lap jamu

8
A. Hari, tanggal Selasa, 16 April 2013 B. Judul Pemeriksaan Bahan Kimia obat C. Metode Kromatografi Lapis Tipis D. Tujuan Mengetahui kandungan zat dalam suatu jamu E. Prinsip Pemisahan zat didasarkan pada kecepatan migrasi antar partikel penyusun, ukuran partikel dan kelarutan zat aktif dalam fase gerak F. Dasar Teori Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu metode pemisahan senyawa kimia berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fasa diam dan fasa gerak. Eluen yang baik adalah eluen yang bisa memisakan senyawa dalam jumlah yang banyak dan di tandai dengan munculnya noda (Rompas) Fase gerak atau pelarut pengembang akan bergerak naik sepanjang fase diam karena adanya gaya kapilaritas pada sistem pengembangan menaik (ascending). Pemilihan fase gerak baik untuk TLC maupun HPTLC didasarkan pada keterpisahan senyawa-senyawa dalam analit yang didasarkan pada nilai Rf atau hRf (100Rf). Nilai Rf diperoleh dari membagi jarak pusat kromatografik dari titik awal dengan jarak pergerakan pelarut dari titik awal (Ganjar dan Rochman, 2007). Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri.

Transcript of lap jamu

Page 1: lap jamu

A. Hari, tanggal

Selasa, 16 April 2013

B. Judul

Pemeriksaan Bahan Kimia obat

C. Metode

Kromatografi Lapis Tipis

D. Tujuan

Mengetahui kandungan zat dalam suatu jamu

E. Prinsip

Pemisahan zat didasarkan pada kecepatan migrasi antar partikel penyusun,

ukuran partikel dan kelarutan zat aktif dalam fase gerak

F. Dasar Teori

Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu metode pemisahan senyawa kimia

berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fasa diam dan fasa gerak. Eluen yang

baik adalah eluen yang bisa memisakan senyawa dalam jumlah yang banyak dan di

tandai dengan munculnya noda (Rompas)

Fase gerak atau pelarut pengembang akan bergerak naik sepanjang fase diam

karena adanya gaya kapilaritas pada sistem pengembangan menaik (ascending).

Pemilihan fase gerak baik untuk TLC maupun HPTLC didasarkan pada keterpisahan

senyawa-senyawa dalam analit yang didasarkan pada nilai Rf atau hRf (100Rf). Nilai Rf

diperoleh dari membagi jarak pusat kromatografik dari titik awal dengan jarak

pergerakan pelarut dari titik awal (Ganjar dan Rochman, 2007).

Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun

panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena obat ini

dapat berkhasiat menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat

yang bersifat analgesik dan antipiretik ini mengandung zat aktif yang disebut

asetaminofen atau yang lebih dikenal dengan parasetamol (Rachdiati, 2008).

Page 2: lap jamu

G. Reaksi (punya NR diisi struktur kimia)

1. Struktur kimia metampiron

2. Struktur kimia asetosal

H. Alat

1. Chamber kromatografi

2. Silika gel

3. Kertas saring whatman

4. Gelas kimia

5. Corong

6. Tabung reaksi

7. Tabung mikrokapiler

8. Pipet ukur

9. Kertas timbang

10. Neraca

11. Lampu UV

12. Mortir dan alu

I. Bahan

1. Jamu asam urat

2. Standar metampiron

3. Standar asetosal

J. Pereaksi

1. 1,2 dikloroetan

2. Etanol

3. Aceton

Page 3: lap jamu

4. Etil acetat

5. Asam acetat glasial

6. heksana

K. Cara Kerja

1. Menimbang 1,5 gram serbuk, dimasukkan dalam tabung reaksi

2. Menambahkan 5 ml methanol. Diamkan hingga mengendap.

3. Ulangi proses ekstraksi tersebut (no.3)

4. Filtrat diuapkan hingga volume kira-kira 2 ml

5. Lakukan kromatografi dengan kondisi sebagai berikut :

Fase diam = silica gel

Fase gerak = toluene : asam asetat glacial : dietil eter : methanol

(12 : 3 : 3 : 2)

Penjenuhan = 1 jam dengan kertas saring

Jarak antar bercak = 1,5 cm

Jarak rambat = 12-15 cm

Penampak bercak = 1. UV 254/366 nm

2. Iodin

7. Mengukur jarak tempuh bercak dan jarak tempuh eluen (Rf)

11

5 cm

1,5 cm

0,5 cm

8 cm

Page 4: lap jamu

L. Hasil

Nilai Rf asetosal : 5,68

Nilai Rf metampiron: 4,58

Nilai Rf sampel : 6,58

M. Pembahasan

Dalam percobaan metode kromatografi lapis tipis ini, chamber harus jenuh.

Penjenuhan ini dapat dilakukan dengan kertas saring. Penjenuhan dilakukan agar

kecepatan penguapan di tiap sisi (totolan) sama. Setelah jenuh, barulah silica gel

berisi totolan dimasukkan. Proses ini harus dilakukan dengan cepat, sebab

apabila chamber terlalu lama terbuka maka kejenuhan akan berkurang dan

menyebabkan timbulnya gelombang pada kertas saring. Proses penotolan

sampel dan standar pun harus dilakukan dengan hat-hati. jangan sampai totolan

satu dengan yang lainnya bergabung. Berdasarkan praktikum yang dilakukan

diketahui bahwa nilai Rf sampel tidak mendekati nilai Rf metampiron dan

asetasol.Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel obat tersebut tidak

mengandung metampiron dan asetosal.

N. Kesimpulan

Page 5: lap jamu

Dari praktikum yang dilakukan disimpulkan bahwa sampel obat tidak

mengandung metampiron dan asetosal.

Mengetahui,

Pembimbing Praktikum

TIM TOKSIKOLOGI P

Yogyakarta, 26 April 2013

Praktikan,

Purbowo Adi Nugroho

P07134111062

Page 6: lap jamu

Laporan Praktikum Toksikologi

Disusun oleh :

Purbowo Adi Nugroho

NIM : P07134111062 / 27

Reguler / IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2013