Lapak 3
-
Upload
doni-dermawan -
Category
Documents
-
view
6 -
download
1
description
Transcript of Lapak 3
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
TEGANGAN PERMUKAAN
NAMA : DONI DERMAWAN
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 23 APRIL 2015
ASISTEN :1. NOVIA EKA PUTRI
2. RIMBA T.
LABORATORIUM FARMASI FISIKA II
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
Abstrak
Tegangan permukaan merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas. Pada percobaan ini
cairan uji yang digunakan adalah minyak jarak (Oleum Ricini) yang merupakan
trigliserida dengan ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya dan surfaktan yang
digunakan adalah natrium lauril sulfat yang merupakan surfaktan anionik. Tujuan
percobaan ini adalah menentukan nilai tegangan permukaan minyak jarak dengan
variasi surfaktan yang ditambahkan. Metode yang digunakan adalah penentuan
gaya yang diperlukan untuk memisahkan plat kaca dari cairan uji. Hasil yang
diperoleh adalah semakin banyak volume surfaktan yang ditambahkan pada cairan
uji maka semakin kecil nilai tegangan permukaannya.
Kata Kunci :Tegangan permukaan, Oleum Ricini, Natrium lauril sulfat, Surfaktan
Abstract
Surface tension is the amount of energy required to attract or expand the
surface by one unit area. In this experiment the test liquid used is castor oil
(Oleum Ricini) which is triglyceride with double bonds in the hydrocarbon chains
and surfactant used is sodium lauryl sulfate which is an anionic surfactant. The
purpose of this trial is to determine the value of surface tension of castor oil with
a variety of surfactants are added. The method used is the determination of the
force required to separate the glass plate of the test liquid. The results obtained
are more and more surfactant is added to the volume of test fluid, the smaller the
value of surface tension.
Keywords: Surface tension, Oleum Ricini, Sodium lauryl sulfate, Surfactant
I. TUJUAN
1. Mengkalibrasi alat penentu tegangan permukaan.
2. Menentukan tegangan permukaan.
3. Menghitung tegangan permukaan dengan menggunakan alat
penentu tegangan permukaan.
I. PRINSIP
1. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas
(Chang, 2005).
Rumus tegangan permukaan :
γ = F/d
Keterangan : γ = tegangan permukaan (N/m atau Dyne/cm)
d = panjang permukaan (m atau cm)
(Kamajaya, 2007).
2. Adhesi dan Kohesi
Adhesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel yang
berbeda jenis. Kohesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik
antar partikel sejenis (Febriyani, 2014).
3. Konsentrasi Misel Kritis
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak
ada tetesan lemak. Misel hanya terbentuk di atas konsentrasi misel
kritis (CMC) dan di atas temperatur Kraft (Atkins, 1997).
II. REAKSI
-
III. TEORI DASAR
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang
yang harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan
ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm
dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu
objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas
oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali
(Martin, 1990).
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan
dalam memperluas permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan
untuk tegangan permukaan (γ adalah j/m2atau dyne/cm atau N/m. Metode
yang paling umum untuk mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan
atau penurunan cairan dalam pipa kapiler. dimana d adalah kerapatan
cairan, r adalah jari-jari kapiler, g adalah konstanta gravitasi, λ adalah
panjang cairan yang akan ditekan atau akan naik. (Dogra, 1990).
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung
untuk menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal
ini dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair
yang adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada
gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu
model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku
pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk
oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini
timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan
gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi) (Ansel, 1985).
Ada beberapa metode dalam melakukan tegangan permukaan :
a. Metode Kenaikan Kapiler
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/ cairan
yang naik melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk
mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar
muka.
b. Metode Tersiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan utnuk mengukur tegangan
permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya
yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang
diperlukan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar
muka dari cairan tersebut (Atkins. 1994).
Molekul-molekul zat cair memberikan gaya tarik satu sama lain. Gaya
tarik ini bekerja pada molekul kedua di permukaan. Molekul di dalam zat
cair berada di dalam kesetimbangan karena gaya-gaya molekul lain yang
bekerja ke semua arah. Molekul di permukaan normalnya juga dalam
kesetimbangan (zat cair tersebut diam). Hal ini benar walaupun gaya pada
molekul di permukaan dapat diberikan hanya oleh molekul-molekul di
bawahnya (atau di sampingnya). Dengan demikian, adanya gaya tarik total
ke bawah, yang cenderung menekan lapisan permukaan sedikit tapi hanya
sampai batas di mana gaya ke bawah ini diimbangi oleh gaya tolak ke atas
yang disebabkan oleh kontak yang dekat atau tumbukan dengan molekul-
molekul di bawahnya. Penekan permukaan ini berarti bahwa, intinya zat
cair meminimalkan garis permukaannya. Inilah sebab mengapa air
cenderung membentuk tetesan berbentuk bola, karena sebuah bola
mempresentasikan luas permukaan minimum untuk volume tertentu
(Giancoli,2000).
Semua fenomena menunjukkan bahwa permukaan zat cair dapat
dianggap sebagai dalam keadaan tegang, demikian pula sehingga ditinjau
setiap garis di dalam atau yang membatasi permukaannya, maka zat-zat di
kedua sisi garis tersebut saling tarik-menarik (Zemansky, 1983).
Gelembung-gelembung bundar–berbentuk bola–karena ada suatu gaya
tarik menarik yang disebut tegangan permukaan yang menarik molekul-
molekul air sekuat mungkin antara sejumlah partikel adalah ketika mereka
membentuk sebuah bola. Di antara semua bentuk yang mungkin, kubus,
piramida, bongkahan tak beraturan–bola memiliki luas sebelah luar paling
kecil (Suryaningrum, 2012).
Sepotong kawat dibengkokkan menjadi berbentuk U dan sepotong lagi
digunakan sebagai peluncur. Ternyata gaya F = W1 + W2, dapat menahan
peluncur dalam sembarang posisi, berapapun luas selaput, asal saja suhu
selaput konstan, ini amat berlainan dengan sifat elastik lembaran karet, dalam
mana gaya tersebut akan menjadi lebih besar kalau lembaran itu ditarik
(Zemansky,1983).
Selain dipengaruhi oleh jenis cairan, γ juga dipengaruhi oleh temperatur.
Bila temperatur makin tinggi, maka γ akan mengalami penurunan. Untuk air
antara 20-30oC, perubahan γ rata-rata 0,16 (Soekardjo, 1990).
Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan
dengan gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan
peningkatan luas permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan
didefinisikan pada antarmuka cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip
juga ada pada antarmuka cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan
semacam ini secara umum disebut dengan tegangan antarmuka. Tarikan
antarmolekul dalam dua fase dan tegangan permukaan di antara dua jenis
partikel ini akan menurun bila tempeartur menurun. Tegangan antarmuka juga
bergantung pada struktur zat yang terlibat. Molekul dalam cairan ditarik oleh
molekul di sekitarnya secara homogen ke segala arah. Namun, molekul di
permukaan hanya ditarik ke dalam oleh molekul yang di dalam dan dengan
demikian luas permukaan cenderung berkurang. Inilah asal mula teori
tegangan permukaan. Bentuk tetesan keringat maupun tetesan merkuri adalah
akibat adanya tegangan permukaan (Takeuchi, 2008).
Tegangan permukaan sebuah campuran zat cair bukan fungsi sederhana
tegangan permukaan komponen murni karena komposisi cairan pada
campuran tidak sama dengan komposisi badan cairnya. Ketika temperatur
dinaikkan, tegangan permukaan zat cair dalam keadaan setimbang dengan
penurunan kerapatan uapnya dan menjadi nol pada titik kritis (Reid, 1991).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Alat pengukur tegangan permukaan
2. Batu timbangan
3. Cawan petri
4. Gelas beker
Bahan :
1. Minyak jarak (Oleum Ricini)
2. Minyak wijen (Oleum Sesami)
3. Natrium lauril sulfat
4. Oleum Olivarum (olive oil)
5. Parafin cair
6. Tween 80
Gambar Alat :
Alat penentu tegangan permukaan Batu timbangan
Cawan petri Gelas beaker
V. PROSEDUR
Alat penentu tegangan permukaan dikalibrasi lebih dahulu
dengan ditentukannya titik nol. Zat cair uji yang telah ditentukan oleh
asisten dituangkan ke dalam wadah yang cocok (cawan petri/gelas
beaker). Bagian pelat kaca dicelupkan tepat pada permukaan cairan
dan diberikan beban sehingga pelat kaca lepas dari permukaan
kemudian tegangan permukaan dihitung.
VI. DATA PENGAMATAN
Tebal pelat kaca : 0,5 cm
Panjang pelat kaca : 4,1 cm
Persamaan tegangan permukaan :
γ = F
2( p+t)
dimana; F = m x g
Zat uji : Minyak jarak (Oleum Ricini)
Surfaktan : Na Lauril Sulfat
NoBahan
Uji (ml)
Surfaktan
(ml)
Bobot (gram) Rata-
rata
Bobot
(gram
)
γ
(dyne/cm)1 2 3
1 20,0 0 0,80 0,78 0,83 0,80 85,22
2 18,8 1,2 0,72 0,72 0,72 0,72 76,70
3 18,6 1,4 0,68 0,70 0,72 0,70 74,64
4 18,4 1,6 0,68 0,70 0,63 0,69 73,50
5 18,2 1,8 0,65 0,63 0,61 0,63 67,10
6 18,0 2,0 0,62 0,58 0,60 0,60 63,91
Perhitungan :
F = m x g
F1 : 0,8 x 980 = 784,00
F2 : 0,72 x 980 = 705,60
F3 : 0,70 x 980 = 686,65
F4 : 0,69 x 980 = 676,20
F5 : 0,63 x 980 = 617,40
F6 : 0,60 x 980 = 588,00
γ = F
2( p+t)
γ1 = 784
2(4,1+0,5) = 85,22 dyne/cm
γ2 = 705,60
2(4,1+0,5) = 76,70 dyne/cm
γ3 = 686,65
2(4,1+0,5) = 74,64 dyne/cm
γ4 = 676,20
2(4,1+0,5) = 73,50 dyne/cm
γ5 = 617,40
2(4,1+0,5) = 67,10 dyne/cm
γ6 = 588,00
2(4,1+0,5) = 63,91 dyne/cm
Grafik Hubungan antara Tegangan Permukaan dengan Volume
Surfaktan
1.2 1.4 1.6 1.8 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan
VII. PEMBAHASAN
Percobaan penentuan nilai tegangan permukaan ini dilakukan
dengan menggunakan sampel minyak jarak (Oleum Ricini) sebagai
cairan yang akan ditentukan tegangan permukaannya dan Natrium
lauril sulfat yang bertindak sebagai surfaktan. Surfaktan ditambahkan
untuk identifikasi perubahan nilai tegangan permukaan dengan variasi
volume surfaktan yang ditambahkan pada cairan sampel.
Minyak jarak (Depkes RI, 1979: 459)
Nama resmi : Oleum Ricini
Nama lain : Minyak jarak
BM : 0,953 gr sampai 0,964 gr
Pemerian : cairan kental,jernih,kuning pucat hampir tak
berwarna,bauh jemah:rasa manis agak pedas.
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol 95% P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan : sebagai sampel
Tegangan permukaan ditentukan dengan menggunakan alat
penentu tegangan permukaan yang telah dikalibrasi dengan
ditentukannya titik nol. Perlakuan kalibrasi pada alat bertujuan agar
pengamatan dan perhitungan nilai tegangan permukaan lebih akurat
dan presisi. Zat cair uji yakni minyak jarak sebanyak 20 ml
ditempatkan pada cawan petri kemudian bagian pelat kaca dari alat
penentu tegangan permukaan dicelupkan pada permukaan cairan,
cawan petri ditarik ke bawah sampai pelat kaca terlepas dari cairan dan
ketika lepas dilihat angka yang ditunjukkan oleh alat penentu tegangan
permukaan. Bagian atas dari pelat kaca diberikan beban hingga
menunjukkan angka yang sesuai dengan angka dimana pelat kaca
terlepas dari cairan, kemudian dihitung tegangan permukaan dengan
persamaan tegangan permukaan. Bahan cairan uji yakni minyak jarak
ditambahkan surfaktan natrium lauril sulfat dengan variasi konsentrasi,
hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh konsentrasi
surfaktan terhadap nilai tegangan permukaan minya jarak. Volume
natrium yang ditambahkan pada minyak jarak adalah 1,2 ml; 1,4 ml;
1,6 ml; 1,8 ml; dan 2,0 ml. Penambahan variasi surfaktan diikuti
dengan penurunan volume bahan cair uji sehingga volume total yang
dihasilkan tetap bernilai 20 ml.
Surfaktan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah jenis
surfaktan anionik yaitu natrium lauril sulfat (NaLS). NaLS berguna
sebagai zat pembasah (wetting agent) yang ditambahkan pada formula
suatu obat. Pada bidang farmasi ini NaLS berfungsi sebagai sistem
dispersi padat pada kerja obat. Peranan NaLS sebagai dispersi padat
pada proses ini adalah untuk memperkecil ukuran partikel obat,
meningkatkan laju disolusi dan absorpsi obat yang tidak larut dalam
air. Disolusi sistem dispersi padat dengan obat hidrofobik dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan obat dalam pembawa.
Dalam hal ini, penambahan surfaktan dapat meningkatkan laju disolusi
obat yang sukar larut dalam air. Salah satu surfaktan yang biasa
digunakan pada proses ini adalah NaLS (Alatas, 2006).
Natrium lauril sulfat sebagai surfaktan bertujuan untuk
memengaruhi tegangan permukaan cairan uji yakni minyak jarak (Ol.
Ricini). Surfaktan adalah zat yang dapat menurunkan tegangan
permukaan karena mempunyai dua buah gugus yaitu gugus hidrofilik
(polar) dan hidrofobik (nonpolar) yang mana apabila memecah
tegangan permukaan pada air (H2O) zat polar maka yang akan
menurunkan tegangan permukaan bagian kepala hidrofiliknya (Ansel,
1985). Cairan uji yang digunakan adalah minyak jarak (Ol.Ricini)
yang merupakan zat nonpolar maka yang akan menurunkan tegangan
permukaan adalah gugus hidrofobik (bagian ekor) dari surfaktan.
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-
molekul lainnya yang sejenis dari segala arah sehingga gaya tarik
menarik sesama molekul (kohesi) adalah sama. Pada permukaan zat
cair terjadi suatu gaya tarik menarik antar molekul zat cair dengan
molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih kecil bila
dibandingkan dengan gaya kohesi, sehingga molekul di permukaan zat
cair cenderung untuk masuk ke dalam (Lachman, 1994). Gaya kohesi
dari minyak jarak dikurangi nilainya oleh Natrium lauril sulfat yang
ditambahkan dengan mekanisme surfaktan sebagai bahan aktif yang
terakumulasi di permukaan cairan.
Mekanisme aksi surfaktan diduga melibatkan absorbsi
hidrokarbon oleh permukaan partikel yang hidropibik sedangkan
bagian polar surfaktan diserahkan ke fase air dan pada poliserbat
adalah salah satu bahan pembasah yang digunakan dalam sediaan
farmasi dan merupakan hal yang konsensi oleat dari sursobotol
anhidrannya berkondensasi dengan lebih kurang 20 molekul
etilekosida, berupa cairan kental dengan kekentalan 600 CPS dan
bersifat non ionik. Bahan pembasah adalah bahan yang dapat
menurunkan tegangan antara partikel-partikel (Sutrisno, 1992). Dapat
dikatakan bahwa Natrium lauril sulfat pada bagian hidrofobiknya akan
mengabsorbsi gugus hidrokarbon dari cairan uji yakni minyak jarak
(Ol. Ricini) yang merupakan trigliserida dengan adanya ikatan rangkap
pada struktur hidrokarbonnya, hal ini mengakibatkan penurunan nilai
tegangan partikel pada permukaan cairan.
Hubungan antara variasi volume surfaktan dengan nilai
tegangan permukaan pada minyak jarak dapat diamati pada grafik
berikut ini :
Grafik Hubungan antara Tegangan Permukaan dengan Volume
Surfaktan
1.2 1.4 1.6 1.8 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan
Grafik menunjukkan bahwa semakin besar volume surfaktan
Natrium lauril sulfat yang ditambahkan pada minyak jarak maka nilai
tegangan permukaan akan semakin berkurang. Pada volume minyak
jarak 20 ml tanpa ditambahkan natrium lauril sulfat, nilai teganga
permukaannya adalah 85,22 dyne/cm. Nilai tegangan permukaan
minyak jarak terus mengalami penurunan seiring dengan kenaikan
volume natrium lauril sulfat yang ditambahkan. Volume terbesar
natrium lauril sulfat yang ditambahkan pada minyak jarak yakni 2 ml
menghasilkan nilai tegangan permukaan 63,91 dyne/cm. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi zat terlarut dan konsentrasi surfaktan
sangat berpengaruh terhadap nilai tegangan permukaan.
Tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh adanya
zat terlarut di dalam zat cair. Hal ini terjadi gaya tarik menarik antara
molekul zat terlarut dengan pelarut lebih besar dari pada gaya tarik
menarik antara sesama molekul pelarut sehingga konsentrasi zat
terlarut di permukaan lebih kecil dari pada konsentrasi asam organik,
alkohol, ester, eter, amin dan lain-lain dapat menurunkan tegangan zat
cair. Zat-zat aktif permukaan sangat efektif untuk menurunkan suatu
tegangan permukaan zat cair karena molekulnya dapat terdispersi pada
antar permukaan (Sitrisno, 1992). Semakin besar volume surfaktan
yang berperan sebagai zat aktif yang terakumulasi di permukaan maka
nilai tegangan permukaan dari cairan akan semakin menurun.
VIII. KESIMPULAN
1. Alat penentu tegangan permukaan dikalibrasi dengan cara
ditentukannya titik nol dari alat penentu tegangan tersebut.
Kalibrasi dilakukan dengan tujuan agar proses perhitungan menjadi
lebih akurat.
2. Tegangan permukaan ditentukan dengan menggunakan alat
penentu tegangan permukaan yang telah dikalibrasi. Perubahan
tingkat tegangan permukaan ditentukan dengan penambahan
surfaktan.
3. Tegangan permukaan dihitung dengan menggunakan persamaan
tegangan permukaan dan diidentifikasi dengan penambahan
surfaktan. Semakin banyak volume surfaktan yang ditambahkan
pada sampel maka semakin kecil nilai tegangan permukaannya
akibat bahan aktif dari surfaktan terakumulasi di permukaan cairan
dan menyebabkan penurunan gaya kohesi pada permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas F, Nurono S, 2006, Pengaruh Konsentrasi PEG 4000 terhadap Laju
Disolusi Ketoprofen dalam Sistem Dispersi Padat Ketoprofen–PEG 4000,
Majalah Farmasi Indonesia, Bandung, Hal 57 -62
Ansel, H.C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Depkes RI. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Dogra, S. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta : UI Press.
Febriyani,E. 2014.Adhesi-Kohesi. tersedia online di
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi.html?
m=1 [Diakses pada tanggal 18 April 2015].
Giancoli, D.C. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Kamajaya. 2007.Cerdas Belajar Fisika. Jakarta : Penerbit Grafindo Media
Pratama.
Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi 3. Jakarta : UI
Press.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta : UI Press.
Reid, R.C. 1991. Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta : Gramedia.
Soekardjo. 1990. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Sutrisno Kaswari. 1992. Kimia Vitamin Edisi Pertama. Jakarta : Rajawali Press
Almatzier.
Suryaningrum, I. Mengapa Gelembung Membulat. Tersedia online di
http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/mengapa-gelembung-sabun-
berbentuk-bulat/ [Diakses pada tanggal 18 April 2015].
Takeuchi, Y. 2008. Larutan. Tersedia online di http://www.chem-is
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/cairan_dan_larutan/larutan/
[Diakses pada tanggal 18 April 2015].
Zemansky, S. 1983. Fisika untuk Universitas 1. Bandung : Bina Cipta.
Lampiran
Tegangan permukaan tanpa surfaktan
Tegangan permukaan pada surfaktan 1,2ml
Tegangan permukaan surfaktan 1,4 ml Tegangan permukaan surfaktan 1,6 ml
Tegangan permukaan surfaktan 1,8 ml Tegangan permukaan surfaktan 2 ml