lap osteo

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Penyakit tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatrik, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukuo signifikan. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linier. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1 % per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria >80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula disbanding korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula <14% (normal pada lansia 14 – 24%). Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama- sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan pertumbuhan badan (remodeling). Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodeling ini akan sangat cepat pada usia remaja. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perusakan

Transcript of lap osteo

Page 1: lap osteo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Penyakit tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatrik, dalam arti

insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukuo signifikan. Dengan

bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linier. Hilang

tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini

sekitar 0,5 – 1 % per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan

pada pria >80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula

disbanding korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis

spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula <14% (normal pada

lansia 14 – 24%).

Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel

osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan

bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan

pertumbuhan badan (remodeling). Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa

proses remodeling ini akan sangat cepat pada usia remaja. Terdapat berbagai

faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perusakan oleh kedua jenis sel

tersebut. Apabila hasil akhir perusakan lebih besar dari pembentukan maka akan

timbul osteoporosis (Martono,1996).

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Osteoporosis?

2. Apa saja klasifikasi Osteoporosis?

3. Apa penyebab Osteoporosis?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi Osteoporosis?

5. Bagaimana patogenesis Osteoporosis?

6. Bagaimana tanda dan gejala Osteoporosis?

Page 2: lap osteo

7. Bagaimana diagnosis Osteoporosis?

8. Apa diagnosis banding Osteoporosis?

9. Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis?

10. Apa komplikasi dari Osteoporosis?

11. Bagaimana prognosis Osteoporosis?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian Osteoporosis.

2. Untuk menjelaskan klasifikasi Osteoporosis.

3. Untuk menjelaskan penyebab Osteoporosis.

4. Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi Osteoporosis.

5. Untuk menjelaskan patogenesis Osteoporosis.

6. Untuk menjelaskan tanda dan gejala Osteoporosis.

7. Untuk menjelaskan penegakan diagnosis Osteoporosis.

8. Untuk menjelaskan diagnosis banding Osteoporosis.

9. Untuk menjelaskan penatalaksanaan Osteoporosis.

10. Untuk menjelaskan komplikasi Osteoporosis.

11. Untuk mengetahui prognosis Osteoporosis.

D. Manfaat

1. Dapat memahami pengertian Osteoporosis.

2. Dapat memahami klasifikasi Osteoporosis.

3. Dapat memahami penyebab Osteoporosis.

4. Dapat memahami faktor yang mempengaruhi Osteoporosis.

5. Dapat memahami patogenesis Osteoporosis.

6. Dapat memahami tanda dan gejala Osteoporosis.

7. Dapat memahami penegakan diagnosis Osteoporosis.

8. Dapat memahami diagnosis banding Osteoporosis.

9. Dapat memahami penatalaksanaan Osteoporosis.

10. Dapat memahami komplikasi Osteoporosis.

11. Dapat memahami prognosis Osteoporosis.

Page 3: lap osteo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah

pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga

meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat

(Tanjung,1997).

B. Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis dibagi 3, yaitu :

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang

menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga

meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal

pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan

perbandingan 6-8 : 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar

tulang.

3. Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda

pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui (Aru,2007).

C. Etiologi Osteoporosis

Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak

tulang yang kurang selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan

massa tulang setelah menopause baik. Massa tulang meningkat secara konstan

dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-

35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan

Page 4: lap osteo

akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya

sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang

dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan

disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang

sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu

pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.

Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun (Lane NE,2003).

D. Faktor yang mempengaruhi Osteoporosis

1. Usia

Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8

2. Genetik

a. Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)

b. Seks (wanita > pria)

c. Riwayat keluarga

3. Lingkungan, dan lainnya

a. Defisiensi kalsium

b. Aktivitas fisik kurang

c. Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)

d. Merokok, alkohol

e. Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin,

gangguan penglihatan)

f. Hormonal dan penyakit kronik

1. Defisiensi estrogen, androgen

2. Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme

3. Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)

g. Sifat fisik tulang Densitas (massa)

1. Ukuran dan geometri

2. Mikroarsitektur

3. Komposisi (Aru,2007).

Page 5: lap osteo

E. Patogenesis Osteoporosis primer

Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada

dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur

vertebra dan radius distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan

produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel

mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan meningkatkan kerja

osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan

meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas

meningkat.

Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka

kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan

semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar

kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma,

meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar

kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam

kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan

rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik (Aru,2007).

F. Tanda dan gejala Osteoporosis

Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini

disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang.

Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian.

Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan

tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus

vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri

biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal.

Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga

kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan

misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidur dapat meringankan

nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang

Page 6: lap osteo

bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus

(Price,2005).

G. Penegakan diagnosis Osteoporosis

a. Anamnesis

Secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang

menunjang terjadinya osteoporosis seperti :

1. Tinggi badan yang makin menurun.

2. Obat-obatan yang diminum.

3. Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.

4. Jumlah kehamilan dan menyusui.

5. Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.

6. Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan

matahari cukup.

7. Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya.

8. Apakah sering merokok, minum alkohol?

b. Pemeriksaan fisik

Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita

osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis,

deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering

menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.

c. Pemeriksaan radiologis

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan

korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada

tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

d. Pemeriksaan densitas massa tulang

Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko

fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan

kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:

Page 7: lap osteo

1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas

massa tulang orang dewasa muda (T-score)

2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-

score.

3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.

4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur

(Aru,2007).

H. Diagnosis banding Osteoporosis

1. Osteomalasia

2. Osteogenesis Imperfekta

3. Osteoarthritis

I. Penatalaksanaan Osteoporosis

1. Pencegahan

Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam

pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet.

Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan

faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif,

kortikosteroid.

2. Pengobatan

a. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause,  penggantian estrogen

merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat

mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Dan apabila

pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi

kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui

oral (diminum) atau ditempel pada kulit.

b. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan

tulang.

Page 8: lap osteo

1. Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan

suplemen).

2. Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk

meningkatkan kepadatan tulang.

c. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,

risedonate, dan etidronate.  Obat-obatan ini memperlambat kehilangan

jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang.

Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun.

Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar

kalsium dan fungsi ginjal anda.

d. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan

fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang.

1. Kalsitonin

2. Teriparatide (Saifuddin,2003).

J. Komplikasi dan Prognosis Osteoporosis

Osteoporosis sering kali diketahui setelah terjadinya fraktur, namun pada

penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan

(Hidayat,2009).

Page 9: lap osteo

BAB III

PEMBAHASAN

Dari keluhan dan hasil pemeriksaan dokter, dapat disimpulkan bahwa eyang Neli

menderita osteoporosis. Osteoporosis itu sendiri merupakan berkurangnya ketebalan

tulang dan rusaknya mikroarsitektur tulang menjadikan tulang mudah patah. Tulang

akan tampak berlubang-lubang atau berpori-pori. Ada 2 penyebab utama

osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa

pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.

Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada

osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang

pasti melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi

pada korteks. Setelah menopause maka resorbsi tulang akan meningkat, terutama

pada dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur

vertebra dan radius distal meningkat.

Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow

stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan

meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat

menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas

osteoklas meningkat. Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat

menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga

osteoporosis akan semakin berat.

Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal ini

disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi

dan paparan sinar matahari yang rendah. Defisiensi vitamin K juga akan

menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang

misalnya osteokalsin. Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki

akan menyebabkan osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause

Page 10: lap osteo

(penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang

besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi.

Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang lebih

tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini berhubungan

dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas postural,

gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata.

Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan

karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur

osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama

dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus,

dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada

punggung dan deformitas pada tulang belakang.

Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa

nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada

wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan

sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen.

Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi

pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa

tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam

pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet.

Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor

resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid. Selain

pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan

melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan

progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi

seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan

bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.

Page 11: lap osteo

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana massa tulang atau kepadatan

tulang per unit volume tulang berkurang, mikro-arsitektur jaringan tulang

menjadi jelek dan mengakibatkan peningkatan fragilitas tulang dengan

akibat risiko untuk terjadinya patah tulang.

2. Pada masa menopause terjadi penurunan kadar estrogen sehingga proses

kerapuhan tulang menjadi cepat.

3. Proses osteoporosis dipengaruhi oleh estrogen, peranan paratiroid hormon,

vitamin D dan kalsitonin.

4. Pertumbuhan tulang mencapai puncaknya pada usia 25 – 35 tahun untuk

tulang-tulang trabekular, dan pada usia 35 – 40 tahun untuk tulang kortikal.

5. Osteoporosis dibagi 2 yaitu: osteoporosis primer (tipe I dan II) dan

osteoporosis sekunder.

6. Faktor predisposisi osteoporosis adalah: faktor ras dan genetik, massa tulang

pada awal menopause dan kecepatan hilangnya tulang, defisiensi estrogen,

hipertiroid, hiperparatiroid dan multiple myeloma, merokok dan faktor diet.

7. Parameter penting dimana wanita lebih berisiko untuk terjadinya

osteoporosis adalah peak bone mass dan kecepatan hilangnya tulang.

8. Pengobatan wanita postmenopause dengan estrogen akan menghentikan

kehilangan tulang dan dihentikan bila tidak ada peningkatan massa tulang.

9. Disamping pengobatan hormonal juga ada pengobatan non hormonal pada

osteoporosis ini dalam bentuk inhibitor penyerapan tulang dan stimulasi

pembentukan tulang.

10. Usaha pencegahan terjadinya osteoporosis adalah dengan peningkatan peak

bone mass dan pencegahan kehilangan tulang saat menopause.

Page 12: lap osteo

B. Saran

1. Konsumsi kalsium dan vit.D  setiap hari dapat memperkuat tulang . Kalsium

salah satunya banyak terdapat pada susu. Dosis Kalsium yang dianjurkan

untuk dikonsumsi lebih dari 1.200 gr/hari untuk usia 51 tahun ke atas, dan

1.000 mg/hari untuk 19-50 tahun dan vit.D yang dianjurkan 400-800 IU per

hari.

2. Lakukan olahraga atau latihan fisik dengan teratur.

3. Makanlah makanan yang bergizi.

4. Tidak merokok dan minum minuman keras.

5. Tidak banyak mengkonsumsi kopi.

6. Minun susu secara teratur terutama pada usia pubertas sampai umur 20 tahun.

7. Berjemur di pagi hari untuk membantu pembuatan vitamin D.

Page 13: lap osteo

Daftar Pustaka

Aru, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK UI

Ganong W.F. 1983. Fisiologi kedokteran. Edisi kesepuluh. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Pp : 335-345.

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi keenam. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Martono. Hari. 1996. Penyakit Tulang dan Patah Tulang. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Pp 254 - 258

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.

Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp 1238 - 1240

Rahman IA, Bongguk R, Surjana EJ. 1996. Peranan Vit. D3, kalsium dan obat

hormon pengganti pada penatalaksanaan osteoporosis pascamenopause.

Dalam: Kumpulan makalah KOGI X. Jakarta : Bagian Obstetri dan Ginekologi

FK. UI/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pp :1-9.

Tanjung FA. 1997. Penanggulangan osteoporosis dilihat dari aspek orthopaedi.

Dalam: Makalah lengkap PIT X. Jakarta. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK.

UI/ RSUPN Dr. Cito Mangunkusumo Jakarta. Pp :66-82.

Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran. Stanley L. Robbins. 2004. Buku Ajar Patologi

Robbins. Edisi 7. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp 846 – 850.

Page 14: lap osteo

LAPORAN TUTORIAL

BLOK MUSCULOSKELETAL

Osteoporosis Pasca Menopause Pada Lansia

Disusun Oleh :

Nama : Esti Mahanani

Nim : J 500080038

Kelompok : 9

Nama tutor : dr. Shoim Dasuki

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009