lap case letak lintang oke.docx

46
LAPORAN KASUS KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “I” DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI LETAK LINTANG DI RUANGAN BERSALIN RSUD PARIAMAN Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan di RSUD Pariaman Periode 8 Juli – 3 Agustus 2013 OLEH : RAHMADONA BP. 1121228046 DOSEN PEMBIMBING : Dr. FERDINAL FERRY, Sp.OG (K)

Transcript of lap case letak lintang oke.docx

LAPORAN KASUSKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI LETAK LINTANG DI RUANGAN BERSALIN RSUD PARIAMAN

Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan di RSUD Pariaman Periode 8 Juli 3 Agustus 2013

OLEH :RAHMADONABP. 1121228046

DOSEN PEMBIMBING :Dr. FERDINAL FERRY, Sp.OG (K)

PROGRAM MAGISTER ILMU KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG2013iii

LEMBARAN PERSETUJUAN

Laporan kasus yang berjudul Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. I dengan Sectio Caesarea atas indikasi letak lintang di ruang bersalin RSUD Pariaman ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Dosen Pembimbing,

Dr. Ferdinal Ferry, Sp.OG (K)Padang, 13 Juli 2013Mahasiswa,

Rahmadona

Mengetahui, Ketua Program Studi,

Dr. Yusrawati, Sp.OG (KFM)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUANiiDAFTAR ISIiiiDAFTAR GAMBARivBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Tujuan Penulisan21.Tujuan umum22.Tujuan Khusus2BAB II TINJAUAN TEORITIS3A.Definisi3B.Klasifikasi4C.Etiologi4D.Patofisiologi5E.Diagnosis6F.Mekanisme Persalinan8F. Penatalaksanaan13G. Prognosis16BAB III TINJAUAN KASUS18BAB IV KAJIAN / ANALISA ASUHAN KEBIDANAN21BAB V PENUTUP23A.Kesimpulan23B. Saran24TINJAUAN KEPUSTAKAAN25

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang11Gambar 2. 2. Diagnosis dan Penatalaksanaan letak lintang12Gambar 2. 3. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung13Gambar 2. 4. Conduplacatio corpora14Gambar 2. 5. Cara Denman15Gambar 2. 6. Cara Douglas15Gambar 2. 7. Penatalaksanaan Letak Lintang dalam Persalinan20

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar BelakangLetak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). (Saifuddin, 2011; Cunningham et al, 2013)Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik di Mayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun (Cunningham et al, 2013). Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain: RSUD dr.Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%; RSUP dr. Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan Greenhill menyebut 0,3% dan Holland 0,5-0,6%. Insidens pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinanan 10 kali lebih besar dari nullipara (Saifuddin, 2011).Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya.Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin.

B.Tujuan Penulisan1. Tujuan umumMelakukan kajian kasus persalinan pada Ny. M dengan letak lintang di ruang bersalin RSUD Pariaman.2. Tujuan Khususa. Membahas tentang teoritis mengenai letak lintang dan persalinan dengan sectio caesarea b. Melakukan kajian kasus pada Ny. I dengan letak lintang di ruang bersalin RSUD Pariaman

4

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A.Definisi Letak lintang (transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 900. Jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Karena biasanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder presentation (Mochtar, 1998)Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus) dengan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul (Saifuddin, 2011 dan Cunningham et al, 2013)Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior). (Sarwono, 2005)B.Klasifikasi1. Menurut letak kepala terbagi atas :a. Lli I: Kepala di kirib. Lli II: Kepala di kanan2. Menurut posisi punggung terbagi atas :a. Dorso anterior (di depan)b. Dorso posterior (di belakang)c. Dorso superior (di atas)d. Dorso inferior (di bawah)

C.Etiologi1. Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Wanita dengan paritas atau lebih memiliki insiden letak lintang 10 kali lipat disbanding wanita nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.2. Janin premature, pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin sehingga menyebabkan letak memanjang3. Plasenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya placenta atau tumor dijalan lahir maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.4. Abnormalitas uterus, bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir5. Cairan amnion berlebih (hidramnion) dan kehamilan kembar6. Panggul sempit, bentuk panggul yang sempit mengakibakan bagian presentasi tidak dapat masuk kedalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.7. kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus(Saifuddin, 2011; Cunningham et al, 2013; Unpad, 2008; Oxorn dan Forte, 2010; Norwitz dan Schorge, 2008)

D.PatofisiologiDistosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula, dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri, bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat meninggal ( Saifuddin, 2009; Mochtar, 1998)

E.DiagnosisAdanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus sehingga lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya (Saifuddin, 2011; Cunningham et al, 2013). Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisiss juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya mrnunjukkan letak dimana kepala janin berada. Kalau ketiak menutup kekiri, kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya kalau ketiak menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Denyut jantung janin ditemukan disekitar umbilikus. Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui.Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya klavikula.

Gambar 2. 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang

Pada pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba, dapat dikenali dengan adanya rasa bergerigi dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, skapula dan klavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat dibedakan. Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan perut ibu; bila punggungnya di posterior, teraba nodulasi ireguler yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung. Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah satu tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati vulva ( Cunningham et al, 2013)

Gambar 2. 2. Diagnosis dan Penatalaksanaan letak lintang

F.Mekanisme PersalinanPada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan diabiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul (Saifuddin, 2011; Cunningham et al, 2013). Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep, sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalam rongga perut) atau kondisi dimana his menjadi lemah karena otot rahim kecapaian dan timbulah infeksi intrauterine sampai terjadi tymponia uteri.

Gambar 2. 3. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung

Ibu juga berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi, dan sering kali meninggal pula. Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800gr) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan evolusio spontanea dengan 2 variasi yaitu 1) mekanisme dari Denman dan 2) mekanisme dari Douglas. (Saifuddin, 2011; Cunningham et al, 2013; Unpad, 2008).

Gambar 2. 4. Conduplacatio corpora

Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.

Gambar 2. 5. Cara Denman

Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin (Saifuddin, 2011; Cunningham et al, 2013; Unpad, 2008).

Gambar 2. 6. Cara Douglas

Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas panggung tidak tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada letak memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah lebih dulu pecah sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban pecah, maka tidak ada lagi tekanan pada bagian bawah, sehingga persalinan berlangsung lebih lama.His berperan dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan kontraksi yang semakin kuat, maka anak makin terdorong ke bawah. Akibatnya tubuh anak menjadi membengkok sedikit, terutama pada bagian yang mudah membengkok, yaitu di daerah tulang leher. Ini pun disebabkan karena biasanya ketuban sudah lekas pecah dan karena tak ada lagi air ketuban, maka dinding uterus lebih menekan anak di dalam rahim. Dengan demikian bagian anak yang lebih rendah akan masuk lebih dulu ke dalam pintu atas panggul, yaitu bahu anak. Karena pada letak lintang pintu atas panggul tidak begitu tertutup, maka tali pusat seringkali menumbung, dan ini akan memperburuk keadaan janin.Bila pembukaan telah lengkap, ini pada awalnya tidak begitu jelas tampaknya. Karena tidak ada tekanan dari atas oleh bagian anak pada lingkaran pembukaan, makan lingkaran ini tidak dapat lenyap sama sekali, senantiasa masih berasa pinggirnya seperti suatu corong yang lembut. Penting untuk diketahui, bahwa tidak ada pembukaan yang benar-benar lengkap pada letak lintang seperti halnya pembukaan lengkap pada letak memanjang. Tandanya pembukaan itu sudah lengkap adalah lingkaran pembukaan itu mudah dilalui oleh kepalan tangan pemeriksa, sedangkan pada pembukaan yang belum lengkap, kepalan tangan pemeriksa sukar untuk memasuki lingkaran tersebut.Lain halnya dengan letak memanjang, pada letak lintang setelah pembukaan lengkap, karena his dan tenaga mengejan, badan anak tidak dapat dikeluarkan dari rongga rahim, akan tetapi sebagian besar masih di dalam uterus, meskipun tubuh anak menjadi semakin membengkok..Jika ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi suatu letak lintang kasep, dimana tubuh anak tidak dapat lagi didorong ke atas. Letak lintang kasep terjadi bukanlah karena lamanya persalinan, namun faktor yang penting ialah karena faktor kuatnya his. Pada letak lintang kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan karena kompresi pada tali pusat, perdarahan pada plasenta, ataupun cedera organ dalam karena tubuh anak terkompresi dan membengkok.Bila keadaan kasep ini dibiarkan saja, makan dapat terjadi ruptur uteri yang sangat berbahaya pada bagi ibu.

F. PenatalaksanaanApabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus melakukan pemeriksaan dengan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa yang dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan sehingga bila terjadi perubahan letak dapat segeraditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang menjadi presentasi kepala bila pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap.b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.c. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancar atau tidak.Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir,ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi (Saifuddin, 2011; Phenoll dan ML,1994)Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang tergantung dari posisi punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada segmen bawah rahim dilakukan bila posisi punggung janin adalah dorso superior. Bila janin dorso inferior dan pada keadaan-keadaan lain dimana insisi segmen bawah rahim tidak dapat dilakukan, maka insisi klasik (korporal) dapat dilakukan ( Cunningham et al, 2013)

Gambar 2. 7. Penatalaksanaan Letak Lintang dalam Persalinan

G. PrognosisMeskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yang sering dilakukan,tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan robekan jalan lahir lainnya. Angka kematian ibu berkisar antara 0-2% (RS Hasan Sadikin Bandung,1996), sedangkan angka kematian janin diRumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan 23,3% dan di RS Hasan Sadikin Bandung 18,3%.

-

19

BAB IIITINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI LETAK LINTANG PADA NyI DI RUANG BERSALIN RSUD PARIAMAN

No. MR : 04 34 70Tanggal masuk : 08 Juli 2013 Pukul : 13.00 wibA. ANAMNESIS1. Data SubyektifIstriNama: Ides Mulyani Umur: 32 tahunSuku: Minang Bangsa : IndonesiaAgama: IslamPendidikan: SMPPekerjaan: Ibu rumah tanggaAlamat rumah: Kampung PerakSuamiNama: FirmansyahUmur: 33 tahunSuku: Minang (Koto)Bangsa : IndonesiaAgama: IslamPendidikan: SMPPekerjaan: WiraswastaAlamat rumah: Kampung Perak

Keluhan masuk ruang bersalin :Pasien hamil anak ke-4 masuk ruang bersalin kiriman dari poli KB pukul 13.00 WIB tanggal 8-7-2013 dengan dengan keluhan sakit pinggang menjalar ke ari-ari. HPHT tanggal 10-10-2012 TP tanggal 17-7-2013 usia kehamilan 39-40 minggu. Pasien rencana SC+ kontap Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang laluPasien saat ini hamil anak ke 4, ibu pernah punya riwayat abortus 1 kali (G4P2A1H2).

Riwayat kehamilan sekarang HPHT lupa (10-10-12), siklus haid teratur, haid biasanya 6 hari, ANC dilakukan di Bidan, ibu tidak pernah mendapat imunisasi TT selama kehamilan, gerakan janin sudah dirasakan ibu sejak kehamilan 20 minggu, gerak janin 24 jam terakhir ada,

Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM atau kelahiran kembar

2. Data Objektif a. Pemeriksaan FisikKeadaan umum ibu sedang, kesadaran kompos mentis, TTV normal (TD 120/80 mmhg, N 80x/mnt, R 20 .x/menit, S 36,7.), wajah dan konjungtiva tidak pucat, payudara simetris, putting susu menonjol dan ada pengeluaran kolostrum, pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan dan tidak ditemukan bekas operasi atau benjolan, pemeriksaan ekstremitas tidak ditemukan kelainan dan reflek patela positif

b. Pemeriksaan Kebidanan Palpasi uterusPembesaran TFU sesuai usia kehamilan, asimetris, 3 jari bawah px, letak janin melintang, his tidak ada, gerak janin (+)Auskultasi DJJFrekuensi 142 x/mnt, irama teratur, intensitas kuat Pemeriksaan VaginalJam : 09.00 wib tanggal 8-7-2012 Pemeriksaan dalam VT pembukaan belum ada, selaput ketuban utuh, blood slym (+) imbang fetofelvik baik

3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium tanggal 8-7-2013Darah Rutin : Hb: 13,1 gr % Leukosit: 10.310/ m3 Eritrosit: 5.060.000/ mm3 Trombosit: 171.000/ mm3 Hematokrit: 37 vol % Waktu pembekuan darah : 3 30 Waktu perdarahan: 3 30 Golongan darah: B

Kimia Rutin Rondum: 89 mg/dl SGOT: 25 SGPT: 10Urinalisa: Protein (+) satu

B. AssesmentNy. I G4P2A1H2 aterm 39-40 minggu dengan letak lintang

C. Planning Informasikan hasil pemeriksaan Kontrol TTV Pantau BJA Kolaborasikan kasus pasien dengan dokter spesialis obsgyn, hasil kolaborasi : pasien direncanakan SC + kontap Lakukan informed consent untuk tindakan SC, hasil : pasien setuju Melakukan persiapan pasien untuk di SC Beri support mental dan semangati ibu menghadapi rencana operasi Setelah persiapan SC selesai pasien di antar ke ruang OK Setelah SC, pasien rencana dirawat di ruang perawatan

Follow up post SC tanggal 8-7-2013 dinas sore :K/u pasien sedang, TD 110/70mmhg, N 80x/mnt P, 26 x/mnt, S 36OC, Pasien Post SC + kontap, bayi Ny.I lahir dengan BB 3100 gr, JK , PB 47, A/S 7/8.

BAB IVKAJIAN / ANALISA ASUHAN KEBIDANAN

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. Etiologi pada letak lintang adalah multiparitas, janin prematur, adanya kelainan letak plasenta atau tumor di jalan lahir, polihidramnion, gemelli, bentuk uterus yang abnormal, dan lumbar skoliosis. Pada kasus Ny.I ini faktor risiko terjadinya letak lintang adalah multiparitas karena saat ini ibu hamil anak ke-4Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik, inspeksi ditemukan perut melebar atau membesar asimetris. Pada palpasi, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, fundus uteri dan bagian bawah kosong, dan kepala teraba di kanan atau di kiri. Pada auskultasi, denyut jantung janin terdengar di sekitar umbilikus. Pada kasus ini, pada inspeksi perut ibu terlihat melebar, tinggi fundus uteri 30 cm dengan usia kehamilan 39-40 minggu, posisi kepala teraba di sebelah kiri perut ibu, denyut jantung janin 147 x/menit, reguler, terdengar di sekitar umbilikus.Berdasarkan teori, apabila pada pemeriksaan ditemukan letak lintang, versi luar dapat dilakukan apabila memenuhi syarat dan kontraindikasi. Diusahakan diubah menjadi presentasi kepala atau bokong. Bila versi luar gagal dilakukan atau terdapat kontraindikasi maka dilanjutkan dengan sectio caesarea. Tindakan ini merupakan pertolongan pertama pada letak lintang. Pada kasus ini, versi luar tidak dilakukan pada ibu karena syarat dilakukan versi luar belum terpenuhi antara lain karena kurangnya penolong yang kompeten dalam melakukan versi luar, kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan versi luar ditambah lagi risiko yang mungkin timbul bagi ibu dan janin bila dilakukan versi luar misalnya ruptur uteri dan trauma pada ibu dan janin ibu. Ny.I ini juga berencana steril (kontap) karena anak sudah banyak, maka tindakan sectio caesarea dijadikan pilihan untuk penatalaksanaan letak lintang disbanding versi luar dengan pertimbangan risiko terhadap ibu dan janin tersebut.

BAB V PENUTUP

A.KesimpulanLetak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus) dengan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggulPenyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Penyebab lainnya adalah janin premature, plasenta previa, tumor jalan lahir, abnormalitas uterus, polihidramnion, dan panggul sempit. Untuk kasus Ny.I ini, factor risiko letak lintang adalah multiparitasDiagnosis letak lintang, pada pemeriksaan fisik, inspeksi ditemukan perut melebar atau membesar asimetris. Pada palpasi, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, fundus uteri dan bagian bawah kosong, dan kepala teraba di kanan atau di kiri. Pada auskultasi, denyut jantung janin terdengar di sekitar umbilicus. Untuk kasus NY.I ini, pada inspeksi perut ibu terlihat melebar, tinggi fundus uteri 30 cm dengan usia kehamilan 39-40 minggu, posisi kepala teraba di sebelah kiri perut ibu, denyut jantung janin 147 x/menit, reguler, terdengar di sekitar umbilikus.

Penangangan letak lintang, berdasar teori sebenarnya dipertimbangkan untuk versi luar, namun untuk kasus Ny.I karena ibu berencana kontap dan pertimbangan komplikasi yang mungkin timbul bila versi luar dilakukan, maka untuk kasus Ny.I tindakan yang dilakukan adalah Sectio Caesarea.

B. SaranUntuk kasus sectio caesarea atas indikasi letak lintang atau indikasi apapun, perlu perhatian terhadap persiapan pasien sectio terutama persiapan mental pra operasi. Pengurangan rasa cemas dan ketakutan akan membantu koping pasien dalam menghadapi prosedur tindakan sectio caesarea.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Cunningham, F.G, et al. 2013. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc GrawHill: New York

Fraser, D dan Cooper, M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta. EGC

JNPK-KR, 2008. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). JNPK-KR. 2008.

Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar dasar Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta

Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. EGC. Jakarta

NICE. 2007. Intrapartum Care. Clinical Guideline. NICE. UK

Norwitz E dan Schorge J. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Erlangga, Jakarta

Oxorn H dan Forte W. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Andi offset dan yayasan essential Medica. Yogyakarta

Pernolls & ML. 1994. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics & Ginecology. 10th ed. America Mcgraw-Hill International Edition,

Saifuddin. 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.____________, 2009. Buku Acuan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

_____________, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo dan JNPK-KR. Jakarta.

Unpad. 1984. Obstetri Patologi. Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. Bandung.