Lapak Roku 7-Kue Tradisional
description
Transcript of Lapak Roku 7-Kue Tradisional
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
V. Pembahasan
Kue tradisional merupakan makanan yang berbasis sumber daya alam
lokal, sangat potensial dalam menunjang ketahanan pangan bagi masyarakat
masing-masing daerah. Umumnya kue tradisional dapat dikategorikan sebagai
makanan selingan/kudapan atau penganan. (Herudiyanto, 2008)
Kue-kue tradisional banyak dibuat dari bahan baku lokal, namun masih
belum memiliki standar bagi bahan-bahan baku tersebut. Umumnya bahan-bahan
lokal dibuat dalam industry rumahan, sehingga produknya sangat beragam,
akibatnya kue-kue yang dihasilkan juga sangat banyak variasinya meskipun dibuat
dengan bahan baku yang sama.
Bahan-bahan dasar yang sering digunakan dalam pembuatan kue
tradisional ialah tepung (tepung beras, tepung ketan, tepung hunkue, tepung
terigu, dll), gula (gula merah, gula pasir, gula aren dll), santan, dan pengharum
serta pewarna alami. Teknik memasak dasar dalam pembuatan kue tradisional
diantaranya menguleni, menggoreng, mengukus, merebus, dan memanggang.
(Herudiyanto, 2008)
Pada praktikum ini, dibuat dua jenis kue tradisional, yakni kue bolu kukus
dan onde-onde. Kedua jenis kue tradisional ini sangat berbeda baik dari segi
bahan baku yang digunakan maupun teknik memasak dasar yang dilakukan.
Berikut ini akan dibahas satu per satu mengenai dua jenis kue tradisional tersebut
beserta pengamatan karakteristik indrawi kue tradisional tersebut setelah matang.
5.1 Bolu Kukus
Bolu Kukus merupakan kue tradisional yang berbahan dasar utama tepung
terigu, yakni terigu segitiga biru (terigu protein sedang), yang dibuat melalui
proses pengukusan. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan 2 jenis bolu kukus
yang memiliki perbedaan dalam formulasi resepnya.
Tabel 1. Bahan-Bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan Bolu Kukus
No Bahan Bolu Kukus I Bolu Kukus II1 Terigu Segitiga
Biru300 g 300 g
2 Gula pasir 250 g 250 g3 Telur 5 butir 2 butir4 Vanilli ½ sdt ¼ sdt
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
5 Coklat bubuk Secukupnya Secukupnya6 Susu manis - ± 1 sdm7 Soda kue ½ sdt -8 TBM - 1 sdt9 VX - ½ sdt10 Air soda 175 ml -11 Air - ± 250 ml
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa bolu kukus I menggunakan telur
yang jauh lebih banyak dibandingkan bolu kukus II. Perbedaan yang tampak jelas
diantara kedua formulasi resep bolu kukus ialah pada bolu kukus I digunakan soda
kue dan air soda. Sedangkan pada bolu kukus 2 digunakan susu manis, serta BTP
TBM dan VX serta adanya penambahan air. Perbedaan diantara kedua formulasi
resep bolu kukus tersebut akan mempengaruhi karakteristik bolu kukus yang
dihasilkan.
Tepung terigu yang digunakan baik dalam pembuatan bolu kukus I dan
bolu kukus II ialah tepung segitiga biru yang merupakan jenis terigu protein
sedang dengan kadar protein 9,5-11% (Astawan, 1999). Terigu berfungsi sebagai
pembentuk struktur dan tekstur bolu kukus karena kandungan gluten yang
dimilikinya. Penggunaan baking soda pada bolu kukus I bertujuan untuk
mengembangkan adonan disebabkan kemampuannya menghasilkan gas CO2. Air
soda yang ditambahkan pada bolu kukus I mengandung karbondioksida (CO2)
yang digemari dalam pembuatan bolu kukus berkat fungsinya dalam membantu
proses pengembangan adonan dan menghasilkan bolu kukus yang lebih mekar
(Anonima, 2010).
Pada bolu kukus II ditambahkan BTP berupa TBM dan VX. TBM
berfungsi sebagai emulsifier dan penstabil adonan, sehingga adonan yang
dihasilkan lebih lembut. VX digunakan untuk mengembangkan adonan cake dan
melembutkan secara maksimal (Anonimb, 2011). Susu manis selain berfungsi
menghasilkan tekstur bolu kukus yang lembut dan memberi cita rasa manis-gurih
(Herudiyanto, 2008). Baik bolu kukus I dan II menggunakan gula pasir dengan
jumlah yang cukup banyak, yang bertujuan agar bolu merekah maksimal saat
dikukus sebagai reaksi adonan dengan kandungan gula yang tinggi.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
Proses pembuatan bolu kukus I dan bolu kukus II memiliki perbedaan.
Proses pembuatan bolu kukus I dimulai dengan mengocok telur dan gula sampai
kental dan naik, lalu dimasukkan vanilli. Pengocokan harus dilakukan hingga
adonan benar-benar kental dan naik, supaya proses pemasukan udara ke dalam
adonan selama proses pengocokan terjadi secara optimal dan bolu kukus yang
dihasilkan dapat mengembang dan tidak bantat. Selanjutnya dilakukan pemasukan
setengah bagian tepung serta setengah bagian air soda ke dalam adonan, kemudian
dilakukan pengadukan perlahan sampai merata. Setelah tercampur merata,
masukkan sisa tepung dan sisa air soda, aduk perlahan hingga adonan benar-benar
tercampur rata. Penambahan tepung dan air soda dilakukan setengah-setengah
agar pencampuran benar-benar merata, dan menghindari terjadi proses
pencampuran tidak sempurna seperti terbentuknya gumpalan-gumpalan tepung
yang tidak diinginkan. Selanjutnya dipisahkan kira-kira 5 sendok adonan dan
dicampur coklat bubuk sebagai pewarna bolu kukus. Tuangkan adonan putih ke
dalam cetakan yang sudah dialasi kertas roti, isi setengah bagian dengan adonan
putih, kemudian tambahkan adonan coklat diatasnya hingga ¾ bagian. Cetakan
bolu kukus terbuat dari bahan aluminium dan berlubang-lubang karena lebih cepat
mengantarkan panas. Lubang pada cetakan menyebabkan udara panas dari
kukusan bisa masuk merata ke dalam adonan sehingga hasil kue merekah
sempurna. Cetakan yang telah berisi adonan dimasukkan ke dalam adonan yang
sudah agak dipanaskan, besarkan api dan masak selama 30 menit. Selama 20
menit pertama tutup dandang jangan dibuka-tutup karena bolu akan turun. Setelah
itu, tutup boleh dibuka untuk melihat apakah bolu sudah matang.
Proses pembuatan bolu kukus II dimulai dengan proses pengocokan gula,
telur, dan vanilli sampai putih dan kental. Selama pengocokan terjadi proses
pemasukan udara ke dalam adonan yang berperan dalam pengembangan adonan.
Selanjutnya dilakukan pemasukan TBM dan VX. Pengocokan dilanjutkan hingga
adonan benar-benar kental. Selanjutnya dimasukkan air yang sudah dicampur
dengan susu manis, pengocokan dilanjutkan hingga 10 menit. Terakhir masukkan
tepung terigu, aduk sampai rata betul. Diambil sebagian adonan untuk dibubuhi
coklat. Setelah itu diambil cetakan, beri alas kertas roti dan masukkan adonan
putih setengah bagian ke dalamnya, kemudian tambahkan diatasnya adonan
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
cokelat sampai ¾ bagian. Kukus adonan sampai matang dengan api sedang, tutup
adonan tidak boleh dibuka sebelum adonan matang (30-45 menit).
Setelah bolu kukus I dan bolu kukus II matang selanjutnya dilakukan
pengamatan karakteristik indrawinya. Hasil pengamatan karakteristik bolu kukus I
dan bolu kukus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Bolu Kukus Cara I dan Cara IINo Kriteria Bolu Kukus I Bolu Kukus II1 Bentuk Bulat, permukaan tidak
merekahBulat, permukaan
merekah2 Warna Putih-cokelat Putih-cokelat3 Aroma Khas bolu kukus Khas tepung4 Tekstur Lembut, halus, agak padat Lembut5 Rasa Manis, rasa telur terasa Manis6 Jumlah kue 24 buah 27 buah7 Gambar
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2013)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan bentuk dan
penampakan bolu kukus I dan bolu kukus II. Bolu kukus I dan II sama-sama
berbentuk bulat, namun bolu kukus II bagian permukaannya merekah, sedangkan
pada bolu kukus I tidak merekah. Aroma bolu kukus I khas bolu kukus,
sedangkan bolu kukus II beraroma khas tepung. Bolu kukus I bertekstur halus dan
lebih padat dibandingkan bolu kukus II. Bolu kukus I dan II sama-sama bercita
rasa manis, namun pada bolu kukus I rasa telur sangat berasa. Hal ini disebabkan
penggunaan telur pada bolu kukus I jumlahnya sangat banyak dibandingkan bolu
kukus II. Jumlah kue yang dihasilkan adonan bolu kukus II lebih banyak
dibandingkan bolu kukus I.
Bolu kukus I tidak merekah dapat disebabkan beberapa hal diantaranya
jumlah telur yang digunakan terlalu banyak. Adonan bolu kukus mekar umumnya
tidak menggunakan telur dalam jumlah yang banyak (Anonimc, 2012). Selain itu,
tidak ditambahkannya emulsifier TBM dapat berpengaruh pada kurang stabilnya
adonan setelah ditambahkan air soda, sehingga air soda tidak berfungsi maksimal
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
untuk membantu menembangkan adonan. Penggunaan VX juga berfungsi sebagai
pengembang adonan, sehingga bolu kukus II dapat merekah dengan baik. Selain
itu dandang yang digunakan untuk mengukus sebelum dimasukkan adonan kurang
panas, dapat pula mempengaruhi pengembangan.
5.2 Onde-Onde
Onde-onde merupakan kue tradisional berbentuk bulat, umumnya
berwarna coklat keemasan dengan bagian permukannya dilapisi wijen, terbuat
dari tepung beras dan tepung ketan sehingga teksturnya agak kenyal, serta bagian
dalamnya diisi dengan kacang hijau. Onde-onde dibuat melalui proses
penggorengan. Pada praktikum ini dibuat onde-onde II dan onde-onde III. Kedua
jenis onde-onde memiliki perbedaan dalam formulasi bahan-bahan yang
digunakan dan cara penggorengannya. Pada Tabel 3 berikut ini dapat dilihat
bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat onde-onde II dan III.
Tabel 3. Bahan-Bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan Onde-Onde
No Bahan Onde-Onde II Onde-Onde III1 Tepung Ketan 250 g 300 g2 Tepung Beras 1 sdm 1 sdm3 Gula pasir 1 sdm 175 g4 Telur 1 butir -5 Garam - Secukupnya6 Air suam kuku 200 cc -7 Santan - 225 ml8 Wijen 100 g 100 g9 Minyak goreng secukupnya secukupnya10 Daun pandan - 3 lembar
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa bahan utama pembuatan Onde-
Onde ialah Tepung ketan. Penggunaan tepung ketan menyebabkan onde-onde
yang dihasilkan bertekstur lentur, kenyal dan agak liat (Herudiyanto, 2008).
Penggunaan tepung ketan pada onde-onde III sedikit lebih banyak dibandingkan
onde-onde II. Penambahan tepung beras juga mempengaruhi pembentukan tekstur
onde-onde terkait dengan kandungan amilosa dan amilopektin dalam beras,
umumnya pembuatan kue tradisional menggunakan tepung beras dengan amilosa
menengah (20-25%), agar masih didapat tekstur yang agak lengket (Muchtadi,
2010). Pada onde-onde III ditambahkan gula pasir dengan jumlah lebih banyak
dibandingkan onde-onde II. Terdapat penambahan telur pada onde-onde II, telur
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
dapat berfungsi sebagai emulsifier. Pada onde-onde II ditambahkan air suam
kuku, sedangkan pada onde-onde II ditambahkan santan. Berfungsi agar adonan
onde-onde menjadi lebih gurih dan proses pengulenan lebih cepat (tidak
menempel). Wijen digunakan pada permukaan luar onde-onde. Pandan yang
digunakan pada onde-onde III merupakan pengharum alami agar adonan onde-
onde yang dibuat menjadi lebih wangi.
Proses pembuatan onde-onde II dan III agak sedikit berbeda terutama pada
proses pencampuran bahan dan cara penggorengannya. Pembuatan onde-onde II
dimulai dengan pencampuran tepung kanji, tepung beras, dan gula dibubuhi telur
yang telah dikocok, adonan diadoni dengan air hangat sampai merupakan adonan
yang dapat dipulung. Pulung bulat-bulat sebesar kemiri, isi bagian tengahnya
dengan adonan isi, bulatkan kembali dan gulingkan diatas wijen sampai
permukaannya tertutup wijen. Onde-onde dimasukkan ke dalam wajan yang berisi
minyak dingin. Letakkan wajan diatas kompor, baru nyalakan api sedang. Aduk
terus hingga matang, angkat dan tiriskan.
Pembuatan onde-onde III diawali dengan pencampuran santan, pandan,
gula dan garam, kemudian dimasak sampai mendidih, angkat. Campur tepung
ketan dan tepung beras, tuangi cairan santan hangat, aduk-aduk hingga dapat
dipulung. Ambil adonan secukupnya, beri isi adonan kacang hijau dan bulatkan.
Goreng onde-onde dengan minyak hangat, kemudian api dibesarkan sampai onde
berwarna kuning kecoklatan.
Setelah onde-onde matang selanjutnya dilakukan pengamatan karakteristik
onde-onde secara indrawi. Hasil pengamatan onde-onde II dan III dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Onde-Onde Cara II dan Onde-Onde Cara III
No Kriteria Onde-Onde II Onde-Onde III1 Bentuk Bulat Bulat2 Warna Kuning kecokelatan Kuning kecokelatan3 Aroma Khas ketan Khas ketan4 Tekstur Keras Kenyal/liat5 Rasa Agak manis Manis, gurih6 Jumlah kue 15 buah 23 buah7 Lama penggorengan 15 menit 4 menit
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
8 Gambar
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2013)Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa onde-onde yang
dihasilkan berbentuk bulat, berwarna kuning kecoklatan, namun onde-onde II
permukaannya pecah-pecah tidak rata seperti onde-onde III. Keduanya
beraroma khas ketan. Tekstur onde-onde II lebih keras dibandingkan onde-
onde III yang lebih kenyal, hal ini dapat disebabkan jumlah tepung ketan yang
digunakan pada onde-onde III lebih banyak dan adanya penambahan santan.
Onde-onde II rasanya agak manis, sedangkan onde-onde III lebih gurih karena
ada penambahan santan. Onde-onde II yang digoreng dengan minyak dingin
membutuhkan waktu penggorengan yang jauh lebih lama, karena digunakan
minyak dingin dan api yang tidak terlalu besar sehingga waktu penggorengan
lebih lama, dibandingkan onde-onde III yang digoreng dengan minyak hangat.
Onde-onde II yang permukaannya pecah saat digoreng dapat disebabkan oleh
waktu penggorengan yang terlalu lama karena digunakan minyak dingin, api
yang digunakan terlalu besar, maupun karena adonan kulit saat dibentuk
terlalu tipis dan isiannya terlalu banyak (Anonimd, 2011)
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
VI. Kesimpulan
1. Bolu kukus I dan II sama-sama berbentuk bulat, namun bolu kukus II bagian
permukaannya merekah, sedangkan pada bolu kukus I tidak merekah. Tidak
merekahnya bolu kukus dapat disebabkan oleh :
- jumlah telur yang digunakan terlalu banyak. Adonan bolu kukus mekar
umumnya tidak menggunakan telur dalam jumlah yang banyak
- tidak ditambahkannya emulsifier TBM dapat berpengaruh pada kurang
stabilnya adonan setelah ditambahkan air soda, sehingga air soda tidak
berfungsi maksimal untuk membantu menembangkan adonan.
- Tidak ditambahkannya pengembang VX sehingga bolu kukus II kurang
merekah dengan baik.
- dandang yang digunakan untuk mengukus sebelum dimasukkan adonan
kurang panas, dapat pula mempengaruhi pengembangan.
2. Onde-onde II bagian permukannya dapat disebabkan oleh waktu
penggorengan yang terlalu lama karena digunakan minyak dingin, api yang
digunakan terlalu besar, maupun karena adonan kulit saat dibentuk terlalu tipis
dan isiannya terlalu banyak.
3. Kualitas Onde-onde sangat ditentukan oleh proses penggorengan yang tepat.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
DAFTAR PUSTAKA
[Anonima]. 2010. Apa Perbedaan Baking Soda dan Baking Powder? Available at : http://belajar-masak.net/post/7337189872/apa-perbedaan-baking-soda-dan-baking-powder . Diakses pada tanggal 28 April 2013.
[Anonimb]. 2011. Pengganti Air Soda Bolu Kukus. Available at : http://www.femina.co.id/kuliner/info.kuliner/pengganti.air.soda.bolu.kukus/004/002/35 . Diakses pada tanggal 28 April 2013.
[Anonimc]. 2012. Rahasia Sukses Membuat Bolu Kukus. Available at : http://ayodapur.blogspot.com/search/label/Tips%20dan%20Triks%20Memasak . Diakses pada tanggal 28 April 2013.
[Anonimd]. 2011. Onde-Onde. Available at : http://makanbersama.blogspot.com/2011/09/onde-onde.html. Diakses pada tanggal 28 April 2013.
Astawan, M. 1999. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Herudiyanto, Marleen. 2008. Teknologi Pengolahan Roti dan Kue. Widya Padjadjaran, Bandung.
Muchtadi, Tien. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Kel/Kls : 2-A1
LATIHAN
1. Apa fungsi air kapur sirih pada pembuatan klepon?
Fungsi peambahan air kapur sirih pada pembuatan klepon ialah untuk
menghasilkan adonan kulit yang lebih padat, kenyal dan tahan lama.
2. Apa yang akan terjadi bila onde-onde digoreng dengan menggunakan minyak
panas?
Bila onde-onde digoreng dengan minyak yang terlalu panas, maka onde-onde
akan mudah pecah. Sebaiknya digunakan minyak yang hangat dan waktu
penggorengannya tidak terlalu lama. Selain itu, adonan kulit juga tidak boleh
terlalu tipis sedangkan isinya terlalu banyak, hal ini dapat mengakibatkan
onde-onde mudah oecah terutama bila digoreng pada minyak panas.
3. Pada pembuatan cakue, mengapa gist terlebih dahulu dilarutkan dengan air?
Apa fungsinya?
Proses pelarutan gist dalam air berfungsi untuk mengaktifkan ragi (gist). Bila
tidak dilarutkan terlebih dahulu, maka gist akan sulit bercampur dan
menghambat daya kerja gist tersebut.