta sebaran daerah volkanik aktif di Indonesia dan zona

    tumbukan lempeng benua Eurasia dan Indo-Australia (Hochstein and

    Sudarman, 2008)

    Gambar 2. Model Konseptual panasbumi sistem batuan beku muda yang

    terdapat pada andesitic stratovolcano. Reservoir panasbumi bertemperatur

    200C dengan kedalaman 1,5 km, sementara kedalaman batuan intrusi

    berkisar Antara 2-10 km. Dimensi lateral dari reservoir hingga outflow dapat

    melebihi 20 km. (Suparno, 2009).

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 9

    Gambar 3. Penampang vertikal sistem hidrotermal-volkanik di daerah zona

    aktif gunung api andesit (Marini, 2001)

    Hampir semua daerah panasbumi selalu ditandai oleh keberadaan manifestasi

    panasbumi. Adanya manifestasi pastinya disebabkan oleh adanya sumber panas bumi

    dibawah manifestasitersebut. Namun letak pastinya dimana kita belum tahu. Walaupun tidak

    ditemukan sumbermata air panas, tapi permukaan tanah yang dirasakan lebih panas daripada

    sekelilingnya sudah cukup mengindikasikan keberadaan sumber panasbumi dibawahnya.

    Tanpa adanya sumber panasbumi, permukaan tanah tidak mungkin akan menjadi panas.

    Volume reservoir berikut permeabilitas batuan reservoir perlu diketahui agar kemampuan

    sumur untuk memproduksi atau mengalirkan fluida bisa diperhitungkan. Jika volumenya

    kecil dan permeabilitasnya rendah, maka kemampuan produksi akan rendah dan besar

    kemungkinan umur sumur tersebut pun akan singkat sekali.

    Demikian juga dengan temperatur fluida reservoir panasbumi. Temperatur fluida

    reservoir yang terlalu rendah tidak akan mengundang investasi proyek panasbumi untuk

    dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Menurut Eliasson (2001), berdasarkan besar

    kecil temperature fluidanya, reservoir panasbumi dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 10

    Temperatur tinggi, bila temperatur fluida > 250C

    Temperatur medium, bila temperatur fluida berkisar antara 150C- 250C

    Temperatur didih rendah, bila temperatur fluida berkisar antara 100C- 150C

    Temperatur rendah, bila temperatur fluida berkisar antara 50C- 100C

    Dari empat kategori tersebut, hanya reservoir temperatur medium dan reservoir

    temperatur tinggi yang bisa menggairahkan investasi proyek pembangkit listrik energi

    panasbumi. Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya,

    sistim hidrotermaldibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa. Sistim

    dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi

    uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya

    mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya.

    Rekahan umumnya terisi oleh uap dan poripori batuan masih menyimpan air. Reservoir air

    panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim

    dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana

    reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun boiling sering

    terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai

    temperatur dan tekanan tinggi.

    Gambar 4. Tabel hubungan antara tipe sistem panasbumi di Indonesia dan

    estimasi awal potensi energinya (Kasbani, 2013).

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 11

    2.2. Metode Seismik

    Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak

    dipakai di dalam teknik eksplorasi geofisika. Metode seismik merupakan salah satu metode

    geofisika aktif yang memanfaatkan penjalaran gelombang berdasarkan sifat elastisitas

    mediumnya. Konsep dasar seismik adalah apabila suatu sumber gelombang dibangkitkan di

    permukaan bumi, karena material bumi yang bersifat elastis maka gelombang seismik yang

    terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bagian batas antar lapisan,

    gelombang ini sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke

    permukaan bumi yang nantinya akan diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang

    biasanya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan. Selanjutnya akan direkam

    oleh seismogram, denga didapatkan waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan

    sumber ledakan, maka struktur lapisan geologi di bawah permukaan dapat diperkirakan

    berdasarkan besar kecepatannya (Danusa, 2013).

    Hal yang mendasari perambatan gelombang seismik adalah Hukum Snellius yang

    menyatakan bahwa gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara

    dua medium, yang menurut pada persamaan

    (1)

    Dimana i merupakan besar sudut gelombang yang datang, r merupakan besar sudut

    bias yang dihasilkan gelombang, V1 adalah kecepatan gelombang pada medium 1, dan V2

    adalah kecepatan gelombang pada medium 2 (Susilawati, 2004).

    Selain Hukum Snellius, yang menjadi dasar dari pemantulan maupun pembiasan

    gelombang seismik adalah Azas Fermat yang menyatakan bahwa gelombang yang datang

    akan menjalar dari satu titik ke titik lainnya melalui jalan tersingkat waktu penjalarannya.

    Selain itu Prinsip Huygens juga menyatakan bahwa titik-titik yang dilewati gelombang akan

    menjadi sumber gelombang baru, dimana muka gelombang yang menjalar akan menjauhi

    sumber adalah superposisi wavefront-wavefront yang dihasilkan oleh sumber gelombang

    baru (Susilawati, 2004).

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 12

    Gambar 5. Prinsip Huygens (Kesawa, 2013)

    Sudut kritis yang menghasilkan gelombang bias sejajar bidang batas yaitu r=90.

    Asumsi dasar dalam pemahaman seismik yang dipakai untuk medium bawah permukaan

    bumi, yaitu bahwa medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan itu akan

    menjalarkan gelombang seismik yang kecepatannya berbeda-beda dan makin bertambahnya

    kedalaman batuan lapisan bumi akan makin kompak. Sedangkan asumsu dasar dalam

    penjalaran gelombang seismik adalah bahwa panjang gelombang seismik

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 13

    Menurut Sheriff dan Geldart (1995) dalam Adityo (2008), secara alamiah kecepatan

    gelombang seismik tergantung pada karakteristik fisik dari medium. Kecepatan gelombang

    P dan S didefinisikan sebagai berikut

    Kecepatan gelombang P (Vp) =

    (2)

    Kecepatan gelombang S (Vs) =

    (3)

    Dimana, merupakan Parameter Lame, adalah Modulus Rigiditas, adalah

    Densitas Medium, dan adalah Modulus Bulk. Berbeda dengan kecepatan gelombang P,

    kecepatan gelombang S hanya bergantung pada modulus rigiditas dan densitas. Modulus

    Bulk adalah ukuran tingkat kemampuan suatu medium untuk menahan perubahan volume

    (inkomprebilitas) saat menerima tekanan. Sedangkan modulus rigiditas adalah ukuran

    kemampuan suatu medium untuk mempertahankan perubahan bentuk saat mendapat gaya

    geser. Kedua modulus tersebut menyatakan kekuatan medium, jika nilainya makin besar

    maka kecepatannya makin tinggi. Dari persamaan 2 dan 3 terlihat bahwa secara umum

    kecepatan gelombang seismik bergantung pada karakteristik fisik dari medium berupa

    kemampuan untuk meneruskan perambatan gelombang seismik dinyatakan dengan modulus

    elastik ( dan ) dan densitas batuan (Adityo, 2008).

    Gambar 6. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang

    Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui bidang batas

    perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan terjadi pemantulan dan

    pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah gelombang P maka terjadi empat

    gelombang yang berbeda yaitu, gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1),

    gelombang P-refraksi (PP2), dan gelombang S-refraksi (PS2). Dari Hukum Snellius yang

    diterapkan pada kasus tersebut diperoleh persamaan

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 14

    (4)

    Dimana VP1, VP2, VS1, dan VS2 berturut-turut merupakan kecepatan gelombang P

    pada medium 1 dan 2 dan gelombang S pada medium 1 dan 2 (Susilawati, 2004). Metode

    seismik refraksi menggunakan analisis wavefront untuk pendugaan sifat fisis batuan.

    Metode ini memiliki keterbatasan yaitu harga cepat rambat gelombang seismik makin besar

    ke arah lapisan bawah, sehingga selalu terdapat gelombang yang terbiaskan ke permukaan.

    Kelemahan lainnya bahwa tebal suatu lapisan harus memenuhi kriteria tertentu agar tidak

    menghasilkan blind zone yang diakibatkan oleh lapisan tipis. Seismik refraksi dilakukan

    dengan menimbulkan sumber getaran di suatu titik dan menerima getaran tersebut

    menggunakan serangkaian geophone. Waktu tempuh gelombang dari tiap geophone dibaca

    dan diplot dalam grafik waktu tempuh vs jarak. Ketebalan lapisan batuan dan harga cepat

    rambat gelombang didapatkan dari analisa grafik tersebut.

    Prinsip utama metode seismik refraksi adalah penerapan waktu tiba gelombang

    pertama dari gelombang seismik. Apabila diketahui waktu tiba pertama dari gelombang

    seismik refraksi yang menjalar di lapisan bumi akan diperoleh kurva travel time dari

    gelombang seismik tersebut. Dengan menganalisis kurva travel time, maka diperoleh

    informasi kecepatan dan waktu tunda gelombang seismik di setiap lapisan yang digunakan

    untuk menentukan ketebalan lapisan. Dalam laporan ini digunakan Metode Hagiwara yang

    berdasarkan asumsi undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar. Kelebihan dari Metode

    Hagiwara adalah lapisan bawah permukaan yang dapat ditampilkan mengikuti kontur bawah

    permukaan (Linus, 2006).

    Perhitungan dengan Metode Hagiwara dikembangkan untuk struktur bawah

    permukaan yang terdiri dari dua lapisan. Bidang batas lapisan ditunjukkan oleh hasil

    perhitungan yang merupakan rata-rata kedalaman yang memiliki kerapatan berbeda. Bila

    kerapatan berbeda maka kecepatan gelombang seismiknya juga akan berbeda, sehingga arah

    penjalaran gelombang seismik akan mengalami pembiasan (refraksi) seperti Hukum Snellius

    (Gambar 3 dan persamaan 1).

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 15

    Gambar 7. Lintasan Gelombang Refraksi Untuk Struktur Dua Lapis (Susilawati, 2004)

    Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang refraksi dari shot point A ke titik

    penerima P dengan TAP, waktu perambatan dari B ke P dengan TBP dan waktu perambatan

    dari A ke B dengan TAB. TAP ditunjukkan oleh persamaan 5 dan 6 (Susilawati, 2004).

    detik (5)

    detik (6)

    Pada persamaan 6 linier terhadap x, jika diambil x sebagai absis dan

    sebagai

    ordinat dan diplot titik-titik yang bersesuaian (Gambar 4), maka garis lurus tersebut

    merupakan suatu short (bentuk baru yang lebih pendek) dari kurva travel time yang ada

    titik-titik berhubungan (Hartantyo, 2004). Nilai dengan mudah dapat dihitung dari

    persamaan 6, dan kecepatan v2 pada lapisan bawah diperoleh dari persamaan 5 merupakan

    suatu besaran yang menunjukkan kecepatan pada lapisan bawah (velocity travel time).

    Dengan cara yang sama , dapat diperoleh

    detik (7)

    Bila jarak ke titik penerima adalah x, dengan mengambil titik B sebagai titik asal,

    maka diperoleh

    detik (8)

    Dengan kedalaman lapisan pada titik A (hA) dan pada titik B (hB).

    Dalam persamaan 8, v1 dapat diperoleh dari kurva travel time dari gelombang

    langsung dekat shot point. TAP, TBP,dan TAB diperoleh dengan cara observasi. Tetapi cos i

    tidak dapat dicari, karena v2 biasanya tidak diketahui. Jika harga v2 dapat diketahui,

    kedalaman hp dan titik penerima P dapat diperoleh dari

    meter (9)

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 16

    Pada gambar 4, harga TAP atau T

    BP yang berhubungan dengan TAP atau TBP dapat

    dibaca dari ekstensi kurva TAP atau T

    BP. Jadi nilai kedalaman hp dapat dihitung dari

    persamaan 10 dan 11.

    meter (10)

    Atau

    meter (11)

    Gambar 8. Kurva Waktu Rambat dan Kurva Waktu Rambat Kecepatan (Sismanto, 1999)

    2.3 Potensi Energi Geothermal Jawa Timur

    Provinsi Jawa Timur menyimpan potensi energi panas bumi yang cukup besar.

    Diantaranya ada di Gunung Arjuno dan Welirang, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan

    yang siap untuk dieksplorasi dan segera mendapat status wilayah kerja pertambangan. jika

    dilihat dalam skala kecil, misalnya saja Kota Malang, juga mempunyai potensi energi panas.

    Di daerah Malang Raya sendiri dikelilingi oleh gunungapi. Di daerah timur terdapat Gunung

    Bromo dan Semeru. Sedangkan di barat dibatasi Gunung Arjuno-Welirang. Beberapa

    gunung berapi tersebut menghasilkan manifestasi panas bumi berupa uap dan air panas.

    Mata air panas ini kemudian dimanfaatkan sebagai pemandian air panas, salah satu yang

    terkenal yaitu Wisata Air Panas Cangar dan Air Panas Songgoriti. Energi Geothermal di

    daerah Malang saat ini hanya dimaksimalkan sebagai daerah wisata, sedangkan untuk

    pembangkit listrik panas bumi belum dikembangkan (Anonim, 2013)

    Potensi energi panas bumi di Jawa Timur tersebar luas bila kita lihat secara teliti.

    Potensi ini dapat kita lihat di Gunung Arjuno Welirang, Blawan Ijen, Ngebel Wilis,

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 17

    Argopuro, Songgoriti, Cangar, dan Rejosari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

    dibawah ini :

    Gambar 9. Peta Potensi Panas Bumi Di Jawa Timur

    Potensi sumber daya panas bumi adalah sisi lain dari kekayaan energi di Jawa Timur.

    Meskipun gempitanya tidak seramai eksplorasi dan eksploitasi sumber panas bumi di Jawa

    Barat dan Sumatera Utara, namun telah diketahui ada kurang lebih 11 lokasi sumber panas

    bumi di Jawa Timur, 3 dari 11 lokasi tersebut (Welirang-Arjuno, Wilis-Argopuro, dan

    Blawan-Ijen) diperkirakan mempunyai cadangan yang mungkin sebesar 274 MWe dan

    sumber daya sebesar 240 MWe. Jika upaya eksplorasi untuk lokasi-lokasi lain dilakukan,

    bisa dipastikan jumlah total sumber daya (515 MWe) ini akan semakin bertambah, yang

    semakin menambah lengkap julukan Jawa Timur sebagai Tanah Energi (Yusuf, 2013).

    Sebelas lokasi yang telah ditemukan sebagai potensi panas bumi yang dapat

    menghasilkan total energi 1206,5 MW atau hampir 5% dari total potensi di Indonesia.

    Perkiraan potensi yang dapat dikembangkan antara lain terdapat di Iyang-Argopuro 285

    MW, Ngebel-Wilis 120 MW, Ijen 270 MW, Arjuno-Welirang 230 MW, dan Tiris-

    Lamongan 140 MW. Dari potensi yang ada di Jawa Timur belum ada satupun yang

    dikembangkan untuk pembangkit tenaga listrik. Dengan eksplorasi yang lebih detail pada

    daerah yang lebih luas, sangat mungkin potensi tersebut lebih besar dari pada yang

    diperkirakan sekarang (Rudimayardi.2012).

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 18

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

    Praktikum Workshop Geofisika ini dilakukan dengan menerapkan lima metode

    geofisika yang salah satunya adalah seismik refraksi. Akuisisi seismik refraksi dilakukan pada

    hari ke tiga dimulainya akuisisi pada tanggal 10 November 2014 di Tiris, Probolinggo. Akuisisi

    data seismik refraksi dengan dua metode yaitu reverse dan forward. Akuisisi data seismik

    refraksi ini menggunakan 1 line akuisisi dengan 1 geophone dengan spasi 2 meter. Panjang 1

    line akuisisi sebesar 50 meter.

    3.2. Instrumentasi Penelitian

    Dalam akuisisi data seismik refraksi digunakan beberapa macam alat. Adapun alat-alat

    tersebut adalah Palu Seismik sebagai sumber getaran yang dipukulkan di lempeng seismik

    untuk menimbulkan getaran di bawah permukaan, OYO McSeis 3 Model 1817 sebagai

    seismometernya, geophone sebagai receiver getaran yang muncul, GPS, Meteran, dan Peta

    Geologi.

    3.3. Metode Pengambilan Data

    Pada pengukuran dengan menggunakan metode seismik, dilakukan dua macam

    pengambilan data yaitu Reverse dan Forward. Panjang lintasan yang digunakan adalah 50

    meter dengan spasi 2 meter serta hanya menggunakan satu geophone.

    .

    3.4. Metode Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel dan Matlab.

    Dalam pengolahan data dengan menggunakan Ms.Excel data yang diolah adalah offset (meter)

    dengan T (s). Dengan menggunakan fitur scatter maka akan didapatkan hubungan antara

    keduanya. Pengolahan ini dilakukan pada Reverse dan Forward. Setelah itu dilakukan

    pengolahan kembali dengan menggunakan Matlab. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

    interpolasi dari data yang didapatkan. Inputan dilakukan pertama kali dengan menggunakan

    Notepad dimana berisikan nomor, offset, TF (forward) dan TR (reverse). Kemudian inputan

    tersebut diolah dengan menggunakan software Matlab.

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 19

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1. Data Hasil Pengamatan

    (Terlampir)

    4.2. Proses Pengolahan

    (Terlampir)

    4.3. Pembahasan

    Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai

    di dalam teknik eksplorasi geofisika. Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika

    aktif yang memanfaatkan penjalaran gelombang berdasarkan sifat elastisitas mediumnya.

    Konsep dasar seismik adalah apabila suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan

    bumi, karena material bumi yang bersifat elastis maka gelombang seismik yang terjadi akan

    dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bagian batas antar lapisan, gelombang ini

    sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi yang

    nantinya akan diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang biasanya disusun

    membentuk garis lurus dengan sumber ledakan. Selanjutnya akan direkam oleh seismogram,

    denga didapatkan waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan sumber ledakan,

    maka struktur lapisan geologi di bawah permukaan dapat diperkirakan berdasarkan besar

    kecepatannya.

    Prinsip utama metode seismik refraksi adalah penerapan waktu tiba gelombang pertama

    dari gelombang seismik. Apabila diketahui waktu tiba pertama dari gelombang seismik refraksi

    yang menjalar di lapisan bumi akan diperoleh kurva travel time dari gelombang seismik

    tersebut. Dengan menganalisis kurva travel time, maka diperoleh informasi kecepatan dan

    waktu tunda gelombang seismik di setiap lapisan yang digunakan untuk menentukan ketebalan

    lapisan. Dalam laporan ini digunakan Metode Hagiwara yang berdasarkan asumsi undulasi

    bawah permukaan tidak terlalu besar. Kelebihan dari Metode Hagiwara adalah lapisan bawah

    permukaan yang dapat ditampilkan mengikuti kontur bawah permukaan.

    Metode seismik refraksi ini umumnya digunakan untuk ekplorasi minyak bumi, namun

    metode ini juga dapat digunakan untuk eksplorasi panasbumi. Metode Seismik Refraksi ini

    dilakukan untuk mengetahui lapisan bawah permukaan. Pada pengambilan data ini panjang line

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 20

    akuisisi 50 meter dengan spasi 2 meter. Selain itu terdpat pula parameter instrument (gambar

    4.1) yang dilakukan sebelum pengambilan data dilakukan.

    Gambar 4.1. Parameter Instrumen

    Perlapisan ini dapat diketahui dari data yang diperoleh, dimana ketika bentuk data tiba

    tiba menujam atau melengkung hingga akan stabil maka pada data tersebut dapat diasumsikan

    data tersebut merupakan batas perlapisan permukaan. Pada praktikum kali ini didapatkan 3

    Line akuisisi dimana setiap line pengambilan data dilakukan secara reverse dan forward.

    Setelah didapatkan nilai travel time dari reverse dan forward kemudian keduanya di hubungkan

    dengan offset dari data tersebut. Proses pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan

    software Ms. Excel

    Gambar 4.2. Grafik Offset vs Travel Time Line 1

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 10 20 30 40 50

    Tra

    vel t

    ime

    (ms)

    Offset (m)

    Grafik Offset vs Travel time

    PengukuranForward

    PengukuranReverse

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 21

    Gambar 4.3. Grafik Offset vs Travel Time Line 2

    Gambar 4.4. Grafik Offset vs Travel Time Line 3

    Pada pengolahan data seismik ini diperoleh tiga grafik hubungan antara offset dengan

    travel time dari Reverse dan Forward. Pada line 1 (gambar 4.2) , line 2 (gambar 4.3) dan line 3

    (gambar 4.4) menunjukan hasil yang tidak beda jauh bahkan hampir sama dari tiga grafik

    tersebut. Hal ini dikarenakan ketiga line tersebut lokasi pengambilannya tidak terlalu jauh

    antara line satu dengan line lainnya. Selain itu pengolahan juga dilakukan dengan

    menggunakan software Matlab. Pengolahan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai ekstrapolasi

    dari data yang telah didapatkan. Hasil ini diperlihatkan pada grafik plot travel time row data

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    0 10 20 30 40 50

    Tra

    vel t

    ime

    (ms)

    Offset (m)

    Grafik Offset vs Travel time

    PengukuranForward

    PengukuranReverse

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 22

    yang merupakan hubungan antara travel time dari forward dan reverse dengan offset dari data

    pengamatan.

    (a) (b) (c)

    Gambar 4.4. Plot Traveltime Raw Data (a) Line 1 (b) Line 2 (c) Line 3

    Proses ekstrapolasi ini dilakukan untuk mengembalikan posisi datum pada letak

    sebenarnya. Pada pengolahan ini didapatkan 3 penampang Plot travel time raw data dari 3 line

    (gambar 4.4). Garis berwarna merah menunjukan nilai dari reverse, sedangkan untuk warna

    biru merupakan data dari forward. Hasil ouput dari ekstrapolasi ini merupakan grafik hubungan

    antara time dengan offset. Pada tahapan ini dilaukan picking data pada grafik. Picking ini

    dilakukan pada data yang menunjukan adanya perubahan tajam atau biasanya dapat dikatan

    sebagai picking first break. Picking first break ini dilakukan pada data dengan waktu awal tiba

    gelombang. Biasanya hal ini dapat dibantu dengan penentuan lapisan lapuk, karena pada

    umumnya seismik refraksi merupakan metode untuk menentukan lapisan lapuk.

    Setelah dilakukan proses ini, maka tahapan selanjutnya adalah dilakukan pemodelan

    bawah permukaan. Pemodelan ini dilakukan dengan software Mathlab dengan menggunakan

    metode Hagiwaramasuda. Pada pengolahan ini didapatkan tiga penampang sesuai dengan line

    yang diambil pada saat akuisisi.

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 23

    Gambar 4.5. Interpretasi Lapisan Bawah Permukaan Line 1

    Gambar 4.6. Interpretasi Lapisan Bawah Permukaan Line 2

    Gambar 4.7. Interpretasi Lapisan Bawah Permukaan Line 3

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 24

    Setelah dilakukan pengolahan dengan metode Hagiwaramasuda, didapatkan hasil

    penampang bawah permukaan dari lokasi pengamatan. Dapat dilihat pada line 1 (gambar 4.5),

    line 2 (gambar 4.6), dan line 3 (gambar 4.7) didapatkan penampang 2 lapisan dari bawah

    permukaan lokasi pengamatan. Hal tersebut dikarenakan instrumentasi pada saat pengukuran.

    Setiap instrumentasi mempunyai kemampuan masing-masing dalam penggambaran bawah

    permukaan begitu pula dengan jumlah lapisan yang dapat dideteksi. Untuk instrumentasi yang

    digunakan pada praktikum ini, alat hanya dapat mendeteksi dua lapisan saja. Pada penampang

    line 2 dan line 3 terlihat hampir sama kondisi bawah permukaannya dan pada line 1 terlihat

    tidak terlalu curam pada lapisan kedua. Jika kita tinjau dari kecepatan gelombang pada setiap

    line, maka dapat dilihat kecepatan gelombang pada ketiga line berbeda. Pada line pertama,

    kecepatan gelombang pada lapisan pertama adalah 1523 m/s dan untuk lapisan kedua 1708 m/s.

    Pada line 2 ketika berada pada lapisan pertama kecepatan gelombang yng tercatat adalah 999

    m/s sedangkan pada lapisan kedua kecepatan gelombang 3499 m/s. Pada line 3 saat berada

    pada lapisan pertama kecepatan gelombang adalah 982 m/s dan pada lapisan kedua 3265 m/s.

    Kedalaman yang dapat dideteksi dengan alat ini hanya sekitar 6 sampai 8 meter.

    Metode Hagiwara ini merupakan salah satu metode penghitungan waktu tiba gelombang

    seismik untuk mencerminkan lapisan bawah permukaan. Kelebihan metode hagiwara ini adalah

    metode ini dapat menampilkan lapisan bawah permukaan dengan mengikuti kontur bawah

    permukaan itu. Metode ini juga dikembangkan untuk struktur bawah permukaan yang terdiri

    hanya dua lapis. Batas dari lapisan yang ditunjukan pada gambar interpratasi lapisan

    merupakan perhitungan rata-rata dari kedalaman yang mempunyai kerapatan berbeda. Selain

    dikarenakan metode ini dapat menggambarkan lapisan bawah pemrukaan sesuai dengan kontur

    daerah tersebut metode ini juga memnpunyai kedetailan yang bagus. Bila kerapatan dari lapisan

    itu berbeda maka kecepatan gelombangpun juga berbeda. Perbedaan kecepatan gelombang ini

    terjadi karenakan perbedaannya struktur dari bawah permukaan pada setiap line. Ada kalanya

    lapisan tersebut rapat dan ada pula yang tidak rapat. Perbedaan kerapatan batuan ini lah yang

    akan mempengaruhi nilai kecepatan tiap lapisan. Pada line 1 terlihat dari kiri ke kanan, lapisan

    yang terdeteksi terlihat semakin menurun. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan data pada

    line 1 cukup curam. Sedangkan pada line dua lokasi pengambilannya datar, sehingga terlihat

    pada line 2 pada lapisan kedua lapisan tidak seperti line 1 yang semakin ke kanan semakin

    turun. Begitu pula pada lapisan ketiga lokasi pengambilan data tidak terlalu naik hampir dapat

    dibilang cukup datar sehingga lapisan kedua tergambarkan hampir sama dengan line 2. Jika

    ditinjau dari kecepatan gelombang maka dapat pula diketahui jenis batuannya. Pada Line 1

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 25

    diprediksikan lapisan pertama dan kedua adalah pasir dan kerikil dengan nilai kecepatan antara

    1523 m/s 1840 m/s. Pada line 2 diprediksikan lapisan pertama adalah pasir dengan nilai 999

    m/s sedangkan untuk lapisan kedua adalah lempung dengan nilai 3499 m/s. Pada line 3, lapisan

    pertama adalah pasir dengan nilai 983 m/s dan lapisan kedua adalah lempung dengan nilai 3265

    m/s. Interpretasi ini didasarkan pada tabel variasi kecepatan gelombang pada setiap batuan.

    Sehingga dapat dikatakan pada lokasi praktikum ini jenis batuannya adalah pasir dan kerikil,

    pasir dan lempung.

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 26

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penelitian suatu

    daerah panasbumi dapat dilakukan dengan berbagai metode geofisika diantaranya yakni dengan

    metode seismik. Pada pengukuran dengan menggunakan meode seismik ini dapat diketahui

    perlapisan daerah lokasi penelitian. Dengan mengetahui perlapisan ini kita dapat memperoleh

    data sebagai data pendukung metode geofisika lainnya dalam penelitian daerah panasbumi.

    Pada praktikum kali ini instrumentasi metode seismik hanya dapat membaca dua lapisan yang

    terdapat pada bawah permukaan lokasi praktikum. Pada praktikum dengan metode seismik

    dapat pula diketahui jenis batuan yang ada pada bawah permukaan dengan menggunakan tabel

    variasi kecepatan gelombang pada setiap batuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lokasi

    praktikum ini jenis batuannya adalah pasir dan kerikil, pasir dan lempung.

    5.2. Saran

    Dalam pelaksanaan praktikum ini mungkin dapat dicoba dengan menggunakan

    jangkauan lintasan yang lebih panjang dan dengan menggunakan beberapa geophone sehingga

    dapa dihasilkan hasil yang lebih bagus.

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 27

    DAFTAR PUSTAKA

    Eliasson, Einar T.2001. Power generation from high-enthalpy geothermal resources, GHC Bulletin,

    June-2001, pp 26-34

    Hochstein, Manfred P., Sudarman S.2008. History of geothermal exploration in Indonesia

    from1970 to 2000, Geothermics 37, 220-266 pp

    Kasbani.2013. Tipe Sistem Panas Bumi Di Indonesia Dan Estimasi Potensi Energinya.

    http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%204%20no.%203%20thn%202009/3

    .%20Sistem%20panas%20bumi%20p.%20Kasbani.pdf diakses pada 24 Desember 2013.

    Marini, Luigi. 2001. Geochemical techniques for the exploration and exploitation of geothermal

    energy, Dipartimento per lo Studio del Territorio e delle sue Risorse, Universita degli Studi

    diGenova, Italy

    Suparno,Supriyanto.2009. Energi Panasbumi:A Present From The Heart Of The Earth.Jakarta: Universitas Indonesia

    Anonym.2012. Energi Panas Bumi di Gunung Arjuno dan Welirang Siap Eksplorasi. Jakarta :

    ET Press

    Robi Irsamukhti.2012. Energi Panas Bumi.Bandung:ITB

    Rudimayardi.2012.http://rudimayardi.wordpress.com/2012/10/05/pemanfaatan-energi-panasbumi/.

    Diakses Online pada tanggal 24 Maret 2014.

    Yusuf.2013. Energi Panas Bumi Indonesia. Surabaya : ITS Press

    http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%204%20no.%203%20thn%202009/3.%20Sistem%20panas%20bumi%20p.%20Kasbani.pdfhttp://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%204%20no.%203%20thn%202009/3.%20Sistem%20panas%20bumi%20p.%20Kasbani.pdfhttp://rudimayardi.wordpress.com/2012/10/05/pemanfaatan-energi-panasbumi/

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 28

    LAMPIRAN

    A. Data Line 1

    No Offset TF

    (Forward)

    TR

    (Reverse)

    1 2 0.48 13.44

    2 4 0.68 11.92

    3 6 1.72 11.68

    4 8 2 10.8

    5 10 5.18 8.32

    6 12 6.28 7.6

    7 14 8.32 6.16

    8 16 10.88 5.52

    9 18 12.4 3.76

    10 20 13.6 2.64

    11 22 16 19.12

    12 24 17.28 19.04

    13 26 1.68 18.96

    14 28 3.52 18.72

    15 30 5.6 18.48

    16 32 7.84 17.44

    17 34 8.72 17.2

    18 36 8 14.96

    19 38 10.56 13.28

    20 40 11.28 12

    21 42 14.08 11.84

    22 44 14.58 9.44

    23 46 17.52 6.16

    24 48 18.24 3.76

    B. Data Line 2

    n offst TF TR

    1 2 0.87 10.23

    2 4 1.31 9.85

    3 6 1.75 9.47

    4 8 2.19 9.10

    5 10 2.63 8.34

    6 12 3.36 8.66

    7 14 3.80 8.14

    8 16 4.24 7.78

    9 18 4.38 6.90

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 29

    10 20 4.82 6.83

    11 22 5.26 6.46

    12 24 5.70 7.04

    13 26 5.73 6.66

    14 28 6.45 6.28

    15 30 7.09 5.91

    16 32 7.41 5.53

    17 34 7.84 5.15

    18 36 8.08 3.79

    19 38 8.71 3.41

    20 40 9.15 3.03

    21 42 11.98 2.93

    22 44 13.18 2.80

    23 46 14.29 2.71

    24 48 14.70 2.36

    C. Data Line 3

    n offst TF TR

    1 2 0.87 10.23

    2 4 1.31 9.85

    3 6 1.75 9.47

    4 8 2.19 9.10

    5 10 2.63 8.34

    6 12 3.36 8.66

    7 14 3.80 8.14

    8 16 4.24 7.78

    9 18 4.38 6.90

    10 20 4.82 6.83

    11 22 5.26 6.46

    12 24 5.70 7.04

    13 26 5.73 6.66

    14 28 6.45 6.28

    15 30 7.09 5.91

    16 32 7.41 5.53

    17 34 7.84 5.15

    18 36 8.08 3.79

    19 38 8.71 3.41

    20 40 9.15 3.03

    21 42 11.98 2.93

    22 44 13.18 2.80

    23 46 14.29 2.71

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 30

    24 48 14.70 2.36

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 31

    PROSES PENGOLAHAN

    1. Data yang telah diambil dilapangan dipindah ke Ms.Excel

    2. Data pada Ms. Excel dipindah ke dalam notepad dan disimpan

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 32

    3. Langkah selanjutnya adalah dibuka program Matlab dan dituliskan formula untuk

    ekstralopasi dan untuk inputan isi dengan nama notepad

    4. Kemudian dilakukan picking pada Reverse dan Forward

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 33

    5. Data picking kemudian dipindah ke dalam Ms. Excel dan dihitung nilai TF dan TR

    final, kemudian masukan inputan offset, TF, dan TR final, simpan dalam bentuk txt.

    6. Dibuka program Matlab dengan Metode Hagiwaramasuda kemudian masukan input

    yang telah disimpan dalam bentuk txt

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    WORKSHOP GEOFISIKA

    Metode Seismik 34

    7. Maka ketika data di-run akan muncul kurva Travel Time yang kemudian dipilih jumlah

    breakpoint 1 kemudian picking data Reverse dan Forward

    8. Maka pemodelan bawah permukaan akan muncul