Laporan AC 14

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem refrigerasi dan pengkondisian udara merupakan dua bidang yang berbeda tetapi berkaitan erat, Teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai pendingin pengkondisian udara adalah proses perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman. Jadi teknik pengkondisian udara tidak hanya membahas teknik refrigerasi kecuali untuk bagunan besar, industri, rumah tinggal dan kendaraan. Teknik refrigerasi terutama pada mesin pendingin dimana bekerja berdasarkan siklus carnot yang bertujuan untuk menurunkan suhu; siklus dari refrigeran, berkerja menyerap panas dari luar yang bersikulasi, kemudian uap refrigerant dicairkan dengan tekanan tertentu. Bentuk dari diagram P – H standar siklus kompresi uap adalah : Dari digram di atas siklusnya mengikuti urutan : 1

description

laporan praktikum pengujian pengkondisian udara

Transcript of Laporan AC 14

Page 1: Laporan AC 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem refrigerasi dan pengkondisian udara merupakan dua bidang yang

berbeda tetapi berkaitan erat, Teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi

sebagai pendingin pengkondisian udara adalah proses perlakuan terhadap udara

untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, dan pendistribusiannya secara

serentak guna mencapai kondisi nyaman. Jadi teknik pengkondisian udara tidak

hanya membahas teknik refrigerasi kecuali untuk bagunan besar, industri, rumah

tinggal dan kendaraan.

Teknik refrigerasi terutama pada mesin pendingin dimana bekerja berdasarkan

siklus carnot yang bertujuan untuk menurunkan suhu; siklus dari refrigeran,

berkerja menyerap panas dari luar yang bersikulasi, kemudian uap refrigerant

dicairkan dengan tekanan tertentu.

Bentuk dari diagram P – H standar siklus kompresi uap adalah :

Dari digram di atas siklusnya mengikuti urutan :

Kompresor – kondensor – katup ekspansi – evaporator – kompresor.

Teknik refrigerasi banyak digunakan pada industry perosesan, pengawetan dan

sebagainya.

1.2 Tujuan pengujian

1. Untuk mengetahui prestasi kerja pendingin

2. Untuk mengetahui kondisi parameter-parameter udara dalam

pengkondisiannya dan penggunaan digram psikiometri.

3. Untuk mengetahui siklus refrigerant dalam sistem refrigerasi dan

penggunaan digram Mollier (diagram tekanan – entalpi).

1

Page 2: Laporan AC 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pengkondisian udara (Air Conditioner )

Pengkondisian udara adalah pengaturan kondisi udara yang meliputi :

Temperatur, kelembaban, Kualitas, dan Sirkulasi. Sistem pengkondisian udara

atau Air conditioning system pada dasarnya adalah bagian dari sistem refrigerasi.

Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang hakekat dari sistem refrigerasi

itu, namun secara umum dapat ditekankan bahwa proses pada sistem refrigerasi

adalah bersifat terus menerus (continue) dan menyangkut adanya suatu fenomena

pemindahan (transport phenomenon) dari kondisi satu ke kondisi dua dan

berlangsung secara siklus / bolak balik. Jenis system pengkondisian udara dapat

dibedakan menjadi :

1. Sistem Pendistribusian Panas

2. Sistem Zona Tunggal Klasik

3. Pengandalian Udara Luar

4. Sistem Zona Berganda

5. Sistem Pemanasan Ulang Termal

2.2 Sistem Refrigerasi

Gambar 2.1 Sistem Refrigerasi

2

Page 3: Laporan AC 14

Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalor dari suatu benda/ruangan

ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih rendah dari

temperatur lingkungannya. Kinerja mesin refrigerasi kompresi uap ditentukan

oleh beberapa parameter, diantaranya adalah kapasitas pendinginan kapasitas

pemanasan,daya kompresi, koefisien kinerja dan faktor kinerja.Sesuai dengan

konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat

dipindahkan.Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses-proses aliran

panas dan perpindahan panas. Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi

dua, yaitu:

2.2.1 System refrigerasi mekanik

Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat mekanik

lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi

mekanik di antaranya adalah:

a. Siklus Kompresi Uap (SKU) /carnot

b. Refrigerasi Siklus Udara

c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah

d. Siklus serling

2.2.2 System refrigerasi non mekanik

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan mesin-

mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk

dalam sistem refrigerasi non mekanik di antaranya:

a. Refrigerasi termoelektrik

b. Refrigerasi siklus absorbsi

c. Refrigerasi steam jet

d. Refrigerasi magnetic dan Heat pipe

3

Page 4: Laporan AC 14

Jenis system refrigerasi yang umun digunakan adalah :

1. Sistem refrigerasi kompresi uap / carnot

System ini meggunakan daur kompresi uap yang sangat umum digunakan

dalam system regrigerasi. Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap

adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup expansi.

Gambar 2.2 Siklus refrigerasi kompresi uap

Gambar 2.3 Diagram P-H (Tekanan-Enthalpi)

Siklus Refrigrasi Kompresi Uap

Siklus refrigerasi yang ditunjukkan dalam Gambar 1 dan 2 dapat dibagi

menjadi tahapan-tahapan berikut:

4

Page 5: Laporan AC 14

Proses 1 – 2 : Refrigeran dalam evaporator menyerap panas dari sekitarnya.

Selama proses ini refrigeran berubah fasa dari cair menjadi gas. Dalam

evaporator inilah terjadi proses pendinginan karena terjadi pengambilan panas.

Proses 2 – 3 : Refrigerant keluar dari evaporator masuk menuju kompresor.

Dalam kompresor, refrigeran yang berbentuk uap superheated ini dinaikkan

tekanannya. Secara otomatis suhu juga akan meningkat, sebab energi yang

dihasilkan selama proses kompresi dipindahkan ke refrigeran. Temperatur

refrigeran tersebut dinaikkan agar dapat mencair pada temperatur udara ruang

di kondensor (seperti diketahui refrigerant pada tekanan 1 atm dan temperatur

ruang selalu berwujud uap).

Selain itu, kompresor juga berfungsi untuk mengsirkulasikan refrigeran dalam

sistem, sehingga dapat terjadi proses pengambilan panas (heat removal) di

evaporator dan proses pembuangan panas (heat rejection) di kondensor.

Proses 3 – 4 : Gas refrigeran superheated yang bertekanan tinggi lewat dari

kompresor menuju kondenser. Bagian awal proses pembuangan panas (3-3a)

menurunkan panas superheated gas sebelum gas ini dikembalikan menjadi

bentuk cairan (3a-3b). Proses pembuangan panas ini biasanya dicapai dengan

menggunakan media udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut (subcooled)

terjadi pada pemipaan atau liquid receiver tank (3b - 4), sehingga cairan

refrigeran didinginkan ke tingkat lebih rendah ketika cairan ini menuju alat

ekspansi.

Kondenser harus mampu membuang panas gabungan yang masuk evaporator

dan kompresor. Dengan kata lain: (1 - 2) + (2 - 3) harus sama dengan (3 - 4).

Proses 4 - 1 : Cairan refrigeran yang sudah didinginkan dan bertekanan tinggi

melintas melalui peralatan ekspansi, yang mana akan mengurangi tekanan dan

mengatur aliran refrigeran menuju evaporator. Penurunan tekanan ini

dimaksudkan agar temperatur refrigeran ikut turun lebih rendah dari suhu

ruangan evaporator sehingga terjadi perpindahan panas dari udara ruangan

evaporator ke refrigeran. Ketika dalam alat ekspansi, tidak ada panas yang

hilang maupun yang diperoleh (adiabatic).

5

Page 6: Laporan AC 14

2. Sistem Refrigerasi siklus absorbsi

Berbeda dengan system kompresi aup yang dioperasikan oleh kerja, system

absorbsi dioperasikan oleh kalor karena system memberikan kalor yang

diperlukan untuk melepaskan refrigerant dari cairan betekanan tinggi.

Refrigerant beterkanan rendah dari evaporator diserap oleh cairan didalam

absorber, proses dilakukan secara adiabatic hingga temperatur cairan naik dan

proses absorbsi berhenti. Untuk itu absorbsi umumnya didinginkan oleh udara

atau yang berfungsi menyerap kalor dan melepasnya ke lingkungan, kemudian

pompa menerima zat cair absorber dan menaikkan tekanannya lalu

mengirimnya ke generator. Dalam generator, kalor dari sumber tertentu

melepas uap yang telah diserap oleh lautan. Cairan dikembalikan ke absorber

melalui katup throrrling untuk menurunkan tekanannya sehingga menjadi

perbedaan tekanan antara generator dengan absorber.

Gambar 2.4 Sistem Refrigerasi siklus absorbs

2.3 Diagram Piskiometri

Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan

uap air, dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara

karena udara pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi

tidak benar-benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu

keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Udara kering mengandung

6

Page 7: Laporan AC 14

(dalam volume) 78,03% nitrogen, 20,99% oksigen, dan selebihnya

karbondioksida, argon dan lain-lain. udara atmosfir mengikuti hukum Gibbs-

Dalton. Tekanan barometer Pb merupakan jumlah tekanan parsial dari semua

unsur pokok yang membentuk udara, oksigen, nitrogen, dan uap air.

Untuk suatu campuran udara air :

Pb = Pa + Pv

Dimana : Pa = tekanan parsial udara

Pv = tekanan parsial kandungan uap air

Pada suhu normal, tekanan udara parsial uap air di dalam atmosfer kurang dari

0,07 kgf/cm2, pada tekanan tersebut suhu jenuhnya 38,7oC berada dalam keadaan

panas lanjut. Tekanan uap air yang rendah ini dianggap sebagai gas sempurna dan

mengikuti hukum :

Pv = R.T

Sesuai dengan simbul yang dipakai, yaitu :

R = Rmol / M

Dimana :

R = 848 kgf-m/kg-mol K

Ma = 28,967

Mv = 18 (untuk uap air) jadi konstan gas

Ra = 29,27

Rv = 47,11 kgf-m/kg K

Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya

pemahaman tentang sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara lain :

7

Page 8: Laporan AC 14

2.3.1 Temperature bola keliling (dbt)

Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer

sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat

karena adanya pengaruh radiasi panas.

2.3.2 Temperature bola basah (wbt)

Suhu bola basah adalah suhu yang ditunjukkan oleh temperature bola basah dan

kering, diaman bola dibalut dengan kain basah dengan sumbu sutera yang

dibasahi dengan air penyulingan. saat temometer dialiri udara tidak menjadi jenuh

dengan uap air pada kecepatan 300m/menit, air yang ada pada kain basa akan

menguap sesuai dengan kemampuan serap dari udara sekitar. Kesetimbangan suhu

akhir yang tercapai disebut dengan suhu bola basah yang dinyatakan dalam oC

dari dbt dan wbt. Perilaku kelembapan udara dapat diketahui baik dengan diagram

psikrometri atau dengan persamaan Carrier, dinyatakan dengan :

Pv = ( Pb−P b ' )¿¿

Dengan :

t = suhu bola kering

Pb = tekanan barometer

t ‘ = suhu bola basah

Ps’ = tekanan parsial uap air jenuh pada suhu bola basah

Pv = tekanan parsial uap air

2.3.3 Suhu titik embun (dpt)

Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama

dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam

udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab

didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan berbeda,

semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar.

8

Page 9: Laporan AC 14

Istilah – istilah Kelembapan

Pada piskometri dikenal berberapa istilah kelembapan, yaitu :

1. Kelembapan Spesifik

Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam

setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air (mv) dengan

massa udara kering (ma) yang ada didalam atmosfir. Kelembapasn spesifik dapat

dirumuskan : W = mv

ma

Dimana :

W = kelembapan spesifik,

ma = massa udara kering,

mv = massa udara kering

2. Kelembapan Relatif

Kelembapan relatif (∅) ialah massa uap air (dalam kilogram) yang terkandung

dalam satu meter kubik campuran udara-uap air pada tekanan tertentu.

∅=(PvPs )t

Dengam mengunakan persamaan gas sempurna untuk aup air tekanan rendah pada

suhu T dan untuk aup air jenuh pada volume v :

pv x v = mv x 47,1 x T

ps x v = ms x 47,1 x T

3. Rasio jenuh

Rasio jenuh (μ), atau disebut pula dengan derajat kejenuhan, didefinisikan sebagai

rasio kelembapan spesifik dari udara lembap dengan kelembapan spesifik udara

jenuh pada suhu yang sama.

μ=( WW s

)T

9

Page 10: Laporan AC 14

2.4 Diagram Mollier

10

Page 11: Laporan AC 14

BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Skema Instalasi

3.2 Data Teknis Peralatn1. Kompressor

- Type AE4440Y

- Power supply 1 HP/220-240 V/ 50 Hz

- Out put 750 W

- FLA-normal 3.10

- Refrigerant R 134a = R.12

- Putaran 2900 rpm

2. Kondensor

- Model A19B1E

- Power supply 820 w/ 240 V/ 50 Hz

- Refrigeran R.134a = R.12

3. Fan udara

- Power supply 750 W

- Efisiensi 78%

11

Page 12: Laporan AC 14

3.3 Prosedur Percobaan

1. Memastikan bahwa instalasi sudah dalam keadaan siap digunakan

2. Membuka semua katup yang ada pada instalasi (siklus)

3. Menghidupkan mesin pendingin, kemudian tunggu berberapa saat sampai

kondisi menjadi normal.

4. Mengatur beban pendingin dengan memuktar thermostat pada posisi dan

tunggu sampai 10 menit agar siklus berkerja, kemudian catat semua data

yang diperlukan sesuai dengan lembar data.

5. Lakukan langkah 4 untuk beban pendingin berikutnya ( percobaan

selanjutnya) dengan tidak mematikan mesin pendingin.

6. Jika seluruh pengujian telah dilaksanakan, matikan mesin pendingin dan

pastikan semua katup dalam posisi tertutup.

7. Sebagai catatan untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan.

12

Page 13: Laporan AC 14

BAB IVANALISA DATA

4.1 Data Hasil Pengujian

No.

Pengondisian Udara RefrigeranSisi Masuk Sisi Keluar Sebelum Sesudah

Tdb(ºC)

Twb(ºC)

Tdb(ºC)

Twb(ºC)

T1(ºC)

P1(bar)

T2(ºC)

P2(bar)

1 26 25,1 25,4 20,4 -25 2 85 902 26 25,3 25,4 20 -10 3 80 903 26 25,4 25,4 20 -10 3 85 904 26 25,5 25,9 21 -10 4 85 905 26 25,6 26 21 -10 4 85 906 26 25,6 26 21 -10 4 85 95

4.2 Perhitungan Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian maka di dalam perhitungan untuk memperoleh besarnya entropi pada sistim atau setiap kondisi dari siklus refrigerasi kompresi uap standar dengan refregeran Freon 12 dapat digunakan A- 5 dan harga setiap kondisi dalam siklus adalah sebagai berikut :Untuk mencapai entalpi kita lakukan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Kondisi I ( setelah refregeran keluar dari evaporator sebelum masuk kompresor ) Uap pada kondisi ini adalah kondisi jenuh dari data percobaan diperoleh,

T1 = -25oCP1 = 200 kPa

Dimana :1 bar : 100 Kpa10 bar : 103Kpa

Dengan mengunakan tableA-2maka diperoleh harga entalpinya sebesar h1 : 104,89KJ/KgS1 :0,3674Kg/Kg.°C

2. Kondisi II ( Setelah keluar dari kompresor sebelum didinginkan ) Pada kondisi ini refregeran yang terbentuk adalah uap panas lanjut

dengan entropi konstan , dalam kondisi 2 ini kita akan mencari nilai h2 , untuk memperoleh h2, dipakai table A-3 .( diagram tekanan entalpi panas lanjut refrigerant 12 ) yaitu dengan menggeser kondisi I sehigga tekanan pengembunan

P2 = 9000 kPa.h2 = 1363,3 KJ/Kg

3. Kondisi III ( Setelah keluar dari kondesor sebelum di exspansi ) Keadaan III adalah cairan jenuh pada T3 = 80oC.Dan dengan

menggunakan table A-3 diperoleh h3 = 1339.95kJ/Kg4. Kondisi IV ( Setelah terjadinya exspansi sebelum masuk Evaporator )

13

Page 14: Laporan AC 14

h3 = h4 = 1339.95 kJ/ Kg.

Dengan cara yang sama harga entalpi dari thermostat sebagai berikut :

No.

h1 (kJ/Kg)

h2 (kJ/Kg)

h3=h4 (kJ/Kg)

P2(Kpa)

S1 (kJ/Kg.°K)

V1(m³/s)

1

104.891363.3 1339.95 9000 0.3674 1.0029

2

42.011363.3 1316.6 9000 0.151 1.0004

3

42.011363.3 1339.95 9000 0.151 1.0004

4

42.011363.3 1339.95 9500 0.151 1.0004

5

42.011363.3 1339.95 9500 0.151 1.0004

6

42.011385.45 1339.95 9500 0.151 1.0004

4.3 Pembahasan Dan Grafik Hubungan Parameter

1. Diagram Psikometri

Tekanan Uap air di udara Ph = Pwb – (( Pbar – Pwb )*(tdb – twb )/ (2830- 1,44)*twb))

= 0,031884 – ((200 – 0,031884)*(26 – 25,3) / (2830 – 1,44 )*26)) = 0.050107132 Kpa

Kelembaban temperature Hr = Ph / Pdb * 100

= 0.050107132 / 0,03363 * 100 = 191,5751825

Derajat jenuh Θ = Pbar – Pdb / Pbar – Ph * Hr

= 200 – 0,03363 / 200 – 0.050107132 * 191,5751825= 149.0076164

Rasio Kelembaban Aktual μ = 0,6220 * Ph / Pbar – Ph

= 0,6220 *0.050107132 / 200 – 0.050107132 = 0.000165896 Kj/Kg

2. Termodinamika

1. Efek refregerasi ( Qs= Qin )Qin = h1 – h4

=104.89 – 1339.95 = -1235.06 Kj/Kg2.Kalor dibuang lewat kondensor (Qcon )

Qcon = h2 – h3

= 1363,3 – 1339,95= 23,35 Kj/Kg

14

Page 15: Laporan AC 14

3. Kerja kompresi isentropic ( Wcom )W com = h1 - h2

= 104,89 – 1363,3 = -1258,41Kj/Kg

4.Laju masa refrigerant ( Mr )Mr = Q/ h1 – h4

= 0.75 / 104,89 – 1339,95 = -0,000607 Kg/ s

5. Daya kompresi Nk = Mr * ( h1 - h2)

= -0,000607*(104,89 – 1363,3) = 0,764179473 Kj/s

6. Volume aliran Refrigeran V = Mr * V

= 0,000607 * 1,0029 = -0,00061 m3/s

7. Koefisien Prestasi ( COP )COP = h1 – h4 / h1 - h2

= 104,89 – 1339,95 / 104,95 – 1363,3 = 0,981445

Dengan cara yang sama kita dapatkan hasilnya :

a. Data Perhitungan Diagram Psikometri

Sisi Masuk

no Ph (kPa) Hr Ø μ (kJ/Kg) hud (kJ/Kg)1 0.050107132 148.995338 149.007616 0.0030602 33.4932322 0.096630233 287.33343 1852635.9 0.0018852 32.2329313 0.09663017 287.333245 1852637.19 0.0018852 32.2329314 0.21467303 638.337882 1551437.38 0.0011189 31.4110895 0.243270913 723.374704 1497825.08 0.0010475 31.3344476 0.271863007 808.394313 1458047.23 0.000976 31.257809

Sisi Keluar

no Ph (kPa) Hr Ø μ (kJ/Kg) hud (kJ/Kg)1 0.000612877 0.33309442 0.332789 0.0033069 33.2571112 0.588987346 320.110517 320.543509 0.0002439 29.972493 0.78533177 426.822343 427.680135 -0.000412 29.2690054 0.71430253 2124.00395 2127.6248 -0.000131 30.0705075 0.71430253 2124.00395 2127.6248 -0.000131 30.0705076 2.434628557 7239.45453 460.087195 -0.004459 25.428838

15

Page 16: Laporan AC 14

b. Data Perhitungan Termodinamika

noQin

(kJ/Kg)Qcond (kJ/Kg)

Wcomp (kJ/Kg)

Mr (Kg/s)

Ncomp (Kg/s)

V (m³/s) COP

1 -1235.06 23.35 -1258.41 -0.000607 0.7641795 -0.0006090.981444

8

2 -1274.59 46.7 -1321.29 -0.000588 0.7774794 -0.00058870.964655

8

3 -1297.94 23.35 -1321.29 -0.000578 0.7634925 -0.00057810.982327

9

4 -1297.94 23.35 -1321.29 -0.000578 0.7634925 -0.00057810.982327

9

5 -1297.94 23.35 -1321.29 -0.000578 0.7634925 -0.00057810.982327

9

6 -1297.94 45.5 -1343.44 -0.000578 0.7762917 -0.00057810.966131

7

-1258.41

-1321.29

-1321.29

-1321.29

-1321.29

-1343.440.755

0.76

0.765

0.77

0.775

0.78

n com- w com

n com- w com

0 1 2 3 4 5 6 70

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0.0035

ratio kelembapan termostat

ratio kelembapan ter-mostat

16

Page 17: Laporan AC 14

0 1 2 3 4 5 6 70

200000400000600000800000

100000012000001400000160000018000002000000

derajat penuh termostat

derajat penuh termostat

0 1 2 3 4 5 6 7

-0.00061-0.000605

-0.0006-0.000595

-0.00059-0.000585

-0.00058-0.000575

-0.00057-0.000565

-0.00056

mr termostat

mr termostat

0 1 2 3 4 5 6 7

-1360

-1340

-1320

-1300

-1280

-1260

-1240

-1220

-1200

w com termostat

w com termostat

17

Page 18: Laporan AC 14

0.7620.764

0.7660.768

0.770.772

0.7740.776

0.7780.78

0.955

0.96

0.965

0.97

0.975

0.98

0.985

ncom COP

ncom COP

0 1 2 3 4 5 6 70

100200300400500600700800900

Hr termostat

Hr termostat

0 1 2 3 4 5 6 70

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

ph termostat

ph termostat

18

Page 19: Laporan AC 14

0 1 2 3 4 5 6 705

101520253035404550

Qcond termostat

Qcond termostat

0 1 2 3 4 5 6 7

-1320

-1300

-1280

-1260

-1240

-1220

-1200

Qin termostat

Qin termostat

0 1 2 3 4 5 6 705

101520253035404550

Qcom termostat

Qcom termostat

19

Page 20: Laporan AC 14

BAB VPEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan

1. Hubungan kalor yang diserap refrigerant terhadap posisi thermostat adalah berbanding lurus dengan perubahan temperatur pada mesin pendingin maka akan berubah pula nilai kalor yang diserap oleh refrigerant . Hal ini disebabkan adanya perubahan entalpi refregeran sesudah evaporatot ( h1 ) dikurangi dengan entalpi reefregeran sesudah kompresor.

2. Hubungan daya yang dilepas kompresor terhadap posisi thermostat adalah berbanding lurus dengan perubahan temperature pada mesin pendingin maka akan berubah untuk nilai kalor yang dilepas kondensor sesuai dengan kenaikan daya yang dikeluarkannya , sehigga dapat kita lihat temperature yang di lepas kondensor akan sama dengan daya pada mesin pendingin

3. Hubungan kerja kompresi terhadap posisi thermostat adalah fluktuatif dengan menambah temperature pada mesin pendingin , maka kerja kompresi akan mengalami penurunan dan pada posiasi tertentu untuk merubah termperatur pada mesin pendingin , kerja kompresi akan mengalami kenaikan . Hal ini dikarenakan perubahan entalpi refregeran sesudah evaporator yang cenderung naik turun dikurangi dengan entalpi sebelum kondensor . Maka semakin kecil entalpi yang diberikan maka semakin besar untuk tempertur yang dikeluarkan .

4. Hubungan laju masa refregeran terhadap posisi thermostat adalah berbanding lurus dengan perubahan temperature pada mesin pendingin maka nilai masa pendauran refregeran akan semakin naik . Hali ini dikarenakan akan adanya perbandingan kapasitas refregeran dengan kalor yang diserap oleh refregeran pada evaporator . Sehingga semakin tinggi kerja kompresi yang diperlukan maka semakin besar laju masa refregeran .

5. Hubungan daya komperesi terhadap laju masa adalah berbanding lurus . Hal ini dipengaruhi oleh kerja kompresi yang hasilnya naik turun laju masa refregeran sehigga dapat di lihat dengan perubahan tempereatur pada mesin pendingin . Nilai daya kompresi akan mengalami kenaikan maka kerja dari pada mesin pendingin juga akan mengalami kenaikan pula.

6. Hubungan koefisien dengan laju masa refregeran adalah berbanding terbalik Hal ini disebabkan adanya kerja kompresi yang nilainya cenderung naik turun pada setiap perubahan tempertur mesin pendingin yaitu semakin tinggi laju masa refregeran mengakibatkan koefisien prestasi cenderung menurun

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil praktikum dari pengolahan data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hubungan antara daya refregeran dengan thermostat menyatakan bahwa kenaikan dari perubahan thermostat akan menyebabkan peningkatan daya

20

Page 21: Laporan AC 14

refregeran semakin tinggi thermostat maka semkin tinggi pula laju aliran refregaran dan kerja kompresor dalam upanya memapatkan refregeran dan semakin cepat proses pendinginan .

2. Hubungan daya kompresor terhadap thermostat menunjukkan bahwa naiknya daya kompresor akan diikuti oleh naiknya thermostat . H al ini disebabkan semakin tinggi termostat maka laju aliran yang dibutuhkan semakin tinggi.

3. Bertambahnya thermostat akan menyebabkan penurunan dampak refregeran . Hali ini disebabakan refregeran mengalamai perubahan fase sehingga menyebabkan perubahan entalpi sehingga diperlukan daya evaporator yang tinggi untuk menguapkan refregeran.

4. Bertambahnya thermostat menyebabkan penurunan terhadaop panas buang karena uap refregeran semakin bertamabah sehigga panas dibuang sedikit.

5. Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan ternyata tidak semua sejalan dengan teoritis yang berlaku . Hal ini dapat dilihat dari fluktasi grafik hasil percobaan . Ini dapat disebabkan penurunan prestasi mesin dari alat uji coba , kurangnya bimbingn dari asisten , kurangnya pengetauan , ketidak akuratnya data yanga diperoleh.

21

Page 22: Laporan AC 14

DAFTAR PUSTAKA

Team Lab. Prestasi Mesin , Panduan Praktikum PrestasiMesin, UMM. Malang ,2005.

Staecker WF.Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara. Erlangga , Jakarta ,1987.

22