lapak asam basa
-
Upload
hani-herlina -
Category
Documents
-
view
153 -
download
3
Transcript of lapak asam basa
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK II
Turunan Asam Hidroksibenzoat
Asam Salisilat
Oleh :
Ami Sholihat 31110002
Asep Yusuf 31110007
Hani Herlina 31110024
III A
PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2013
A. Tujuan
Menentukan kadar asam salisilat dengan menggunakan metode titrasi asam basa.
B. Dasar Teori
Sebagian besar senyawa obat adalah asam atau basa lemah dalam lingkungan air.
Umumnya senyawa obat mempunyai gugus N (punya pasangan elektron sunyi). Dapat dititrasi
dalam lingkungan air atau bebas air tergantung pada pKa nya.
Asam hidroksi benzoat bisa terdapat sebagai isomer orto, meta dan para. Isomer orto
adalah asam salisilat dan turunan-turunannya misalnya natrium salisilat , ester dari gugus
karboksilnya seperti metil salisilat dan ester dari gugus hidroksilnya seperti asetosal. Sebagai
contoh isomer para adalah nipasol dan nipagin, sedangkan isomer meta dan turunannya hampir
tidak digunakan dalam farmasi.
Analisis asam hidroksi benzoat dan turunannya dapat menggunakan metode :
1. Metode aside alkalimetri :
a. Titrasi langsung terhadap asam bebas.
b. Titrasi langsung terhadap garam asam hidroksi benzoat pada sistem dua fase.
c. Penetapan ester asam hidroksi benzoat dengan hidrolisis dan titrasi kembali.
2. Metode bromometri.
3. Metode iodometri.
4. Metode titrasi bebas air.
5. Metode spektrofotometri :
a. Spektrofotometri uv.
b. Spektrofotometri sinar tampak.
6. Metode spektrofotometri derivatif.
7. Metode kromatografi :
a. Kromatografi cair kinerja tinggi.
b. Kromatografi gas.
Prinsip titrasi asam basa yaitu reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral.
Macam titrasi asam basa
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Dipakai setelah terjadi reaksi yang membebaskan asam kuat seperti pada penentuan
aldehid dan keton yang biasanya terdapat dalam minyak nabati.
b. Titasi asam lemah dengan basa kuat
Banyak dipakai pada titrasi senyawa obat. Memberikan hasil garam yang akan
terhidrolisis disekitar titik akhir, besarnya hidrolisis tergantung pada tetapan disosiasi
asam.
c. Titrasi asam kuat dengan basa lemah dan Titrasi asam lemah dengan basa lemah
Jika sejumlah kecil volume asam kuat atau basa kuat ditambahkan pada basa lemah atau
asam lemah maka nilai pH akan meningkat secara drastic disekitar satu unit pH dibawah
atau diatas nilai pKa. Seringkali pelarut organik yang dapat campur dengan air, seperti
etanol ditambahkan untuk melarutkan analit sebelum dilakukan titrasi.
d. Titrasi kembali
Dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan, kemudian kelebihan
titran dititrasi dengan titran lain. Pada cara ini ada dua sumber kesalahan karena
menggunakan dua titran sehingga kesalahan menjadi lebih besar. Disamping itu cara ini
memakan waktu yang lama.
e. Titrasi langsung
Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan ditetapkan.
Cara ini mudah, cepat dan sederhana.
C. Alat dan Bahan
Alat : Erlenmeyer 250 ml, Buret, statif, klem, Gelas kimia 250 ml, corong, cawan uap,
tabung reaksi, batang pengaduk, gelas ukur 250 ml
Bahan : Asam salisilat, etanol 95%, NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, indikator fenolftalein,
Indikator Merah Fenol, asam oksalat.
D. Prosedur
Pembakuan NaOH dengan asam oksalat
Timbang asam oksalat 50 mg – 60 mg
Tambahkan 50ml aquades + indicator pp pada erlenmeyer
Titrasi dengan NaOH 0,1N
Pembakuan HCl dengan natrium bikarbonat
Ekstraksi asam salisilat
Timbang natrium bikarbonat 50 mg – 60 mg
Tambahkan 50ml aquades + indicator pp pada erlenmeyer
Titrasi dengan HCl 0,1N
1g salep + 30ml eter , dan 70ml NaOH . kocok , gunakan corong pisah Pisahkan
Ambil Larutan eter ,pisahkan pada Erlenmeyer
Lakukan beberapa kali ekstraksi, dengan
penambahan NaOH , lalu + HCl
Hasil ekstrak , diuapkan. Di penangas air hingga eter hilang
(baunya)Lakukan titrasi
balik, hasil ekstrak tersebut.
Dengan titran HCl
Sisa basis , tetesi dengan FeCl3 . untuk mengetahui keberadaan asam
salisilat.
E. Hasil Pengamatan
a. Pembakuan HCl 0.1 N dengan Na2CO3
Na2CO3 (mg) V HCl (mL)
200 15
200 14,5
200 14,5
b. Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat
Asam Oksalat (mg) NaOH (mL)
57,6 10
57,5 10
57 9,5
c. Titrasi Blanko Etanol 96%
Etanol 96% (mL) NaOH (mL)
10 0.2
10 0.2
10 0.2
d. Penetapan Kadar Sampel Asam Salisilat dengan titrasi tidak langsung.
V sampel (mL) V HCl (mL)
10 46,1
10 46
10 48,1
Pembakuan HCl 0.1N dengan Na2CO3
N HCl=berat natriumbikarbonat (mg)
BE HCl xV HCl= 50
36,46 x25=0,05 N
N HCl=berat natriumbikarbonat (mg)
BE HCl xV HCl= 50,9
36,46 x23=0,06 N
N HCl=berat natriumbikarbonat (mg)
BE HCl xV HCl= 51,3
36,46 x23=0,06 N
rata rata N HCl=0,05+0.06+0.063
=0,05 N
Pembakuan NaOH 0,1N dengan asam oksalat
N NaOH= berat asam oksalatBE asamoksalat x V NaOH
= 57,663,04 x 10
=0,09 N
N NaOH= berat asam oksalatBE asamoksalat x V NaOH
= 57,563,04 x 10
=0,09 N
N NaOH= berat asam oksalatBE asamoksalat x V NaOH
= 5763,04 x 9,5
=0,09 N
rata rata N NaOH=0,09+0,09+0,093
=0,09 N
Penetapan kadar asam salisilat
kadar sampel1=(V titrasi sampel−V .titrasi blanko )× BE sampel × N NaOH−N HCl
mg sampelx100 %=
(46,1−0,2 )× 138,12× 0,09 N−0,05 N1000 mg
x 100 %=25,35 %
kadar sampel2=(V titrasi sampel−V .titrasi blanko )× BE sampel× N NaOH−N HCl
mg sampelx100 %=
(46−0,2 ) ×138,12 ×0,09 N−0,06N1000 mg
x100 %=18,97 %
kadar sampel3=(V titrasi sampel−V . titrasiblanko )× BE sampel× N NaOH−N HCl
mg sampelx100 %=
(48,1−0,2 )× 138,12× 0,09 N−0,06 N1000 mg
x100 %=19,84 %
rata rata kadar sampel=25,35 %+18,97 %+19,84 %3
=21,38 %
F. Pembahasan
Pada titrasi ini menggunakan metode Titrasi asam basa karena asam salisilat merupakan
asam lemah yang dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan basa kuat yaitu natrium
hidroksida. Titrasi tidak langsung digunakan untuk menetapkan kadar asam salisilat dimana
kelebihan natrium hidroksidanya dititrasi dengan asam klorida. Pada penetapan kadar asam
salisilat ini dilakukan pula titrasi blanko. Titrasi blanko bertujuan untuk mengetahui kadar etanol
yang digunakan sebagai pelarut yang bereaksi dengan NaOH.
Tahapan titrasi ini dimulai dengan membakukan larutan HCl 0.1N dengan menggunakan
Na2CO3 mengunakan indikator fenolftalein. Pada prosesnya natrium yang telah diberi indikator
fenolftalein dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari merah muda sampai bening.
Menggunakan indikator fenolftalein karena menurut Underwood ion karbonat dititrasi dengan
menggunakan asam kuat, fenoftalein dengan skala pH 8,0 sampai 9,6 adalah indikator yang
cocok untuk titik akhir pertama.
Selanjutnya dilakukan pembakuan NaOH dengan menggunakan asam oksalat. Berat asam
oksalat yang ditimbang 57,6mg, 57,5mg, 57mg dan volume NaOH yg dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir titrasi (perubahan warna) yaitu 10ml, 10ml dan 9,5ml. Indikator yang
digunakan indikator fenoptalein sehingga mengalami perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi berwarna pink. Titik akhir titrasi berada pada rentang pH 8–9,6. Indikator fenolftalein
merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak
berwarnanya dan kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan sistem
terkonjugat menghasilkan warna merah.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Selanjutnya dilakukan titrasi blanko sebagai faktor koreksi kelebihan titran pada saat titrasi.
Dalam hal ini titrasi blanko digunakan terhadap etanol 96% yang ditrasi dengan mengunakan
natrium hidroksida dan fenolftalein sebagai indikator. Dalam penentuan kadar asam salisilat
etanol 96% dititrasi blanko karena pada saat penentuan kadar asam salisilat, asam salisilat larut
dalam etanol yang kemudian dititrasi dengan kelebihan titrannya.
Pada saat penentuan kadar asam salisilat, hal yang pertama dilakukan yaitu isolasi asam
salisilat dari sediaan salep menjadi serbuk kristal. Proses isolasi ini dilakukan dengan cara
menarik asam salisilat dari basisnya menggunakan pelarut eter dan NaOH dengan perbandingan
30:70. Penambahan NaOH dilakukan untuk mengubah asam asam salisilat menjadi bentuk
garamnya agar memudahkan pada saat pemisahan. Asam salisilat dan juga basis salep larut
dalam eter tapi dalam keadaan memisah (pada eter terbentuk dua lapisan) lapisan basis salep ada
diatas sedangkan lapisan asam salisilat ada dibawah sehingga untuk pemisahannya lapisan asam
salisilat dikeluarkan sedangkan lapisan basis salep tidak dikeluarkan dari corong pisah.,
Pemisahan ini dilakukan dengan cara pengocokan pada corong pisah dan dilanjutkan dengan
penguapan fase eter dengan cara ditangas diatas waterbath, tapi sebelum diuapkan hasil
pemisahan ditambahkan dulu asam klorida untuk mengubah dari bentuk garam menjadi bentuk
asam salisilat kembali, pada proses penguapan, eter tersebut akan cepat menguap sehingga
didapat serbuk kristal asam salisilat. Setelah didapat serbuk asam salisilat kemudian dilakukan
proses titrasi balik dengan HCl. Indicator yang digunakan yaitu merah fenol yang memiliki
rentang ph 6,8 – 8,4 kerana titik ekivalen asam salisilat adalah pada 7,5.
Pada penetapan kadar asam salisilat, alkohol digunakan sebagai pelarut karena salisilat
hampir tidak larut dalam air. Alkohol bersifat asam lemah dari jumlah asam dalam alkohol
bervariasi disebabkan oleh terbukanya alkohol karena oksidasi. Oleh karena itu, alkohol harus
dinetralkan terhadap indikator yang digunakan supaya tidak bereaksi dengan natrium hidroksida
ketika titrasi berlangsung. Sebaliknya digunakan natrium hidroksida bebas karbonat untuk
menghindari kesalahan pada titik akhir titrasi dengan terlepasnya karbon dioksida.
Semua proses titrasi pada praktikum ini dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali (triplo). Dan
diperoleh kadar asam salisilat
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan kadar asam salisilat rata-rata 21,38%.
H. Daftar Pustaka
Gholib Gandjar, Ibnu dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Roth, Hermann dan Gottfried Blaschke. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM
press.
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.
Mulyono HAM, M.Pd. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bandung: Bumi
Aksara.
Vogel. 1966. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif. Jakarta: PT. Kalman Media
Pusaka.
Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi edisi kedua. Strathclyde: Penerbit Buku Kedokteran Kedokteran
EGC.