LAPKAS KATARAK
-
Upload
arindaramadhana -
Category
Documents
-
view
227 -
download
1
description
Transcript of LAPKAS KATARAK
LAPORAN KASUS
II.1. Identifikasi
Nama : Tn. A
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jakarta
Datang ke poli : 18 Agustus 2015
II.2. Anamnesis
Keluhan Utama:
Penglihatan buram sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Penglihatan buram dirasakan pasien sejak 2 bulan SMRS.Melihat seperti berkabut,
makin lama makin tebal, Pasien merasa silau jika melihat cahaya dan keluhan
berkurang bila berada di tempat teduh. Kadang mata terasa berair.Mata tidak terasa
nyeri.Mata tidak perih.
Riwayat penyakit mata lain & operasi mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma, penyakit darah tinggi, dan kencing manis disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang dan alergi obat disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat memakai kacamata (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:
Riwayat katarak pada keluarga disangkal
II.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum: Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda Vital :
Tekanan Darah : 180 / 120 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Laju Napas : 21 x/menit
Suhu : 36,6°C
No Pemeriksaan OD OS
1 Visus 1/60 ph 1/60 1/60 ph 6/30
2 Tekanan intra Okuler Digit: N Digit: N
3 Kedudukan bola mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
4 Pergerakan bola mata
Atas (+) baik (+) baik
Bawah (+) baik (+) baik
Temporal (+) baik (+) baik
Temporal atas (+) baik (+) baik
Temporal bawah (+) baik (+) baik
Nasal (+) baik (+) baik
Nasal Atas (+) baik (+) baik
Nasal Bawah (+) baik (+) baik
Status Oftalmologicus
Nistagmus (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
5 Palpebra
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
6 Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
7 Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
8 Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemia (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
9 Konjungtiva bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
10 Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
11 Sklera
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
12 Kamera Okuli anterior
Kedalaman Sedang Sedang
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Jernih Jernih
13 Iris
Warna Hitam Hitam
Gambaran radien Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Sinekia Anterior (-) (-)
Sinekia Posterior (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
14 Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Isokor (+) (+)
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
15 Lensa
Kejernihan Agak keruh Agak keruh
Shadow test (+) (+)
Afakia (-) (-)
Iris shadow (-) (+)
II.4 Resume
Penglihatan buram dirasakan pasien sejak 2 bulan lalu SMRS.Melihat seperti berkabut, makin lama makin tebal, Pasien merasa silau jika melihat cahaya dan keluhan berkurang bila berada di tempat teduh. Kadang mata terasa. berair.Riwayat penyakit mata lain & operasi mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma, penyakit darah tinggi, dan kencing manis disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang dan alergi obat disangkal. Pemeriksaan fisik, tekanan darah Tekanan Darah
: 180 / 120 mmHg.Nadi: 88 x/menit.Laju Napas:21 x/menit.Suhu: 36,6°C.Visus OD: 1/60 ph 1/60.OS 1/60 ph 6/30 Pada pemeriksaan, lensa agak keruh di regio nukleus okuli dextra dan sinistra
II.5 Diagnosis
Katarak sinilis imature okuli dextra dan sinistra
II.6 Penatalaksanaan
• Iodium tetes
• ECEC (Extra capsular cataract extraxtion) atau Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan implantasi IOL
II.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LENSA
Anatomi Lensa
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan
bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serest lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus dehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa.
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang tertua di dalam kapsul lensa. Didalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal
dan dewasa.
Dibagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus disebut sebagai korteks anterior,
sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di
banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn
yang menggantung lensa di seluruh ekuatornya pada bahan siliar.
o Embriologi Lensa
Setelah gelembung lensa mengambang bebas pada tepi cekungan optic terjadi
pemanjangan sel-sel pada dinding posterior mengisi rongga yang kosong pada usia kehamilan
minggu ke-VII serabut-serabut lensa memanjang dari daerah ekuator dan tumbuh ke depan
mencapai epitel subkapsular dan tumbuh ke belakang di bawah kapsul lensa. Serabut-serabut
lensa ini saling bertemu dan membentuk sambungan lensa berbentuk huruf Y di depan dan Y
terbalik di belakang. Proses ini selesai pada minggu ke-28.
o Fisiologi Lensa
Lensa mata merupakan struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, di
depan badan kaca. Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan belakang oleh kapsul posterior.
Di bagian dalam kapsul terdapak korteks dan nucleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak di tempatnya
Fungsi lensa adalah :
Refraksi
Sebagai bagian optic bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang + 18,0-Dioptri.
Fungsi akomodasi
Dengan kontraksi otot-otot siliaris ketegangan zonula Zinn berkurang sehingga
lensa lebih cembung untuk melihat obyek dekat.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia
Keruh atau apa yang disebut katarak
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
KATARAK
2.1 Definisi
Katarak adalah kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa, atau setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Kata katarak berasal dari Yunani “katarrhakies”,
Inggrris “Cataract”, dan Latin “Cataracta”, yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
2.2 Gejala Klinis
Kekeruhan mungkin dapat menurunkan ketajaman penglihatan secara langsung atau
menghasilkan perubahan indeks refraksi lensa menyebabkan astigmatisma iregular dan
kadang diplopia monokular. Pasien mungkin lebih marasa nyaman bila menggunakan topi
atau kaca mata gelap untuk mengurangi cahaya yang masuk. Gejala tidak termasuk nyeri,
sekret, atau mata merah.
2.3 Klasifikasi
Keadaan patologi lensa dapat dalam bentuk-bentuk berikut :
2.3.1 Katarak perkembangan/pertumbuhan
Katarak Kongenital dan juvenil disebut juga katarak perkembangan/pertumbuhan karena
secara biologik serat lensa masih dalam perkembangannya. Kekeruhan sebagian pada lensa
yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi
gangguan pada kehidupan janin.
Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular, katarak
polaris posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior (piramidalis anterior,
kutub anterior), katarak inti (katarak nuklearis), dan katrak sutural.
a. Katarak Lamelar atau Zonular
Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan serat lensa
maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat lensa
keruh dalam kapsul lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening.
Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan, katarak
biasanya bilateral.
Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi seluruh
celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat mengganggu penglihatan.
Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat kekeruhan lensa.
Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat terlihat pada pemeriksaan
oftalmoskopi maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.
b. Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa. Kadang-
kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan pada lensa
bagian belakang. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.
c. Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam
perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata
depan pada perkembangan embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik mata depan
yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid. Katarak
polaris anterior berjalan tidak progresif.
Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu tajam
penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan
pembedahan.
d. Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang. Kekeruhan
terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik.
Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan
berjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Tidak mengganggu tajam
penglihatan.
Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak memerlukan
tindakan.
e. Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat statis,
terjadi bilateral dan familial. Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media
penglihatan maka ia tidak akan mengganggu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan.
2.3.2 Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu
kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga
biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya
katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit keturunan lain.
Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan. Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan
pembedahan sangat bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai seluruh
lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin
lama lensa menutupi media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
2.3.3 Katarak Degeneratif (senil)
Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya
lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul
pada usia dekade 4 dalam benuk keluhan presbiopia.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan kupuliform.
a. Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat dan kemudian
menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.
b. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-
akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
c. Katarak Kupuliform
Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.
Kekeruhan dapat terlihat di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.
Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering
sukar dibedakan dengan katarak komplikata.
Stadium-stadium dari Katarak Senil, yaitu :
a. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar di
perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada
umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
b. Katarak Intumesensi
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini dapat memberikan penyulit glaukoma
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopia lenticular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga
lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel
serat lensa.
c. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau
belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata
akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris
pada keadaan ini positif.
d. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris
tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
e. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah
bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi
dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik
Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
2.3.4 Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan katarak
komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah
iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Biasanya kelainan terdapat
pada satu mata.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan metabolisme lensa
bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan lensa (sinekia
posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan
lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar sehingga
dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut menurut
penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola
mata sudah terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata. Pada katarak
komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah
mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan binokular atau
kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata, walaupun
kadang-kadang tidak bersamaan. Katarak ini biasanya timbul pada usia yang lebih muda.
Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid,
miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu kekeruhan
yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa. Pada hipoparatiroid akan
terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain
akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang mengenai seluruh lapis lensa.
Pengobatan pada katarak komplikatan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan
sehari-hari.
Katarak Sekunder
Katarak sekunder atau sering disebut after cataract yaitu katarak yang timbul beberapa
bulan setelah ekstraksi katarak ekstakapsular atau setelah emulsifikasi fako; berupa penebalan
kapsul posterior proliferasi sel-sel radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila
mengganggu tajam penglihatan penebalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser,
memakai alat Nd. YAG laser.
2.3.5 Katarak Traumatik
Kekeruhan lensa akibat ruda paksa atau katarak trauma dapat terjadi akibat ruda paksa
tumpul atau tajam. Ruda paksa ini dapat mengkibatkan katarak pada satu mata atau
monokular katarak. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang korpus vitreus masuk kedalam
struktur lensa.
Pengobatan pada katarak trauma bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata
menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dapat dalam bentuk glaukoma lensa yang
mencembung atau uveitis akibat lensa keluar melalui kapsul lensa.
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
segera dapat terlihat sesudah bayi lahir. Korteks dan nukleus lensa mata bayi mempunyai
konsistensi yang cair. Bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah
tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada
satu mata. Paling lambat yang lainnya sudah dilakukan pembedahan bila bayi berusia 2
tahun.
Sekarang dilakukan pembedahan lensa pada katarak kongenital dengan melakukan disisi
lensa. Disisi lensa ialah menyayat kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa yang
cair keluar bersama akuos humor atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya sesudah
beberapa waktu terjadi penyerapan sempurna massa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi,
keadaan ini disebut afakia.
Afakia
Bila lensa sudah dikeluarkan pada ekstraksi lensa, atau masa lensa sudah habis
diabsorbsi seperti pada disisi lensa atau ekstraksi lensa, atau ekstraksi linear maka keadaan ini
disebut afakia.
Akibat tidak terdapatnya lensa di dalam bilik mata belakang, maka iris tidak ada
sandaran ke belakang sehingga terjadi iris tremulans dimana iris bergoyang pada setiap
pergerakan mata. Bilik mata depan menjadi lebih dalam. Lensa yang tidak ada pada seorang
emetropia akan memberikan kelainan refraksi. Hipermetropia kira-kira 10 dioptri yang berarti
ia memerlukan lensa positif 10 untuk melihat jauh dan untuk melihat dekat adisi 3.00 dioptri
karena tidak adanya akomodasi.
Pada monocular afakia akan menimbulkan perbedaan refraksi yang besar antara mata
kiri dan kanan (anisometropia). Kondisi tersebut dapat diatasi dengan 3 cara :
Toleransi test, yaitu memberikan koreksi lensa mata pada mata dengan tajam
penglihatan terbaik, bila perlu dengan menutup mata sebelahnya.
Lensa kontak. Tetapi pada usia lanjut, mengalami kesulitan untuk memasang dan
melepas.
Lensa intraokular merupakan cara terbaik untuk mengatasi problem refraksi pada
afakia.
Penyulit disisi lensa
Massa lensa yang telah keluar dari kapsulnya merupakan benda asing untuk jaringan
mata sehingga menimbulkan reaksi radang terhadap masa lensa tubuh sendiri yang disebut
uveitis fakoanafilaktik. Kadang-kadang massa lensa yang keluar ini mengakibatkan
penyumbatan jalan keluar akuos humor pada sudut bilik mata sehingga terjadi
pembendungan akuos humor di dalam bola mata yang akan mengakibatkan naiknya tekanan
bola mata yang disebut glaukoma sekunder.
Bila sisa lensa tidak diserap seluruhnya dan menimbulkan jaringan fibrosis akan terjadi
katarak sekunder. Katarak sekunder yang kecil walaupun terletak di depan pupil tidak akan
mengganggu tajam penglihatan. Kadang-kadang katarak sekunder ini sangat tebal sehingga
mengganggu perlihatan maka dalam keadaan demikian dapat dilakukan disisi lensa.
2.4.2 Pembedahan Katarak Senil
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan
terjadinya penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka
secepatnya dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekruhan lensa belum total. Demikian
pula pada katarak matur dimana bila masuk ke dalam stadium lanjut hipermtur maka
penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur sudah dilakukan
tindakan pembedahan.
Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan yang sederhana, namun resikonya berat.
Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya infeksi akan mengakibatkan hilangnya
penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan biasanya dengan anestesi lokal. Hanya
orang-orang yang tidak tenang, neurosis atau takut dilakukan dalam narkosa umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau ekstrakapsular.
Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tindakan umum pada katarak senil karena
bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn sehingga
dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat keluar bersama-sama
dengan kapsul lensa.
Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan
mengeluarkan dilakukan pada katarak senil bila tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal
pada keadaan terdapatnya banyak sinekia posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul
ditarik akan mengkibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk mencegah
mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul posterior untuk
menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak senil untuk
mencegah degenerasi makula pasca bedah.
Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah yang keruh adalah dengan terlebih
dahulu menghancurkan masa lensa dengan gelombang suara frekuensi tinggi (40.000 MHz),
dan masa lensa yang sudah seperti bubur dihisap melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2
mm. Untuk memasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan
tidak selebar sayatan pada ekstraksi katarak ekstrakapsulat. Keuntungan bedah dengan
sayatan kecil ini adalah penyembuhan yang lebih cepat dan induksi terjadinya astigmatismat
akan lebih kecil.
Persiapan bedah katarak
Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, Uji Anel, Tonometri dari ada atau tidak
adanya infeksi di sekitar mata.
Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol gula darah, tekanan
darah selain penderita sudah diperiksa paru untuk mencegah kemungkinan batuk pada saat
pembedahan atau pasca bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC. 2003.
Ilyas, Prof. dr. H. Sidarta, Sp. M. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI. 2009.
Vaughan, Taylor, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta ; Widya Medika. 2002.