Laporan 5

13

Click here to load reader

description

biokimia 1

Transcript of Laporan 5

Page 1: Laporan 5

PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

JUDUL PRAKTIKUM : REAKSI UJI PROTEIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Alfa Dina Prianoto

NIM : 06121410007

KELOMPOK : II

DOSEN PEMBIMBING :

1. Drs. Made Sukaryawan, M.Si

2. Desi, S.Pd., M.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: Laporan 5

1. Nomor Praktikum : V

2. Tanggal Praktikum : 18 September 2014

3. Judul Praktikum :

DENATURASI PROTEIN

4. Tujuan Praktikum :

Untuk melakukan analisis dan identifikasi protein dan asam amino.

5. Alat dan Bahan :

a. Alat :

Tabung reaksi

Gelas ukur

Pipet tetes

Beaker glass

Rak tabung reaksi

b. Bahan :

Larutan Ikan 1% - 5%

Larutan Albumin

NaOH 0,1 M

HCl 0,1 M

Buffer asetat, pH 4,7

Etil alkohol 95%

6. Dasar Teori

Protein merupakan makromolekul turunan polipeptida. Protein

mempunyai molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan (g/mol). Protein

tersusun dari atom – atom C, H, O dan N di tambah dengan beberapa unsur

lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan

asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan

yang lain, menentukan sifat biologis protein. Secara kimia dibedakan antara

protein sederhana dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan

tambahan seperti karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Pada protein kompleks,

bagian polipeptida dinamakan approprotein dan keseluruhannya dinamakan

Page 3: Laporan 5

haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan.

Protein mempunyai berbagai fungsi diantaranya: merupakan katalis biokimia

(enzim), alat pengangkut dan penyimpan, penunjang mekanisme tubuh,

pertahanan tubuh, perambatan impuls syaraf dan pengendali pertumbuhan.

Struktur protein dapat dilihat sebagai hierarki yaitu berupa struktur primer

(tingkat satu), struktur sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener

(tingkat empat). Struktur  primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode:

hidrolisis protein dengan asam kuat. Sifat-sifat protein berbeda-beda saat bereaksi

dengan air, beberapa reagen dan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.

Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan

garam-garam anorganik. Pengendapan terus terjadi karena pengendapan ion

garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik

dengan molekul protein untuk mengikat air. Garam anorganik lebih menarik air

maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang.

Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi

terhadap struktur sekunder, tertier dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya

pemecahan ikatan-ikatan kovelen. Karena itu, denaturasi dapat diartikan suatu

proses terpecahnya ikatan hydrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan

aterbukanya lipatan atau wiru molekul protein (Winarno, 1992).

Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul

bagian dalam yang ersifat hidrofobik akan keluar sedangkan bagian hidrofilik

akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembakikkan akan terjadi bila protein

mendekati pH isoelektris lalu protein akan menggumpal dan mengendap.

Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang menjadi asimetrik, sudut

putaran optis larutan protein juga akan meningkat (Winarno, 1992).

Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi

pada struktur sekunder dan tersier protein. Sejak diketahui reaksi denaturasi tidak

cukup kuat untuk memutuskan ikatan peptida, dimana struktur primer protein

tetap sama setelah proses denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya gangguan

pada struktur sekunder dan tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat

empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan

hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi hidrofobik non polar,

Page 4: Laporan 5

yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemui adalah

proses presipitasi dan koagulasi protein (Ophart, C.E., 2003).

Denaturasi dapat terjadi karena panas, Panas dapat digunakan untuk

mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi

karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul

penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan

ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi

selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk mendenaturasi protein yang

dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam mencerna protein

tersebut (Ophart, C.E., 2003).

Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga

kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan

mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami

protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida.

Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, C.E.,

2003).

7. Prosedur Praktikum

Tabung 1 2 3

Larutan Protein 9 ml 9 ml 9 ml

Buffer asetat pH 4.7 ( 1 M ) - - 1 ml

HCl 0.1 M 1 ml - -

NaOH 0.1 M - 1 ml -

Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan

dinginkan pada temperatur kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan

mengendap. Untuk tabung-tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml

bufferasetat pH 4.7. Tulis hasilnya.

Page 5: Laporan 5

8. Hasil Pengamatan

Denaturasi Protein

Tabung I

4,5 ml larutan albumin 1 %+ 0,5 ml HCl 0,1 M Larutan kuning bening

(kuning) (bening)

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Larutan bening

(bening)

4,5 ml larutan albumin 2 %+ 0,5 ml HCl 0,1 M Larutan kuning bening

(kuning) (bening)

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Larutan bening

(bening)

Pada tabung reaksi I ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M, tabung II 1 mL NaOH, dan tabung III 1 mL buffer asetat

Dimasukkan

Dalam 3 tabung reaksi

Masing-masing 2 mL larutan protein putih telur

Ditambahkan

Dipanaskan

Selama 5 menit

Ditambahkan

Masing-masing 1 mL buffer asetat

Perubahan warna yang terjadi

Diamati dan dicatat

Page 6: Laporan 5

4,5 ml larutan albumin 3 %+ 0,5 ml HCl 0,1 M Larutan kuning bening

(kuning) (bening)

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

4,5 ml larutan albumin 4 %+ 0,5 ml HCl 0,1 M Larutan kuning bening

(kuning) (bening)

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

4,5 ml larutan albumin 5 %+ 0,5 ml HCl 0,1 M Larutan kuning bening

(kuning) (bening)

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

Tabung II

4,5 ml larutan albumin 1 %+ 0,5 ml NaOH 0,1 M Larutan kuning

(kuning) (bening)

bening

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

4,5 ml larutan albumin 2 %+ 0,5 ml NaOH 0,1 M Larutan kuning

(kuning) (bening)

bening

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

4,5 ml larutan albumin 3 %+ 0,5 ml NaOH 0,1 M Larutan kuning

(kuning) (bening)

bening

Page 7: Laporan 5

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

4,5 ml larutan albumin 4 %+ 0,5 ml NaOH 0,1 M Larutan kuning

(kuning) (bening)

bening

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

4,5 ml larutan albumin 5 %+ 0,5 ml NaOH 0,1 M Larutan kuning

(kuning) (bening)

bening

+ 10 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan putih

(bening)

Tabung III

4,5 ml larutan albumin 1 %+ 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan (kuning) (bening)

putih

4,5 ml larutan albumin 2 %+ 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan (kuning) (bening)

putih

4,5 ml larutan albumin 3 %+ 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan (kuning) (bening)

putih

4,5 ml larutan albumin 4 %+ 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan (kuning) (bening)

putih

4,5 ml larutan albumin 5 %+ 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 1M Endapan (kuning) (bening)

putih

9. Mekanisme Reaksi

Page 8: Laporan 5

Denaturasi Protein

10. Pembahasan

Pada percobaan kali ini tentang denaturasi protein. Protein yang di gunakan adalah larutan albumin. Ada 3 percobaan yang di lakukan pada percobaan kali ini. Pada percobaan pertama yaitu larutan albumin di tambah dengan larutan HCl. Penambahan HCl ini bertujuan untuk mengetahui apakah laruan albumin itu bersifat asam atau tidak. Kemudian setelah itu di panaskan dalam air mendidih, pada percobaan kali ini suhu yang di pakai adalah 1000C karena harus dalam keadaan mendidih. Apabila air tidak mendidih maka akan berpengaruh pada protein. Pemanasan ini dilakukan selama 15 menit dengan tujuan untuk membantu reaksi dan mengetahui terjadinya endapan. Setelah itu didinginkan dalam suhu kamar atau suhu normal. Dan di dapat larutan kuning bening. Kemudaian di tambah buffer asetat pH 4,7 dan didapatkan hasil pada larutan albumin 1 % larutan bening. Seharusnya ada endapan namun karena ada faktor pemanasan yang terlalu lama menyebabkan tidak terbentuk endapan. Larutan albumin 2 % larutan bening, seperti halnya albumin 1 % ada faktor yang mempengaruhi tidak terbentuknya endapan. Sedangkan pada larutan albumin 3% - 5% semuanya terbentuk endapan dimana endapan yang paling sedikit adalah 3% dan paling banyak adalah 5%.

Percobaan kedua yaitu larutan albumin dengan NaOH. Sebenarnya pada percobaan pertama terjadi kesalahan. Kesalahan yang terjadi mungkin karena pengamatan atau pada penambahan larutan. Namun, setelah di ulang baru di dapatkan hasil yang mendekati teori. Percobaan ini hampir sama dengan pada percobaan pertama hanya larutan yang di gunakan berbeda pada penambahan larutan NaOH. Percobaan ini dilakukan agar di ketahui kebasaan pada larutan yang di uji. Larutan albumin di tambah dengan larutan NaOH kemudian di panaskan. Seperti halnya percobaan dengan HCl pemanasan di lakukan untuk membantu reaksi dan mengetahui terbentuk atau tidaknya

Page 9: Laporan 5

endapan pada pencampuran larutan. Suhunya 1000C selama 15 menit. Kemudian didinginkan pada sugu kamar dan di ditambah buffer asetat. Hasil yang di dapatkan adalah larutan albumin 1%-5% terdapat endapan putih. Dimana larutan albumin 1% paling sedikit endapan, kemudian 2%, 3%, 4% dan paling banyak endapan adalah larutan albumin 5%.

Percobaan yang terakhir yaitu larutan albumin dengan buffer asetat pH 4,7. Percobaan sama dilakukan pada percobaan terakhir ini. Namun, setelah pemanasan tidak ditambahkan lagi buffer asetat. Karena telah ditambahkan sebelum pemanasan. Pemanasan dilakukan untuk membantu reaksi dan mengetahui pengendapan yang terjadi. Setelah pemanasan didinginkan pada suhu kamar. Hasil yang didapatkan adalah kelima tabung membentuk endapan putih. Seperti halnya percobaan II larutan albumin 1% paling sedikit endapan, kemudian 2%, 3%, 4% dan paling banyak endapan adalah larutan albumin 5%. Kesalahan yang terjadi adalah penambahan larutan, pemanasan yang terlalu lama dan pengamatan yang dilakukan praktikan serta hal-hal lain.

11. Kesimpulan

1. Pada uji HCl larutan albumin 1% dan 2% terbentuk larutan bening.

2. Pada uji HCl larutan albumin 3%-5% terbentuk endapan putih.

3. Pada uji NaOH produk yang dihasilkan adalah endapan putih.

4. Penambahan HCl dan NaOH untuk mengetahui keasamaan suatu larutan

protein.

5. Penambahan buffer asetat menyebabkan terbentuknya endpa putih.

6. Kesalahan yang terjadi adalah penambahan larutan, pemanasan yang terlalu lama

dan pengamatan yang dilakukan praktikan serta hal-hal lain.

7. Pemanasan dilakukan untuk membantu reaksi dan mengetahui pengendapan yang

terjadi.

Daftar Pustaka

Anonim.2013.Denaturasi Protein. (online).

www.chem-is-try.org/kata_kunci/ denaturasi - protein /com . Diakses pada 2

Oktober 2014

Page 10: Laporan 5

Ashima.2013. Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi. (online).

http://020793ashima.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-biokimia-

identifikasi.html. Diakses pada 2 Oktober 2014

Khoiriah N. 2012. Laporan Praktikum Biokimia Reaksi Uji. (online).

http://nissakhoiriah.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-biokimia-

reaksi-uji.html . Diakses pada 2 Oktober 2014

Mimi.2012. Praktikum Biokima Protein. (online).

http://mimilalamilong.blogspot.com/2012/03/praktikum-biokimia-

protein.html . Diakses pada 2 Oktober 2014

Rye.2013. Laporan Praktikum Biokimia Protein. (online). http://blog-

rye.blogspot.com/2013/09/laporan-praktikum-biokimia-protein.html .

Diakses pada 2 Oktober 2014