Lapkas Hordeolum

16
BAB I PENDAHULUAN Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus. 1 Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. 2-5 Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam tarsus. 1 Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Gejala disertai dengan rasa sakit dan mengganjal dan nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Ada kalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah. 2,3,5,6 1

description

laporan kasus mengenai hordeolum

Transcript of Lapkas Hordeolum

BAB IPENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus.1 Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.2-5Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam tarsus.1Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Gejala disertai dengan rasa sakit dan mengganjal dan nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Ada kalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.2,3,5,6Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Hordeolum eksternum tonjolan ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.1,5Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun obat antibiotika sistemik.2,3 Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-3Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI HORDEOLUMHordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.8

ETIOLOGI Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara berulang.9

PATOGENESISHordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.10

GEJALA DAN TANDA 1. GejalaHordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila di tekan dan nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.11

2. TandaPalpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering disertai blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan umum, acne vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa muda.12

Gambar I. Hordeulum Externum (Kanan) Hordeulum Internum (Kiri)

PENATALAKSANAAN Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut: Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari. Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: Asetaminofen, Asam mefenamat, Ibuprofen, dan sejenisnya.13Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila : Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.7

PROGNOSISPrognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

BAB IIILAPORAN KASUS

Seorang penderita perempuan, umur 35 tahun, pekerjaan PNS, alamat Kolongan Lingkungan 2, agama Kristen Protestan, datang ke poliklinik mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 17 Februari 2015, dengan keluhan benjolan kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari yang lalu.

ANAMNESISPenderita datang ke RS dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari lalu. Awalnya timbul benjolan kecil kemerahan kemudian semakin lama membesar yang menyebabkan kelopak mata kiri bawah menjadi merah dan bengkak. Penderita tidak mengeluh gatal dan nyeri walaupun benjolan disentuh. Riwayat trauma disangkal oleh penderita, riwayat sakit mata sebelumnya disangkal juga oleh penderita, riwayat penyakit keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini.

PEMERIKSAAN FISIKPada pemerikasaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen datar, lemas, peristaltik normal, ekstremitas hangat. Dari status psikiatrik penderita bersikap kooperatif, ekspresi wajar dan respon baik.

PEMERIKSAAN KHUSUS1. Status Lokalis Pada pemeriksaan objektif : visus okulus dekstra : 6/6 visus okulus sinistra : 6/6 Tekanan intra okuler dekstra 12,2 mmHg dan tekanan intraokuler sinistra 12,2 mmHg

2. Inspeksi:A. Okulus Dekstra Supersilia: Rontok (-), trikiasis (-) Palpebra: Hiperemi (-), massa (-) Konjungtiva: Injeksi konjungtiva tidak ada Sklera : Normal Kornea : Jernih COA : Cukup dalam Pupil : Bulat, reflex cahaya (+) Iris : Normal Lensa : Jernih.

B. Okulus Sinistra Supersilia: Rontok (-), trikiasis (-) Palpebra : Hiperemi (+), massa (+) berupa benjolan pada palpebra inferior di daerah konjungtiva tarsal dengan diameter 2,5 mm Konjungtiva : Injeksi konjungtiva tidak ada Sklera: Normal Kornea: Jernih COA: Cukup dalam Pupil: Bulat, reflex cahaya (+) Iris: Normal Lensa: Jernih.

3. Palpasi: Pada okulus dekstra normal Pada okulus sinistra palpebra inferior, tidak ada nyeri dan gatal, tapi didapatkan benjolan kearah konjungtiva tarsal, tidak mobile.

RESUME MASUKSeorang penderita perempuan, umur 35 tahun, datang berobat ke poliklinik mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tanggal 17 Februari 2015, dengan keluhan utama benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari yang lalu, merah dan bengkak. Tidak ada gatal dan nyeri.

Status Generalis : Tidak ada kelainanStatus Oftalmologis:1. OD : VOD: 6/6 TIOD: 12,2 mmHg2. OS : VOS: 6/6 TIOS: 12,2 mmHg Benjolan di palpebra inferior di daerah konjungtiva tarsal dengan diameter 2,5 mm, nyeri tekan (+), tidak mobile. Hiperemi (+) di palpebra inferior Edema (+) palpebra inferior

DIAGNOSISOS: Hordeolum Internum Palpebra InferiorOD: Emetropia

TERAPI Kompres hangat 4 x sehari, 10-15 menit Fenicol salep mata 2 x I Cefradoxil 2 x 500 mgSelanjutnya dengan terapi diatas yang tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk mengeluarkan nanah pada benjolan. Setelah dilakukan insisi hordeolum penderita diberikan polidex 3 x 1 tetes okuli sinistra, asam mefenamat 2 x 500 mg.BAB IVDISKUSI

Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan pada kelopak mata kiri bawah. Benjolan ini awalnya kecil berwarna kemerahan dan bengkak pada kelopak mata kiri. Benjolan ini kemudian semakin membesar dan disertai nyeri bila disentuh. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa hordeolum awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang makin lama makin membesar disertai nyeri bila tertekan. Benjolan ini menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau streptokokus pada kelenjar Meibom.Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi pada palpebra inferior okulus sinistra. Benjolan menonjol ke arah kulit konjungtiva tarsal tanpa pergerakan kulit. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar Meibom sehingga ia bertumbuh kearah konjungtiva tarsal dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit.Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang dilanjutkan dengan pemberian antibiotik oral berupa Cefradoxil. Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai nanah keluar. Sedangkan pemberian antibiotika oral adalah untuk mengobati infeksi akibat kuman stafilokokus atau streptokokus. Apabila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya.Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.

BAB VPENUTUP

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis yaitu ditemukan adanya benjolan pada kelopak mata kiri atas sejak 5 hari yang lalu, juga ditemukan adanya edema, hiperemi, dan nyeri pada pemeriksaan oftalmologi. Dengan adanya tanda-tanda demikian maka dapat ditegakkan diagnosis yaitu hordeolum internum palpebra inferior okulus sinistra. Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hordeolum internum palpebra inferior okulus sinistra yang mencakup diagnosis, pemeriksaan oftalmologis, penanganan dan prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Cetakan I. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2004.2. Wijana N. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke-6. Jakarta: Penerbit Abadi Tegal; 1993.3. Lang GK, Wagner P.Ophthalmology: a short textbook. 2nd ed. New York: Thieme Stuttgart; 2000. 4. Sehu KW, Lee WR. Eyelid and lacrimal sac. In: Sehu KW, Lee WR, editors.Ophthalmic pathology: an illustrated guide for clinicians. 1st ed. Victoria:Blackwell PublishingLtd; 2005. p. 17-21.5. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology.4th ed. New Delhi: New Age International Limited; 2007. Ehrenhaus M. P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen & Clinical presentation. 20126. Ehrenhaus MP. Hordeolum. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#a0199 (15 Januari 2015)7. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology. Germany: Georg Thierme Verlag; 2006.8. Vaughan D G, Asbury T, Riordan-Eva, P.General ophtalmology. 17thed. London: McGraw Hill's; 2007.9. JunqueiraLC, Carneiro J.Histologidasar teks & atlas. 10th ed. Jakarta: EGC;2007.10. KanskiJJ. Clinicalophthalmology : A systematic approach. 6th ed. China: Elsevier Butterworth-Heinemann; 2007.11. MingALS,ConstableIJ, Wong TY. Color atlasofophthalmology. 4thed. World Scientific; 2001.12. Crick RP, Khaw PT. Atextbook of clinical ophthalmology: a practical guide to disorders of the eyes and their management.3rd ed. River Edge: World Scientific;2003.13. Bessette M. Hordeolum and Stye. Taken from : www.emedicine.com. 2010.10