Lapkas.doc

31
BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan vili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu kehamilan. Terkadang terjadi kegagalan kehamilan (Reproductive failure), bergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. salah satunya kegagalan kehamilan pada Vili korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar berbentuk seperti anggur. kelainan ini disebut Mola Hidatinosa. 1 Penderita mola hidatinosa 15-20% dapat berubah menjadi ganas dan dikenal dengan tumor Trofoblas Gestasional. Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel trofoblast yang diklasifikasikan 1

description

---------

Transcript of Lapkas.doc

Page 1: Lapkas.doc

BAB 1PENDAHULUAN

Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) adalah sekumpulan penyakit yang

berkaitan dengan vili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu

kehamilan. Terkadang terjadi kegagalan kehamilan (Reproductive failure),

bergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. salah satunya kegagalan

kehamilan pada Vili korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak

wajar berbentuk seperti anggur. kelainan ini disebut Mola Hidatinosa.1

Penderita mola hidatinosa 15-20% dapat berubah menjadi ganas dan

dikenal dengan tumor Trofoblas Gestasional. Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan

salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblast Disease,

GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang

menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal

dari sel-sel trofoblast yang diklasifikasikan World Health Organization sebagai

mola hidatidosa parsial (Partial Mola Hydatid, PMH), mola hidatidosa komplit (

Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site

trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah tipe GTD tersering ditemukan dan

merupakan neoplasma jinak dari sel trofoblast.2

Persangkaan terhadap pasien GTD didasarkan adanya gejala klinis berupa

perdarahan pervaginam, pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia

kehamilan disertai peningkatan kadar serum human chorionic gonadotrophyn (

hCG ). Simptom kehamilan mola seperti pembesaran uterus, perdarahan

pervaginam, hipertensi yang diinduksi kehamilan, hiperemesis, anemia dan

1

Page 2: Lapkas.doc

2

ketiadaan denyut jantung janin tidaklah spesifik dan masih mungkin tidak muncul

sebelum kehamilan trimester kedua. Pemeriksaan ultrasonografi (US) merupakan

modalitas pilihan dalam penegakan diagnosis serta adanya peningkatan kadar

serum hCG. Gambaran klasik pemeriksaan US kasus kehamilan mola komplit

menampilkan gambaran “snowstorm”.

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin

dibandingkan dengan negara-negera Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan

1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi

sekitar 1: 120 kehamilan.3 Di Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 :

85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada usia reproduktif (15-45

tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan

menderita mola akan lebih besar. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam setiap

1000 kehamilan. Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami

transformasi ke arah keganasan, yang disebut sebagai gestational trophoblastic

neoplasma.9

BAB 2

Page 3: Lapkas.doc

3

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Usia : 46 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Suku : Aceh

Alamat : Muara Dua

Tanggal Masuk RS : 2 Juni 2015

Tanggal keluar RS : 6 Juni 2015

MR : 38.22.97

2.2 Anamnesis

2.2.1 Status Paritas

G5P4A0

2.2.2 Riwayat Menstruasi

Pertama kali haid usia 14 tahun, siklus haid teratur

2.2.3 Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam

2.2.4 Keluhan Tambahan

Keluar jaringan hitam kecoklatan dari kemaluan, Nyeri perut,

Lemas,demam.

Page 4: Lapkas.doc

4

2.2.5 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan Keluar perdarahan dari kemaluan sejak 3

hari smrs. dan memberat 1 hari smrs. darah keluar kurang lebih 250 cc. darah

keluar disertai gumpalan kehitaman dari kemaluan. awalnya darah keluar berupa

bercak. os mengaku 3 hari yang lalu sering mengalami pusing dan muntah-

muntah. Muntah dirasakan semakin berat pada malam hari dan ketika demam.

Muntah terjadi lebih dari tiga kali sehari dan sudah mengganggu aktivitas pasien.

Pasien mengaku hamil dan sudah melakukan tes kehamilan dengan hasil positif.

Os Mengaku HPHT tanggal ; 16-4-2015. Menurut keterangan pasien, Pasien

memiliki empat orang anak dimana anak pertama sampai ke empat dari

pernikahan pertama masih hidup, sedangkan dari suami yang kedua pasien belum

memiliki anak.

2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien diketahui ada riwayat Kista Bartholini di kemaluan 1 tahun yang

lalu

2.2.7 Riwayat Keluarga

Os mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa.

2.2.8 Riwayat Penggunaan Obat

Hanya minum obat yang diberikan saat ia kontrol kehamilan ke bidan dan

dokter. Jamu (-)

2.2.9 Riwayat Kontrasepsi

Os mengaku sempat menggunakan kontrasepsi suntik 1x 6 bulan yang

lalu.

Page 5: Lapkas.doc

5

2.2.10 Riwayat Persalinan

a) Anak I : Secara pervaginam, hidup.dibantu oleh Bidan

b) Anak II : Secara pervaginam, Hidup, dibantu oleh Bidan

c) Anak III : Secara pervaginam, Hidup, dibantu oleh Bidan

d) Anak IV : Secara Pervaginam, hidup, dibantu oleh Bidan

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Present

1) Keadaan umum : lemah

2) Kesadaran : compos mentis

3) Tekanan darah : 100/70 mmHg

4) Frekuensi Nadi : 84x/menit

5) Frekuensi Nafas : 18x/menit

6) Temperatur : 37,8 oC

B. Status General

1) Kulit

Warna : sawo matang

Sianosis : (-)

Ikterus : (-)

Bintik : (-)

Pucat : (+)

2) Kepala

Bentuk : kesan normocephali

Page 6: Lapkas.doc

6

Wajah : simetris, deformitas (-)

Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat(+/+),

pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)

Hidung : Hiperemis (-/-), sekret (-/-), deviasi septum (-), nafas cuping

hidung (-)

Telinga : bentuk aurikula normal, kedua membran timpani utuh, hiperemis

(-/-), sekret (-/-)

Mulut

- bibir : sianosis (-), sariawan (-)

- lidah : beslag (-)

- gigi : struktur gigi atas dan bawah normal, karies (-)

- tonsil : dalam batas normal

- faring: dalam batas normal

3) Leher

Inspeksi : simetris, peningkatan tekanan vena jugularis (-)

Palpasi : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), massa (-)

4) Thoraks

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercosta (-)

Palpasi : massa (-), fremitus vokal kanan dan kiri simetris serta tidak

meningkat

Perkusi : sonor (+/+)

Auskultasi : vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

5) Jantung

Page 7: Lapkas.doc

7

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula

sinistra

Perkusi :

batas kanan = ICS IV, linea parasternal dextra

batas kiri = ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula sinistra

batas atas = ICS III, linea parasternal sinistra

Auskultasi : regular, bising (-)

6) Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tampak sedikit kembung, luka parut (-)

Palpasi : soepel, hepatogemali (-), splenomegali (-), massa lain (-)

Perkusi : timpani, asites (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) nornal

7) Genitalia

Tidak diperiksa

8) Anus

Tidak diperiksa

9) Ekstremitas

Edema (-/-), sianosis (-/-), petekie (-/-)

2.4 Diagnosa Banding

1. Mola Hidatinosa komplit

2. Abortus Iminens

3. Kario Karsinoma

Page 8: Lapkas.doc

8

2.5 Diagnosa Kerja

Mola Hidatinosa Komplit + Anemia

2.6 Penatalaksanaan

=> Medikamentosa

IVFD RL, 20 gtt/menit

Inj. Cefotaxime l vial / 12 jam

Inj. Ranitidin 1 Ampul/ 12 jam

Non Medikamentosa

Pro Curretage

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin, Plano Tes, USG.

2.8 Prognosis

Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo Ad Fungsionum : Dubia ad bonam

Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam

2.9 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin (2 Juni 2015)

Hemoglobin : 7,1

LED : -

Eritrosit : 3,2

Leukosit : 8,8

Trombosit : 234

Page 9: Lapkas.doc

9

Hematokrit : 24,3

MCV : 74

MCH : 21,8

MCHC : 29,3

RDW : 20,0

2.10 Hasil pemeriksaan USG Abdomen

Gambaran badai salju atau Snow storm

2.11 Follow Up Pasien

Tanggal S O A P

3/06/2015 P/V (+) ↑↑K.Anemis (+)Pusing (+)Mual(+)Lemas (+)Nafsu makan ↓ (+)

KU : LemahSens : CM TD : 100/70 mmHgHb : 7,1gr%

Rencana USG abdomen

G5P4A0 + Hamil 5-7 minggu + Anemia

Th/ - IVFD RL 20 gtt- Inj. Cefotaxime

a/12 j- inj. Ranitidin

a/12jam- Tranfusi WB 3 bag

4/06/2015 H+1 MRS

P/V (+) K.anemis (+)Pusing (+)Mual(+)

KU : LemahSens : CM TD : 110/80 mmHgHb : 8,6 gr%(4/6)

Mola hidatinosa + P4A0 +Anemia

Th/ - IVFD NaCl 0,9%- Inj. Cefotaxime/12j- Inj. Ranitidine/12j

Page 10: Lapkas.doc

10

Lemas (+)Nafsu makan(+)↓ USG ( +)

Rencana Curratgebesok

- post Tranf WB 3 bag

- Anjuran + Tranfusi WB 2 bag

5/06/2015H+2 MRS

P/V (+)↓K.Anemis (-)Mual(+)Pusing (<)Lemas (<)Nafsu makan (+)

KU : BaikSens : CM TD : 130/80 mmHgT : 36,5OCHb : 12,0 gr%(5/6)

Mola hidatinosa + P4A0 +Anemia

Th/ - IVFD RL - Inj. Cefotaxime/12j- inj. Ranitidin a/12 j-Post Tranfusi 5 bag

WB

6/06/2015H+3 MRS

P/V (+)↓K.Anemis (-)Mual(+)Pusing (<)Lemas (<)Nafsu makan (+)

KU : BaikSens : CM TD : 110/70 mmHgHb : 12,0 gr% (5/6)

Post curettage ec Mola Hidatinosa +Anemia

Th/

- IVFD RL 20 Gtt- Inj. Cefotaxime/12j-Inj ranitidin a/12j-Post Tranfusi 5 bag

WB7/06/2015H+4 MRS P/V (-)

Pusing (<)Lemas (-)

KU : BaikSens : CM TD : 90/50 mmHg

Os PBJ

Post curettage ec Mola Hidatinosa +Anemia

Th/ - Asam Mefenamat- Vit B.Complex

BAB 3TINJAUAN PUSTAKA

Page 11: Lapkas.doc

11

3.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar

dimana tidak ditemukan janin hampir seluruh villi korealis mengalami perubahan

hidrofili (Sarwono, 2011). secara Makroskopik Mola hidatinosa dikenal berupa

gelembung-gelembung putih tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran

bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. kehamilan abnormal ini

ditandai dengan villi korialis yang mengalami perubahan hidrofobik membentuk

kelompok-kelompok menyerupai buah anggur.1,2,3

3.2 Epidemiologi

Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120

kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di

Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan

insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko

banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based.

Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas

35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik (Prawirohadjo, 2009).

3.3 Etiopatogenesis

Penyebab terjadinya MH tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan

adanya peranan kelainan kromosomal. Sel sperma membuahi ovum abnormal

yang tidak memiliki nukleus (atau kromosom) pada Complete Mola Hidatinosa.

Penyebab terbentuknya ovum abnormal tersebut tidak diketahui. Bila fertilisasi

dengan kondisi tersebut berlangsung, perkembangan normal tidak akan terjadi,

Page 12: Lapkas.doc

12

tidak akan terbentuk chorion, amnion atau korda umbilikalis dan fetus juga tidak

terbentuk. Sebaliknya sel trofoblast pembentuk plasenta akan berkembang pesat

menjadi CMH.1,2 Embrio atau janin pada PMH secara parsial berkembang tetapi

biasanya tidak bertahan hidup sampai rata-rata minggu kedelapan akan mati.

Kebanyakan kehamilan dianggap berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal

terhadap ibu.2

Normal Konsepsi

Monosspermic Complete Mola

Disphermic Complete Mole

Partial Mole

Page 13: Lapkas.doc

13

Dr. Fitriani Lumongga : Images Analysis Densitas Dna Pada Mola Hydatidiform,

2009USU Repository © 2008

Beberapa faktor resiko yang banyak disebutkan yaitu usia kehamilan di

atas 35 tahun dimana kemungkinan terjadi MH menjadi dua kali lipat, usia setelah

40 tahun kemungkinannya menjadi 5-10 kali lipat (Moore). Faktor resiko terhadap

kehamilan sebelum usia 16 tahun juga meningkat (Vorvick). 1,7

Penyebab lain mola hidatidosa berdasarkan faktor penyebabnya yang kini

telah diakui adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

dikeluarkan.

2. usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena

penyakit ini.

3. imunoselektif dari sel trofoblast

4. keadaan sosioekonomi yang rendah

5. paritas tinggi

6. defisiensi vitamin A

7. kekurangan protein

8. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

3.4 Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai

janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai

janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole.1,3

Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

Page 14: Lapkas.doc

14

Gambaran Mola Komplit Mola Parsial Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX

atau 69,XXY (tripoid) Patologi

Edema villus Difus Bervariasi,fokal Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,

ringan s/d sedang Janin Tidak ada Sering dijumpai Amnion, sel darah merah janin

Tidak ada Sering dijumpai

Gambaran klinis

Diagnosis Gestasi mola Missed abortion Ukuran uterus 50% besar untuk masa

kehamilan Kecil untuk masa kehamilan

Kista teka-lutein 25-30% Jarang Penyulit medis Sering jarang Penyakit pascamola 20% <5-10%

Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi

3.5 Manifestasi klinis

Tahap awal perkembangannya kehamilan mola menunjukkan karakteristik

klinis yang sulit dibedakan dengan gejala kehamilan normal. Kemudian pada

trimester 1 dan terutama selama trimester ke-2 sejumlah perubahan terjadi, yang

paling umum adalah perdarahan pervaginam berwarna kecoklatan yang sering

disertai dengan jaringan-jaringan menyerupai buah anggur, pembesaran ukuran

uterus biasanya lebih besar untuk usia kehamilan terutama pada kasus CMH (4

minggu lebih tua), dan denyut jantung janin tidak ditemukan. Anemia terjadi pada

kasus-kasus prolonged bleeding yang ditandai dengan gejala fatique dan sesak

nafas, preeklampsi yang ditandai dengan hipertensi dapat terjadi sebelum usia

Page 15: Lapkas.doc

15

kehamilan kurang dari 24 minggu. Tanda lainnya yang dapat ditemukan pada

kehamilan mola adalah hipertiroid dan terbentuknya kista ovarium yang

disebabkan tingginya kadar β-hCG perdarahan terutama pada CMH.1,5,8

Dan menurut Cuningham. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini

terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun

pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat

perubahan sebagai berikut (Cunningham, 2006) :

1. Perdarahan

Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi

mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat

dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara

intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat

perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia

defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.

2. Ukuran uterus

Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya

dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak

teraba bagian janin.

3. Aktivitas janin

Page 16: Lapkas.doc

16

Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,

secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test

dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta

yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu

plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat

normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola

inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang

hidup.

4. Embolisasi

Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma

villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah

tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta

tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang

terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang

menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk

menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut

trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase

yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari

trofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma

villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut

bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat

terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan

kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan

Page 17: Lapkas.doc

17

menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan

yang efektif.

5. Ekspulsi Spontan

Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar

sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus

lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada

kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu (John,

2006).

3.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik yang

ditemukan, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan pemeriksaan

histologis. Trias temuan klinis pada mola hidatidosa komplit yaitu yang pertama

adanya pembesaran uterus yang tidak sesuai usia kehamilan, dimana biasanya

lebih besar 4 minggu dari usia sebenarnya, yang kedua adalah tanda adanya

perdarahan pervaginam dan yang ketiga adalah adanya peningkatan kadar β-hCG

persisten sampai melebihi usia kehamilan 9-12 minggu yang didapatkan melalui

pemeriksaan laboratorium dan sering mengakibatkan hiperemesis gravidarum

dini. Pemeriksaan laboratorium lainnya yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan

darah lengkap, fungsi pembekuan darah, fungsi tiroid.1,3

1. Pemeriksaan Ultrasonografi

Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi pada trimester awal kehamilan

sebelum onset tanda klasik muncul dengan bantuan alat penunjang ultrasonografi

( USG ) yang beresolusi tinggi. Karakteristik USG mola adanya gambaran badai

Page 18: Lapkas.doc

18

salju ( snowstorm ) yang mengindikasikan villi koriales yang hidrofik. Pencitraan

ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan untuk awal diagnosa untuk

selanjutnya diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai β-hCG

yang tinggi ( > 100,000 mIU per milliliter ) dan dari hasil pemeriksaan

histopatologi.8.14,15

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar B-hCG

Beta HCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi

parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.

Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang

menggambarkan kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit

β pasca mola (Cunningham, 2006).

3. Pemeriksaan kadar T3 /T4

Page 19: Lapkas.doc

19

B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,

mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.

Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia,

tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu

makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat

terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia,

kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran

sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).

3.7 Penatalaksanaan

1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan

12 jam kemudian dilakukan kuret.

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan

umum penderita.

c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk

membersihkan sisa-sisa jaringan.

d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 40

tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi

pusat atau lebih

2. Pengawasan Lanjutan

Page 20: Lapkas.doc

20

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil sekurang-kurangnya 1 tahun

dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

Ukur kadar hCG setiap 3 minggu setelah kadarnya normal,

pemeriksaan dilakukan tiap 6 bulan sekali

Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

o Keadaan Serviks

o Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

3.8 Komplikasi dan Prognosis

Pasien yang didiagnosis dengan kehamilan mola harus dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya komplikasi medis seperti anemia, toksemia, atau

hipertiroidisme. Semua pasien harus menjalani pemeriksaan fisik lengkap dan

pemeriksaan laboratorium rutin, termasuk penentuan golongan darah, fungsi

tiroid, hati, dan ginjal.13 Pemeriksaan radiologis x-rays, magnetic resonance

imaging dan computed tomography thorax, pelvis, otak dan abdomen juga sangat

dibutuhkan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya metastase jauh.1,12 Data

yang pernah didapatkan dari beberapa sentra disebutkan terjadinya rekurensi

peningkatan kadar β- hCG sebesar kurang dari 1% pada pasien yang telah

dinyatakan bebas selama 6 bulan berturut-turut.14

Page 21: Lapkas.doc

21

Mola dianggap sebagai lesi prakanker karena 15-20% dari mola hidatidosa

lengkap (CMH) dan 1% dari mola hidatidosa parsial (PMH) mengalami

transformasi maligna.1,6 Jaringan trofoblas menginvasi sistem pembuluh darah ibu

dan dapat diangkut ke organ ekstrauterine lokal seperti vagina dan panggul, tetapi

dapat mencapai organ yang lebih jauh seperti paru-paru dan otak. Metastase yang

sangat langka yaitu ke sumsum tulang belakang dan jaringan paraspinal juga

pernah dilaporkan. Metastase ekstrauterin biasanya terdeteksi secara klinis

beberapa bulan setelah evakuasi kehamilan mola. Koriokarsinoma biasanya dapat

mencapai hitungan tahun paska evakuasi kehamilan mola baru terdeteksi secara

klinis.13