lapak Anfisko 2 golongan barbiturat dan antibiotik modul 4 dan 5.docx
lapak anfisko alkohol fenol asam karboksilat
description
Transcript of lapak anfisko alkohol fenol asam karboksilat
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS
FISIKOKIMIA
IDENTIFIKASI SENYAWA-SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL,
FENOL, DAN ASAM KARBOKSILAT
Disusun Oleh :Inna Muthmainnah
260110120151
LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA 2FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN2014
IDENTIFIKASI SENYAWA-SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL,
FENOL, DAN ASAM KARBOKSILAT
I. Tujuan
Mengetahui dan memahami identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol,
dan asam karboksilat.
II. Prinsip
II.1. Prinsip Reaksi Identifikasi Senyawa Golongan Alkohol
1. Terbentuk ester jika ditambahkan asam karboksilat yang dapat
diamati dari aromanya
II.2. Prinsip Reaksi Identifikasi Senyawa Golongan Fenol
1. Fenol ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk kompleks
berwarna
2. Fenol pengkopelan dengan reagensia diazotasi
3. Fenol ditambahkan pereaksi Marquis akan terbentuk kompleks
berwarna
II.3. Prinsip Reaksi Identifikasi Senyawa Golongan Asam Karboksilat
1. Asam dapat memerahkan lakmus biru
2. Asam dapat tersublimasi jika dipanaskan
3. Asam dapat teresterifikasi dengan alkohol
III. Reaksi
III.1. Golongan Alkohol
Etanol
a. Esterifikasi dengan asam benzoat dan asam salisilat
(Fessenden, 1981).
b. Iodoform
c. K2Cr2O7 dalam H2SO4 50%
Gliserin
a. CuSO4 + NaOH
Mentol
a. H2SO4 + salisilaldehid
III.2. Golongan Fenol
Fenol
a. FeCl3
b. K
2Cr2O7
c. p-DAB
(Kelly, 2009).
Nipagin
a. FeCl3
b. HNO3
Hidrokinon
a. FeCl3
(Fessenden, 1981).
b. NaOH
(Fessneden, 1981).
Resorsinol
a. FeCl3
III.3. Asam karboksilat
Asam tartrat
a. CuSO4 + NaOH
Asam Benzoat
a. FeCl3
(Svehla, 1985)
IV. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Kaca arloji
2. Kaca obyek
3. Pelat tetes
4. Pembakar bunsen
5. Penangas air
6. Penjepit kayu
7. Pipet tetes
8. Spatel
9. Tabung reaksi
10. Tisu
b. Bahan
1. Bahan alkohol
Ammonium
hidroksida
Asam benzoat
Asam salisilat
Asam sulfat
Aquades
Aqua iod
Etanol
Gliserin
Kalium dikromat
Mentol
Natrium hidroksida
Tembaga sulfat
Vanillin
2. Bahan Fenol
Ammonium
hidroksida
Asam nitrat pekat
Aquades
Besi (III) klorida
Fenol
Hidrokinon
Kalium dikromat
Natrium hidroksida
Nipagin
Perak nitrat
amoniakal
Pereaksi p-DAB
Pereaksi Liebermann
Resorsinol
Timbal asetat
3. Bahan Asam Karboksilat
Asam benzoat
Asam sitrat
Asam sulfat
Asam tartrat
Besi (III) klorida
Kalium bromida
Natrium hidroksida
Resorsinol
Tembaga (II) sulfat
V. Data Pengamatan
N
O
PERLAKUAN HASIL
A. Golongan Alkohol
1. Etanol
1.1. Etanol
dimasukkan ke dalam
2 buah tabung reaksi
dan ditambahkan
asam salisilat dan
asam benzoat, lalu
Etanol+ asam benzoat: Sedikit
bau pisang, larutan jernih.
Etanol+asam salisilat:
secara perlahan
dimasukkan H2SO4
melalui dinding
tabung reaksi, mulut
tabung ditutup dengan
tisu dan dipanaskan.
Amati aroma pada
penutup kapas.
Bau balsam, larutan jernih.
1.2. Reaksi
Iodoform
Dilakukan reaksi
iodoform yaitu
dengan ditambahkan
NaOH dan Aqua iod,
ditutup kapas
kemudian dipanaskan,
diamati aroma yang
dihasilkan dan warna
larutan.
Seperti bau di rumah sakit dan
terjadi sedikit perubahan warna
larutan dari bening
keruhbening.
1.3. Ke dalam
tabung reaksi yang
berisi etanol
ditambahkan larutan
jenuh K2Cr2O7 jenuh
dalam H2SO4 50%.
Perubahan warna
beningkuninghijau kebiruan.
2. Gliserin
2.1. Larutan
gliserin dicampurkan
Perubahan warna larutan
beningbiru tua jernih.
dengan 1 tetes CuSO4
dan dibasakan dengan
NaOH. Perubahan
warna yang terjadi
diamati.
2.2. Gliserin
ditempatkan di atas
kaca arloji kemudian
dikisatkan diatas
penangas air.
Gliserin berubah jadi lebih encer.
3. Mentol
3.1. Mentol
diletakkan di atas plat
tetes dan diamati
aroma yang
dihasilkan.
Aroma peppermint.
3.2. Ditambahkan
H2SO4 dan vanilin
pada mentol di plat
tetes. Perubahan
warna yang terjadi
diamati.
Tidak terjadi perubahan warna,
tetap bening.
B. Golongan Fenol
1. Fenol
1.1. Reaksi dengan
FeCl3
Larutan sampel diatas
plat tetes ditambahkan
larutan FeCl3.
Perubahan warna dari larutan
bening ungu kehitaman.
Perubahan warna
yang terjadi diamati.
1.2. Pereaksi p-
DAB
Larutan sampel diatas
plat tetes ditambahkan
pereaksi p-DAB dan
diamati perubahan
warna yang terjadi.
Perubahan warna terjadi dari
larutan beninglarutan 2 fasa
merah dan bening
1.3. Pereaksi
Liebermann
Diamati perubahan
warna yang terjadi.
Perubahan warna larutan
bening jingga kekuningan.
1.4. Pereaksi
K2Cr2O7
Diamati perubahan
warna yang terjadi.
Perubahan warna terjadi dari
larutan beningoranye.
2. Nipagin
2.1. Larutan sampel
dibuat dalam tabung
reaksi dengan
pemanasan lalu
didinginkan,
ditambahkan larutan
Perubahan warna dari larutan
beningkeruhungu tua.
FeCl3, diamati
perubahan warna
yang terjadi.
2.2. Larutan sampel
diatas plat tetes dalam
lemari asam
ditambahkan HNO3
pekat dan diamati
perubahan warna
yang terjadi
Perubahan warna dari serbuk
putihlarutan oranye.
3. Hidrokinon
3.1. Larutan sampel
ditambahkan larutan
perak nitrat amoniak.
Diamati perubahan
warna yang terjadi.
Perubahan warna dari serbuk
keabuanlarutan hijau
kehitaman.
3.2. Larutan sampel
diatas plat tetes
ditambahkan larutan
FeCl3 dan diamati
perubahan warna
yang terjadi.
Perubahan warna dari serbuk
keabuanlarutan hitam dan
terdapat serbuk kehitaman.
3.3. Larutan sampel
diatas plat tetes
ditambahkan larutan
timbale asetat dan
NH4OH. Perubahan
Perubahan warna dari serbuk
keabuanlarutan cokelat gelap
pekat.
yang terjadi diamati.
3.4. Larutan sampel
diatas plat tetes
ditambahkan larutan
NaOH dan diamati
perubahan yang
terjadi.
Perubahan warna dari serbuk
keabuanlarutan cokelat.
4. Resorsinol
4.1. Pereaksi p-
DAB
Larutan sampel
diteteskan pada plat
tetes dan ditambahkan
pereaksi p-DAB.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Perubahan warna dari lempengan
berwarna putih tulanglarutan
merah muda
4.2. Larutan sampel
diatas plat tetes
ditambahkan larutan
FeCl3 dan diamati
perubahan warna
yang terjadi.
Perubahan warna dari lempengan
warna putih tulanglarutan ungu
kehitaman.
4.3. Uji Perubahan warna terjadi dari
serbuk putih tulanglarutan
Liebermann
Perubahan warna
yang terjadi diamati.
kekuningan.
4.4. Larutan sampel
dalam tabung reaksi
ditambahkan larutan
perak nitrat
amoniakal. Perubahan
warna yang terjadi
diamati.
Perubahan warna dari larutan
beninglarutan hitam.
C. Golongan Asam Karboksilat
1. Asam Tartrat
1.1. Larutan
senyawa tartrat dalam
kondisi tertentu
dipanaskan dengan
larutan KBr, resorsin
dan H2SO4, akan
terjadi pewarnaan biru
tua setelah
didinginkan dan
larutannya dituangkan
ke dalam air.
Perubahan warna
yang terjadi diamati.
Perubahan warna larutan dari
beningbirubening.
1.2. Larutan
senyawa tartrat
direaksikan dengan
larutan CuSO4 dan
Perubahan warna dari serbuk
putih asam tartratlarutan hijau
mudalarutan hijau tosca.
kemudian dibasakan
dengan larutan NaOH.
Perubahan warna
yang terjadi diamati.
1.3. Asam tartrat
ditambahkan aseton
dan air ke dalam
cincin sublim
kemudian dipanaskan
lalu diberi kapas atau
tisu diatas kaca
preparat. Kemudian
bentuk kristal dapat
diamati dengan
menggunakan
mikroskop.
Terlihat bentuk kristal di
mikroskop
2. Sitrat
2.1. Senyawa sitrat
ditambahkan aseton
dan air ke dalam
cincin sublim
kemudian dipanaskan
lalu diberi kapas atau
tisu diatas kaca
preparat. Kemudian
bentuk kristal dapat
diamati dengan
menggunakan
Terlihat bentuk kristal di
mikroskop
mikroskop.
3. Asam benzoat
3.1. Larutan asam
benzoat ditambahkan
larutan FeCl3.
Perubahan warna
yang terjadi diamati.
Perubahan warna dari larutan
tidak berwarnalarutan oranye.
3.2. Asam benzoat
ditambahkan aseton
dan air ke dalam
cincin sublim
kemudian dipanaskan
lalu diberi kapas atau
tisu diatas kaca
preparat. Kemudian
bentuk kristal dapat
diamati dengan
menggunakan
mikroskop.
Terlihat bentuk kristal jarum pada
mikroskop
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan tiga jenis reaksi identifikasi, yaitu reaksi
identifikasi senyawa-senyawa golongan alkohol, golongan fenol dan golongan
asam karboksilat dengan menggunakan berbagai macam pereaksi baik yang
digunakan untuk uji golongan atau uji spesifik dari senyawa tersebut. Identifikasi
senyawa-senyawa pada percobaan kali ini juga dilakukan uji organoleptis yaitu
seperti bau, warna dan bentuk. Proses identifikasi yang dilakukan dari ketiga
golongan senyawa tersebut berbeda karena memiliki prinsip reaksi identifikasi
yang berbeda dari tiap golongannya. Prinsip identifikasi golongan alkohol yaitu
terbentuknya suatu ester apabila senyawa alkohol direaksikan dengan asam
karboksilat, reaksi ini biasa disebut dengan reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.
Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus-CO2 R
dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat
dapat balik (Fessenden, 1981).
Oleh karena itu untuk identifikasi golongan alkohol dilakukan dengan
penambahan asam karboksilat yaitu seperti asam benzoat dan asam salisilat yang
kemudian akan mengasilkan atau membentuk sebuah produk berupa ester.
Pembentukan ester dapat diamati dari wangi khas yang dihasilkan oleh senyawa
ester yang dihasilkan. Pada proses identifikasi ini dilakukan pada tiga macam
senyawa alkohol yaitu etanol, gliserin dan mentol. Untuk identifikasi senyawa
etanol dapat direaksikan dengan asam benzoat dan atau asam salisilat yang
berfungsi sebagai asam karboksilatnya, kemudian ditambahkan asam sulfat pekat
secara perlahan melalui dinding tabung reaksi sebagai katalisnya, asam sulfat
tidak boleh langsung mengenai larutan sampel dan asam benzoat atau asam
karboksilat untuk menghindari ledakan akibat adanya reaksi eksoterm yang
dihasilkan asam sulfat pekat dan larutan tersebut. Perubahan aroma atau bau yang
terjadi diamati. Hasil yang diperoleh yaitu etanol yang ditambahkan asam benzoat
menghasilkan sedikit bau pisang dan larutan yang tetap jernih, dan etanol yang
ditambahkan asam salisilat menghasilkan bau yang menyengat serta larutannya
juga tetap jernih. Oleh karena itu, senyawa ester banyak digunakan sebagai
flavouring agent.
Metode untuk identifikasi etanol juga dapat digunakan dengan melakukan
reaksi iodoform, yaitu dengan penambahan NaOH yang berfungsi untuk membuat
keadaan menjadi basa, kemudian ditambahkan iodium dan dipanaskan. Pada
proses ini dilakukan dalam suasana basa karena pada proses rekristalisasi dengan
etanol, iodoform akan terurai dan akan dibebaskan iodium sehingga larutan yang
awalnya berwarna cokelat akan larut. Maka hasil yang diperoleh yaitu larutan
kembali jernih dan juga terdapat bau iodium. Lalu juga dapat digunakan metode
penambahan larutan jenuh kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam H2SO4 50%. Metode
ini dapat digunakan untuk menentukan jenis alkohol primer, sekunder, atau
tersier. Sedangkan sampelnya adalah etanol yang merupakan salah satu dari jenis
alkohol primer. Ketika etanol ditambahkan kalium dikromat maka alkohol primer
akan teroksidasi menjadi aldehid, sehingga reaksi ini dapat diamati dengan adanya
perubahan warna dari warna kuning dari Cr2O7 hingga hijau kebiruan dari Cr3+.
Hasil yang diperoleh dari metode ini yaitu warna larutan gijau kebiruan.
Golongan alkohol selanjutnya adalah gliserin. Gliserol atau gliserin ialah
suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Untuk
mengidentifikasi senyawa ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu, pertama
dengan penambahan tembaga sulfat dan natrium hidroksida yang berfungsi untuk
membuat keadaan menjadi basa. Metode ini digunakan untuk membedakan
alkohol monovalen dan polivalen, sedangkan metode ini akan menghasilkan hasil
yang positif pada alkohol polivalen yaitu ditandai dengan terbentuknya larutan
biru jernih. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini dari sampel gliserin yaitu
larutan biru jernih, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa gliserin termasuk
alkohol polivalen, dimana larutan biru jernih yang terbentuk berasal dari reaksi
antara gliserin dengan tembaga sulfat. Kemudian metode yang kedua yaitu
dengan cara gliserin diletakkan diatas kaca arloji kemudian dikisatkan pada
penangas air, dan hasil yang diperoleh adalah bentuk gliserin yang menjadi lebih
cair dan tidak mudah menguap karena masih terdapat dalam kaca arloji seutuhnya.
Proses pengkisatan gliserin ini harus dilakukan di penangas air dan tidak boleh
langsung dibakar diatas nyala api bunsen karena titik leleh gliserin dengan suhu
nyala api Bunsen sedikit berbeda sehingga dikhawatirkan gliserin dapat menguap
jika langsung dibakar pada nyala api Bunsen.
Selanjutnya golongan alkohol yang terakhir diidentifikasi dalam
percobaan ini adalah mentol. Mentol merupakan zat organik mint dalam bentuk
Kristal bening atau putih yang sudah diekstrak secara sintesis dari minyak esensial
peppermint. Aroma peppermint dari mentol sangat khas, sehingga mentol dapat
diidentifikasi hanya dengan mencium aromanya yang khas. Aroma ini berasal dari
kandungan minyak atsiri yang berupa minyak mentol. Mentol juga dapat
diidentifikasi dengan cara direaksikan dengan vanillin dan asam sulfat. Namun
hasil yang diperoleh adalah tidak terjadi perubahan warna dimana warna pada
sampel masih tetap berupa larutan putih bening. Seharusnya hasil yang diperoleh
adalah larutan berwarna kemerahan. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena
reagen asam sulfat yang digunakan kurang pekat atau reagen yang digunakan
sudah tidak stabil konsentrasinya sehingga mengganggu hasil pengamatan yang
diperoleh serta pereaksi vanillin ini kurang spesifik.
Golongan fenol memiliki prinsip yang berbeda yaitu apabila ditambahkan
besi (III) klorida dan ditambahkan pereaksi Marquis akan diperoleh perubahan
warna yang khas dari setiap senyawa, serta pengkopelan dengan reagensia
diazotasi. Dalam percobaan ini senyawa yang diidentifikasi ada empat macam
yaitu fenol, nipagin, hidrokinon, dan resorsinol. Pada uji identifikasi ini cenderung
lebih sering menggunakan plat tetes, karena hanya ingin melihat perubahan warna
yang terjadi. Perubahan warna yang terjadi hasil reaksi antara besi (III) klorida
dan fenol karena adanya kompleks yang terbentuk dengan warna khas, biasanya
berwarna ungu. Hal ini menandakan sifat fenol yang lebih asam karena
menghasilkan warna yang lebih gelap saat bereaksi dengan besi (III) klorida
dibandingkan reaksi antara metanol dengan besi (III) klorida yang menghasilkan
warna kuning. Untuk mengidentifikasi senyawa fenol dapat dilakukan dengan
metode penambahan pereaksi p-DAB (Dimethyl Amino Benzaldehid) yang
membentuk 2 fasa larutan berwarna merah dan bening. Identifikasi senyawa fenol
dapat dilakukan dengan cara penambahan pereaksi Lieberman. Hasil yang
diperoleh terjadi perubahan warna larutan bening menjadi larutan berwarna jingga
kekuningan. Hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks berwarna dari
fenol dan pereaksi Lieberman tersebut. Dapat juga ditambahkan K2Cr2O7,
dihasilkan larutan warna oranye, dimana ini merupakan hasil yang positif dari
reaksi antara fenol dan kalium dikromat. Lalu untuk identifikasi nipagin juga
dapat direaksikan dengan besi (III) klorida tapi melalui proses pemanasan terlebih
dahulu untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara air dengan nipagin dalam
proses pelarutan. Perubahan warna yang diperoleh adalah ungu tua dan diperoleh
sedikit endapan. Warna ungu yang dihasilkan berasal dari kompleks yang
terbentuk yaitu fenolat besi, sedangkan sedikit endapan yang diperoleh
kemungkinan berasal dari nipagin yang ikatannya sudah melemah dengan air.
Metode lain untuk identifikasi nipagin dapat digunakan dengan penambahan asam
nitrat pekat dalam ruang asam. Diperoleh perubahan warna menjadi larutan
berwarna oranye. Hasil ini merupakan hasil yang positif dari reaksi tersebut.
Setelah itu uji identifikasi golongan fenol yaitu senyawa hidrokinon
yangmerupakan senyawa fenol siklik dengan dua gugus hidroksilpada posisi para.
Uji identifikasi senyawa ini yaitu dengan cara direaksikan pada perak nitrat
amoniakal menghasilkan warna hijau kehitaman, kemudian apabila ditambahkan
besi (III) klorida berwarna larutan hitam dengan serbuk kehitaman, dan ketika
ditambahkan timbale asetat dan ammonium hidroksida menghasilkan warna
larutan cokelat gelap pekat, hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi,
sedangkan apabila ditambahkan natrium hidroksida akan menghasilkan larutan
berwarna cokelat, karena hidrokuinon dalm suasana basa dan teroksidasi oleh
udara.
Uji identifikasi selanjutnya dalam golongan fenol adalah resorsinol yang
merupakan senyawa fenol dengan cincin inti aromatic dan memiliki dua gugus
hidroksil pada posisi meta, identifikasi senyawa ini dapat dilakukan dengan
direaksikan pada perak nitrat amoniakal menghasilkan perubahan warna larutan
menjadi hitam, jika ditambahkan besi (III) klorida menghasilkan warna larutan
ungu kehitaman dan jika ditambahkan p-DAB akan menghasilkan larutan
berwarna merah muda. Perubahan warna tersebut merupakan hasil positif dari tiap
reagen yang bereaksi dengan resorsinol. Identifikasi senyawa resorsinol juga
dapat dilakukan dengan cara penambahan pereaksi Lieberman yang menghasilkan
perubahan warna dari larutan bening menjadi larutan berwarna kekuningan.
Golongan asam karboksilat merupakan uji identifikasi golongan yang
terakhir dilakukan pada percobaan kali ini. Golongan asam karboksilat merupakan
golongan senyawa yang memiliki gugus karboksil pada rantai ikatan alifatik atau
cincin aromatic. Asam karboksilat juga biasa disebut dengan asam alkanoat.
Senyawa-senyawa golongan asam benzoat yang diidentifikasi pada percobaan kali
ini ada tiga macam yaitu asam tartrat, sitrat dan asam benzoat. Prinsip dalam
reaksi identifikasi golongan ini yaitu asam dapat memerahkan lakmus biru,
dimana lakmus yang berwarna merah menandakan adanya senyawa asam.
Kemudian asam dapat tersublimasi jika dipanaskan dan akan teresterifikasi
dengan alkohol sehingga membentu senyawa ester yang dapat menimbulkan
aroma.
Uji identifikasi pertama yaitu untuk asam tartrat, asam tartrat dapat
diidentifikasi dengan penambahan kalium bromide, resorsin dan asam sulfat yang
kemudian dipanaskan, membentuk warna biru tua, setelah didinginkan dan
dituang ke dalam air terjadi perubahan warna menjadi larutan yang berwarna
kuning jenuh. Hal ini merupakan reaksi yang positif dari asam tartrat dengan
reagen-reagen tersebut. Lalu metode yang kedua dapat digunakan tembaga (II)
sulfat dan ditambahkan NaOH yang digunakan untuk menjadikan suasana
menjadi basa. Metode ini bisa disebut juga sebagai metode cuprifil, dan metode
ini positif untuk identifikasi asam tartrat, dimana pada percobaan ini
menghasilkan warna hijau dan lama kelamaan menjadi warna biru. Selanjutnya
metode ketiga yaitu dengan sublimasi, sampel ditambahkan air dan aseton ke
dalam cincin sublime, lalu dipanaskan dan dletakkan kapas atau tisu diatas kaca
preparat untuk membantu proses penyubliman. Setelah itu kaca preparat bagian
atas diamati dengan mikroskop untuk memperoleh bentuk Kristal yang khas.
Kemudian uji identifikasi yang kedua untuk golongan asam karboksilat
adalah sitrat. Untuk uji senyawa ini dapat dilakukan sublimasi seperti percobaan
yang dilakukan untuk identifikasi asam tartrat, sehingga diperoleh bentuk Kristal
yang khas dari sitrat. Lalu senyawa terakhir yang diidentifikasi dalam golongan
ini adalah asam benzoat. Dalam mengidentifikasi senyawa ini dapat dilakukan
dengan ditambahkan besi (III) klorida, sehingga diperoleh perubahan warna dari
larutam yang tidak berwarna menjadi larutan oranye, karena pembentukan
kompleks Fe-benzoat. Identifikasi senyawa benzoat juga dapat menggunakan
proses sublimasi. Hasil yang diperoleh dari proses sublimasi tersebut adalah
kristal yang khas dari asam benzoat, dimana menurut Farmakope Indonesia IV
(1995) menyatakan bahwa asam benzoat memiliki bentuk kristal jarum.
VII. Kesimpulan
Senyawa-senyawa golongan alkohol, fenol dan asam karboksilat dapat
identifikasi dengan menggunakan berbagai macam pereaksi yang spesifik untuk
tiap golongannya. Identifikasi senyawa golongan alcohol dapat diamati dari aroma
yang dihasilkan, sedangkan identifikasi senyawa golongan fenol dan asam
karboksilat dapat diamati dari perubahan warna yang terjadi dan juga ada atau
tidaknya endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Attaway, 2009. Pharmaceutical and Bioactive Natural Products. England :
Springe.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga
Fessenden, R. J. 1981. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Kelly. 2009. The Curriculum: Theory and Practice. Elsevier.
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT Kalman Media
Pusaka.