LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK...

162
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPAN PEMODELAN STANDAR KEBUTUHAN TULANGAN PADA KOMPONEN STRUKTURAL KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun Ketua : Ir. Tripoli, MT (0011055901) Anggota : Mubarak, ST, MT (0006057502) Nurisra, ST, MT (0001107002) Dibiayai oleh : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 105/SP2H/LT/DPRM/IV/2017 Tanggal 3 April 2017 UNIVERSITAS SYIAH KUALA OKTOBER 2017

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PRODUK TERAPAN

PEMODELAN STANDAR KEBUTUHAN TULANGAN PADA KOMPONEN STRUKTURAL KONSTRUKSI

BANGUNAN GEDUNG

Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun

Ketua : Ir. Tripoli, MT (0011055901) Anggota : Mubarak, ST, MT (0006057502) Nurisra, ST, MT (0001107002)

Dibiayai oleh : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 105/SP2H/LT/DPRM/IV/2017 Tanggal 3 April 2017

UNIVERSITAS SYIAH KUALA OKTOBER 2017

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

iii  

RINGKASAN

Laporan Akhir penelitian ini melaporkan hasil kegiatan penelitian yang telah dicapai pada tahun ke-1 dari rencana 2 tahun. Penelitian pada tahun pertama ditekankan pada tiga aspek dari keseluruhan enam aspek yang menjadi tujuan penelitian. Pertama, mengidentifikasi kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan bila dilihat dari dimensi dan mutu beton. Kedua, menganalisis rasio penggunaan tulangan pada setiap m3 beton pada tiap komponen struktural bangunan. Dan ketiga, mengevaluasi penyimpangan yang mungkin timbul dari Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) pada SNI 7394:2008 dengan hasil analisis desain lapangan.

Terkait dengan ketiga tujuan penelitian tersebut, hasil penelitian secara umum mengindikasikan bahwa penerapan SNI terterkait AHSP tidak dapat diberlakukan secara umum. Diperlukan adanya pertimbangan terkait dengan zonasi dimana konstruksi bangunan gedung akan dibangun, sebagaimana klasifikasi zonasi yang tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, faktor terkait dengan fungsi bangunan juga perlu mendapat perhatian. Dari tiga fungsi yang ditinjau, yaitu bangunan pendidikan, hunia, dan perkantoran, dapat disimpulkan bahwa AHSP juga tidak dapat berlaku secara umum untuk seluruh fungsi. Dari kedua faktor zonasi dan fungsi bangunan, pertimbangan terhadap posisi zonasi bangunan harus menjadi perhatian awal dan utama sebelum mempertimbangkan aspek fungsi bangunan.

Laporan ini juga menginformasikan capaian penelitian terkait dengan target yang telah direncakan saat proposal diajukan. Untuk tahun pertama, secara umum seluruh target yang direncanakan telah terpenuhi. Terkait dengan publikasi ilmiah, pada tahun ini telah dapat menyelesaikan draft artikel untuk dikirimkan pada jurnal yang menjadi target. Pada komponen pemakalah dalam temu ilmiah, untuk tahun pertama telah dapat terlaksana baik pada tingkat nasional maupun internasional. Di samping itu, draft model sebagai produk yang dihasilkan oleh penelitian ini telah diperoleh. Model tersebut merupakan model matematis yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah tulangan pada konstruksi beton bertulang. Model ini masih dalam tahap pengembangan dan belum dapat diaplikasikan. Diperlukan adanya data tambahan dari sejumlah zonasi untuk menambah akurasi dan sekaligus bagian dari proses validasi aktual.

Kata kunci : model, tulangan, komponen struktural, beton bertulang, bangunan gedung, zonasi gempa bumi.

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

iv  

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya sehingga penulisan laporan kemajuan penelitian ini dapat

diselesaikan pada waktunya.

Laporan ini dibuat untuk menyampaikan hasil kegiatan Penelitian Produk

Terapan dengan judul PEMODELAN STANDAR KEBUTUHAN TULANGAN PADA

KOMPONEN STRUKTURAL KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. Laporan ini

berisikan informasi aktivitas dan capaian sejak penandatanganan kontrak pada Bulan

Mei 2017 sampai dengan Oktober 2017.

Pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan telah dapat terlaksana dengan

baik atas dukungan sejumlah pihak. Dukungan finansial diperoleh dari hibah

Penelitian Produk Terapan dengan Kontrak No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017 Tanggal 3

April 2017. Dukungan lainnya berupa keterlibatan sejumlah pihak baik dari instansi

pemerintah atau pun swasta dalam hal penyediaan data. Dalam proses pengumpulan

data sampai dengan analisis, dukungan ditunjukkan oleh tim peneliti yang terlibat

serta Staf Bidang dan Laboratorium Manajemen Rekayasa Konstruksi. Untuk seluruh

dukungan yang telah diperoleh, penulis menyampaikan ucapan terima kasih.

Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis berserah diri dengan harapan

semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara umum,

Amin.

Darussalam, 30 Oktober 2017

Ketua Peneliti,

Ir. Tripoli, MT

NIP. 195905111987021001

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

v  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN ii RINGKASAN iii PRAKATA iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Kerangka Konseptual (State of The Art Review) 3 2.2 Estimasi Biaya 5 2.3 Harga Satuan Pekerjaan 6

2.4 Kebutuhan (Requirement) Material Tulangan Pada Struktur Beton Bertulang 8

2.5 Zonasi gempa bumi Indonesia 9 2.6 Pemodelan 11 2.7 Road Map Penelitian 12

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 14

3.1 Tujuan Penelitian 14 3.2 Manfaat Penelitian 14

BAB 4 METODE PENELITIAN 16

4.1 Lokasi dan Objek Penelitian 16 4.2 Pengumpulan Data 16 4.3 Pengolahan Data dan Analisis 16 4.4 Fish Bone Diagram Penelitian 17

BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 19

5.1 Hasil 19 5.1.1 Pondasi Tapak Beton Bertulang 19 5.1.2 Sloof Beton Bertulang 26 5.1.3 Kolom Beton Bertulang 31 5.1.4 Balok Lantai Beton Bertulang 37 5.1.5 Pelat Lantai Beton Bertulang 44 5.1.6 Rekomendasi Aplikasi AHSP 47 5.2 Capaian Luaran Penelitian 47

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 51

6.1 Rencana Kegiatan Penelitian 51 6.2 Rencana Capaian Penelitian 51 6.3 Rencana Biaya dan Jadual Penelitian Tahun Kedua 52

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 54

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

vi  

7.1 Kesimpulan 54 7.2 Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

vii  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 State of the art review 3

Tabel 2.2 Membuat 1 m3 kolom beton bertulang (300 kg besi + bekisting) 8

Tabel 2.3 Roadmap Penelitian 13

Tabel 5.1 Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona 10 20

Tabel 5.2 Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona 15 21

Tabel 5.3 Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona 10 22

Tabel 5.4 Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona 15 23

Tabel 5.5 Volume Beton dan Tulangan Sloof Tinjauan Zona 10 24

Tabel 5.6 Volume Beton dan Tulangan Sloof Objek Tinjauan Zona 15 25

Tabel 5.7 Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona 10 27

Tabel 5.8 Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona 15 27

Tabel 5.9 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 1 28

Tabel 5.10 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 2 28

Tabel 5.11 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 1 29

Tabel 5.12 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 2 30

Tabel 5.13 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 10 32

Tabel 5.14 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 15 32

Tabel 5.15 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 10 33

Tabel 5.16 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 15 33

Tabel 5.17 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton Bertulang yaitu (158 kg/m3 beton)

35

Tabel 5.18 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton Bertulang yaitu (315 kg/m3 beton)

36

Tabel 5.19 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 10 38

Tabel 5.20 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 15 39

Tabel 5.21 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 10 31

Tabel 5.22 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 15 32

Tabel 5.23 Perbandingan Rasio Tulangan Balok di Zona 15 dengan Standar AHSP

41

Tabel 5.24 Perbandingan Rasio Tulangan Balok di zona 10 dengan Standar AHSP

42

Tabel 5.25 Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 10

44

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

viii  

Tabel 5.26 Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 15

44

Tabel 5.27 Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona 10 45

Tabel 5.28 Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona 15 45

Tabel 5.29 Aplikasi AHSP Menurut Komponen dan Zonasi 47

Tabel 5.30 Aplikasi AHSP Menurut Fungsi Bangunan dan Zonasi 47

Tabel 5.31 Rencana dan Realisasi Capaian Penelitian 48

Tabel 5.32 Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran 49

Tabel 5.33 Capaian dan Rencana Penelitian 49

Tabel 6.1 Rencana Biaya Penelitian Tahun Kedua 52

Tabel 6.2 Rencana Jadual Penelitian Tahun Kedua 53

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

ix  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Analisis Harga Satuan Pekerjaan 7

Gambar 2.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia 11

Gambar 3.1 Fish Bone Diagram Penelitian 17

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian 18

Gambar 5.1 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP

26

Gambar 5.2 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP

31

Gambar 5.3 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan standar AHSP (300 kg/m3 beton)

34

Gambar 5.4 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan standa AHSP (300 kg/m3 beton)

35

Gambar 5.5 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP

43

Gambar 5.6 Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan 46

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

x  

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Peta Wilayah Kajian

LAMPIRAN 2 Tipikal Bangunan Zona 10

LAMPIRAN 3 Tipikal Bangunan Zona 15

LAMPIRAN 4 The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction

LAMPIRAN 5 The Implementation of Unit Price of Work Standard SNI 7394: 2008 for The Construction of Reinforced Concrete Beam

LAMPIRAN 6 Analisis Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Konstruksi Bangunan Gedung

LAMPIRAN 7 Rancangan Pelaksanaan Penelitian Tahun Ke-1

LAMPIRAN 8 Catatan Harian Penelitian Tahun Ke-1 (Periode April – Oktober 2017)

LAMPIRAN 9 Draft Model Kebutuhan Tulangan

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

1  

BAB 1

PENDAHULUAN

Proses estimasi kebutuhan anggaran pada sebuah konstruksi perlu mendapat

perhatian yang serius. Bagi perusahaan penyedia jasa konstruksi, akurasi analisis

diperlukan agar penawaran harga yang diajukan saat pelelangan berdaya bersaing

(kompetitif) dengan penawaran harga dari kompetitor lain dan dapat mengakomodir

seluruh kubutuhan pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, bagi pengguna jasa

(owner), akurasi estimasi dibutuhkan dalam rangka efektifitas dan efisiensi anggaran,

mengingat besarnya jumlah kebutuhan bila dibandingkan dengan anggaran yang

tersedia. Permasalahan keterbatasan anggaran menuntut agar proyek konstruksi

direncanakan dengan baik, juga harus dapat mencukupi kebutuhan, baik dari segi

kuantitas maupun kualitas.

Anggaran biaya sebuah bangunan gedung dianalisis dengan sejumlah metode,

salah satunya menggunakan Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Standar

Nasional Indonesia (SNI). Untuk bangunan gedung milik pemerintah, AHSP

dianalisis dengan menggunakan standar sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan

Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Pengkodean dan lingkup pekerjaan konstruksi

bangunan gedung dalam AHSP terdiri dari 8 divisi, salah satunya adalah divisi

pekerjaan struktural. Divisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan

terhadap sebuah bangunan dengan proporsi 25%-35% dari nilai bangunan tersebut

(Anonim, 2007). Pekerjaan beton bertulang termasuk dalam divisi ini.

AHSP pekerjaan beton bertulang memberikan sejumlah pola analisis yang

langsung menggabungkan kebutuhan material beton, tulangan dan bekisting dalam

satu analisis sebuah komponen beton bertulang. Pola tersebut terdapat pada analisis

untuk komponen pondasi, sloof, kolom, balok, dan dinding. Pola analisis tersebut

berpeluang menimbulkan ketidak-akuratan, mengingat desain komponen tersebut

belum tentu sama di setiap bangunan. Diperlukan sebuah kajian yang dapat

menginformasikan seberapa jauh standar tersebut dapat diberlakukan pada beragam

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

2  

kondisi dan jenis komponen konstruksi. Hal ini diperlukan agar perencanaan

anggaran benar-benar dapat memenuhi kaidah efisien dan efektif.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, diperlukan sebuah penelitian untuk

mengkaji seberapa jauh akurasi standar AHSP pada sejumlah komponen beton

bertulang pada sejumlah desain bangunan gedung. Lebih lanjut, diperlukan juga

upaya untuk memodelkan pola kebutuhan material tulangan pada komponen beton

bertulang, sebagai acuan atau indikasi awal kebutuhan material tulangan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan

bila dilihat dari dimensi dan mutu beton.

2. Seberapa besar rasio penggunaan tulangan pada setiap m3 beton pada tiap

komponen struktural bangunan.

3. Seberapa besar penyimpangan yang timbul bila hasil analisis lapangan

dibandingkan dengan standar AHSP.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

3  

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Konseptual (State of The Art Review)

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan material tulangan

pada konstruksi beton bertulang dan pemodelan biaya pada bangunan gedung

ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. State of the art review

Judul Peneliti Tahun Hasil

Parametric Cost Estimating Model For Conceptual Cost Estimating of Building Construction Projects

Phaobunjong, K

2002 Estimasi konseptual memberikan tingkat keakuratannya berkisar -30% hingga +50% dari biaya aktual

Current practices in building project contract price forecasting in the UK

Fortune, C dan Cox, O

2005 Penelitian menunjukkan bahwa jenis peramalan model tradisional masih digunakan secara luas, seperti lifecycle cost models and in-house knowledge-based systems. Model yang baru dikembangkan seperti artificial neural nets, fuzzy logic nets, dan environmental and sustainability cost models, baru diaplikasikan sangat terbatas dalam praktek.

Parametric Cost Estimation Model for State Buildings

Riswan, D dan Abduh, M

2006 Mengembangkan model estimasi biaya awal dengan parameter Rasio Fasilitas Gedung (RFG)

Model Perhitungan Harga Satuan Tertinggi Gedung Negara

Abduh, M & Kurniawan, B

2008 Mengembangkan pola estimasi dengan pempertimbangkan kondisi lokasi dan waktu pelaksanaan proyek. Metoda ini melakukan pendekatan dengan mengindentifikasi komponen dominan dan kuantitas.

The Study of Project Cost Estimation Based on Cost-Significant Theory and Neural Network Theory

X. Wang, L. Xing, and F. Lin

2009 Penelitian ini menunjukkan bahwa model berdasarkan teori signifikansi biaya dan teori jaringan saraf berhasil dan efektif untuk aplikasi teknis praktis.

Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh

Mubarak 2010 Faktor lokasi dan waktu pembangunan mempengaruhi besarnya biaya pembangunan,

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

4  

Judul Peneliti Tahun Hasil

Darussalam sehingga harga bangunan akan berbeda antara satu kabupaten/ kota dengan kabupaten/kota lainnya.

Penggunaan variabel harga material untuk memprediksi harga satuan Bangunan gedung di kota banda aceh

Mubarak dan Tripoli

2011 Hubungan variabel harga material terhadap harga satuan bangunan gedung dianalisis menggunakan model regresi linear berganda. Variabel harga material yang dianalisis terdiri dari 8 jenis material utama bangunan gedung.

Housing rehabilitation budget estimate due to earthquake disaster by using multiple linear regression models

Mahmuddin and Mubarak

2014 Pemodelan dilakukan untuk memprediksi biaya rehabilitasi pada bangunan perumahan dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang.

The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam

Tripoli, Mubarak, Nurisra, Mahmuddin

2017 The analysis results indicate that the UP standard for reinforced concrete beam cannot be applied to all zoning. The UP standard is only possible on buildings constructed in Zone 10 or zonation with seismic spectral response 0.6-0.7g or lower.

Analisis kebutuhan tulangan pelat lantai beton bertulang pada konstruksi bangunan gedung

Tripoli, Nurisra, Mubarak

2017 Penggunaan AHSP untuk bangunan pada Zona 15 berpotensi menghasilkan estimasi biaya yang tidak akurat. Ketidak-akuratan tersebut menghasilkan nilai estimasi biaya dibawah nilai yang semestinya dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi pelat lantai.

The unit price implication of reinforcement usage in tie beam reinforced concrete construction

Mubarak, Abdullah, M. Riza, Y. Hayati

Est. 2018

The potential inaccurate of cost estimation appears in the two review zones. Such inaccuracies may have an impact on the insufficient costs for the work. Thus, the use of the standard unit price analysis needs further assessment for proper application.

Dari penelitian terdahulu seperti pada Tabel 2.1 maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

5  

1. Secara umum, belum ada kajian yang dilakukan spesifik untuk mengidentifikasi

seberapa besar kebutuhan material tulangan untuk struktur beton bertulang pada

sejumlah komponen bangunan. Di samping itu, juga belum terjawab seberapa

jauh dan dalam kondisi bagaimana pola kebutuhan material tulangan yang

tersebut dalam standar AHSP komponen beton bertulang layak diaplikasikan.

2. Dalam hal pemodelan biaya, umumnya kajian yang dilakukan cenderung

difokuskan pada mengestimasi kebutuhan anggaran bangunan secara keseluruhan

dengan berbagai variabel.

3. Mengingat konstruksi beton bertulang merupakan komponen yang memberi

kontribusi terbesar pada biaya sebuah bangunan gedung, maka penelitian ini akan

dikembangkan sampai dengan tahap pemodelan kebutuhan material dan harga

satuan pekerjaan pada sejumlah komponen struktural bangunan.

2.2 Estimasi Biaya

Estimasi kebutuhan biaya sebuah proyek merupakan salah satu komponen

penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi. Estimasi dibutuhkan untuk

menjawab pertanyaan kebutuhan dana untuk sebuah rencana pembangunan proyek.

Keakuratan hasil estimasi sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi berupa pola

hubungan estimasi biaya atau model biaya (Kerzner, 2006). Pola tersebut dapat

diperlihatkan dalam bentuk :

a. persamaan matematis (mathematical model) yang diperoleh dari analisa regresi;

b. hubungan biaya-kuantitas (cost-quantity) seperti kurva belajar (learning curves);

c. hubungan biaya-biaya (cost-cost);

d. hubungan biaya-non biaya (cost-non cost) berdasarkan karakteristik fisik,

parameter teknis, atau parameter performa.

Bila dikaji dari sisi akurasi estimasi, Kerzner (2006) mengelompokkan jenis

estimasi sebagai berikut :

a. Order-of-magnitude analysis; estimasi ini dibuat berdasarkan hasil-hasil yang

diperoleh dari pengalaman sejenis terdahulu, tanpa adanya data detail

engineering yang lengkap dengan akurasi + 35%.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

6  

b. Approximate estimate; estimasi ini dibuat berdasarkan prorata dari proyek

terdahulu yang memiliki similaritas dari segi lingkup dan jumlah dan juga masih

tanpa ketersediaan data detail engineering yang lengkap dengan akurasi mencapai

+ 15%.

c. Devinitive estimate; estimasi ini dibuat berdasarkan data detail engineering yang

lengkap seperti gambar detail, daftar harga, daftar kuantitas pekerjaan, dan lain-

lain, dengan akurasi mencapai + 5%.

d. Penggunaan kurva belajar; estimasi ini diperoleh dari representasi grafis dari

pengulangan-pengulangan terhadap kegiatan-kegiatan yang berlangsung secara

terus-menerus dan lazim digunakan dalam estimasi untuk kegiatan manufaktur.

Jenis estimasi biaya juga dapat dibedakan berdasarkan tahapan siklus sebuah

proyek (Schuette & Liska, 1994), yaitu :

a. Estimasi kelayakan (feasibility estimate); yang digunakan untuk menentukan

layak-tidaknya sebuah proyek untuk dibangun pada saat pemilik proyek

mengemukakan rencana atau ide membangun sebuah bangunan.

b. Estimasi konseptual (conceptual estimate); yang buat setelah konsep rancangan

bangunan ditentukan, namun belum ada rencana desain detail.

c. Estimasi elemen atau parametric (elemental or parametric estimate); merupakan

estimasi yang paling akurat dimana informasi kuantitas pekerjaan pada proyek

telah dapat terukur dengan baik.

2.3 Harga Satuan Pekerjaan

Harga satuan pekerjaan merupakan uraian dari sejumlah komponen biaya

seperti bahan, tenaga kerja, peralatan, peralatan, dan subkontraktor yang membentuk

harga satuan (Pico & Wayne, 2012). Perencanaan harga satuan pekerjaan dapat

dibedakan berdasarkan tahapan pelaksanaan proyek. Schuette & Liska (1994)

menyatakan estimasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Menggunakan satuan harga berdasarkan fungsi bangunan, seperti untuk sekolah,

perparkiran, dan rumah sakit;

2. Menggunakan satuan harga berdasarkan luasan lantai bangunan;

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

7  

3. Menggunakan satuan harga berdasarkan kubikasi pekerjaan bangunan;

4. Memfaktorkan komponen pekerjaan yang memiliki kesamaan dengan pekerjaan

yang akan direncanakan.

Perencanaan anggaran pada proyek pemerintah dilakukan dengan

menggunakan acuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013

tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan

Umum. Ruang lingkup Pedoman AHSP ini meliputi penanganan pekerjaan

pemeliharaan dan pembangunan di bidang pekerjaan umum (bidang umum, sumber

daya air, bina marga, dan cipta karya.

AHSP untuk konstruksi bangunan gedung tercakup pada bidang cipta karya.

Terdapat 8 divisi untuk pengelompokan pekerjaan, salah satu adalah divisi pekerjaan

struktural. Mengingat lingkup pekerjaan AHSP Cipta Karya ini masih berbasis pada

SNI-ABK tahun 2008, maka sub level dikelompokkan dan dirinci sesuai dengan

SNI-ABK. Pekerjaan beton dicantumkan pada sub level 4.1.1. Sub level ini terdiri

dari 36 standar AHSP. Sebagai ilustrasi, bagan proses AHSP ditunjukkan dalam

Gambar 2.1, dan format salah satu standar AHSP tersebut (kolom beton bertulang)

ditunjukkan dalam Tabel 2.2.

Gambar 2.1. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013)

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

8  

Tabel 2.2. Membuat 1 m3 kolom beton bertulang (300 kg besi + bekisting)

No Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan

(Rp) Jumlah Harga

(Rp)

A TENAGA Pekerja Tukang batu Tukang kayu Tukang besi Kepala tukang Mandor

L.01 L.02 L.02 L.02 L.03 L.04

OH OH OH OH OH OH

7,050 0,275 1,650 2,100 0,403 0,353

B BAHAN Kayu kelas III Paku 5 cm – 12cm Minyak bekisting Besi beton polos Kawat beton Semen Portland Pasir Beton Kerikil Kayu kelas II balok Plywood 9 mm Dolken kayu φ (8-10) cm, panjang 4 m

m3 kg

Liter kg kg kg m3 m3 m3 Lbr

Batang

0,40 4,00 2,00

315,00 4,50

336,00 0,54 0,81 0,15 3,50

20,00

C JUMLAH -

D OVERHEAD & PROFIT -

E HARGA SATUAN PEKERJAAN -

Sumber : SNI 7394:2008

2.4 Kebutuhan (Requirement) Material Tulangan Pada Struktur Beton

Bertulang

Material baja merupakan material yang ideal untuk membentuk konstruksi

beton bertulang. Material ini dapat mengikat baik dengan beton. Pada struktur

komposit, ikatan antara dua material berbeda harus dapat berfungsi sebagai bahan

tunggal. Pada saat proses pengerasan setelah pengecoran beton, material beton dan

baja akan membentuk ikatan mekanis (Mehta, et.al, 2013).

Sejumlah hasil penelitian terhadap material tulangan pada konstruksi beton

bertulang umumnya cenderung diarahkan untuk menganalisis perilaku fisik dan

mekanis beton bertulang (Shanmugam & Lakshmi, 2001; Elnashai, et.al, 2003; Montes,

et.al, 2008; Rao, et.al, 2008; Maekawa, 2009; Amir & Sigmund, 2013). Belum ada kajian

yang dilakukan spesifik untuk mengidentifikasi seberapa besar kebutuhan material

tulangan untuk struktur beton bertulang pada sejumlah komponen bangunan. Di

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

9  

samping itu, juga belum terjawab seberapa jauh dan dalam kondisi bagaimana pola

kebutuhan material tulangan yang tersebut dalam standar AHSP komponen beton

bertulang layak diaplikasikan.

Secara teknis, jumlah tulangan pada struktur beton bertulang harus memadai.

Dimensi dan jumlah material ditentukan dari hasil analisis pada tiap komponen

struktural, seperti pondasi, kolom, balok, pelat lantai, dan dinding. Pada daerah

dengan tingkat kerawanan gempa tinggi, perencanaan dilakukan menggunakan

Pedoman Tata Cara Perencanaan Konstruksi Tahan Gempa Indonesia. Tingkat

kerawanan dapat dikenali dengan berpedoman pada peta zonasi gempa sebagaimana

tersebut dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung

dan Non Gedung (SNI 1726:2012).

Secara umum, kebutuhan bahan untuk menyelesaikan suatu satuan pekerjaan

dapat dianalisis dengan beberapa metode. Standar kebutuhan material sebagaimana

disebut dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013, dianalisis

berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan berdasarkan analisis laboratorium.

Pengamatan langsung lapangan mendapatkan data jumlah bahan riil yang dihabiskan

oleh gugus kerja termasuk loose materials. Sedangkan analisis laboratorium

menghitung jumlah bahan berdasarkan sifat/karakter bahan, misalnya faktor berat isi,

bulking factor, susut, dan lain-lain. Koefisien bahan dihitung dengan

mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut. Oleh karena itu koefisien bahan selalu

ditambahkan toleransi, yang besarnya 5-20%. Untuk keperluan estimasi biaya,

kebutuhan material tulangan dapat diperoleh dari sejumlah standar AHSP.

2.5 Zonasi gempa bumi Indonesia

Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng

besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainya saling bertemu di wilayah Indonesia

(Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah

Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992).

Perencanaan konstruksi tahan gempa di Indonesia mulai diaplikasikan pada

tahun 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum gempa dan Peraturan

Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTIUG). Pedoman tata cara

perencanaan konstruksi tahan gempa Indonesia terus mengalami perkembangan,

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

10  

hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada peta zonasi gempa SNI

1726:2012 (Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan

Non Gedung). Pembaruan yang ditekankan pada standar tersebut terkait dengan :

1. Periode ulang

Pada SNI 2012, kemungkinan pelampauan (probability of exceedance) diambil

sebesar 2% dalam 50 tahun. Dengan persamaan yang sama, didapat periode ulang

gempa sebesar 2.475 tahun atau dibulatkan menjadi 2.500 tahun. Kemungkinan

pelampauan merupakan faktor langsung terhadap berubahnya periode ulang.

Semakin kecil kemungkinan pelampauan semakin besar periode ulang, sekaligus

semakin kecil kemungkinan terjadi gempa diatas gempa rencana hingga dapat

terhindar dari kejadian gempa.

2. Pendekatan Deterministik

SNI 2012,menambahkan satu konsep yang disebut Deterministic Seismic Hazard

Analysis (DSHA). Pada konsep ini, probabilitas gempa tidak hanya diturunkan

dari statistic terjadinya gempa yang tercatat. Probabilitas juga diturunkan dengan

mengidentifikasi adanya subduksi lapisan bumi dan sesar aktif (active faults)

pada suatu wilayah.

3. Uniform Hazard vs Uniform Risk

Peta gempa SNI 1726 2012 mengadopsi konsep uniform risk yang artinya beban

gempa didasarkan pada resiko keruntuhan bangunan yang sama yaitu 1% resiko

keruntuhan dalam 50 tahun. Oleh karena itu, percepatan gempa pada peta SNI

1726 2012 disebut sebagai risk targeted ground motion yaitu percepatan tanah

yang sudah disesuaikan untuk mencapai target resiko keruntuhan 1% dalam 50

tahun. Konsep risk of collapse mengindikasikan bahwa tidak semua gedung yang

terkena beban gempa diatas gempa rencana tidak selamat atau menunjukan

kegagalan struktur sesuai prediksi desain.

4. Koefisien pada Respon Spektra

Peta gempa SNI 1726 2012 memberikan tambahan koefisien spektra berupa PGA

(percepatan di batuan dasar), 0,2 detik dan 1 detik. PGA digunakan untuk

menentukan percepatan gempa pada desain pondasi. Koefisien 0,2 detik dan 1

detik digunakan untuk membuat respon spektra gedung.

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

11  

Peta zonasi wilayah gempa menunjukkan posisi seluruh wilayah Indonesia

berdasarkan tingkat respon sprektra gempa dan warna berbeda untuk setiap batasan

nilai respon sprektra atas dan bawah dalam satuan gravity (g). Nilai sprektra ini

dijadikan acuan untuk mendesain beban gempa dalam perencanaan suatu bangunan

gedung di Indonesia. Peta zonasi gempa SNI 1726:2012 ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/)

2.6 Pemodelan

Model adalah suatu representasi analogikal dari realita. Model merupakan

penyederhanaan deskripsi dari sebuah sistem, untuk mengkalkulasi dan

memprediksi. Modeling adalah suatu upaya untuk merepresentasikan realitas secara

apa adanya, sedemikian sehingga aspek-aspek tentangnya dapat diuraikan,

diterangkan, dioptimalkan atau diramalkan sesuai dengan realitasnya. Output atau

temuan dari proses modeling memungkinkan seorang analis untuk menentukan hasil-

hasil keputusan yang logis dan memilih suatu tindakan optimal. Wibowo (2005) juga

membedakan model menjadi lima macam, yaitu :

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

12  

1. Model matematik yaitu model yang menggunakan notasi-notasi dan persamaan

matematika untuk mempresentasikan sistem, yang dinyatakan dengan variabel-

variabel dan aktifitas dinyatakan dengan fungsi matematika yang menjelaskan

hubungan antar variabel tersebut.

2. Model fisik.

3. Model lapangan yaitu kondisi suatu lapangan yang dijadikan model.

4. Model statistik, misalnya regresi, logit, provit, dan genetik algoritma.

5. Model behavior.

Pemodelan dapat dibuat melalui analisis regresi. Analisis ini merupakan salah

model statistik yang dapat digunakan untuk merumuskan pola hubungan antar

variabel berdasarkan satu set titik data. Analisis regresi secara sistematis dapat

meminimalkan kesalahan estimasi dengan cara least squares regression (regresi

kuadrat terkecil). Analisis ini menjadi salah satu metode yang lazim dipakai untuk

pemodelan biaya (Blocher, et.al, 2010).

Pemodelan untuk estimasi biaya telah dilakukan oleh sejumlah peneliti.

Model estimasi untuk biaya pada tahap konseptual telah direkomendasikan oleh

Mubarak & Tripoli (2011), Mubarak (2010), Abduh & Kurniawan (2008), Riswan &

Abduh (2006), dan Phaobunjong (2002). Untuk pemodelan perkiraan harga konrak

bangunan gedung, Fortune dan Cox (2005) merokemendasikan model menggunakan

artificial neural nets, fuzzy logic nets, dan environmental and sustainability cost

models. Pola yang tipikal juga disarankan oleh Wang, et.al (2009), dengan

memodelkan perkiraan harga penawaran saat tender. Model yang dibuat untuk

memprediksi kebutuhan material untuk sebuah analisis harga satuan, khususnya

tulangan untuk struktur beton bertulang masih belum tersedia.

2.7 Road Map Penelitian

Merujuk pada hasil kajian sejumlah literatur, arah penelitian ini perlu

dirumuskan dalam sebuah roadmap penelitian. Roadmap tersebut ditunjukkan pada

Tabel 2.3.

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

13  

Tabel 2.3. Roadmap Penelitian

PR

OD

UK

TIV

ITA

S Studi Faktor Penentu Produktivitas

Pekerjaan (qualitative analysis)

- Building - Non-building

Analisis Produktivitas

Pekerjaan (lapangan)

- Struktural - Non-

struktural

Analisis Produktifitas

Pekerjaan (const.historical

record) - Struktural - Non-

struktural

ST

UD

I E

ST

IMA

SI

BIA

YA

KO

NS

TR

UK

SI

AN

AL

ISIS

K

EB

UT

UH

AN

(R

EQ

UIR

EM

EN

T)

Analisis Berdasarkan Komponen Struktural Bangunan

Analisis berdasarkan

pola kerawanan wilayah dari

risiko bencana alam

Analisis berdasarkan

fungsi bangunan

Evaluasi kelayakan

requirement dari tiap kelompok

analisis dengan requirement

standar AHSP

- Pondasi - Kolom - Balok - Pelat lantai - Dinding

- Pondasi - Kolom - Balok - Pelat lantai - Dinding

- Pendidikan - Perkantoran - Hunian

MO

DE

L Regresi linear Regresi non linear

- Komponen bangunan - Potensi risiko bencana alam - Fungsi bangunan

- Komponen bangunan - Potensi risiko bencana alam - Fungsi bangunan

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

14  

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Merujuk pada permasalahan yang dijelaskan pada bagian terdahulu, tujuan

penelitian dirumuskan berdasarkan tahapan penelitian per tahun. Untuk tahun

pertama, penelitian ini ditujukan untuk :

1. Mengidentifikasi kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan

bila dilihat dari dimensi dan mutu beton.

2. Menganalisis rasio penggunaan tulangan pada setiap m3 beton pada tiap

komponen struktural bangunan.

3. Mengevaluasi penyimpangan yang mungkin timbul dari standar AHSP dengan

hasil analisis desain lapangan.

Sedangkan untuk tahun kedua, penelitian ini ditujukan untuk :

1. Mengidentifikasi variabel pemodelan dalam penentuan kebutuhan tulangan.

2. Merumuskan pola/model prediksi kebutuhan tulangan pada tiap komponen

struktural bangunan.

3. Menguji akurasi dari sejumlah pola/model yang dihasilkan sehingga dapat

diaplikasi untuk estimasi kebutuhan material tulangan.

3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi seberapa besar kebutuhan material

tulangan untuk struktur beton bertulang pada sejumlah komponen bangunan.

2. Penelitian ini juga dapat menjawab seberapa jauh dan dalam kondisi bagaimana

pola kebutuhan material tulangan yang tersebut dalam standar AHSP komponen

beton bertulang layak diaplikasikan.

3. Penelitian ini akan menghasilkan pola/model prediksi kebutuhan tulangan pada

tiap komponen struktural bangunan, yang akan bermanfaat bagi seorang cost

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

15  

estimator dalam memprediksi kebutuhan material pada sejumlah komponen

struktural konstruksi bangunan gedung.

4. Penelitian ini juga akan memberi gambaran aplikasi model untuk menganalisis

kebutuhan biaya pada sejumlah komponen pekerjaan struktural.

Secara umum, hasil penelitian ini akan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

referensi pengembangan dan penyesuaian standar kebutuhan material bangunan,

khususnya material tulangan pada konstruksi beton bertulang. Informasi tersebut

akan dapat memperbaharui standar yang telah ada mengingat perkembangan dan

inovasi yang terus terjadi dalam industri konstruksi. Penggunaan model prediksi akan

menjadi salah satu alat untuk mempermudah seorang cost estimator dalam

menganalisis kebutuhan material, khususnya pada konstruksi beton bertulang.

Estimasi yang akurat akan memberikan banyak implikasi positif bukan hanya bagi

perusahaan konstruksi sebagai penyedia jasa, namun juga bagi pemilik proyek

(owner) terkait dengan hal efektitas dan efisiensi anggaran.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

16  

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Survey pada penelitian ini dilakukan proyek bangunan gedung yang dibangun

di wilayah Provinsi Aceh. Tinjauan objek penelitian difokuskan pada bangunan

gedung dengan klasifikasi sederhana dan tidak sederhana sebagaimana didefinisikan

dalam Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun 2007. Objek bangunan yang akan diteliti

difokuskan pada kelompok bangunan non perumahan berlantai 2 atau lebih. Potensi

risiko yang akan dikaji adalah risiko bencana gempa bumi dengan pola potensi

diklasifikasi menurut peta zonasi gempa Indonesia (SNI 1726:2012).

4.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder. Data tersebut diperoleh

dari pengelola teknis bangunan pada instansi terkait. Data yang dibutuhkan adalah

sebagai berikut :

1. Dokumen kontrak untuk proyek gedung yang dibangun pada tahun 2012 sampai

dengan 2015, yang berisikan data bill of quantity, harga satuan, harga material,

dan gambar bestek (site plan, denah, dan tampak bangunan).

2. Standar harga satuan bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur.

Mengingat sebaran data yang dibutuhkan dan keragaman pengelola teknis,

maka pengumpulan data tidak hanya diupayakan di Kota Banda Aceh, namun juga

diupayakan dengan penelurusuran ke ibukota kabupaten/kota yang menjadi target

lokasi penelitian.

4.3 Pengolahan Data dan Analisis

Proses pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan untuk Tahun I :

- Pengelompokan data berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan,

potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

17  

- Analisis kebutuhan material tulangan pada struktur beton bertulang.

- Pengelompokan hasil analisis menurut jenis komponen struktur bangunan,

potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan.

- Evaluasi kesesuaian kebutuhan material hasil analisis dengan nilai kebutuhan

yang tersebut dalam AHSP.

Proses pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan untuk Tahun II :

1. Perumusan variabel model penelitian

2. Analisis regresi linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan,

potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan.

3. Analisis regresi non linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan,

potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan.

4. Validasi model dan perbandingan akurasi model dengan kondisi aktual.

4.4 Fish Bone Diagram Penelitian

Bentuk fish bone diagram penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 3.1 dan

bagan alir penelitian ditunjukkan dalam Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Fish Bone Diagram Penelitian

Req. material menurut komponen

Req. material menurut fungsi bang.

Req. material menurut potensi risk.

Model Regresi Linear

Model Regresi Non Linear

Pondasi

Kolom

Balok

P.Lantai

Pondasi Pondasi

Kolom

Balok

P.Lantai

PondasiPondasi

Kolom

Balok

P.Lantai

Pondasi

Komponen strk.

Fungsi bang.

Potensi risiko

Komponen strk.

Fungsi bang.

Potensi risiko

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

18  

  TAHAP/ LOKASI

LUARAN

PRA STUDI (2016)

Lokasi kegiatan: Lab. MRK Perpustakaan

- Referensi utama - Data awal zonasi objek

TAHAP I (2017)

Lokasi objek: Bangunan gedung di Prov. Aceh Lokasi pengl. data & anls.: Lab. MRK

- Laporan hasil penelitian Tahun 1 - Prosiding (nasional/int’l)

TAHAP II (2018)

Lokasi objek: Bangunan gedung di Prov. Aceh Lokasi pengl. data & anls.:

Lab. MRK

- Laporan hasil penelitian Tahun 2 - Prosiding (nasional/int’l) - Jurnal (nasional/int’l) - Model - Draft buku ajar

Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian

MULAI

Studi Pendahuluan dan Perumusan Masalah

Pengumpulan Data Tahap I

Pengolahan Data dan Analisis - Pengelompokan data - Analisis kebutuhan material

tulangan - Pengelompokan hasil analisis - Evaluasi kesesuaian kebutuhan

material

Literatur Review

Perumusan Hasil, Kesimpulan dan Rekomendasi Tahap I

Seleksi Data Tahap I dan Pengumpulan Data Tahap II

Pengolahan Data dan Analisis 1. Perumusan variabel 2. Analisis regresi linear 3. Analisis regresi non linear 4. Validasi

Perumusan Hasil, Kesimpulan dan Rekomendasi Tahap II

SELESAI

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

19  

BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

 

5.1 Hasil

Hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dijabarkan sesuai dengan

komponen struktural bangunan gedung yang ditinjau. Wilayah tinjauan dan tipikal

bangunan yang ditinjau pada Zona 10 dan Zona 15 ditujukkan pada Lampiran 1

sampai dengan Lampiran 3. Komponen bangunan tersebut terdiri dari :

1) Pondasi;

2) Sloof;

3) Kolom;

4) Balok lantai;

5) Pelat lantai.

5.1.1 Pondasi Tapak Beton Bertulang

Menurut Bowles (1993), ondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa

struktur yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri

kepada dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak di bawahnya. Pondasi tapak

(spread footing) merupakan pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom.

Umumnya dibuat dengan kedalaman 1 sampai dengan 1,50 m dari permukaan tanah,

atau lebih.

Perencanaan struktur suatu bangunan bertingkat harus mampu mendukung

berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada

struktur bangunan tersebut dan struktur pondasi tapak menerima beban dari elemen-

elemen struktur yang didistribusikan dan diteruskan melalui struktural pondasi beton

bertulang. Bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur gedung bertingkat secara

umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat lantai didistribusikan terhadap

balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban

kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.

Pemilihan tipe pondasi didasarkan atas:

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

20  

- Fungsi bangunan atas (upper structure) yang dipikul pondasi tersebut.

- Besarnya beban dan berat bangunan atas.

- Keadaan tanah untuk mendukung bangunan yang akan didirikan.

- Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

A. Deskripsi Objek

Pada penelitian ini objek yang ditinjau adalah bangunan gedung di Provinsi

Aceh yang difokuskan pada zona gempa 10 dan 15. Pada peta zonasi gempa SNI

1726:2012 wilayah 10 dan 15 adalah zona merah yaitu zona yang rawan akan

terjadinya gempa. Untuk data objek penelitian yang dipakai adalah berdasarkan

lokasi peta zona gempa SNI 1726:2012. Objek yang ditinjau berjumlah 20 data yang

merupakan bangunan gedung berlantai 2 dan 3 dengan fungsi bangunan pendidikan

seperti ruang kuliah dan ruang sekolah, bangunan hunian seperti asrama dan rumah

sakit, kemudian fungsi bangunan kantor. Objek yang akan ditinjau merupakan

bangunan yang dibangun tersebut pada tahun 2012 sampai dengan 2015.

B. Volume Beton dan Tulangan Pondasi Tapak

Perhitungan untuk volume beton dan tulangan pondasi tapak dihitung

berdasarkan gambar bestek yang ada pada kontrak proyek yaitu gambar detail

penulangan balok dengan menggunakan tabel analisis tulangan kebutuhan tulangan

pondasi tapak. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap objek

berdasarkan zonasi gempa dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.1. dan

Tabel 5.2.

Tabel 5.1. Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona 10

No. Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi bangunan

Volume Beton (m3)

Berat Tulangan

(kg)

1 Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala, Langsa

2 Kantor 36.000 5698.265

2 Gedung Hukum Unsam (Langsa) 2 Pendidikan 156.464 33439.710

3 Lab Metrologi (Langsa) 2 Pendidikan 115.920 15342.524

4 Gedung Perawat RSU Langsa 2 Hunian 59.594 10903.594

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

21  

No. Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi bangunan

Volume Beton (m3)

Berat Tulangan

(kg)

5 SDN 3 Idi Cut, Aceh Timur 2 Pendidikan 12.668 2508.498

6 SDN Gandapura, Aceh Utara 2 Pendidikan 12.936 1640.026

7 Puskesmas IDI Aceh Timur 2 Pendidikan 113.600 23953.119

8 Kantor Walikota Lhokseumawe 2 Kantor 59.586 16044.241

9 Pembangunan Gedung Administrasi Politeknik Negri Lhokseumawe

2 Kantor 49 10300.986

10 STMIK BINA BANGSA LHOKSEUMAWE

2 Pendidikan 125.314 18249.282

Tabel 5.2. Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona 15

No. Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi bangunan

Volume Beton (m3)

Berat Tulangan

(kg)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 (Otsus) Banda Aceh

2 Pendidikan 7.920 1480.387

2 Gudang BPM Banda Aceh 2 Kantor 48.000 6962.155

3 Ika Unsyiah Banda Aceh 2 Kantor 34.560 6015.118

4 Ipedelma Banda Aceh 2 Hunian 83.920 12927.610

5 Dedung STTIT Muhammadiyah Aceh barat daya

2 Pendidikan 12.638 1706.755

6 Aspol Punge Jurong Banda Aceh 2 Hunian 32.951 3986.124

7 Asrama Putri Beutong, Banda Aceh 2 Hunian 18.816 3692.230

8 Asrama UPTD BPKP ACEH, Banda Aceh

2 Hunian 14.534 3575.311

9 Asrama Pelajar Nagan Raya, Banda Aceh 2 Hunian 19.440 3536.207

10 Gedung Rukyatul Hilal Aceh Barat 2 Pendidikan 66.824 16575.417

11 Asrama Putri Beutong, Banda Aceh 2 Hunian 83.856 10436.718

12 Pembangunan ruang guru SMPN Banda Aceh

2 Hunian 12.096 2785.207

13 UKM ACEH, Banda Aceh 2 Hunian 98.000 23367.572

14 Asrama BP2IP Lamdom, Banda Aceh 2 Hunian 61.152 17694.184

15 Asrama Pelajar Aceh Singkil, Banda Aceh 2 Hunian 25.637 3399.735

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

22  

C. Rasio Kebutuhan Aktual Tulangan untuk Setiap 1 m3 Pondasi Tapak

Beton Bertulang

Perhitungan rasio kebutuhan tulangan pondasi tapak dihitung berdasarkan

perbandingan antara jumlah penggunaan tulangan dan total volume beton.

Perhitungan rasio tulangan pondasi tapak diklasifikasikan berdasarkan zona gempa

dan juga fungsi bangunan. Hasil dari perhitungan rasio kebutuhan tulangan

komponen struktural pondasi tapak beton bertulang dalam 1 m3 dapat dilihat pada

Tabel berikut yaitu pada Tabel 5.3 dan 5.4.

Tabel 5.3. Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona 10

No. Nama Proyek Fungsi

bangunan

Volume Beton (m3)

Berat Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (Kg/m3)

1 Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa

Kantor 36.000 5698.265 158.285

2 Gedung Hukum Unsam (Langsa) Pendidikan 156.464 33439.710 213.721

3 Lab Metrologi (Langsa) Pendidikan 115.920 15342.524 132.354

4 RSU Langsa Hunian 59.594 10903.594 182.966

5 SDN 3 Idi Cut, Aceh timur Pendidikan 12.668 2508.498 198.019

6 SDN Gandapura, Aceh Utara Pendidikan 12.936 1640.026 126.780

7 Puskesmas IDI, Aceh Timur Pendidikan 113.600 23953.119 210.855

8 Kantor Walikota Lhokseumawe Kantor 59.586 16044.241 269.262

9 Pembangunan Gedung Administrasi Politeknik Negri Lhokseumawe

Kantor 49.000 10300.986 193.573

10 STMIK Bina Bangsa Lhokseumawe Pendidikan 125.314 18249.282 145.629

Rata-rata 183.144

Rasio Max 269.262

Rasio Min 126.780

Standar Deviasi (STDEV) 36.057

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

23  

Tabel 5.4. Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona 15

No. Nama Proyek Fungsi

bangunan

Volume Beton (m3)

Berat Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (Kg/m3)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 (Otsus), Banda Aceh

Pendidikan 7.920 1480.387 186.918

2 Gudang BPM, Banda Aceh Kantor 48.000 6962.155 145.045

3 Ika Unsyiah, Banda Aceh Kantor 34.560 6015.118 174.049

4 Ipedelma, Banda Aceh Hunian 83.920 12927.610 154.047

5 Dedung STTIT Muhammadiyah Aceh barat daya

Pendidikan 12.638 1706.755 135.049

6 Aspol Punge Jurong Banda Aceh Hunian 27.783 3986.124 144.126

7 Asrama Putri Beutong, Banda Aceh Hunian 18.816 3692.230 196.228

8 Asrama UPTD BPKP ACEH, Banda Aceh

Hunian 14.534 3575.311 255.065

9 Asrama Pelajar Nagan Raya, Banda Aceh Hunian 19.440 3536.207 181.904

10 Gedung Rukyatul Hilal Aceh Barat Pendidikan 66.824 16575.417 248.046

11 Asrama Putri Nagan Raya, Banda Aceh Hunian 83.856 10436.718 124.460

12 Pembangunan ruang guru SMPN Banda Aceh

Hunian 12.096 2785.207 230.259

13 UKM ACEH, Banda Aceh Hunian 98.000 23367.572 238.445

14 Asrama BP2IP Lamdom, Banda Aceh Hunian 61.152 17694.184 289.348

15 Asrama Pelajar Aceh Singkil, Banda Aceh Hunian 25.637 3399.735 132.613

Rata-rata 189.040

Rasio Max 289.348

Rasio Min 124.460

Standar Deviasi (STDEV) 51.976

Hasil dari nilai rata-rata keseluruhan rasio kebutuhan tulangan pondasi tapak

untuk zona gempa 10 dan 15 berdasarkan Tabel 5.3 dan 5.4 terjadi perbedaan rasio

kebutuhan tulangan, pada tabel tersebut zona 15 memiliki rasio dengan rata-rata

sebesar 189,040 kg/m3 sedangkan rasio pada zona 10 sebesar 183,144 kg/m3. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tulangan pondasi tapak pada zona 15 lebih

besar bila dibandingkan dengan penggunaan tulangan pondasi tapak pada zona 10.

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

24  

D. Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi Tapak Berdasarkan Zona

Gempa dengan AHSP

Tabel 5.5. Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi Tapak di Zona 15 dengan Standar AHSP

No. Nama Proyek

Rasio Standar Selisih

(Kg/m3) Persentase

(%) Tulangan AHSP

(Kg/m3) (Kg/m3)

1 2 3 4 5 6

(3-4) (5/4)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus), Banda Aceh

186.918 150 36.918 25

2 Gudang BPM, Banda Aceh 145.045 150 -4.955 -3

3 Ika Unsyiah, Banda Aceh 174.049 150 24.049 16

4 Ipedelma, Banda Aceh 154.047 150 4.047 3

5 Dedung STTIT Muhammadiyah Aceh barat daya

135.049 150 -14.951 -10

6 Aspol Punge Jurong Banda Aceh

144.126 150 -5.874 -4

7 Asrama Putri Beutong, Banda Aceh

196.228 150 46.228 31

8 Asrama UPTD BPKP ACEH, Banda Aceh

255.065 150 105.065 70

9 Asrama Pelajar Nagan Raya, Banda Aceh

181.904 150 31.904 21

10 Gedung Rukyatul Hilal Aceh Barat

248.046 150 98.046 65

11 Asrama Putri Beutong, Banda Aceh

124.460 150 -25.540 -17

12 Pembangunan ruang guru SMPN Banda Aceh

230.259 150 80.259 53.506

13 UKM ACEH, Banda Aceh 238.445 150 88.445 58.963

14 Asrama BP2IP Lamdom Banda Aceh

289.348 150 139.348 92.898

15 Asrama Pelajar Aceh Singkil, Banda Aceh

132.613 150 -17.387 -11.591

Jumlah Rata-rata 189.040 150 39.040 26

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

25  

Tabel 5.6. Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi di Zona 10 dengan Standar AHSP

No. Nama Proyek

Rasio Standar Selisih

(Kg/m3) Persentase

(%) Tulangan AHSP

(Kg/m3) (Kg/m3)

1 2 3 4 5 6

(3-4) (5/4)

1 Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa

158.285 150 8.285 6

2 Gedung Hukum Unsam (Langsa)

213.721 150 63.721 42

3 Lab Metrologi (Langsa) 132.354 150 -17.646 -12

4 Geduung Perawat RSU Langsa 182.966 150 32.966 22

5 SDN 3 Idi Cut, Aceh Timur 198.019 150 48.019 32

6 SDN Gandapura, Banda Aceh 126.780 150 -23.220 -15

7 Puskesmas IDI Aceh Timur 210.855 150 60.855 41

8 Kantor Walikota Lhokseumawe 269.262 150 119.262 80

9 Pembangunan Gedung Administrasi Politeknik Negri Lhokseumawe

193.573 150 43.573 29

10 STMIK BINA BANGSA LHOKSEUMAWE

145.629 150 -4.371 -3

Jumlah Rata-rata 183.144 150 33.144 22

Berdasarkan pada Tabel 5.5 dan 5.6, dapat dilihat hasil perbandingan rasio

kebutuhan hasil perhitungan dengan apa yang telah distandarkan pada AHSP tersebut

terjadi perbedaan yang mana hasil dari perhitungan pada zonasi gempa 15 dengan

jumlah jenis dan fungsi bangunan yaitu 3 bangunan pendidikan, 8 bangunan hunian

dan 3 bangunan kantor dengan jumlah 15 bangunan memiliki rasio rata-rata 189,040

kg/m3 nilai lebih besar dari pada yang telah distandarkan oleh AHSP yaitu sebesar

150 kg/m3 dan memiliki selisih sebesar 39.040 kg/m3 atau 26 % lebih besar terhadap

standar AHSP. Sedangkan hasil perhitungan pada zona gempa 10 dengan jenis dan

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

26  

ZONA 15 ZONA 10

Pendidikan 200.068 163.301

Penghunian 184.724 196.911

Kantor 185.846 165.829

Standar AHSP 150 150

0

50

100

150

200

250

Rasio Tulangan

(kg/m

3)

Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan dengan Standar AHSP

fungsi yang berbeda yaitu 5 bangunan pendidikan, 3 bangunan kantor dan 2

bangunan hunian dengan jumlah 10 bangunan yang memiliki rasio rata-rata 183,144

kg/m3 lebih besar dari AHSP yaitu 150 kg/m3 dan memiliki selisih sebesar 33,144

kg/m3 atau 22 % lebih besar terhadap apa yang telah distandarkan AHSP pondasi

beton bertulang.

Nilai rasio tulangan pondasi tertinggi pada zonasi 15 adalah pada bangunan

gedung asrama BP2IP dengan fungsi bangunan adalah bangunan hunian dengan

jumlah nilai rasio adalah 289,348 kg/m3 dan nilai rasio tulangan tertinggi pada zonasi

10 ada pada bangunan Kantor Wali Kota Lhokseumawe dengan jenis bangunan

sebagai bangunan perkantoran dengan jumlah nilai rasio adalah sebesar 269.262

kg/m3.

Gambar 5.1. Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP

5.1.2 Sloof Beton Bertulang

A. Volume Beton dan Tulangan Sloof

Perhitungan volume beton dan tulangan sloof dilakukan berdasarkan gambar

bestek yaitu gambar detail penulangan sloof dengan menggunakan tabel analisis

kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap zona

gempa ditunjukkan pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8.

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

27  

Tabel 5.7. Volume Beton dan Tulangan Sloof Tinjauan Zona 10

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 Pendidikan 15,000 3110,635

2 Pembangunan RKB SMPN 8 Pendidikan 14,860 3474,705

3 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro Penghunian 3,460 796,357

4 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Penghunian 12,040 2508,807

5 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional Kantor 18,950 4034,450

6 Pembangunan SMP Negeri 9 Pendidikan 8,520 1858,758

7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah Pendidikan 12,400 2893,490

8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong

Pendidikan 4,980 1067,559

9 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office Kantor 10,965 2234,240

10 Pembangunan Asrama Iwata Peurada Penghunian 12,500 2554,878

11 Pembangunan Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner Kantor 12,648 2617,589

12 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Kantor 55,986 12332,22

5

13 Pembangunan Asrama Polisi Punge jurong Penghunian 29,630 6538,975

14 Pembangunan asrama santri pondok pesantren Drul ihsan Desa Pawoh

Penghunian 5,600 1152,140

15 Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh Penghunian 21,023 4356,752

Tabel 5.8. Volume Beton dan Tulangan Sloof Objek Tinjauan Zona 15

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai Kantor 22,800 4953,501

2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD metrologi

Kantor 18,510 3665,473

3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Pendidikan 42,943 9009,319

4 Pembanguanan Ruang Kelas Baru (RKB) Pendidikan 46,400 9993,104

5 Rumah Sakit Umun Penghunian 24,600 5099,715

6 Bilik Santri Dayah Pesantren Penghunian 5,688 1201,339

B. Rasio Kebutuhan Aktual Tulangan per m3 Sloof Beton Bertulang

Perhitungan rasio tulangan sloof diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan

zona gempa dan fungsi bangunan. Hasil perhitungan rasio kebutuhan tulangan sloof

dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan 5.10.

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

28  

Tabel 5.9. Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona 10

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

Kantor 22,800 4953,501 217,259

2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD metrologi

Kantor 18,510 3665,473 198,027

3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Pendidikan 42,943 9009,319 209,797

4 Pembanguanan Ruang Kelas Baru (RKB)

Pendidikan 46,400 9993,104 215,369

5 Rumah Sakit Umun Penghunian 24,600 5099,715 207,306

6 Bilik Santri Dayah Pesantren Penghunian 5,688 1201,339 211,224 Rasio Rata-rata 209,830

Rasio Max 217,259Rasio Min 198,027

Standar Deviasi (STDEV) 6,834

Tabel 5.10. Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona 15

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 Pendidikan 15,480 3110,635 207,376

2 Pembangunan RKB SMPN 8 Pendidikan 10,720 3474,705 233,829

3 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro

Penghunian 3,360 796,357 230,161

4 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil

Penghunian 12,490 2508,807 208,373

5 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional

Kantor 18,950 4034,450 212,900

6 Pembangunan SMP Negeri 9 Pendidikan 14,500 1983,091 218,164

7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah

Pendidikan 7,784 1000,269 233,346

8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong

Pendidikan 11,680 2893,490 214,369

9 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office

Kantor 7,278 1067,559 203,761

10 Pembangunan Asrama Iwata Peurada Penghunian 9,995 2234,240 204,390

11 Pembangunan Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner

Kantor 20,300 2554,878 206,965

12 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

Kantor 13,448 2617,589 220,273

13 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong

Penghunian 52,146 12332,225 220,688

14 Pembangunan asrama santri pondok pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh

Penghunian 29,630 6538,975 205,739

15 Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh

Penghunian 7,854 1152,140 207,242

Rasio Rata-rata 215,172

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

29  

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

Rasio Max 233,829 Rasio Min 203,761

Standar Deviasi (STDEV) 10,512

Tabel di atas memberi informasi nilai rata-rata keseluruhan rasio kebutuhan

tulangan untuk zona gempa 10 dan 15. Terdapat perbedaan rasio kebutuhan tulangan,

dimana pada zona 15 memiliki rasio rata-rata sebesar 215,172 kg/m3 sedangkan pada

zona 10 memiliki rasio rata-rata sebesar 209,830 kg/m3. Hasil ini meneunjukkan

bahwa penggunaan tulangan sloof pada zona 15 lebih besar dibandingkan

penggunaan tulangan sloof pada zona 10.

4.2.1. Perbandingan Rasio Tulangan Berdasarkan Zona Gempa dengan AHSP

AHSP Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 pada

pekerjaan sloof beton bertulang menetapkan standar penggunaan tulangan sebesar

210 kg/m3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis akan membandingkan rasio

hasil analisis kebutuhan tulangan sloof beton bertulang dengan standar AHSP sloof

beton bertulang. Perbandingan diklasifikasikan juga berdasarkan zona gempa 10 dan

15. Hasil Perbandingan dapat dilihat pada Tabel 5.11 dan Tabel 5.12.

Tabel 5.11 Perbandingan Rasio Tulangan Sloof Zona 15 dengan Standar AHSP

No Nama Proyek Rasio

Tulangan (Kg/m3)

Standar AHSP

(Kg/m3)

Selisih

(Kg/m3)

Persentase (%)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42

207,376 210 -2,624 -1,2

2 Pembangunan RKB SMPN 8 233,829 210 23,829 11,3

3 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro

230,161 210 20,161 9,6

4 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil

208,373 210 -1,627 -0,7

5 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional

212,900 210 2,900 1,4

6 Pembangunan SMP Negeri 9 218,164 210 8,164 3,9

7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah

233,346 210 23,346 11,1

8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong

214,369 210 4,369 2,1

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

30  

No Nama Proyek Rasio

Tulangan (Kg/m3)

Standar AHSP

(Kg/m3)

Selisih

(Kg/m3)

Persentase (%)

9 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office

203,761 210 -6,239 -2,9

10 Pembangunan Asrama Iwata Peurada

204,390 210 -5,610 -2,6

11 Pembangunan Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner

206,965 210 -3,035 -1,4

12 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

220,273 210 10,273 4,8

13 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong

220,688 210 10,688 5,1

14 Pembangunan asrama santri pondok pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh

205,739 210 -4,261 -2,0

15 Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh

207,242 210 -2,758 -1,3

Jumlah Rata-rata 215,172 210 5,172 2,5 %

Berdasarkan Tabel 5.11, dapat kita lihat bahwa hasil analisis data zona gempa

15 menunjukkan rasio rata-rata 215,172 kg/m3 lebih besar dari AHSP yaitu 210

kg/m3 dan memiliki selisih sebesar 5,172 kg/m3 atau 2,5% lebih besar terhadap

standar AHSP sloof beton bertulang. Berdasarkan rasio rata-rata tersebut maka dapat

dilihat juga bahwa, standar AHSP sloof beton bertulang ini tidak tepat untuk

diaplikasikan dalam estimasi kebutuhan tulangan sloof beton bertulang pada zona

gempa 15.

Tabel 5.12 Perbandingan Rasio Tulangan Sloof zona 10 dengan Standar AHSP

No Nama Proyek Rasio

Tulangan (Kg/m3)

Standar AHSP

(Kg/m3)

Selisih

(Kg/m3)

Persentase(%)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

217,259 210 7,259 3,5

2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD metrologi

198,027 210 -11,973 -5,7

3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum

209,797 210 -0,203 -0,1

4 Pembanguanan Gedung (RKB) 215,369 210 5,369 2,5

5 Rumah Sakit Umun 207,306 210 -2,694 -1,3

6 Bilik Santri Dayah Pesantren 211,224 210 1,224 0,6

Jumlah Rata-rata 209,830 210 -0,170 -0,08%

Berdasarkan Tabel 5.12, dapat kita lihat bahwa hasil analisis data zona gempa

15 menunjukkan rasio rata-rata 209,830 kg/m3 lebih kecil dari AHSP yaitu 210

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

31  

kg/m3 dan memiliki selisih sebesar -0,170 kg/m3 atau -0,08% lebih kecil terhadap

standar AHSP sloof beton bertulang. Berdasarkan rasio rata-rata tersebut maka dapat

dilihat juga bahwa pada zona gempa 10 standar AHSP sloof beton bertulang ini dapat

diaplikasikan dalam estimasi kebutuhan tulangan sloof beton bertulang.

Rasio kebutuhan tulangan sloof zona gempa 10 dan 15 berdasarkan fungsi

bangunan dapat dilihat pada Gambar 5.2

Gambar 5.2. Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP

Berdasarkan Gambar 5.2, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan kebutuhan

tulangan berdasarkan fungsi bangunan dan zona gempa. Seperti pada zona 15 untuk

bangunan pendidikan, bangunan penghunian, dan kantor memiliki nilai rasio

kebutuhan tulangan sloof dengan nilai masing-masing 221,417 kg/m3, 212,766

kg/m3, dan 210,975 kg/m3. Sedangkan pada zona gempa 10 dengan fungsi bangunan

yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan sloof dengan nilai masing-masing

212,583 kg/m3, 209,265 kg/m3, dan 207,643 kg/m3.

5.1.3 Kolom Beton Bertulang

A. Volume dan rasio tulangan Zona 10

Perhitungan volume beton dan tulangan kolom dilakukan berdasarkan gambar

bestek yaitu gambar detail penulangan kolom dengan menggunakan tabel analisis

kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume dan rasio tulangan untuk Zona 10 dapat

dilihat pada Tabel 5.13 dan 5.14.

ZONA 15 ZONA 10

Pendidikan 221.417 212.583

Penghunian 212.766 209.265

Kantor 210.975 207.643

Standar AHSP 210 210

0

50

100

150

200

250

Rasio Tulangan

(kg/m

3)

Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan dengan Standar AHSP

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

32  

Tabel 5.13. Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 1

No Nama Proyek Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan Gedung Media Center 16.84 4051.26 240.52

2 Pembangunan Gedung Multimedia, 16.43 3214.56 195.58

3 Pembangunan Gedung Dekranasda Kabupaten Aceh Timur

8.73 1710.73 195.82

4 Pembangunan Gedung Asrama Putra 30.82 5632.18 182.73

5 Pembangunan RKB SDN 5 Samudera (Lantai I,II) Samudera

9.07 2197.27 192.20

6 Pembangunan dan Rehabilitasi Polres Langsa 23.55 3607.17 343.14

7 Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa 19.39 1973.12 181.76

8 Pembangunan Gedung BP SMKN 2 Langsa 7.79 1431.20 183.72

9 Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa 10.46 1973.12 188.59

10 Pembangunan Ruko Terminal Terpadu Kec. Peureulak

11.34 2276.90 200.78

11 Pembangunan Hotel Training Kartini SMKN3 Langsa

17.64 2678.64 201.79

12 Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru 62.11 10634.75 261.22

13 Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa

27.3 5648.93 206.92

 

Tabel 5.14. Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 2

No Nama Proyek Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan Gedung Media Center 16.17 2570.30 229.49

2 Pembangunan Gedung Multimedia, 17.25 3056.71 177.25

3 Pembangunan Gedung Dekranasda Kabupaten Aceh Timur 5.10 1025.42 201.07

4 Pembangunan Gedung Asrama Putra 32.40 4984.31 196.07

5 Pembangunan RKB SDN 5 Samudera (Lantai I,II) Samudera 9.07 2004.09 220.91

6 Pembangunan dan Rehabilitasi Polres Langsa 17.87 2916.34 239.72

7 Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa 8.93 1471.00 164.76

8 Pembangunan Gedung BP SMKN 2 Langsa 6.08 787.02 159.44

9 Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa 19.39 1471.00 211.86

10 Pembangunan Ruko Terminal Terpadu Kec. Peureulak 11.03 1270.80 163.36

11 Pembangunan Hotel Training Kartini SMKN3 Langsa 15.90 2255.62 141.85

12 Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru 34.81 6602.93 243.70

13 Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa 18.73 3720.18 198.66

 

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

33  

B. Volume dan rasio tulangan Zona 15

Perhitungan volume beton dan tulangan kolom dilakukan berdasarkan gambar

bestek yaitu gambar detail penulangan kolom dengan menggunakan tabel analisis

kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume dan rasio tulangan untuk Zona 10 dapat

dilihat pada Tabel 5.15 dan 5.16.

Tabel 5.15. Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 1

No Nama Proyek Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN42 (Otsus) 19.02 4186.97 231.11

2 Pembangunan RKB SMPN8 30.28 6908.27 233.13

3 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Siak Nibong 14.85 2333.03 157.15

4 Pembangunan Lanjutan Pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh 7.42 1312.35 176.96

5 Pembangunan Dinayah dan Gedung Taman Kanak-kanak 12.67 2099.80 165.76

6 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro 21.07 3500.48 166.12

7 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) 17.68 3406.57 192.69

8 Pembangunan Dapur dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin 16.55 2749.58 224.19

9 Pembangunan Asrama UPTD BPKB Aceh 17.14 3557.13 247.57

10 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional 71.79 15695.35 348.62

11 Pembanguna Gedung Kantor WH dan Satpol PP 33.28 7047.13 331.74

12 Pembangunan Gedung Lost Children Operation Office 19.81 3220.99 192.63

Tabel 5.16. Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 2

No Nama Proyek Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN42 (Otsus) 19.81 2840.18 217.38

2 Pembangunan RKB SMPN8 11.80 2495.63 211.46

3 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Siak Nibong 10.31 1648.11 169.89

4 Pembangunan Lanjutan Pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh 6.02 1024.22 170.14

5 Pembangunan Dinayah dan Gedung Taman Kanak-kanak 9.46 1686.36 178.35

6 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro 11.18 2375.85 212.44

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

34  

No Nama Proyek Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

7 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) 12.51 2372.65 189.66

8 Pembangunan Dapur dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin 1.27 274.88 162.71

9 Pembangunan Asrama UPTD BPKB Aceh 12.85 3072.37 279.48

10 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional 28.08 6084.15 231.64

11 Pembanguna Gedung Kantor WH dan Satpol PP 16.08 3507.43 218.10

12 Pembangunan Gedung Lost Children Operation Office 14.35 2650.97 184.78

Rasio kebutuhan tulangan kolom di zona gempa 10 dan zona gempa 15

diklasifikasikan berdasarkan fungsi bangunan perlantai bangunan yang ditinjau

seperti terlihat pada Lampiran B Tabel B.4.5 s/d Tabel B.4.10. Perbandingan rasio

berdasarkan fungsi bangunan dengan standar AHSP dapat dilihat pada Gambar dan

Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan standar

AHSP (300 kg/m3 beton)

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

35  

Gambar 5.4 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan standa AHSP

(300 kg/m3 beton)

Berdasarkan Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 dapat dilihat adanya perbedaan

kebutuhan tulangan berdasarkan fungsi bangunan dan zona gempa. Seperti pada zona

10 untuk bangunan pendidikan, bangunan hunian, dan bangunan kantor memiliki

nilai rasio kebutuhan tulangan kolom dengan nilai masing-masing 254,25 kg/m3

beton, 255,39 kg/m3 beton, dan 202,78 kg/m3 beton. Sedangkan pada zona 15 untuk

bangunan yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan kolom dengan nilai

masing-masing 163,85 kg/m3 beton, 236,93 kg/m beton, dan 192,83 kg/m3 beton.

Tabel 5.17 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton Bertulang

yaitu (158 kg/m3 beton)

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

36  

Berdasarkan Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa, pada zona gempa 10 untuk

bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang

sebesar 96,25 kg/m3 beton atau 60,93% lebih besar, bangunan hunianmemiliki

selisih 97,39 kg/m3 beton atau 61,63% jauh lebih besar, dan bangunankantor

memiliki selisih 55,04 kg/m3 beton atau 34,85% lebih besar. Pada zonagempa 15

untuk bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton

bertulang sebesar 5,86 kg/m3 atau 3,75% lebih besar, bangunan hunian memiliki

selisih 78,93 kg/m3 beton atau 49,95% jauh lebih besar, dan bangunan kantor

memiliki selisih 34,83 kg/m3 beton atau 22,05% lebih besar. Hasil ini menunjukkan

bahwa kebutuhan tulangan di zona 10 dan di zona 15 jauh lebih besar dari standar

AHSP. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola standar AHSP (158 kg/m3

beton) tidak bisa digunakan pada bangunan pendidikan,bangunan hunian, dan

bangunan kantor di zona 10 maupun di zona 15.

Tabel 5.18 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton Bertulang

yaitu (315 kg/m3 beton)

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa, pada zona gempa 10 untuk

bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang

sebesar 60,75 kg/m3 beton atau 19,27% lebih kecil, bangunan hunian memiliki

selisih 59,61 kg/m3 beton atau 18,9% lebih kecil, dan bangunan kantor memiliki

selisih 101,97 kg/m3 beton atau 32,35% jauh lebih kecil. Pada zona gempa 15 untuk

bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang

sebesar 151,15 kg/m3 beton atau 48,0% jauh lebih kecil, bangunan hunian memiliki

selisih 78,07 kg/m3 beton atau 24,75% lebih kecil, dan bangunan kantor memiliki

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

37  

selisih 122,17 kg/m3 beton atau 38,8% lebih kecil. Hasil ini menunjukkan bahwa

kebutuhan tulangan di zona 10 dan di zona 15 jauh lebih kecil dari standar AHSP.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola standar AHSP (315 kg/m3)

Persentase (%) beton) dapat digunakan pada bangunan pendidikan, bangunan

hunian, dan bangunan kantor di zona 10 maupun di zona 15.

5.1.4 Balok Lantai Beton Bertulang

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok

merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat

kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai pendukung beban vertikal dan

horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat

lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan

beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Apabila suatu gelagar balok

bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur

akan terjadi deformasi (regangan) pada balok tersebut. Regangan balok tersebut

mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di

sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang

balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan

tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan

tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai

bertulangan baja tarik saja (Dipohusodo,1996).

Balok yang ditinjau pada penelitian ini yaitu balok induk dan balok anak.

balok induk merupakan penyangga struktur utama pada bangunan yang secara fisik

mengikat kolom-kolom utama bangunan secara kaku (rigid). Seluruh gaya-gaya

yang bekerja pada balok ini akhirnya didistribusikan ke pondasi melalui kolom

bangunan. Secara umum, balok anak berfungsi sebagai pembagi/pendistribusi beban.

Pada bangunan bertingkat biasanya terlihat bahwa ujung-ujung balok anak terhubung

pada balok induk. Meskipun berukuran lebih kecil daripada balok induk, penggunaan

komponen ini sangat vital, khususnya untuk mendukung bentang kerja optimal dari

plat lantai. Balok ini sebenarnya merupakan struktur pengikat/pengaku keseluruhan

struktur bangunan. Meskipun demikian, desain dimensi dan penulangan balok perlu

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

38  

diperhitungkan apabila memiliki fungsi tambahan, misalnya apabila menjadi

penyangga kuda-kuda atap atau menjadi struktur kuda-kuda beton.

Beton adalah material yang kuat di dalam menahan gaya tekan tetapi lemah

di dalam menahan gaya tarik. Oleh karena itu beton akan mengalami retak bahkan

runtuh apabila gaya tarik yang bekerja melebihi kekuatan tariknya. Untuk mengatasi

kelemahan beton ini, maka pada daerah yang mengalami tarik pada saat beban

bekerja dipasang tulangan baja. Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam

balok, maka di daerah momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan

supaya antara batang tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen di suatu

tempat menurun, jarak batas ini dapat digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena itu,

dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya harus terdapat empat batang

tulangan dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang disudut ini dan yang

membentang sepanjang balok dilingkari oleh sengkang-sengkang. Agar mendapatkan

kekakuan secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan batang-

batang yang diameternya tidak kurang dari 6 mm.

A. Volume Beton dan Tulangan Balok

Perhitungan volume beton dan tulangan balok dilakukan berdasarkan gambar

bestek yaitu gambar detail penulangan balok dengan menggunakan tabel analisis

kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap objek

berdasarkan zona gempa hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.19. dan 5.20.

Tabel 5.19. Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 10

No Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

2 Kantor 21,73 4330,084

2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Metrologi

2 Kantor 7,5 1594,994

3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum

2 Pendidikan 47,333 8722,591

4 Rumah Sakit Umum 2 Penghunian 55,29 10320,030

5 Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)

2 Pendidikan 14,05 2739,377

6 Pembangunan Puskesmas Lapang 2 Penghunian 18,667 3520,980

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

39  

Tabel 5.20. Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 15

No Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus)

2 Pendidikan 20,701 3754,479

2 Pembangunan Lab Unsyiah

3 Pendidikan 144,012 26335,160

3 Pembangunan Asrama IPMB 2 Hunian 15,250 3460,509

4 Pembangunan RKB SMPN 3 Banda Aceh

2 Pendidikan 14,228 2847,024

5

Pembangunan Asrama Mahasiswa Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa dan Masyarakat Kec Tiro/Trusep Kab Pidie

2 Hunian 14,800 3296,860

6 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK)

2 Hunian 13,082 2944,228

7 Pembangunan Gedung Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Banda Aceh (BNNP Aceh)

2 Kantor 21 4137,020

8

Pembangunan Dapur Dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Keude Bakongan kec Bakongan Kab Aceh Selatan

2 Hunian 9,16 1781,820

9 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya

2 Pendidikan 16,610 3391,641

10 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong

2 Hunian 29,810 5862,248

11 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

2 Kantor 65,100 14823,996

12 Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh

2 Hunian 21,243 4394,364

13 Pembangunan Asrama Iwata Peurada 3 Hunian 20,625 4135,185

14 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office

2 Kantor 10,175 2282,784

15 Pembangunan Gudang BPM Aceh 2 Kantor 19,600 4173,200

Tabel di atas merupakan rekapitulasi hasil perhitungan volume beton balok

dan volume tulangan balok untuk setiap objek tinjauan. Volume beton dan volume

tulangan akan digunakan untuk menghitung rasio kebutuhan tulangan balok.

B. Rasio Kebutuhan Tulangan untuk Setiap 1 m3 Balok Beton Bertulang

Perhitungan rasio tulangan balok diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan

zona gempa dan fungsi bangunan. Hasil perhitungan rasio kebutuhan tulangan balok

dapat dilihat pada Tabel 5.21 dan 5.22.

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

40  

Tabel 5.21. Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 10

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

Kantor 21,73 4330,084 199,268

2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Metrologi

Kantor 7,5 1594,994 212,666

3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum

Pendidikan 47,333 8722,591 184,281

4 Rumah Sakit Umum Penghunian 55,29 10320,030 186,653

5 Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)

Pendidikan 14,05 2739,377 194,973

6 Pembangunan Puskesmas Lapang Penghunian 18,667 3520,980 188,615

Rasio Rata-rata 194,409 Rasio Max 212,666 Rasio Min 184,281

Standar Deviasi (STDEV) 10,522

Tabel 5.22. Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 15

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus)

Pendidikan 20,701 3754,479 181,371

2 Pembangunan Lab Unsyiah Pendidikan 144,012 26335,160 182,868

3 Pembangunan Asrama IPMB Hunian 15,250 3460,509 226,919

4 Pembangunan RKB SMPN 3 Banda Aceh

Pendidikan 14,228 2847,024 200,107

5

Pembangunan Asrama Mahasiswa Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa dan Masyarakat Kec Tiro/Trusep Kab Pidie

Hunian 14,800 3296,860 222,761

6 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK)

Hunian 13,082 2944,228 225,063

7 Pembangunan Gedung Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Banda Aceh (BNNP Aceh)

Kantor 21 4137,020 197,001

8

Pembangunan Dapur Dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Keude Bakongan kec Bakongan Kab Aceh Selatan

Hunian 9,16 1781,820 194,522

9 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya

Pendidikan 16,610 3391,641 204,193

10 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong

Hunian 29,810 5862,248 196,654

11 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

Kantor 65,100 5862,248 227,711

12 Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh

Hunian 21,243 14823,996 206,867

13 Pembangunan Asrama Iwata Hunian 20,625 4394,364 200,494

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

41  

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

Peurada

14 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office

Kantor 10,175 4135,185 224,352

15 Pembangunan Gudang BPM Aceh Kantor 19,600 2282,784 212,918 Rasio Rata-rata 206,920

Rasio Max 227,711 Rasio Min 181,371

Standar Deviasi (STDEV) 15,666

Berdasarkan di atas, terlihat ada perbedaan rasio kebutuhan tulangan, dimana

pada zona 15 memiliki rasio rata-rata sebesar 206,920 kg/m3 sedangkan pada zona 10

memiliki rasio rata-rata sebesar 194,409 kg/m3. Hasil ini menunjukkan bahwa

penggunaan tulangan balok pada zona 15 lebih besar dibandingkan penggunaan

tulangan balok pada zona 10.

C. Perbandingan Rasio Tulangan Berdasarkan Zona Gempa dengan AHSP

AHSP Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 pada

pekerjaan Balok beton bertulang menetapkan standar penggunaan tulangan sebesar

210 kg/m3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil perhitungan akan membandingkan

rasio perhitungan kebutuhan aktual dengan standar AHSP. Perbandingan

diklasifikasikan juga berdasarkan zona gempa 10 dan 15, perbandingan dapat dilihat

pada Tabel 5.23. dan Tabel 5.24.

Tabel 5.23. Perbandingan Rasio Tulangan Balok di Zona 15 dengan Standar AHSP

No Nama Proyek Rasio

Tulangan (Kg/m3)

Standar AHSP

(Kg/m3)

Selisih (Kg/m3)

Persentase (%)

1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus)

181,371 210 -28,629 -14

2 Pembangunan Lab Unsyiah 182,868 210 -27,132 -13

3 Pembangunan Asrama IPMB 226,919 210 16,919 8

4 Pembangunan RKB SMPN 3 Banda Aceh

200,107 210 -9,893 -5

5

Pembangunan Asrama Mahasiswa Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa dan Masyarakat Kec Tiro/Trusep Kab Pidie

222,761 210 12,761 6

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

42  

No Nama Proyek Rasio

Tulangan (Kg/m3)

Standar AHSP

(Kg/m3)

Selisih (Kg/m3)

Persentase (%)

6 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK)

225,063 210 15,063 7

7 Pembangunan Gedung Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Banda Aceh (BNNP Aceh)

197,001 210 -12,999 -6

8

Pembangunan Dapur Dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Keude Bakongan kec Bakongan Kab Aceh Selatan

194,522 210 -15,478 -7

9 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya

204,193 210 -5,807 -3

10 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong

196,654 210 -13,346 -6

11 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

227,711 210 17,711 8

12 Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh

206,867 210 -3,133 -1

13 Pembangunan Asrama Iwata Peurada

200,494 210 -9,506 -5

14 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office

224,352 210 14,352 7

15 Pembangunan Gudang BPM Aceh 212,918 210 2,918 1

Jumlah Rata-rata 206,920 210 -3,080 -1

Tabel 5.24. Perbandingan Rasio Tulangan Balok di zona 10 dengan Standar AHSP

No Nama Proyek Rasio

Tulangan (kg/m3

Standar AHSP

(Kg/m3)

Selisih (Kg/m3)

Persentase (%)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

199,268 210 -10,732 -5

2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Metrologi

212,666 210 2,666 1

3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum

184,281 210 -25,719 -12

4 Rumah Sakit Umum 186,653 210 -23,347 -11

5 Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)

194,973 210 -15,027 -7

6 Pembangunan Puskesmas Lapang 188,615 210 -21,385 -10

Jumlah Rata-rata 194,409 210 -15,591 -7

Berdasarkan Tabel 5.21 dan Tabel 5.22, dapat dilihat hasil perbandingan rasio

kebutuhan hasil perhitungan dengan standar AHSP terjadi perbedaan, dimana hasil

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

43  

ZONA 15 ZONA 10

Pendidikan 192.135 189.627

Penghunian 210.468 187.634

Kantor 215.496 205.967

Standar AHSP 210 210

0

50

100

150

200

250

Rasio Tulangan

(kg/m

3)

Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan dengan Standar AHSP

perhitungan memiliki nilai lebih besar dari pada standar AHSP. Untuk zona 15 hasil

perhitungan memiliki rasio rata-rata 206,920 kg/m3 lebih kecil dari AHSP yaitu 210

kg/m3 dan memiliki selisih sebesar 3,080 kg/m3 atau 1% lebih kecil terhadap standar

AHSP. Sedangkan pada zona 10 hasil perhitungan memiliki rasio rata-rata 194,409

kg/m3 lebih kecil dari AHSP yaitu 210 kg/m3 dan memiliki selisih sebesar 15,591

kg/m3 atau 7% lebih kecil terhadap standar AHSP balok beton bertulang.

Secara keseluruhan kebutuhan tulangan pada zona gempa 15 dan zona gempa

10 dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Rasio perbandingan bberdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP

Berdasarkan Gambar 5.5, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan kebutuhan

tulangan berdasarkan fungsi bangunan dan zona gempa. Seperti pada zona 15 untuk

bangunan pendidikan, bangunan penghunian, dan kantor memiliki nilai rasio

kebutuhan tulangan balok dengan nilai masing-masing 192,135 kg/m3, 210,468

kg/m3, dan 215,496 kg/m3. Sedangkan pada zona gempa 10 dengan fungsi bangunan

yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan balok dengan nilai masing-

masing 189,627 kg/m3, 187,634 kg/m3, dan 205,967 kg/m3, hal ini menunjukkan

bahwa rasio kebutuhan tulangan balok pada fungsi bangunan kantor memiliki rasio

terbesar berdasarkan hasil kajian, kemudian pada posisi kedua terdapat fungsi

bangunan penghunian dan yang ketiga terdapat fungsi bangunan pendidikan.

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

44  

5.1.5 Pelat Lantai Beton Bertulang

A. Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai

Perhitungan volume beton dan tulangan plat lantai dilakukan berdasarkan

gambar bestek yaitu gambar detail penulangan plat lantai dengan menggunakan tabel

analisis kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap

objek berdasarkan zona gempa hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.25 dan

Tabel 5.26.

Tabel 5.25. Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 10

No Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

2 Kantor 13.44 3712.18

2 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum

2 Pendidikan 17.28 2064.721

3 Pembangunan Puskesmas Lapang 2 Penghunian 14.40 1338.146

Tabel 5.26. Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 15

No Nama Proyek Jumlah Lantai

Fungsi Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

1 Pembangunan RKB SMPN 8 2 Pendidikan 30.78 7080.13

2 Pembangunan Asrama Aceh Singkil 2 Hunian 18.90 3451.14

3 Pembangunan Gedung UGD 2 Kantor 0.84 126.02

4 Pembangunan Aspol 2 Hunian 19.74 3577.16

5 Pembangunan Gudang BPM 2 Kantor 19.44 3268.14

6 Pembangunan IPEDALMA 2 Hunian 45.70 8428.91

7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah

2 Pendidikan 19.44 3268.14

8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong

2 Pendidikan 46.08 8630.10

9 Asrama Pelajar Aceh Singkil 2 Hunian 14.70 2811.13

10 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

2 Pendidikan 46.08 8630.10

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

45  

B. Rasio Kebutuhan Tulangan per 1 m3 Plat Lantai Beton Bertulang

Perhitungan rasio tulangan plat lantai diklasifikasikan berdasarkan

berdasarkan zona gempa dan fungsi bangunan. Hasil perhitungan rasio kebutuhan

tulangan plat lantai dapat dilihat pada Tabel 5.27 dan 5.28.

Tabel 5.27. Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona 10

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan

(kg/m3

1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai

Kantor 13.44 3712.18 276.20

2 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum

Pendidikan 17.28 2064.721 759.48

3 Pembangunan Puskesmas Lapang Penghunian 14.40 1338.146 198.11 Rasio Rata-rata 317.839

Rasio Max 759.48 Rasio Min 119.486

Standar Deviasi (STDEV) 253.561

Tabel 5.28. Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona 15

No Nama Proyek Fungsi

Bangunan

Volume Beton (m3)

Volume Tulangan

(kg)

Rasio Tulangan (kg/m3)

1 Pembangunan RKB SMPN 8 Pendidikan 30.78 7080.13 230.02

2 Pembangunan Asrama Aceh Singkil Hunian 18.90 3451.14 182.60

3 Pembangunan Gedung UGD Kantor 0.84 126.02 168.11

4 Pembangunan Aspol Hunian 19.74 3577.16 181.21

5 Pembangunan Gudang BPM Kantor 19.44 3268.14 168.11

6 Pembangunan IPEDALMA Hunian 45.70 8428.91 184.46

7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah

Pendidikan 19.44 3268.14 168.11

8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong

Pendidikan 46.08 8630.10 187.29

9 Asrama Pelajar Aceh Singkil Hunian 14.70 2811.13 191.23

10 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh

Pendidikan 46.08 8630.10 187.29

Rasio Rata-rata 185.83

Rasio Max 233.84

Rasio Min 152.52

Standar Deviasi (STDEV) 20.72

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

46  

Tabel 5.25 dan 5.26 menginformasikan nilai rata-rata keseluruhan rasio

kebutuhan tulangan beton plat lantai untuk zona gempa 15 dan 10. Hal diatas,

terjadinya perbedaan rasio kebutuhan tulangan, dimana pada zona 15 memiliki rasio

rata-rata sebesar 186,06 kg/m3 sedangkan pada zona 10 memiliki rasio rata-rata

sebesar 184,031 kg/m3. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan tulangan plat

lantai pada zona 15 lebih besar dibandingkan penggunaan tulangan plat lantai pada

zona 10.

Rasio kebutuhan tulangan plat lantai zona gempa 10 dan zona gempa 15

diklasifikasikan berdasarkan fungsi bangunan serta dapat dilihat pada grafik yang

terdapat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan

Berdasarkan Gambar 5.6. hasil perhitungan penulis dapat dilihat bahwa

adanya perbedaan kebutuhan tulangan berdasarkan lokasi dan zona gempa, seperti

pada bangunan pendidikan dan bangunan penghunian. Bangunan pendidikan

memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan plat lantai dengan nilai masing-masing

233,840 kg per m3 beton plat lantai untuk zona gempa 15. Sedangkan pada zona

gempa 10 dengan fungsi bangunan yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan

tulangan plat lantai dengan nilai masing-masing 181,281 kg per m3 beton plat lantai,

hal ini menunjukkan bahwa rasio kebutuhan tulangan plat lantai pada bangunan

pendidikan 15 lebih besar dibandingkan rasio kebutuhan tulangan plat lantai pada

zona gempa 10.

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

47  

5.1.6 Rekomendasi Aplikasi AHSP

Aplikasi AHSP dapat bervariasi sesuai dengan zonasi dan fungsi bangunan.

Kecenderungan tersebut dapat terlihat dari informasi yang tersaji dalam Tabel 5.29

dan Tabel 5.30.

Tabel 5.29 Aplikasi AHSP Menurut Komponen dan Zonasi

No. Komponen Struktural

Rata-rata Penggunaan Tulangan Per m3 beton Standar

AHSP

Rekomendasi Aplikasi AHSP

Zona 10 Zona 15 Zona 10 Zona 15 1 Pondasi 183,144 189,040 150 Tidak Tidak 2 Sloof 209,830 215,172 200 Tidak Tidak 3 Kolom 197,870 237,470 300 Ya Ya 4 Balok 194,409 206,920 200 Ya Tidak 5 Plat Lantai 189,720 201,837 200 Ya Tidak

Tabel 5.30 Aplikasi AHSP Menurut Fungsi Bangunan dan Zonasi

No. Komponen Struktural

Fungsi Bangunan

Rata-rata Penggunaan Tulangan Per m3

beton Standar AHSP

Rekomendasi Aplikasi AHSP

Zona 10 Zona 15 Zona 10 Zona 15

1 Pondasi Pendidikan 163,301 200,068

150 Tidak Tidak

Hunian 184,724 196,911 Tidak Tidak Kantor 165,829 185,846 Tidak Tidak

2 Sloof Pendidikan 212,583 221,417

200 Tidak Tidak

Hunian 209,265 212,766 Tidak Tidak Kantor 207,643 210,975 Tidak Tidak

3 Kolom Pendidikan 163,85 254,25

300 Ya Ya

Hunian 255,39 263,93 Ya Ya Kantor 192,83 202,78 Ya Ya

4 Balok Pendidikan 189,627 192,135

200 Ya Ya

Hunian 187,634 210,468 Ya Tidak Kantor 205,967 215,496 Tidak Tidak

5 Plat Lantai

Pendidikan 181,281 233,840

200

Ya Tidak Hunian N/A 191,82 Ya Ya Kantor 199,27 175,85 Ya Ya Rumah Sakit 188,62 N/A Ya Ya

5.2 Capaian Luaran Penelitian

Luaran yang ditargetkan untuk Tahun Ke-1 meliputi luaran untuk komponen

publikasi ilmiah, pemakalah dalam temu ilmiah, dan model. Target yang

direncanakan untuk Tahun Ke-1 serta luaran yang telah dicapai sampai dengan

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

48  

Oktober 2017 secara rinci ditunjukkan dalam Tabel 5.31. Sampai dengan laporan ini

diselesaikan, ada 3 artikel yang sudah dihasilkan, yaitu :

1. Analisis Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Konstruksi

Bangunan Gedung, pada Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 di Universitas

Tarumanagara, Jakarta, dipresentasikan tanggal 26 Oktober 2017.

2. The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the

construction of reinforced concrete beam, pada The 7th AIC-ICMR 2017 on

Sciences & Engineering, Banda Aceh, presented on October 18-20, 2017.

3. The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced

Concrete Construction, pada AIJST, dan dalam proses review.

Tabel 5.31 Rencana dan Realisasi Capaian Penelitian

No Jenis Luaran Indikator Capaian

2017

Realisasi s.d. Oktober

2017 1 Publikasi ilmiah Internasional draft -

Nasional Terakreditasi draft In review 2 Pemakalah dalam

temu ilmiah Internasional draft Presented

(Lampiran 5) Nasional sudah

dilaksanakan Presented

(Lampiran 6)3 Invited Speaker

dalam temu ilmiah Internasional tidak ada - Nasional tidak ada -

4 Visiting Lecturer Internasional tidak ada - 5 Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) Paten tidak ada - Paten sederhana tidak ada - Hak Cipta tidak ada - Merek dagang tidak ada - Rahasia dagang tidak ada - Desain Produk Industri tidak ada - Indikasi Geografis tidak ada - Perlindungan Varietas Tanaman

tidak ada -

Perlindungan Topografi Sirkuit

tidak ada -

6 Teknologi Tepat Guna tidak ada - 7 Model / Purwarupa / Desain / Karya seni /

Rekayasa Sosial draft Draft

(Lampiran 7) 8 Buku Ajar (ISBN) tidak ada - 9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 4 -

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

49  

Capaian penelitian sejalan dengan penggunaan anggaran yang disediakan.

Sesuai dengan Kontrak No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017 Tanggal 3 April 2017,

penelitian ini mendapat pembiayaan sebesar Rp. 55.000.000. Pembayaran dana

penelitian dilakukan dalam dua tahap, dengan rincian untuk tahap I sebesar 70% dan

untuk tahap II sebesar 30%. Rencana dan realisasi penggunaan anggaran sampai

dengan Oktober 2017 (akhir periode kontrak) ditunjukkan dalam Tabel 5.32.

Tabel 5.32 Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran

No. Jenis pengeluaran Biaya Tahun Ke-1 (Rp.)

Rencana Realisasi s.d. Oktober 2017

1 Honorarium 14.068.000 14.068.000 2 Bahan habis pakai 14.250.000 14.250.000 3 Perjalanan 11.290.000 11.290.000 4 Sewa 15.000.000 15.000.000

Jumlah 54.608.000 54.608.000 Jumlah (Dibulatkan) 55.000.000 55.000.000

 

Pelaksanaan kegiatan penelitian telah dimulai dengan sejumlah persiapan,

seperti penandatanganan kontrak dan koordinasi awal tim yang terlibat dalam

penelitian. Secara ringkas, deskripsi capaian dan rencana mendatang ditunjukkan

dalam Tabel 5.33

Tabel 5.33 Capaian dan Rencana Penelitian

DESKRIPSI KEGIATAN TAHUN 2017

4 5 6 7 8 9 10 11

Persiapan Pengumpulan Data Tahap I

Pengumpulan data (dokumen kontrak, RAB, Gambar) Seleksi Data

Pengolahan Data dan Analisis Tahap I Pengelompokan data Analisis kebutuhan material tulangan Pengelompokan hasil analisis Evaluasi kesesuaian kebutuhan material

Pelaporan Kegiatan & Publikasi Publikasi Laporan Kegiatan Realisasi s.d. Oktober 2017 Rencana realisasi s.d. akhir Tahun 1

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

50  

Sampai dengan bulan Oktober 2017, kegiatan penelitian telah merampungkan

seluruh kegiatan pengumpulan data. Proses analisis juga telah dilaksanakan

seluruhnya. Terkait dengan luaran, tim peneliti telah melaksanakan proses publikasi

melalui pertemuan ilmiah sebagai pemakalah baik pada tingkat nasional maupun

internasional. Publikasi melalui media jurnal telah terlaksana dalam bentuk jurnal

nasional terakreditasi (in review) dan jurnal internasional (draft).

Capaian penelitian secara umum telah terealiris seluruhnya, bahkan untuk

kriteria publikasi melalui pertemuan ilmiah telah dicapai pada tahun pertama dari

rencana pelaksanaan di tahun kedua. Kondisi ini mengacu pada Rancangan

Pelaksanaan Penelitian (Lampiran 8). Capaian bulanan dari kegiatan yang telah

dilakukan ditunjukkan dalam Lampiran 9. Ada sejumlah pembaruan (update) yang

masih dibutuhkan terkait dengan penyiapan sejumlah draft baik untuk publikasi

internasional maupun draft model biaya.

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

51  

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

 

6.1 Rencana Kegiatan Penelitian

Penelitian ini merencakan sejumlah kegiatan dan capaian pada tahun kedua

penelitian. Penelitian pada tahun kedua akan difokuskan pada kegiatan terkait

pemodelan kebutuhan tulangan dan proses validasi model. Kegiatan yang akan

dilaksanakan terdiri dari proses berikut :

1. Data, Lokasi, dan Objek Penelitian

Survey tambahan akan dilakukan untuk melengkapi kekosongan (gap) data yang

masih muncul pada penelitian tahun pertama. Tambahan data bangunan gedung

yang dibutuhkan disesuaikan dengan pola potensi risiko gempa Indonesia (SNI

1726:2012), terdiri dari Zona 11, 12, 13, dan 14. Objek bangunan yang akan

dikumpulkan tetap mengacu pada kelompok bangunan non perumahan berlantai

2 atau lebih, sebagaimana telah dilakukan pada tahun pertama penelitian.

2. Pengolahan Data dan Analisis

Proses pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan pada tahun kedua

difokuskan pada proses pemodelan. Tahapan kegiatan secara umum sebagai

berikut :

- Identifikasi variabel model penelitian

- Analisis regresi linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan,

potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan.

- Analisis regresi non linear berdasarkan pada jenis komponen struktur

bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan.

- Validasi model dan perbandingan akurasi model dengan kondisi aktual.

6.2 Rencana Capaian Penelitian

Capaian luaran penelitian yang direncanakan untuk tahun kedua difokuskan

pada publikasi ilmiah dan finalisasi model kebutuhan tulangan. Secara ringkas,

capaian tersebut terdiri dari :

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

52  

1. Publikasi ilmiah nasional dan internasional

Draft ini akan mulai disiapkan pada akhir tahun pertama penelitian, dan

direncanakan untuk dikirimkan pada akhir tahun ini atau selambat-lambatnya

pada awal tahun yang akan datang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam proses review paper oleh editor jurnal

yang dituju.

2. Model kebutuhan tulangan

Draft model kebutuhan tulangan merupakan produk yang akan mulai disiapkan

sejak dari akhir pembiayaan tahun pertama. Model ini diupayakan telah dapat

memberi informasi minimal terkait hubungan biaya dengan zonasi gempa di

wilayah Aceh.

3. Draft buku ajar

Draft buku ajar disiapkan dengan memperbaharui sejumlah konten atau materi

yang telah ada pada buku ajar terdahulu. Pembaruan tersebut ditekankan dengan

sejumlah materi tambahan terkait hasil penelitian ini.

6.3 Rencana Biaya dan Jadual Penelitian Tahun Kedua

Berkaitan dengan penggunaan anggaran penelitian, besaran dana yang masih

dibutuhkan sampai dengan akhir peride pendanaan ditunjukkan dalam Tabel 6.1.

Dari usulan tersebut, penambahan biaya disuslkan untuk komponen bahan habis

pakai dan perjalanan. Tambahan ini dibutuhkan untuk mengakomodir kebutuhan

survey tambahan pada 4 zona kajian (dari awal 2 zona), dan untuk publikasi.

Tabel 6.1 Rencana Biaya Penelitian Tahun Kedua

No. Jenis pengeluaran Biaya Terkontrak

Tahun Ke-1 (Rp.)

Usulan Rencana Biaya Tahun Ke-2

(Rp.)

1 Honorarium 14.068.000 13.948.000 2 Bahan habis pakai 14.250.000 22.950.000 3 Perjalanan 11.290.000 19.717.500 4 Sewa 15.000.000 13.000.000

Jumlah 54.608.000 69.615.500

Jumlah (Dibulatkan) 55.000.000 70.000.000

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

53  

Deskripsi kegiatan yang direncanakan dilakukan pada penelitian di tahun

keduan (2018) ditunjukkan dalam time schedule pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Rencana Jadual Penelitian Tahun Kedua

DESKRIPSI KEGIATAN TAHUN 2018

4 5 6 7 8 9 10

Persiapan Pengumpulan Data Tahap II

Seleksi ulang data tahap I Pengumpulan data tahap II (dokumen kontrak, RAB, Gambar)

Pengolahan Data dan Analisis Tahap II Perumusan variabel Analisis regresi linear Analisis regresi non linear Validasi model

Pelaporan Kegiatan & Publikasi

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

54  

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

 

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan sejumlah capaian yang telah diperoleh pada tahun pertama penelitian, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari proses penelitian ini :

a. Pelaksanaan penelitian telah dapat diselesaikan sesuai dengan target yang direncanakan mengacu pada Rancangan Pelaksanaan Penelitian. Capaian penelitian juga dapat dipenuhi sesuai target yang diusulkan, bahkan untuk publikasi melalui pertemuan ilmiah internasional, telah diselesaikan di tahun pertama dari target awal di tahun kedua.

b. Ada sejumlah pembaruan (update) yang masih dibutuhkan terkait dengan penyiapan sejumlah draft baik untuk publikasi internasional maupun draft model biaya.

7.2 Saran

Tim peneliti akan berupaya untuk mempercepat proses penyiapan draft publikasi ilmiah internasional sehingga target terpublikasi di tahun ke-2 dapat terpenuhi. Terkait dengan proses pemodelan yang menjadi produk dari penelitian ini, draft awal model diupayakan dapat diselesaikan pada tahun pertama atau awal tahun kedua.

 

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

55  

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M, & Kurniawan, B, 2008, ‘Model Perhitungan Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara’, Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil - Universitas Atmajaya, Hal. 257-265.

Amir, O, & Sigmund, O, 2013, ‘Reinforcement layout design for concrete structures based on continuum damage and truss topology optimization’, Struct. Multidisc. Optim., vol. 47, pp. 157–174.

Anonim, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Anonim, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012).

Anonim, 2013, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

Blocher, EJ, Stout, DE, & Cokins, G, 2010, Cost Management: A Strategic Emphasis, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Elnashai, AS, El-Ghazouli, AY, & Dowling, PJ, 2003, ‘International assessment of design guidance for composite columns’, Journal of Constructional Steel Research, Vol. 15, pp. 191–213.

Fortune, C, & Cox, O, 2005, ‘Current practices in building project contract price forecasting in the UK’, Construction and Architectural Management, Vol. 5, pp.69 – 81.

Kerzner, HK, 2006, Project Management – A System Approach to Planning, Scheduling, and Controlling, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.

Maekawa, K, 2009, ‘Anti-seismic Design, Diagnostics and Reinforcement for Concrete Structures’, Stock Management for Sustainable Urban Regeneration, pp. 101-132.

Mahmuddin dan Mubarak, 2014, ‘Estimate of Budget for Housing Rehabilitation due to Earthquake Disaster in Aceh Province using the Multiple Linear Regression Model’, Proc. 9th AIWEST-DR 2014.

Mehta, M, Scarborough, W, & Armpriest, D, 2013, Building Construction: Principles, Materials, and Systems, Pearson Education, Inc., New Jersey.

Montes, EH, Gil-Martín, LM, Fernández, MP, & Aschheim, M, 2008, ‘Theorem of optimal reinforcement for reinforced concrete cross sections’, Struct. Multidisc. Optim., vol. 36, pp. 509–521.

Mubarak, 2010, ‘Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam’, Jurnal Teknik Sipil, vol 1,No.1, Hal 43-52.

Mubarak dan Tripoli, 2011, ‘Penggunaan variabel harga material untuk memprediksi harga satuan’, Prosiding Seminar API 2011 Banda Aceh.

Mubarak, Abdullah, M. Riza, Y. Hayati, 2017, ‘The unit price implication of reinforcement usage in tie beam reinforced concrete construction’, AIJST, Submitted (in review).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

56  

Phaobunjong, K, 2002, Parametric Cost Estimating Model For Conceptual Cost Estimating of Building Construction Projects, Dissertation, The Faculty Of The Graduate School Of The University Of Texas, At Austin.

Pico, D, & Wayne, J, 2012, Estimating Building Costs for the Residential & Light Commercial Construction Professional, John Wiley & Sons, Inc., 2nd edition, New Jersey.

Rao, GA, Vijayanand, I, & Eligehausen, R, 2008, ‘Studies on ductility and evaluation of minimum flexural reinforcement in RC beams’, Materials and Structures, vol. 41, pp.759–771.

Riswan, D, & Abduh, M, 2006, ‘Parametric Cost Estimation Model for State Buildings’, Prociding on International Civil Engineering Conference, pp. 225-233.

Schuette, SD, & Liska, RW, 1994, Building Construction Estimating, McGraw-Hill, Inc., Singapore.

Shanmugam, NE, & Lakshmi, B, 2001, ‘State of the art report on steel–concrete composite columns’, Journal of Constructional Steel Research, Vol. 57, Issue 10, pp. 1041–1080.

SNI 1726:2012 tentang Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.

SNI 7394:2008 tentang Tata cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan.

Tripoli, Mubarak, Nurisra, & Mahmuddin, 2017, ‘The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam’, The 7th AIC-ICMR on Science and Engineering, pp. 173-178.

Tripoli, Nurisra, &Mubarak, 2017, ‘Analisis kebutuhan tulangan pelat lantai beton bertulang pada konstruksi bangunan gedung’, Konferensi Nasional Teknik Sipil 11, pp.1-9.

Wang, X, Xing, L, & Lin, F, 2009, ‘The Study of Project Cost Estimation Based on Cost-Significant Theory and Neural Network Theory’, The Sixth ISNN 2009 - AISC 56, pp. 31-38.

Wibowo, W., 2005, Indeks Biaya Komponen Konstruksi Beton Bertulang Baja dan Bahan Komposit untuk Bangunan Gedung, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

LAMPIRAN 1

Peta Wilayah Kajian

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

Aceh Timur

Zona 10

Langsa

Zona 10

Aceh Utara

Zona 10

Banda Aceh

Zona15

Aceh Besar

Zona 15

Aceh Barat Daya

Zona 15

Aceh Selatan

Zona 15

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 2

Tipikal Bangunan Zona 10

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

LAMPIRAN 3

Tipikal Bangunan Zona 15

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 92: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 93: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 94: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 95: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 96: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 97: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 98: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 99: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 100: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 101: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 102: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 103: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 4

The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction

Page 104: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

EDITOR-IN-CHIEF:

Assoc. Prof. S.Sugianto, Ph.D Syiah Kuala University,Banda Aceh – Indonesia

Profile in Scopus - Profilein Google Scholar

MANAGINGEDITOR:

Muhammad Irham,Ph.DSyiah Kuala University,Banda Aceh – Indonesia

Profile in Google Scholar

ASSOCIATE EDITOR:

Dr. Saiful, M.Si

Syiah KualaUniversity, BandaAceh – Indonesia

Profile inScopus - Profile inGoogle Scholar

Muhammad Bahi,Ph.D

Syiah KualaUniversity, BandaAceh – Indonesia

Profile inScopus - Profile inGoogle Scholar

Prof. Z. A.Muchlisin, Ph.D

Syiah KualaUniversity, BandaAceh – Indonesia

Profile inScopus - Profile inGoogle Scholar

VISITOR

HOME ABOUT USER HOME CATEGORIES SEARCH CURRENT ARCHIVES

ANNOUNCEMENTS CONTACT

Home > User > Author > Submissions > #7458 > Summary

SUMMARY REVIEW EDITING

SubmissionAuthors mubarak mubarakTitle The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced

Concrete ConstructionOriginal file 7458-16328-1-SM.DOC 2017-05-16Supp. files None ADD A SUPPLEMENTARY FILE

Submitter mr mubarak mubarak Date submitted May 16, 2017 - 04:45 PMSection ArticlesEditor Sugiarto Sugiarto

StatusStatus In ReviewInitiated 2017-05-16Last modified 2017-09-24

Submission MetadataEDIT METADATA

AuthorsName mubarak mubarak Affiliation Syiah Kuala UniversityCountry IndonesiaCompeting interestsCI POLICY

Bio Statement —Principal contact for editorial correspondence.

Title and AbstractTitle The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced

Concrete ConstructionAbstract The construction cost as one of the most important project resources should be

planned and use efficiently. Cost estimation can be analysed using standard ofunit price analysis according to Indonesian National Standard (SNI 7394:2008).Related to unit price analysis for tie beam reinforced concrete, the standardmentioned a specific analysis that combine all materials requirement includereinforcement (unit price analysis No. 6.29). In such analysis, reinforcementrequirement is stated as much as 200 kg/m3 of concrete. Considering thediversity of dimension design of building structure caused by geographicallocation and building function, a further study required to response theseproblems. This research is aimed to provide information to what extent the unitprice analysis related to tie beam reinforced concrete can be enforced in costestimating. Research process initiated with secondary data collection to buildingconstruction located in zone 10 and 15 based on earthquake zone map (SNI1726:2012) in Province of Aceh. The results of analysis informed that the ratio ofreinforcement requirement of tie beam in zone 10 is 198.03 kg/m3 to 217.26kg/m3 of concrete with average ratio 209.83 kg/m3. For zone 15, reinforcementrequirement ratio is 203.76 kg/m3 to 233.83 kg/m3 of concrete with averageratio 215.17 kg/m3. The Potential inaccurate of cost estimation appears in thetwo review zones. Such inaccuracies may have an impact on the insufficientcosts for the work. Thus, the use of the standard unit price analysis needsfurther assessment for proper application.

IndexingAcademic engineering; civil engineering; construction project management

#7458 Summary http://jurnal.unsyiah.ac.id/AIJST/author/submission/7458

1 of 2 10/29/2017, 2:54 PM

Page 105: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

INDEXED &ABSTRACTED BY:

CITATION CLICKHERE:

USER

You are logged inas...mubarak

My JournalsMy ProfileLog Out

discipline andsub-disciplinesKeywords construction; building; tie beam; reinforcement requirement; unit priceLanguage en

Supporting AgenciesAgencies —

__________________________________________________________________________________________________

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 InternationalLicense (CC BY-NC 4.0).

#7458 Summary http://jurnal.unsyiah.ac.id/AIJST/author/submission/7458

2 of 2 10/29/2017, 2:54 PM

Page 106: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction

Mubarak1, Abdullah2, Medyan Riza2, Yulia Hayati2

1 Engineering Doctoral Study Program, University of Syiah Kuala, Banda Aceh 23111,

Indonesia 2 Faculty of Engineering, University of Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract The construction cost as one of the most important project resources should be planned and use efficiently. Cost estimation can be analysed using standard of unit price analysis according to Indonesian National Standard (SNI 7394:2008). Related to unit price analysis for tie beam reinforced concrete, the standard mentioned a specific analysis that combine all materials requirement include reinforcement (unit price analysis No. 6.29). In such analysis, reinforcement requirement is stated as much as 200 kg/m3 of concrete. Considering the diversity of dimension design of building structure caused by geographical location and building function, a further study required to response these problems. This research is aimed to provide information to what extent the unit price analysis related to tie beam reinforced concrete can be enforced in cost estimating. Research process initiated with secondary data collection to building construction located in zone 10 and 15 based on earthquake zone map (SNI 1726:2012) in Province of Aceh. The results of analysis informed that the ratio of reinforcement requirement of tie beam in zone 10 is 198.03 kg/m3 to 217.26 kg/m3 of concrete with average ratio 209.83 kg/m3. For zone 15, reinforcement requirement ratio is 203.76 kg/m3 to 233.83 kg/m3 of concrete with average ratio 215.17 kg/m3. The Potential inaccurate of cost estimation appears in the two review zones. Such inaccuracies may have an impact on the insufficient costs for the work. Thus, the use of the standard unit price analysis needs further assessment for proper application. Key words: construction, building, tie beam, reinforcement requirement, unit price

Introduction

The structure components of the building have a very significant portion in a construction cost. According to the Regulation on Ministry of Public Work No. 45/PRT/M/2007, the structural components of the building have a proportion of 25%-35% of total cost. Tie beam as a component in structural components has the important function to transmit vertical loads due to gravitational forces received from the columns and the walls and then spread out evenly to a foundation underneath. In addition, tie beam also received the lateral force in horizontal direction due to the earthquake. The design of those components must consider the zoning of earthquake as regulated in SNI 1726:2012 (Procedures on Earthquake Resistance Planning for Building and Non-Building).

The cost estimation of the building analyzed by several methods. Cost estimation can be analysed using standard of unit price analysis according to SNI 7394:2008 (Procedures on Unit Price Analysis of Concrete Work for Building Construction and Housing). Specifically for tie beam of reinforced concrete, there is an analysis that combine all materials requirement include reinforcement. In such analysis, reinforcement requirement is stated as much as 200 kg/m3 of concrete. The configuration raises some problems such as how much reinforcement need for tie beam in a building based on the function of building and zoning of earthquake.

Page 107: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

A number of researches relate to unit price analysis have been done (Abduh & Kurniawan, 2008; Mubarak, 2010; Mubarak & Tripoli, 2011; Fachrurrazi et.al, 2017), but there are no studies that particularly lead to the requirement of reinforcement for reinforced concrete, especially tie beam. Therefore, it left unanswered regarding the need of reinforcement of tie beam and how far the unit price analysis could be applied considering variety of building functions and construction locations related to earthquake zone. Therefore, the research aims to identify the use of reinforcement in tie beam reinforced concrete and the applicable of standard of unit price analysis due to variety of building functions and earthquake zones in Aceh. The scope of the research limited to building projects that have been built since the year 2012 to 2016 in zone 10 and 15 according to the map of earthquake zone.

Methods The data and object of research

The research focus on reinforcement requirement of tie beam in building construction. The secondary data obtained from detail engineering design drawings for building classified as office, residential, and educational building. The objects consist of two and three stories building. The locations of objects studied are located in some districts in Province of Aceh that positioned in zone 10 and 15 according to the map of Indonesian earthquake zone (Fig. 1). The distributions of district according to the zone are: 1. Zone 10, covering districts or cities of Lhokseumawe, Aceh Utara, and Langsa; 2. Zone 15, covering districts or cities of Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Aceh Jaya,

Aceh Selatan, Nagan Raya, Banda Aceh, and Subulussalam

Figure 1. The Map of Indonesian Earthquake Zone

Analysis

The analysis in this research conducted in the stage below:

Page 108: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

1. Data Grouping The collected data is grouped by the earthquake zone 10 and zone 15. Then data from each the earthquake zone reclassified by function of educational buildings, residential buildings, and office buildings.

2. The use of reinforcement The use of reinforcement calculated based on detail engineering drawings by identifying the diameters and length of steel from all tie beams in a building. That total length information was then converted to the weight of steel uses. A dimension sheet form use to analyze the use of reinforcement.

3. The volume of concrete The volume of concrete for tie beams calculated also based on detail engineering drawings by identifying the cross section area and length of all tie beam in a building. The total volume calculated by using a quantity take-off form.

4. The ratio of reinforcement requirement for each m3 of concrete volume The ratio analyzed by divided the reinforcement use and the concrete volume.

5. Statistical analyses Statistical analyses use to provide information of average, minimum value, maximum value, and standard deviation.

Results and Discussion

Actual use of reinforcement

The ratios of reinforcement requirement of tie beam provide information of actual usage of

reinforcement for each m3 of concrete. The analysis conducted to the 21 buildings which are from zone 10 (6 buildings) and zone 15 (15 buildings). The results of calculation of the ratio of reinforcement requirement of tie beam can be seen in Table 1 and Table 2.

Table 1. The ratio of reinforcement requirement of tie beam for Zone 10 No Project Name Building

Function Concrete Volume

(m3)

Reinforcement Volume

(kg)

Reinforcement Use Ratio (kg/ m3)

1 Gedung Kantor Bea Cukai Office 22.80 4,953.50 217.26

2 Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Meteorologi

Office 18.51 3,665.47 198.03

3 Gedung Fakultas Hukum Education 42.94 9,009.32 209.80

4 Ruang Kelas Baru (RKB) Education 46.40 9,993.10 215.37

5 Asrama Rumah Sakit Umum Residential 24.60 5,099.72 207.31

6 Bilik Santri Dayah Pesantren Residential 5.69 1,201.34 211.22

Average ratio 209.83

Ratio Max 217.26

Ratio Min 198.03 Standard Deviation (STDEV) 6.83

Referring to Table 1 and 2, the reinforcements use for tie beam range in 198.03 to 217.26

kg/m3 of concrete and 203.76 to 233.83 kg/m3 of concrete, respectively for zone 10 and 15. The standard deviations specify the value of 6.83 kg/m3 of concrete for zone 10 and 10.51 kg/m3 of concrete for zone 15. This indicates that the higher seismic response spectrums acceleration (zone 10 = 0.6-0.7g; Zone 15 = 1.2-1.5g) lead to the greater the amount of reinforcement used in reinforced concrete components. This confirms that the material

Page 109: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

requirements planning must be based on a zoning where the buildings built, and cannot be based on a certain standard value.

Table 2. The ratio of reinforcement requirement of tie beam for Zone 15

No Project Name Building Function

Concrete Volume

(m3)

Reinforcement Volume

(kg)

Reinforcement Use Ratio (kg/ m3)

1 RKB SDN 42 Education 15.00 3,110.64 207.38

2 RKB SMPN 8 Education 14.86 3,474.71 233.83

3 Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro Residential 3.46 796.36 230.16

4 Asrama Pelajar Aceh Singkil Residential 12.04 2,508.81 208.37

5 Kantor Badan Narkotika Nasional Office 18.95 4,034.45 212.90

6 Gedung SMP Negeri 9 Education 8.52 1,858.76 218.16

7 Gedung STIT Muhammadiayah Education 12.40 2,893.49 233.35

8 Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong

Education 4.98 1,067.56 214.37

9 Gedung Lost Children Office Office 10.97 2,234.24 203.76

10 Asrama Iwata Peurada Residential 12.50 2,554.88 204.39

11 Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner Office 12.65 2,617.59 206.97

12 Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Office 55.99 12,332.23 220.27

13 Asrama Polisi Punge Jurong Residential 29.63 6,538.98 220.69

14 Asrama Santri Pondok Pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh

Residential 5.60 1,152.14 205.74

15 Asrama UPTD BPKP Aceh Residential 21.02 4,356.75 207.24

Average ratio 215.17

Ratio Max 233.83

Ratio Min 203.76

Standard Deviation (STDEV) 10.51

The ratio of reinforcement use based on the earthquake zones

According to unit price analysis on SNI 7394:2008 (unit price analysis No. 6.29) for tie beam of reinforce concrete, the standard set reinforcement requirement of 200 kg/m3 of concrete. The comparison of the projects analysis and the ratio of reinforcement requirement standard for the two earthquake zone provided in Table 3. and Table 4.

Table 3. Comparison of Tie Beam Reinforcement Requirement for Zone 10 Building

No. Reinforcement Ratio

(Kg/m3) SNI 7394:2008

(Kg/m3) Deviation (Kg/m3)

Deviation (%)

1 217.26 200 17.26 8.63 2 198.03 200 -1.97 -0.99 3 209.80 200 9.797 4.90 4 215.37 200 15.37 7.68 5 207.31 200 7.306 3.65 6 211.22 200 11.22 5.61

Average 209.83 200 9.83 4.92

Page 110: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

Table 4. Comparison of Tie Beam Reinforcement Requirement for Zone 15 Building

No. Reinforcement Ratio

(Kg/m3) SNI 7394:2008

(Kg/m3) Deviation (Kg/m3)

Deviation (%)

1 207.38 200 7.38 3.69 2 233.83 200 33.83 16.91 3 230.16 200 30.16 15.08 4 208.37 200 8.37 4.19 5 212.90 200 12.90 6.45 6 218.16 200 18.16 9.08 7 233.35 200 33.35 16.67 8 214.37 200 14.37 7.18 9 203.76 200 3.76 1.88 10 204.39 200 4.39 2.20 11 206.97 200 6.96 3.48 12 220.27 200 20.27 10.14 13 220.69 200 20.69 10.34 14 205.74 200 5.74 2.87 15 207.24 200 7.24 3.62

Average 215.17 200 15.17 7.59

Reviewing the information in Table 3 and Table 4, the results of the data analysis for

earthquake zones indicates that the average reinforcement ratio of 209.83 kg/m3 of concrete (zone 10) and 215.17 kg/m3 of concrete (zone 15) are above the requirement value stated on standard of unit price analysis (200 kg/m3). The consequences of using the standard analysis were the non-fulfillment of the actual amount of reinforcement needs. On the other words, the estimation will not accurate for applied in the estimation for both earthquake zones. Potential inaccurate of estimation could be defined by considering the percentage of deviations. For zone 10 and zone 15, the potential of additional reinforcements are 4.92% and 7.59% in average respectively. It denotes insufficient opportunities of reinforcement volume if the unit price analysis used. A further consequence is the emergence of a potential increase in the cost to cover the shortfall that emerged in the analysis of the reinforced concrete tie beam.

The ratio of reinforcement use based on the building function

Related to the data collected, the functional utilization of buildings classified into 3 (three)

types of buildings, namely education, office, and residential. The classification refers to the SNI 1727:2013 about the minimum load for the design of buildings and other structures (Fig. 2 and Table 5).

Figure 2. Reinforcement based on the function of the building

Page 111: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

Figure 2 illustrates the use of reinforcement has a similar trend at 3 classifications of the building functions. The values of reinforcement use ratio are above 200 kg/m3 for both buildings in zone 10 and zone 15. The highest value usage ratio arises in educational buildings, followed by residential buildings and offices. The deviation characteristics for those functions provide in Table 5.

The building for educational function has the highest average deviation comparing to the standard of unit price analysis of tie beam reinforced concrete. The value reaches 6.29% for zone 10 and 10.71% for zone 15. By focused to the conditions, in terms of cost analysis of tie beam reinforced concrete work on educational buildings, the estimation has the highest potential risks of inaccurate when compared to buildings with two other functions.

Table 5. The Deviation of Reinforcement Uses Based on Building Functions Building Function Earthquake Zone Average Deviation

(Kg/m3) Average Deviation

(%)

Education Zone 10 12.59 6.29 Zone 15 21.42 10.71

Residential Zone 10 7.64 3.82 Zone 15 10.98 5.49

Office Zone 10 9.26 4.63 Zone 15 12.77 6.38

The Implication of Additional Cost

Implies of additional cost to be consequences while reinforcement use increases and otherwise. Referring to the zones or building functions analyzed, all confirmed the tendency of the reinforcement use above of the requirement standard value. The amount of increase based on zoning and building functions are presented in Table 6 and 7.

Table 6. Potential of Additional Cost Based on Zones

Reinforcement (kg/m3)

Unit Price per m3 of Tie Beam Reinforced Concrete

(IDR)

Deviation to SNI 7394:2008

(IDR) (%)

SNI 7394:2008 200.00 5,591,751 - - Zone 10 209.83 5,748,638 156,887 2.81 Zone 15 215.17 5,833,864 242,113 4.33

Table 7. Potential of Additional Cost Based on Building Functions Zone Building

Function Reinforcement

(kg/m3) Unit Price per m3 of

Tie Beam Reinforced Concrete(IDR)

Deviation to SNI 7394:2008

(IDR) (%)

10

Education 212.59 5,792,687 200,936 3.59 Residential 209.27 5,739,700 147,949 2.65 Office 207.65 5,713,845 122,094 2.18

15

Education 221.42 5,933,614 341,863 6.11 Residential 212.77 5,795,560 203,809 3.64 Office 210.98 5,766,992 175,241 3.13

Page 112: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

Based on the assessment zone, the results of the analysis show that the biggest potential cost addition occurred in the Zone 15, which is 4.33% when compared to the unit price of SNI 7394: 2008. The percentage means that for every m3 tie beam reinforced concrete, the use of standard unit price will give the consequence of budget shortfall of IDR. 242,113 of the actual conditions. This condition is a direct impact of the increasing use of reinforcement to accommodate the earthquake load in those zones. When assessed by building function, the biggest potential cost addition occurred in educational buildings. The condition has the same tendency in zone 10 (3.59%) and zone 15 (6.11%). The deviation for the function is seen to be almost double when compared to the other two building functions. Thus, the reinforcing requirement pattern established in the standard is not feasible to be used in the estimated cost of buildings constructed in areas with 0.6-0.7g (zone 10) of seismic response spectrums acceleration as shown in Fig. 1 and zones with larger response values. Standard applications in zones with seismic response spectrums acceleration below those values still require further review to ensure proper use of the standard.

Conclusions 1. The actual use of reinforcement of tie beam reinforced concrete earthquake range in 198.03

to 217.26 kg/m3 of concrete for Zone 10 and 203.76 to 233.83 kg/m3 of concrete for Zone 15. This indicates that the higher seismic response spectrums acceleration lead to the greater the amount of reinforcement used in reinforced concrete components. This confirms that the material requirements planning must be based on a zoning where the buildings built, and cannot be based on a certain standard value.

2. The average of reinforcement ratios are 209.83 kg/m3 of concrete for Zone 10 and 215.17 kg/m3 of concrete for Zone 15. Those ratios are both above the requirement value mentioned on standard of unit price analysis (200 kg/m3). Potential inaccurate of estimation could be defined as 4.92% for Zone 10 and 7.59% for Zone 15.

3. The reinforcement use for three building function (educational, residential, and office) observed indicated the similar tendency. The reinforcement ratios for the three functions are above 200 kg/m3 for both zones. The highest value usage ratio arises in educational buildings, followed by residential buildings and offices.

4. The reinforcing requirement pattern established in the standard is not feasible to be used in the estimated cost of buildings constructed in area of Zone 10 and above. The application of standard will result the shortfall of budget for the work. It need further evaluation and review while the standard planned to apply in zones with seismic response spectrums acceleration below the previous values observed.

Acknowledgements The authors would like to thanks to all member of research team and the data provider for all

supported and good cooperation. References

Abduh, M., and Kurniawan, B. (2008). The Highest Unit Price Calculation Model of Building

The Country. Proceedings of National Conference of Civil Engineering, Atmajaya University, 257-265.

Mubarak. (2010). Study Unit Price Building In The Province of Nanggroe Aceh Darussalam. Journal of Civil Engineering, Vol 1, No.1, 43-52.

Page 113: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

Fachrurrazi, Husin, S., Tripoli, and Mubarak. (2017). Neural network for the standard unit price of the building area. Proc. Engineering, Vol 171, 282-293.

Mubarak, and Tripoli. (2011). The Use of Material Variable to Predict the Unit Price. Proceedings of Conference API, Banda Aceh.

Regulation on Ministry of Public Work No. 45/PRT/M/2007 about the Technical Development of Building Guidelines Countries.

Regulation on Ministry of Public Work No. 11/PRT/M/2013 about the Manual Analysis of the Unit Price Field of Public Works Jobs.

SNI 7394:2008 about Procedures on Unit Price Analysis of Concrete Work for Building Construction and Housing.

SNI 2847:2013 about Procedures on Earthquake Resistance Planning for Building and Non-Building.

Page 114: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 5

The Implementation of Unit Price of Work Standard SNI 7394: 2008 for The Construction of Reinforced Concrete

Beam

Page 115: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

“Advancing Knowledge, Research, and Technology for Humanity”

The 7th AIC-ICMR on

The Annual International Conference 2017Syiah Kuala University

October 18-20, 2017 - Banda Aceh, Indonesia

ISSN: 2089-208X

Sciences and EngineeringP

RO

CE

ED

ING

S

Page 116: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

ii  The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Table of Content Advisory Board v

Editorial Board vi

Organizing Committee vii

International Scientific Committee viii

Welcome Speech from Rector of Syiah Kuala University ix

Welcome Speech from General Chair xi

Keynote Speaker 1 xii

Keynote Speaker 2 xiv

Application of Taguchi Method for Selection Parameter Bleaching Treatments Against Mechanical and Physical Properties of Agave Cantala Fiber (ID174)

1

Quality and Market chain of Aceh Cocoa Beans (ID278) 7

Identification of Corrosion Product on Medium Carbon Steel under the Exposure of Banda Aceh’s Atmosphere (ID338)

13

A Cable-Driven Parallel Robots Application: Modelling and Simulation of a Dynamic Cable Model in Dymola (ID418)

17

Permanent Magnet DC Motor Control by Using Arduino and Motor Drive Module BTS7960 (ID820)

29

Effect of Roughness on Stiction (ID500) 35

Comparison of cadmium adsorption onto chitosan and epichlorohydrin crosslinked chitosan/eggshell composite (ID177)

40

Double Layer Mixed Matrix Membrane Adsorbers Improving Capacity and Safety Hemodialysis (ID634)

48

Chitosan-stabilized silver nanoparticles for colorimetric assay of mercury (II) ions in aqueous system (ID665)

54

Characterization of Corn Starch-Based Edible Film Incorporated with Nutmeg Oil Nanoemulsion (ID75)

59

The Effect of Poly Ethylene Glycol Additive on the Characteristics and Performance of Cellulose Acetate Ultrafiltration Membrane for Removal of Cr(III) from Aqueous Solution (ID808)

67

Characterization of Polydopamine-Coated Polyethersulfone (PES) Membrane for Water Purification (ID809)

75

The northern tidal dynamic of Aceh waters:

A 3D numerical model (ID211)

82

Characterization a Binder Less Particleboard of Coffee Husk Using Hydrogen Peroxyde (H

2O

2) and Ferrous Sulfate (FeSO

4) (ID439)

89

Influence of the apex angle of a hollow prism made from an ordinary commercial glass plate as a simple refractometer to the accuracy of the refractive index measurement of the edible oil (ID731)

95

Microtremor survey to investigate seismic vulnerability around the Seulimum Fault, Aceh Besar-Indonesia (ID734)

101

Response Spectra Analysis of the Modal Summation Technique Verified by Observed Seismometer and Accelerometer Waveform Data of the M6.5 Pidie Jaya Earthquake (ID754)

108

Surface Atomic Structure of Ca1.9

Sr0.1

RuO4 at Low Temperature (ID93) 117

Page 117: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

iii  The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Economic Base Determination and Influence Of Several Variables against Contributions Percentage of the GDRP in Aceh Besar District (ID604)

125

Solving capacitated closed vehicle routing problem with time windows (CCVRPTW) using BRKGA with local search (ID642)

131

Determination of UAV Pre-flight Checklist for Flight Test Purpose Using Qualitative Failure Analysis (ID466)

138

Numerical model to predict the location of market demand and Economic Order Quantity of retailers in Banda Aceh (ID553)

144

Investigation of Turbine Ventilator Performance After Added Wind Cup for Room Exhaust Air Applications (ID569)

155

Assessment of Modularity Architecture for Recovery Process of Electric Vehicle in Supporting Sustainable Design (ID638)

160

An integrated production-inventory model for food products adopting a general raw material procurement policy (ID640)

166

The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam (ID436)

173

Fresh and Mechanical Properties of Self-compacting Concrete with Coarse Aggregate Replacement using Waste of Oil Palm Shell (ID440)

179

Stress and Deformation Analysis of Tapered Cantilever Castellated Beam using Numerical Method (ID445)

185

The Influence of Government’s Role and Workforce’s Competence towards the Construction Workforce Performance in Central Sulawesi (ID751)

190

Compression member response of double steel angles on truss structure with member length variation (ID615)

199

Method for the Visualization of Landform by Mapping using Low Altitude UAV Application (ID450)

205

Model of Slums Rejuvenation of Telaga Tujuh Village, Langsa City, Aceh (ID824)

211

Breadth First Search Approach for Shortest Path Solution in Cartesian Area (ID98)

226

User Acceptance of E-Government Services Based on TRAM Model (ID455) 232

Content Validity of Critical Success Factors for e-Government Implementation in Indonesia (ID643)

243

Marketing Practitioner's Tacit Knowledge Acquisition Using Repertory Grid Technique (RTG) (ID823)

254

Selection For The Best Ets (Error, Trend, Seasonal) Model To Forecast Weather In The Aceh Besar District (ID513)

261

Tax revenue and inflation rate predictions in Banda Aceh using Vector Error Correction Model (VECM) (ID587)

269

Description of the Supporting Factors of Final Project in Mathematics and Natural Sciences Faculty of Syiah Kuala University with Multiple Correspondence Analysis (ID637)

279

Investigating the road surface effect to the fatigue life of an automotive coil spring (ID728)

285

Stress and Strain Analysis from Dynamic Loads of Mechanical Hand using Finite Element Method (ID733)

290

Pitting Corrosion as a Mixed System: Coupled Deterministic-Probabilistic Simulation of Pit Growth (ID736)

296

Hemicellulose And Lignin Removal On Typha Fiber By Alkali Treatment (ID749)

308

Page 118: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

iv  The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

A Comparison in the Structural Strength between Fiberglass and Jute Fiber in the Acehnese Traditional Boat Jalo Kayoh Using Finite Element Method (ID752)

314

Study on pipe deflection by using numerical method (ID759) 320

Ceramic Tools Insert Assesment Based On Vickers Indentation Methodology (ID760)

326

Geotechnical Approach for Occupational Safety Risk Analysis of Critical Slope in Open Pit Mining as Implication for Earthquake Hazard (ID588)

334

Identifying Inaccuracy of MS Project Using System Analysis (ID599) 346

The Effect of Ratio between Rigid Plant Height and Water Depth on the Manning’s Coefficient in Open Channel (ID632)

355

The Difference of Drainage Channel Dimensions at Kopelma Darussalam on the Land with and Without the Use of Bio Pores (ID639)

361

Defining Gap between Housing Land Value and the Facilities Provision in Urban Housing Development by Private Developers in Malang City, Indonesia (ID192)

373

A Review of BIM (Building Information Modeling) Implementation in Indonesia Construction Industry (ID446)

381

Comparative Study on The Cost of Building Public House Construction Using Red Brick and Interlock Brick Building Material in The City of Banda Aceh (ID822)

387

The Development of Furrower Model Blade to Paddlewheel Aerator for Improving Aeration Efficiency (ID465)

394

Mass variation effect of teki grass (cyperus rotundus) composite against tensile strength and density (ID664)

399

The integration of elastic wave properties and machine learning for the distribution of petrophysical properties in reservoir modeling (ID175)

404

Graphene nanoplatelets as high-performance filtration control material in water-based drilling fluids (ID426)

409

Corrosion Behaviour of Carbon Steel in Aqueous Solution Containing Galena Concentrate (ID132)

416

Corrosion Behavior of New Βeta Type Titanium Alloy, Ti-29Nb-13Ta-4.6Zr (TNTZ) in Fusayama-Meyer Artificial Saliva Solution (ID482)

422

The Configuration of Residential Area In Urban Structure Of The Palace In Siak Sri Indrapura – Riau (ID409)

429

Parametric Estimation for Reinforced Concrete Relief Shelter for Aceh Cases (ID568)

438

The Historical and Religious Approach towards City Park Design In Banda Aceh, Indonesia

Case Study: Krueng Neng Park (Taman Krueng Neng) (ID633)

445

Geohazard Reconnaissance Mapping for Potential Rock Boulder Fall using Low Altitude UAV Photogrammetry (ID452)

452

The main factor affecting the competitiveness of contractor company (ID468)

458

Analysis of pedestrian walking characteristics at vertical facilities in underground train station (ID449)

465

Compression member response of steel angle on truss structure with variation of single and double sections (ID605)

474

Page 119: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam

Tripoli1, Mubarak2, Nurisra3, Mahmuddin4 1,2,3,4University of Syiah Kuala, Jl. Syekh Abdurrauf 10, Banda Aceh, Indonesia E-mail: [email protected] Abstract. This paper discusses the implementation of Indonesian National Standard (SNI) 7394: 2008 on procedures for calculating the unit price of concrete work for the construction of building and housing. The standard provides a number of reinforced concrete constructions unit price (UP) analysis by specified the total number of reinforcing uses. Related to reinforced concrete beam work (Analysis No. 6.31), the reinforcement requirement is stated at 200 kg/m3 of concrete. Once the implementation considers various earthquake zoning, the question will arise about the extent to which the standard is feasible to apply. Therefore, this research aimed to analyse the possibility of UP standard implementation in accordance to certain earthquake zonation. This research is focused on the construction of reinforced concrete beam for buildings with function as educational, residential and office buildings. The data used are sourced from 21 buildings in two zones in Aceh Province, covering Zone 10 and Zone 15 based on earthquake map of SNI 1726: 2012. The analysis results indicate that the UP standard for reinforced concrete beam cannot be applied to all zoning. The UP standard is only possible on buildings constructed in Zone 10 or zonation with seismic spectral response 0.6-0.7g or lower.

1. Introduction Cost estimation plays an important role in the implementation of construction projects. The activities covering the process of estimates or judgments, based on certain facts and assumptions, of the final cost of a project, product, or process [1]. The estimation is the process of preparing one of the most comprehensive documents in a project, which affects the overall project team and project related activities. The inaccuracy of the estimation will bring disadvantage to the parties involved. The cost estimation process usually begins with analysing the unit price (UP) of work. A number of standards are set by the government in accordance with the scope of work and type of construction [2]. In relation to reinforced concrete work, the unit price could be analysed by referring to SNI 7394: 2008 on the procedure for calculating the price of concrete work units for the construction of buildings and houses [3]. The building is a construction formed by several main components, namely structural components, non-structural components, and utility components [2]. Structural components are components that have the largest cost portion of a building. These components include construction of foundations,

1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] 4 [email protected]

173 The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Page 120: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

columns, beams, floor plates, and roof structures. This construction can be made using concrete, steel, wood, or composite materials such as reinforced concrete. Associated with the beam, this construction is one of the structural components designed to hold and move the transverse load across space to the supporting element [4]. A beam is a part of a structure used as a floor slab holder and a column top binder. Reinforced concrete composite material commonly used for beam construction. This construction formed by two main components, namely concrete and steel for reinforcement. A number of factors determine the planning of the reinforced concrete beam structure dimensions. One important factor is related to earthquake loading. The planning standard used is SNI 1726: 2012 on earthquake resistance planning procedures for buildings and non-buildings [5]. This SNI describes the potential difference of earthquake risk in accordance to the earthquake-zoning map. This map shows the position of the entire zones of Indonesia based on different spectral response value of earthquake. The zoning indicated by difference colours which informed upper and lower values of spectral response limits in gravity (g). Spectral value is used as a reference to design the earthquake load in the planning of a building in Indonesia. A number of studies related to the cost estimation and unit price of works in buildings in Aceh Province have been done. Generally, the research develops estimation model at the conceptual stage (pre-construction design) [6, 7, 8]. Associated with earthquake risk factors, research has been undertaken for modelling rehabilitation costs [9]. However, there is no special research discussing the issues related to the application of UP for the construction of reinforced concrete in a number of earthquake zoning. The existence of this study will provide answers to the extent to which SNI 7394: 2008 can be applied in relation to the zoning and function of certain buildings.

2. Methods

2.1. Location and object of research Survey on this research was conducted on building projects built in Aceh Province. The research object's review is focused on building with simple and non-simple classification as defined in Ministry of Public Work Regulation No. 45/PRT/M/2007 [2]. The object of the building to be studied can be classified according to the function and location based on the earthquake zonation map of the year SNI 1726: 2012. The criteria location and object of research as follows:

• The object locations of the research used based on SNI 1726: 2012 earthquake zonation maps, namely Zone 10 (region with spectral response of 0.6-0.7 g) and Zone 15 (region with spectral response of 1.2-1.5 g ), as shown in Figure 1.

• The project used minimum of two storey buildings. • The functions of the buildings studied are for offices (OFC), residence (RES), and education

(EDU).

2.2. Data collection The required data are as follows:

• Document of contract of building project constructed from 2012 until 2015, containing quantity and bill of quantity data, and drawings (site plan, plan, and building view).

• Indonesia earthquake zonation map SNI 1726: 2012.

2.3. Data processing and analysis The process of data processing and analysis through the stages as follows:

• The data grouping is based on zoning division, covering 10 earthquake zones and seismic zone 15. Data of each earthquake zone are reclassified based on office function (OFC), residence (RES), and education (EDU).

• The requirement analysis of reinforcement material is done by calculating the need of reinforcement of the beam done based on the dimension of cross section, the type of

174 The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Page 121: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

reinforcement (thread and plain), the reinforcement function (reinforcement, the main reinforcement and the intermediate reinforcement) and the reinforcement diameter used.

• The ratio of reinforcement use per m3 of concrete by comparing the total weight of the beam reinforcement volume with the volume of concrete in each building.

• Analysis of deviation of analysis result with AUP SNI standard. Statistical analysis is used to determine the mean value ( x ) and standard deviation (σ ) of the results of the analysis of the ratios of each building (x) for the total number of buildings (n), with the following equation:

nx

x ∑= (1)

( )1nxx 2

−−

= ∑σ (2)

Figure 1. Indonesia Earthquake Zoning Map of SNI 1726: 2012

3. Results and discussions

3.1. Description of the buildings The building that is used for data is 21 buildings consist of 2 and 3 storey buildings, which are distributed at 28.6% in Zone 10, and 71.4% in Zone 15. Based on building function, the study object consists of 28.6% Office buildings and education, and the remaining 42.8% are residential buildings. The analysis of beam constructions were only focussed on floor beam (primary beams and secondary beams), and excludes tie beam and roof beam. The full description is shown in Table 1.

3.2. The actual ratios of reinforcement use per 1 m3 of reinforced concrete beam The actual beam reinforcement ratio is analysed based on the ratio of reinforcement use (in kg units) to the use of concrete (in units of m3). The average reinforcement ratios for Zone 10 were 194.41 kg/ m3 increased by 6.4% to 206.92 kg/m3 for Zone 15. This increase was consistent with the increase of

---- Observation Zones

175 The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Page 122: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

the load due to the earthquake corresponding to the response value of the spectra in the two zones. The calculation results of beam reinforcement ratios can be seen in Table 2.

Tabel 1. Description of the buildings

Zone Building function Number of

building Office Education Residence

10 2 2 2 6 (28.6%)

15 4 4 7 15 (71.4%)

Total 6 (28.6%) 6 (28.6%) 9 (42.8%) 21 (100.0%)

Table 2. The actual reinforcement ratio of reinforced concrete beam

No Zone Name of building

Building function

Concrete qty (m3)

Reinforce. qty (kg)

Reinforce. ratio (kg/m3)

Average (kg/m3)

Min (kg/m3)

Max (kg/m3)

Deviation standard (kg/m3)

1 10 OFC-1 Office 21.73 4,330.08 199.27 194.41 184.28 212.67 10.52 2 OFC-2 Office 7.50 1,594.99 212.67 3 EDU-1 Education 47.33 8,722.59 184.28 4 RES-1 Residence 55.29 10,320.03 186.65 5 EDU-2 Education 14.05 2,739.38 194.97 6 RES-2 Residence 18.67 3,520.98 188.62 7 15 EDU-3 Education 20.70 3,754.48 181.37 206.92 181.37 227.71 15.67 8 EDU-4 Education 144.01 26,335.16 182.87 9 RES-3 Residence 15.25 3,460.51 226.92 10 EDU-5 Education 14.23 2,847.02 200.11 11 RES-4 Residence 14.80 3,296.86 222.76 12 RES-5 Residence 13.08 2,944.23 225.06 13 OFC-3 Office 21.00 4,137.02 197.00 14 RES-6 Residence 9.16 1,781.82 194.52 15 EDU-6 Education 16.61 3,391.64 204.19 16 RES-7 Residence 29.81 5,862.25 196.65 17 OFC-4 Office 65.10 14,823.99 227.71 18 RES-8 Residence 21.24 4,394.36 206.87 19 RES-9 Residence 20.63 4,135.19 200.49 20 OFC-5 Office 10.18 2,282.78 224.35 21 OFC-6 Office 19.60 4,173.20 212.92

3.3. Comparison of the actual ratios and SNI SNI 7394: 2008 provides that for reinforced concrete beam work used reinforcement of 200 kg / m3 of concrete. The results of the analysis at Zone 10 show an average deviation of 5.59 kg or 2.80% below the value of the needs of the SNI reinforcement. This condition explains that this standard can still be applied to this zone. However, when viewed from the standard deviation values that arise, the use of this standard still needs to consider the possibility of deviation. The indication of such deviation is indicated by one building data with a positive deviation value greater than the standard deviation value. In Zone 15, the general deviation value indicates that the actual reinforcement ratio is greater than the value of the SNI bone needs ratio. The average deviation was 6.92 kg / m3 with a standard deviation of 15.67 kg / m3. This condition indicates that the UP application on SNI for this zone is not feasible because it has the potential to cause cost estimation with the amount below the actual requirement. The complete results of the ratio of actual reinforcement to the UP standard are shown in Table 3.

176 The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Page 123: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

Table 3. The actual reinforcement comparing to SNI

No Zone Name of building Building function Reinforcement ratio (kg/m3)

Deviation

Actual SNI kg/m3 % 1 10 OFC-1 Office 199.27 200.00 -0.73 -0.37 2 OFC-2 Office 212.67 200.00 12.67 6.33 3 EDU-1 Education 184.28 200.00 -15.72 -7.86 4 RES-1 Residence 186.65 200.00 -13.35 -6.67 5 EDU-2 Education 194.97 200.00 -5.03 -2.51 6 RES-2 Residence 188.62 200.00 -11.39 -5.69

Average -5.59 -2.80

Deviation Standard 10.52 5.26 7 15 EDU-3 Education 181.37 200.00 -18.63 -9.31 8 EDU-4 Education 182.87 200.00 -17.13 -8.57 9 RES-3 Residence 226.92 200.00 26.92 13.46 10 EDU-5 Education 200.11 200.00 0.11 0.05 11 RES-4 Residence 222.76 200.00 22.76 11.38 12 RES-5 Residence 225.06 200.00 25.06 12.53 13 OFC-3 Office 197.00 200.00 -3.00 -1.50 14 RES-6 Residence 194.52 200.00 -5.48 -2.74 15 EDU-6 Education 204.19 200.00 4.19 2.10 16 RES-7 Residence 196.65 200.00 -3.35 -1.67 17 OFC-4 Office 227.71 200.00 27.71 13.86 18 RES-8 Residence 206.87 200.00 6.87 3.43 19 RES-9 Residence 200.49 200.00 0.49 0.25 20 OFC-5 Office 224.35 200.00 24.35 12.18 21 OFC-6 Office 212.92 200.00 12.92 6.46

Average 6.92 3.46

Deviation Standard 15.67 7.83

3.4. Comparison of Reinforcement Ratio Based on Building Function The reinforcement ratio analysis needs to be done to examine more specifically the application of SNI related to the three building functions in each zone. Potential standard UP applications are possible for buildings with residential functions (Zone 10) and educational functions (Zones 10 and Zone 15). With respect to the function of office buildings throughout the zone, the mean deviation indicates an actual ratio value greater than the UP standard. Similarly, it is seen in the residence function in Zone 15. The positive deviation value explains that in this function and zone, the use of HSB can meet the needs of reinforcement that should be required. In other words, the required reinforced material requirement index is still below the actual needs. When associated with the estimated cost value, the estimated amount generated by UP usage is potentially insufficient for the completion of construction. An illustration of the comparison of the rebar ratio based on the building function is shown in Table 4.

Tabel 4. The deviation of reinforcement based on building function

Building Function

No of Building Average deviation of reinforcement per zone

Zone 10 Zone 15 Total Zone 10 Zone 15

kg/m3 % kg/m3 %

Office 2 4 6 5.97 2.98 15.50 7.75

Residence 2 7 9 -12.37 -6.18 10.47 5.23

Education 2 4 6 -10.37 -5.19 -7.87 -3.93

177 The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Page 124: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

4. Conclusions Implementation of standard work unit price (UP) SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beams can be concluded by considering the following two conditions:

• Implementation of the UP standard based on zoning is only possible for building buildings built in Zone 10 or areas with spectral responses below 0.6g. The reinforcing material requirement index on the UP standard of 200 kg / m3 of concrete for beam construction is still able to meet actual reinforcement usage in this zone.

• Implementation of UP standards based on building functions is possible on certain functions only. However, the application associated with the building function should not necessarily be used. Still, consideration of zonation-related implementation as a whole, given the standard deviation value indicated.

The results of the analysis on Zone 10 are based on relatively limited data, so that the accuracy of the research results is still possible to be improved by the addition of more adequate data. The implementation of standards in Zones 11 and Zone 12 has the potential to be done. This condition is seen from the results of the analysis at Zone 10 that indicates the margin ratio in the range of 183.89 - 200 kg/m3.

5. Acknowledgement This research was granted for funding support from Hibah Penelitian Produk Terapan No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017 of Fiscal Year 2017, Directorate General of Research and Development, Ministry of Research, Technology and Higher Education. The authors express high appreciation to all parties who have contributed in this research, especially to Ichwan and other research teams that involved from data collection to completion of the research.

6. References [1] Aaron A L 1997 The Estimating Process The Engineer's Cost Handbook: Tools for Managing

Project Costs ed R E Westney (New York: Marcel Decker) chapter 1 p 1–40

[2] Ministry of Public Work Regulation No. 45/PRT/M/2007 on the Technical Guidelines of State Building Development

[3] SNI 7394:2008 on Procedures for calculating the unit price of concrete work for the construction of buildings and housing

[4] Ching F D K 2014 Building construction illustrated Fifth ed. (New Jersey: John Wiley & Sons)

[5] SNI 1726: 2012 on Procedures of earthquake resistant planning for buildings and non-buildings

[6] Mubarak 2010 Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Jurnal Teknik Sipil volume 1 p 43-52

[7] Mubarak & Tripoli 2011 Penggunaan variabel harga material untuk memprediksi harga satuan Prosiding Seminar API 2011

[8] Fachrurrazi, Husin S, Tripoli and Mubarak 2017 Neural network for the standard unit price of the building area Proc. Engineering 171 p 282 – 293

[9] Mahmuddin and Mubarak 2014 Housing Rehabilitation Budget Estimate due to Earthquake Disaster in Aceh Province using the Multiple Linear Regression Models Proc. 9th AIWEST-DR 2014 p 52 – 59

178 The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 – Syiah Kuala University

Page 125: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 6

Analisis Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Konstruksi Bangunan Gedung

Page 126: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

PROSIDING

Volume 1 (Geoteknik, Kawasan & Lingkungan, Keairan, Manajemen Konstruksi)

Meningkatkan Daya Saing Industri Konstruksi Dalam

Persaingan di Tingkat Global Menuju Pembangunan

Infrastruktur Berkelanjutan

Editor: Anissa Noor Tajudin, S.T., M.Sc.

Arif Sandjaya, S.T., M.T.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Page 127: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

PROSIDING

Meningkatkan Daya Saing Industri Konstruksi Dalam

Persaingan di Tingkat Global Menuju Pembangunan

Infrastruktur Berkelanjutan

Volume 2 ISBN: 978-602-60662-3-7 Editor: Anissa Noor Tajudin, S.T., M.Sc. Arif Sandjaya, S.T., M.T. Desain Sampul: Anastasia Andrea Gunawan, S.Ds. Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jakarta Redaksi Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta Barat Telp: 021-5672548 ext. 331 Email: [email protected] Cetakan pertama, Oktober 2017 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa memiliki izin

Page 128: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

DAFTAR ISI

xi

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii

SAMBUTAN KETUA PANITIA KoNTekS 11 ................................................................. v

SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FT UAJY ........................... vii

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS TARUMANAGARA ....................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xi

KELOMPOK PEMINATAN GEOTEKNIK

ANALISIS TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK TERSTABILISASI SERBUK

KACA DAN SERBUK KERAMIK DENGAN PROGRAM GEO5

GEO-1

Dyah Pratiwi Kusumastuti, Indah Handayasari dan Irma Sepriyanna

KARAKTERISTIK DAYA DUKUNG LATERAL PONDASI HELICAL PADA

TANAH GAMBUT

GEO-11

Ferry Fatnanta, Syawal Satibi dan Muhardi

KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK

SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL

GEO-19

Sumiyati Gunawan dan Agatha Padma Laksitaningtyas

KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER

TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG

GEO-29

Mukhsin, Maimun Rizalihadi, Banta Chairullah dan Haris Novian Saputra

DAYA DUKUNG PONDASI KACA PURI PADA TANAH ALUVIAL PASANG

SURUT DI MANDOMAI KALIMANTAN TENGAH

GEO-37

Putu Ratna Suryantini dan I Ketut Suwantara

KAJIAN RENTANG KADAR AIR TERHADAP NILAI KUAT GESER PERBAIKAN

SIRTU DENGAN METODE CTB

GEO-47

Soewignjo Agus Nugroho, Suratman dan Dodi Pratama

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN

MENGGUNAKAN SEMEN

GEO-55

Parea Russan Ranggan, Hendrianto Masiku, Marthen Luther Paembonan, Israel Padang

dan Yudistira Upa

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR

TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI

GEO-65

I Gusti Ngurah Putu Dharmayasa dan Dewa Ayu Nyoman Ardi Utami

PENGEMBANGAN ALAT UJI PNEUMATIC RAPID IMPACT COMPACTION

PADA SKALA UJI MODEL LABORATORIUM

GEO-75

Arifin Beddu, Lawalenna Samang, Tri Harianto dan Achmad Muhiddin

Page 129: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

xiv

PENGISIAN DATA HUJAN YANG HILANG DENGAN PENGUJIAN DEBIT

ANDALAN DI DAS TIRTOMOYO

AIR-75

Siti Dwi Rahayu, Rintis Hadiani dan Setiono

POTENSI PENGENDALI BANJIR DENGAN EMBUNG DI SUNGAI TUNGGUL

KABUPATEN JEPARA

AIR-85

Hannah Nuril Layaliya, Rintis Hadiani dan Adi Yusuf Muttaqien

SIMULASI STOKASTIK PENENTUAN LUAS LAYANAN EMBUNG SURUHAN,

BLORA

AIR-93

Hari Abrianto, Adeline Larisa, Suharyanto dan Hari Nugroho

KALIBRASI MODEL HEC-HMS PADA SIMULASI DEBIT AKIBAT PERUBAHAN

TATAGUNA LAHAN DI SUBDAS KAMPAR KANAN

AIR-103

Bambang Sujatmoko, Ferry Vergiawan dan Mudjiatko

ANALISIS EMBUNG PADA DAERAH TOMRA UNTUK MENGATASI RAWAN

AIR

AIR-113

Ony Frengky Rumihin

PENANGANAN BANJIR DAN GENANGAN DI DAERAH JALAN KYAI TAPA

DENGAN KONSEP SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

AIR-123

Ivan Fahreza Wiratama, Sih Andayani dan Dina P.A. Hidayat

STUDI ANGKUTAN SEDIMEN DASAR SUNGAI SERAYU DI LABORATORIUM AIR-133 Wati A. Pranoto dan Lucky Sumanton

KELOMPOK PEMINATAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

ANALISIS KEBUTUHAN TULANGAN PELAT LANTAI BETON BERTULANG

PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

MK-1

Tripoli, Nurisra dan Mubarak

PERCEPATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN METODE PERTUKARAN

WAKTU DAN BIAYA (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

SEKOLAH SMP ISLAM FARADISA TANGGERANG SELATAN)

MK-11

Mardiaman, Iwan Bahtiar dan Kristina Sembiring

PEMBOROSAN MATERIAL DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA: SURVAI

PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI YOGYAKARTA

MK-21

Albani Musyafa

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA MK-27 Peter Kaming, Ferianto Raharjo dan Putu Ika Swantari

IDENTIFIKASI PENYEBAB, DAMPAK, SERTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

RISIKO CHANGE ORDER PADA PROYEK WISATA EDUKASI AKUARIUM DI

JAKARTA

MK-37

Adi Nugroho Hudiono, Andreas F. V. Roy dan Adrian Firdaus

Page 130: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

MK - 1

ANALISIS KEBUTUHAN TULANGAN PELAT LANTAI BETON BERTULANG PADA

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Tripoli1, Nurisra2, dan Mubarak3

1, 2, 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh abdul Rauf No. 7 Banda Aceh

Email: [email protected]

ABSTRAK

Anggaran biaya dari sebuah konstruksi sangat ditentukan oleh besarnya kebutuhan (requirement) material, peralatan, dan tenaga kerja. Pada konstruksi beton bertulang, material utama yang dibutuhkan terdiri dari besi tulangan, semen, dan agregat. Kebutuhan tulangan dalam tiap m3 beton sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama terkait dengan beban yang diterima oleh komponen tersebut. Bila perencanaan sebuah bangunan dikaitkan dengan potensi beban akibat gempa bumi, maka dapat diduga besarnya tulangan yang dibutuhkan juga akan berbeda. Untuk itu, penelitian ini ditujukan untuk menganalisis besarnya penggunaan tulangan untuk tiap m3 beton berdasarkan zonasi wilayah gempa. Penelitian ini difokuskan pada kebutuhan penggunaan tulangan untuk konstruksi pelat lantai beton bertulang bangunan gedung. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data gambar dan biaya konstruksi pelat lantai pada Zona 15, meliputi wilayah Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Barat Daya di Provinsi Aceh. Penentuan zonasi mengacu pada Peta Zonasi Gempa Indonesia SNI 1726:2012. Objek bangunan yang dianalisis merupakan bangunan gedung berlantai 2 dengan fungsi sebagai bangunan perkantoran, hunian, dan pendidikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan tulangan rerata untuk tiap m3 beton pada pada Zona 15 sebesar 187,41 kg. Nilai tersebut lebih tinggi dari 24,94% dari nilai kebutuhan yang tersebut pada Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) dalam SNI 7394:2008 yaitu 150 kg/m3 beton. Dari sisi fungsi, rasio kebutuhan tulangan terbesar adalah untuk fungsi bangunan pendidikan dan diikuti oleh fungsi hunian dan perkantoran. Penggunaan AHSP tersebut untuk bangunan pada wilayah yang tercakup dalam Zona 15 berpotensi menghasilkan estimasi biaya yang tidak akurat. Ketidak-akuratan tersebut menghasilkan nilai estimasi biaya dibawah nilai yang semestinya dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi pelat lantai.

Kata kunci: rasio kebutuhan tulangan, pelat lantai, beton bertulang, bangunan gedung.

1. PENDAHULUAN

Perencanaan konstruksi seperti bangunan gedung, jalan, jembatan, bangunan sipil lainnya perlu mempertimbangkan adanya potensi gempa bumi yang mungkin terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainya saling bertemu di wilayah Indonesia (Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992). Perencanaan konstruksi tahan gempa di Indonesia mulai diaplikasikan pada tahun 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum gempa dan PPTI- UG (Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung). Pedoman tata cara perencanaan konstruksi tahan gempa Indonesia terus mengalami perkembangan, hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada SNI 1726:2012 (Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung).

Kontruksi bangunan merupakan bentuk struktur atau bentuk fisik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang dimulai dengan desain oleh perencana dan pembangunan oleh kontraktor. Proses ini melibatkan organisasi dan koordinasi dari semua sumberdaya proyek untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai anggaran serta standar kualitas dan kinerja yang ditentukan. Keberhasilan melaksanakan proyek konstruksi tepat waktu dengan anggaran yang sesuai rencana adalah sasaran dan harapan pemilik proyek maupun kontraktor. Dalam pelaksanaan proyek kontruksi, keterampilan sumber daya menjadi faktor penting tercapainya akurasi penawaran harga yang lebih kompetitif dan efektif dari kompetitor yang bersaing. Tidak hanya itu, akurasi harga penawaran juga berpengaruh positif bagi pemilik (owner) dalam mengelola anggaran yang terbatas.

Salah satu acuan yang digunakan dalam proses estimasi biaya adalah Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI mengatur AHSP untuk sejumlah pekerjaan. Khusus untuk

Page 131: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 2

pekerjaan beton, AHSP ditetapkan melalui SNI 7394:2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Standar ini menetapkan kebutuhan (requirement) terkait dengan material dan tenaga kerja untuk tiap satuan harga. Ada sejumlah analisis yang dapat digunakan untuk menentukan langsung harga satuan dari beberapa jenis konstruksi beton bertulang, seperti pondasi, sloof, balok, kolom, pelat, dan dinding. Analisis tersebut dapat dipakai tanpa harus menghitung harga satuan beton, tulangan, dan bekisting secara terpisah. Pembatasan penggunaan analisis ditetapkan hanya berdasarkan berat tulangan (dalam kg) yang digunankan dalam tiap meter kubik beton. Sebagai ilustrasi, analisis harga satuan untuk konstruksi pelat beton bertulang secara khusus disebut dalam SNI 7394:2008 pada Analisis No. 6.32. Penggunaan analisis tersebut dibatasi untuk struktur pelat dengan jumlah tulangan sebesar 150 kg per meter kubik beton.

Bila dikaji dengan mempertimbangkan beragamnya intensitas gempa sesuai dengan jumlah zonasi gempa yang ada di Indonesia, penetapan jumlah tulangan tersebut dapat menimbulkan potensi bias pada estimasi biaya. Pola tersebut memberi peluang terhadap tidak akuratnya estimasi biaya yang dihasilkan, baik dalam bentuk potensi ‘terlalu mahal’ atau ‘terlalu murah’. Dengan demikian, diperlukan adanya kajian yang dapat memberi informasi sejauh mana analisis tersebut dapat diaplikasikan bila dikaitkan dengan bangunan gedung yang dibangun pada wilayah dengan zonasi gempa yang berbeda. Menindaklanjuti kondisi tersebut, maka penelitian ini ditujukan untuk menganalisis besarnya rasio penggunaan tulangan pada tiap meter kubik beton. Lebih lanjut, penelitian ini juga akan merekomendasikan sejauhmana standar AHSP dapat diaplikasikan pada zonasi tertentu.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Zonasi gempa bumi Indonesia

Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainya saling bertemu di wilayah Indonesia (Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992).

Perencanaan konstruksi tahan gempa di Indonesia mulai diaplikasikan pada tahun 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum gempa dan Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTIUG). Pedoman tata cara perencanaan konstruksi tahan gempa Indonesia terus mengalami perkembangan, hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada peta zonasi gempa SNI 1726:2012 (Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung). Pembaruan yang ditekankan pada standar tersebut terkait dengan :

1. Periode ulang

Pada SNI 2012, kemungkinan pelampauan (probability of exceedance) diambil sebesar 2% dalam 50 tahun. Dengan persamaan yang sama, didapat periode ulang gempa sebesar 2.475 tahun atau dibulatkan menjadi 2.500 tahun. Kemungkinan pelampauan merupakan faktor langsung terhadap berubahnya periode ulang. Semakin kecil kemungkinan pelampauan semakin besar periode ulang, sekaligus semakin kecil kemungkinan terjadi gempa diatas gempa rencana hingga dapat terhindar dari kejadian gempa.

2. Pendekatan Deterministik

SNI 2012,menambahkan satu konsep yang disebut Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA). Pada konsep ini, probabilitas gempa tidak hanya diturunkan dari statistic terjadinya gempa yang tercatat. Probabilitas juga diturunkan dengan mengidentifikasi adanya subduksi lapisan bumi dan sesar aktif (active faults) pada suatu wilayah.

3. Uniform Hazard vs Uniform Risk

Peta gempa SNI 1726 2012 mengadopsi konsep uniform risk yang artinya beban gempa didasarkan pada resiko keruntuhan bangunan yang sama yaitu 1% resiko keruntuhan dalam 50 tahun. Oleh karena itu, percepatan gempa pada peta SNI 1726 2012 disebut sebagai risk targeted ground motion yaitu percepatan tanah yang sudah disesuaikan untuk mencapai target resiko keruntuhan 1% dalam 50 tahun. Konsep risk of collapse mengindikasikan bahwa tidak semua gedung yang terkena beban gempa diatas gempa rencana tidak selamat atau menunjukan kegagalan struktur sesuai prediksi desain.

4. Koefisien pada Respon Spektra

Peta gempa SNI 1726 2012 memberikan tambahan koefisien spektra berupa PGA (percepatan di batuan dasar), 0,2 detik dan 1 detik. PGA digunakan untuk menentukan percepatan gempa pada desain pondasi. Koefisien 0,2 detik dan 1 detik digunakan untuk membuat respon spektra gedung.

Page 132: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 3

Peta zonasi wilayah gempa menunjukkan posisi seluruh wilayah Indonesia berdasarkan tingkat respon sprektra gempa dan warna berbeda untuk setiap batasan nilai respon sprektra atas dan bawah dalam satuan gravity (g). Nilai sprektra ini dijadikan acuan untuk mendesain beban gempa dalam perencanaan suatu bangunan gedung di Indonesia. Peta zonasi gempa SNI 1726:2012 ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Zonasi Gempa Indonesia (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/)

Konstruksi pelat beton bertulang

Pelat lantai atau slab didenisikan sebagai struktur beton bertulang untuk membuat pondasi atau lantai yang ditumpukan pada kolom/dinding struktural bangunan, berupa material pracetak atau dicor langsung ke dalam bekisting (Elliott, 2012). Berdasarkan posisi peletakan tumpuan, pelat lantai dapat diklasifikasikan sebagai pelat dengan 1 arah tumpuan dan pelat dengan 2 arah tumpuan (Ching, 2014). Pada posisi 1 arah, pelat ditumpukan pada dua ujung pelat dengan posisi sejajar, sedangkan untuk 2 arah, pelat ditumpukan pada keempat sisinya. Penggunaan pelat dengan 2 arah lebih lazim dipakai (Gambar 2).

Sebagai salah satu komponen struktur bangunan gedung, ada beberapa metode kontruksi pelat lantai yang lazim dipakai (Ahadi, 2013), yaitu :

a. Metode konvensional, pada metode ini seluruh struktur pelat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan plywood dengan perancah scaffolding. Ini merupakan cara lama yang paling banyak digunakan namun membutuhkan waktu lama serta biaya tinggi.

b. Metode half slab, merupakan struktur pelat lantai yang sebagian dikerjakan dengan sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh pelat ditempat.

c. Metode full precast, merupakan sistem paling cepat, namun yang perlu diperhatikan jika menggunakan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat, misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total berat beton precast.

d. Metode bondek, dilaksanakan dengan menghilangkan tulangan bawah dan fungsinya digantikan oleh pelat bondek, dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting dibawahnya.

Page 133: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 4

1) Isometri Bentuk Pelat Lantai

2) Tampak Atas Pelat Lantai

3) Potongan Pelat Lantai

Gambar 2. Konstruksi Pelat Lantai (Ching, 2014)

Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)

Analisis harga satuan pekerjaan didefinisikan sebagai analisis harga yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan upah (SNI 7394:2008). Besarnya harga bahan dan upah ditentukan oleh nilai indeks bahan dan tenaga kerja. Indeks tersebut berperan sebagai faktor pengali atau koefisien yang menjadi dasar penghitungan biaya bahan dan upah kerja. Analisis harga satuan suatu pekerjaan konstruksi dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja, untuk penyelesaian per satuan pekerjaan. Untuk konstruksi pelat lantai dapat digunakan Analisis No. 6.32 pada SNI 7394:2008 (Tabel 1).

Tabel 1. Kebutuhan 1 m3 pelat beton bertulang (150 kg besi + bekisting)

Kebutuhan Satuan Indeks

Bahan

Kayu kelas III m3 0,320 Paku 5 cm – 12 cm kg 3,200 Minyak bekisting liter 1,600 Besi beton polos kg 157,500 Kawat beton kg 2,250 Portland Cement kg 336,000 Pasir Beton m3 0,540 Kerikil m3 0,810 Kayu kelas II balok m3 0,120 Plywood 9 mm lembar 2,800 Dolken kayu galam, φ (8-10) cm, panjang 4 m batang 32,000

Tenaga kerja

Pekerja OH 5,300 Tukang batu OH 0,275 Tukang kayu OH 1,300 Tukang besi OH 1,050 Kepala tukang OH 0,265 Mandor OH 0,265

Page 134: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 5

3. METODE PENELITIAN

Objek penelitian

Penelitian ini melakukan analisis berdasarkan objek bangunan gedung yang di bangun di wilayah Provinsi Aceh. Objek penelitian difokuskan pada bangunan gedung dengan klasifikasi sederhana dan non sederhana sebagaimana didefinisikan dalam Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Bangunan tersebut merupakan gedung berlantai dua yang difungsikan sebagai bangunan hunian, perkantoran, dan pendidikan.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan berdasarkan peta zonasi gempa SNI 1726:2012 untuk Zona 15 (respon sprektra percepatan gempa 1,2 – 1,5 g). Bangunan yang dikaji berlokasi di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Barat Daya di Provinsi Aceh. Data yang dikumpulkan bersumber dari dokumen kontrak proyek bangunan gedung yang telah dibangun dari tahun 2012 sampai dengan 2015. Data tersebut berupa daftar kualitas harga (bill of quantity), dan gambar bestek.

Analisis

Proses pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahapan berikut :

1) Pengelompokan data. Data diklasifikasikan berdasarkan fungsi bangunan gedung pendidikan (BGP), bangunan gedung hunian (BGH), dan bangunan gedung perkantoran (BGK).

2) Analisis kebutuhan material tulangan dan beton. Analisis kebutuhan tulangan pelat lantai dilakukan berdasarkan dimensi penampang, jenis tulangan (polos), dan diameter tulangan yang dipakai. Hasil analisis memberikan informasi jumlah tulangan (dalam kg) yang dibutuhkan pada tiap bangunan gedung. Jumlah penggunaan beton (dalam m3) dianalisis berdasarkan dimensi tebal pelat dan luas lantai.

3) Rekapitulasi hasil analisis kebutuhan tulangan pelat lantai. Hasil analisis dikelompokkan berdasarkan fungsi bangunan.

4) Analisis rasio penggunaan tulangan per meter kubik beton untuk konstruksi pelat lantai. Rasio ini diperoleh dari perbandingan volume tulangan yang digunakan (dalam kg) dengan volume beton (dalam m3). Analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk menentukan nilai rerata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi.

4. HASIL DAN DISKUSI

Deskripsi objek

Objek yang ditinjau pada penelitian ini adalah 10 bangunan gedung yang dibangun pada lokasi Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Barat Daya di Provinsi Aceh. Lokasi terletak pada Zona 15 sesuai peta zonasi gempa SNI 1726:2012. Seluruh bangunan merupakan bangunan gedung 2 lantai. Berdasarkan fungsi bangunan, kajian dilakukan pada 3 bangunan gedung pendidikan (BGP), 3 bangunan gedung hunian (BGH), dan 4 bangunan gedung perkantoran (BGK). Objek yang ditinjau merupakan bangunan yang dibangun dalam masa waktu tahun 2012 sampai 2015. Deskripsi bangunan yang dianalisis ditunjukkan dalam Tabel 2.

Penggunaan material beton dan tulangan pada konstruksi pelat lantai

Perhitungan kuantitas beton dan tulangan pelat lantai dilakukan berdasarkan gambar bestek yaitu gambar konstruksi pelat lantai beserta detail konstruksi. Besarnya kuantitas beton dianalisis berdasarkan informasi ketebalan pelat dan luasan lantai. Volume tulangan dianalisis berdasarkan panjang tulangan sesuai bentuk terpasang. Total panjang tulangan tersebut kemudian dikonversikan dalam ukuran berat tulangan (kg). Pada seluruh kasus yang dianalisis, tulangan yang digunakan merupakan besi polos dengan diameter 10 mm. Rekapitulasi hasil analisis volume beton dan tulangan untuk setiap objek berdasarkan zona gempa dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 135: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 6

Tabel 2. Deskripsi Bangunan Gedung yang Ditinjau

No Nama/Kode

Bangunan

Lokasi Tahun

Pembangunan

Fungsi

Bangunan

Tebal Pelat

(cm)

Luas Lantai

(m2)

1 BGH 15-1 Banda Aceh 2015 Hunian 12 164,50 2 BGH 15-2 Banda Aceh 2015 Hunian 12 384,00 3 BGH 15-3 Banda Aceh 2013 Hunian 12 380,80 4 BGK 15-1 Banda Aceh 2015 Kantor 12 162,00 5 BGK 15-2 Banda Aceh 2014 Kantor 12 288,00 6 BGK 15-3 Aceh Barat Daya 2014 Kantor 12 304,50 7 BGK 15-4 Banda Aceh 2015 Kantor 12 507,50 8 BGP 15-1 Banda Aceh 2015 Pendidikan 12 256,50 9 BGP 15-2 Aceh Barat Daya 2015 Pendidikan 12 148,00

10 BGP 15-3 Banda Aceh 2012 Pendidikan 12 122,50 Rerata 271,83 Max 507,50 Min 122,50 Std Deviasi 125,95

Tabel 3. Hasil Analisis Penggunaan Tulangan dan Beton Pada Konstruksi Pelat Lantai

No Nama Bangunan Fungsi Bangunan Tebal Pelat

(cm)

Luas Lantai

(m2)

Jumlah Penggunaan Material

Beton (m3)

Tulangan (kg)

1 BGH 15-1 Hunian 12 164,50 19,74 3.577,16 2 BGH 15-2 Hunian 12 384,00 46,08 8.630,10 3 BGH 15-3 Hunian 12 380,80 45,70 8.428,91 4 BGK 15-1 Kantor 12 162,00 19,44 3.268,14 5 BGK 15-2 Kantor 12 288,00 34,56 6.170,27 6 BGK 15-3 Kantor 12 304,50 36,54 5.573,25 7 BGK 15-4 Kantor 12 507,50 60,90 12.424,67 8 BGP 15-1 Pendidikan 12 256,50 30,78 7.080,13 9 BGP 15-2 Pendidikan 12 148,00 17,76 3.494,13

10 BGP 15-3 Pendidikan 12 122,50 14,70 2.811,13

Rasio kebutuhan tulangan per m3 beton pada konstruksi pelat lantai

Rasio tulangan dianalisis dengan membandingkan kuantitas tulangan dan beton yang digunakan dalam sebuah bangunan. Nilai rasio tersebut memberikan indikasi besaran kebutuhan tulangan untuk tiap meter kubik beton dari tiap konstruksi beton bertulang. Dari hasil analisis, diketahui bahwa rasio penggunaan tulangan untuk Zona 15 berada dalam rentang 152,52 kg/m3 - 230,02 kg/m3 beton dan rerata 187,41 kg/m3 beton. Nilai rasio untuk seluruh konstruski pelat lantai seluruhnya lebih besar dari nilai kebutuhan tulangan sebesar 150 kg/m3 beton sebagaimana tersebut dalam SNI 7394:2008 pada Analisis No. 6.32. Hasil analisis rasio tulangan untuk seluruh objek kajian ditunjukkan dalam Tabel 4.

Bila dikaji berdasarkan fungsi bangunan, rasio tulangan terbesar terlihat pada bangunan dengan fungsi pendidikan, kemudian diikuti oleh fungsi hunian dan perkantoran. Nilai rerata untuk ketiga fungsi tersebut masing-masing adalah 206,00 kg/m3, 184,31 kg/m3, dan 175,80 kg/m3. Dengan mempertimbangkan standar deviasi yang muncul pada ketiga fungsi bangunan, terlihat bahwa rasio tulangan untuk konstruksi pelat lantai tidak berbeda secara signifikan. Bila dibandingkan dengan kebutuhan tulangan seperti tersebut dalam SNI 7394:2008 pada Analisis No. 6.32, nilai rasio tulangan aktual seluruhnya bernilai lebih besar. Deskripsi hasil analisis rasio tulangan untuk tiga fungsi bangunan ditunjukkan dalam Tabel 5.

Page 136: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 7

Tabel 4. Rasio Kebutuhan Tulangan Konstruksi Pelat Lantai

No Nama/Kode

Bangunan

Fungsi

Bangunan

Jumlah Penggunaan

Material

Rasio

Tulangan

(kg/m3) Beton (m3)

Tulangan (kg)

1 BGH 15-1 Hunian 19,74 3.577,16 181,21 2 BGH 15-2 Hunian 46,08 8.630,10 187,29 3 BGH 15-3 Hunian 45,70 8.428,91 184,44 4 BGK 15-1 Kantor 19,44 3.268,14 168,11 5 BGK 15-2 Kantor 34,56 6.170,27 178,54 6 BGK 15-3 Kantor 36,54 5.573,25 152,52 7 BGK 15-4 Kantor 60,90 12.424,67 204,02 8 BGP 15-1 Pendidikan 30,78 7.080,13 230,02 9 BGP 15-2 Pendidikan 17,76 3.494,13 196,74 10 BGP 15-3 Pendidikan 14,70 2.811,13 191,23

Rerata 187,41 Max 230,02 Min 152,52 Std Deviasi 20,84

Tabel 5. Rasio Kebutuhan Tulangan Konstruksi Pelat Lantai Berdasarkan Fungsi Bangunan

No Nama/Kode

Bangunan

Fungsi

Bangunan

Jumlah

Penggunaan Material

Rasio Tulangan

(kg/m3)

Beton (m3)

Tulangan (kg)

Rerata Standar Deviasi

1 BGH 15-1 Hunian 19,74 3.577,16 184,31 3,04 2 BGH 15-2 Hunian 46,08 8.630,10

3 BGH 15-3 Hunian 45,70 8.428,91 4 BGK 15-1 Kantor 19,44 3.268,14

175,80 21,64 5 BGK 15-2 Kantor 34,56 6.170,27 6 BGK 15-3 Kantor 36,54 5.573,25 7 BGK 15-4 Kantor 60,90 12.424,67 8 BGP 15-1 Pendidikan 30,78 7.080,13

206,00 20,99 9 BGP 15-2 Pendidikan 17,76 3.494,13 10 BGP 15-3 Pendidikan 14,70 2.811,13

Perbadingan yang dilakukan secara keseluruhan dan berdasarkan fungsi bangunan mengindikasikan penggunaan tulangan yang lebih besar dari nilai tersebut pada SNI 7394:2008 (150 kg/m3 beton konstruksi pelat lantai). Besarnya deviasi yang muncul pada tiap bangunan bervariasi mulai dari yang terendah 2,52 kg/m3 (1,68%) sampai dengan yang tertinggi 80,02 kg/m3 (53,35%), dan rerata 37,41 kg/m3 (24,94%). Bila dikaji berdasarkan fungsi bangunan, deviasi rerata terendah terlihat pada fungsi bangunan perkantoran (25,80 kg/m3 atau 17,20%) dan tertinggi pada fungsi bangunan pendidikan (56,00 kg/m3 atau 37,33%). Deviasi rasio tulangan secara keseluruhan dan berdasarakan fungsi bangunan ditunjukkan dalam Tabel 6.

Aplikasi AHSP berdasarkan SNI 7394:2008 untuk konstruksi pelat lantai pada bangunan gedung di Zona 15 berpotensi menghasilkan estimasi biaya yang tidak akurat. Kondisi ini terlihat dari besarnya jumlah material tulangan yang belum terpenuhi sesuai hasil perencaan pada zonasi gempa tersebut. Indeks kebutuhan material tulangan konstruksi pelat lantai untuk Zona 15 ternyata lebih besar dari 150 kg/m3 beton. Penggunaan AHSP tersebut dapat berdampak pada jumlah harga satuan yang tidak mencukupi untuk bagi pelaksanaan konstruksi. Bagi kontraktor, kondisi ini tentu sangat merugikan dan dapat berpengaruh menghambat proses penyelesaian pekerjaan. Bagi konsultan perencana, penggunaan AHSP tersebut dapat berpengaruh pada akurasi nilai engineer estimate (EE) yang akan dilaporkan pada pemilik proyek.

Page 137: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 8

Tabel 6. Perbandingan Rasio Kebutuhan Tulangan dan SNI 7394:2008

No Nama/Kode

Bangunan

Fungsi

Bangunan

Rasio Tulangan

per m3 Beton

Deviasi Deviasi Rerata

Berdasarkan Fungsi

Bangunan

Aktual SNI

7394:2008

kg/m3 % kg/m3 %

1 BGH 15-1 Hunian

181,21 150 31,21 20,81 34,31 22,88 2 BGH 15-2 187,29 150 37,29 24,86

3 BGH 15-3 184,44 150 34,44 22,96 4 BGK 15-1

Kantor

168,11 150 18,11 12,08

25,80 17,20 5 BGK 15-2 178,54 150 28,54 19,03 6 BGK 15-3 152,52 150 2,52 1,68 7 BGK 15-4 204,02 150 54,02 36,01 8 BGP 15-1

Pendidikan 230,02 150 80,02 53,35

56,00 37,33 9 BGP 15-2 196,74 150 46,74 31,16 10 BGP 15-3 191,23 150 41,23 27,49 Rerata 187,41 37,41 24,94 38,70 25,80 Max 230,02 80,02 53,35 56,00 37,33 Min 152,52 2,52 1,68 25,80 17,20 Std Deviasi 20,84 20,84 13,89 15,57 10,38

5. KESIMPULAN

Hasil analisis dan diskusi yang telah dibuat pada bagian terdahulu menunjukkan bahwa rasio kabutuhan tulangan aktual bervariasi menurut bangunan dan fungsinya. Nilai rasio kebutuhan tulangan tersebut seluruhnya lebih besar dari nilai standar yang ditetapkan dalam SNI 7394:2008 Analisis No. 6.32 untuk konstruksi pelat lantai beton bertulang. Potensi deviasi yang mungkin timbul adalah rata-rata 37,41 kg/m3 atau 24,94% dari kebutuhan aktual pada Zona 15.

Penelitian lebih lanjut untuk aplikasi standar tersebut masih diperlukan agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik pemilik proyek, kontraktor, maupun konsultan. Potensi ketidak-akuratan estimasi dapat muncul mengingat belum tersedianya informasi yang memadai terhadap pengggunaan AHSP pada zonasi gempa yang lain (zona dengan respon sprektra percepatan gempa kurang dari 1,2g). Penelitian ini baru mampu mengindikasikan bahwa aplikasi standard AHSP pada Zona 15 atau zona dengan respon sprektra percepatan gempa lebih besar dari 1,2g.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terlaksana atas dukungan pendanaan dari Hibah Penelitian Produk Terapan Tahun Anggaran 2017 No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017, pada Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Penulis menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pihak yang telah memberi kontribusi dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Sdr. Rita Safitri dan tim peneliti lainnya yang berkontribusi mulai dari pengumpulan data sampai dengan selesainya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, 2013, Macam-macam Metode Struktur Pelat Lantai Gedung, http://www.ilmusipil.com/macam-macam-metode-struktur-pelat-lantai-gedung, tersedia pada 3 November 2013.

Bird, P, 2003, ‘An Update Digital Model of Pelate Boundaries’, Geochemistry, Geophysics, Geosystems, Vol. 4, No. 3, pp. 1-52.

Ching, FDK, 2014, Building Construction Illustrated, 5th Edition, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey. Elliott, F, 2012, Dictionary of Construction Terms, Informa UK Ltd., London. Milsom, J, Masson, D, Nichols, G, Sikumbang, N, Dwiyanto, B, Parson, L, and Kallagre, H, 1992, ‘The Manokwari

Trought and The Western End of The New Guinea Trench’, Tectonic, Vol. 11, No. 1, pp. 145-153. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan

Gedung Negara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman PU, 2010, Peta Zonasi Gempa Indonesia, tersedia pada

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, Tanggal 10 Juli 2017.

Page 138: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 9

SNI 1726:2012 tentang Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. SNI 7394:2008 tentang Tata cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung

dan Perumahan.

Page 139: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 7

Rancangan Pelaksanaan Penelitian Tahun Ke-1

Page 140: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 141: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 142: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 8

Catatan Harian Penelitian Tahun Ke-1

(Periode April – Oktober 2017)

Page 143: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 144: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 145: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 146: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 147: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.
Page 148: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

30/10/2017 Simlitabmas NG

http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/main.aspx?page=21 1/1

Call for proposal on NERC(http://www.nerc.ac.uk/r

TRIPOLIUniversitas Syiah Kuala

Kegiatan :   Penelitian - Penelitian Produk Terapan

Judul :   Pemodelan Standar Kebutuhan Tulangan Pada Komponen Struktural Konstruksi Bangunan Gedung

Tahun Pelaksanaan :   2017  (Tahun ke 1 Dari 2 Tahun)

   

Selasa 19-09-2017

1. Finalisasi analisis dan evaluasi kebutuhan material tulangan untuk tiap komponen struktur beton bertulang 2. Monevinternal

Progres Penelitian : 5%

  Kamis 28-09-2017

1. Rekap Hasil Penelitian

Progres Penelitian : 10%

   Tambah Catatan    KembaliBulan : September Tahun : 2017

Kegiatan Berkas Lain

Kegiatan Berkas Lain

Copyright © 2012-2017 Ditlitabmas (http://simlitabmas.dikti.go.id). All rights reserved.

Page 149: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

30/10/2017 Simlitabmas NG

http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/main.aspx?page=21 1/1

Call for proposal on NERC Program For  more information visit http://www.nerc.ac.uk/research/funded/pr(http://www.nerc.ac.uk/research/funded/programmes/hazards-seasia/news/ao/)--- Peraturan Direktur Je

TRIPOLIUniversitas Syiah Kuala

Kegiatan :   Penelitian - Penelitian Produk Terapan

Judul :   Pemodelan Standar Kebutuhan Tulangan Pada Komponen Struktural Konstruksi Bangunan Gedung

Tahun Pelaksanaan :   2017  (Tahun ke 1 Dari 2 Tahun)

   

Kamis 05-10-2017

Dra� laporan akhir

Progres Penelitian : 5%

  Rabu 18-10-2017

Publikasi melalui pertemuan ilmiah internasional (AIC Conference)

Progres Penelitian : 5%

  Kamis 19-10-2017

Dra� model (prepared for int'l journal submission)

Progres Penelitian : 5%

  Kamis 26-10-2017

Seminar Nasional Konteks 11 di Jakarta

Progres Penelitian : 5%

   Tambah Catatan    KembaliBulan : Oktober Tahun : 2017

Kegiatan Berkas Lain

Kegiatan Berkas Lain

Kegiatan Berkas Lain

Kegiatan Berkas Lain

Copyright © 2012-2017 Ditlitabmas (http://simlitabmas.dikti.go.id). All rights reserved.

Page 150: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

  

  

LAMPIRAN 9

Draft Model Kebutuhan Tulangan

Page 151: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

1

Model Prediksi Kebutuhan Tulangan Kolom Pada Bangunan Gedung Di Provinsi Aceh

Tripoli1 Mubarak2 Nurisra3 Fatahillah4

1,2,,3,4 Jurusan Teknik Sipil,Universitas Syiah Kuala, Jl.Syekh Abdurrauf No. 10 Banda Aceh 2311 Email : [email protected]

Abstract

Columns are one of the components that play a role to hold and distribute the load of a building. With regards to accuracy, the cost estimation process needs to be taken into account in terms of the effectiveness and efficiency of a building's budget. This study aims to obtain the variable of reinforcement requirement and prediction models of need for reinforcement in the column. The data used in this research comes from 25 2-story building in 2012 until 2016. The prediction model of column reinforcement requirement is done by multiplying linear regression method. Models are grouped by column position on the 1st and 2nd floor of the building. Modeling uses three variables: column height (X1), column cross-sectional area (X2) and spectral acceleration (X3). The prediction model of the need for the 1st stories column reinforcement obtained from the calculation of double linear regression analysis is Y1 = 180,22 + 0,33X1 - 226,27X2 - 16,92X3 with coefficient value R2 obtained is 70% . The prediction model for floor 2 is Y2 = 140,66 + 0,30X1 - 59,15X2 + 13,51X3 with R2 value is 59%.

Keywords: building, reinforced concrete, model

Abstrak

Kolom adalah salah satu komponen yang berperan menahan dan mendistribusikan beban pada sebuah bangunan. Berkaitan dengan akurasi, proses estimasi biaya perlu diperhatikan dalam rangka efektifitas dan efisiensi anggaran sebuah bangunan. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih valid, diperlukan sebuah pendekatan model untuk memperkirakan besarnya kebutuhan material. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan variabel kebutuhan tulangan dan model prediksi kebutuhan tulangan pada kolom. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 25 bangunan gedung berlantai 2 tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Model prediksi kebutuhan tulangan kolom dilakukan dengan metode regresi linear berganda. Pemodelan menggunakan tiga variabel yaitu tinggi kolom (X1), luas penampang kolom (X2) dan spektra percepatan (X3). Model prediksi kebutuhan tulangan kolom lantai I yang diperoleh dari perhitungan analisis regresi linear berganda adalah Y1= 180,22 + 0,33X1 - 226,27X2 – 16,92X3 dengan nilai koefesien R2 yang diperoleh adalah 70%. Model prediksi untuk kolom lantai II adalah Y2= 140,66 + 0,30X1 - 59,15X2 + 13,51X3 dengan nilai R2 adalah 59%.

Kata kunci : gedung, kebutuhan tulangan, model

1. Pendahuluan

Perencanaan struktur adalah bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, kuat, awet dan memenuhi tujuan-tujuan seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Hal ini dikarenakan daerah Aceh merupakan titik rawan gempa. Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring atau tergeser selama umur bangunan yang direncanakan. Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan komponen struktur yang paling penting untuk diperhatikan. Karena apabila kolom ini mengalami kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan struktur bangunan atas dari gedung secara keseluruhan. Penelitian tentang kebutuhan tulangan pada komponen struktural kolom beton bertulang pernah dilakukan oleh Nazimah [1], dengan metode analisis statistik deskriptif. Pada penelitian tersebut jumlah data yang digunakan masih terlalu sedikit, hal ini memungkinkan akurasi

hasil analisis yang diperoleh masih belum mendekati nilai kebutuhan tulangan yang valid. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih valid, diperlukan sebuah pendekatan model matematik dengan jumlah data yang lebih banyak sehingga hasil analisis kebutuhan tulangan pada kolom mendapatkan nilai yang lebih akurat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apa yang dapat dijadikan sebagai variabel model penggunaan tulangan dan bagaimana pola/model prediksi penggunaan tulangan kolom pada struktural bangunan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel kebutuhan tulangan kolom dan mendapatkan model prediksi kebutuhan tulangan pada kolom, serta menganalisis kebutuhan tulangan berdasarkan

Page 152: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

2

prediksi model kebutuhan tulangan pada komponen struktural kolom beton bertulang. 2. Tinjauan pustaka 2.1 Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

Menurut Dipohusodo [2], menyatakan bahwa proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan di dalamnya merupakan salah satu upaya manusia dalam rangka membangun kehidupannya. Proyek merupakan upaya dengan mengarahkan sumber daya yang tersedia yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan penting tertentu. 2.2 Beban Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung

Menurut SNI [3], standar ini memuat ketentuan beban minimum untuk merancang bangunan gedung dan struktur lain. Beban dan kombinasi pembebanan yang sesuai, telah dikembangkan dan harus digunakan bersama, baik untuk perancangan dengan metode kekuatan ataupun perancangan dengan metode tegangan izin. Besar beban yang ditentukan dalam standar ini untuk beban mati, hidup, tanah, angin, hujan, banjir dan gempa. 2.3 Kebutuhan Material Tulangan Pada

Struktur Kolom Beton Bertulang

Menurut McCromac [4], konstruksi beton bertulang dapat dibuat dalam segala bentuk sesuai dengan keinginan. Beton bertulang merupakan bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen, air dan tambahan lainnya serta diberi tulangan besi. Campuran beton yang dicampur harus menghasilkan kekuatan beton yang disyaratkan untuk beton yang bersangkutan.

2.4 Pemodelan

Model adalah representasi penyederhanaan dari sebuah realita yang komplek dan mempunyai feature yang sama dengan tiruannya dalam melakukan task atau menyelesaikan permasalahan. Model adalah karakteristik umum yang mewakili sekelompok bentuk yang ada, atau representasi suatu masalah dalam bentuk yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Output atau temuan dari proses modelling memungkinkan seorang analis untuk menetukan hasil-hasil keputusan yang logis dan memilih suatu tindakan optimal.

3. Metode penelitian

3.1 Lokasi dan objek penelitian

Penelitian ini melakukan survey pada proyek bangunan gedung yang dibangun di wilayah Provinsi

Aceh. Tinjauan objek penelitian difokuskan pada bangunan gedung bertingkat dengan klasifikasi sederhana dan tidak sederhana sebagaimana didefinisikan dalam Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun 2007. Objek bangunan yang akan diteliti dibagi dalam kelompok bangunan perumahan dan non perumahan. Potensi risiko yang dikaji adalah risiko bencana gempa bumi dengan pola potensi diklasifikasikan menurut peta zona gempa SNI 1726:2012. Adapun kriteria lokasi dan objek penelitian sebagai berikut :

1. Data lokasi objek penelitian yang dipakai berdasarkan peta zonasi gempa SNI 1726:2012, yaitu zona 15 dan zona 10.

2. Data yang dikumpulkan untuk kedua zonasi yang diteliti berjumlah 25 proyek.

3. Proyek bangunan bertingkat dengan jumlah 2 lantai.

4. Objek penelitian dilakukan berdasarkan fungsi bangunan yaitu perkantoran, hunian dan pendidikan.

3.2 Pengumpulan data

Data-data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder. Data tersebut diperoleh dari pengelola teknis bangunan pada instansi terkait. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dokumen kontrak untuk proyek gedung yang dibangun pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, yang berisikan data dan gambar bestek (site plan, denah, tampak bangunan, dan detail komponen struktural kolom).

2. Peta zonasi gempa Indonesia SNI 1726:2012.

3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian terbagi menjadi dua yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel terikat (Y) adalah rasio tulangan dan variabel bebas (X) adalah tinggi kolom (X1), luas penampang kolom (X2) dan spektra percepatan (X3). Pada penelitian ini diperoleh dua buah model prediksi kebutuhan tulangan kolom untuk lantai 1 dan 2. 3.4 Pengolahan Data dan Analisis

Tahapan pengolahan dan analisis data yang dilakukan sebagai berikut :

Page 153: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

3

1. Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan berdasarkan komponen struktural bangunan, fungsi bangunan, dan zonasi wilayah gempa.

2. Analisis kebutuhan tulangan kolom beton bertulang Analisis kebutuhan tulangan kolom beton bertulang dihitung berdasarkan tinggi, dimensi penampang dan spectrum gempa.

3. Rekapitulasi hasil analisis Rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan tulangan kolom dikelompokkan berdasarkan zonasi gempa, tahun pembangunan, lokasi, fungsi bangunan hingga dimensi penampang kolom.

3.5 Analisis regresi linear

Blocher, dkk [5], analisis regresi adalah metode statistik untuk memperoleh persamaan memperkirakan biaya yang paling cocok satu set titik data. Analisis regresi cocok dengan data untuk meminimalkan jumlah kuadrat dari kesalahan estimasi. Setiap kesalahan adalah jarak yang diukur dari garis regresi ke salah satu titik data. Sebuah analisis regrsi memiliki dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan variabel bebas. Variabel dependen adalah pemicu biaya digunakan untuk memperkirakan nilai variabel dependen. Analisis data menggunakan program microsoft excel 2010.

Persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3......................................... 1) Dimana: Y = Jumlah kebutuhan tulangan a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0) x1 = Tinggi kolom (m) b1 = Koefisien regresi tinggi kolom (nilai

peningkatan ataupun penurunan) x2 = Luas penampang kolom (m2) b2 = Koefisien regresi Luas penampang (nilai

peningkatan ataupun penurunan) x3 = spektra percepatan (g) b3 = Koefisien luas spektra percepatan (nilai

peningkatan ataupun penurunan) 3.6 Analisis koefisien korelasi

Hasan [6] koefisien korelasi (R) adalah indeks

atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien berada diantara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ R ≤ +1). Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel, berikut ini

diberikan nilai dari koefisien korelasi sebagai patokan.

Analisis koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui kekuatan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Nilai koefisien korelasi yang diuji yaitu secara keseluruhan atau simultan (R) dan dapat dihitung dengan menggunakan program microsoft excel 2010.

Tabel 1. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan

Kekuatan Hubungan

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1 R = 0,00 Tidak ada

2 0,00 < R ≤ 0,20 Sangat rendah atau lemah

sekali

3 0,20 < R ≤ 0,40 Rendah atau lemah tapi

pasti

4 0,40 < R ≤ 0,70 Cukup berarti atau sedang

5 0,70 < R ≤ 0,90 Tinggi atau kuat

6 0,90 < R ≤ 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

7 R = 1,00 Sempurna

Sumber : Hasan [1]

3.7 Analisis koefisien determinasi Hasan [6] menyebutkan bahwa koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (R Square) adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel atau lebih (variabel bebas X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain (variabel terikat Y). Nilai koefisien penentu berad antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤ 1). Koefisien determinasi (R Square) merupakan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen, atau dengan kata lain seberapa besar persentase keragaman variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh keragaman variabel bebas, atau seberapa besar variabel bebas dapat memberikan konstribusi terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai R Square maka semakin kuat kemampuan model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya.

4. Hasil dan pembahasan

4.1 Hasil Pengolahan Data

Hasil yang didapat dari penelitian ini berupa model kebutuhan tulangan pada kolom. Hasil yang disajikan dalam bab ini berupa:

1. Variabel untuk prakiraan kebutuhan tulangan pada kolom.

2. Model prediksi kebutuhan tulangan kolom. Hasil ini diperoleh dengan menggunakan metode

analisis regresi linear berganda.

Page 154: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

4

4.2 Deskripsi objek

Objek yang ditinjau pada penelitian ini adalah bangunan gedung di Provinsi Aceh yang difokuskan pada zona gempa 10 dan 15. Data lokasi objek penelitian yang dipakai berdasarkan peta zonasi gempa SNI 1726:2012. Objek yang ditinjau dari kedua zona berjumlah 25 data yang merupakan bangunan gedung 2 lantai, dengan fungsi bangunan pendidikan, penghunian dan kantor.

4.3 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan 25 data proyek yang terdiri dari 2 zonasi gempa yaitu zonasi 10 dan zonasi 15. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu volume kebutuhan tulangan (Y) dan yang menjadi variabel bebas (X) yaitu tinggi kolom (X1), luas penampang kolom (X2) dan spektra percpatan (X3). Tabel 2. Data Variabel Model Prakiraan Rasio

Tulangan Kolom Lantai 1.

No Bangunan Gedung

Rasio Tulangan (kg/m3)

Tinggi (m)

Luas Penampang

(m2)

Spektra Percepatans

(Ss)

(g)

Y X1 X2 X3

1 BGK 10-1 240.52 228.75 0.12 0.625

2 BGK 10-2 195.82 117.8 0.09 0.625

3 BGK 10-3 343.14 372 0.09 0.696

4 BGK 10-4 200.78 129.6 0.09 0.625

5 BGK 15-5 206.92 195 0.12 0.696

6 BGK 15-6 348.62 587.5 0.16 1.349

7 BGK 15-7 331.74 442.5 0.12 1.349

8 BGK 15-8 192.63 235 0.16 1.333

9 BGH 10-1 182.73 259.2 0.16 0.689

10 BGH 10-2 201.79 210 0.12 0.696

11 BGH 15-3 166.12 180 0.16 1.349

12 BGH 15-4 192.69 165.2 0.16 1.349

13 BGH 15-5 247.57 457 0.06 1.333

14 BGP 10-1 195.58 135.3 0.15 0.696

15 BGP 10-2 192,20 100.8 0.09 0.689

16 BGP 10-3 181.76 215.45 0.09 0.696

17 BGP 10-4 183.72 87.4 0.09 0.696

18 BGP 10-5 188.59 116.25 0.09 0.696

19 BGP 10-6 261.22 542.8 0.15 0.689

20 BGP 15-7 231.11 253.1 0.12 1.349

21 BGP 15-8 233.13 300.46 0.12 1.349

22 BGP 15-9 157.15 139.1 0.12 1.224

23 BGP 15-

10 176.96 82.4 0.09 1.264

24 BGP 15-

11 165.76 169.5 0.09 1.349

25 BGP 15-

12 224.19 287.8 0.09 1.264

Keterangan : BGK 10-15 = Bangunan Gedung Kantor Zona 10-15 BGH 10-15 = Bangunan Gedung Hunian Zona 10-15 BGP 10-15 = Bangunan Gedung Pendidikan Zona

10-15

Tabel 3. Data Variabel Model Prakiraan Rasio Tulangan Kolom Lantai 2.

No Bangunan Gedung

Rasio Tulangan (kg/m3)

Tinggi (m)

Luas Penampan

g (m2)

Spektra Percepatan

(Ss)

(g)

Y X1 X2 X3

1 BGK 10-1 229.49 235.06 0.12 0.625

2 BGK 10-2 201.07 77.7 0.09 0.625

3 BGK 10-3 239.72 291 0.09 0.696

4 BGK 10-4 163.36 126 0.09 0.625

5 BGK 15-5 198.66 133.6 0.12 0.696

6 BGK 15-6 231.64 238.5 0.16 1.349

7 BGK 15-7 218.1 200 0.12 1.349

8 BGK 15-8 184.78 120.8 0.16 1.333

9 BGH 10-1 196.07 202.5 0.16 0.689

10 BGH 10-2 141.85 192.4 0.12 0.696

11 BGH 15-3 212.44 157.9 0.09 1.349

12 BGH 15-4 189.66 124 0.16 1.349

13 BGH 15-5 279.48 368.3 0.06 1.333

14 BGP 10-1 177.25 168 0.15 0.696

15 BGP 10-2 220..91 100.8 0.09 0.689

16 BGP 10-3 164.76 99.2 0.09 0.696

17 BGP 10-4 159.44 68.4 0.09 0.696

18 BGP 10-5 211.86 215.45 0.09 0.696

19 BGP 10-6 243.7 314.5 0.12 0.689

20 BGP 15-7 217.38 229.5 0.12 1.349

21 BGP 15-8 211.46 103.1 0.12 1.349

22 BGP 15-9 169.89 95 0.12 1.224

23 BGP 15-

10 170.14 80.5 0.09 1.264

24 BGP 15-

11 178.35 166.8 0.09 1.349

25 BGP 15-

12 162.71 75 0.02 1.264

Keterangan : BGK 10-15 = Bangunan Gedung Kantor Zona 10-15 BGH 10-15 = Bangunan Gedung Hunian Zona 10-15 BGP 10-15 = Bangunan Gedung Pendidikan Zona

10-15 Data variabel diatas diperoleh dari hasil

perhitungan volume beton dan tulangan berdasarkan dokumen kontrak proyek, sedangkan spektra percepatan (Ss) diperoleh dari area spektrum masing-masing daerah berdasarkan peta zonasi gempa.

Page 155: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

5

4.4 Regresi linear berganda

Analisa regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program statistik. Hasil Output yang ditampilkan untuk kebutuhan tulangan kolom adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4. Model Regresi Rasio Tulangan Kolom

Lantai 1. Coefficients

Standard Error

t Stat P-value Lower 95%

Intercept 180.2247 29.29 6.15299 4.19E-06 119.31

x1 0.334559 0.048 6.95702 7.16E-07 0.2345

x2 -226.2714 220.05 -

1.02824 0.315535

-683.90

x3 -16.92667 20.19 -

0.83817 0.411374

-58.924

Persamaan numerik untuk regresi linear berganda adalah seperti yang ditunjukkan pada persamaan 1 yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3. Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui nilai konstanta dan nilai koefisien. Nilai konstanta dan koefisien regresi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (1). Maka model prakiraan kebutuhan tulangan kolom yang diperoleh untuk lantai 1 adalah :

Y1 = 180.22 + 0.33X1 - 226.27X2 - 16.92X3

Dimana : Y1 = Rasio Tulangan (Kg/m3) X1 = Tinggi kolom (m) X2 = Luas Penampang Kolom (m2) X3 = Spektra Percepatan (g)

Tabel 5. Model Regresi Rasio Tulangan Kolom Lantai 2

Coefficients Standard

Error t Stat P-value

Lower 95%

Upper 95%

Intercept 140.662 21.75404 6.4660 2.08E-06 95.42 185.90

x1 0.30727 0.056803 5.4094 2.29E-05 0.189 0.4254

x2 -59.1537 136.0194 -0.434 0.668077 -

342.02 223.71

x3 13.5123 13.74716 0.9829 0.336835 -15.07 42.101

.

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui nilai konstanta dan nilai koefisien. Nilai konstanta dan koefisien regresi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (3.1). Maka model prakiraan kebutuhan tulangan kolom yang diperoleh untuk lantai 2 adalah :

Y2 = 140.66 + 0.30X1 - 59.15X2 + 13.51X3

Dimana : Y2 = Rasio Tulangan (Kg/m3) X1 = Tinggi kolom (m) X2 = Luas Penampang Kolom (m2) X3 = Spektra Percepatan (g)

4.5 Nilai koefisien korelasi dan koefisien

determinasi Nilai koefisien korelasi dan koefisien

determinasi didapat setelah analisa regresi linear berganda. Hasil perhitungan nilai korelasi dan determinasi untuk kebutuhan tulangan kolom dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 6. Model Summary untuk Rasio Tulangan

Kolom Lantai 1.

Regression Statistics

Multiple R 0.837804922

R Square 0.701917088

Adjusted R Square 0.659333815

Standard Error 31.15393404

Observations 25

Berdasarkan Tabel 6, diketahui hasil korelasi

dari hubungan panjang kolom, luas penampang kolom dan spektra percepatan (Ss) secara simultan menunjukkan indeks nilai 0,837. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antar variabel secara simultan memiliki kekuatan hubungan yang tinggi. Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 70%, hal ini berarti variasi kebutuhan tulangan dapat dijelaskan oleh tiga variabel tersebut. Sisanya sebesar 30% dijelaskan oleh variabel diluar model.

Tabel 7. Model Summary untuk Rasio Tulangan

Kolom Lantai 2.

Regression Statistics

Multiple R 0.767712049

R Square 0.589381791

Adjusted R Square 0.530722047

Standard Error 22.23542895

Observations 25

Berdasarkan Tabel 7, diketahui hasil korelasi dari hubungan panjang kolom, luas penampang kolom dan spektra percepatan (Ss) secara simultan menunjukkan indeks nilai 0,767. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antar variabel secara simultan memiliki kekuatan hubungan yang tinggi. Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 59%, hal ini berarti variasi kebutuhan tulangan dapat dijelaskan oleh tiga variabel tersebut. Sisanya sebesar 41% dijelaskan oleh variabel diluar model.

Page 156: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

6

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Model yang dihasilkan untuk kebutuhan rasio tulangan kolom adalah : Model kolom lantai I adalah Y1 = 180,22 + 0,33X1 - 226,27X2 - 16,92X3. R Square = 70% Model kolom lantai II adalah Y2 = 140,66 + 0,30X1 - 59,15X2 + 13,51X3. R Square = 59%

2. Model dapat diaplikasikan pada lokasi zonasi gempa 10 dan zonasi gempa 15.

5.2 Saran

Mengingat penelitian ini sangat tergantung pada objek yang akan ditinjau, maka kajian ini diharapkan dapat dilakukan secara dinamis dan berkelanjutan, guna memperoleh hasil yang lebih aktual. Selain itu, diharapkan juga objek yang ditinjau lebih bervariatif dan proporsional agar diperoleh hasil yang maksimal sebagai informasi bagi semua pihak. Sehingga berdampak positif dalam estimasi biaya konstruksi serta meningkatkan efesiensi dalam pengalokasian anggaran proyek. 6. Daftar Pustaka

[1] Nazimah, 2016, Evalasi Standar Kebutuhan Tulangan Pada Konstruksi Kolom Beton Bertulang, Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

[2] Dipohusodo, I, 1996, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta.

[3] SNI 7394 Beban Minimun untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya, Jakarta.

[4] McCormac, J.C, 2000, Desain Beton Bertulang - Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

[5] Blocher, E.J, Cokins, G, & Stout, D.E, 2010, Cost Management: A Strategic Emphasis. Fifth Edition, New York: McGraw-Hill.

[6] Hasan, I, 2008, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta.

Page 157: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

 

Model Prediksi Kebutuhan Tulangan Sloof Beton Bertulang Bangunan Gedung di Provinsi Aceh

Tripoli1 Mubarak2 Nurisra3 Muhariz Azmi4

1,2,,3,4 Jurusan Teknik Sipil,Universitas Syiah Kuala, Jl.Syekh Abdurrauf No. 10 Banda Aceh 2311 Email : [email protected]

Abstract

Aceh is an area prone to earthquakes. The variety of earthquake potential in Aceh causes dimensional planning to consider the reinforcement ratios used in each region. To provide an approximation to an estimate, models that can predict the needs of reinforcement are needed in each region. This study aims to obtain the variables of reinforcing needs and predictive models of reinforcing needs in tie beam. This study used building project data in Aceh Province and grouped by area of zonation in the zones of 10 and 15. The object studied is a two-story building from 2012 until 2016. The earthquake zoning division refers to the 2012 earthquake zoning map. The prediction model of tie beam reinforcement needs in the analysis with regression analysis method. The results obtained in this study were Y = 188.744 + 0.0109 X1 – 250.721 X2 + 3.,833 X3, using variable length of tie beam (X1), cross section area (X2) and spectral acceleration (X3). The coefficient of determination value (R square) obtained is 66% and the correlation coefficient value is 0.812.

Keywords: building, tie beam, model, needs of reinforcement.

Abstrak

Aceh merupakan daerah yang rawan terhadap gempa bumi. Beragamnya potensi gempa bumi di Aceh menyebabkan perencanaan dimensi perlu mempertimbangkan rasio tulangan yang digunakan di setiap wilayah. Untuk memberikan pendekatan bagi sebuah estimasi, diperlukan model yang dapat memprediksikan kebutuhan tulangan di tiap wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan variabel kebutuhan tulangan dan model prediksi kebutuhan tulangan pada sloof. Penelitian ini menggunakan data proyek bangunan gedung di Provinsi Aceh dan dikelompokkan berdasarkan daerah zonasi gempa yaitu zona 10 dan 15. Objek yang dikaji merupakan bangunan gedung dua lantai dari tahun 2012 sampai 2016. Pembagian zonasi gempa merujuk pada peta zonasi gempa 2012. Model prediksi kebutuhan tulangan sloof dianalisis dengan metode analisis regresi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Y = 188,744 + 0,0109 X1 – 250,721 X2 + 35,833 X3, dengan menggunakan variabel panjang sloof (X1), luas penampang (X2) dan spektra percepatan (X3). Nilai koefisien determinasi (R square) yang diperoleh adalah 66% dan nilai koefisien korelasi 0,812.

Kata kunci : bangunan gedung, sloof, model, kebutuhan tulangan.

1. Pendahuluan

Beton bertulang adalah gabungan dua bahan yang berbeda yaitu beton dan baja tulangan.  Beton memilki nilai kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Sloof merupakan komponen struktural yang akan mempengaruhi nilai atau biaya sebuah bangunan. Besarnya biaya ini sangat ditentukan oleh jumlah tulangan, mutu beton, panjang, serta ukuran dimensi yang digunakan. Estimasi yang akurat sangat berpengaruh terhadap penggunaan biaya, hal ini diperlukan agar anggaran yang terbatas dapat digunakan secara efisien. Mengingat permasalahan keterbatasan anggaran, proyek konstruksi harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Penelitian tentang kebutuhan tulangan pada komponen struktural sloof beton bertulang pernah dilakukan oleh Kesuma [1] dengan metode analisis statistik deskriptif. Pada penelitian tersebut jumlah data yang digunakan masih terlalu sedikit, hal ini memungkinkan akurasi hasil analisis yang diperoleh masih belum mendekati nilai kebutuhan tulangan yang valid. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih valid, diperlukan sebuah pendekatan model matematik dengan jumlah data yang lebih banyak sehingga hasil analisis kebutuhan tulangan pada sloof mendapatkan nilai yang lebih akurat. Analisis jumlah kebutuhan tulangan pada komponen struktural sloof beton bertulang umumnya dipengaruhi oleh variabel seperti dimensi penampang, panjang sloof, wilayah zonasi gempa dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi variabel untuk menentukan kebutuhan tulangan, bagaimana model prediksi

Page 158: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

 

kebutuhan tulangan pada komponen struktural sloof beton bertulang.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel kebutuhan tulangan dan mendapatkan model prediksi kebutuhan tulangan pada sloof.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Bangunan Gedung

Permen PU [2], mendefinisikan bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

2.2. Kebutuhan Material Tulangan pada

Struktur Beton Bertulang

Menurut McCormac [3], beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu zat atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workabillity), durabilitas, dan waktu pengerasan. Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Beton dan tulangan bekerja sama dengan baik dalam struktur beton bertulang. Kelebihan masing-masing material tampaknya saling menutupi kelemahan masing-masing. Sebagai contoh, kelemahan utama beton adalah kekuatan tarik yang rendah, tetapi kuat tarik adalah salah satu kelebihan utama baja. Tulangan baja memiliki kuat tarik hampir 100 kali lebih besar dari pada kuat tarik beton biasa. Kedua bahan tersebut saling berikatan dengan sangat baik sehingga tidak terjadi gelincir antara keduanya, dan oleh karenanya mereka akan bekerjasama sebagai satu kesatuan dalam menahan gaya-gaya yang terjadi. 2.3. Pemodelan

Model adalah karakteristik umum yang mewakili sekelompok bentuk yang ada, atau representasi suatu masalah dalam bentuk yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Output atau temuan dari proses modelling memungkinkan seorang analis untuk menetukan hasil-hasil keputusan yang logis dan memilih suatu tindakan optimal.

Blocher, dkk [4], Pemodelan dapat dibuat melalui analisis regresi. Analisis ini merupakan salah satu model statistik yang dapat digunakan untuk merumuskan pola hubungan antar variabel berdasarkan satu set titik data. Analisis regresi secara sistematis dapat meminimalkan kesalahan estimasi dengan cara least squeres regression (regresi kuadrat

terkecil). Analisis ini menjadi salah satu metode yang lazim untuk pemodelan biaya. 3. Metode Penelitian

3.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Survey penelitian dilakukan pada proyek bangunan gedung yang dibangun di wilayah Provinsi Aceh. Tinjauan objek penelitian difokuskan pada bangunan gedung dua lantai dengan klasifikasi sederhana dan tidak sederhana sebagaimana didefinisikan dalam Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun 2007. Objek bangunan yang diteliti diklasifikasikan berdasarkan tahun pembangunan, fungsi bangunan, luas bangunan, dan lokasi berdasarkan peta zonasi gempa SNI 1726:2012. Kriteria lokasi dan objek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Data lokasi objek penelitian yang dipakai berdasarkan peta zonasi gempa SNI 1726:2012, yaitu zona 15 dan zona 10.

2. Data yang dikumpulkan untuk diteliti berjumlah 29 proyek.

3. Proyek bangunan bertingkat dengan jumlah minimum 2 lantai.

4. Objek penelitian dilakukan berdasarkan fungsi bangunan, yaitu bangunan pendidikan, kantor, dan hunian.

3.2. Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder. Data tersebut diperoleh dari pengelola teknis bangunan pada instansi terkait dan juga pelaku konstruksi di Provinsi Aceh. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dokumen kontrak untuk proyek gedung yang dibangun pada tahun 2012 sampai dengan 2016, yang berisikan gambar bestek (site plan, denah, tampak bangunan, dan detail komponen struktural sloof).

2. Peta zonasi gempa Indonesia SNI 1726:2012.

3.3. Pengolahan Data dan Analisis

Tahapan pengolahan dan analisis data yang dilakukan sebagai berikut :

1. Pengelompokan data Pengelompokan data dilakukan berdasarkan komponen struktural bangunan, fungsi bangunan, dan zonasi wilayah gempa.

2. Analisis kebutuhan tulangan sloof beton bertulang. Analisis kebutuhan tulangan sloof beton bertulang dihitung berdasarkan panjang, dimensi penampang, jenis tulangan dan diameter tulangan yang dipakai.

3. Rekapitulasi hasil analisis Rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan tulangan sloof dikelompokkan berdasarkan zonasi gempa, fungsi bangunan dan dimensi penampang sloof.

Page 159: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

 

3.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent).  variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang mengakibatkan adanya variabel bebas, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan berubahnya variabel terikat. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah rasio tulangan (Y), dan variabel bebas (X) adalah panjang sloof (X1), luas penampang (X2) dan spektra percepatan (X3).

3.5. Analisis Regresi Liniear

Menurut Blocher, dkk [4], analisis regresi adalah metode statistik untuk memperoleh persamaan memperkirakan biaya yang paling cocok satu set titik data. Analisis regresi cocok dengan data untuk meminimalkan jumlah kuadrat dari kesalahan estimasi. Setiap kesalahan adalah jarak yang diukur dari garis regresi ke salah satu titik data. Sebuah analisis regresi memiliki dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan variabel bebas. Variabel dependen adalah pemicu biaya digunakan untuk memperkirakan nilai variabel dependen.

Nazir [5], menyatakan bahwa jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas ingin diestimasikan, maka analisis regresi dilakukan dengan regresi berganda.

Analisis regresi dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2010. Persamaan regresi dapat dilihat seperti pada persamaan 1.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3..........................(1) Dimana : Y = Rasio kebutuhan tulangan (Kg/m3) a = Konstanta X1 = Panjang sloof (m) b1 = Koefisien regresi panjang sloof X2 = Luas penampang sloof (m2) b2 = Koefisien regresi luas penampang X3 = Spektra percepatan (g) b3 = Koefisien regresi spektra percepatan 3.6. Analisis Koefisien Korelasi

Menurut Hasan [6], Koefisien korelasi (R) adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien berada diantara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ R ≤ +1). Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel, berikut ini diberikan nilai dari koefisien korelasi sebagai patokan.

Tabel 1. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan [1].

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan 1 R = 0,00 Tidak ada 2 0,00 < R ≤ 0,20 Sangat rendah atau lemah sekali

3 0,20 < R ≤ 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti

4 0,40 < R ≤ 0,70 Cukup berarti atau sedang

5 0,70 < R ≤ 0,90 Tinggi atau kuat

6 0,90 < R ≤ 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

7 R = 1,00 Sempurna

Nilai koefisien korelasi yang diuji yaitu secara

keseluruhan (simultan). Nilai koefisien korelasi dapat diperoleh dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010.

3.7. Analisis Koefisien Determinasi

Hasan [6], menyebutkan bahwa koefisien determinasi (R square) adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel atau lebih (variabel bebas X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain (variabel terikat Y). Nilai koefisien determinasi berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ R square ≤ 1).

Sudarmanto [7], Koefisien determinasi (R square) merupakan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen, atau dengan kata lain seberapa besar persentase keragaman variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh keragaman variabel bebas, atau seberapa besar variabel bebas dapat memberikan konstribusi terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai R square maka semakin kuat kemampuan model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya. Nilai Koefisien determinasi (R Square) dapat diperoleh dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 4. Hasil dan Pembahahsan

4.1. Deskripsi Objek

Obejek penelitian yang ditinjau adalah bangunan gedung berlantai dua yang dibangun di Provinsi Aceh dan difokuskan pada wilayah zonasi 10 dan 15. Objek yang ditinjau berjumlah 29 data, dengan fungsi bangunan yaitu bangunan pendidikan, bangunan penghunian, dan bangunan kantor. Objek tinjauan merupakan bangunan gedung yang dibangun pada tahun 2012 sampai 2016, dan difokuskan pada komponen struktural sloof beton bertulang. 4.2. Variabel Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 29 data proyek, yang terdiri dari 2 zonasi gempa yaitu zonasi 10 dan 15. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah rasio

Page 160: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

 

tulangan (Y), dan variabel bebas (X) adalah panjang sloof (X1), luas penampang (X2) dan spektra percepatan (X3). Pengelompokan data variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data Variabel

No Bangunan Gedung

Rasio Tulangan

Panjang Sloof

Luas Penampang

Sloof

Spektra Percepatan

(Ss)

(kg/m3) (m) (m2) (g)

Y X1 X2 X3

1 BGP 15 - 1 207,38 130 0,12 1,349

2 BGP 15 - 2 233,83 162 0,1 1,349

3 BGP 15 - 3 218,16 71 0,12 1,349

4 BGP 15 - 4 220,93 155 0,08 1,224

5 BGP 15 - 5 214,37 83 0,06 1,224

6 BGP 10 - 1 174,09 221 0,15 0,696

7 BGP 10 - 2 199,25 94 0,07 0,696

8 BGP 10 - 3 182,8 178 0,1 0,689

9 BGP 10 - 4 178,85 146,2 0,12 0,696

10 BGP 10 - 5 181,2 155,67 0,12 0,696

11 BGP 10 - 6 215,37 464 0,1 0,689

12 BGH 15 - 1 220 34,6 0,1 1,349

13 BGH 15 - 2 208,37 124 0,1 1,349

14 BGH 15 - 3 220,69 307,5 0,1 1,349

15 BGH 15 - 4 205,74 80 0,07 1,264

16 BGH 15 - 5 207,24 283 0,09 1,333

17 BGH 10 - 1 176,84 235 0,12 0,689

18 BGH 10 - 2 175,88 222,6 0,15 0,696

19 BGH 10 - 3 211,22 65 0,09 0,689

20 BGK 15 - 1 208,15 202,5 0,1 1,349

21 BGK 15 - 2 203,76 117,5 0,1 1,333

22 BGK 15 - 3 206,97 181,5 0,08 1,349

23 BGK 15 - 4 220,27 513,2 0,12 1,349

24 BGK 10 - 1 191,98 187,4 0,12 0,625

25 BGK 10 - 2 186,65 105,25 0,1 0,625

26 BGK 10 - 3 178,67 300 0,1 0,625

27 BGK 10 - 4 168,4 424,8 0,15 0,696

28 BGK 10 - 5 206,21 247,6 0,1 0,696

29 BGK 10 - 6 198,03 427 0,05 0,696

Keterangan : BGP 10/15 = Bangunan Gedung Pendidikan Zona 10/15 BGH 10/15 = Bangunan Gedung Hunian Zona 10/15 BGK 10/15 = Bangunan Gedung Kantor Zona 10/15

4.3. Hasil Analisis Regresi Linear

Analisis regresi linear berganda dilakukan setelah pengelompokan data variabel. Hasil Output yang ditampilkan berdasarkan analisis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Model Regresi Linier

   Coefficients Standard

Error t Stat P-value

Lower 95%

Upper 95%

Intercept 188,744 12,584 14,997 5,26E-14 162,825 214,66

X1 0,0109 0,0168 0,645 0,52465531 -0,023 0,045

X2 -250,721 86,2674 -2,906 0,00755309 -428,39 -73,05

X3 35,833 6,508 5,505 1,01E-05 22,428 49,239

Berdasarkan Tabel 3, diketahui nilai konstanta

dan nilai koefisien. Nilai konstanta dan koefisien regresi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Maka model prediksi kebutuhan tulangan sloof yang diperoleh adalah :

Y = 188,744 + 0,0109 X1 – 250,721 X2 + 35,833 X3

Dimana : Y = Rasio Tulangan (Kg/m3) X1 = Panjang Sloof (m) X2 = Luas Penampang Sloof (m2) X3 = Spektra Percepatan (g)

Hasil model prediksi kebutuhan tulangan sloof diatas, menunjukkan bahwa koefisien regresi yang dihasilkan pada panjang sloof (X1) bertanda positif (+) atau memiliki hubungan searah, artinya setiap penambahan satu satuan panjang sloof maka akan menaikkan jumlah kebutuhan tulangan. Pada luas penampang sloof (X2) bertanda negatif (-) atau memiliki hubungan berbanding terbalik, artinya setiap penambahan satu satuan luas penampang akan menurunkan jumlah kebutuhan tulangan. Pada spektra percepatan (X3) bertanda positif (+) atau memiliki hubungan searah, artinya setiap penambahan satu satuan spektra percepatan maka akan menaikkan jumlah kebutuhan tulangan. 4.4. Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan

Koefisien Determinasi

Nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi diperoleh setelah analisis regresi linear. Diketahui hasil korelasi dari hubungan panjang sloof, luas penampang dan spektra percepatan (Ss) secara simultan menunjukkan indeks nilai 0,812. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antar variabel secara simultan memiliki kekuatan hubungan yang tinggi. Nilai koefisien determinasi (R Square) adalah sebesar 66%, hal ini berarti variasi kebutuhan tulangan dapat dijelaskan oleh dua variabel tersebut. Sisanya sebesar 34% dijelaskan oleh variabel diluar model seperti mutu beton, luas bangunan dan sebagainya. 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :

Page 161: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

 

1. Model prediksi kebutuhan tulangan sloof yang diperoleh adalah Y = 188,744 + 0,0109 X1 – 250,721 X2 + 35,833X3 dengan menggunakan variabel panjang sloof (X1), luas penampang (X2) dan spektra percepatan (X3).

2. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,812 dan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,660 atau 66%.

5.2. Saran

Mengingat penelitian ini sangat tergantung pada objek yang akan ditinjau, maka kajian ini diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan, guna memperoleh hasil yang lebih valid. Selain itu, diharapkan juga objek yang ditinjau lebih bervariatif agar diperoleh hasil yang maksimal sebagai informasi bagi semua pihak. Sehingga berdampak positif dalam estimasi biaya konstruksi serta meningkatkan efesiensi dalam pengalokasian anggaran proyek. 6. Daftar Pustaka

[1] Kesuma, P.A, 2016, Evalasi Standar Kebutuhan Tulangan Pada Konstruksi Sloof Beton Bertulang, Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

[2] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, Jakarta.

[3] McCormac, J.C, 2000, Desain Beton Bertulang - Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta

[4] Blocher, E.J, Cokins, G, & Stout, D.E, 2010, Cost Management: A Strategic Emphasis. Fifth Edition, New York: McGraw-Hill.

[5] Nazir, M, 1982, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

[6] Hasan, I, 2008, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta.

[7] Sudarmanto, R.G, 2005, Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Page 162: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPANuilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/8252ea47beeeab74d87d8a... · tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, ... zonasi gempa bumi.

MK - 266