Lapak identifikasi mentegaa
Click here to load reader
description
Transcript of Lapak identifikasi mentegaa
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi produk-produk olahan yang
mengandung lemak/minyak. Produk-produk olahan tersebut diantaranya beberapa
jenis mentega dan margarin. Identifikasi dilakukan secara visual pada beberapa
sifat fisik mentega dan margarin tersebut, diantaranya warna, aroma, rasa, dan
tekstur. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan fisik secara
visual diantara produk-produk mentega dan margarin tersebut. Perbedaan fisik
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pada proses pengolahan produk-produk
tersebut maupun tujuan penggunaannya yang berbeda pula.
Produk-produk olahan yang mengandung lemak/minyak yang diamati
pada praktikum ini ialah :
1. Mentega Putih
Mentega putih (Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang
mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu dan umumnya berwarna putih
(Winarno,1991). Pada umumnya sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak
nabati seperti minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah
dan lain-lain (Winarno, 1991). Mentega putih mengandung 80% lemak dan 17%
air (Wahyuni & Made, 1998). Mentega putih banyak digunakan dalam bahan
pangan, terutama pada pembuatan kue dan roti yang dipanggang. Fungsi mentega
putih dalam bahan pangan khususnyadalam kue dan roti mempunyai fungsi antara
lain memperbesar volume bahan pangan, menyerap udara, stabiliser, emulsifier,
membentuk cream, memperbaiki keeping quality, dan memberikan cita rasa gurih
dalam bahan pangan berlemak dan mengempukan tekstur kue karena mentega
putih mengandung shortening.
2. Mentega Wysman (Butter)
Mentega atau butter adalah lemak susu yang bersifat plastis yang diperoleh dari
pengocokan / churning cream, sehingga lemak susu berubah menjadi plastid dan
daapt dioleskan. Pada proses ini, susu segar yang merupakan emulsi lemak dalam
air (o/w) diubah menjadi mentega yang merupakan emulsi air dalam lemak (w/o).
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Untuk menghasilkan 1 kg mentega diperlukan kira-kira 22 liter-33 liter susu
segar. (Tjahjadi, 2008)
Proses pembuatan mentega adalah sebagai berikut :
Proses pertama dalam pembuatan mentega ialah pemisahan krim yang
dilakukan dengan alat separasi krim. Selanjutnya dilakukan standardisasi krim
Susu
Segar
Separasi Susu Skim
Standardisasi
Netralisasi
Pemeraman
Pendinginan
Mentega
Krim
Pasteurisasi
Churning Susu mentega
(butter milk)
Garam
PencucianAir dingin
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
sampai berkandungan lemak kira-kira 30-33% karena diketahui bahwa krim pada
konsentrasi ini memiliki sifat-sifat agitasi yang paling baik. Sebelum diagitasi,
krim dinetralkan sampai ber-pH kira-kira 6,8-7,2 dan kemudian dipasteurisasi.
Netralisasi dapat mencegah berkembangnya flavor yang tak dikehendaki selama
pemanasan dan juga dapat menghasilkan mentega yang mempunyai sifat tahan
simpan yang lebih baik dalam keadaan dingin. Tujuan pasteurisasi adalah untuk
menghancurkan mikroorganisme patogen dan juga meningkatkan mutu simpan
produk akhir. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara holder (30 menit pada
suhu 70°-75°C) atau metode HTST (25 detik pada suhu 80°-85°C). (Buckle,
2007)
Sesudah didinginkan sampai 10°C, krim digunakan untuk proses agitasi
(churning). Pengaduk/agitator diputar pada kira-kira 60 rpm sampai terjadi
pemecahan yaitu sampai terbentuk butiran-butiran lemak yang terpisah atau mulai
memisah. Kira-kira 4-5% air dingin dapat ditambahkan pada tahap ini untuk
memperkuat lemak, penumbuk diputar 4-5 kali dan kemudian break water atau
mentega dikeringkan. Air diganti lagi dengan air cuci yang bermutu baik,
pengaduk diputar 4-5 kali dan kemudian air cuci dibuang. Sekarang ditambahkan
1,5%-2% garam halus. Pengaduk diputar lagi 15-17 menit untuk memproses
mentega. Selama perlakuan ini garam dan sisa bercampur dengan partikel-partikel
lemak yang akhirnya terpisah sebagai suatu massa mentega padat dan
bersambung. Kadar air akhir mentega biasanya mencapai 15-16%. (Buckle, 2007)
3. Margarin
Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water
in oil emulsion–W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis. Minyak yang
digunakan dalam pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewan seperti
babi (lard) atau sapi, dan lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit,
kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan lain-lain. Margarin sedikitnya
mengandung 80% lemak dari total beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%)
terdiri dari turunan susu skim, air, atau protein kedelai cair. Dan sisanya 1-3%
merupakan garam, yang ditambahkan sebagai flavor.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, (Kataren, 1986) :
1. Bilangan Iod yang rendah.
2. Warna minyak kuning muda.
3. Flavorminyak yang baik.
4. Titik beku dan titik cair disekitar suhu ka mar.
5. Asam lemak yang stabil.
6. Jenis minyak yang digunakan sebagai bahan baku harus banyak terdapat di
7. suatu daerah.
Proses Pembuatan
1. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan
kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien
dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya.
2. Tahap Bleaching (pemucatan)
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat
warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan
mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth
(tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh
permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta
hasil degradasi minyak misalnya peroksida. (Ketaren,1986).
3. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan
dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi
daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena
nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga
mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam
proses hidrogenasi minyak
4. Tahap Emulsifikasi
Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan cara
penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80°C dengan tekanan
1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu
a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam
minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air minyak
terutama dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin sedangkan
penambahan b- karoten pada margarine sebagai zat warna serta vitamin A dan D
untuk menambah gizi.
b. Proses pencampuran emulsifier fase cair
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam minyak.
Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk membuat
emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah : · garam untuk
memberikan rasa asin TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah
teroksidasinya minyak yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau
tengik · Natrium Benzoat sebagai bahan pengawet (Bailey’s,1950). Vitamin A
dan D akan bertambah dalam minyak. Selain itu minyak akan berbentuk emulsi
dengan air dan membentuk margarin. Beberapa bahan tambahan seperti garam,
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
anti oksidan dan Natrium benzoat juga akan teremulsi dalam margarin dalam
bentuk emulsifier fase cair. (Bailey’s,1950).
Ada beberapa jenis margarin yang ada dipasaran, sebagai berikut (O’Brien, 2009) :
1. Margarin meja (table margarines)
Margarin meja (table margarines) terdiri dari : a. Soft tube margarines, dengan
ciri-ciri sebagai berikut : - Temperatur emulsi soft tube margarines sekitar 95 –
105°F (35 – 40,6°C) - Berbentuk lembut dan tetap dapat dioles pada suhu 5 – 10
°C - Produk terlalu lembut, oleh karena itu, dibungkus di dalam plastic tube atau
plastic cup yang dilengkapi dengan pelekat penutup b. Stick margarines, dengan
ciri-ciri sebagai berikut : - Temperatur emulsi stick margarines disesuaikan dan
diatur di bawah suhu tubuh pada 100 – 105 °F (37,8 – 40,6 °C) - Dapat dioles
pada suhu 20 – 25 °C - Lebih kaku dibanding mentega putih (shortening)
2. Margarin industri (Industrial margarines)
Margarin industri ini dirancang untuk industri roti dan kue. Yang dibuat dari
minyak nabati yang telah dimurnikan. Aplikasi yang direkomendasikan untuk
biskuit, industri kue dan toko roti. Sedikit lebih keras dibandingkan dengan
margarin meja dan digunakan untuk campuran roti dan kue. Margarin industri ini
harus disimpan ditempat yang kering dan dingin atau suhunya sekitar 30 °C.
3. Puff pastry margarines
Sangat berbeda dengan margarin meja maupun margarin industri. Fungsi puff
pastry sebagai pelindung antara lapisan – lapisan dari adonan kue.
Tabel 1. Karakteristik Margarin, Mentega dan Mentega Putih
Aspek Margarin Mentega Mentega Putih Warna Kuning Kuning muda Putih Bentuk Padat Padat Padat Rasa Asin Netral Netral Aroma lemak Tidak harum Harum Harum Kandungan air 16 % 18 % 17 % Asam lemak Lemak nabati Lemak hewani Lemak nabati
(Sumber: Wahyuni & Made, 1998)
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Pada praktikum ini diamati beberapa sifat visual mentega dan margarin. Sifat
visual yang diamati yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur. Pada Tabel 1 berikut ini
dapat diamati hasil pengamatan visual mentega dan margarin yang dilakukan.
Tabel 2. Pengamatan Visual Mentega dan Margarin
Sampel Warna Aroma Rasa Tekstur
Mentega putih Putih Tidak tercium HambarLembut
(+)
Mentega wisman Kuning (+) Aroma susuAsin gurih
Lembut (++++++)
Margarin Blue band serbaguna
Kuning (++++)
Khas margarin (++)Asin (+
++)Lembut (+
++)Margarin Blue band
cake &cookiesKuning (++
+++)Bau asam
Asin (++++)
Lembut (++)
Margarin palmiaKuning (++
+)Khas margarin (++
+)Asin (+
+)Lembut (+
+++)
Margarin amandaKuning (+
+)Khas margarin (+)
Asin (+)
Lembut (+++++)
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mentega
putih memiliki perbedaan warna dengan margarin dan mentega umumnya karena
berwarna putih. Adapun mentega dan margarin yang diamati umumnya berwarna
kuning dengan intensitas warna kuning yang berbeda. Intensitas warna kuning
pada margarin blue band cake&cookies > margarin blue band serbaguna >
margarin palmia > margarin Amanda > mentega wisman. Margarin memiliki
intensitas warna yang lebih kuning dibandingkan mentega, terkecuali mentega
putih. Warna mentega putih cenderung putih hingga kekuningan, tergantung
lamanya proses hidrogenasi. Makin lama proses penjenuhan asam lemaknya.
warnanya makin putih. Adapun warna kuning pada mentega dan margarin
disebabkan oleh zat warna β karoten dalam krim. (Buckle, 2007)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa mentega dan margarin yang
diamati memiliki intensitas aroma yang berbeda-beda. Margarin palmia memiliki
aroma margarin paling kuat, diikuti oleh margarin blue band serbaguna dan
margarin Amanda, adapun margarin blue band cake&cookies memiliki aroma
sedikit asam. Mentega wisman memiliki aroma susu hal ini disebabkan oleh
bahan baku pembuatannya yakni krim susu. Berbeda dengan yang lainnya,
mentega putih aromanya tidak tercium sama sekali.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
Mentega dan margarin umumnya memiliki rasa asin dengan intensitas
yang berbeda-beda, terkecuali mentega putih yang rasanya hambar. Margarin
blueband cake&cookies rasanya paling asin dibanding margarin dan mentega
lainnya, diikuti margarin blue band serbaguna, margarin palmia, dan margarin
amanda yang memiliki intensitas rasa asin yang lebih rendah. Adapun mentega
wisman memiliki rasa asin gurih. Rasa gurih disebabkan oleh kandungan lemak
susu yang tinggi pada mentega wisman. Penambahan garam dilakukan untuk
mendapatkan rasa yang lebih baik dan untuk menjaga mutu (Buckle, 2007).
Berdasarkan tekstur, pada umumnya mentega dan margarin memiliki
tekstur lembut dengan intensitas kelembutan yang berbeda-beda, terkecuali pada
mentega putih yang agak kaku. Mentega wisman sangat lembut bila dibandingkan
berbagai jenis margarin. Kelembutan tekstur margarin atau mentega terkait
dengan plastisitas mentega atau margarin tersebut. Makin plastis atau lembut
margarin atau mentega, maka daya olesnya semakin baik. Umumnya margarin
meja seperti margarin blue band serbaguna, margarin palmia, margarin amanda
serta mentega seperti mentega wisman memiliki daya oles yang baik dan
teksturnya lembut. Adapun mentega putih dan margarin cake&cookies sedikit
lebih keras dibandingkan margarin meja dan mentega wisman serta dipergunakan
sebagai campuran pembuatan cake atau kue.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Mentega dan margarin yang diamati umumnya berwarna kuning dengan
intensitas warna kuning yang berbeda. Intensitas warna kuning pada margarin
blue band cake&cookies > margarin blue band serbaguna > margarin palmia >
margarin amanda > mentega wisman.
2. Mentega putih cenderung berwarna putih hingga kekuningan, tergantung
lamanya proses hidrogenasi. Makin lama proses penjenuhan asam lemaknya.
warnanya makin putih.
3. Margarin cenderung beraroma khas margarin yang cukup menyengat, mentega
beraroma susu karena terbuat dari lemak susu, sedangkan mentega putih
aromanya tidak tercium.
4. Margarin blueband cake&cookies rasanya paling asin dibanding margarin dan
mentega lainnya, diikuti margarin blue band serbaguna, margarin palmia, dan
margarin amanda yang memiliki intensitas rasa asin yang lebih rendah.
Sedangkan mentega wisman memiliki rasa asin gurih, adapun mentega putih
rasanya hambar.
5. Penambahan garam dilakukan untuk mendapatkan rasa yang lebih baik dan
untuk menjaga mutu.
6. Margarin meja seperti margarin blue band serbaguna, margarin palmia,
margarin amanda serta mentega seperti mentega wisman memiliki daya oles
yang baik dan teksturnya lembut.
7. Mentega putih dan margarin cake&cookies sedikit lebih keras dibandingkan
margarin meja dan mentega wisman serta dipergunakan sebagai campuran
pembuatan cake atau kue
4.2 SARAN
1. Variasi sampel ditambah, misalnya dilakukan pula pengamatan berbagai jenis
lemak/gajih dan produk lemak minyak lain seperti mayonnaise, salad dressing
dll.
2. Dilakukan proses pembuatan skala lab pembuatan margarin/mentega sehingga
lebih dapat menambah wawasan praktikan tentang produk tersebut.
Nama : Rahma SofiannisaNPM : 240210100016
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 2007. Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta.
Tjahjadi, Carmencita. 2008. Pengantar Teknologi Pangan (Volume II). Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Wahyuni, A.M dan Made, A. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. CV Akademika Pressindo, Jakarta.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.