lap mgg 3

86
LAPORAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI Disusun oleh: Desi Prihutami NIM E0007111 LABORATORIUM ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Transcript of lap mgg 3

Page 1: lap mgg 3

LAPORAN

KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN

PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

Disusun oleh:

Desi Prihutami

NIM E0007111

LABORATORIUM ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Februari 2011

Page 2: lap mgg 3

ABSTRAK

DESI PRIHUTAMI, NIM. E0007111, PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa 2011.

Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Daerah di Kabupaten Wonogiri yang berasal dari inisiatif Bupati yang dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri, serta hambatan yang dihadapi dalam penyusunan Peraturan Daerah.

Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa ini bersifat deskriptif, yang menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis (empiris). Lokasi yang dipilih adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang dipergunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Berdasarkan Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa ini diperoleh hasil bahwa pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Daerah berjalan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa ini mengambarkan bagaimana proses pembentukan Peraturan Daerah terhadap Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari inisiatif Bupati, selain Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Daerah meliputi : perencanaan penyusunan pembentukan Peraturan Daerah melalui program legislasi daerah, proses penyiapan penyusunan draf Rancangan Peraturan Daerah, proses pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dengan DPRD untuk mendapatkan persetujuan bersama, proses setelah mendapatkan persetujuan bersama Rancangan Peraturan Daerah, pengundangan Peraturan Daerah ke dalam Lembaran Daerah, penyebarluasan Peraturan Daerah.

Dalam pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Daerah hambatan yang dihadapi adalah kurangnya kepedulian Satuan Kerja Perangkat Daerah terhadap penyusunan Peraturan Daerah yang menjadi kewenangannya, terbatasnya aparatur pemerintah di SKPD teknis yang membidangi menyangkut subtansi dan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan (legal drafting),keterbatasan anggaran untuk penyusunan Peraturan Daerah, belum semua Rancangan Peraturan Daerah dilengkapi dengan Naskah Akademik, penjadwalan pembahasan di DPRD yang sering berubah-ubah, dan proses mendapatkan evaluasi/klarifikasi oleh Pemerintah Provinsi yang memerlukan waktu yang cukup lama.

iii

Page 3: lap mgg 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM) di Bagian Hukum Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat Kuliah

Magang Mahasiswa (KMM).

Dalam menyusun laporan ini penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak dalam bimbingan, pengarahan, pengumpulan data, dan saran-saran

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Moh. Jamin, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Syafrudin Yudowibowo, S.H., M.H.selaku Dosen Pembimbing Kuliah

Magang Mahasiswa yang telah membimbing dan mengarahkan dalam

penyusunan laporan ini.

3. Bapak Eko Subagyo, S.H., M.H. selaku Kepala Bagian Hukum Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin dan bantuannya

dalam melaksanakan Kuliah Magang Mahasiswa.

4. Karyawan dan karyawati Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonogiri yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan Kuliah

Magang Mahasiswa.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,

mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh

karena itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

iv

Page 4: lap mgg 3

kesempurnaan penulisan laporan ini. Akhirnya penulis berharap, semoga laporan

ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surakarta, Pebruari 2011

Penulis

v

Page 5: lap mgg 3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

ABSTRAK........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv

DAFTAR ISI..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang kegiatan.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2

C. Tujuan kegiatan........................................................................................... 2

E. Manfaat kegiatan......................................................................................... 3

BAB II METODE PENDEKATAN .......................................................... 4

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI................................................... 6

A. Deskripsi Lokasi......................................................................................... 6

B. Struktur Organisasi...................................................................................... 7

C. Sistem Koordinasi kelembagaan dan Antar Aparatur Intern pemerintah

daerah.......................................................................................................... 19

D. Problematik Hukum..................................................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 30

A. pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Daerah di

Kabupaten Wonogiri............................................................................. 30

vi

Page 6: lap mgg 3

B. Pembentukan dan penyusunan Peraturan Kepala Daerah di

Kabupaten Wonogiri............................................................................. 38

C. Hambatan yang dihadapi dalam pembentukan dan mekanisme

penyusunan Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah

Kabupaten Wonogiri dan bagaimanakah cara penyelesaiannya........... 41

BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 43

A. Kesimpulan........................................................................................... 43

B. Saran..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47

LAMPIRAN...................................................................................................... 48

vii

Page 7: lap mgg 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan

Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) merupakan program mata

kuliah yang harus diikuti oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta untuk memenuhi jumlah total SKS yang telah

ditetapkan fakultas guna menyelesaikan studinya.

Dengan diadakannya Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM)

diharapkan dapat meningkatkan kualitas calon sarjana yang tidak hanya

menguasai materi yang diperoleh selama di bangku perguruan tinggi saja,

tetapi juga harus mengetahui kondisi yang sesungguhnya di dunia kerja dan

masyarakat.

Program Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) ini tidak terlepas dari

misi Universitas Sebelas Maret Surakarta yaitu menghasilkan sarjana yang

mampu menjadi manusia penganalisis yang peka tehadap permasalahan yang

dihadapi masyarakat dan mampu memecahkannya, selain itu dengan terjun

langsung di dunia kerja dan masyarakat diharapkan mereka nantinya akan

mampu memberikan suri tauladan kehidupan yang harmonis.

Khususnya dalam hal intitusi Bagian Hukum Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri yang dipilih mahasiswa Fakutas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta, ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

positif dan kelak kepada para mahasiswa itu untuk menghadapi kerasnya

dunia kerja.

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri secara fokus

mempunyai tugas dan wewenang dalam hal perundang-undangan dengan

pembuatan produk hukum daerah, dokumentasi hukum dan pelayanan hukum

dalam menangani kasus-kasus di masyarakat.

1

Page 8: lap mgg 3

2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan

Daerah di Kabupaten Wonogiri?

2. Bagaimanakah pembentukan dan penyusunan Peraturan Kepala Daerah di

Kabupaten Wonogiri?

3. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pembentukan dan mekanisme

penyusunan Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah

Kabupaten Wonogiri dan bagaimanakah cara penyelesaiannya?

C. Tujuan Kegiatan

Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) yang diselenggarakan oleh

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta mempunyai tujuan yang

tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi instansi.

Adapun tujuan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) adalah :

1. Memberikan pengalaman dan ketrampilan bagi mahasiswa;

2. Untuk memberdayakan dan menambah pengalaman belajar melalui praktek

secara langsung di dunia kerja dalm aktivitas institusi khususnya di Bagian

Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri;

3. Untuk sarana realiasi dan penerapan teori yang didapat dalam praktek di

dunia kerja;

4. Untuk menambah referensi bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang;

5. Lebih memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang cara

berfikir dan bekerja serta mengetahui kesulitan yang dihadapi pada dunia

kerja dan masyarakat;

6. Fakultas Hukum khususnya Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta akan menjadi kampus yang dekat dengan kehidupan masyarakat

dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat karena kurikulumnya akan

selalu disesuaikan dengana kedinamisan masyarakat.

Page 9: lap mgg 3

3

D. Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) yang diadakan

oleh Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai

berikut:

1. Menambah pengalaman bagi mahasiswa untuk melengkapi ilmu yang

diperoleh di bangku kuliah sehingga akan lebih sempurna pengetahuannya.

2. Menambah kepekaan terhadap masalah di dalam kehidupan masyarakat

khususnya di bidang hukum.

3. Mengetahui tentang profesionalisme di bidang hukum.

4. Mengetahui Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Hukum Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri secara khusus.

Selain hal diatas juga terdapat manfaat lain dari kegiatan ini, yakni

manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

hukum terkhusus dalam hukum tata negara dalam kaitannya dengan

kinerja instansi Bagian Hukum Pemerintahan Daerah Kabupaten

Wonogiri, serta guna menambah literatur dan bahan-bahan informasi

ilmiah, mengingat wacana kinerja Bagian Hukum Pemerintahan

Kabupaten merupakan bahasan yang cukup penting untuk diketahui

mahasiswa fakultas hukum sebagai calon penegak hukum.

b. Manfaat Praktis

1) Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh.

2) Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberi

masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait

dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak yang

berminat pada masalah yang sama.

Page 10: lap mgg 3

BAB II

METODE PENDEKATAN

Laporan hasil Kegiatan Magang Mahasiswa ini disusun oleh penulis

dengan menggunakan pendekatan hukum progresif, dalam pendekatan hukum

tersebut, hukum lebih dipandang sebagai sociology yurisprudence, hal tersebut

yang nantinya dapat diterapkan di dalam setiap institusi penegak hukum, terutama

di Institusi Bagian Hukum Pemerintahan Kabupaten, yang dijadikan dasar dalam

melakukan analisa setiap peraturan daerah yang akan dibentuk, untuk dilanjutkan

pada tahap pengevaluasian dengan anggota DPRD setempat.

Hukum progresif terbentuk dari dua asumsi dasar:

pertama, hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya Berangkat dari

asumsi dasar ini, maka kehadiran hukum bukan untuk dirinya sendiri,

melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan besar. Itulah sebabnya ketika

terjadi permasalahan di dalam hukum, maka hukumlah yang harus ditinjau dan

diperbaiki, bukan manusia yang dipaksa-paksa untuk dimasukkan ke dalam

skema hukum.

Kedua, hukum bukan merupakan institusi yang mutlak serta final, karena

hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi (law as a process, law

in the making).

Hukum progresif yang berasal dari asumsi dasar bahwa hukum adalah

untuk manusia dan selalu dalam proses untuk menjadi, maka dalam memberikan

penjelasan terhadap fenomena hukum, akan melibatkan teori hukum lain.

Pelibatan teori hukum lain dalam hukum progresif sekaligus menjelaskan tentang

kedudukan hukum progresif di tengah-tengah teori hukum yang lain tersebut.

Secara umum, karakter hukum progresif dapat diidentifikasi sbb:

a) Kajian hukum progresif berusaha mengalihkan titik berat kajian hukum yang

semula menggunakan optik hukum menuju ke perilaku.

4

Page 11: lap mgg 3

5

b) Hukum progresif secara sadar menempatkan kehadirannya dalam hubungan

erat dengan manusia dan masyarakat, meminjam istilahnya Nonet & Selznick

bertipe responsif.

c) Hukum progresif berbagi paham dengan legal realism karena hukum tidak

dipandang dari kacamata hukum itu sendiri, melainkan dilihat dan dinilai dari

tujuan sosial yang ingin dicapai dan akibat yang timbul dari bekerjanya

hukum.

d) Hukum progresif memiliki kedekatan dengan sociological jurisprudence dari

Roscoe Pound yang mengkaji hukum tidak hanya sebatas pada studi tentang

peraturan tetapi keluar dan melihat efek dari hukum dan bekerjanya hukum.

e) Hukum progresif memiliki kedekatan dengan teori hukum alam, karena

peduli terhadap hal-hal yang “meta-juridical”.

f) Hukum progresif memiliki kedekatan dengan critical legal studies namun

cakupannya lebih luas.

Metode yang di gunakan secara garis besar ada 2:

a. Metode observasi

Metode ini dilakukan dengan observasi atau pengamatan, hal ini dilakukan

oleh Tim Magang dalam praktek mengikuti jalannya persidangan di DPRD

Kabupaten Wonogiri. Dengan mengikuti dan mengamati secara langsung

proses jalannya persidangan maka Tim Magang dapat mengetahui tugas dan

peran seorang wakil rakyat dalam sebuah persidangan dan mengetahui teknik

pembuatan peraturan daerah di rapat persidangan kantor DPRD.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan oleh Tim Magang ketika awal proses magang

yaitu dalam materi pengenalan bagian-bagian hukum pemerintahan

kabupaten. Metode wawancara ini juga digunakan ketika dalam praktek

ditemui kesulitan atau muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

materi. Metode ini umumnya dlakukan kepada Kasubag dan Kasubid yang

terkait dengan materi yang akan ditanyakan.

Page 12: lap mgg 3

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Deskripsi Lokasi

Lokasi kegiatan magang mahasiswa yang dimaksud dalam laporan

ini adalah Bagian Hukum Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonogiri yang

beralamat di Jl. Kabupaten no. 6 Wonogiri. Lokasi dari kantor Pemerintahan

Kabupaten Wonogiri itu sendiri terbilang sangat strategis karena terletak di

pusat kota dan antara lain berdekatan dengan Kantor Pengadilan Agama

Wonogiri, Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri, Kantor Kejaksaan

Kabupaten Wonogiri, Alun-alun Kota Wonogiri, serta masjid agung, dengan

demikian kantor Pemerintahan Kabupaten Wonogiri dapat diakses dengan

mudah. Dilihat dari segi bangunannya, kantor Pemerintahan Kabupaten

Wonogiri terbilang telah memadai baik dari segi sarana maupun prasarananya

dan pembagian ruangannnya telah tertata dengan baik.

Adapun keterangan secara umumnya akan dijelaskan sebagai

berikut:

Nama Instansi : Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

Kepala Bagian : Bpk . Eko Subagyo, S.H., M.H.

Terdiri dari 3 Kasubag ( kepala sub bagian) yaitu :

1. Kepala Sub Bagian Perundang-Undangan : Ibu F. Mei Dwi

Kuswitanti, S.H., M.Hum. membawahi Staf Sub Bagian Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Kepala Sub Bagian Pengkajian dan Evaluasi : Ibu Endah, S.H.,

M.H. membawahi Staff sub bagian pengkajian dan evaluasi.

3. Kepala Sub Bagian Dokumentasi, Sosialisasi dan Bantuan Hukum :

Bp. Wiyanto, S.H., M.H. membawahi staff sub bagian Dokumentasi,

Sosialisasi dan Bantuan Hukum.

6

Page 13: lap mgg 3

7

Pelaksanaan kegiatan di Instansi Bagian Hukum Setda Wonogiri

dimulai pada pukul 07.00-13.45 WIB untuk hari Senin-Kamis, Pukul 07.00-

10.45 WIB untuk hari Jumat, dan pukul 07.00-12.15 WIB, dengan masa aktif

kerja selama 6 hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu.

Adapun Ruangan Bagian Hukum Setda Kabupaten Wonogiri terdiri

dari :

- Ruang Kepala Bagian Hukum

- Ruangan Kepala sub bagian dan staff bagian Hukum

- Ruangan JDIH (Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum)

- Serta dilengkapi dengan fasilitas Halaman yang digunakan untuk apel

setiap hari senin sampai sabtu, dan untuk senam setiap hari jumat

dilakukan di depan halaman pendopo kabupaten Wonogiri serta

upacara setiap tanggal 17 tiap bulan dan hari-hari tertentu yang telah

ditentukan.

B. Struktur Organisasi

Dalam melaksanakan urusan Pemerintahan di Kabupaten Wonogiri

dibentuk Perangkat Daerah yang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri, yang terdiri atas Bupati beserta

Wakilnya sebagai Kepala Daerah, yang di dalam pelaksanaan

kewenangannya dibantu oleh Kesekretariatan Daerah yang terdiri dari

Sekretaris Daerah, Asisten Sekretaris Daerah, Bagian, Sub Bagian dan

dibantu kelompok Jabatan Fungsional. Susunan organisasi Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri yaitu :

1. Susunan Organisasi SETDA terdiri atas :

a. SEKDA;

b. Asisten Pemerintahan, terdiri dari :

1) Bagian Tata Pemerintahan, membawahi :

Page 14: lap mgg 3

8

a) Subbagian Pemerintahan Umum;

b) Subbagian Otonomi Daerah.

2) Bagian Hukum, membawahi :

a) Subbagian Perundang-undangan;

b) Subbagian Pengkajian dan Evaluasi;

c) Subbagian Dokumentasi, Sosialisasi dan Bantuan Hukum.

3) Bagian Pertanahan, membawahi :

a) Subbagian Tata Wilayah;

b) Subbagian Tata Guna Tanah.

4) Bagian Pemerintahan Desa, membawahi :

a) Subbagian Tata Pemerintahan Desa;

b) Subbagian Administrasi dan Kekayaan Desa.

c. Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat,

terdiri dari:

1) Bagian Perekonomian, membawahi :

a) Subbagian Bina Perekonomian;

b) Subbagian Bina Produksi Daerah;

c) Subbagian Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah.

2) Bagian Pembangunan, membawahi :

a) Subbagian Penyusunan Program;

b) Subbagian Pengendalian dan Pelaporan;

Page 15: lap mgg 3

9

c) Subbagian Pembangunan Daerah Bawahan.

3) Bagian Kesejahteraan Rakyat, membawahi :

a) Subbagian Pembinaan Keagamaan;

b) Subbagian Kesejahteraan Sosial;

c) Subbagian Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah

Raga.

4) Bagian Kerjasama, membawahi :

a) Subbagian Kerjasama Antar Daerah;

b) Subbagian Kerjasama Lembaga Lain.

d. Asisten Administrasi, terdiri dari:

1) Bagian Organisasi dan Kepegawaian, membawahi:

a) Subbagian Kelembagaan;

b) Subbagian Tatalaksana;

c) Subbagian Kepegawaian.

2) Bagian Humas, membawahi :

a) Subbagian Protokol;

b) Subbagian Pemberitaan;

c) Subbagian Publikasi dan Dokumentasi.

3) Bagian Umum, membawahi :

a) Subbagian Perlengkapan;

b) Subbagian Tata Usaha, Rumah Tangga dan Sandi

Telekomunisasi;

Page 16: lap mgg 3

10

c) Subbagian Keuangan.

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Wonogiri, Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

membawahi :

1. Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-Undangan;

2. Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum;

3. Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan Evaluai Produk Hukum.

Berdasarkan Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 87 Tahun 2008

tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri, Bagian Hukum mempunyai tugas menyusun

perumusan kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan

tugas perangkat daerah, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, pembinaan

dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kebijakan pemerintahan

daerah di bidang peraturan perundang-undangan, pengkajian, evaluasi,

dokumentasi, sosialisasi dan bantuan hukum.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 14,

Bagian Hukum mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan pemerintahan daerah di bidang hukum;

b. pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah di bidang

hukum;

c. pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang hukum;

d. pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis di bidang

peraturan perundang-undangan, pengkajian dan evaluasi perundang-

undangan, dokumentasi, sosialisasi dan bantuan hukum;

Page 17: lap mgg 3

11

e. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan

pemerintahan daerah di bidang hukum;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Pemerintahan

sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

1. Kepala Bagian Hukum

Tugas Pokok: Menyusun perumusan kebijakan pemerintahan

daerah, pengkoordinasian perangkat daerah, pelaksanaan dan

pelayanan administrasi, pembinaan dan fasilitasi, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan kebijakan pemerintahan daerah di bidang

peraturan perundang-undangan, pengkajian, evaluasi, dokumentasi,

sosialisasi, dan bantuan hukum.

Tugas Kepala Bagian Hukum :

a. menyusun program kerja bagian hukum sebagai penjabaran lebih

lanjut dari Rencana Strategis Sekretariat Daerah agar dapat

digunakan sebagai acuan kerja.;

b. menjabarkan perintah atasan yang berupa disposisi maupun

petunjukm lisan guna tindak lanjut penyelesaiannya;

c. mendistribusikan pekerjaan kepada bawahan sesuai dengan

bidang tugasnya agar dapat diselesaikan secara cepat, tepat, dan

akurat;

d. memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan sesuai dengan

bidang pekerjaannya yang menjadi tanggung jawabnya;

e. memeriksa hasil kerja bawahan melalui pemantauan pelaksanaan

kerja agar diketahui tingkat pemahaman dan kedisiplinannya;

f. melakukan koordinasi dengan unit kerja dan lembaga lain,

konsultasi kepada atasan minta masukan dari bawahan guna

Page 18: lap mgg 3

12

mendapatkan bahan penyelesaian tugas yang menjadi tanggung

jawabnya;

g. merumuskan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan bidang

hukum secara rinci dan jelas guna memudahkan operasionalisasi

dan penyelenggaraan lebih lanjut;

h. menyiapkan bahan di bidang hukum guna menyusun kebijakan

Pemerintah Daerah yang berupa Peraturan Daerah, Peraturan

Bupati, Keputusan Bersama Bupati, Keputusan Bupati, Instruksi

Bupati yang sesuai kewenangan dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku;

i. menyiapkan bahan guna penyelesaian suatu permasalahan yang

timbul dalam bidang hukum sebagai akibat kesalahan secara

administrative, teknis maupun dampak kebijakan agar sesuai misi

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan;

j. mengendalikan kegiatan bidang perundang-undangan, pengkajian

dan evaluasi serta dokumentasi, sosialisasi dan bantuan hukum

untuk ketertiban administrasi;

k. memberikan usul dan saran kepada atasan melalui telaahan staf

yang terinci sebagai bahan pertimbangan penyelesaian suatu

masalah dan pengambilan keputusan;

l. menilai prestasi kerja bawahan melalui mekanisme penilaian yang

berlaku sebagai cerminan penampilan kinerjanya;

m. melaporkan pelaksanaan tugas kegiatan Bagian Hukum baiksecara

lisan maupun tertulis kepada atasan;

n. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan langsung berkaitan

dengan tugas pokok organisasi guna mendukung kinerja

organisasi.

2. Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-Undangan

Subbagian Perundang-undangan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan pemerintahan

Page 19: lap mgg 3

13

daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah,

pembinaan dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kebijakan di bidang perundang-undangan.

Tugas Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-Undangan :

a. menyusun rencana kegiatan subbagian perundang-undangan

sebagai penjabaran lebih lanjut dari program kerja bagian hukum

agar dapat digunakan sebagai acuan kerja;

b. menjabarkan perintah atasan yang berupa disposisi maupun

petunjukm lisan guna tindak lanjut penyelesaiannya;

c. mendistribusikan pekerjaan kepada bawahan sesuai dengan bidang

tugasnya agar dapat diselesaikan secara cepat, tepat, dan akurat;

d. memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan sesuai dengan

bidang pekerjaannya yang menjadi tanggung jawabnya;

e. memeriksa hasil kerja bawahan melalui pemantauan pelaksanaan

kerja agar diketahui tingkat pemahaman dan kedisiplinannya;

f. melakukan koordinasi dengan unit kerja dan lembaga lain,

konsultasi kepada atasan minta masukan dari bawahan guna

mendapatkan bahan penyelesaian tugas yang menjadi tanggung

jawabnya;

g. menyediakan bahan perumusan kebijakan teknis perumusan

kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan

tugas perangkat daerah, pembinaan dan fasilitasi, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang

perundang-undangan;

h. menyediakan bahan pembinaan perumusan kebijakan

pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas

perangkat daerah, pembinaan dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi

dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang perundang-

undangan;

Page 20: lap mgg 3

14

i. mengkoordinasikan penyusunan dan pengiriman rancangan

Peraturan Daerah kepada DPRD;

j. mengkoordinasikan penyusunan Nota pengantar Bupati, jawaban

eksekutif atas pemandangan umum fraksi, jawaban eksekutif di

dalam rapat panitia khusus dan sambutan Bupati pada Rapat

Paripurna DPRD;

k. melaksanakan kegiatan penyebarluasan Raperda, klarifikasi

Raperda dan evaluasi Raperda;

l. melaksanakan kegiatan pengundangan Peraturan Daerah yang

telah mendapatkan persetujuan dari DPRD dan Peraturan Bupati;

m. mengkoordinasikan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah,

Peraturan Bupati, Keputusan Bersama Bupati, Keputusan Bupati,

dan Instruksi Bupati;

n. melaksankan pengelolaan sistem informasi pada subbagian

perundang-undangan;

o. memberikan usul dan saran kepada atasan melalui telaahan staf

yang terinci sebagai bahan pertimbangan penyelesaian suatu

masalah dan pengambilan keputusan;

p. menilai prestasi kerja bawahan melalui mekanisme penilaian yang

berlaku sebagai cerminan penampilan kinerjanya;

q. melaporkan pelaksanaan tugas kegiatan Bagian Hukum baiksecara

lisan maupun tertulis kepada Kepala Bagian;

r. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan langsung berkaitan

dengan tugas pokok organisasi guna mendukung kinerja organisasi.

3. Kepala Sub Bagian Pengkajian dan Evaluasi

Kepala Subbagian Pengkajian dan Evaluasi mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan pemerintahan

daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah,

pembinaan dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan

Page 21: lap mgg 3

15

pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian dan evaluasi perundang-

undangan.

Tugas Kepala Sub Bagian Pengkajian dan Evaluasi:

a. menyusun rencana kegiatan subbagian Pengkajian dan Evaluasi

sebagai penjabaran lebih lanjut dari program kerja bagian hukum

agar dapat digunakan sebagai acuan kerja;

b. menjabarkan perintah atasan yang berupa disposisi maupun

petunjukm lisan guna tindak lanjut penyelesaiannya;

c. mendistribusikan pekerjaan kepada bawahan sesuai dengan bidang

tugasnya agar dapat diselesaikan secara cepat, tepat, dan akurat;

d. memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan sesuai dengan

bidang pekerjaannya yang menjadi tanggung jawabnya;

e. memeriksa hasil kerja bawahan melalui pemantauan pelaksanaan

kerja agar diketahui tingkat pemahaman dan kedisiplinannya;

f. melakukan koordinasi dengan unit kerja dan lembaga lain,

konsultasi kepada atasan minta masukan dari bawahan guna

mendapatkan bahan penyelesaian tugas yang menjadi tanggung

jawabnya;

g. menyediakan bahan perumusan kebijakan teknis perumusan

kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan

tugas perangkat daerah, pembinaan dan fasilitasi, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian

dan evaluasi;

h. menyediakan bahan pembinaan perumusan kebijakan pemerintahan

daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah,

pembinaan dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian dan evaluasi;

Page 22: lap mgg 3

16

i. melaksanakan kegiatan pengkajian Peraturan Daerah yang sudah

tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

perkembangan kondisi saat ini;

j. melaksanakan kegiatan pengkajian terhadap rancangan kerjasama

kepala daerah;

k. melaksanakan kegiatan evaluasi Peraturan Desa Kabupaten

Wonogiri;

l. melasanakan pengelolaan sistem informasi pada subbagian

pengkajian dan evaluasi;

m. memberikan usul dan saran kepada atasan melalui telaahan staf

yang terinci sebagai bahan pertimbangan penyelesaian suatu

masalah dan pengambilan keputusan;

n. menilai prestasi kerja bawahan melalui mekanisme penilaian yang

berlaku sebagai cerminan penampilan kinerjanya;

o. melaporkan pelaksanaan tugas kegiatan Bagian Hukum baik secara

lisan maupun tertulis kepada Kepala Bagian;

p. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan langsung berkaitan

dengan tugas pokok organisasi guna mendukung kinerja organisasi.

4. Kepala Sub Bagian Dokumentasi Sosialisasi dan Bantuan Hukum

Kepala Subbagian Dokumentasi, Sosialisasi dan Bantuan

Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas

perangkat daerah, pembinaan dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang dokumentasi, sosialisasi

dan bantuan hukum.

Tugas Kepala Sub Bagian Dokumentasi, Sosialisasi, dan

Bantuan Hukum:

Page 23: lap mgg 3

17

a. menyusun rencana kegiatan subbagian Dokumentasi, Sosialisasi,

dan Bantuan Hukum sebagai penjabaran lebih lanjut dari program

kerja bagian hukum agar dapat digunakan sebagai acuan kerja;

b. menjabarkan perintah atasan yang berupa disposisi maupun

petunjukm lisan guna tindak lanjut penyelesaiannya;

c. mendistribusikan pekerjaan kepada bawahan sesuai dengan bidang

tugasnya agar dapat diselesaikan secara cepat, tepat, dan akurat;

d. memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan sesuai dengan

bidang pekerjaannya yang menjadi tanggung jawabnya;

e. memeriksa hasil kerja bawahan melalui pemantauan pelaksanaan

kerja agar diketahui tingkat pemahaman dan kedisiplinannya;

f. melakukan koordinasi dengan unit kerja dan lembaga lain,

konsultasi kepada atasan minta masukan dari bawahan guna

mendapatkan bahan penyelesaian tugas yang menjadi tanggung

jawabnya;

g. menyediakan bahan perumusan kebijakan teknis perumusan

kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan

tugas perangkat daerah, pembinaan dan fasilitasi, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang

dokumentasi, sosialisasi, dan bantuan hukum;

h. menyediakan bahan pembinaan perumusan kebijakan pemerintahan

daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah,

pembinaan dan fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kebijakan di bidang dokumentasi, sosialisasi, dan

bantuan hukum;

i. melakukan pencatatan buku induk, daftar inventarisasi dan catalog,

dan pelabelan serta data statistic di bidang dokumentasi hukum;

j. melakukan penyimpanan, pemeliharaan, dan pencarian dokumen

hukum;

k. menghimpun, menggandakan, mempublikasikan produk hukum,

memberikan pelayanan produk hukum kepada perangkat daerah

Page 24: lap mgg 3

18

dan memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai produk

hukum/ dokumentasi hukum;

l. melakukan kegiatan penyuluhan hukum kepada perangkat daerah

maupun masyarakat dalam bentuk sosialisasi peraturan perundang-

undangan, temu keluarga sadar hukum (KADARKUM),

penyuluhan hukum terpadu (POSKUMUNDU);

m. mengkoordinasikandan memfasilitasi kegiatan Rencana Aksi

Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM);

n. menyiapkan, mempelajari, dan meneliti/ mengkaji materi sengketa

hukum yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan tugas

pemerintahan;

o. memberikan konsultasi dan bantuan hukum baik di dalam maupun

di luar pengadilan bagi pejabat pemerintah oleh karena kebijakan

yang diambilnya dalam melaksanakan tugas kedinasan yang

menimbulkan perkara;

p. mewakili/memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam penyelesaian

perkara hukum tata usaha negara dan perdata baik di dalam

maupun di luar pengadilan sampai memperoleh kekuatan hukum

yang tetap;

q. melaksanakan pengelolaan sistem informasi pada Sub Bagian

Dokumentasi, Sosialisasi, dan Bantuan Hukum;

r. memberikan usul dan saran kepada atasan melalui telaahan staf

yang terinci sebagai bahan pertimbangan penyelesaian suatu

masalah dan pengambilan keputusan;

s. menilai prestasi kerja bawahan melalui mekanisme penilaian yang

berlaku sebagai cerminan penampilan kinerjanya;

t. melaporkan pelaksanaan tugas kegiatan Bagian Hukum baik secara

lisan maupun tertulis kepada Kepala Bagian;

u. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan langsung berkaitan

dengan tugas pokok organisasi guna mendukung kinerja organisasi.

Jumlah personil Bagian Hukum ada 10 orang, yaitu :

Page 25: lap mgg 3

19

1. Kepala Bagian Hukum : Bp Eko Subagyo, SH., MH

2. Kepala Sub Bagian Perundang-Undangan : Ibu F. Mei Dwi Kuswitanti,

SH., M.Hum.

Staf Sub Bagian Perundang-Undangan, sebagai berikut :

a) Bp. Agus Saputro, A.Md

b) Ibu Mujiatmi

c) Ibu Sri Sungkonowati

d) Bp. Imam Ilham, S.H., M.H

3. Kepala Sub Bagian Pengkajian dan Evaluasi: Ibu Indah Kuswati,S.H.,

M.M

Staf Sub Bagian Bantuan Hukum dan Pengkajian: Ibu Kusrini

4. Kepala Sub Bagian Dokumentasi, Sosialisasi, dan Bantuan Hukum :

Bp. Wiyanto, S.H., M.Si

Staf Sub Bagian Dokumentasi, Sosialisasi, dan Bantuan Hukum :

Bp. Wasis Pambudi, S.H

C. Sistem koordinasi kelembagaan dan antar aparatur Intern pemerintah

daerah

Sistem koordinasi kelembagaan dan antar aparatur intern pemerintah

daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 Tahun 2009

Tentang Petunjuk Teknis tata Cara Kerja Sama Daerah. Dalam hal ini Tata

cara kerja sama daerah meliputi tata cara kerja sama antar daerah dan tata

cara kerja sama daerah dengan pihak ketiga. Tata cara kerja sama

sebagaimana dimaksud diatas dilakukan melalui tahapan :

a. persiapan;

b. penawaran;

c. penyiapan kesepakatan;

d. penandatanganan kesepakatan;

e. penyiapan perjanjian;

Page 26: lap mgg 3

20

f. penandatanganan perjanjian; dan

g. pelaksanaan.

Selanjutnya mengenai contoh bentuk/model kerja sama daerah

meliputi :

a. Bentuk/model kerja sama antar daerah;

b. Bentuk/model kerja sama pemerintah daerah dengan

Departemen/LPND;dan

c. Bentuk/model kerja sama pemerintah daerah dengan badan hukum.

Gubernur membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah

( TKKSD) untuk menyiapkan kerja sama daerah. TKKSD sebagaimana

dimaksud mempunyai tugas:

a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan

dikerjasamakan;

b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;

c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;

d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;

e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;

f. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja

sama;

g. memberikan rekomendasi kepada gubernur untuk penandatanganan

kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama; dan

h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama

daerah kabupaten/kota.

Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah ( TKKSD) terdiri atas:

Ketua : Sekretaris Daerah

Page 27: lap mgg 3

21

Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah

Wakil Ketua II : Kepala Bappeda

Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi kerja sama

daerah

Anggota Tetap : a. Kepala Biro Hukum

b. Kepala SKPD yang yang

membidangi Pemerintahan

c. Kepala SKPD yang

membidangi Keuangan dan pengelolaan asset

Anggota Tidak Tetap : a. Kepala SKPD yang melaksanakan kerja

sama

b. Kepala SKPD yang terkait dengan

pelaksanaan kerja

Sama

c. Tenaga ahli/pakar

Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah

(TKKSD) untuk menyiapkan kerja sama daerah. TKKSD sebagaimana

dimaksud mempunyai tugas:

a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan

dikerjasamakan;

b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;

c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;

d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;

e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;

f. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja

sama;

Page 28: lap mgg 3

22

g. memberikan rekomendasi kepada bupati/walikota untuk

penandatanganan kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama.

Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) sebagaimana

dimaksud diatas terdiri atas:

Ketua : Sekretaris Daerah

Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah

Wakil Ketua II : Kepala Bappeda

Sekretaris : Kepala Bagian yang membidangi kerja sama

daerah

Anggota Tetap : a. Kepala Bagian Hukum

b. Kepala Bagian Pemerintahan

c. Kepala SKPD yang membidangi keuangan

dan

pengelolaan asset

Anggota Tidak Tetap : a. Kepala SKPD yang melaksanakan kerja

sama

b. Kepala SKPD yang terkait dengan

pelaksanaan kerjasama

c. Tenaga ahli/pakar

TKKSD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan

tugasnya dapat membentuk Tim Teknis untuk menyiapkan materi teknis

terhadap objek yang akan dikerjasamakan. Kerja sama daerah yang

membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan

masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam APBD Provinsi tahun

anggaran berjalan harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi. Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan masyarakat serta anggarannya

Page 29: lap mgg 3

23

belum tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota tahun anggaran berjalan harus mendapat persetujuan dari

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal kerja sama

daerah memanfaatkan asset barang milik daerah dan melakukan pengadaan

barang dan jasa pemerintah, dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

D. Problemetik Hukum

Selama kegiatan magang mahasiswa di bagian hukum Setda

Wonogiri, problematik hukum yang sedang terjadi adalah pembahasan

mengenai rancangan penyusunan peraturan daerah tentang pajak dan retribusi

daerah kabupaten Wonogiri. Rancangan Perda tentang retribusi dan pajak

daerah kabupaten Wonogiri ini mendasarkan pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Berikut ini tabel mengenai obyek pajak daerah dan retribusi daerah

antara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dengan Perda pajak daerah

dan retribusi daerah kabupaten Wonogiri :

NoObyek Pajak Daerah

Dalam UU No. 28 tahun 2009

Pengaturan Dalam UU No. 28 tahun 2009

Pengaturan Dalam Perda

Kab. Wonogiri

KETERANGAN

1.Pajak Hotel Pasal 32-36

Pajak HotelPerda no. 7 tahun

2005

2.Pajak Restoran Pasal 37-41

Pajak Restoran

Perda no. 8 tahun 2005

3.Pajak Hiburan Pasal 42-46

Pajak Hiburan

Perda no. 2 tahun 1998

4.Pajak Reklame Pasal 47-51

Pajak Reklame

Perda no. 3 tahun 1998

5. Pajak Penerangan Pasal 52-56 Penerangan Perda no. 4

Page 30: lap mgg 3

24

Jalan Jalan tahun 1998

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 57-61 - Belum Ada

7.Pajak Parkir Pasal 62-66 Pajak Parkir

Perda no. 17 tahun 2002

8.

Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C -

Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C

Perda no. 5 tahun 1998 jo Perda no.

9 tahun 2002

9. Pajak Air Tanah Pasal 67-71 - Belum Ada

10. Pajak Sarang Burung Walet Pasal 72-76 - Belum Ada

11. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Pasal 77-84 - Belum Ada

12. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pasal 85-93 - Belum Ada

Retribusi Jasa Umum

No

Obyek Retribusi Daerah Dalam UU No. 28 Tahun 2009

Pengaturan Dalam UU

No. 28 tahun 2009

Pengaturan Dalam Perda

Kab. Wonogiri

KETERANGAN

1.

Retribusi Pelayanan Kesehatan (RSUD dan Puskesmas)

Pasal 111 ayat 1 dan 2

Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD Kab. Wonogiri

Perda no. 13 tahun 2008

Page 31: lap mgg 3

25

Retribusi Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

Perda no. 12 tahun 2001

2.Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Pasal 112 ayat 1 dan 2

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Perda no. 7 tahun 2008

3.

Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil

Pasal 113

Retribusi Penggantian Cetak KTP, Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara, Kartu Keluarga, dan Akte Catatan Sipil

Perda no. 3 tahun 2003

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Masyarakat

Pasal 114 - Belum Ada

5.Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Pasal 115

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Perda no. 3 tahun 1999

6. Retribusi Pelayanan Pasar Pasal 116

Retribusi Pasar

Perda no. 5 tahun 1999

Page 32: lap mgg 3

26

Page 33: lap mgg 3

27

7.Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Pasal 117

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Perda no. 16 tahun tahun

2001

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran Pasal 118 - Belum Ada

9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Pasal 119 - Belum Ada

10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus Pasal 120 - Belum Ada

11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair Pasal 121 - Belum Ada

12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang Pasal 122 - Belum Ada

13. Retribusi Pelayanan Pendidikan Pasal 123 - Belum Ada

14. Retribusi Pengendalian Manara Telekomunikasi Pasal 124 - Belum Ada

Retribusi Jasa Usaha

No.

Obyek Retribusi Daerah Dalam UU No. 28 Tahun

2009

Pengaturan Dalam UU No.

28 tahun 2009

Pengaturan Dalam

Perda Kab. Wonogiri

Keterangan

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Pasal 128 ayat 1 dan

2

Retribusi Pemakaian Kekayaan

Perda no 6 Tahun 1999

Page 34: lap mgg 3

28

Daerah

2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

Pasal 129 ayat 1dan2

Retribusi Pasar

Perda no 05 tahun 1999

3.

Retribusi Tempat Pelelangan

Pasal 130 ayat 1,2,

dan 3 - Belum ada

4.

Retribusi Terminal

Pasal 131 ayat 1 dan

2

Retribusi Pengeloaan Terminal Angkutan Penumpang

Perda no 21 tahun 2002

5.

Retribusi Tempat Khusus Parkir

Pasal 132 ayat 1 dan

2

Retribusi Tempat Khusus Parkir

Perda no 4 tahun 1999

6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa Pasal 133    

7.Retribusi Rumah Potong Hewan

Pasal 134 ayat 1 dan

2

Rumah Potong Hewan

Perda no 8 tahun 2003

8.

Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal

Pasal 135 ayat 1 dan

2

Izin Usaha Perikanan di Perairan Waduk Serba Guna Gajah Mungkur Wonogiri

Perda no 9 tahun 2003

9.

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Pasal 136 ayat 1 dan

2

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Perda no 22 tahun 2002

10. Retribusi Penyebrangan di Pasal 137 ayat 1 dan

- Belum ada

Page 35: lap mgg 3

29

Atas Air 2

11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair - - Belum ada

12.

Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Pasal 138 dan 139

Retribusi Pelayanan Inseminasi Buatan (IB)

Perda no 24 tahun 2000

Retribusi Perizinan Tertentu

1.Obyek Retribusi Daerah Dalam UU No. 28 Tahun 2009

Pengaturan Dalam UU

No. 28 tahun 2009

Pengaturan Dalam Perda

Kab. Wonogiri

KETERANGAN

2.Retribusi izin mendirikan bangunan (IMB)

Pasal 142 ayat 1, 2 dan

3

Retribusi izin mendirikan bangunan (IMB)

Perda No 12 tahun 2005

3. RetribusI izin tempat penjualan minuman berarkohol

pasal 143 - Belum ada

4. Retribusi izin gangguan

Pasal 144 ayat 1 dan 2

retribisi izin gangguan

Perda no 2 tahun 1999

5.Retribusu izin trayek pasal 145

Retribusi izin trayek

Perda no 15 tahun 2001

6. Retribusi azin usaha perikanan Pasal 146 - Belum ada

7.

Retribusi izin angkutan -

Retribusi pengujian kendaraan bermotor

Perda no 16 tahun 2001

8.

Retribusi hasil hutan - retribusi hasil hutan

Perda no 13 tahun 2002

Page 36: lap mgg 3

30

9.

Retribusi inseminasi buatan -

retribusi pelayanan inseminasi buatan

Perda no 2 tahun 2002

10. Retribusi izin usaha kontruksi -

Retribusi izin usaha jasa

Perda no 23 tahun 2002

11.

Retribusi izin pertambangan -

Retribusi izin usaha pertambangan umum daerah

Perda no 12 tahun 2002

12.Retribusi izin usaha hotel -

Retribusi izinusaha hotel melati

Perda no 20 tahun 2002

13.

Retribusi administrasi -

Retribusi pelayanan administrasi

Perda no 18 tahun 2002

Page 37: lap mgg 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Daerah di

Kabupaten Wonogiri

Proses penyusunan pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten

Wonogiri dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan Penyusunan Pembentukan Peraturan Daerah

Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah berdasarkan program

legislasi dari daerah (prolegda). Prolegda disusun agar perencanaan

penyusunan Peraturan Daerah dapat disusun dengan terencana,

terpadu dan sistematis. Dalam rangka membuat prolegda, Sekretaris

Daerah melalui Bagian Hukum membuat surat kepada SKPD agar

segera mengirimkan daftar Rancangan Peraturan Daerah yang akan

dibahas. Bagian Hukum melakukan invetarisasi terhadap usulan

SKPD sebagai bahan untuk menyusun prolegda. Untuk Rancangan

Peraturan Daerah yang tidak masuk dalam daftar Prolegda bisa

dilakukan pembahasan tetapi yang menjadi priotitas Rancangan

Peraturan Daerah yang masuk dalam daftar prolegda.

2. Proses Penyiapan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penyiapan rancangan

Peraturan Daerah meliputi :

a. Penyusunan draf rancangan peraturan daerah oleh Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis yang membidangi

berkaitan dengan materi yang akan diatur. Sebelum menyusun

draf rancangan peraturan daerah SKPD pemrakarsa dapat

memberitahukan kepada Bagian Hukum untuk mendapat

petunjuk dan informasi seperlunya. Dalam penyusunan draf

31

Page 38: lap mgg 3

32

rancangan peraturan daerah dapat dilengkapi dengan penjelasan

dan Naskah Akademik.

SKPD teknis yang membidangi dalam menyiapkan rancangan

peraturan daerah dapat terlebih dahulu menyusun Naskah

Akademik mengenai materi yang akan diatur dalam rancangan

peraturan daerah. Dalam menyusun Naskah Akademik

pelaksanaannya diserahkan kepada perguruan tinggi atau pihak

ketiga yang mempunyai keahlian di bidang penyusunan peraturan

perundang-undangan. Naskah akademik tidak merupakan suatu

yang keharusan dalam proses penyusunan peraturan daerah

meskipun telah diatur dalam Peraturan Presiden. Naskah

akademik dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan

pembentukan Peraturan Daerah.

b. Pembahasan draft rancangan peraturan daerah antara SKPD

teknis yang membidangi dengan stakeholder dan instansi terkait

dengan rancangan peraturan daerah tersebut. Dalam hal ini

SKPD mensosialisasikan draf rancangan peraturan daerah

dengan stakeholder dan instansi terkait untuk mendapatkan saran

dan masukan terhadap rancangan peraturan daerah dimaksud.

c. Pimpinan SKPD teknis yang membidangi mengajukan Draf

Rancangan Peraturan Daerah yang telah dibahas dengan

stakeholder dan instansi terkait kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah disertai dengan penjelasan dan/atau naskah akademik

apabila ada.

d. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah yang dikoordinasikan

oleh Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum untuk dilakukan

harmonisasi draf dengan SKPD terkait. Dalam melakukan

harmonisasi draf Rancangan Peraturan Daerah, Sekretaris Daerah

melalui Bagian hukum dapat mengundang SKPD teknis yang

membidangi dan SKPD lain yang ada kaitannya dengan bidang

Page 39: lap mgg 3

33

tugas dengan materi yang akan diatur untuk diadakan

pembahasan yang mendalam, penilaian materi dan

penyempurnaan materi serta teknik penyusunan peraturan

perundang-undangan.

e. Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum dapat melakukan

perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan

Peraturan daerah yang dikirim oleh SKPD teknis yang

membidangi sesuai dengan hasil rapat harmonisasi draf

Rancangan Peraturan Daerah dengan SKPD terkait.

f. Berdasarkan kajian tersebut materi tadi disusun oleh Bagian

Hukum menjadi suatu Rancangan Peraturan Daerah.

g. Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum mengajukan surat

pengantar Bupati perihal pengiriman Rancangan Peraturan

Daerah kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

h. Pengiriman Rancangan Peraturan kepada Ketua DPRD untuk

dilakukan pembahasan dan diagendakan dalam rapat-rapat

DPRD. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah atau Pimpinan SKPD

sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan dibentuk tim asistensi

dengan sekretariat berada pada Bagian Hukum. Selanjutnya

DPRD akan menjadwalkan pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah melalui Rapat Badan Musyawarah DPRD.

3. Proses Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Dengan DPRD

untuk Mendapatkan Persetujuan Bersama.

Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari inisiatif DPRD

(legislatif) atau inisiatif Bupati (eksekutif) dibahas oleh DPRD dan

Bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama. Adapun meknisme

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah pembahasan rancangan

peraturan daerah yang berasal dari inisiatif Bupati (eksekutif)

dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan yaitu pembicaraan

tingkat I dan pembicaraan tingkat II.

Page 40: lap mgg 3

34

a. Pembicaraan Tingkat I

1) Pembahasan rancangan peraturan daerah dengan DPRD pada

tahap ini dilakukan dalam rapat-rapat Paripurna DPRD

meliputi:

a) Rapat Paripurna I

Penjelasan Bupati dalam rapat paripurna mengenai

rancangan peraturan daerah. Penjelasan Bupati

disampaikan melalui Nota Pengantar Bupati Wonogiri

terhadap Rancangan Peraturan Daerah.

b) Rapat Paripurna II

- Pandangan umum fraksi terhadap Rancangan Peraturan

Daerah.

- Fraksi-fraksi memberikan pandangan terhadap

Rancangan Peraturan Daerah, pada umumnya berisi

tanggapan terhadap Rancangan Peraturan Daerah yang

berupa saran, pertanyaan, dan usul yang perlu dijadikan

pertimbangan oleh pihak eksekutif dalam pelaksanaan

Peraturan Daerah yang akan ditetapkan tersebut.

c) Rapat Paripurna III

Tanggapan dan/atau jawaban Bupati terhadap pandangan

umum fraksi DPRD.

2) Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan, komisi, atau

panitia khusus yang dilakukan bersama dengan Bupati atau

pejabat yang ditunjuk untuk mewakili. Dalam rapat ini

dilakukan pembahasan-pembahasan atas Rancangan

Peraturan Daerah secara intensif.

Untuk pembahasan ini dalam pelaksanaannya di Kabupaten

Wonogiri dilakukan melalui pembahasan di tingkat Panitia

Khusus. Untuk pembentukan Panitia Khusus dalam

pelaksanaannya di Kabupaten Wonogiri dibentuk sesuai

Page 41: lap mgg 3

35

Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibahas. Dalam rapat

Panitia khusus ini dilakukan pembahasan yang mendalam dan

intensif terhadap materi/subtansi yang diatur dalam

Rancangan Peraturan Daerah.

b. Pembicaraan Tingkat II (Rapat Paripurna IV) meliputi :

1) Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului

dengan :

a) Penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan

gabungan komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi

proses pembahasan, pendapat fraksi dan hasil

pembicaraan yang dilakukan bersama dengan Bupati atau

pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya;

b) Permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh

pimpinan rapat paripurna.

2) Pendapat Akhir Bupati

Pemberian kesempatan kepada Bupati untuk menyampaikan

pendapat akhir Bupati terhadap rancangan peraturan daerah.

3) Penandatanganan persetujuan bersama Raperda antara DPRD

dengan Bupati.

Dalam hal rancangan peraturan daerah yang tidak mendapat

persetujuan bersama antara DPRD dan Bupati, rancangan

Peraturan Daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam

masa persidangan masa itu.

4. Proses Setelah Mendapatkan Persetujuan Bersama

Rancangan Peraturan Daerah

a. Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama DPRD

dan Bupati disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati

untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

Page 42: lap mgg 3

36

b. Penyampaian rancangan Peraturan daerah tersebut dilakukan

dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak

tanggal persetujuan bersama.

c. Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah persetujuan bersama,

Bupati harus menetapkan Rancangan Peraturan Daerah yang

telah disetujui bersama dengan membubuhkan tanda tangan,.

Apabila dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama, Bupati

tidak menandatangani maka Rancangan Peraturan Daerah

tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan wajib diundangkan.

d. Peraturan Daerah disampaikan kepada Pemerintah paling lama 7

(tujuh) hari setelah ditetapkan.

e. Paling lama 60 (enam puluh) hari pemerintah memberikan

keputusan pembatalan atau pemberlakuan Peraturan Daerah.

Dalam rangka pengawasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah

dan Peraturan Daerah pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara :

1. Evaluasi

Pengkajian dan penilaian terhadap Rancangan peraturan

daerah untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan

umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Evaluasi dilakukan terhadap Rancangan Peraturan Daerah yang

mengatur tentang pajak daerah, retribusi daerah, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, dan tata ruang daerah, sebelum

disahkan oleh Kepala Daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh

Gubernur. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-

hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang

optimal.

2. Klarifikasi

Pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan Daerah untuk

mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau

Page 43: lap mgg 3

37

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan

Daerah diluar yang termasuk dalam evaluasi, yaitu setiap

Peraturan Daerah wajib disampaikan kepada Gubernur untuk

memperoleh klarifikasi. Peraturan Daerah yang bertentanga

dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat

dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

Di Kabupaten Wonogiri, Rancangan Peraturan Daerah

sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Daerah dikirim kepada

Gubernur melalui Biro Hukum untuk mendapatkan

evaluasi/klarifikasi. Gubernur melalui Biro Hukum mengundang

Bagian Hukum, SKPD teknis yang membidangi dan SKPD

terkait dengan Rancangan Peraturan Daerah untuk mengikuti

rapat evalausi/klarifikasi. Dalam rapat tersebut dilakukan

pembahasan, penilian dan kajian terkait dengan materi yang

diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah. Selanjutnya hasil

evalausi/klarifikasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah

dikirim kepada Bupati untuk ditindaklanjuti. Setelah diadakan

tindak lanjut sesuai dengan hasil evaluasi/klarifikasi tersebut,

maka Rancangan Peraturan Daerah dapat ditetapkan oleh Kepala

Daerah menjadi Peraturan Daerah. dan dilakukan pengundangan

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri oleh Sekretaris

Daerah.

Peraturan Daerah yang bertentangan dengan kepentingan

umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

dapat dibatalkan oleh Pemerintah. Keputusan pembatalan

Peraturan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden, paling

lama 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya Peraturan Daerah.

Sejak mendapatkan keputusan pembatalan, paling lama 7 (tujuh)

hari setelah keputusan pembatalan, Kepala Daerah harus

Page 44: lap mgg 3

38

memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah, dan selanjutnya

bersama DPRD mencabut Peraturan Daerah tersebut.

5. Pengundangan Peraturan Daerah

Agar Peraturan Daerah tersebut mempunyai kekuatan hukum

tepat dan mengikat, Peraturan Daerah tersebut harus diundangkan

agar setiap orang mengetahuinya yaitu dengan cara menempatkan

dalam Lembaran Daerah yang dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

Di Kabupaten Wonogiri Peraturan Daerah yang telah

ditetapkan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Wonogiri dilakukan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Wonogiri

dan untuk Penjelasan Atas Peraturan Daerah penempatannya dalam

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri. Sekretaris

Daerah menandatangi pengundangan Peraturan Daerah dengan

membubuhkan tanda tangan pada naskah Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah yang telah diundangkan sudah dapat diberlakukan

dan mempunyai kekuatan mengikat. Proses administrasi

pengundangan dan penomoran Peraturan Daerah, Lembaran Daerah

dan Tambahan Lembaran Daerah dilakukan di Bagian Hukum.

Dengan diundangkannya Peraturan Daerah maka Peraturan Daerah

tersebut sudah berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat

yang mengikat.

6. Penyebarluasan Peraturan Daerah.

Pemerintah Daerah wajib menyebarluaskan Peraturan Daerah

yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah, hal ini

dimaksudkan agar masyarakat mengerti, dan memahami maksud-

maksud yang terkandung dalam Peraturan Daerah dimaksud,

sehingga dapat melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Peraturan

Daerah tersebut. Penyebarluaskan dapat dilakukan melalui media

Page 45: lap mgg 3

39

cetak, media elektronik dan cara lainnya. Di Kabupaten Wonogiri

penyebarluasan Peraturan Daerah dilakukan melalui :

a. Penerbitan Himpunan Lembaran Daerah,

dan mengirimkan Himpunan Lembaran Daerah ke SKPD lain.

b. Pembuatan Compact Disk (CD) Peraturan

perundang-undangan, dan menyebarluaskannya kepada SKPD

lain.

c. Website www.wonogirikab.go.id yang bisa

diakses lewat internet.

d. Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat

B. Pembentukan dan Penyusunan Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten

Wonogiri

Peraturan kepala daerah Kabupaten Wonogiri dalam hal ini termasuk

salah satu produk hukum daerah. Prosedur penyusunan peraturan kepala

daerah Kabupaten Wonogiri dalam hal ini diatur dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri No 16 tahun 2006 Tentang Prosedur Penyusunan Produk

hukum Daerah. Penyusunan produk hukum daerah, yakni salah satunya

berupa penyusunan peraturan kepala daerah bersifat pengaturan yang

dilakukan berdasarkan Prolegda.

Pimpinan satuan kerja perangkat daerah menyusun rancangan

produk hukum daerah. Penyusunan produk hukum daerah dapat

didelegasikan kepada Biro Hukum atau Bagian Hukum. Penyusunan produk

hukum daerah sebagaimana dimaksud dibentuk Tim Antar Satuan Kerja

Perangkat Daerah. Tim sebagaimana yang dimaksud diketuai oleh Pimpinan

Satuan Kerja Perangkat Daerah pemrakarsa atau pejabat yang ditunjuk oleh

kepala daerah dan Kepala Biro Hukum atau Kepala Bagian Hukum

berkedudukan sebagai sekretaris.

Rancangan produk hukum daerah dilakukan pembahasan dengan

Biro Hukum atau Bagian Hukum dan satuan kerja perangkat daerah terkait.

Page 46: lap mgg 3

40

Pembahasan sebagaimana dimaksud menitikberatkan permasalahan yang

bersifat prinsip mengenai objek yang diatur, jangkauan, dan arah

pengaturan. Untuk selanjutnya Ketua Tim Antar Satuan Kerja Perangkat

Daerah melaporkan perkembangan rancangan produk hukum daerah

dan/atau permasalahan kepada Sekretaris Daerah untuk memperoleh arahan.

Rancangan produk hukum daerah yang telah dibahas harus

mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Bagian

Hukum dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah terkait. Pimpinan

satuan kerja perangkat daerah atau pejabat yang ditunjuk mengajukan

rancangan produk hukum daerah yang telah mendapat paraf koordinasi

kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau

penyempurnaan terhadap rancangan produk hukum daerah yang telah

diparaf koordinasi. Perubahan dan/atau penyempurnaan rancangan produk

hukum daerah dikembalikan kepada pimpinan satuan kerja perangkat daerah

pemrakarsa. Hasil penyempurnaan rancangan produk hukum daerah

disampaikan kepada Sekretaris Daerah setelah dilakukan paraf koordinasi

oleh Kepala Biro Hukum dan Kepala Bagian Hukum dan pimpinan satuan

perangkat daerah terkait.

Produk hukum daerah berupa rancangan peraturan daerah atau

sebutan lainnya yang diprakarsai oleh Kepala Daerah disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk dilakukan pembahasan. Dalam

rangka pembahasan peraturan daerah atau sebutan lainnya dibentuk Tim

Asistensi yang diketuai oleh Sekretaris Daerah atau pejabat yang ditunjuk

oleh Kepala Daerah. Pembahasan rancangan peraturan daerah atau sebutan

lainnya atas inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dikoordinasikan

oleh Sekretaris Daerah atau Pimpinan satuan Kerja perangkat daerah sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Pembahasan rancangan peraturan daerah di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, baik atas inisiatif pemerintah maupun atas inisiatif Dewan

Page 47: lap mgg 3

41

Perwakilan Rakyat Daerah, dibentuk tim asistensi dengan sekretariat berada

pada Biro Hukum atau Bagian Hukum.

Pimpinan satuan kerja perangkat daerah penyusun produk hukum

daerah yang bersifat penetapan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing. Produk hukum diajukan kepada sekretaris daerah setelah mendapat

paraf koordinasi dari Kepala Biro Hukum atau Kepala Bagian Hukum.

Produk hukum daerah yang bersifat penetapan ditandatangani oleh Kepala

Daerah. Penandatanganan produk hukum daerah yang bersifat penetapan

dapat didelegasikan kepada Sekretaris Daerah.

Penomoran produk hukum daerah dilakukan oleh Kepala Biro

Hukum atau Kepala Bagian Hukum sekretariat daerah. Penomoran produk

hukum daerah yang bersifat pengaturan menggunakan nomor bulat.

Penomoran produk hukum daerah yang bersifat penetapan mengggunakan

nomor kode kiasifikasi.

Produk hukum dalam bentuk peraturan daerah atau sebutan lainnya

yang telah ditetapkan dan diberikan nomor harus diundangkan dalam

lembaran daerah. Produk hukum dalam bentuk peraturan kepala daerah dan

peraturan bersama kepala daerah serta produk hukum yang bersifat

penetapan tertentu yang telah ditetapkan dan diberikan nomor harus

diumumkan dalam berita daerah.

Pengundangan peraturan daerah atau sebutan lainnya dan

pengumuman peraturan kepala daerah serta peraturan bersama kepala

daerah dilakukan oleh Sekretaris Daerah. Pengundangan peraturan daerah

atau sebutan lainnya dan pengumuman peraturan kepala daerah serta

peraturan bersama kepala daerah dapat didelegasikan kepada kepala Biro

Hukum atau Kepala Bagian Hukum. Produk hukum sebagaimana dimaksud

dalam sebelum disebarluaskan harus terlebih dahulu dilakukan autentifikasi.

Autentifikasi dilakukan oleh Kepala Biro Hukum atau Kepala Bagian

Hukum.

Pembiayaan berkaitan dengan penyusunan produk hukum daerah

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penggandaan,

Page 48: lap mgg 3

42

pendistribusian dan pendokumentasian produk hukum daerah dilakukan

oleh Biro Hukum atau Bagian Hukum dan satuan kerja perangkat daerah

pemrakarsa. Sosialisasi produk hukum dilakukan secara bersama-sama Biro

Hukum atau Bagian Hukum dengan satuan kerja perangkat daerah

pemrakarsa.

C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dalam Pembentukan dan

Mekanisme Penyusunan Peraturan Daerah Maupun Peraturan Kepala

Daerah Kabupaten Wonogiri dan Cara Penyelesaiannya

Dalam proses penyusunan pembentukan dan mekanisme penyusunan

Peraturan daerah maupun peraturan kepala daerah di Kabupaten Wonogiri

ada beberapa hambatan yang dihadapi antara lain :

1. Kurang pedulinya SKPD terhadap penyusunan Peraturan Daerah yang

harus segera dibentuk sesuai dengan yang diperintahkan dalam

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yang menyangkut

bidang tugasnya.

2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia di SKPD teknis yang membidangi

dalam hal penyusunan Rancangan Peraturan Daerah baik menyangkut

substansi maupun teknik penyusunan peraturan perundang-undangan

(legal drafting), sehingga dalam pembahasan-pembahasan baik rapat

harmonisasi Rancangan Peraturan Daerah maupun di tingkat Panitia

Khusus yang kurang maksimal.

3. Keterbatasan anggaran dari SKPD teknis yang membidangi yang

dialokasikan untuk penyusunan Peraturan Daerah, hal ini karena

kurangnya perencanaan dalam penyusunan Peraturan Daerah.

4. Dalam proses penyusunan pembentukan Peraturan Daerah, hanya

beberapa Rancangan Peraturan Daerah yang sudah dilengkapi dengan

Naskah Akademik

5. Keterlambatan penetapan Peraturan Daerah yang disebabkan adanya

perubahan jadwal pembahasan bersama DPRD, karena agenda

Page 49: lap mgg 3

43

pembahasan bersama DPRD dijadwalkan oleh DPRD sehingga kita

harus mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh DPRD.

6. Dalam hal evaluasi/klarifikasi dari Pemerintah Provinsi terhadap

Rancangan Peraturan Daerah membutuhkan waktu yang cukup lama,

sehingga hal ini dapat memperlambat proses penetapan Rancangan

Peraturan Daerah.

Langkah penyelesaian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Wonogiri dalam hambatan diatas adalah :

1. Sumber daya manusia di SKPD perlu ditingkatkan, khususnya perlu

adanya pelatihan bagi aparatur pemerintah daerah mengenai teknik

penyusunan peraturan perundang-undangan (legal drafting).

2. Kepedulian SKPD terhadap penyusunan pembentukan Peraturan

Daerah yang menjadi kewajibannya sesuai yang diamanatkan dalam

peraturan-perundangan yang lebih tinggi.

3. Perlu perencanaan dan persiapan anggaran dalam rangka peyusunan

pembentukan Peraturan Daerah.

4. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah oleh SKPD teknis

yang membidangi hendaknya dilengkapi dengan Naskah Akademik.

5. Penjadwalan yang tepat waktu dan tidak berubah-ubah dalam

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di DPRD sehingga Peraturan

Daerah dapat ditetapkan sesuai dengan waktu yang ditelah ditentukan

sebelumnya.

6. Peningkatan penggunaan hak inisiatif DPRD dalam penyusunan

Peraturan Daerah karena DPRD mempunyai fungsi legislasi.

7. Perlunya koordinasi dengan Pemerintah Provinsi terkait dengan proses

evaluasi/klarifikasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah agar

prosesnya tidak terlalu lama.

Page 50: lap mgg 3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Proses penyusunan pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten

Wonogiri dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah berdasarkan program

legislasi daerah (prolegda), yang disusun ssecara sistematis dan

sederhana.

2. Proses penyiapan Rancangan Peraturan Daerah, dimana penyusunan

draf Rancangan Peraturan Daerah oleh SKPD teknis yang

membidangi dilengkapi dengan penjelasan dan naskah akademik, dan

disosialisasikan dengan stakeholder terkait.

3. Proses Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Dengan DPRD

Untuk Mendapatkan Persetujuan Bersama.

4. Proses Setelah Mendapatkan Persetujuan Bersama Rancangan

Peraturan Daerah yang telah disetujui bersama DPRD dan Bupati

disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan

menjadi Peraturan Daerah. Rancangan Peraturan Daerah sebelum

ditetapkan menjadi Peraturan Daerah dikirim kepada Gubernur

melalui Biro Hukum untuk mendapatkan evaluasi/klarifikasi. Setelah

mendapat evaluasi/klarifikasi dari Gubernur maka segera dilakukan

tindak lanjut sesuai hasil evaluasi/klarifikasi tersebut, dan Rancangan

Peraturan Daerah dapat ditetapkan oleh Bupati menjadi Peraturan

Daerah.

5. Pengundangan Peraturan Daerah diundangkan dalam Lembaran

Daerah Daerah Kabupaten Wonogiri oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten Wonogiri yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Bupati.

44

Page 51: lap mgg 3

45

6. Penyebarluasan Peraturan Daerah dilakukan dengan penerbitan dalam

Himpunan Lembaran Daerah, pembuatan Compact Disk (CD)

peraturan perundang-undangan, melalui website

www. wonogiri kab.go.id dan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat.

Prosedur penyusunan peraturan kepala daerah Kabupaten Wonogiri

dalam hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 16 tahun

2006 Tentang Prosedur Penyusunan Produk hukum Daerah yang meliputi:

1. Penyusunan produk hukum daerah, yakni salah satunya berupa

penyusunan peraturan kepala daerah bersifat pengaturan yang

dilakukan berdasarkan Prolegda.

2. Pimpinan satuan kerja perangkat daerah menyusun rancangan produk

hukum daerah. Penyusunan produk hukum daerah dapat didelegasikan

kepada Biro Hukum atau Bagian Hukum. Rancangan produk hukum

daerah dilakukan pembahasan dengan Biro Hukum atau Bagian

Hukum dan satuan kerja perangkat daerah terkait.

3. Rancangan produk hukum daerah yang telah dibahas harus

mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Bagian

Hukum dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah terkait. Sekretaris

Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap

rancangan produk hukum daerah yang telah diparaf koordinasi.

4. Produk hukum daerah berupa rancangan peraturan daerah atau sebutan

lainnya yang diprakarsai oleh Kepala Daerah disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk dilakukan pembahasan.

5. Pembahasan rancangan peraturan daerah di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, baik atas inisiatif pemerintah maupun atas inisiatif Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dibentuk tim asistensi dengan sekretariat

berada pada Biro Hukum atau Bagian Hukum. Pimpinan satuan kerja

perangkat daerah penyusun produk hukum daerah yang bersifat

penetapan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Page 52: lap mgg 3

46

6. Penomoran produk hukum daerah dilakukan oleh Kepala Biro Hukum

atau Kepala Bagian Hukum sekretariat daerah. Produk hukum dalam

bentuk peraturan daerah atau sebutan lainnya yang telah ditetapkan

dan diberikan nomor harus diundangkan dalam lembaran daerah.

7. Pengundangan peraturan daerah atau sebutan lainnya dan

pengumuman peraturan kepala daerah serta peraturan bersama kepala

daerah dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

Dalam proses penyusunan pembentukan Peraturan Daerah di

Kabupaten Wonogiri ada hambatan-hambatan yang timbul antara lain :

kurang pedulinya SKPD terhadap penyusunan Peraturan Daerah,

keterbatasan Sumber Daya Manusia di SKPD teknis yang membidangi

dalam hal penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, keterbatasan

anggaran, Rancangan Peraturan Daerah banyak yang belum dilengkapi

dengan naskah akademik, proses evaluasi/klarifikasi di Provinsi dan

adanya tumpah tindih aturan yang lebih tinggi.

Langkah penyelesaian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Wonogiri dalam mengurangi hambatan diatas adalah: perlu perencanaan

dan persiapan anggaran dalam rangka peyusunan pembentukan Peraturan

Daerah, peningkatan penggunaan hak inisiatif DPRD dalam penyusunan

Peraturan Daerah karena DPRD mempunyai fungsi legislasi, dan perlunya

koordinasi dengan Pemerintah Provinsi terkait dengan proses

evaluasi/klarifikasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah agar prosesnya

tidak terlalu lama.

B. Saran

1. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai proses pembentukan peraturan daerah yakni

dengan memperhatikan perencanaan dan persiapan anggaran Daerah.

Page 53: lap mgg 3

47

2. Dalam pembentukan peraturan daerah perlu adanya kesesuaian antara

peraturan daerah yang akan dibuat dengan permasalahan yang terjadi di

masyarakat.

3. Perlu adanya bantuan dari lembaga independen untuk mengawasi dan menilai

proses pembentukan peraturan daerah. Agar pengawasan dan penilaian

terhadap pembentukan peraturan daerah tersebut dapat dilaksanakan secara

lebih objektif.

Page 54: lap mgg 3

48

DAFTAR PUSTAKA

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Departemen Dalam Negeri Tahun

2006, Jakarta, Biro Hukum Sekretariat Jendral Departemen Dalam Negeri.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), 2003

UU 28 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2006 tentang Prosedur

Penyusunan Produk Hukum Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis tata

Cara Kerja Sama Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri

Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 2 tahun 2010 tentang Prosedur Penyusunan

Produk Hukm Daerah

Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 87 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas

Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 48 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan

Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Peraturan Daerah,

Peraturan Bupati, Peraturan Bersama Kepala Daerah, Keputusan Bupati dan

Instruksi Bupati

Page 55: lap mgg 3

49

LAMPIRAN

Lampiran I : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006

tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah.

Lampiran II : Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 11 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Wonogiri.

Lampiran III : - Bagan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri

- Bagan Organisasi Sekretariat Daerah Wonogiri