lap osteo
-
Upload
mustika-oktarini -
Category
Documents
-
view
47 -
download
2
Transcript of lap osteo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Penyakit tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatrik, dalam arti
insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukuo signifikan. Dengan
bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linier. Hilang
tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini
sekitar 0,5 – 1 % per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan
pada pria >80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula
disbanding korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis
spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula <14% (normal pada
lansia 14 – 24%).
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel
osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan
bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan
pertumbuhan badan (remodeling). Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa
proses remodeling ini akan sangat cepat pada usia remaja. Terdapat berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perusakan oleh kedua jenis sel
tersebut. Apabila hasil akhir perusakan lebih besar dari pembentukan maka akan
timbul osteoporosis (Martono,1996).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Osteoporosis?
2. Apa saja klasifikasi Osteoporosis?
3. Apa penyebab Osteoporosis?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi Osteoporosis?
5. Bagaimana patogenesis Osteoporosis?
6. Bagaimana tanda dan gejala Osteoporosis?
7. Bagaimana diagnosis Osteoporosis?
8. Apa diagnosis banding Osteoporosis?
9. Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis?
10. Apa komplikasi dari Osteoporosis?
11. Bagaimana prognosis Osteoporosis?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian Osteoporosis.
2. Untuk menjelaskan klasifikasi Osteoporosis.
3. Untuk menjelaskan penyebab Osteoporosis.
4. Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi Osteoporosis.
5. Untuk menjelaskan patogenesis Osteoporosis.
6. Untuk menjelaskan tanda dan gejala Osteoporosis.
7. Untuk menjelaskan penegakan diagnosis Osteoporosis.
8. Untuk menjelaskan diagnosis banding Osteoporosis.
9. Untuk menjelaskan penatalaksanaan Osteoporosis.
10. Untuk menjelaskan komplikasi Osteoporosis.
11. Untuk mengetahui prognosis Osteoporosis.
D. Manfaat
1. Dapat memahami pengertian Osteoporosis.
2. Dapat memahami klasifikasi Osteoporosis.
3. Dapat memahami penyebab Osteoporosis.
4. Dapat memahami faktor yang mempengaruhi Osteoporosis.
5. Dapat memahami patogenesis Osteoporosis.
6. Dapat memahami tanda dan gejala Osteoporosis.
7. Dapat memahami penegakan diagnosis Osteoporosis.
8. Dapat memahami diagnosis banding Osteoporosis.
9. Dapat memahami penatalaksanaan Osteoporosis.
10. Dapat memahami komplikasi Osteoporosis.
11. Dapat memahami prognosis Osteoporosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah
pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga
meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat
(Tanjung,1997).
B. Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 3, yaitu :
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal
pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan
perbandingan 6-8 : 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar
tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda
pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui (Aru,2007).
C. Etiologi Osteoporosis
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak
tulang yang kurang selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan
massa tulang setelah menopause baik. Massa tulang meningkat secara konstan
dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-
35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan
akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya
sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang
dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan
disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang
sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu
pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.
Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun (Lane NE,2003).
D. Faktor yang mempengaruhi Osteoporosis
1. Usia
Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
2. Genetik
a. Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)
b. Seks (wanita > pria)
c. Riwayat keluarga
3. Lingkungan, dan lainnya
a. Defisiensi kalsium
b. Aktivitas fisik kurang
c. Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
d. Merokok, alkohol
e. Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin,
gangguan penglihatan)
f. Hormonal dan penyakit kronik
1. Defisiensi estrogen, androgen
2. Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme
3. Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)
g. Sifat fisik tulang Densitas (massa)
1. Ukuran dan geometri
2. Mikroarsitektur
3. Komposisi (Aru,2007).
E. Patogenesis Osteoporosis primer
Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada
dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur
vertebra dan radius distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan
produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel
mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan meningkatkan kerja
osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan
meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas
meningkat.
Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka
kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan
semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar
kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma,
meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar
kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam
kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan
rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik (Aru,2007).
F. Tanda dan gejala Osteoporosis
Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini
disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang.
Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian.
Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan
tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus
vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri
biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal.
Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga
kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan
misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidur dapat meringankan
nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang
bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus
(Price,2005).
G. Penegakan diagnosis Osteoporosis
a. Anamnesis
Secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang
menunjang terjadinya osteoporosis seperti :
1. Tinggi badan yang makin menurun.
2. Obat-obatan yang diminum.
3. Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.
4. Jumlah kehamilan dan menyusui.
5. Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.
6. Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan
matahari cukup.
7. Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya.
8. Apakah sering merokok, minum alkohol?
b. Pemeriksaan fisik
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita
osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis,
deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering
menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.
c. Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada
tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
d. Pemeriksaan densitas massa tulang
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko
fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan
kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas
massa tulang orang dewasa muda (T-score)
2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-
score.
3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur
(Aru,2007).
H. Diagnosis banding Osteoporosis
1. Osteomalasia
2. Osteogenesis Imperfekta
3. Osteoarthritis
I. Penatalaksanaan Osteoporosis
1. Pencegahan
Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam
pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet.
Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan
faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif,
kortikosteroid.
2. Pengobatan
a. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian estrogen
merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat
mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Dan apabila
pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi
kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui
oral (diminum) atau ditempel pada kulit.
b. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan
tulang.
1. Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan
suplemen).
2. Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk
meningkatkan kepadatan tulang.
c. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,
risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan
jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang.
Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun.
Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar
kalsium dan fungsi ginjal anda.
d. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan
fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang.
1. Kalsitonin
2. Teriparatide (Saifuddin,2003).
J. Komplikasi dan Prognosis Osteoporosis
Osteoporosis sering kali diketahui setelah terjadinya fraktur, namun pada
penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan
(Hidayat,2009).
BAB III
PEMBAHASAN
Dari keluhan dan hasil pemeriksaan dokter, dapat disimpulkan bahwa eyang Neli
menderita osteoporosis. Osteoporosis itu sendiri merupakan berkurangnya ketebalan
tulang dan rusaknya mikroarsitektur tulang menjadikan tulang mudah patah. Tulang
akan tampak berlubang-lubang atau berpori-pori. Ada 2 penyebab utama
osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa
pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.
Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada
osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang
pasti melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi
pada korteks. Setelah menopause maka resorbsi tulang akan meningkat, terutama
pada dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur
vertebra dan radius distal meningkat.
Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow
stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan
meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat
menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas
osteoklas meningkat. Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat
menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga
osteoporosis akan semakin berat.
Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal ini
disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi
dan paparan sinar matahari yang rendah. Defisiensi vitamin K juga akan
menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang
misalnya osteokalsin. Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki
akan menyebabkan osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause
(penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang
besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi.
Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang lebih
tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas postural,
gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata.
Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan
karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur
osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama
dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus,
dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada
punggung dan deformitas pada tulang belakang.
Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa
nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada
wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan
sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen.
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa
tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam
pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet.
Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor
resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid. Selain
pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi
seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan
bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana massa tulang atau kepadatan
tulang per unit volume tulang berkurang, mikro-arsitektur jaringan tulang
menjadi jelek dan mengakibatkan peningkatan fragilitas tulang dengan
akibat risiko untuk terjadinya patah tulang.
2. Pada masa menopause terjadi penurunan kadar estrogen sehingga proses
kerapuhan tulang menjadi cepat.
3. Proses osteoporosis dipengaruhi oleh estrogen, peranan paratiroid hormon,
vitamin D dan kalsitonin.
4. Pertumbuhan tulang mencapai puncaknya pada usia 25 – 35 tahun untuk
tulang-tulang trabekular, dan pada usia 35 – 40 tahun untuk tulang kortikal.
5. Osteoporosis dibagi 2 yaitu: osteoporosis primer (tipe I dan II) dan
osteoporosis sekunder.
6. Faktor predisposisi osteoporosis adalah: faktor ras dan genetik, massa tulang
pada awal menopause dan kecepatan hilangnya tulang, defisiensi estrogen,
hipertiroid, hiperparatiroid dan multiple myeloma, merokok dan faktor diet.
7. Parameter penting dimana wanita lebih berisiko untuk terjadinya
osteoporosis adalah peak bone mass dan kecepatan hilangnya tulang.
8. Pengobatan wanita postmenopause dengan estrogen akan menghentikan
kehilangan tulang dan dihentikan bila tidak ada peningkatan massa tulang.
9. Disamping pengobatan hormonal juga ada pengobatan non hormonal pada
osteoporosis ini dalam bentuk inhibitor penyerapan tulang dan stimulasi
pembentukan tulang.
10. Usaha pencegahan terjadinya osteoporosis adalah dengan peningkatan peak
bone mass dan pencegahan kehilangan tulang saat menopause.
B. Saran
1. Konsumsi kalsium dan vit.D setiap hari dapat memperkuat tulang . Kalsium
salah satunya banyak terdapat pada susu. Dosis Kalsium yang dianjurkan
untuk dikonsumsi lebih dari 1.200 gr/hari untuk usia 51 tahun ke atas, dan
1.000 mg/hari untuk 19-50 tahun dan vit.D yang dianjurkan 400-800 IU per
hari.
2. Lakukan olahraga atau latihan fisik dengan teratur.
3. Makanlah makanan yang bergizi.
4. Tidak merokok dan minum minuman keras.
5. Tidak banyak mengkonsumsi kopi.
6. Minun susu secara teratur terutama pada usia pubertas sampai umur 20 tahun.
7. Berjemur di pagi hari untuk membantu pembuatan vitamin D.
Daftar Pustaka
Aru, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI
Ganong W.F. 1983. Fisiologi kedokteran. Edisi kesepuluh. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Pp : 335-345.
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi keenam. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Martono. Hari. 1996. Penyakit Tulang dan Patah Tulang. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Pp 254 - 258
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp 1238 - 1240
Rahman IA, Bongguk R, Surjana EJ. 1996. Peranan Vit. D3, kalsium dan obat
hormon pengganti pada penatalaksanaan osteoporosis pascamenopause.
Dalam: Kumpulan makalah KOGI X. Jakarta : Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK. UI/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pp :1-9.
Tanjung FA. 1997. Penanggulangan osteoporosis dilihat dari aspek orthopaedi.
Dalam: Makalah lengkap PIT X. Jakarta. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK.
UI/ RSUPN Dr. Cito Mangunkusumo Jakarta. Pp :66-82.
Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran. Stanley L. Robbins. 2004. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi 7. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp 846 – 850.
LAPORAN TUTORIAL
BLOK MUSCULOSKELETAL
Osteoporosis Pasca Menopause Pada Lansia
Disusun Oleh :
Nama : Esti Mahanani
Nim : J 500080038
Kelompok : 9
Nama tutor : dr. Shoim Dasuki
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009