Lap Mikro Antimkroba

55
0 DAYA ANTIMIKROBA TANAMAN BERKHASIAT OBAT DAUN JAMBU BIJI, JAHE DAN DAUN KEMANGI TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DAN Staphilococcus aureus Laporan praktikum Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah mikrobiologi yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr.Utami Sri Hastuti, M.Pd. Kelompok 2/Off B Eka Corneliyawati (110341540909) Ika Lia Novenda (110341540908) Fuji Eka Ariyanti (110341509277) Kristin Sangur (110341509285) Astri Setiyawati (110341509267) Jemry (110341509287)

Transcript of Lap Mikro Antimkroba

Page 1: Lap Mikro Antimkroba

0

DAYA ANTIMIKROBA TANAMAN BERKHASIAT OBAT

DAUN JAMBU BIJI, JAHE DAN DAUN KEMANGI TERHADAP BAKTERI

Escherichia coli DAN Staphilococcus aureus

Laporan praktikum

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah mikrobiologi yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr.Utami Sri Hastuti, M.Pd.

Kelompok 2/Off B

Eka Corneliyawati (110341540909) Ika Lia Novenda (110341540908) Fuji Eka Ariyanti (110341509277) Kristin Sangur (110341509285) Astri Setiyawati (110341509267) Jemry (110341509287)

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGINOVEMBER 2011

Page 2: Lap Mikro Antimkroba

1

A. Topik: Daya Antimikroba Tanaman Berkhasiat Obat Terhadap Bakteri Dengan

Metode Paper Disk

B. Tanggal/Waktu Praktikum: 27 Oktober 2011

C. Tujuan:

Untuk mengetahui daya antimikroba dari tanaman yang mempunyai khasiat

sebagai obat seperti daun jambu biji, jahe, dan daun kemangi terhadap bakteri

Escherichia coli dan Staphilococcus aureus dengan metode paper disk.

D. Teori Dasar:

Berbagai jenis tanaman berkhasiat obat telah banyak dimanfaatkan untuk

mengobati bermacam-macam penyakit. Masyarakat menggunakan daun jambu biji

untuk mengobati diare, daun patikan cina untuk mengobati disentri basiler, daun sirih

untuk penyakit batuk, dsb. Dalam tanaman berkhasiat obat terkandung senyawa-

senyawa yang bersifat antimikroba. Pengujian daya anti mikroba tanaman berkhasiat

obat terhadap mikroba uji secara invitro perlu dilakukan agar dapat diketahui

konsentrasi tanaman berkhasiat obat yang paling efektif menghambat pertumbuhan

mikroba uji (Hastuti, 2010)

Sebagai obat alternatif antidiare, daun jambu biji dan buahnya hanya salah

satu dari sekian banyak tetanaman yang berkhasiat serupa. Selain mudah didapat,

jambu biji, daun salam, lempuyang gajah, atau daun katu termasuk yang sudah

terbukti khasiatnya lewat berbagai penelitian. Konsentrasi zat yang mengandung

senyawa aktif yang bersifat antibakteri merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi daya anti bakteri, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kurva

zat antimikroba ialah konsentrasi zat antimikroba, jumlah organisme, suhu, adanya

bahan organik asing, dan keasaman atau kebasaan (Adnyana, 2004). Sehubungan

dengan hal tersebut maka konsentrasi zat dapat mempengaruhi efektivitas

penghambatan pertumbuhan bakteri.

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang

merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang

bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik,

Page 3: Lap Mikro Antimkroba

2

dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.

Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun

dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan

kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau

kerusakan fungsi material genetik (Anonymous, 2010).

1) Botani Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava Linn)

Tanaman jambu biji termasuk famili Myrtaceae yaitu tanaman asli yang

berasal dari benua Amerika tropis dan tersebar ke seluruh negara tropis termasuk

Indonesia (Anonim, 2005). Jambu biji banyak tumbuh di daerah panas seperti Aceh,

Madura, Malang, dan daerah lainnya di Indonesia. Warna kulit sangat bervariasi, dari

varietas satu ke varietas lainnya. Warna daging buah bervariasi, dari varietas satu ke

varietas lainnya. Warna daging buah bervariasi dari putih, orange, kekuningan sampai

merah (Salunkhe dan Desai, 1984). Di tengah daging buahnya terdapat banyak biji

yang keras. Buah jambu biji cukup beragam mulai dari bulat (round shape) hingga

lonjong (pear shape). Salah satu karakter botani tanaman jambu biji adalah bunganya

muncul pada tunas lateral yang baru tumbuh. Dengan demikian, begitu tumbuh tunas

lateral senantiasa diikuti oleh munculnya bunga pada tunas tersebut, terlepas dari

musim pertumbuhan tunas atau tunas dapat tumbuh sembarang waktu (Jubel, 2008).

2) Habitat Dan Ciri Morfologi Tanaman Jambu Biji

Jambu biji dapat tumbuh di daerah dengan berbagai iklim, tahan pada daerah

kering dan toleran di daerah yang tergenang air. Di daerah dengan suhu tinggi

tanaman ini masih dapat tumbuh, tetapi di daerah yang mempunyai suhu rendah

pertumbuhannya kurang baik, umumnya rusak karena embun. Tanaman ini dapat

tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Umumnya ditanam di pekarangan dan

di ladang. Pohon jambu biji merupakan tanaman perdu yang bercabang, tingginya

dapat mencapai 12 m. besarnya buah bervariasi dari yang berdiameter 2,5 cm sampai

dengan lebih dari 10 cm (Cam, 2009). Kartasapoetra (1992), mengemukakan tanaman

jambu biji akan menghasilkan produksi yang tinggi bila mendapatkan curah hujan

antara 1000 mm sampai 200 mm per tahun.

Page 4: Lap Mikro Antimkroba

3

Ciri morfologi dari tanaman ini adalah batangnya berkayu, bulat, kulit licin,

mengelupas, dan bercabang. Kulit luar berwarna cokelat, merah muda, sangat licin,

mahkota pohon sangat luas, tinggi 3 m sampai 10 m. tidak rindang dan tidak teratur

daunnya. Daunnya bersilang, berhadapan, terserak pada satu bidang, tangkainya

pendek, bentuk bulat telur atau lonjong. Bunganya bertangkai, terpencil atau 3

kuntum menjadi satu. Kelopaknya berbentuk pipa, berbentuk lonceng dan berbulu.

Tajuknya 4-5 lembar, bentuk telur terbalik, putih panjang 1,5-2 cm. Benang sarinya

banyak sekali, panjang 1-1,5 cm, kotak sari bulat telur atau bulat panjang dan

berwarna kuning muda. Buahnya berbentuk bulat panjang, pada pangkalnya akan

meruncing. Bijinya banyak sekali, kecil-kecil, keras, gepeng, dan berwarna cokelat

kekuningan (AAK, 1992).

3) Kandungan Senyawa Kimia Daun Jambu Biji

Daun jambu biji mengandung zat penyamak (psiditanin/tanin), minyak atsiri

yang berwarna kehijauan dan saponin yang dinyatakan sangat baik untuk beberapa

macam penyakit misalnya disentri, diare, radang lambung (Rismunandar, 1989). Zat

aktif dalam daun jambu biji yang dapat mengobati diare adalah tanin (Winarno,

2008).

Menurut Heinnermen (2003), senyawa kimia yang terdapat dalam daun biji

antara lain:

Gambar: tanaman jambu biji (Anonymous, 2010)

Page 5: Lap Mikro Antimkroba

4

a) Tanin

Tanin merupakan senyawa organik yang terdapat dalam beberapa buah-buahan,

sayuran, maupun tanaman lain bahkan mungkin dapat dihasilkan dari hasil sintesis.

Pada buah dan sayuran tersebut tanin memberikan rasa sepat misalnya, pada teh dan

anggur (Hawley, 1981). Tanin dari ekstrak daun jambu biji yang digunakan sebagai

obat anti diare dan anti mikroba (dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab

penyakit), misalnya bagi penderita sakit perut (Arnelia, 2003). Kandungan senyawa

aktif daun jambu biji yang telah diketahui di antaranya adalah tanin (9-12%). Kadar

tanin dalam daun jambu biji bervariasi tergantung tempat daun itu berada. Daun

pucuk pertama (D1) mengandung 11% tanin, pucuk kedua (D2) mengandung 14%

dan pucuk ketiga (D3) 15% (Kosasih, 1996). Rusdi (1998) melaporkan bahwa daun

jambu biji kering yang digiling halus mengandung tanin 17,40%. Selanjutnya Rusdi

(1998) menyatakan bahwa tanin merupakan senyawa kimia yang kompleks, terdiri

dari beberapa senyawa polifenol yang tersebar luas pada seluruh bagian tumbuhan

terutama pada daun, buah yang belum masak dan kulit kayu.

Menurut Robinson (1995), secara kimia tanin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

tanin kondensasi/tanin katekin dan tanin terhidrolisis. Tanin yang terdapat pada daun

jambu biji termasuk tanin terhidrolisis karena berupa senyawa amorf, higroskopis,

berwarna coklat kuning yang larut dalam air (terutama air panas). Senyawa tanin

dalam air akan membentuk kolodial, bereaksi asam dan berasa sepat. Identifikasi

tanin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan gelatin 1% yang dapat dikenal

dengan terbentuknya endapan.

Tanin biasanya terdapat pada bagian tanaman antara lain daun, buah ranting,

dan batang. Secara kimiawi, tanin merupakan senyawa kompleks dan biasanya

merupakan campuran dari polifenol yang sulit untuk dipisahkan, karena tidak

mengkristal. Tanin telah berhasil diidentifikasi polifenol sederhana yang terdapat

dalam jumlah kecil dalam campuran ekstrak tanin. Tanin dapat berfungsi sebagai

astringent karena dapat menciutkan mukosa usus. Tanin mudah berikatan dengan

protein karena mengandung sejumlah gugus hidroksil (Winarno, 2008). Determinasi

lebih lanjut membuktikan bahwa tanin secara umum terbentuk dari polifenol

Page 6: Lap Mikro Antimkroba

5

sederhana, melalui proses polimerasi. Tanin dapat mengendapkan protein dalam

larutan dan dapat berikatan dengan protein, sehingga menyebabkan resisten terhadap

enzim proteolitik.

b) Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida. Sifat khas dari senyawa ini adalah bila

dikocok dengan air maka saponin akan menimbulkan busa. Saponin pada umumnya

terasa pahit, susut dalam pelarut organik seperti etanol dan kloroform (Rusdi, 1998).

Menurut Robinson (1995), bahwa pada konsentrasi yang rendah saponin dapat

menyebabkan hemolisis sel darah merah dan melemahkan saraf. Pada larutan yang

sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan. Saponin hanya larut dalam air dan

etanol, tetapi tidak larut dalam eter, beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba

juga. Sumber saponin adalah biji-bijian khususnya kedelai. Saponin dapat

menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi

normal.

c) Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan campuran alamiah lipolitik yang komponennya terdiri

atas campuran isoprene. Sebagian besar dari komponen itu merupakan hidrokarbon

hemi, mano dan seskuiterpena serta turunannya. Semua senyawa tersebut, dapat

diisolasi dengan cara penyulingan uap air (Rusdi, 1998). Minyak atsiri dihasilkan dari

berbagai bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun, bunga ataupun buah. Minyak

atsiri mengandung bahan yang mudah menguap dan berbau wangi sesuai dengan

tanaman penghasilnya. Guenther (1990), menjelaskan bahwa kandungan utama

minyak atsiri adalah golongan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon siklik serta

turunan hidrokarbon yang mengikat oksigen dan bersifat mudah menguap.

Kemangi, daun beraroma khas yang sering kita temui terutama saat kita

menyantap pecel lele, konon pernah memenuhi kebun dan taman kerjaan Prancis dan

Italia. Bunga kemangi juga dipilih sebagai salah salah satu tanda cinta. Aroma daun

kemangi memang mengundang selera makan. Wajar saja jika orang mengkonsumsi

daun ini sebagai lalapan mentah, campuran pepes, atau karedok. Selain melezatkan,

ternyata kemangi memiliki banyak manfaat. Kemangi kaya akan betakaroten dan

Page 7: Lap Mikro Antimkroba

6

magnesium, betakaroten sendiri merupakan mineral penting yang berfungsi menjaga

dan memelihara kesehatan jantung. Selain menjaga dan memelihara kesehatan

jantung, ternyata kemangi juga memiliki manfaat lain yang cukup besar (Sofiandi,

2009).

Berikut ini adalah beberapa manfaat yang telah terbukti dihasilkan dari daun

yang biasa menjadi lalapan saat kita makan tersebut: (1) Daun kemangi mengandung

senyawa arginine yang telah terbukti mampu memperkuat dan memperpanjang masa

hidup sperma dan terbukti pula dapat mencegah kemandulan. (2) Daun kemangi juga

mengandung zat yang mampu merangsang terbentuknya hormon androgen dan

estrogen. (3) Zat flavonoid seperti orientin dan vicenin di dalam kemangi mampu

melindungi struktur sel tubuh. Sedangkan flavonoid seperti cineole, myrcene dan

eugenol mempunyai manfaat sebagai antibiotik alami dan anti peradangan. (4) Getah

kemangi dapat digunakan sebagai obat sariawan dan sakit telinga. (5) Daun kemangi

dapat dikonsumsi untuk memperbanyak ASI, penenang, mengobati encok, dan

penurun panas saat kita terserang demam. (6) Daun kemangi juga dapat

meningkatkan jumlah air seni, menghilangkan masuk angin dan obat batu berdahak

(sebagai peluruh dahak). (7) Mengkonsumsi daun tanaman ini juga dapat mengatasi

masalah bau mulut dan bau badan. (8) Asam aspartat, apigenin, arginin, dan boron

dalam tanaman ini juga sudah diketahui khasiatnya. Senyawa sineol berkhasiat

sebagai penenang, membantu mengatasi ejakulasi dini, merangsang aktifitas syaraf

pusat, dan melebarkan pembuluh darah kapiler (Sofiandi, 2009).

Gambar: tanaman kemangi (Anonymous, 2010)

Klasifikasi : Kingdom : PlantaeOrdo : LamialesFamily : LamiaceaeGenus : OcimumSpecies : Ocimum americamum

Page 8: Lap Mikro Antimkroba

7

Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe

merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai,

antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti,

kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam

industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai

lalaban, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karene dapat memberi efek

rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti

bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara, 2010).

Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik

sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap

daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah

bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh

(Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese

(Bugis) lali (Irian). Jahe tergolong tanaman herba, tegak, dapat mencapai ketinggian

40 – 100 cm dan dapat berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang

tersusun dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya

terdiri dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih

kekuningan (Koswara, 2010). Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan

berasa pedas. Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar.

Bagian dalam berwarna kuning pucat.

Klasifikasi Tanaman

Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSub divisio : AngiospermaeClass : MonocotyledonaeOrdo : ZingiberalesFamily : ZingiberaceaeGenus : ZingiberSpecies : Zingiber officinale Roxb.

Gambar: jahe dan klasifikasi (Anonymous, 2010)

Page 9: Lap Mikro Antimkroba

8

1) Kandungan Rimpang Jahe

Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma

harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa

pedas. Mnnyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma

jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai

kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas.

Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama

minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol

(Koswara, 2010).

Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang

tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen,

shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang utama adalah

zingerol (Koswara, 2010).

2) Khasiat Jahe

Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka

keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk

membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Jahe yang digunakan sebagai bumbu

masak terutama berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan

memperbaiki pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir

perut besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe (Koswara,

2010).

Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah

dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita

yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat

otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam

pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan

penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan

pembersihan tubuh melalui keringat. Penelitian modern telah membuktikan secara

ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :

Page 10: Lap Mikro Antimkroba

9

• Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon

adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat

dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.

• Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease

dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak..

• Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi

mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan

jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol.

Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia

yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk

mual akibat mabok perjalanan.

• Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu

mengeluarkan angin.

• Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang

disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.

E. coli adalah mikroorganisme oportunis yang banyak ditemukan di dalam

usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabakan

infeksi primer usus misalnya diare pada anak seperti juga kemampuannya

menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. E. coli berbentuk batang

tumpul, panjang 1-4 mikron, lebar 0,4-0,7 mikron dan susunan mikroorganisme pada

umumnya menyebar. Pada pembenihan muda berbentuk cocoid seperti rantai pendek.

Bergerak aktif dengan flagella peritrichus (Sjoekoer, 1993). Ciri morfologi E. coli

adalah batang pendek, dapat membentuk rantai dan pada pembiakan yang tidak cocok

terjadi bentuk filamen panjang. Sifat pertumbuhannya adalah memecah banyak

karbohidrat dengan membentuk asam gas serta menghasilkan CO2 dan H2. Biakannya

yaitu membentuk koloni bulat konveks halus dengan pinggir nyata, pada pembiakan

agar eosi metilen blue (EMB), koloni E. coli mempunyai ikatan logam yang khas

berwarna hitam (Jawets, 1982). Volk (1993), menyatakan bakteri yang termasuk

gram negatif mempunyai dinding sel mengandung lebih sedikit peptidoglikan ada

struktur membran kedua yang tersusun dari protein, fosfolipid, dan lipopolisakarida.

Page 11: Lap Mikro Antimkroba

10

Komponen lipopolisakarida dinding sel bakteri gram negatif ini sangat penting karena

toksisitasnya dan materialnya pada hewan yang biasanya menyebabkan demam yang

tinggi sewaktu kemasukan organism gram negatif. Bakteri ini sering digunakan

sebagai standar pencemaran feses pada produk makanan dan minuman yang dapat

menyebabkan gastroenteritis dengan memproduksi toksin. Bakteri ini merupakan

flora normal jika dalam jumlah yang relatif sedikit (Budianto, 2000).

(Sumber: Migula, 2009)

Selain itu, E. coli merupakan bakteri yang berbentuk basil dengan batang

pendek, tanpa kapsul spora, tetapi memiliki flagella sehingga dapat bergerak.

Beberapa fili berfungsi sebagai alat pelekat pada berbagai permukaan. Kemampuan

fili ini untuk melekatkan dirinya pada jaringan hewan atau tumbuhan yang

merupakan sumber nutriennya (Pelezar, 1986).

E. coli merupakan flora normal saluran cerna, namun terdapat beberapa

strain mikroorganisme yang patogen antara lain enteropatogenik E. coli yang

menyebabkan diare, terutama pada balita. Adanya E. coli di dalam saluran cerna

sebenarnya memberikan keuntungan, sebab dengan adanya E. coli tersebut maka

pertumbuhan mikroorganisme patogen dapat dihambat. Apabila mikroorganisme

tersebut berada di luar normal habitatnya, maka dapat menyebabkan berbagai peyakit

infeksi seperti pada saluran kemih (Sjoekoer, 1993). Selanjutnya Sjoekoer (1993),

menyatakan bahwa menurut sifat patogenitas, mikroorganisme yang patogen yaitu

suatu mikroorganisme pada suatu keadaan dapat bersifat patogen, tetapi pada keadaan

Kingdom : Prokariota

Divisi: Gracilicutes

Kelas : Scotobacteria

Ordo: Eubacteriales

Famili: Entobacteriaceae

Genus: Escherichia

Spesies: Escherichia coli

Page 12: Lap Mikro Antimkroba

11

yang lain mungkin merupakan flora normal, contohnya E. coli, mikroorganisme ini

merupakan flora normal yang selama mikroorganisme E. coli berada pada usus tidak

bersifat patogen, tetapi bila mikroorganisme ini berada di tempat lain seperti di

kandung kemih, bisa bersifat patogen.

E. coli dapat hidup beberapa bulan dalam keadaan lembab. Pada suhu 60°C

mati dalam waktu 10-20 menit, tetapi beberapa strain E. coli tahan terhadap beberapa

pasteurisasi sehingga dapat mengubah rasa dan warna susu. Untuk mematikan E. coli

yang berada di persediaan air minum dilakukan khlorinasi. E. coli relatif lebih tahan

terhadap pengaruh antiseptik dibandingkan dengan mikroorganisme gram positif

(Migula, 2009). E. coli menyebabkan sekitar 25% diare di negara berkambang,

dikenal 5 strain E. coli yang dapat menyebabkan diare yaitu:

1. ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli)

ETEC merupakan penyebab utama diare dehidrasi di negara berkembang

transmisinya malalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Dikenal 2 faktor

virulen, yaitu pertama faktor kolonisasi, yang meyebabakan ETEC dapat melekat

pada sel epitel usus halus (enterosit) dan kedua faktor enterotoksin. Gen untuk faktor

kolonisasi dan enterotoksin terdapat dalam plasmid, yang dapat ditransmisiskan ke

bakteri E. coli lain. ETEC menghasilkan 2 macam toksin, yaitu LT (heat labile

toksin) dan ST (heat stabile toksin). Toksin LT menyebabkan diare dengan jalan

merangsang aktivitas enzim adenyl cyclase seperti halnya toksin kolera, sedangkan

toksin ST melalui enzim guanil cyclase. Bakteri ETEC dapat menghasilkan LT saja,

atau ST saja, atau keduanya. ETEC tidak bersifat invatif dan tidak menyebabkan

kerusakan rambut getar (mikrovili). Diare biasanya berlangsung antara 3-5 hari, tetapi

dapat juga lebih lama.

Tanda dan gejala adalah diarenya cair, paling sering menyebabkan diare

wisatawan. Gambaran klinik diare biasanya muncul tiba-tiba, jarang muntah,

merupakan infeksi serius pada bayi yang baru lahir. Pada orang dewasa biasanya

sembuh sendiri dalam waktu 1-3 hari.

Page 13: Lap Mikro Antimkroba

12

2. EPEC (Enterophathogenic Escherichia coli)

EPEC dapat menyebabkan diare pada bayi, yaitu diare encer (watery

diarrhea) disertai muntah dan panas pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun. Diare

biasanya ringan, tetapi dapat berat (fatal) atau menetap (persisten), terutama pada

penderita yang tidak minum ASI. Tanda dan gejalanya adalah diarenya cair, sering

menyebabkan diare pada bayi baru lahir di negara berkembang. Umumnya

menyebabkan diare epidemik pada bayi yang baru lahir dengan angka kematian yang

tinggi. Sekarang agak jarang ditemukan di negara maju. EPEC melekat pada sel epitel

mukosa dan menimbulkan perubahan sitoskeletal, dapat menginvasi sel, berbeda

dengan E. coli lain yang bersifat enteroadherent atau enteroagregat dan menyebabkan

diare. Gambaran kliniknya adalah mula-mula timbulnya tidak jelas selama 3-6 hari

dengan gejala kurang gairah, nafsu makan berkurang, dan biasanya belangsung

selama 5-15 hari. Dehidrasi gangguan elektrolit dan komplikasi lain dapat

menyebabkan kematian.

3. EAEC (Enterpadherent Escherichia coli)

EAEC merupakan golongan E. coli yang mampu melekat dengan kuat pada

mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologis. Diduga bakteri ini

mengeluarkan sitotoksin, dapat menyebabkan diare encer (watery) sampai lebih dari 7

hari (prolonged diarrhea). Tandanya adalah diarenya encer, demam, menggigil,

kadang disertai muntah.

4. EHEC (Enterohemorrhagie Escherichia coli)

Transmisi EHEC melalui makanan berupa daging atau hamburger yang

dimasak kurang matang. Tandanya adalah diarenya disertai sakit perut yang hebat

(kolik, kram) tanpa atau sedikit panas, diarenya cair disertai darah. EHEC

menghasilkan sitotoksin yang dapat menyebabkan edema dan pendarahan usus besar.

Bakteri E. coli yang patogen dapat menyebabkan bahaya dan kerusakan. Hal

ini dapat dilihat dari kemampuannya menginfeksi manusia dan hewan yang

menyebabkan penyakit berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Oleh

karena itu perlu pengendalian mikroorganisme, sangat penting untuk mencegah

Page 14: Lap Mikro Antimkroba

13

penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang dan

mencegah pembusukan makanan dan minuman.

Beberapa ciri penting suatu organisme indikator, menurut Pelezar (1988),

antara lain; (1) Terdapat dalam air tercemar dan tidak dalam air yang tidak tercemar,

(2) Terdapat dalam air bila ada patogen, (3) Mempunyai kemampuan bertahan hidup

yang lebih besar dari pathogen, (4) Mudah dideteksi dengan teknik laboratorium yang

sederhana. Sutrisno (1991), menyatakan bahwa bakteri E. coli dipakai sebagai

indikator organisme karena mudah ditemukan dengan cara yang sederhana, tidak

berbahaya, sulit hidup lebih lama dari bakteri pathogen yang lainnya. Pelezar (1988),

menyebutkan beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk

menentukan sesuatu tidaknya digunakan sebagai indikator di antara organisme yang

telah dipelajari hampir semua memenuhi persyaratan suatu organisme indikator yang

ideal ialah E. coli dan kelompok bakteri yang lainnya.

5. EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli)

EIEC jenis ini adalah bisa menyebabkan diare karena keracunan makanan dan

jenis bakteri EIEC ini dapat menembus sel mukosa usus besar (colon), yang akan

menimbulkan kerusakan pada jaringan mukosa, sehingga ditemukan erotrosit dan

leukosit dalam tinja pasien, patogenitas diare oleh EIEC mirip diare yang disebabkan

oleh Shigella sp. tandanya adalah disentri dan menimbulkan gejala sakit kepala,

demam tinggi, dan nyeri abdomen. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare

dapat tercampur dengan lender dan darah. Penyakit tersebut berlangsung berat pada

anak-anak dengan gizi buruk.

S. aureus dapat menimbulkan infeksi pada setiap jaringan atau alat tubuh

manusia dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu

peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. S. aureus dapat menyebabkan penyakit

bisul, postula, pemfigus neonatorum, hordeolum, mastitis, pneumonia, karbunkel,

infeksi luka dan luka bakar, osteomielitis akut, abses perinefrik, keracunan makanan,

dan enteritis (Jawetz et al., 1991).

S. aureus berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak

teratur, mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter S. aureus antara 0,8 - 1,0

Page 15: Lap Mikro Antimkroba

14

mikro. Bakteri ini tidak bergerak, tidak berspora dan Gram positif (Jawetz et al.,

1991). Diantara semua bakteri yang tidak membentuk spora, S. aureus termasuk jenis

bakteri yang paling kuat daya tahannya. Pada MH agar miring dapat tetap hidup

sampai berbulan-bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam

keadaan kering pada benang, kertas, kain dan dalam nanah dapat tetap selama 6-14

minggu (Jawetz et al., 1991).

Staphylococcus aureus adalah Bakteri Staphylococcus aureus yang tahan

terhadap methicillin.Staphylococcus “Staph” adalah kuman yang ditemukan pada

kulit dan hidung kita. Spesies Staphylococcus ini adalah gram positif yang fakultatif

anaerob. Sebagian besar sebagai flora normal kulit yang tidak berbahaya. Sebagian

besar Staphylococcus aureus (SA) dapat dirawat dengan antibiotic seperti methicillin

(salah satu tipe penicillin). Tetapi, SA menjadi meningkat pertahanannya dengan

antibiotic yang biasa digunakan (Collier, L.,1998). Klasifikasi S. aureus menurut

Bergey dalam Capuccino (1998) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Procaryota

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Family: Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Banyak bakteri Staph yang dapat hidup di tubuh kita. Banyak orang sehat

yang membawa Staph tanpa terinfeksi olehnya. Dalam fakta, 25-30 % tubuh kita

terdapat bakteri Staph dalam hidung. Dalam 1/3 bagian tubuh kita membawa

Staphylococcus pada permukaan kulit kita, atau hidung kita, tanpa menyebabkan

infeksi. Ini dikenal sebagai koloni bakteri. Staph dapat menjadi masalah jika sengaja

dimasukan dalam tubuh kadang melalui luka. Ini yang menyebabkan infeksi.

Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Kadang-kadang, Staph

dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (Collier, L.,1998).

Page 16: Lap Mikro Antimkroba

15

S. aureus menghasilkan 3 macam metabolit, yaitu metabolit yang bersifat

nontoksin, eksotoksin, dan enterotoksin. Metabolit nontoksin terdiri dari antigen

permukaan, koagulasi, hialuronidase, fibrinolusin, gelatinase, protease, lipase,

tributrinase, fosfatase dan katalase. Metabolit eksotoksin terdiri dari alfa hemolisin,

beta hemolisin, delta hemolisin, leukosidin, sitotoksin dan toksin eskfoliatif.

Metabolit enterotoksin dibuat jika bakteri ditanam dalam perbenihan semisolid

dengan konsentrasi CO2 3%. Toksin ini terdiri dari protein yang bersifat

nonhemolitik, nonparalitik, termostabil, dalam air mendidih tahan selama 30 menit

dan tahan terhadap pepsin dan tropsin menyebabkan keracunan makanan, antara 2-6

jam dengan gejala yang timbul secara mendadak, seperti mual, muntah-muntah dan

diare (Jawetz et al., 1991).

Alasan utama untuk mengendalikan mikroorganisme adalah untuk mencegah

penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan

mencegah pembusukan bahan oleh mikroorganisme. Antibakteri adalah obat atau

senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang

bersifat merugikan manusia (Pelczar dan chan, 1988). Zat kemoterapi antimikroba

dikatakan ideal bila zat antimikroba memiliki toksisitas yang selektif, yang berarti

bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang (Jawetz et

al., 1996). Mekanisme kerja anti mikroba dapat dibagi menjadi empat cara yaitu:

a. Penghambatan sintesis dinding sel

b. Penghambatan fungsi selaput sel

c. Penghambatan sintesis protein yaitu hambatan translasi dan transkripsi bahan

genetik

d. Penghambatan sintesis asam nukleat (Jawetz et al., 1996).

Aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Konsentrasi zat antimikroba

2) Jumlah mikroorganisme

3) Keasaman atau kebasaan (pH)

4) Potensi suatu zat anti mikroba dalam larutan yang diuji

Page 17: Lap Mikro Antimkroba

16

E. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cawan petri steril, pinset

steril, pelubang kertas/bor, inkubator, lampu spiritus, laminar air flow (LAF), jangka

sorong, jarum inokulasi berkolong, tabung reaksi, korek api, serbet, panci, kompor,

pisau, beaker glass, alumunium foil.

2. Bahan

Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah biakan murni Escherichia

coli dan Staphilococcus aureus, daun jambu biji, jahe, daun kemangi, medium

lempeng NA, kertas hisap, cotton bud steril, mortal dan pistil steril, kain saringan

tahu atau kain kasa steril.

F. Prosedur Kerja

Menyiapkan 100 gram daun jambu biji,

daun kemangi yang sudah dicuci bersih.

Untuk bahan rimpang seperti jahe dengan

cara mengupas , lalu menimbang sampai

100 gram.

Menyiapkan 100 gram daun jambu biji,

daun kemangi yang sudah dicuci bersih.

Untuk bahan rimpang seperti jahe dengan

cara mengupas , lalu menimbang sampai

100 gram.

Merebus 100 gr daun jambu biji, daun kemangi kedalam 200ml aquades steril selama ± 10-15 menit, sedangkan untuk bahan rimpang jahe dengan cara diparut

Merebus 100 gr daun jambu biji, daun kemangi kedalam 200ml aquades steril selama ± 10-15 menit, sedangkan untuk bahan rimpang jahe dengan cara diparut

Menyaring hasil daun jambu biji dan daun kemangi yang telah direbus dengan kain kasa yang telah dilapsi kapas yang telah disterilkan. Hasil tersebut dianggap sebagi konsentrasi 100%. Sedangkan untuk bahan rimpang seperti jahe menyaring hasil parutan kemudian menambah dengan aquades 100ml. . Hasil tersebut dianggap sebagi konsentrasi 100%.

Menyaring hasil daun jambu biji dan daun kemangi yang telah direbus dengan kain kasa yang telah dilapsi kapas yang telah disterilkan. Hasil tersebut dianggap sebagi konsentrasi 100%. Sedangkan untuk bahan rimpang seperti jahe menyaring hasil parutan kemudian menambah dengan aquades 100ml. . Hasil tersebut dianggap sebagi konsentrasi 100%.

Membuat larutan konsentrasi 75%, 50% dengan cara mengencerkan dari larutan konsentrasi 100% dan menambahkan dengan aquades steril sampai 100 ml. menampung larutan hasil saringan tersebut dalam beaker glass steril.

Page 18: Lap Mikro Antimkroba

17

Rumus diameter zona hambatanDiameter zona hambatan = ɸ daerah jernih - ɸ lubang di tengah medium NA yang di

isi dengan ekstrak daun jambu biji, daun kemangi & jahe

Menginokulasikan secara merata biakan murni bakteri E.coli dan S.aureus pada permukaan medium lempeng NA yang berbeda. Caranya dengan mencelupkan ujung cotton bud steril ke dalam biakan murni bakteri dalam medium nutrient cair, kemudian oleskan secara merata pada permukaan medium lempeng NA sampai rata secara aseptik. Namun sebelum itu melubangi medium NA dengan menggunakan bor gabus.

Menuangkan ±1ml larutan hasil rebusan daun jambu biji, daun kemangi serta perasan jahe pada lubang dalam medium NA. Kemudian menginkubasi medium pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam

Mengukur diameter zona hambat pada masing-masing konsentrasi yaitu 100%, 75%, dan 50% pada ekstrak daun jambu buji, daun kemangi dan jahe terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus

Keterangan:A. Daerah pada medium NA yang

ditumbuhi oleh E. Coli dan S.aureusB. Daerah jernih pada medium yang

berada di sekitar lubang sumuran yang berisi ekstrak daun jambu biji

C. Lubang sumuran pada medium yang telah diisi dengan ekstrak.

Page 19: Lap Mikro Antimkroba

18

G. Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan daya anti mikroba tanaman berkhasiat obat terhadap

bakteri dengan metode paper disk pada praktikum mikrobiologi yang dilaksanakan pada

tanggal 01 November 2011, maka hasil pengamatan sebagai berikut:

Bahan Konsentrasi Diameter zona hambatan (mm)E.coli S.aureus

Daun jambu biji 100%75%50%

543

54

3,5Jahe 100%

75%50%

311

211

Daun kemangi 100%75%50%

212

11-

Bahan Konsentrasi Diameter zona hambatan (mm)

E.coli S.aureus

Daun jambu biji

100% a-b = 10-5 = 5 a-b = 10-5 = 5

75% a-b = 9-5 = 4 a-b = 9-5 = 450% a-b = 8-5 = 3 a-b = 8,5-5 = 3,5

Jahe

100% a-b = 8-5 = 3 a-b = 7-5 = 2

75% a-b = 6-5 = 1 a-b = 6-5 = 150% a-b = 6-5 = 1 a-b = 6-5 = 1

Daun kemangi

100% a-b = 8-6 = 2 a-b = 8-7 = 1

75% a-b = 7-6 = 2 a-b = 8-7 = 150% a-b = 8-6 = 2 -

Keterangan:

a: diameter zona bening

b: diameter sumuran

Untuk kelompok 2 dan 4 diameter sumuran adalah 5 mm sedangjan untuk

kelompok 6 diameter sumuran pada cawan yang berisi E.coli 7 mm sedangkan pada

cawan biakan S.aureus adalah 6 mm.

Page 20: Lap Mikro Antimkroba

19

Daun jambu biji

Jahe

Daun kemangi

Page 21: Lap Mikro Antimkroba

20

H. Analisis Data

Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah ada pada praktikum uji daya

antimikroba tanaman berkhasiat obat daun jambu biji, jahe dan daun kemangi terhadap

bakteri E.coli dan S.aureus dengan menggunakan metode paper disk yang dilakukan

pada tanggal 27 Oktober 2011 dapat dianalisis sebagai berikut:

Bahan Konsentrasi Diameter zona hambatan (mm)

E.coli S.aureus

Daun jambu biji

100% a-b = 10-5 = 5 a-b = 10-5 = 5

75% a-b = 9-5 = 4 a-b = 9-5 = 450% a-b = 8-5 = 3 a-b = 8,5-5 = 3,5

Jahe

100% a-b = 8-5 = 3 a-b = 7-5 = 2

75% a-b = 6-5 = 1 a-b = 6-5 = 150% a-b = 6-5 = 1 a-b = 6-5 = 1

Daun kemangi

100% a-b = 8-6 = 2 a-b = 8-7 = 1

75% a-b = 7-6 = 2 a-b = 8-7 = 150% a-b = 8-6 = 2 -

Keterangan: a: diameter zona beningb: diameter sumuran

Untuk kelompok 2 dan 4 diameter sumuran adalah 5 mm sedangjan untuk kelompok 6 diameter sumuran pada cawan yang berisi E.coli 7 mm sedangkan pada cawan biakan S.aureus adalah 6 mm.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

masing-masing bahan atimikroba yaitu daun jambu biji, jahe, dan daun kemangi

berpengaruh terhadap bakteri E. coli dan S.aureus. Pengaruh tersebut berupa

pengaruh antimikroba yang dapat ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat

yang berupa zona jernih. Adanya zona hambatan menunjukkan bahwa bahan tersebut

dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan terbentuknya zona jernih pada

medium.

Pada hasil rebusan daun jambu biji pada konsentrasi 100% baik pada cawan

yang berisi bakteri E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil diameter zona

Page 22: Lap Mikro Antimkroba

21

hambatan 5 mm, sedangkan pada konsentrasi 75% pada cawan yang berisi bakteri

E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil diameter zona hambatan sebesar 4 mm.

Pada konsentrasi 50% pada cawan yang berisi bakteri E.coli diperoleh hasil diameter

zona hamabatan sebesar 3 mm sedangkan pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S.

aureus diperoleh hasil diameter zona hamabatan sebesar 3,5 mm. Adanya zona

hambatan yang diindikasikan warna bening disekitar sumuran dikarenakan pada

sampel bahan mengandung zat antimikroba sebagai mana yamg disebutkan oleh

Arnelia, 2003 bahwa ekstrak daun jambu biji mengandung tanin yang digunakan

sebagai obat anti diare dan anti mikroba (dapat menghambat pertumbuhan bakteri

penyebab penyakit), misalnya bagi penderita sakit perut.

Pada bahan kedua yaitu hasil perasan rimpang jahe diperoleh hasil yaitu pada

konsentrsi 100% pada cawan yang berisi inokulasi E.coli diperoleh hasil zona

hambatan sebesar 3 mm, sedangkan pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S.

aureus diamater zona hambatan sebesar 2 mm. Pada konsentrasi 75%, 50% baik pada

cawan yang berisi inokulasi bakteri E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil

diameter zona hambatan yang sama yaitu sebesar 1 mm. Adanya perbedaan ukuran

diameter zona hambatan disebabkan karena konsentrasi yang diberikan pada masing-

masing sumuran berbeda yaitu 100%, 75%, dan 50%. Adanya zona hambatan yang

diindikasikan warna bering disekitar sumuran disebabkan karena sampel bahan

mengandung senyawa anti mikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muslihah. 2000

yang menyatakan bahwa pada rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang terdiri

atas n-nonylaldehide, dcamphene, d-β-phellandrene, methyl heptenone, cineol, d-

borneol, geraniol, linalool, acetates, caprylate, citral, chavicol, zingiberene. Selain itu

juga, mengandung resin dan serat.

Untuk bahan ketiga yang diamati adalah rebusan daun kemangi diperoleh

hasil diameter zona hambatan sebesar 2 mm pada konsentrasi 100%, dan 50%. Untuk

konsentrasi 75% pada cawan yang berisi inokulasi bakteri E.coli dan konsentarsi

100% dan 75% pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diperoleh hasil

diameter zona hambatan sebesar 1 mm. Sedangkan pada cawan yang berisi inokulasi

bakteri S. aureus konsentrasi 50% tidak ditemukan adanya zona hambatan.

Page 23: Lap Mikro Antimkroba

22

Adanya perbedaan diameter zona hambatan yang diperoleh baik dari bahan

rebusan daun jambu biji, daun kemangi maupun perasan jahe dikarenakan kandungan

senyawa antimikroba yang dikandung dalam bahan tersebut seperti halnya pada daun

jambu buji yang menganding tanin, sedangkan pada rimpang jahe yang mengandung

minyak atsiri, dan daun kemangi yang mengandung flavonoid yang mempunyai

manfaat sebagai antibiotik alami dan anti peradangan.

I. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelaskan dimuka pada uji daya

antimikroba tanaman berkhasiat obat daun jambu biji, jahe, dan daun kemangi

terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphilococcus aureus dapat dibahas bahwa

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada

yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.

Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun

dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan

kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau

kerusakan fungsi material genetik (Anonymous, 2010). Menurut Dwijoseputro (2005)

zat-zat kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme

adalah:

1. Golongan alkohol

Beberapa bahan golongan alkohol adalah etanol, propanol, dan isopropanol.

Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam

rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu diatas 30 menit.

Umumnya dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70%. Golongan alkohol ini

tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif untuk virus non lipid.

Keunggulan alkohol ini adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak material, dan dapat

di biodegradasi.

Page 24: Lap Mikro Antimkroba

23

2. Golongan halogen

Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti

larutan iodium, iodiofor, providon iodium. Senyawa terhalogenasi adalah senyawa

anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor,

misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit, dan kloramin. Golongan

ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dengan rentang 10 – 30 detik dan umumnya

digunakan dalam laritan air dengan konsentrasi 1 – 5%. Aplikasi proses desinfektan

dilakukan dengan cara mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh

beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.

3. Senyawa golongan fenol

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai

antara lain: fenol (asam karbolik), kresol para kloro kresol dan para klora xylenol.

Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekitar 10 –

30 detik. Umumnya digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1 – 5%.

Aplikasi proses desinfektan dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan

untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.

Ada banyak hal yang mempengaruhi kerja dari antimikroba. Hal ini sesuai

dengan yang dinyatakan oleh Sarles, Frazier, Wilson, dan Knight (1956 dalam

Sunarya, 2001) adalah sebagai berikut.

1. Intensitas

Pada intensitas atau konsentrasi yang tinggi, antimikroba bekerja dalam waktu

yang singkat, tetapi pada konsentrasi yang rendah desinfektan memerlukan waktu

yang lama dalam membunuh mikroorganisme.

2. Jumlah mikroorganisme

Menghambat atau membunuh mikroorganisme dalam jumlah banyak lebih

sulit daripada yang jumlah sedikit. Hal ini disebabkan oleh salah satu atau kedua

faktor, yaitu kuantitas bahan yang menjadi penghambat atau pembunuh sel-sel dalam

jumlah banyak, dan pencampuran populasi yang memunculkan tipe resisten dalam

banyak sel dibandingkan dalam sedikit sel.

Page 25: Lap Mikro Antimkroba

24

3. Macam organisme

Beberapa mikroorganisme sangat mudah dihambat atau dibunuh, sedangkan

yang lainnya menjadi resisten. Pada umumnya, spora pada bakteri yang berspora

lebih resisten daripada sel vegetatif dan jenis yang berkapsul lebih sulit dihambat dan

dibunuh daripada jenis yang tidak berkapsul.

4. Umur organisme

Pada umumnya, sel muda aktif dan berada pada fase pertumbuhan awal lebih

mudah dibunuh dibandingkan yang berada pada fase maksimum pertumbuhannya.

Sel tua juga lebih resisten dibandingkan yang matang serta aktif pada jenis yang

sama, sedangkan mikroorganisme bentuk spora lebih resisten saat fase spora.

5. Sejarah mikroorganisme

Mikroorganisme yang berada pada kondisi di bawah optimum menjadikan

mikroorganisme tersebut memiliki resisten maksimum terhadap bahan penghambat

atau pembunuh. Daya resisten bakteri terhadap antiseptik atau bahan desinfektan

diturunkan oleh kondisi dimana bakteri tersebut berada.

6. Keadaan medium di sekitar bakteri

Keadaan ini meliputi air, materi-materi koloid atau padatan, substansi dalam

larutan, dan konsentrasi ion hidrogen pada medium. Pada umumnya bahan

penghambat atau pembunuh mikroorganisme bekerja optimum pada medium yang

terdapat air. Mikroorganisme yang merupakan substansi dengan perlindungan

memiliki daya resisten pada resistensi pada penetrasi bahan fisik dan kimia. Beberapa

materi dalam larutan ada yang melindungi mikroorganisme dan ada yang

meningkatkan pengaruh pada bahan antiseptik atau desinfektan. Selain itu, pada

umumnya mikroorganisme akan lebih resisten saat berada dalam medium yang

memiliki pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Jika medium berada pada keadaan

asam yang berlebihan maka daya resistensi mikroorganisme akan menurun.

1) Daya Anti Mikroba Daun Jambu Biji Terhadap Bakteri Escherichia coli dan

Staphilococcus aureus

Pada pengamatan pertama yaitu dengan bahan rebusan daun jambu biji pada

konsentrasi 100% baik pada cawan yang berisi bakteri E.coli maupun pada S. aureus

Page 26: Lap Mikro Antimkroba

25

diperoleh hasil diameter zona hambatan 5 mm, sedangkan pada konsentrasi 75%

pada cawan yang berisi bakteri E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil

diameter zona hambatan sebesar 4 mm. Pada konsentrasi 50% pada cawan yang berisi

bakteri E.coli diperoleh hasil diameter zona hamabatan sebesar 3 mm sedangkan pada

cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diperoleh hasil diameter zona

hamabatan sebesar 3,5 mm. Hal ini dapat dipahami karena zat yang terkandung dalam

daun jambu biji salah satunya ádalah tanin. Tanin merupakan zat anti bakteri yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan (Ramsad,E.,1959; Fong, 1980; Wolf cs, 1969;

Sumarnie, dkk, 2010).   Larutan tanin dapat digunakan untuk proses penyamakan.

Tanin tidak hanya berefek untuk pengelat tapi juga digunakan untuk perlindungan

karena mempunyai daya antiseptic. Tanin digunakan juga untuk pengobatan luka

bakar dengan cara mempresipitasikan protein dan karena ada daya antibakterinya

(Masduki, 1996).

Tannin menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk kompleks dengan

protein melalui kekuatan nonspesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik

sebagaimana pembentukan ikatan kovalen, menginaktifkan adhesion kuman (molekul

untuk menempel pada sel inang), menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan dalam

respon imun selular. Banyak aktivitas fisiologik manusia, seperti stimulasi sel-sel

fagositik, host mediated tumor activity, dan sejumlah aktivitas anti infektif telah

ditetapkan untuk tannin. Salah satunya aksi molekul mereka adalah membentuk

kompleks dengan protein melalui kekuatan nonspesifik seperti ikatan hidrogen dan

efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan kovalen. Cara kerja anti mikroba

mungkin juga berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menginaktivasi

adhesin mikroba (molekul untuk menempel pada sel inang) yang terdapat pada

permukaan sel, enzim yang terikat pada membran sel, protein transport cell envelope.

Mereka juga membentuk kompleks dengan polisakarida (Aonymous, 2010).

Daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365%

(Burkill, 1997). 3,15% resin, 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi utama minyak

atsiri yaitu pinene (Gambar.3), ²-pinene limonene, men-thol, terpenyl acetate,

isopropyl alco- hol, longicyclene, caryophyllene, ²- bisabolene, caryophyllene oxide,

Page 27: Lap Mikro Antimkroba

26

²-copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene and curcumene [Zakaria, 1994].

Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung nerolidiol, ²-sitosterol, ursolic,

crategolic, dan guayavolic acids. Selain itu juga mengandung minyak atsiri yang kaya

akan cineol dan empat triterpenic acids sebaik ketiga jenis fla-

vonoid yaitu; quercetin, 3-L-4-4- arabinofuranoside (avicularin) (Gambar.4) dan 3-L-4-

pyranoside dengan aktivitas anti bakteri yang tinggi Oliver-Bever, 1986].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan data pengamatan bakteri  E. coli maupun S. aureus menunjukkan

bahwa keduanya paling rentan terhadap daun jambu. Hal ini dikarenakan ketiga jenis

bakteri tersebut memiliki struktur membran sel yang sangat sensitif terhadap tanin.

Dalam Volk dan Wheeler (1988), dijelaskan bahwa bagian sel yang paling rentan

terhadap cara kerja antimikroba adalah, membran sitoplasma, enzim tertentu dan

protein struktural seperti yang terdapat didalam dinding sel. Membran sitoplasma

tersusun terutama dari protein dan lemak, karena itu, membran khususnya rentan

terhadap agen-agen yang menurunkan tegangan permukaaan agen aktif permukaan.

Kerusakan pada membran sitoplasma mangakibatkan ion organik yang penting,

nukleotida, koezim dan asam amino merembes keluar sel. Selain itu, kerusakan ini

dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting ke dalam  karena membran

sitoplasma juga mengendalikan pengangkutan aktif kedalam sel. Jadi tindakan

substansi apa saja yang dapat menghalangi fungsi penting membrana kan berakibat

kematian sel atau ketidak mampuannya untuk tumbuh.

Page 28: Lap Mikro Antimkroba

27

Cara kerja antimikroba adalah dengan mempengaruhi reaksi metabolisme sel

yang dikatalisis oleh enzim yang terbuat dari protein. Reaksi metabolisme meliputi

reaksi biosíntesis penting dan reaksi penting yang menghasilkan energi. Jadi agen

kimia yang berkombinasi dengan protein akan menghalangi protein untuk melakukan

fungsi normalnya mengeluarkan pengaruh bakterio statik atau bakteriosida (Volk dan

Wheeler,1988).

2) Daya Anti Mikroba Rimpang Jahe Terhadap Bakteri Escherichia coli dan

Staphilococcus aureus

Berdasarkan pengamatan pada bahan kedua yaitu hasil perasan rimpang jahe

diperoleh hasil yaitu pada konsentrsi 100% pada cawan yang berisi inokulasi E.coli

diperoleh hasil zona hambatan sebesar 3 mm, sedangkan pada cawan yang berisi

inokulasi bakteri S. aureus diamater zona hambatan sebesar 2 mm. Pada konsentrasi

75%, 50% baik pada cawan yang berisi inokulasi bakteri E.coli maupun pada S.

aureus diperoleh hasil diameter zona hambatan yang sama yaitu sebesar 1 mm.

Adanya perbedaan ukuran diameter zona hambatan disebabkan karena konsentrasi

yang diberikan pada masing-masing sumuran berbeda yaitu 100%, 75%, dan 50%.

Terbentuknya daerah zona hambatan disekitar sumuran dikerenakan pada

jahe mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen

dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan

resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol (Koswara, 2010).

Hal inilah yang menyebabkan adanya daerah zona hambatan yang dididentifkasi

adanya daerah bening disekitar sumuran. Sedangkan cara kerja antimikroba adalah

dengan mempengaruhi reaksi metabolisme sel yang dikatalisis oleh enzim yang

terbuat dari protein. Reaksi metabolisme meliputi reaksi biosíntesis penting dan

reaksi penting yang menghasilkan energi. Jadi agen kimia yang berkombinasi dengan

protein akan menghalangi protein untuk melakukan fungsi normalnya mengeluarkan

pengaruh bakterio statik atau bakteriosida (Volk dan Wheeler,1988).

3) Daya Anti Mikroba Daun Kemangi Terhadap Bakteri Escherichia coli dan

Staphilococcus aureus

Page 29: Lap Mikro Antimkroba

28

Pada pengamatan ketiga yaitu dengan bahan rebusan daun kemangi diperoleh

hasil diameter zona hambatan sebesar 2 mm pada konsentrasi 100%, dan 50%. Untuk

konsentrasi 75% pada cawan yang berisi inokulasi bakteri E.coli dan konsentarsi

100% dan 75% pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diperoleh hasil

diameter zona hambatan sebesar 1 mm. Sedangkan pada cawan yang berisi inokulasi

bakteri S. aureus konsentrasi 50% tidak ditemukan adanya zona hambatan.

Menurut kardinan 2008 kandungan kimia pada tanaman kemangi mempunyai

komposisi utama yaitu minyak selasih yang mengandung sitral dan geranol dan kadar

minyak artsiri yang terkandung dalam kemangu telah diteliti berpotensi sebagai zat

antibekteri. Maryati, 2007 menyatakan dalam penelitiannya yaitu uji antibakteri

minyak atsriri daun kemangi terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphilococcus

aureus, dimana minyak atsiri pada daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri.

Dinding sel bakteri gram negatif tersusun atas membran luas yaitu peptidoglikan dan

membran dalam. Peptidoglikan yang terkandung dalam dinding sel bakteri meiliki

susunan yang kompleks dibanding pada bakteri gram positif peptidoglikan mencegah

lisis sel didalam hipotonis, menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel.

Membran luar mengandung protein pori yang berperan sebagai jalur pengangkutan

dan sekaligus perintang bagi molekul yang mampu melewati membran sebelah luar.

Membran luar akan menutupi lapisan peptidoglikan.

Gambar dinding sel bakteri gram negatif (Sumber Aninomous, 2010)

Page 30: Lap Mikro Antimkroba

29

Terbentuknya daerah jernih atau zona hambat dipengaruhi oleh reaksi

metabolisme sel yang dikatalisis oleh enzim yang terbuat dari protein. Reaksi

metabolisme meliputi reaksi biosíntesis penting dan reaksi penting yang

menghasilkan energi. Jadi agen kimia yang berkombinasi dengan protein akan

menghalangi protein untuk melakukan fungsi normalnya mengeluarkan pengaruh

bakterio statik atau bakteriosida (Volk dan Wheeler,1988). Selain itu, tidak

terbentuknya zona hambat pada konsentrasi 50% pada cawan yang berisi inokulasi

bakteri S. aureus disebabkan karena faktor pelarut yang digunakan kurang kuat.

dimana mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun

dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan

kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau

kerusakan fungsi material genetik (Anonymous, 2010). Menurut Dwijoseputro (2005)

zat-zat kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme

adalah:

1. Golongan alkohol

Beberapa bahan golongan alkohol adalah etanol, propanol, dan isopropanol.

Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam

rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu diatas 30 menit.

Umumnya dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70%. Golongan alkohol ini

tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif untuk virus non lipid.

Keunggulan alkohol ini adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak material, dan dapat

di biodegradasi.

2. Golongan halogen

Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti

larutan iodium, iodiofor, providon iodium. Senyawa terhalogenasi adalah senyawa

anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor,

misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit, dan kloramin. Golongan

Page 31: Lap Mikro Antimkroba

30

ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dengan rentang 10 – 30 detik dan umumnya

digunakan dalam laritan air dengan konsentrasi 1 – 5%. Aplikasi proses desinfektan

dilakukan dengan cara mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh

beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.

3. Senyawa golongan fenol

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai

antara lain: fenol (asam karbolik), kresol para kloro kresol dan para klora xylenol.

Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekitar 10 –

30 detik. Umumnya digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1 – 5%.

Aplikasi proses desinfektan dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan

untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.

Selain itu, pada saat pengamatan terdapat zona keruh disekitar zona bening

hal ini disebabkan adanya pengaruh senyawa lain yang terkandung dalam bahan

pengamatan yang dipakai namun senyawa tersebut tidak menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli dan Staphilococcus aureus. Sementara menurut Ajizah

(2004) tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga

mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel

tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau

bahkan mati.

Masduki (1996) menyatakan bahwa tanin juga mempunyai daya antibakteri

dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai efek yang sama

dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi dengan

membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.

Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses

terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak

sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung

gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel

bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah

terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami

penguraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta

Page 32: Lap Mikro Antimkroba

31

denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel

membran mengalami lisis

J. Diskusi

1. Adakah zona hambat yang terbentuk di sekeliling sumuran? Jika ada mengapa,

jelaskan!

Jawab: Terdapat zona hambat yang terbentuk di sekeliling sumuran. Hal ini karena

pada lubang sumuran yang telah dibuat terdapat air hasil rebusan daun jambu biji,

daun kemangi dan perasan rimpang jahe. Dimana daun jambu biji tersebut

mengandung tannin yang berfungsi sebagai zat antimikroba yang berasal dari

tanaman. Sedangkan pada daun kemangi dan jahe mengandung minyak atsiri yang

merupakan suatu senyawa amtimikroba. Dengan keberadaan zat ini, maka akan

terbentuk zona bening di sekitar sumuran karena mikroba tiak dapat tumbuh di situ

akibat aktivitas zat anti mikroba. Bagian media yang  tidak ditumbuhi mikroba

ditunjukkan dengan media yang  bening.

2. Adakah perbedaan ukuran diameter zona hambat pada masing – masing

konsentrasi perasan daun jambu biji, jahe, dan daun kemangi? Jelaskan!

Jawab: Terdapat perbedaan diameter zona hambat pada masing-masing konsentrasi

karena pada dasarnya meskipun pada masing-masing konsentrasi terdapat zat tannin,

akan tetapi efektifitas zat antimikroba itu berbeda, tidak selalu larutan dengan

konsentrasi zat antinikroba terlarut tinggi akan menghasilkan zona hambat yang

tinggi pula dan berkalu sebaliknya. Tetapi ada konsentrasi optimal efektifitas zat anti

mikroba tersebut.

3. Berapakah konsentrasi rebusan daun jambu biji, dan daun kemangi serta air perasa

rimpang jahe yang paling efektif menghambat pertumbuhan E.coli dan S.aureus

secara in vitro?

Jawab: Konsentrasi rebusan daun jambu biji yang paling efektif adalah pada

konsentrasi 100% baik pada cawan yang berisi inokulasi E.coli dan S.aureus.

sedangkan pada rebusan daun kemangi yang paling efektif adalah pada konsentrasi

Page 33: Lap Mikro Antimkroba

32

100% dan 50% pada cawan berisi inokulasi E.coli. dan pada perasan jahe yang paling

efektif adalah pada konsentrasi 100% pada cawan berisi inokulasi E.coli.

4. Mengapa bakteri yang diuji harus dibiakkan lebih dahulu dalam medium cair

selama 1 x 24 jam? Jelaskan!

Jawab: Bakteri yang diuji harus dibiakkan lebih dahulu dalam medium cair selama 1

x 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri spesifik yaitu E.coli

maupun S.aureus. Karena jumlah bakeri yang akan diuji diperlukan dalam jumlah

yang cukup banyak (untuk diratakan seluas permukaan media dalam cawan petri).

Dalam wak tu 1 x 24 jam merupakan waktu yang cukup untuk mengembangbiakkan

bakteri ini.

K. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan dimuka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada bahan rebusan daun jambu biji konsentrasi 100% baik pada cawan yang

berisi bakteri E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil diameter zona

hambatan 5 mm, sedangkan pada konsentrasi 75% pada cawan yang berisi

bakteri E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil diameter zona hambatan

sebesar 4 mm. Pada konsentrasi 50% pada cawan yang berisi bakteri E.coli

diperoleh hasil diameter zona hamabatan sebesar 3 mm sedangkan pada

cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diperoleh hasil diameter zona

hamabatan sebesar 3,5 mm. hal ini karena adanya senyawa tanin.

2. Berdasarkan pengamatan pada bahan kedua yaitu hasil perasan rimpang jahe

diperoleh hasil yaitu pada konsentrsi 100% pada cawan yang berisi inokulasi

E.coli diperoleh hasil zona hambatan sebesar 3 mm, sedangkan pada cawan

yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diamater zona hambatan sebesar 2 mm.

Pada konsentrasi 75%, 50% baik pada cawan yang berisi inokulasi bakteri

E.coli maupun pada S. aureus diperoleh hasil diameter zona hambatan yang

sama yaitu sebesar 1 mm. Karena mengandung minyak atsiri.

Page 34: Lap Mikro Antimkroba

33

3. Pada bahan rebusan daun kemangi diperoleh hasil diameter zona hambatan

sebesar 2 mm pada konsentrasi 100%, dan 50%. Untuk konsentrasi 75% pada

cawan yang berisi inokulasi bakteri E.coli dan konsentarsi 100% dan 75%

pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diperoleh hasil diameter

zona hambatan sebesar 1 mm. Sedangkan pada cawan yang berisi inokulasi

bakteri S. aureus konsentrasi 50% tidak ditemukan adanya zona hambatan.

Hal ini disebabkan adanya senyawa minyak atsiri.

L. Daftar Rujukan

AAK. 1992. Bertanam Pohon Buah-Buahan 2. Yogyakarta: Kanisius.

Adnyana, I ketut, Yulianah, Elin, Sigit, Josep I., Fisheri K., Neng, Insanu, Mehammad. 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Buah Putih dan Jambu Biji Buah Merah Sebagai Antidiare, (Online), (http://www.iptek.net.com diakses tanggal November 2011).

Anonim. 2005. Guava, (Online), (http://www.tropicalplant.com diakses tanggal 1 November 2011).

Anonymous, 2010. Antimikroba dari Tumbuhan (Bagian Kedua). (Online). (http://www.kamusilmiah.com/pangan/antimikroba-dari-tumbuhan-bagian-kedua/,  diakses pada 01 November 2011)

Arnelia. 2003. Terapi Alam, (Online), (http://www.sinarharapan.co.id diakses tanggal 1 November 2011).

Cam, Adsense. 2009. Jambu Biji Buah Dan Daunnya Berkhasiat, (Online). (http://www.psidium.htm diakses tanggal 1 November 2011).

Dowswn, Steven, MD. 2007. Escherechia coli, (Online). (http://www.wikipedia.com diakses tanggal 1 November 2011).

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi dan Mikologi). Malang: UM Press.

Dwidjoseputro. 1998. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Guenther, Ernes. 1990. Atsiry oil, jilid IV A. Jakarta: UI Press.

Page 35: Lap Mikro Antimkroba

34

Hastuti, Utami Sri. 2010. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang. Universitas Negeri Malang.

Hawley, G.G. 1981. The condensed Chemical Dictionary 10th Edition. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Heinnermen, John. 2003. Speciality Psidium guajava. London: Ellis Horwood Ltd.

Jubel, Michael. 2008. Guava Medicial Treatment, (Online). (http://medicialhealth.com diakses tanggal 1 November 2011).

Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih, Mawinata. 1996. Efek Antidiare dan Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Batu Sebagai Dasar Obat Antidiare. Bandung: ITB.

Koswara, Sutrisno. Jahe, Rimpang Dengan Sejuta Khasiat. (Online) (http://www.Ebookpangan.com Diakses tanggal 01 November 2011).

Pelczar, M. J & Chan, E. C. S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Rismunandar. 1989. Tanaman Jambu Biji. Bandung: Sinar Baru.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Badung: ITB.

Rusdi. 1988. Tetumbuhan Sebagai Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas.

Salunke, D.K., Desai. 1984. Handbook of Fruti Science and Technology Production, Composition, Storage and Processing. Mercel Inc. New York Basel.

Sofiandi, 2009. Daun Kemangi Daun Kaya Manfaat. (Online) (http://www. C:/Users/MY PC/Downloads/Daun Kemangi, Daun Kaya Manfaat. Topik Kesehatan.htm. Diakses pada tanggal 01 November 2011).

Wchemical. 2007. Ovadine. (Online). (http://www.wchemical.com/ovadine.html, diakses tanggal 1 November 2011).

Wheeler dan Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga