Laporan Akhir Pelaksanaan Program P2DTK 2006-2012 oleh NMC-P2DTK (Report of Support for Poor and...

259
LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN TEKNIS KM. NAS Disusun oleh: KM. Nas – P2DTK Jakarta, Juni 2012

description

Laporan ini merupakan laporan akhir pelaksanaan Program P2DTK 2006-2012, yang disusun oleh Tim NMC-P2DTK. Pemuatan laporan tersebut di laman ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis naskah/editor laporan tersebut secara pribadi.

Transcript of Laporan Akhir Pelaksanaan Program P2DTK 2006-2012 oleh NMC-P2DTK (Report of Support for Poor and...

LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN TEKNIS KM. NAS

Disusun oleh:

KM. Nas – P2DTK

Jakarta, Juni 2012

Di Susun Oleh Tim KM. Nas P2DTK

PENGARAH: GAMAR ARIYANTO Team Leader | EKOPRANOTO Deputy Team

Leader I | ADE WAHID Deputy Team Leader II

PENULIS NASKAH/EDITOR EMILIANUS ELIP

KONTRIBUTOR: DWIJO DARMONO Infrastructure Specialist | ISMAIL AHMAD Education Specialist | SAHRUN NAZIL Health Specialist | M. TAUFIK Institution Specialist | DADANG SUDRAJAT PSS Specialist | JUNAIDI HARTONO Payroll & Dishbursment Specialist | GUSTAVA KI IRFANANGUN Financial Management Specialist | SUDADI Yunior

Financial Management Specialist | UJANG HERYANA MIS Specialist |

DAVID STEFANUS Yunior MIS Specialist | EMILIANUS ELIP Monitoring

& Evaluation Specialist | MAKMUR SUMARSONO Yunior Monitoring &

Evaluation Specialist | BINARIYANTO Training Specialist | SIPRIANUS FOUDUBUN HCU Specialist | ALAUDIN LATIEF Communication

Specialist

ALAMAT NATIONAL MANAGEMENT CONSULTANT P2DTK

Jl. Tanah Abang V. No. 37 B, Petojo Selatan

Gambir, Jakarta Pusat 10130

Telp. (021) 351 0004 – 6; Fax: (021) 385 7287

Catatan editor:

Pemuatan laporan ini di laman scrib ini semata-mata menjadi tanggungjawab editor.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - ii

Executive Summary

Program SPADA (The Support for Poor and Disadvantaged Areas Project) atau disebut dengan istilah lain P2DTK (Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus) diimplementasikan oleh Pemerintah Indonesia berlandaskan pada beberapa realitas pembangunan dan yang sekaligus menjadi keprihatinan pemerintah, yaitu: (1) Adanya disparitas ketersediaan infrastruktur dan kesejahteraan yang besar antara daerah-daerah maju dengan daerah-daerah tertinggal di Indonesia; (2) Munculnya konflik horisontal di Poso, Maluku, Aceh, dan daerah lain yang telah menghambat masyarakat mengembangkan kesejahteraan mereka dan mengganggu pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan bagi masyarakatnya; serta (3) Terjadinya berbagai bencana alam, khususnya yang paling parah adalah bencana Tsunami di Aceh, yang telah melumpuhkan pemerintah daerah dan masyarakat meningkatkan kesejahteraan. Berlandaskan keprihatinan tersebut Pemerintah Indonesia melakukan kerja sama dengan pihak-pihak lain untuk mengimplementasikan P2DTK. Bentuk-bentuk kerja sama tersebut telah dituangkan dalam beberapa surat perjanjian kerja sama, yaitu antara lain surat perjanjian pinjaman yang dituangkan dalam Loan Agreement No. 4788-IND antara RI dengan IBRD dan Development Credit Agreement No. 4076 antara RI dengan IDA, yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 03/PER/MPDT/V/2006 tentang Penetapan Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk P2DTK Nasional. Surat perjanjian hibah (grant agreement) Multi Donor Fund (MDF) nomor TF057955 dan diperkuat Surat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) nomor S-5732/BRR.10/XII/2006 tentang Dana Alokasi Kabupaten (DAK) untuk P2DTK NAD-Nias. Berdasarkan pada dokumen-dokumen tersebut maka P2DTK dilaksanakan di 10 propinsi dan 51 kabupaten, termasuk di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Dokumen-dokumen perjanjian kerja sama tersebut telah dituangkan kedalam suatu dokumen implementatif yang disebut Project Appraisal Document (PAD), dan kemudian menjadi acuan dalam penyusunan Manual Umum serta Manual Teknis Pelaksanaan P2DTK. Berdasarkan dokumen tersebut diketahui bahwa secara umum P2DTK bertujuan untuk memperbaiki tata pemerintahan (governance) dan mengurangi tingkat kemiskinan diwilayah-wilayah tertinggal dan bekas konflik, serta mengurangi potensi-potensi konflik yang ada di masyarakat. P2DTK menerapkan tiga strategi kegiatan dalam upaya mencapai tujuan tersebut, yaitu: (a) Mengembangkan partisipasi lokal dalam perencanaan pembangunan; (b) Mempromosikan pengembangan sektor swasta dan kesempatan kerja; serta (c) Meningkatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan penyelesaian sengketa yang muncul di dalam masyarakat. P2DTK dimulai sejak Tahun 2006 ditandai dengan mobilisasi tenaga-tenaga ahli di tingkat KM. Prop dan KM. Kab di wilayah Aceh, kemudian setahun berikutnya 2007 dilaksanakan mobilisasi tenaga-tenaga ahli KM. Nas, KM. Prop, dan KM. Kab beserta para fasilitator di tingkat kecamatan di 8 propinsi lainnya. P2DTK Aceh-Sumut selesai pada akhir Tahun 2011 begitu pula P2DTK wilayah Nasional. Sementara P2DTK Optimalisasi (Kalimantan Barat dan Sulawesi tengah) selesai pada akhir Maret

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - iii

2012. Hasil-hasil atau capaian dari pelaksanaan P2DTK di 10 propinsi, 51 kabupaten dan 186 kecamatan tersebut secara ringkas dipaparkan sebagai berikut. Sub Proyek Yang Diselesaikan: Palaksanaan P2DTK di Aceh-Sumut, di wilayah P2DTK Nasional termasuk wilayah Optimalisasi, telah berhasil mengimplementasikan 10.421 sub proyek, dimana 1.770 sub proyek dilaksanakan di Aceh-Sumut, 8.543 sub-proyek dilaksanakan di wilayah Nasional serta 108 paket proyek dilaksanakan di periode P2DTK Optimalisasi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. Sub proyek infrastruktur menjadi kebutuhan masyarakat yang paling banyak, yakni sebesar 46,03% atau sebanyak 4.796 sub proyek dari total sub-proyek yang ada. Sebagian besar infrastruktur tersebut berupa infrastruktur yang berkaitan dengan kemudahan masyarakat melakukan mobilisasi seperti jalan, jembatan, tambatan perahu, dermaga, dll. Sub proyek infrastruktur tersebut paling banyak didanai oleh Dana BLM Kecamatan. Sub-sub proyek yang menyangkut perbaikan di bidang pendidikan juga menjadi kebutuhan utama nomor dua setelah kebutuhan- di bidang infrastruktur, dengan jumlah mencapai separoh dari jumlah sub proyek infrastruktur yaitu 25,35% (2.643 sub proyek). Akses terhadap pendidikan dan mutu pelayanan pendidikan, merupakan dua hal yang kiranya sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita di wilayah-wilayah tertinggal. Setelah bidang Pendidikan, sub-sub proyek bidang kesehatan menempati urutan terbanyak berikutnya sebesar 19,93% (2.077) dari total sub proyek P2DT. Berikut ini hendak diuraikan jumlah sub proyek dalam sumbangannya terhadap tujuan-tujuan di masing-masing kegiatan pelayanan dasar:

1. Sub-proyek infrastruktur pendukung “akses” masyarakat: Jalan dan jembatan adalah salah satu infrastruktur yang paling signifikan mendukung “akses” masyarakat terhadap kegiatan perekonomian, kesehatan, dan pendidikan. Dari 10.421 total sub proyek P2DTK, sebesar 22,15%-nya adalah sub-proyek berbagai jenis jalan dan jembatan, baik untuk internal desa maupun antar desa. Jalan dan jembatan yang menghubungkan “akses” antar desa (termasuk antar kecamatan) sebesar 18,47% dari total sub proyek. Panjang sub proyek jalan (baik berupa pembuatan jalan

Diagram Rekapitulasi Jumlah Sub-Proyek BLM Kabupaten dan Kecamatan TA. 2007 – 2010 dan TA. 2011 Optimalisasi

Sumber: KM. Nas-MIS- per 5 April 2012

Sub

proy

ek B

LM K

ab

Sub

proy

ek B

LM K

ec

Pake

t Pro

yek

Opt

imal

isas

i

Sub

proy

ek B

LM K

ab

Sub

proy

ek B

LM K

ec

Pake

t Pro

yek

Opt

imal

isas

i

Sub

proy

ek B

LM K

ab

Sub

proy

ek B

LM K

ec

Pake

t Pro

yek

Opt

imal

isas

i

Sub

proy

ek B

LM K

ab

Sub

proy

ek B

LM K

ec

Pake

t Pro

yek

Opt

imal

isas

i

4.796 sub proyek (46,03%)

2.643 sub proyek (25,35%)

2.077 sub proyek (19,93%)

905 sub proyek (8,69%)

Infrastruktur Pendidikan Kesehatan Pemuda

1,387

3,364

45

1,026 1,585

32

950 1,096

31 0

905

0

Diagram Sub Proyek Infrastruktur Pendukung Akses Masyarakat

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Total Jalan & Jembatan [22,15%]

Jalan & Jembatan Antar Desa

[18,47%]

Total Sub Proyek

2.306 1.923

10.421

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - iv

baru, perbaikan badan dan perkerasan jalan) adalah 444.064 M (atau sekitar 445 KM), dengan serapan realisasi budget BLM Kabupaten maupun Kecamatan sebesar Rp. 96.001.203.483,- dan memunculkan swadaya Rp. 4.940.359.555,-

2. Sub-proyek peningkatan kualitas pelayanan pendidikan: Profil sub proyek bidang pendidikan ditandai dengan kebutuhan yang paling besar pada sub-sub proyek rehab fisik gedung dan penyediaan fasilitas belajar mengajar, yang besarnya mencapai 50,66% dari seluruh sub proyek dibidang pendidikan yang sebanyak 2.643 sub-proyek. Sub-sub proyek yang terkait dengan upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan melalui pelatihan-pelatihan kapasitas guru, pengadaan guru honorer, pelatihan manajemen sekolah, dll hanya mencapai 22,32% atau 590 sub proyek dari total sub proyek pendidikan. Sementara kegiatan atau sub proyek lain-lain seperti membuat lapangan olah raga, pagar sekolah, toilet sekolah, dan lain-lain mencapai 714 sub proyek (12,01%)

3. Sub-proyek peningkatan kualitas pelayanan kesehatan: Beberapa profil permasalahan utama bidang kesehatan di wilayah tertinggal antara lain: (1) Rendahnya jumlah dan kualitas SDM petugas pelayanan kesehatan; (2) Rendahnya akses air bersih; (3) Gizi buruk; dan (4) Masih banyaknya penyakitmenular. Hasil pelaksanaan sub-sub proyek P2DTK di bidang kesehatan dalam mengakomodir permasalahan-permasalahan kesehatan tersebut tergambar di dalam bagan berikut ini.

Akses terhadap air bersih ternyata merupakan hal yang paling dibutuhkan masyarakat dan mempunyai sub proyek terbanyak, yakni 737 sub proyek (35,48)% dari total sub proyek sebanyak 2.077 yang berkaitan dengan kesehatan1

Sementara itu masalah-masalah kesehatan yang cukup mendasar untuk daerah tertinggan seperti penanganan gizi buruk dan pemberantasan penyakit menular, masih belum banyak mendapatkan perhatian di P2DTK. Penanganan gizi buruk hanya mencapai 6,55% kegiatan atau sebanyak 136

. Pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan penataan manajemen pelayanan kesehatan menempati urutan terbesar kedua dengan jumlah 3236 sub-proyek (11,36%), kemudian diikuti pengembangan kapasitas bagi para tenaga kesehatan yaitu sebanyak 210 kegiatan (10,11%). Termasuk di dalam kegiatan manajemen kesehatan antara lain sistem kupon, bantuan transportasi tenaga kesehatan, dan pengembangan kapasitas khusus bagi petugas-petugas puskesmas, bidan desa, dan rumah sakit. Sementara pelatihan tenaga kesehatan terutama mencakup pengembangan kapasitas bagi berbagai jenis dan gugus tugas kader-kader yang ada di masyarakat

1 Sub proyek akses air bersih dikategorikan sebagai sub-proyek infrastruktur, yang dalam hal ini mendukung bidang

kesehatan. Total sub-proyek bidang kesehatan sendiri sebanyak 2.075 sub proyek.

Diagram Profile Sub-Proyek di Bidang Pendidikan

Diagram Profile Sub-Proyek di Bidang Kesehatan

Bangunan dan

Fasilitas sekolah

1.339 [50.66%]

Mutu pelayanan pendidikan

590 [22,32%]

Lain-lain714

[27.01%]

- 400 800 1,200 1,600

Rehab gedung + fasilitas [8,67%]

Pemberantasan penyakit menular [2,36%]

Penanganan gizi buruk [6,55%]

Akses air bersih [35,48%]

Warga siaga [5,15%]

Pelatihan tenaga kesehatan [10,11%]

Berbagai pelayanan kesehatan [3,66%]

Manajemen kesehatan [11,36%]

Lain-lain [16,66%]

180 49

136

737 107

210

76

236

346

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - v

sub proyek, dan pemberantasan penyakit menular hanya 2,36% kegiatan atau sebanyak 49 sub proyek.

Capaian Pendanaan P2DTK: Total alokasi Dana BLM dan DOK program P2DTK mencapai Rp. 1.103.367.479.000,-, terdiri atas Dana BLM (kabupaten dan kecamatan) mencapai Rp. 940.235.758.000 (85,21%) sementara dana DOK mencapai Rp. 163.131.721.000,- (14,79%). Jika dilihat secara lebih ditail mengenai pencairan dan penyalurannya, maka dapat dijelaskan bahwa dana yang mampu dicairkan sebesar Rp. 1.007.871.071.412,- (91,35%), dan dari jumlah pencairan tersebut tersalurkan untuk seluruh kegiatan sebesar Rp. 1.003.911.278.993,- atau sekitar 99,61% dari dana penyaluran. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tingkat pemanfaatan dana P2DTK adalah terserap dan tersalurkan secara maksimal. Gambaran lebih ditail mengenai alokasi, realisasi, dan penyaluran baik untuk dana DOK dan BLM tersaji didalam diagram di bawah ini. Upaya pengendalian terhadap proses pencairan dan penyaluran dana untuk menumbuhkan akuntabilitas para pelaku P2DTK dan menegakkan transparansi dana pembangunan, dilaksanakan melalaui pelatihan-pelatihan manajemen keuangan dan pembukuan bagi para pelaku P2DTK, penerapan mekanisme safe-guard keuangan, quik-status financial-management khususnya untuk wilayah optimalisasi, supervisi KM. Nas ke lapangan, audit berkala oleh BPKP,dll. Diagram Rekapitulasi Alokasi, Realisasi, dan Penyaluran Dana DOK dan BLM (Kabupaten dan Kecamatan) P2DTK

Sumber: KM. Nas-MIS

Alokasi

Pencairan

Penyaluran

Alokasi

Pencairan

Penyaluran

Alokasi

Pencairan

Penyaluran

Alokasi

Pencairan

Penyaluran

Alokasi BLM

Pencairan

Penyaluran BLM

Alokasi

Pencairan (91,35%)

Penyaluran (99,61%)

DO

KBL

MD

OK

BLM

BLM

BLM

DAN

DO

K

ACEH

-SU

MU

T N

ASIO

NAL

OPT

IMAL

ISAS

ITO

TAL

P2D

TK

7,995,000,000

7,250,000,000

7,129,691,231

319,953,787,000

229,255,254,783

226,080,951,404

155,136,721,000

154,597,280,085

154,493,798,879

606,281,971,000

602,768,536,644

602,240,329,372

14,000,000,000

13,999,999,900

13,966,508,107 1,103,367,479,000

1,007,871,071,412

1,003,911,278,993

Diagram Rekapitulasi Dana BLM dan DOK P2DTK

Total DOK (14,78%)/Rp.

163.131.721.000

Total BLM/DAK (85.22%)/Rp.

940.235.758.000

Total alokasi Rp. 1.103.367.479.000

Sumber: KM Nas-Data MIS, FM,dan Disbursment

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - vi

Kasus-kasus penyimpangan dana yang terjadi akan dipaparkan dalam bagian HCU (Handling Complain Unit=Pengaduan dan Penanganan Masalah) berikut ini. Pengaduan dan Penaganan Masalah: Unit Pengaduan dan Penanganan Masalah atau HCU dikembangkan di dalam program P2DTK dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan sengketa indikasi penyimpangan dana dalam proses pelaksanaan P2DTK sehingga pada saat program berakhir tidak meninggalkan sisa permasalahan yang berlarut-larut. Dalam jangka panjang tujuan idealnya adalah memperkuat akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Selama program P2DTK berlangsung mulai Siklus 1 (2007) s/d. Siklus 3 (2009), Siklus 3 (2010) dan Siklus 4 Optimalisasi (2011), ditemukan 2.195 kasus penyimpangan kuangan P2DTK baik yang bersumber dari pengaduan masyarakat dan pelaku-pelaku P2DTK, maupun yang bersumber dari temuan supervisi BPKP. Tabel Rekapitulasi Penaganan dan Penyelesaian Kasus

menunjukkan bahwa sebagian besar (99,73%) dari kasus-kasus tersebut sudah bisa diselesaikan. Data per akhir Mei 2012 tersebut menunjukkan tersisa 6 kasus (0,27%) yang masih dalam proses penyelesaian, dimana 1 kasus merupakan kasus manajerial dan 5 kasus adalah jenis kasus yang ditemukan dalam proses implementasi penggunaan dana. Dari sudut dana P2DTK maka dapat dipaparkan bahwa untuk wilayah Aceh-Sumut, ditemukan kasus awal penyimpangan dana sebesar Rp. 2.438.047.492,- atau 1,05% dari realisasi dana penyaluran yang sebesar Rp. 233.210.642.635,-. Sampai akhir Mei 2012 seluruh dana penyimpangan ini telah kembali ke Kas Negara.

Tabel Rekapitulasi Penyelesaian Kasus Berdasarkan Audit BPKP dan Pengaduan (Per Akhir Mei 2012)

No Lokasi Dana Penyaluran

(BLM + DOK) Nilai

Penyimpangan Nilai

Pengembalian Sisa

1 Aceh-Sumut 233.210.642.635

2.438.047.492 2.438.047.492 -

1,05 100,00 0,00

2 Nasional (8propinsi) 756.734.128.251

9.260.487.338 9.117.254.621 143.232.717

1,22 98,45 1,55

3 Optimalisasi 13.966.508.107

0 0 0

0 0 0

Total

1.003.737.273.993

11.698.534.830 11.555.302.113 143.232.717

1,17 98,78 1,22 Sumber: KM. Nas-Data HCU

Diagram Rekapitulasi Penaganan dan Pengaduan Kasus

Sumber: KM. Nas-HCU-per 30 Mei 2012

Pe

nga

du

an

Tem

uan

su

pe

rvis

i

Man

aje

rial

Imp

lem

en

tasi

Pe

nga

du

an

Tem

uan

su

pe

rvis

i

Man

aje

rial

Imp

lem

en

tasi

Pe

nga

du

an

Tem

uan

su

pe

rvis

i

Man

aje

rial

Imp

lem

en

tasi

Dari segi sumber

kasus

Dari segi jenis kasus

Dari segi sumber

kasus

Dari segi jenis kasus

Dari segi sumber

kasus

Dari segi jenis kasus

Total 2.195 Kasus Selesai 2.189 kasus (99,73%)

Dalam proses 6 kasus (0,27%)

216

1978

1291904

214

1975

1289900

2 4 1 5

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - vii

Proses pengaduan dan penanganan masalah P2DTK di wilayah Nasional (8 propinsi non Aceh-Sumut) menemukan penyimpangan dana sebesar Rp. 9.260.487.338,- atau 1,22% dari realisasi penyaluran dana yang sebesar Rp. 756.734.128.251,- (Dana DOK dan BLM). Sampai akhir Mei 2012 telah terjadi pengembalian dana sebesar Rp. 9.117.254.621,- (98,45%), dan tersisa dana penyimpangan yang belum kembali ke Kas Negara sebesar Rp. 143,232,717,- (1,55%). Sementara untuk wilayah Optimalisasi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah dilaporkan tidak ada kasus penyimpangan dana2

1. Pengembangan kapasitas aparat pemerintah: Berbagai bentuk pelatihan tentang perencanaan partisipatif khusus dalam tahapan kegiatan P2DTK yang diberikan kepada aparat pemerintah daerah umumnya dan para pelaku pengelolan program antara lain: Pelatihan perencanaan partisipatif; Lokalatih kajian teknis P2DTK; Pelatihan pembukuan keuangan; Pelatihan desain dan RAB; Pelatihan procurement; Pelatihan mediasi konflik; Pelatihan PSS; dll. Adapun pihak-

. Secara keseluruhan wilayah P2DTK, dari seluruh siklus yaitu Siklus 1 (2007) s/d. Siklus 3 (2009), Siklus 3 (2010) dan Siklus 4 Optimalisasi (2011) ditemukan besar penyimpangan dana Rp. 11.698.534.830,- atau 1,17% dari total penyaluran BLM dan DOK sebesar Rp. 1.003.911.278.993,-. Sampai akhir Mei 2012 sudah kembali ke Kas Negara sebesar Rp. 11.555.302.113,-(98,78%) dari besarnya penyimpangan yang terjadi. Dana penyimpangan yang belum kembali dan masih dalam proses penyelesaian sebesar Rp. 143.232.717,- atau 1,22% dari total penyimpangan dana yang ditemukan.

Pengembangan Kapasitas: Kegiatan pengembangan kapasitas di dalam program P2DTK mempunyai dua tujuan utama, yaitu: (1) Memampukan atau mengembangkan kapasitas pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan secara partisipatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta memiliki kemampuan mengelola kegiaatan-kegiatan pembangunan secara akuntabel; (2) Meningkatkan kemampuan para pelaku Program P2DTK agar dapat mengelola kegiatan secara lebih baik serta mampu meningkatkan mutu pelayanan, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan, kepada masyarakat. Implementasi untuk jenis pengembangan kapasitas bagi aparat pemerintah dan para pelaku pengelola program P2DTK di daerah di danai dari sumber Dana DOK/DAK dan atau sumber dana lain non-DOK/DAK. Sementara implementasi untuk jenis pengembangan kapasitas yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan bidang pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan, didanai darisumber dana BLM baik BLM Kabupaten maupun BLM Kecamatan.

pihak atau institusi peserta pelatihan antara lain: UPKD, UPK, TPK Kabupaten, TKT Kabupaten, Satker, Aparatur Pemda, Tim desain dan RAB kecamatan, Badan Pemberdayaan Perempuan, dll.

Total aparatur pemerintah daerah yang sudah dilatih mengenai perencanaan partisipatif dalam konteks tahapan pelaksanaan P2DTK sebanyak 41.320 orang. Serapan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut mencapai Rp. 13.388.091.604,- yang bersumber dari Dana DOK/DAK.

2 Audit Administrasi dan Keuangan Proyek yang dilaksanakan oleh World Bank terhadap wilayah P2DTK

Optimalisasi yang dipresentasikan pada pertemuan 5 April 2012 di PIU-KPDT menyatakan bahwa hasil audit adalah “Moderately Satisfactory” (Cukup Memuaskan).

Diagram Rekapitulasi Jumlah Aparatur Yang Mendapatkan Pelatihan Perencanaan Partisipatif

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

24,000

Peserta Aceh Peserta Nasional Total Peserta

Dana terserap Rp. 612.087.534

Dana terserap Rp. 12.776.004.070

Dana terserap Rp. 13.388.091.604

1.058

40.262 41.320

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - viii

Peserta dari unsur masyarat yang terlibat di dalam pelaku-pelaku pengelola P2DTK di daerah dan yang sudah mendapatkan pelatihan mengenai perencanaan partisipatif dan pengelolan kegiatan P2DTK sebanyak 17.823 orang yang terdiri daripihak-pihak seperti fasilitator desa, fasilitator kecamatan, pendamping lokal, TPK Kecamatan, dll.

2. Pengembangan kapasitas bagi pelaku pelayanan bidang kegiatan: Yang dimaksud dengan pelaku pelayanan bidang kegiatan adalah para pelaksana kegiatan bidang program P2DTK, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan, yang terlibat langsung serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan program dibidang kesehatan, telah melaksanakan

sebanyak 310 event pelatihan baik pelatihan bertemakan peningkatan mutu pelayanan maupun manajemen kesehatan, dengan jumlah total peserta 12.494 orang. Para peserta tersebut terdiri dari petugas puskesmas, pegawai rumah sakit, bidan desa, berbagai gugus tugas kader tingkat desa, dll. Pelaksanaan program pendidikan telah melakukan sebanyak 475 event pelatihan mutu pendidikan,manajemen pendidikan, maupun pelatihan lain-lain untuk para guru, dengan total jumlahpeserta mencapai 21.756 orang. Rekapitulasi untuk seluruh wilayah program P2DTK (Aceh-Sumut, Nasional, dan Optimalisasi) adalah 758 event pelatihan dengan total seluruh peserta 34.250 orang.

3. Partisipasi masyarakat di dalam forum-forum pengelolaan pembangunan: P2DTK mengembangkan

paling tidak 15 (limabelas) forum musyawarah masyarakat3

masyarakat harus terakomodir di

mulai dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan kegiatannya. Keterlibatan masyarakat tersebut selain berfungsi sebagai sasaran program dimana kebutuhan-kebutuhan

dalam pilihan kegiatan program, mereka juga berperan sebagai “kontrol” pengawasan pelaksanaan kegiatan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Jumlah total partisipasi masyarakat yang pernah menghadiri forum-forum tersebut sebanyak 222.598 orang, terdiri atas laki-laki 164.282 orang (73,80%) dan perempuan 58.316 orang (26,20%).

Pengembangan Sektor Swasta (PSS): Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, khusus di wilayah-wilayah tertinggal program P2DTK, maka dikembangkan kegiatan PSS. Ada tiga hal yang menjadi

3 Buku PTP P2DTK: Forum-Forum Musyawarah Masyarakat

Diagram Pertumbuhan Perusahaan Baru Terdaftar

100600

1,1001,6002,1002,6003,1003,6004,100

Wil. Barat Wil. Timur Wil. Barat Wil. Timur Wil. Barat Wil.Timur Wil. Barat Wil. Timur

2,754 4,775 5,556 6,381

2007 2008 -- [42.32%] 2009 -- [14.06%] 2010 -- [12.93%]

Pertumbuhan per tahun

Rerata pertumbuhan 23,10%

Total terdaftar 19.466 perusahaan

50

5050

10050

15050

20050

25050

30050

Jumlah Kegiatan

Jumlah Peserta

Jumlah Kegiatan

Jumlah Peserta

Jumlah Kegiatan

Jumlah Peserta

Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Total Kesehatan + Pendidikan

310

12.494

475

21.756

785

34.250

Diagram Rekapitulasi Jumlah Kegiatan dan Peserta Pelatihan Bidang Kesehatan dan Pendidikan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - ix

tujuan program PSS tersebut, yaitu: (1) Mendorong perubahan iklim udaha dan investasi di daerah melalui pengembangan dialogdan kerjasama antar sektor swasta dan antara sektor swasta dengan pemerintah daerah; (2) Menciptakan regulasi yang dapat memperbaiki iklim usaha dan investasi; (3) Pemulihan kondisi pelayanan usaha yang berorientasi pasar melalui pembangunan sarana dan prasaranayang mendukung perekonomian. Berikutinidisampaikan beberapa capaian pokok di dalam program PSS, yaitu antara lain:

1. Forum Sektor Swasta(FSS): Program PSS telah dilaksanakan di 29 kabupaten di 7 propinsi yaitu: Wilayah Barat, terdiri dari Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah; Wilayah Timur terdiri dari Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara. Forum Sektor Swasta sebagai media dialog multistakeholder para pelaku usaha dan pemerintah, telah terbentuk di 29 kabupaten tersebut.

2. Pertumbuhan Perusahaan/ Unit Usaha Baru: Program PSS telah berhasil mendorong tumbuhnya perusahaan/unit usaha baru sebanyak 19.466 buah dengan rata-rata pertumbuhan usaha baru per tahun sebesar 23,10%. Tahun dimana pertumbuhan usaha barutersebut paling signifikan adalah Tahun 2008, dimana pertumbuhannya mencapai 42,32%.

Program PSS juga dilaksanakan di wilayah P2DTK Aceh-Sumut yang difasilitasi oleh TAF. Jumlah FSS yang terbentuk adalah 19 buah di 19 kabupaten sasaran Aceh-Sumut, sementara perusahaan/unit usaha baru yang terdaftar diwilayah ini sebanyak 19.466 buah dengan gambaran pertumbuhan pertahun seperti disajikan di dalam tabel berikut. Seperti juga yang terjadi pada program PSS di wilayah P2DTKNasional, bahwa tahun pertumbuhan jumlah perusahaan/unit usaha baru yang paling besar adalah padaTahun 2008, dimana di wilayah Aceh-Sumut terjadi pertumbuhan mencapai 73,38%.

3. Infrastruktur Pendukung PSS: Program PSS didukung dengan pembangunan infrastruktur sarana dan prasaran pendukung perekonomian masyarakat. Pembangunan infrastruktur dimaksud adalah seperti: Akses transportasi kegiatan ekonomi, berupa Jalan dan jembatan mencapai sentra produksi, jalan desa dan jalan antar desa; Bangunan pelindung kawasan seperti tanggul penahan tanah dan Tanggul penahan ombak; Tambatan Perahu dan Dermaga mencapai; Irigrasi dan bangunan; Bangunan fasilitas usaha seperti pasar, Tempat Pelelangan Ikan, gudang dan penggilingan padi, dan sherlter atau terminal; sertakegiatan lain berkaitan denganpengembangan ketrampilan usaha.

Dana pendukung PSS yang bersumber dari BLM Kabupaten maupun Kecamatan di wilayahag sasaran program PSS mencapai Rp.308.627.033.792,- atau sekitar 37,96% dari Dana BLM Kabupaten dan Kecamatan di kabupaten sasaran (Lihat Bagan Penggunaan Dana BLM Pendukung PSS). Sebagian besar dari dana tersebut terserab untuk membangun infrastruktur pendukung perekonomian masyarakat dalam kaitannya dengan PSS.

4. Advokasi Kebijakan Daerah: Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan seperti FGD Kecamatan untuk menjaring aspirasi pengembangan ekonomi, Kajian-Kajian Teknis, Musyawarah Sektor Swasta I dan II, Usulan-usulan rekomendasi untuk kebiajakan daerah nampaknya belum begitu

Diagram Penggunaan Dana BLM Pendukung PSS

Infrastruktur Terkait PSS

Pelatihan Masyarakat

Total Dana PSS

Total BLM Kab + Kec

Rp. 305.820.649.958

Rp. 2.806.383.834

Rp. 308.627.033.792

Rp. 813.004.737.613

Sumber: KM Nas-PSS

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - x

berhasil untuk mendorong munculnya regulasi-regulasi di daerah yang mendukung PSS. FSS sebagai wadah multistakeholder para pelaku usasa dan pemerintah, belum mampu berperan progresif dalam mendorong regulasi-regulasi tersebut.

Gambaran di atas terbukti dengan sangat sedikit daerah/pemerintah kabupaten sasaran program PSS yang mempunyai inisiatif untuk mengembangkan regulasi daerah terkait dengan PSS. Hanya ada 2 FSS yang berhasil melakukan advokasi perbaikan peraturan daerah tetang pengembangan sektor swasta, yaitu di Kabupaten Alor dan Sumba Barat Provinsi NTT.

Mediasi Penguatan Hukum Masyarakat (MPHM): Relevansi pelaksanaan komponen MPHM di dalam program P2DTK salah satunya karena wilayah sasaran P2DTK sebagian adalah wilayah bekas konflik. Relevansi berikutnya yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan membutuhkan prasyarat kondisi sosial yang relatif kondusif. Berlandaskan hal tersebut maka komponen MPHM P2DTK difokuskan pada penciptaan suasana dimana pembangunan sosio-ekonomi dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pelaksanaan P2DTK dapat tercapai. MPHM P2DTK difokuskan pada beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Penyuluhan/Pendidikan Hukum, Konsultasi Hukum, Penangangan Kasus dan kegiatan penguatan jaringan kerja posko; (2) Membangun koordinasi dan/atau jejaring kerja serta kegiatan sosialisasi Posko BHM (Bantuan Hukum Masyarakat) maupun koordinasi dengan komponen MPHM (Paralegal); dan (3) Pelayanan konsultasi hukum dan membangun koordinasi dan/atau peningkatan jejaring kerja posko BHM maupun peningkatan kapasitas komponen MPHM (Paralegal). Berikut ini dipaparkan capaian-capaian pokok yang sudah dihasilkan oleh komponen MPHM, antara lain yaitu: Tabel Rekapitulasi Capaian-Capaian Kegiatan MPHM

Lokasi Pendidikan

hukum masyarakat

LSM dan penegak hukum

Petugas MPHM tingkat "grassroots"

Pemanfaat unit

mediasi/ konsultasi

hukum

Pemanfaat lain dgn adanya MPHM

Kasus tertangani

Fas Posko

Mediator Desa

Pidana Perdata

ACEH 300 70 -- -- 500 -- -- --

NASIONAL 3,470 120 8 59 58 135,076 35 7

TOTAL 3,770 190 8 59 558 135,076 35 7

Sumber: KM.Nas-MPHM

a. Sudah dilakukan paling sedikit 214 kali pelatihan pendidikan hukum masyarakat kepada 3.770 orang dari berbagai unsur masyarakat dan aparat pemerintah, dengan rincian di Aceh 300 orang dan di P2DTK Nasional 3.470 orang. Tema-tema pelatihan antara lain Hak-hak masyarakat dalam hukum pidana, masalah perdata, KDRT dan hak-hak adat.

b. Sudah dilakukan pelatihan mediasi konflik dan pelayanan hukum kepada LSM dan aparat penegak hukum (kepolisian dan pengacara) dengan jumlah peserta 190 orang, di mana di Aceh sebanyak 70 orang dan di P2DTK Nasional 120 orang.

c. Sudah dilakukan pelatihan pelayanan hukum masyarakat kepada para petugas di tingkat grassroot yaitu Fasilitator Posko dan Mediator Desa sebanyak 67 orang (fasilitator posko 8 orang dan mediator desa 59 orang.

d. Sebanyak 500 orang di Aceh dan 58 orang di wilayah P2DTK Nasional secara individual telah memanfaatkan unit konsultasi hukum yang sudah dibentuk. Sementara itu sebanyak 35 kasus pidana dan 7 kasus perdata telah tertangani.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xi

e. Total penerima manfaat dengan adanya pengembangan komponen MPHM, baik yang berkaitan dengan kasus korupsi, KDRT, waris, sengketa tanah, dan kasus perdata lainnya serta kasus kriminal diperkirakan sebanyak 135.076 orang. Angka ini menjadi besar karena banyak kasus bersifat komunal, sepertimisalnyadi Tual mengenai pengungsi dimana Bupati Tual menetapkan bahwa yang memperoleh manfaat sekitar 65.000 orang.

Pemanfaat P2DTK: Program P2DTK yang dilaksanakan di 10 provinsi (51 kabupaten dan 186 kecamatan) ini telah bermanfaat paling tidak bagi 6.136.461 orang atau sebesar 46,94% dari total jumlah penduduk di kecamatan sasaran P2DTK 13.072.618 orang, sementara dari sudut sasaran KK Miskin, P2DTK telah bermanfaat bagi 2.775.865 KK Miskin (45%) dari seluruh total KK Miskin di sasaran P2DTK. Pemanfaat P2DTK di Aceh-Nias mencapai 1.364.561 orang (29,27%) dari total penduduk. Sementara sasaran KK miskin mencapai 783.930 KK Miskin atau sekitar 57% total KK miskin wilayah P2DTK di Aceh-Sumut. Sasaran pemanfaat di wilayah P2DTK Nasional mencapai 4.771.900 orang atau sekitar 56,74% total penduduk di wialayah P2DTKNasional. Sementara sasaran KK Miskin di wilayah nasional ini mencapai 1.991935 KK Miskin. Mereka terdiri atas masyarakat bawah sampai para aparatur pemerintah tingkat kabupaten, baik yang memperoleh manfaat dari dibangunnya infrastrukur pelayanan dasar, pelayanan kesehatan, pendidikan, maupun dari pelatihan-pelatihan pengembangan kapasitas.

Lesson Learned P2DTK: Banyak “pembelajaran” (lesson learned) yang dapat dipetik selama pelaksanaan P2DTK di wilayah-wilayah dengan konteks sosial, sumberdaya manusia, serta dinamika pemerintahan lokal yang beragam tersebut. pemaparan lesson learned tersebut akan dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu aspekimput program, aspek proses pelaksanaan, dan aspek hasil-hasil program. Aspek Input Program: (1) Perencanaan partisipasi dari bawah yang dikembangkan oleh P2DTK melalui mekanisme Musrenbang telah berhasil menumbuhkan kepercayaan dan harapan baru di masyarakat terhadap perencanaan dan implementasi pembangunan. Namun implikasi “negatif”-nya adalah bahwa perencanaan reguler yang dilakukan pemerintah daerah menjadi kurang mendapatkan response positif dan kurang dipercaya oleh masyarakat; (2) Masih banyak anggota legislatif dan aparatur di daerah yang rendah pemahamannya atas makna dan substansi perencanaan partisipatif. Hal inimenjadi salah satu sebab rendahnya perhatian legislatif untuk mendorong regulasi daerah terkait dengan perencanaan partisipatif dalam pembangunan; dan (3) Banyaknya pedoman-pedoman teknis yang berubah-ubah di saat proses program berjalan sangat menjadi kendala baik bagi para mitra pelaku P2DTK di tingkat kecamatan dan kabupaten, maupun para tim konsultan di daerah, karena sangat menyita waktu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian; dan (4) Pengadaan konsultan ahli seyogyanya dilaksanakan sejakawal yang berbarengan dengan diimplementasikannya program P2DTK. Karena ketidaklengkapan konsultan berpengaruh besar kepada kualitas performance pendampingan P2DTK. Aspek Mekanisme Proses Pelaksanaan Program: (1) Intensitas pergantian (mutasi) para anggota lembaga-lembaga mitra pelaku P2DTK dari unsur pemerintah cukup tinggi, oleh karena itu Satker dan

Diagram Rekapitulasi Jumlah Pemanfaat P2DTK

Sumber: KM Nas-MIS

Total Penduduk

Pemanfaat KK Miskin [57%]

Pemanfaat P2DTK [29,27%]

Total Penduduk

Pemanfaat KK Miskin [42%]

Pemanfaat P2DTK [56,74%]

Total Penduduk Wil. P2DTK

Pemanfaat KK Miskin [45%]

Total Pemanfaat P2DTK [46,94%]

Ace

h-N

ias

Na

sio

na

lT

ota

l P2

DT

K

4.661.848

783.930

1.364.561

8.410.770

1.991.935

4.771.900

13.072.618

2.775.865

6.136.461

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xii

UPKD sering kali kurang optimal dalam melayani P2DTK; (2) Pelembagaan pelaku-pelaku, forum-forum termasuk Tim Kajian Teknis belum terjadi karena tim-tim tersebut bersifat ad-hock (sementara), dan sangat besar keumungkinannya untuk tidak berfungsi setelah program selesai serta tidak didukung melalui pengembangan peraturandaerah agar terintegrasi kedalam sistem pemerintahan daerah; (3) Mekanisme pertanggungjawaban kegiatan sebuah sub-proyek melalui Musyawarah Pertanggungjawaban secara bertahap (40%, 80%, dan 100%) yang diterapkan di dalam program P2DTK sangat efektif untuk menumbuhkan dan mempromosikan munculnya proses transparansi implementasi proyek-proyek di pemerintah daerah, dimana masyarakat bisa berpartisipasi dalam mengontrol hasil kegiatan dan proses keuangan sebuah sub-proyek. Melalui mekanisme tahapan Musyawarah Pertanggungjawaban tersebut, para pelakusub-proyek, baik dari unsur pemerintah daerah maupun masyarakat, dipacu untuk menyelesaikan dokumen administrasi secara tepat waktu, lengkap, dan benar; dan (4) Mekanisme sinergi antar program belum maksimal terlaksana di daerah. Di beberapa daerah mekanisme koordinasi tersebut terwadahi melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah, namun koordinasi tersebut belum bisa menjamin terwujudnya komitmen danMoU antara program (Misalnya PNPM) dengaan pemerintah daerah. Lesson Learned Aspek Hasil Program: (1) Sangat sedikitnya pemerintah daerah di wilayah program P2DTK mengadopsi model perencanaan P2DTK ke dalam sistem perencanaan reguler daerah, atau mengadopsi model P2DTK ke dalam peraturan daerah mengenai perencanaan pembangunan daerah, dikarenakan beberapa hal. Pertama, periodisasi waktu perencanaan P2DTK berbeda dengan periodisasi waktu perencanaan reguler pemerintah daerah; (2) Terkait dengan upaya-upaya keberlanjutan proyek-proyek P2DTK maka dapat diinformasikan bahwa pemerintah daerah sudah berencanaan untuk memelihara assest-asset tersebut, namun oleh karena keterlambatan penyerahan asses dimana asset dari Silus 1 sampai Siklus 3 (yang sudah dibangun 3 tahun) yang sesungguhnya telah memerlukan pemeliharaan terpaksa belum bisa didanai melalui APBD; dan (3) Pemeliharaan terhadap asset-assetP2DTK belum keterjaminan sustainalibitasnya karena sejauh ini beluma ada regulasi atau peraturan daerah yang mengakomodasi tentang permasalahan tersebut.

Rekomendasi: Berikut ini adalah beberapa rekomendasi pokok untuk masukan terhadap P2DTK ke depan maupun program-program sejenis. Rekomendasi aspek input program: (1) Perlunya Memberikan pemahaman kepada kelompok masyarakat (secara lebih mendalam) akan dampak pembangunan dengan melepaskan ego daerah dan memilih kegiatan yang mempunyai dampak mulytifler effek yang lebih luas; (2) Rekrutmen konsultan perlu lebih mempertimbangkan kualitas sesuai dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan, dan hendaknya secara lengkap dimobilisasi sejakawalprogram; dan (3) DIPA diharapkan tepat waktu, dimana harus diterbitkan tepat pada awal tahun, sehingga mekanisme pengelolaan pelaksanaan kegiatanb bisa sesuai dengan Pedum. DIPA yang terlambat membuat seluruh mekanisme proyek seakan-akan hanya mengejar target waktu, sehingga berdampak pada kurang maksimalnya pelaksanaan pada setiap tahapkegiatan. Rekomendasi mekanisme implementasi dan pengelolaan program: (1) Di Pedum perlu dibuatkan aturan perwakilan perempuan secara lebih spesifik kearah keterwakilan kelembagaan perempuan; (2) Perlu dipikirkan penyederhanaan proses, mekanisme termasuk struktur organisasi P2DTK; (3) Komimen daerah mengenai perencanaan partisipatif belum maksimal sehingga perlu dilakukan pendekatan kepada legislatif untuk mengkomunikasikan proses dan hasil kegiatan, serta melakukan pendekatan-pendekatan untuk penguatan peraturan daerah yang terkait dengan program P2DTK; dan (4) Perlunya dipikirkan sejak awal programu untuk menginternalisasi (pelembagaan) pelaku-pelaku dan forum-forum P2DTK dalammekanisme pembangunan pemerintahan daerah.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xiii

Rekomendasi pasca program dan keberlanjutan: (1) Kiranya perlu dipikirkan secara matang untuk memberikan strategi baru di P2DTK dalam hal internalisasi berbagai kapasitas terkait dalam rangka menyiapkan sumberdaya manusia (khususnya aparatur pemerintah) secara terus menerus untuk menjaga keberlanjutan dapat berlangsungan pendekatan, nilai, dan prinsip P2DTK; (2) Penyerahan alih kelola asset P2DTK seyogyanya dilaksanakan setiap akhir tahun, sehingga asset-asset tersebut segera mendapatkan kepastian peraturan pengelolaan oleh daerah, serta mendapatkan kepastian keberlanjutan pemeliharaannya; dan (3) Model “pemaketan proyek” melaluipengalaman pelaksanaan optimalisasi dinilai lebih efektif dalam pengelolaannya danoleh karena itu model iniperlu dipertahankan, namun perlu dipertimbangan secara lebih matang dalam hal prosedur Kajian Teknis dan perancaan serta desain RAB-nya. Hal ini agar tujuan model ”paket proyek” tetap bisa tercapai yaitu komprehensif dan langsung dapat berfungsi.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xiv

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta berkat rahmat dan ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Akhir Pendampingan KM. Nas Dalam Program P2DTK (Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus ) 2007-2012 ini. Program yang dirancang untuk mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah tertinggal ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat di 186 kecamatan sasaran P2DTK. Lebih dari 6.000.000 juta orang, laki-laki dan perempuan, telah mendapatkan manfaat dalam berbagai bentuk pelayanan dasar baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, pengembangan kapasitas, mediasi konflik dan pelayanan konsultasi hukum, serta manfaat mempermudah akses mobilitas masyarakat. Sebanyak 10.421 sub proyek telah dikelola melalui kerja sama sinergisitas antar pihak pelaku-pelaku P2DTK, mulai dari tingkat nasional sampai kecamatan. Perangkat-perangkat mekanisme pengendalian keuangan telah dikembangkan sedemikian rupa untuk mengelola total alokasi dana P2DTK (Dana DOK dan BLM) sebesar Rp. 1.103.367.479.000,-, pencairan dana Rp. 1.007.871.071.412,-, serta penyaluran dana yang mencapai Rp. 1.003.911.278.993,- (termasuk A/O). Melalui sistem pengedalian keuangan yang mengedepankan transparansi serta mekanisme HCU yang ketat maka hanya 1,17% (Rp. 11.698.534.830,-) temuan awal kasus penyimpangan dana, yang pada masa akhir program telah mencapai tingkat pengembalian dana yang signifikan sehingga menyisakan dana sisa penyimpangan hanya 1,22% (Rp. 143.232.717,-) per akhir Mei 2012. KM. Nas sebagai pendamping teknis P2DTK tingkat nasional, dengan tim tenaga ahli dari berbagai bidang yang ada di dalamnya, merasa terhormat terlibat dalam program untuk mengembangkan masyarakat di wilayah-wilayah tertinggal agar setara dengan wilayah lain yang lebih maju di Indonesia. Banyak pengalaman suka dan duka yang bisa dipetik, terlebih tidak terhitung lagi pengalaman yang dengan sendirinya memperkaya kapasitas tim ahli KM. Nas sebagai pelaku pemberdayaan masyarakat. Tim KM. Nas merasa masih banyak agenda yang harus dikembangkan dan dipertajam dalam hal pendampingan P2DTK tersebut, seperti misalnya dalam aspek-aspek: (a) Mendorong munculnya regulasi lokal yang akomodatif terhadap tujuan P2DTK; (b) Melakukan pendekatan dan mengadvokasi internalisasi kelembagaan pelaku-pelaku P2DTK di dalam mekanisme pembangunan pemerintah daerah; (c) Mendorong dikenalnya P2DTK kepada berbagai pihak secara lebih luas; (4) Mengembangkan kapasitas secara tersistem kepada mitra-mitra pelaku konsultan di daerah; (5) Melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah untukmemastikan bentuk-bentuk dasar keberlanjutan P2DTK; dll. KM. Nas tentu saja merasa belum “puas” dalam memfasilitasi arah substansi program P2DTK. Lepas dari kelebihan maupun kekurangan yang ada, buku ini merupakan Laporan Akhir Final yang menggambarkan proses secara utuh fasilitasi KM Nas dalam mendampingi secara teknis P2DTK. Sebagai buku laporan teknis pendampingan, maka buku ini menekankan pada 3 (tiga) bagian mendasar, yaitu: (a) Gambaran proses dan hasil pendampingan teknis KM Nas terhadap P2DTKsesuai dengan peran dan tanggungjawab yang diberikan; (2) Gambaran hasil-hasil pendampingan sesuai bidang keahlian yang ada di KM. Nas seperti Bidang Infrastrktur, Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan,

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xv

MPHM, Pengembangan Sektor Swasta, melalui analisa-analisa terhadapmasing-masing bidang; dan (3) Paparan tentang lesson learn, best-practices, serta rekomendasi untuk pengembangan P2DTK ke depan maupun program-program serupa. Semoga laporan ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang peduli terhadap pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Harapan ideal lain dengan tersusunnya buku Laporan Akhir pendampingan teknis P2DTK tingkat nasional ini semoga dapat dipelajari untuk bisa diambil sisi-sisi positifnya begitu pula sisi “kekurangannya” oleh para pegiat pemberdayaan masyarakat secara individual, maupun pihak kelembagaan pemerintah dan non-pemerintah, yang hendak mengembangkan program pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Sebagai rasa syukur, kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya Buku Laporan ini. Semoga inspirasi baru tentang pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah-wilayah tertinggaldi Indonesia, tumbuh di hati kita bersama.

Jakarta, Juni 2012 Tim KM. Nas – P2DTK

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xvi

Daftar Isi

Halaman EXECUTIVE SUMMARY ii KATA PENGANTAR xiv DAFTAR ISI xvi DAFTAR TABEL xix DAFTAR BAGAN xxii DAFTAR ISTILAH xxiv DAFTAR BACAAN xxvii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I - 1 1.2. Tujuan dan Hasil Yang Diharapkan I - 4 1.2.1. Tujuan Penulisan Laporan I - 4 1.2.1. Hasil Yang Diharapkan I - 4 1.3. Metode Penulisan I - 4 1.4. Sistematikan Laporan I - 5 BAB 2. SEKILAS P2DTK DAN PERAN KM. NAS 2.1. Latar Belakang P2DTK II - 1 2.2. Tujuan Program P2DTK II - 3 2.2.1. Tujuan Umum II - 3 2.2.2. Tujuan Khusus II - 3 2.3. Sasaran P2DTK II - 4 2.4. Prinsip dan Pendekatakan P2DTK II - 5 2.5. Pelaku-Pelaku P2DTK II - 7 2.5.1. Pelaku P2DTK Tingkat Pusat II - 7 2.5.2. Pelaku P2DTK Tingkat Provinsi II - 8 2.5.3. Pelaku P2DTK Tingkat Kabupaten II - 8 2.5.4. Pelaku P2DTK Tingkat Kecamatan II - 10 2.5.5. Pelaku P2DTK Tingkat Desa II - 11 2.6. Tahap Implementasi II - 12 2.6.1. Mekanisme Sosialisasi II - 12 2.6.2. Mekanisme Perencanaan II - 14 2.6.3. Mekanisme Pelaksanaan II - 19 2.6.4. Mekanisme Pertanggungjawaban Kegiatan II - 21 2.7. Konsultan Manajemen Nasional II - 24 2.7.1. Peran dan Tugas KM Nas II - 24 2.7.2. Organisasi KM Nas II - 26

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xvii

BAB 3. CAPAIAN PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB KM. NAS

3.1. Fasilitasi Pengembangan Kapasitas III - 1 3.1.1. Penyusunan Materi Pelatihan Konsultan dan Pelaku P2DTK III - 2 3.1.2. Jenis-Jenis Kegiatan Pengembangan Kapasitas III - 2 3.1.3. Pengembangan Kapasitas di P2DTK Aceh-Sumut III - 5 3.1.4. Pengembangan Kapasitas di P2DTK Wilayah Nasional III - 6 3.2. Pengelolaan Dana P2DTK III - 8 3.3. Capaian Pendanaan P2DTK III - 21 3.3.1. Alokasi DOK dan BLM P2DTK III - 21 3.3.2. Pencairan dan Penyaluran Dana DOK dan BLM III - 23 3.3.3. Dana PAP III - 26 3.4. Pengadaan (Procurement) III - 28 3.5. Pengelolaan Management Information System (MIS) III - 36 3.6. Monitoring, Supervisi dan Evaluasi III - 39 3.7. Pengaduan dan Penyelesaian Masalah (HCU) III - 42 3.8. Capaian Realisasi Sub-Proyek III - 46 3.9. Pengakhiran Program: “BA Alih Kelola dan Penyerahan Aset III - 56 3.10. Pelaporan III - 59 3.11. Koordinasi III - 60 BAB 4. MERETAS “KETERTINGGALAN” BERSAMA P2DTK 4.1. Capaian Performance-Indicator Aceh-Sumut IV - 1 4.2. Capaian Performance-Indicator Wilayah P2DTK Nasional IV - 8 4.3. Capaian Pendampingan Bidang Kegiatan IV - 11 4.3.1. Capaian Pemanfaat P2DTK IV - 11 4.3.2. Pengembangan Kapasitas Masyarakat Sasaran IV - 12 4.3.3. Pembangunan Infrastruktur IV - 15 4.3.4. Sumbangan Perbaikan Pelayanan Pendidikan IV - 19 4.3.5. Sumbangan Perbaikan Pelayanan Kesehatan IV - 24 4.3.6. Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender) IV - 29 4.3.7. Pengembangan Sektor Swasta (PSS) IV - 32 4.3.8. Pemberdayaan MPHM IV - 37 BAB 5. MENARIK PEMBELAJARAN DARI PENDAMPINGAN P2DTK

5.1. Hambatan-Hambatan Implementasi P2DTK V - 1 5.1.1. Hambatan Dalam Tahap Sosialisasi V - 1 5.1.2. Hambatan Dalam Tahap Perencanaan V - 2 5.1.3. Hambatan Dalam Tahap Pelaksanaan Program V - 4 5.1.4. Hambatan Dalam Tahap Keberlanjutan Program V - 7 5.2. Lesson Learned V - 9 5.2.1. Lesson Learned Aspek Imput Program V - 9 5.2.2. Lesson Learned Aspek Proses Program V -11 5.2.3. Lesson Learned Aspek Hasil Program V -14 5.3. Belajar Dari “Best Practices” P2DTK V -15

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xviii

BAB 6. REKOMENDASI DAN PENUTUP 6.1. Rekomendasi VI - 1 6.1.1. Rekomendasi Terkait Dengan Mekanisme Perencanaan VI - 1 6.1.2. Rekomendasi Terkait Dengan Implementasi Kegiatan VI - 2 6.1.3. Rekomendasi Terkait Dengan Pengelolaan Dana VI - 2 6.1.4. Rekomendasi Terkait Dengan Keberlanjutan Program VI - 2 6.2. Penutup VI - 3 LAMPIRAN

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xix

Daftar Tabel

Tabel II.01. Nama Provinsi, Jumlah Kabupaten dan Kecamatan Sasaran P2DTK II - 4

Tabel III.01. Peran dan Tugas KM. Nas dalam Kegiatan Capacity Building III - 3

Tabel III.02. Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten Per Juli 2010 III - 14

Tabel III.03. Kinerja Pengelolaan Keuangan UPKD Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan

III - 14

Tabel III.04. Kinerja Pengelolaan Keuangan UPK Kecamatan III - 15

Tabel III.05. Pemahaman, Personal dan Kondisi Pembukuan TPK Kabupaten III - 15

Tabel III.06. Pemahaman, Keberadaan Personal dan Kondisi Pembukuan UPKD (Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan)

III - 16

Tabel III.07. Pemahaman, Personal dan Kondisi Pembukuan UPK Kecamatan III - 16

Tabel III.08. Rekapitulasi Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran Dana DOK dan BLM P2DTK

III - 22

Tabel III.09. Lokasi dan Jumlah Peserta Pelatihan Pratugas Konsultan Pengadaan (Tahun 2011)

III - 28

Tabel III.10. Jumlah dan Lokasi Konsultan Pengadaan Kabupaten (s.d. Juli 2011) III - 29

Tabel III.11. Kegiatan Workshop Konsultan Pengadaan Tahun 2011 III - 30

Tabel III.12. Jumlah Dokumen Hasil Review Dokumen Pengadaan (s.d. Juli 2011) III - 32

Tabel III.13. Jumlah Sub Proyek Sesuai Procurement Plan Optimalisasi III - 35

Tabel III.14. Jumlah Realisasi Sub Proyek Optimalisasi III - 35

Tabel III.15. Rekapitulasi Monitoring Masyarakat Melalui Forum-Forum III - 39

Tabel III.16. Rekap Penyimpangan dan Pengendalian Dana Provinsi Aceh-Sumut III - 43

Tabel III.17. Rekap Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di Aceh III - 43

Tabel III.18. Rekap Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di Sumut III - 44

Tabel III.19. Rekap Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di P2DTK Nasional III - 44

Tabel III.20. Rekapitulasi Ditail Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di Seluruh Wilayah P2DTK

III - 45

Tabel III.21. Persentase Penyelesaian Kasus Berdasarkan Audit BPKdan Pengaduan Sampai 30 Mei 2012

III - 45

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xx

Tabel III.22. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Pendidikan Berdasarkan SPB Kabupaten, Aceh-Sumut

III - 47

Tabel III.23. Penyelesaian Sub Proyek Kesehatan Berdasarkan SPB Kabupaten (Aceh-Sumut)

III - 48

Tabel III.24. Penyelesaian Sub Proyek Infrastruktur Berdasarkan SPB Kabupaten, Aceh-Sumut

III - 49

Tabel III.25. Realisasi Sub Proyek Non-Fisik Bidang Pendidikan P2DTK Nasional III - 51

Tabel III.26. Rekapitulasi Sub Proyek Non-Fisik Bidang Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

III - 52

Tabel III.27. Sebaran Realisasi Sub Proyek Fisik per Bidang P2DTK Nasional TA. 2007-2010

III - 53

Tabel III.28. Sebaran Realisasi Sub Proyek Pemuda P2DTK TA. 2007-2010 III - 54

Tabel III.29. Jenis, Jumlah, dan Kualitas Paket Sub Proyek P2DTK Program Optimalisasi TA. 2011

III - 55

Tabel III.30. Rekapitulasi Jumlah Laporan Pelaku-Pelaku P2DTK TA. 2007 - 2012 III - 60

Tabel IV.01. Perempuan Pemanfaat P2DTK, Aceh-Sumut IV - 3

Tabel IV.02. Pertumbuhan Jumlah SD Yang Mengadopsi MBS Pertahuan (2008-2010)

IV - 4

Tabel IV.03. Persentase dan Jumlah Komite Sekolah Yang Aktif, Aceh-Nias IV - 4

Tabel IV.04. Jumlah Anak Tidak Sekolah di Aceh-Nias IV - 5

Tabel IV.05. Angka Partisipasi Sekolah SD dan SMP 2007-2010 di Aceh-Sumut IV - 5

Tabel IV.06. Pertumbuhan Usaha Baru di Aceh-Nias IV - 6

Tabel IV.07. Kegiatan Sumber Dana BLM Aceh-Sumut IV - 13

Tabel IV.08. Pelatihan Bidang Pendidikan Dana BLM P2DTK Aceh-Sumut Siklus 1 s/d. Siklus 3

IV - 13

Tabel IV.09. Kegiatan Sumber Dana BLM (Kabupaten dan Kecamatan) P2DTK Nasional

IV - 14

Tabel IV.10. Kegiatan Pelatihan Bersumber Dana BLM Kabupaten dan Kecamatan di Wilayah P2DTK Nasional

IV - 15

Tabel IV.11. Rekapitulasi Kegiatan Pelatihan Bidang Kesehatan dan Pendidikan Bersumber Dana BLM (Kabupaten dan Kecamatan) P2DTK Nasional Siklus 1 s/d. 3

IV - 15

Tabel IV.12. Sub Proyek Sarana Jalan dan Jembatan Pendukung Akses Pendidikan dan Kesehatan di Aceh-Sumut

IV-20

Tabel IV.13. Sub Proyek Sarana Jalan dan Jembatan Pendukung Akses Pendidikan dan Kesehatan di P2DTK Nasional

IV - 22

Tabel IV.14. Indikator Kinerja Gender Mainstreaming IV - 30

Tabel IV.15. Jumlah Pemanfaat Perempuan Hasil Kegiatan P2DTK (per 15 September 2011)

IV - 31

Tabel IV.16. Jumlah Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan IV - 31

Tabel IV.17. Jumlah Peserta Perempuan Pelatihan DOK P2DTK IV - 32

Tabel IV.18. Cakupan Wilayah Sasaran P2DTK IV - 35

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxi

Tabel IV.19. Pertumbuhan Usaha Baru di Wilayah Barat dan Timur IV - 36

Tabel IV.20. Hasil Rekap Jumlah Dana dan Kegiatan PSS BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan

IV - 36

Tabel IV.21. Ruang Lingkup Kegiatan MPHM IV - 38

Tabel IV.22. Lokasi Kegiatan MPHM IV - 38

Tabel IV.23. Realisasi kegiatan MPHM s.d. Bulan November 2011 IV - 39

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxii

Daftar Bagan Dan Diagram

Bagan II.01. Kronologi Proses Pelaksanaan P2DTK 2005- 2012 II - 2

Bagan II.02. Struktur Organisasi P2DTK II - 9

Bagan II.03. Mekanisme Pengelolaan P2DTK II - 13

Bagan II.04. Alur Proses Kajian Teknis Kecamatan II - 16

Bagan II.05. Alur Proses Kajian Teknis Kabupaten II - 18

Bagan II.06. Struktur Keorganisasian KM. Nas II - 25

Diagram III.01. Rekapitulasi Pelatihan Dengan Pembiayaan DOK Kabupaten dan DOK Kecamatan Siklus 1 s.d. Siklus 3, Aceh-Sumut

III - 6

Diagram III.02. Rekapitulasi Pelatihan Dengan Pembiayaan DOK Kabupaten dan DOK Kecamatan Siklus 1 s.d. Siklus 3, P2DTK Nasional

III - 7

Diagram III.03. Dana PAP P2DTK Aceh-Sumut Realisasi 2006 - 2012 III - 24

Diagram III.04. Dana PAP P2DTK Nasional Realisasi 2007 – 2012 (8 Propinsi) III - 25

Diagram III.05. Rekapitulasi Dana PAP P2DTK Realisasi 2006 – 2012 (10 Propinsi) III - 25

Diagram III.06. Persentase Dokumen Yang Direview III - 33

Diagram III.07. Rekapitulasi Supervisi KM. Nas 2007-2012 III - 40

Diagram III.08. Kualitas Penyelesaian Sub Prpyek Pendidikan Berdasarkan Hasil Sertifikasi (Aceh-Sumut)

III - 47

Diagram III.09. Kualitas Penyelesaian Sub Propyek Kesehatan Berdasarkan Hasil Sertifikasi (Aceh-Sumut)

III - 49

Diagram III.10. Kualitas Penyelesaian Sub Prpyek Infrastruktur Berdasarkan Hasil Sertifikasi (Aceh-Sumut)

III - 50

Diagram III.11. Rekapitulasi Kualitas Seluruh Proyek P2DTK Aceh-Sumut 2001-2010 III - 50

Diagram III.12. Rekapitulasi Kualitas Sub Proyek Non-Fisik Bidang Pendidikan P2DTK Nasional dan Optimalisasi

III - 51

Diagram III.13. Rekapitulasi Kualitas Sub Proyek Non-Fisik Bidang Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

III - 53

Diagram III.14. Rekapitulasi Kualitas Sub Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional TA. 2007-2010

III - 54

Diagram III.15. Kualitas Sub Proyek Pemuda P2DTK TA. 2007-2010 III - 55

Diagram IV.01. Rekapitulasi Jumlah Pemanfaat P2DTK IV - 12

Diagram IV.02. Sebaran Sub Proyek Infrastruktur Menurut Kewilayahan IV - 16

Diagram IV.03. Jumlah Sub Proyek di Aceh Sumut Menurut Jenis IV - 16

Diagram IV.04. Jumlah dan Jenis Sub Proyek P2DTK Nasional IV - 17

Diagram IV.05. Jenis dan Jumlah Paket Proyek Infrastruktur P2DTK Optimalisasi IV - 18

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxiii

Diagram IV.06. HOK di Sub Proyek Infrastruktur P2DTK IV - 18

Diagram IV.07. Gambaran Kebutuhan Bidang Pendidikan di P2DTK Aceh-Sumut IV - 19

Diagram IV.08. Gambaran Kebutuhan Bidang Pendidikan P2DTK Nasional IV - 22

Diagram IV.09. Paket Proyek (Non-Fisik) Bidang Pendidikan Wilayah Optimalisasi IV - 24 Diagram IV.10. Jenis Kegiatan Bidang Kesehatan Berdasarkan BLM Kabupaten P2DTK

Aceh-Sumut IV - 25

Diagram IV.11. Jenis Kegiatan Bidang Kesehatan Berdasarkan BLM Kabupaten dan Kecamatan P2DTK Nasional

IV - 27

Diagram IV.12. Jenis Paket Proyek Kesehatan di Wilayah Optimalisasi IV - 29

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxiv

Daftar Istilah

ADD : Alokasi Dana Desa

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APF : Aparat Pengawasan Fungsional

APH : Aparat Penegak Hukum

Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Bawasda : Badan Pengawas Daerah

Bindes : Bidan Desa

BLM : Bantuan Langsung Masyarakat

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

BS : Bina Swadaya

Depdagri : Departemen Dalam Negeri

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DOK : Dana Operasional Kegiatan

Dirjen : Direktur Jenderal

Ditjen : Direktorat Jenderal

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

EL : Effective Loan FSS : Forum Sektor Swasta Gampong : Nama atau sebutan lain dari “desa” di Aceh. Di beberapa wilayah disebut juga

kampong.

Gender : Asumsi atau konsep masyarakat atas peran, tanggung-jawab serta perilaku laki-laki dan perempuan yang dipelajari dan dapat berubah dari waktu ke waktu, serta bervariasi menurut sosial dan budaya masyarakat.

KM. Kab : Konsultan Manajemen Kabupaten (DMC=District Management Consultant)

KM. Nas : Konsultan Manajemen Nasional (NMC=National Management Consultant)

KM. Prov : Konsultan Manajemen Provinsi (PMC=Province Management Consultant)

KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

KPDT : Kementerian Daerah Tertinggal

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxv

LA : Loan Agreement

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MAD : Musyawarah Antar Desa

MAK : Musyawarah Antar Kelurahan

MBS : Menejemen Berbasis Sekolah

MDGs : Millennium Development Goals

MP : Musyawarah Pertanggungjawaban

MPHM : Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat

Musrenbang : Musyawarah Perencanan Pembangunan

PAD : Project Appraisal Document

PAKEM : Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

P2DTK : Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus

PJOK : Penanggung jawab Operasional Kegiatan

PPIP : Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan

PPK : Program Pengembangan Kecamatan

PPKP (P2KP) : Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

PSS : Pengembangan Sektor Swasta

PU : Pekerjaan Umum

Renstra : Rencana Strategis

RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau kota.

SNPK : Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan

SPADA : Support for Poor and Disadvantage Areas

SPK : Surat Perintah Kerja

SPP : Surat Perintah Pembayaran

SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana

SPPN : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

SPM : Surat Perintah Membayar

SPPM : Sistem Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

TA. : Tahun Anggaran

TKPK : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

TKT : Tim Kajian Teknis

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxvi

Tomas : Tokoh masyarakat

UPK : Unit Pengelola Kegiatan

YBKM : Yayasan Bina Karya Mandiri

Laporan Akhir KM. Nas | Hal - xxvii

Daftar Bacaan

1. Aceh Dalam Angka 2010 (BPS Aceh, http://aceh.bps.go.id) 2. Berita Resmi Statistik BPS Aceh, No. 029/07/11/Th.V, 1 Juli 2011 3. “Kisah-Kisah Inspiratif P2DTK”: Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal, Jakarta 2011. 4. “Knoco Stories: Lessons Learned Definition” (http://www.nickmilton.com/2010/05/lessons-

learned-definition.html)

5. Loan Agreement 34706/IND Year 2005 tentang Pelaksanaan Projek P2DTK. Kementrerian Pembangunan Daerah tertinggal dan World Bank.(non-published)

6. Manual HCU P2DTK: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007.

7. Manual Kesehatan P2DTK: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007.

8. Manual Mediasi dan Penguatan Umum Masyarakat P2DTK: Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal RI, 2007.

9. Manual Monev: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007

10. Manual Pendidikan P2DTK Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007

11. Pedoman Umum P2DTK: Kementeraian Pembangunan Daerah Tertainggal, 2007 12. Pedoman Teknis Pelaksanaan P2DTK: Kementeraian Pembangunan Daerah Tertainggal,

2007.

13. Pedoman Umum P2DTK,2007: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007

14. Pedoman Teknis Pelaksanaan P2DTK, 2007: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007

15. “Pendidikan Aceh Salah Urus” (PKS Net.,24 Maret 2011) 16. “Peningkatan Akses Kesehatan Masyarakat Yang Lebih Berkualitas” (24 Maret 2012:

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/3349) 17. “Project Management: Challenge and Lesson Learned”, Amalraj Joseph,dkk, Tahun 2007. 18. Project Appraisal Document P2DTK: World Bank, 2003. 19. Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011. 20. Sumut Dalam Angka 2008 (BPS Sumut 2008, http://sumut.go.id) 21. Sumatera Utara Dalam Angka 2010 (BPS Sumatera Utara, http://sumut.bps.go.id)

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. I - 1

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Wilayah Indonesia yang begitu luas memiliki karakteristik budaya, sumberdaya manusia serta sumber daya alam yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut telah menyebabkan terjadinya kesenjangan antar daerah dalam hal pertumbuhan pembangunan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sampai saat ini masih ada daerah atau kabupaten yang tergolong sebagai daerah tertinggal yang dihuni oleh komunitas-komunitas masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial, ekonomi serta keterbatasan prasarana dan sarana infrastruktur. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat di daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil, seperti daerah perbatasan antar negara, pulau-pulau kecil, pedalaman, wilayah rawan bencana alam dan bencana sosial. Perbedaan-perbedaan pertumbuhan pembangunan dan kesejahteraan tersebut, jika kurang mendapatkan perhatian untuk dikembangkan menjadi daerah maju yang kualitas hidupnya relatif sama dengan masyarakat Indonesia lainnya, tentu akan berdampak pada aspek ketahanan dan keamanan masyarakat secara keseluruhan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut maka Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk mengembangkan sebuah program pembangunan yang lebih difokuskan pada upaya percepatan pembangunan di daerah-daerah yang kondisi kesejahteraan sosial, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas dan ketersediaan infrastrukturnya masih tertinggal. Oleh karena itu dikembangkan sebuah program yang disebut Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk mempercepat tingkat kesejahteraan, mendorong pertumbuhan ekonomi, ketersediaan infrastruktur, dan sekaligus juga memampukan kapasitas pemerintan daerah dalam mengelola kegiatan pembangunan yang lebih transparan, memenuhi asas keadilan masyarakat, dan partisipatif. Program P2DTK ini diluncurkan berdasarkan pada RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Tahun 2004 – 2009 tentang Daerah Tertinggal, yang kemudian dijabarkan didalam kebijakan Strategi Nasional Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (Stranas-KPDT) tentang penetapan 199 kabupaten tertinggal yang perlu mendapatkan dukungan untuk mengatasi masalah ketertinggalannya. Sedangkan realisasi implementasi P2DTK

Perbedaan pertumbuhan pembangunan dan kesejahteraan di daerah, jika kurang mendapatkan perhatian untuk dikembangkan menjadi daerah maju yang kualitas hidupnya relatif sama dengan masyarakat Indonesia lainnya, tentu akan berdampak pada aspek ketahanan dan keamanan masyarakat secara keseluruhan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. I - 2

tersebut mengacu kepada dua dokumen kerja sama, yaitu: Pertama, dokumen surat perjanjian pinjaman dengan Bank Dunia yang dituangkan dalam Loan Agreement No. 4788-IND antara RI dengan IBRD dan Development Credit Agreement No. 4076 antara RI dengan IDA, yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 03/PER/MPDT/V/2006 tentang Penetapan Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk P2DTK Nasional. Kedua, yaitu dokumen surat perjanjian hibah (grant agreement) Multi Donor Fund (MDF) nomor TF057955 dan diperkuat Surat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) nomor S-5732/BRR.10/XII/2006 tentang Dana Alokasi Kabupaten (DAK) untuk P2DTK NAD-Nias. Berdasarkan pada dua dokumen perjanjian kerja sama tersebut maka P2DTK dilaksanakan di wilayah Aceh-Nias dan wilayah tertinggal lain di Indonesia yang kemudian disebut P2DTK Nasional. Program P2DTK dilaksanakan di 10 provinsi yang masuk dalam kategori Daerah Tertinggal dan Khusus, yaitu: (1) Bengkulu, (2) Lampung, (3) Kalimantan Barat, (4)Kalimantan Tengah, (5) Sulawesi Tengah, (6) Nusa Tenggara Timur, (7) Maluku, (8) Maluku Utara, (9) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dan (10) Sumatera Utara (Nias). Didalam ke-10 Provinsi tersebut mencakup 51 Kabupaten, dan didalamnya mencakup 186 Kecamatan. Program P2DTK diimplementasikan pertama kali di wilayah Aceh dimulai September 2006, mencakup 17 kabupaten. Setelah Aceh program ini dilanjutkan dengan implementasi di Nias dan Nias Selatan (Provinsi Sumatera Utara) pada Januari 2007. Sementara itu program P2DTK untuk Wilayah Nasional (8 provinsi non Aceh dan Sumut) dimulai pada bula Juni 2007 ditandai dengan mobilisasi 32 konsultan kabupaten dan 186 Fasilitator Kecamatan (FK). Seluruh Program P2DTK tersebut berakhir dengan ditandai demobilisasi KM. Kab (Konsultan Menejemen Kabupaten) pada Agustus 2011 dan demobilisasi KM. Prov (Konsultan Menejemen Provinsi) pada bulan September 2011. Hanya 2 provinsi yang KM. Kab dan KM. Prov masih dipertahankan, yaitu Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dan Sulawesi Tengah (Sulteng), karena di 2 wilayah tersebut dilanjutkan dengan program P2DTK Optimalisasi yang mencakup 7 kabupaten dan berakhir pada Februari 2012. Konsultan Menejemen Nasional (KM. Nas) adalah “Pihak ke-III” yang ditunjuk menjadi salah satu pelaku P2DTK di tingkat Pusat, bertugas sebagai pendamping teknis tingkat Nasional (national technical assisstance) pelaksanaan P2DTK. Sementara penanggungjawab program P2DTK adalah pelaku di tingkat Pusat yang lain, yaitu Satker P2DTK Pusat dan Tim Koordinasi P2DTK Tingkat Pusat. Merujuk kepada manual Pedoman Teknis Pelaksanaan (PTP) P2DTK terdapat 12 tugas dan kewajiban KM. Nas didalam perannya sebagai pendamping teknis tingkat nasional, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Peran pengembangan kapasitas:

Tugas dan kewajiban yang harus dilakukan antara lain: (i) Mengembangkan manual-manual pelatihan; (ii) Menyiapkan rancangan kurikulum, dan bahan materi training; (iii) Melaksanakan berbagai pelatihan; dan (iv) Mengembangkan panduan-panduan teknis; dan (v) Mendorong

P2DTK dimaksudkan untuk mempercepat tingkat kesejahteraan, mendorong pertumbuhan ekonomi, ketersediaan infrastruktur, dan sekaligus juga memampukan kapasitas pemerintan daerah dalam mengelola kegiatan pembangunan dalam kerangka pendekatan transparansi, memenuhi asas keadilan masyara-kat, dan partisipatif.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. I - 3

pengarusutamaan (mainstreaming) tentang isu gender, perencanaan partisipatif daerah, serta akuntabilitas dan transparansi pembangunan.

2. Peran pendampingan pelaksanaan program: Tugas dan kewajiban yang harus dilakukan antara lain: (i) Melaksanaan kegiatan mulai dari sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai upaya pelestarian program; (ii) Memberikan dukungan strategis penanganan pengaduan; (iii) Membantu proses rekrutmen dan rekomendasi penempatan konsultan; dan (iv) Melaksanakan seminar, lokakarya, workshop dalam rangka koordinasi perkembangan kegiatan P2DTK.

3. Peran koordinasi dan komunikasi antar pelaku: Tugas dan kewajiban yang harus dilakukan antara lain: (i) Mengikuti seminar, workshop, maupun lokakarya dalam rangka menyebarluaskan informasi mengenai P2DTK; (ii) Memberikan masukan kepada Satker P2DTK Pusat dan Tim Koordinasi P2DTK Tingkat Pusat untuk pengambilan keputusan dan kebijakan; (iii) Melakukan koordinasi dalam konteks pelaksanaan kegiatan kepada Satker P2DTK Pusat, Tim Koordinasi P2DTK Tingkat Pusat, Tim Koordinasi P2DTK Tingkat Provinsi dan Kabupaten.

4. Peran monitoring, evaluasi, dan pelaporan: Tugas dan kewajiban yang harus dilakukan antara lain: (i) Memantau pelaksanaan kegiatan mulai dari sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai upaya pelestarian program; (ii) Melakukan supervisi ke daerah-daerah; (iii) Melakukan evaluasi kinerja pelaku-pelaku P2DTK di daerah; (iv)Melakukan evaluasi kegiatan; dan (v) Menyusun dan menyampaikan laporan bulanan dan laporan akhir.

Dengan berakhirnya seluruh program P2DTK, baik P2DTK di wilayah Nasional yang dibiayai melalui Loan (dana pinjaman), P2DTK di wilayah Aceh-Nias yang dibiayai melalui Grant (dana hibah), maka kiranya perlu untuk menyusun Laporan Akhir terhadap seluruh hasil keluaran pendampingan program P2DTK maupun gambaran proses pelaksanaannya, yang mencakup semua kegiatan yang sudah diimplementasikan oleh KM. Nas, termasuk didalamnya best practice, lesson learn, dan rekomendasi untuk perbaikan program P2DTK ke depan ataupun program lain sejenis. Laporan Akhir tidak hanya bermakna sebagai laporan administrasi pertanggungjawaban saja. Lebih dari itu Laporan Akhir ini diharapkan juga bermakna sebagai “laporan pembelajaran” atas sebuah proses pendampingan program dalam kurun waktu tertentu, dalam hal ini adalah program P2DTK. Dalam rangka memaknai proses pembelajaran tersebut, maka Laporan Akhir disusun ini berbasis pada Result Based Management (RBM) P2DTK yang telah diturunkan dalam bentuk log-frame program, serta berbasis pada Key Performance Indicator. Laporan-laporan bulanan maupun laporan-laporan kegiatan para mitra pelaku seperti KM. Kab, KM. Prov, UPKD, Tim Koordinasi Kabupaten (Satker), dll serta rumusan hasil workshop penggalian best practice dan lesson learn, menjadi bahan penyusunan Laporan Akhir ini.

Dengan selesainya program P2DTK 2007 – 2011, KM. Nas sebagai pendamping teknis P2DTK tingkat nasional berkewajiban membuat Laporan Akhir, yang tujuannya untuk: (1) Memberikan gambaran hasil pelaksanaan kegiatan program P2DTK; (2) Memberikan gambaran keluaran yang telah dicapai, proses pendampingan dan kendala-kendala yang dihadapi; dan (3) Memberikan masukan untuk bahan pertimbangan pelaksanaan program P2DTK selanjutnya, atau untuk masukan bagi program sejenis yang akan dilaksanakan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. I - 4

1.2. Tujuan dan Hasil Yang Diharapkan 1.2.1. Tujuan Penulisan Laporan Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menyusun Laporan Akhir pertanggungjawaban KM. Nas sebagai pendamping teknis P2DTK tingkat nasional, yang isinya dimaksudkan untuk: (1) Memberikan gambaran hasil pelaksanaan kegiatan program P2DTK; (2) Memberikan gambaran keluaran yang telah dicapai, proses pendampingan dan kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan program P2DTK; dan (3) Memberikan masukan untuk bahan pertimbangan pelaksanaan program P2DTK selanjutnya, atau untuk masukan bagi program sejenis yang akan dilaksanakan.

1.2.2. Hasil Yang Diharapkan Adapun hasil yang diharapkan antara lain:

Tersusun Buku Laporan Akhir P2DTK yang berisi mengenai capaian Keluaran (Output) program P2DTK Fase-I tahun 2007 – 2011, yang didalam akan: (a) memberikan gambaran hasil pelaksanaan kegiatan program P2DTK; (b) Memberikan gambaran proses pendampingan dan kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan program P2DTK yang dilaksanakan oleh NMC; dan (c) Memberikan masukan untuk pertimbangan pelaksanaan pendampingan pada program sejenis

1.3. Metode Penulisan

Laporan yang ditulis ini merupakan Laporan Akhir dari pelaksanaan program P2DTK mulai tahun 2007 sampai tahun 2012 yang disusun oleh KM. Nas sebagai lembaga (perusahaan konsultan) yang berperan dalam mengimplementasi P2DTK tersebut. Berdasarkan ruang lingkup program P2DTK dan peran KM. Nas di dalam program P2DTK , maka perlu dipaparkan disini metode penulisan Laporan Akhir P2DTK, sebagai berikut:

(1) Ruang lingkup pendekatan penulisan. Sesuai dengan peran dan tugas KM. Nas sebagai pendamping teknis P2DTK tingkat nasional, maka substansi dasar laporan ini adalah laporan keluaran (output) P2DTK. Pedoman dasar penulisannya akan berlandaskan pada rumusan-rumusan yang ada di dalam Log-Frame dan Performance Indicator. Ranah Laporan Akhir yang akan disusun oleh NMC adalah laporan pencapaian Keluaran (Output) selama program P2DTK Fase ke-1 (siklus 1, 2, dan 3) Tahun 2007 sampai tahun 2011.

(2) Penyusunan outline kerangka isi laporan. Tim KM. Nas sudah melakukan diskusi-diskusi internal untuk menyusun dan mensekapati draf outline kerangka isi Laporan Akhir yang dipakai sebagai panduan penulisan isi oleh tenaga ahli bidang masing-masing. Ouline kerangka

Laporan Akhir ini ingin memberikan gambaran pelaksanaan P2DTK, proses pelaksanaan dan kendala yang dihadapi, serta “pembelajaran” dan rekomendasi yang bermanfaat. Laporan ini disusun berbasiskan pada ranah “keluaran” (output) di dalam Logical-Framework dan Key Performance-Indicator. Analisa-analisa yang disajikan adalah pada koridor ranah output.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. I - 5

isi Laporan Akhir ini juga sudah dikomunikasikan kepada pihak-pihak lain, dalam hal ini PIU-KPDT dan World Bank untuk mendapatkan persetujuan.

(3) Kunjungan lapangan pengkayaan data dan studi kasus. Selama bulan Februari 2012 sampai awal Maret 2012, tim KM. Nas melakukan kunjungan-kunjungan lapangan ke berbagai daerah dengan tujuan yaitu mengumpulkan kasus-kasus guna memperkaya gambaran capaian program P2DTK secara kualitatif, serta mempertajam point-point Best Practice dan Lesson Learn dalam berbagai bidang dan strategi di dalam pelaksanaan P2DTK.

(4) MIS sebagai basis sumber data. Salah satu sumber data yang akan dipakai sebagai acuan untuk menghitung atau mengukur keluaran-keluaran yang sudah dicapai P2DTK adalah data MIS (Management Information System) yang ada di KM. Nas.

1.4. Sistimatika Laporan

Laporan Akhir Program P2DTK ini terbagi atas 3 bagian yaitu Executive Summary, Bagian isi laporan yang terdiri atas 6 bab, dan halaman lampiran. Secara ringkas sistematika laporan dapat digambarkan sebagai berikut. Executive Summary, berisi ringkasan terhadap seluruh bagian isi laporan, yang antara lain isinya meliputi: (a) Point-point utama hasil kegiatan dari KM. Nas sebagai pendamping teknis P2DTK nasional; (b) Capaian-capaian P2DTK; (c) Ringkasan hasil lesson learn program P2DTK; dan (d) Rekomendasi usulan- untuk program P2DTK tahap selanjutnya. Bab 1 Pendahuluan, memaparkan tentang latar belakang mengapa Laporan Akhir ini ditulis. Secara lebih lengkap bab ini juga menjelaskan tujuan dan keluaran penulisan Laporan Akhir ini serta kerangka acuan atau pendekatan proses penulisan Laporan Akhir program P2DTK tersebut. Bab 2 Sekilas P2DTK dan Peran KM. Nas. Bab ke-2 ingin menjelaskan secara ringkas apakah P2DTK itu, mulai dari latar belakang konsep munculnya P2DTK, tujuan, strategi dan pendekatan, para pelaku P2DT, sertamekanisme tahapan-tahapan implementasinya. Dalam bab ini juga akan dipaparkan tentang peran dan tugas KM. Nas sebagai national technical assisstance (pendamping teknis tingkat nasional) P2DTK. Bab 3 Capaian Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab KM. Nas, merupakan bab yang akan menggambarkan proses kegiatan dan capaian-capaian KM. Nas sebagai lembaga pendamping teknis P2DTK di tingkat nasional. Capaian-capaian tersebut akan dipaparkan dalam sub-sub bab seperti: Peran fasilitasi pengembangan kapasitas; Pengelolaan dana P2DTK; Tahap pengakhiran proyek; Supervisi, Pengaduan dan Penyelesaian Masalah (HCU), Monitoring, dan Evaluasi; dll.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. I - 6

Bab 4 dengan judul Meretas Ketertinggalan Bersama P2DTK. Bab ini menyajikan paparan dalam bentuk analisa-analisa sederhana “sumbangan” P2DTK kepada isu-isu trategis yang diusung oleh P2DTK.. Bab ini terbagi dalam tiga bagian pembahasan. Pertama, menyajikan hasil-hasil implementasi P2DTK untuk Wilayah Aceh-Sumut dengan menggunakan ukuran Performance-Indicator wilayah Aceh-Sumut. Penjelasan bagian Kedua, memaparkan hasil-hasil capaian P2DTK untuk wilayah nasional (8 provinsi non Aceh-Nias) dengan menggunakan Performance-Indicator untuk wilayah nasional. Paparan Ketiga, yaitu hendak menjelaskan proses dan capaian di beberapa bidang atau sektor implementasi P2DTK dengan level penggunaan data tingkat keseluruhan (10 provinsi P2DTK). Tidak seluruh bidang atau sektor akan dipaparkan di bagian ke tiga ini, namun hanya akan dipilih isu-isu strategis P2DTK seperti misalnya: (a) Isu keterisolasian; (b) Isu pengembangan kapasitas dan perencanaan pembangunan; (c) Isu promosi akuntabilitas dan transparansi; (d) Isu terbukanya akses sekolah dan kesehatan; Dll. Bab 5 Menarik Pembelajaran Dari Proses, berisi tiga sub-bab yaitu Hambatan-Hambatan Program P2DTK, Lesson Learned, dan Best Practices. Bab ini merupakan bagian yang penting dalam rangka menarik “pembelajaran” selama proses pelaksanaan program P2DTK Tahun 2007 – 2012, demi perbaikan ke depan dalam design program, pengelolaan implementasi kegiatan, pengelolaan keuangan, monitoring dan supervisi, serta upaya-upaya untuk sustainabilitas program. Bab 6 Rekomendasi dan Penutup. Bab ini berisi point-point rekomendasi bagi perbaikan program P2DTK tahap selanjutnya atau bagi program-program lain serupa yang akan diimplementasikan di daerah-daerah. Penyajian poin-point rekomendasi dipilah-pilah ke dalam beberapa sub-tema yang berkaitan dengan mekanisme pengelolaan program.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -1

Bab 2. Sekilas P2DTK

dan Peran KM. Nas 2.1. Latar Belakang P2DTK Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) dikembangkan pada konteks permasalahan disparitas pembangunan, dimana terjadi ketimpangan tingkat kesejahteraan dan ketersediaan infrastruktur antara daerah-daerah tertinggal dengan daerah-daerah yang bisa disebut lebih maju. Disparitas pembangunan tersebut tentu akan menjadi hambatan dalam upaya membangun kesejahteraan yang merata dan setara di seluruh wilayah Indonesia. Disamping realitas ketimpangan pembangunan tersebut, P2DTK juga muncul dalam konteks untuk mengurangi dan mencegah persoalan-persoalan lain, khususnya masalah konflik sosial seperti yang terjadi di Poso, Aceh, dll. Lebih khusus lagi untuk wilayah Aceh dan Sumut, P2DTK diimplementasikan di wilayah tersebut guna menata dan memperbaiki kembali kondisi-kondisi sosial dan kesejahteraan masyarat akibat bencana Tsunami dan konflik yang terjadi. Berlandaskan pada latar belakang kondisi pembangunan dan sosial semacam itu maka P2DTK mengemban amanat untuk mewujudkan kondisi: Aman (peace), Adil (justice) dan Demokrasi (Democracy), serta Sejahtera (Prosperity), khususnya untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah agar daerah-daerah tertinggal dan khusus dapat maju setara dengan daerah-daerah lainnya. Seperti sudah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa implementasi P2DTK berlandaskan pada, Pertama, dokumen surat perjanjian pinjaman dengan Bank Dunia yang dituangkan dalam Loan Agreement No. 4788-IND antara RI dengan IBRD dan Development Credit Agreement No. 4076 antara RI dengan IDA, yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 03/PER/MPDT/V/2006 tentang Penetapan Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk P2DTK Nasional. Kedua, yaitu dokumen surat perjanjian hibah (grant agreement) Multi Donor Fund (MDF) nomor TF057955 dan diperkuat Surat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) nomor S-5732/BRR.10/XII/2006 tentang Dana Alokasi Kabupaten (DAK) untuk P2DTK NAD-Nias. Berdasarkan pada kedua dokumen tersebut makaP2DTK dilaksanakan di Aceh dan Sumatera, beserta 8 propinsi yang lain.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -2

Bagan II.01. Kronologi Proses Pelaksanaan P2DTK 2006 -2012

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -3

P2DTK dilaksanakan secara tidak serempak dalam periodisasi yang sama. Bagan II.01 menggambarkan kronologi proses pelaksanaan P2DTK, dimana periode pertama adalah pelaksanaan P2DTK di Propinsi Aceh pada sekitar pertengahan Tahun 2006, yang sebelumnya pada 2005 dimulai dengan identifikasi permasalahan di Aceh. Periode berikutnya yaitu pada pertengahan Tahun 2007 dimulai pelaksanaan P2DTK untuk 8 propinsu non-Aceh, dan kemudian awal tahun 2008 dimulai program P2DTK di Sumatera Utara. KM. Nas mulai diserahi tugas oleh PIU-KPDT untuk mendampingi P2DTK Aceh-Sumut sejak awal 2011. Program P2DTK Aceh-Sumut dan 6 propinsi P2DTK Nasional selesai sekitar akhir Tahun 2011 ditandai dengan demobilisasi KM. Prov dan KM. Kab, serta dimulainya kegiatan P2DTK Program Optimalisasi di 2 propinsi yaitu Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. Kedua kabupaten P2DTK Program Optimalisasi tersebut berakhir pada Akhir Maret 2012. Perlu untuk diketahui pula bahwa mobilisasi dan demobilisasi beberapa tenaga ahli baik di tingkat nasional, tingkat propinsi, dan kabupaten juga terlaksana secara tidak seragam. 2.2. Tujuan Program P2DTK

2.2.1. Tujuan Umum Berdasarkan Project Appraisal Document (PAD) tujuan P2DTK secara umum adalah untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam memperbaiki tata pemerintahan (governance) dan mengurangi tingkat kemiskinan diwilayah-wilayah tertinggal dan bekas konflik, serta mengurangi potensi-potensi konflik yang ada di masyarakat. P2DTK menerapkan tiga strategi kegiatan dalam upaya mencapai tujuan tersebut, yaitu: (a) Mengembangkan partisipasi lokal dalam perencanaan pembangunan; (b) Mempromosikan pengembangan sektor swasta dan kesempatan kerja; serta (c) Meningkatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan penyelesaian sengketa yang muncul di dalam masyarakat.

2.2.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus program P2DTK adalah: (1) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi

pembangunan partisipatif. (2) Memberdayakan masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat dalam

perencanaan pembangunan partisipatif terutama bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

(3) Melembagakan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan), infrastruktur, penguatan hukum, capacity building, serta penciptaan iklim investasi dan iklim usaha.

(4) Memperbesar akses masyarakat terhadap keadilan.

Tujuan P2DTK adalah meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah mengembangkan program yang partisipatif dalam rangka mempercepat pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi dan serta pelayanan kesejahteraan dasar kepada masyarakat di daerah-daerah tertinggal dan khusus.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -4

(5) Meningkatkan kemudahan hidup masyarakat terutama keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi.

2.3. Sasaran P2DTK

Sasaran lokasi Program P2DTK adalah kabupaten wilayah tertinggal, yang telah ditetapkan dalam Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 001/Kep/M-PDT/ 02/2005, yang meliputi:

(1) Daerah Tertinggal: Adalah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Secara terperinci daerah kabupaten tersebut memiliki ciri, yaitu: tertinggal secara ekonomi, sumberdaya manusia, prasarana/ infrastruktur, kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik daerah yang kurang mendukung.

(2) Daerah Khusus dan Perbatasan: Adalah kabupaten yang mengalami bencana alam, bencana sosial serta daerah yang ada di perbatasan dengan Negara lain.

Kelompok yang menjadi sasaran Program P2DTK meliputi: (1) Pemerintah Daerah; (2) Komunitas dan masyarakat; (3) Lembaga sosial kemasyarakatan.

Program P2DTK telah dilaksanakan di 10 provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Maluku Utara. Dari 10 provinsi tersebut terdapat 51 kabupaten sasaran kegiatan, dan di dalam 51 kabupaten tersebut terdapat 186 kecamatan sasaran P2DTK. Khusus untuk wilayah Aceh dan Sumatera Utara tidak ada sasaran kewilayahan level kecamatan.

Tabel II.01. Nama Provinsi, Jumlah Kabupaten dan Kecamatan Sasaran P2DTK

No. Provinsi Jumlah

Kabupatan Jumlah

Kecamatan 1. Aceh 17 0 2. Sumatera Utara 2 0 3. Bengkulu 3 18 4. Lampung 3 17 5. Nusa Tenggara Timur 6 29 6. Kalimantan Barat 3 28 7. Kalimantan Tengah 3 17 8. Sulawesi Tengah 4 25 9. Maluku 5 32

10. Maluku Utara 5 20 Total 51 186

Sumber: Data MIS-KM. Nas

P2DTK dilaksanakan di 10 provinsi 51 kabupaten yang digolongkan sebagai daerah tertinggal dan khusus, serta 186 kecamatan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -5

2.4. Prinsip dan Pendekatan P2DTK

Berbeda denga program-program lain yang serupa, program P2DTK berlandaskan pada asas pendekatan sebagai berikut1

(1) Desentralisasi : Program P2DTK memberikan peluang kepada daerah untuk mengembangkan inisiatif lokal dan mendorong pemerintah daerah lebih bertanggung jawab atas pembangunan daerahnya. Otoritas daerah dalam mengelola sumberdaya bertumpu pada partisipasi masyarakat didalam semua tahapan proses pembangunan. Melalui forum-forum musyawarah di semua tingkatan, Program P2DTK memberi ruang bagi pemerintah daerah bersama masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program sesuai dengan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat.

:

Demikian juga halnya dalam hal pengelolaan dana block grant kabupaten dan block grant kecamatan, daerah memperoleh kewenangan sepenuhnya dalam menyusun alokasi anggaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan

(2) Perpaduan Antara Bottom-up Dengan Perencanaan Kabupaten : Konsep program P2DTK mempertemukan bottom-up planning yang merupakan kesepakatan forum Musyawarah Antar Kecamatan dengan perencanaan pemerintah Kabupaten berdasarkan input Kajian Tim Teknis Kabupaten. Perpaduan ini difasilitasi dengan penyediaan dana Block Grant Kecamatan dan block grant kabupaten. Khusus di provinsi NAD hanya diberikan block grant Kabupaten, sedangkan block grant Kecamatan dikembangkan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK)2

Pemanfaatan dana block grant masyarakat pada level kecamatan dan kabupaten diatur melalui mekanisme perencanaan pembangunan secara partisipatif. Masyarakat akan difasilitasi untuk melakukan identifikasi masalah dan penggalian gagasan hingga menghasilkan proposal. Sedangkan pada level Kabupaten juga akan melakukan perencanaan dengan memperhatikan kebutuhan yang tidak dapat diatasi oleh masyarakat karena membutuhkan penanganan yang lebih khusus. Pada proses perencanaan ini masyarakat akan didampingi oleh konsultan dan juga tim ad hoc seperti tim kajian teknis, tim desain, dan verifikasi.

. Penetapan usulan kabupaten dilakukan oleh forum kabupaten yang beranggotakan perwakilan dari setiap kecamatan yang difasilitasi oleh Tim Koordinasi Kabupaten dan di dukung oleh Konsultan Manajemen Kabupaten setelah mendapat masukan dari Tim Kajian Teknis Kabupaten.

1 Pedoman Umum P2DTK: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,2007. 2 Pada tahun 2006 seluruh kecamatan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

mendapatkan dana block grant dari Program Pengembangan Kecamatan.

P2DTK dilaksanakan berlandaskan pada enam (6) prinsip pendekatan, yaitu: Desentralisasi; Perpaduan Bottom-up dan Regular planning; Multy-sector approach; Perencanaan partisipatif; Local government capacity building; dan Anti korupsi.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -6

(3) Multisector Approach: P2DTK dengan pola yang partisipatif mengintegrasikan berbagai sektor pembangunan dengan menitikberatkan pembiayaan untuk usulan-usulan di bidang pembangunan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan mediasi di bidang hukum. Pendekatan multisektor ini dikembangkan sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan tahapan pemeliharaan-pelestarian. Melalui pendekatan ini memungkinkan untuk meningkatkan kualitas teknis, menghindari tumpang tindih pembiayaan dan mendukung keberlanjutan program. Pelibatan sektor-sektor terkait di tingkat kabupaten dilakukan melalui (1) Tim Kajian Teknis Kabupaten dan (2) Tim desain dari Tim Pengelola Kegiatan Kabupaten, dan (3) Tim Koordinasi (4) Unit Pengelola Kegiatan Dinas.

(4) Perencanaan Partisipatif: Perencenaan kegiatan dalam P2DTK

dilakukan secara partisipatif dalam proses pemberdayaan masyarakat. Perencanaan partisipatif ini memberi ruang pembelajaran bagi masyarakat untuk merencanakan pembangunan di daerahnya secara berkelanjutan. Secara operasional perencanaan dilakukan oleh tim kajian teknis dan tim desain setelah melalui forum musyawarah masyarakat yang menghadirkan perwakilan dari setiap desa dan kecamatan.

(5) Peningkatan kapasitas pemerintah lokal (Local Government

Capacity Building): Peningkatan kapasitas pemerintah lokal merupakan salah satu tujuan utama program yang akan berdampak pada pelestarian kegiatan yang didanai P2DTK. Sasaran yang dicapai adalah menguatnya peran aparat pemerintah sebagai fasilitator pembangunan yang demokratis dengan menghormati kearifan lokal (local wisdom) guna mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya konflik. Selain kegiatan pelatihan dan pendampingan oleh konsultan, upaya pelibatan aparat pemda terkait dalam setiap tahapan proses dan mekanisme program merupakan bagian penting dalam peningkatan kapasitas yang diharapkan.

(6) Strategi Anti Korupsi: Program P2DTK juga mengemban misi untuk

mengedepankan pemberantasan korupsi yang tercermin dengan pengelolaan kegiatan secara transparan, partisipasitif dan akuntabel dalam setiap tahapan program. Keseriusan program terhadap sikap anti korupsi ini terlihat dengan penyediaan tenaga konsultan procurement dan konsultan financial managemen di Kabupaten untuk mendampingi Satker, Panitia lelang dan TPK Kabupaten. Selain itu juga adanya papan informasi, kotak pos pengaduan, penerapan prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam seluruh tahapan proses , serta penerapan sanksi terhadap aparat, konsultan, dan pelaku masyarakat yang melakukan penyimpangan merupakan bagian dari sistem program untuk penanggulangan anti korupsi. (Pedum P2DTK)

Pengembangan Kapasitas di dalam P2DTK melibatkan unsur pemerintah dan masyarakat, bersumber dana dari dana DOK, dengan total peserta pelatihan mencapai 41.320 orang. Pengembangan kapasitas ini diutamakan pada kemampuan perencanaan partisipastif dan manajemen prngelolaan program.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -7

Guna memenuhi asas pendekatan P2DTK serta tujuan pelaksanaan P2DTK seperti terpapar di atas, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang melandasi proses implementasi P2DTK. Prinsip-porinsip tersebut yaitu3

(1) Desentralisasi, artinya memberikan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan Program P2DTK kepada Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kabupaten, sesuai dengan UU No.32 Th 2004 dan UU No.33 Th 2004.

:

(2) Partisipatif, artinya mendorong keterlibatan masyarakat secara luas dan aktif dalam proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pembangunan.

(3) Prioritas, artinya pengambilan keputusan mengutamakan kebutuhan masyarakat miskin dan membangun iklim perdamaian.

(4) Non diskriminatif, artinya pelaku dan penerima manfaat program tidak dibedakan baik dari segi suku, agama, ras, maupun golongan masyarakat tertentu.

(5) Terbuka, artinya informasi pengelolaan kegiatan dapat diakses dan diketahui oleh masyarakat luas dan semua pihak.

(6) Kearifan Lokal, artinya memperhatikan adat istiadat dan budaya yang hidup dalam masyarakat.

(7) Terpadu, artinya pengelolaan kegiatan dilakukan secara menyeluruh (holistik) dalam satu kesatuan sistem dengan kegiatan pembangunan lainnya.

2.5. Pelaku-Pelaku P2DTK

Program P2DTK salah satunya berlandaskan pada upaya memadukan antara buttom-up planning dan top-down planning dalam upaya mengembangkan kapasitas pemerintah daerah memfasilitasi peningkatan kesejahteraan dan mengurangi kesmiskinan masyarakat. Perpaduan kedua pendekatan perencanaan pembangunan tersebut membutuhkan sinergisitas kelembagaan (institusi) masyarakat dan pemerintah mulai dari level bawah (desa) sampai kepada tataran nasional. Pemerintah berperan sebagai penanggungjawab program. Sedangkan masyarakat berperan selain sebagai pelaku utama program juga sebagai penerima manfaat program. Pihak ketiga yang dibutuhkan, seperti misalnya konsultan, berperan sebagai pendamping teknis manajerial pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam program P2DTK. Gambaran struktur organisasi pelaku P2DTK dapat digambarkan dalam bagan berikut.

2.5.1. Pelaku P2DTK Tingkat Pusat, terdiri dari : (a) Satker P2DTK Pusat, sebagai penanggungjawab penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan secara Nasional; (b) Tim Koordinasi Tingkat Pusat, bertugas sebagai penanggungjawab pembinaan dan pengendalian program secara nasional; dan (c) Konsultan Manajemen Nasional (KM-Nas), adalah pihak ke-III yang bertindak sebagai pendamping teknis tingkat

3 Lihat “Pedoman Teknis Pelaksanaan P2DTK Umum”, cetakan 1, 2007.

P2DTK dilaksanakan tidak hanya oleh jajaran pemerintah saja, atau hanya oleh masyarakat saja. Proses pelaksanaan P2DTK dan para pelaku P2DTK merupakan sinergi perpaduan antara masyarakat dan pemerintah.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -8

nasional, bertugas memberikan input kebijakan dan konsep program, serta membantu pengendalian pelaksanaan program secara nasional. 2.5.2. Pelaku P2DTK Tingkat Provinsi, terdiri dari: Unsur pemerintah yaitu (a) Gubernur, berperan sebagai penanggung jawab pelaksanaan dan pembina program P2DTK tingkat Provinsi; (b) DPRD Provinsi, berperan memberikan dukungan kebijakan dan pendanaan demi kelancaran pelaksanaan dan keberlanjutan program; (c)Tim Koordinasi Provinsi, bertugas melakukan pembinaan, dukungan koordinasi, serta pengendalian program P2DTK tingkat Provinsi; dan pihak ke-III sebagai pendamping teknis tingkat provinsi yaitu (d) Konsultan Manajemen Provinsi (KM-Prov), bertugas memberikan bantuan teknis kepada Tim Koordinasi provinsi, memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada Konsultan Manajemen Kabupaten (KM-Kab). Selain KM. Prov ada lembaga-lembaga lain yang memberikan bantuan teknis di tingkat provinsi. Mereka antara lain: (i) Lembaga Primer MPHM, merupakan lembaga profesional yang bertugas melakukan kegiatan kajian dan penguatan hukum masyarakat, serta fasilitasi penanganan sengketa di lokasi program P2DTK. (ii) Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta (LPK-PSS), merupakan lembaga profesional yang bertugas melakukan kajian dan pendampingan kegiatan pengembangan sektor swasta di Provinsi. (iii) Lembaga Monitoring Independen (Provincial Based Monitoring), merupakan LSM yang bertugas melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi guna memberikan pandangan obyektif terhadap proses dan hasil kegiatan P2DTK. Juga terdapat lembaga pemantau lainnya dari unsur pers. 2.5.3. Pelaku P2DTK Tingkat Kabupaten, terdiri dari: Unsur pemerintah antara lain (a) Bupati, bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pembinaan program P2DTK di wilayah kerjanya; ( b) DPRD Kabupaten, berperan memberikan dukungan kebijakan untuk kelancaran pelaksanaan dan keberlanjutan kegiatan program P2DTK di Kabupaten; (c) Satuan Kerja (Satker) Kabupaten, berperan sebagai penanggung jawab operasional program, serta memfasilitasi pencairan dana P2DTK Kabupaten dari KPPN ke rekening program; dan pihak ke-III sebagai pendamping teknis tingkat kabupaten yaitu (d) Konsultan Manajemen Kabupaten (KM-Kab) yang bertugas memfasilitasi proses dan dukungan teknis pengelolaan program di kabupaten dan kecamatan sesuai dengan mekanisme dan prinsip-prinsip P2DTK. Sedangkan dari unsur pemerintah sebagai penerima manfaat khususnya dalam proses pengembangan kapasitas (capacity building) antara lain: (a) Unit Pengelola Kegiatan Dinas (UPKD) adalah Tim ad hoc program P2DTK yang beranggotakan dari unsur masyarakat dan dinas, dibentuk oleh masing-masing Kepala Dinas berdasarkan Surat Penetapan Bupati (SPB) dan Keputusan Forum Musyawarah Kabupaten, bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana sesuai SPPB-BLM Kabupaten; (b) Tim Koordinasi P2DTK Kabupaten, bertugas melakukan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -9

pembinaan, dukungan koordinasi, dan pengendalian program P2DTK tingkat Kabupaten. Bagan II.02. Struktur Organisasi P2DTK

Tenaga-tenaga ahli yang berperan sebagai pendamping teknis di tingkat kabupaten antara lain: (i) Konsultan Kabupaten Bidang Infrastruktur, bertugas memberikan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada dinas, UPKD, TPK serta UPK kecamatan dalam mengelola kegiatan insfrastruktur; (ii) Konsultan Kabupaten Bidang Pendidikan; bertugas memberikan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada dinas, UPKD, TPK kabupaten serta UPK kecamatan dalam mengelola kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan; (iii) Konsultan Kabupaten Bidang Kesehatan, bertugas memberikan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada dinas, UPKD, TPK kabupaten serta UPK kecamatan dalam mengelola kegiatan terkait bidang kesehatan; (iv) Koordinator PSS (Pengembangan Sektor Swasta) Kabupaten, bertugas memberikan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada dinas , TPK kabupaten serta UPK kecamatan dalam mengelola kegiatan pengembangan investasi usaha sektor swasta; (v)

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -10

Konsultan Kabupaten Bidang Financial-Management (keuangan), bertugas memberikan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada dinas, UPKD, TPK kabupaten serta UPK kecamatan dalam mengelola administrasi keuangan program;; (vi) Konsultan Pengadaan Kabupaten, bertugas memberikan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada Panitia Pengadaan dalam pelaksanaan proses pengadaan di Kabupaten sesuai ketentuan yang berlaku; (vii) Pengacara Masyarakat, bertugas mendukung Fasilitator Posko dalam memfasilitasi persoalan hukum yang dihadapi masyarakat di tingkat kabupaten; dan (vii) Jurnalis Kabupaten, membantu menyebarluaskan informasi mengenai program-progran P2DTK di tingkat kabupaten. Pelaku-pelaku dari unsur masyarakat yang berperan di tingkat kabupaten meliputi: (i) Dewan Kesehatan Kabupaten, berperan sebagai mediator antara masyarakat dengan Dinas Kesehatan atau penyedia layanan kesehatan serta memberikan pertimbangan perumusan kebijakan pelaksanaan kesehatan P2DTK; (ii) Dewan Pendidikan Kabupaten, berperan sebagai mediator dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan P2DTK di Kabupaten; (iii) Tim Kajian Teknis (TKT) Kabupaten, bertugas melakukan analisis teknis untuk merumuskan usulan kabupaten guna dibahas dalam Musyawarah Kabupaten Pendanaan; (iv) Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kabupaten, merupakan Tim yang dipilih dalam forum Musyawarah Kabupaten sebagai pengelola kegiatan pada tahap perencanaan dan pengendali kualitas teknis kegiatan yang dilaksanakan pihak III maupun swakelola pada setiap UPKD. TPK-Kab juga bertanggungjawab mengadministrasikan dana DOK Kabupaten; (v) Ketua Forum Musyawrah Pembangunan Kabupaten; (vi) Tim Desain dan RAB Kabupaten, bertugas merancang dan menyusun detail teknis dan keuangan usulan kegiatan berdasarkan hasil Musyawarah Kabupaten Perangkingan. 2.5.4. Pelaku P2DTK di Tingkat Kecamatan, terdiri dari : unsur pemerintah antara lain (a) Camat, berperan melakukan pembinaan kegiatan P2DTK di wilayahnya; (b) Pejabat Pembuat Komitmen (PP-K) Kecamatan merupakan organ Satker Kabupaten yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional program di tingkat Kecamatan, dan memfasilitasi proses pencairan dana P2DTK Kecamatan dari KPPN ke rekening program. Sementara itu pelaku dari unsur pemerintah namun juga sebagai penerima manfaat dalam pengembangan kapasitas antara lain (c) Tim Koordinasi P2DTK Kecamatan, bertugas melakukan pembinaan, dukungan koordinasi serta pengendalian program P2DTK tingkat Kecamatan; (d) Tim Kajian Teknis Kecamatan, bertugas melakukan kajian-kajian permasalahan dan kebutuhan masyarakat di tingkat kecamatan.

Pada tingkat kecamatan tersedia tenaga-tenaga pendamping teknis antara lain: (i) Fasilitator Kecamatan (FK), bertugas memberikan bantuan teknis dan pelatihan peningkatan kapasitas pelaku masyarakat dan aparat pemerintah di tingkat kecamatan dan desa. Di setiap Kecamatan lokasi program terdapat satu atau dua tenaga FK; (ii) Enumerator PSS, bertugas melaksanakan kegiatan pengumpulan data kondisi sektor swasta di tingkat

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -11

desa; (iii) Fasilitator Posko BHM, bertugas menghubungkan paralegal dan masyarakat dengan aktor atau lembaga lain yang dianggap mampu menyelesaikan masalah baik melalui mekanisme hukum formal maupun mekanisme informal. Pelaku-pelaku dari unsur masyarakat yang berperan di kecamatan. Pelaku-pelaku di tingkat kecamatan ini selain berperan sebagai mitra pelaksana P2DTK di tingkat lokal, bisa juga dikatakan sebagai penerima manfaat P2DTK dalam hal pengembangan kapasitas. Mereka ini antara lain: (i) Pendamping lokal (Penlok), merupakan kader pembangunan di tingkat Kecamatan yang bekerjasama dengan FK dalam memfasilitasi seluruh tahapan kegiatan P2DTK. Setiap Pendamping lokal mendampingi 5-7 desa. (ii) Tim Kajian Teknis Kecamatan, bertugas melakukan analisis terhadap potensi, permasalahan, dan gagasan desa guna menghasilkan usulan kegiatan antar-desa atau desa untuk dibahas baik dalam Musyawarah Kecamatan Perangkingan maupun disampaikan kepada tim kajian teknis Kabupaten. (iii) Badan Penyantun Puskesmas (BPP), berperan sebagai mediator antara masyarakat dengan pemberi layanan kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, serta sebagai anggota Tim Kajian Teknis Kecamatan untuk bidang kesehatan. (iv) Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan, berperan sebagai forum pengembangan pendidikan dasar di Kecamatan serta sebagai anggota Tim Kajian Teknis Kecamatan untuk bidang pendidikan. (v) Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan (UPK), merupakan Pengelola kegiatan P2DTK tingkat Kecamatan yang dibentuk oleh forum Musyawarah Kecamatan dan bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi dana P2DTK (BLM dan DOK) pada forum Musyawarah Kecamatan. (vi) Tim Desain dan RAB Kecamatan, bertugas merancang detail teknis dan menyusun RAB usulan kegiatan untuk dibahas dalam forum Musyawarah Kecamatan Pendanaan. (vii) Tim Pengamat, bertugas mengamati proses diskusi pada Musyawarah Kecamatan Perangkingan dan Pendanaan guna memastikan bahwa jalannya diskusi berlangsung secara partisipatif dan sesuai ketetuan P2DTK. 2.5.5. Pelaku P2DTK Tingkat Desa. Sebagian besar para pelaku di tingkat desa adalah unsur dari masyarakat, mereka antara lain : a. Kepala Desa, merupakan pembina atas kelancaran pelaksanaan program P2DTK di wilayahnya baik yang dilaksanakan oleh desa dan ataupun kerjasama antar desa. b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD), berperan sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan program P2DTK di tingkat desa maupun antar desa, serta mematikan tersalurnya aspirasi kebutuhan; (c) Fasilitator Desa (FD), bertugas memfasilitasi pengelolaan kegiatan P2DYK mulai dari sosialisasi sampai pelestarian kegiatan. (d) Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), bertugas mengelola pelaksanaan kegiatan yang didanai P2DTK sesuai kesepakatan musyawarah desa/antar desa/pemuda; (e) Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM), bertugas melakukan proses identifikasi masalah pelayanan kesehatan masyarakat. (f) Komite Sekolah, bertugas melakukan proses identifikasi masalah pelayanan pendidikan di sekolah, serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan; (g) Pelaku Usaha, berperan sebagai partisipan pengambilan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -12

keputusan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PSS dalam program P2DTK.

Ketua ataupun pengurus lainnya di tingkat TPK desa, TPK antar desa, TPK pemuda, UPK kecamatan, maupun TPK-Kab, dimungkinkan untuk dilakukan pergantian apabila yang bersangkutan dinilai tidak mampu atau lalai melaksanakan tugasnya atau mengundurkan diri. Pergantian ketua ataupun pengurus lainnya dilakukan melalui musyawarah di wilayah kerja masing-masing.

2.6. Tahap Implementasi

2.6.1. Mekanisme Sosialisasi Ada 2 pendekatan sosialisasi program P2DTK yang dilakukan, yaitu Sosialisasi Formal dan Sosialisasi Informal. Sosialisasi formal antara lain:

(1) Sosialisasi Tingkat Nasional: Peserta sasaran sosialisasi ini yaitu Tim

Koordinasi P2DTK Pusat, Departemen terkait, lembaga-lembaga lain termasuk jurnalis dan anggota DPR-RI. Sosialisasi ini dilaksanakan oleh Tim Koordinasi P2DTK Pusat yang didukung oleh sekretariat P2DTK Pusat dan KM-Nas. Isi sosialisasi antara lain: orientasi program, pola kerja pembinaan program, mekanisme koordinasi dan kesepakatan Rencana Kerja Tindak Lanjut program tingkat Nasional.

(2) Sosialisasi Tingkat Provinsi: Diselenggarakan oleh TK-P2DTK Provinsi yang didukung oleh KM-Prov. Isi antara lain orientasi program, pola kerja pencapaian tujuan program, mekanisme koordinasi, pembentukan Satker maupun pelaku lainnya baik di tingkat kabupaten maupun Kecamatan, dan penyusunan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL). Peserta sosialisasi terdiri dari TK-Prov, perwakilan pemerintah kabupaten, TK-Kab, Perguruan Tinggi, LSM, DPRD Provinsi, Pers, dan lain-lain.

(3) Sosialisasi Tingkat Kabupaten: Sosialisasi dilaksanakan oleh TK-P2DTK Kabupaten didukung oleh KM-Kab, yang isinya : orientasi program, mekanisme pelaksanaan kegiatan, rencana pembentukan pelaku program baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, menyepakati penggunaan DOK Kabupaten, dan menyepakati Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL). Peserta sosialisasi terdiri dari Wakil masyarakat dari seluruh kecamatan sasaran P2DTK , TK-P2DTK Kab, instansi terkait, DPRD Kabupaten, LSM Perguruan Tinggi, Camat, PP-K Kecamatan, dan lainlain.

(4) Sosialisasi Tingkat Kecamatan: Dilaksanakan di pada Forum Musyawarah Kecamatan yang diselenggarakan oleh PP-K Kecamatan dan Tim Koordinasi Kecamatan dengan dukungan fasilitasi oleh FK. Agenda sosialisasi meliputi penjelasan program, peran desa dalam program, pemilihan pelaku program, menyepakati rencana penggunaan DOK Kecamatan, serta kesepakatan jadwal pelaksanaan program. Pesertanya adalah wakil dari masing-masing desa, Tim

Sosialisasi P2DTK dilaksanakan dari tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa, dan Dusun dengan porsi substansi yang berbeda-beda sesuai peran sasaran sosialisasi di masing-masing level. Sosialisasi bertujuan agar berbagai pihak termasuk masyarakat paham tujuan, sasaran, mekanisme, dan pendanaan P2DTK

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -13

koordinasi kecamatan, PP-K Kecamatan, tokoh masyarakat, pemuda dan organisasi lokal lainnya di tingkat kecamatan.

Bagan II.03. Mekanisme Pengelolaan P2DTK

(5) Sosialisasi Tingkat Desa: Sosialisasi di tingkat desa dilakukan dengan

memanfaatkan forum musyawarah desa, diselenggarakan oleh aparat desa dengan didukung oleh PP-K Kecamatan dan Fasilitator Kecamatan. Agenda utama pada sosialisasi ini meliputi penjelasan program, sosialisasi hasil pertemuan kecamatan, peran desa dalam program, pemilihan pelaku-pelaku program, dan kesepakatan jadwal pelaksanaan program. Forum ini dihadiri oleh masyarakat desa yang mewakili seluruh unsur desa seperti kelompok pemuda, tani, dan perempuan serta Badan Permusyawaratan Desa.

(6) Sosialisasi Tingkat Dusun: Sosialisasi ini dilakukan dalam kegiatan pemetaan sosial dan identifikasi potensi, masalah, dan gagasan, yang difasilitasi oleh FD, TPKM, Wakil komite sekolah bersama-sama aparat desa dan pengurus BPD. Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, warga dusun dan anggota masyarakat lainnya.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -14

Selain sosialisasi formal dipaparkan di atas, juga dilakukan sosialisasi informal, di antaranya: (1) Kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat; (2) Jaringan informasi dengan tokoh informal dan lembaga masyarakat serta pemerintah; (3) Media cetak dan media elektronik; (4) Papan informasi. 2.6.2. Mekanisme Perencanaan Asas transparansi pembangunan menjadi salah satu prinsip yang diterapkan di dalam program P2DTK. Asas transparansi tersebut diteapkan bukan saja dalam ranah dari masyarakat untuk masyarakat, tetapi juga antara masyarakat dengan jajaran pemerintah maupun antar jajaran pemerintah di berbegai level perencanaan mulai tingkat desa sampai kabupaten. (1) Perencanaan Tingkat Desa dan Kecamatan

Forum-forum musyawarah masyarakat yang melibatkan unsure multipiha, menjadi media utama proses perencanaan di tingkat desa dan kecamatan. Terdapat tujuh forum musyawarah masyarakat perencanaan di level ini, yang gambaran prosesnya sebagai berikut.

Pertama: Musyawarah Dusun Hasil yang ingin dicapai pada tahapan ini meliputi: teridentifikasinya potensi, masalah dan gagasan peningkatan kesejahteran masyarakat. Peserta musyawarah perencanaan ini adalah berbagai unsur masyarakat termasuk perempuan. Khusus untuk lokasi tertentu melibatkan enumerator LPK-PSS.

Kedua : Musyawarah Desa Penetapan Kebutuhan Kegiatan ini dilakukan pada tingkat desa dengan menghadirkan seluruh wakil dusun/kelompok serta wakil perempuan, lembaga-lembaga lokal, aparat desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Hasil yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah daftar masalah, potensi dan gagasan desa yang akan diajukan ke Tim Kajian Teknis Kecamatan. Ketiga : Kajian Teknis Kecamatan Kebutuhan masyarakat hasil Musyawarah Desa tersebut selanjutnya dikaji dianalisis oleh Tim Kajian Teknis Kecamatan untuk merumuskan usulan kegiatan. Terdapat 8 (delapan) langkah kajian teknis agar masalah yang sudah disepakati dari desa maupun antar desa, bisa menjadi usulan kegiatan yang siap dibahas di tingkat kecamatan. Langkah atau tahapan tersebut yaitu:

a. Pengumpulan data: Data yang dikumpulkan adalah masalah,

potensi dan gagasan yang berasal dari hasil musyawarah penetapan kebutuhan seluruh desa .

b. Penentuan kategori masalah level penanganan: Tidak semua usulan masalah dari desa maupun antar desa dengan sendirinya bisa didanai oleh P2DTK. Kumpulan masalah tersebut dianalisa ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu kategori yang tidak dapat di kerjakan

Kajian Teknis (di tingkat kecamatan maupun kabupaten), merupakan salah satu instrumen yang terpenting dari mekanisme perencanaan P2DTK. Sinkronisasi kebutuhan desa dan antar desa dengan kebijakan pembangunan dan anggaran pemerintah, diawali dari proses Kajian Teknis ini.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -15

oleh masyarakat sendiri dan kategori yang dapat ditangani atau dipecahkan oleh masyarakat di tingkat kecamatan. Kelompok masalah kategori pertama akan diserahkan kepada Tim Kajian Teknis Kabupaten untuk proses perencanaan di tingkat Kabupaten.

c. Pembuatan Rancangan Usulan Kegiatan: Rancangan kegiatan dibuat secara terpisah per-bidang dengan mempertimbangkan kebijakan teknis program P2DTK dan kebijakan Pemda. Selain mempertimbangkan pendekatan lokalitas (desa), rancangan ini juga hendak melihat kebutuhan cluster (antar desa). Jika sebuah usulan misalnya di bidang pendidikan hanya dilakukan di desa tertentu maka disebut Rancangan Usulan Desa Bidang Pendidikan, dan bila sebuah usulan kegiatan bidang pendidikan akan dilakukan di dua desa atau lebih, maka disebut Rancangan Usulan Antar Desa Bidang Pendidikan.

d. Konfirmasi dan Konsultasi: Forum dengan melibatkan masyarakat ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat guna menyempurnakan rancangan usulan kegiatan dari setiap bidang, memastikan relevansinya dengan kondisi masyarakat saat itu. Proses ini dilakukan melalui pertemuan di tingkat desa (Musyawarah Desa) maupun Antar Desa (Musyawarah Antar Desa Terkait) serta peninjauan ke lokasi calon kegiatan.

e. Perumusan Usulan: Hasil dari konfirmasi dan konsultasi kemudian dibahas secara bersama oleh seluruh anggota Tim Kajian Teknis (seluruh bidang) untuk perumusan akhir usulan di tingkat kecamatan. Proses perumusan usulan tidak dimaksudkan untuk kompetisi antar bidang kegiatan tetapi dimaksudkan untuk menyempurnakan usulan, efisiensi teknis, maupun sinergi antar bidang kegiatan.

f. Verifikasi Usulan: Proses verifikasi dilakukan oleh KM-Kab, dimaksudkan untuk memastikan proses perumusan usulan kegiatan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan, sesuai dengan kaidah-kaidah teknis, tidak terjadi tumpang tindih pembiayaan, serta sesuai dengan ketentuan lain yang dipersyaratkan.

g. Pembuatan Rekomendasi dan Berita Acara Kajian Teknis: Rekomendasi usulan kegiatan dibuat untuk setiap usulan yang memuat catatan-catatan penting baik secara teknis maupun nonteknis. Rekomendasi ini digunakan sebagai acuan utama bagi masyarakat / perwakilan desa untuk menentukan urutan prioritas usulan pada saat pembahasan usulan dalam musyawarah kecamatan perangkingan. Catatan-catatan tersebut minimal memuat tentang: manfaat kegiatan, jumlah penerima manfaat (masyarakat miskin), kemendesakan, dan peluang keberlanjutan.

h. Umpan balik hasil kajian teknis: Forum ini dilakukan di seluruh desa, dimaksudkan untuk menginformasikan hasil akhir kajian teknis kepada perwakilan desa sehingga cukup paham tentang usulan kegiatan tersebut sebelum mengikuti pertemuan Musyawarah Kecamatan Perangkingan.

Keempat : Musyawarah Kecamatan Perangkingan, diselenggarakan oleh Pengurus Forum Musyawarah Kecamatan. Dalam musyawarah ini

Kegiatan-kegiatan P2DTK tidak hanya bersifat lokalitas (internal desa), tetapi juga mempertimbangkan kegiatan antar desa (cluster). Kegiatan yang bisa ditangani oleh masyarakat pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat. Sementara kegiatan antar desa dikelola di tingkat kabupaten

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -16

yang berhak menentukan prioritas usulan kegiatan hanya wakil desa yang berjumlah 6 orang dari setiap desa, terdiri dari: Kades, BPD, 4 orang tokoh masyarakat yang dipilih melalui Musyawarah Desa. Minimal 3 orang dari 6 orang wakil desa tersebut adalah perempuan. Hasil Musyawarah ini berupa daftar urutan prioritas kegiatan Kecamatan. Bagan II.04. Alur Proses Kajian Teknis Kecamatan

PENGUMPULAN/KOMPILASI DATA DARI SELURUH DESA

PENENTUANLEVEL

PENANGANAN

KAJIANTEKNIS

KABUPATEN

PENYUSUANRANCANGAN KEGIATAN

(Setiap Bidang Kegiatan)

Rumusan akhir :1. Usulan Desa2. Usulan Antar

Verifikasi KM-Kab

PENYUSUNANREKOMENDASI

MUSYAWARAH KECAMATAN(Perangkingan)

MUSYAWARAHMUSYAWARAH

DESA (Perancangan)MUSYAWARAH

DESA (Perancangan)

Konsultasi/Konfirmasi(Musyawarah Desa)

Konsultasi/Konfirmasi(Musyawarah Desa)

Konsultasi/Konfirmasi(Musyawarah Desa)

Kelima : Pembuatan Desain dan RAB. Kegiatan prioritas yang telah ditetapkan selanjutnya dilengkapi dengan desain teknis dan rencana anggaran biaya. Pembuatan desain dan RAB mengacu pada ketentuan yang berlaku, diawali dengan kegiatan survey lapangan/lokasi dan diverifikasi oleh KM-Kab sebelum dibahas dan ditetapkan dalam Musyawarah Kecamatan Pendanaan. Keenam : Musyawarah Kecamatan Pendanaan (Penetapan alokasi dana Kegiatan), diselenggarakan oleh Pengurus Forum Musyawarah Kecamatan yang dihadiri oleh wakil-wakil desa dan Pemuda. Hasil Musyawarah berupa usulan kegiatan yang didanai termasuk kegiatan Pemuda, serta penentuan wilayah kerja TPK sesuai karakteristik usulan yang terdanai. Dalam musyawarah ini yang berhak menentukan alokasi dana kegiatan hanya wakil desa yang berjumlah 6 orang dari setiap desa, terdiri dari: Kades, BPD, 4 orang tokoh masyarakat yang dipilih melalui

Forum-Forum Musyawarah Masyarakat, baik dalam tahap sosialisasi, perencanaan, dan pertanggungjawa-ban-penyelesaian kegiatan, merupakan media “partisipasi” dan “kontrol” masyarakat (laki-laki dan perempuan) terhadap proses pembangunan di dalam P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -17

Musyawarah desa. Minimal 3 orang dari 6 orang wakil desa tersebut adalah perempuan. Hasil Keputusan berupa usulan kegiatan yang terdanai selanjutnya ditetapkan oleh Camat dengan menerbitkan Surat Penetapan Camat (SPC) tentang alokasi dana kegiatan P2DTK Kecamatan.

Ketujuh : Sosialisasi Hasil Musyawarah Kecamatan Pendanaan Hasil keputusan Musyawarah Kecamatan Pendanaan berupa kegiatan-kegiatan yang didanai maupun yang tidak didanai, kemudian disosialisasikan kepada masyarakat secara luas pada forum musyawarah di desa /antar desa/pemuda. Tahap ini sekaligus merupakan tahap persiapan pelaksanaan kegiatan P2DTK Kecamatan khususnya untuk usulan kegiatan yang terdanai BLM-Kecamatan.

(2) Perencanaan Tingkat Kabupaten Perencanaan P2DTK tingkat kabupaten dilaksanakan setelah Sosialisasi Kabupaten dan Kajian Teknis Kecamatan. Ada empat tahapan Perencanaan kabupaten yaitu sebagai berikut: Pertama : Kajian Teknis Kabupaten. Kajian Teknis di tingkat Kabupaten adalah kegiatan analisis teknis terhadap permasalahan dan gagasan masyarakat dan atau dinas tentang kegiatan yang dibutuhkan untuk dapat dirumuskan menjadi usulan prioritas kabupaten. Keluaran kajian teknis kabupaten adalah daftar masalah dan kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang harus ditangani segera, dan daftar prioritas usulan kegiatan kabupaten sebagai dasar untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan didanai P2DTK Kabupaten. Kajian Teknis Kabupaten dilakukan melalui 4 (empat) tahap, yaitu: a. Pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah gagasan, potensi,

masalah yang berasal dari hasil analisis Tim Kajian Teknis Kecamatan, hasil Musyawarah Kecamatan non-P2DTK, hasil perencanaan dinas/lembaga/instansi terkait di tingkat Kabupaten.

b. Analisis data. Kegiatan analisis dimulai dengan menentukan rancangan prioritas per bidang kegiatan program dengan mempertimbangkan kebijakan program P2DTK. Jika memungkinkan, dilakukan rancangan prioritas antar bidang kegiatan dengan mempertimbangkan rencana strategis pembangunan daerah. Hasil akhir kegiatan analisis berupa rancangan prioritas per bidang kegiatan kabupaten yang memuat uraian tentang jenis kegiatan, tujuan, sasaran, manfaat, dampak yang diinginkan, spesifikasi teknis kegiatan dan persyaratan yang diperlukan untuk masingmasing kegiatan

c. Konfirmasi/konsultasi dengan masyarakat. Proses ini bertujuan untuk memastikan proses dan ketepatan rancangan kegiatan serta menerima masukan pelaksanaan kegiatan dari masyarakat, dilakukan pada pertemuan tingkat kecamatan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -18

d. Perumusan usulan. Hasil perumusan usulan berupa daftar prioritas usulan kegiatan kabupaten yang disusun dalam bentuk proposal melalui rapat TKT Kabupaten antar bidang kegiatan. Agar hasil Tim Kajian dapat cukup memberikan pertimbangan bagi forum Musyawarah Kabupaten dalam menentukan prioritas pendanaan maka di dalam proposal usulan kegiatan tersebut diwajibkan memuat informasi sebagai berikut: manfaat, jumlah penerima manfaat bagi masyarakat miskin, mendesak untuk dilaksanakan, dan keberlanjutan kegiatan.

Bagan II.05. Alur Proses Kajian Teknis Kabupaten

Konfirmasi/Konsultasi Ke masyarakat(Musyawarah Kecamatan)

Kajian Teknis Usulan kabupaten(gabungan semua bidang kegiatan)

Usulan kabupaten/paketKegiatan :- Stategis- Jangka Menengah- jangka Panjang

Musyawarah kabupatenPerangkingan

Musyawarah kabupatenPendanaan

Desain & RAB(berdasarkan

Urutan prioritas)

AnalisisBidang

Kesehatan

AnalisisBidang

Pendidikan

AnalisisBidang

Infrastruktur

AnalisisBidangLainnya

RancanganKegiatan

RancanganKegiatan

RancanganKegiatan

RancanganKegiatan

Kategori A(Hasil Kajian Teknis Kecamatan)

PengembanganSektor Swasta

Program lain(Mis PPK)

KOMPILASI DATA

Feed back(Sosialisasi hasil akhir)

Kedua: Musyawarah Kabupaten Perangkingan. Musyawarah ini dihadiri oleh wakil-wakil Kecamatan, instansi terkait tingkat Kabupaten, LSM lokal, Perguruan Tinggi, wakil-wakil MSS. Hasil musyawarah berupa penetapan urutan prioritas usulan Kabupaten. Pengambilan keputusan urutan prioritas usulan kabupaten hanya boleh dilakukan oleh wakil-wakil kecamatan yang terdiri dari Ketua Forum, Wakil BPD dan 2 orang masyarakat (dipilih melalui Musyawarah Kecamatan), dimana minimal 1 orang dari 4 orang wakil kecamatan adalah perempuan. Kriteria yang dipakai untuk menentukan skala prioritas usulan kabupaten meliputi aspek manfaat, jumlah penerima manfaat khususnya orang miskin, mendesak, dan keberlanjutan kegiatan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -19

Ketiga : Pembuatan Desain dan RAB. Prioritas kegiatan kabupaten dilengkapi dengan pembuatan desain dan RAB oleh Tim Desain Kabupaten berdasarkan survey lapangan. Desain dan RAB selanjutnya diverifikasi oleh KM-Kab untuk disempurnakan oleh Tim Desain dan RAB.

Keempat: Musyawarah Kabupaten Pendanaan (Penetapan Alokasi Dana Kegiatan). Musyawarah ini dihadiri oleh wakil-wakil Kecamatan, instansi terkait tingkat Kabupaten, LSM lokal, Perguruan Tinggi, wakil-wakil MSS. Pengambilan keputusan penetapan alokasi dana kegiatan kabupaten dilakukan oleh wakil-wakil kecamatan yang berjumlah 4 orang per kecamatan (Ketua Forum Kecamatan, Wakil BPD dan 2 orang masyarakat yang dipilih dalam Musyawarah Kecamatan). Hasil musyawarah ini kemudian disahkan dalam Surat PenetapanBupati (SPB). Hasil musyawarah pendanaan harus disebarluaskan kepada masyarakat diseluruh kecamatan.

2.6.3. Mekanisme Pelaksanaan Pelaksanaan P2DTK di tingkat Kecamatan pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat sendiri (swakelola), sedangkan pelaksanaan kegiatan P2DTK di tingkat Kabupaten dilakukan oleh pihak ketiga dan swakelola di bawah koordinasi UPKD masing-masing sesuai keputusan forum kabupaten.

(1) Pelaksanaan Kegiatan P2DTK Kecamatan

a. Persiapan Pelaksanaan. Setelah musyawarah Kecamatan

pendanaan selesai kemudian segera dilakukan pertemuan-pertemuan awal di tingkat Kecamatan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan di tingkat desa maupun antar desa.

b. Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Awal. Rapat ini difasilitasi oleh PP-Komitmen Kecamatan dan Tim Koordinasi P2DTK Kecamatan yang dibantu oleh FK dengan dihadiri oleh pengurus UPK Kecamatan, seluruh TPK (ketua atau yang mewakili), dan seluruh sub dinas teknis terkait Kecamatan. Rapat ini bertujuan membahas mekanisme pencairan dana dan pelaksanaan kegiatan, penyiapan berkas-berkas pencairan dana, koordinasi kegiatan, serta ketentuan-ketentuan pelaksanaan lain.

c. Rapat Pra-Pelaksanaan TPK. Setelah mengikuti persiapan awal di tingkat Kecamatan, maka seluruh TPK yang usulannya terdanai secepatnya mengadakan rapat pra-pelaksanaan di wilayah kerja masing-masing. Rapat ini bertujuan untuk menyusun rencana pelaksanaan, menyusun kebutuhan pendanaan, menyusun rencana perekrutan tenaga dan melengkapi kepengurusan TPK.

d. Pengadaan Bahan, Alat, Tenaga Kerja. Di dalam melaksanakan kegiatan, pertama-tama yang harus dilakukan oleh setiap TPK adalah mengumumkan secara terbuka tentang rencana pelaksanaan kegiatan, adanya kebutuhan bahan, alat, tenaga kerja serta upah,

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -20

hari kerja yang dibutuhkan, dan kemungkinan adanya sub-kegiatan atau material tertentu yang disediakan oleh pihak ketiga (misalnya pengadaan pipa dan lain sebagainya). Informasi tersebut harus bisa diakses oleh masyarakat sehingga setiap warga masyarakat tahu rencana pelaksanaan kegiatan tersebut. Proses pengadaan bahan, alat, tenaga kerja pada prinsipnya dilakukan secara terbuka, partisipatif, dan mengutamakan sumber daya lokal.

e. Pencairan Dana. Pada prinsipnya pencairan dana bantuan P2DTK dari KPPN ke Kecamatan mengikuti proses dan prosedur yang sudah ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Dana tersebut dicairkan secara bertahap (40, 40, 20 %) dari KPPN melalui Bank Operasional ke Rekening Kolektif Kecamatan pada Rekening Kolektif P2DTK Kecamatan dengan nama RKB-P2DTK Kecamatan. Rekening ini dibuka secara bersama-sama oleh Ketua UPK, Ketua TPK dan FK. Proses pencairan dana dari KPPN ke RK-P2DTK kecamatan dilakukan dengan Surat Perintah Membayar (SPM) dari Satker Kabupaten atas dasar pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari PP-K Kecamatan. Sedangkan penyaluran dana dari RKB-P2DTK Kecamatan kepada TPK dilakukan sesuai kebutuhan dan perkembangan/ kemajuan kegiatan atas dasar pengajuan Surat Permintaan Pembayaran Pekerjaan (SP3) kepada UPK.

(2) Pelaksanaan Kegiatan P2DTK Kabupaten

Kegiatan P2DTK Kabupaten dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

a. Persiapan Pelaksanaan. Persiapan ini bertujuan melengkapi

susunan pengurus Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kabupaten yang berperan sebagai pengendali kualitas teknis terhadap pelaksanaan kegiatan UPKD. Selain itu juga mempersiapkan pembentukan panitia pengadaan, persiapan proses pengadaan pihak ketiga (penyedia barang dan jasa) serta membahas hal-hal penting terkait dengan mekanisme kerja dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Pengadaan Penyedia Barang dan Jasa. Pada prinsipnya pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh pihak III, namun dalam pekerjaan tertentu dapat dilakukan secara swakelola UPKD. Keputusan memilih pihak ke-III maupun swakelola dilakukan pada Forum Musyawarah Kabupaten. Proses penetapan penyedia barang dan jasa dilakukan oleh Panitia Pengadaan Kabupaten di setiap UPKD dengan didampingi oleh Konsultan Pengadaan. Proses tersebut harus mengedepankan transparansi, dan akuntabilitas dengan mengacu pada ketentuan pengadaan P2DTK.

c. Rapat Persiapan Teknis. Setelah ditetapkan penyedia barang dan jasa, maka KM-Kab bersama PP-K Kabupaten dan TPK-Kab segera mengadakan rapat persiapan teknis dengan UPKD pengelola dana

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -21

BLM-Kab. Tujuan rapat ini untuk merumuskan rencana kerja tindak lanjut serta hal-hal lain terkait dengan persiapan pelaksanaan kegiatan di lapangan dari setiap UPKD yang ditetapkan oleh forum sebagai pengelola dana BLM-Kab.

d. Pencairan Dana. Pencairan dana bantuan P2DTK mengikuti proses dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Program P2DTK. Dana BLM-Kab dicairkan dari KPPN atas dasar SPM yang dikeluarkan Satker Kabupaten sesuai SPPB secara bertahap (4 tahap: 30%, 30%,30%,10%) langsung ke rekening masing-masing UPKD yang dibuka pada bank pemerintah setempat. Pengajuan dana program ke Satker Kabupaten melalui rekomendasi TPK Kabupaten dan sepengetahuan KM-Kab. Pengajuan dana tersebut bisa dilaksanakan setelah tahap sertifikasi selesai dilakukan oleh para pelakuprogram.

2.6.4. Mekanisme Pertanggungjawaban Kegiatan dan Pelaporan

Pelaksanaan Tugas

(1) Pertanggungjawaban Kegiatan Tingkat Kecamatan Berikut ini adalah tahapan dan prosedur pertanggungjawaban kegiatan P2DTK di tingkat Kecamatan.

a. Pertanggungjawaban TPK. TPK wajib menyampaikan Laporan

Pertanggung-jawaban Dana (LPD) secara tertulis kepada masyarakat melalui forum musyawarah di wilayah kerja masing-masing. Untuk TPK desa dilakukan melalui musyawarah desa, TPK antar-desa melalui musyawarah antar desa, dan TPK pemuda melalui musyawarah pemuda. Pertanggungjawaban dilaksanakan pada saat TPK menyelesaikan Laporan Penggunaan Dana (LPD) tahap sebelumnya, untuk penarikan dana tahap berikutnya. Apabila laporan pertanggungjawaban TPK tidak diterima oleh forum musyawarah, maka penarikan dana tahap berikutnya ditunda sampai pertanggungjawaban tersebut dapat diterima oleh Forum.

b. Pertanggungjawaban UPK. UPK wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pengelolaan kegiatan (termasuk rekapitulasi kegiatan TPK) secara tertulis kepada masyarakat melalui musyawarah Kecamatan. Laporan pertanggungjawaban UPK menjadi acuan untuk pengajuan pencairan dana dari KPPN ke rekening Kolektif.

c. Sertifikasi. Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan maupun bahan berdasarkan spesifikasi teknis oleh FK untuk mendorong peningkatan kualitas pekerjaan atau kegiatan. Dengan ini dimaksudkan agar fokus TPK dialihkan dari “mengejar target fisik” menjadi “mengejar target kualitas”. Penggunaan langkah sertifikasi tidak dimaksudkan untuk memperlambat pembayaran kepada TPK. FK dapat menyetujui pembayaran tanpa dinilai apabila TPK telah terbukti mampu mengerjakan tugas serupa. Sebaliknya, jika

Asas akuntabilitas dan transparansi pembangunan di P2DTK, salah satunya didorong melalui berbagai bentuk Musyawarah Pertanggungjawaban Kegiatan, dimana masyarakat bisa berpartisipasi menilai proses pembangunan yang sudah dilakukan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -22

bagian yang diusulkan TPK sering tidak sesuai persyaratan, maka langkah ini tidak boleh ditinggalkan.Hasil sertifikasi ditempel pada papan informasi agar seluruh masyarakat mengetahui hasil penilaian dan hasil kegiatan.

d. Dokumentasi Kegiatan. Dokumentasi dalam bentuk foto untuk seluruh kegiatan P2DTK menjadi tanggungjawab Fasilitator Kecamatan, meskipun demikian untuk kepentingan arsip maka setiap TPK perlu membuat foto-foto dokumentasi.

e. Penyelesaian Kegiatan. Penyelesaian kegiatan merupakan bagian dari pertanggungjawaban TPK. Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan pada proses ini : (a) Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), (b) Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKdB); (c) Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K). Serah Terima Pekerjaan dilaksanakan dalam Forum Musyawarah Desa /antar desa Serah Terima.

f. Serah Terima Pekerjaan. Musyawarah ini merupakan forum pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana oleh TPK kepada masyarakat setelah pekerjaan/kegiatan diselesaikan (desa atau antar-desa sesuai dengan wilayah kerja TPK). PP-K Kecamatan bersama FK/FD memfasilitasi TPK untuk mengadakan pertemuan atau musyawarah dengan menghadirkan sebanyak mungkin masyarakat untuk penyampaian pertanggungjawaban akhir pelaksanaan kegiatan. SP3K disahkan setelah masyarakat menerima hasil pekerjaan/kegiatan dalam musyawarah serah terima.

g. Pembuatan Dokumen Penyelesaian. Dokumen-dokueman Penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang : SP3K, LP2K, RKdB dan lampiran pendukungnya. Dokumen tersebut harus diselesaikan oleh TPK bersama FD dan FK untuk didistribusikan oleh PP-K Kecamatan selambat-lambatnya satu bulan sejak ditandatanganinya LP2K. Jika sampai batas waktu tersebut dokumen penyelesaian belum bisa dituntaskan maka Ketua TPK, FK dan PP-K Kecamatan membuat berita acara keterlambatan dan kesanggupan penyelesaiannya untuk disampaikan kepada TK-P2DTK Kab dan KM-Kab.

h. Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (untuk kondisi khusus). Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata kegiatan belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka ketua TPK dan FK dengan diketahui oleh Kepala desa membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K, dilengkapi dengan lampiran yang sama dengan LP2K. Jika sudah dibuat BASPK maka tidak perlu lagi membuat LP2K, namun SP3K tetap harus dibuat setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan (100 persen) sebagai bukti selesainya pekerjaan. Jika pada saat diterbitkan BASPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN maka sisa dana tersebut harus dikembalikan ke kas Negara.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -23

(2) Pertanggungjawaban Kegiatan Tingkat Kabupaten

a. Pertanggungjawaban UPKD. Untuk mewujudkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, UPKD yang ditetapkan oleh forum M-Kab (Musyawarah Kabupaten) pendanaan sebagai pengelola dana BLM-Kab wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan secara berkala di forum M-Kab Pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban ini sebagai dasar bagi UPKD untuk pengajuan Surat Permintaan Pembayaran kepada Satker Kabupaten untuk pencairan dana tahap berikutnya. Apabila laporan pertanggungjawaban UPKD tidak diterima oleh forum M-Kab Pertanggungjawaban maka pencairan dana tahap berikutnya tidak bisa dilakukan.

b. Sertifikasi. Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis oleh KM-Kab dan TPK-Kab untuk mendorong peningkatan kualitas pekerjaan atau kegiatan. Dengan dilakukan sertifikasi, diharapkan fokus pemikiran dari “mengejar target fisik” menjadi “mengejar target kualitas”. Jika pekerjaan yang dinilai oleh TPK dan KM-Kab kurang baik harus diperbaiki dulu. Kemajuan pekerjaan dilaporkanberdasarkan pekerjaan yang sudah selesai dan dinilai layak untuk dibayar. Penggunaan langkah sertifikasi ini tidak dimaksudkan untuk memperlambat pembayaran kepada penyedia barang dan jasa (pihak ketiga). Hasil sertifikasi harus diinformasikan kepada publik.

c. Penyelesaian Kegiatan. UPKD selaku pengelola dana BLM-Kab bertanggungjawab kepada forum M-Kab Pertanggungjawaban / Serah Terima dan Satker Kabupaten atas penyelesaian setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak III maupun yang dilakukan secara swakelola. Penyelesaian kegiatan ditempuh dengan prosedur:

(i) Serah Terima Pekerjaan. Setelah pekerjaan dinyatakan

selesai dan pertangggungjawaban telah diterima, maka diselenggarakan Serah Terima Hasil Pekerjaan dibawah pengelolaan dinas dan mitra kerjanya untuk disampaikan pada forum M-Kab Serah Terima. Musyawarah ini bertujuan memastikan bahwa seluruh hasil pekerjaan sudah sesuai dengan Hasil Keputusan M-Kab-Pendanaan dan dapat diterima oleh forum M-Kab Serah Terima. M-Kab Serah Terima dihadiri oleh UPKD dan wakil-wakil dari kecamatan.

(ii) Pembuatan Dokumen Penyelesaian. Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K), Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), rincian realisasi penggunaan biaya dan lampiran pendukung lainnya. Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh setiap UPKD untuk didistribusikan oleh Satker Kab selambat-lambatnya satu bulan sejak tanggal ditandatanganinya LP2K.

Sertifikasi dilaksanakan untuk menjamin bahwa sub-sub proyek P2DTK memenuhi standard kualitas yang sudah ditetapkan pemerintah. Seluruh sub-proyek P2DTK sejumlah 10.421 telah disertifikasi.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -24

(iii) Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (pada Kondisi Khusus). Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata pelaksanaan pekerjaan belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka UPKD dengan diketahui oleh Satker Kab membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K. BASPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai pada saat itu. Lampiran BASPK sama dengan LP2K, yaitu realisasi kegiatan dan biaya maupun gambar-gambar kegiatan. Jika pada saat BASPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik kembali dan harus dikembalikan ke kas negara.

(iv) Revisi Kegiatan. Apabila dalam pelaksanaan diperlukan perubahan atau revisi, maka bisa dilakukan selama tidak menambah besarnya dana bantuan. Untuk kegiatan P2DTK Kecamatan, revisi dibuat oleh TPK desa/pemuda dan disetujui oleh PP-Komitmen Kecamatan dan FK. Untuk kegiatan P2DTK Kabupaten, revisi dibuat oleh UPKD dan disetujui oleh KM-Kab dan Satker Kab. Ketentuan dari revisi P2DTK antara lain : (a) Jumlah alokasi dana per-usulan tidak bisa dirubah, meskipun terdapat revisi kegiatan; (b) Tidak boleh memindahkan lokasi kegiatan; (c) Perubahan sampai batas 10 persen dari volume atau dana kegiatan yang bersangkutan, (d) Untuk P2DTK kecamatan : Ditetapkan melalui musyawarah pada wilayah kerja TPK; (e) Untuk P2DTK kabupaten : Atas persetujuan KM-Kab dan Satker; (f) Perubahan di atas 10 persen sampai dengan 20 persen dari volume atau dana kegiatan bersangkutan, ditetapkan melalui musyawarah Kecamatan untuk P2DTK Kecamatan, dan ditetapkan melalui musyawarah Kabupaten untuk P2DTK Kabupaten; (g) Perubahan diatas 20 persen dari volume atau dana kegiatan bersangkutan dapat mengakibatkan pembatalan kegiatan.

2.7. Konsultan Manajemen Nasional

2.7.1. Peran dan Tugas KM-Nas

KM. Nas (Konsultan Manajemen Nasional) atau sering disebut dengan istilah lain National Management Consultant (NMC), adalah Pihak ke-III yang ditunjuk menjadi salah satu pelaku P2DTK di tingkat Pusat, yang secara umum berperan sebagai pendamping teknis pelaksanaan P2DTK secara nasional.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -25

Bagan II.06. Struktur Keorganisasian KM. Nas (per Desember 2011)

Gamar Ariyanto, S.Sos, M.Si

DTL - I DTL - II

Spesialis Gender

Spesialis Pelatihan

Spesialis Kelembagaan

Spesialis Monev

Spesialis H C U

Spesialis M I S

Spesialis Disbursement

& Payroll

Spesialis Finansial

Management

Spesialis Komunikasi

Spesialis Infrastuktur

Spesialis Kesehatan

Spesialis Pendidikan

Spesialis Pengembangan Sektor Swasta

Team Leader

Eko Pranoto Ade Wahid

tbn Bina MuhammadTaufiq

EmilianusElip

SiprianusFoudubun

UjangHeryana Djunaedy Gustava Ki

Irfanangun Alaudin DwijoDarmono Sahrun Nazil Ismail Dadang

Jr. SpesialisMonev

MakmurSumarsono

Jr. Spesialis M I S

DavidStevanus

Pengurus Utamaan

Pengendalian

Spesialis Bidang

Secara lebih terperinci Buku Pedoman Teknis Pelaksanaan (PTP) P2DTK, pada bagian Tugas dan Tanggungjawab Pelaku, memerinci tugas-tugas KM-Nas adalah sebagai berikut: (1) Memantau dan memfasilitasi pelaksanaan P2DTK mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan P2DTK; (2) Mengembangkan manual dan penjelasan teknis untuk meningkatkan strategi implementasi program; (3) Menyiapkan rancangan, bahan, materi, pelaksanaan Training of Trainer (ToT) dan pelaksanaan pelatihan kepada konsultan P2DTK dan pelaku-pelaku P2DTK lainnya; (4) Menyiapkan pelaksanaan penyebarluasan informasi melalui seminar dan/atau workshop; (5) Melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan P2DTK di lapangan dalam rangka memberikan dukungan mulai kecamatan sampai provinsi dalam aspek teknis dan manajemen serta memberikan panduan strategi pelatihan; (6) memberikan dukungan dan strategi penanganan pengaduan baik itu keluhan atau permasalahan yang berdampak luas pada masyarakat, serta tindak lanjut penanganannya; (7) Melakukan evaluasi program mencakup, pencapaian tujuan dan sasaran program, pencapaian sasaran fisik, sosial ekonomi yang dapat dijakngkau; (8) Menyusun dan menyampaikan sesuai standar yang sudah disepakati, laporan bulanan yang dokonsolidasikan dari laporan konsultan dan kegiatan supervisi, termasuk temuan-temuan dari pemantauan dan kegiatan supervisi; (9) Membantu dan memberikan masukan secara profesional, menyangkut teknis dan manajemen, dari mulai perencanaa, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporannya, sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan oleh Satker

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -26

P2DTK Pusatmaupun TK-P2DTK Nasional; (10) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan TK-P2DTK di tingkat provinsi maupun kabupaten; (11) Melakukan seleksi dan rekrutment serta mengusulkan penempatan sesuai dengan karakteristik dan latar belakang konsultan pendamping; dan (12) Melakukan evaluasi kinerja terhadap seluruh konsultan pendamping dalam rangka peningkatan kualitas konsultan. 2.7.2. Organisasi KM. Nas.

Organisasi KM. Nas (NMC), terdiri dari: seorang Team Leader, dibantu oleh 2 orang Deputi Team Leader. Disamping TL dan kedua DTL, KM.Nas didukung oleh ke-17 Tenaga Ahli (TA) dengan spesifikasi keahlian yang berbeda-beda, yang secara bersama-sama bersinergi melaksanakan tugas “Capacity Building” Pemerintah Daerah. Ke-17 tenaga ahli KM. Nas mencakup: (1) Pelatihan Partisipatif; (2) Kelembagaan; (3) Gender; (4) Pendidikan; (5) Kesehatan; (6) Infrastruktur; (7) MIS; (8) Monev; (9) Pengembangan Sektor Swasta (PSS); (10) Komunikasi; (11) Disbursement & Payroll; (12) HCU (Penanganan Pengaduan); (13) Financial Management yang bertanggung jawab kegiatan pengelolaan keuangan pasca pencairan. Tim tersebut didukung lagi oleh 1 orang asisten Monev, 1 orang asisten MIS, 1 orang asisten Financial Management, dan 1 orang TA Pengadaan Nasional. Dalam mengemban tugasnya mengendalikan program di 10 provinsi, KM-Nas didukung 10 Tim KM Prov yang ditempatkan di:

1. Di 8 Provinsi (Bengkulu, Lampung, Kalteng, Kalbar, Sulteng, Maluku, Maluku Utara, NTT), masing-masing terdiri dari 5 tenaga ahli (TA) dengan spesifikasi keahlian: (i) TA Infrastruktur; (ii) TA MIS; (iii) TA HCU (Penanganan Pengaduan); (iv). TA FM.; (v) TA Procurement; (vi) LPK PSS (Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta); dan (vii) TA MPHM (Mediasi Penguatan Hukum Masyarakat)

2. Provinsi Aceh memiliki 8 orang TA: (i) TA Infrastruktur; (ii) TA MIS.; (iii) TA HCU; (iv) TA Pendidikan; (v) TA Kesehatan; (vi) TA Pelatihan; (vii) TA FM; dan (viii) TA Procurement. Selain itu ada 2 lembaga yang juga membantu memberikan dukungan aistensi teknis yaitu LGSP (Local Government Support Program) yang mendampingi kegiatan pengembangan kapasitas, dan TAF (The Asia Foundation) yang membantu pelaksanaan PSS.

3. Provinsi Sumut terdapat 6 orang TA: (i) TA Infrastruktur; (ii) TA MIS.; (iii) TA HCU; (iv) TA Pelatihan; (v) TA FM; dan (vi) TA Procurement.

Pada tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa pendampingan pelaksanaan P2DTK didukung dengan KM. Kab (Konsultan Manajemen Kabupaten), Fasilitator Kecamatan (FK), dan Fasilitator Desa (FD). Tim tenaga ahli di KM. Kab terdiri atas: (i) TA Infrastruktur; (ii) TA Pendidikan; (iii) TA

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. II -27

Kesehatan; (iv) TA MIS.; (iii) TA FM; (iv) TA Procurement; (v) Pengacara; (vi) LPK PSS; dan (vi) Para jurnalis di tingkat kabupaten. Sampai periode Bulan Oktober 2011 seluruh tim KM. Prov dan KM. Kab telah didemobilisasi seturut dengan berakhirnya program P2DTK, dan hanya KM Prov di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah yang masih berlanjut kontrak kerjanya karena adanya kebijakan tentang program P2DTK Optimalisasi yang berakhir sampai akhir Februari 2012. Masa akhir tugas dan kontrak kerja KM. Nas adalah sampai April 2012.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 1

Bab 3. Capaian Pelaksanaan Tugas

dan Tanggungjawab KM. Nas

Konsultan Menejemen Nasional (KM. Nas) adalah salah satu pelaku P2DTK di tingkat pusat, yang berperan atau bertugas sebagai pendamping teknis tingkat nasional pelaksanaan P2DTK. Seperti sudah dipaparkan di dalam bab sebelumnya, bahwa sebagai pendamping teknis implementasi KM. Nas mempunyai 12 kewajiban dalam rangka mengelola proses pelaksanaan P2DTK. Tugas dan kewajiban tersebut jika dikelompok maka terlihat adanya paling tidak enam peran utama, yaitu: (1) Peran pengembangan kapasitas; (2) Peran monitoring, supervisi dan evaluasi; (3) Perang pengendalian pengaduan dan penyelesaian masalah yangmuncul; (4) Peran koordinasi dan komunikasi antar pelaku P2DTK; (5) Peran mengkomunikasi proses perkembangan dan hasil kegiatan melalui penyusunan laporan; dan (6) Peran untuk menyiapkan dan mendorong keberlanjutan kegiatan-kegiatan P2DTK. Bab ini hendak memaparkan kegiatan dan hasil capaian dari sudut peran dan tugas yang sudah dilaksanakan oleh KM. Nas, dalam pendampingan teknis selama pelaksanaan P2DTK mulai dari Siklus 1, 2, dan 3 periode TA. 2007 -. 2010 dan TA. 2011. 3.1. Fasilitasi Pengembangan Kapasitas

Salah satu strategi P2DTK dalam memampukan pemerintah daerah mengembangkan program-program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya adalah melalui strategi pengembangan kapasitas (capacity building). Pemerintah daerah sebagai pemegang otonomi pembangunan di daerah masing-masing, dilibatkan berperan penuh menjadi pihak yang mendengarkan permasalahan dan kebutuhan masyarakat, mengolah dan menganalisis berbagai potensi yang ada di masyarakat dan wilayahnya, agar menghasilkan program-program yang pro-rakyat dan mengentaskan mereka dari kemiskinan dan ketertinggalannya. KM-Nas sebagai bagian dari pelaku program P2DTK di tingkat nasional memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan capacity building, selain bertugas membantu pengendalian fungsional dalam mengimplementasikan program sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam P2DTK. Berdasarkan peran dan tugas KM. Nas maka dapat dipaparkan 2 peran utama KM. Nas dalam fasilitasi pengembangan kapasitas yang terkait dengan tahapan pengendalian program. Kedua peran tersebut yaitu: (1) Menyiapkan rancangan, bahan, materi, pelaksanaan Training of Trainer (ToT) dan pelaksanaan pelatihan kepada

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 2

konsultan P2DTK dan pelaku-pelaku P2DTK lainnya; dan (2) Mengembangkan manual dan penjelasan teknis untuk meningkatkan strategi implementasi program.

3.1.1. Penyusunan Materi Pelatihan Konsultan dan Pelaku P2DTK Awal dimulainya peran tenaga ahli KM. Nas dalam pengembangan kapasitas yaitu pada periode 2007 – 2008, dimana mobilisasi tenaga ahli KM. Nas sudah dilakukan tepatnya bulan Juli 2007 yang kemudian diikuti dengan dengan mobilisasi tenaga ahli KM. Prov dan KM. Kab, serta tenaga-tenaga pendamping lain seperti Fasilitator Desa dan Fasilitator Kecamatan. Di sisi lain mitra-mitra pelaku P2DTK di daerah, khususnya di wilayah P2DTK Nasional (8 provinsi non Aceh-Sumut), secara pararel juga sedang dalam proses pembentukan. Pada periode awal peran KM. Nas tersebut segala materi terkait dengan pengembangan kapasitas konsultan dan pelaku-pelaku P2DTK belum siap secara maksimal. KM. Nas berperan dalam membantu menyusun kurikulum ToT, modul-modul pelatihan beserta materi-materi pendukung, baik materi pelatihan untuk konsultan di daerah maupun untuk para pelaku P2DTK. Tenaga-tenaga ahli di KM. Nas setelah penyusunan berbagai modul maupun panduan tersebut, kemudian terlibat dalam pelaksanaan pelatihan baik yang dilaksanakan di Pusat maupun di daerah. Pada periode proses pelaksanaan P2DTK selanjutnya setelah periode-periode awal tersebut, KM. Nas terus melakukan upaya pengembangan kapasitas melalui penyediaan materi berupa Juklak dan Juknis. Materi-materi tersebut lebih mengarah kepada pengembangan kapasitas pelaku-pelaku P2DTK dalam hal mengendalikan kegiatan sub-proyek. Daftar manual, modul, pedoman, juklak dan juknis tersebut ada di dalam laporan ini.

3.1.2. Jenis-Jenis Kegiatan Pengembangan Kapasitas

Jenis kegiatan capacity building yang difasilitasi KM-Nas berdasarkan sumber pendanaannya bisa dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu sumber pendanaan yang berasal dari DOK, Non DOK dan sumber lainnya, sertas sumber dana BLM. Kegiatan capacity building bersumber dana dari DOK (juga dari Non DOK dan sumber dana lain) lebih berkaitan dengan perencanaan partisipatif dalam kegiatan forum-forum musyawarah, pelatihan dan workshop pelaku P2DTK yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan kapasitas pelaku terhadap mekanisme pelaksanaan program P2DTK. Peran KM-Nas dalam kegiatan perencanaan partisipatif (forum-forum musyawarah) hanya sebagai narasumber, sedangkan dalam kegiatan pelatihan dan workshop sebagai fasilitator. Sementara pengembangan kapasitas bersumber dana dari BLM lebih banyak ditujukan bagi pengembangan kapasitas yang terkait dengan kegiatan sub-proyek, yang akan dipaparkan lebih jauh di bagian lain dari laporan ini.

Para peserta yang terlibat dalam kegiatan perencanaan partisipatif (forum-forum musyawarah), pelatihan dan workshop adalah pelaku program

Tenaga Ahli KM. Nas telah membantu dalam penyusunan kurimulum ToT, moduk pelatihan beserta materi-materi pendukung, serta melakukan fasilitasi berbagai pelatihan mulai dari tingkat Pusat sampai Daerah.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 3

P2DTK dari tingkat provinsi sampai tingkat desa, baik dari unsur pemerintah, masyarakat dan konsultan. Dengan keterbatasan personil dan waktu, KM-Nas hanya memfasilitasi sampai tingkat kabupaten, namun tidak semua kabupaten bisa difasilitasi. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan di tingkat kecamatan dan desa secara berjenjang difasilitasi oleh KM-Prov, KM-Kab dan FK. Project Appraisal Document menyebutkan bahwa salah satu performance indicator dalam bidang pengembangan kapasitas program P2DTK adalah “meningkatkan kualitas dan level partisipasi masyarakat di dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pengambilan keputusan kegiatan program, dan implementasi kegiatan”. Dokumen Pedoman Teknis Pelaksanaan menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam (6) enam ruang lingkup kegiatapan pengembangan kapasitas, yaitu: (1) Peningkatan kapasitas dalam ketrampilan fasilitasi perencanaan partisipatif; (2) Peningkatan kapasitas dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat; (3) Peningkatan kapasitas dalam pengintegrasian program pembangunan yang dilaksanakan oleh dinas dan pihak lain; (4) Peningkatan kapasitas pemerintahan daerah dalam penyusunan kebijakan yang mampu meningkatkan layanan sosial dasar; (5) Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat untuk mengelola program pembangunan secara partisipatif; dan (6) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan.

Tabel III.01. Peran dan Tugas KM-Nas dalam Kegiatan Capacity Building

No Capacity Building Peran KM-Nas Bahan yang Diusun

KM-Nas Keterangan

DANA DOK Perencanaan Partisipatif

1 Musyawarah Sosialisasi Narasumber - Bahan bersumber dari panduan, modul dan PTP program P2DTK yang disusun oleh Sekretariat KPDT

2 Musyawarah Pendanaan Narasumber - 3 Musyawarah Persiapan

Pelaksanaan Narasumber -

4 Musyawarah Pertanggung Jawaban 1

Narasumber -

5 Musyawarah Pertanggung Jawaban 2

Narasumber -

6 Musyawarah Pertanggung Jawaban 3 (Serah Terima)

Narasumber -

Workshop 7 Peningkatan Kapasitas Pelaku

P2DTK Fasilitator • Panduan dan Modul

Pelaksanaan Program P2DTK

-

8 Peningkatan Kapasitas Konsultan, Fasilitator dan Pendamping Lokal

Fasilitator • Bahan dan Materi Peningkatan Kapasitas Konsultan, Fasilitator dan Pendamping Lokal

-

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 4

No Capacity Building Peran KM-Nas Bahan yang Diusun

KM-Nas Keterangan

Pelatihan

9 Pelatihan Tim Kajian Teknis (Kabupaten, Kecamatan)

Narasumber • Panduan Kajian Teknis -

10 Pelatihan TPK (Kabupaten, Kecamatan dan Desa)

Narasumber • Modul Pelatihan TPK Tingkat Kabupaten Tahun 2010

• Matrik Kurikulum Pelatihan Tim Pengelola Kegiatan Desa/Antar Desa/Pemuda (TPK Desa) Tahun 2010

-

11 Pelatihan UPKD, UPK Narasumber • Bahan Pelatihan Unit Pengelola Kegiatan Dinas (UPKD) Program P2DTK Tahun 2010

-

DANA NON DOK

Workshop

12 Workshop Sinergi dengan Program Lain

Peserta dan Narasumber

• Bahan dan Materi Pelaksanaan Program P2DTK

-

13 Workshop Penyegaran Pelaku Program P2DTK

Fasilitator • Bahan Materi dan Penyegaran Tahun 2008

-

14 Workshop Pengakhiran Program

Fasilitator • Modul Pelatihan Penyegaran Pelaku Program P2DTK Aceh-Nias Tahun 2011

-

Pelatihan

15 Pelatihan Panitia Pengadaan Fasilitator • Panduan Pengadaan Barang/Jasa di Tingkat Kabupaten

-

16 Pelatihan Pra Tugas Konsultan Fasilitator • Modul Pelatihan Pra Tugas

-

17 Pelatihan Finansial dan Procurement

Fasilitator • Bahan dan Materi Adminsitrasi dan Keuangan Tahun 2009

-

Sumber: KM Nas-Dari berbagai sumber

Dalam kegiatan perencanaan partisipatif (forum-forum musyawarah), KM-Nas tidak berperan aktif dalam persiapan pelaksanaan kegiatan karena hanya sebagai narasumber kegiatan. Persiapan yang dilakukan KM-Nas berupa koordinasi dengan TK-Prov, TK-Kab, TPK, Konsultan dan Fasilitator sebagai pelaksana kegiatan forum-forum musyawarah untuk memastikan persiapan pelaksanaan berjalan dengan lancar. Bahan dan materi yang disampaikan dalam kegiatan forum-forum musyawarah sudah disiapkan oleh pelaksana daerah dengan fasilitasi konsultan yang bersumber dari buku-buku panduan dan modul program P2DTK. Sedangkan kegiatan capacity building yang berkaitan dengan pelatihan dan workshop pelaku program P2DTK baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, KM-Nas bertugas menyusun panduan, modul dan materi yang menjadi bahan utama dalam kegiatan pelatihan tersebut. Di samping melakukan koordinasi

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 5

dengan pelaksana kegiatan di daerah, KM-Nas dalam kegiatan pelatihan berperan aktif sebagai fasilitator pelatihan.

3.1.3. Pengembangan Kapasitas di P2DTK Aceh-Sumut

1. Sumber Dana Non-DOK

Selama tahun 2006-2007 di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara belum ada pencairan BLM, sehingga kebijakan yang diambil Satker P2DTK Pusat adalah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang fokusnya untuk penguatan kapasitas para pelaku P2DTK. Dalam periode dimulainya program di Aceh-Sumut tersebut beberapa panduan, modul dan petunjuk teknis bagi pelaksanaan program P2DTK sedang dalam proses penyusunan, seperti Manual Kajian Teknis, Panduan UPKD dan TPK, sehingga kegiatan penyusunan kurikulum, modul, dan berbagai pedoman lain disusun secara pararel dengan kegiatan-kegiatan pengembangan kapasita. Berikut disampaikan kegiatan capacity building yang sudah dilaksanakan untuk wilayah Aceh-Sumut. Tabel Pelaksanaan Capacity Building Pelaku Program P2DTK Aceh-Nias Bersumber dari Dana Non DOK dan Sumber Lain (lihat lampiran) menggambarkan kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitasdi Aceh-Sumut selama kurun waktu tahun 2006-2011 yang bersumber dari dana Non DOK. Ada sebanyak 21 kegiatan dengan lama pelaksanaan kegiatan selama 73 (tujuh puluh tiga) hari dan jumlah peserta sebanyak 1.502, dengan perincian 778 dari unsur pemerintah, 131 unsur masyarakat dan 499 unsur konsultan. Kegiatan capacity building yang sudah terlaksana terdiri dari 6 (enam) jenis kegiatan pokok, yaitu Pelatihan Pra Tugas, Presentasi Identifikasi Pendidikan dan Kesehatan, Deseminasi/Sosialiasi, Outbound, Pelatihan dan Workshop. Dari semua kegiatan tersebut sumber pendanaan tidak hanya berasal dari P2DTK, namun juga berasal dari pembiayaan lembaga/program lain yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah. Beberapa program lain yang berkolaborasi dengan program P2DTK adalah, Local Goverment Support Program (GSP)-USAID, NAD Education Strategic Program (NADESP), System Improvement Through Sector Wide Approach (SISWA)-World Bank, Aceh Public Expenditure Analysis (APEA)-World Bank, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, Sekretariat Pusat PNPM Mandiri dan PNPM Mandiri Perdesaan. 2. Pengembangan Kapasitas Sumber Dana DOK

Pengembangan kapasitas untuk para pelaku P2DTK yang bersumber dari Dana DOK di wilayah Aceh-Sumut telah menyerap dana sebesar Rp. 612.087.534,- Dari sudut penyerapan dana ini maka dapat terlihat tiga (3) penyerapan yaitu untuk pengembangan aparat di bidang pendidikan mencapai 39,18%, peningkatan kapasitas TKT kecamatan mencapai 13,07% dan untuk TKT kabupaten mencapai 11,71%.

Selama kurun waktu 2006 – 2011, di Aceh-Sumut, terlaksana 21 kegiatan pelatihan bersumber dana Non DOK, diikuti 1.502 peserta (778 dari unsur pemerintah, 131 unsur masyarakat, dan 499 unsur konsultan

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 6

Diagram III.01. Rekapitulasi Pelatihan dengan Pembiayaan DOK Kabupaten dan DOK Kecamatan Siklus-1 s.d Siklus-3 Aceh-Sumut

Sumber: Data MIS KM. Nas

Dari sudut jumlah peserta maka bahwa pengembangan kapasitas untuk UPK sebagai pengelola kegiatan secara langsung mendapatkan perhatian paling besar dengan jumlah peserta sebanyak 212 peserta atau 20% dari total peserta 1.058 orang yang didanai sumber Dana DOK, kemudian diikuti pengembangan kapasitas TKT kabupaten diikuti 203 peserta (19,19%), dan pengembangan kapasitas bagi aparat dibidang pendidikan yang diikuti 172 peserta (16,26%).

3.1.4. Pengembangan Kapasitas di P2DTK Wilayah Nasional 1. Sumber Dana Non DOK

Sementara untuk wilayah Nasional di 10 Provinsi, kegiatan capacity building bersumber dana Non DOK terlaksana sebanyak 17 kegiatan dengan lama pelaksanaan kegiatan selama 281 (dua ratus delapan puluh satu) hari dan jumlah peserta sebanyak 3.753 orang. Pelaksanaan Capacity Building Pelaku Program P2DTK Nasional Bersumber dari Dana Non DOK dan Sumber Lain). Dari total jumlah peserta tersebut sebanyak 2.044 orang dari unsur pemerintah, 242 orang unsur masyarakat dan 1.467 orang unsur konsultan. Kegiatan capacity building yang sudah terlaksana terdiri dari 4 (empat) jenis kegiatan pokok, yaitu Pelatihan Pra Tugas, Deseminasi/Sosialiasi, Pelatihan dan Workshop. Berbeda dengan wilayah Aceh-Nias, sumber pendanaan capacity building untuk wilayah nasional berasal dari program P2DTK dengan pelaksana kegiatan oleh Perusahaan Jasa Konsultan Pelatihan.

2. Pengembangan Kapasitas Sumber Dana DOK

Gambaran capaian pengembangan kapasitas di wilayah P2DTK Nasional sedikit berbeda dengan pengembangan kapasitas di Aceh-Sumut, dimana

65 orang

172 orang

43 orang

127orang

20 orang

26 orang

203 orang

6 orang

149 orang

35 orang

212 orang

[Rp. 16,760,000]

[Rp. 239,823,934][Rp.17,825,000]

[Rp. 36,120,000]

Rp. 6,365,000

[Rp. 14,095,000]

[Rp. 68,730,000]

[Rp. 80,000,000]

[Rp. 71,699,100]

[Rp. 15,000,000]

[Rp.45,669,500]

Aparatur Pemda

Bidang Pendidikan

Kajian Teknis & Desain

Lain-lain di Kabupaten

Pelaksanaan Kegiatan

TK Kab & Satker Kab

TKT Kabupaten

TKT Kecamatan

TPK Kabupaten

TPKM

UPK

Total peserta: 1.058 orang Total budget=Rp. 612.087.534

Pengembangan Kapasitas di Aceh-Sumut Nasional menyerap Dana DOK Rp. 612.087.534,- untuk berbagai kegiatan dengan total peserta 1.058 orang.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 7

di wilayah nasional penyerapan dana untuk pengembangan kapasitas para pelaku dan birokrasi pemerintah di tingkat bawah terlihat lebih besar. Hal ini bisa terjadi karena pendekatan pelaksanaan P2DTK di wilayah Aceh-Sumut berbasis di kabupaten saja, sementara di wilayah Nasional pendekatan kegiatan berbasis di kabupaten dan kecamatan. Diagram III.02. Rekapitulasi Pelatihan dengan Pembiayaan DOK Kabupaten dan DOK Kecamatan Siklus-1 s.d Siklus-3 P2DTK Nasional

Sumber: Data MISKM. Nas

Total dana DOK tersalurkan untuk pengembangan kapasitas di wilayah P2DTK Nasional sebesar Rp. 12.776.004.070,- dimana dana tersebut terserap di 3 (tiga) kegiatan terbesar yaitu pengembangan kapasitas untuk TPK Kecamatan mencapai serapan 12,13%, pengembangan kapasitas untuk TPKM 11,44%, pengembangan kapasitas FD mencapai 11,78%. Beberapa kegiatan berikutnya yang mencapai serapan cukup besar seperti pengembangan kapasitas untuk Komite Sekolan mencapai 8,82%, pengembangan kapasitas lain-lain di kecamatan mencapai 8,70%, dan untuk UPK mencapai 8,23%.

Dari sudut jumlah peserta kegiatan pengembangan kapasitas diwilayah P2DTK bersumber Dana DOK yang sebanyak 40.262 orang, maka terlihat 4 (empat) kegiatan yang menyerap atau melibatkan peserta terbanyak. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu pengembangan kapasitas TPKM sebesar 6.388 orang (15,87%), TPK Kecamatan 5.789 orang (14,38%), FD 4.186 peserta (10,40%), dan pengembangan Komite Sekolah diikuti 3.889 atau peserta 9,66% dari total peserta pengembangan kapasitas yang didanai melalui DOK.

Rp. 101,272,850 Rp. 175,207,000

Rp. 280,730,100Rp. 648,987,500

Rp. 308,860,175Rp. 1,504,720,390

Rp. 18,700,000Rp. 74,823,500

Rp. 278,644,900Rp. 1,126,759,550

287,471,200Rp. 1,111,530,650

Rp. 8,610,000Rp. 82,627,250

Rp. 41,780,000Rp. 359,217,160

Rp. 296,227,800Rp. 220,297,825

Rp. 27,560,000Rp. 34,218,700

Rp. 91,235,000Rp. 425,855,700

Rp. 1,001,422,970Rp. 206,495,750

Rp. 1,549,958,900Rp. 1,461,611,900

Rp. 1,051,177,300

Aparatur Pemda (173 orang)Aparatur Pemda Kec (381 orang)Bidang Kesehatan (1.586 orang)

Bidang Pendidikan (2.125 orang)BPP (1.019 orang)

Fasilitator Desa (4.186 orang)Fasilitator Kecamatan (40 orang)

Kajian Teknis & Desain (264 orang)Keuangan (258 orang)

Komite Ssekolah (3.889 orang)Lain-lain di Kabupaten (998 orang)

Lain-lain di Kecamatan (2.881 orang)MPHM (34 orang)

Pelaksanaan Kegiatan (301 orang)Pengadaan (123 orang)

Penlok (614 orang)Penlok & FD (424 orang)

Pokja Pendidikan (1.074 orang)PSS (504 orang)

Tim Desain & RAB Kec (504 orang)TK Kab & Satker Kab (91 orang)

TKT Kabupaten (898 orang)TKT Kecamatan (2.530 orang)TPK Kabupaten (1.045 orang)TPK Kecamatan (5.789 orang)

TPKM (6.388 orang)UPK (2.369 orang)

Totalpeserta= 40.262 orang/Total budget=Rp. 12.776.004.070

Pengembangan Kapasitas di wilayah P2DTK Nasional menyerap Dana DOK Rp. 12.776.004.070 untuk berbagai kegiatan dengan total peserta 40.262 orang.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 8

3.2. Pengelolaan Dana P2DTK

Sebagai sebuah program pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah daerah, maka program P2DTK menerapkan Manajemen Keuangan khususnya yang dijalankan para pelaku binaan seperti TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) Kabupaten dan UPKD-UPKD (Unit Pengelola Kegiatan Dinas) dengan tujuan berikut.

Tujuan umum sistem manajemen pengelolaan dana di dalam P2DTK adalah: (1) Menjamin seluruh sumberdaya organisasi (keuangan dan material) digunakan sebagaimana seharusnya sesuai program P2DTK; (2) Menentukan penanggung jawab pelaksanaan kebijakan keuangan; dan (3)Memudahkan monitoring dan pembaharuan atas kebijakan, prosedur akuntansi, dan manajemen keuangan secara umum. Sementara tujuan khususnya yaitu:

TPK sebagai Pengambil Keputusan, Pembuat Kebijakan Umum, Pengawas Keuangan atas dasar Musyawarah dan keberadaan organisasi.

Bendahara TPK/UPK Kec sebagai Pengelola DOK dan A/O serta Pengawas BLM.

UPKD/TPK Desa sebagai Pelaksana Kegiatan yang bersumber BLM dan A/O.

TKT sebagai pelaksana kajian atas keuangan dan kegiatan yang menjadi usulan.

UPK Kecamatan sebagai Pengambil Keputusan, Pembuat Kebijakan Umum, Pengawas Keuangan atas dasar musyawarah dan keberadaan organisasi.

TPK Desa/Antar Desa/Pemuda sebagai pelaksana kegiatan di Kecamatan dan Desa.

Panitia Swakelola/Pihak III sebagai pelaku kegiatan sub projek. Panitia Lelang sebagai pelaksana dan penanggungjawab pengadaan

barang/jasa. Terlindunginya kepentingan masyarakat, perangkat operasional, Aset

fisik dan administratif. Berjalannya Sistem dan Prosedur Akuntansi Keuangan yang efektif ,

memadai, ditaati dan dijalankan secara baik. Pembukuan dan pencatatan yang benar, real, lengkap dan tersaji up to

date. Berjalannya mekanisme Chek and Balance. Berjalannya Monitoring Evaluasi untuk pengembangan.

Dalam rangka memastikan berjalannya Sistem Pengendalian Internal (SPI) dilembaga-lembaga pelaku binaan program P2DTK seperti TPK Kabupaten, UPKD, dan UPK Kecamatan, maka telah tersusun Petunjuk Teknis Pelaku (PTP) khusus tentang Pendanaan yang merupakan Pedoman Umum kebijakan keuangan P2DTK. PTP ini mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan Negara No.69 Th. 2007, tentang Petunjuk Pencairan Dana. PTP tersebut terutama berisi penjelasan dana P2DTK, mekanisme pencairan dan penyaluran dana, persentase alokasi maupun

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 9

tahapan penyerapan, dan musyawarah-musyawarah terkait dengan keuangan. Mengingat pengendalian keuangan adalah suatu mekanisme yang harus berjalan sistematis, konsisten dan berkelanjutan, maka Konsultan secara sendiri atau secara bersama dengan PIU P2DTK/KPDT melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyusun dan menerbitkan berbagai Panduan dan Petunjuk Teknis.

a. Panduan Penilaian Kinerja Konsultan Keuangan Kabupaten dan DPC. Kapasitas dan kinerja personal konsultan pendamping jalannya Manajemen Keuangan menjadi hal utama dalam program P2DTK terutama untuk memastikan konsistensi pembukuan dan pengelolaan keuangan oleh para pelaku secara benar.

b. Panduan Monitoring Pengelolaan Keuangan TPK dan UPKD (oleh Konsultan Keuangan Kab dan Konsultan Bidang). Pengendalian rutin dan sistematis oleh konsultan bidang keuangan menggunakan instrumen yang menilai tiap bulan tingkat kinerja pengelolaan keuangan pelaku, kebijakan keuangan, sistem akuntansi, monitoring dan pelaporan, serta transparansi.

c. Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK dan UPKD (oleh KM Kab). Pengendalian rutin dan sistematis oleh konsultan bidang Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan menggunakan instrumen yang menilai tiap bulan tingkat kinerja pengelolaan keuangan para pelaku, seperti: kebijakan keuangan, sistem akuntansi, monitoring dan pelaporan, serta transparansi.

d. Panduan Penyusunan Dana DOK 2010. Suatu panduan untuk menyusun RAB DOK termasuk didalamnya simulasi atau contoh nama akun biaya dan nilainya.

e. Instrumen pengendalian kelengkapan pembukuan para pelaku. Untuk memastikan keberadaan dan kelengkapan pembukuan, bukti-bukti, pelaporan keuangan sebagai bagian dari pengendalian paling mendasar atas pengelolaan keuangan oleh para pelaku, sesuai format P2DTK.

f. Panduan Teknis Safeguard Penyaluran Dana P2DTK (Th.2010) dan Revisi (Th.2011). Upaya memastikan bahwa dana yang telah cair dan mengendap di rekening pelaku dapat disalurkan dengan benar dan aman. Mekanisme yang dijalankan adalah penguatan mekanisme yang biasa dilakukan yakni dengan pelibatan lebih aktif pihak Satker atau Tim KoordiNasi Kabupaten dalam penyaluran dana subprojek ke pihak ke 3 dan panitia swakelola UPKD / UPK Kec.

g. Panduan Penyusunan Pelaporan Bulanan Kosultan Financial Management Kabupaten dan Konsultan Financial Management Provinsi. Berisi seluruh capaian yang telah dijalankan baik

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 10

kuantitas dana yang dimanfaatkan maupun kualitas hasil pendampingan pengelolaan keuangan para pelaku.

h. Instrumen Review Keuangan para TPK, UPKD dan UPK Kecamatan. Instrumen untuk memetakan kondisi pengelolaan keuangan terakhir para pelaku, pembukuan dan laporan, saldo dana di rekening DOK, A/O, dan RGB, serta prospek/kesiapan terjadinya penyaluran dana ke pihak ke 3 atau panitia swakelola. Instrumen ini digunakan DFMC PT. Amythas pada bulan April 2011 saat mulai dimobilisasi dengan tujuan memastikan dapat dihentikannya kebijakan penundaan penyaluran dana ke pihak ke 3 (suspend) yang diberlakukan KPDT sejak Januari 2011.

i. Panduan Teknis Penggunaan Sisa dana BLM dan DOK. Berisi tentang arahan bagaimana mekanisme penggunaan, entry data, pelaporan dan pertanggungjawaban tentang sisa dana DOK maupun BLM baik bersumber dari suatu anggaran maupun dari beberapa tahun anggaran.

j. Berbagai Form dan Tabel-Tabel untuk Pengendalian untuk Progres Pencairan dan Penyaluran Dana, Saldo Dana di Pelaku, Pengembalian ke kas Negara, dll.

2. Melakukan penguatan kapasitas konsultan dan pelaku dalam

bentuk :

a. Pelatihan, Coaching, dan OJT. Metode ini diterapkan dalam upaya memberi pemahaman atas kebijakan keuangan dan transaksi yang terjadi di program P2DTK serta memampukan pelaku untuk menyusun pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai format P2DTK. Event yang pernah dilakukan untuk hal tersebut, antara lain:

• Coaching untuk TPK dan UPKD Aceh Utara. Dilaksanakan 21-22 September 2010 di Banda Aceh, Aceh.

• Coaching dan OJT untuk TPK dan UPKD Banggai. Dilaksanakan 2-4 Oktober 2010 di Banggai, Sulawesi Tengah.

• Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten (DFMC). Dilaksanakan untuk para DFMC di Jakarta, 2010.

• Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Provinsi. Dilaksanakan untuk para DFMC dan PFMC sebanyak 9 orang di Jakarta, tanggal 27 Maret – 1 April 2011.

• Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten. Dilaksanakan untuk para DFMC sebanyak 4 orang di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 18–21 April 2011.

• Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten. Dilaksanakan untuk para DFMC sebanyak 5 orang di Kupang, NTT, tanggal 18 – 21 April 2011.

• Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten. Dilaksanakan untuk para DFMC sebanyak 16 orang di Banda Aceh, tanggal 24 – 27 April 2011.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 11

• OJT untuk Konsultan Keuangan Kabupaten. Sebanyak 2 orang di Ternate, Maluku Utara, tanggal 25 – 26 Juli 2011.

• Coaching untuk Konsultan Keuangan Kabupaten dan Provinsi. Sebanyak 4 orang di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 21 Juni 2011.

• Coaching untuk Konsultan Keuangan Kabupaten. Sebanyak 5 orang di Palu, Sulawesi Tengah, tanggal 28 Juni 2011.

• Pelatihan penyegaran pelaku Program P2DTK Aceh-Nias TA 2011 Dilaksanakan di Medan, 10-15 Juli 2011

• Pelatihan TPK dan UPKD, pada th.2010 dan 2011.

b. Workshop. Workshop Review Pelaksanaan Pengadaan dan Pengelolaan Keuangan program Optimalisasi P2DK pernah dilakukan pada:

• Di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 1-4 November 2011.

• Di Poso, Sulawesi Tengah, tanggal 14-17 November 2011. • Di Palu, Sulawesi Tengah, tanggal 23-26 November 2011. • Workshop Optimalisasi Program P2DTK di Jakarta,9-10

April 2012.

c. Rapat Koordinasi Nasional. Berbagai Rakornas yang diselengarakan di Jakarta dan luar Jakarta dalam kerangka pengendalian jalannya program, baik P2DTK reguler (DIPA 2007-2010) maupun P2DTK Optimalisasi (DIPA TA 2011). Rakoor KM. Nas – PIU – WB sangat tinggi frekwensinya di awal tahun 2011 terutama sehubungan diberlakukannya penundaan penyaluran dana P2DTK DIPA 2010 ke pihak ke 3 dan panitia swakelola (suspend) yang dicabut pemberlakuannya pada awal Juni 2011. Rakoor KM Nas dengan KM Provinsi juga sangat tinggi frekwensinya khususnya dengan KM Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah sehubungan pengendalian program Optimalisasi di 2 provinsi tersebut, termasuk Rakoor terakhir mengenai konsolidasi progres keuangan dan kegiatan pada tanggal 11-13 April 2012 di Jakarta.

d. Lokakarya Nasional Serahterima dan Alihkelola hasil Pelaksanaan Program P2DTK. Lokakarya ini dilaksanakan di Jakarta 13 Desember 2011.

3. Melakukan pengawasan dan pengendalian progres keuangan

dalam bentuk:

a. Supervisi TA KM. Nas. Supervisi ke semua wilayah program dilakukan oleh KM. Nas dan dimasing-masing wilayah / provinsi oleh KM. Prop, termasuk beberapa bulan oleh KM Keuangan Provinsi dan Kabupaten. Berikut adalah supervisi yang dilakukan TA FM KM. Nas sejak bulan Agustus 2010 hingga Desember 2011. Supervisi terutama dilakukan FM Sp dan Disburesement &

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 12

Payroll Sp KM. Nas sejak bulan Agustus 2010 hingga Februari 2012.

Supervisi dilaksanakan secara khusus atau bersamaan dengan pendampingan kunjungan / supervise PIU, WB, atau bersamaan dengan Pelatihan dan OJT di wilayah tertentu. Beberapa Supervisi dilakukan oleh Senior FM KM. Nas (PT. Amythas).

b. Surat dan Memorandum KM. Nas. KM. Nas melakukan pula

pengendalian taktis dalam bentuk komunikasi langsung ke seluruh pihak dan menerbitkan berbagai surat ke PIU atau pihak eksternal serta menerbitkan memorandum-memorandum KM. Nas ke KM. Prop dan KM.Kab. Terlampir adalah sebagian besar Memorandum dan Surat KM. Nas sehubungan pengendalian keuangan (pencairan dan penyaluran) para pelaku P2DTK, yakni menyangkut BLM dan DOK.

Terhitung sejak th. 2009 s/d Januari 2012 telah diterbitkan sekitar 90 buah Memorandum KM. Nas yang secara khusus dikirimkan ke KM. Prop dan KM. Kab sehubungan pengendalian keuangan (pencairan dan penyaluran) para pelaku P2DTK, yakni menyangkut BLM dan DOK. Sementara KM. Nas telah pula mengirimkan surat ke PIU dan pihak lain sebanyak 53 buah. Surat-surat ke PIU cenderung bersifat laporan, usulan, pengajuan draft / konsep, sehubungan posisi konsultan FM di kabupaten, dorongan tindaklanjut atas sesuatu hal keuangan, sehubungan verifikasi laporan para bupati, dll.

c. Pelaporan dan Analisis. Pelaporan progres keuangan dilakukan

berjenjang antar level konsultan ; FK, KM. Kab, KM. Prop, KM. Nas, dalam bentuk Laporan Bulanan (include keuangan) dan Laporan khusus, berdasarkan data capaian keuangan di para pelaku ; TPK, UPKD, UPK kecamatan, yang setiap bulan wajib menyusun Pembukuan dan Laporan Keuangan bulanan yakni Laporan Arus Dana (LAD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD) serta berdasarkan progress pencairan dan penyaluran dana ke pihak ke 3 / panitia swakelola.

KM. Nas menyusun Laporan progress keuangan yang terangkum dalam Laporan Bulanan KM. NAS ke PIU, berdasarkan data MIS, Laporan Bulanan FM, Laporan 2 mingguan FM (optimalisasi), dan Laporan Hasil Supervisi. Pelaporan dan analisis tersebut berisi tentang :

• Kuantitas data keuangan yang dicairkan dari KPPN dan data keuangan yang disalurkan / digunakan dalam kegiatan-kegiatan TPK dan UPK Kecamatan, maupun kegiatan subprojek oleh UPKD dan UPK Kecamatan.

Wilayah P2DTK Aceh-Sumut masuk dalam sistem pengendalian keuangan yang dilakukan KM. Nas dimulai sejak Tahun 2010.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 13

• Kualitas kinerja pengelolaan keuangan dan tingkat transparansi – akuntabilitas keuangan para pelaku.

Pada masa tugasnya, pelaporan kepada KM Nas dilakukan konsultan keuangan PT.C Lotti selama 5 bulan di tahun 2011, dan konsultan keuangan PT. Amythas dan PT.Inacon selama 5 bulan di tahun 2011.

4. Pengukuran dan Pendampingan atas Kinerja Ppengelolaan

Keuangan, Pemahaman Personal, Keberadaan Personal, dan Kelengkapan Pembukuan TPK Kabupaten, UPKD-UPKD, dan UPK Kecamatan 4.1. Capaian Capaian pengukuran pengelolaan keuangan TPK dan UPKD terbagi dalam 3 periode, yaitu: (a) Masa awal program tanpa didampingi DFMC hingga masa

didampingi DFMC PT.C.Lotti, 2007-Juli 2010; (b) Masa didampingi KM. Nas tanpa DFMC, Agustus 2010 – Maret

2011 ; dan (c) Masa didampingi KM. Nas disertai PFMC dan DFMC

PT.Amythas dan PT.Inacon / masa akhir program, April 2011 – Agustus 2011 Khusus Kalbar dan Sulteng didampingi hingga Maret 2012.

Instrumen yang digunakan berdasarkan aspek-aspek yang dibuat PT. C.Lotti sebanyak 20 aspek yang sejak Juli 2010 disempurnakan lebih ringkas oleh KM. NAS (FM Sp) menjadi 15 aspek pengukuran. Aspek-aspek tersebut menggambarkan kondisi Kebijakan Keuangan, Sistem Akuntansi, Pelaporan dan Monitoring serta penerapan prinsip Transparansi dan Akuntabilitas. Indikator tersebut menggunakan scoring dan hasilnya menjadi 3 kategori kinerja: “Sangat Memadai”; “Memadai”; dan “Tidak Memadai”.

Pengukuran kinerja belum dapat dilakukan optimal sebab sangat terpengaruh oleh keberadaan KM Keuangan Kabupaten (DFMC) sebagai pendamping dan penilai kinerja keuangan TPK, UPKD, UPK Kecamatan, yang hanya beberapa bulan dilapangan. Masa tugas DFMC (PT.C.Lotti) efektif hanya selama 5 bulan di tahun 2010 yakni Februari – Juli 2010. Sementara masa tugas DFMC (PT. Amythas dan PT. Inacon) secara efektif juga hanya 5 bulan di tahun 2011, yakni April 2011 – Agustus 2011. Kalbar dan Sulteng secara khusus didampingi hingga Maret 2012. Dengan demikian pengukuran kinerja sekaligus pendampingan intensif secara efektif oleh para DFMC hanya dilaksanakan sekitar 10 bulan, padahal P2DTK berjalan sejak tahun 2007 hingga 2011. (khusus Kalbar dan Sulteng hingga awal 2012). Pada kurun waktu

Pengukuran kinerja keuangan terhadap pelaku-pelaku P2DTK di lapangan belum bisa optimal, karena pendeknya kontrak kerja para DFMC.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 14

yang panjang pendampingan dan pengendalian FM bagi para TPK Kabupaten, UPKD, dan UPK Kecamatan secara kompetensi hanya dilakukan oleh FM Sp, Disburesement & Payroll Sp dari KM Nas. Masa penilaian adalah per Juli 2011 untuk 8 provinsi dan untuk Kalbar serta Sulteng per Maret 2012, sehingga tabel dibedakan dan diperjelas nilainya sebab berbeda masa pendampingan dan hasilnya. Berikut ini disajikan tabel-tabel yang menggambarkan tingkat kinerja dan pemahaman para pelaku P2DTK tersebut.

Tabel III.02. Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten Per Juli 2010

No Provinsi Jml

TPK Kab

Tingkat Kinerja Pengelolaan Keuangan Baik/Sangat

Memadai Cukup/Mema-

dai Kurang/Tidak

Memadai 1 Bengkulu 3 0 1 2 2 Lampung 3 0 2 1 3 Kalteng 3 0 0 3 4 Malut 5 0 0 5 5 Maluku 5 0 1 4 6 NTT 6 0 0 6 7 Aceh 17 4 7 6 8 Sumut 2 0 1 1

Jumlah 44 4 12 28

9% 27% 64%

1 Kalbar 3 0 3 0 2 Sulteng 4 1 3 0

JUMLAH 7 1 6 0

14% 86% 0%

Sumber: Data FM-KM. Nas

Tabel III.03. Kinerja Pengelolaan Keuangan UPKD Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan

No Provinsi Jml

UPKD Kab

Tingkat Kinerja Pengelolaan Keuangan

Baik/Sangat Memadai

Cukup/Memadai Tidak

Memadai/ Kurang

1 Bengkulu 9 0 4 5 2 Lampung 9 0 4 5 3 Kalteng 9 0 2 7 4 Malut 15 0 3 12 5 Maluku 15 0 3 12 6 NTT 18 0 6 12 7 Aceh 51 9 23 19 8 Sumut 6 0 4 2

JUMLAH 132 9 49 74

7% 37% 56%

1 Kalbar 9 0 6 3 2 Sulteng 12 3 6 3

JUMLAH 21 3 12 6

14% 57% 29%

Sumber: Data FM-KM. Nas

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 15

Tabel III.04. Kinerja Pengelolaan Keuangan Kinerja UPK Kecamatan

No Provinsi Jml UPK

Kec

Tingkat Kinerja Pengelolaan Keuangan Baik/Sangat

Memadai Cukup/Memadai

Kurang/Tidak Memadai

1 Bengkulu 18 0 4 14 2 Lampung 17 0 6 11 3 Kalteng 16 0 5 11 4 Malut 20 0 8 12 5 Maluku 32 0 10 20 6 NTT 29 2 10 17 7 Aceh 0 0 0 0 8 Sumut 0 0 0 0

JUMLAH 132 2 43 87

2% 33% 66%

1 Kalbar 28 3 8 17 2 Sulteng 26 6 9 11

JUMLAH 54 9 17 28

17% 31% 52%

Sumber: Data FM-KM. Nas Ket: Khusus wilayah Aceh-Sumut tidak ada pendampingan kecamatan.

Tabel III.05. Pemahaman, Personal dan Kondisi Pembukuan TPK Kabupaten

No Provinsi Jml

TPK Kab

Pemahaman & kemampuan Pelaku

FM / Bendahara

Keberadaan Personal Pelaku FM / Bendahara

Kelengkapan & Kebenaran Pembukuan

P KP TP Ada Tdk Ada Lengkap Tdk

Lengkap 1 Bengkulu 3 1 2 0 2 1 1 2 2 Lampung 3 1 2 0 3 0 1 2 3 Kalteng 3 1 2 0 3 0 1 2 4 Malut 5 0 2 3 4 1 1 4 5 Maluku 5 1 1 3 4 1 2 3 6 NTT 6 1 3 2 5 1 3 3 7 Aceh 17 8 5 4 17 0 14 3 8 Sumut 2 0 2 0 2 0 1 1

JUMLAH 44 13 19 12 40 4 24 20

30% 43% 27% 91% 9% 55% 45%

4 Kalbar 3 2 1 0 3 0 3 0 5 Sulteng 4 3 1 0 4 0 4 0

JUMLAH 7 5 2 0 7 0 7 0

71% 29% 0% 100% 0% 100% 0%

Sumber: Data FM-KM. Nas Ket : P = Paham, KP = Kurang Paham, TP = Tidak Paham. Materi yang diukur tentang indikator pemahaman dan kemampuan adalah: Substansi PNPM DTK, Rangkaian Siklus P2DTK, Tupoksi masing-masing, Teknis Penyusunan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan. Pembukuan dianggap Lengkap bila bukti transaksi, rekening koran, hingga format-format pembukuan ada dan terisi dengan benar.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 16

Tabel .III.06. Pemahaman, Keberadaan Personal dan Kondisi Pembukuan UPKD (Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan)

No Provinsi Jml

UPKD Kab

Pemahaman & kemampuan Pelaku

FM / Bendahara

Keberadaan Personal Pelaku FM / Bendahara

Kelengkapan & Kebenaran Pembukuan

P KP TP Ada Tdk Ada Lengkap Tdk Lengkap

1 Bengkulu 9 2 6 1 9 0 3 6 2 Lampung 9 2 7 0 9 0 3 6 3 Kalteng 9 3 6 0 9 0 4 5 4 Malut 15 1 5 9 12 3 3 12 5 Maluku 15 3 6 6 14 1 5 10 6 NTT 18 3 7 8 16 2 6 12 7 Aceh 51 24 15 12 51 0 30 21 8 Sumut 6 2 4 0 6 0 4 2

JUMLAH 132 40 56 36 126 6 58 74

30% 42% 27% 95% 5% 44% 56%

1 Kalbar 9 5 4 0 9 0 7 2 2 Sulteng 12 8 4 0 12 0 9 3

JUMLAH 21 13 8 0 21 0 16 5

62% 38% 0% 100% 0% 76% 24%

Sumber: Data FM-KM. Nas

Tabel III.07. Pemahaman, Personal dan Kondisi Pembukuan UPK Kecamatan

No Provinsi Jml

UPK Kec

Pemahaman & kemampuan Pelaku

FM / Bendahara

Keberadaan Personal Pelaku FM / Bendahara

Kelengkapan & Kebenaran Pembukuan

P KP TP Ada Tdk Ada Lengkap Tdk Lengkap

1 Bengkulu 18 4 9 5 17 1 9 9 2 Lampung 17 4 9 4 15 2 6 11 3 Kalteng 16 4 10 2 13 3 5 12 4 Malut 20 4 8 8 19 1 8 12 5 Maluku 32 7 11 14 29 3 14 18 6 NTT 29 8 9 12 27 2 12 16 7 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 8 Sumut 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 132 31 56 45 120 12 54 78

23% 42% 34% 91% 9% 41% 59%

1 Kalbar 28 10 12 6 26 2 12 16 2 Sulteng 26 10 8 8 26 0 18 8

JUMLAH 54 20 20 14 52 2 30 24

37% 37% 26% 96% 4% 56% 44%

Sumber: Data FM-KM. Nas Ket: P = Paham, KP = Kurang Paham, TP = Tidak Paham. Materi yang diukur tentang indikator pemahaman dan kemampuan adalah: Substansi PNPM DTK, Rangkaian Siklus P2DTK, Tupoksi masing-masing, Teknis Penyusunan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan. Pembukuan dianggap Lengkap bila bukti transaksi, rekening koran, hingga format-format pembukuan ada dan terisi dengan benar. Khusus wilayah Aceh-Sumut tidak ada pendampingan kecamatan.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 17

4.2. Analisis

a. Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten, UPKD, dan UPK Kecamatan

Tingkat kinerja pengelolaan keuangan TPK Kab, UPKD, dan UPK Kec di pada Masa Awal Program hingga Juli 2010, sebagian besar masih berkategori sedang/memadai dan kurang/tidak memadai. Hal ini karena pada periode tersebut instrumen sistem yang dikembangkan relatif belum lengkap, penguatan kapasitas pelaku yang tidak sistematis serta pola kerja Konsultan FM Kab. PT.C.Lotti yang tidak berperan sebagai pendamping (cenderung hanya menjadi supervisor). Hal lain adalah karena hingga akhir tahun 2009 wilayah Aceh dan Sumut masih dibawah pengendalian langsung PIU (belum menjadi wilayah dampingan KM Nas) yang tentu dari segi jumlah personal dan waktunya relatif terbatas.

Pada masa awal, hal-hal negatif sehubungan kinerja keuangan terutama dari aspek kebijakan keuangan yang dijalankan adalah karena tahapan pencairan DIPA 2010 tidak sesuai Perdirjen no.69, instrumen RAB, RPD, dan kontrak dengan pihak ke III belum menjadi alat kontrol utama dalam pengambilan keputusan keuangan, langkah-langkah pengambilan kebijakan keuangan rutin di internal pelaku secara kolektif belum konsisten. Sisi positifnya adalah di sebagian besar wilayah nampak peran TPK dan PPKom (arahan PIU) cenderung pro aktif dalam proses penyaluran dana ke pihak ke 3 termasuk mengenai kelengkapan dokumen-dokumennya.

Hal-hal sehubungan berjalannya sistem akuntansi dapat dilihat dengan indikasi banyaknya inkonsistensi pencatatan pada pembukuan harian, pembukuan belum up to date, format pembukuan belum lengkap, dana kas ditangan masih besar yaitu diatas batas maksimal Rp.500.000,-, Bukti-bukti transaksi dan rekening koran tidak lengkap, pengarsipan dokumen di lembaga pelaku belum baik. Pelaporan keuangan rutin bulanan belum berjalan baik. Pada sebagian organisasi pelaku terjadi inkonsistensi dan tidak tepat waktunya penyusunan laporan keuangan (LAD dan LPD) rutin tiap bulan. Pada aspek monitoring dan pengawasan yang dilakukan KM Kab dan Satker dalam bentuk cash opname atas dana dan kelengkapan pembukuan masih lemah dan belum rutin. Di internal organisasi pelaku juga masih nampak aspek pengawasan keuangan yang lemah terlihat dari banyaknya format pembukuan yang tidak ditandatangani Ketua. Rapat rutin evaluasi bidang keuangan tidak berjalan konsisten. Sisi positif pada aspek ini adalah bahwa Satker senantiasa menekankan berjalannya rapat rutin antar Satker dengan para pelaku TPK dan UPKD setiap bulan (minimal) terutama untuk hal-hal yang

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 18

menyangkut penyaluran ke pihak ke 3. Satker/Tim KoordiNasi cukup ketat monitoring dana dan kelengkapan dokumen untuk pencairan dan penyaluran. Pada aspek penegakan transparansi dan akuntabilitas berdasarkan indikator program dapat dianggap belum memuaskan. Mekanisme rutin penyebaran copy Laporan Keuangan ke berbagai stakeholder tidak berjalan, penempelan posisi keuangan bulanan di papan info (publik) tidak berjalan. Kecenderungan berbagai pihak hanya memandang cukup melalui penyampaian progres keuangan di musyawarah pertanggungjawaban. Pada masa ke 2 (Agustus 2010 - Maret 2011), tingkat kinerja relatif sama dengan masa awal dan pendampingan DFMC PT.C.Lotti . Bahkan pada masa ini KM. Nas cukup kesulitan mendapatkan informasi perkembangan kinerja keuangan pelaku dan hanya dapat merekam perkembangan dari beberapa kabupaten manakala dilakukan supervisi KM. Nas. Pelaporan KM. Prop dan upload data MIS dari berbagai wilayah pada masa ini cenderung sangat lambat ke KM. Nas sehingga sulit tergambar kondisi kinerja keuangan pelaku. Sebagai sebuah sistem pengawasan dan pengendalian, maka sangat terasa sulitnya berjalan sistem tersebut bila tanpa pelaku pendamping yang utama yakni para DFMC (kabupaten) dilapangan.

Selanjutnya pada masa ke 3 (April 2011 – Agustus 2011 dan hingga Maret 2012 di Kalbar dan Sulteng).

Pada masa ini diawali oleh langkah Review Keuangan dengan instrumen tertentu sehingga secara global dapat dipetakan kondisi pengelolaan keuangan, pembukuan dan laporan, saldo dana di rekening DOK, A/O, dan RGB, serta prospek / kesiapan terjadinya penyaluran dana ke pihak ke 3 atau panitia swakelola. Pada masa ini adalah masa penting dalam upaya mengakhiri kebijakan penundaan (suspend) penyaluran dana DIPA 2010 ke pihak ke 3 dan panitia swakelola dari UPKD, dan merupakan masa perbaikan berbagai kekurangan pendampingan selama ini. Pada masa ini diberlakukan pula secara serempak kebijakan khusus yakni safeguard penyaluran dana P2DTK 2010

Secara garis besar pada masa ini terjadi perubahan berarti dalam berbagai hal pengelolaan keuangan sebagai akibat intensivitas pendampingan DFMC PT.Amythas yang jauh lebih baik dibanding masa PT. C.Lotti, serta tingkat koordinasi PIU – KM. Nas – KM. Prop yang lebih kuat. Persentase tingkat kinerja terakhir dari para pelaku TPK Kab, UPKD, dan UPK kec dapata dilihat di tabel atas.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 19

Indikator-indikator yang meningkat lebih baik adalah pada konsistensi penyusunan dan kelengkapan pembukuan, cash opname dan kelengkapan bukti rek bank, pengawasan atas saldo dana, dan monitoring internal pelaku yang semakin baik. Aspek pelaporan rutin bulanan dan laporan insidentiil yang dilakukan berjenjang mayoritas dilakukan cepat dan lengkap, termasuk informasi saldo kas dan bank tiap bulan. Sementara monitoring internal dan eksternal oleh konsultan menjadi lebih baik sebab pola kerja DFMC lebih intensif pada hari kerja berada dilokasi. Sebagian besar DFMC adalah warga kabupaten yang bersangkutan.

b. Kelengkapan dan Kebenaran Pembukuan. Pada masa awal hingga Juli 2010, administrasi pembukuan dan laporan keuangan lembaga pelaku relatif disebagian besar belum lengkap sebagaimana format P2DTK. Beberapa perbedaan arahan dari pusat dan kurangnya intensivitas pendamping turut berpengaruh bagi hal ini. Beberapa kabupaten seringkali agak berbeda dalam penggunaan beberapa format yang seharusnya dapat seragam di semua wilayah. Kondisi negatif sehubungan indikator kelengkapan dan kebenaran pembukuan adalah adanya pembukuan yang tidak lengkap sejak awal program hingga saat bulan berjalan, belum semua format pembukuan diterapkan, Pembukuan dan Pelaporan keuangan beberapa bulan belum tersusun, saldo kas jauh lebih besar diatas Rp. 500.000,-, lemahnya control atas saldo dana bank maupun cash opname di bendahara, format pembukuan belum ditandatangani, pengarsipan bukti-bukti transaksi dan rekening koran belum baik dan lengkap, dll.

Pada masa ke 2, awal Agustus 2010 – Maret 2011, administrasi pembukuan dan laporan keuangan lembaga pelaku relatif stagnan dari masa sebelumnya yakni disebagian besar belum lengkap sebagaimana format P2DTK. Ketiadaan DFMC sejak Juli 2010 dan adanya kebijakan percepatan pencairan DIPA 2010 telah menyita energi para TPK, UPKD, KM Kab dan Satker Kab sehingga tidak dapat berperan lebih intensif mendampingi pengelolaan pembukuan rutin di TPK Kab dan UPKD. Beberapa supervisi KM. Nas, PIU, Bank Dunia, masih menemukan masalah pembukuan yang tidak lengkap, belum semua format pembukuan diterapkan, Pembukuan dan Pelaporan keuangan beberapa bulan belum tersusun, saldo kas jauh lebih besar diatas Rp.500.000,-, format pembukuan belum ditandatangani, pengarsipan bukti-bukti transaksi dan rekening Koran belum baik dan lengkap, dll.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 20

Selanjutnya pada masa awal April 2011 – Agustus 2011, administrasi pembukuan dan laporan keuangan lembaga pelaku semakin lengkap dan benar dan sebagaimana format P2DTK. Bahkan di wilayah Kalbar dan Sulteng hingga Maret 2012 menunjukan peningkatan positif sangat signifikan. Namun demikian harus diakui bahwa menjadi kesulitan tersendiri pula bagi para DFMC PT Amythas dan PT. Inacon, manakala pada awal tugasnya selama beberapa bulan terpaksa harus melakukan banyak koreksi atas pembukuan dan laporan keuangan sejak th.2007 hingga saat personal tersebut bertugas. Peranannya menjadi berubah bukan hanya Review Keuangan tapi berubah menjadi pendamping secara penuh segala hal menyangkut pengelolaan keuangan para TPK Kab, UPKD, dan UPK Kec termasuk masalah-masalah di masa Th. 2007-2010.

Tingkat kelengkapan dan kebenaran pembukuan pada masa ini menglami perbaikan cukup signifikan dibanding masa sebelumnya, sebagaimana digambarkan dalam tabel-tabel diatas sebagai data capaian akhir. Pola pendampingan dilakukan dengan teknis ; OJT rutin secara bersama para bendahara berkumpul, kunjungan rutin mingguan DFMC ke pelaku, pengambilan copy rekening tepat akhir bulan, pencatatan di buku Kas yang tidak terlambat, target penyusunan laporan bulanan pelaku dibawah tanggal 3, koordinasi internal pelaku termasuk tandatangan Ketua, RAB DOK dan RPD BLM yang harus dioptimalkan manfaatnya, pengarsipan dokumen keuangan menggunakan cheklist kelengkapan dokumen , dll.

c. Keberadaan dan kapasitas pelaku pengelola keuangan

Hingga Agustus 2010, organisasi TPK Kab, UPKD, dan UPK Kec berjalan dengan personal bendahara lengkap 100%, sehingga walau sempit waktu dan tingkat pergantian seringkali berganti namun proses pencatatan pembukuan dan keberadaan dokumen keuangan relatif berjalan walau sangat tidak lengkap dan inkonsisten. Hingga Maret 2011, tercatat 10% organisasi TPK dan UPKD berjalan tanpa bendahara sehingga berpengaruh pada tingkat pengelolaan pembukuan dan keuangan.

Hingga Agustus 2011 di 8 provinsi dan hingga Maret 2012 di Kalbar dan Sulteng, tercatat bahwa kelengkapan personal FM diats 90%, bahkan di Kalbar dan Sulteng lengkap 100% hingga akhir masa program. Keberadaan TPK Kab, UPKD, dan UPK Kec yang dilengkapi keberadaan seorang bendahara ternyata belum menjadi jaminan kinerja, kelengkapan – kebenaran pembukuan, pengelolaan keuangan menjadi baik. Hal ini karena ternyata kapasitas

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 21

sebagian besar personal bendahara dianggap masih belum memadai. Dapat disimpulkan bahwa yang sangat besar pengaruhnya adalah kekosongan pendamping keuangan (DFMC), tingginya tingkat pergantian pengurus, dan tersedianya waktu personal tersebut untuk P2DTK (personal tsb biasanya adalah PNS).

Namun demikian, pada akhir masa program tercatat telah ada kemajuan untuk memahami substansi PNPM DTK, rangkaian siklus P2DTK, tupoksi yang bersangkutan, dan belum terampil melakukan pembukuan dan pelaporan keuangan. Indikator ini menunjukan tingkat kemajuan pelaku keuangan dalam kapasitasnya.

5. Bentuk-Bentuk Pengendalian Lain

a. Dorongan Pelaksanaan Musyawarah Pendanaan dan Pertanggungjawaban Musyawarah yang sangat penting dalam program P2DTK dan menjadi momentum khusus, sebab musyawarah-musyawarah ini melahirkan keputusan tentang keuangan dan bagaimana penggunaannya. Lebih jauh hal ini dapat dipandang merupakan penguatan sesungguhnya atas tujuan program yakni terciptanya pembangunan partisipatif sejak perencanaan hingga pelaksanaan dan serahterima hasil.

b. Koreksi Atas Kelengkapan Dokumen-Dokumen Keuangan. Dokumentasi keuangan diluar pembukuan dan laporan keuangan sesungguhnya cukup banyak dan merupakan arsip berharga sebab proses keuangan sejak tahap Pencairan; pemberkasan hingga terbit SP2D hingga tahap Penyaluran / Penyerapan dana oleh para pelaksana mensyaratkan dokumen-dokumen yang lengkap.

c. Pelibatan Satker atau Tim Koordinasi Kabupaten dalam Pengawasan Administrasi Keuangan Keseluruhan (sesuai Tupoksi poin 2). Keberadaan Satker dan TKKabupaten yang ber SK Bupati terus didorong tidak hanya untuk proses pencairan dana ke rekening pelaku, tapi juga men-support administrasi keuangan dan penggunaannya

3.3. Capaian Pendanaan P2DTK

3.3.1. Alokasi DOK dan BLM P2DTK Kebijakan pendanaan P2DTK menetapkan dua bentuk pendanaan yang bersumber dari 2 kategori pinjaman Bank Dunia kepada pemerintah Indonesia, yakni Dana DOK bersumber dari Planning Grant dan Dana BLM bersumber dari Block Grant. Dana DOK baik tingkat Kecamatan maupun Kabupaten dipergunakan untuk membiayai tahapan perencanaan mulai dari kegiatan sosialisasi sampai dengan Musyawarah Kecamatan

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 22

Pendanaan dan Musyawarah Kabupaten Pendanaan, serta sebagian dimanfaatkan untuk pengembangan kapasitas pelaku P2DTK didaerah termasuk didalamnya untuk Pelatihan Tim Pengelola dan Pemelihara. Sementara Dana BLM adalah dana untuk pembiayaan kegiatan sub proyek di 3 bidang utama : Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan, serta bidang penunjang lain yakni PSS dan Pemuda. Dana DOK dan BLM di seluruh wilayah P2DTK (10 Provinsi) dialokasikan berdasarkan DIPA TP TA. 2007–2011, Pencairannya berdasarkan SP2D dari KPPN, dan Penyaluran/Penggunaannya berdasarkan data MIS dan FM selama tahun 2007-2012, sebagaimana tersaji pada tabel berikut. Tabel III.08 Rekapitulasi Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran Dana DOK dan BLM P2DTK

DESKRIPSI

DOK (TA 2007-2010) BLM (TA 2007-2011)

JUMLAH SUB PROJEK A/O %

1 ALOKASI (DIPA) 163,131,721,000 100.0% 940,235,758,000 100.0% 1,103,367,479,000

2 PENCAIRAN (SP2D) 161,847,280,085 99.2% 846,023,791,327 90.0% 1,007,871,071,412

3 SELISIH / SILPA 1,284,440,915 0.8% 94,211,966,673 10.0% 95,496,407,588

4 PENYALURAN 161,623,490,110 99.9% 803,894,196,335 95.0% 38,393,592,548 4.5%

842,287,788,883 99.6% 1,003,911,278,993

5 SELISIH PENCAIRAN DGN PENYALURAN

223,789,975 0.14% 3,736,002,444 0.44% 3,959,792,419

setor ke kas negara 152,530,578 0.09% 3,459,036,602 0.41% 3,611,567,180

dikonpensasi untuk BLM / DOK

82,802,000 0.05% 137,820,000 0.03% 220,622,000

digunakan untuk kegiatan optimalisasi

126,277,397 0.08%

221,947,842 0.03% 348,225,239

konpensasi dari BLM / DOK

(137,820,000) -0.09% (82,802,000) -0.01% (220,622,000)

Ket : Dana BLM diatas sudah termasuk khusus dana BLM TA 2011 untuk Kalbar dan Sulteng sebagai Optimalisasi Program P2DTK, namun tanpa mendapatkan dana DOK TA 2011 sehingga seluruh wilayah P2DTK sama hanya mendapatkan dana DOK TA 2007-2010.

Total dana alokasi DOK dan BLM untuk wilayah P2DTK TA. 2007 – 2011 adalah Rp.1.103.367.479.000,- yang terdiri dari alokasi dana DOK (Kabupaten dan Kecamatan) sebesar Rp.163.131.721.000,- (15%) dan alokasi dana BLM (Kabupaten dan Kecamatan) sebesar Rp. 940.235.758.000,- (85.%). Dana BLM terdiri dari dana kegiatan sub projek dan dana A/O. Seluruh dana tersebut dialokasikan untuk pembiayaan program yang dijalankan oleh 51 TPK Kabupaten, 153 UPK Dinas, dan 186 UPK Kecamatan yang tersebar di 10 Provinsi. Adapun dana untuk Optimalisasi Program P2DTK diberikan hanya kepada Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah dalam bentuk BLM TA 2011 tanpa didampingi dana DOK-nya. Model kegiatan masih berbasis 3 bidang : infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, namun berpola paket proyek dengan beberapa perubahan skema kebijakan pembiayaan dibanding pembiayaan yang bersumber TA 2007-2010.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 23

Alokasi dana Optimalisasi Program P2DTK 2011 adalah sebesar Rp. 2.000.000.000,- per kabupaten sehingga alokasi untuk Kalimantan Barat (3 kabupaten) sebesar Rp. 6.000.000.000,- dan untuk Sulawesi Tengah (4 kabupaten) sebesar Rp. 8.000.000.000,-. Grand total alokasi dana untuk wilayah optimalisasi 2011 adalah Rp.14.000.000.000,-

3.3.2. Pencairan dan Penyaluran Dana DOK dan BLM

Rekapitulasi Dari Seluruh Wilayah P2DTK Total dana DOK untuk seluruh wilayah P2DTK pada Siklus 1, 2, 3 yang bersumber dari DIPA TA. 2007-2010, telah terserap dari alokasi / pencairannya sebesar Rp.161.874.280.085,- (99,1%) dan mengakibatkan dana silpa 0,8%. Dari nilai pencairan tersebut telah dapat digunakan / penyaluran sebesar Rp. 161.623.490.110,- atau sebesar 99,9% dan terdapat sisa dana sebesar Rp.223.789.975,- . Dana yang tersisa tersebut sebagian tetap digunakan dalam kegiatan namun sebagian yakni sebesar Rp.152.530.578,- dikembalikan / setor ke kas negara melalui mekanisme SSBP yang dilakukan oleh wajib setor yakni bendahara Satker Kabupaten yang bersangkutan. Total dana BLM untuk seluruh wilayah P2DTK pada Siklus 1, 2, 3, dan optimalisasi yang bersumber dari DIPA TA. 2007-2011, telah terserap dari alokasi / pencairannya sebesar Rp. 846.023.791.327,- (90%) dan mengakibatkan dana silpa 10%. Dari nilai pencairan tersebut telah dapat digunakan / penyaluran sebesar Rp. 803.894.196.335,- atau sebesar 95% untuk pembiayaan subprojek 3 bidang ; infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, dan digunakan untuk pembiayaan administrasi dan operasional (A.O) sebesar Rp.38.393.592.548,- atau (4,5%).

Antara pencairan dengan penyaluran dana BLM telah menyisakan sisa dana yang sebagian digunakan kembali untuk kegiatan dan sebagian kembali disetor ke kas negara yakni sebesar Rp.3.459.036.602,- melalui mekanisme SSBP yang dilakukan oleh wajib setor yakni bendahara Satker Kabupaten yang bersangkutan. Dengan demikian, dari seluruh dana yang dicairkan atau berhasil diserap dalam kegiatan P2DTK, maka nilai yang kembali disetor ke kas Negara adalah Rp. 3.611.567.180,- atau hanya 0.36% dari dana tercairkan. Pencairan Dan Penyaluran Dana P2DTK Program Optimalisasi

Mengenai dana kegiatan optimalisasi tahun 2011 telah termasuk didalam penjelasan diatas, namun secara khusus kami ulas mengingat kegiatan ini adalah optimalisasi P2DTK 2007-2010 dan sebagai model untuk P2DTK fase berikutnya.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 24

Optimalisasi program P2DTK dilaksanakan mulai Juni 2011 di 2 (dua) propinsi yaitu Kalimaih lanjut sebab kegiatan ini hanya dilaksanakan di Kalimanan Barat dan Sulawesi Tengah dengan 7 kabupaten sasaran. Program ini dilaksanakan melalui model Paket Kegiatan, dimana setiap kabupaten diberikan dana sebesar Rp. 2.000.000.000,-. Tujuan diluncurkannya Program ini adalah: (a) Memberikan apresiasi kepada pelaksanaan kegiatan P2DTK di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah yang dinilai menunjukkan performa yang bagus pada pelaksanaan P2DTK sebelumnya; dan (b) Pemantaun model intervensi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah. Alokasi DIPA TA. 2011 untuk 2 propinsi sasaran Optimalisasi sebesar Rp. 13.999.999.900,-, dimana Kalimantan Barat sebesar Rp. 6.000.000.000,- (untuk 3 kabupaten) dan Sulawesi Tengah Rp. 7.999.999.900,- (untuk 4 kabupaten). Dana yang dapat tercairkan sebesar Rp 13.999.999.900,- (100%), sementara dana yang tersalurkan sebesar Rp. 13.303.916.807,- (95%) dan A/O sebesar Rp.662.591.300,- (4,7%). Pada kegiatan optimalisasi juga terjadi temuan-temuan BPKP yang mengakibatkan sebagian kecil dana harus disetor ke kas Negara, yakni Rp.33.491.743,- atau hanya 0.3%. 3.3.3. Dana PAP (Pendampingan dan Administrasi Program) Dana PAP adalah semacam “dana penyertaan” sebagai bentuk kontribusi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten pada pelaksanaan Program P2DTK, yang besarnya sudah diatur di dalam ketentuan pelaksanaan P2DTK. Rincian ketentuan tersebut menyebutkan bahwa: (a) Pemerintah propinsi menyediakan Dana PAP 0,5 % dari total alokasi dana (DOK dan BLM) di wilayahnya yang menerima P2DTK; (b) Pemerintah Kabupaten menyediakan Dana PAP 2% dari total alokasi dana P2DTK di wilayahnya; dan (c) Pemerintah Kecamatan menyediakan 3% dari total alokasi dana DOK dan BLM kecamatan. Dana PAP dialokasikan dari APBD masing-masing. Berikut inidipaparkan Dana PAP yang menjadi komitmen pemerintah daerah dalam pelaksanaan P2DTK.

Diagram III.03. Dana PAP P2DTK Aceh-Sumut Realisasi 2006 - 2012

Sumber: KM. Nas-Data MIS, FM, dan Disbursment

Rp. 327.948.787.000

Rp. 17.936.875.000

Rp. 286.758.968.000

Rp. 16.599.705.000

Rp. 41.189.819.000

Rp. 1.337.170.000

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 25

Gambaran komitmen pemerintah daerah Propinsi Aceh dan Sumut mengenai Dana PAP terterak seperti grafik di atas. Total realisasi PAP Aceh dan Sumut 2006 -2012 mencapai 5,47% dari total DIPA untuk Aceh-Sumut. Sementara PAP untuk Propinsi Aceh sendiri mencapai 5,79% dari total DIPA untuk propinsi tersebut, sementara di Sumut PAP mencapai 3,25% dari DIPA yang ada. Diagram III.04. Dana PAP untuk wilayah P2DTK Nasional (8 Propinsi) Realisasi 2007 -2012

Sumber: KM Nas-Data MIS, FM, dan Disbursment (per 30 April 2012)

Realisai Dana PAP di P2DTK wilayah Nasional mulai tahun 2007 sampai 2012 sebesar Rp. 36.573.397.768 atau sekitar 4,80% dari total DIPA P2DTK tahun 2007 -2010. Rekapitulasi dari seluruh wilayah P2DTK (10 propinsi) TA 2007 – 2010 dan TA. 2011, maka diperoleh angka bahwa total dana PAP sebagai komitmen pemerintah daerah mencapai 4,94% dari total dana alokasi DIPA P2DTK TA. 2007-2010 dan TA. 2011 (untuk wilayah Optimalisasi).

Diagram III.05. Rekapitulasi Dana PAP P2DTK (10 Propinsi) Realisasi 2007 - 2012

Sumber: KM. Nas-Data MIS, FM, Payroll (per 1 Maret 2012)

Berdasarkan pada ketentuan prosentase Dana PAP yang berlaku, maka Dana PAP Kabupaten maupun PAP Propinsi di Aceh-Sumut sudah memenuhi ketentuan yang ada.

DIPA P2DTK Nasional

Total PAP Nasional (4,80%)

Rp. 761.418.692.000

Rp. 36.573.397.768

Total DIPA P2DTK

Total PAP (4.94%)

Rp. 1.103.937.702.900

Rp. 54.510.273.368

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 26

3.4. Pengadaan (Procurement)

Berdasarkan Keppres 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan bahwa pengadaan barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh pinjaman/hibah luar negeri dan dilakukan setelah penandatanganan Naskah Perjanjian Luar Negeri(NPLN), pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan (guidelines) dari pemberi pinjaman atau ketentuan lain yang telah disepakati oleh pemerintah RI dengan pemberi pinjaman dalam NPLN/Loan/Grant Agreement. Dengan adanya ketentuan tersebut maka disusunlah Panduan Pengadaan Barang dan Jasa P2DTK. Keberadaan konsultan pengadaan diperlukan karena masih banyak pelaku program belum mengetahui dan belum berpengalaman dengan pembiayaan oleh lembaga asing (Bank Dunia), masih lemahnya kondisi pengadaan, dan ketidakpastian mengimplementasikan peraturan pengadaan. Untuk mengawal dan mendampingi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dalam P2DTK maka dibutuhkan konsultan pengadaan, agar proses dan mekanisme pengadaan sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan. Konsultan pengadaan untuk program P2DTK dimobilisasi pada pada tahun 2010 dan pada tahun 2011. Pada tahun 2010 dilaksanakan dalam bulan April 2010 s.d bulan Juli 2010. Sedangkan pada tahun 2011 dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 s.d April 2012. Dengan demikian sesungguhnya bahwa sejak dimulainya P2DTK di Aceh-Sumut sampai dilaksanakannya mobilisasi konsultan pengadaan per April 2010, kegiatan pengadaan di P2DTK belum dilakukan oleh KM. Nas namun dilaksanakan oleh interim-procurement di PIU-KPDT.

1. Lingkup Tugas Secara umum kegiatan yang dilaksanakan oleh konsultan pengadaan adalah melakukan pendampingan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang didasarkan pada Pedoman Pengadaan P2DTK – Keppres 80 tahun 2003, serta sejalan dengan Guideline Procurement Under IBRD Loan and IDA Credit 2004. Adapun ruang lingkup tugas konsultan pengadaan Nasional yaitu :

1) Memberikan dukungan kepada Penanggungjawab Kegiatan P2DTK dalam melakukan seluruh proses pengadaan di tingkat nasional.

2) Menyusun dan merumuskan draft konsepsi dan panduan pelaksanaan pengadaan untuk dijadikan acuan pelaksanaan pengadaan seluruh kegiatan P2DTK di tingkat propinsi dan kabupaten .

3) Menyiapkan materi dan melakukan pelatihan pelaksanaan pengadaan bagi pelaku program di tingkat propinsi/kabupaten di seluruh kabupaten/kota lokasi sasaran P2DTK beserta rencana kerja yang akan dilakukan.

4) Melakukan kunjungan lapangan dalam rangka monitoring dan evaluasi pelakasanaan pengadaan di lokasi P2DTK.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 27

5) Melakukan analisis atas hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengadaan dan menyusun rekomendasi kebijakan yang disampaikan ke pelaku program.

6) Membantu dan memberikan masukan secara profesional menyangkut teknis dan manajemen mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan oleh Satker P2DTK Pusat maupun TK-P2DTK Nasional

7) Memberikan dukungan dan strategi penanganan pengaduan atau masalah dalam pengadaan yang dapat berdampak luas pada masyarakat, dan rencana tindak lanjutnya.

8) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan struktur manajemen P2DTK di setiap tingkatan.

9) Membuat laporan bulanan secara berjenjang kepada Penanggungjawab P2DTK mengenai kegiatan pengadaan di setiap kabupaten.

Sedangkan lingkup tugas Konsutan Pengadaan Propinsi/Kabupaten adalah:

1) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan konsultan manajemen (KM. Prov/KM. Kab) untuk memastikan kegiatan pengadaan dapat berjalan sesuai dengan panduan, tahap, dan mekanisme program;

2) Memberikan pendampingan kepada Sakter/UPKD dalam mempersiapkan proses pengadaan sesuai ketentuan pengadaan P2DTK;

3) Mendorong pelaku program untuk membentuk panita pengadaan sesuai jadwal pelaksanaan program;

4) Mempersiapkan materi dan pelatihan pengadaan, serta melakukan pelatihan bagi panitia pengadaan, dan konsultan manajamen di daerah;

5) Melakukan kunjungan lapangan dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengadaan di lokasi P2DTK;

6) Melakukan analisis atas hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengadaan di sertai rekomendasi kebijakan pada Satker P2DTK dan konsultan manajemen nasional;

7) Membuat laporan bulanan kepada penanggung jawab P2DTK mengenai kegiatan pengadaan di lokasi P2DTK, mendokumentasikan, dan memperbaharui informasi pengadaan P2DTK di kabupaten.

8) Khusus pada bulan April 2011 s.d Agustus 2011, tugas konsultan pengadaan ialah melakukan review dokumen pengadaan subproyek, melakukan pendampingan perbaikan terhadap dokumen pengadaan pelaksanaan subproyek, menyiapkan semua dokumen pengadaan untuk pelaksanaan post review oleh Bank Dunia.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 28

2. Kegiatan Yang Dilakukan

Kegiatan yang dilakukan oleh konsultan pengadaan adalah pelatihan, pendampingan, dan kegiatan workshop.

a. Pelatihan Sebelum melakukan tugasnya konsultan pengadaan mengikuti pelatihan pratugas. Pelatihan konsultan pengadaan Pusat dan Propinsi dilakukan di Jakarta. Pelatihan konsultan pengadaan kabupaten dilakukan di ibukota propinsi, dan di ibukota kabupaten. Beberapa kabupaten melakukan pelatihan berupa magang (on job training). Hal disebabkan konsultan yang dimobilisasi hanya 1-2 orang, atau dimobilisasi setelah kegiatan pelatihan selesai dilaksanakan, atau dimobilisasi setelah kegiatan review dokumen pengadaan berjalan 1-2 bulan.

Tabel III.09. Lokasi dan Jumlah Peserta Pelatihan Pratugas Konsultan Pengadaan (Tahun 2011)

No Propinsi Waktu Tempat Peserta

Kosong Hadir Kuota

1 Pusat 29 Maret-1 April 2011 Hotel, Jakarta 10 10

2 Aceh 24-27 April 2011 Hotel, Banda Aceh 13

17 Aceh Barat

Daya Aceh 5-6 Mei 2011 Kantor PMC Aceh (OJT) 2

Aceh 9-10 Juni 2011 Kantor PMC Aceh (OJT) 1

3 Sumut 4-5 Mei 2011 Kantor PMC Sumut Medan (OJT) 1 2 Nias

4 Bengkulu 19-21 April 2011 Kantor PMC Bengkulu 2 3 Kepahiang

5 Lampung 19-21 April 2011 Wisma Atlet Bandar Lampung 1 3

Lampung Timur Lampung 9 Juni 2011 Kantor PMC Lampung 1

6 Kalbar 19-21 April 2011 Kantor PMC Kalbar, Pontianak 2 3

19-20 Mei 2011 Kantor DMC Sambas (OJT) 1

7 Kalteng 19-21 April 2011 Kantor DMC Katingan (OJT) 1 3 Kotim,

Seruyan 8 Sulteng 19-21 April 2011 Kantor PMC Sulteng, Palu 4 4

9 Maluku 10-12 Mei 2011 Kantor PMC Maluku Ambon 5 5

10 Maluku Utara

19-21 April 2011 Kantor PMC Maluku Utara 3 5 Halteng, Halbar

11 NTT 18-21 April 2011 Bapelkes NTT, Kupang 6 6

Jumlah 53 61

Sumber: Data Procurement-KM.Nas

Sampai akhir bulan Juli 2011, kondisi konsultan pengadaan ialah konsultan pengadaan pusat 2 orang, konsultan pengadaan propinsi 10 orang, konsultan pengadaan kabupaten sebanyak 42 orang. Sedangkan dalam program optimalisasi jumlah DPC sebanyak 7 orang, PPC 2 orang, 1 orang Spesialis Proc.Nasional.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 29

Tabel III.10. Jumlah dan Lokasi Konsultan Pengadaan Kabupaten (s.d Juli 2011)

No Propinsi Jumlah Ket

Seharusnya Tersedia Kekosongan

1 Aceh 17 16 Aceh Barat Daya

2 Sumut 2 1 Nias

3 Bengkulu 3 2 Kepahiang,

4 Lampung 3 2 Lampung Timur

5 Kalbar 3 3 -

6 Kalteng 3 1 Kotim, Seruyan

7 Sulteng 4 3 Morowali

8 Maluku 5 5 -

9 Maluku Utara 5 3 Halteng, Halbar

10 NTT 6 6 -

Jumlah 51 42

Sumber: Data Procurement-KM.Nas Keterangan: Penugasan awal Konsultan Pengadaan Kabupaten dari bulan Maret s.d Juli 2011.

Materi yang disampaikan dalam pelatihan pratugas konsultan pengadaan ialah mengenai:

a. Konsep, kebijakan, dan program P2DTK; b. Ketentuan pengadaan dalam P2DTK; c. Review pelaksanaan pengadaan P2DTK; d. Lingkup tugas dan tanggung jawab konsultan pengadaan; e. Mekanisme pelaksanaan tugas konsultan pengadaan; f. Penyusunan RKTL, dan format pelaporan;

Sebagai narasumber atau penyampai materi dilakukan oleh PIU, NMC, dan PMC. Kegiatan on job training ini dilaksanakan karena mobilisasi konsultan tidak serentak dilakukan, atau mobilisasi konsultan dilakukan setelah kegiatan pelatihan pratugas selesai dilaksanakan. Pendampingan kegiatan OJT dilakukan oleh konsultan pengadaan propinsi (PPC) bertempat di kantor PMC, atau kantor DMC. Kegiatan on job training (OJT) bagi konsultan pengadaan kabupaten (DPC) ialah untuk:

a. Kab.Simeulue, Singkil, dan Pidie, Propinsi Aceh. b. Kab. Nias Selatan Propinsi Sumut. c. Kab.Way Kanan Propinsi Lampung. d. Kab.Sambas Propinsi Kalbar. e. Kab.Katingan Propinsi Kalteng.

b. Workshop

Kegiatan workshop yang diikuti dan dilaksanakan oleh konsultan pengadaan selama tahun 2011 ialah : Kegiatan workshop yang dilaksanakan dan diikuti oleh konsultan pengadaan Aceh dan Sumut ialah :

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 30

(1) Workshop dan Pelatihan Pengakhiran Program Aceh-Nias pada bulan Juli 2011 di Medan. Workshop ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang sertifikasi, standard pengakhiran subproyek, mekanisme serah terima dan alih kelola, kelembagaan, penanganan masalah, dan penyusunan laporan akhir.

(2) Pelatihan Penguatan Kapasitas Pelaku Program P2DTK Kab. Nias Selatan (Khusus PPC dan DPC Sumut). Workshop ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang proses kegiatan pengadaan pada program P2DTK.

(3) Workshop Review Proses Pengadaan Optimalisasi untuk 7 kabupaten penerima program optimalisasi di Propinsi Kalbar dan Sulteng. Workshop ini bertujuan untuk menginventarisasi kesesuian mekanisme pengadaan barang/jasa P2DTK dengan pelaksanaan di lapangan, menginventarisasi kemudahan dan kesulitan, memperoleh masukan untuk meningkatkan efektivitas proses pengadaan barang, memastikan telah dipahaminya bentuk pelaporan dan pendokumentasian kegiatan pengadaan, serta menyepakati standar pelaksanaan kegiatan pengadaan yang harus ditindaklanjuti oleh pelaku program.

Tabel III.11. Kegiatan Workshop Konsultan Pengadaan Tahun 2011

No Propinsi Waktu Tempat Peserta Materi Workshop

1. Aceh & Sumut

Juli 2011

Medan NMC,PMC,DMC Workshop dan Pelatihan Pengakhiran Program; pemahaman tugas, standard pengakhiran & tindak lanjut dalam pengakhiran tugas.

2. Sumut Mei 2011

Kab.Nias Selatan

TK,UPKD, PMC,DMC

Pelatihan Penguatan Kapasitas Pelaku Program P2DTK Kab.Nias Selatan & Kab.Nias; memberikan pemahaman proses pelaksanaan kegiatan pengadaan pada program P2DTK

3. Kalbar Nov 2011

Pontianak Pelaku Program: Kab.Sanggau, Kab.Bengkayang, Kab.Sambas

Review Proses Pengadaan Optimalisasi: • Review Panduan Pengadaan P2DTK &

Perpres 54/2010 • Kesesuaian Mekanisme Pengadaan P2DTK,

Kemudahan dan Kesulitan Penerapan Panduan

• Pelaporan dan dokumentasi Pengadaan • Standard Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan

4. Sulteng Nov 2011

Poso Pelaku Program: Kab.Poso & Kab.Morowali

5. Sulteng Nov 2011

Palu Pelaku Program: Kab.Tojo Una-una & Kab.Banggai

c. Pendampingan

Pendampingan yang dilakukan oleh konsultan pengadaan ialah pada tahap perencanaan, pelaksanaan pelelangan, dan pelaksanaan kontrak. Pada tahap perencanaan yang meliputi kegiatan kajian teknis, musyawarah perangkingan, musyawarah pendanaan, dan musyawarah persiapan, kegiatan pendampingan konsultan pengadaan ialah:

(1) Memberi masukan pada TKT terhadap ketentuan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan swakelola atau pihak III;

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 31

(2) Memberikan penjelasan dalam musyawarah perangkingan tentang ketentuan jenis kegiatan yang dapat diswakelolakan atau melalui pihak III;

(3) Membantu tim desain dan RAB dalam menjelaskan alasan-alasan serta pertimbangan bentuk pengadaan;

(4) Menjadi pelatih/nara sumber pada UPKD atau panitia lelang; (5) Memberikan saran terhadap pemaketan kegiatan;

Pada tahap pelaksanaan lelang atau swakelola, kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh konsultan pengadaan ialah:

(1) Mendampingi UPKD dalam menyusun persiapan-persiapan pelelangan;

(2) Membantu panitia lelang memberikan penjelasan kepada pihak III; (3) Bersama-sama panitia lelang melakukan evaluasi terhadap

penawaran pihak III (4) Memberikan pertimbangan, saran, dan solusi atas permasalahan

yang ditemui dalam proses pelelangan; (5) Mendampingi UPKD dan panitia dalam penyusunan dokumen

kontrak; (6) Membantu panitia swakelola dalam menyusun KAK dan RAB; (7) Mendampingi proses perbandingan harga dan evaluasi harga Pada tahap pelaksanaan kontrak, kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh konsultan pengadaan ialah:

(1) Melakukan monitoring pelaksanaan kontrak pihak III; (2) Melakukan evaluasi dan review terhadap kontrak; (3) Memberikan masukan dan saran pada UPKD terhadap adanya

perubahan kontrak; (4) Melakukan evaluasi terhadap permintaan amandemen kontrak; (5) Melakukan pengawasan terhadap kesesuaian pelaksanaan kontrak. Kegiatan pendampingan ini termasuk kegiatan pada program Optimalisasi di 7 kabupaten. Pada kegiatan optimalisasi, jumlah DPC lengkap sebanyak 7 orang, dan 2 orang PPC. Namun masa tugas DPC hanya sampai bulan Desember 2011. Sedangkan kegiatan pendampingan khusus pada awal bulan Maret 2011 sampai bulan Agustus 2011, ialah :

(1) Melakukan review dokumen pengadaan subproyek pada program P2DTK, terutama siklus 3/2010

(2) Melakukan pendampingan perbaikan dokumen pengadaan (3) Membantu menyiapkan perbaikan dokumen (4) Melakukan monitoring perbaikan dokumen dan mendorong pelaku

program untuk melengkapi/memperbaiki dokumen pengadaan.

d. Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan dalam bahasan ini akan difokuskan pada kegiatan review dokumen pengadaan, dan pendampingan proses pengadaan dalam kegiatan optimalisasi. Kegiatan pada mobilisasi awal (April 2010-Juli

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 32

2010), tidak banyak teridentifikasi, namun pada intinya kegiatan yang dilakukan juga melakukan dua kegiatan yaitu review dan pendampingan pengadaan pada sebagian siklus 3.

(1) Review Dokumen Pengadaan

Dokumen yang berhasil diidentifikasi sebesar 2.015 dokumen pengadaan kabupaten,dan yang berhasil direview sebesar 1.899 dokumen (93,7%), dan menyisakan sebesar 6,3% dokumen yang belum direview. Dari dokumen pengadaan tersebut teridentifikasi sebanyak 56% berupa kegiatan swakelola, dan 44% dilakukan melalui pihak III. Provinsi yang belum seluruhnya melakukan review ialah Provinsi Aceh (Kab.Aceh Barat Daya), Provinsi Sumut (Kab.Nias), Provinsi Kalbar (Kab.Sambas), Provinsi Maluku (beberapa dokumen siklus 1,2), dan Provinsi Maluku Utara (Kab.Halbar, dan Halteng). Provinsi Aceh, Provinsi Malut, dan Provinsi NTT hanya mereview siklus 3, sedangkan yang sebagian siklus 1,2 dilakukan oleh Provinsi Maluku. Dokumen siklus 3 ialah dokumen yang mudah diperoleh karena kegiatan relatif masih baru dan masih tersimpan di UPKD maupun kantor DMC. Belum dilakukannya review sampai akhir penugasan DPC antara lain karena dokumen belum ditemukan, dokumen belum diperoleh dari UPKD, UPKD tidak terbuka untuk memberikan dokumen, dan tidak adanya personil DPC yang melakukan review. Hasil review dokumen pengadaan dapat diperoleh data bahwa Provinsi Kalteng mempunyai persentase dokumen lengkap terbanyak. Sedangkan Propoinsi Maluku Utara mempunyai,

Tabel III.12. Jumlah dokumen Hasil Review Dokumen Pengadaan (s.d Juli 2011)

No Propinsi

Jumlah

Dokumen

Review Hasil Review

Lengkap % Lengkap % Tidak

Lengkap %

1 Aceh1 646 642 100% 503 78% 139 22%

2 Sumut2 133 116 87% 111 83% 5 4%

3 Bengkulu 140 140 100% 57 41% 83 59%

4 Lampung 123 123 100% 98 80% 25 20%

5 Kalbar 88 68 77% 48 55% 20 23%

6 Kalteng 112 112 100% 103 92% 9 8%

7 Sulteng3 262 262 100% 189 72% 73 28%

8 Maluku 293 238 81% 228 78% 10 3%

9 Malut5 93 59 63% 14 15% 45 48%

10 NTT 129 129 100% 101 78% 28 22%

Jumlah 2015 1889 94% 1667 72% 431 22%

Keterangan: 1:.Aceh 16 kabupaten 2: Kab. Nias Selatan 3: Kab.Touna,Poso, Banggai. 5:Kab Sula, Halut, Halsel

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 33

Diagram III.06. Persentase Dokumen Yang Direview

Dari hasil review dokumen pengadaan dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut:

a. Dokumen pengadaan hilang; b. Dokumen pengadaan tercecer; c. Salah satu surat/dokumen hasil lelang tidak ada d. Terjadi perbedaan nama subproyek sehingga sulit diidentifikas; e. Terjadi pengalihan metode pengadaan tanpa adanya musyawarah

khusus; f. Adanya pemecahan kegiatan untuk menghindari pelelangan; g. Tidak adanya SK Panitia Lelang dan/atau SK Panitia Swakelola; h. Dokumen desain dan RAB tidak ditandatangani oleh yang

bekompeten; i. Perpanjangan waktu tidak dilengkapi amandemen kontrak j. Pakta integritas belum lengkap.

Seluruh hasil review, baik lengkap atau tidak lengkap dibuat BA hasil review, yang kemudian dibuatkan BA kesepakatan perbaikan, dan BA hasil perbaikan. Dokumen ini disimpan kembali dalam arsip UPKD.

Pengembangan kapasitas pelaku program dalam bidang pengadaan diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a. Penerapan panduan pengadaan P2DTK masih belum optimal. Pelaku di tingkat kabupaten lebih sering menggunakan Keppres 80 tahun 2003 dalam proses pengadaan.

b. Pemahaman pelaku di kabupaten terhadap Panduan Pengadaan P2DTK atau Keppres 80 tahun 2003 masih perlu ditingkatkan. Hal ini mengakibatkan banyak tahapan dalam pengadaan tidak dilakukan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Belum Direview

Tdk Lengkap

Lengkap

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 34

c. Panitia pelelangan lebih berhati-hati dalam melakukan proses pelelangan dan menerapkan panduan atau aturan yang ada.

d. Kegiatan pengarsipan dokumen di dinas/UPKD belum baik. Beberapa dokumen tidak diketahui keberadaannya, sedangkan dokumen pengadaan yang ada masih terdapat lembar dokumen hilang atau tercecer.

e. Keterlibatan pelaku program dalam proses review dokumen pengadaan kurang aktif. Sehingga hal-hal yang perlu diperbaiki belum dapat tersampaikan.

f. Proses, dan administrasi kegiatan swakelola belum baik. Banyak proses pengadaan dalam kegiatan swakelola tidak dilakukan. Pengadaan bahan atau sewa alat sering tidak dilakukkan melalui pelelangan atau perbandingan harga, namun lebih sering dilakukan melalui pembelian langsung.

(2) Pengadaan Dalam P2DTK Optimalisasi

Proses pengadaan dalam kegiatan optimalisasi dimulai setelah procurement plan diterbitkan dan telah adanya kepastian turunnya DIPA. Hal ini yang menjadi dasar bagi UPKD, dan panitia lelang untuk mulai bekerja. Sebelum penerbitan procurement plan, maka dilakukan penyusunan desain dan RAB, musyawarah perangkingan,dan musyarawah pendanaan. Procurement plan atau rencana pengadaan memuat nama/ jenis subproyek, nilai rencana anggaran biaya, metode pengadaan, pelaksana kegiatan, dan rencana pelaksanaan. Sesuai data awal procurement plan maka jumlah sub proyek pada 7 kabupaten program Optimalisasi sebesar 108 sub proyek. Kegiatan ini terbagi atas bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan bidang infrastruktur. Lebih dari 64,4% kegiatan dilakukan melalui pihak III yang berupa kegiatan pengadaan barang dan pekerjaan konstruksi. Sedangkan kegiatan swakelola berupa kegiatan pelatihan. Dengan diberlakukannya Perpres 54 tahun 2010, maka hampir seluruh kabupaten penerima program Optimalisasi menggunakan perpres tersebut. Namun masih terdapat dualisme dalam penerapannya. Di satu sisi menggunakan Perpres 54 tahun 2010, dan di satu sisi menggunakan Panduan Pengadaan P2DTK. Konsisten mengikuti Panduan Pengadaan P2DTK yang didasarkan oleh Keppres 80 tahun 2003, maka jika terjadi perbedaan dalam proses pengadaan akan mengikuti aturan dari pemberi pinjaman. Sedangkan dalam Perpres 54 tahun 2010 jika terjadi perbedaan maka dilakukan kesepakatan. Namun untuk mewadahi pelaksanaan pengadaan di kabupaten di 7 kabupaten optimalisasi, maka KPDT mengeluarkan surat No.B.144/Dep-V-PDT/VI/2011 tgl 22 Juni 2011 tentang Penegasan Proses Pengadaan Program P2DTK yang pada initinya menyatakan bahwa pedoman yang digunakan ialah pedoman pengadaan P2DTK dengan memperhatikan beberapa perubahan yang terdapat pada Perpres No.54 tahun 2010.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 35

Tabel III.13. Jumlah Sub-Proyek Sesuai Procurement Plan Optimalisasi

No Lokasi Jumlah

Subproyek

Metode Pengadaan

Pihak ke-III

Swakelola

I Provinsi Kalbar 1 Kab.Sanggau 7 3 4 2 Kab.Bengkayang 6 6 0 3 Kab.Sambas 9 8 1

Jumlah 22 17 5 II Provinsi Sulteng

1 Kab.Poso 14 4 10 2 Kab.Tojo Una-una 17 8 9 3 Kab.Morowali 21 17 4 4 Kab.Banggai 2 2 0

Jumlah 54 31 23

Dalam perkembangannya, realisasi kegiatan subproyek optimalisasi berubah menjadi 108 subproyek. Penambahan kegiatan ini berasal dari pemanfaatan dana sisa, dana temuan BPKP, dan dana sisa siklus sebelumnya.

Tabel III.14. Jumlah Realisasi Subproyek Optimalisasi

No Lokasi Jumlah

Subproyek Metode Pengadaan

Pihak ke-III Swakelola I Provinsi Kalbar

1 Pendidikan 16 0 16 2 Kesehatan 16 3 13 3 Infrastruktur 32 30 2

Jumlah 64 33 31 II Provinsi Sulteng

1 Pendidikan 16 9 7 2 Kesehatan 15 10 5 3 Infrastruktur 13 8 5

Jumlah 44 27 17 Keterangan: Data terakhir s.d bulan Februari 2012.

(3) Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang sering dihadapi oleh konsultan pengadaan dalam review dokumen ialah:

1) Perbedaan jumlah subproyek dalam SPB dan dokumen pengadaan,

sehingga menyulitkan dalam proses identifikasi awal dan review dokumen.

2) Perbedaan pemahaman pengadaan dalam P2DTK sehingga perlu penjelasan mendalam, dan tidak mudah untuk menerima penjelasan baru sedangkan kegiatan telah berakhir.

3) Adanya penggantian personil (TK, UPKD) dan tidak adanya serah terima dokumen menyulitkan dalam memperoleh dokumen pengadaan, maupun saat penandatanganan BA.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 36

4) Pelaku program tidak bersedia memberikan dokumen pengadaan. 5) Pelaku program (UPKD, Satker) masih sulit dan tidak berani

melakukan perbaikan dokumen karena dianggap bertentangan dengan peraturan yang ada.

6) Pelaku program enggan melakukan perbaikan dokumen dengan anggapan program/proyek telah berakhir, dan sudah tidak ada DOK untuk melakukan perbaikan dokumen.

7) Dokumen yang perlu diperbaiki dan BA acara belum mendapat tanggapan dan belum ditandatangani.

8) Penyimpanan dan pengarsipan dokumen pengadaan kurang baik, sehingga kesulitan untuk memperoleh data dan harus mengumpulkan kembali dokumen tersebut.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh konsultan pengadaan dalam pendampingan optimalisasi ialah:

1) Proses penyusunan procurement plan lambat yang disebabkan adanya perubahan desain dan RAB, sehingga kegiatan pengadaan/pelelangan tidak dapat dilaksanakan segera;

2) Adanya perbedaan jumlah subproyek antara data procurement plan/SPB dengan jumlah realisasi subproyek;

3) Pelaku program (Satker,UPKD, panitia lelang) belum mau melaksanakan pelelangan sebelum DIPA diterima langsung di kabupaten;

4) Hampir seluruh proses pengadaan menggunakan ketentuan dalam Perpres 54 tahun 2010, yang sedikit berbeda dengan Panduan Pengadaan P2DTK;

5) Akibat penggunaan Perpres 54/2010, maka jadwal pelelangan, dan tahapan kegiatan relatif lebih lama dibandingkan Panduan Pengadaan P2DTK.

6) Adanya pelelangan ulang yang mengakibatkan proses penandatanganan kontrak dan pelaksanaan subproyek terhambat.

7) Adanya metode pengadaan barang yang tidak dikenal dalam Panduan Pengadaan P2DTK, yaitu pengadaan langsung, dan pelelangan sederhana.

8) Adanya keterkaitan antar subproyek, sehingga bila salah satu subproyek belum selesai, maka subproyek yang lainnya tidak dapat diselesaikan/dikerjakan.

9) Panitia lelang belum independen, masih dipengaruhi oleh pihak lain (atasan, pihak III), sehingga keputusan panitia sangat lemah.

10) Kegiatan pengadaan dalam swakelola belum dipahami oleh pelaku program.

3.5. Pengelolaan Management Informasi System (MIS) 1. Penerapan Aplikasi MIS KM. Nas

Penerapan aplikasi MIS sudah berjalan dengan baik di 10 provinsi wilayah Program P2DTK. Progres data MIS SPADA sampai dengan periode bulan 15 Januari 2012 untuk data pencairan Aceh – Sumut

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 37

masih dilakukan rekonsiliasi dengan data pembanding SAI dan Reksus. Secara umum beberapa kendala yang dihadapi selama penerapan aplikasi MIS adalah sebagai berikut:

• Pelaporan Aceh – Sumut sejak tahun 2007 sampai dengan Mei 2010 dibawah kendali langsung PIU P2DTK – KPDT. Aplikasi MIS diserahkan ke KM. Nas mulai awal September 2010 dengan kondisi data MIS tidak lengkap;

• Pengendalian atas demobilisasi FK dan KM-Kab yang secara kontraktual addendum perusahaan tidak terkoordiNasikan dengan KM. Nas dan KM. Prov, sehingga pelaporan akhir FK dan KM-Kab termasuk didalamnya terkait data MIS menjadi kurang terpantau; dan

• Belum adanya bentuk pemberlakuan tindakan kepada FK/KM. KAB/KM. Prof atas kinerja MIS sebagai wujud reward and punishment.

Adapun gambaran hasil pemetaan terhadap progres penerapan aplikasi MIS SPADA per Provinsi sampai dengan periode bulan 15 Januari 2012 dapat digambarkan sebagai berikut:

3. Penetapan Data MIS Sebagai Basis Penyusunan Laporan

Latar belakang diberlakukannya system pelaporan berbasis MIS adalah tidak lengkapnya data – data pada aplikasi MIS P2DTK yang di input, kurang disiplinnya pengimputan data dan pengiriman data dari daerah ke pusat, serta banyaknya data – data yang tidak tervalidasi dan tidak singkron pada aplikasi MIS, sedangkan dilain pihak, bahwa pelaporan harus bersipat cepat, lengkap, dan valid. Hal tersebut tidak dapat dilakukan tanpa menggunaka system database yang dijalankan oleh sebuah program aplikasi (Aplikasi MIS P2DTK versi 4.0). Untuk merubah beberapa hal seperti tersebut diaatas, maka di berlakukanlah mekanisme system pelaporan berbasis MIS yang mana didalamnya berisi bahwa semua laporan (termasuk laporan bulanan) yang berhubungan dengan 8 formulir MIS, baik di KM. Kab, di KM. Prov dan di KM. Nas harus bersumber dari Aplikasi MIS P2DTK versi 4.0.

4. Petunjuk Teknis Verifikasi Data

Beberapa memorandum yang berhubungan dengan petunjuk teknis verifikasi data di atas bertujuan untuk meningkatkan kwalitas data MIS P2DTK (8 form MIS) dalam jaminan terverifiktasi, valid, lengkap, up to date, dan terkirim tepat waktu. Adapun ruang lingkup yang dilakukan mencakup pengumpulan data manual, proses pelaksanaan verifikasi dan validasi data, proses entry data dan proses pengiriman data. Hasil pelaksanaan dari beberapa petunjuk teknis di atas adalah didapatkannya hasil data yang cukup lengkap dan valid untuk semua form MIS (8 Form), serta ter entrynya semua kegiatan yang bersumber dari sisa dana lelang.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 38

5. Pelatihan Operator MIS

Pelatihan operator ditujukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dari operator – operator komputer KM. Kab, terhadap tekhnik dan tatacara penggunaan Aplikasi MIS P2DTK. Hal tersebut terus dilakukan secara berjenjang oleh MIS KM. Nas dan MIS KM. Prov baik melalui pelatihan secara terpusat yang dilakukan di kantor KM. Prov, maupun pelatihan langsung melalui supervise MIS di daerah. Kurangnya pengetahuan operator atas program aplikasi MIS, serta tingginya pergantian dari operator di tingkat daerah menyebabkan perlunya secara intensif untuk dilakukan pelatihan. Hasil dari pelaksanaan pelatihan operator yag dilakukan secara terus menuerus maka data – data yang dikirim melalui aplikasi MIS relative lancer dan dapat terisi dengan lengkap pada aplikasi MIS P2DTK (8 Form)

6. Manual Entry Data MIS

Pada bulan Desember 2008 telah diperoleh surat persetujuan (NOL) dari Bank Dunia untuk satu set manual formulir laporan untuk merekam kegiatan P2DTK / PNPM Mandiri DTK yang terdiri dari 8 buah formulir standar, antara lain : Formulir Pelaku, Formulir Realisasi Pelatihan, Rencana Implementasi dan Realisasi Penggunaan Dana BLM, Formulir Pencairan DOK dan BLM, Formulir Monitoring Penyelenggaraan Kegiatan dan Forum, Formulir MPHM, Formulir PSS, dan Formulir HCU ). Manual ini menjelaskan secara ringkas penggunaan 8 buah formulir standar tersebut. Pada manual ini diberikan penjelasan makna dari masing-masing kolom yang terdapat pada tiap formulir. Tujuan dari adanya manual ini adalah agar diperoleh kesepakatan dan kesamaan pandang dalam mengartikan dan mengisi kolom-kolom pada tiap formulir. Sumber data untuk mengisi formulir tersebut bisa berupa formulir lain sebagai pendahulunya, namun bisa juga harus diramu dari berbagai dokumen terpisah. Dari formulir tersebut kemudian dibuat program aplikasi untuk memudahkan penggunaannya dan merekam datanya sehingga terbentuk database yang dijalankan oleh Aplikasi MIS Versi 4.0. Aplikasi MIS Versi 4.0 di jalankan mulai bulan vebruari 2010 Selain Aplikasi MIS, untuk memudahkan dalam penggunaan aplikasi tersebut maka di buat juga Petunjuk penggunaan program aplikasi MIS. Aplikasi MIS yang di bangun, di lengkapi juga dengan fasilitas atau menu pengiriman data dari daerah (KM. Kab ke KM. Prov, dan dari KM. Prov ke KM. Nas) yang di beri nama menu Export Data Aplikasi MIS Versi 4.0. Sehingga pengiriman data dapat dilakukan secra otomatis dan cepat oleh seluruh pengguna aplikasi MIS tersebut.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 39

3.6. Monitoring, Supervisi dan Evaluasi

Monitoring pada prinsipnya adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi secara berkelanjutan sesuai alur tahapan program untuk memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai rencana. Hasil monitoring sangat berguna sebagai input proses evaluasi kegiatan. Sementara itu evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat sejauh mana manfaat dan dampak dari program. Penjelasan di dalam PAD (Project Appraisal Document) menyebutkan bahwa unsur dari “Monitoring” antara lain: (a) Monitoring partisipatif dari masyarakat; (b) Supervisi rutin dan laporan bulanan; (c) Pelaksanaan MIS; (d) Monitoring independen oleh kelompok masyarakat dan atau LSM; (e) Studi kasus; dan (f) Pelaksanaan HCU. Unsur-unsur kegiatan di dalam “evaluasi” antara lain: (a) Impact study; (b) Studi khusus sektoral/bidang; (c) Asessment PSS; (d) Pemetaan konflik; (e) Asessment hasil training; dan (f) Audit keuangan. Sub bab ini akan memaparkan point-point tentang: Monitoring partisipatif dari masyarakat; Kegiatan supervisi rutin; Monitoring independen oleh kelompok masyarakat dan atau LSM; Studi kasus; Impact study; dan Studi khusus sektoral/bidang. Sementara Laporan bulanan; Pelaksanaan HCU; Pemetaan konflik; Audit Keuangan; Pelaksanaan MIS; Asessment PSS; dan Asessment hasil training dipaparkan dalam sub-bab tersendiri.

1. Monitoring partisipatif masyarakat. Monitoring partisipatif oleh masyarakat sesungguhnya terlaksana secara inherent di dalam prosedur pelaksanaan P2DTK mulai dari tahap perencanaan sampai pertanggungjawaban kegiatan sebuah sub-proyek melalui media Musyawarah Masyarakat. Setidaknya ada 6 jenis forum musyawarah masyarakat seperti: (a) Forum Musyawarah Perangkingan; (b) Forum Musyawarah Pendanaan; (c) Forum Musyawarah Pertanggungjawaban. Ketiga forum tersebut dilaksanakan di tingkat kecamatan. P2DTK wilayah Aceh-Sumut tidak memakai ketiga jenis forum tersebut karena pendekatan programnya hanya di tingkat kabupaten; (d) Forum Musyawarah Perangkingan; (e) Forum Musyawarah Pendanaan; dan (f)Forum Musyawarah Pertanggungjawaban, dimana ketiga forum yang disebut terakhir dilaksanakan pada tingkat kabupaten dan berlaku diseluruh wilayah program P2DTK. Peran dan fungsi masing-masing forum ini sudah dipaparkan di Bab 2 laporan ini. Berikut ini dipaparkan jumlah forum-forum partisipasi masyarakat tersebut, kuantitas pelaksanaannya serta kualitas forum dalam rangka memberikan monitoring terhadap proses pelaksanaan kegiatan. Tabel III.15. Rekapitulasi Monitoring Masyarakat Melalui Forum-Forum

Provinsi Perempuan Laki - Laki Total

Aceh 5.472 12.768 18.240 Sumatra Utara 576 1.344 1.920 Bengkulu 5.184 12.096 17.280 Lampung 4.896 11.424 16.320 Nusa Tenggara Timur 1.728 23.654 25.382

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 40

Provinsi Perempuan Laki - Laki Total

Kalimantan Barat 9.745 29.872 39.617 Kalimantan Tengah 6.398 21.894 28.292 Sulawesi Tengah 9.341 16.286 25.627 Maluku 9.216 21.504 30.720 Maluku Utara 5.760 13.440 19.200

Total 58.316 164.282 222.598 26,20% 73,80% 100,00

Sumber: KM Nas

2. Kegiatan supervisi KM. Nas. Kegiatan supervisi atau kunjungan pemeriksaan kelapangan, dilaksanakan dengan tujuan menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan dan sebagai langkah antisipatif terhadap upaya penyimpangan atau penyelewengan. Hasil pemeriksaan digunakan pula sebagai dasar untuk pembinaan dan pemberian dukungan teknis kepada pelaku P2DTK dan masyarakat. Point-point yang menjadi sasaran supervisi antara lain: (a) Proses pelaksanaan kegiatan, ketersediaan dan kualitas bahan/material; (b) Jumlah angkatan kerja yang menunjang kelancaran pekerjaan, administrasi dan rencana kerja TPK; (c) Tingkat partisipasi masyarakat, realisasi swadaya masyarakat; (d) Perkembangan pencairan dan penyaluran dana serta kesesuaiannya dengan perkembangan fisik sub-proyek; (e) Kesesuaian progress kegiatan dengan master plan kegiatan; dll. Diagram III.07. Rekapitulasi Frekuensi Supervisi KM. Nas 2007 - 2012

Sumber: KM. Nas-Data Monev Periode 2007 -2008 frekuensi supevisi KM.Nas bisa dikatakan belum banyak dilakukan karena beberapa sebab, seperti: (a) Tenaga ahli KM. Nas masih dalam fase awal penyesesuaian karena baru saja dilakukan mobilisasi; (b) KM. Nas terlibat dengan penyiapan materi dan kurikulum pelatihan untuk para pelaku P2DTK bersama PIU-KPDT; dan (c) Internal KM. Nas sendiri harus mempersiapkan mekanisme-

81

170

488

82 98

6

12767

421

1712

198

Prop

Kab

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 41

mekanisme kerja antar tenaga ahli dan perencanaan-perencanaan yang terkait dengan langkah “pengendalian” program. Frekuensi kunjungan supervisi KM.Nas tersebut semakin meningkat mulai periode 2008 sejalan dengan kegiatan-kegiatan di lapangan yang semakin padat dan menyangkut berbagai aspek. Periode 2009 sampai 2011 merupakan periode frekuansi kunjungan supervisi yang paling padat, dan bahkan di tahun 2011 frekuensi supervisi mencapai 1.712 HOK (Hari Orang Kerja)1

3. Pelaksanaan Studi-Studi

atau mencapai angka 100% dari kuota jatah hari supervisi. Tingginya tingkat supervisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (a) Periode tersebut merupakan periode dimana jumlah sub-proyek sudah sangat banyak (mencapai sekitar 10.000 sub-proyek) yang tersebar di 10 provinsi; (b) Periode tersebut, khususnya antara 2010 – 2011 merupakan periode pengakhiran P2DTK di wilayah Aceh-Sumut dan wilayah Nasional, yang memerlukan monitoring dan supervisi secara intens; dan (c) Adanya kebijakan Optimalisasi untuk Provinsi Sulawesi Tengah dan Kalimantan Barat, sehingga memerlukan supervisi dan penyiapan lapangan secara maksimal. Ukuran mengenai sejauh mana kualitas seorang tenaga ahli melakukan supervisi di lapangan memang tidak diketahui. Namun kualitas supervisi bisa digambarkan melalui sejauh mana kegiatan supervisi direncanakan di internal KM. Nas dan sejauh mana pula hasil-hasil supervisi lapangan tersebut menjadi masukan kebijakan program di internal KM. Nas. Dari laporan bulanan KM. Nas sejak 2007 sampai Maret 2012 bisa digambarkan mengenai kegiatan supervisi tersebut, yaitu bahwa: (a) Perencanaan supervisi selalu dibahas di dalam pertemuan rutin KM. Nas dengan mempertimbangkan paling tidak beberapa hal seperti isu di lapangan yang sedang atau paling urgent, kemendesakan untuk diselesaikan, keseuaian jadual kegiatan dengan master plann, dll; (b) Plotting tenaga ahli disesuaikan dengan kebutuhan supervisi lapangan; dan (c) Hasil supervisi dilaporkan dalam bentuk laporan supervisi dan selalu menjadi bahan diskusi dalam menentukan kebiajakan-kebijakan srtategis pendampingan/pengendalian lapangan pada bulan atau tahapberikutnya.

Studi-studi tematik di dalam P2DTK sesungguhnya merupakan bagian dari proses kegiatan evaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas program telah dilaksanakan, baik dari aspek teknis manajemen program maupun arah capaian-capaian program sebagaimana telah ditetapkan dalam Key Performance Indicator maupun dokumen-dokumen lain mengenai kinerja program.

1 HOK kunjungan supervisi dihitung berdasarkan perhitungan rata-rata jumlah tenaga

ahli yang melakukan supervisi per bulan (yaitu 10 orang), jumlah kuota jatah hari supervisi per bulan (yaitu 15 hari dikalikan 10 orang tenaga ahli). Dalam satu tahun kerja diperkirakan jumlah kuota hari kunjungan supervisi adalah 1.800 HOK.

Frekuensi kunjungan supervisi KM. Nas sangat meningkat sejak 2008 seiring dengan semakin banyaknya subsub proyek yang harus disupervisi.

Studi-studi tematik di dalam program P2DTK belum banyak yang dilaksanakan. Sejauh ini hanya Output Study yang sudah erealisasi.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 42

PAD dan Pedoman Teknis Pelaksanaan P2DTK telah mengamanatkan bahwa di dalam mekanisme monitoring-evaluasi P2DTK harus dilaksanakan beberapa studi seperti Studi Kasus; Impact Study, dan Studi khusus sektoral/bidang. Sejauh ini hanya Studi Output yang sudah dilaksanakan baik untuk wilayah P2DTK Aceh-Sumut maupun P2DTK Nasional. Hasil dari kedua studi tersebut dipergunakan untuk melengkapi dan menjawab KPI P2DTK, dan di dalam bagian lain laporan ini penjelasan tentang KPI tersebut juga dipaparkan.

3.7. Pengaduan dan Penyelesaian Masalah (HCU)

Pengaduan dan Penyelesaian Masalaha (Handling Complaint Unit) adalah sebuah mekanisme instrumen program yang dikembangan P2DTK untuk menyelesaikan masalah dan sengketa yang berkaitan dengan indikasi penyimpangan dana P2DTK, baik dari pelaksana program di tingkat masyarakat sampai pelaksana di tingkat kabupaten, baik dari unsur masyarakat, Pihak ke-III, maupun unsur pemerintah. Tujuan praktis jangka pendek dikembangkannya HCU ini adalah agar semua masalah berkaitan dengan manajemen keuangan P2DTK segera selesai pada saat periode program berakhir, sehingga tidak meninggalkan sisa permasalahan yang berlarut-larut. Sementara tujuan ideal jangka panjang adalah memperkuat budaya akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan proyek-proyek di daerah. Dalam mengimplementasikan mekanisme HCU ini P2DTK telah menempatkan satu orang Konsultan HCU dan MPHM di KM. Nas, satu orang Konsultan HCU dan MPHM di setiap KM. Prov, serta didukung oleh seorang pengacara di setiap KM. Kab dan petugas pendamping di setiap kecamatan. Penanganan terhadap kasus-kasus yang muncul telah berakhir pada akhir Mei 2012 seiring dengan selesainya program P2DTK. Sampai dengan akhir Mei 2012 capaian secara umum adalah ditemukan total penyimpangan dana di P2DTK sebsar Rp. 11.698.534.830,-, dana yang sudah dikembalikan (selesai) Rp. 11.555.302.113,- (98,78%), sisa dana yang belum kembali ke negara Rp. 143.232.717,- (1,22%). Sebagai gambaran proses durasi penyelesaian sebuah kasus temuan, bisa dikatakan bahwa kasus yang satu sangat berbeda percepatan penyelesaiannya dengan kasus yang lain. Tindak lanjut yang dilakukan terkait hasil audit BPKP dan kasus pengaduan dapat di gambarkan sebagai berikut : • Terhadap hasil audit BPKP telah dilakukan workshop dengan tujuan adanya

klarifikasi dan tindak lanjut penyelesaian antara satker kabupaten dengan perwakilan BPKP di antaranya workshop Bandung Agustus 2009, Surabaya Oktober 2010, Lombok Juni 2011 dan di Bandung Oktober 2011, namun untuk kabupaten Kepahiang belum ada tindak lanjut penyelesaian oleh satker, kabupaten Tojo Una-una terkendala dengan penyelesaian temuan

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 43

PPh 21 dimana satker sulit menemukan nara sumber karenah merekah sudah pinda lokasi tugas.

• Hasil audit BPKP TA 2010 terkiat dengan temuan pajak PPN di kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Timur, KPDT telah mengirim surat kepada Bupati agar temuan tersebut merupakan tanggung jawab daerah untuk menyelesaikan dengan pihak Perwakilan BPKP Banda Aceh seiring dengan telah dilakukan serah terimah aset P2DTK dari menteri PDT kepada bupati pada bulan Desember 2011.

• Terhadap kasus penyimpangan dana (non audit BPKP) proses penyelesaian menggunakan pola dan mekanisme program yang termuat dalam manual penyelesaian masalah dengan mengedepankan transparansi dan keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian.

• Terhadap kasus penyimpangan dana yang dilakukan oleh pelaku program dan konsultan, empat kasus diantaranya dapat di selesaikan lewat jalur hukum (litigasi) sampai pada putusan pengadialan dimana 9 orang pelaku program dan 1 orang konsultan kabupaten harus menerima hukuman penjara dan mengembalikan uang ke kas negara dan rekening program.

3.7.1. HCU Wilayah Aceh-Sumut

a. Status Pengaduan Masalah

Status penyelesaian masalah di Aceh dan Sumatera Utara sampai akhir Mei 2012 seluruhnya 289 kasus (216 di Aceh dan 73 di Sumut) sudah selesai. Total penyimpangan dana yang terjadi di Aceh-Sumut sebesar Rp. 2.438.047.492,-. Sampai akhir Mei 2012 seluruhnya telah kembali ke kas negara sebesar Rp. 2.438.047.492,-. Tabel III.16. Rekap Penyimpangan dan Pengembalian Dana Aceh dan Sumut

Jumlah Kasus Awal

Nilai Peyimpangan

Rp

Jumlah Kasus

Selesai

Nilai Pengembalian

Rp

Sisa Kasus Belum Selesai

Sisa Dana Belum

Dikembalikan Rp

289 2.438.047.492 289 2.438.047.492 0 0

100 % 100% -- 0%

Sumber: Data HCU-per akhir Mei 2012 Tabel III.17. Rekap Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di Aceh

No

Uraian

Laporan /P

engaduan

Tem

uan /upervisi

Klasifikasi Masalah

Jumlah

Kasus

Manajerial

Kasus Implementasi

Kategori

1 2 3 4

1 Selesai 11 205 48 40 115 12 1 216 2 Proses - - - - - - - -

Jumlah 11 205

48 40 115 12 1

216 216 168

Sumber: Data HCU-KM. NAS, per 30 Mei 2012

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 44

Status penyelesaian masalah di Aceh dan Sumut adalah bahwa sampai akhir Mei 2012 dari semua kasus di Aceh yang sebanyak 216 kasus, sudah terselesaikan 216 kasus (100%), terdiri atas 48 kasus manajerial dan 168 kasus implementasi. Sementara itu di Sumatera dari 73 temuan kasus juga sudah terselesaikan 100%, terdiri atas 58 kasus manajerial dan 15 kasus implementasi.

Tabel III.18. Rekap Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di Sumut

No

Uraian

Laporan /P

engaduan

Tem

uan /upervisi

Klasifikasi Masalah

Jumlah

Kasus

Manajerial

Kasus Implementasi

Kategori

1 2 3 4

1 Selesai - 73 58 13 2 - - 73 2 Proses - - - - - - - -

Jumlah - 73

58 13 2

73 73 15

Sumber: Data HCU-KM. NAS, per 30 Mei 2012 Keterangan: Kategori 1 : Penyimpangan prinsip dan prosedur; Kategori 2 : Penyalagunaan atau penyelewengan dana; Kategori 3 : Intervensi yang merugikan masyarakat maupun kepentingan program; Kategori 4 : Force majeure (suatu keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia seperti : bencana alam, kerusuhan masal

3.7. 2. HCU Nasional dan Seluruh Wilayah P2DTK

Sampai dengan 30 Mei 2012 di wilayah P2DTK Nasional (8 propinsi non Aceh dan Sumut), dari 1.906 kasus yang ditemukan telah terselesaikan 1.900 kasus dan masih menyisakan 6 kasus yang masih dalam proses. Dari 6 kasus tersebut, sebanyak 1 kasus adalah kasus manajerial dan 5 kasus implementasi. Sementara dari 1.900 kasus yang sudah selesai dapat dirinci terdiri dari 1.185 kasus manajerial, 240 kasus kategori I implementasi, 445 kasus kategori II implementasi, 24 kasus kategori III implementasi, dan 12 kasus kategori IV implementasi.

Tabel III.19. Rekap Pengaduan dan Penyelesaian Masalah di P2DTK Nasional

No

Uraian

Laporan /P

engaduan

Tem

uan /upervisi

Klasifikasi Masalah

Jumlah

Kasus

Manajerial

Kasus Implementasi

Kategori

1 2 3 4

1 Selesai 203 1.697 1.184 240 440 24 12 1.900

2 Proses 2 4 1 - 5 - - 6

Jumlah 205 1.701

1.185 240 445 24 12

1.906 1.906 721

Sumber: Data HCU-KM. NAS, per 30 Mei 2012

Total penyimpangan dana P2DTK di wilayah Nasional ditemukan sebanyak Rp. 9.260.487.388,-. Sebesar 97,81%-nya telah kembali ke Kas Negara.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 45

Sementara itu untuk kasus HCU dari seluruh wilayah P2DTK (10 provinsi) sampai akhir Mei 2012 ditemukan 2.195 kasus (pengaduan 12 kasus dan temuan 1.978 kasus). Darisudut klasifikasi kasus, maka bisa dipilah 1.290 kasus manajerial dan 905 kasus implementasi.di Ini berarti bahwa penyimpangan-penyimpangan dana yang ada cenderung terjadi dalam ranah kesalahan menejerial atau kesalahan pengelolaan oleh pelaku-pelaku P2DTK. Sementara kasus penyimpangan yang berkaitan dengan implementasi relatif lebih sedikit dibanding jenis kasus yang pertama.

Tabel III.20. Rekapitulasi Detail Pengaduan dan Masalah di Seluruh Wilayah P2DTK

No

Uraian

Laporan/ P

engaduan

Tem

uan / Supervisi

Klasifikasi Masalah

Jumlah

Kasus

Manajerial

Kasus Implementasi

Kategori

1 2 3 4

1 Selesai 214 1.975 1.289 293 558 36 13 2.189

2 Proses 2 3 1 - 5 - - 6

Jumlah 216 1.979

1.290 293 563 36 13

2.195 2.195 905

Sumber: Data HCU-KM. NAS, per 30 Mei 2012 Upaya penyelesaian terhadap kasus-kasus tersebut terus dilakukan baik melalui kunjungan supervisi ke lapangan, komunikasi, maupun melalui surat resmi atas nama PIU-KPDT. Dari 2.195 kasus yang ditemukan di seluruh wilayah P2DTK, sampai akhir Mei 2012 telah diselesaikan 2.189 kasus. Sampai akhir Mei masih menyisakan sebanyak 6 kasus terdiri atas 5 kasus implementasi dan 1 kasus manajerial. Progres penyelesaian masalah sampai akhir Mei 2012 masih fokus pada penyelesain masalah implementasi dan manajerial. Jika ditelaah secara keseluruhan dari semua wilayah P2DTK untuk dana BLM dan DOK mulai dari Siklus 1, 2 dan 3 TA 2009 s.d 2010 dan TA. 2011 baik hasil audit BPKP dan pengaduan, ditemukan besar penyimpangan dana mencapai Rp. 11.698.534.830,- atau 1,17% dari total penyaluran BLM dan DOK yang sebesar Rp. 1.003.911.278.993,-. Dari total besarnya penyimpangan dana tersebut, yang sudah dikembalikan sampai akhir Mei 2012 sebesar Rp. 11.555.302.113,- (98,78%) dari besarnya penyimpangan yang terjadi, sementara sampai posisi akhir Mei 2012 sisa dana yang belum dikembalikan Rp. 143.232.717,- (1,22%).

Tabel III.21. Presentase Penyelesaian Kasus Berdasarkan Audit BPKP dan Pengaduan, per 30 Mei 2012

No Uraian Nilai

Penyimpangan Nilai

Pengembalian Sisa

1 Audit BPKP Nasional 5.425.290.074 5.349.552.357 75.737.717

Presentase (%) 100% 98,60% 1,40%

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 46

No Uraian Nilai

Penyimpangan Nilai

Pengembalian Sisa

2 Audit BPKP Aceh, Sumut 2.313.082.492 2.313.082.492 -

Presentase (%) 100% 100% -

3 Laporan pengaduan (HCU) Aceh 124.965.000 124.965.000 -

Presentase (%) 100% 100% -

4 Laporan/Pengaduan (HCU) Nasional 3.835.197.264 3.767.702.264 67.495.000

Presentase (%) 100% 98,24% 1,76%

Total BPKP + Pengaduan 11.698.534.830 11.555.302.113 143.232.717

Presentase (%) 100% 99,78% 1,22%

Sumber: Data HCU-KM Nas, per 30 Mei2012

KM Nas. tentu saja tidak bisa melakukan fasilitasi terus menerus terhadap semua kasus yang ada sampai pada penyelesaiannya. Terbatasnya kontrak kerja KM. Nas sebagai konsultan pendamping teknis tingkat Pusat untuk program P2DTK telah berakhir . Sementara itu, mengingat sudah dilakukan serah terima dan alih kelola kegiatan dari Menteri Negara PDT ke Bupati, maka semua masalah penyimpangan dana yang belum selesai, proses penyelesaian diserahkan dan akan dilakukan oleh kabupaten masing-masing. KM. Nas akan berperan memberikan dukungan penanganan.

3.8. Capaian Realisasi Sub-Proyek

3.8.1. Realisasi Sub-Proyek P2DTK Aceh-Sumut Sub bab ini ingin memaparkan secara ringkas tentang jumlah sub-proyek yang dilaksanakan di Aceh-Sumut dan gambaran kondisi tentang kualitas proyek-proyek yang sudah dilaksanakan tersebut berdasarkan hasil sertifikasi. Melalui pemparan tersebut diharapkan tergambar efektifitas dari proyek-proyek yang telah dilaksanakan oleh P2DTK.

1. Bidang Pendidikan

a. Realisasi Sub Proyek Bidang Pendidikan

Dari hasil kegiatan sub project pendidikan, terutama kegiatan non-fisik, yang dilaksanakan di propinsi Aceh dan Sumatera Utara ( Nias dan Nias Selatan ), total jumlah kegiatan yang teralisasi untuk propinsi Aceh sebanyak 441 jenis kegiatan, dan yang terbanyak adalah dilakukan di siklus 2 sebanyak 204 kegiatan. Dari Jumlah total kegiatan Pendidikan di Aceh, sekitar 59% adalah kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan (sebanyak 191 kegiatan ) sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan akses pendidikan sebesar 37% dan yang berkaitan dengan manajemen pendidikan sebesar 4%. Total realisasi pengunaan dana BLM Kabupaten kegiatan pendidikansebesar Rp 49.849.003.205,- Dari dana tersebut terserap paling besar pada kegiatan peningkatan

Sebagian besar P2DTK di Aceh fokus untuk mutu pendidikan (59%), menyerap 62% dana BLM untuk pendidikan yang disediakan. Sementara akses pendidikan menyerap 35% dana tersedia.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 47

mutu pendidikan, yakni sebesar Rp 30.980.042.666,- (62%), untuk akses pendidikan terserap 35% dan manajemen pendidikan sebesar 3%. Tabel III.22. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Pendidikan Berdasarkan SPB Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Propinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009)

Siklus 3

( 2010 ) Jumlah

1 Aceh 75 204 -- 198 477

2 Sumut 5 17 -- 21 43

Total 80 221 -- 219 520

Sumber: Data MIS - KM. NAS

Sementara itu kegiatan pendidikan di propinsi Sumatera Utara (Sumut) untuk Kabupaten Nias dan Nias Selatan berjumlah 43 kegiatan, dimana untuk akses pendidikan sebesar 58 % (26 kegiatan akses) dan sisanya adalah kegiatan mutu pendidikan 42% ( 17 kegiatan ). Dari total anggaran BLM Kabupaten sebesar Rp 5.101.457.515,- kegiatan Mutu pendidikan menyerap Rp 2.902.421.315 atau 57%, sedangkan 43% lainnya adalah untuk akses pendidikan sebesar Rp 2.101.457.515,-

b. Kualitas Sub Proyek Bidang Pendidikan

Kualitas pelaksanaaan kegiatan Sub Project bidang pendidikan bila ditinjau dari pelaksanaan kegiatan dari siklus 1 sampai siklus 3, realisasinya sudah baik sesuai dengan harapan P2DTK. Sub proyek bidang pendidikan di Propinsi Aceh yang berkreteria baik sebanyak 396 (83,02%) dan yang berkriteria cukup 81 sub proyek (16,98%) dari total 477 sub proyek. Sementara di Kabupaten Nias dari total 43 sub proyek semuanya (100%) bekriteria baik.

Diagram III.08. Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Pendidikan Berdasarkan Hasil Sertifikasi (Aceh-Sumut)

Sumber: Data MIS - KM. Nas Keterangan: Kualitas pekerjaan ini diukur berdasarkan kreteria sertifikasi yang dilakukan pada proses dan pelaksanaan kegiatan.

Sementara di Sumut (untuk Nias dan Nias Selatan), akses akan pendidikan lebih menjadi kegiatan utama, yakni 58% dari seluruh kegiatan pendidikan yang ada, dan menyerap 57% dana BLM bidang Pendidikan

Kualitas inftrastruktur bidang pendidikan ini dinilai berdasarkan standard “sertifikasi” pada proses pelaksanaan pembangunannya. Rata-rata di Aceh 83% dinyatakan baik, dan di Sumut 100% baik

Total Sub Proyek Aceh

Aceh Baik (83.02%)

Aceh Cukup (16.98%)

Total Sub Proyek Sumut

Sumut Baik (100%)

477

396

8143 43

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 48

Dengan demikian secara umum di Wilayah P2DTK Aceh-Sumut dapat dikatakan bahwa sebagian besar sub proyek yang telah dilaksanakan, dapat digolongkan dalam kriteria baik dari segi sertfikasi sub proyek.

2. Bidang Kesehatan

a. Realisasi Sub Proyek Bidang Kesehatan

Secara keseluruhan jumlah kegiatan sub projek bidang kesehatan di 17 Kabupaten di propinsi Aceh dan 2 kabupaten di propinsi Sumatra Utara dari seluruh Siklus 1, 2, 3 (2009) dan 3 (2010) berjumlah 469 kegiatan non fisik. Dari total kegiatan tersebut, sebanyak 441 kegiatan dilaksanakan di Provinsi Aceh dan 28 kegiatan dilaksanakan di Sumatera Utara. Adapun siklus yang paling banyak jumlah kegiatannya adalah pada Siklus 2.

Tabel III.23. Penyelesaian Sub-Proyek Berdasarkan SPB Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Propinsi

Bidang Kesehatan

Jumlah Siklus 1 Siklus 2

Siklus 3

(2009)

Siklus 3

(2010)

1 Aceh 92 177 - 172 441

2 Sumut 5 13 - 10 28

Total 97 190 - 182 469

Sumber: Data MIS - KM. NAS

Dari 469 kegiatan yang dilaksanakan di Aceh-Sumut, sebanyak 313 sub-proyek (72,80%) adalah sub-proyek yang berkaitan dengan peningkatan mutu penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Kecenderungan yang sama juga terjadi di kabupaten lain di luar Aceh-Sumut. Misalnya saja kegiatan Penyiapan Desa Siaga, menjadi salah satu kegiatan terbesar di hampir semua kabupaten P2DTK. Dari sudut pengalokasian anggaran BLM kabupaten untuk bidang kesehatan, sebesar 30% dana yang ada diperuntukkan bagi kegiatan non-fisik tentang peningkatan mutu dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Kegiatan bidang kesehatan di Aceh yang menyangkut peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencapai angka realisasi Rp. 26.699.436.827 atau sebesar 70% dari alokasi yang disediakan Rp. 38.285.446.946,- Sementara untuk pelayanan dan akses hanya 23% dan 17%. Berbeda dengan Sumatera Utara, sebagian besar dana terserap untuk peningkatakan pelayanan kesehatan mencapai dana realisasi Rp. 3.301.155.296, atau 53% dari dana alokasi kesehatan Rp. 6.196.941.170,-.

b. Kualitas Sub Proyek Bidang Kesehatan Sub-sub proyek bidang kesehatan yang dilaksanakan di Aceh dan Sumatera Utara, berdasarkan pandauan sertifikasi memiliki kualitas lebih sebagian besar dinilai baik. Sub proyek kesehatan non fisik yang

Sebagian besar kegiatan bidang kesehatan non-fisik di Aceh-Sumut terfokus untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan, yaitu sebesar 72,80% dari seluruh sub-proyek. Sebesar 95% sub-sub proyek tersebut diklasifikan “baik”.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 49

dilaksanakan di Aceh sebesar 85,71% dikategorikan baik. Sebesar 14.29% sub-proyek dinilai cukup. Sementara di Sumatera Utara 100% dinilai berkualitas baik. Diagram III.09. Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Kesehatan Berdasarkan Hasil Sertifikasi Kabupaten (Aceh-Sumut)

Sumber: KM. Nas-TA Kesehatan

3. Bidang Infrastruktur

a. Realisasi Sub Proyek Bidang Infrastruktur Sub proyek bidang infrastruktur yang dimaksud di sini adalah sub-sub proyek fisik baik yang dilaksanakan untuk bidang pendidikan, kesehatan maupun bidang infrastruktur sendiri. Total sub-proyek fisik yang terlaksana di Aceh-Sumut sebanyak 781 sub-proyek Tabel III.24. Penyelesaian Kegiatan Infrastruktur Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Propinsi Bidang Infrastruktur

Jumlah Siklus 1 Siklus 2

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

1 Aceh 139 343 0 250 732 2 Sumut 0 30 0 19 49

Total 139 373 0 269 781 Sumber: Data MIS – KM. Nas

Sebanyak 732 sub-proyek dilaksanakan di Propinsi Aceh dan sebanyak 49 sub-proyek dilaksanakan di Sumatera Utara. b. Kualitas Sub Proyek Bidang Infrastruktur Dari 732 proyek infrastruktur yang dilaksanakan di Aceh, bisa dikatakan bahwa sebesar 76,50% atau sebanyak 560 proyek dikategorikan “baik”. Sebanyak 171 proyek atau sebesar 23,36% dikategorikan “cukup baik”, dan hanya 1 proyek yang dikategorikan kurang. Sementara itu di Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan), dari 49 proyek

Total Sub Proyek Aceh

Aceh Baik (85.71%)

Aceh Cukup (14.29%)

Total Sub Proyek Sumut

Sumut Baik (100%)

441

378

6328 28

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 50

infrastruktur yang dilaksanakan semuanya atau sebesar 100% dikategorikan sebagai “baik”.

Diagram III.10. Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Infrastruktur Berdasarkan Hasil Sertifikasi Kabupaten (Aceh-Sumut)

Sumber: Data MIS – KM. Nas

Rekapitulasi dari tabel-tabel capaian sub-sub proyek di atas maka menunjukkan bahwa jumlah total sub-proyek yang dilaksanakan P2DTK di Aceh dan Sumut adalah sebanyak 1.770 sub proyek, dimana sebanyak 1.454 sub-proyek atau sebesar 82,15% dikategorikan sebagai “baik”. Sebanyak 315 sub proyek atau sebesar 17,80% dikategorikan “cukup”, dan hanya satu sub proyek yang dinilai atau dikategorikan sebagai “kurang”.

Diagram III.11. Rekapitulasi Kualitas Seluruh Sub Proyek P2DTK Aceh-Sumut TA. 2007 - 2010

Sumber: Data MIS-KM.Nas

Total Sub Proyek Aceh

Aceh Baik (76.50%)

Aceh Cukup

(23.36%)

Aceh Kurang (0.14%)

Total Sub Proyek Sumut

Sumut Baik

(100%)

732

560

171

149 49

Sub Proyek "Baik"=1.454

(82.15%)Sub Proyek "Cukup"=

315(17.80%)

Sub Proyek "Kurang"=

1(0.06%)

Total sub-proyek di Aceh-Sumut= 1.770 sub-proyek

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 51

3.8.2. Capaian Realisasi Sub-Proyek P2DTK Nasional

1. Bidang Pendidikan a. Realisasi Sub Proyek Bidang Pendidikan

Jumlah total sub-proyek pendidikan non-fisik di wilayah P2DTK Nasional adalah 2.091 sub-proyek yang tersebar di 8 propinsi. Siklus 1 dan Siklus 2 merupakan Siklus dimana kegiatan sub-proyek tersebut paling banyak dilakukan yakni sebanyak 606 dan 607 sub proyek. Dari sebaran sub-sub proyek tersebut di daerah-daerah, maka Propinsi Maluku dan Sulawesi Tengah memiliki sub-proyek jumlah yang jauh lebih banyak dari 6 propinsi yang lain.

Tabel III.25. Rekapitulasi Sub-Proyek Non-Fisik Bidang Pendidikan P2DTK Nasional

No Propinsi Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

Jumlah

1 Bengkulu 48 37 21 13 119 2 Lampung 33 39 17 22 111 3 Kalimantan Barat 57 70 25 38 190 4 Kalimantan Tengah 47 39 23 19 128 5 Maluku 122 113 68 114 417 6 Maluku Utara 58 81 27 60 226 7 Sulawesi Tengah 185 181 157 140 663 8 NTT 56 77 41 63 237

Total 606 637 379 469 2,091 Sumber: KM. Nas – MIS

b. Kualitas Sub Proyek Bidang Pendidikan

Dari sejumlah 2.091 sub proyek non-fisik bidang pendidikan yang sudah dilaksanakan tersebut, menurut penilaian sertifikasi pada saat pelaksanaan sub-proyek maka diperoleh hasil bahwa kurang dari 3% sub-sub proyek terasebut dikategorikan ”cukup” (2,39%) dan ”kurang” (0,05%). Sebagian besar sub-proyek (97,56%) dikategorikan ”baik”. Diagram III.12. Rekapitulasi Kualitas Sub-Proyek Bidang Pendidikan P2DTK Nasional

Sumber: KM. Nas - MIS

Total sub-proyek non

fisik

Kategori "Baik"

(97,56%)

Kategori "Cukup" (2,39%)

Kategori "Kurang" (0,05%)

2,091 2,040

50 1

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 52

Propinsi-propinsi seperti Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku memiliki jumlah sub-proyek yang berkategori baik cukup tinggi dibanding 5 propinsi yang lain, yaitu berturut-turut 178 sub-proyek, 399 sub-proyek, dan Sulawesi Tengah 690 sub-proyek. Data ditail sebaran penilaian sertifikasi per daerah tersaji di Lampiran 34 Tabel 47. Rekapitulasi Kualitas Sub Proyek Bidang Pendidikan P2DTK Nasional. 2. Bidang Kesehatan a. Realisasi Sub Proyek Bidang Kesehatan (Non-Fisik) Total sub-proyek non-fisik bidang Kesehatan yang dilaksanakan di wilayah P2DTK Nasional (tidak termasuk Program Optimalisasi) adalah sebanyak 1.577 sub proyek. Dari sebaran sub-proyek tersebut dapat dilihat bahwa Sulawesi Tengah memiliki sub-proyek yang paling banyak, diikuti oleh Propinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur.

Tabel III.26. Rekapitulasi Sub Proyek Non-Fisik Bidang Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

No Propinsi Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

Jumlah

1 Lampung 37 41 17 24 119 2 Bengkulu 17 33 12 11 73 3 Kalimantan Tengah 24 35 22 11 92 4 Kalimantan Barat 42 37 32 31 142 5 Sulawesi Tengah 163 125 153 57 498 6 Maluku 87 75 61 51 274 7 Maluku Utara 35 61 23 42 161 8 Nusa Tenggara Timur 71 74 38 35 218

Total 476 481 358 262 1,577 Sumber: KM Nas-MIS

b. Kualitas Sub Proyek Bidang Kesehatan (Non-Fisik) Berdasarkan proses sertifikasi terhadap sub-proyek pada saat pelaksanaan maka diperoleh gambaran bahwa sebagian besar sub-proyek bidang kesehatan tersebut dikategorikan ”baik”, yaitu mencapai 95,62% dari total 1.577 sub proyek. Sub proyek yang dikategorikan ”cukupbaik” sebesar 4,31% atau sebanyak1.508 sub proyek. Hanya satu sub-proyek yang dikategorikan sebagai ”kurang” memuaskan.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 53

Diagram III.13. Rekapitulasi Kualitas Sub-Proyek Non-Fisik Bidang Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

Sumber: KM.Nas-MIS dan TA Bidang

3. Bidang Fisik dan Infrastruktur a. Realisasi Sub-Proyek Infrastruktur Jumlah sub-proyek yang dipaparkan di dalam sub-bab ini tidak hanya sub-proyek fisik di bidang infrstruktur, namun juga digabung dengan semua sub-sub proyek fisik dari bidang pendidikan dan kesehatan. Sub-sub proyek di wilayah P2DTK Nasional (8 kabupaten) telah terrealisasi sebanyak 3.970 sub proyek dimana sub-sub proyek fisik bidang infrastruktur mendominasi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Siklus dimana kegiatan sub-proyek paling banyak terjadi di Sikulus 1 (2007) dan Siklus 3 (2010), masing-masing sebanyak 1.260 dan 1.009 sub proyek infrastruktur. Propinsi Maluku dan Sulawesi Tengah memiliki sub proyek terbanyak dibanding yang lain, yaitu masing-masing sebesar 623 dan 986 sub proyek infrastruktur.

Tabel III.27. Sebaran Realisasi Sub-Proyek Fisik Per Bidang P2DTK Nasional TA. 2007-2010

No Provinsi Bidang Infrastruktur

Jumlah Siklus 1 Siklus 2

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

1 Bengkulu 144 128 56 80 408 2 Kalimantan Barat 102 103 24 103 332 3 Kalimantan Tengah 98 122 45 77 342 4 Lampung 158 131 40 121 450 5 Maluku 171 176 92 184 623 6 Maluku Utara 143 110 69 131 453 7 Nusa Tenggara Timur 114 123 54 85 376 8 Sulawesi Tengah 330 298 130 228 986

Total 1.260 1.191 510 1.009 3.970 Sumber: Data MIS-Data TA Bidang

Total sub proyek

Kategori "Baik"

(95,62%)

Kategori "Cukup" (4,31%)

Kategori "Kurang" (0,06%)

1.577 1.508

68 1

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 54

b. Kualitas Sub-Proyek Infrastrukrut Jumlah sub proyek infrastruktur baik daribidang pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur sendiri di P2DTK Nasional yang sebanyak 3.970 , sebesar 85,21%-nya atau sebanyak 3.385 sub proyek dikategorikan sebagai ”baik”, sebesar 14,71% atau sebanyak 548 dikategorikan sebagai ”cukup”, dan hanya 1 (satu) sub-proyek saja yang dikategorikan ”kurang”. Diagram III.14. Rekapitulasi Kualitas Sub-Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional TA. 2007-2010

Sumber: KM. Nas-MIS dan TA Bidang

4. Bidang Kepemudaan

Sub proyek yang berkaitan dengan bidang kepemudaan di danai oleh BLM Kecamatan oleh karena itu kegiatan tersebut tidak ada untuk wilayah Aceh-Sumut. Total keseluruhan sub proyek pemudan adalah sebanyak 905 sub proyek yang tersebar di 8 propinsi wilayah Program P2DTK Nasional, seperti tertera di dalam tabel dibawah ini. Tabel III.28. Sebaran Realisasi Sub Proyek Pemuda P2DTK TA. 2007 - 2010

No Provinsi

Bidang Pemuda Jumlah

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

1. Bengkulu 27 45 16 19 107 2. Kalimantan Barat 55 44 37 33 169 3. Kalimantan Tengah 24 20 16 17 77 4. Lampung 28 25 9 23 85 5. Maluku 40 40 29 29 138 6. Maluku Utara 10 24 14 17 65 7. Nusa Tenggara Timur 41 28 26 23 118 8 Sulawesi Tengah 42 47 18 39 146

Total 267 273 165 200 905

Sumber: KM. Nas-MIS Dari sudut kualitas sub proyek, bidang pemuda di dalam program P2DTK dapat digambarkan bahwa dari total keseluruhan sub proyek yang berjumlah 905 sub proyek, sebanyak 799 sub proyek (88,30%)

Total Sub Proyek

Nasional

Kategori "Baik" (85,21%)

Kategori "Cukup" (14,71%)

Kategori "Kurang" (0,03%)

3.970

3,385

584 1

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 55

dikategorikan sebagai sub proyek yang berkualitas ”baik”. Sebanyak 105 sub proyek atau sebesar 11,60% dari total jumlah sub proyek, dikategorikan sebagai sub proyek berkualitas ”cukup”. Hanya terdapat 1 (satu) sub proyek bidang pemuda yang dinilai sebagai sub proyek yang kualitasnya ”kurang” baik. Diagram III.15. Kualitas Sub Proyek Pemuda P2DTK TA. 2007 - 2010

Sumber: KM. Nas-MIS

3.8.3. Capaian Realisasi Sub-Proyek P2DTK Optimalisasi P2DTK Program Optimalisasi adalah program tambahan (top-up) yang dikembangkan pada masa akhir program P2DTK Desember 2011, dengan latar belakang pemikiran yakni untuk memberikan semacam reward kepada dua propinsi yang kinerjanya baik pada masa pelaksanaan P2DTK TA. 2007-2011, yaitu Propinsi Kalimantan (3 kabupaten) Barat dan Sulawesi Tengah (sebanyak 4 kabupaten)2. Program yang dikembangkan dengan model pemaketan sub-proyek, dimana satu paket sebesar Rp. 2.000.000.000,- ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan performa hasil yang telah diperoleh selama pelaksanaan P2DTK. Berikut ini dipaparkan capaian-capaian sub proyek diwilalayah Program P2DTK Optimalisasi tersebut. Tabel III.29. Jenis, Jumlah dan Kualitas Paket Sub Proyek P2DTK Program Optimalisasi TA. 2011

No Kabupaten

Jumlah dan Kualitas Bidang Kegiatan

Jumlah Infrastruktur Pendidikan Kesehatan

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Sambas 6 0 0 2 0 0 3 0 0 11 2 Bengkayang 4 0 0 4 0 0 2 0 0 10 3 Sanggau 3 0 0 10 0 0 10 0 0 23 4 Banggai 2 0 0 0 0 0 1 0 0 3 5 Morowali 17 0 0 4 0 0 7 0 0 28 6 Poso 4 0 0 6 0 0 4 0 0 14 7 Tojo Una-Una 9 0 0 6 0 0 4 0 0 19

Total 45 0 0 32 0 0 31 0 0 108 Sumber: KM. Nas-MIS

2 Di Kalimantan Barat terdiri atas Kabupaten Sambas, Sanggau, dan Bengkayang. Di

Sulawesi Tengah terdiri atas Kabupaten Poso, Banggai, Toju Una Una dan Morowali.

Total sub proyek

Pemuda

Baik (88,3%) Cukup (11,6%) Kurang (0,1%)

905799

105

1

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 56

Jumlah keseluruhan sub proyek P2DTK Optimalisasi di 7 kabupaten di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah sebesar 108 sub proyek, dengan perincian 45 sub proyek infrastruktur, 32 sub proyek pendidikan, dan 31 sub proyek bidang kesehatan. Keseluruhan sub proyek tersebut setelah memlalui proses sertifikasi proyek dinyatakan sebagai sub proyek berkualitas ”baik”.

3.9. Pengakhiran Program: ”BA Alih Kelola dan Penyerahan Aset”

Pengakhiran proyek atau pengakhiran sub-proyek merupakan tahap yang sangat penting di dalam program P2DTK. Selain secara formal sebagai tahap pertanggungjawaban atas selesainya seluruh proses pelaksanaan proyek maupun sub-proyek, tahap pengakhiran proyek dipandang penting sebagai upaya untuk menumbuhkan rasa “kepemilikan program” oleh daerah (sustainabilitas) serta memunculkan atmosfir akuntabilitas dan transparansi bagi para pelaku pembangunan di daerah. Oleh karena itu P2DTK memiliki dua tahap pokok dalam rangka pengakhiran proyek maupun sub-proyek, yaitu tahap pengakhiran proyek dan tahap Berita Acara Alih Kelola kepada pemerintah daerah yang dalam hal ini oleh Bupati.

1. Langkah Pengakhiran Proyek

Pengakhiran proyek (sub-proyek) di P2DTK Mengikuti Time Line pengakhiran yang telah disepakati berakhir secara keseluruhan pada Bulan Desember 2011 (untuk Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara dan Nasional non Optimalisasi), dan Bulan April 2012 untuk wilayah Optimalisasi Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Sulawesi Tengah). Dalam rangka pengakhiran tersebut para pelaku di daerah seperti Laporan TPK Kecamatan, TPK Kabupaten, UPK Kecamatan, UPKD, Satker dan Bupati, harus mempersiapkan Laporan Dokumen Sub-Proyek untuk tingkat kecamatan dan kabupaten sebagai kelengkapan pada acara Alih Kelola proyek. Semua langkah dan petunjuk pengakhiran proyek ini sudah ditetapkan di dalam Panduan Serah Terima dan Alih Kelola Pelaksanaan Kegiatan Program P2DTK. a. Mekanisme Serah Terima Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Program P2DTK di Tingkat Kecamatan :

Melaksanakan Musyawarah pertanggungjawaban dan serah terima TPK Antar Desa/Desa/Pemuda. Dalam pelaksanaan kegiatan musyawarah pertanggungjawaban ini TPK Antar Desa/Desa/Pemuda, berkewajiban membuat Laporan Akhir Kegiatan yang disesuaikan dengan standar Penyelesaian Kegiatan Sub Proyek Program P2DTK kepada UPK Kecamatan. Dengan kelengkapan dokumen : (a) SP3K; (b) LP2K; (c) RKdB; (d) Laporan Sertifikasi; (e) Berita Acara Revisi (bila ada); (f) Gambar Purnalaksana; dan (g) Foto 0%, 50% dan 100%.

Sedangkan lampiran laporan akhir kegiatannya :

Dari 51 kabupaten sasaran program P2DTK, sampai akhir Mei 2012 semuabupati telah menyerahkan Laporan Akhir Bupati. Sebanyak 50 kabupaten telah melaksanakan dan menyerahkan dokumen Berita Acara Alih Kelola.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 57

Dokumen lap. Keuangan (Buku Kas/Bank/ Umum/Arus Kas/Nota Kwitansi dll).

SK Tim Pemelihara (Camat/Kades/Kepsek dll).

i. Melaksanakan Musyawarah pertanggungjawaban dan serah terima UPK Kecamatan, dalam pelaksanaan kegiatan musyawarah pertanggungjawaban ini UPK Kecamatan berkewajiban membuat Laporan Pelaksanaan Kegiatan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Kecamatan (PPKom Kecamatan). Dengan kelengkapan dokumen :

a) Ringkasan Pelaksanaan (Resume) (2 s/d 3 halaman) : Gambaran Umum tentang kondisi sebelum

pelaksanaan, kependudukan, kondisi kemiskinan; Hasil pelaksanaan, yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan rencana pemeliharaan Masalah yang belum tertangani

b) Daftar hasil kegiatan c) Visualisasi d) Realisasi DOK dan A/O:

Dokumen LPD Rencana Anggaran Biaya Realisasi Anggaran Biaya

e) Laporan keuangan

ii. Pejabat Pembuat Komitmen Kecamatan (PPKom Kec). Melaporkan hasil kegiatan P2DTK Kepada Satker Kabupaten dengan lampiran, yaitu: (a) BA. Serah Terima UPK Kec. Dan Satker Kecamatan; (b) BA. Serah Terima Satker Kec. Ke Satker Kabupaten; dan (c) Laporan Pelaksanaan Kegiatan UPK Kecamatan.

iii. Satker P2DTK Kabupaten melaporkan hasil pelaksanaan

kegiatan Program P2DTK Kepada Bupati :

Menandatangani BA serah terima dokumen hasil pelaksanaan Program P2DTK dari masing-masing UPK dan UPKD sesuai dengan dokumen SPPB .

Menyusun laporan pelaksanaan DIPA TP kepada Bupati berdasarkan laporan pertanggungjawaban dan serah terima yang sudah dilaksanakan.

Membuat draft laporan Bupati kepada Kementerian PDT.

iv. Bupati Melaporkan Seluruh Rangkaian Hasil Kegiatan Program P2DTK Kepada Menteri PDT, dalam bentuk pengantar pengiriman laporan tersebut sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan DIPA TP, dan memberikan tembusan kepada Gubernur dan Satker P2DTK Pusat.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 58

b. Mekanisme Serah Terima Hasil Pelaksanaan Kegiatan Program P2DTK di Tingkat Kabupaten :

i. Melaksanakan Musyawarah pertanggungjawaban dan serah terima UPKD, dalam pelaksanaan kegiatan musyawarah pertanggungjawaban ini UPKD berkewajiban membuat Laporan Akhir Kegiatan yang disesuaikan dengan standar Penyelesaian Kegiatan Sub Proyek Program P2DTK kepada TPK Kabupaten. Dengan kelengkapan dokumen :

a) Laporan Ringkasan Pelaksanaan :

Gambaran Umum tentang kondisi sebelum pelaksanaan, kependudukan, kondisi kemiskinan, pemanfaat, tenaga kerja.

Hasil pelaksanaan, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan rencana pemeliharaan

Masalah yang belum tertangani

b) Daftar hasil kegiatan. c) Daftar Visualisasi d) Realisasi A/O UPKD e) Laporan Keuangan (FM)

Sedangkan lampiran laporan akhir kegiatannya yaitu: (a) LP2K; (b) SP3K; (c) RKdB; (d) Laporan Sertifikasi; (e) Berita Acara Revisi (bila ada); (f) Gambar Purnalaksana; (g) Foto 0%, 50% dan 100%; (h) Dokumen laporan keuangan; dan (i) SK Tim Pemelihara

ii. Melaksanakan Musyawarah pertanggungjawaban dan serah

terima TPK Kabupaten, dalam pelaksanaan kegiatan musyawarah pertanggungjawaban ini TPK berkewajiban membuat Laporan Pelaksanaan Kegiatan TPK Kabupaten kepada PPKom Kabupaten dan Satker Kabupaten yang berisikan :

a) Ringkasan Pelaksanaan (Resume) :

Gambaran Umum tentang kondisi sebelum pelaksanaan, kependudukan, kondisi kemiskinan;

Hasil pelaksanaan, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan rencana pemeliharaan

Masalah yang belum tertangani b) Daftar hasil kegiatan 3 bidang (Infrastruktur, Kesehatan

dan Pendidikan) c) Visualisasi 3 bidang (Infrastruktur, Kesehatan dan

Pendidikan) d) Realisasi DOK & A/O TPK Kab. e) Rencana Anggaran Biaya f) Realisasi Anggaran Biaya g) Dokumen LPD (Laporan Penggunaan Dana) h) Laporan Keuangan (FM)

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 59

iii. Satker P2DTK Kabupaten melaporkan hasil kegiatan P2DTK

Kepada Bupati :

a) Menandatangani BA serah terima dokumen hasil pelaksanaan Program P2DTK dari masing-masing UPK dan UPKD sesuai dengan dokumen SPPB .

b) Menyusun laporan pelaksanaan DIPA TP kepada Bupati berdasarkan laporan pertanggungjawaban dan serah terima yang sudah dilaksanakan.

c) Membuat draft laporan Bupati kepada Kementerian PDT.

iv. Bupati Melaporkan Seluruh Rangkaian Hasil Kegiatan

Program P2DTK Kepada Menteri PDT, dalam bentuk pengantar pengiriman laporan tersebut sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan DIPA TP, dan memberikan tembusan kepada Gubernur dan Satker P2DTK Pusat.

v. Berita Acara Verifikasi Laporan Bupati dalam pelaksanaan

kegiatan Program P2DTK . Tim KM. Nas bersama PIU-KPDT telah melakukan verifikasi terhadap semua (51 kabupaten) Berita Acara Laporan Bupati Pelaksanaan P2DTK tersebut. Semua hasil verifikasi tersebut sudah dikirim ke kabupaten untuk mendapatkan jawaban dan klarifikasi atas hasil-hasil verifikasi. Resume terhadap hasil verifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

Sampai akhir April 2012 seluruh kabupaten sudah mengirim ulang jawaban atas hasil verifikasi BA Laporan P2DTK Bupati.

2. Tahap Alih Kelola

Dari 51 Berita Acara (BA) Alih Kelola kabupaten, telah terkumpul dan diterima kembali oleh KM. Nas 50 BA Alih Kelola. Hanya Kabupaten Nias yang belum menyerahkan dokumen ini.

3.10. Pelaporan

Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan/atau informasi mengenai perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala dan atau permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan P2DTK. Mengkomiunikasikan pelaporan kepada para pelaku P2DTK di tingkat Pusat merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada KM. Nas dan jajaran fungsional program seperti KM. Prov, KM. Kab, FK, LKPSS, MPHM, dll. Pedoman tentang penulisan isi laporan tersebut merujuk kepada Petunjuk Teknis Pelaksanaan P2DTK Umum (Cetakan Pertama, November 2007) yang menjelaskan bahwa materi laporan minimal harus memperlihatkan beberapa hal

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 60

penting berikut: (1) Kegiatan yang diselesaikan pada bulan terakhir dan rencana kegiatan pada bulan selanjutnya; (2) Status kegiatan dalam siklus program menurut bidang kegiatan program; (3) Uraian kegiatan menurut bidang kegiatan program; (4) Informasi keuangan; (5) Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan (diuraikan menurut kelompok gender, pemuda dsb); (6) Tingkat partisipasi aparat pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing dalam proses pelaksanaan program; (7) Tingkat partisipasi sektor swasta dalam pelaksanaan program P2DTK; (8) Jumlah penerima manfaat dari kegiatan program; (9) Diseminasi dan transparansi informasi; (10) Koordinasi kegiatan dengan TK-P2DTK di setiap tingkatan, DPRD, dan Dinas-dinas terkait; (11) Koordinasi dengan LSM, pers, atau kelompok masyarakat lainnya; (12) Status penanganan pengaduan; (13) Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan; (14) Beberapa isu lain yang penting; dan (15) Lampiran-lampiran: format pelaporan, foto, pengaduan yang diterima, dll. Berikut ini digambarkan hasil kualitas dan kuantitas laporan pada setiap periode tahun pelaksanaan P2DTK dari berbagai tingkatan antara lain dari FK, KM. Kab, KM. Prov, KM. Nas, LPK-PSS, MPHM, FM dan Procurement, serta MMI.

Tabel III.30. Rekapitulasi Jumlah Laporan Pelaku-Pelaku P2DTK TA. 2007 - 2011

Tahun Jumlah

Laporan Seharusnya

Jumlah Realisasi

Prosentase Kesesuaian

2007 2.976 2.976 100 2008 2.983 2.983 100 2009 3.012 3.012 100 2010 3.013 3.013 100 2011 1.870 1.870 100 2012 78 78 100

Total 13.932 13.932 Sumber: KM Nas

3.11. Koordinasi

3.11.1. Koordinasi Internal KM. Nas, KM. Prov, dan KM. Kab Koordinasi internal KM. Nas merupakan salah satu dari beberapa kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh KM. Nas. Bentuk koordinasi ini ada 2 bentuk, yaitu Koordinasi Internal KM.Nas dengan KM Prop dan KM Kab serta Koordinasi KM. Nas dengan Pelaku-pelaku P2DT Ktingkat Pusat. Koordinasi Internal KM. Nas dilaksanakan dalam bentuk pertemuan rutin internal team KM. Nas yang diikuti oleh sebagian besar tenaga ahli yang ada di dalamnya. Mekanisme konsolidasi dan koordinasi internal KM-Nas ditetapkan menjadi 3 kelompok kerja, yaitu: Kelompok I (Kelembagaan), anggota: TA Gender, Komunikasi; Kelompok II (Sektor), anggota: TA Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur, dan PSS; Kelompok III (Pengendalian Pelaksanaan), anggota: TA Pelatihan Partisipatif, Monev,

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 61

MIS, Disbursment & Payroll, Financial Management, dan HCU. Pembagian kelompok pengendalian program ini dimaksudkan untuk mempermudah pendalaman diskusi dan pemecahan masalah dari isu-isu yang meuncul. Sesuai dengan perkembangan perjalanan P2DTK maka mengenai koordinasi internal tersebut dapat dipilahkan menjadi dua bagian. Pertama, bahwa pada masa awal pelaksanaan P2DTK di wilayah Aceh-Sumut Tahun 2006-2007 kelembagaan KM. Nas belum banyak berperan, sehingga koorinasi internal pengendalian ini berada di mekanisme PIU-KPDT, yang dengan demikian tidak menjadi bagian dilaporan ini. Kedua, koordinasi internal yang dipaparkan dalam laporan ini adalah koordinasi internal kelembagaan KM. Nas yang secara periodisasi P2DTK baru berperan aktif dimulai Juli 2007, ditandai dengan mobilisasi para konsultan KM. Nas dan konsultan KM Prov dan KM Kab ke wilayah P2DTK nasional (8 provinsi non Aceh-Sumut). Berikut ini dipaparkan gambaran proses dan hasil koordinasi internal yang sudah dilakukan KM. Nas selama melaksanakan tugasnya sebagai pendamping teknis P2DTK tingkat nasional sejak 2007 – 2012, sebagai berikut:

1. Tujuan koordinasi internal: Tujuan dilaksanakan koordinasi ini sangat terkait dengan isu-isu terakhir yang berkembang baik di internal KM. Nas maupun yang berasal dari lapangan. Scara umum adalah untuk: (a) Memantau perkembangan capaian pengelolaan pelaksanaan kegiatan di internal KM. Nas maupun di lapangan sampai bulan sebelumnya; (b) Memantau kegiatan dan rencana kegiatan para tenaga ahli; (c) Memantau perkembangan data MIS; (d) Merencanakan berbagai tahap kegiatan untuk bulan-bulan berikutnya disesuaikan dengan Master Schedule P2DTK di tahu berjalan; dll.

2. Frekuensi koordinasi internal per bulan: Koordinasi internal biasanya dilaksanakan minimal satu bulan satu kali. Pada bulan-bulan padat kegiatan koordinasi internal ini dilaksanakan lebih dari satu kali, bahkan tidak jarang KM. Nas memberlakukan weekly meeting demi menyelesaikan berbagai agenda penting yang perlu perhatian dan langkah penyelesaikan kegiatan.

Sementara itu koordinasi KM. Nas dengan KM. Prov dan KM. Kab juga merupakan salah satu bagian dari mekanisme pengendalian yang harus dilaksanakan secara rutin oleh KM. Nas, yang secara umum tujuannya untuk konsolidasi capaian kegiatan, jadual kegiatan, permasalahan yang timbul, serta memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan kegiatan dan atau dalam rangka penyelesaikan masalah yang timbul. Bentuk-bentuk koordinasi dengan KM. Prov dan KM. Kab tersebut antara lain dilakukan melalui cara melalui: (a) Komunikasi via telpon; (2) Mengirinkam surat petunjuk dan atau memorandum; dan (3) Rakornas.

Laporan Akhir KM. NAS | Hal. III - 62

3.11.2. Koordinasi Dengan Pelaku P2DTK Tingkat Pusat

Koordinasi dan komunikasi dengan para pelaku P2DTK Tingkat Pusat, yaitu dengan Tim Koordinasi Program P2DTK Pusat, PIU-KPDT, dan Bank Dunia, merupakan salah satu tugas KM. Nas untuk memberikan informasi dan masukan mengenai perkembangan proses pelaksanaan P2DTK. Koordinasi dengan pelaku-pelakuP2DTK Pusat ini terlaksana minimal satu bulan satu kali. Pada kesempatan-kesempatan tertentumisalnya persiapan Rakornas, persiapan pelatihan untuk pelaku-pelaku di provinsi maupun kabupaten, atau menjelang laporan akhir tahun, maka pertemuan koordinasi tersebut bisa dilakukan lebih dari satu kali.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 1

Bab 4. Meretas “Ketertinggalan” Bersama P2DTK

(Analisa Capaian Implementasi P2DTK)

Program P2DTK dirancang sebagai program yang melibatkan berbagai unsur pelaku baik dari unsur pemerintah daerah, lembaga-lembaga atau institusi masyarakat, dan masyarakat secara umum. Oleh sebab itu program P2DTK bukan program satu pihak saja, tetapi program dengan menggunakan salah satu basis pendekatan yang disebut pendekata multipihak (multistakeholders approach). Hasil dan capaian implementasi P2DTK dengan demikian sesungguhnya merupakan hasil bersama sinergi antar pihak. Ukuran-ukuran yang dipakai P2DTK dalam mengidentifikasi capaian program, ingin melihat berbagai sektor dan bidang, bahkan juga dari berbagai sudut pelaku yang terlibat dan segment-segment para penerima manfaat P2DTK. Bab ini hendak memaparkan capaian (output) dari implementasi P2DTK yang dipilah kedalam tiga bagian utama. Bagian Pertama, memaparkan capaian hasil implementasi P2DTK khusus Aceh-Sumut yang didukung melalui dana hibah (grant) dengan menggunakan Performance Indicator Wilayah Aceh-Sumut . Bagian Kedua, menjelaskan capaian-capaian P2DTK di wilayah P2DTK Nasional (8 provinsi non Aceh-Sumut) dengan memakai Performance Indicator wilayah P2DTK Nasional, yang implementasinya didukung melalui dana “pinjamaan” (Loan). Bagian Ketiga, berisi diskripsi mengenai capaian-capaian kegiatan di beberapa bidang/sektor yang ada di P2DTK.

4.1. Capaian Performance-Indicator Wilayah P2DTK Aceh-Sumut Sub bab ini akan menjelaskan mengenai capaian-capaian Performance Indicator (PI) program P2DTK di wilayah Aceh-Nias melalui ukuran yang sudah ditetapkan (terlampir Tabel PI Aceh-Nias). PI yang diterapkan untuk wilayah Aceh-Nias terdiri atas 25 point ukuran. Paparan terhadap ke-25 point tersebut akan dibagi kedalam 6 (enam) tema besar yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan program P2DTK. Keenam tema besar tersebut antara lain: (1) Pengembangan kapasitas pemerintah daerah; (2) Sumbangan terhadap kemanfaatan dan kesejahteraan masyarakat; (3) Peningakatan pelayanan kesehatan dan pendidikan masyarakat; (4) Pengembangan sektor swasta (PSS); (5) Penguatan resolusi konflik; dan (6) Pengelolaan program dan penyaluran dana.

Hasil capaian (output) implementasi P2DTK akan memakai ukuran Performance-Indicator P2DTK Wilayah Aceh-Nias dan Performance-Indicator P2DTK Wilayah Nasional.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 2

4.1.1. Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah

Performance Indicator:

1. Minimal 80% kabupaten di Aceh dan Nias menggunakan proses perencanaan partisipatif melalui mekanisme Musrenbang untuk penganggaran dan pembiayaan aktivitas pembangunan daerah. Sudah tercapai 100% kabupaten dari sebanyak 19 kabupaten sasaran P2DTK di Aceh-Nias telah mempunyai dan melaksanakan Musrenbang di dalam perencanaan rutin tahunan pemerintah daerah. Selama 5 tahun, mulai tahun 2007 sampai tahun 2011, P2DTK mendorong perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif dimulai dari Musrenbang Dusun sampai Musrenbang Kecamatan dan Kabupaten.

2. Sebanyak 19 kabupaten menerima pelatihan pengadaan dan manajemen keuangan yang tepat. P2DTK juga telah memberikan pengembangan kapasitas para pejabat pelaku procurement proyek dan pengadaan barang. Sebesar 100% kabupaten atau sebanyak 19 kabupaten di Aceh-Nias telah mendapatkan pelatihan dalam hal procurement dan pengadaan barang. Melalui pengembangan kapasitas ini, pemerintah daerah didorong dan diharapkan lebih termotivasi untuk melaksanakan proses pembangunan secara lebih transparan dan akuntabel.

3. Sebanyak 13 kabupaten melakukan perbaikan dalam mekanisme pembuatan peraturan daerah (baik di bidang iklim usaha, MPHM, pelayanan pubilk, maupun perencanaan partisipatif). Sampai berakhirnya P2DTK di wilayah Aceh-Nias, dicapai sebanyak 13 kabupaten (atau 100% dari angka ditetapkan) yang telah melakukan perbaikan dalam proses/mekanisme pembuatan peraturan daerahnya yang terinspirasi dari pelaksanaan P2DTK, baik yang terkait dengan pengembangan iklim usaha, MPHM, pelayanan pubilk, dan perencanaan partisipatif.

4.1.2. Sumbangan Pada Kemanfaatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Performance Indicator:

1. Minimal 30% penduduk miskin dari total populasi di Aceh-Nias menerima manfaat dari P2DTK. Pada periode 2007 - 2008 sebesar 293.484 penduduk miskin di Aceh-Nias telah mendapatkan manfaat dari P2DTK, dan pada tahun 2008 - 2009 sebesar 134.060 Jiwa, sementara pada tahun 2009 - 2010 sebanyak 356.386 penduduk miskin memperoleh manfaat dari P2DTK. Dengan demikian total penduduk miskin yang mendapatkan manfaat dari P2DTK Tahun 2006 – 2011 sebanyak 783.930 jiwa (Sumber data MIS). Ini berarti kira-kira sebesar 69,12% penduduk miskin Aceh-Nias yang totalnya 1.134.120 jiwa1

1 Jumlah penduduk miskin Tahun 2008 Kab. Nias 110,600 jiwa dan Kab. Nias Selatan

65,820 jiwa (Sumut Dalam Angka 2008: BPS Sumut 2008,

telah tercover dan mendapatkan manfaat dari

http://sumut.go.id), sementara jumlah penduduk miskin Aceh Tahun 2008 sebanyak 959,700 jiwa (Berita Resmi Statistik BPS Aceh, No. 029/07/11/Th.V, 1 Juli 2011).

Sebesar 69,12% penduduk miskin Aceh-Nias yang sebanyak 1.134.120 jiwa telah mendapatkan manfaat dari P2DTK.

Sebanyak 19 kabupaten di Aceh dan Nias telah melaksanakan Musrenbang dalam mekanisme sistem perencanaan pembangunan mereka.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 3

P2DTK. Angka ini telah melebihi target sekitar 2 kali lipat dari angka ambang performance indicator sebesar 30%.

2. Sebanyak 2.000 perempuan di Aceh-Nias yang rentan, pengungsi, dan atau mantan kombatan mendapatkan bantuan teknis dan dukungan keuangan untuk membangun kembali kehidupan mereka. Secara lebih khusus P2DTK telah memberikan perhatian kepada partisipasi kaum perempuan. Sebanyak 1.065.259 (40,86%) perempuan telah berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari program P2DTK, sementara jumlah kaum perempuan total Aceh-Nias sebanyak 2.607.070 orang. Angka capaian tersebut melebihi batas ambang angka perempuan pemanfaat P2DTK dari Performance Indicator yang ditetapkan sebesar 2.000 orang Partisipasi perempuan, baik keterlibatannya di dalam proses perencanaan maupun pemanfaat program terukur dalam berbagai kegiatan, seperti: (a) Dalam hal proses implementasi, seperti perencanaan, peserta pelatihan, forum-forum musyawarah, dll.; (b) Sebagai pemanfaat program, antara lain: pengadaan air bersih, penampungan air hujan (PAH), kesehatan ibu anak, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pendidikan, penguatan ekonomi, serta kegiatan lain yang secara tidak langsung bermanfaat bagi perempuan yaitu dalam hal infrastruktur jalan.

Tabel IV.01. Perempuan Pemanfaat P2DTK Aceh-Nias

Wilayah Jumlah Pemanfaat Jumlah Penduduk

Perempuan Aceh (2010) 1.037.012 2.242.992 Nias (2008) 28.283 226.000

Sumber: Data MIS-KM. NAS

3. Minimal 70% infrastruktur kabupaten yang dibangun P2DTK dapat digolongkan "memuaskan" dan “sangat baik ". Berdasarkan penilaian terhadap sub-sub proyek yang dibangun di Aceh-Nias yang sudah dipaparkan sebelumnya di laporan ini, dipeoleh data bahwa sebesar 83,50% (1.478 sub-oryek) dinyatakan “baik”.

4. Minimal 20% angka EIRR untuk infrastruktur yang dibangun P2DTK di Aceh-Nias. Hasil study output infrastruktur di Aceh-Nias menunjukkan angka EIRR ….. yang berarti di atas angka yang ditetapkan 20%.

4.1.3. Peningkatan Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan

Performance Indicator:

1. Jumlah guru desa yang telah menerima pelatihan guru. Program P2DTK diwilayah Aceh-Nias telah memberikan sumbangan besar terhadap aspek mutu tenaga pendidikan dalam meningkatkan kapasitasnya dibidang proses belajar mengajar2

2 Pelatihan untuk pengembangan kapasitas guru ini menjadi sangat relevan karena

akhir-akhir ini disinyalir bahwa di Aceh terlalu banyak guru, sementara kualitasnya atau kapasitasnya rendah (lihat PKS Net.,24 Maret 2011, “Pendidikan Aceh Salah Urus”).

, dimana telah

EIRR (Economic Internal Rate of Return) infrastruktur yang dibangun P2DTK di Aceh-Sumut mencapai angka 83,50% dari 1.478 sub-proyek yang dibangun.

Sebesar 40,86% perempuan di Aceh-Nias (1.065.259 orang) mendapatkan manfaat dari P2DTK, termasuk di dalamnya perempuan miskin dan korban konflik.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 4

diberikan pelatihan kepada tenaga kependidikan sejumlah 9.511 orang (sumber: MIS).

2. Minimal 30% sekolah dasar di kabupaten-kabupaten di Aceh-Nias mengadopsi manajemen berbasis sekolah. Dalam hal manajemen sekolah, sebanyak 972 Sekolah Dasar (SD) di Aceh-Nias telah menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang berarti baru mencapai 27,18% dari total jumlah SD yang sebanyak 3.576 SD3

.

Tabel IV.02. Pertumbuhan Jumlah SD yang Mengadopsi MBS Pertahun (2008-2010)

Tahun Jumlah SD

Mengadopsi MBS 2007 – 2008 208 2008 – 2009 362 2009 - 2010 402

TOTAL 972 Sumber: Data MIS – KM. NAS

3. Minimal 40% desa yang telah memiliki Komite Sekolah aktif (telah

melaksanakan lebih dari 50% peran dan tugasnya). Pemberdayaan Komite Sekolah di level desa juga menjadi perhatian P2DTK dalam rangka meningkatkan manajemen pendidikan, dengan capaian sebanyak 1.921 desa telah memiliki Komite Manajemen Sekolah. Program P2DTK telah berhasil mencapai 58,83% desa yang memiliki Komite Sekolah dari total jumlah desa di Aceh-Nias (6.998 desa) 4

. Namun dari desa-desa yang sudah mempunyai Komite Sekolah tersebut, lebih kurang 70%-nya berjalan sesuai tugas dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Tabel IV.03. Jumlah Prosentase dan Komite Sekolah Yang Aktif

Tahun Jumlah SD

Mengadopsi MBS

2007 – 2008 549 (20%) 2008 – 2009 1.647 (60%) 2009 - 2010 1.921 (70%)

Sumber: Data MIS – KM. NAS

4. Terjadi prosentase penurunan anak usia SD 7-12 dan anak usia SMP 13-15 tahun tidak sekolah, jika diperbandingan antara tahun 2006 dan 2010 di Aceh dan Nias. Apakah intervensi yang sudah diberikan oleh P2DTK dibidang pendidikan wajib 9 tahun (SD dan SMP) dari tahun 2007 sampai tahun 2010, telah memberikan sumbangan

3 Jumlah SD di Aceh 3.140 (Aceh Dalam Angka 2010: BPS Aceh,

http://aceh.bps.go.id). Jumlah SD di Nias tahun 2010 sebanyak 127 (BPS Sumatera Utara, http://sumut.bps.go.id), dan jumlah SD di Nias Selatan Sebanyak 309.

4 Jumlah Desa di Aceh menurut Aceh Dalam Angka 2010 (BPS Aceh 2010) sebanyak 6.423 desa, di Nias 119 dan Nias Selatan 356 desa (Sumatera Utara Dalam Angka 2010, BPS Sumatera Utara 2010). Berdasarkan angka ini maka sebesar 27,85% desa di Aceh-Nias telah mempunyai komite sekolah. (jika angka di IP diakumulasikan totalnya 4.117 desa, itupun baru mencapai 59,68%)

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 5

perubahan kepada “akses pendidikan” (kesempatan) yang lebih baik bagi anak usia SD dan usia SMP di Aceh-Nias?

Usia Sekolah Dasar (SD): Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Aceh tahun 2007 untuk anak usia SD sebesar 98,95%, APS yang sama tahun 2010 sebesar 99,19% atau naik sebanyak 0,24%. Sangat sulit mencari APS untuk tingkat kabupaten Nias dan Nias Selatan oleh karena itu yang digunakan adalah APS Provinsi Sumut. Terjadi peningkatan APS sebesar 0,53% antara 2007 sampai 2010. Jika kesempatan bersekolah ini dilihat dari sudut “ jumlah anak tidak sekolah”, maka diperoleh angka bahwa anak usia sekolah dasar di Aceh-Sumut yang tidak bersekolah tahun 2007/2008 dibandingkan tahun 2009/2010 mengalami peningkatan 0,04% atau sebanyak 46.694 anak. Tabel IV.04. Jumlah Anak Tidak Sekolah di Aceh-Sumut

Usia SD Usia SMP

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

29,608 3,868 76,302 89,084 79,143 99,865

0.03 0.0 0.07 0.17 0.15 0.18 Sumber: Kompilasi data dari Kementerian Pendidikan Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP): APS anak usia SMP perbandingan antara 2007 dan 2010 justru mengalamai penurunan 1,80%, artinya semakin banyak anak usia SMP yang tidak bersekolah. Seperti juga angka APS SD, angka APS SMP di Nias dan Nias Selatan sangat sulit diperoleh. Melalui APS Provinsi Sumut, diketahui ada penurunan APS SMP sebesar 1,53% antara tahun 2007 dan 2010. Kasus yang serupa juga sama jika dilihat dari “jumlah anak usia SMP yang tidak bersekolah. Jumlah anak usia SMP yang tidak sekolah juga mengalami peningkatan sebesar 0,01% atau sebanyak 10.781 anak antara tahun 2007/2008 dibanding 2009/2010.

Tabel IV.05. Angka Partisipasi Sekolah Usia SD dan SMP Tahun 2007 - 2010 di Aceh dan Nias

Keterangan Tahun 2007 Tahun 2010

APS (%) ∑ Anak APS (%) ∑ Anak

ACEH

Usia SD (7-12 thn) 98,95 436.097 99,19 500.128 Usia SMP (13-15 thn) 94,06 252.464 92,26 233.444

NIAS

Usia SD (7-12 thn) APS SD 98,37

APS SMP 90,73

79.265 APS SD 98,90

APS SMP

92,26

78.174 Usia SMP (13-15 thn) 42.741 43.765

NIAS SELATAN

Usia SD (7-12 thn) 64.914 60.902 Usia SMP (13-15 thn) 11.836 15.491

Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber (APS yang digunakan adalah APS Provinsi Sumut.

Anak usia sekolah dasar di Aceh-Sumut yang tidak bersekolah tahun 2007/2008 dibandingkan tahun 2009/2010 mengalami peningkatan 0,04% atau sebanyak 46.694 anak.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 6

5. Minimal 65% responden puas dengan tingkat pelayanan pendidikan yang diberikan melalui proyek P2DTK. Hasil studi output di Aceh-Nias dalam bidang pelayanan pendidikan usia Sekolah Dasar (SD) yang diberikan P2DTK menunjukkan bahwa 52% masyarakat (responden) di 6 kabupaten studi (Kab. Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Nias Selatan) menyatakan “cukup memuskan”. Studi yang sama untuk usia SMP menunjukkan bahwa sebesar 47% masyarakat (responden) menyatakan “cukup memuaskan”. Rata-rata baru 49,5% masyarakat merasa puas dengan pelayanan pendidikan yang berarti masih dibawah angka yang ditetapkan yaitu 65% masyarakat menyataman “puas”.

6. Minimal 65% responden puas dengan tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan melalui proyek P2DTK. Berdasarkan hasil studi di 6 kabupaten di Aceh tentang kesehatan,diperoleh angka kepuasan masyarakat (responden) terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh P2DTK sebesar 67,75% menyatakan “memuaskan”.

4.1.4. Pengembangan Sektor Swasta

Performance Indicator:

1. Sebanyak 19 FSS (Forum Sektor Swasta) terbentuk, berfungsi, dan menghasilkan produk/output. Hasil yang dicapai oleh program P2DTK adalah bahwa sampai akhir Januari 2011 telah terbentuk 19 FSS, yang berarti telah tercapai 100% berdasarkan target yang ditetapkan di dalam performance indicator.

2. Lebih dari 5% terjadi peningkatan entitas usaha baru terdaftar formal di Aceh-Nias. Total usaha baru yang terdaftar formal di Aceh-Nias adalah sebanyak 19.466. Pada tahun pertama (2007) program PSS tumbuh usaha baru sebanyak 2.754 usaha. Sementara pada tahun 2010 tumbuh usaha baru sebanyak 6.381 usaha. Dengan demikian rata-rata angka prosentase pertumbuhan usaha baru adalah sebesar 34,86%. Semua angka-angka pertumbuhan tersebut melebihi target yang ditetapkan dalam performance indikator.

Tabel IV.06. Pertumbuhan Usaha Baru di Aceh dan Nias

Keterangan Daftar Perusahaan (Baru)

2007 2008 2009 2010

Pertumbuhan bisnis per tahun 2.754 4.775 5.556 6.381 Prosentase pertumbuhan (%) 0 73,38 16,36 14,85

Rata-rata pertumbuhan (%) 34,86 Sumber: Data PSS-Program TAF

4.1.5. Penguatan Resolusi Konflik

Performance Indicator:

1. Minimal 3 kabupaten di Aceh-Nias dimana penasehat hukum masyarakat, fasilitator kecamatan dan paralegal di desa yang ditunjuk telah memberikan bantuan hukum kepada masyarakat.

Hasil Studi Output di Aceh –Nias menunjukkan 52% masyarakat “cukup puas” dengan pelayanan bidang pendidikan tingkat SD dan 49,50% untuk tingkat SMP. Sementara di bidang kesehatan 67,75% masyarakat merasa “memuaskan”.

Total usaha baru yang terdaftar di Aceh-Nias dari Tahun 2007 – 2010 sebanyak 19.466 buah, dengan rata-rata pertumbuhan 34,86%.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 7

Sesungguhnya di Aceh-Nias tidak ada program Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat, namun yang dikembangkan adalah penguatan kapasitas resolusi konflik. Sampai akhir Januari 2012 di Aceh-Nias sudah 3 kabupaten dimana fungsi-fungsi pelayanan hukum kepada masyarakat sudah berjalan.

2. Minimal 70 orang jumlah staf LSM dan aparat penegak hukum (hakim, polisi dan jaksa) yang sudah dilatih melakukan pelayanan peradilan dan memberikan pendidikan hukum kepada masyarakat. Hasil yang diperoleh adalah bahwa sebanyak 70 orang/personil telah melaksanakan tugas dan perannya untuk memberikan pelayanan dan pendidikan hukum kepada masyarakat.

3. Minimal sebanyak 300 orang di wilayah Aceh-Nias terdiri atas fasilitator, staf LSM, pejabat pemerintah daerah dan pemuda telah diberikan pelatihan dalam mediasi konflik, kepemimpinan dan pendidikan kewarganegaraan. P2DTK telah melakukan pelatihan dalam topik-topik dimaksud kepada 300 orang.

4. Minimal sebanyak 500 orang memanfaatkan bantuan hukum melalui proyek P2DTK. Hasil yang dicapai adalah sebanyak 500 orang telah mendapatkan manfaat bantuan hukum melalui program P2DTK.

4.1.6. Pengelolaan Program dan Penyaluran Dana

Performance Indicator:

1. Minimal sebesar 75% pencairan dana grant (BLM dan DOK) kabupaten berdasarkan SP2D dan Form3 MIS. Hasil yang dicapai adalah bahwa sebesar 90,18% (Rp. 7.250.000.000,-) dana DOK dan 71,65% (Rp. 229.255.254.783,-) dana DAK telah tersalurkan di wilayah Aceh dan Nias. Rata-rata DOK dan DAK mencapai 80,92%.

2. Minimal 80% aparat pemerintah dan tim konsultan yang terlibat atau sudah direkrut disemua tingkatan berfungsi. Performance Indicator di akhir proyek menunjukkan bahwa sebesar 96,27% aparat pemerintah dan konsultan sudah direkrut. Sebesar 100% atau seluruh personil dari aparat pemerintah yang sudah direkrut tersebut berfungsi dengan baik, dan sebanyak 109 konsultan telah berfungsi.

3. Minimal 60% pengaduan permasalahan di wilayah Aceh-Nias terselesaikan. Capaian yang diperoleh adalah bahwa sebesar 100% kasus atau sebanyak 289 kasus yang muncul di Aceh-Nias sudah terselesaikan.

4. Minimal 80% temuan-temuan studi maupun proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan, digunakan untuk pengambilan keputusan dalam manajemen proyek. Performance Indicator proyek menghasilkan bahwa 100% temuan-temuan tersebut digunakan dalam pengambilan kebijakan manajemen proyek, seperti misalnya: (i) Mekanisme dan Outline Lapbul KM. Nas, KM. Prop, KM. Kab; (ii) Outline LPD Panduan DOK 2010; (iii) Juknis Safeguard Penyaluran Kinerja Keuangan; (iv) Panduan Verifi-kasi dan Validasi MIS; (v) Juknis Standarisasi Penyelesaian Keg. Sub Proyek Program

Sebesar 100 % pengaduan permasalahan yang muncul di Aceh-Sumut (289 kasus) bisa terselesaikan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 8

P2DTK; (vi) Juknis Serah Terima dan Alih Kelola Hasil Pelaksanaan Kegiatan Program P2DTK; (vii) Juknis Penggu-naan Sisa Dana DOK dan BLM P2DTK; dan (viii) Juknis Pengem-balian Sisa Dana ke Kas Negara.

5. Terlaksana 1 kali survei tentang dampak P2DTK. Survei telah dilaksanakan dan hasilnya masih dalam proses.

4.2. Capaian Performance-Indicator Wilayah P2DTK Nasional Performance Indicator P2DTK untuk wilayah Nasional terdiri atas 20 point. Hasil capaian P2DTK terhadap ke-20 point tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.2.1. Capaian Proyek Secara Umum (Project Development Objectives)

Performance Indicator:

1. Peningakatan akses terhadap biaya efektif infrastruktur pedesaan yang berkualitas tinggi dengan angka EIRR di atas 20% melalui proses perencanaan partisipatif. Hasil studi di wilayah P2DTK Nasional menunjukkan angka

2. Peningkatan langkah alternatif dalam penyelesaian sengketa beserta mekanisme hukumoleh masyarakat untuk menyelesaikan sengketa secara damai di Provinsi Maluku. Sudah dilakukan pelatihan pendidikan hukum kepada 3.622 orang, dan sebanyak 58 orang telah memanfaatkan media konsultasi hukum. Sampai 16 Januari 2012 ditangani sebanyak 32 kasus sengketa di tingkat masyarakat, dimana 25 kasus adalah kasus pidana dan 7 kasus adalah kasus perdata.

3. Peningkatan usaha baru yang terdaftar. Usaha baru terdaftar di wilayah Barat sebanyak 9.969 usaha yang difasilitasi oleh LPK-PSS YBKM di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan Lampung. Sementara di Wilayah Timur terbentuk 9.497 usaha baru yang difasilitasi oleh LPK-PSS Bina Swadaya di wilayah Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan NTT. Total usaha baru yang terdaftar melalui PSS menjadi 19.466 denga rata-rata pertumbuhan usaha per tahun sebesar 23,10% dimana masih dibawah target PI yang sebesar minimal 50%.

4. Prosentae peningkatan jumlah pasien baru yang menggunakan pelayanan kesehatan. Sebanyak 1.500 orang petugas kesehatan telah mendapatkan pelatihan mengenai pelayanan kesehatan. Sebanyak 266 jenis pelatihan kesehatan telah dilakukan, yang diikuti total 6.808 anggota komite kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya.

5. Prosentase kenaikan nilai ujian sekolah di kabupaten sasaran. Rata-rata nilai UN SD mengalami penurunan. Rata-rata nilai UN 2007-2008 yaitu 63, Tahun 2008-2009 yaitu 58, dan Tahun 2009-2010 yaitu 50. Pada Usia SMP terjadi kenaikan rata-rata

Sebanyak 3.622 orang memperoleh pendidikan hukum. Sebanyak 58 orang telah memanfaatkan unit konsultasi hkum. Sebanyak 32 kasus sengketa di tingkat masyarakat telah tertangani.

Rata-rata nilai UN SD di wilayah P2DTK mengalami penurunan . Sementara rata-rata nilai UN SMP mengalamikenaikan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 9

nilai UN dimana Tahun 2007-2008 yaitu 6,12, Tahun 2008-2009 yaitu 6,08, dan Tahun 2009-2010 yaitu 6,50.5

6. Upaya untuk menurunkan jumlah konflik dan korban konflik. Sudah dilakukan pendidikan hukum pepada 3.470 orang, dan sebanyak 58 orang sudah memanfaatkan media konsultasi hukum (Data Mis Form-6).

42.2. Intermediate Outcome Indicators

Komponen 1: Dana Kecamatan

Performance-Indicator:

1. Minimal 70% terjadi pencairan pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan di tingkat kecamatan. Rata-rata Pencairan DOK Kecamatan dan BLM Kecamatan mencapai 99,74%, dengan perincian Pencairan DOK Kecamatan Rp. 133.868.035.320,- (99,49%) dan Pencairan BLM Kecamatan mencapai Rp. 341.529.709.000,- (99,99%).

2. Pada masa akhir program minimal 70% dari kualitas infrastrutur di tingkat kecamatan diklasifikasikan “memuaskan” dan “baik”. Sebanyak 3.364 sub-proyek infrastruktur yang dilaksanakan pada level kecamatan di wilayah P2DTK Nasional (non Aceh-Sumut), sebesar 92% diklasifikasikan “memuaskan”.

3. Minimal 300 sekolah dasar di tingkat kecamatan telah terrehabilitasi . Dari seluruh wilayah P2DTK di 8 provinsi (186 kecamatan) sampai P2DTK berakhir telah direhabilitasi sebanyak 846 SD.

4. Sebanyak minimal 50 klinik kesehatan di tingkat kecamatan terehabilitasi. Sampai dengan akhir Desember 2011 kegiatan P2DTK telah melakukan rehabilitasi terhadap 385 klinik kesehatan.

Komponen 2: Dana Kabupaten

Performance-Indicator:

1. Minimal 70% terjadi pencairan pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan di tingkat kabupaten. Rata-rata sebesar 99,35% telah terealisasi Pencairan DOK Kabupaten dan BLM Kabupaten. Pencairan DOK Kabupaten sebesar Rp. 21.563.526.765,- (100%) dan Pencairan BLM Kabupaten Rp. 261.321.629.644,- (98,69%).

2. Pada masa akhir program minimal 70% dari kualitas infrastrutur di tingkat kecamatan diklasifikasikan “memuaskan” dan “baik”. Sebanyak 606 sub-proyek infrastruktur kabupaten telah dilaksanakan di P2DTK Nasional (non Aceh-Sumut), dan 88% dari jumlah tersebut diklasifikasikan “memuaskan”.

5 Sumber: Data Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan) Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2011.

Sebesar 92% sub-sub proyek infrastruktur dinilai “memuaskan” dan “baik” menurut prosedur sertifikasi yang ada.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 10

Komponen 3: Dana Kabupaten

Performance-Indicator:

1. Minimal 500 orang mendapatkan manfaat dari kegiatan bantuan hukum dalam program P2DTK. MPHM di P2DTK khusus dilaksanakan di Provinsi Maluku. Dari data yang ada yang sudah mendapatkan manfaat sebanyak 135.076 orang. Angka ini menjadi besar karena banyak kasus bersifat komunal. Salah satunya kasus di Tual mengenai pengungsi dimana Bupati Tual menetapkan bahwa dengan terselesaikannya kasus tersebut yang memperoleh manfaat sekitar 65.000 orang.

2. Minimal 35 Komite Kesehatan dan Komite Pendidikan sudah dibentuk serta mendapatkan pelatihan yang melibatkan berbagai unsur pemerintah. P2DTK telah berhasil membentuk 58 dewan terdiri atas 32 Dewan Pendidikan dan 26 Dewan Kesehatan di 8 provinsiwilayah P2DTK Nasional.

3. Minimal 10.000 orang yang terdiri dari kepala sekolah, anggota Dewan Pendidikan dan tenaga kependidikan telah mendapatkan pelatihan. P2DTK telah berhasil melakukan berbagai pelatihan yang diikuti sebanyak 21.612 orang.

4. Minimal 1.500 orang petugas kesehatan telah mendapatkan pelatihan mengenai pelayanan kesehatan. P2DTK telah melakukan sebanyak 266 jenis pelatihan kesehatan yang diikuti total 6.808 anggota komite kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya.

5. Penilaian dan hambatan Pengembangan Sektor Swasta yang sudah selesai dibentuk minimal di 20 kabupaten. P2DTK bidang PSS berhasil membentuk FSS di 27 kabupaten sasaran, yang berarti sudah melebihi dari angka yang ditetapkan. Semula PSS direncanakan dilaksanakan di 32 kabupaten, namun di 3 kabupaten yaitu Seruyan, Lampung Utara, dan Lampung Timur dibatalkan karena keterlambatan penempatan pendamping PSS di kabupaten bersangkutan. Beberapa kesimpulan penilaian dan hambatan terkait program PSS antara lain sebagai berikut: (a) Jadwal waktu penempatan pendamping tidak sesuai dengan jadwal siklus program, sehingga output kegiatan PSS tidak dapat masuk dalam proses perencanaan P2DTK; (b) Belum sinerginya hasil kegiatan PSS dengan proses kajian teknis; (c) Kurangnya waktu untuk pemahaman substansi pengembangan sektor swasta bagi para Koordinator PSS kabupaten; (d) Masih lemahnya koordinasi dan rentang kendali untuk memastikan proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan; dan (e) Kegiatan PSS, bisa diintegrasikan dengan kegiatan Inti P2DTK, melalui berbagai penguatan dan perbaikan proses dalam Tahapan Perencanaan P2DTK.

6. Adanya rekomendasi dari FSS untuk perbaikan peraturan daerah yang terkait dengan pengembangan sektor swasta minimal di 7 kabupaten. Dari 27 FSS yang terbentuk, hanya 2

Terbentuk 32 Dewan Pendidikan dan 26 Dewan Kesehatan. Sebanyak 21.612 orang tenaga kependidikan dan kepala sekolah mendapatkan berbagai pelatihan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 11

FSS yang berhasil melakukan advokasi perbaikan peraturan daerah tetang pengembangan sektor swasta, yaitu di Kabupaten Alor dan Sumba Barat Provinsi NTT.

Komponen 4: Dukungan Implementasi

Performance-Indicator:

1. Sebesar minimal 70% konsultan yang direncanakan berada di lokasi untuk memulai kegiatan awal siklus. Awal Januari 2012 (Pelaksanaan Optimalisasi P2DTK TA. 2011) sebesar 96,55 % konsultan di lapangan (56 Konsultan yang aktif, dari 58 konsultan yang seharusnya dikarenakan adanya kekosongan untuk Gender Sp. NMC dan Participative Training Sp. KM Nas). Sebanyak 56 konsultan tersebut dengan perincian: a. KM Kab 28 Orang dari 28 Orang seharusnya (100%) b. KM Prov 10 Orang dari 10 Orang seharusnya (100%) c. KM Nas 18 Orang dari 20 Orang seharusnya ( 90%),

termasuk Senior FM Consultant dan Senior Procurement Consultant.

Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan >70%.

Komponen 5: Monitoring dan Studi Kasus

Performance-Indicator:

1. Berfungsinya sistem MIS di seluruh wilayah P2DTK Nasional (8 provinsi non Aceh-Sumut). MIS P2DTK telah berjalan optimal di 100% wilayah sasaran, yaitu: (a) Delapan provinsi untuk P2DTK Nasional yang mana per Desember 2011 sudah selesai dilaksanakan; dan (b) Dua provinsi wilayah Optimalisasi yang mana akan selesai per Fenruari 2012.

2. Baseline survei, studi dampak dan studi tematik yang sudah dilakukan. Sampai laporan ini ditulis hanya study output yang sudah dilaksanakan.

4.3. Capaian Pendampingan Bidang Kegiatan

Sub bab berikut ini memaparkan tentang hasil-hasil pendampingan dalam konteks pelayanan pemberdayaan sesuai dengan bidang-bidang kegiatan yang dilaksanakan melalui program P2DTK. 4.3.1. Capaian Pemanfaat P2DTK Total jumlah pendudukan di 186 kecamatan sasaran kegiatan P2DTK (di 51 kabupaten, 10 propinsi) sebanyak 13.072.618 orang. Program P2DTK dirasakan manfaatnya secara langsung oleh 6.136.461 orang atau sekitar 46,94% dari total penduduk. Mereka terdiri atas masyarakat bawah di tingkat desa sampai para aparatur pemerintah tingkat kabupaten, baik yang memperoleh manfaat dari dibangunnya infrastrukur pelayanan dasar,

Sebesar 46,94% masyarakat/penduduk di seluruh wilayah program P2DTK telah memperoleh manfaat dari P2P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 12

pelayanan kesehatan, pendidikan, maupun dari pelatihan-pelatihan pengembangan kapasitas yang diikuti. Diagram IV.01. Rekapitulasi Jumlah Pemanfaat P2DTK

Sumber: KM.Nas-MIS Sedangkan dari cakupan pemanfaatan terhadap KK miskin, maka bisa dilihat bahwa secara keseluruhan program P2DTK telah bermanfaat bagi 2.775.865 KK miskin atau sekitar 45% dari jumlah KK miskin di sasaran wilayah P2DTK. KK miskin di Aceh-Sumut yang mendapatkan manfaat dari adanya P2DTK mencapai 57% (783.930). dari KK miskin yang ada di kabuaten-kabupaten sasaran P2DTK. Sementara di wilayah P2DTK Nasional sebanyak 42% KK miskin telah menjadi sasaran dari program P2DTK. 4.3.2. Pengembangan Kapasitas Masyarakat Sasaran Selain pengembangan kapasitas yang ditujukan untuk para pelaku P2DTK di daerah dalam hal kapasitas pengelolaan program, P2DTK juga melakukan pengembangan kapasitas kepada “masyarakat dan institusi yang menjadi sasaran program”, baik yang berkaitan dengan bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, bidang pemuda, maupun kepada sasaran khusus lainnya yaitu kaum perempuan. Jika pengembangan kapasitas untuk para pelaku P2DTK terutama bersumber dana dari DOK, maka pengembangan kapasitas dalam kegiatan bidang pelayanan dasar tersebut terumata berumber dari dana BLM. Pengembangan kapasitas yang terkait dengan kegiatan pelayanan dasar tersebut dilandasi oleh 3 (tiga) srtategi, yaitu: (1) Pengembangan kapasitas terkait dengan sistem pelayanan dasar, yaitu yang berkaitan dengan “kebijakan” di dalam instusi pemberi pelayanan; (2) Pengembangan kapasitas dalam upaya meningkatkan kemampuan dan mutu “lembaga/institusi” dan SDM pelayanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; dan (3) Pengembangan kapasitas yang terkait dengan “daya jangkau” (akses) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang dibutuhkan.

Pengembangan kapasitas untuk institusi dan masyarakat sasaran P2DTK, terutama terkait dengan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, telah melaksanakan 952 pelatihan dengan peserta 189.139 orang. Mereka terdiri atas masyarakat, Tomas, kader desa/gam-pong/kampung,Bindes, guru, dan unsur-unsur gugus tugas dalam pelayanan dasar kesehatan serta pendidikan.

Total Penduduk

Pemanfaat KK Miskin [57%]

Pemanfaat P2DTK [29,27%]

Total Penduduk

Pemanfaat KK Miskin [42%]

Pemanfaat P2DTK [56,74%]

Total Penduduk Wil. P2DTK

Pemanfaat KK Miskin [45%]

Total Pemanfaat P2DTK [46,94%]

Ace

h-N

ias

Nas

ion

alTo

tal P

2DTK

4.661.848

783.930

1.364.561

8.410.770

1.991.935

4.771.900

13.072.618

2.775.865

6.136.461

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 13

1. Pengembangan Kapasitas Masyarakat di Aceh-Sumut

Dari data tabel mengenai jenis-jenis kegiatan yang di danai BLM di Aceh-Sumut (tersedia di bagian lampiran), diketahui bahwa jumlah kegiatan pengembangan kapasitas sejumlah 501 kegiatan, terdiri atas pelatihan bidang pendidikan 200 kegiatan (MBS 75 kegiatan dan pelatihan lain-lain pendidikan 125 kegiatan) dan pelatihan di bidang kesehatan 301 kegiatan. Tabel IV.07. Kegiatan Sumber Dana BLM Aceh-Sumut

Name Jumlah

Kegiatan

Health: Training 301 Rehab Health Clinics 29 Other (nutrition program, health information, books) 139

Total 469 Education: School-based management training 75 Other training 125 School Rehab 125 Books, tools, furniture 185 Scholarships 10

Total 520 Sumber: KM. Nas-MIS (SPADA Template) Dari sejumlah 200 kegiatan pelatihan bidang pendidikan tersebut, selama kurun waktu P2DTK di wilayah Aceh-Sumut (Siklus 1 s/d 3), telah dilatih sebanyak 55.161 peserta dari berbagai unsur dibidang pelayanan pendidikan. Pelatihan-pelatihan tersebut menyangkut pengembangan kapasitas meningkatkan kemampun guru dalam meningkatkan mutu proses pengajaran. Upaya pengembangan kapasitas “manajemen pendidikan” seperti monitoring pendidikan, mutu manajemen sekolah, pengelolaan sekolah melalui MBS, bahkan juga semacam “penyuluhan” kepada masyarakat mengenai pentingnya bersekolah. Tabel IV.08. Pelatihan Bidang Pendidikan Dana BLM P2DTK Aceh-Sumut Siklus 1 s/d. 3

No. Jenis Kegiatan Jumlah 1. Pelatihan guru mengenai metode pengajaran (a.l. Pakem dan

CTL 1.205

2. Pelatihan guru mengenai mata pelajaran 794 3. Pelatihan guru mengenai pembuatan produk 72 4. Pelatihan guru mengenai olah raga dan kesenian 451 5. Pelatihan guru mengenai pengembangan potensi 106 6. Pelatihan untuk guru 6.923 7. Pelatihan Komite Sekolah 1.106 8. Pelatihan mengenai manajemen sekolah (a.l. MBS) 9.012 9. Pelatihan monitoring sekolah, masyarakat dan pengelola

pendidikan 869

10. Pelatihan tenaga kesehatan kader dan bidan 4.891 11. Pelatihan kesehatan masyarakat 7.277 12 Penyuluhan 22.455

Total Peserta Pelatihan 55.161 Sumber: KM. Nas-MIS

Di Aceh-Sumut sebanyak 55.161 orang dari berbagai unsur di bidang pendidikan sudah mendapatkan pelatihan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 14

Sementara itu, kegitan pengembangan kapasitas dalam pelayanan bidang kesehatan di P2DTK Aceh-Sumut Siklus 1 s/d. 3 (2007 -2010) mencapai jumlah 301 kegiatan pelatihan kesehatan. Total rekapitulasi peserta pelatihan sebanyak 4.891 peserta terdiri dari para kader di tingkat Gampong/Kampung, Bidan Desa, petugas-petuga Puskesmas dan Pustu, masyarakat sasaran, petugas rumah sakit, dokter, dll. Pelatihan-pelatihan untuk pengembangan kapasitas tersebut mengarah kepada tiga (3) hal pokok dalam stategi peningkatan kesehatan masyarakat, yaitu pengembangan kapasitas dalam aspek peningkatan mutu pelayanan kesehatan, pengembangan kapasitas aspek manajemen pelayanan institusi pelaku pelayanan kesehatan, dan aspek upaya meningkatkan jangkauan (akses) masyarakat memperoleh informasi dan tindak pelayanan kesehatan dasar. 2. Pengembangan Kapasitas Masyarakat di Wilayah Nasional Kegiatan-kegiatan di wilayah Nasional yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas untuk masyarakat bida dilihat dalam tabel berikut. Dari tabel tersebut diketahui bahwa ada sebanyak 226 kegiatapan pelatihan di bidang kesehatan, sementara di bidang pendidikan sebanyak 225 kegiatan pelatihan terdiri atas 86 pelatihan mengenai MBS dan 137 pelatihan lain-lain bidang pendidikan.

Tabel IV.09. Kegiatan Sumber Dana BLM (Kabupaten dan Kecamatan) Nasional

Name Jumlah

Kegiatan

Health: Training 226 Rehab Health Clinics 385 Other (nutrition program, health information, books) 966

Total 1,577 Education:

School-based management training 86 Other training 137 School Rehab 846 Books, tools, furniture 883 Scholarships 139

Total 2,091 Sumber: KM. Nas-MIS (SPADA Template)

Khusus pelatihan yang berkaitan dengan bidang kesehatan (226 pelatihan) total peserta seluruh pelatihan berjumlah 6.808 orang, terdiri dari 1.245 orang peserta kegiatan pelatihan bersumber dana BLM kecamatan dan 5.563 peserta kegiatan yang bersumber dana dari BLM kabupaten (lihat lampiran). Berkaitan dengan pelatihan dibidang pendidikan, dari sebanyak 225 kegiatan pelatihan jumlah peserta totak yaitu 122.279 orang.

Total peserta pelatihan-pelatihan di bidang kesehatan di Aceh-Sumut 4.891 orang, terdiri atas berbagai “ujung tombang” pelayanan kesehatan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 15

Tabel IV.10. Kegiatan Pelatihan Bersumber Dana BLM Kabupaten dan Kecamatan di Wilayah P2DTK Nasional

Name Total

(Peserta)

Pelatihan Guru mengenai Metoda Pengajaran (a.l. PAKEM dan CTL) 2,955 Pelatihan Guru mengenai Mata Pelajaran 2,529 Pelatihan Guru mengenai Pembuatan Produk 950 Pelatihan Guru mengenai Olah Raga dan Kesenian 118 Pelatihan Guru mengenai Pemulihan dari Krisis / Bencana 0 Pelatihan Guru mengenai Pengembangan / Pemberdayaan Potensi 680 Pelatihan Guru mengenai Pergaulan Anak (a.l. kekerasan antar anak di sekolah)

0

Pelatihan Guru mengenai Kesehatan - Pelatihan untuk Guru 4,461 Pelatihan Komite Sekolah 919 Pelatihan mengenai Manajemen Sekolah (a.l. MBS) 8,900 Pelatihan Monitoring bagi Sekolah, Masyarakat & Pengelola Pendidikan

100

Pelatihan Tenaga Kesehatan (Kader, Bidan) 6,808 Pelatihan Kesehatan (Masyarakat) 9,340 Penyuluhan 65,329 Pelatihan Early Warning System 300 Pelatihan mengenai Pemulihan dari Krisis/Bencana (trauma healing) 0 Pelatihan mengenai Pembuatan Produk/ Pelatihan Kewirausahaan 5,211 Pelatihan mengenai Olah Raga dan Kesenian 639 Pelatihan mengenai Pengembangan / Pemberdayaan Potensi 13,040

Total Peserta Pelatihan 122,279 Sumber: KM. Nas-MIS (SPADA Template) Rekalapitulasi dari seluruh kegiatan pelatihan yang di danai BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan di P2DTK Nasional (Siklus 1 s/d. 3), terutama untuk bidang kesehatan dan pendidikan, tergambar di dalam tabel berikut. Tabel IV.11. Rekapitulasi Kegiatan Pelatihan Bidang Kesehatan dan Pendidikan Bersumber Dana BLM (Kabupaten dan Kecamatan) P2DTK Nasional Siklus 1 s/d. 3

Bidang

Aceh Nasional Total

Jumlah Pelatihan

Jumlah Peserta

Jumlah Pelatihan

Jumlah Peserta

Jumlah Pelatihan

Jumlah Peserta

Pendidikan 200 55,161 225 122,279 425 177,440

Kesehatan 301 4,891 226 6,808 527 11,699

Total 501 60,052 451 129,087 952 189,139

Sumber: KM. Nas-(Diolah dari ) SPADA Template 4.3.3. Pembangunan Infrastruktur Seperti sudah disampaikan di dalam bab sebelumnya bahwa sub proyek infrastruktur diseluruh wilayah P2DTK adalah sebanyak 4.796 subproyek atau sekitar 46,03% dari sekuruh sub proyek P2DTK yang sebanyak 10.421 sub.proyek. Bagan berikut memperlihatkan sebaran sub proyek menurut

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 16

kwilayahan P2DTK Aceh-Sumut, P2DTK Nasional, dan wilayah Optimalisasi. Diagram IV.02. Sebaran Sub Proyek Infrastruktur Menurut Kewilayahan

Sumber: KM.Nas-MIS -

(1)Pembangunan Infrastruktur di Aceh-Sumut

Sub proyek infrastruktur yang dibangun di Aceh-Sumut sebanyak 781 sub-proyek, yang didominasi oleh jumlah sub proyek jalan dan jembatan yang mencapai 431 sub proyek dengan jumlah unit terbangun 463 unit. Sub proyek drainase merupan sub proyek terbanyak kedua yang dibangun dan diinginkan masyarakat, dimana mencapai 108 sub-project dengan 192 unit terbangun.

Diagram IV.03. Jumlah Sub Proyek di Aceh-Sumut Menurut Jenis

Sumber: KM. Nas-MIS (file: Ditail sub proyek)

Yang menarik untuk dicermati lebih jauh adalah kemanfaatan sub-proyek jalan dan jembatan karena hal ini menyangkut kebutuhan yang paling diharapkan demi mempermudah mobilitas masyarakat. Jumlah panjang prasarana mobilitas masyarakat tersebut adalah 97.264 M (+ 97 KM). Hal ini tentu banyak mendukung mobilitas dan akses masyarakat ke berbagai tempat pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, pasar, atau menuju sarana-sarana sosial lain. Sub proyek sanitasi dan drainase juga cukup signifikan jumlahnya. Sub proyek ini terdiri atas kegiatan seperti pembuangan air limbah rumah

075

150225300375450

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Pengadaan air bersih

Sanitasi Jalan dan jembatan

Drainase Irigasi Lain-lain

46 94 88174

431 463

108192

23 23 85 85

Sub-sub proyek infrastruktur, terutama jalan dan jembatan, mempunyai multimanfaat bagi masyarakat, baik berkaitan dengan kebutuhan perekonomian, pendidikan, kesehatan, dan bermacam-macam kebutuhan sosial lainnya.

Aceh-Sumut781

(16,28%)

Nasional3,970

(82,78%)

Optimalisasi42

(0,94%)

Total infrastruktur 4.796 sub proyek

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 17

tangga, gorong-gorong, dan saluran-saluran air yang sangat dekat dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

(2)Pembangunan Infrastruktur di Wilayah Nasional

Jumlah sub proyek infrastruktur di wilayah P2DTK nasional mencapai 3.970 sub-proyek (belum termasuk periode Program Optimalisasi). Diagram IV.04. dibawah ini menunjukkan bahwa sub proyek jalan dan jembatan, merupakan sub proyek yang paling banyak mencapai 1.868 buah. Ini berarti bahwa jalan dan jembatan merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat di wilayah-wilayah tertinggan di 8 propinsi sasaran P2DTK ini. Sementara pengadaan air bersih dan sanitasi (seperti MCK, jamban, pembuangan air limbah, dll) menempati urutan berikutnya dalam hal jumlah sub proyek.

Diagram IV. 04. Jumlah dan Jenis Sub Proyek P2DTK Nasional

Sumber: KM. Nas-MIS-file: spada template/data riska

Sub proyek jalan tersebut terdiri atas berbagai bentuk seperti jalan telfrod, jalan sirtu, jalan setapak, pembuatan badan jalan, serta berbagai jenis jembatan gantung) dengan panjang total 1.615.413 M (+ 1.600 KM), yang bermanfaat bagi lebih dari 10 juta orang. Swadaya yang muncul dari sub proyek jalan dan jembatan ini mencapai 1,70% (Rp. 10.774.691.821,-) dari total realisasi serapan dana Rp. 635.039.035.201,-. Dengan panjang jalan seperti tersebut di atas tentu saja sangat mendukung mobilitas dan akses masyarakat terhadap berbagai keperluan seperti akses menuju selokah, puskesmas, pasar, atau ke tempat-tempat pelayanan publik yang lain. Sub proyek lain yang menjadi kebutuhan dan diinginkan oleh masyarakat di 8 provinsi P2DTK Nasional adalah subproyek air bersih dengan 593 sub proyek (2.996 unit) dan sanitasi dengan 533 sub proyek (5.319 unit terbangun).

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

PENGADAAN AIR BERSIH

SANITASI JALAN DAN JEMBATAN

DRAINASE IRIGASI LAIN-LAIN

593

2,996

533

5,319

1868 1,868

313 313 150 150 513 513

Hasil Kalian Teknis yang kemudian berlanjut paada Forum Musyawarah Pendanaan, menunjukkan bahwa proyek infrastruktur jalan dan jembatan dalam berbagai jenis dan bentuknya, merupakan kebutuhan utama masyarakat.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 18

(3)Pembangunan Infrastruktur Periode Optimalisasi

Sebanyak 45 paket proyek infrastruktur telah dilaksanakan di wilayah Optimalisasi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. Paket proyek yang jumlahnya cukup banyak adalah pengadaan listrik dan pembangunan serta rehab pendukung sarana kesehatan. Diagram IV.05. Jenis dan Jumlah Paket Proyek Infrastruktur P2DTK Optimalisasi

Sumber: KM. Nas-MIS

Rehab dan pembangunan gedung sarana pendidikan (seperti gedung sekolah, laboratorium komputer, asrama) dan rehab gedung pendukung kesehatan (seperti Puskesmas, Psoyandu, Pustu, dll), masing-masing mempunyai 7 paket proyek. Sementara yang lain mempunyai jumlah paket proyek yang kecil.

(4) Jaring Pengaman Sosial

Para pekerja di proyek-proyek infrastruktur tersebut sebagian besar adalah masyarakat sekitar dimana infrastruktur tersebut dibangun. Mereka memperoleh manfaat langsung berupa upah dengan bekerja di proyek-proyek tersebut dalam durasiwaktu yang berbeda-beda. Seluruh jumlah sub proyek infrastruktur yang sebesar 3.970 sub proyek telah melibatkan sebesar 738.817 HOK, dengan total upah yang dibayarkan sebanyak Rp. 37.155.850.000,-

Diagram IV.06. HOK Di Sub Proyek Infrastruktur P2DTK

Sumber: KM.Nas – Mis: file/olahan editan data/chat HOK

HOK

UPAH

HOK

UPAH

HOK

UPAH

HOK

UPAH

NAS

ION

AL

[81,

08%

]AC

EH

[18,

28%

]

OPT

IMAL

ISA

SI

[0,6

4%]

TOTA

L

602.483Rp.

30.124.150.000

135.857 Rp.

6.792.850.000

477

Rp. 36.917.000.000

738,817 Rp. 37.155.850.000

Sebanyak 3.970 sub proyek infrastruktur di 10 propinsi P2DTK telah menghasilkan “cash from work” Rp 37.155.850.000,-, atau yang seringdisebut dengan “jaring pengaman sosial”.

0 2 4 6 8 10 12

Drainase

Jalan

Gedung kesehatan (posyandu, puskesmas, dll)

Pengadaan listrik

Gedung pendidikan (sekolah, lab komputer, asrama, dll)

WC

Lain-lain (air bersih,pasar bahari)

2

7

11

11

7

2

5

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 19

Jika dihitung rata-rata dengan dibagi jumlah pekerja maka upah yang diperoleh setiappekerja sebesar Rp. 87.828,-. Namun jika dihitung berdasarkan durasi hari kerja, meskipun durasi pekerjaan berbeda-beda antara satu sub proyek dengan sub proyek yang lain, maka kira-kira yang paling pendek yakni 5 hari dan yang paling lama mencapai 150 hari, atau yang paling kecil menerima upah sekitar Rp. 250.000,- sampai yang paling besar Rp. Rp. 750.000,-

4.3.4. Sumbangan Perbaikan Pelayanan Pendidikan Rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan, kurangnya mutu pendidikan dan terbatasnya jumlah guru, merupakan profil permasalahan utama pendidikan di wilayah-wilayah tertinggal. Pada segi yang lain, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tersebut dipengaruhi pula oleh rendahnya tingkat perekonomian. Program P2DTK telah memberikan sumbangan kepada perbaikan pelayanan pendidikan di wilayah-wilayah tertinggal dengan melaksanakan sebanyak 2.643 sub-sub proyek pendidikan terkait dengan aspek akses, mutu pendidikan, dan menejemen sekolah.

(1) Pelayanan Pendidikan di Aceh-Sumut

Sebelum membahas hasil-hasil capaian di bidang pendidikan secara lebih jauh, ingin dipaparkan sebelumnya gambaran kebutuhan kegiatan pendidikan di P2DTK Aceh-Sumut. Diagram IV.07. Gambaran Kebutuhan Bidang Pendidikan di Aceh-Sumut

0 20 40 60 80 100 120

Beasiswa / Subsidi Biaya Sekolah

Subsidi / Layanan Transportasi ke/dari Sekolah

Perlengkapan Sekolah bagi Murid (Seragam, alat tulis, dsb)

Pelatihan Guru mengenai Mata Pelajaran

Meubelair (Meja-Kursi Belajar)

Buku Paket

Pelatihan Guru mengenai Metoda Pengajaran (a.l. PAKEM dan CTL)

Pelatihan Monitoring Sekolah, Masyarakat & Pengelola Pendidikan

Perangkat Laboratorium / Alat Peraga

Fisik/pengadaan dan rehab r. kelas, perpustakann, admin

Pelatihan dan pemantapan manajemen sekolah (a.l. MBS)

Pelatihan Komite Sekolah

Pagar Sekolah / Halaman

Kegitan lain-lain

Asp

ek A

kses

Asp

ek M

utu

Asp

ek M

anaj

emen

Lain

-Lai

n

Sumber: KM. Nas-MIS

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 20

Diagram di atas menggambarkan kebutuhan kegiatan bidang pendidikan di Aceh-Sumut, dimana terdapat 40 jenis kegiatan bidang pendidikan yang telah diimplementasikan di Aceh-Sumut dengan total sub proyek 520 sub proyek, baik berupa infrastruktur pendukung akses pendidikan, sub-proyek fisik pendidikan, dan kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas bidang pendidikan.

Dari ke-40 jenis kegiatan tersebut, di dalam diagram di atas telah dilakukan pengelompokan-pengelompokan agar lebih mudah melihat kecenderungan kebutuhan, sehingga menjadi sekitar 13 jenis kegiatan. Dari 13 jenis kegiatan tersebut terpecah-pecah menjadi 520 sub kegiatan atau sub-proyek, dimana sebanyak 26 (5,00%) kegiatan berkaitan dengan aspek akses terhadap pendidikan, 232 (44,62%) kegiatan merupakan kegiatan-kegiatan dalam aspek peningkatan mutu pelayanan pendidikan, sebanyak 212 (40,77%) kegiatan terkait dengan upaya meningkatkan kapasitas manajemen pendidikan. Sebanyak 51 kegiatan lain-lain.

a. Meningkatkan Akses Pendidikan Salah satu ukuran yang paling mudah untk melihat kemudahan masyarakat mengakses atau menjangkau tempat pelayanan pendidikan adalah melalui ketersediaan sarana jalan dan atau jembatan.

Tabel IV.12. Sub-Proyek Sarana Jalan dan Jembatan Pendukung Akses Pendidikan dan Kesehatan, Aceh-Sumut

Keterangan Jumlah

Jumlah sub proyek 431 Jumlah unit 463 Panjang jalan (M) 97.264 M (+ 97 KM). Pemanfaat laki-laki 85.778 Pemanfaat perempuan 91.806 Pembiayaan (Rp.) 54.393.668.963 Swadya (Rp.) 86.487.503

Sumber: KM. Nas-MIS P2DTK telah mendukung keterbukaan akses pendidikan melalui dibangunnya berbagai bentuk sarana jalan dan jembatan dengan total sub proyek 431 proyek, panjang selurunya sekitar 97 Km dan bermanfaat bagi lebih dari 300.000 orang termasuk anak-anak sekolah. Sementara aspek akses pendidikan dari segi non-infrastruktur jalan tercatat sebanyak 26 sub proyek terdiriatas bantuan untuk perlengkapan sekolah, bantuan dana transportasi untuk ke dan dari sekolah, serta biaya subsidi biaya sekolah.

b. Upaya Memperbaiki Mutu Pendidikan

Berdasarkan pada Diagram IV.07. maka kegiatan dibidang peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan manajemen pendidikan (manajemen sekolah) dengan demikian merupakan fokus kegiatan

Sub-sub proyek di bidang pendidikan di Aceh-Sumut menitik beratkan pada aspek peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Hal ini sejalan dengan indeks tingkat pendidikan Aceh yang berada pada kelompok posisi paling bawah di Indonesia.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 21

pengembangan pendidikan di Aceh-Sumut. Kegiatan-kegiatan pendidikan yang fokus kepada kedua tema tersebut diatas juga menjadi perhatian utama pemerintah Propinsi Aceh di bidang pendidikan, yang dewasa ini menekankan kepada aspek kualitas dan mutu pendidikan termasuk kualitas tenaga kependidikan. c. Manajemen Pendidikan Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan aspek manajemen sekolah terdiri atas Pelatihan Komite Sekolah, Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan perbaikan terhadap ruang kelas, ruang perpustakaan, rehab ruang administrasi, dll. Secara terperinci tersajidi Diagram IV.07.

(2) Pelayanan Pendidikan di P2DTK Nasional

Bagan berikut ini menggambarkan profil sub-sub proyek di bidang pendidikan di Wilayah P2DTK Nasional, yang sekaligus menggambarkan pula kebutuhan-kebutan masyarakat di 8 provinsi sasaran. Seluruh sub-proyek bidang pendidikan tersebut berjumlah 2.091 sub-proyek/kegiatan, sementara jenis kegiatannya terdiri atas lebih dari 40 jenis kegiatan. Secara sepintas bisa tergambarkan bahwa kegiatan-kegiatan yang bersifat non-pengembangan kapasitas untuk kualitas “belajar-mengajar” dan pengelolaan sekolah, menjadi kegiatan yang diutamakan di wilayah P2DTK Nasional secara keseluruhan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti misalnya pengadaan perlengkapan sekolah, rehab fisik gedung (kelas, perpustakaan, ruang administrasi), pengadaan meubeleur, pembuatan lapangan olah raga/upacara, dll. Sementara kegiatan yang berkaitan dengan mutu pengajaran dan mutu manajemen sekolah, mendapat jumlah sub-proyek yang lebih sedikit . Diagram IV.08 menggambarkan bahwa bidang pendidikan di wilayah P2DTK Nasional mengarah pada upaya meningkatkan mutu pelayanan dengan total sub proyek 1.530 (73,2%), kemudian akses pendidikan menempati urutan sub proyek terbanyak dengan 268 sub proyek (12,8%), peningkatan manajemen sekolah diurutan berikutnya dengan 106 sub proyek (5,1%), dan sub proyek lain-lain sebanyak 187 buah (8,9%).

Kegiatan bidang pendidikan di wilayah P2DTK Nasional mengarah kepada upaya peningkatan mutu pengajaran, dengan 72,07% sub proyek dari total 1.507 sub proyek.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 22

Diagram IV.08. Gambaran Kebutuhan Bidang Pendidikan di Wilayah P2DTK Nasional

a. Meningkatkan Akses Pendikan

Panjang jalan pendukung akses mobilitas masyarakat sasaran P2DTK di 8 propinsi Wilayah Nasional mencapai 1.600 KM dari 1.868 unit yang dibangun. Sarana infrastruktur berbagai jenis jalan dan jembatan tersebut bermanfaat langsung bagi masyarakat sekitarnya mencapai lebih dari 3 juta orang. Perempuan ternyata merupakan pemanfaat terbanyak dibanding laki-laki. Selain dari dukungan infrastruktur jalan, akses pendidikan juga bisa tergambarkan dari sejauh mana program telah memampukan masyarakat, khususnya anak-anak sekolah, dimudahkan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan.

Tabel IV.13. Sub-Proyek Sarana Jalan dan Jembatan Pendukung Akses Pendidikan dan Kesehatan, P2DTK Nasional

Keterangan Jumlah

Jumlah sub proyek 1.868 Jumlah unit 1.868 Panjang jalan (M) 1.615.413 (+ 1.600 KM) Pemanfaat laki-laki 1.735.581 Pemanfaat perempuan 2.036.411 Pembiayaan (Rp.) 635.039.035.201 Swadya (Rp.) 10.774.691.821

Sumber: KM. Nas-MIS

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550

Subsidi untuk siswa: Beasiswa, layanan transportasi dari/ke sekolah

Perlengkapan Sekolah bagi Murid (Seragam, alat tulis, dsb)

Fisik pengadaan & rehab:r. kelas, r. perpustakaan, r. admin

Lapangan Upacara/Olah Raga

Meubelair (Meja-Kursi Belajar)

Pengadaan guru: guru honorere, guru kungjung

Pelatihan Guru mengenai Metoda Pengajaran (a.l. PAKEM dan CTL)

Pelatihan Guru mengenai Mata Pelajaran & mutu pendidikan

Pelatihan untuk guru: pemberdayaan potensi, olahraga & kesenian

Kelompok Kerja Guru (KKG)/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Buku Paket

Perangkat Laboratorium / Alat Peraga

Pelatiahan MBS, pemantapan Manajemen, % monitoring sekolah

Pelatihan Komie Sekolah

Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S)

Pagar Sekolah / Halaman

Lain-lain KegiatanA

spek

A

kses

(1

2,8%

)A

spek

Pen

inga

tan

Mut

u Pe

ndid

ikan

(73,

2%)

Asp

ek

Men

ejem

en

(5,1

%)

Lain

-Lai

n (8

,9%

)

Sumber: KM. Nas-MIS

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 23

b. Upaya Memperbaiki Mutu Pendidikan Pengertian paling sederhana mengenai perbaikan mutu pendidikan adalah upaya-upaya untuk tercapainya kualitas dalam proses “belajar-mengajar” yang lebih baik. Kualitas tenaga pengajar dan ketersediaan fasilitas serta bahan ajar sekolah menjadi dua tolok ukur utama. Berkaitan dengan hal tersebut, P2DTK telah mendukung aspek peningkatan mutu pendidikan di wilayah Nasional dengan terlaksananya 1.530 sub proyek atau sebesar 73,2% dari seluruh jumlah sub proyek bidang pendidikan 2.091sub proyek. Dari jumlah sub proyek peningkatan mutu pendidikan sekolah tersebut di atas, sebanyak 506 sub proyek berupara rehabilitasi fisik gedung/ruang sekolah dan pengadaan meubeleur, serta sebanyak 578 sub proyek berupa kegiatan-kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas guru dalam mengajar.

c. Manajemen Pendidikan

Menejemen sekolah mendapatkan porsi sub proyek paling sedikit dari seluruh total sub proyek bidang pendidikan di P2DTK Nasional, yaitu sebesar 5,1% atau sebanyak 106 sub proyek. Dari jumlah tersebut 90 sub proyek berupa pelatihan MBS, 9 sub proyek pelatihan-pelatihan untuk Komite Sekolah, dan 7 sub proyek berkaitan dengan kelompok kerja kepala sekolah (K3S).

(3) Program Pendidikan Periode Optimalisasi P2DTK Optimalisasi dilaksanakan di 7 kabupaten di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah, yang dilaksanakan sebagai kesinambungan dari P2DTK sebelumnya namun dengan pendekatan yang berbeda. Berkaitan dengan pelayanan bidang pendidikan, tercatat sebanyak 32 paket proyek pendidikan (non-fisik infrastruktur) dilaksanakan di wilayah optimalisasi tersebut. Dari jumlah 32 paket proyek pendidikan non-fisik tersebut, sebanyak 11 paket berkaitan dengan peningkatan kapasitas guru dan 21 paket lainnya bersifat sub proyek pengadaan baik pengadaan meubeleur, komputer, dan buku-buku penunjang.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 24

Diagram IV.09. Paket Proyek (Non-Fisik) Bidang Pendidikan Wilayah Optimalisasi

Sumber: KM.Nas-MIS Khusus mengenai upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui pengembangan kapasitas guru diperiodeOptimalisasi, sudah sebanyak 72 tenaga pengajar mendapatkan pelatihan MBS dan Pakem. Sebanyak 96 guru memperoleh berbagai jenis belatihan seperti Diklat Strategi Peningkatan Hasil UN Bagi Guru-Guru SMP/MTs Tkt. Kabupaten, Diklat Tehnisi dan Guru TIK, Pelatihan dan Operasional Keaksaraan Fungsional, dan Diklat Strategi Peningkatan Hasil UN Bagi Guru-Guru SMP/MTs Tkt. Kabupaten.

4.3.5. Sumbangan Perbaikan Pelayanan Kesehatan

Rendahnya derajat kesehatan masyarakat diwilayah-wilayah tertinggal, termasuk di dalam program P2DTK, disebabkan oleh beberapa hal6

6 “Peningkatan Akses Kesehatan Masyarakat Yang Lebih Berkualitas” (24 Maret 2012:

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/3349)

seperti: (a) Sulitnya masyarakat menjangkau atau menuju tempat pelayanan kesehatan karena ketiadaan atau keterbatasan sarana transportasi. Akibatnya biaya menuju tempat pelayanan menjadi mahal; (b) Lemahnya daya jangkau pemerataan pelayanan kesehatan dasar karena kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; (c) Lemahnya mutu pelayanan kesehatan; (d) Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap perilaku hidup sehat; (e) Lemahnya promosi kesehatan (khususnya di wilayah-wilayah terpencil) dan pemberdayaan masyarakat. Berbasis pada permasalahan-permasalahan tersebut, P2DTK bidang kesehatan dikembangkan dengan tujuan: (a) Mengembangkan kemampuan pemerintah daerah menjalankan fungsinya secara lebih baik dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan publik; (b) Meningkatkan kualitas SDM institusi pelayanan kesehatan publik serta mutu pelanayanannya; dan (c) Meningkatkan promosi kesehatan dan akses masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan secara lebih baik, dan Meningkatkan kapasitas managemen institusi pelayanan kesehatan publik.

01234567

Meb

eler

Peng

adaa

n bu

ku

Peng

adaa

n sa

rana

&

pera

ga kom

pute

r

mbs

+pak

em

pela

th m

utu

pend

dk

PENGADAAN MUTU

54

7

54

7

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 25

(1) Program Kesehatan di Aceh-Sumut

Diagram berikut ini menggambarkan pola kebutuhan masyarakat yang tercermin ke dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di bidang kesehatan di Aceh-Sumut. Kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan mutu kesehatan serta promosi kesehatan mecapai jumlah sub-kegiatan yang cukup banyak seperti penanggulangan gizi buruk, pengobatan dasar dan imunisasi, penyuluhan dan promosi kesehatan, pelatihan kesehatan masyarakat, dan pelatihan tenaga kesehatan (kader, bidan). Diagram IV.10. Jenis-Jenis Kegiatan Bidang Kesehatan Berdasarkan BLM Kabupaten P2DTK Ace-Sumut.

Sumber: KM. Nas-MIS, TA. Bidang

Akses Kesehatan di Aceh-Sumut Pada Tabel IV.12. digambarkan bahwa di P2DTK wilayah Aceh-Sumut telah terbangun sarana jalan dan jembatan yang bisa mendukung akses kesehatan dan pendidikan sepanjang + 97 KM dengan total pemanfaat sebanyak lebih dari 170.000 orang. Bermacam-macam keperluan dan kebutuhan mobilitas masyarakat tentu terdukung dengan pembangunan jalan tersebut, termasuk

0 100 200 300 400

Pelatihan Kesehatan Masyarakat

Penyuluhan promosi kesehatan

Pelatihan Tenaga Kesehatan (Kader, Bidan)

Pengobatan dasar umum dan imunisasi

Pelayanan kesehatan ibu, tumbuh kembang anak (KIA), dan KB

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Kesehatan Lingkungan

Penyemprotan

Kegiatan lain-lai

WC, Jamban, & air Bersih

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

Penanggulangan gizi buruk: sweeping, PMT,Perbaikan Gizi Masyarakat

Sanitasi Masyarakat (TSM)

Warga Siaga

Rehabilitasi fisik fasilitas kesehatan: Puskesmas, Pustu, Puskesling

Pengadaan Peralatan kesehatan

Rehab Posyandu /Polindes

AKSE

S [2

8,36

%]

MUT

U PE

LAYA

NAN

[46,

70%

]KE

SEHA

TAN

MAS

Y. [6

5,03

%]

REHA

B &

FASI

LITAS

[6,6

1%]

Sumber: KM. Nas-MIS

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 26

keperluan menuju tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti Pustu dan Puskesmas.

Akses kesehatan ini juga bisa diukur dari kegiatan yang bersifat non-infrastruktur, yaitu dari kegiatan yang bersifat promosi kesehata atau penyuluhan pengauatan kesehatan masyarakat agar mereka paham sejauh mana pelayanan yang bisa diberikan oleh Puskesmas maupun Pustu.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan dan promosi kesehatan kepada masyarakat sasaran, dapat disimak dalam grafik tentang jenis-jenis kegiatan di bidang kesehatanuntuk wilayah Aceh-Sumut, bahwa terdapat dua kegiatan utama dalam upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut yakni Pelatihan Kesehatan Masyarakat dan Penguatan Kesehatan Masyarakat melalui kegiatan promosi dan penyuluhan kesehatan. Jumlah sub-kegiatannya sebanyak 156 (24,53%) pelatihan diikuti sekitar 560 orang. Kuantitas dan kualitas kegiatan dibidang akses kesehatan tersebut jauh dibawah kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada peningkatan mutu pelayanan jajaran petugas kesehatan. Mutu Pelayanan Kesehatan di Aceh-Sumut

Kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat bisa digambarkan kedalam dua ranah. Pertama, yaitu kualitas pelayanan yang diberikan di Puskesmas, dan Kedua adalah kualitas pelayanan yang terkait dengan pemberdayaan kesehatan masyarakat. Ranah yang Kedua tersebutyarakat, Deteksi dan Penanggulangan Gizi Buruk. Grafik IV.10. memberikan gambaran bahwa di Aceh-Sumut sebanyak 219 (46,70%) sub-proyek telah mendukung kemampuan mutu Puskesmas dan Pustu dalam memberikan pelayanan, antara lain pengubatan dasar dan umum, pelayanan untuk ibu hamil, deteksi dini tumbuh kembang anak, UKS, pelatihan untuk tenaga kesehatan, dll. Sementara sub proyek untuk pemberdayaan atau penguatan kesehatan masyarakat mencapai 305 (65,03%) sub proyek, terdiri atas Pemberdayaan Warga Siaga (7 sub proyek), Pemberantasan Penyakit Menular (14 sub proyek), Penanggulangan Gizi Buruk (18 sub proyek), TSM (15 sub proyek), serta MCK dan Akses air bersih (251 sub proyek). Kelima kegiatan yang disebut terakhir merupakan saran kegiatan utama program Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah-eilayah tertinggal.

(2) Program Kesehatan P2DTK Nasional

Gambaran kebutuhan masyarakat sasaran P2DTK tentang pelayanan kesehatan di wilayah P2DTK Nasional dapat digambarkan di dalam Diagram IV.11. di bawah ini. Terdapat

Sebesar 65,03% dari total 469 sub proyek kesehata di P2DTK Aceh-Sumut telah mengarah ke-5 (lima) isu utama kesehatan wilayah tertinggal

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 27

sekitar 40 jenis kegiatan bidang kesehatan di P2DTK Nasional, dimana di dalam grafik tersebut sudah diolah menjadi 16 jenis kegiatan yang mempunyai sub-sub proyek cukup banyak.

Jenis-jenis kegiatan seperti penanggulangan gizi buruk, TSM, jambanisasi, MCK, serta akses air bersih, rehab posyandu, pengadaan meubeleur, pemberantasan penyakit menular, pelatihan tenaga kesehatan, dan promosi kesehatan kepada masyarakat, merupakan kegiatan-kegiatan dengan jumlah sub proyek yang cukup banyak.

Diagram IV.11. Jenis-Jenis Kegiatan Bidang Kesehatan Berdasarkan BLM Kabupaten dan Kecamatan P2DTK Nasional (8 provinsi)

Jenis-jenis kegiatan tersebut yang secara mekanisme manajemen program merupakan hasil proses kajian teknis dan perencanaan partisipatif, bisa dikatakan sebagai gambaran kebutuhan masyarakat di wilayah-wilayah tertinggal sasaran P2DTK. Berbasis pada profil ciri permasalahan kesehatan di wilayah

0 40 80 120 160 200 240 280 320

Penyuluhan dan Promosi Kesehatan (Penguatan Kesehatan Masyarakat)

Pelatihan Kesehatan (Masyarakat)

Pelatihan Tenaga Kesehatan (Kader, Bidan)

Pelayanan Bumil, KB, Kesehatan Ibu dan tumbuh kembang anak,serta media KIA

Meubelair (meja, kursi, lemari)

Rehabilitasi/pembangunan Posyandu /Polindes

Pengadaan Obat-Obatan

Pengobatan dasar, umum, dan imunisasi

Pengadaan Peralatan kesehatan (timbangan, dll)

Pelatihan Tenaga Kesehatan Lingkungan

Honor Tenaga Kesehatan (Bukan PNS)

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Jamban, WC, Air bersih

Pemberantasan Penyakit Menular

Warga Siaga

Total Sanitasi Masyarakat (TSM)

Penanggulangan gizi buruk: sweeping,PMT, perbaikan gizi masyarakat

Kegiatan lain-lain

AKS

ES [1

4,17

%]

MU

TU P

ELAY

AN

AN

[31,

07%

]KE

SEH

ATA

N M

ASY

. [53

,20%

]LA

IN-2

[3

,74%

]

118

115

67

12

121

112

19

36

28

37

31

27

61225

62

73

67

15

Sumber: KM. Nas-MIS

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 28

tertinggal pada umumnya, maka jenis-jenis kegiatan di bidang kesehatan tersebut kiranya cukup relevan menjawab sebagian dari beberapa persoalan mendasar bidang kesehatan wilayah tertinggal. Akses Pelayanan Kesehatan

Apabila pengertian dasar akses kesehatan adalah sejauh mana kemudahan masyarakat menjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan, maka dalam upaya mendasar yang dibutuhkan untuk mengurangi persoalan akses kesehatan tersebut paling tidak adalah: (a) Perbaikan sarana transportasi menuju pusat/tempat pelayanan kesehatan masyarakat seperti Puskesmas dan atau Pustu (Puskesmas Pembantu); dan (b) Promosi kesehatan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat berperilaku hidup sehat serta mengetahui cakupan pelayanan kesehatan yang bisa diberikan oleh pemerintah. Seperti juga sudah tersaji di Tabel IV.13. bahwa sarana jalan dan jembatan yang sudah dibangun di wilayah P2DTK Nasional adalah sepanjang 1.600 KM yang termanfaatkan oleh lebih dari 3 juta masyarakat di wilayah sasaran P2DTK. Jalan dan jembatan adalah sarana mobilitas yang tentu saja multi fungsi pemenuhan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan untuk mengakses sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan upaya peningkatan akses kesehatan di wilayah P2DTK Nasional telah terlaksana dalam dua jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan promosi kesehatan masyarakat serta pelatihan kesehatan masyarakat dengan jumlah total sub proyek 233 sub proyek atau sekitar 14,17% dari total sub proyek yang berjumlah 1.577 sub proyek. Perbaikan Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan diartikan sebagai kemampuan untuk mengurangi atau menyelesaikan persoalan-persoalan kesehatan yang ada di masyarakat. Dari Diagram IV.11. tergambar bahwa dalam hal mutu pelayanan kesehatan Puskesmas dan Pustu telah terlaksana 490 sub proyek (31,07% dari total sub proyek), dimana kegiatan seperti pengadaan meubeleur, rehab posyandu, puskesmas, dan Pustu, serta pelatihan tenaga kesehatan mempunyai jumlah sub proyek yang relatif besar.

Sementara itu pelayanan kesehatan yang berupa penguatan kesehatan masyarakat yang menyangkut lima (5) isu pokok permasalahan kesehatan di wilayah tertinggal mempunyai 839 sub proyek (53,34%). Dari isu-isu pokok permasalahan kesehatan wilayah tertinggal tersebut, dapat tergambar bahwa rehab jamban, WC, dan akses air bersih merupakan kegiatan dengan sub proyek terbanyak mencapai 612 kegiatan sub proyek (38,81%), sementara kegiatan-kegiatan menyangkut

Di P2DTK Nasional sebanyak 19,34% sub proyek bidang kesehatan telah mendukung perbaikan 5 (lima) isu utama kesehatan wilayah tertinggal, dimana kegiatan jambaninsasi sangat dominan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 29

penanggulangan gizi buruk berada jauh dibawahnya dengan 67 kegiatan atau sekitar 4,24% saja.

(3) Pelayanan Kesehatan Periode Optimalisasi Sebanyak 31 paket proyek kesehatan terlaksana di wilayah Optimalisasi Kalimantan Barat dan Sulawesi tengah. Sebagian besar kegiatan berupa paket proyek pengadaan yaitu sebanyak 22 paket (70,97%), seperti: Pengadaan Alat Kesehatan Poskesdes; Pengadaan kulkas vaksin; Pengadaan Sarana Pelayanan Paripurna (Alat Permainan Anak); Pengadaan sarana Pelayanan Paripurna (Posyandu, BKB dan PAUD) Elektrikal dan Komputer);dll. Diagram IV.12. Jenis Paket Proyek Kesehatan di Wilayah Optimalisasi

Sumber: KM.Nas-MIS

Kegiatan yang bersifat pengembangan kapasitas mutu pelayanan kesehatan hanya 7 paket kehiatan (22,58%), seperti misalnya: Pelatihan Bidang Kesehatan (Posyandu,BKB, PAUD); Pelatihan Kader Desa Siaga; Pelatihan Kader Posyandu PKM; Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Badan Penyantun Puskesmas; dan Pertemuan Lintas Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan Tingkat Kabupaten

4.3.6. Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender)

Kegiatan pengarusutamaan gender di dalam program P2DTK dapat dilihat di dalam 4 aspek. Pertama, aspek akses: yang dimaksud adalah “kemudahan perempuan mendapatkan segala sumber daya program”. Mengacu pada pedoman dan manual maka P2DTK telah memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang sama pada sumberdaya program, yang meliputi: (a) akses pada informasi (perempuan hadir dalam setiap pertemuan); (b) akses pada kebijkan dimana perempuan menjadi utusan /perwakilan desa/kelompok untuk menetapkan kebijakan program di tingkat bawah; dan (3) akses dana dimana perempuan mendapat hak untuk ikut serta dalam penggunaan dana program.

02468

10

Meu

bele

ur

Ala

t kes

ehat

an

Sara

na

posy

andu

(pos

ter,

buku

, dl

l)

Reh

ab/P

emba

ngun

an

gedu

ng

Kade

r B

KD, P

AU

D

Des

a S

iaga

Pert

emua

n lin

tas

prog

ram

Lain

-lai

n

Pengadaan & Rehab (22 Keg/70,97%) Pelatihan Mutu Kesehatan (7 Keg/22,58%)

Lain2 (6,45%)

8

3 3

8

23

2 2

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 30

Kedua, aspek partisipasi : aspek yang dimaksud adalah baru pada tingkat partisipasi “kehadiran” belum pada standart kualitatif dimana diharapkan partisipasi tidak hanya hadir tapi juga memberi kontribusi dan pengaruh pada hasil pertemuan. Mengacu pada indicator P2DTK, menyebutkan bahwa 30% perempuan hadir dalam forum perencanaan P2DTK. Partisipasi ini didukung oleh monitoring kehadiran Perempuan dalam Format SIM. Ketiga, aspek kontrol : Kontrol dimaksud adalah keterlibatan dalam pengawasan proses pelaksanaan program. P2DTK memastikan perempuan menjadi bagian dari tim monitoring untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan program, baik dalam perannya sebagai pelaku kelembagaan P2DTK (UPK /UPKD/Pengurus Forum dll) atau sebagai warga penerima manfaat. Keempat, aspek manfaat : Manfaat dimaksud adalah manfaat yang bisa langsung dirasakan perempuan dan bisa meningkatkan kualitas hidup perempuan secara langsung. Secara umum, P2DTK telah memberikan manfaat pada perempuan terkait 3 aspek utama yaitu: kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Data jumlah total pemanfaat perepuan sudah dijadikan bagian dari monitoring regular melalui SIM. Ke empat aspek tersebut kemudian diuraikan secara teknis ke dalam indikator kinerja gender dan diintegrasikan ke system SIM NMC-P2DTK, sehingga jumlah pemanfaat, partisipasi dan peserta pelatihan perempuan bisa dipantau secara rutin.

Tabel IV.14. Indikator Kinerja Gender Mainstreaming P2DTK

Indikator Performance Indicator

Pemanfaat program 30% perempuan dan laki-laki seimbang mendapat manfaat dalam bidang utama baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan

Partisipasi dalam Perencanaan 30% perempuan berpartisipasi dalam perencanaa

Pelatihan 30% perempuan menjadi peserta dalam pelatihan

Sumber: Data MIS-Gender, KM. Nas

Capaian Keluaran (Output) gender mainstreaming di dalam pelaksanaan program P2DTK adalah sebagai berikut:

1. Sebanyak 6 provinsi dari 10 provinsi lokasi P2DTK memiliki angka

partisipasi perempuan lebih dari 30 % diatas Indikator Kinerja yang ditetapkan NMC-P2DTK.

2. Total pemanfaat perempuan program P2DTK secara Nasional adalah 3.087.532 perempuan (21%) dengan angka pemanfaat tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tengah (37%), dan angka pemanfaat terendah adalah Provinsi Maluku Utara (3%).

Partisipasi perempuan dalam kegiatan-kegiatan perencanaan P2DTK mencapai 24% atau sebanyak 60.509 perempuan.Sementara besarnya partisipasi perempuan dalam pelatihan-pelatihan bersumber Dana DOK mencapai 37% (16.939 orang).

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 31

Tabel IV.15. Jumlah Pemanfaat Perempuan Kegiatan P2DTK

Propinsi Pemanfaat Pemanfaat Perempuan

Pemanfaat Laki-Laki

1 Aceh 1.251.632 400.522 32% 851.110 68% 2 Nias 112.929 13.551 12% 99.378 88% 3 Bengkulu 360.959 54.144 15% 306.815 85% 4 Lampung 1.141.701 411.012 36% 730.689 64% 5 Kalimantan Tengah 377.780 120.890 32% 256.890 68% 6 Kalimantan Barat 784.177 39.209 5% 744.968 95% 7 Sulawesi Tengah 507.932 152.380 30% 355.552 70% 8 NTT 821.131 303.818 37% 517.313 63% 9 Maluku 392.110 117.633 30% 274.477 70%

10 Maluku Utara 386110 11.583 3% 374.527 97% Total P2DTK 6.136.461 1.624.743 26% 4.511.718 74%

Sumber: Data MIS danberbagai sumber.

3. Sebanyak 4 provinsi dari 10 provinsi lokasi P2DTK memiliki angka partisipasi kehadiran perempuan di dalam forum dan pertemuan-pertemuan perencanaan diatas 30% .

4. Total jumlah partisipasi perempuan dalam forum perencanaan adalah 24% atau sebanyak 60.509 orang dengan tingkat partisipasi tertingggi ada di NTT (37%) dan partisipasi terendah di Lampung (6%).

Tabel IV.16. Jumlah Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan

No Provinsi Perempuan Laki-Laki Total

1 Aceh 4.080 30% 9.520 70% 13.600 2 Sumatera Utara 510 3% 14.410 97% 14.920 3 Bengkulu 1.560 13% 10.890 87% 12.450 4 Lampung 1.447 6% 23.654 94% 25.101 5 Nusa Tenggara Timur 10.728 26% 29.872 74% 40.600 6 Kalimantan Barat 9.745 31% 21.894 69% 31.639 7 Kalimantan Tengah 6.398 28% 16.286 72% 22.684 8 Sulawesi Tengah 9.341 28% 24.324 72% 33.665 9 Maluku 12.420 40% 18.880 60% 31.300

10 Maluku Utara 4.280 18% 18.880 82% 23.160 Total 60.509 24% 188.610 76% 249.119

Sumber: Data MIS-Gender-KM. Nas

5. Dalam hal partisipasi perempuan sebagai peserta pelatihan, keluaran

P2DTK menunjukkan bahwa 9 provinsi dari 10 provinsi wilayah P2DTK memiliki angka partisipasi lebih dari 30%. Bahkan di Sulawesi Tengah angka partisipasi perempuan sebagai peserta pelatihan mencapai 41%. Hanya satu provinsi memiliki angka di bawah 30% yaitu Sumatera Utara

6. Total jumlah perempuan sebagai peserta pelatihan dana DOK P2DTK adalah sebesar 37%, dan provinsi dengan angka partisipasi tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tengah yaitu 41% dan terendah ada di Provinsi Sumatera Utara yaitu 15%.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 32

Tabel IV.17. Jumlah Peserta Perempuan Pelatihan DOK P2DTK

No Provinsi Perempuan Laki-Laki Total % 1. Aceh 218 382 600 36% 2. Sumatera Utara 71 393 464 15% 3. Bengkulu 1.641 2.671 4.312 38% 4. Lampung 1.481 2.393 3.874 38% 5. Nusa Tenggara Timu 2.083 3.499 5.582 37% 6. Kalimantan Barat 2.856 6.232 9.088 31% 7. Kalimantan Tengah 2.190 3.589 5.779 38% 8. Sulawesi Tengah 4.378 6.181 10.559 41% 9. Maluku 1.511 2.856 4.367 35%

10. Maluku Utara 510 946 1.456 35% Total 16.939 29.142 46.081 37%

Prosentasi 37% 63% 100% Sumber: Data MIS-Gender-KM. Nas

Selain capaian-capaian output bersifat kuantitatif di atas, berikut ini ingin dipaparkan beberapa capaian lain gender mainstreaming selama proses implementasi P2DTK. Hasil supervisi terhadap kegiatan-kegiatan P2DTK di daerah-daerah menemukan kegiatan-kegiatan nyata yang responsive gender yang cukup penting dan bermakna bagi peningkatan kualitas hidup perempuan. Kegiatan-kegiatan atau kasus responsive gender tersebut antara lain: (1) Memberi kemudahan akses pada kaum perempuan untuk mendapat air bersih; (2) Memberikan kemudahan akses kaum perempuan pada fasilitas layanan kesehatan ibu balita; (3) Memberi kesempatan partisipasi yang lebih besar pada perempuan untuk menambah wawasan dalam perencanaan pembangunan; (4) Memberi akses lebih luas pada perempuan untuk masuk MTs/sekolah lanjutan , karena sebelumnya jumlah kelas sangat terbatas; dan (5) Keterlibatan pekerja perempuan mendapatkan upah dalam proses pembuatan jalan.

4.3.7. Pengembangan Sektor Swasta (PSS) Salah satu bidang kegiatan dalam program P2DTK adalah Pengembangan Sektor Swasta (PSS) untuk menunjang pengembangan ekonomi daerah, sebagai salah satu upaya mengatasi permasalahan pokok dalam pengembangan ekonomi daerah, seperti: infrastruktur, jaringan pemasaran, sumberdaya manusia, akses terhadap modal, dan regulasi ekonomi. Tujuan dari bidang PSS ini adalah untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat dalam memulihkan kondisi pelayanan usaha, membangkitkan kembali iklim usaha dan investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun fokus PSS-P2DTK adalah pada penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam memperbaiki iklim usaha agar lebih kondusif, peningkatan keterlibatan sektor swasta dalam perumusan kebijakan pengembangan ekonomi daerah dan strategi pengembangan ekonomi lokal, serta peningkatan kuantitas dan kualitas sarana pendukung kegiatan ekonomi.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 33

Dengan dilaksanakannya program PSS maka diharapkan akan terjadi: (1) Perubahan iklim usaha dan investasi yang lebih baik dengan mengembangkan mekanisme dialog, kerjasama antar sektor swasta dan pemerintah daerah serta menciptakan regulasi yang dapat memperbaiki iklim usaha dan investasi; (2) Pemulihan kondisi pelayanan usaha yang berorientasi pasar melalui pembangunan sarana dan prasarana, serta peningkatan kapasitas sektor swasta dan pemerintah daerah. Ada 5 cakupan strategi kegiatan PSS, yaitu: (1) Pengadaan dan perbaikan infrastruktur pendukung kegiatan usaha; (2) Pengembangan mekanisme dialog antara sektor swasta dan Pemerintah daerah dalam perumusan strategi pengembangan iklim usaha dan investasi; (3) Membangun jaringan kerjasama untuk pengembangan iklim usaha dan investasi; (4) Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam perumusan regulasi/ kebijakan daerah; dan (5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan usaha melalui kerjasama dengan program pelatihan dari lembaga-lembaga yang kompeten.

Mekanisme pelaksanaan kegiatan Bidang PSS, dilaksanakan sejalan dan sinergi dengan mekanisme kegiatan perencanaan kegiatan P2DTK, hasil kegiatan bidang PSS yang dirumuskan di FGD kecamatan menjadi Input untuk TKT Kecamatan dan hasil Musyawarah Sektor Swasta di Kabupaten menjadi input TKT Kabupaten dalam merancang kegiatan P2DTK. Lima strategi kegiatan tersebut di atas dilaksanakan dalam 7 kegiatan, yaitu: (1) Sosialisasi P2DTK di tingkat provinsi dan kabupaten; (2) Baseline Survey; (3) Focus Grup Discussion di Kecamatan; (4) Studi kebijakan ekonomi daerah; (5) Musyawarah Khusus Sektor Swasta (MSS); (6) Pelaksanaan Forum Sektor Swasta (FSS) sebagai salah satu upaya keberlanjutan; dan (7) Musyawarah Khusus Sektor Swasta (MSS) 2 – Rencana Aksi.

(1) Wilayah PSS dan Peran Pendampingan KM. Nas

Program PSS di wilayah sasaran P2DTK dilaksanakan melalui dua bentuk kegiatan. Pertama, program PSS di wilayah Aceh-Sumut dilaksanakan oleh TAF-Asia Foundation. Pelaksanaan PSS di Aceh-Sumut tidak dibawah koordinasi KM. Nas. Sementara Kedua, program PSS di wilayah P2DTK (8 provinsi non Aceh-Sumut) diimplementasikan oleh dua lembaga pelaksana yang disebut LPK-PSS (Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta) namun tetap dibawah koordinasi KM. Nas.

Pelaksanaan kegiatan pendampingan PSS di wilayah P2DTK Nasional adalah lembaga sebagai berikut:

1. LPK-PSS Wilayah Barat adalah Yayasan Bina Karya Mandiri (YBKM). Kegiatan bidang PSS, untuk wilayah Barat, dilaporkan dalam proses pendampingan FSS, Kegiatan Advokasi Kebijakan, dan Penyelesaian Laporan Studi Kebijakan, ada 2 kabupaten yang tidak ada pendampingan sejak November 2010, yaitu Kabupaten Way Kanan, Koord. PSS mengundurkan diri dan Kab. Kotawaringin

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 34

Timur, cuti melahirkan; sehingga di kedua kabupaten tersebut tidak dapat dilaksanakan kegiatan Pelatihan FSS ataupun kegiatan lainnya.

2. LPK-PSS (Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta) Wilayah Timur yang terdiri dari Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan penanggung jawab Bina Swadaya (sudah habis kontrak konsultan). Kegiatan bidang PSS, untuk wilayah Timur sudah selesai sejak bulan Desember 2010, sejalan dengan selesainya masa kontrak LPK-PSS Bina Swadaya, sampai akhir Februari KM. Nas belum terima laporannya dari LPK-PSS.

Tabel IV.18. Cakupan Wilayah Sasaran Program PSS

Wilayah Barat Wilayah Timur

Provinsi Kabupaten Provinsi Kabupaten 1. Bengkulu 1. Kepahiang

2. Seluma 3. Bengkulu Selatan

1. Sulawesi Tengah

1. Poso 2. Morowali 3. Banggai 4. Tojo Una-una

2. Lampung 4. Way Kanan 5. Lampung Utara *) 6. Lampung Timur *)

2. Maluku Utara

5. Halmahera Utara 6. Halmahera Barat 7. Halmahera Tengah 8. Halmahera Selatan 9. Kepulauan Sula

3. Kalimantan Barat

7. Bengkayang 8. Sambas 9. Sanggau

3. Maluku 10. Buru 11. Maluku Tengah 12. Seram Bagian Timur 13. Maluku Tenggara 14. Maluku Tenggara

Barat 4. Kalimantan

Timur 10. Katingan 11. Kotawaringin Timur

Seruyan*)

4. Nusa Tenggara Timur

15. Timor Tengah Selatan (TTS)

16. Belu 17. Sumba Barat 18. Flores Timur 19. Lembata 20. Alor

* Keterangan: Penempatan Koord Kab PSS di batalkan, sehingga program PSS dilaksanakan hanya di 29 kabupaten

Sumber: Data PSS

(2) Capaian Target Kegiatan a. Sosialisasi Provinsi: Sosialisasi PSS di level provinsi sudah di

lakukan di 4 provinsi sasaran kegiatan. b. Sosialisasi Kabupaten: Sosialisasi PSS di level kabupaten sudah

dilakukan di 100% kabupaten sasaran, yaitu 29 kabupaten. c. Pelatihan Enumerator dan Fasilitator: Sudah dilakukan di 9

kabupaten wilayah Barat (100%), dan di 20 kabupaten di wilayah Timur (100%).

d. Pelaksanaan FGD Kecamatan: Sudah dilaksanakan di 69 kecamatan di wilayah Barat, atau sekitar 69% sebab 11 kecamatan di Lampung Timur dan Lampung Utara dibatalkan. Sementara di wilayah Timur sudah terlaksana 100%, yaitu di 109 kecamatan dan ada tambahan 3 kecamatan non wilayah program. Sebesar

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 35

81,5% hasil FGD dinyatakan bisa menjadi input bagi pemerintah daerah.

e. Pelaksanaan Baseline Survei: Sudah 100% dilakukan untuk 9 kecamatan di wilayah Barat dan 20 kecamatan di wilayah Timur.

f. Pelaksanaan Studi Kebijakan: Sudah dilaksanakan 100% baik di wilayah Barat mapun Timur.

g. Terbentuknya Forum Sektor Swasta (FSS): Sebanyak 29 FSS sudah terbentuk di 29 kabupaten sasaran (100%).

h. Musyawarah Sektor Swasta (MSS) Ke-1 dan MSS Ke-2: Kegiatan MSS-1 dan MSS-2 sudah terlaksana di seluruh wilayah kabupaten sasaran yaitu 29 kabupaten. Diperkirakan bahwa 75,80% hasil dari MSS tersebut bisa menjadi masukan bagi pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah di 22 kabupaten.

i. Pertumbuhan Usaha Baru: Sejak tahun 2007 sampai tahun 2010 melalui PSS telah tumbuh 19.466 usaha baru di wilayah Barat dan Timur, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel IV.19. Pertumbuhan Usaha Baru di Wilayah Barat dan Timur

No Provinsi/Kabupaten Daftar Perusahaan (Baru)

Total 2007 2008 2009 2010

WILAYAH BARAT I Bengkulu

1 Kepahiang 88 124 113 137 462 2 Seluma 166 198 147 272 783 3 Bengkulu Selatan 183 200 2,007 - 2,390

II Lampung 4 Way Kanan 126 180 154 164 624

III Kalimantan Barat 5 Bengkayang 237 253 377 867 6 Sanggau 244 266 404 436 1,350 7 Sambas 344 346 407 460 1,557

IV Kalimantan Tengah 8 Katingan 121 55 107 127 410 9 Kotawaringin Timur 275 366 415 470 1,526

Sub Total 1,547 1,972 4,007 2,443 9,969 WILAYAH TIMUR

V Maluku 10 Buru 105 168 147 202 622 11 Maluku Tengah 143 195 213 773 1,324 12 Seram Bagian Timur

69 36 65 170

13 Maluku Tenggara 380 78 113 188 759 14 Maluku Tenggara Barat - - - - -

VI Maluku Utara 15 Halmahera Tengah

(Gabung dg Kota Tidore Kepulauan

- 206 107 70 383

16 Halmahera Selatan 471 473 397 373 1,714 17 Kepulauan Sula - - - - - 18 Halmahera Barat - - - - - 19 Halmahera Utara - - 90 - 90

VII Nusa Tenggara Timur 20 Belu 48 58 72 85 263 21 Lembata 50 29 44 68 191

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 36

No Provinsi/Kabupaten Daftar Perusahaan (Baru)

Total 2007 2008 2009 2010

22 Alor - 1,475 - 1,619 3,094 23 Timor Tengah Selatan 10 52 53 105 220 24 Flores Timur - - 76 198 274 25 Sumba Barat - - 201 192 393

Sub Total 1,207 2,803 1,549 3,938 9,497 TOTAL 2,754 4,775 5,556 6,381 19,466

Pertumbuhan per tahun

42.32 14.06 12.93

Rata-rata pertumbuhan 23.10 Sumber: Diolah dari data PSS

Total usaha baru yang terdaftar di Wilayah Barat sebanyak 9.969 usaha, sementara di Wilayah Timur 9.497 usaha. Total usaha baru yang terdaftar melalui PSS menjadi 19.466. Angka rata-rata pertumbuhan usaha per tahun sebesar 23,10%.

(3) Dukungan Dana BLM:

Kegiatan PSS yang dibiayai oleh BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan terbatas pada kegiatan pembangunan infrastruktur yang mendukung sektor usaha swasta.

Kegiatan-kegiatan infrastruktur yang mendukung sector swasta mencapai 37.96% dari total BLM Kab dan BLM Kec, yang terbagi dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Akses transportasi kegiatan ekonomi, berupa Jalan dan jembatan mencapai 24%, yaitu seperti: jalan menuju sentra produksi, jalan desa dan jalan antar desa

Air bersih dan Sanitasi lingkungan permukiman, mencapai 4% , yaitu seperti: saluran drainase dan normalisasi sungai

Bangunan pelindung kawasan, mencapai 4% yang antara lain seperti tanggul penahan tanah dan Tanggul penahan ombak

Tambatan Perahu dan Dermaga mencapai hanya 0,4% Irigrasi dan bangunan air, mencapai 4% Bangunan fasilitas usaha hanya 0,9% dari Total BLM seperti pasar,

Tempat Pelelangan Ikan, Gudang dan Bangunan produksi, Penggilingan padi, dan Sherlter atau terminal

Pelatihan Keterampilan usaha bagi masyarakat, hanya 0,35%

Tabel IV.20. Hasil Rekap Jumlah Dana dan Kegiatan PSS BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan Bidang PSS

Komponen Kegiatan Jumlah BLM

(Rp)

% dari Total BLM

Jumlah Kegiatan

% dari Total

Kegiatan Infrastruktur Mendukung PSS

305.820.649.958 37,62% 2.462 23,45%

Pelatihan Keterampilan Masy.

2.806.383.834 0,35% 121 1,15%

Total 308.627.033.792 37,96% 2.583 24,60%

Total BLM Kab + Kec 813.004.737.613

Sumber: Data PSS-KM. NAS

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 37

4.3.8. Pemberdayaan MPHM

Melalui komponen Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat (MPHM) yang terdapat dalam P2DTK diharapkan akan memberikan dukungan dalam penyelesaian sengketa baik yang bersifat formal maupun informal dengan memanfaatkan berbagai peluang dan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah P2DTK. Dengan demikian, komponen MPHM difokuskan pada penciptaan suasana dimana pembangunan sosio-ekonomi dapat berjalan dengan lancar dan tujuan besar P2DTK dapat tercapai. Untuk menciptakan suasana tersebut, komponen MPHM secara khusus terdiri dari upaya-upaya sbb : Pertama, membangun struktur kegiatan yang mendukung kerjasama dan negosiasi sehingga dapat menghindari terjadinya polarisasi antar kelompok masyarakat yang bersengketa. Kedua, penyelesaian sengketa secara damai mengingat minimnya mekanisme penyelesaian sengketa yang ada di wilayah tertinggal dan khusus. Ketiga, komponen MPHM akan berusaha membuat mekanisme yang mampu mengidentifikasi dan menjawab persoalan yang disebabkan oleh sengketa yang tidak dapat dipecahkan di tingkat lokal. Keempat, menangani korupsi di dalam pelaksanaan P2DTK melalui sistem penanganan pengaduan di tingkat komunitas dengan prioritas utama pengembalian uang yang diselewengkan. Apabila dibutuhkan, pelaku komponen MPHM dapat membantu masyarakat melaporkan kasus korupsi (penggelapan dana) kepada pihak yang berwajib (sistem hukum). Pelaksanaan kegaiatan program difokuskan pada beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Penyuluhan/Pendidikan Hukum, Konsultasi Hukum, Penangangan Kasus dan kegiatan penguatan jaringan kerja posko; (2) Membangun koordinasi dan/atau jejaring kerja serta kegiatan sosialisasi Posko BHM (Bantuan Hukum Masyarakat) maupun koordinasi dengan komponen MPHM (Paralegal); dan (3) Pelayanan konsultasi hukum dan membangun koordinasi dan/atau peningkatan jejaring kerja posko BHM maupun peningkatan kapasitas komponen MPHM (Paralegal).

(1) Tujuan dan Sasaran Kegiatan MPHM

Tujuan umum kegiatan MPHM adalah Akses kehidupan yang keadilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Sedangkan tujuan khusus kegiatan MPHM adalah: (1) Mediasi Lokal (Penguatan) yang ditujukan untuk: (a) Meningkatkan kapasitas lokal baik lembaga maupun perorangan ditingkat masyarakat dalam mengelola sengketa/konflik secara terbuka, independent, dan adil; dan (b) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum; (2) Formal Akses yang ditujukan untuk: (a) Meningkatkan akses masyarakat terhadap institusi dan aparat/penegak hukum; dan (b) Membantu fasilitasi penyelesaian sengketa yang menyangkut kepentingan masyarakat melalui penyelesaian sengketa alternatif.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 38

Ruang lingkup kegiatan MPHM dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel IV.21. Ruang Lingkup Kegiatan MPHM

Tingkat Pelaku MPHM Pelaku

P2DTK Kegiatan

Provinsi (Ambon) Lembaga Primer (1 orang Team Leader)

PMC Sosialisasi, Pelatihan Fasko, Penguatan Jaringan, Dokumentasi & Desiminasi Kasus, Koordinasi

Kabupaten (Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara dan Kota Tual)

Pengacara Masyarakat (2 orang)

DMC Sosialisasi, Pelatihan Paralegal, Penguatan Jaring-an, Dokumentasi & Desimi-nasi Kasus, Koordinasi

Kecamatan (Kec. Banda, Kec. Pulau Gorom, Kec. Saparua, Kec. Seram Timur, Kec. Kei Besar Kec. PP Kur, Kec. Pulau Dulah Selatan, Kec. Tayando Tam)

Fasilitator Posko (8 orang)

Fasilitator Kecama-tan

Sosialisasi, Penguatan Jaringan, Pendidikan/ penyadaran hukum spesifik, Pengorganisasian & pengelolaan Posko BHM, Dokumentasi & Desiminasi Kasus, Koordinasi

59 Desa Paralegal dan Mediator (118 Orang)

Fasilitator Desa

Pendidikan/penyadaran hukum spesifik

Sumber: Data MIS MPHM KM. Nas

(2) Lokasi Kegiatan dan Pelaksana MPHM

Lokasi pelaksanaan MPHM hanya dilakukan di Provinsi Maluku dengan pelaksana pendamping adalah dari Center For Regional Resource Development And Community Empowerment (Crescent). Sasaran target wilayah adalah sebanyak 10 kabupaten dan 59 kecamatan. Sementara itu di wilayah Aceh-Sumut tidak dikembangkan program MPHM, namun dikembangkan penguatan-penguatan kepada masyarakat dan institusi terkait mengenai pelayanan hukum dan resolusi konflik berbasis masyarakat. Kegiatan di Aceh-Sumut ini tidak dibawah koordinasi technical assisstance KM. Nas P2DTK.

Tabel IV.22. Lokasi Kegiatan MPHM

No. Nama Kabupaten Lokasi Kecamatan Desa Sasaran

1 Maluku Tengah Banda 8 2 Maluku Tengah Saparua 8 3 Maluku Tenggara Kei Besar Selatan 8 4 Kota Tual Dullah Selatan 5 5 Kota Tual Tayando Tam 6 6 Kota Tual Pulau-Pulau Kur 8 7 Seram Bagian Timur Seram Timur 4 8 Seram Bagian Timur Totuktolu* 4 9 Seram Bagian Timur Pulau Gorom 3

10 Seram Bagian Timur Wakate** 5 Jumlah Desa / Negeri 59

Sumber: MIS-MPHM KM. Nas Keterangan: * = Pemekaran dari Kecamatan Seram Timur ** = Pemekaran dari Kecamatan Pulau Gorom

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 39

(3) Capaian Kegiatan MPHM

Berikut ini di sampaikan beberapa capaian yang sudah diperoleh melaluiprogram MPHM, antara lain:

a. Sudah dilaksanakan sosialisasimengenai MPHM di 218 instansi baik

formal maupun non formal, mulai tingkat provinsi s.d tingkat desa.

b. Melakukan pelatihan untuk peningkatan kapasitas sebanyak 3 kali bagi 2 orang Pengacara Masyarakat (PM) dan 8 orang Fasilitator Posko (Fasko);

c. Melakukan pendidikan atau Pemberdayaan Hukum sebanyak 214 kali bagi 3.470 orang dengan 4 tema besar yaitu: Hak-hak masyarakat dalam hukum pidana, masalah perdata, KDRT dan hak-hak adat;

Tabel IV.23. Realisasi Kegiatan MPHM s.d Bulan November 2011

No. Kegiatan

Kab. Maluku Tengah

Kab. Seram Bagian Timur

Kota Tual Kab.

Maluku Tenggara Penerima

Manfaat Kec.

Banda Kec.

Saparua Kec.

Gorom

Kec. Seram Timur

Kec. PP Kur

Kec. Tayando

Kec. Dullah Selatan

Kec. Kei Besar

Selatan

1. Pendidikan/ Penyuluhan Hukum

1 Desa (Peserta 9 orang)

1 Desa (Peserta

18 orang)

2 Desa (Peserta

35 orang)

1 Desa (Peserta

25 orang)

2 Desa (peserta

28 orang)

3 Desa Peserta 21

orang)

1 Desa (Peserta

18 orang)

2 Desa peserta 32

orang)

186 orang

2. Konsultasi Hukum

1 orang 1 orang - - - - - - 2 orang

3 Penanganan Kasus

1 kasus hukum

- - - - - 1 kasus hukum

- 65.721 orang

Sumber: Data MPHM

d. Melakukan pelatihan untuk peningkatan kapasitas sebanyak 1 kali bagi 118 Paralegal dan 59 Mediator Desa;

e. Penanganan kasus yang terdiri dari kasus korupsi, KDRT, waris, sengketa tanah, perdata lainnya dan criminal dengan total penerima manfaat sebanyak 135.076 orang.

(4) Kendala Kegiatan MPHM dan Rekomendasi

Kendala dan Hambatan: a. Sulitnya mensinergikan kegiatan antar pelaku terutama FK dan

Fasko(FasilitatorPosko)

b. Kendala tingkat kesulitan geografis dimana terdapat Khusus, secara geografis jangkauan lokasi yang cukup (12 desa) yang relaif sulit dijakngkau dan 14 desa yang sangat sulit dijakngkau, sementara masing-masing Fasko bertanggungjawab atas 5-8 desa.

c. Sosialisasi awal kegiatan MPHM tidak bersamaan dengan masuknya sosialisasi P2DTK, sehingga paralegal selalu mempertanyakan dukungan dana operesional, karenah anggapan mereka adalah program baru diluar P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. IV - 40

d. Pelaksanaan kegiatan pelatihan Fasilitator Posko (Fasko) baru di laksanakan secara menyeluruh pada bulan Oktober 2010, menyebabkan terjadinya sosialisasi di tingkat kecamatan dan desa mengalami keterlambatan.

e. Sosialisasi awal tugas rangkap FD sebagai Paralegal tidak berjalan dengan baik sehingga FD merasa adanya kerja doble, apalagi tidak ditunjang dengan dana opersional yang cukup.

f. FD/Paralegal harus melakukan sosialisasi kembali dari awal ke masyarakat apa sebenarnya MPHM, sehingga harus di cari forum musyawarah yang tepat.

g. Dukungan dana operasional Paralegal dan Fasko sangat minim sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan sosialisasi di tingkat desa dan kecamatan belum berjalan dengan maksimal.

h. Koordinasi awal antara Konsultan P2DTK (FK, KM Kab) dengan Pengacara Masyarakat (PM), Fasko belum maksimal termasuk dengan Tim Koordinasi, dan satker.

Kesimpulan dan Rekomendasi:

a. Pelaksanaan awal tahapan kegiatan MPHM mengalami keterlambatan, hal ini dikarenakan TL MPHM pertama tidak maksimal dalam pengendalian sehingga tahapan pelatihan pra tugas PM, Fasko dan Paralegal mengalami keterlambatan.

b. Sosialisasi awal tugas FD merangkap Paralegal, tidak bersamaan sehingga anggapan paralegal bahwa MPHM adalah program baru dan memiliki dana operasional, kondisi ini sangat mempengaruhi aktifitas di desa.

c. Dukungan dana operasional Fasko dan paralegal sangat minim sehingga sangat mempengaruhi kinerja mereka di kecamatan dan desa.

d. Pelaksananaan kegiatan MPHM sejak Januari 2009 s.d September 2011, walaupun mengalami keterlambatan dan beberapa hambatan sebagaimana disebutkan di atas, namun sesuai eide memoire Bank Duni target pencapain jumlah pemanfaat adalah sebanyak 500 orang, jumlah tersebut sesuai hasil yang sudah di laksanakan telah melampaui target (3.205 orang).

e. Setelah dilakukan sosialisasi oleh Fasko dan paraleagal, serta manfaat yang diberikan, maka masyarakat sudah mulai tertarik dengan hadirnya MPHM di Maluku, terutama masalah penyuluhan hukum, penanganan kasus.

f. Masyarakat Maluku masih mengharapkan kahadiran program MPHM karenah sangat membantu masalah penguatan hukum, penanganan kasus, konsultasi hukum, mengingat rata masyarakat di desa belum paham tentan hukum, serta keterbatan dana untuk membiayai pengacara.

g. Kepada PIU-KPDT agar pelaksanaan P2DTK tahap dua, kegiatan MPHM tetap di programkan, bahkan dikembangkan juga di provinsi lain lokasi paska konflik.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 1

Bab 5. Menarik Pembelajaran Dari

Pendampingan P2DTK Program P2DTK telah dilaksanakan sejak tahun 2007 s.d. 2012. Banyak sekali pengalaman-pengalaman lapangan maupun pengalaman yang bersifat manajemen pengelolaan yang sudah terjadi. Pengalaman-pengalaman tersebut perlu diidentifikasi dan direkonstruksi agar dapat menjadi bahan “pembejalaran” yang berguna, baik dari segi hambatan-hambatan yang terjadi, Lessons learned yang dapat dipetik, serta kasus-kasus best practices yang bisa dijadikan inspirasi di masa depan.

Hambatan dan Lessons learned yang dipaparkan di bab ini dianalisa dari bahan-bahan hasil workshop maupun rakornas yang berkaitan dengan implementasi program P2DTK. Sementara best practice dicuplik dan diedit seperlunya tanpamengurangi substansi dari cerita-cerita lapangan yang telah terkumpul dalam bentuk buku “Kisah Inspiratif” yang sudah dipublikasikan terbatas oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.

5.1. Hambatan-Hambatan Implementasi P2DTK

5.1.1. Hambatan Dalam Tahap Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi dirancang dilaksanakan disetiap awal siklus dari 3 siklus yang dilaksanakan. Sosialisasi pada awal pelaksanaan kegiatan (siklus-1), lebih banyak memberikan penjelasan tentang tujuan pelaksanaan program, mekanisme yang akan dilaksanakan, pelaku yang terlibat, waktu pelaksanaan kegiatan, dan dana yang disediakan. Sosialisasi pada awal pelaksanaan siklus-2, direncanakan akan dilaksanakan dengan proses yang didahului review dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada siklus-1 dan memberikan penyampaian kembali penerapan mekanisme, peran pelaku, jadwal kegiatan dan dana yang disediakan termasuk pengorganisasian pelaksanaan kegiatan. Demikian juga dengan sosialisasi pada awal siklus-3 yang dijadwalkan menjadi sosialisasi terakhir. Sementara itu selama program berjalan akan dikembangkan berbagai media sosialisasi seperti penyediaan papan informasi untuk mensosialisasikan hasil musyawarah-

Mekanisme sosialisasi di P2DTK belum terlaksana secara maksimal sesuai prosedur dan tahapan yang sudah ditetapkan dalam panduan P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 2

mustawarah, hasil pemenang tender sub-proyek, progres kegiatan, dll. Sosialisasi yang dilaksanakan secara rutin juga dikembangkan dengan pembuatan bulletin dan publikasi online melalui internet.

Tidak semua kegiatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Beberapa permasalahan dan hambatan yang diperkirakan memberikan konstribusi terhadap kurang optimalnya aspek sosialisasi di dalam program P2DTK, diantaranya adalah :

a) Media sosialisasi. Media sosialisasi yang digunakan cenderung kurang berkembang dan kurang maksimal dalam memanfaatkan jenis media. Variasi jenis media sangat penting untuk menarik perhatian dan memberikan berbagai perspektif sehingga memudahkan penerima informasi untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan.

b) Pendanaan kegiatan sosialisasi. Kegiatan sosialisasi perlu didukung dengan dana yang cukup serta tersedia sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Beberapa media sosialisasi kurang bisa berjalan secara rutin bahkan cenderung tidak berja

c) Pengendalian. Kegiatan sosialisasi perlu dilakukan pengendalian, guna mengetahui sejauhmana dampak sosialisasi terhadap peningkatan pengetahuan, pemahaman dan ketrampillan pelaku program. Uji petik perlu dilakukan guna mengukur dan melakukan dasar untuk perubahan strategi sosialisasi agar lebih efektif.

d) Pelaku pengendalian. Kegiatan sosialisasi perlu dikoordinasikan secara khusus. Secara keseluruhan, konsultan untuk pengelolaan kegiatan sosialisasi ini yang memiliki fungsi paling dekat hanya 1 orang, yaitu Spesialis Komunikasi. Strategi ini perlu dipertimbangkan untuk memastikan panduan-panduan yang dapat dengan mudah dilaksanakan di lapangan.

5.1.2. Hambatan Dalam Tahap Perencanaan: Proses perencanaan P2DTK diawali terlebih dahulu Need Assesment Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan yang dilaksanakan diseluruh kabupaten sasaran untuk menghasilkan profil pendidikan dan profil kesehatan kabupaten. Dalam tahap awal ini dibentuk pula Tim Kajian Teknis yang bertugas melakukan analisis terhadap berbagai sumberdata, baik data rencana pembangunan jangka menengah kabupaten, rencana tata ruang dan wilayah, renstra dinas, hasil need asessment, hasil pelaksanaan musrenbang dan dokumen-dokumen lain yang mendukung pemahaman tentang kebutuhan yang perlu dipenuhi melalui program P2DTK. Hasil dari Kajian Teknis adalah rumusan-rumusan kebutuhan masyarakat yang paling mendesak untuk dipenuhi, dan sejalan dengan rencana program pemerintah. Dari kebutuhan tersebut, Tim Kajian Teknis akan merancang jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, serta mempersiapkan berbagai

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 3

langkah seperti konsultasi publik, menyiapkan RAB dan Desain, dan persiaoan Musyawarah Pendanaan.

Persoalan yang banyak ditemui adalah bahwa design mekanisme perencanaan partisipatif ini tidak semuanya bisa berjalan seperti diharapkan. Hambatan atau kendala yang banyak dihadapi dalam proses perencanaan ini diantaranya adalah;

a) Persepsi yang belum sama atas metodologi: Metodologi yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data, analisa/pembobotan dan pengambilan keputusan masih perlu disamakan persepsinya, termasuk lemahnya kelengkapan alat-alat untuk melakukan analisa, dan standar tahapan yang harus dilakukan.

b) Sulitnya sinergi waktu: Proses perencanaan yang dilaksanakan oleh program P2DTK diharapkan dapat terhubung dengan proses perencanaan ditingkat kabupaten serta perencanaan yang dilaksanakan oleh program PNPM Mandiri Perdesaan. Pada umumnya rangkaian proses perencanaan ini tidak bisa terhubung, baik karena proses Musyawarah Antar Desa PNPM Mandiri Perdesaan yang ternyata belum dilaksanakan pada saat Kajian Teknis ini dilaksanakan, ataupun proses Kajian Teknis belum selesai ketika Musrenbang Kabupaten harus dilaksanakan.

c) Latar belakang personil Tim Kajian Teknis yang sangat beragam: Tim Kajian Teknis ini terdiri dari unsur aparat pemerintah serta dari unsur masyarakat yang dipilih sesuai dengan pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Tim Kajian Teknis terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok bidang Pendidikan, kelompok bidang Kesehatan dan kelompok bidang Infrastruktur. Faktor kesibukan anggota tim yang rata-rata memiliki pekerjaan yang sulit untuk ditinggalkan menjadi kendala terjadinya keterlambatan Kajian Teknis.

d) Dominasi dari personil aparat pemerintah: Faktor sosial dan komunikasi juga menjadi hambatan di dalam Tim Kajian Teknis, karena selama ini sangat jarang terjadi dimana unsur masyarakat bekerja sama di dalam satu tim dengan unsur birokrat pemerintah. Para birokrat pemerintah menjadi sering mendominasi dalam proses pengambilan keputusan.

e) Beberapa hambatan di tingkat konsultan pendamping: Konsultan Manajemen Kabupaten yang ditugaskan memberikan dampingan terdiri dari 3 jenis bidang spesialisasi, yaitu Bidang Kesehatan, Bidang Pendidikan, dan Bidang Infrastruktur. Masing-masing konsultan manajemen melakukan pendampingan terhadap masing-masing kelompok. Tantanggan dalam proses pendampingan pelaksanaan kajian teknis adalah kurangnya pemahaman konsultan manajemen kabupaten terhadap mekanisme yang akan dilaksanakan. Pelatihan hanya dilaksanakan 1 kali dan itupun tidak dilaksanakan dengan menggunakan praktek lapangan atau simulasi, menjadikan

Kesibukan aparatur pemerintah sebagai anggota Tim Kajian Teknis sering menjadi kendala keterlambatan pelaksanaan Kajian Teknis

Proses perencanaan Reguler, P2DTK, dan PNPM MPd belum bisa “terhubuung” dengan baik, karena tahapan dan mekanisme sangat berbeda satu sama lain.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 4

pemahaman metode pendampingan yang berbeda-beda. Pada tingkat KM Prov dan KM. Nas yang bertugas melakukan supervisi terhadap seluruh proses pelaksanaan Kajian Teknis di wilayah tanggungjawabnya, belum terbangun sistem pengendalian yang permanen. Masih terjadinya perbedaan pemahaman tentang mekanisme Kajian Teknis diantara KM. Prov maupun KM. Nas.

f) Keterlambatan penyediaan dana: Pendanaan Kajian Teknis disediakan melalui DOK, seperti yang sudah ditentukan dalam Panduan Penggunaan DOK yang diterbitkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Tantangan yang dihadapi dalam pendanaan adalah keterlambatan penyediaan dana. Seperti misalnya saja yang terjadi di Aceh-Nias, dimana awalnya dana DOK ini akan disediakan melalui dana Hibah pada bulan Nopember 2006. Ternyata perkiraan ini meleset karena belum ditandatanganinya hibah untuk pelaksanaan program P2DTK di Aceh dan Nias. Keterlambatan ini menyebabkan mundurnya jadwal pelaksanaan kegiatan.

g) Data kurang tersedia secara memadai: Data pada pelaksanaan perencanaan sangat penting. Dibutuhkan beberapa data terkait dengan kondisi sosial, ekonomi termasuk didalamnya adalah lingkungan. Data ini cukup sulit diperoleh, baik karena tidak adanya bank data atau pusat dokumentasi data di kabupaten, juga tidak adanya dokumen yang memuat berbagai informasi yang dibutuhkan. Kalaupun ada data tersebut banyak yang sudah tidak valid.

5.1.3. Hambatan Dalam Tahap Pelaksanaan Program

Di dalam program P2DTK, pelaksanaan proyek diartikan sebagai pelaksanaan kegiatan dari jenis-jenis kegiatan yang diputuskan oleh masyarakat melalui Musyawarah Pendanaan yang ditetapkan oleh Bupati dengan Surat Penetapan Bupati, serta telah diberikan mandat pelaksanaanya kepada UPKD melalui penerbitan SPPB atau Surat Perjanjian Pemberian Bantuan. Program P2DTK adalah program yang dilaksanakan ditingkat kabupaten. Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai dirancang untuk dilakukan oleh pihak-III dan para profesional, walaupun untuk kegiatan-kegiatan tertentu akan dilaksanakan dengan swakelola. Berbagai prasarana, personil, dan tahapan harus dilakukan dalam melaksanaan pekerjaan tingkat kabupaten ini antara lain seperti: (i) Tersedianya Konsultan Manajemen Kabupaten Spesialis Pengadaan; (ii) dPanduan pengadaan barang dan jasa; (iii) Tim UPKD bidang masing-masing yang akan bertugas mjengelola kegiatan; (iv) Tahap sertifikasi; dsb. Beberapa kendala mendasar dalam tahap implementasi kegiatan antara lain sebagai berikut:

Kajian Teknis merupakan tahap yang mendasar dalam perencanaan P2DTK. Seringnya keterlambatan DIPA menyebabkan banyak Kajian Teknis tidakbisa dilaksanakan secara maksimal.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 5

a) Keterlambatan penempatan personil konsultan: Sampai dengan pelaksanaan program, konsultan yang ditempatkan di setiap kabupaten hanya konsultan bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Konsultan bidang penguatan hukum masyarakat, pengembangan sektor swasta, financial manajemen, pengadaan dan pemberdayaan perempuan belum ditempatkan, dan bahkan hingga akhir pelaksanaan program hanya ditempatkan konsultan manajemen keuangan dan pengadaan. Kekurangan personil konsultan ini telah begitu banyak berpengaruh terhadap program-program yang dijalankan. Penyelesaian terhadap masalah dan tahapan program terjadi secara tidak merata.

b) Belum tersedia panduan yang berstandard: Panduan yang dirasakan sangat diperlukan untuk proses pelaksanaan kegiatan adalah panduan tentang standar-standar pelaksanaan kegiatan. Selama dalam pelaksanaan kegiatan, standar yang digunakan mengacu pada standar-standar yang digunakan oleh pemerintah daerah. Misalnya adalah standar pembangunan jalan, jembatan, bangunan gedung dan lain-lain, sementara itu tidak tersedia standar untuk pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas baik dalam bentuk penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan. Selanjutnya secara proses hal-hal yang menjadi tantangan dan hambata adalah:

• Perlunya keseragaman mekanisme presentasi awal berupa

rencana kerja pelaksana yang akan dilaksanakan. • Perlunya keseragaman form pemeriksaan pada proses sertifikasi

hasil pelaksanaan kegiatan sebelum dilakukan pembayaran sesuai dengan tahap yang ditetapkan.

• Perlunya keseragaman form kelengkapan yang harus dipenuhi sebelum pelaksana mengakhiri seluruh perintah kerja yang dilaksanakan.

• Dalam kaitan dengan administrasi keuangan yang dilaksanakan oleh UPKD dan TPK juga diperlukan panduan tentang proses pembukuan yang harus dilakukan oleh UPKD dalam mengelola keuangan dari alokasi yang diberikan, rekening dan proses pembayaran. Selain itu perlu juga diberikan panduan untuk membuat laporan yang jumlah dan waktu penyetorannya sudah ditentukan.

• Perlunya ditambahkan tentang bagaimana mekanisme pertanggungjawaban pihak pelaksana, UPKD dan TPK secara lebih terinci.

c) Lemahnya koordinasi: Kegiatan koordinasi adalah kegiatan yang sangat vital dalam proses pelaksanaan kegiatan. Kendala yang dialami dalam proses koordinasi ini adalah sulitnya penyesuaian waktu untuk berkoordinasi antar lembaga dan personal. Pergantian peserta pada setiap acara koordinasi juga menjadi penghambat kecepatan penyelesaian suatu masalah, apalagi jika dalam koordinasi tersebut tidak dihadiri oleh pelaku yang memiliki kapasitas dalam pengambilan keputusan/kebijakajn. Faktor lain adalah mekanisme

Rekrutmen dan periodisasi penempatan konsultasn terlaksana secara tidak serempak, sehingga pendampingan berjalan secara timpang.

Koordinasi antar pelaku P2DTK, khususnya pelaku di tingkat Pusat, masih sangat lemah.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 6

rapat koordinasi yang tidak secara seragam dilakukan oleh semua lokasi, akibatnya koordinasi sering tidak berhasil membuat rekomendasi pembagian tugas serta jadwal kegiatan tindak lanjut.

d) Keterlambatan turunnya dana: Pelaksanaan kegiatan atas kegiatan-kegiatan yang sudah diputuskan oleh masyarakat dalam musyawarah, dibiayai oleh dana yang disalurkan melalui KPPN. Pada awalnya, penyediaan dana ini dilakukan dengan koordinasi dari BRR, namun sejak tahun 2009 penyediaan dana dilakukan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Permasalahan keterlambatan penyediaan dana adalah tantangan besar yang harus dipikirkan, karena keterlambatan dana akan mempengaruhi jadwal dan kinerja program secara keseluruhan.

Keterlambatan pada awal kegiatan telah mengakibatkan terjadinya overlap kegiatan dimana pada saat yang sama dilaksanakan kegiatan 2 siklus secara bersamaan. Akibat dari kegiatan overlap ini adalah kurang terkendalinya pelaksanaan kegiatan dan diperlukannya penyesuaian-penyesuain mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sangat mengganggu kualitas proses di setiap tahap kegiatan.

Tantangan lain dalam permasalahan pendanaan kegiatan adalah adanya penyediaan dana A/O dan dana PAP. Dalama satu sisi dana tersebut memang sangat membantu dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan dari sudut ketersediaan dana. Namun penyediaan dana ini perlu diatur dan dikelola secara lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengendalian keuangan terkait dengan penggunanaan dana PAP dan A/O tidak masuk kedalam sistem informasi manajemen sehingga cukup menyulitkan dalam pengendalian di lapangan. Sementara itu mekanisme pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana secara keseluruhan perlu diatur secara lebih transparan sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan penyalahgunaan dana yang sudah disediakan

e) Hambatan medan kerja yang luas : Kegiatan P2DTK diharapkan memiliki cakupan layanan cukup luas yaitu lingkup kabupaten. Cakupan yang cukup luas, dengan personil pendamping yang hanya 3 orang disetiap kabupaten menjadi tantangan tersendiri untuk mengatur mekanisme yang lebih baik. Medan yang cukup luas ini menjadi cukup berat saat proses perencanaan, karena cukup sulit untuk menentukan jenis kegiatan yang mampu memenuhi kebutuhan untuk wilayah yang luas.

f) Beragamnya pemahaman atas P2DTK: Partisipasi yang diharapkan dalam pelaksanaan program P2DTK adalah keterlibatan keseluruhan sumberdaya yang ada di masyarakat dalam tahapan pelaksanaan kegiatan, baik dari unsur aparat pemerintah daerah maupun masyarakat. Tantangan dalam menggerakkan keterlibatan ini adalah terkait dengan tingkat pemahaman terhadap program P2DTK yang berbeda-beda dan beragam.

g) Lemahnya pengendalian, reward dan punihsment: Pengendalian adalah upaya untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan koridor dan batasan yang sudah ditetapkan, baik dari sudut

Pengendalian keuangan terkait dengan penggunaan Dana PAP dan AO tidak masuk ke dalam MIS sehingga cukup menyulitkan dalam pengendalian keuangan di lapangan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 7

ketepatan meknisme teknis program maupun sisi akuntabilitas manajemen keuangan. Didalam pelaksanaan program P2DTK pengendalian ini perlu perencanaan yang matang, perlunya sosialisasi yang dilakukan secara terus menerus termasuk penegakan ketentuan baik melalui berbagai sanksi maupun reward. Kelemahan sistem pengendalian, reward dan punishment mengakibatkan sulitnya dilakukan pencapaian target-target yang sudah ditetapkan, baik dari sisi waktu, kualitas maupun pembiayaan.

h) Pergantian stakeholder daerah: Seringnya pergantian pelaku juga sangat mempengaruhi capaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar yang diharapkan. Dalam koridor pelaksanaan kegiatan, hal yang paling harus dijaga adalah pergantian konsultan lapangan. Pergantian konsultan dengan tidak memiliki standar pelaksanaan yang sama mengakibatkan berbagai permasalahan dalam pelaksanaan program.

i) Perubahan pengelolaan konsultan: Pelaksanaan program P2DTK secara nasional diatur dengan pengelompokan pendamping dalam beberapa bagian. Pengelolaan konsultan pendamping mengalami beberapa perubahan. Pada awal pelaksanaan pendampingan, KM. Prov dan KM. Kab dikelola oleh 1 perusahaan, khususnya untuk bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Perkembangan selanjutnya dilakukan pembagian pengelola menjadi 2 pengelola. Selain 2 pengelola konsultan, khusus untuk kegiatan Pengembangan Sektor Swasta, MPHM serta pendampingan manajemen keuangan dan pengadaan dilakukan oleh 3 pengelola konsultan yang berbeda. Pengelompokan pengendalian kerja konsultan ini didesain dalam koridor untuk mengurangi kemungkinan konflik kepentingan. Namun dalam pelaksanaannya perlakuan dan fasilitas yang berbeda antar konsultan menjadikan permasalahan terdiri, apalagi dalam proses penempatan dilokasi tugas tidak terlaksana secara bersamaan.

5.1.4. Hambatan Dalam Tahap Keberlanjutan Program

Langkah akhir yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan post implementation review untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan mencatat setiap pelajaran yang diperoleh selama proyek berlangsung sebagai pelajaran dimasa yang akan datang. Program pemerintah yang menghasilkan barang baik dalam bentuk bangunan maupun peralatan pendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat, sistem dan mekanisme pelaksanaan kegiatan hingga pengetahuan dan ketrampilan diharapkan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya keberlanjutan ini diantaranya adalah:

a. Lemahnya wacana regulasi: Salah satu hasil yang diharpkan dari program P2DTK adalah pemerintah daerah bersama unsur-unsur dalam masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program-program yang dirancang dan dikembangkan

Pengelompokan pengendalian kerja konsultan ini didesain dalam koridor untuk mengurangi kemungkinan konflik kepentingan. Namun dalam pelaksanaannya perlakuan dan fasilitas yang berbeda antar konsultan menjadikan permasalahan terdiri, apalagi dalam proses penempatan dilokasi tugas tidak terlaksana secara bersamaan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 8

berbasis partisipasi masyarakat. Oleh karena itu maka pendekatan, sistem, dan mekanisme yang telah dikembangkan selama proses berjalannya program P2DTK diharapkan memberikan tata laksana baru dalam masyarakat yang dikuatkan dalam bentuk regulasi daerah, agar menjadi pedoman bersama baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Pengarusutamaan dibidang regulasitersebut masih sangat lemah dilakukan di P2DTK sehingga sangat sedikit pengalaman selama proses pelaksanaan yang menjadi keputusan pemerintah daerah di bidang regulasi.

b. Belum terwacanakann pendanaan pasca proyek P2DTK : Permasalahan pendanaan terhadap keberlanjutan hasil pelaksanaan kegiatan memang menjadi masalah yang sering dibicarakan. Pendanaan adalah hal yang sangat logis dibutuhkan untuk sebuah perubahan, dan tentunya tidak ada perubahan yang sebenarnya tidak akan terbiayai jika memang sudah menjadi kebutuhan. Seperti halnya aspek regulasi terpaparkan di atas, aspek pendanaan pasca proyek P2DTK, dalam beberapa kasus memang sudah terintegrasi melalui perencanaan dana tahunan SKPD-SKPD terkait, namun hal ini belum dikuatkan dalam bentuk regulasi pemerintah daerah.

c. Belum optimalnya komitmen daerah: Tantangan dalam pelaksanaan program P2DTK ini dengan berbagai keterbatasan dalam fasilitas pendukungnya adalah bagaimana meyakinkan kepada pemerintah kabupaten dan masyarakat bahwa mekanisme yang dilaksanakan dalam program P2DTK adalah mekanisme yang akan menjamin terjadinya perubahan masyarakat menjadi lebih baik. Walaupun tidak seluruhnya berhasil, namun upaya ini terlihat mendapatkan respon yang cukup baik oleh pemerintah kabupaten dan masyarakat.

d. Masih lemahnya internalisasi kelembagaan: Kelembagaan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa sistem dan nilai yang sudah pernah dilaksanakan dalam program P2DTK menjadi bagian dalam tata laksana baik di pemerintah maupun masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Kelembagaan adalah pelaksanaan terhadap regulasi yang sudah ditetapkan, oleh karena itu tanpa adanya regulasi yang dibangun didaerah terkait dengan pendekatan, strategi, dan nilai-nilai dalam P2DTK, maka sangat sulit melaksanakan internalisasi kelembagaan yang berprinsip pada P2DTK.

e. Lemahnya kontinuitas SDM: Tantangan keberlanjutan yang lain adalah masalah Sumber Daya Manusia sebagai pelaku. Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, P2DTK melibatkan personil dari unsur pemerintah dan masyarakat dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan dan ekonomi, bahkan status sosial yang amat bergam. Tingkat pemahaman mereka atas substansi dan filosofi P2DTK tentu juga berbeda-beda, belum lagi tingkat mutasi birokrasi di pemerintah yang sangat tinggi. Kondisi semacam ini tentu menjadi hambatan dalam menginternalisasi pendekatan, nilai dan prinsip P2DTK. Kiranya perlu dipikirkan secara matang untuk memberikan strategi baru di P2DTK dalam hal internalisasi berbagai kapasitas terkait

Aspek pendanaan pascaproyekP2DTK dalam beberapa kasus memang sudah terintegrasi melalui perencanaan dan penganggaran SKPS terkait, namun belum dikuatkan dalam bentukregulasi pemerintah daerah.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 9

dalam rangka menyiapkan sumberdaya manusia secara terus menerus untuk menjaga keberlanjutan dapat berlangsungan pendekatan, nilai, dan prinsip P2DTK.

5.2. Lessons Learned Pembelajaran dari sebuah implementasi program merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan untuk menguji konsep design program, teknis implementasi program, arah hasil yang diinginkan oleh program, keberlanjutan program, dll. Upaya untuk mereview kembali serta menarik point pembelajaran yang ada mempunyai dua ranah cakupan. Pertama, yaitu Lessons identified, adalah semacam rekomendasi yang berbasis dari analisa pengalaman lapangan baik, negatif maupun positif, dimana pihak-pihak lain ataupun para pelaksana program tersebut dapat belajar dalam rangka meningkatkan performa atau kinerja program mereka dimasa depan. Kedua, yaitu Lessons learned, adalah sebuah kondisi perubahan yang sedang terjadi atau sudah terjadi akibat dari kebijakan dan atau intervensi-intervensi tertentu yang diberikan ke dalam program yang juga berbasis dari pembelajaran sebelumnya1

a. Perencanaan partisipasi dari bawah yang dikembangkan oleh P2DTK melalui mekanisme Musrenbang telah berhasil menumbuhkan kepercayaan dan harapan baru di masyarakat terhadap perencanaan dan implementasi pembangunan. Hal ini terjadi karena apa yang diusulkan oleh masyarakat, melalui pendekatan tahapan dan mekanisme perencanaan yang diterapkan

. Baik Lessons identified maupun Lessons learned bermaksud memberikan petunjuk agar P2DTK atau program lain serupa bisa dirancang dan diimplementasikan secara lebih baik, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di kegiatan yang akan dikembangkan. Dalam laporan ini kedua ranah pembelajaran itu akan dipakai dan digabung ke dalam istilah Lessons learned (pembelajaran terpetik). Dalam upaya menggali Lessons-learned dari program P2DTK, telah dilakukan dua kali workshop mengenai Lessons learned, yaitu di Makasar dan Medan pada bulan Desember 2011. Tim KM Nas juga melakukan upaya menggali Lessons learned ini melalui pertemuan rutin mingguan, kegiatan supervisi, dan melakukan pembacaan terhadap laporan-laporan kegiatan KM. Kab, KM. Prov, dan laporan dari para mitra pelaku P2DTK di daerah-daerah. Perumusan terhadap hasil-hasil Lessons learned yang akan dipaparka berikut ini, dibagi ke dalam 3 kategori utama (Aspek Input, Aspek Proses dan Aspek Hasil ), dan di setiap aspek terdapat sub-sub aspek. Hasil seluruh Lessons learned tersebut adalah sebagai berikut:

5.2.1. Lessons Learned Aspek Input Program: (1) Perencanaan partisipatif

1 Lihat http://www.nickmilton.com/2010/05/Lessonss-learned-definition.html: “Knoco

Stories: Lessonss Learned Definition”; dan Amalraj Joseph,dkk. dalam “Project Management: Challenge and Lessons Learned”, Tahun 2007.

Lessons learned dimaksudkan untuk memberikan arahan dan masukan demi perbaikan program P2DTK ke depan atau program lain serupa, agar tidak mengurangi kesalahan yang sama serta meningkatkan performan kegiatan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 10

P2DTK, masyarakat terakomodir untuk terlibat mulai dari perencanaan, mengawal proses prioritasi kegiatan termasuk musyawarah pendanaannya, dan langsung dapat merasakan implementasi kegiatan pada tahun yang sama.

b. Kajian Teknis yang dikembangkan P2DTK sebagai salah satu tahap perencanaan partisipatif, telah menumbuhkan kapasitas para pelaku P2DTK baik dari unsur masyarakat maupun dari unsur pemerintah, dalam hal memahami dan menganalisa secara lebih “benar” permasalahan, kebutuhan dan merumuskan prioritas pembangunan di masyarakat. Namun banyak pula Tim Kajian Teknis yang belum mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal.

c. Bappeda sebagai SKPD leading-sector yang bertanggung jawab dibidang perencanaan serta meningkatkan kapasitas instansi terkait dalam hal perencanaan pembangunan daerah, merasa sangat terbantu dengan P2DTK karena melalui program P2DTK kapasitas dan pemahaman aparatur dan masyarakat mengenai perencanaan dan pembangunan relatif meningkat.

d. Di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, telah tersusun Perda tentang Sistem Perencaan Pembangunan Daerah yang terinspirasi dan mengadopsi sistem perencanaan yang dilaksanakan di program P2DTK untuk digunakan di Musrenbang Reguler.

e. Masih banyak anggota legislatif dan aparatur di daerah yang rendah pemahamannya atas makna dan substansi perencanaan partisipatif. Fasilitasi peningakatan mengenai perencanaan partisipatif kepada anggota legislatif tersebut secara pendekatan kurang terperhatikan di dalam proses program P2DTK.

f. Pendidikan “demokratisasi” kepada masyarakat terkait dengan substansi dan filosofi perencanaan partisipatif antar daerah/kewilayahan, perlu ditingkatkan karena masih banyak terjadi ego daerah dan atau kelompok didalam penentuan perengkingan prioritas kegiatan.

(2) Keterwakilan kelompok marginal dan perempuan

a. Keterwakilan kelompok marginal, kelompok miskin, dan perempuan di daerah-daerah di dalam program P2DTK bisa dikatakan sudah memenuhi standard keterwakilan sebagai persyaratan program. Sistem perencanaan partisipatif dari bawah (dusun, desa, dan kecamatan) melalui model Musrenbang yang dipakai di dalam program P2DTK, mampu mengakomodir partisipasi maupun kebutuhan kelompok-kelompok tersebut.

b. Keterwakilan perempuan di program P2DTK masih bersifat undividual, terutama sebagai penerima atau pemanfaat program. Secara kelembagaan keterwakilan perempuan tersebut masih dirasakan sangat kurang.

c. Kontrol yang ketat terhadap keterwakilan kelompok-kelompok marginal, kelompok miskin, maupun kelompok masyarakat yang terisolir dalam proses perencanaan maupun sebagai sasaran

Masih banyak anggota legislatif di daerah yang kurang paham mengenai makna perencanaan partisipatif di dalam pembangunan. Pendekatan pengembangan kapasitas kepada mereka kurang terperhatikan oleh P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 11

program perlu lebih diperketat, karena di beberapa daerah masih terjadi mekanisme keterwakilan masyarakat hanya kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, maupun tokoh agama, sementara kelompok yang termarginalkan justru sangat minim.

(3) Pedoman teknis dan instrumen program

a. Secara umum berbagai pedoman teknis maupun instrumen program yang diintrodusir oleh P2DTK selama proses implementasi dirasa cukup jelas dan lengkap sebagai rujukan para mitra pelaku P2DTK di daerah dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

b. Banyaknya pedoman-pedoman teknis yang berubah-ubah di saat proses program berjalan sangat menjadi kendala baik bagi para mitra pelaku P2DTK di tingkat kecamatan dan kabupaten, maupun para tim konsultan di daerah, karena sangat menyita waktu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian. Sementara pemahaman para personil terhadap pedoman-pedoman teknis tersebut bisa berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

c. Program P2DTK mengintrodusir sebuah instrumen yang disebut Dokumen Pengakhiran Program, dalam rangka untuk memperbaiki proses pelaporan pengakhiran program P2DTK, persiapan alih kelola kepada pemerintah daerah, serta memenuhi asas akuntabilitas program. Namun pelaksanaan tahapan ini di daerah kurang berjalan seperti diharapkan, misalnya kurangnya pemahaman atas rung-lingkup dan substansi materi dokumen serta pelaksanaan di daerah yang berbeda-beda dan tidak serempak. Hal ini terjadi karena: (1) Sejak awal program P2DTK dimulai belum ada Petunjuk Teknis yang baku mengenai hal ini; (2) Proses dokumen pengakhiran program tidak dilaksanakan setiap siklus tahun anggaran sehingga sebagian dokumen sub-proyek, visualisasi proyek, dll tidak terorganisir dengan baik, hilang dan sulit ditemukan kembali.

5.2.2. Lessons Learned Aspek Proses Program: (1) Penguatan kelembagaan pelaku P2DTK

a. Ada kecenderungan yang positif bahwa masyarakat, sebagai salah satu kelompok pelaku P2DTK, semakin berani dalam mengemukakan pendapat dan cukup kritis dalam menyampaikan aspirasinya berkaitan dengan perencanaan maupun implementasi kegiatan karena sudah paham mekanisme perencanaan partisipatif.

b. Intensitas pergantian para anggota lembaga-lembaga mitra pelaku P2DTK dari unsur pemerintah cukup tinggi, oleh karena Satker dan UPKD sering kali kurang optimal karena rata pejabat strukural yang memegang jabatan dimana tupoksinya cukup banyak dan tingkat mutasi ke instansi lain cukup tinggi.

Dokumen Pengakhiran dan Alih Kelola Program belum terfasilitasi secara maksimal karena belum tersedia Petunjuk Teknis sejak awal dan pelaksanaannya tidak dilakukan per akhir siklus.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 12

c. Beberapa kelembagaan yang telah diintrodusir melalui program P2DTK seperti Tim Pemelihara, FSS, Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM), Komite Sekolah (KS), dan BPP belum maksimal tergarap dan dimanfaatkan peran dan fungsi oleh SKPD terkait. Akibatnya lembaga-lembaga tersebut seperti “mati suri”.

(2) Pendanaan dan upaya transparansi

a. Dukungan pendanaan dari Pemerintah Kabupaten melalui dana PAP sangat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan P2DTK. Mekanisme ini perlu dipertahankan di program-program mendatang.

b. Penyerapan dana sub-sub proyek di program P2DTK rata-rata mencapai angka 100%. Melalui kebijakan mekanisme Musyawarah Pertanggungjawaban kegiatan yang terbagi dalam 3 termin, yaitu Termin I-40%, Termin II-80%, dan Termin III-100%, telah cukup mampu mendorong tumbuhnya akuntabilitas dan transparansi keuang sub-sub proyek di P2DTK karena adanya kontrol bersama dari para pelaku P2DTK dan masyarakat.

c. Sistem dan mekanisme procurement dan pengadaan barang sub-sub proyek P2DTK sudah memenuhi standard proyek sesuai yang sudah ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Mekanisme tersebut di lakukan oleh Panitia Pelelangan dan Pengadaan Barang, yang personilnya berasal dan terintergrasi di dalam birokrasi pemerintah daerah. P2DTK telah memberikan pengembangan kapasitas dalam hal pelelangan dan pengadaan barang untuk anggota panita tersebut.

d. Mekanisme pertanggungjawaban kegiatan sebuah sub-proyek melalui Musyawarah Pertanggungjawaban secara bertahap (40%, 80%, dan 100%) yang diterapkan di dalam program P2DTK sangat efektif untuk menumbuhkan dan mempromosikan munculnya proses transparansi implementasi proyek-proyek di pemerintah daerah, dimana masyarakat bisa berpartisipasi dalam mengontrol hasil kegiatan dan proses keuangan sebuah sub-proyek. Melalui mekanisme tahapan Musyawarah Pertanggungjawaban tersebut, para pelakusub-proyek, baik dari unsur pemerintah daerah maupun masyarakat, dipacu untuk menyelesaikan dokumen administrasi secara tepat waktu, lengkap, dan benar.

e. Keterlibatan dan peran BPKP dalam temuan-temuan kasus penyimpangan keuangan di program P2DTK setidaknya telah mendorong ditegakkannya transparansi keuangan karena pelaku-pelaku P2DTK menjadi lebih hati-hati dan teliti dalam melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Keterlambatan DIPA menjadi salah satu kendala terpenting dalam mengawal dan menjaga kinerja implementasi program P2DTK. Akibat dari keterlambatan tersebut berdampak cukup jauh dalam proses implementasi, seperti misalnya: (a) Pemanfaatan dan penyaluran dana menjadi mundur dari jadual yang sudah

Mekanisme Pertanggungjawaban sedikit banyak telah mampu mendorong tumbuhnya akuntabilitas dan transparansi keuangan proyek P2DTK karena kontrol bersama dari para pelaku.

Diakui maupun tidak, suka maupun tidak suka, keterlambatan DIPA diamini bersama sebagai salah satu kendala utama yang mengganggu jadual kegiatan dan kualitas pendampingan program P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 13

direncanakan; (b) Perencanaan kegiatan, penyusunan dokumen persiapan sub-proyek, pelelangan, sampai pelaksanaan kegiatan sub proyek menjadi sangat tergesa-gesa sehingga terkesan mengejar target administrasi saja; dan (c) Secara keseluruhan jadual penyelesaian sub proyek dan pemenuhan administrasinya juga mundur dari rencana yang sudah ditetapkan.

g. Masih terkait dengan upaya akuntabilitas dan transparansi keuangan sub-proyek, para pemangku atau pelaku P2DTK di tingkat kecamatan dirasakan masih sangat kurang kapasitasnya. Pemahaman Pelaku dikecamatan tentang pertanggungjawaban dan pengelolaan kegiatan belum optimal. Kondisi semacam ini diperparah oleh karena mobilisasi konsultan keuangan sangat terlambat. DIPA yang terlambat berdampak pada sangat tergesa-gesanya para pelaku tingkat kecamatan ini didalam melengkapi dokumen-dokumen kuangan proyek.

h. Masih adanya intervensi dari Pemerintah Daerah dalam proses Barang dan Jasa khususnya penentuan pemenang.

i. Penyediaan dana A/O dan PAP perlu diatur dan dikelola dengan lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Supervisi dan koordinasi antar pelaku

a. Belum optimalnya koordinasi antar stake holder di daerah, sehingga jika ada masalah tidak bisa cepat diselesaikan.

b. Dengan rentang wilayah yang cukup jauh dan relatif terpencil, banyak kegiatan monitoring dan evaluasi tidak optimal karena keterbatasan waktu dan biaya yang tersedia.

(4) Kebutuhan dan Kualitas konsultan

a. Lepas dari kekuarangan teknis pengadaan dan penempataran konsultan, kompetensi dan komimen konsultan P2DTK baik di tingkat provinsi (KM. Prov) maupun kabupaten (KM. Kab) dirasakan oleh mitra pelaku P2DTK di tingkat daerah sangat membantu menfasilitasi teknis-teknis implementasi program.

b. Tingginya “mobilisasi” keluar-masuk konsultan sangat dirasakan mengganggu proses pendampingan di lapangan. Sementara itu kompetensi konsultan belum merata dan masih ada yang lemah dalam kapasitas pendampingan. Permasalahan yang lain adalah bahwa para konsultan tersebut kebanyakan berasal dari luar daerah kabupaten penempatan, sehingga seringkali tidak ada ditempat saat dibutuhkan oleh mitra-mitra pelaku P2DTK baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten

c. Di Kecamatan tidak disediakan konsultan Teknik, sedangkan kegiatan dari Kajian teknis, RAB, sampai pelaksanaan memerlukan Konsultan teknik, sedangkan konsultan teknik kabupaten dan FK tidak sepenuhnya mampu membackupnya.

Kapasitas pengelolaan keuangan pelaku P2DTK tingkat kecamatan sangat lemah. Kondisi ini diperparah dengan terlambatnya penempatan konsultan keuangan dan terlambatnya DIPA

Mobilitas “keluar-masuk” konsultan yang sangat tinggi merugikan berprosesnya kegiatan-kegiatan. Sementara kompetensi dan kapasitas para konsultan tersebut tidakmerata

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 14

d. Para konsultan sebagian besar berasal dari berbagai proyek atau kegiatan PNPM di bidang lain, yang sangat mewarnai program P2DTK tersebut “tersimplifikasi” miripkonsep yang permah mereka lakukan sehingga tema-tema sub-proyek infrastruktur masih sangat kuat di P2DTK dibanding kegiatan capacity building.

5.2.3. Lessons Learned Aspek Hasil Program (1) Sinergisitas program

a. Sangat sedikitnya pemerintah daerah di wilayah program P2DTK mengadopsi model perencanaan P2DTK ke dalam sistem perencanaan reguler daerah, atau mengadopsi model P2DTK ke dalam peraturan daerah mengenai perencanaan pembangunan daerah, dikarenakan beberapa hal. Pertama, periodisasi waktu perencanaan P2DTK berbeda dengan periodisasi waktu perencanaan reguler pemerintah daerah. Kedua, waktu implementasi perencanaan di P2DTK bisa terjadi di tahun yang sama, sementara di sistem perencanaan reguler pemerintah daerah terjadi baru di tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan mekanisme penganggaran dan pendanaan yang berbeda. Jika periodisasi perencanaan dan peleksanaan kegiatan di program P2DTK bisa “didekatkan” dengan periodisasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan reguler pemerintah daerah, maka sangat besar kemungkinanya bahwa “sinergisitas” program baik dari mekanisme reguler pemerintah daerah, P2DTK, atau program yang lain dapat saling bersinergi dengan lebih baik.

b. Masih ada beberapa program yang melaksanakan musyawarah secara sendiri-sendiri sesuai mekanisme programnya yang telah menjadi pedoman teknis masing-masing. Oleh karena itu sinergisitas antar program yang masuk ke daerah (kabupaten) relatif cukup sulit dilakukan baik di tingkat perencanaan kegiatan maupun implementasinya.

c. Ego-sektoral di jajaran instansi pemerintah daerah yang terkait dengan program P2DTK masih dirasakan cukup dominan sehingga sinergisitas antar program belum optimal, baik sinergisitas program antar bidang UPKD maupun dengan program-program lain yang masuk ke kabupaten.

(2) Kemanfaatan dan keberlanjutan program P2DTK

a. Dari sudut operasional pelaksanaan kegiatan-kegiatan P2DTK, tingkat partisipasi masyarakat dianggap sangat baik dalammendukung kegiatan-kegiatan program P2DTK

b. Proyek-proyek yang dibangun P2DTK baik di bidang infrastrukrur, pendidikan, dan kesehatan dianggap memberikan kemanfaatan yang sangat baik kepada masyarakat dari sudut peruntukan, fungsi dan manfaatnya.

Jika periodisasi perencanaan Reguler bisa didekatkan dengan perencanaan P2DTK dan program-program lainnya, atau sebaliknya, maka banyak hal dalam perencanaan dan pembangunan di daerah bisa terlaksana secara lebih maksimal

Studi Output yang dilakukan dia Aceh dan wilayah P2DTK Nasional, menunjukkan penilaian masyarakat rata-rata menyatakan “Sukup Puas” dengan program-program P2DTK.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 15

c. Tingkat komitmen dan kompetensi aparat pemerintah dalam hal keterlibatan dan dukungannya kepada P2DTK dinilai baik, meski di beberapa hal komitmen dan kompetensi tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk regulasi daerah.

d. Terkait dengan upaya-upaya keberlanjutan proyek-proyek P2DTK maka dapat diinformasikan bahwa pemerintah daerah sudah berencanaan untuk memelihara assest-asset tersebut, namun oleh karena keterlambatan penyerahan asses dimana asset dari Silus 1 sampai Siklus 3 (yang sudah dibangun 3 tahun) yang sesungguhnya telah memerlukan pemeliharaan terpaksa belum bisa didanai melalui APBD.

5.3. Belajar Dari Best Practices P2DTK

Pelaksanaan Program P2DTK mulai Tahun 2007 – Tahun 2012 menghasilkan banyak pengalaman lapangan yang mungkin tidak sempat tercatat atau ter-cover melalui Management Information System yang dimiliki oleh program. Lepas dari segala kekuarangan secara teknis pendampingan KM. Nas terhadap seluruh proses pelaksanaan P2DTK, berikut ini dipaparkan tentang pengalaman dan pengamatan dari mitra-mitra pelaku di lapangan yang dapat dipakai sebagai gambaran best-pratices pelaksanaan P2DTK. Selain sisi-sisi teknis proses pendampingan maupun capaian kegiatan program, best-practices ini diharapkan juga menumbuhkan sisi inspiratif yang menggugah semangat keberpihakan sebagai pegiat pemberdayaan masyarakat. Pengalaman-pengalaman serta pengamatan lapangan ini sudah dikumpulkan dalam bentuk buku “Kisah Inspiratif”. Best-practices yang disajikan berikut ini diambil dan diedit tanpa mengurangi substansi cerita yang ada. Paparan best-practice di bagi kedalam 7 (tujuh) kelompok dan memuat 13 cerita best-practices. Ketujuh kelompok cerita tersebut yaitu: Cerita mengenai pasca konflik; Cerita mengenai “lepas dari keterisolasian”; Cerita mengenai sukses usaha ekonomi; Cerita tentang isu peningkatan sarana pendidikan; Cerita yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat; Cerita tentang kasus “penyimpangan dana” sebagai bagian dari HCU; Cerita tentang kapasitas perencanaan partisipatif; dan Cerita tentang “heroisme” seorang fasilitator perempuan di Maluku Utara dalam pendampingan lapangan. Cerita-cerita best-practise tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan mengenai keragaman wilayah asal cerita, keterkaitan hubungan dengan tujuan P2DTK, dan cakupan pengarauh atau manfaat dari kasus kegiatan/sub proyek yang diceritakan. Membangun Pasca Konflik Banyak konflik yang terjadi di masyarakat Indonesia seperti Konflik Poso, Konflik Sambas, Konflik Aceh, dan berbagai konflik antar masyarakat adat, menjadi salah satu pertimbangan dilaksanakan P2DTK. P2DTK bermaksud memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan akses pelayanan dasar masyarakat bekas konflik, agar mereka mampu membangun kembali kehidupannya. Best-

Alihkelola asest-aset P2DTK hampir selurunya belum mendapatkan keterjaminan pendanaan APBD karenamekanisme penyerahan aset yang belum maksimal.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 16

practices berikut ini menggambarkan bagaimana masyarakat di wilayah bekas konflik membangun kembali pelayanan pendidikan, melalui P2DTK.

“Pelangi di Perbatasan Lotas” Desa Lotas, Kecamatan Kokbaun, Kabupaten TTS, NTT Oleh : Benyamin Leu Saban hari masyarakat Lotas diliputi keresahan. Saling curiga mewarnai hari-hari mereka. Pemerintah dua wilayah perbatasan sibuk saling klaim sebagai penguasa wilayah, namun tidak pernah duduk bersama mencari solusi. Ada apa dengan Desa Lotas? Mereka juga ingin hidup tenteram sama seperti masyarakat wilayah lainnya. Mereka juga ingin menikmati hasil pembangunan secara utuh.

Desa Lotas merupakan bagian kecil dari kecamatan Kokbaun yang terletak di ujung timur Kabupaten TTS, berbatasan langsung dengan Kabupaten Belu. Adanya proses pemekaran wilayah menjadi beberapa desa pada tahun 1972 lalu, akhirnya memunculkan konflik karena tidak jelas desa ini masuk Belu atau TTS. Pada awalnya hanya ada satu desa, yaitu Desa Nai Usu (Lotas) sekarang menjadi tujuh (7) desa, tiga desa masuk Kabupaten Belu (Desa Lotas Belu, Nai Usu, dan Moke) dan empat desa lainnya masuk Kabupaten TTS (Desa Lotas TTS, Bunahi, Obaki, dan Coloto), dan daerah inilah yang disengketakan sampai sekarang.

Sebagian besar masyarakat Desa Lotas bergantung kepada kekayaan alam. Sebanyak 80% penduduk adalah petani, selebihnya bekerja di pemerintahan, perdagangan dan bidang jasa. Ironisnya desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah namun sebagian besar masyarakat sekitarnya hidup sangat miskin. Konflik berkepanjangan di daerah ini menyebabkan rendahnya akses masyarakat terhadap pembangunan, baik dari segi kesehatan, pendidikan dan infrastuktur. Dalam bidang pendidikan, sejak 5 tahun terakhir sebesar 70% warga Lotas hanya tamat SD dan SMP. Hanya beberapa orang saja yang hijrah ke kota untuk sekolah lanjutan berikutnya. “Selama ini…jujur saja pak, buku yang kami miliki hanya buku pegangan guru, sehingga siswa harus mencatat semua mata pelajaran. Buku yang tersedia di perpustakaan sekolah jumlahnya sangat terbatas, sehingga harus bergantian”, ungkap kepala sekolah SD Lotas.

Hingga awal tahun 2007, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Daerah Ter-tinggal dan Khusus melaksa-nakan program P2DTK men-jangkau sampai ke Kabupaten TTS dengan berbagai kegiatan pembangunan partisipatif, ter-utama bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan dibidang pendidikan P2DTK memberikan bantuan kepada SDN dan SMP di Desa Lotas. SDN Lotas menerima bantuan 200 pasang seragam siswa dan 3 orang guru kontrak. Sementara SMPN Lotas menerima bantuan 1.250 exemplar buku pelajaran /buku bacaan dan 3 orang guru kontrak). Buku-buku tersebut disesuaikan dengan kurikulum agar benar-benar tepat guna sesuai dengan yang diperlukan. Bantuan buku dan pakaian sekolah ini disambut gembira oleh masyarakat Desa Lotas. Bapak Heriyana sambil menggandeng tangan anaknya yang masih bersekolah di SD Lotas, mengungkapkan kegembiraanya: “Makasi P2DTK ! Ketong

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 17

sangat senang atas bantuan ini karena sangat meringankan beban kami orang tua. Beta pung anak satu di SMP dan dua di SD sini. Jadi beta sangat terimakasih sekali, Biasanya kami menyisihkan uang belanja untuk kebutuhan buku dan sekolah anak-anak kami, sekarang saya bisa sisihkan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari”

“Bantuan yang nampaknya sederhana tersebut terbukti berdampak positif dalam pembangunan di bidang pendidikan, mengingat rakyat selama ini menjerit soal biaya pendidikan yang mahal. Selain untuk membantu meringankan beban ekonomi orang tua murid, juga sangat membantu dalam proses belajar mengajar serta meningkatkan minat dan budaya baca. Bukti keberhasilan itu adalah dengan prestasi kelulusan murid pada tahun ajaran 2010 sebanyak 100% meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 96%”, ungkap Benyamin Leu Konsultan Pendidikan P2DTK.

Sebagai bagian dari percepatan pembangunan di bidang pendidikan, program ini juga melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan penyelenggaraan sekolah, baik dalam konteks sebagai kontributor pemikiran, pembahasan program-program sekolah, evaluasi keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan untuk siswa dan siswinya.

Inisiatif membangun masyarakat, misalnya saja membangun pelayanan pendidikan tidak harus dimulai oleh pemerintah atau program P2DTK. Cerita best-practices di Poso berikut ini menggambarkan hal itu, dimana inisiatif pembangunan pelayanan pendidikan melalui sekolah sudah dimulai oleh masyarakat. P2DTK “menyambut” inisatif tersebut dan mendorong pengembangannya

“Setelah Sembilan Tahun Terlelap” Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah Oleh : Aldito Kerusuhan Poso beberapa tahun lalu mengakibatkan banyak anak-anak usia sekolah tidak dapat belajar disekolah lagi bahkan sampai putus sekolah. Rumah dan sekolah mereka telah terbakar. Dapat kita bayangkan jika hal ini terus terjadi, bagaimana keberlangsungan Bangsa dan Negara kita jika generasi penerusnya banyak yang tidak bersekolah ?

Seiring dengan adanya kesepakatan perdamaian di Poso, stabilitas keamaan sudah mulai kondusif. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, hingga pada 13 juli 2009, seolah terbangun dari mimpi selama kurang lebih 9 tahun sekolah SDN 26 Kabupaten Poso seakan tertidur lelap akibat kerusuhan. Dra. Rosmani K. Tabanal, berinisiatif manfaatkan sisa-sisa gedung sekolah meski dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Sejauh mata memandang, sekolah ini hanyalah sebuah ruang kosong, tanpa meja dan kursi. Menjelang tahun ajaran baru, pendaftaran sekolah kembali dibuka. Fasilitas yang digunakan adalah pinjaman dari orang tua siswa ditambah sumbangan dari guru-guru yang mengajar. “Meski demikian kami masih tidak dapat memenuhi segala kebutuhan siswa. Terkadang mereka harus duduk berhimpitan, atau menggunakan potongan kayu mirip kursi seadanya,” demikian kisah haru Rosmani (Juli 2011), yang kini menjabat sebagai kepala sekolah SDN 26 Kabupaten Poso.

Perjuangan Rosmani menuai berbagai dukungan. Namun tidak sedikit juga yang mengkritik. Sekolah sederhana itu dipandang tidak layak dalam mendukung proses belajar mengajar. Tetapi di sisi lain kebutuhan keberadaan sekolah mendesak, mengingat jarak sekolah lain cukup jauh. Para orang tua masih menginginkan anak-anaknya untuk belajar disekolah ini.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 18

Berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki fasilitas sekolah yang rusak akibat kerusuhan akhirnya menemukan titik terang melalui Musyawarah Desa P2DTK di Kabupaten Poso. P2DTK memberikan meja-kursi untuk murid dan guru, lemari penyimpanan, papan tulis, serta pengadaan Toilet Sekolah. Semua itu telah memberikan semangat kepada guru dan harapan baru bagi anak-anak Poso. Para guru juga mendapatkan pelatihan-pelatihan dalam mendukung pengembangan sekolah. “Saat ini kami sudah menyusun rencana pengembangan sekolah hasil dari pelatihan yang diberikan P2DTK… Kini kami merasa lebih tenang mengajar dengan fasilitas bantuan yang diberikan. Begiutu juga para siswa…”, ungkap Rosmini yang mengakui bahwa P2DTK telah menjawab keresahan mereka.

Melalui P2DTK Lepas Dari Keterisolasian Wilayah-wilayah pelosok sebagian besar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, terlebih lagi Papua, tidak bisa disangkal lagi mengalami keterisolasian yang parah. Oleh karena kondisi itu maka kesejahteraan mereka relatif rendah (tertinggal) dalam berbagai konteks seperti rendahnya akses pendidikan, akses pelayanan kesehatan, akses ekonomi pasar, dan akses sosial lainnya. Dalam upaya untuk mengurangi permasalahan keterisolasian semacam itu maka P2DTK diluncurkan. Cerita best-practices berikut ini memaparkan bagaimana upaya masyarakat dan pemerintah setempat, melalui dukungan P2DTK, berupaya “menembus batas” keterisolasian antar desa, antar kecamatan, bahkan antar provinsi. Tergambar dengan jelas mulfier-effect intervensi satu jenis kegiatan berdampak luas kepada segi-segi kebutuhan masyarakat yang lain.

“Bebas Dari Keterisolasian” Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Oleh : Amri (Konsultan Infrastruktur)

Kecamatan Katingan Hulu dan Kecamatan Bukit Raya adalah dua kecamatan di Kabupaten Katingan, dimana secara geografis wilayah ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup besar untuk dijangkau. Satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah melewati jalur Sungai Katingan dan Sungai Sanamang. Untuk menembus ke wilayah tersebut melalui akses jalan darat, diakui oleh Pemerintah Daerah Kab. Katingan, pembukaan jalan darat memiliki kendala teknis yang berat dalam hal mobilisasi alat dan material. Banyak Pihak ke-III yang menolak pekerjaan pembukaan jalan darat tersebut.

Program yang dilaksanakan oleh Pemda untuk menjangkau daerah tersebut adalah dengan pembukaan jalan secaraa bertahap, dimulai dari hilir (ibu kota kabupaten) menuju ke kecamatan terdekat. Itupun kemungkinan besar akses jalan langsung menuju ke kedua kecamatan tersebut baru bisa terealisasi puluhan tahun mendatang.

Sejak pemekaran Kabupaten Katingan tahun 2002 hingga tahun 2007, pembukaan jalan tersebut telah diusulkan oleh masyarakat melewati musrenbang namun tidak pernah terealisasikan. Beruntung dengan adanya program P2DTK yang masuk ke

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 19

Kabupaten Katingan dan terutama kedua wilayah kecamatan tersebut, masyarakat kembali menempatkan harapannya pada P2DTK untuk menjadi pelopor dalam membuka akses jalan ke daerah tersebut.

Salah seorang tokoh pemuda dari Katingan Hulu menyampaikan kepasrahannya mewakili masyarakat atas usulan yang pernah disampaikan :“ Sudah berbuih mulut kami ini berbicara mengusulkan jalan di daerah kami agar bisa dibuat oleh Pemerintah Daerah. Tapi kelihatannya masih belum bisa dilaksanakan. Kapan lagi kami yang ada di daerah terpencil ini mudah membawa keluarga yang sakit untuk berobat atau mencari keperluan rumah tangga… Apakah harus terus menerus melewati riam dan batu…banyak terjadi kecelakaan dan membuang nyawa. Beruntung ada P2DTK ini yang bisa mempercepat keinginan dan kebutuhan kami karena sudah bisa melihat dan merasakan kemudahan dengan dibangun jalan darat disini”

Diakui oleh Camat Katingan Hulu, bahwa kendala terberat terutama pada mobilisasi alat berat. Namun berkat kegigihan dan dukungan penuh Bupati Katingan Drs. Duwel Rawing akhirnya dapat diatasi walaupun dengan proses yang sangat melelahkan. Setelah melalui beberapa tahapan musyawarah, hingga akhirnya disepakati di Musyawarah Kabupaten Perankingan yang menempatkan pembukaan badan jalan di Kec. Katingan Hulu sebagai prioritas pertama di bidang infrastruktur. Akhirnya masyarakat Katingan Hulu menyambut lega keputusan bahwa ”jalan yang diimpikan” itu akan dibangun.

Keterisolasian masyarakat di jalur Sungai Sanamang kini telah terbuka melalui pembukaan badan jalan yang terdanai oleh BLM Kabupaten sepanjang 12 Km. Jalur sungai yang merupakan akses satu-satunya untuk mencapai desa-desa di sepanjang jalur Sungai Sanamang kini telah dapat ditembus dengan mudah melalui terbukanya jalan P2DTK ini

P2DTK telah membuktikan bahwa hanya dengan dana Rp 539.960.000,- yang dipihak ketigakan melalui anggaran Siklus 1, maka akses tersebut dapat menembus keterisolasian. Jalan sepanjang 12 Mm tersebut telah menembus 3 desa yaitu Desa Kiham Batang, Rangan Kawit dan Dehes Asem. Jalan yang dibangun oleh P2DTK sepanjang 12 Km, kemudian dilanjutkan dengan dana ADD sepanjang ± 32 Km sehingga keseluruhan jalan yang terbangun adalah 44 Km. Jalan sepanjang 44 km tersebut telah menembus 11 desa mencapai Tumbang Sanamang yang merupakan ibukota Kec. Katingan Hulu.

Pembukaan jalan sepanjang 44 Km menembus 11 desa ini dimanfaatkan oleh sekitar 3.032 jiwa. Transportasi menuju kota menjadi lebih cepat. Hasil bumi dapat dikirim ke Tumbang Sanamang secara lebih singkat. Selain itu akses pendidikan dan kesehatan lebih mudah untuk menjangkau. Bagi desa-desa yang belummemiliki Pustu sangat terbantu, terutama dalam pelayanan pertolongan persalinan lebih cepat dilakukan tanpa harus melewati sungai. Harapan selanjutnya, dan bukan tidak mungkin, adalah meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat Katingan Hulu.

Cerita best practice berikut ini tidak kalah menggugah dari sudut pemberdayaan masyarakat. Banyak para teknokrat pembangunan sering tidak percaya, mungkinkah masyarakat melakukan sendiri pembangunannya. Dengan berlandaskan pada “kepercayaan”, dan dilandasi proses pendampingan yang

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 20

tepat, terbukti bahwa masyarakat mampu melakukan sesuatu yang semula sepertinya mustahil. Mekanisme P2DTK ternyata memungkinkan hal itu semua, yang tergambar dalam cerita penuh semangat pemberdayaan berikut ini.

“Menembus Batas Lintas Provinsi” Desa Badangkaia, Kec. Lore Selatan, Kab. Poso Oleh : Anas (MIS Sulteng) “Selama pembangunan jembatan ini saya susah tidur memikirkan apakah jembatan ini bisa selesai. Masalahnya masyarakat yang mengerjakan jembatan ini tidak ada yang punya pengalaman mengerjakan jembatan sebesar dan sepanjang ini. Mereka punya hanya modal semangat…yang saya syukuri semua masyarakat Desa Badangkaia turun tangan mengerjakan jembatan ini, perempuan maupun laki-laki”

Begitulah ungkapan P. Towimba, mandor pembangunan jembatan, disela-sela suara gendang bertalu-talu mengiringi lagu Dero yang merdu, tenggelam dalam suka cita dan syukur peresmian jembatan Armon Desa Badangkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso. Masyarakat yang tengah bersyukur itu seakan tidak percaya kalau mereka mampu membangun jembatan sebesar itu.

Desa Badangkaia terletak di Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso berbatasan langsung dengan Kecamatan Rampi yang merupakan bagian dari kabupaten Luwu Utara, Propinsi Sulawesi Selatan. Kondisi ini menyebabkan ramainya jalur dari Kec. Rampi ke kecamatan Lore Selatan maupun sebaliknya. Jalan ini merupakan satu-satunya akses bagi masyarakat untuk mendistribusikan barang dagangan maupun hasil perkebunan mereka, walaupun hanya berbentuk jalan setapak yang bisa dilalui oleh kuda dan motor modifikasi. Sebagian besar lahan perkebunan masyarakat Desa Badangkaia berada dibagian Selatan ibu kota Desa (perbatasan propinsi), yang dipisahkan sungai besar yaitu Sungai Badangkaia.

Aktifitas sehari-hari masyarakat harus melewati sungai ini menuju kebun-kebun mereka. Selain itu jalan setapak ini adalah jalur utama yang menghubungkan Kecamatan Rampi (di Sulawesi Selatan) dan Kecamatan Lore (di selatan Sulawesi Tengah). Jika hujan deras datang dan sungai Bandangkaia yang lebarnya ± 100 M itu meluap, semua aktifitas terpaksa harus berhenti.

Harapan masyarakat untuk mempunyai jembatan yang menghubungkan kedua jalan setapak itu mendapatkan titik terang setelah masuknya P2DTK Tahun 2007. Pada proses kajian teknis Tahun Anggaran 2007 dan 2008 pembangunan jembatan ini dijadikan usulan kategori A BLM kabupaten. Namun lagi-lagi masyarakat kecewa karena usulan mereka kandas. Masyarakat tidak putus asa. Tahun 2009 masyarakat Kecamatan Lore Selatan melakukan pertemuan yang dihadiri oleh unsur pemerintahan, pemuka adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pelaku P2DTK serta FK untuk membicarakan pembangunan jembatan ini. Pertemuan mensepakati pembagian kelompok kerja berdasarkan tempat bermukim. Setiap kelompok anggotanya 10 orang, dan bekerja selama satu hari setiap minggunya. Semua ada tujuh kelompok kecuali untuk pekerjaan tertentu semua kelompok harus hadir. Pertemuan ini juga menetapkan koordinator penyedian pasir, bambu, dan material lokal lainnya, serta mendorong kaum perempuan mengurus konsumsi. Kegelisahan masyarakat belum berhenti dengan banyaknya kekhawatiran yang muncul diforum: “Sudah pastikah jembatan itu akan dibangun..?!!”

Pada Musyawarah perangkingan berikutnya di kecamatan, tumpah ruah masyarakat Desa Badangkaia hadir. Alhasil akhirnya diumumkan bahwa pembangunan jembatan ini yang menjadi prioritas pertama, suara gemuruh sorak sorai masyarakat desa dari luar gedung meluapkan kegembiraan. Sebelum

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 21

pelaksanaan pembangunan jembatan gantung ini Konsultan Kabupaten bidang Infrastruktur (Hadi Susanto) melakukan pelatihan singkat tentang teknik dan cara pembangunan Jembatan Gantung. Setiap hari, dimulai jam 6 pagi, pekerja sudah mulai bekerja. Tidak ketinggalan kaum ibu menyiapkan air minum, kopi, dan makanan. Kondisi ini berjalan hingga jembatan tersebut selesai dibangun dan akhirnya diresmikan oleh Bapak Camat Lore Selatan pada tahun 2010.

Sungguh luar biasa semangat dmasyarakat membangun jembatan ini. Peluh dan keringat berbaur dalam suka cita. Jembatan gantung Armon tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Badangkaia tetapi semua masyarakat Kecamatan Lore Selatan serta masyarakat Kecamatan Rampi Sulawesi Selatan. Jembatan itu kini telah berdiri kokoh menggantung menembus batas desa dan provinsi.

Keterisolasian dan keterpencilan bukan saja oleh karena medan daratan yang berpegunungan. Wilayah perairan laut di kepulauan-kepalauan di Indonesia selama ini sering luput dari perhatian pembangunan sarana dan prasarana mobilitas masyarakat. Banyak wilayah kepaluan ini menjadi “tertinggal” karena sangat terbatasnya sarana-sarana tersebut. Best practices berikutini adalah cerita mengenai upaya membuka keterisolasian salah satu wilayah kepalauan di Indonesia.

“Tambatan Perahu Memacu Transportasi Laut” Desa Guaeria, Kec. Jailolo, Kab. Halmahera Barat, Maluku Utara Oleh : Rieny H. Hardjono

Indonesia merupakan negara kepualauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau

membentang sepanjang nusantara. Olehnya Indonesia kaya dengan hasil laut. Pemukiman pesisir merupakan salah satu lumbung hasil laut.

Namun tidak sedikit pemukiman diantaranya yang masih merajut ketertinggalan karena akses yang terbatas.

Salah satunya adalah Desa Guaeria.

Desa Guaeria terletak di pesisir Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Akses satu-satunya menuju desa hanya bisa ditempuh lewat perjalanan laut selama kurang lebih 30 menit dari ibukota Kecamatan Jailolo. Jumlah penduduknya 139 jiwa. Sebanyak 70% mata pencaharian penduduk adalah nelayan dan penjual ikan, 20% bekerja di sektor perkebunan kopra, pala, dan cengkih, selebihnya bekerja di sektor swasta dan PNS (Th 2008).

Menurut pengakuan kepala desa Guaeria, kebanyakan nelayan disini lebih banyak memasarkan hasil melaut langsung ke ibukota kecamatan. Masalah yang paling sering dihadapi adalah keterbatasan fasilitas tambatan perahu. Perahu nelayan dan perahu angkut transportasi masuk dan keluar harus berhati-hati melalui daerah berbatu yang dangkal. Perahu transportasi yang datang kedesa ini tidak bisa merapat ke daratan, apalagi bila air sedang surut. Kondisi ini membuat pedagang dari luar daerah kadang mengurungkan niatnya untuk merapat kedesa ini. inilah yang membuat desa kami terbelakang, tambahnya.

Awal 2008 program P2DTK membawa angin segar kepada warga Desa Guaeria. Melalui serangkaian tahapan proses perencanaan, akhirnya dana BLM kecamatan Siklus 1 dikucurkan untuk membiayai pembangunan tambatan perahu. Besarnya dana adalah Rp. 126.929.074,- dengan waktu pengerjaan 90 hari. Panjang tambatan perahu + 70 M dengan konstruksi semi parmanen. Kini nelayan dan para pedagang tidak lagi mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas antar desa

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 22

dan kota kecamatan karena perahu, motor boat dan speed boat dapat langsung merapat ke dermaga. Hasil-hasil perkebunan dan barang dagangan dapat langsung dimuatkan ke perahu yang siap didermaga, dengan harga lebih murah.

Pengembangan Sektor Swasta Best practices dari seorang penjual Kue Bingka berikut ini memang tidak tepat benar dengan sasaran program PSS sesungguhnya. Namun ada baiknya cerita ini diangkat untuk memberikan gambaran sedikit pengaruh P2DTK dalam upaya pengembagan usaha baru, serta keterkaitannya dengan sektor-sektor yang lain.

“Akses Luas, Bingka Pun Laris” Desa Bagenda Hilir, Kec. Mentaya HilirUtara, Kalteng Oleh : Hasnah (Konsultan Gender) Di jaman krisis ekonomi pendapatan keluarga semakin menurun, Alternatif membuka usaha merupakan jalan keluar yang paling pas. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Sebut saja Ibu Farida (35th), beliau seorang penjual kue Bingka asal Desa Bagenda Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kalimantan Tengah. Sejak tahun 2005, ibu dari 3 orang anak ini menekuni usaha kue basah yang dijajakan kepada pembeli sambil berkeliling desa.

Bisnis yang ia tekuni awalnya hanya mengisi waktu sebagai ibu rumah tangga untuk membantu perekonomian keluarga. Namun sekarang telah mampu mengembangkan usaha meski dalam skala yang masih relative kecil. Beliau juga mampu membantu suaminya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang lebih tinggi.

Karena kegigihan usahanya terus bekembang. Awalnya kue buatan Bu Farida dijajakan berkeliling desa, tapi kemudian berkembang menjadi industri rumahan untuk didistribusikan ke pasar-pasar dan toko-toko disekitarnya. Perubahan ini dirasakan oleh ibu Farida ketika Program P2DTK menjangkau Desa Baginda Hilir. Program ini membangun fasilitas Jalan yang memudahkan masyarakat dalam mengakses daerah sekitarnya. Dulunya beliau bisa menghabiskan waktu 30 menit untuk menuju ke pasar dan 1 jam lebih menuju ke desa tetangga. Tapi dengan adanya program P2DTK memfasilitasi pembangunan jalan itu dapat ditempuh dengan 20 menit saja dengan naik sepeda.

Kue yang paling laris adalah jenis kue Bingka. Permintaan order kue bingka untuk di jual ke pasar dan warung-warung semakin meningkat tinggi. Terkadang Bu Farida sampai kehabisan stok untuk dikirim ke warung dan pasar yang menjual kue Bingka Bu Farida. Beberapa jenis kue khusus seperti Bingka bisa mendapatkan keuntungan besar 45%. Semakin tinggi untungnya jika dikemas menarik dan cantik.

Hingga tahun 2011, usaha bu Farida terus berkembang dan kue khas Bu Farida menjadi favorit pembeli. Bu Farida juga berkisah, bahwa penjualan akan makin meningkat saat romadhon dan lebaran. Berkat Akses jalan yang semakin Luas, usaha kue saya makin maju. “Terima kasih untuk P2DTK“, ujar Bu Farida.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 23

Perbaikan Pelayanan Pendidikan Konsep pemberdayaan P2DTK bidang pendidikan untuk wilayah tertinggal tidak saja terbatas pada mengubah sekolah yang dulunya buruk menjadi lebih baik, meskipun itu merupakan salah satu persoalan mendasar hampir di seluruh sekolah-sekolah di wilayah terpencil. Namun P2DTK mempunyai keinginan untuk meningkatkan kualitas mutupelayanan dan manajemen pendidikan melalui program-program pengembangan kapasitas untuk guru-guru. Dua best pratices berikut ini menggambarkan dua sisi ranah kegiatan P2DTK seperti terpaparkan di atas.

“Sekolah Untuk Calon Pemimpin Bangsa” Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara Oleh : Koswara Pendidikan adalah modal utama bagi bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas SDN meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tantangan bagi pengelola pendidikan saat ini, bahwa masih banyak sekolah-sekolah belum memenuhi pendidikan yang bermutu terkait peningkatan akses, kualitas, dan manajemen. Keadaan seperti ini sering kita temui di sekolah-sekolah di daerah pedalaman. Salah satunya SMP Negeri 12 Arame Kabupaten Nias Selatan. Sekolah ini sangat sederhana untuk tidak mengatakan “tidak layak”. Hanya ada 2 ruang permanen beratapkan rumbia, beralaskan tanah, tanpa plapon dan dinding, serta bangku yang terbuat dari bambu, berlubang-lubang di atap, serta berlantai tanah.

Fasilitas yang ada pun benar-benar jauh dari kata memadai. Tapi sekolah ini tetap dipenuhi oleh para siswa yang kebetulan semuanya berdomisili di wilayah tersebut. Dengan sarana dan prasarana yang sederhana ini para siswa dan guru tetap mengikuti proses belajar mengajar seperti sekolah lainnya. Hanya jika hujan dan angin datang, terpaksa siswa diliburkan. Para guru takut bangunan sekolah roboh. Siapapun murid dan orang tua, pasti ingin bersekolah di tempat lain jika ada pilihan.

Itulah kisah “pedih” beberapa tahun lalu sebelum P2DTK datang. Tahun 2010 P2DTK memberikan bantuan berupa meubiler 2 ruang yang terdiri dari 80 kursi, 40 meja, 1 papan tulis, 1 meja dan kursi guru serta 1 unit Lemari. Kepala sekolah mengatakan bahwa Jajaran Guru dan masyarakat sangat berterimakasih akan bantuan yang sudah lama dinantikan oleh mereka. Korprov P2DTK Sumatera Utara, Pak Koswara, mengakui bahwa bantuan yang diberikan sedikitnya telah mengobati kerinduan masyarakat khususnya siswa untuk mendapatkan pelayanan pendidikan secara lebih baik. Walaupun jumlahnya terbatas, karena disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah di sepakati dalam Musyawarah Kabupaten, namun telah memberikan dampak positif yang cukup signifikan dalam menunjang kegiatan sekolah.

Jumlah kehadiran siswa dan tingkat kelulusan siswa 2010 – 2011 meningkat menjadi 100% dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata hanya

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 24

antara 70% - 90% setiap tahunnya. Sumbangan yang sedikit itu ternyata berdampak besar untuk membangun pendidikan yang lebih baik.

Penuturan Kepala Sekolah MIN Kilongan berikut ini ingin menyarankan bahwa sekolah-sekolah yang berada di pelosok pun perlu mengembangkan kapasitas dan model pelayanan pendidikannya. Keterbatasan fisik sekolah tidak berarti mereka tidak perlu mengejar kualitas mutu pengajaran.

”Kini Menjadi Salah Satu SD Favorit” MIN Kilongan (Kab. Banggai, Sulawesi Tengah) Oleh: Emilianus Elip Tahun 2008 dan tahun-tahun sebelumnya MIN Kilongan hanyalah sekolah biasa yang tidak dikenal. Namun setelah tersentuh oleh program P2DTK dimana beberapa guru MIN Kilongan menjadi peserta pelatihan diantaranya pelatihan PAKEM, MBS, dan pengelolaan perpustakaan, kini MIN Kilongan setidaknya menjadi sekolah yang ”dilirik” oleh masyarakat disekitar Kilongan, bahkan kecamatan lain.

Begitulah kira-kira yang ingin diungkapkan oleh Zainuddin, kepala sekolah MIN Kilongan yang juga anggota UPKD pendidikan sejak tahun 2008. Ada 4 guru yang awalnya mengikuti berbagai pelatihan di bidang pendidikan yang dilaksanakan P2DTK Kab. Banggai, seperti pelatihan PAKEM dan MBS antara tahun 2008 – 2010. MIN Kilongan juga pernah mendapatkan bantuan ”bedah kelas” dari P2DTK untuk 3 kelas. Bedah kelas adalah suatu kegiatan untuk merubah situasi kelas lengkap dengan bahan ajar dan fasilitas yang dibutuhkan agar murid-murid merasa lebih betah di dalam kelas.

Dengan inisiatif bantuan P2DTK tersebut, MIN Kilongan terus menerus mengembangkan diri menjadi MIN (sekolah sederajat SD) yang lebih baik. Keempat guru yang telah dilatif tersebut sudah menularkan pengetahuan dan ketrampilannya kepada 17 guru lain di sekolahnya. Bahkan salah satu guru yaitu Ibu Isna, berkembang menjadi narasumber tentang PAKEM tidak hanya di lingkungan Kecamatan Kilongan tetapi juga di level Kabupaten Banggai.

Kini seluruh kelas yang sebanyak 6 kelas telah tersentuh ”bedah kelas”. ”Tiga kelas yang lain dibiayai sendiri oleh MIN Kilongan, dengan biaya rata-rata per kelas dua juta rupiah sampai tiga juta. Diakuai oleh Zainudin dan para guru tersebut bahwa dampak dari pendekatan ”bedah kelas” tersebut terhadap tingkat kehadiran, kebetahan, dan perkembangan belajar murid sangat signifikan. Murid-murid semakin betah berada di lingkungan sekolah. Tingkat jumlah murid membolos di jam-jam belajar sekolah menurun drastis. Perhatian murid terhadap guru dan materi ajar semakin membaik karena metode pengajaran tidak konvensional lagi, tetapi model ”dialog”. Guru dituntut harus semakin kreatif mengembangkan bahan ajar dan metode mengajar yang menarik.

Ketika ditanya sejauh mana sekolah-sekolah di Kabupaten Banggai menerapkan model ”bedah kelas” ini, Zainuddin memperkirakan bahwa sejauh pengamatannya sebagai Tim UPKD Pendidikan, kira-kira baru 4 sekolah SD dan sederajat yang menerapkannya. Tetapi kalau ditanya soal guru yang dilatih tentang PAKEM dan MBS, maka hampir seluruh sekolah telah mendapatkan pelatihan tersebut. Tentang penerapan belajar-mengajar model baru ”bedah kelas” tersebut akhirnya tergantung niatan kepala sekolah masing-masing. Setiap sekolah sesungguhnya mampu memulai dan menerapkan ”bedah kelas” secara bertahap di sekolah masing-masing. Bedah kelas dengan fasilitas sederhana biaya per kelasnya kira-kira bisa ditekan antara satu juta sampai satu setengah juta rupiah saja.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 25

Para orang tua murid menyambut baik dengan apa yang sudah dilakukan di MIN Kilongan. Mereka sangat mendukung dan senang anak-anaknya betah disekolahan. Kini MI Kilongan menjadi salah satu sekolah yang ”diinginkan” oleh para orang tua di lingkungan Kecamatan Kilongan. Kepercayaan dan perhatian masyarakat ini memicu para guru selalu berupaya mengembangkan kapasitas diri. Mereka berencana melakukan ”studi banding” di Ujung Pandang berkunjung ke beberapa sekolah yang dikenal bagus model pengajarannya. Ditambahkan oleh Zainudin, jika tidak ada aral melintang tahun depan semua guru MIN Kilongan berencana studi banding model pengajaran ke Jawa.

Kegiatan Pemuda “Membangun Informasi” Kegiatan pemuda sering kali dikonotasikan hanya dengan kegiatan olah raga, kesenian, atau pelatihan ekonomi produktif. Best practices kegiatan kepemudaan berikut ini memberikan inspirasi bahwa dari kegiatan pemuda dapat dikembangkan menjadi kebutuhan dan kepentingan masyarakat luas, baik kegiatan terkait P2DTK, informasi-informasi penting seperti pertanian, pendidikan, informasi harga-harga, bahkan informasi lain seperti undangan pernikahan, rapat pertemuan, dll.

“Akses Informasi dan Hiburan” Kecamatan Negara Batin, Provinsi lampung Oleh : Tulus Wahyu S dan Andi Zuriat Sadarkah kita bahwa akses informasi memegang peranan penting dalam pembangunan? Radio merupakan salah satu solusi untuk membuka akses informasi khususnya daerah-daerah tertinggal yang belum terjamah oleh pembangunan. Pembuatan pemancar radio FM, 600 Watt, dengan gelombang siar frekuensi 104,5 di Kecamatan Negara Batin merupakan kegiatan pemuda yang diprakarsai oleh program P2DTK. Keberadaan radio ini cukup efektif juga dalam mendiseminasikan informasi bagi masyarakat Negara Batin khususnya penyebarluasan informasi program P2DTK serta penyebaran informasi-informasi lain yang bermanfaat. Alhasil kegiatan ini masuk dalam salah satu kegiatan yang dapat dilaksanakan setelah melalui perengkingan.

Surya Adi Suwito, salah satu penyiar radio Suara Mas Muda Bangsa, mengatakan bahwa informasi terkini dapat diakses di 104.5 FM, terkadang kami memberikan informasi tentang jadwal dan agenda pertemuan di desa, setelah itu kami juga memberikan informasi tentang hasil pertemuan yang dilaksanakan, membantu dalam mobilisasi khususnya pelaksanaan program P2DTK. Suryo mengakui meski kondisi fisik radio “Suara Mas Muda Bangsa” 104.5 FM Kecamatan Negara Batin sangat sederhana, dengan perakitan manual, dengan sistem penyiaran yang sederhana, dengan pendanaan yang terbatas dan berbagai kendala termasuk perijinan Hak Siar, namun dilihat dari manfaat sangat besar bagi perkembangan pemuda di Kecamatan Negara Batin. Pemuda dapat menyalurkan bakat dan

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 26

kreatifitasnya melalui radio komunitas ini. Selain sebagai media informasi juga sebagai media hiburan.

Terkadang masyarakat sendiri yang datang kepada kami untuk memberikan informasi tentang undangan perkawinan ataupun berita duka. Tidak jarang juga ada yang minta request lagu sebagai pelipur lara. Selain sebagai media penyiaran, keberadaan radio komunitas ini membantu masyarakat sekitar dalam supply listrik hingga mencapai 40 KK (rumah). Aliran Genset yang digunakan radio masih memungkinkan untuk mensuplai listrik ke 40 KK yang bermukim disekitar stasiun Radio Pemancar yang belum dapat aliran listrik dari Pemerintah.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Best practices berikut ini menceritakan dua aspek pokok dari bidang kesehatan yang menjadi sasaran utama program Kementerian Kesehatan untuk wilayah tertinggal, yaitu penanggulangan gizi buruk dan akses terhadap air bersih.

“Pemberian PMT-Anak Sekolah” Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh Oleh : Mutia Nanda Masa pertumbuhan secara fisik dan mental sangat diperlukan dalam menunjang peningkatan kualitas hidup di masa mendatang. Peningkatan status gizi diperlukan dalam membangun manusia yang sehat dan berprestasi. Menyadari pentingnya hal itu Pihak UPKD bekerjasama dengan Puskesmas Leuser, Bidan Desa, serta guru sekolah, mengusulkan pelaksanaan kegiatan PMT-AS (Pemberian Makanan Tambahan-Anak Sekolah) serta penyuluhan PHBS bagi 739 siswa di 7 Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tenggara.

Pemberian makanan tambahan dilakukan 3 kali seminggu selama 3 bulan dan biaya makan sebesar @Rp. 4000. Program ini selaras dengan program nasional Kementerian Kesehatan yang dimulai sejak tahun 1996/1997, yang dilaksanakan secara lintas sektoral di pusatkan pada daerah tertinggal dan terisolir.

Kegiatan Program PMT-AS lahir dari hasil kajian teknis bidang kesehatan untuk didanai melalui proses Muskab pendanaan. Data Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2008 menemukan adanya sejumlah siswa dengan status gizi kurang. Jadi pemberiannya bukan berdasarkan permintaan, tapi berdasarkan kebutuhan, kata DMC Aceh Tenggara, Mutia Nanda. Tujuan PMT-AS adalah untuk meningkatkan ketahanan fisik anak sekolah melalui perbaikan status gizi dan pola hidup sehat yang diharapkan berdampak pada peningkatan minat belajar siswa dan mendorong prestasi belajar. Salah satu penyebab siswa yang gizinya kurang adalah perilaku pola makan yang tidak sehat.

Hal senada juga dikatakan oleh Pihak UPKD Kabupaten Aceh Tanggara, bahwa kegiatan ini diawali Pemeriksaan Antropometri pada anak SD yang dilaksanakan UPKD Kesehatan dan bekerjasama dengan Pihak Puskesmas, kemudian

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 27

Pemeriksaan Tinggi Badan dan Berat Badan Anak Sekolah bersama dengan Petugas Puskesmas dan Guru di lokasi pemberian PMT AS. Kegiatan ini selain memperkenalkan makanan tambahan juga membiasakan pola makan sarapan pagi pada anak sekolah sehingga dapat mendorong semangat dari siswa dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai calon peminpin di generasi berikutnya. Program PMT ini merupakan program gizi pada kelompok anak sekolah memiliki dampak yang luas tidak hanya pada peningkatan status gizi, tetapi diharapkan mempengaruhi siswa untuk membawa pesan dalam keluarga untuk pola makan sehat yang dipraktekkan melalui PMT-AS di sekolah. Bila anak sekolah kekurangan Energi Protein, daya tahan tubuh akan lemah sehingga akhirnya dapat mengganggu konsentrasi belajar mengakibatkan menurunnya prestasi siswa. Kita harapkan dengan PMT AS melalui program P2DTK dapat meningkatkan status gizi yang menambah daya tahan fisik sehingga siswa bisa mengikuti proses belajar mengajar dalam kondisi yang prima. Ungkap UPKD Aceh Tenggara.

Pola keterpaduan PMT ini dirangkaikan dengan penyuluhan reguler PHBS kepada sekolah yang mendapatkan program PMT. perilaku Hidup Bersih dan Sehat dimulai dari Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, mengkonsumsi makanan dan jajanan sehat, mengunakan jamban , olahraga , memberantas nyamuk, serta tidak membuang sampah di sembarang tempat. Kegiatan ini bersumber dari dana DAK tahun 2010, Kegiatan ini Berlangsung selama 3 bulan terhitung Oktober-Desember tahun 2010, dengan memantau perkembangan status gizi siswa. Meskipun perubahan dirasakan tidak signifikan, namun dapat memberikan kebiasaan kepada siswa tentang pentingnya asupan gizi dalam membantu proses belajar. Pola sarapan pagi yang diterapkan dalam PMT-AS diharapkan dapat dikembangkan oleh siswa dirumah.

Akses terhadap air bersih menjadi salah satu kegiatan/sub proyek yang cukup banyak dilaksanakan di bidang infrastruktur program P2DTK. Dengan kata lain sub proyek ini merupakan salah satu yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Bagi masyarakat di wilayah-wilayah kering di NTT seperti dikisahkan di dalam best practices berikut ini, ketersediaan air bersih memiliki keterkaitan yang kompleks tidak hanya mengenai kesehatan saja, tetapi juga berdampak pada perekonomian keluarga serta ketersediaan waktu anak-anak untukbersekolah.

“Sumber Air Su Dekat” Desa Niki-Niki Un, Kec. Oenino, Kab. TTS, NTT Oleh : Damianus Ola Sekarang sumber air su dekat, beta sonde terlambat lagi....

Suara lugu anak laki-laki dengan aksen Timor yang begitu kental itu sangat menarik perhatian pemirsa televisi. Tidak sedikit pengguna ponsel yang sudah meng-up load suara anak itu menjadi nada panggilan di ponselnya. Iklan produk sebuah pabrik air minum kemasan itu diseting begitu cair dan komunikatif, melukiskan puncak kegembiraan warga Desa Suni di Kecamatan Noebana, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), karena air bersih akhirnya masuk di perkampungan mereka. Ada ibu rumah tangga dan pria paruh baya yang tertawa lepas dengan bibir dan gigi kemerahan air sirih pinang. Juga sekelompok anak-anak sekolah berlarian sambil bernyanyi gembira menyambut datangnya air bersih di perkampungan mereka.

Bagi kebanyakan anak-anak di kampung, mengambil air di sungai, di kali atau di sumber air lainnya --berapa pun jaraknya dari rumah-- adalah tugas wajib. Bahkan menjadi agenda pertama di pagi hari, sebelum ke sekolah. Tidak jarang, anak-anak dihukum orangtuanya karena belum melaksanakan "kewajibannya" itu. Itu sebabnya, masuknya air bersih ke kampung mereka, sama dengan datangnya

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 28

kebebasan dan kemerdekaan bagi anak-anak. Mereka lepas dari tugas yang wajib itu.

Kebebasan macam itu jua yang selama ini dirindukan anak-anak di Desa Niki-Niki Un di Kecamatan Oenino. Di desa itu ada sekitar 50-an anak SD, belasan anak SMP dan empat orang anak SMA. Anak-anak SD harus berjalan kaki sekitar 30-45 menit baru tiba di sekolah. Belasan anak SMP dan SMA itu lebih jauh lagi jalan kaki, yaitu sekitar 8 Km (pergi pulang 16 Km) ke Niki-Niki, karena SMA dan SMP hanya ada di Niki-Niki. Sukar membayangkan anak-anak itu bisa masuk sekolah tepat waktu. Apalagi mereka masih harus ke kali untuk mengambil air membantu ibu di rumah. Sukar pula membayangkan bagaimana anak-anak itu tiba di sekolah dan mengikuti pelajaran dengan nyaman dalam kondisi mandi keringat. Tidak sedikit dari anak-anakitu yang berangkat sekolah tanpa sarapan.

Kini, anak-anak sekolah di kampung sudah terbantu karena jalan raya sudah dibuka ke desa mereka melalui P2DTK. Angkutan pedesaan memang belum masuk tapi setidaknya sepeda motor ojek sudah bisa melayani warga di sana, termasuk anak- anak sekolah. Namun dengan tarif ojek yang berkisar antara Rp. 10.000, sampai Rp. 15.000,- ke Niki-Niki, orangtua anak- anak di kampung masih merasa terlalu berat, kecuali ada kebutuhan yang sangat mendesak seperti ujian dan lainnya. Penghasilan orang tua yang hanya mengandalkan Kemiri dan Asam yang harganya sekitar Rp 1.500/kg, memaksa para orangtua untuk mengekang belanja hanya untuk kebutuhan-kebutuhan pokok. "Kadang hasil jual Kemiri dan Asam itu dipakai untuk membeli air minum. Warga di sini sangat susah air. Letak sumber air lebih rendah dari pemukiman dan kini mulai kering," keluh Camat Oenino, Drs. Alex Nakamnanu.

Begitulah nasib anak-anak di kampung itu, dan bahkan ribuan anak-anak di pedalaman TTS. Hidup di wilayah kering dan panas serta selalu kekurangan air, fisik kebanyakan anak-anak itu pun terlihat "kering". "Kami hidup di daerah yang kering dan keras. Karena itu wajah kami juga kering dan keras, sulit sekali tersenyum. Biar sedang nyanyi lagu gembira, kami sulit tersenyum. Alam menjadikan kami seperti ini," kata Bapak Camat Nakamnanu disambut tawa lepas hadirin. Dan para tokoh adat menitipkan pesan, "Kembalilah ke kota dan ceriterakan apa yang sudah dilihat di tanah kami ini”.

HCU dan Transparansi Pembangunan Fungsi komponen HCU di dalam P2DTK adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kemungkinan akan munculnya penyalanggunaan dan P2DTK, sekaligus melakukan menegakkan hukum atas pelaku yang terbukti melakukan korupsi. Dibalik itu semua tujuan idealnya adalah mempromosikan akuntabilitas dan transparansi keuangan dalam pembangunan di daerah-daerah, yang selama ini disinyalir penuh korupsi. Best practices berikut ini merupakan salah satu contoh proses HCU berbasis pengaduan masyarakat yang terbukti efektif sebagai kontrol atas ditegakkannya transparansi pembangunan di P2DTK.

“Dari BLM ke Hotel Prodeo” Kec.Kayoa, Kab. Halmahera Utara, Maluku Utara Oleh : Bento Prahara (Konsultan Pendidikan) Sudah cukup sering kita disuguhkan pemberitaan mengenai kasus korupsi , baik yang kini sedang menjalani proses penyidikan maupun yang tengah menunggu putusan pengadilan. Sebagian besar pelaku tergolong pemangku jabatan yang

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 29

diberikan kepercayaan oleh masyarakat. Salah satu kasus yang kemudian menggiring tersangka menuju “hotel prodeo” adalah pemangku jabatan Ketua UPK Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, Bapak Hairun Mailoa, dengan dakwaan Penyalahgunaan dana Bantuan Sosial Masyarakat (BLM) program P2DTK TA 2009.

Hairun Mailoa adalah salah satu kandidat wakil masyarakat yang ikut dalam bursa pemelihan ketua UPK P2DTK di kecamatan Kayoa pada tahun 2008. Hairun akhirnnya terpilih dalam forum Musyawarah Kecamatan sebagai ketua UPK dan di tetapkan dalam Surat Keputusan Camat pada tanggal 27 Juli 2008 bersama dua teman lainnya Nujria Junaidi (sekretaris) dan Nurmia Idrus (bendahara). Perjalanan karirnya sebagai ketau UPK dari tahun 2008 s.d Desember 2009, dalam mengawal pelaksanaan program P2DTK di kecamatan Kayoa berjalan dengan baik dan lancar. Januari 2010, karir Hairun sebagai ketua UPK mulai diragukan dengan adanya pengaduan dari Pendamping Lokal dan masyarakat lewat SMS ke HCU PMC Maluku Utara (Lucky Sondakh) bahwa Hairun bersama Rahmad Samad (FK), diam-diam mencairkan dana BLM sebesar Rp. 159 Juta, alokasi untuk pakain seragam SD dan kegiatan rehabilitasi jembatan kayu di desa Guruapin.

Setalah dilakukan investigasi oleh HCU PMC dan KM Kab. Halsel, ternyata dana tersebut sudah digunakan oleh saudara Hairun sebesar Rp. 67 Juta, dengan alasan dipinjamkan kepada orang lain. Sebelum kasus ini dilaporkan resmi ke PMC, hasil pantaun masyarakat Kayoa yang berdomisili di kota kabupaten (Labuha), Hairun Mailo hampir setiap malam bersenang-senang, minum-minum di tempat hiburan malam (karaoke), bahkan dia bertindak sebagai juragan bagi teman-temannya. Selama mereka “bersenang-senang” dapat menghabiskan uang Rp 1 s.d 2 juta. Kondisi ini tentunya menimbulkan kecurigaan masyarakat, karenah Hairun tidak memiliki pekerjaan tetap, apalagi dia hanya sebagai warga masyarakat biasa di desanya.

Pada bulan Pebruari 2010, kasus ini resmi dilaporkan dalam forum masyarakat yang difasilitasi oleh HCU PMC. Keputusan forum memberi kesempatan bagi Hairun segerah mengembalikan dana tersebut. Hingga bulan Agustus 2010, dana tersebut belum dikembalikan bahkan Hairun kabur dari Kayoa. Akhirnya pada tanggal 9 Agustus 2010 masyarakat resmi melaporkan kasus ini ke pihak Polsek Kayoa. Dengan upaya pihak Polsek, Hairun di tangkap dan diproses sesuai hukum formal, sampai pada persidangan di Pengadilan Negeri Labuha. Setelah melewati proses persidangan selama 5 kali dalam kurun waktu 1,5 bulan, maka pada tanggal 16 Pebruari 2011, Majelis Hakim yang dipimpin oleh M. Resa Latuconsina, SH dan didampingi dua hakim anggota masing-masing Lutfi Alzagi, SH dan Ferdilal, SH memutuskan bahwa Hairun Mailoa bersalah dan melangar pasal 374 KUHP tentang penggelapan dana, dan di vonis penjara selama 17 bulan dan denda Rp. 10.000.000. Amar putusan PN Nomor : 198/Pid.B/2010/PN.LBH. Selaku bagian dari warga negara, kita tentu saja memimpikan hukum yang berkeadilan dan mengayomi seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali seperti ini.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 30

Kapasitas Perencanaan Aparat Pemerintah Pengembangan kapasitas, khususnya kapasitas perencanaan dan pengelolaan pembagunan bagi aparat pemerintah didalam program P2DTK, dimaksudkan untuk paling tidak beberapa hal berikut: (1) Meningkatkan kemampuan perencanaan partisipatif sesuai kebutuhan masyarakat di kalangan instansi pemerintah; dan ke- (2) Mengintegrasikan model perencanaan dan pengelolaan kegiatan program P2DTK bisa diadopsi dalam sistem pengelolaan pembangunan pemerintah daerah. Best pratices mengenai sistem perencanaan berikut inimemaparkan bagaimana harapan-harapan tersebut di atas sudah terjadi di kalangan aparatur pemerinatahan dan apa saja tingkat kesulitan yang dihadapi.

”Perencanaan Reguler dan P2DTK: ”Belum Sinkron” Kab. Toju Una Una, Sulawesi Tengah Oleh: Emilianus Elip Syaiffudin bergabung di P2DTK sejak 2010 dan Andiruslan bergabung sejak 2008. Mereka berdua, melalui P2DTK, pernah mengikuti pelatihan-pelatihan seperti pelatihan Tim Kegiatan Teknis, pelatihan Design dan RAB, serta Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa. Sebagai Tim UPKD Sfaifuddin dan Andi R. terlibat di seluruh proses-proses perencanaan, implementasi, dan pelaporan-pelaporan kegiatan di tim UPKD masing-masing. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap program P2DTK dinilai sangat baik oleh Syaifuddin dan Andi R karena adanya ”transparansi perencanaan pembangunan” yang dibangun oleh P2DTK. Ada beberapa hal yang menyebabkan kepercayaan masyarakat itu muncul. Pertama, apa yang diprioritaskan oleh masyarakat di Musrenbang Dusun-Desa sampai Kecamatan, sebagian besar bisa tertampung dan terealisasi oleh P2DTK. Kedua, masyarakat bisa ”mengontrol” proses perencanaannya sampai penilaian prioritas mana kegiatan yang didanai dan yang tidak melalui forum perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten. Rata-rata 60-70% hasil Musrenbang dapat didanai oleh P2DTK. Begitu pula dalam hal pertanggungjawaban kegiatan, masyarakat bisa mengontrol dan memperoleh informasinya melalui forum musyawarah pertanggungjawaban. Proses transparansi perencanaan dan implementasi pembangunan di daerah melalui P2DTK ini yang sangat membedakan dengan model ”perencanaan reguler” yang biasanya dilakukan oleh Pemda. Namun di sisi lain hal yang perlu dicermati, menurut mereka berdua adalah, menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perencanaan reguler daerah ketika disandingkan dengan sistem P2DTK. Dari sudut pengembangan kapasitas perencanaan pembangunan, Syaifuddin dan Andi R mengaku bahwa mereka saat ini mempunyai bekal kapasitas yang cukup dalam bidang perencanaan dengan belajar dari proses P2DTK. Mereka juga menilai bahwa anggota Tim-Tim UPK yang lain pun mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang relatif sama. Namun persoalannya sinkronisasi ataupun integrasi model perencanaan P2DTK kepada model perencanaan reguler di tingkat kabupaten tidak semudah seperti ”membalikkan telapak tangan”. Upaya sinkronisasi semacam itu membutuhkan kebijakan tertentu dari pimpinan pemerintah daerah untuk menerapkannya, dan di Kab. Toju Una Una belum mengarah ke upaya tersebut. Tingkat kesulitan sinkronisasi tersebut menurut analisa Syaifuddin dan Andi R disebabkan oleh satu hal pokok yaitu perbedaan waktu (periode) proses perencanaan. PNPM-P2DTK periodenya dimulai di bulan Juli, sementara perencanaan reguler biasanya di bulan Maret. Jika periodisasi

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 31

perencanaan ini bisa relatif sama maka ada beberapa keuntungan yang bisa dicapai, khususnya bagi upaya perbaikan sistem perencanaan daerah, yaitu antara lain: (1) Mutu penjaringan aspirasi dari bawah di perencanaan reguler kualitasnya bisa di tingkatkan karena bisa bersamaan dengan proses P2DTK ketika penjaringan di dusun-dusun/desa; (2) Proses prioritasi dan transparansi pembangunan dari perencanaan reguler juga bisa ditingkatkan; (3) Forum-forum musyawarah pertanggungjawaban bisa dimanfaatkan oleh pemda untuk ikut mempertanggungjawabkan proyek-proyek mereka. Pengaruh model perencanaan P2DTK di tingkat dinas dan sustainabiliatas kegiatan: Apakah kapasitas perencanaan yang sudah dimiliki oleh anggota Tim UPKD bisa ”mewarnai” proses perencanaan di dinas? Diakui oleh Andi R (staff PU) bahwa kapasitas perencanaan yang dimiliki anggota Tim UPKD infrastruktur belum mampu mewarnai model perencanaan di Dinas PU yang konvensional. Hanya saja data-data dari perencanaan P2DTK sangat bermanfaat bagi PU dalam hal untuk memilih proyek-proyek yang tidak tertampung di P2DTK mungkin bisa dimasukkan atau di danai oleh PU. Berbeda dengan di Dinas Kesehatan Kab. Toju Una Una. Menurut pengalaman Syaifuddin (staff Bagian Promosi Kesehatan), sejauh ini memang model perencanaan yang dilakukan P2DTK belum teradopsi ke tingkat sistem perencanaan Dinas Kesehatan. Namun Syaiffuddin memastikan bahwa di tingkat Unit Bagian-nya khususnya di Bagian Promosi Kesehatan model perencanaan P2DTK telah mempengaruhi cara penentuan dan penyusunan program di unit bagiannya. Meskipun pengaruh itu belum cukup kuat, namun Syaiffuddin mengungkapkan bahwa di unit/bidangnya saat ini telah terjadi dua hal penting: (1) Telah melakukan semacam musrenbang dan kajian teknis dalam perencanaan yang terkait isu-isu promosi kesehatan; (2) Sebagian besar satff di unit Bidang Promosi Kesehatan mulai berpikir kepada dampak yang diinginkan dalam merencanakan kegiatan. Pada Siklus 3 tahun 2010 Tim UPKD Kesehatan Kab. Toju Una Una melaksanakan pelatihan Pemantapan dan Pengembangan Model Desa Siaga, dengan dana Rp. 562.500,- (dipihak ketigakan). Target peserta adalah para kader kesehatan dari 8 desa. Pelatihan ini dalam rangka pengembangan program PHBS (Perilaku Hidup bersih dan sehat). Dana P2DTK, yang bisa dianggap sebagai ”dana inisiatif”, dimanfaatkan hanya sampai tingkat melatih para kader kesehatan di tingkat desa, dan belum sampai pada tingkat ”pelaksanaan” desa siaga di lapangan. Dinas Kesehatan melanjutkan kegiatan tersebut dalam perencanaan tahunan mereka dengan program kegiatan Pendampingan Penataan PHBS dan Pertemuan Lintas Sektor pada tahun-tahun berikutnya. Saat ini pengembangan desa siaga tersebut telah mencakup 14 desa. Program yang akhirnya dikembangkan ke 14 desa tersebut dikenal dengan nama program Desa Siaga ”Sivia Patuju”. Bedanya program desa siaga ini dengan program desa siaga sebelumnya, adalah bahwa program ini diawali dengan identifikasi masalah (semacam kajian teknis) mulai dari tingkat bawah yang dilakukan oleh para kader kesehatan di desa-desa. Meskipun model perencanaan P2DTK telah menambah wawasan dan kapasitas para aparatur pelaku P2DTK di Tim-Tim UPKD dalam hal perencanaan dan implementasi program yang mendukung tugas-tugas mereka, namun Syaiffuddin menyayangkan bahwa sudah lima tahun P2DTK berjalan kegiatan-kegiatan UPKD Kesehatan belum mampu terintegrasi dengan Tupoksi di Dinas Kesehatan. Jika ada tugas-tugas tertentu yang diperintahkan oleh Kepala Dinas, terpaksa dia harus meninggalkan kegiatannya UPKD meskipun banyak yang harus dikerjakan.

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 32

Kegigihan Seorang Fasilitator Perempuan Lepas dari segala kekurangan teknis tentang kiprah fasilitator maupun konsultan P2DTK seperti dijelaskan di bab-bab sebelumnya, terdapat sisi-sisi “pribadi” yang kiranya perlu dipertimbagkan sebagai bagian dari kekuatan melakukan kerja-kerja pemberdayaan di wilayah-wilayah yang sangat beresiko. Kisah tentang “Yovita” berikut ini, mungkin hanya salah satu saja dari puluhan kisah serupa yang tidak terdeteksi dari sudut ukuran format kinerja maupun proses rekrutmen awal. Para “frontier” (ujung tombak) fasilitator dan konsultan P2DTK mungkin saja sebagian adalah orang-orang dengan komitmen pribadi yang tinggi. “Keberanian Yang Mengharukan” Kecamatan Loloda, Provinsi Maluku Utara Oleh : Yovita

Apa yang bisa kita berikan kepada masyarakat atau seberapa kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan

perfomance kepribadian kita. Rasulullah SAW berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling

bermanfaat bagi manusia yang lain” Tanggal 29 Januari 2009, hari menjelang siang, cakrawala diatas Pelabuhan Tobelo-Loloda, Provinsi Maluku Utara tidak seperti biasanya. Angin kencang menyisir permukaan laut, menggiring ombak bergulung menghempas dan siap menenggelamkan apa saja yang ditemui. Langit berselimut mendung tebal. Cuaca sebenarnya kurang mendukung bagi perjalanan laut, terutama untuk kapal kecil sekelas speed boat. Namun speed boat tetap berlayar menuju Kecamatan Loloda. Waktu tempuh diperhitungkan 6 - 7 jam. Enam orang penumpang dan seorang awak berada di dalam kabin.

Salah satu penumpang adalah Yovita Dahlia Letor (30-an), FK P2DTK yang bertugas di Kecamatan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara. Yovita yang ditemani UPK Loloda Utara itu, baru saja mencairkan dana BLM senilai Rp. 60 juta dari BRI Cacang Tobelo, Halmahera Utara. Uang dikemas di sebuah kantung plastik dan disimpan di dalam kardus. Setelah empat jam berlayar, sekitar pukul 15.00 tampak ombak besar sedang bergulung-gulung dengan suara menggelegar. Sebuah terjangan ombak membuat speed boat mendongak dan terbalik menumpahkan para penumpangnya ke laut.

Semua penumpang berusaha keras agar tidak tenggelam dengan berpegangan bibir speed boat dan berupaya mempertahankan diri tetap mengambang. Tapi Yovita bertindak lain. Dia justru terjun kelaut dan langsung menyelam. Yang ada dalam kepala perempuan asal NTT ini adalah dana BLM Rp. 60 Juta yang tersimpan di dalam kardus. Seraya menahan arus bawah laut yang deras, sepasang mata Yovita yang mahir berenang ini menyapu sekeliling mencari kardus uang. Kardus itu melayang di bawah permukaan laut dipermainkan arus. Tanpa menghiraukan keselamatannya Yovita bergerak cepat menyambar bungkusan tersebut. Seraya

Laporan Akhir KM. Nas | Hal. V - 33

mendekap erat kardus, Yovita berenang melawan terjangan ombak balik ke speed boat yang masih terbalik dan digelayuti para penumpang.

Seluruh penumpang berupaya keras membalikkan kembali speed boat berbahan fiberglass tersebut, dan satu persatu memanjat masuk ke dalam kabin. Setelah ditolong sejumlah nelayan, speed boat berhasil merapat di pantai. Untunglah pantai tempat Yovita dan kawan-kawan merapat merupakan bagian wilayah Kecamatan Loloda Utara. Dan di antara penduduk di situ ada yang mengenal Yovita. Setibanya di pantai bungkusan uang dibuka. Seluruh uang basah. Kemudian dibantu penduduk setempat uang dijemur di atas pasir. Setiap lembar uang yang dijemur ditindih batu agar tidak terbang. Setelah kering uang dikumpulkan kembali dan dihitung ulang: “Tetap utuh Rp. 60 Juta”.

Yovita Dahlia Letor berhasil menyelamatkan dana bantuan untuk program P2DTK di Kecamatan Loloda Utara. Berkat keberanian Yovita itu warga Kecamatan Loloda Utara berhasil merealisasikan rencana kegiatan mereka. Yovita telah mempertaruhkan nyawanya, dan tidak hanya itu saja! Sungguh sebuah “semangat keberpihakan” yang dibayar mahal, mengapa? Sebab janin dalam rahimnya yang berumur dua bulan terpaksa keguguran.

Laporan Akhir KM.Nas | Hal. VI - 1

Bab 6. Rekomendasi dan Penutup

Berlandaskan pada pemaparan mengenai hambatan-hambatan pelaksanaan P2DTK dan lesson learnded yang ditemukan, maka berikut ini disampaikan rumusan-rumusan rekomendasi. Rekomendasi tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi persiapan penyusunan konsep maupun pelaksanaan P2DTK tahap selanjutnya, atau bermanfaat pula bagi pelaksanaan program-program pemberdayaan serupa. Rumusan rekomendasi tersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu: (1) Rekomendasi terkait dengan mekanisme pengendalian proyek; (2) Rekomendasi terkait dengan implementasi proyek; (3) Rekomendasi terkait dengan pengelolaan dana; dan (4) Rekomendasi terkait dengan keberlanjutan program. 6.1. Rekomendasi

6.1.1. Rekomendasi Terkait Dengan Mekanisme Perencanaan

(1) Komimen daerah mengenai perencanaan partisipatif belum maksimal sehingga perlu dilakukan pendekatan kepada legislatif untuk mengkomunikasikan proses dan hasil kegiatan, serta melakukan pendekatan-pendekatan untuk penguatan peraturan daerah yang terkait dengan program P2DTK.

(2) P2DTK seyogyanya memberikan porsi pendekatan dan waktu yang lebih optimal untuk mendorong legislatif di daerah membuat Perda perencanaan partisipatif sebagai pedoman bagi semua program yang masuk di daerah tersebut.

(3) Proses dan pentahapan di P2DTK dirasakan sangat panjang sehingga perlu dilakukan penyederhanaan mekanisme termasuk struktur organisasinya.

(4) Perlunya Memberikan pemahaman kepada kelompok masyarakat (secara lebih mendalam) akan dampak pembangunan dengan melepaskan ego daerah dan memilih kegiatan yang mempunyai dampak multifyer effect yang lebih luas.

(5) Membuat Perda Perencanaan partisipatif sebagai pedoman semua program yang masuk di daerah tersebut.

Komimen daerah terkait dengan adopsi pendekatan perencanaan P2DTK belum dibuktikan dengan adanya regulasi daerah mengenai perencanaan partisipstif. P2DTK perlu memberikan porsi waktu dan tenaga ahli untuk mengawal proses regulasi daerah

Laporan Akhir KM.Nas | Hal. VI - 2

6.1.2. Rekomendasi Terkait Dengan Implementasi Proyek (1) Ditunjuk Satker dari tenaga fungsional/staf yang tidak menduduki

jabatan struktural agar tidak mudah terjadi mutasi yang sangat mengganggu proses kegiatan di P2DTK.

(2) Rekrutmen dan mobilisasi konsultan perlu dilaksanakan secara serempak dan tepat waktu dari segi kebutuhan konsultan, sebab mobilisasi yang tidak seragam akan meyembabkan kualitas pendampingan yang timpang.

(3) Di Pedum perlu dibuatkan aturan perwakilan perempuan secara lebih spesifik kearah keterwakilan kelembagaan perempuan.

(4) Perlu dipikirkan penyederhanaan proses, mekanisme termasuk struktur organisasi P2DTK

(5) Penyusunan Laporan Program sebaik dibuat setiap siklus/TA dengan format yang baku, sehingga saat Laporan akhir dan serah terima alih kelola akan lebih mudah dikompilasi.

6.1.3. Rekomendasi Terkait Dengan Pengelolaan Dana

. (1) DIPA diharapkan tepat waktu, harus diterbitkan tepat pada awal tahun,

sehingga mekanisme pengelolaan pelaksanaan kegiatanb bisa sesuai dengan Pedum. DIPA yang terlambat membuat seluruh mekanisme proyek seakan-akan hanya mengejar target waktu, sehingga berdampak pada kurang maksimalnya pelaksanaan pada setiap tahapkegiatan.

(2) Diperlukan adanya standarisasi audit oleh BPKP terhadap temuan P2DTK antar daerah penerima bantuan, sebab sering terjadi pergantian personel auditor BPKP standard yang dipakai juga berbeda.

(3) Dikembangkannya format laporan keuangan yang berstandard

6.1.4. Rekomendasi Terkait Dengan Keberlanjutan Program

(1) Kiranya perlu dipikirkan secara matang untuk memberikan strategi baru di P2DTK dalam hal internalisasi berbagai kapasitas terkait dalam rangka menyiapkan sumberdaya manusia secara terus menerus untuk menjaga keberlanjutan dapat berlangsungan pendekatan, nilai, dan prinsip P2DTK.

(2) Proses alih kelola aset-aset P2DTK perlu diadvokasikan kepada pemerintah daerah sejak awal program atau awal tahun siklus, sehingga setiap akhir tahun sudah dapat diakomodir oleh pemerintah daerah melalui peraturan daerah mengenai aset daerah. Dengan demikian kepastian keberlanjutan operasionalisasi pemeliharaan aset P2DTK lebih terjamin

(3) Pelaku-pelaku P2DTK di daerah bersifat kepanitian ad-hock yang sangat rentan untuk keberlanjutannya setelah proyek atau program selesai. Oleh karena itu perlu diupayakan sebuah sistem atau mekanisme yang mampu mengintegrasikan pelaku-pelaku tersebut ke dalam mekanisme

Perlu dilakukan rekrutmen dan mobilisai konsultan secara serempat baik dari segi waktu dan keahlian yang dibutuhkan. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi maka akan terjadi kualitas pendampingan yang timpang dan tidak seragam.

Proses alih kelola aset-aset P2DTK perlu diadvokasi kepada pemrintah daerah dan dilakukan alih kelola setiap tahun, agar mendapatkan keterjaminan pemeliharaan aset pasca proyek.

Laporan Akhir KM.Nas | Hal. VI - 3

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah, agar kapasitas yang sudah diberikan kepada personil-personil aparatur pemerintah daerah dapat terus bermanfaat.

6.2. P e n u t u p

Tim KM. Nas mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak pelaku-pelaku P2DTK di tingkat Pusat, pelaku di tingkat provinsi, dan kabupaten, juga kepada para konsultan di propinsi, kabupaten, serta jajaran mitra pelaksana P2DTK di tingkat masyarakat atas segala perhatian, bantuan, dan kerja sama yang baik selama proses pelaksanaan P2DTK 2007 – 2012. Segala kelemahan dan kekurangan dalam pendampingan teknis yang menjadi tanggung jawab KM. Nas tentu merupakan pembelajaran yang amat berharga bagi KM. Nas maupun para tenag ahli yang bergabung di dalamnya. Sementara capaian-capaian yang mungkin dinilai cukup baik, merupakan jerih payah bersama semua unsur pelaku P2DTK mulai dari tingkat Pusat sampai tingkat masyarakat. Capaian-capaian tersebut semoga terus menerus memicu upaya untuk selalu memberikan fasilitasi pemberdayaan yang terbaik kepada masyarakat di wilayah-wilayah yang masih tertinggal. Akhirnya dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta berkat rahmat dan ridho-Nya, semoga Laporan Akhir Pendampingan Teknis KM. Nas Program P2DTK 2007 s.d. 2012 ini memberikan inspirasi baru bagi kerja-kerja pemberdayaan masyarakat selanjutnya.

L A M P I R A N

Laporan Akhir KM.Nas |Lampiran - 1

Peta Lokasi KegiatanP2DTK – Bagian 1

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 2

Wilayah Sasaran P2DTK – Bagian 2

Tabel 2.01. Nama Provinsi, Jumlah Kabupaten dan Kecamatan Sasaran P2DTK

No Nama Provinsi Jumlah

Kabupaten Jumlah

Kecamatan

1 Aceh 17 Tidak ada sasaran kecamatan

2 Sumatera Utara 2 Tidak ada sasaran kecamatan

3 Bengkulu 3 18 4 Lampung 3 17 5 Nusa Tenggara Timur 6 29 6 Kalimantan Barat 3 28 7 Kalimantan Tengah 3 17 8 Sulawesi Tengah 4 25 9 Maluku 5 32

10 Maluku Utara 5 20

10 Provinsi 51 kabupaten 186 kecamatan Suber: KM Nas.

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 3

Jumlah Pemanfaat P2DTK - Bagian 3

Tabel 3.01. Daftar Jumlah Pemanfaat P2DTK Dibanding Jumlah Penduduk di Wilayah Masing-Masing

Kabupaten Pemanfaat % Pemanfaat

Terhadap Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk

P2DTK ACEH -NIAS 1. PROVINSI ACEH

1 SIMEULUE 45,088 52.84% 85,324 2 ACEH SINGKIL 76,393 73.13% 104,469 3 ACEH SELATAN 92,526 44.04% 210,111 4 ACEH TENGGARA 36,285 17.24% 210,457 5 ACEH TIMUR 68,820 17.89% 384,716 6 ACEH TENGAH 19,127 10.28% 186,110 7 ACEH BARAT 63,533 34.79% 182,627 8 ACEH BESAR 98,532 29.02% 339,522 9 PIDIE 105,592 26.63% 396,500

10 BIREUEN 146,212 35.96% 406,593 11 ACEH UTARA 74,811 13.57% 551,139 12 ACEH BARAT DAYA 86,134 68.52% 125,708 13 GAYO LUES 45,945 58.81% 78,125 14 ACEH TAMIANG 132,519 51.33% 258,175 15 NAGAN RAYA 55,562 39.10% 142,099 16 ACEH JAYA 61,961 78.88% 78,555 17 BENER MERIAH 42,592 34.88% 122,101

2. PROVINSI SUMATERA UTARA

18 NIAS 17,342 3.89% 445,249 19 NIAS SELATAN 95,587 26.98% 354,268

Sub Total Aceh-Nias 1,364,561 29% 4,661,848

P2DTK NASIONAL

Kabupaten Pemanfaat % Pemanfaat Terhadap

Jumlah Penduduk Jumlah

Penduduk

3. PROV. BENGKULU 20 BENGKULU SELATAN 120,995 77.79% 155,532 21 SELUMA 163,862 86.20% 190,104 22 KEPAHIANG 76,102 54.29% 140,180

4. PROV. LAMPUNG 23 LAMPUNG TIMUR 624,983 65.79% 949,984 24 LAMPUNG UTARA 298,106 48.36% 616,404 25 WAY KANAN 218,612 51.75% 422,473

5. PROV. NUSA TENGGARA TIMUR

26 SUMBA BARAT 83,392 76.52% 108,977 SUMBA BARAT DAYA 86,386 32.20% 268,301

27 TIMOR TENGAH SELATAN 220,865 49.55% 445,759 28 BELU 181,063 48.67% 371,995 29 ALOR 33,679 17.56% 191,825 30 LEMBATA 54,145 48.64% 111,311 31 FLORES TIMUR 161,601 70.49% 229,238 6. PROV. KALIMANTAN BARAT

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 4

Kabupaten Pemanfaat % Pemanfaat

Terhadap Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk

32 SAMBAS 323,340 60.42% 535,164 33 BENGKAYANG 134,652 61.22% 219,963 34 SANGGAU 326,185 84.45% 386,245 7. PROV. KALIMANTAN TENGAH

35 KOTAWARINGIN TIMUR 276,056 82.51% 334,564 36 SERUYAN 22,126 16.45% 134,504

37 KATINGAN 79,598 56.90% 139,885

8. PROV. SULAWESI TENGAH

38 BANGGAI 206,197 65.92% 312,820 39 MOROWALI 106,805 55.57% 192,192 40 POSO 134,806 69.39% 194,284 41 TOJO UNA-UNA 60,124 46.11% 130,391

9. PROV. MALUKU

42 MALUKU TENGGARA BARAT 97,817 57.30% 170,704 43 MALUKU TENGGARA 57,406 55.98% 102,543 44 MALUKU TENGAH 74,875 19.52% 383,642 45 BURU 94,695 59.10% 160,234 46 SERAM BAGIAN TIMUR 67,317 69.30% 97,145 10. PROV. MALUKU UTARA

47 HALMAHERA BARAT 55,061 52.95% 103,989 48 HALMAHERA TENGAH 26,418 71.32% 37,043 49 KEPULAUAN SULA 78,423 52.92% 148,193 50 HALMAHERA SELATAN 84,203 39.87% 211,203 51 HALMAHERA UTARA 142,005 66.36% 213,979

Sub Total P2DTK Nasional 4,771,900 56.74% 8,410,770

Total Seluruh Wil P2DTK 6,136,461 46.94% 13,072,618 Sumber: KM Nas Tabel 3.02. Jumlah Pemanfaat P2DTK Menurut KK Miskin

No. Provinsi Jumlah

Penduduk Jumlah

Pemanfaat

% Pemanfaat Terhadap Populasi

Jumlah KK

Miskin

% KK Miskin Terhadap

Pemanfaat

1 Aceh 3,862,331 1,251,632 32% 741,761 59%

2 Sumatra Utara 799,517 112,929 14% 42,169 37%

3 Bengkulu 485,816 360,959 74% 67,305 19%

4 Lampung 1,988,861 1,141,701 57% 294,929 26%

5 Nusa Tenggara Timur 1,727,406 821,131 48% 560,673 68%

6 Kalimantan Barat 1,141,372 784,177 69% 435,609 56%

7 Kalimantan Tengah 608,953 377,780 62% 62,657 17%

8 Sulawesi Tengah 829,687 507,932 61% 198,053 39%

9 Maluku 914,268 392,110 43% 177,572 45%

10 Maluku Utara 714,407 386,110 54% 195,137 51%

Total 13,072,618 6,136,461 47% 2,775,865 45% Sumber: KM Nas

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 5

Pengembangan Kapasitas Para Pelaku dan Masyarakat Sasaran P2DTK – Bagian 4

SUMBER DANA NON DOK Tabel 4.01. Pelaksanaan Capacity Building Pelaku Program P2DTK Aceh-Nias Bersumber dari Dana Non DOK dan Sumber Lain

No Kegiatan Durasi

(Hari) Lokasi

Unsur Peserta Keterangan

Pemerintah Masyarakat Konsultan Jumlah

Pra Tugas 1 Pelatihan Pra Tugas

Konsultan Proram P2DTK 7 Brastagi Sumatera

Utara 56 0 54 110 Memberikan pemahaman tugas,

mekanisme pelaksanaan review, & mekanisme pelaporan.

2 Pelatihan Pratugas DPC Pusat dan Provinsi

3 Jakarta 0 0 10 10 Memberikan pemahaman tugas, mekanisme pelaksanaan review, & mekanisme pelaporan.

3 Pelatihan Pratugas DPC Aceh

3 Banda Aceh 0 0 17 17 Memberikan pemahaman tugas, mekanisme pelaksanaan review, & mekanisme pelaporan.

Presentasi

4 Presentasi Hasil Identifikasi Pendidikan

5 Kabupaten 204 119 17 340 Memahami hasil identifikasi pendidikan untuk bahan proses perencanaan program P2DTK di masing-masing daerah

5 Presentasi Hasil Identifikasi Kesehatan

3 Banda Aceh 61 0 21 82 Memahami hasil identifikasi kesehatan untuk bahan proses perencanaan program P2DTK di masing-masing daerah

Deseminasi/Sosialisasi

6 Sosialisasi Regional PNPM Mandiri

1 Medan 2 0 2 4 Memahami tujuan, disain dan konsep PNPM Mandiri, persamaan dan perbedaan antar program, serta perubahan mekanisme dan prosedur yang ada

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 6

No Kegiatan Durasi

(Hari) Lokasi

Unsur Peserta Keterangan

Pemerintah Masyarakat Konsultan Jumlah

Outbound

7 Outbound : Membangun Kolaborasi Satuan Kerja BRR

10 Medan 49 0 54 103 Membangun kembali team building dan komitmen pelaku P2DTK

Pelatihan

8 Pelatihan Peningkatan Kemampuan Fasilitasi Pelaksanaan Program P2DTK

4 Medan 17 0 54 91 Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri Konsultan dalam kegiatan pendampingan dan pelaksanaan program

9 Pelatihan Panitia Pengadaan 3 Medan 56 0 2 58 Memahami mekanisme dan prosedur pengadaan dalam program P2DTK

10 Pelatihan Bagi PP-Kom 1 Banda Aceh 17 0 1 92 Penjelasan tentang laporan keuangan serta menegaskan kembali peran PP-Komitmen dalam pelaksanaan program P2DTK NAD

11 Pelatihan Finansial dan Procurement

4 Banda Aceh 119 0 18 137 Review pemahaman, peran, tugas dan tanggung jawab serta penjelasan administrasi dan pembuatan laporan keuangan

Workshop

12 Workshop Sinergi PPK-P2DTK 7 Banda Aceh, Meulaboh, Lhokseumawe, Takengon

27 12 54 93 Memahami sinergi dan kolaborasi program di antara pelaku untuk mengoptimalkan tujuan dan capaian program

13 Workshop Penanganan Pengaduan dan Permasalahan dalam Pelaksanaan Program

3 Banda Aceh 0 0 2 2 Sharing pengalaman pengaduan dan penanganan masalah yang terjadi di beberapa program WB

14 Workshop SPADA – APEA : Analisis Pengeluaran Publik Aceh

3 Banda Aceh, Meulaboh, Lhokseumawe, Takengon

44 0 13 57 Memahami prinsip pelaporan keuangan dalam program yang akuntabel dan transparan

15 Workshop Sinkronisasi Program Pendidikan kabupaten dan Provinsi Aceh - NADESP

1 Banda Aceh 0 0 1 1 Memahami renstra pendidikan Aceh dan sejauh mana anggaran 2008 terdapat penyesuaian renstra provinsi

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 7

No Kegiatan Durasi

(Hari) Lokasi

Unsur Peserta Keterangan

Pemerintah Masyarakat Konsultan Jumlah

dan renstra kabupaten 16 Workshop Sistem Improvement

Through Sector Wide Approach (SISWA)

2 Banda Aceh 17 0 18 35 Memahami kebutuhan pendidikan masing-masing kabupaten dan sharing informasi kegiatan pendidikan yang sudah dilakukan program lain

17 Workshop Evaluasi Musrenbang - LGSP

3 Banda Aceh 2 0 3 5 Berbagi pengalaman pelaksanaan dan hasil musrenbang

18 Workshop Integrasi Program P2DTK-LGSP

1 Banda Aceh 20 0 17 37 Berbagi peran antara P2DTK-LGSP dalam mendorong penguatan perencanaan Pemda di NAD

19 Workshop Penyusunan Renstra dan Renja Kesehatan - LGSP

3 Medan 34 0 17 51 Memahami penyusunan renstra kesehatan berdasarkan kebutuhan

20 Workshop Integrasi P2DTK ke dalam Perencanaan Pemda

1 Banda Aceh 34 0 19 53 Melakukan sinergi dan harmonisasi dengan proses perencanaan Pemda

21 Workshop dan Pelatihan Pengakhiran Program

5 Medan 19 0 105 124 Pemahaman tugas, standard pengakhiran & tindak lanjut dalam pengakhiran tugas

JUMLAH 73 778 131 499 1.502 Sumber: KM. Nas (dari berbagaisumber)

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 8

Tabel 4.02. Pelaksanaan Capacity Building Pelaku Program P2DTK Nasional Bersumber dari Dana Non DOK

No Kegiatan Durasi

(Hari) Lokasi

Unsur Peserta Keterangan

Pemerintah Masyarakat Konsultan Jumlah

Pra Tugas 1 Pelatihan Pra Tugas NMC,

PMC, TL Nasional 6 Jakarta 0 0 50 50 Memberikan pemahaman tugas dan

tanggungjawab NMC, PMC, TL serta mekanisme pelaksanaan program P2DTK

2 Pelatihan Pra Tugas DMC Nasional

8 Bogor 0 0 95 95 Memberikan pemahaman tugas dan tanggungjawab DMC serta mekanisme pelaksanaan program P2DTK

3 Pelatihan Pra Tugas FK 56 8 Provinsi 0 0 229 229 Memberikan pemahaman tugas dan tanggungjawab FK serta mekanisme pelaksanaan program P2DTK

Deseminasi/Sosialisasi 4 Sosialisasi dan Pelatihan aplikasi

MIS 3 Jakarta 0 0 30 30 Sosialisasi dan pemahaman pelaksanaan

aplikasi MIS program P2DTK 5 Konsolidasi Master Trainers

(MT) 4 Jakarta 0 0 12 12 Pemahaman bagi Master Trainers dalam

pelaksanaan pelatihan penyegaran bagi pelaku P2DTK

6 Konsolidasi Fasilitator Trainers (FT)

6 8 Provinsi 0 0 60 60 Pemahaman bagi Facilitator Trainers dalam pelaksanaan pelatihan penyegaran bagi pelaku P2DTK

Pelatihan 7 Pelatihan pengadaan dan

manajemen keuangan 5 Brastagi Sumatera

Utara 90 0 0 90 Pemahaman tentang proses pengadaan dan

manajemen keuangan dalam program P2DTK

8 Pelatihan Pelaku Program P2DTK Nasional

10 8 Provinsi 436 0 0 436 Memahami tujuan, mekanisme pelaksanaan program P2DTK

9 Pelatihan Pelaku P2DTK Kabupaten Gelombang I dan II

24 8 Provinsi 66 0 100 166 Pemahaman tentang tugas dan tanggungjawab serta mekanisme pelaksanaan program P2DTK

10 Pelatihan Pelaku P2DTK Kecamatan Gelombang I dan II

32 8 Provinsi 222 0 186 408 Pemahaman tentang tugas dan tanggungjawab serta mekanisme pelaksanaan

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 9

No Kegiatan Durasi

(Hari) Lokasi

Unsur Peserta Keterangan

Pemerintah Masyarakat Konsultan Jumlah

program P2DTK 11 Pelatihan TOT kegiatan Komite

Sekolah 5 Makassar 64 32 32 128 Mempersiapkan tim pelatih yang akan

memberikan pelatihan kepada Komite Sekolah di lokasi P2DTK

12 Pelatihan TOT kegiatan Komite Sekolah

5 Bogor 64 32 32 128 Mempersiapkan tim pelatih yang akan memberikan pelatihan kepada Komite Sekolah di lokasi P2DTK

13 Pelatihan Tim Penggerak Kesehatan masyarakat (TPKM) Angkatan I dan II

10 Jakarta 128 32 32 192 Meningkatkan kapasitas para pelaku P2DTK bidang kesehatan di kabupaten dalam mendorong proses partisipasi masyarakat serta inisiatif pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

14 Pelatihan Pengelolaan Administrasi Keuangan tingkat Kabupaten

18 9 provinsi 259 70 46 375 Pemahaman, peran, tugas dan tanggung jawab serta penjelasan administrasi dan pembuatan laporan keuangan

15 Pelatihan Pengelolaan Administrasi Keuangan tingkat Kecamatan Angkatan I dan II

53 177 kecamatan 457 76 153 686 Pemahaman, peran, tugas dan tanggung jawab serta penjelasan administrasi dan pembuatan laporan keuangan

16 Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa

26 10 Provinsi 258 0 27 285 Memahami mekanisme dan prosedur pengadaan dalam program P2DTK

Workshop 17 Workshop Penyegaran

Konsultan dan Fasilitator 10 8 Provinsi 0 0 383 383 Review pemahaman, peran, tugas dan

tanggung jawab Konsultan dan fasilitator dalam pelaksanaan program P2DTK

JUMLAH 281 2.044 242 1.467 3.753 Sumber: KM. Nas (dari berbagaisumber)

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 10

SUMBER DANA DOK

Tabel 4.03. Rekapitulasi Pelatihan dengan Pembiayaan DOK Kabupaten dan DOK Kecamatan Siklus-1 s.d Siklus-3 (DIPA 2010)

No Name Aceh Sumut (Peserta)

Nasional (Peserta)

Total (Peserta Aceh Sumut & Nasional)

1 Aparatur Pemda 65 173 238 2 Aparatur Pemda Kec

381 381

3 Bidang Kesehatan

1.586 1.586 4 Bidang Pendidikan 172 2.125 2.297 5 BPP

1.019 1.019

6 FD

4.186 4.186 7 FK

40 40

8 Kajian Teknis & Desain 43 264 307 9 Keuangan

258 258

10 KS

3.889 3.889 11 Lain-lain di Kabupaten 127 998 1.125 12 Lain-lain di Kecamatan

2.881 2.881

13 MPHM

34 34 14 Pelaksanaan Kegiatan 20 301 321 15 Pengadaan

123 123

16 Penlok

614 614 17 Penlok & FD

424 424

18 Pokja Pendidikan

1.074 1.074 19 PSS

504 504

20 Tim Desain & RAB Kec

278 278 21 TK Kab & Satker Kab 26 91 117 22 TKT Kabupaten 203 898 1.101 23 TKT Kecamatan 6 2.530 2.536 24 TPK Kabupaten 149 1.045 1.194 25 TPK Kecamatan

5.789 5.789

26 TPKM 35 6.388 6.423 27 UPK 212 2.369 2.581

Total Keseluruhan 1.058 40.262 41.320 Sumber: KM Nas-MIS

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 11

SUMBER DANA BLM

Tabel 4.04. Rekapitulasi Pelatihan dengan Pembiayaan BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan Siklus-1 s.d Siklus-3 (DIPA 2010)

No. Kegiatan Aceh

Sumut (Peserta)

Nasional (Peserta)

Total (Aceh-Sumut &

Nasional) 1. Pelatihan Guru mengenai Metoda Pengajaran (a.l.

PAKEM dan CTL) 862 2.955 3.817

2. Pelatihan Guru mengenai Mata Pelajaran 959 2.529 3.488 3. Pelatihan Guru mengenai Pembuatan Produk 72 950 1.022 4. Pelatihan Guru mengenai Olah Raga dan Kesenian 321 118 439 5. Pelatihan Guru mengenai Pengembangan /

Pemberdayaan Potensi 106 710 816

6. Pelatihan untuk Guru 7.952 4.742 12.694 7. Pelatihan Komite Sekolah 1.055 949 2.004 8. Pelatihan mengenai Manajemen Sekolah (a.l. MBS) 7.696 8.492 16.188 9. Pelatihan Monitoring bagi Sekolah, Masyarakat &

Pengelola Pendidikan 1.159 100 1.259

10. Pelatihan Tenaga Kesehatan (Kader, Bidan) 14.677 14.965 29.642 11. Pelatihan Kesehatan (Masyarakat) 9.498 10.523 20.021 12. Penyuluhan 21.372 66.037 87.409 13. Pelatihan mengenai Pembuatan Produk/ Pelatihan

Kewirausahaan 0 5.141 5.141

14. Pelatihan mengenai Olah Raga dan Kesenian 0 639 639 15. Pelatihan mengenai Pengembangan / Pemberdayaan

Potensi 0 13.650 13.650

Total Peserta Pelatihan 65.729 132.500 198.229

Tabel 4.05. Kegiatan Pelatihan Bidang Kesehatan Bersumber Dana BLM Kabupaten P2DTK Nasional Siklus 1 s/d 3 (2007 -2010)

Kegiatan Jumlah Peserta

Pelatihan Kader Posyandu 32

Pelatihan Kader Warga Siaga 13

Pelatihan Fasilitator Desa 60

Pelatihan Juru Imunisasi Puskesmas 20

Pelatihan Asfiksia untuk Bidan 20

Pelatihan Petugas Gizi Puskesmas 22

Pelatihan Manajemen Puskesmas 22

Pelatihan Pewarnaan Slide Darah untuk Pemeriksaaan Malaria 40

Pelatihan Kader Posyandu 20

Peningkatan Kader Posyandu (1 hari x 10 Agk) 60

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 12

Kegiatan Jumlah Peserta

Pelatihan Manajemen RR (Pencatatan dan Pelaporan) Program Kesehatan 77

Pelatihan kader posyandu 75

Pembentukan Gerakan terpadu TBC dan Pelatihan Kader Peduli TBC. 24

Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kader PHBS, Pembuatan bowel jamban dan pemberian stimulan kepada keluarga percontohan pembangunan

12

Pelatihan kader desa siaga 11

Pembinaan kader posyandu dan Polindes 46

Pelatihan Kader Peduli TBC 75

Pelatihan Satgas Penanggulangan dan Penanganan Masalah 40

Pelatihan EKG 18

Pelatihan Kader Kesehatan Lingkungan 36

Pelatihan Manajemen Asfiksia Bay Baru Lahir 30

Pelatihan Kader Posyandu 50

Pelatihan Kader Posyandu 60

Pelatihan Teknik Pengorganisasian Jejaring 30

Pelatihan Teknik Pengorganisasian Jejaring 30

Pelatihan Kader untuk Pemantauan Jentik Berkala 72

Pelatihan Kader Posyandu & Pelatihan Manajemen Promosi Kesehatan (Sisa Siklus 1dan 2) 1

Pelatihan & Pembentukan TPKM ( 5 Kecamatan ) 13

Pelatihan Pengelola serta pembentukan Pos Obat Desa 21

Pelatihan TPKM Masyarakat 50

Pelatihan Kader Posyandu Di Tingkat Kecamatan 50

Pelatihan Pendekatan CLTS & MPA PHASP 20

Pelatihan Dukun Tentang Perawatan Bayi,Balita Dan nifas 40

P2M Untuk Malaria Melalui Pelatihan Kader Malaria Desa 20

Pelatihan Antropometri bagi kader kesehatan di Posyandu 8

Pelatihan Petugas Kusta 15

Pelatihan pengelolaan cool cain dan juru imunisasi 40

Pelatihan Antropometri bagi tenaga gizi di Puskesmas 50

Pelatihan petugas kusta 30

Pelatihan tenaga Pengelola PHBS 13

Pelatihan tenaga Pengelola PHBS 13

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal 40

Pelatihan Contrasptive Technology Update (CTU) 20

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetrik Neonatal (PPGDON) 20

Pelatihan Kader Kesehatan 150

Pelatihan Penatalaksanaan & Penanggulangan Gizi Buruk Bagi Petugas Gizi, PKK dan Kader / Masyarakat Se Kab. Bengkayang

73

Pelatihan KIA bagi ibu hamil / Ibu yang mempunyai Bayi/Balita, PKK dan Kader / masyarakat dalam Penanggulangan AKI dan AKB Se Kab. Bengkayang

17

Manajemen Pelayanan KIA Bagi Koordinator Bidan 87

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 13

Kegiatan Jumlah Peserta

Pelatihan Total Sanitasi Lingkungan Bagi Petugas Kesehatan Lingkungan dan Warga/Masyarakat 75

Pelatihan Kader warga siaga sebagai pokja desa siaga 10

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru UKS Untuk SD, SLTP dan SLTA. 30

Pelatihan Fasilitator bagi petugas kesehatan dalam pembentukan pelayanan kesehatan peduli remaja 40

Pelatihan Peningkatan Mutu Manajemen Puskesmas 24

Pelatihan Kader Posyandu 21

Pelatihan Kader 16

Pelatihan Kader Kesehatan 60

Pelatihan Kader Kesehatan 35

Pelatihan Bidan Kampung 20

Pelatihan Bidan Kampung 60

Pelatihan Bidan Kampung 14

Pelatihan Kader Posyandu 85

Pelatihan Dukun Bayi 60

Pelatihan Tenaga Kesehatan 50

Pelatihan Tokoh Masyarakat Dan Kader Dalam Rangka Persiapan/ Pelaksanaan Desa Siaga 192

Pelatihan Kader kesehatan dalam penanggulangan dan pemberantasan penyakit diare 60

Pelatihan Bidan Siaga untuk Pelaksanaan Desa Siaga Tingkat Kab. 40

Pelatihan Kader dan Revitalisasi Posyandu 61

Pelatihan Petugas Pustu/Polindes Dalam Rangka Pemeriksaan Laboratorium Sediaan Darah Malaria 242

Pertemuan Kemitraan Bidan dan Dukun Tingkat Puskesmas (8 Kecamatan) 120

Pelatihan Kader Posyandu 120

Pelatihan Kader Poyandu dalam mendu-kung Pengembangan DESA SIAGA 600

Pelatihan P4K ( Pedoman Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ) 268

Pelatihan P4K (Progrm Persalinan & Pencegahan Komplikasi 150

Kemitraan Bidan dan Dukun 50

Pelatihan Kemitraan Bidan dan Dukun 65

Pelatihan Kemitraan Bidan dan Dukun 76

Pelatihan tenaga kesehatan ibu anak dan pengadaan KIT 50

Pelatihan tenaga kesehatan ibu anak dan pengadaan KIT (Kader Posyandu) 13

Pelatihan tenaga kesehatan ibu anak dan pengadaan KIT (Kader Poskesdes) 62

Pelatihan tenaga kesehatan ibu anak dan pengadaan KIT (Bidan ) 30

Pelatihan tenaga kesehatan ibu anak dan pengadaan KIT (Dukun Bayi) 32

Pelatihan Bagi Kader Posyandu 18

Pelatihan Pembuatan MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) Lokal bagi Kader Posyandu d 21

Kursus Cepat Tenaga Laboratorium dan Pembelian Tes Kit (Instan) 10

Pelatihan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak Bagi Bidan dan Petugas Gizi 50

Pelatihan Petugas (PKM) Puskesmas di Tingkat Kabupaten 8

Pelatihan Pelacakan Kasus TN Bagi Bidan dan Tenaga Surveilans 74

Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu 75 Pelatihan Kemitraan Bidan & Dukun 10 Pelatihan SIM Puskesmas Kecamatan 27 Pelatihan kemitraan Bidan & Dukun 12 Pelatihan Kader Malaria 14

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 14

Kegiatan Jumlah Peserta

Pelatihan Kemitraan Bidan & Dukun 11 Pelatihan Kader Sanitasi 16 Pelatihan Kader Malaria 14 Pengadaan Bidan Kid bagi Bidan Desa 124 Pelatihan P4K Bagi Bidan dan Lintas Sektor se Kabupaten Kepulauan Sula 92 Pelatihan Asuhan Persalinan Normal 20

Pelatihan Mitra Bidan & Dukun 64

Pelatihan Kader Malaria 150

Pelatihan Kader Posyadu 1

Pelatihan Bidan & Kader Kesehatan Desa 135

Jumlah peserta 5.563

Sumber: KM Nas-MIS

Tabel 4.06. Kegiatan Pelatihan Bidang Kesehatan Bersumber Dana BLM Kecamatan P2DTK Nasional Siklus 1 s/d 3 (2007 -2010)

Kegiatan Jumlah Peserta

Pelatihan Kemitraan Dukun Beranak Dan Bidan Desa 26

Pelatihan kemitraan dukun dan bidan 24

PEMBENTUKAN & PEMILIHAN KADER POSYANDU 10

Pelatihan & Penyuluhan Kader Posyandu &PHBS 20

Pelatihan Kader Kesehatan 40

pelatihan Kader PHBS (50 Kader) 50

Pelatihan Kader PHBS (50 kader) 50

Balai Posyandu Percontohan & Pelatihan Kader 15

Pel. kader posyandu lansia 2 Paket 30

Pelatihan kader PHBS 2 Paket 38

Pelatihan dukun bayi 14

Pelatihan Kader PHBS 35

Pelatihan Kader Kesehatan 12

Lanjutan Pelatihan Kader Posyandu 12

Pelatihan Kader Lansia 38

Pelatihan Kader Posyandu 13

Pelatihan Kader Posyandu (4 Rombongan Belajar) 15

penyuluhan kesehatan lingkungan, pembentukan kader kesling, pelatihan pengolahan air bersih dan sampah keluarga

6

penyuluhan kader kesehatan 19

PELATIHAN KADER KESEHATAN LINGKUNGAN 10

Laporan Akkhir KM.Nas | Lampiran 15

Kegiatan Jumlah Peserta

Pelatihan kader Posyandu 20

Pelatihan Kader Gizi dan Kesehatan Lingkungan 17

Pelatihan Kader Posyandu 7

Pelatihan kader desa siaga 10

Pelatihan Kader Kesehatan 8

Pelatihan Kader Posyandu 5

Pelatihan Kader Poskesdes 6

Pelatihan Peningkatan Kualitas Pelayanan Kader Posyandu 60

Pelatihan Bagi Kader Posyandu tentang Pentingnya Imunisasi Manula dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

12

Pelatihan kader Posyandu (1 Kali) 50

Pelatihan Kader Posyandu 30

Pelatihan Bidan Kampung 10

Pelatihan Pembinaan Dukun Kampung 68

Pelatihan Pembinaan Dukun Kampung 6

Pelatihan Dukun Bayi 122

Pelatihan Dukun bayi 128

Pelatihan Kader Posyandu 60

Pelatihan Kader Posyandu,Ds. Tual 10

Pelatihan Dukun Terlatih 6

Pelatihan Kader Poskesdes 8

Pelatihan Kader Posyandu 78

Pelatihan Kader Kesehatan 6

Pelatihan Kader Posyandu 13

Pelatihan kader Kesehatan 21

Pelatihan Kader Pos Yandu & Penyuluhan Kesehatan 7

Jumlah Total Peserta 1.245

Sumber: KM Nas-MIS

Laporan Akhir KM.Nas | Lampiran - 16

Daftar Manual, Panduan, dan Petunjuk Teknis – Bagian 5

Tabel 5.01. Jenis Manual, Panduan dan Petunjuk Teknis Dalam Pelaksanaan Program PNPM-DTK

No Jenis dan Produk Tahun Keterangan

A Manual 1 Pedoman Umum 2009 Arah dan kebijakan umum, pendekatan, prinsip

pengelolaan, mekanisme pengelolaan dan pendanaan program P2DTK

2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP)

2009 Sebagai acuan pelaksanaan program P2DTK di masing-masing daerah serta digunakan sebagai dasar pembinaan pusat ke daerah.

3 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penjelasan 1 : Pelaku-Pelaku

2009 Bagian dari Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP), memberikan gambaran tentang tugas–tugas dan tanggung jawab bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program P2DTK dari tingkat desa sampai dengan Nasional.

4 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penjelasan 2 : Forum-Forum

2009 Bagian dari Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP), memberikan gambaran tentang pelaksanaan pertemuan masyarakat (M-Dus, M-Des, M-Kec, M-Kab) dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program P2DTK.

5 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penjelasan 3 : Pendanaan

2009 Bagian dari Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) tentang penjelasan pendanaan program P2DTK.

6 Manual Bidang Kesehatan 2007 Memberikan informasi tentang proses perencanaan partisipatif kegiatan bidang kesehatan dalam program P2DTK sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih memiliki akses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

7 Manual Bidang Pendidikan 2007 Memberikan informasi tentang proses perencanaan kegiatan bidang pendidikan secara partisipatif dalam program P2DTK.

8 Manual Bidang Pengembangan Sektor Swasta

2007 Memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan P2DTK dalam membangun iklim investasi dan usaha.

9 Manual Bidang Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat

2007 Memberikan informasi tentang fasilitasi penguatan kapasitas masyarakat dalam menangani berbagai sengketa dengan kemampuan mereka sendiri.

10 Manual Bidang Pemuda 2007 Memberikan informasi tentang proses pelaksanaan kegiatan pemuda dalam P2DTK yang diharapkan dapat membangun kerjasama pemuda untuk menciptakan iklim perdamaian.

11 Manual Pengaduan dan Penanganan Masalah

2007 Memberikan informasi tentang penanganan masalah dalam pelaksanaan program P2DTK dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan kewenangan pemerintah daerah.

12 Pedoman Monitoring dan Evaluasi P2DTK (Buku 1)

2009 Monotoring dan evaluasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran kemajuan pelaksanaan Program P2DTK baik dari sisi implementasi masing-masing bidang, maupun dalam pencapaian hasil dan dampak program.

13 Pengantar Monitoring dan 2009 Memberikan petunjuk langkah demi langkah cara

Laporan Akhir KM.Nas | Lampiran - 17

No Jenis dan Produk Tahun Keterangan

Evaluasi P2DTK (Buku 2) penggunaan formulir dan kuesioner dalam sistem monev program P2DTK.

14 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Peningkatan Kapasitas (Buku 3)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang peningkatan kapasitas.

15 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Infrastruktur (Buku 4)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang infrastruktur.

16 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Kesehatan (Buku 5)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang kesehatan.

17 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Pendidikan (Buku 6)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang pendidikan.

18 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Pengembangan Sektor Swasta (Buku 7)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang pengembangan sektor swasta (PSS).

19 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Mediasi Penguatan Hukum Masyarakat (Buku 8)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang Mediasi Penguatan Hukum Masyarakat.

20 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Pemuda (Buku 9)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang Pemuda.

21 Manual Monitoring dan Evaluasi Bidang Manajemen Proyek (Buku 10)

2009 Mendapatkan informasi capaian keluaran/output dan hasil/outcome yang telah diperoleh untuk masing-masing komponen keluaran/output dan hasil/outcome bidang Manajemen Proyek.

22 Ringkasan Eksekutif Monitoring dan Evaluasi P2DTK (Buku 11)

2009 Menyediakan informasi secara padat dan ringkas bagi pemangku kepentingan program P2DTK, sehingga dapat memahami apa, mengapa, siapa, dimana dan bagaimana sistem Monev program P2DTK dibangun dan dioperasionalkan.

B Panduan 1 Panduan Serah Terima dan

Alih Kelola Hasil Pelaksanaan Kegiatan Program P2DTK

2011 Sebagai panduan atau tata cara serah terima dan alih kelola hasil pelaksanaan kegiatan Program PNPM-DTK dari pihak pemberi mandat Tugas Pembantuan (KPDT) kepada pihak penerima mandat Tugas Pembantuan dalam hal ini Bupati di Daerah lokasi Program PNPM-DTK.

2 Panduan Teknis Safeguard Penyaluran Dana P2DTK Siklus 3 Tahun 2010

2010 Memastikan pelaksanaan kegiatan program PNPM-DTK siklus 3 tahun 2010 berjalan sesuai dengan dokumen master schadule yang ditetapkan oleh PIU berdasarakan masukan dari National Management Consultant (NMC) dengan tetap mengedepankan kualitas hasil sub proyek, pengelolaan keuangan, serta pelaporannya.

3 Panduan Pelatihan Dewan 2010 Pedoman bagi penyelenggaraan pelatihan Dewan

Laporan Akhir KM.Nas | Lampiran - 18

No Jenis dan Produk Tahun Keterangan

Pendidikan dan Dewan Kesehatan Kabupaten

Pendidikan dan Dewan Kesehatan dalam program P2DTK.

4 Panduan Pelatihan Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat dan Komite Sekolah

2010 Pedoman bagi penyelenggaraan pelatihan Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM) dan Komite Sekolah (KS) dalam program P2DTK.

5 Panduan Pelatihan Identifikasi Potensi Masalah dan Kebutuhan Bidang Kesehatan bagi Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat

2010 Pedoman bagi penyelenggaraan pelatihan Identifikasi Potensi Masalah dan Kebutuhan Bidang Kesehatan bagi Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat dalam program P2DTK.

6 Panduan Sertifikasi Kegiatan Kesehatan

2010 Sertifikasi ini adalah adanya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari kegiatan pembangunan tersebut sehingga pada akhirnya pihak pelaksana kegiatan layak dibayar sesuai tahapan pembayaran yang berlaku.

7 SOP Sertifikasi Kegiatan Sub Proyek

2009 Sertifikasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan telah memenuhi persyaratan teknis (kualitas yang baik) sesuai spesifikasi disain dan dapat bermanfaat lebih lama (minimal 3 tahun).

8 Panduan Penggunaan dan Pemeliharaan Hasil Pelaksanaan Program PNPM Mandiri-DTK

2009 Memberikan panduan bagi pelaksana program P2DTK untuk mempersiapkan kelembagaan pengelolaan penggunaan dan pemeliharaan hasil pelaksanaan program PNPM-DTK.

9 Panduan Pelatihan Badan Penyantun Puskesmas

2009 Pedoman dalam penyelenggaraan pelatihan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) dalam program P2DTK.

10 Panduan Pelatihan Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat

2009 Pedoman bagi penyelenggaraan pelatihan Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM) dalam program P2DTK.

11 Panduan Pelaksanaan Optimalisasi Siklus-2 Program P2DTK

2008 Memastikan terlaksananya kegiatan program siklus-1 dan siklus-2 pada tahun 2008 secara efisien sesuai dengan prinsip dan ketentuan program PNPM-P2DTK.

12 Panduan Pengelolaan Kegiatan P2DTK di Lokasi Overlapping

- Memastikan tidak adanya pendanaan ganda (double cost) dalam satu kegiatan, dimana yang dimaksud pendanaan ganda adalah apabila satu kegiatan dengan satu sumber pendanaan dinyatakan diakui oleh sumber pendanaan lain.

13 Panduan Overview Proses Kajian Teknis

- Mendapatkan informasi efektivitas pendekatan kajian teknis dalam mendukung pencapaian tujuan program

14 Panduan Penggunaan DOK - Menjelaskan tentang jenis-jenis kegiatan dan persentase yang dapat dibiayai oleh sumber dana DOK program P2DTK.

15 Panduan Teknis Pengadaan Barang dan Alat di Kecamatan PNPM Mandiri-DTK

2008 Memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan dengan mutu dan harga termurah, dapat dipertanggung-jawabkan dengan penyerahan tepat waktu pada saat dibutuhkan.

16 Panduan Pengadaan Barang/Jasa di Tingkat Kabupaten

- Menjadi panduan bagi pelaksana pengadaan ditingkat kabupaten untuk dapat melaksanakan pengadaan barang/jasa dalam program PNPM-DTK sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

17 Panduan Pelaksanaan Kerja Tim Pengelola Kegiatan

- Menjelaskan tentang peran dan tugas Tim Pengelola Kegiatan sebagai pengelola kegiatan

Laporan Akhir KM.Nas | Lampiran - 19

No Jenis dan Produk Tahun Keterangan

Kabupaten pada tahap perencanaan dan pengendalian dari aspek teknis dan administrasi kegiatan yang dikelola oleh setiap UPKD

18 Panduan Pembentukan Unit Pengelola Kegiatan Dinas (UPKD) Aceh-Nias

- Bagian spesifik dari panduan ini terdapat dalam kriteria dan proses pembentukan UPKD. Panduan ini menawarkan satu alternatif lain dalam proses pembentukan UPKD dengan tetap berpegang pada prinsip transparansi, partisipasi, desentralisasi dan akuntabilitas.

19 Panduan Adopsi Best Practice PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus Bagi Tim Koordinasi Kabupaten

- Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk dimunculkan dalam penulisan Best Practice bagi Tim Koordinasi Kabupaten.

C Petunjuk Teknis 1 Petunjuk Teknis Penggunaan

Sisa Dana DOK dan BLM P2DTK

2011 Memastikan seluruh dana Dana Operasional Kegiatan (DOK) dan Bantuan Langsung Masyarakat) BLM yang telah dicairkan dari Kantor Pembayaran dan Perbedaharaan Negara (KPPN) dapat disalurkan/ digunakan semaksimal mungkin sesuai peruntukannya, secara efisien dan akuntabel.

2 Petunjuk Teknis Pembentukan Unit Pengelola Kegiatan Dinas (UPKD) dan Pencairan Dana BLM Kabupaten

2011 Menjelaskan proses pengelolaan keuangan oleh dinas dengan pembentukan Unit Pengelola Kegiatan Dinas (UPKD) dan mekanisme pencairan dana BLM yang akan dikelola.

3 Petunjuk Teknis Standarisasi Penyelesaian Kegiatan Sub Projek Program P2DTK

2010 Memastikan pelaksanaan penyelesaian kegiatan sub projek program PNPM-DTK yang telah dilaksanakan dapat dipertanggungjawaban oleh pelaku-pelaku program PNPM-DTK.

4 Petunjuk Teknis Penyusunan Amandemen Kontrak pada Pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Program P2DTK Tahun 2011

2010 Membantu konsultan di lapangan sebagai bahan masukan dalam proses penyusunan amandemen kontrak.

6 Petunjuk Teknis Implementasi Program P2DTK Pada Daerah-Daerah Pemekaran

2008 Memastikan mekanisme program pada wilayah pemekaran dapat berjalan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

7 Petunjuk Teknis Pengarusutamaan Gender dalam Program PNPM

2008 Memperjelas dan mempermudah tatalaksana strategi pengarusutamaan gender dalam proses sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring/evaluasi program.

8 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan PNPM-DTK

2008 Memperoleh berbagai masukan yang komprehensif mengenai apa dan bagaimana kordinasi antar pelaku program di kecamatan, progres program, permasalahan yang dihadapi, strategi pelaksanaan program untuk mencapai hasil yang optimal serta adanya rencana kerja tindak lanjut yang disepakati oleh seluruh stakeholder di kecamatan.

9 Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan Non Fisik Bidang Pendidikan dan Kesehatan

2008 Sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan non fisik bagi para pelaku program P2DTK di daerah

10 Petunjuk Teknis Perencanaan Desain Tambatan Perahu

2008 Petunjuk teknis ini diperuntukkan sebagai acuan dan pegangan bagi perencana dengan tujuan memperoleh bangunan yang memenuhi standar.

11 Petunjuk Teknis Perencanaan 2008 Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat

Laporan Akhir KM.Nas | Lampiran - 20

No Jenis dan Produk Tahun Keterangan

Desain Irigasi Perdesaan desa dalam pembangunan jaringan irigasi pedesaan mulai dari penyiapan usulan, perencanaan, pelaksanaan phisik sampai dengan operasi dan pemeliharaan.

12 Petunjuk Teknis Perencanaan Desain Sarana Air Bersih

2008 Sebagai acuan dan peganganan bagi pelaksana pembangunan Penyediaan Air Bersih yang dimulai dari kegiatan penyiapan masyarakat, survey dan perencanaan.

13 Petunjuk Teknis Prasarana Pengembangan Sektor Swasta

2008 Tujuan petunjuk praktis pembangunan prasarana pendukung kegiatan usaha sektor swasta agar proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan hasil pembangunan pasar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

14 Petunjuk Teknis Perencanaan Desain MCK

2008 Tata cara ini mencakup pengertian ketentuan-ketentuan dan cara pelaksanaan survei sebagai dasar pemilihan sistem dan pembangunan MCK.

15 Petunjuk Teknis Pemanfaatan dan Pemeliharaan Prasarana Tambatan Perahun di Perdesaaan

2008 Memberikan petunjuk dalam pelaksanaan pemeliharaan Tambatan Perahu sebagai sarana transportasi untuk penyeberangan sungai di daerah perdesaan.

16 Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

2008 Ketentuan-ketentuan mengenai pengoperasian dan pemeliharaan serta cara pengerjaannya di lapangan.

17 Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi dan Pemeliharaan Penangkap Mata Air untuk Sarana Air Bersih

2008 Mencakup pengertian, ketentuan umum, ketentuan teknis dan cara pengoperasian dan pemeliharaan penangkap mata air untuk penyediaan air bersih.

Sumber: KM Nas – Data Training

Laporan Akhir KM. Nas |Lampiran - 21

Rekapitulasi Alokasi, Pencairan dan Penyaluran Dana DOK Dan BLM P2DTK – Bagian 6

Tabel 6.01. Rekapitulasi Dana DOK Program P2DTK TA. 2007- 2010

No PROVINSI ALOKASI

(DIPA)

PENCAIRAN (SP2D) SELISIH / SILPA

PENYALURAN Selisih Pencairan dan Penyaluran

Jumlah % Jumlah %

1 ACEH 7,175,000,000 6,770,000,000 94.4% 405,000,000 6,662,623,583 98.4% 107,376,417

2 SUMATERA UTARA 820,000,000 480,000,000 58.5% 340,000,000 467,067,648 97.3% 12,932,352

3 BENGKULU 15,125,233,000 14,924,244,365 98.7% 200,988,635 14,924,244,365 100.0% 0

4 LAMPUNG 12,370,393,000 12,369,718,800 100.0% 674,200 12,369,718,800 100.0% 0

5 KALIMANTAN TENGAH 14,937,461,000 14,864,161,000 99.5% 73,300,000 14,864,161,000 100.0% 0

6 KALIMANTAN BARAT 21,081,662,000 21,085,862,000 100.0% (4,200,000) 21,085,862,000 100.0% 0

7 SULAWESI TENGAH 19,342,550,000 18,973,290,000 98.1% 369,260,000 18,847,012,603 99.3% 126,277,397

8 NUSA TENGGARA TIMUR 27,011,410,000 27,011,408,720 100.0% 1,280 26,980,765,077 99.9% 30,643,643

9 MALUKU 26,377,329,000 26,460,131,000 100.3% (82,802,000) 26,375,750,834 99.7% 84,380,166

10 MALUKU UTARA 18,890,683,000 18,908,464,200 100.1% (17,781,200) 19,046,284,200 100.7% (137,820,000)

T O T A L DOK 163,131,721,000 161,847,280,085 99.2% 1,284,440,915 161,623,490,110 99.9% 223,789,975

Sumber: KM Nas-MIS, Finance, dan Disbursment

Laporan Akhir KM. Nas |Lampiran - 22

Tabel 6.02. Rekapitulasi Dana BLM P2DTK Wilayah Aceh-Sumut, Nasional, dan Program Optimalisasi TA. 2007-2010

No PROVINSI ALOKASI

(DIPA)

PENCAIRAN (SP2D) SELISIH / TIDAK TERSERAP di

KPPN

PENYALURAN (S 1,2,3) SUB PROJECT dan A/O Sisa / Selisih Pencairan dan

Penyaluran Jumlah % BLM A/O % TOTAL %

1 ACEH 279,583,968,000 210,291,307,203 75.2% 69,292,660,797 200,084,018,223 9,160,991,116 4.4% 209,245,009,340 99.5% 1,046,297,864

2 SUMATERA UTARA 40,369,819,000 18,963,947,580 47.0% 21,405,871,420 16,190,834,492 645,107,572 3.4% 16,835,942,064 88.8% 2,128,005,516

3 BENGKULU 52,052,000,000 52,052,001,187 100.0% (1,187) 49,971,672,614 2,080,328,573 4.0% 52,052,001,187 100.0% 0

4 LAMPUNG 74,871,000,000 74,870,909,870 100.0% 90,130 71,415,936,565 3,454,973,305 4.6% 74,870,909,870 100.0% 0

5 KALIMANTAN TENGAH

46,348,000,000 42,954,640,000 92.7% 3,389,849,999 40,474,257,055 2,239,076,219 5.2% 42,713,333,274 99.4% 241,306,726

6 KALIMANTAN BARAT

81,998,000,000 81,993,797,099 100.0% 4,202,901 78,275,822,517 3,677,974,582 4.5% 81,953,797,099 100.0% 40,000,000

7 SULAWESI TENGAH 77,724,000,000 77,714,620,000 100.0% 9,380,000 73,801,541,551 3,731,130,606 4.8% 77,532,672,157 99.8% 181,947,843

8 NUSA TENGGARA TIMUR

109,286,971,000 109,286,869,692 100.0% 101,308 104,138,689,933 5,148,179,759 4.7% 109,286,869,692 100.0% 0

9 MALUKU 89,844,000,000 89,755,545,800 99.9% 88,454,200 85,766,233,754 4,062,179,343 4.5% 89,828,413,097 100.0% (72,867,297)

10 MALUKU UTARA 74,158,000,000 74,140,152,996 100.0% 17,847,004 70,471,272,823 3,531,060,173 4.8% 74,002,332,996 99.8% 137,510,651

T O T A L BLM 926,235,758,000 832,023,791,427 89.8% 94,211,966,573 790,590,279,528 37,731,001,248 4.5% 828,321,280,776 99.6% 3,720,510,651

Sumber: KM Nas-MIS, Finance, dan Disbursment

Laporan Akhir KM. Nas |Lampiran - 23

Tabel 6.03. Rekapitulasi Dana BLMProgram P2DTK Optimalisasi TA. 2011

No KABUPATEN ALOKASI

DANA (DIPA)

PENCAIRAN SELISIH / SILPA

PENYALURAN Sisa / Selisih

Pencairan dengan

Penyaluran Jumlah % BLM Subprojek BLM A/O % TOTAL %

KALIMANTAN BARAT

1 Sambas 2,000,000,000 2,000,000,000 100%

-

1,884,423,200 100,000,000 5.0% 1,984,423,200 99% 15,576,800

2 Bengkayang 2,000,000,000 2,000,000,000 100%

-

1,937,500,000 62,500,000 3.1% 2,000,000,000 100% 0

3 Sanggau 2,000,000,000 2,000,000,000 100%

-

1,882,085,007 100,000,000 5.0% 1,982,085,007 99% 17,914,993

Total Kalimantan Barat 6,000,000,000 6,000,000,000 100% - 5,704,008,207 262,500,000 4.4% 5,966,508,207 99% 33,491,793

SULAWESI SELATAN

1 Poso 2,000,000,000 2,000,000,000 100%

-

1,900,000,000 100,000,000

5.0% 2,000,000,000 100% 0

2 Tojo Una-una 2,000,000,000 1,999,999,900 100% 100

1,900,426,600 99,573,300 5.0% 1,999,999,900 100% 0

3 Morowali 2,000,000,000 2,000,000,000 100%

-

1,899,482,000 100,518,000

5.0% 2,000,000,000 100% 0

4 Banggai 2,000,000,000 2,000,000,000 100%

-

1,900,000,000 100,000,000

5.0% 2,000,000,000 100% 0

Total Sulawesi Tengah 8,000,000,000 7,999,999,900 100% 100 7,599,908,600 400,091,300 5.0% 7,999,999,900 100% TOTAL WILAYAH

OPTIMALISASI 14.000.000.000 13.999.999.900 100% 100 13,303,916,807 662,591,300 4.7% 13.966.598.107 100% 33,491,793

Sumber: KM Nas-MIS, Finance, dan Disbursment PAP PEMERINTAH DAERAH

Laporan Akhir KM. Nas |Lampiran - 24

Sebagai bentuk kontribusi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten pada pelaksanaan Program P2DTK ditunjukkan dengan adanya pengalokasian Dana PAP (Pembinaan Administrasi Proyek/Program) dari APBD dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6.04. Rekapitulasi PAP Kabupaten dan Provinsi Pelaksanaan P2DTK Wilayah Aceh-Sumut

No Prov. Realisasi PAP 2006

Realisasi PAP 2007

Realisasi PAP 2008

Realisasi PAP 2009

Realisasi PAP 2010

Realisasi PAP 2011

Alokasi PAP 2012

1 Aceh ( 17 Kab) 2.207.743.500 3.165.959.500 2.734.357.000 4.460.018.600 3.584.342.000 209.075.000 238.210.000 2 Sumut (2 Kab) - - 596.290.000 233.000.000 507.880.000 - -

Jumlah 2.207.743.500 2.853.568.500 3.330.647.000 4.693.018.600 4.092.222.000 209.075.000 238.210.000 Sumber: KM Nas-MIS, Finance, dan Disbursment Catatan: Total PAP Aceh-Sumut 2006 – 2012 =Rp. 327.948.787.000,-

Tabel 6.05. Rekapitulasi PAP Kabupaten dan Provinsi Pelaksanaan P2DTK Wilayah Nasional (8 Propinsi)

No Provinsi Realisasi PAP 2006

Realisasi PAP 2007

Realisasi PAP 2008

Realisasi PAP 2009

Realisasi PAP 2010

Realisasi PAP 2011

Alokasi PAP 2012

1 Lampung - 1,057,650,000 1,136,000,000 1,097,115,000 999,800,000 700,000,000 750,000,000

2 Bengkulu 205,890,000 589,700,000 772,343,043 882,589,125 490,499,900 185,375,000 -

3 Kalimantan Barat - 1,164,496,000 1,513,500,000 1,513,761,000 1,223,211,400 510,517,000 -

4 Kalimantan Tengah - 561,031,400 922,702,000 677,939,000 792,495,000 - -

5 Sulawesi Tengah - 1,737,300,000 1,804,370,000 2,102,780,000 692,580,000 - -

6 Nusa Tenggara Timur

- 1,148,711,000 1,849,627,500 747,500,000 1,176,556,750 - -

7 Maluku - 995,109,000 665,000,000 1,185,044,800 1,162,228,850 - -

8 Maluku Utara - 1,302,725,000 1,497,250,000 760,000,000 - - -

Total 205,890,000 8,556,722,400 10,160,792,543 8,966,728,925 6,537,371,900 1,395,892,000 750,000,000

Sumber: KM Nas-MIS, Finance, dan Disbursment Catatan: Total PAP 8 Propinsi P2DTK Nasional 2006 – 2012 =Rp. 761.418.552.000,-

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 25

Bentuk Kegiatan Responsive Gender – Bagian 7

Tabel 7.01 Bentuk-Bentuk Kegiatan Responsive Gender Dalam Program P2DTK Hasil

No. Jenis Kegiatan Aspek Responsif Gender Lokasi Tgl/Tahun

Supervisi

1. Pembangunan PAH (Penambungan Air Hujan)

Memberi kemudahan akses pada kaum perempuan untuk mendapat air bersih . Sebelumnya, mereka harus berjalan lebih dari 2 jam tiap pagi hanya untuk mengambil air dari mata air terdekat.

Ds. Pene Selatan, Kec. Kolbano, Kab. Timor Tengah Selatan (TTS) Prov.NTT

18 – 21 Oktober 2010

2. Pembangunan Gedung POLINDES

Memberikan kemudahan akses kaum perempuan pada fasilitas layanan kesehatan ibu balita. Sebelumnya harus pergi ke puskesmas kecamatan yang berjarak 15 Km dari desa dan tidak ada angkutan umum.

Kec Kei Kecil Barat, Kab Maluku Tenggara, Prov.Maluku

11 -15 nov 2010

3. Pelatihan TPKMS dan komite sekolah

70% peserta pelatihan adalah perempuan. (Memberi kesempatan partisipasi yang lebih besar pada perempuan)

Kec. Teluk Kramat , Kab Sambas, Prov. Kalimantan Barat

29 nop – 3 des 2010

4. Sanitasi sekolah –pembangunan WC/toilet yang memisahkan toilet laki-laki – perempuan

Memishkan toilet untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan struktur biologis laki-laki dan perempuan

Kec. Weda Selatan , Kab. Halamahera Tengah, Prov. Maluku Utara

11 -15 Januari 2011

5. Rehab Gedung Sekolah (MTs)

Memberi akses lebih luas pada perempuan untuk masuk MTs/sekolah lanjutan , karena sebelumnya jumlah kelas sangat terbatas. Terdapat lonjakan siswa perempuan sejak dibangun ruang kelas baru sebanyak 50%.

Kec. Mongoli Timur, Kab. Kepulauan SULA, Prov. Maluku Utara

25 – 29 Januari 2011

6. Pembangunan Jalan Rabat Beton-

Keterlibatan pekerja perempuan dalam proses pembuatan jalan. Hal ini membongkar stereotype bahwa hanya laki-laki yang mampu bekerja membangun jalan –selain itu juga memberi akes dan control bagi perempuan untuk pelaksanaan program.

Desa Tulang Bawang, Kec. Bahuga, Kab. Way Kanan, Prov. Lampung

9 – 12 Februari 2011

7. Pembangunan PIPA AIR

Memberi kemudahan perempuan mendapat air bersih. Sebelumnya harus naik gunung untuk mndapatkan air bersih sejauh 2 Km.

Ds. Air Hitam, Kec. Ujan Mas, Kab. Kepahyang, Prov. Bengkulu

20 -22 Februari 2011

8. Rehabilitasi Ruang Pertemuan perempuan dan PAUD dengan Toilet terpisah (laki-laki dan perempuan)

Memisahkan toilet untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan struktur biologis laki-laki dan perempuan

Kec. Bengkayang , Kab. Bengkayang, Prov. Kalimantan Barat

7 – 11 Maret 2011

9. Pembangunan Pompa Air untuk cuci –masak kaum perempuan

Peyediaan air untuk kebutuhan cuci masak bagi perempuan yang sebelumnya harus berjalan lebih dari 1 Km untuk mendapat air dari sumur umum

Ds. Karang, Kec. Namlea, Kab Buru, Prov. Maluku

17 -24 Juli 2011

Sumber: Data MIS-Gender-NMC

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 26

Capaian Penyelesaian Sub Proyek P2DTK – Bagian 8

PENYELESAIAN SUB-PROYEK P2DTK ACEH-SUMUT

a. Sub-Proyek Bidang Pendidikan (Non-Fisik)

Tabel 8.01. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Pendidikan Berdasarkan SPB Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Propinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009)

Siklus 3

( 2010 ) Jumlah

1 Aceh 75 204 -- 198 477

2 Sumut 5 17 -- 21 43

Total 80 221 -- 219 520

Sumber: Data MIS - KM. Nas

Tabel 8.02. Kualitas Penyelesaian Sub Project Pendidikan Berdasarkan Hasil Sertifikasi (Aceh-Sumut)

No Propinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010)

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Aceh 75 -- -- 204 -- -- -- -- -- 117 81 --

2 Sumut 5 -- -- 17 -- -- -- -- -- 21 -- --

Total 80 -- -- 221 -- -- -- -- -- 138 81 --

Sumber: Data MIS - KM. Nas

b. Sub-Proyek Kesehatan (Non-Fisik)

Tabel 8.03. Penyelesaian Sub-Proyek Berdasarkan SPB Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Propinsi

Bidang Kesehatan

Jumlah Siklus 1 Siklus 2

Siklus 3

(2009)

Siklus 3

(2010)

1 Aceh 92 177 - 172 441

2 Sumut 5 13 - 10 28

Jumlah 97 90 - 182 469

Sumber: Data MIS - KM. NAS

Tabel 9.04. Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Kesehatan Berdasarkan Hasil Sertifikasi Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Propinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010)

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Aceh 92 -- -- 177 -- -- -- -- -- 109 63 --

2 Sumut 5 -- -- 13 -- -- -- -- -- 10 -- --

Jumlah 97 -- -- 190 -- -- -- -- -- 9 63 --

Sumber: Data MIS – KM. Nas

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 27

c. Bidang Infrastruktur (Sub-Proyek Fisik)

Tabel 8.05. Penyelesaian Kegiatan Infrastruktur Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Provinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

Total

1 Aceh 139 393 0 250 732

2 Sumut 0 30 0 19 49

Jumlah 139 373 0 269 9781 Sumber: Data MIS – KM. Nas Tabel 8.06. Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Infrastruktur Berdasarkan Hasil Sertifikasi Kabupaten (Aceh-Sumut)

No Provinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010)

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Aceh 119 20 0 343 0 0 0 0 0 98 151 1

2 Sumut 0 0 0 30 0 0 0 0 0 19 0 0

Jumlah 119 20 0 373 0 0 0 0 0 117 151 1

Sumber: Data MIS – KM. Nas

PENYELESAIAN SUB-PROYEK P2DTK NASIONAL a. Sub-Proyek Bidang Pendidikan (Non-Fisik) Tabel 8.07. Rekapitulasi Sebaran Sub-Proyek Non-Fisik Bidang Pendidikan P2DTK Nasional dan Optimalisasi Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

No Propinsi Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3

(2009)

Siklus 3 (2010)

Jumlah

1 Bengkulu 48 37 21 13 119 2 Lampung 33 39 17 22 111 3 Kalimantan Barat 57 70 25 38 190 4 Kalimantan Tengah 47 39 23 19 128 5 Maluku 122 113 68 114 417 6 Maluku Utara 58 81 27 60 226 7 Sulawesi Tengah 185 181 157 140 663 8 NTT 56 77 41 63 237

Jumlah 606 637 379 469 2.091 Sumber: KM Nas-MIS dan TA Bidang

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 28

Tabel 8.08. Rekapitulasi Kualitas Sub-Proyek Non-Fisik Bidang Pendidikan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

No. Propinsi SIKLUS 1 (2007) SIKLUS 2 (2008) SIKLUS 3 (2009) SIKLUS 3 (2010) Jumlah

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Bengkulu 48 0 0 37 0 0 21 0 0 13 0 0 119 0 0

2 Lampung 33 0 0 39 0 0 17 0 0 22 0 0 111 0 0

3 Kalimantan Barat

44 13 0 65 5 0 23 2 0 38 0 0 170 20 0

4 Kalimantan Tengah

44 3 0 38 1 0 23 0 0 19 0 0 124 4 0

5 Maluku 122 0 0 113 0 0 60 8 0 105 9 0 400 17 0

6 Maluku Utara

58 0 0 81 0 0 27 0 0 60 0 0 226 0 0

7 Sulawesi Tengah

185 0 0 181 0 0 155 1 1 139 1 0 660 2 1

8 NTT 56 0 0 77 0 0 41 0 0 56 7 0 230 7 0

Jumlah 590 16 0 631 6 0 367 11 1 452 17 0 2,040 50 1

Sumber: KM Nas-MIS dan TA Bidang b. Sub-Proyek Bidang Kesehatan (Non-Fisik)

Tabel 8.09. Rekapitulasi Sebaran Sub-Proyek Non-Fisik Bidang Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

No Propinsi Siklus 1 (2007)

Siklus 2

(2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

Jumlah

1 Lampung 37 41 17 24 119 2 Bengkulu 17 33 12 11 73 3 Kalimantan Tengah 24 35 22 11 92 4 Kalimantan Barat 42 37 32 31 142 5 Sulawesi Tengah 163 125 153 57 498 6 Maluku 87 75 61 51 274 7 Maluku Utara 35 61 23 42 161

8 Nusa Tenggara Timur

71 74 38 35 218

Jumlah 476 481 358 262 1,577 Sumber: KM Nas-MIS dan TA Bidang

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 29

Tabel 8.10. Rekapitulasi Kualitas Sub-Proyek Non-Fisik Bidang Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

No Propinsi

Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008) Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010) Jumlah Baik

Jumlah Cukup

Jumlah Kurang

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Lampung 37 0 0 41 0 0 17 0 0 24 0 0 119 0 0

2 Bengkulu 17 0 0 33 0 0 12 0 0 11 0 0 73 0 0

3 Kalimantan Tengah

22 2 0 35 0 0 21 0 1 11 0 0 89 2 1

4 Kalimantan Barat

26 16 0 24 13 0 21 11 0 20 11 0 91 51 0

5 Sulawesi Tengah

163 0 0 125 0 0 153 0 0 57 0 0 498 0 0

6 Maluku 87 0 0 75 0 0 59 2 0 41 10 0 262 12 0

7 Maluku Utara 35 0 0 61 0 0 23 0 0 42 0 0 161 0 0

8 Nusa Tenggara Timur

71 0 0 74 0 0 38 0 0 32 3 0 215 3 0

Jumlah 458 18 0 468 13 0 344 13 1 238 24 0 1,508 68 1

Sumber: KM Nas-MIS dan TA Bidang c. Rekapitulasi Sebaran Sub-Proyek Infrastruktur

Tabel 8.11. Rekapitulasi Sebaran Sub Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

No Provinsi Bidang Infrastruktur

Jumlah Siklus 1 Siklus 2

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

1 Bengkulu 144 128 56 80 408 2 Kalimantan Barat 102 103 24 103 332 3 Kalimantan Tengah 98 122 45 77 342 4 Lampung 158 131 40 121 450 5 Maluku 171 176 92 184 623 6 Maluku Utara 143 110 69 131 453 7 Nusa Tenggara Timur 114 123 54 85 376 8 Sulawesi Tengah 330 298 130 228 986

Jumlah 1.260 1.191 510 1.009 3.970 Sumber: Data MIS-Data TA Bidang

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 30

Tabel 8.12. Rekapitulasi Kualitas Sub-Proyek Fisik/Infrastruktur P2DTK Nasional Berdasarkan SPB Kabupaten dan SPC Kecamatan

Kualitas Fisik Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010) Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 1,198 95.08 1,124 94.37 455 89.22 608 60.26 3,385 85.26

Cukup 62 4.92 67 5.63 55 10.78 400 39.64 584 14.71

Kurang 0 0 0 0 0 0 1 0.10 1 0.03

Jumlah 1,260 100.00 1,191 100.00 510 100.00 1,009 100.00 3,970 100.00

Sumber: KM Nas-MIS dan TA Bidang d. Rekapitulasi Sub Proyek Pemuda

Tabel 8.13. Sebaran Realisasi Sub Proyek Pemuda P2DTK TA. 2007 – 2010

No Provinsi Bidang Pemuda

Jumlah Siklus 1 Siklus 2

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

1. Bengkulu 27 45 16 19 107 2. Kalimantan Barat 55 44 37 33 169 3. Kalimantan Tengah 24 20 16 17 77 4. Lampung 28 25 9 23 85 5. Maluku 40 40 29 29 138 6. Maluku Utara 10 24 14 17 65 7. Nusa Tenggara Timur 41 28 26 23 118 8 Sulawesi Tengah 42 47 18 39 146

Jumlah 267 273 165 200 905 Sumber: KM. Nas-MIS

PENYELESAIAN SUB-PROYEK P2DTK PROGRAM OPTIMALISASI

Tabel 8.14. Jenis, Jumlah dan Kualitas Paket Sub Proyek P2DTK Program Optimalisasi TA. 2011

No Kabupaten

Jumlah dan Kualitas Bidang Kegiatan

Jumlah Infrastruktur Pendidikan Kesehatan

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1 Sambas 6 0 0 2 0 0 3 0 0 11

2 Bengkayang 4 0 0 4 0 0 2 0 0 10

3 Sanggau 3 0 0 10 0 0 10 0 0 23

4 Banggai 2 0 0 0 0 0 1 0 0 3

5 Morowali 17 0 0 4 0 0 7 0 0 28

6 Poso 4 0 0 6 0 0 4 0 0 14

7 Tojo Una-Una 9 0 0 6 0 0 4 0 0 19

Jumlah 45 0 0 32 0 0 31 0 0 108

Sumber: KM. Nas-MIS

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 31

Capaian Penyelesaian Laporan Para Pelaku P2DTK – Bagian 9 Tabel 9.01. Kuantitas dan Kualitas Laporan Periode Tahun 2007

No. Konsultan Tahun 2007

Jmlah Seharusnya

Realisasi Kualitas

1 FK 186 x 12 bln 186 x 12 bln

Sesuai

2 KM. KAB 51 x 12 bln 51 x 12 bln Sesuai 3 KM. PROV 120 120 Sesuai 4 KM. NAS 12 12 Sesuai

5 LPK-PSS Wilayah Timur (Juli ‘08 – Des ‘10)

- - -

6 LPK-PSS Wilayah Barat (1 Des ‘08 – 31 Mei ‘11)

- - -

7 MPHM (30 Des ‘08 – Agust ’11)

- - -

8 MMI - - - 9 FM Kab - - -

10 FM Provinsi - - - 11 FM Nasional - - - 12 Procurement Kab - - - 13 Procurement Provinsi - - - 14 Procurement Nasional - - -

Sumber: Data KM. Nas. Keterangan: Kualitas adalah kesesuaian outline dan isi laporan

Tabel 9.02. Kuantitas dan Kualitas Laporan Periode Tahun 2008

No. Konsultan Tahun 2008

Jmlah Seharusnya

Realisasi Kualitas

1 FK 186 x 12 bln 186 x 12

bln Sesuai

2 KM. KAB 51 x 12 bln 51 x 12 bln Sesuai 3 KM. PROV 120 120 Sesuai 4 KM. NAS 12 12 Sesuai

5 LPK-PSS Wilayah Timur (Juli 2008 – Des 2010)

6 6 Sesuai

6 LPK-PSS Wilayah Barat (1 Des 2008–31 Mei 2011)

1 1 Sesuai

7 MPHM (30 Des 2008–Agust 2011)

- - -

8 MMI - - - 9 FM Kab - - -

10 FM Provinsi - - - 11 FM Nasional - - - 12 Procurement Kab - - - 13 Procurement Provinsi - - - 14 Procurement Nasional - - -

Sumber: Data KM. Nas

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 32

Tabel 9.03. Kuantitas dan Kualitas Laporan Periode Tahun 2009

No. Konsultan Tahun 2009

Jumlah Seharusnya

Realisasi Kualitas

1 FK 186 x 12 bln 186 x 12

bln Sesuai

2 KM. KAB 51 x 12 bln 51 x 12 bln Sesuai 3 KM. PROV 10 x 12 bln 10 x 12 bln Sesuai 4 KM. NAS 1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

5 LPK-PSS Wilayah Timur (Juli 2008 – Des 2010)

1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

6 LPK-PSS Wilayah Barat (1 Des 2008–31 Mei 2011)

1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

7 MPHM (30 Des 2008–Agust 2011)

1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

8 MMI - - - 9 FM Kab - - -

10 FM Provinsi - - - 11 FM Nasional - - - 12 Procurement Kab - - - 13 Procurement Provinsi - - - 14 Procurement Nasional - - -

Sumber: Data KM. Nas

Tabel 9.04. Kuantitas dan kualitas laporan periode Tahun 2010

No. Konsultan Tahun 2010

Jumlah Seharusnya

Realisasi Kualitas

1 FK 186 x 12 bln 186 x 12

bln Sesuai

2 KM. KAB 51 x 12 bln 51 x 12 bln Sesuai 3 KM. PROV 10 x 12 bln 10 x 12 bln Sesuai

4 KM. NAS 1 x 12 bln 1 Lap Tahunan

1 x 12 bln 1 Lap Tahunan

Sesuai Sesuai

5 LPK-PSS Wilayah Timur (Juli 2008 – Des 2010)

1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

6 LPK-PSS Wilayah Barat (1 Des 2008–31 Mei 2011)

1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

7 MPHM (30 Des 2008–Agust 2011)

1 x 12 bln 1 x 12 bln Sesuai

8 MMI - - - 9 FM Kab - - -

10 FM Provinsi - - - 11 FM Nasional - - - 12 Procurement Kab - - - 13 Procurement Provinsi - - - 14 Procurement Nasional - - -

Sumber: Data KM. Nas

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 33

Tabel 9.05. Kuantitas dan Kualitas Laporan Periode Tahun 2011

No. Konsultan Tahun 2011

Jumlah Seharusnya

Realisasi Kualitas

1 FK (s.d April 2011) 186 x 4 bln 186 x 4 bln Sesuai

2 KM. KAB (s.d September 2011)

44 x 9 bln

44 x 9 bln

Sesuai

KM. KAB “Optimalisasi” 7 x 12 bln 7 x 12 bln Sesuai

3 KM. PROV (November 2011 demobilisasi)

8 x 11 bln

8 x 11 bln

Sesuai

KM. PROV “Optimalisasi” 2 x 12 bln 2 x 12 bln Sesuai

4 KM. NAS 1 x 12 bln 1 Lap Tahunan

1 x 11 bln -

Sesuai -

5 LPK-PSS Wilayah Timur (Juli ‘08 – Des ‘10)

- - -

6 LPK-PSS Wilayah Barat (1 Des ‘08 – 31 Mei ‘11)

1 x 5 bln 1 x 5 bln Sesuai

7 MPHM (30 Des ‘08 – Agust ’11)

1 x 8 bln 1 x 8 bln Sesuai

8 MMI 1 x … bln 1 x … bln Sesuai

9 FM Kab (4 bulan) 44 x 4 bln 44 x 4 bln Sesuai FM Kab “Optimalisasi” (8 bulan)

7 x 8 bln 7 x 8 bln Sesuai

10 FM Provinsi (4 bulan) 8 x 4 bln 8 x 4 bln Sesuai FM Prov “Optimalisasi” (8 bulan)

2 x 8 bln 2 x 8 bln Sesuai

11 FM Nasional (10 bulan) 1 x 10 bln 1 x 10 bln Sesuai

12

Procurement Kab (4 bulan) 44 x 4 bln

44 x 4 bln

Sesuai

Procurement Kab “Optimalisasi” (8 bulan s.d Des 2011)

7 x 8 bln 7 x 8 bln Sesuai

13

Procurement Provinsi (4 bulan)

8 x 4 bln

8 x 4 bln

Sesuai

Procurement Prov “Optimalisasi” (8 bulan s.d Des 2011)

2 x 8 bln 2 x 8 bln Sesuai

14 Procurement Nasional (10 bulan)

1 x 10 bln 1 x 10 bln Sesuai

Sumber: Data KM. Nas.

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 34

Tabel 9.06. Kuantitas dan Kualitas Laporan Periode Tahun 2012 (Hanya sampai April 2012)

No. Konsultan Tahun 2012

Jumlah Seharusnya

Realisasi Kualitas

1 FK - - -

2 KM. KAB “Optimalisasi” (s.d Maret 2012)

7 x 3 bln

3 KM. PROV “Optimalisasi” (s.d April 2012)

2 x 4 bln

4 KM. NAS (s.d April 2012) 1 x 4 bln 5 LPK-PSS Wilayah Timur - - - 6 LPK-PSS Wilayah Barat - - - 7 MPHM - - - 8 MMI - - -

9 FM Kab “Optimalisasi” (s.d Maret 2012)

7 x 3 bln

10 FM Provinsi “Optimalisasi” (s.d April 2012)

2 x 4 bln

11 FM Nasional (s.d April 2012) 1 x 4 bln 12 Procurement Kab - - -

13 Procurement Provinsi “Optimalisasi” (s.d April 2012)

2 x 4 bln

14 Procurement Nasional (s.d April 2012)

1 x 4 bln

Sumber: Data KM. Nas

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 35

Capaian Performance Indicator P2DTK – Bagian 10

Tabel 10.1. Capaian Performance Indicator P2DTK Aceh-Sumut

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

1. % hibah Kabupaten yang disalurkan untuk setiap siklus proyek

>75% >75% >75% Output Prosentase penyerapan & pencairan dana grant (BLM dan DOK) kabupaten berdasarkan SP2D dan Form3 MIS.

Rata-rata DOK & DAK (80,92%) berarti di atas angka yang ditetapkan >75% (Hasil Rekonsiliasi) • Pencairan DOK Rp. 7.250.000.000,-

(90,18%) • Pencairan DAK Rp. 229.255.254.783,-

(71,65%) (Sumber data MIS)

2. % Kabupaten yang menggunakan proses perencanaan partisipatif untuk penganggaran dan pembiayaan Aktivitas pembangunan

>50% >60% >70% >80% Output Kabupaten yang telah mempunyai sistem perencanaan partisipatif sesuai dengan MUSRENBANG (seluruh lokasi kabupaten P2DTK hrs menerap-kan mekanisme perencanaan yang telah diatur dalam PTP).

100% berarti di atas angka yang ditetapkan >80%. (Sumber data Kabupaten)

3. Jumlah. survei dampak diselesaikan

1 1 Output Jumlah survey tentang dampak P2DTK yang telah selesai dilaksanakan.

Sudah dilaksanakan 1 Kali. Lokasi 6 Kabupaten: Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan, dan Nias Selatan

4. Prosentase penduduk miskin yang menerima manfaat dari total populasi

>20% >25% >30% >30% Output Prosentase penduduk miskin yang menerima manfaat (beneficiaries) di kabupaten lokasi P2DTK, dibandingkan populasi kabupaten keseluruhan.

69,12% berarti di atas angka yang ditetapkan >30%. • Jumlah Penduduk miskin Aceh-Nias

sebanyak = 1.134.120 Jiwa • Penerima manfaat Penduduk

miskin Aceh-Nias sebanyak = 783.930 jiwa dengan rincian: 2007/2008 = 293.484 Jiwa

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 36

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

2008/2009 = 134.060 Jiwa 2009/2010 = 356.386 Jiwa

(Sumber data MIS) 5. EIRR pada investasi

infrastruktur pedesaan

>20% >20% Output IRR=Internal Rate Return, diartikan sebagai tingkat pengembalian investasi di kabupaten. Diusulkan hanya fisik bidang infrastrutkur yg dihitung, contoh: jalan, dermaga, pasar

EIRR menunjukkan angka ….. % yang berarti di atas angka yang ditetapkan >20%. Hasil study output infrastruktur di Aceh-Nias (Kab. Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Nias Selatan)

6. % Infrastruktur Kabupaten yang digolongkan "memuaskan" dan sangat baik "

>70% >70% Output Spesialis infrastruktur NMC telah mengembangkan criteria “good” dan ‘excellent”, segera diedarkan untuk tanggapan dan persetujuan

83,50% (1.478 kegiatan sub-proyek) yang berarti di atas angka yang ditetapkan >70%. Hasil study output infrastruktur di Aceh-Nias (Kab. Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Nias Selatan)

7. % Dari sekolah dasar di kabupaten mengadopsi manajemen berbasis sekolah

>10% >20% >30% Outcome Prosentase jumlah SD/MI dan SMP/MTs di 19 kabupaten P2DTK yang sudah menerapkan MBS

27,18% yang berarti masih dibawah angka yang ditetapkan >30%. • Total Jumlah SD Aceh – Nias

sebanyak = 3.576 SD • Total Jumlah SD yg Adopsi MBS

sebanyak = 972 SD yaitu: 2007/2008 = 208 SD 2008/2009 = 362 SD 2009/2010 = 402 SD

8. % Desa dengan partisipasi aktif dalam komite manajemen sekolah

>20% >40% >40% Output Prosentase desa yang mempunyai Komite Sekolah aktif (telah melaksanakan lebih dari 50% tugas dan perannya sesuai dengan uaraian tugasnya/ job desk-nya) di lokasi kec. P2DTK

58,83% yang berarti di atas angka yang ditetapkan >40%. • Total jumlah desa di Aceh-Nias

sebanyak = 6.998 Desa • Total jumlah desa yang telah

memiliki Komite Manajemen

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 37

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

Sekolah sebanyak 4.117Desa: 2007/2008 = 549 2008/2009 = 1.647 2009/2010 = 1.921

9. Jumlah guru desa yang telah menerima pelatihan guru

>150 >300 >500 Output Jumlah guru di lokasi P2DTK yang telah mengikuti pelatihan melalui proyek P2DTK.

9.551 Guru yang mengikuti Pelatihan yang berarti di atas angka yang ditetapkan >500. (Sumber data MIS)

10. % Responden puas dengan tingkat pelayanan pendidikan yang diberikan melalui proyek

>50 >65 Outcome Prosentase Responden yang merasa puas dengan pelayanan pendidikan melalui proyek P2DTK.

Rata-rata 49,5% yang berarti masih dibawah angka yang ditetapkan >65%. • 52% menyatakan “cukup

memuaskan” untuk usia SD di 6 kabupaten lokasi studi output (Kab. Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Nias Selatan)

• 47% menyatakan “cukup memuaskan” untuk usia SMP di 6 kabupaten lokasi studi output (Kab. Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Nias Selatan)

(Sumber data Study Out Put) 11. % Penurunan anak usia

7-12 tidak sekolah di SD

Output Prosentase anak umur 7 s/d 12 thn yang tidak bersekolah di SD

Terjadi prosentase penurunan anak usia SD 7-12 tidak sekolah, perbandingan antara tahun 2006 dan 2010 di Aceh dan Nias. Apakah intervensi yang sudah diberikan oleh P2DTK dibidang

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 38

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

pendidikan wajib 9 tahun (Khususnya SD) dari tahun 2007 sampai tahun 2010, telah memberikan sumbangan perubahan kepada “akses pendidikan” (kesempatan) yang lebih baik bagi anak usia SD di Aceh-Nias

- Di Aceh >7% - >13% Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Aceh tahun 2007 untuk anak usia SD sebesar 98,95%, APS yang sama tahun 2010 sebesar 99,19% atau naik sebanyak 0,24%.

- Di Nias >6% - >11% Sangat sulit mencari APS untuk tingkat kabupaten Nias dan Nias Selatan oleh karena itu yang digunakan adalah APS Provinsi Sumut. Terjadi peningkatan APS Usia SMP sebesar 0,53% antara 2007 sampai 2010. Dari sudut anak usia SD tidak sekolah di Aceh-Sumut, terjadi peningkatan 0,04% atau sebanyak 46.694 anak.

12. % Penurunan anak usia 13-15 tidak bersekolah di SMP

Output Prosentase anak umur 13 s/d 15 thn yang tidak bersekolah di SMP.

Terjadi prosentase penurunan anak usia SMP 13-15 tidak sekolah, perbandingan antara tahun 2006 dan 2010 di Aceh dan Nias. Apakah intervensi yang sudah diberikan oleh P2DTK dibidang pendidikan wajib 9 tahun

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 39

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

(Khususnya SMP) dari tahun 2007 sampai tahun 2010, telah memberikan sumbangan perubahan kepada “akses pendidikan” (kesempatan) yang lebih baik bagi anak usia SMP di Aceh-Nias

- Di Aceh >7% - >13%

APS anak usia SMP perbandingan antara 2007 dan 2010 justru mengalamai penurunan 1,80%.

- Di Nias >10% - >29%

Seperti juga angka APS SD, angka APS SMP di Nias dan Nias Selatan sangat sulit diperoleh. Melalui APS Provinsi Sumut,diketahui ada penurunan APS SMP sebesar 1,53% antara tahun 2007 dan 2010. Dari angka usia SMP tidak sekolah di Aceh-Sumut, mengalami kenaikan 0,01% atau sebanyak 10.781 anak.

13. % Responden puas dengan tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan melalui proyek

>50% >65% Outcome Prosentase Respondent yang merasa puas dengan pelayanan kesehatan melalui proyek P2DTK.

67,75% menyatakan “memuaskan” terhadap pelayanan kesehatan yang berarti di atas angka yang ditetapkan >65%. Hal ini diperoleh dari hasil studi di 6 kabupaten (Kab. Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Nias Selatan)

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 40

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

14. Jumlah forum/kelompok usaha terbentuk dan berfungsi

10 15 19 19 Outcome Diusulkan: Jumlah FSS yang telah terbentuk, befungsi, dan telah menghasilkan produk/output.

19 FSS yang berarti sama dengan angka yang ditetapkan 19. (Sumber data Lap. Hasil Vasilitasi PSS Oleh TAF)

15. % Peningkatan pendaftaran bisnis baru

>5% >5% Outcome Diusulkan: Prosentase peningkatan entitas usaha baru terdaftar formal.

> 5% peningkatan entitas usaha baru yang berarti sama dengan angka yang ditetapkan >5%. (Sumber data Lap. Hasil Vasilitasi PSS Oleh TAF)

16. Jumlah kabupaten mengadopsi setidaknya tiga rekomendasi untuk perbaikan peraturan daerah

5 10 13 Outcome Jumlah kabupaten yang melakukan perbaikan dalam proses/mekanisme pembuatan peraturan daerah (iklim usaha, MPHM, pelayanan pubilk, perencanaan partisipatif).

13 Kabupaten (100%) yang melakukan perbaikan dalam proses/mekanisme pembuatan peraturan daerah yang berarti sama dengan angka yang ditetapkan 13. (Sumber data Lap. Hasil Vasilitasi PSS Oleh TAF)

17. Jumlah kabupaten di mana masyarakat penasihat hukum, fasilitator kecamatan dan paralegal tingkat desa diangkat, dilatih dan menyediakan bantuan hukum bagi masyarakat

>3 >3 >3 >3 Output Jumlah kabupaten dimana penasehat hukum masyarakat, fasilitator kecamatan dan paralegal tingkat desa telah ditunjuk, dilatih dan memberikan bantuan hukum kepada masyarakat.

3 Kabupaten penasehat hukum masyarakat, fasilitator kecamatan dan paralegal tingkat desa telah ditunjuk, dilatih dan memberikan bantuan hukum kepada masyarakat. Hal ini berarti sama dengan angka yang ditetapkan >3%. (Sumber data Lap. Hasil Vasilitasi PSS Oleh TAF)

18. Jumlah staf LSM dan pejabat peradilan formal (hakim, polisi dan jaksa) dilatih untuk melakukan pelayanan peradilan dan pendidikan hukum

>25 >50 >70 >70 Output Jumlah staff NGO dan aparat penegak hukum (hakim, polisi, jaksa) telah dilatih untuk melakukan pelayanan hukum dan pendidikan hukum).

> 70 orang staff NGO dan aparat penegak hukum (hakim, polisi, jaksa) telah dilatih untuk melakukan pelayanan hukum dan pendidikan hukum).Hal ini berarti sama dengan angka yang ditetapkan >70. (Sumber Data WB)

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 41

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

19. Jumlah pemanfaat bantuan hukum melalui proyek

>100 >200 >350 >500 Output Jumlah orang yang mendapatkan manfaat dari bantuan hukum melalui program P2DTK.

> 500 orang yang mendapatkan manfaat dari bantuan hukum melalui program P2DTK.Hal ini berarti sama dengan angka yang ditetapkan >500. (Sumber Data WB)

20. Jumlah fasilita-tor, staf LSM, pejabat pemerintah daerah dan pemuda yang terlatih dalam mediasi konflik, kepemimpinan dan pendidikan kewarganega-raan

>75 >150 >300 >300 Output Jumlah fasilitator P2DTK, NGO staff, aparatur pemerintahan setempat dan pemuda yang telah dilatih dlm rangka mediasi konflik, kepemimpinan & pendidikan kewarganegaraan.

> 300 orang fasilitator P2DTK, NGO staff, aparatur pemerintahan setempat dan pemuda yang telah dilatih dlm rangka mediasi konflik, kepemimpinan & pendidikan kewarganegaraan. Hal ini berarti sama dengan angka yang ditetapkan >300. (Sumber Data WB)

21. Jumlah perempuan yang rentan, pengungsi, dan mantan kombatan memberikan bantuan teknis dan dukungan keuangan untuk membangun kembali kehidupan mereka

>500 >1000 >1500 >2000 Output Jumlah wanita yang rentan, pengungsi dalam negeri dan ex combatan yang telah memperoleh pendampingan dan dukungan keuangan untuk membangun kembali kehidupannya.

> 2000 orang wanita yang rentan, pengungsi dalam negeri dan ex combatan yang telah memperoleh pendampingan dan dukungan keuangan untuk membangun kembali kehidupannya. Hal ini berarti sama dengan angka yang ditetapkan >2000. (Sumber Data WB)

22. Jumlah Kabupaten yang menerima pelatihan pengadaan dan manajemen keuangan yang tepat

17 19 19 19 Output Jumlah kabupaten yang telah menerima pelatihan pengadaan barang dan manajemen keuangan.

19 Kabupaten (100%) yang telah menerima pelatihan pengadaan barang dan manajemen keuangan. Hal ini berarti sama dengan angka yang ditetapkan 19. (Sumber Data Laporan C. Lotti dan PT. Amythas)

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 42

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

23. % Dari Pemerintah dan tim konsultan yang direkrut di semua tingkat dan berfungsi

>80% >80% >80% >80% Output Prosentase aparat pemerintah dan tim konsultan di semua tingkatan telah direkrut dan berfungsi.

96,27% (Aparat Pemerintah dan Konsultan); 100% Pelaku dari Aparat Pemerintahan; dan 109 Konsultan Hal ini berarti lebih dari angka yang ditetapkan >80%.

24. % keluhan/pengaduan / permasalahan diselesaikan

>50% >60% >60% Output Prosentase permasalahan yang telah diatasi/diselesaikan.

99,65% permasalahan yang telah diatasi/diselesaikan. Hal ini berarti lebih dari angka yg ditetapkan >60%. Total Kasus 289 Kasus Selesai 288 (99,65%) Kasus Proses 1 (0,35%) (Sumber Data HCU)

25. % M & E dan temuan penelitian yang digunakan dalam proyek proses pengambilan keputusan

>80%

>80% >80% >80% Output Prosentase temuan studi dan monev yang digunakan untuk proses pengambilan keputusan dalam manajemen proyek

100% temuan studi dan monev yang digunakan untuk proses pengambilan keputusan dalam manajemen proyek. Hal ini berarti lebih dari angka yang ditetapkan >80%. Misalnya: 1. Mekanisme Pelaporan Berbasis

MIS; 2. Outline Lapbul NMC, PMC, DMC; 3. Outline LPD; 4. Juknis Sertifikasi; 5. Panduan DOK 2010 dan Panduan

DOK Revisi 2011; 6. Modul-Modul Pelatihan Pelaku; 7. Juknis Safeguard Penyaluran Dana

DOK dan BLM; 8. Penilaian Kinerja Keuangan 9. Panduan Verifikasi dan Validasi

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 43

INDICATOR 2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

OUPUT/ OUTCOME

INTERPRESTASI CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

MIS; 10. Juknis Standarisasi Penyelesaian

Keg. Sub Proyek Program P2DTK 11. Juknis Serah Terima dan Alih

Kelola Hasil Pelaksanaan Kegiatan Program P2DTK;

12. Juknis Penggunaan Sisa Dana DOK dan BLM P2DTK;

13. Juknis Pengembalian Sisa Dana ke Kas Negara; dan

14. Outline Laporan Akhir NMC, PMC, DMC;

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 44

Tabel 10.02. Capaian Performance Indicator P2DTK Wilayah Nasional

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

Penguatan pemerintahan dalam mendukung pertumbuhan, dan meningkatkan penyediaan layanan di 32 kabupaten termiskin di Indonesia.

Peningkatan akses terhadap biaya yang efektif, infrastruktur pedesaan yang kualitas tinggi (EIRR> 20%) melalui proses perencanaan partisipatif di 8 Provinsi.

Angka EIRR mencapai …. % yang berarti di atas angka yang ditetapkansebesar 20%.

Peningkatan langkah alternatif dalam penyelesaian sengketa beserta mekanisme hukum oleh masyarakat untuk menyelesaikan sengketa secara damai di Propinsi Maluku.

Total 32 Kasus • Pidana = 25 Kasus • Perdata = 7 Kasus • Sudah dilakukan pendidikan hukum kepada 3.622 orang dan

sebanyak 58 orang sudah memanfaatkan media konsultasi hukum. (Sumber Data Form-6 MIS: Laporan MPHM, Juli 2011)

Peningkatan usaha baru yang terdaftar. 19.446 Daftar Usaha Baru yang terdaftar a. Terdaftar 9.969 Usaha baru yang terdaftar untuk LPK-PSS (Lembaga Pelaksana

Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta) Wilayah Barat oleh YBKM di 4 Provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan Lampung

b. Terdaftar 9.497 Usaha baru yang terdaftar untuk LPK-PSS (Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta) Wilayah Timur oleh Bina Swadaya di 4 Provinsi: Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan NTT

Peningkatan layanan kesehatan masyarakat (# pasien baru).

1.500 orang petugas kesehatan telah mendapatkan pelatihan mengenai pelayanan kesehatan. 266 jenis pelatihan kesehatan yang diikuti total 6.808 anggota komite kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya. (Sumber data MIS)

Kenaikan nilai ujian nasional di sekolah dasar di kabupaten sasaran.

Kenaikan nilai UN di SD di kabupaten sasaran: • 2007 – 2008 rata-rata hasil UN sebesar 63 • 2008 – 2009 rata-rata hasil UN sebesar 58 • 2009 – 2010 rata-rata hasil UN sebesar 50

Kenaikan nilai UN di SMP di kabupaten sasaran: • 2007 – 2008 rata-rata hasil UN sebesar 6,12 • 2008 – 2009 rata-rata hasil UN sebesar 6,08 • 2009 – 2010 rata-rata hasil UN sebesar 6,50

(Sumber data Puspendik “Pusat Penilaian Pendidikan” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 45

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

Berkurangnya/Penurunan Jumlah korban akibat konflik. Pendidikan Hukum = 3.470 org Konsultasi Hukum = 58 org (Sumber Data Form-6 MIS: Laporan MPHM)

Intermediate Outcomes Intermediate Outcomes Indicators

Komponen Satu : Dana Grant Kecamatan

Komponen Satu :

Infrastruktur, Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, dan kegiatan sosial yang terkait dengan rekonsiliasi dan pembangunan yang diserahkan di tingkat kecamatan.

Pencairan 70% dari pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan di tingkat Kecamatan.

Rata-Rata Pencairan DOK Kecamatan dan BLM Kecamatan sebesar 99,74% yang berarti di atas angka yang ditetapkan 70% • Pencairan DOK Kec.: Rp. 133.450.894.320,- (99,49%) • Pencairan BLM Kec.: Rp. 341.488.468.000,- (99,99%)

(Sumber Data MIS) 70% dari kualitas infrastruktur di tingkat kecamatan klasifikasi 'memuaskan' menjadi 'axcellent‘.

92% kualitas infrastruktur di tingkat kecamatan klasifikasi 'memuaskan' menjadi 'axcellent‘. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 70%. (Sumber Data MIS)

300 sekolah dasar direhabilitasi. 846 sekolah dasar direhabilitasi yang berarti di atas angka yang ditetapkan 300 sekolah dasar direhabilitasi (Sumber Data MIS)

50 klinik kesehatan direhabilitasi. 385 klinik kesehatan direhabilitasi yang berarti di atas angka yang ditetapkan 50 klinik kesehatan direhabilitasi (Sumber Data MIS)

Komponen Dua : Dana Grant Kabupaten Komponen Dua :

Infrastruktur, Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, dan kegiatan sosial yang terkait dengan rekonsiliasi dan pembangunan yang diserahkan di tingkat Kabupaten.

Pencairan 70% dari pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan kabupaten.

Rata-Rata Pencairan DOK Kabupaten dan BLM Kabupaten sebesar 99,35% yang berarti di atas angka yang ditetapkan 70% • Pencairan DOK Kab.: Rp. 21.146.385.765,- (100%) • Pencairan BLM Kab.: Rp. 261.280.388.644,- (98,69%)

(Sumber Data MIS) 70% dari kualitas infrastruktur di tingkat kabupaten klasifikasi 'memuaskan' menjadi 'axcellent‘.

88 % kualitas infrastruktur di tingkat kabupaten klasifikasi 'memuaskan' menjadi 'axcellent‘. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 70%. (Sumber Data MIS)

Komponen Tiga : Dana Grant Kabupaten Komponen Tiga :

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 46

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

Bantuan Hukum & ADR, membentuk dan/atau diperkuat mekanisme formal dan informal bagi penyelesaian sengketa tingkat lokal.

500 orang mendapatkan manfaat dan bantuan hukum dalam penanganan kasus melalui bantuan proyek.

135.076 orang yang berarti di atas angka yang ditetapkan 500. Jumlah sangat besar karena Banyaknya kasus yang bersifat komunal (kelompok), sehingga jika: 1. Kasus selesai, maka penerima manfaatnya sejumlah orang pada

komunal tersebut. 2. Terdapat 1 kasus di Tual mengenai pengungsi, yang mana bupati tual

menetapkan bahwa 1 kasus tersebut memiliki jumlah pemanfaat sebesar 65.000 orang.

(Sumber Data Form-6 MIS: Laporan MPHM) Kesehatan dan Pendidikan

Komite Kesehatan dan Pendidikan yang terbentuk terlibat dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif dan penganggaran di wilayahnya (kabupaten).

35 komite kesehatan dan pendidikan dilatih dan dibentuk melibatkan berbagai unsur pemerintah

58 dewan terdiri atas Dewan Kesehatan dan Dewan Pendidikan dilatih dan dibentuk melibatkan berbagai unsur pemerintah. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 35. • Terbentuk 26 Dewan Kesehatan; dan • Terbentuk 32 Dewan Pendidikan

(Sumber Data dari Kabupaten) 10.000 guru, kepala sekolah dan komite pendidikan anggota dilatih.

21.612 Orang guru, kepala sekolah dan komite pendidikan anggota dilatih. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 10.0000. (Sumber Data MIS dan Rekap Pelaku Pendidikan )

1.500 petugas kesehatan menerima pelatihan dalam peningkatan layanan kesehatan.

6.808 Orang petugas kesehatan menerima pelatihan dalam peningkatan layanan kesehatan. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 1.500. (Sumber Data MIS)

Mempromosikan Investasi

Forum Usaha yang dibentuk oleh pemerintah dan berfungsi (Out put yang dikerjakan oleh FSS).

Penilaian hambatan untuk pengembangan sektor swasta lokal selesai di 20 kabupaten.

Baru terbentuk 27 FSS (terdapat 7 FSS belum aktif). Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 20 Kabupaten. (Sumber Data Laporan LPK-PSS)

Rekomendasi forum usaha untuk perbaikan peraturan yang tersedia di tujuh kabupaten.

2 Kabupaten di Provinsi NTT: (Kabupaten Alor dan Kabupaten Sumba Barat). Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 7 Kabupaten. (Sumber Data Laporan PSS Sp. NMC SPADA)

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 47

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 1 MEI 2012

Komponen Empat : Dukungan implementasi

Struktur Pelaksanaan dari pemerintah, pengadaan dan bantuan teknis untuk proyek yang telah ditetapkan dan berfungsi.

> 70% Konsultan yang direncanakan berada di awal siklus tahunan.

Awal Januari 2012 (Pelaksanaan Optimalisasi P2DTK TA. 2011) 96,55 % konsultan di lapangan. (56 Konsultan yang aktif, dari 58 konsultan yang seharusnya dikarenakan adanya kekosongan untuk Gender Sp. NMC dan Participative Training Sp. NMC). a. DMC 28 Orang dari 28 Orang seharusnya (100%) b. PMC 10 Orang dari 10 Orang seharusnya (100%) c. NMC 18 Orang dari 20 Orang seharusnya ( 90%), termasuk Senior FM

Consultant dan Senior Procurement Consultant Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan >70%. (Data NMC SPADA)

Komponen Lima : Monitoring dan Studi Khusus

Berfungsinya sistem MIS. 100% Aplikasi MIS sudah berjalan optimal untuk: a. 8 (Delapan) Provinsi untuk SPADA Nasional, yang mana per Desember

2011 sudah selesai dilaksanakan b. 2 (Dua) Provinsi wilayah Optimalisasi sedang berjalan dan berfungsi

dengan baik (Data Lembar Pantau MIS SPADA)

Baseline survei, studi dampak dan studi tematik yang telah selesai

Sudah dilakukan Output Study yang dilaksanakan pada Maret 2012 – Mei 2012

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 48

Pembentukan PSS – Bagian 11

Tabel 11.01. Rekapitulasi Pembentukan FSS dan Kegiatan Lainnya

Kabupaten

Pembentukan FSS

Penilaian Permasalahan & Hambatan Usaha Sektor swasta

Bulan/Tahun Terbentuk

FGD Kecamatan

Baseline Survey

Studi Kebijakan

Bengkulu Bengkulu Selatan Sudah, Okt 2010 Sudah Sudah Sudah Seluma Sudah, Okt 2010 Sudah Sudah Sudah Kepahiang Sudah, Okt 2010 Sudah Sudah Sudah Lampung Way Kanan Sudah, Mei 2011 Sudah Sudah Sudah Kalimantan Barat Bengkayang Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Sanggau Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Sambas Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Kalimantan Tengah Kotim Sudah, Des 2009 Sudah Sudah Sudah Katingan Sudah, Nov 2009 Sudah Sudah Sudah NTT Belu Sudah, Mei 2009 Sudah Sudah Sudah Sumba Barat Sudah, Apr 2009 Sudah Sudah Sudah Timor Tengah Selatan Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Lembata Sudah, Mei 2009 Sudah Sudah Sudah Alor Sudah, Juni 2009 Sudah Sudah Sudah Flores Timur Sudah, Juli 2009 Sudah Sudah Sudah Sulawesi Tengah Poso Sudah, Juni 2009 Sudah Sudah Sudah Tojo Una-Una Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Morowali Sudah, Juni 2009 Sudah Sudah Sudah Banggai Sudah, Juli 2009 Sudah Sudah Sudah Maluku Maluku Tenggara Sudah, Des 2009 Sudah Sudah Sudah Seram Bagian Timur Sudah, Juli 2009 Sudah Sudah Sudah Maluku Tengah Sudah, Juli 2009 Sudah Sudah Sudah Buru Sudah, Mei 2009 Sudah Sudah Sudah Maluku Tenggara Barat Sudah, Juli 2009 Sudah Sudah Sudah Maluku Utara Halmahera Utara Sudah, Nov 2009 Sudah Sudah Sudah

Kepulauan Sula Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Halmahera Tengah Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Halmahera Barat Sudah, Okt 2009 Sudah Sudah Sudah Halmahera Selatan Sudah, Juli 2009 Sudah Sudah Sudah

29 Kabupaten 100% 100% 100% 100% Sumber: Data PSS

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 49

Pengaduan dan Penanganan Masalah (HCU) – Bagian 12

Tabel 12.1. Rekap penyimpangan/penggunaan dana oleh konsultan dan pelaku Lain thn 2008 s.d April 2012

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

1 PP Kom meminjamkan dana DOK untuk kepentingan probadi

Kab Halmahera Selatan, Maluku Utara

Maret 2008

April' 2009

5,000,000

5,000,000

0 FK harus tetap mengawasi penggunaan dana DOK maupun BLM agar tidak terjadi penyalahgunaan dana lagi.

Selesai Di kembalikan oleh pelaku dgn bukti kwitansi dan BA

2 FK mengelola sebagian dana DOK utk biaya foto copy dan pembuatan cap (Dwi Astuti)

Kec Kao, Kab Halut, Maluku Utara

Pebruari' 2008

Juli ' 2008

2,000,000

2,000,000

0 Kepada KM kab, segerah melakukan fasilitasi pertemuan agar memintahkan pertanggung jawaban FK atas penggunaan dana tersebut, dan segerah mengembalikan

Selesai Dekembalikan oleh pelaku dengan bukti kwitansi dan BA

3 FK (sutikno haya) menggunakan dana DOK dan BLM dgn alasan pembuatan laporan bulanan program

Kec Tobelo Selatan, Kab Halut, Maluku Utara

Oktober' 2008

April, 2009

7,000,000

7,000,000

0 Kepada DMC melakukan fasilitasi pertemuan bersama ketua dan sekretaris forum, agar pelaku segarah mengembalikan dana tersebut

Selesai Danah di kembalikan oleh pelaku dengan bukti kwitansi dan BA

4 FK (halik shadin) dan PP Kom mencairkan dana DOK untuk kegiatan BLM, namun dana yg dicairkan tdk sesuai dgn realisasi di TPK

Kec. Molselbar, Kab Halut, Maluku Utara

April' 2008

Oktober 2009

82,000,000

82,000,000

0 Dana DOK tidak boleh dipakai untuk membiayai kegiatan BLM , dan segarah di alokasikan untuk perencanaan

Selesai Dana yang dipinjamkan sudah dikembalikan ke rekening. DOK dan telah di manfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan.

5 Mantan FK (yano purwanto) melakukan kesalahan perencanaan dan mekanisme pengelolaan dana, sehingga terjadi penyimpangan DOK Kec

Kec Kapuas, Kab sanggau, kalbar

Pebruari 2008

Pebruari 2008

13,500,000

13,500,000

0 Kepada KM kab agar melakukan pembinaan kepada FK terkait dengan tupoksinya

Selesai dikembalikan oleh pelaku, dengan bukti kwitansi dan pelaku di PHK

6 Terjadi penyimpangan presedur dan mekanisme program dengan tidak adanya pembuktian dokumen administrasi pengelolaan BLM dan DOK

Kec Kei Besar Selatan, Kab MalTeng

Juni 2008

Oktober 2009

1,500,000,000

1,500,000,000

0 DMC agar meningkatkan monitoreing dengan melakukan pemerikasaan dokumen secara rutin, sehingga tidak terjadi penyimpangan mekanisme .

Selesai semua dokumen pencairan telah dilengkapi dan telah di ferifikasi oleh KM Kab, PMC dan NMC

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 50

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

7 FK menggunakan dana DOK Kec untuk kepentingan pribadi

Kec Morselbar, Kab Halut, Maluku Utara

Desember 2008

Juni 2099

7,000,000

7,000,000

0 KM-Kab harus memfasilitasi penyelesaian permasalahan tsb dengan melibatkan semua pelaku di Tobelo Selatan

Selesai dikembalikan oleh perusahaan dengan bukti kwitansi dan BA

8 FK (karel marwanaja) menggunakan dana transport FD, dan dana AO UPK untuk kepentingan pribadi

Kec Kei Besar Selatan, Kab maluku tenggara, Maluku

2008 Nopember

2009

13,975,000

13,975,000

0 DMC agar melakukan falitasi dengan menghadirkan pelaku, agar dana segrah di kembalikan

Selesai digantikan oleh Perusahaan, bukti kwitansi dan BA dan pelaku di PHK

9 FK (abubakar rahman) menggunakan dana DOK untuk kepentingan pribadi

Kec Solabesi barat, Kab Sula, Maluku Utara

September

2008

April' 2009

16,000,000

16,000,000

0 KM-Kab harus memfasilitasi penyelesaian permasalahan tsb , dengan pembahasan dalam forum, agar dana segrerah dikembalikan

Selesai dikembalikan oleh pelaku dengan bukti kwitansi dan BA yang di ttd oleh Satker Kabupaten.

10 mantan FK (johanis rajalanggo) menggunakan dana BLM kec untuk kepentingan pribadi

Kec Kolbano, kab TTS, NTT

Agustus 2008

Januari 2009

24,000,000

24,000,000

0 KM Kab, segerah melakukan infestigasih dan memfasilitasi forum khusus untuk membahas masalah tersebut dengan tujuan dana harus dikembalikan dan pelaku harus di PHK oleh Perusahan

Selesai pelaku mengembalikan ke UPK dengan bukti kwitasi dan BA

11 Ketua UPK dan Satker Kec menggunakan dana DOK kec siklus 2, alokasi untuk pembayarn honor FD

Kec Seruyan Hulu kab Seruyan, Kalteng

Juni 2008

Juli 2008

20,000,000

20,000,000

0 Dana DOK tidak boleh dipakai untuk membiayai honor pelaku, apabila dana BLM di cairkan segerah di kembalikan

Selesai Honor FD sudah dibayarkan oleh UPK

12 KM Kab Infra menggunakan dana BLM kab alokasi untuk 4 sub perojek

Kab Bengkulu Selatan, Bengkulu

2009 Pebruari 2011

150,200,000

150,200,000

0 PMC Segerah melakukan infestigasi penggunaan dana tersebut, dan melakukan musyawrah khusus dan hasilnya dapat di bicarakan dengan pihak perudahan

Selesai dana di tanggulangi oleh perusahan dengan bukti setoran ke rek RGB, pelaku diberhentikan sebelum diketahui adanya penyimpangan

13 Bendahara TPK munggunakan dana A/O untuk kepentingan pribadi

Kab Halmahera Tengah, Maluku Utara

Juli 2009

Oktober 2009

25,000,000

25,000,000

0 FK segerah segerah melakukan fasilitasi penyelesaian masalah ini dengan pelaku agar dana dikembalikan dengan batas waktu

Selesai dikembalikan oleh pelaku dengan bukti kwitansi dan BA

14 TK Kab memerintahkan 5 TPK Desa agar menyetor sisa pembayaran honor FD ke kas negara

Kec Bahuga dan Kec negeri besar, Kab Way Kanan, Lampung

Nopember 2009

Desember

2009

8,000,000

8,000,000

0 Km Kab memfasilitasi pertemuan dengan Satker, PP Kom, agar menjelaskan alokasi penggunaan dana DOK dan BLM

Selesai Danah sudah di masukan kembali ke rekening program

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 51

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

15 Ketua TPK Pemuda menggunakan dana BLM alokasi utk pembelian alat olah raga

Kec Negeri Agung, kab Way Kanan, Lampung

Maret 2009

Desember

2009

16,000,000

16,000,000

0 Pelaku harus segera mengembalikan dana yang diseleweng-kan. Dgn mekanisme dilakukan fasilitasi oleh FK bersama pelaku di tingkat kecamatan

Selesai Dana dikembalikan oleh pelaku dgn bukti kwitansi, BA di katahui oleh Camat (juga pembelian alat olah raga

16 Kesalahan perhitungan RAB sehingga terjadi kelebihan biaya dlm kontrak perbaikan jembatan desa

Ds Sekaru, Kec Teriak, kab Sambas, kalbar

Maret 2009

April' 2009

20,000,000

20,000,000

0 Ketua UPKD Infrastruktur agar memerintahkan dan memastikan rekanan untuk melakukan pekerjaan tambahan senilai 20 Jt

Selesia UPKD Bid Infra telah menandatangani surat keterangan terkait dengan kelebihan tersebut, sehingga RAB telah disesuaikan dengan alokasi dana

17 KetuaTPK bekerja tdk sesuai dgn mekanisme program, sehingga terjadi penyimpangan dana

Ds Suka Gerundi, Kec Perindu, Kab Sanggau, Kalbar

Januari 2009

januari 2009

20,000,000

20,000,000

0 FK segera memfasilitasi penyelesaian masalah tersebut, agar dana segerah dikembalikan

Selesai dilakukan pendampingan oleh KM Kab, dan dana telah di salurkan sesuai dgn RAB, dan sudah direalisasikan dengan pembayaran honor FD

18 Penyimpangan BLM kab oleh ketua UPKD Bid Kesehatan, alokasi untuk upah kerja

Kab Maluku Tenggara Barat, Maluku

Pebruari 2009

Juli 2010

7,015,000

7,015,000

0 Pelaku harus mengembalikan Dana DOK.Kec.Kur, dan harus dikenakan kode etik

Selesai dikembalikan dengan menyelesaikan pembayaran upah kerja

19 TPK meminjamkan dana DOK ke pihak lain

Kec Mongoli Barat, Kab Sula, Maluku Utara

Januari 2009

April' 2009

6,000,000

6,000,000

0 Dana kegiatan tidak boleh dipinjamkan kepada siapapun TPK harus mengembalikan dana tsb

Selesai Dana yang dipinjamkan sudah dikembalikan ke rekening. DOK dan telah di manfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan.

20 Mantan KM-Kab (halik sadin) mengambil dana BLM Kab bidang Pendidikan dari UPKD pendidikan

Kec Kao, Kab Halut, Maluku Utara

April , 2009

Juni' 2009

13,975,000

13,975,000

0 HCU Malut bersama-sama KM-Kab akan turun kelokasi guna investigasi masalah ini.

Selesai Dana dikembalikan oleh Perusahan (PT Artistika) dengan bukti kwitansi dan BA

21 Ketua dan Sekretaris TPK menggunakan dana BLM Kec, alokasi untuk kegiatan Drainase

Kec Tebet Karai, Kab kepahiang, Bengkulu

Mei 2009

Pebruari 2011

151,951,840

151,951,840

0 Fk, segerah memfilitasi forum musyawarah khusus untuk pembahasan masalah tersebut, agar TPK segerah mengembalikan dana yang sudah digunakan

Selesai hasil putusan PN Kepahiang, masing-masing di hukum 2 thn penjara dan denda 50 juta dan 101 juta, bukti Amar Putusan PN

22 Bendahara UPK menggunakan dana BLM untuk kepentingan pribadi

Kec namlea, Kab Buru, maluku

2009 Pebruari 2010

30,746,962

30,746,962

0 Fk, segerah memfilitasi forum musyawarah khusus untuk pembahasan masalah tersebut, agar UPK segerah mengembalikan dana yang sudah digunakan

Selesai ditanggulangi oleh TK Kab, dengan bukti transfer ke Rek BLM

23 Ketua TPK Menggunakan dana BLM alokasi utk kegiatan MCK

Ds Sawa, Kec Namlea, Kab Buru, Maluku

Juli ' 2009

Nopember

2009

4,000,000

4,000,000

0 Kepada ketau TPK agar segerah mengembalikan dana tersebut, agar sisah pekerjaan segerah dilanjutkan

Selesai diselesaikan dengan membelanjakan matrial (semen, closed, upah kerja)

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 52

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

24 sisa dana BLM Kab, bid Pendd siklus 1 dan 2, tdk direalisasikan utk kegiatan pelatihan MBS, namun sudah dilaporkan bahwa kegiatan sudah 100%

Kab Halmahera Selatan, Maluku Utara

Desember 2009

Januari 2010

60,000,000

60,000,000

0 Sisa dana segera dialokasikan untuk kegiatan siklus 3.

Selesai Sisa dana telah disetor dari mantan ketua UPKD ke ketua UPKD baru, dan kegiatan pelatihan sudah selesai dilaksanakan

25 Mantan KM Kab Infra (ahmad hidayat) menggunakan dana A/O UPKD Pendd untuk kepentingan pribadi

Kab Halmahera Tengah, Maluku Utara

Juni 2009 Agustus 2009

15,000,000

15,000,000

0 KM-Kab harus melakukan audit ke Bendahara UPKD pendidikan untuk memastikan penyalahgunaan dana tersebut

Selesai dikembalikan oleh perusahaan, dengan bukti kwitansi dan BA

26 Mantan KM Kab Infra (Heru Alamwijaya) Menggunakan dana DOK Kec untuk kepentingan pribadi

Kec PP Kur, Kab Maluku Tenggara, Maluku

Desember 2009

Pebruari 2010

4,000,000

4,000,000

0 Pelaku harus mengembalikan Dana DOK.Kec.Kur, dan harus dikenakan kode etik

Selesai Di tanggulangi oleh pihak perusahan (PT Idikajang) , pelaku melarikan diri

27 mantan FK (awaludin karim) mengelola dana DOK siklus 3 tahap 1

Kec patani Utara, kab Halteng, Maluku Utara

Desember 2009

Maret 2010

66,650,000

66,650,000

0 KM-Kab segera melakukan audit terhadap dana2 yang dikelola mantan FK tersebut untuk kemudian diminta pertanggungjawabannya.

Selesai dana dikembalikan oleh pelaku degan bukti setoran kembali ke rekening DOK, dengan mekanisme tiga kali angsuran

28 Ketua UPK menggunkana dana HOK alokasi untuk kegiatan pembanguna dua unit pos yandu (Ofinang Manu, ST)

Kec Oenino, Kab TTS, NTT

September

2009

Oktober' 2009

23,650,000

23,650,000

0 Kepada DMC segera proses baik hukum formal maupun non formal agar menyelamatkan dana tersebut.

Selesai Dana dikembalikan oleh pelaku dengan cara menyicil dan menyetor ke UPK dengan bukti kwitansi dan BA

29 Bendahara UPK menggunakan dana BLM untuk kepentingan pribadi

Kec Bahodapi, Kab Morowali, SulTeng

Oktober 2009

Maret 2010

25,000,000

25,000,000

0 FK memfasilitasi pertemuan agar pelaku mengembalikan dana tersebut

Selesai, dana dikembalikan oleh pelaku dengan mekanisme di setor ke rekening BLM, (ada bukti setoran)

30 Kades mengambil alih perkerjaan pipanisasi dari TPK Desa termasuk sisa dana BLM

Ds Tilong, Kec Bungku Utara, Kab Morowali, Sulteng

Oktober 2009

September'

2010

12,500,000

12,500,000

0 Dikoordinasikan dengan pelaku-pelaku terkait untuk penyelesaiannya

Selesai Pekerjaan di selesaikan oleh TPK , dalam bentuk pembelian material (pipa, semen, kran air, pasir) dan upah kerja)

31 Penyimpangan BLM kabupaten alokasi untuk pembukaan jalan baru sepanjang 12 km oleh pelaku program dan konsultan (ketua dan bendahara UPKD Infra, KM Kab Infra,

Ds Tumbang Setawari kec Seruyan Hulu Kab Seruyan, Kalteng

2009 Agustus 2009

308,778,075

308,778,075

0 PMC melakukan infestigasi dan melakukan fasilitasi penyelesaian bersama pihak penyidik

Selesai Sudah ada putusan hukum tetap di Pengadilan Negeri Kotawaringin Timur, para pelaku (5 orang) di hukum 1 s.d 2 thn dengan denda berfariasi0

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 53

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

Kontraktor dan pemilik perusahan.

32 Admistrasi pembukuan di Satker belum lengkakap sehingga terindikasi penyimpangan dana (temuan wb)

Kab Halmahera Utara, Maluku Utara

Maret 2009

Juni' 2010

46,826,772

46,826,772

0 Km Kab memfasilitasi perbaikan administrasi di Satker dan UPKD

Selesai dokumen pembukuan sda dilengkapi termasuk kwitansi

33 Penyimpangan dana BLM Kecamatan oleh ketua TPK (Erlansya) alokasi untuk kegiatan pembuatan Drainase 500 m

Desa Tebet karai, Kecamatan Tebet karai, Kab Kepahiang, prov Bengkulu

Mei 2009

Mei 2009

101,951,840

101,951,840

0 Kelurahan Tebat Karai sudah diberikan sanksi Kelurahan bermasalah dan tidak ikut serta dalam kegiatan siklus 3 dan saudara Erlansyah tetap harus menyelesaikan kegiatan sisa 20% dan diproses secara hukum sesuai dengan kesepakatan

Selesai Putusan Pengadilan Negeri Kepahian, tgl 8 Peb 2011, pelaku di hukum 2 thn penjara, dan denda 101.951.840

34 Penyimpangan dana BLM Kecamatan oleh Sekretaris TPK (Garda Tarmisi) alokasi untuk kegiatan pembuatan Drainase 500 m

Desa Tebet karai, Kecamatan Tebet karai, Kab Kepahiang, prov Bengkulu

Mei 2009

Mei 2009

50,000,000

50,000,000

-

Kelurahan Tebat Karai sudah diberikan sanksi Kelurahan bermasalah dan tidak ikut serta dalam kegiatan siklus 3 dan saudara Garda tetap harus menyelesaikan kegiatan sisa 20% dan diproses secara hukum sesuai dengan kesepakatan

Selesai Putusan Pengadilan Negeri Kepahian, tgl 8 Peb 2011, pelaku di hukum 2 thn penjara, dan denda 101.951.840

35 Pengeluaran dana BLM kab oleh UPKD Infra, tidak dilengkapi dengan bukti/kwitansi

Kab Halmahera Utara, Maluku Utara

Maret 2010

Agustus 2010

8,500,000

8,500,000

0 UPKD segera melengkapi dokumen administrasi sesuai dengan pengeluaran

Selesai semua bukti telah dilengkapi dan telah di ferifikasi oleh KM Kab

36 Pengeluaran dana BLM Kec oleh UPK, alokasi untuk pembelanjaan kaos FD tidak dilengkapi dgn bukti kwitansi pembelian

Kab Halmahera Utara, Maluku Utara

Pebruari 2010

Agustus 2010

13,000,000

13,000,000

0 FK memfasilitasi UPK agar melengkapi bukti-bukti kwitansi yang belum lengkap

Selesai UPK sudah meindaklanjuti dengan melengkapi bukti pembelajaan

37 UPKD Bid Kesehatan menggunakan dana BLM Kab untuk pembiayaan honor UPKD

Kab Halmahera Utara, Maluku Utara

Pebruari 2010

Agustus 2010

6,250,000

6,250,000

0 Dana segera dikembalikan oleh UPKD dan dialokasikan untuk kegiatan fisik sesuai RAB

Selesai dana sudah dikembalikan ke Rek RGB

38 Pengeluaran dana DOK Kab, untuk kegiatan penyebaran undangan, ATK, Transport, tidak dibuktikan dgn bukti

Kab Halmahera Utara, Maluku Utara

Maret 2010

Agustus 2010

6,024,000

6,024,000

0 TPK kab segera melengkapi bukti-bukti kwitansi sesuai dengan pengeluaran

Selesai telah ditindaklanjuti oleh TPK kab dengan melengkapi bukti kwitansi

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 54

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

kwitansi

39 Pengeluaran dana BLM kab untk kegiatan pelatihan guru klaster 1 dan 2, serta dana A/O di serahkan ke kadis tidak ada bukti pengeluaran serta bukti infice hotel

Kab Halmahera Utara, Maluku Utara

Maret 2010

Juli 2010

44,280,000

44,280,000

0 TPK kab segera melengkapi bukti-bukti kwitansi sesuai dengan pengeluaran

Selesai KM Kab sudah melakukan verifikasi semua bukti pengeluaran/kwitansi, sudah dilengkapi oleh TPK kab

40 Ketua UPK menggunakan dana BLM Kec alokasi untuk pembelanjaan pakain seragam sekolah

Kec kayoa kab Halmahera Selatan, Maluku Utara

Pebruari 2010

Pebruari 2011

10,000,000

10,000,000

0 FK memfasilitasi pertemuan bersama ketua UPK, segera mengembalikan dana tersebut

Selesai dana dikembalikan ke rekening BLM, dan pelaku di hukum 1,7 bulan sesuai hasil putusan PN Labuha

41 FK (Elisa R mesimaran) enggunakan dana BLM Kec, dgn cara meminjamkan dari suplayer

Kec, Wuarlabobar, Kab Maluku Tenggara barat, Maluku

Pebruari 2010

Nopember

2010

3,000,000

3,000,000

0 FK diperintahkan mengembalikan Dana BLM kepada Suplayer

Selesai dana di tanggulangi oleh perusahan (PT Idikajang) dengan buti setoran ke pihak ke 3

42 Pendamping Lokal (PL) mengambil dana BLM Kec alokasi kegiatan jaringan listrik di desa Banjar Wangi, Kec Kota Bumi Utara, Kab Lampung Utara, lampung

Kec Kota Bumi Utara, Kab lampung Utara, lampung

Oktober 2010

Pebruari 2011

71,500,000

71,500,000

0 Pelaku harus segera mengembalikan dana tersebut kepada TPK Jaringan Listrik Desa Banjar Wangi dan selanjutnya dibayarkan kepada Pihak Ketiga yang melaksanakan pekerjaan.

Selesai Dana sudah diserahkan 100% oleh TPK ke sdr Julius yang adalah perwakilan dari pihak ke 3, dan pihak ke 3 tetap menyelsaikan sisa pekerjaan

43 Mantan KM Kab Infra (Ir Gunawan) menerima dana BLM Kab dari ketua UPKD Bid Infra 6 tahap masing-masing tahap 6% pada saat penyaluran

kab Kepahiang, Bengkulu

Januari 2010

Januari' 2010

96,425,517

96,425,517

0 PMC Melakukan infestigasi, dan mengaudit pembukuan dan tahapan pencairan

Selesai Hasil investigasi PIU, NMC, PMC, tidak menemukan bukti yang kuat menyatakan bahwa dana tersebut digunakan oleh mantan KM Kab

44 KM Kab Menggunakan dana BLM Kab untuk kegiatan studi banding di Makasar

Kab Seram Bagian Timur, Maluku

Nopember 2010

Januari 2011

7,550,000

7,550,000

0 Pelaku segara mengembalikan dana tersebut, karenah dana BLM Kab tidak dialokasikan untuk kegiatan sudi banding kunsultan

Selesai Dana sudah di setor ke rekening DOK oleh perusahan dan ada bukti BA

45 KM Kab Menggunakan dana BLM Kab untuk kegiatan studi banding di Makasar

Kab Seram Bagian Timur, Maluku

Nopember 2010

Januari 2011

4,000,000

4,000,000

0 Pelaku segara mengembalikan dana tersebut, karenah dana BLM Kab tidak dialokasikan untuk kegiatan sudi banding kunsultan

Selesai Dana sudah di setor ke rekening DOK oleh perusahan (PT Prismeita) dan ada bukti BA

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 55

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

46 Ketua UPK menggunakan dana BLM Kec siklus 3 untuk kepentingan pribadi

Kec Saluma Barat, Kab Saluma, Bengkulu

Januari 2010

Januari 2010

50,000,000

50,000,000

0 Segara dikoordinasikan dengan Ketua Forum, Camat/PPKom, Kades, BPD serta mengadakan pertemuan/musyawarah

Selesai dikembalikan oleh pelaku dengan bukti transver rekening BLM dan ada BA

47 Sdr Ikhram FK tanjungbunga dan Ketua UPKD menggelapkan dana Program P2DTK Kec Tanjungbunga Kab Flores Timur (2011)

Kec Tanjungbunga Kab Flotim NTT

Juni 2011 Juni' 2011

97,645,688

97,645,688

0 Kepada DMC segera membuat Musyawarah Khusus untuk meminta pertangjawaban FK, agar dana segera dikembalikan sebelum Agustus 2011

Selesai 1. Di proses hukum (penyidikan oleh kepolisian) , dan dana akan dikembalikan ke kas negara 2. Penyelesaian kegiatan oleh masyarakat dengan swadaya

49 Terdapat sisa dana DOK Kabupaten TA 2010 di rekening

Kab Maluku Tengah Maluku

Januari' 2011

Agustus' 2011

16,053,166

16,053,166

PMC melakukan koordinasi dengan Satker agar sisah dana tersebut segera di setor ke kas negara

Selesai satker meneyetor kembali sisa dana tersebut ke kas negara

50 Terdapat sisa dana BLM Kabupaten UPKD Infra alokasi untuk pembayaran 20% pekerjaan talud penahan tanah

Negeri Kobisonta, Kec Seram Utara, Kab Maluku Tengah Maluku

Januari'2011

Agustus'2011

61,969,678

61,969,678

Mengingat DMC sudah di mobilisasi, maka PMC segera melakukan koordinasi dengan satker, dan dilakukan tinjauan lapangan untuk melihat pelaksanan fisik, agar dilakukan pembayaran sesuai nilai kontrak

Selesai Dana digunakan untuk membayar sisa pekerjaan dan sisanya di setor ke kas negara

51 Ketua TPK menggunakan dana BLM untuk kepentingan pribadi

Kel Ampera, Kecamatan Kota Masohi, Maluku Tengah, Maluku

Juni' 2009 April' 2010

60,000,000

60,000,000

-

PMC dan DMC, agar secara rutin berkoordinasi dengan Tim Koordinasi, Satker, Lurah, menindak lanjuti hasil kesepakatan yang sudah di buat oleh pelaku

Selesai : Dana di kembalikan oleh pelaku secara bertahap, dengan mekanisme di setor ke UPK dengan bukti kwitansi dan BA, sisanya Rp. 2 juta di setor ke kas negara.

52 Kualitas pembangunan jembatan gantung di desa Serasah, tidak sesuai dengan desain dan RAB

Kec. Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil. ACEH

Oktober'2010

Mei'2011

247,904,083

247,904,083

PIU, NMC dan PMC melakukan koordinasi dengan pemda kab Singkil (Tk Kab, Satker, UPKD) agar sisa dana segera di kembalikan ke kas negara, mengingat batas waktu closing date program, dimana perkerjang tidak mungkin dilanjutkan lagi

Selesai Pihak ke tiga sudah mengembalikan sisa ke satker dan satker sudah menyetor ke kas negara

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 56

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

53 Terdapat sisa dana DOK Kabupaten alokasi untuk pelaksanaan pelatihan Tim Pemelihara

Kab TTS, NTT Juli'2011 Oktober'2011

30,643,643

30,643,643

-

PMC melakukan koordinasi dengan Satker agar sisa dana tersebut segerah di setor kembali ke kas negara, mengingat semua kegiatan sudah closeng per Agustus 2011 sesuai surat Deputi V KPDT

Selesai Satker sudah menyetor ke kas negara

54 Pihak ke III pada kegiatan Multi Media pada hingga saat ini belum dilaksanakan walaupun sebelumnya pihak tersebut (CV. KSU Bumoe Lestari) telah membuat surat Berita Acara kesanggupan melaksanakan kegiatan diminggu ke tiga bulan Desember 2009 kepada UPKD namun hingga saat ini Kegiatan tersebut belum terealisasi.

Kab, Pidie, Aceh

April' 2009

Mei 2009

124,965,000

124,965,000

-

1. UPKD Pendidikan akan membuat surat kepada CV pelaksana utk meminta pertanggung jawaban pelaksana pekerjaan atau sebagai tindakan terakhir pihak CV. KSU Bumoe Lestari mengembalikan uang muka 30% dan denda 5% dari total nilai kontrak dan black list perusahaan sesuai dengan ketentuan kontrak yang berlaku. 2. Mengingat langaka pertama tidak bisa terealisasi, maka PMC memfasilitasi forum musyawara khusus agar memutuskan kasus tersebut, apakah dilanjutkan ke jalur hukum (litigasi) atau di serahakan ke pemda

Selesai Pihak ke tiga sudah mengembalikan sisa ke satker dan satker sudah menyetor ke kas negara

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 57

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

54 PP Kom dan UPK menggunakan dana BLM siklus 1 dan 2 sehingga kegiatan belum bisa di selesaikan

Kec.Morotai Selatan Barat Kab.Halmahera Utara

Juni' 2009

Juli' 2009

64,840,000

22,535,000

42,305,000

1. PMC berkoordinasi dengan TK Provinsi, dan Kab agar mendesak mantan PP Kom dan UPK segera melanjutkan sisa pekerjaan 2. Mengingat PP Kom sulit di temukan, maka PMC segerah memfasiltasi forum khusus agar dibahas kasus tersebut dengan tujuan di lakukan proses litigasi (hukum) atau di tindaklanjut oleh pemda

Proses 1. Progres terakhir Desember 2010, Beberapa kegiatan telah iselesaikan oleh UPK dan TPK dengan pengawasan FK. KM-Kab akan melakukan monitoring untuk memastikan pelaksanaan kegiatan tsb. 2. Pelaku sulit di hubungi, bahkan informasih pelaku sudah di luar daearh dan sulit di temukan 3. tgl 31 Oktober Hasil konfirmasih dengan PMC pelaku sulit di hubungi, dan pihak satker juga kesulitan menemuai pelaku. 4. Terhadap kasus ini, oleh Satker dan Tim koordinasi sudah sangat sulit di tindak lanjut, karenah pelaku juga sudah sulit ditemukan.

55 Sdr Desem FK Kec Oenino menggunakan dana BLM Kec 2010 alokasi kegiatan pembangunan jembatan (2011)

Kec Oenino Kab TTS NTT

Pebruari' 2011

September'

2011

52,701,000

52,701,000

-

HCU PMC segerah menyampaikan bukti-bukti penyimpangan dana kepada KM Provinsi PNPM-MP agar dilakukan tindaklanjut penangananan dengan melakukan hearing kode etik di PNPM MP

Selesai 1. Tgl 17 Pebruari 2012, dilaksanakan forum khusus di kecamatan dengan hasil, diberikan kesempatan dengan batas waktu tgl 21 pebruari apabila pelaku tidak mengembalikan dana, maka tgl 22 pebruari kasus tersebut akan dilaporkan ke kepolisian. 2. Tgl 20 Pebruari 2012, keluarga Desem mengembalikan dana sebesar Rp. 37 juta, sisa 15 juta akan diselesaikan paling lambat tgl 28 Pebruari 2012 3. . Tanggal 15 April 2012, keluarga Desem engembalikan sisa dana Rp. 15 juta kepada UPK dengan bukti kwitansi dan BA, sisa dana tersebut digunakan untuk menyelesaikan sisa kegiatan, dan hasil monitoring kegiatan pembangunan jembatan sudah selesai 100%.

Laporan Akhir KM. Nas | Lampiran - 58

No Kasus Lokasi

Kec/Kab/Prov

Bln/Thn/ Kejadian

Bln/Thn Selesai

Penyim-pangan

Pengem-balian

Sisa Langka Penanganan Status

Selesai/Proses Progres

56 Pihak ke 3 (CV Mitra Sejati Konstruksi) belum mengembalikan uang muka 10 % alokasi pembelain mesin diesel generator di desa Pulau Tiga

Kab Morowali, Sulawesi Tengah

Desember"2011

januari"2012

25,190,000

25,190,000

PMC melakukan koordinasi secara rutin dan mendorong Satker menyurati pihak ketiga agar segera mengembalikan dana tersebut ke kas negara, sesuai dengan perintah bupati pada saat pengresmian mesin genset di desa pulau tiga pada tanggal 20 maret 2012

Proses 1. Tanggal 21 Maret 2012, pertemuan NMC, PMC PP Kom, Ketua TK Kab dan UPKD, di saarankan agar Sarker secepatnya menyurati pihak ke tiga untuk mengembalikan dana tersebut 2. Tgl 28 maret 2012, auditor Perwakilan BPKP Prov Sulteng telah mengeluarkan Notisi hasil audit, agar pihak ketiga (CV Mitra Sejati Konstruksi) mengembalikan dana ke kas negara

Total

3.960.162.264 3.892.667.264 67.495.000

Sumber: KM Nas – HCU