Lapkas Neurologi
description
Transcript of Lapkas Neurologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit stroke merupakan antara penyebab kematian utama di negara
berkembang maupun negara maju. Menurut World Health Organisation (WHO),
stroke adalah timbulnya gejala klinis akibat gangguan otak yang berkembang
cepat secara spesifik atau global serta gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau dapat menyebabkan kematian tanpa penyebab yang jelas selain
gangguan vaskular. Menurut National Institute of Neurological Disorders and
Stroke (NINDS), terjadinya stroke karena sebagian otak tidak menerima suplai
darah atau pecahnya pembuluh darah secara tiba-tiba yang mengakibatkan
penumpukan darah dalam atau sekitar otak dan hal ini akan menyebabkan sel-sel
otak mati karena tidak memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
Stroke dapat dibagikan kepada stroke iskemik dan stroke hemoragik. Tipe
stroke iskemik atau infark serebral paling sering terjadi sebanyak 70-80%.
Penyebab stroke iskemik adalah stroke kardioemboli (15-30%), stroke
aterosklerotik (14-25%), stroke lakunar (15-30%), stroke kriptogenik (20-40%)
dan penyebab stroke iskemik yang lain (<5%). Stroke hemoragik dapat dibagikan
kepada dua yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid (Brust,
2007). Terdapat 2 faktor resiko yang dapat memicu kejadian stroke yaitu faktor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya umur, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga, riwayat Transient Ischemic Attack (TIA)dan riwayat stroke lalu
untuk faktor resiko yang dapat dimodifikasi diantaranya hipertensi, merokok,
konsumsi alkohol, diabetes melitus, kadar kolesterol yang tinggi, pola makan
yang buruk, kurang aktivitas dan obesitas (American Stroke Association, 2012)
Berdasarkan Go A.S. (2012), tahun 1999-2009, resiko relatif kematian
akibat stroke dan jumlah kematian stroke aktual turun sebanyak 36,9% dan 23,0%
tetapi kasus baru stroke dan stroke yang sering berulang (rekurensi stroke)
dijumpai sebanyak 795.000 (lebih kurang 610.000 kasus adalah stroke pertama
kali dan 185.000 kasus rekurensi stroke). Pada tahun 2009, stroke diperkirakan
sebanyak 1 dari 19 kematian di Amerika Serikat, dengan rata-rata setiap 40 detik.
Di Indonesia, prevalensi kejadian stroke mencapai angka 8,3 per 1.000
penduduk dan prevalensi yang tertinggi di daerah Nanggroe Aceh Darussalam
sebanyak 16,6 per 1.000 penduduk lalu prevalensi yang terendah di daerah Papua
sebanyak 3,8 per 1.000 (Departemen Kesehatan R.I, 2010). Berdasarkan data
Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam Riskesdas (2013), kejadian stroke berada
dalam urutan sembilan yang urutan ini berada di belakang asma, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), kanker, DM, hipertiroid, hipertensi, jatung koroner dan
gagal jantung.
Jumlah penderita stroke yang di rawat inap dan di rawat jalan di bagian
neurologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2000
adalah sebanyak 308 orang dan 255 orang merupakan pasien stroke yang di rawat
inap dengan proporsi stroke hemoragik sebesar 20,78% (53 orang) (Nurzakiah,
2000). Pada tahun 2007 – 2008 diperoleh jumlah penderita stroke hemoragik yang
dirawat inap sebanyak 273 orang (Sirait, 2011). Berdasarkan jumlah yang
semakin meningkat tersebut, pemahaman tentang stroke, khususnya stroke
hemoragik, sangat penting untuk ditingkatkan.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memahami aspek teori
dari penyakit stroke hemoragik serta mengaplikasikan pada kasus di lapangan.
Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan kegiatan
program pendidikan profesi dokter (P3D) di Department Neurologi di RSUP Haji
Adam Malik.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis
maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk mengintegrasikan teori yang ada
dengan aplikasi kasus yang dijumpai di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak
(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam
ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang
paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15%
perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid (Felgin,
2006). Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid
(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV) (Price,
2006). Stroke hemoragik dapat terjadi di berbagai tempat yaitu (Harsono, 2003;
Price, 2006):
1. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan
dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang
menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam duramater
atau karena robeknya araknoid.
2. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah keadaan akut dimana
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau perdarahan yang
terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di daerah kepala seperti di
selaput otak atau bagian bawah otak. PSA menduduki 7-15% dari seluruh kasus
Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). PSA paling banyak disebabkan oleh
pecahnya aneurisma (50%).
3. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma, dimana
70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang
otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama
disebabkan oleh hipertensi (50-68%). Angka kematian untuk perdarahan
intraserebrum hipertensif sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan yang terjadi
diruang supratentorium (diatas tentorium cerebeli) memiliki prognosis yang baik
apabila volume darah sedikit. Namun, perdarahan kedalam ruang infratentorium
didaerah pons atau cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena
cepatnya timbul tekanan pada struktur–struktur vital dibatang otak.
2.2. Faktor Resiko Stroke Hemoragik
Menurut American Heart Association (2012) dan Go, et al. (2012), faktor
resiko stroke hemoragik antara lain:
1.Faktor Resiko yang tidak dapat diubah:
a. Umur
Resiko stroke meningkat dengan usia. Setelah usia 55, resiko stroke
menjadi dua kali lipat untuk setiap 10 tahun selama masa hidupnya.
b. Jenis Kelamin
Menurut National Stroke Association (NSA), wanita menderita stroke
lebih banyak setiap tahun daripada laki-laki, karena wanita hidup lebih lama
daripada laki-laki dan stroke lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua. Setiap
tahun sekitar 55.000 lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki memiliki
stroke, tetapi kejadian stroke lebih tinggi pada pria daripada wanita di usia muda.
Selain itu, perempuan dua kali lebih mungkin meninggal karena stroke daripada
kanker payudara setiap tahunnya.
c. Ras
Ras Amerika afrika memiliki dua kali stroke dibanding dengan ras
Caucasians karena ras Amerika afrikamemiliki resiko kejadian hipertensi,
diabetes mellitus dan obesitas.
d. Faktor Keturunan dan Gen
Dalam Framingham Heart Study (FHS), kejadian stroke iskemik pada
orang tua pada berusia 65 tahun berkaitkan dengan peningkatan 3 kali lipat dalam
resiko stroke iskemik pada keturunannya, walaupun telah melakukan penyesuaian
untuk faktor resiko stroke lain. Gen yang dijumpai pada pasien stroke adalah
HDAC9, PITX2, CDKN2A/B, NINJ2, ZFHX3, AGTRL1, CELSR1, PDE4D,
ALOX5AP, PRKCH dan rs556621.
e. Riwayat stroke dan Transient Ischemic Attack (TIA)
Seseorang yang sudah memiliki satu atau lebih riwayat TIA hampir 10 kali
lebih mungkin mengalami stroke dibanding orang pada usia yang sama yang
belum pernah mengalami TIA.
2.Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
a.Hipertensi
Sekitar 77% dari mereka yang mengalami stroke pertama memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Pasien diabetes dengan tekanan darah
kurang dari 120/80 mm Hg memiliki sekitar setengah resiko seumur hidup dari
pasien stroke dengan hipertensi.
b.Merokok
Seorang perokok memiliki 2 sampai 4 kali peningkatan resiko stroke
dibandingkan dengan bukan perokok atau mereka yang telah berhenti lebih dari
10 tahun. Merokok merupakan faktor resiko stroke iskemik dan perdarahan
subarakhnoid. Merokok meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, faktor resiko
tunggal terbesar untuk stroke. Bahan kimia dalam rokok termasuk karbon
monoksida, arsenik, formaldehyde dan sianida merusak dinding pembuluh darah,
ini menyebabkan aterosklerosis. Hal ini meningkatkan kemungkinan
pembentukan bekuan darah pada arteri ke otak dan jantung dapat memblokir arteri
menyebabkan terjadi stroke. Nikotin menyebabkan pembuluh darah menyempit,
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Karbon monoksida dalam asap
tembakau adalah gas beracun yang ditemukan dalam car exhaust fumes; itu
menghalangi pembuluh darah oksigen vital. Karbon monoksida bergabung ke
hemoglobin dan pada beberapa perokok, setengah dari darah membawa karbon
monoksida tetapi bukan oksigen. Merokok meningkatkan LDL dan menurunkan
HDL. Merokok juga meningkatkan resiko stroke pada wanita yang menggunakan
pil kontrasepsi oral.
c. Diabetes Mellitus
Kejadian stroke iskemik terjadi akibat DM pada semua usia, tetapi paling
menonjol sebelum usia 55 tahun pada populasi orang Hitam dan sebelum usia 65
tahun pada populasi orang Putih. Pada orang dengan riwayat TIA atau stroke
ringan, gangguan toleransi glukosa hampir dua kali lipat resiko stroke
dibandingkan pada orang dengan kadar glukosa normal dan tiga kali lipat resiko
bagi mereka yang memiliki DM.
d. Fibrilasi Atrial
Fibrilasi atrial memiliki resiko 5 kali lipat pada semua usia. Kejadian
stroke meningkat dari 1,5% pada usia 50-59 tahun ke 23,5% pada usia 80-89
tahun. Di antara 2.580 peserta yang berusia lebih dari 65 tahun dengan hipertensi
dan telah diimplantasi cardiac rhythm device yang termasuk atrial lead, 35%
menimbulkan subklinis tachyarrhythmias (kadar denyut atrial lebih dari 190 per
menit bertahan sekurang-kurangnya 6 menit). Hal ini dapat meningkatkan resiko
stroke iskemik atau emboli sistemik sebanyak 2,5 kali lipat.
e. Penyakit Arteri Perifer
Penyakit arteri perifer adalah penyempitan pembuluh darah yang
mensuplai darah ke kaki dan otot lengan yang disebabkan oleh penumpukan
lemak plak di dinding arteri. Pasien stroke dengan penyakit arteri perifer memiliki
resiko lebih tinggi dari penyakit arteri karotis.
f. Hiperkolesterolemia
Data dari Honolulu Heart Program/NHLBImenemukan bahwa pada laki-
laki Jepang berusia 71-93 tahun, konsentrasi rendah kolesterol HDL lebih
mungkin untuk dihubungkan dengan future risk tromboemboli stroke daripada
yang konsentrasi kolesterol HDL tinggi. Namun, meta-analisis dari 23 studi yang
dilakukan di wilayah Asia-Pasifik menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara kadar HDL rendah dan resiko stroke.
g. Ateroslerosis
Aterosklerosis adalah penumpukan plak (deposit lemak dan sel-sel lain)
secara progresif dalam dinding arteri. Hal ini dapat menyumbat arteri dan
menghambat aliran darah ke otak atau bagian tubuh lain, membuat seseorang
lebih beresiko untuk mendapat stroke, TIA atau penyakit jantung lainnya.
h. Obesitas
Obesitas dan berat badan yang berlebihan membuat orang lebih cenderung
memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan diabetes dan ini dapat
meningkatkan resiko stroke.
i. Pola makan
Diet tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah. Diet tinggi natrium (garam) dapat meningkatan tekanan
darah. Diet dengan kelebihan kalori dapat menyebabkan obesitas. Selain itu, diet
yang mengandung lima atau lebih porsi buah dan sayuran per hari dapat
mengurangi resiko stroke.
j. Aktifitas fisik
Dari data NOMAS, sebuah kohort prospektif yang mencakup orang
dewasa ras orang Putih, ras orang Hitam, dan ras Hispanik diperkotaan
ditindaklanjuti selama rata-rata 9 tahun, didapati bahwa aktifitas fisik yang sedang
sampai berat dikaitkan dengan penurunan sebanyak 35% secara keseluruhan
dalam resiko stroke iskemik dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktifitas
fisik. Dalam kelompok ini juga menemukan bahwa hanya olahraga sedang
intensitas sampai olahraga berat intensitas dikaitkan dengan kejadian stroke
berkurang, sedangkan latihan ringan (seperti berjalan) tidak menunjukkan
manfaat.
k. Konsumsi alkohol
Alkohol merupakan racun pada otak dan pada tingkatan yang tinggi dapat
mengakibatkan otak berhenti fungsi. Hubungan antara konsumsi alkohol dan
stroke iskemik menunjukkan pola kurva J, yang berarti bahwa pada orang yang
mengkonsumsi alkohol meningkatkan resiko stroke. Resiko perdarahan otak
meningkat secara linear apabila konsumsi alkohol meningkat: semakin tinggi
jumlah alkohol yang dikonsumsi, semakin tinggi resiko stroke.
2.3. Etiologi Stroke Hemoragik
Penyakit jantung yang menyebabkan stroke dapat berasal dari kongenital,
penyakit rematik katup, prolapsus katup mitral, foramen ovale paten, endokarditis,
miksoma atrium, aritmia dan operasi jantung; penyebab monogenik terjadinya
stroke berasal dari pembuluh darah kecil, antaranya ialah Cerebral autosomal
dominant arteriopathy with Subcortical Infarcts and Leukoencephalopathy
(CADASIL), Cerebral Autosomal Recessive Arteriopathy with Subcortical
Infarcts and Leukoencephalopathy (CARASIL), Hereditary endotheliopathy with
retinopathy, nephropathy and stroke (HERNS), vaskulopati dan Fabry’s disease;
berasal dari pembuluh darah besar adalah aterosklerosis prematur, diseksi
(spontan atau traumatik), gangguan metabolik yang diwariskan (homocystinuria,
Fabry’s disease, Pseudoxanthoma elasticum, sindrom MELAS), displasia
fibromaskular, infeksi, vaskulitis (penyakit vaskular kolagen), penyakit
Moyamoya, radiasi dan penyalahgunaan narkoba; penyebab stroke disebabkan
oleh penyakit hematologi adalah keadaan hiperkoagulasi (sindrom antifosfolipid
antibodi, defisiensi antitrombin iii atau protein S atau C, ketahanan terhadap
aktivasi protein C, peningkatan viii faktor), disseminated intravascular
coagulation trombositosis, polisitemia vera, trombotik trombositopenia purpura
dan oklusi vena (dehidrasi, infeksi parameningeal, meningitis, neoplasma,
polisitemia, leukemia, penyakit radang usus) (Kes et al., 2012).
Selain itu, penyebab lain yang menyebabkan terjadi stroke ialah trauma,
malformasi vascular (arteriovenous malformation dan cerebral cavernous (venous)
malformation), angiopati amyloid serebral, acute hemorrhagic leukoencephalitis,
koagulopati dan obat antikoagulasi (Simon, 2009).
Daftar Pustaka
American Heart Association, 2012. Stroke Risk Factors. Available from
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/Understand
inRisk/Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp
Brust J.C.M., 2007. Current Diagnosis & Treatment in Neurology. In:
Fitzsimmons B.M., Cerebrovascular Disease: Ischemic Stroke. New
York: Lange Medical Books/McGraw-Hill: 100-125
Go AS et al., 2012. Heart Disease and Stroke Statistics-2013 Update: A Report
from the American Heart Association. Circulation 127: e6 - e245.
Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Kes VB et al., 2012. Etiology and diagnostic work-up young stroke patients.
Periodicum Biologorum 114 (3): 355-359
Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Available from
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013
.pdf.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), 2014.
Available from http://www.ninds.nih.gov/disorders/stroke/stroke.htm.
Price SA et al., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Simon RP et al., 2009. Clinical Neurology. 7th ed.In: Stroke. New York: Lange
Medical Books/McGraw-Hill.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta.
Interna Publishing
WHO, 2011. Prevalence of Stroke and Transient Ischaemic Attack in the Elderly
Population. Available from http://www.who.int/infobase/report