Perbandingan Perilaku Struktur Tehadap Beban Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI...
-
Upload
azmi-albouftaind -
Category
Documents
-
view
2.102 -
download
16
Transcript of Perbandingan Perilaku Struktur Tehadap Beban Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI...
RINGKASAN TUGAS AKHIR
PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR TERHADAP
BEBAN GEMPA BERDASARKAN SNI 03-1726-2002
DAN RSNI 03-1726-201x1
Oleh :
A Z M I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Almuslim
Matangglumpangdua, Bireuen - Aceh
2013
(Blog: http://www.civilovers.blogspot.com/)
ABSTRAK
Indonesia adalah salah satu negara rawan gempa di dunia, karena posisi Indonesia
berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik besar di dunia yaitu lempeng Indo –
Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Pada beberapa tahun terakhir telah
banyak terjadi gempa besar sebagai contoh gempa Aceh pada tahun 2004, gempa
Jogja pada tahun 2006, gempa Padang dan Bengkulu pada tahun 2007. Percepatan
batuan dasar pada gempa tersebut lebih besar daripada percepatan batuan dasar yang
ditetapkan dalam SNI 03-1726-2002. Berdasarkan fakta tersebut dan adanya
keinginan untuk mendorong kemajuan pedoman perencanaan ketahanan gempa di
Indonesia, maka pedoman ketahanan gempa SNI 03-1726-2002 direvisi menjadi
RSNI 03-1726-201x. Penelitian Tugas Akhir ini berjudul “Perbandingan Perilaku
Struktur Terhadap Beban Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-
1726-201x”. Material struktur gedung terbuat dari beton bertulang menggunakan
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Model gedung yang dianalisis
berupa gedung berbentuk persegi panjang terdiri dari 6 lantai. Ukuran denah 46
meter x 26 meter dan tinggi lantai dasar 5 meter dan lantai tipikal 4 meter. Fungsi
gedung sebagai Hotel. Struktur gedung dianalisis menggunakan bantuan perangkat
lunak komputer yaitu software ETABS v.9.7 dalam model 3 dimensi. Setelah
dianalisis, membandingkan hasil analisis antara SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-
1726-201x berupa periode getar struktur, gaya geser dasar (base shear), simpangan
antarlantai (story drift), mengontrol kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit,
momen lentur yang terjadi pada balok, dan kebutuhan tulangan lentur pada balok.
1 Disidangkan pada tanggal 3 Maret 2013 di ruang FT-2 Fakultas Teknik Universitas Almuslim,
Bireuen - Aceh
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan simpangan struktur (total drift) yang
dianalisis menggunakan RSNI 03-1726-201x lebih besar dibandingkan dari hasil
analisis menggunakan SNI 03-1726-2002. Persentase simpangan struktur untuk
masing-masing arah yaitu sebesar 29%. Persentase peningkatan nilai base shear
untuk arah Y adalah 28% dan arah Y adalah 27%.
Kata Kunci : Beban Gempa, Perilaku Struktur, SNI 03-1726-2002, RSNI 03-1726-
201x
ABSTRACT
Indonesia is one of the world’s earthquake-prone countries, as Indonesia’s positition
is at the confluence of three major tectonic plates of the world they are the Indo-
Australia, the Eurasian plate and the pacific plate. In the last few years have been a
lot of big quake for example earthquake in Aceh in 2004, the earthquake in
Yogyakarta in 2006, the earthquake Padang and Bengkulu in 2007. Acceleration
bedrock on the earthquake bigger than on the acceleration of the bedrock are defined
in SNI 03-1726-2002. Based on these facts and the desire to encourage the
aduancement of earthquake resistance planning guidelines in Indonesia, the quake
resistance guidelines SNI 03-1726-2002 revised to RSNI 03-1726-201x. Research
Thesis is titled “comparison of earthquake load structure behavior based on SNI 03-
1726-2002 and RSNI 03-1726-201x”. The material structure of the building is made
of reinforced concrete using Special Moment Resisting frame (SRPMK)”. Building
models were analyzed in the form of rectangular-shaped building consists of 6
storey’s. The size of the floor plan of the 46 m x 26 m and a height of 5 meters floors
and typical floor are 4 meters. The building functions as a hotel. The building
structure is analyzed using computer software namely assistance software ETABS
v.9.7 in 3-D model. After analysis, compare the results between SNI 03-1726-2002
by RSNI 03-1726-201x in the the period of structural vibration, the base shear, story
drift, control the performance limit of serviceability and the performance of ultimate
limit, bending moment of the beam, and the beam flexural requirements. The
caculation of this research is the total drift analyzed using RSNI 03-1726-201x is
large than an results of the analysis using SNI 03-1726-2002. The percentage of
space structure for each variable that is to 29%. The percentage of base shear for X
direction is 28% and for Y direction is 27%.
Keywords: Earthquake Load, Structural Behavior, SNI 03-1726-2002, RSNI 03-1726
– 201x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara rawan gempa di dunia. Hal ini disebabkan posisi
Indonesia berada pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar di dunia, yaitu
lempeng Indo – Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik (Bodiono, 2011).
Mengingat pada beberapa tahun terakhir telah banyak gempa besar terjadi di
Indonesia. Sebagai contoh, gempa Aceh pada tahun 2004, gempa Jogja pada tahun
2006, gempa Padang dan Bengkulu pada tahun 2007. Dari gempa tersebut
menyebabkan banyak terjadi kerusakan pada struktur bangunan. Setelah dilakukan
kajian mendalam tentang hal ini, bahwa gempa besar yang terjadi ternyata
percepatan batuan dasar lebih besar daripada percepatan batuan dasar yang telah
ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-1726-2002. Berdasarkan kajian tersebut
menyimpulkan peta gempa SNI 03-1726-2002 dinilai sudah tidak sesuai lagi
diaplikasikan sebagai pedoman perencanaan struktur tahan gempa.
Oleh sebab itu, untuk mendorong perkembangan peraturan perencanaan struktur
gedung tahan gempa di Indonesia, maka SNI 03-1726-2002 direvisi menjadi RSNI
03-1726-201x mengacu pada ASCE 7-10.
Pada saat suatu peraturan gempa terbaru muncul dan diberlakukan, hal pertama yang
menjadi pertanyaan bagi praktisi adalah seberapa besar persyaratannya berubah dan
seberapa besar peningkatan bebannya. Dengan demikian penulis merencanakan salah
satu bangunan gedung yang didirikan di wilayah gempa berat yaitu kota Banda Aceh,
guna untuk membandingkan perilaku struktur gedung tersebut apabila dianalisis
berdasarkan SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-1726-201x.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin diperoleh dari penulisan ini adalah :
1 Perbandingan periode getar struktur
2 Perbandingan gaya geser dasar (base shear)
3 Perbandingan simpangan antar lantai (story drift)
4 Perbandingan momen lentur yang terjadi pada balok
5 Kebutuhan tulangan lentur pada balok
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Filosofi Gedung Tahan Gempa
Budiono (2012), filosofi ataupun konsep dasar perencanaan bangunan tahan gempa
adalah:
a. Bila gempa ringan, bangunan gedung tidak boleh mengalami kerusakan baik
pada komponen non-struktural (dinding, genting dan langit-langit, kaca pecah
maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balok , pondasi).
b. Bila gempa sedang, bangunan gedung boleh mengalami kerusakan pada
komponen non-strukturnya akan tetapi tidak boleh mengalami kerusakan pada
komponen strukturnya.
c. Bila gempa besar, bangunan gedung boleh mengalami kerusakan baik pada
komponen non-strukturnya maupun pada komponen strukturnya, akan tetapi
penghuni bangunan tersebut bisa menyelamatkan jiwanya, artinya sebelum
bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni untuk keluar atau mengungsi
ketempat yang aman.
2.2 Wilayah Gempa
Peta zona gempa Indonesia sebagai acuan dasar perencanaan bangunan sangat
diperlukan gunanya untuk menghasilkan hasil analisis yang cukup aman. Dalam SNI
03-1726-2002 pasal 4.7, wilayah Indonesia dibagikan ke dalam 6 wilayah gempa,
seperti pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Berdasarkan RSNI 03-1726-201x pada pasal 14, untuk wilayah gempa Indonesia
ditetapkan berdasarkan parameter Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek
0,2 detik) dan S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik), seperti terlihat pada
Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 di bawah.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Gempa Indonesia Menurut SNI 03-1726-2002
2.3 Pengaruh Gempa Vertikal
pengaruh gempa vertikal merupakan opsional untuk dilakukan analisis akibat
pengaruh gempa vertikal pada struktur gedung, maka pada perencanaan struktur
harus memperhitungkan pengaruh dari gempa vertikal.
Faktor respon gempa vertikal harus dihitung berdasarkan persamaan seperti pada
Tabel 2.1 di bawah ini :
Gambar 2.2 Peta Wilayah Gempa Berdasarkan Parameter Ss.
Gambar 2.3 Peta Wilayah Gempa Berdasarkan Parameter S1.
Tabel 2.1 Faktor respon gempa vertikal
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
Cv = Ψ A0 I (1.1)
dimana :
Ψ = koefisien yang bergantung kepada
wilayah gempa di mana struktur
gedung berada.
A0 = percapatan puncak muka tanah.
I = faktor keutamaan gedung.
EV = 0,2 SDSD (1.2)
dimana :
SDS = Parameter spektrum respon
desain pada periode pendek
(Ss).
D = Pengaruh beban mati.
2.4 Respon Spektra
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 pasal 4.7.4, respons spektra ditentukan oleh
parameter berikut ini:
1. Faktor jenis tanah
2. Faktor wilayah gempa untuk masing-masing daerah.
Respons spektra untuk tiap-tiap wilayah dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.
Sedangkan berdasarkan RSNI 03-1726-201x pasal 6.3, respons spektra desain harus
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan data berikut ini:
1. Parameter percepatan batuan dasar pada periode 0,2 detik dan 1 detik.
2. Parameter kelas situs ( SA, SB, SC, SD, SE, dan SF)
3. Koefisien-koefisien dan parameter-parameter respons spektra percepatan gempa
maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget (MCER)
Gambar 2.4 Respon Spektra Berdasarkan SNI 03-1726-2002
Parameter respons spektrum percepatan periode pendek (SMS) dan periode 1 detik
(Sm1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs harus ditentukan dengan
persamaan berikut:
SMS = Fa SS (1.3)
Sm1 = Fv S1 (1.4)
4. Parameter percepatan spektra desain
Percepatan spektra desain baik untuk periode pendek (SDS) maupun periode 1
detik (SD1) harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
SDS = SMS (1.5)
SD1 = SM1 (1.6)
TS = SD1 / SDS (1.7)
T0 = 0,2 (SD1 / SDS) (1.8)
di mana :
SDS = parameter spektrum respon desain pada periode pendek
SD1 = parameter spektrum respon desain pada periode 1 detik
SS = parameter respons spektra percepatan gempa MCER untuk periode pendek
S1 = parameter respons spektra percepatan gempa MCER untuk periode 1 detik.
2.5 Koefisien Respon Seismik
Perhitungan koefisien respon seismik berdasarkan persamaan pada Tabel 2.2 di
bawah ini :
Tabel 2.2 Koefisien Respon Seismik
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
Koefisien seismik = (1.9)
dimana :
C = faktor respons gempa berdasarkan
masing-masing wilayah gempa
I = faktor keutamaan gedung
R = faktor reduksi gempa
CS = (SDS /(R/I)) (1.10)
Nilai CS tidak perlu melebihi :
CS = (SD1 /T(R/I)) (1.11)
Dan nilai CS yang dihitung tidak
kurang dari :
CS = 0,044 SDS I ≥ 0,01 (1.12)
dimana :
SD = parameter percepatan respons
spektrum desain pada periode 1
detik
SD1 = parameter percepatan respons
spektrum yang dipetakan
T = periode struktur dasar (detik)
R = faktor modifikasi respons
I = faktor keutamaan hunian
beban mati.
3
2
3
2
R
CI
2.6 Periode Alami Struktur
Penentuan periode alami struktur ditentukan dalam Tabel 2.3 di bawah ini:
Tabel 2.3 Penentuan Periode Alami Struktur
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
Nilai batas maksimum
T < ζ n (1.13)
dimana :
ζ = 0,16 (dari Tabel koefisien yang
membatasi waktu getar alami
fundamental struktur gedung).
n = jumlah lantai gedung
Ada dua batas untuk periode
bangunan, yaitu nilai minimum
periode bangunan (Ta min) dan nilai
maksimum periode bangunan (Ta
maxs), yaitu :
Ta min = Cr hnx
(1.14)
Ta maxs = Cu Ta min (1.15)
di mana:
Ha = tinggi struktur dari dasar
sampai ke tingkat paling atas.
Cr = 0,0466 (dari Tabel koefisien
parameter periode pendekatan).
Cu = 1,4 (dari Tabel koefisien
untuk batas atas pada periode
yang dihitung).
x = 0,9 (dari Tabel koefisien
parameter periode pendekatan).
2.7 Simpangan Antar Lantai
Tabel 2.4 Penentuan simpangan antar lantai
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
1. Kinerja batas layan
xhiR
i03,0
(1.16)
Δi < 30 mm (1.17)
2. Kinerja batas ultimit
Untuk struktur gedung beraturan :
ζ = 0,7 R (1.18)
Untuk struktur gedung tidak beraturan :
aFaktorskal
R7,0 (1.19)
Faktor Skala = 118,0
Vt
V (1.20)
1. Kinerja batas ultimit
Kinerja batas ultimit harus dihitung
sebagai perbedaan defleksi pada
pusat massa tingkat teratas, yaitu
berdasarkan :
(1.21)
di mana :
Cd = faktor pembesaran defleksi.
xe = defleksi pada lokasi yang
disyaratkan dan ditentukan
sesuai dengan analisis
elastis.
Ie = faktor keutamaan berdasarkan
kategori resiko.
e
xedx
I
C
2.8 Kombinasi Pembebanan
Faktor-faktor dan kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal,
dan beban gempa nominal adalah seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini :
Tabel 2.5 Faktor Kombinasi Pembebanan
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 EX ± 1 EY
4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EX ± 0,3 EY
5. 0,9 DL ± 0,3 EX ± 1 EY
6. 0,9 DL ± 1 EX ± 0,3 EY
di mana :
DL = Beban Mati, termasuk SIDL
LL = Beban Hidup
EX = Beban Gempa arah-x
EY = Beban Gempa atah-y
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 (ρ QE + 0,2
SDS DL) ± 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL)
4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 (ρ QE + 0,2
SDS DL) ± 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL)
5. 0,9 DL ± 0,3 (ρ QE - 0,2 SDS DL)
± 1 (ρ QE - 0,2 SDS DL)
6. 0,9 DL ± 1 (ρ QE - 0,2 SDS DL) ±
0,3 (ρ QE - 0,2 SDS DL)
di mana :
DL = Beban Mati, termasuk SIDL
LL = Beban Hidup
EX = Beban Gempa arah-x
EY = Beban Gempa atah-y
ρ = faktor redundansi untuk
desain seismik
SDS = parameter percepatan
spektrum respons desain pada
periode pendek
QE = pengaruh gaya seismik
horizontal dari V
2.9 Geser Dasar Seismik (V)
Tabel 2.6 Penentuan gaya geser seismik
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
xWtR
xICV
1 (1.22)
dimana:
C1 = nilai faktor respons gempa
R = faktor reduksi gempa
I = faktor keutamaan gedung
Wt = berat total gedung
V = Cs Wt (1.23)
dimana :
Cs = koefisien respons seismik
Wt = berat total gedung
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kriteria Desain
Bentuk bangunan 3 dimensi, seperti pada Gambar 3.1 di bawah
Luas bangunan = 46 m x 26 m = 1196 m2
Lokasi bangunan = Banda Aceh
Fungsi bangunan = Untuk Hotel
Jumlah lantai = 6 (enam) lantai termasuk lantai atap
Tebal lantai 1 s/d lantai 5 = 12 cm
Tebal lantai atap = 10 cm
Jenis tanah = Tanah Sedang, KDS-D
3.2 Dimensi dan Penampang Struktural
Kolom lantai = 60 cm x 60 cm
Balok induk = 40 cm x 70 cm
Ring balok = 35 cm x 60 cm
3.3 Mutu Bahan - Massa jenis beton bertulang = 2,40 kN/m
3
- Berat jenis beton bertulang = 24 kN/m3
- Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa
- Modulus elastisitas beton = 27805575 kN/m2
- Mutu baja tulangan pokok (fy) = 400 Mpa
- Mutu baja tulangan geser (fy) = 240 Mpa
- Angka poisson = 0,2
Gambar 3.1 Bentuk Bangunan Gedung
3.4 Faktor Keutamaan Gedung (I)
Struktur gedung didesain sebagai hotel, sehingga memiliki faktor keutamaan sebagai
berikut :
Untuk SNI 03-1726-2002 = 1
Untuk RSNI 03-1726-201x = 1
3.5 Faktor Reduksi Gempa (R)
Struktur Gedung ini termasuk dalam kategori Struktur Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) beton bertulang, sehingga memiliki nilai faktor reduksi sebagai
berikut :
Untuk SNI 03-1726-2002 = 8,5
Untuk RSNI 03-1726-201x = 8
3.6 Penentuan Jenis Tanah Jenis tanah tempat struktur gedung didirikan diasumsikan ke dalam kategori tanah
sedang.
3.7 Respon Spektrum Desain
Respons spektrum desain berdasarkan SNI 03-1726-2002
Nilai yang dimasukkan kedalam software ETABS V.9.7 adalah nilai Ca dan Cv
berdasarkan peta zonasi gempa Indonesia wilayah 5 untuk jenis tanah sedang,
sehingga didapat yaitu:
- Ca = 0.32
- Cv = 0.83
Hasil input grafik respon spektrum dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini:
(nilai dari tabel faktor keutamaan
gedung untuk berbagai kategori)
(nilai dari tabel faktor keutamaan
gedung untuk berbagai kategori)
Gambar 3.2 Input Respon Spektra SNI 03-1726-2002
Respons spektrum desain berdasarkan RSNI 03-1726-201x
Dengan data percepatan batuan dasar yang berada di kota Banda Aceh Ss
(1.320g) dan S1 (0.613g) maka didapat:
- Fa = 1.00
- Fv = 1.50
- SMS = Fa x Ss = 1.00 x 1.320 = 1.320
- SM1 = Fv x S1 = 1.50 x 0.613 = 0.92
Nilai yang dimasukkan ke dalam software ETABS V.9.7 untuk Define
Response Spectrum Funcation adalah nilai SDS dan SD1, yaitu:
- SDS = 2/3 SMS = 2/3 (1.320) = 0.880
- SD1 = 2/3 SM1 = 2/3 (0.92) = 0.613
Hasil input grafik respon spektrum dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini:
3.8 Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah penelitian dapat digambarkan dalam diagram alir di bawah ini:
Gambar 3.3 Input Respon Spektra RSNI 03-1726-201x
HASIL DAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN
SARAN
SELESAI
MULAI
DATA
PERENCANAAN
PEMBEBANAN
STRUKTUR
PEMODELAN STRUKTUR
DENGAN ETABS v.9.7
RUN ANALISIS
KONTROL
1. Periode Getar Struktur
2. Base Shear
3. Simpangan lantai
3. Rasio Penulangan
AMAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Periode Getar Struktur
Hasil periode getar dan parstisipasi massa yang diperoleh dari output program
ETABS v.9.7 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Periode Getar dan Partisipasi Massa
Pola
Getar
Waktu
Getar
Partisipasi Massa
Rotasi Total Rotasi Arah X Arah Y
Total
Arah X
Total
Arah Y
1 0.906 0.001 85.069 0.001 85.069 0.120 0.120
2 0.873 85.099 0.004 85.100 85.073 0.591 0.711
3 0.834 0.595 0.107 85.695 85.179 84.584 85.294
4 0.286 0.000 9.995 85.695 95.174 0.001 85.295
5 0.277 9.675 0.000 95.369 95.174 0.024 85.320
6 0.265 0.028 0.005 95.397 95.179 9.916 95.235
Setelah didapat nilai partisipasi massa dari analisis software ETABS, pada Tabel 4.2
di bawah ini adalah pengecekan periode getar struktur yang ditentukan berdasarkan
SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x sebagai berikut :
Tabel 4.2 Periode pembatasan dan periode yang dihasilkan ETABS
Pembatasan
Periode Getar SNI
2002
Pembatasan Periode Getar
RSNI 201x
Periode ETABS
(Detik)
T = ζ n Ta min = Cr.hnx
Ta maxs = Cu. Ta min U-S B-T
0.960 0,844 1,182 0.906 0.873
4.1.2 Gaya Geser Dasar (Base Shear)
Gaya geser dinamik berdasarkan SNI 03-1726-2002 tidak boleh kurang 80% dari
gaya geser dasar nominal statik ekuivalen, yaitu :
Untuk arah X adalah 8191,003 kN ≥ 6311,704 kN
Untuk arah Y adalah 7908,476 kN ≥ 6551,832 kN
Sedangkan gaya geser dinamik berdasarkan RSNI 03-1726-201x tidak boleh kurang
85% dari gaya geser dasar nominal statik ekuivalen, yaitu :
Untuk arah X adalah 11707,730 kN ≥ 11707,730 kN
Untuk arah Y adalah 11707,730 kN ≥ 11707,730 kN
Pada Tabel di bawah ini dapat dilihat persentase peningkatan gaya geser analisis
respon spektrum berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x.
Tabel 4.3 Persentase peningkatan gaya geser analisis respon spektrum.
Gaya geser arah X Gaya geser arah Y Persentase
SNI 2002 RSNI 201x SNI 2002 RSNI 201x X Y
8191,003 11315,7 7908,476 10899,006 28% 27%
4.1.3 Simpangan antarlantai (Story drift)
Nilai total simpangan gedung yang terjadi menurut SNI 03-1726-200s dapat dilihat
pada Tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Nilai total simpangan (drift) gedung (output Etabs)
Lantai Δx (mm) Δy (mm)
Lantai 6 16,561 17,583
Lantai 5 15,557 16,448
Lantai 4 13,689 14,421
Lantai 3 10,977 11,820
Lantai 2 7,581 7,915
Lantai 1 3,788 3,896
Nilai total simpangan gedung yang terjadi menurut SNI 03-1726-200s dapat dilihat
pada Tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5 Nilai total simpangan (drift) gedung (output ETABS)
Lantai Δx (mm) Δy (mm)
Lantai 6 23,467 24,896
Lantai 5 22,051 23,295
Lantai 4 19,405 20,426
Lantai 3 15,551 16,307
Lantai 2 10,726 11,190
Lantai 1 5,352 5,500
Berikut ini merupakan diagram perbandingan perpindahan (total drift) menurut
masing-masing arah dari hasil analisis software ETABS v.9.2 berdasarkan SNI 03-
1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x.
Gambar 4.1 Diagram perbandingan total drift antara SNI 03-1726-2002 dan RSNI
03-1726-201x.
4.1.4 Momen Lentur Pada Balok
Nilai momen lentur diambil pada portal 3 ID 50, nilai momen tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Momen lentur yang terjadi pada balok portal 3
Lantai
Momen Balok 50
(kN.m)
Momen Balok 50
(kN.m)
Persentase
peningkatan /
Penurunan
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x (%)
Momen + Momen - Momen + Momen - Momen + Momen -
Lantai 6 41,620 -83,240 58,315 -116,630 29% 29%
Lantai 5 75,704 -151,409 111,451 -222,902 32% 32%
Lantai 4 102,017 -204,034 161,954 -323,158 37% 37%
Lantai 3 124,010 -248,021 255,238 -408,529 51% 39%
Lantai 2 151,976 -278,170 324,743 -467,851 53% 41%
Lantai 1 180,752 -287,016 369,772 -490,292 51% 41%
4.1.5 Kebutuhan Tulangan Lentur Pada Balok
Nilai tulangan lentur diambil pada portal 3 ID 50, nilai luas tulangan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:
3.788
7.581
10.977
13.689
15.557
16.561
5.352
10.726
15.551
19.405
22.051
23.467
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
0 5 10 15 20 25 30
Ket
ing
gia
n L
an
tai
(mm
)
Nilai Perpindahan (mm)
Diagram Perbandingan Total Drift antara SNI 1726-2002 dan
RSNI 1726-201x
Total Drift X SNI 2002
Total Drift Y SNI 2002
Total Drift X RSNI 201x
Total Drift Y RSNI 201x
Tabel 4.7 Momen lentur yang terjadi pada balok portal 3
Lantai Posisi
Kebutuhan tulangan Balok 50
(N/mm2)
Kebutuhan tulangan Balok 50
(N/mm2)
SNI 03-1726-2002 RSNI 03-1726-201x
Tump.
Kiri Lapangan
Tump.
Kanan
Tump.
Kiri Lapangan
Tump.
Kanan
Lantai 6 Top 539,0 134,0 276,0 702,0 174,0 443,0
Bottom 268,0 342,0 205,0 349,0 273,0 298,0
Lantai 5 Top 958,0 244,0 646,0 1058,0 345,0 958,0
Bottom 490,0 492,0 392,0 696,0 547,0 800,0
Lantai 4 Top 1007,0 329,0 958,0 1615,0 647,0 1352,0
Bottom 662,0 552,0 592,0 1075,0 836,0 1102,0
Lantai 3 Top 1232,0 401,0 999,0 2103,0 906,0 1840,0
Bottom 808,0 655,0 859,0 1577,0 958,0 1562,0
Lantai 2 Top 1387,0 450,0 1195,0 2466,0 958,0 2233,0
Bottom 958,0 748,0 958,0 1968,0 990,0 1902,0
Lantai 1 Top 1433,0 473,0 1300,0 2589,0 958,0 2392,0
Bottom 958,0 843,0 958,0 2170,0 1088,0 1989,0
4.2 Pembahasan
4.2.1 Periode Getar Struktur
Dengan 6 (enam) pola ragam getar partisipasi massa untuk ketiga arah DOF (Ux, Uy,
Rz) sudah mencapai angka 90%, berarti tidak perlu menambah jumlah pola ragam
getar kembali. Ragam pertama untuk arah sumbu X, ragam kedua untuk arah sumbu
Y, ragam ketiga terjadinya puntir (torsi) yang pertama, ragam keempat terjadinya
getar kedua untuk arah sumbu X, ragam kelima terjadinya getar kedua untuk arah
sumbu Y, dan ragam keenam terjadinya puntir (torsi) yang kedua. Periode getar
struktur ragam pertama yang didapat software ETABS adalah 0,906. Periode tersebut
memenuhi pembatasan untuk waktu getar struktur yang telah ditentukan baik dalam
SNI 03-1726-2002 maupun dalam RSNI 03-1726-201x.
4.2.2 Gaya Geser Dasar (Base Shear)
Perhitungan gaya geser dasar dilakukan dengan analisis respon spektrum
menggunakan software ETABS. Setelah didapat nilai gaya geser dasar dilakukan
pendekatan yang telah ditentukan baik dalam SNI 03-1726-2002 maupun dalam
RSNI 03-1726-201x. Dalam SNI 03-1726-2002, nilai akhir respon dinamik struktur
gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam
suatu arah tertentu, tidak boleh kurang 80% nilai respon ragam yang pertama dari
hasil analisis statik ekuivalen. Gaya geser yang didapat untuk arah X adalah
8191,003 kN, dan untuk arah Y adalah 7908,476 kN. Gaya geser tersebut memenuhi
ketentuan yang telah ditentukan dalam SNI 03-1726-2002.
Dalam RSNI 03-1726-201x, nilai akhir respon dinamik struktur gedung terhadap
pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu, tidak boleh lebih kecil 85% dari nilai respon ragam pertama prosedur gaya
lateral ekuivalen. Gaya geser yang didapat untuk arah X adalah 11315,748 kN, dan
untuk arah Y adalah 10899,006 kN. Nilai akhir gaya geser tersebut tidak memenuhi
syarat yang telah ditentukan dalam RSNI 03-1726-201x. Dengan demikian untuk
memenuhi syarat yang ditentukan, maka ordinat respon spektrum harus dikalikan
dengan 0,85 V/Vt, sehingga didapat untuk arah X adalah 11707,730 kN dan untuk
arah Y adalah 11707,730 kN.
4.2.3 Simpangan antarlantai (Story drift)
Nilai simpangan antarlantai (story drift) berdasarkan SNI 03-1726-2002 hanya
terdapat dua kinerja yaitu kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit. Nilai kinerja
batas layan tidak boleh kurang dari (0,03/R) dikalikan dengan tinggi tingkat yang
bersangkutan atau 30 mm, diambil tergantung nilainya yang lebih kecil. Nilai kinerja
batas layan yang terjadi pada lantai 6 (enam) untuk arah X adalah 1,004 mm dan
untuk arah Y adalah 1,135. Nilai tersebut tidak melewati batas yang ditentukan
sebesar 14,118 mm. Untuk kinerja batas ultimit yang ditentukan pada lantai 6 (enam)
0,02 x tinggi tingkat adalah 80 mm. Kinerja batas ultimit yang terjadi pada lantai 6
(enam) untuk arah X sebesar 5,974 mm dan untuk arah Y sebesar 6,753 mm, maka
nilai kinerja batas ultimit yang terjadi pada lantai 6 (enam) memenuhi syarat yang
ditentukan.
Dalam RSNI 03-1726-201x, hanya terdapat satu kinerja yaitu kinerja batas ultimit.
Kinerja batas ultimit yang ditentukan 0,02 x tinggi tingkat adalah 80 mm. Nilai
kinerja batas ultimit yang terjadi pada lantai 6 (enam) untuk arah X sebesar 7,788
mm dan untuk arah Y sebesar 8,806 mm. Nilai kinerja batas ultimit memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
4.2.4 Momen Lentur Pada Balok Ketika sebuah balok lurus yang menerima beban-beban lateral mengalami momen
lentur dan gaya geser pada setiap penampangnya dimana besaran yang terjadi ini
dapat dihitung secara manual. Pada penulisan penelitian ini nilai momen lentur yang
terjadi pada balok dihitung menggunakan bantuan software ETABS. Dalam
penelitian ini perbandingan nilai momen lentur antara SNI 03-1726-2002 dan RSNI
03-1726-201x diambil pada portas 3. Momen maksimum dan minimun yang terjadi
pada portal tersebut yang dianalisis berdasarkan SNI 03-1726-2002 adalah terdapat
pada portal 3 pada frame ID 50 yang terdapat pada lantai satu yaitu untuk momen
maksimum sebesar 180,752 kN.m, dan momen minimum sebesar -287,016kN.m.
Nilai momen maksimum dan minimum yang dianalisis menurut RSNI 03-1726-
201x, pada portal 3 pada frame ID 50 yang terdapat pada lantai satu yaitu untuk
momen maksimum sebesar 369,772 kN.m dan untuk momen minimum sebesar -
490,292kN.m. Persentase peningkatan momen lentur yang terjadi pada frame ID 50
lantai satu adalah untuk momen maksimum sebesar 51% dan untuk momen
minimum sebesar 41%.
4.2.5 Kebutuhan Tulangan Lentur Pada Balok
Luas tulangan lentur diambil dari hasil analisis software ETABS setelah dilakukan
start design/check of structure. Rasio tulangan lentur portal 3 memenuhi ketentuan
yang telah ditentukan dalam SNI 03-2847-2002, ρmin < ρ < ρmax yaitu 0,0035 <
0,0047 < 0,0355. Pengecekan nilai rasio tulangan lentur tersebut diambil pada frame
ID 50 yang berada pada lantai 3.
Rasio tulangan lentur yang dianalisis menurut RSNI 03-1726-201x juga memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 yaitu, ρmin < ρ < ρmax.
Pengecekan nilai rasio tulangan lentur tersebut diambil pada frame ID 50 yang portal
3 pada lantai 3 (tiga). Untuk nilai rasio pada frame 50 yaitu 0,0035 < 0,0080 <
0,0404.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis dapat menyimpulkan, sebagai berikut:
1. Periode getar struktur memenuhi persyaratan yang telah ditentukan baik dalam
SNI 03-1726-2002 maupun dalam RSNI 03-1726-201x. Periode getar struktur
yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan software ETABS masuk ke
dalam interval untuk masing-masing arah.
2. Simpangan struktur (total drift) yang dianalisis menggunakan RSNI 03-1726-
201x lebih besar dibandingkan yang dianalisis menggunakan SNI 03-1726-2002.
Persentase Simpangan struktur (total drift) untuk masing-masing arah yaitu
sebesar 29%.
3. Nilai akhir respon spektrum menurut RSNI 03-1726-201x tidak boleh kurang
dari 85% gaya geser dasar analisis statik ekuivalen, sedangkan pada SNI 03-
1726-2002 nilai akhir respon spektrum tidak boleh kurang dari 80% gaya geser
dasar statik ekuivalen. Pada penelitian ini persentase peningkatan base shear
antara RSNI 03-1726-201x dan SNI 03-1726-2002 untuk masing-masing adalah
arah X sebesar 28% dan arah Y sebesar 27%.
4. Momen lentur yang dihasilkan pada balok berdasarkan RSNI 03-1726-201x lebih
besar dibandingkan dengan SNI 03-1726-2002. Nilai persentase peningkatan
momen lentur yang terjadi pada balok bervariasi yaitu dari 51% sampai 41%.
5. Luasan tulangan lentur yang dihasilkan pada balok berdasarkan RSNI 03-1726-
201x lebih besar dibandingkan dengan SNI 03-1726-2002.
6. Rasio tulangan lentur memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SNI 03-
2847-2002.
5.1. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk penyempurnaan penulisan
penelitian ini adalah:
1. Model struktur yang dianalisis pada penelitian ini adalah struktur gedung
beraturan, untuk pengembangan selanjutnya penulis harapkan mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Almuslim mampu menganalisis struktur gedung
tidak beraturan menggunakan RSNI 03-1726-201x.
2. Penelitian ini penulis hanya membandingkan perilaku struktur atas. Penulis
harapkan ada yang melanjuti untuk membandingkan perilaku struktur bawah.
3. Pada penelitian ini penulis hanya membandingkan perilaku struktur, dan untuk
penyempurnaan penulisan penelitian ini penulis harapkan ada yang melanjutkan
ketahap perencanaan.
V. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung,
SKBI-1987, PU, Jakarta
Anonim, 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung, SNI 03-1726-2002, BSN, Bandung.
Anonim, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2847-2002, BSN, Jakarta.
Anonim, 201x, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung, RSNI 03-1726-201x, BSN, Jakarta.
Budiono, B., dan Supriatna, L., 2011, Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan
Gempa, Bandung
Irsyam, M., 2012, Materi Sosialisasi Gempa Aceh, Puskim Litbang PU dan
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Aceh
Website, http://www.puskim.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011/