lap case hamil+hipertensi kronik+riwayat SC atas indikasi CPD
-
Upload
rahmadona-syafri -
Category
Documents
-
view
42 -
download
1
Transcript of lap case hamil+hipertensi kronik+riwayat SC atas indikasi CPD
LAPORAN KASUS
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “Y” G2P1A0H1 USIA KEHAMILAN 36-37 MINGGU, ANAK HIDUP, TUNGGAL,
INTRAUTERIN, PRESENTASI KEPALA DENGAN HIPERTENSI KRONIS DI RUANGAN
POLIKLINIK KEBIDANAN RSUD PARIAMAN
Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan
di RSUD Pariaman Periode 8 Juli – 3 Agustus 2013
OLEH :
RAHMADONABP. 1121228046
DOSEN PEMBIMBING :Dr. ALADIN, Sp.OG (K)
PROGRAM MAGISTER ILMU KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG2013
1
LEMBARAN PERSETUJUAN
Laporan kasus yang berjudul “Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. “Y”
G2P1A0H1 Usia Kehamilan 36-37 minggu, anak hidup, tunggal, intrauterine,
presentasi kepala dengan hipertensi kronis di ruang Poliklinik Kebidanan RSUD
Pariaman ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.
Dosen Pembimbing,
Dr. Aladin, Sp.OG (K)
Padang, 27 Juli 2013Mahasiswa,
Rahmadona
Mengetahui, Ketua Program Studi,
Dr. Yusrawati, Sp.OG (KFM)
ii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................1
B.Tujuan Penulisan....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................4
A.Hipertensi Dalam Kehamilan.................................................................................4
B.Hipertensi Kronis...................................................................................................6
1. Diagnosis Hipertensi Kronis............................................................................6
2.Faktor Risiko Hipertensi Kronis.......................................................................7
3..Efek Hipertensi Kronis pada Kehamilan.........................................................8
C. Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Kehamilan.....................................................9
D. Peran Bidan Dalam Kasus Hipertensi Kronis.....................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................13
BAB IV KAJIAN / ANALISA ASUHAN KEBIDANAN.........................................19
BAB V PENUTUP......................................................................................................23
A.Kesimpulan..........................................................................................................23
B.Saran.....................................................................................................................23
TINJAUAN KEPUSTAKAAN...................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hingga saat ini, hipertensi dalam kehamilan masih merupakan
masalah kesehatan serius di bidang obstetri di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia setiap menit
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan. Dari jumlah kematian maternal,
prevalensi paling besar adalah pre-eklampsia dan eklampsia
sebesar 12,9% dari keseluruhan kematian ibu. Insidensi pre
eklamsia di Indonesia sekitar 3 – 10%, menyebabkan mortalitas
maternal sebanyak 39.5% pada tahun 2001, dan sebanyak 55.56%
pada tahun 2002 (Roeshadi, 2004).
Hipertensi kronis merupakan salah satu komplikasi tersering
yang terjadi selama kehamilan. Podymow dan August menyatakan
insiden sebesar 3% pada tinjauannya.(Cunningham et al, 2013).
Sebagian besar wanita dengan hipertensi sebelum kehamilan
menunjukkan peningkatan kontrol tekanan darah selama
kehamilan. Namun pada wanita lainnya, terdapat perburukan
hipertensi yang dapat disertai proteinuria, gejala-gejala dan
konvulsi. Kelompok wanita ini kadang tidak dapat dibedakan 1
dengan wanita normotensif yang mengalmi pre eklampsia pada
kehamilan pertamanya (Cunningham et al, 2013).
Hipertensi pada kehamilan memiliki resiko baik terhadap ibu
dan juga janinnya. Pada ibu, hipertensi dapat menjadi pre eklamsia
atau eklamsia yang mengancam jiwa. Sedangkan pada bayi akan
menyebabkan kematian perinatal, 5% bayi lahir dengan kelainan
congenital. Biasanya pada kehamilan pertama, 8 – 10% bayi akan
lahir premature (kurang dari 34 minggu) sebagai konsekuensi dari
pre eklamsia, tapi pada wanita dengan pre eklamsia berat, 50%nya
mengalami kelahiran preterm (Cunningham et al, 2013; Saifuddin,
2011; Oxorn dan Forte, 2010).
Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama
beberapa dekade, hipertensi yang dapat menyebabkan atau
memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum
terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu
hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada
kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia
kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul
pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti
kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35
tahun dan sebab lainnya (Cunningham, et al, 2013).
2
Selama melakukan observasi di poliklinik kebidanan RSUD Pariaman,
penulis mendapatkan kasus seorang wanita hamil yang datang dengan gejala
peningkatan tekanan darah, kaki oedem namun tanpa disertai proteinuria. Pasien
juga memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan, Mengingat hipertensi kronis
dapat tumpang tindih dengan sindrom pre eklamsia yang berbahaya terhadap ibu dan
janin begitu besar, maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam dan menuliskannya
sebagai laporan kasus di poliklinik kebidanan RSUD Pariaman.
B.Tujuan Penulisan
Melakukan kajian asuhan kebidanan pada Ny. “Y” G2P1A0H1 usia kehamilan
36-37 minggu, anak hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala dengan hipertensi
kronis di ruang poliklinik kebidanan RSUD Pariaman.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan memiliki terminologi tersendiri.
Disadur dari Report on the National High Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy (AJOG Vol 183 : S1, Juli 2000), hipertensi dalam
kehamilan meliputi:
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk
pertama kalinya pada kehamilan, tidak disertai dengan
proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu
pasca persalinan.
Wanita dengan hipertensi gestational harus dianggap
beresiko terjadinya preeklamsia, yang dapat berkembangkan
setiap saat, termasuk minggu pertama pasca melahirkan.
Sekitar 15% hingga 45% perempuan awalnya didiagnosis
dengan hipertensi gestational akan mengembangkan
preeklamsia, dan kemungkinan lebih besar pada pasien yang
4
memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya, miscarriage, dan
riwayat hipertensi kehamilan sebelumnya (Davis et.al, 2007).
2. Preeklamsi
Preeclampsia adalah sindrom yang memiliki manifestasi
klinis seperti new-onset hypertension pada saat kehamilan
(setelah usia kehamilan 20 minggu, tetapi biasanya mendekati
hari perkiraan lahir), berhubungan dengan proteinuria: 1+
dipstick atau 300 mg dalam 24 jam urin tampung. Sindrom ini
terjadi pada 5 - 8 % dari seluruh kehamilan. (Levine et.al,
2004).
3. Eklamsi
Serangan konvulsi pada wanita dengan preeklampsia yang
tidak dapat dihubungkan dengan sebab lainnya disebut
eklamsi. Konvulsi terjadi secara general dan dapat terlihat
sebelum, selama, atau setelah melahirkan. Pada studi
terdahulu, sekitar 10% wanita eklamsi, terutama nulipara,
serangan tidak muncul hingga 48 jam setelah postpartum.
(Cunningham et al, 2013).
5
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi
Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita
hamil yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya.
Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi kronik (preexisting hypertention)
Ditemukannya tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg, sebelum
kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak
menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan. Walaupun
terdapat peningkatan resiko terjadi superimposed
preeclampsia, akan tetapi secara fisiologi akan terjadi
penurunan tekanan darah selama kehamilan dan penurunan
kebutuhan terhadap agen antihipertensi. Capaian
tatalaksananya adalah mempertahankan tekanan darah pada
level yang memiliki resiko gangguan kardiovaskular dan
serebrovaskular pada ibu yang minimal (Abalos et.al, 2007).
B.Hipertensi Kronis
1. Diagnosis Hipertensi Kronis
Diagnosis hipertensi dalam kehamilan berarti adalah
ditemukannya peningkatan tekanan darah pada pemeriksaan vital
sign. Standar pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut.
Tekanan darah sebaiknya diukur pada posisi duduk dengan posisi 6
cuff setinggi jantung. Adanya penekanan vena kava inferior oleh
uterus gravid pada posisi berbaring dapat mengganggu pengukuran
sehingga terjadi pengukuran yang lebih rendah. Sebelum
pengukuran, wanita hamil dianjurkan untuk duduk tenang 5-10
menit (Gipson dan Carson, 2009). Diagnosis hipertensi kronis yang
mendasari dilakukan apabila :
Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) terbukti mendahului kehamilan.
Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) diketahui sebelum 20 minggu,
kecuali bila ada penyakit trofoblastik.
Hipertensi berlangsung lama setelah kelahiran.
Hipertensi kronis dalam kehamilan sulit didiagnosis
apalagi wanita hamil tidak mengetahui tekanan darahnya
sebelum kehamilan. Pada beberapa kasus, hipertensi kronis
didiagnosis sebelum kehamilan usia 20 minggu, tetapi pada
beberapa wanita hamil, tekanan darah yang meningkat
sebelum usia kehamilan 20 minggu mungkin merupakan
tanda awal terjadinya preeklamsi.
Pada beberapa wanita dengan hipertensi kronis,
tekanan darah dapat meningkat sampai tingkat abnormal,
khususnya setelah 24 minggu. Jika disertai oleh proteinuria,
maka preeklamsi yang mendasarinya dapat didiagnosis.
7
Preeklamsi yang mendasari hipertensi kronis ini sering
berkembang lebih awal pada kehamilan daripada preeklamsi
murni, dan hal ini cenderung akan menjadi lebih berat dan
sering menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan janin.
(Cunningham et al, 2013)
2.Faktor Risiko Hipertensi Kronis
Obesitas merupakan suatu factor risiko untuk hipertensi
kronis. Secara spesifik prevalensi hipertensi dapat meningkat
hingga 10 kali lipat pada wanita dengan obesitas dan juga
lebih mungkin mengalami superimposed preeclampsia.
(Cunningham dkk, 2013). Penelitian oleh Cruz M, Gao W dan
Hibbart J (2011) membuktikan bahwa wanita obesitas dengan
indeks masa tubuh 32.9 ± 9.4 sebelum hamil dan indeks
massa tubuh 37.9 ± 8.9 saat mendekati persalinan cenderung
menderita hipertensi kronis dalam kehamilan (p < 0.0001)
Diabetes Mellitus juga prevalen pada wanita dengan
hipertensi kronis dan keterkaitannya dengan obesitas sangat
erat. Hereditas memeiliki peranan penting, dan menurut
tinjauan Cowley (2006) terdapat ratusan fenotip terkait
tekanan darah dan region genomic yang telah teridentifikasi.
8
Pada beberapa kasus, gen kandidat untuk untuk preeklamsi
dan hipertensi kronis telah dikenali. Penelitian Wang, dkk
(2006), mengatakan bahwa hipertensi sering terjadi pada
wanita yang anggota keluarganya ada yang menderita
hipertensi yang sama
3..Efek Hipertensi Kronis pada Kehamilan
1. Morbiditas dan Mortalitas Maternal
Sebagian besar wanita yang hipertensinya terkontrol baik
sebelum kehamilan menunjukkan prognosis baik, namun tetap
berisiko lebih tinggi mengalami superimposed preeclampsia dan
solusio plasenta. (Cunningham et al, 2013)
August dan Lindheimer (1999) melaporkan bahwa
superimposed preeclampsia terjadi pada 4-40% wanita. Risiko
superimposed preeclampsia berhubungan langsung dengan
tingkat keparahan hipertensi awal, terutama pada awal
kehamilan serta perlunya terapi untuk mendapatkan kontrol.
Penelitian Maternal-Fetal Medicine Units Network, Caritis,
dkk (1998) menggunakan criteria yang telah ditentukan untuk
mendiagnosis preeklamsia pada 774 wanita dengan hipertensi
kronis. Insiden superimposed preeclampsia sama besarnya pada
9
wanita yang mengalami atau tidak mengalami proteinuria dasar
namun terdapat peningkatan bermakna pada wanita yang
hipertensi setidaknya 4 tahun atau mengalami preeclampsia
pada kehamilan sebelumnya. (Sibai, dkk, 1998; Cruz M, Gao W
dan Hibbart J, 2011)
2. Morbiditas dan Mortalitas Perinatal
Hampir semua hasil akhir perinatal yang buruk meningkat
pada kehamilan yang terkomplikasi dengan hipertensi kronis.
Pada suatu penelitian berbasis populasi dari Swedia, Zetterstorm,
dkk (2006), melaporkan peningkatan risisko hambatan
pertumbuhan janin sebesar 2,4 kali lipat pada 2.754 wanita
dengan hipertensi kronis. Insiden dan keparahan hambatan
pertumbuhan janin berkaitan langsung dengan keparahan
hipertensi.
Kelahiran kurang bulan sering diindikasikan pada wanita
dengan hipertensi kronis. Pada semua wanita dengan hipertensi
kronis hampir seperlimanya melahirkan sebelum 35 minggu dan
terdapat angka perawatan NICU yang juga meningkat. Jumlah ini
hampir 2 kali lipat jika terjadi superimposed preeclampsia.
10
Yang terpenting, angka mortalitas perinatal meningkat 3-4
kali lipat pada wanita dengan hipertensi kronis bila dibandingkan
dengan kontrol yang normotensi atau populasi obstetric umum
(Ferrer dkk, 2000 dalam Cunningham dkk, 2013; Sibai dkk, 1998;
Cruz M, Gao W dan Hibbart J, 2011)
C. Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Kehamilan
Pada wanita yang tidak hamil, kontrol tekanan darah
jangka panjang secara signifikan dapat mengurangi angka
stroke dan morbiditas serta mortalitas kardiovaskular. Pada
hipertensi ringan hingga berat efek baru terasa setelah 5
tahun terapai dan efek terapi hanya terbatas pada wanita itu
sendiri.
Hipertensi dalam kehamilan berbeda karena lama
terapi lebih singkat, keuntungan bagi tidak terlalu jelas
karena pendeknya masa terapi dan efek sampingnya
berpengaruh bagi ibu dan janin. Dalam hal ini harus
diseimbangkan antara keuntungan potensial jangka pendek
bagi ibu dengan keuntungan jangka pendek dan jangka
panjang serta risiko terhadap janin dan bayi (Ferrer dkk, 2000
dalam Cunningham dkk, 2013)
11
Tujuan penatalaksanaan hipertensi kronis dalam
kehamilan adalah mengurangi efek maternal dan perinatal
yang tidak diinginkan dan target tatalaksana adalah
mencegah hipertensi sedang hingga berat dan menunda atau
menghilangkan hipertensi yang diperberat oleh kehamilan.
(Brown dkk, 2004 dalam Cunningham dkk, 2013)
Terapi obat antihipertensi sebelum kehamilan dan
berlanjut ketika wanita tersebut hamil masih diperdebatkan.
Walaupun penurunan tekanan darah jelas bermanfaat jangka
panjang pada ibu, secara teoretis hal tersebut menurunkan
perfusi uteroplasenta. Laporan observasional yang sudah
lama secara umum memaparkan bahwa sebagian besar hasil
akhir kehamilan baik tanpa diterapi (Chesley, 1978 dalam
Cunningham dkk, 2013)
Working group on high blood pressure in pregnancy
(2000) menyimpulkan bahwa ada keterbatasan data untuk
menarik kesimpulan mengenai keputusan untuk memberikan
terapi hipertensi kronis ringan pada kehamilan. Working
group ini merekomendasikan terapi empiris pada wanita
dengan tekanan darah melebihi ambang batas sistolik 150-
160 mmhg atau diastolik 100-110 mmhg atau bila terdapat
12
kerusakan target organ seperti hipertrofi ventrikel kiri atau
isufisiensi renal. Mereka menyimpulkan bahwa terapi dini
hipertensi kemungkinan dapat menurunkan rawatan inap
nantinya selama kehamilan (Sibai, dkk, 2000)
D. Peran Bidan Dalam Kasus Hipertensi Kronis
Bidan dalam mengkaji riwayat kesehatan ibu, bidan
dapat mengidentifikasi masalah yang sudah ada atau yang
dapat terjadi, yang meliputi kondisi medis yang sudah
diketahui (Varney dkk, 2007; Fraser dan Cooper, 2009)
Ibu yang menderita hipertensi kronis cenderung lebih
tua, pernah melahirkan dan memiliki riwayat hipertensi, baik
pribadi maupun keluarga. Pengukuran tekanan darah yang
akurat merupakan hal yang sangat penting. Pencatatan
tekanan darah berturut-turut harus dilakukan untuk
menentukan pola sebenarnya karena wanita normotensif
sekalipun dapat sekali waktu menunjukkan peningkatan
tekanan darah.
Hospitalisasi untuk pengkajian awal mungkin diperlukan.
Bidan dalam hal ini dapat mengkaji latar belakang sosial ibu
13
dan kebutuhan fisiologisnya sera memberikan dukungan jika
diperlukan. (Fraser dan Cooper, 2009)
Hasil pengkajian dan pemeriksaan harus
diinformasikan pada ibu. Penjelasan hasil pemeriksaan pada ibu
merupakan pemenuhan hak ibu sebagai pasien dan bidan merupakan individu
utama yang memberikan informasi pada ibu tentang gangguan kehamilan
yang dialaminya.
Penjelasan ini ditujukan agar ibu mengenali kondisi yang
dialaminya dan bersama-sama bidan menetapkan kebutuhan untuk mengatasi
masalah dan meminimalkan efek dari masalah yang dialaminya (Fraser dan
Cooper, 2009)
Hipertensi kronis ringan dengan tekanan darah sistolik <
160 mmhg dan tekanan darah diastolik < 110 mmhg
cenderung tidak memerlukan hospitalisasi antenatal dan
dapat dirawat di komunitas oleh bidan dan dokter umum.
Kondisi ibu harus dipantau dengan cermat untuk
mengidentifikasi jika terjadi preeklamsia. Waktu kelahiran
direncanakan sesuai dengan ibu dan janin. Jika persalinan dini
perlu dilakukan, induksi persalinan akan lebih baik daripada
sectio caesarea (Varney dkk, 2007; Fraser dan Cooper, 2009)
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN KASUS PADA Ny.’Y‘ G2 P1 A0 H1 USIA KEHAMILAN 36-37
MINGGU, JANIN HIDUP, TUNGGAL, INTRAUTERIN, PRESENTASI
KEPALA DENGAN HIPERTENSI KRONIS DI RUANGAN POLI
KEBIDANAN RSUD PARIAMAN
Kunjungan : I MR : 05 58 11Hari/Tanggal : Selasa / 23 Juli 2013 Pukul : 10.00 wib
I. PENGUMPULAN DATAA. Identitas / BiodataNama Istri : Ny. Yulianis Nama Suami : Tn. SyafrizalUmur : 33 th Umur : 40 thAgama : Islam Agama : IslamSuku/Bangsa : Minang/ Indonesia Suku/ Bangsa : Minang/ IndonesiaPendidikan : SMP Pendidikan : SDPekerjaan : IRT Pekerjaan : BertaniAlamat : Sicincin Alamat : Sicincin
B. DATA SUBJEKTIF1. Alasan kunjungan : kunjungan pertama kali dan ada keluhan
2. Keluhan Utama : Ibu hamil anak kedua mengeluhkan kakinya
bengkak, tapi tidak ada merasakan sakit kepala menetap. Ari-ari juga dirasakan sakit sejak subuh. Ibu mengatakan punya riwayat hipertensi sebelum hamil anak kedua ini.
3. Riwayat Menstruasi Haid pertama umur : 14 tahun Siklus : 28 hari Banyaknya : 2 x ganti doek Teratur/tidak : Teratur Lamanya : 7 hari
15
Sifat Darah : Encer Warna : Merah kehitaman Bau : Amis Disminorea : Tidak ada
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :Kehamilan pertama aterm, anak lahir secara SC atas indikasi CPD oleh dokter spesialis Obsgyn. Jenis kelamin anak laki-laki, berat badan lahir 3400 gr dan umurnya sudah 7 tahun.Sekarang ibu sedang hamil anak kedua
5. Riwayat kehamilan ini :a.HPHT : 8 – 11 - 2012b. TP : 15 – 8 - 2013c.Keluhan pada
- Trimester I : mual muntah- Trimester II : -- Trimester III : kedua kaki bengkak
d. Pergerakan Anak Pertama Kali : belum terasa
e.Keluhan yang dirasakan - Rasa lelah : ada- Mual dan muntah yang lama : tidak ada- Nyeri perut : tidak ada- Panas dan menggigil : tidak ada- Sakit kepala berat/terus menerus : tidak ada- Penglihatan kabur : tidak ada- Rasa nyeri dan panas waktu BAK : tidak ada- Rasa gatal pada vulva / vagina : tidak ada- Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada- Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada- Odema : ada, pada kedua kaki
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari :a.Biologis
- Nutrisi : 3 x sehari dengan porsi biasa, nafsu makan baik ibu jarang makan buah, sayur dan ada minum susu
- Minum : cukup, 7-8 gelas sehari- Eliminasi
BAK oFrekuensi : 6-7 x seharioWarna : kuning jernih
16
BABoKonsistensi : lembekoFrekuensi : 1 x sehari
- AktifitasoSenam hamil : tidak adao Istirahat : malam : 6-7 jam, siang : 1-2 jamoPekerjaan : aktivitas rumah tangga biasa, tidak ganggu kehamilan
- HigieneoMandi : 2 x seharioGanti pakaian : 2 x seharioKebersihan ibu : baik
- Kebiasaan ibu yang lain oMinum Alkohol : tidak adaoMerokok : tidak adaoMinum obat : ada, obat antihipertensi sebelum hamil
- Social Budayao Ibu menganut kepercayaan yang : tidak ada
Merugikan kesehatanb. Psikologis
- Perasaan ibu dan keluarga terhadap : senangkehamilan
- Hubungan ibu dengan suami dan : baikKeluarga
7. Riwayat penyakit sistematik yang pernah dideritaa. Jantung : tidak adab. Ginjal : tidak adac. Asma : tidak adad. TB paru : tidak adae. Hepatitis : tidak adaf. Hipertensi : ada, ibu riwayat hipertensi sebelum
hamilg. Diabetes Melitus : tidak adah. Dan Lain-lain : tidak ada
8. Riwayat penyakit keluargaa. Jantung : tidak adab. Hipertensi : ada (ayah kandung) penderita hipertensi
kronisc. Diabetes Melitus : tidak adad. Keturunan Kembar : tidak ada
17
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)1. Status Emosional : Baik2. Tanda Vital
a. Tinggi Badan : 156 cmb. BB sebelum hamil : 80 kgc. BB sekarang : 95 kgd. LILA : 32 cme. Tekanan Darah : 150/90 mmHgf. Nadi : 88 x/ig. Pernafasan : 22 x/ih. Suhu : 37 0C
3. Pemeriksaan khusus (Obstetri)a. Inspeksi
- Matao Conjungtiva : tidak pucato Skelera : tidak ikterik
- Mukao Closma Gravidarum : tidak adao Edema : tidak ada
- Muluto Caries : tidak adao Hygiene : bersiho Stomatitis : tidak ada
- Lehero Kelenjar Tiroid : tidak ada pembesarano Kelenjer Limfe : tidak ada pembesarano Hyperpigmentasi : ada
- Ekstremitas Ataso Edema : tidak adao Kelainan-kelainan : tidak ada
- Mammaeo Bentuk : simetriso Areola Mamae : hiperpigmentasio Putting Susu : menonjolo Kolostrum : sudah ada
- Abdomen o Bekas operasi : ada, bekas luka SC di supra pubis
18
o Linia nigra/ Alba : tidak adao Strie Livide/ Albikan : tidak ada
- Genitaliao Perineum : tidak ada masalaho Varises : tidak adao Edema : tidak adao Flour Albus : tidak adao Pengeluaran dari vagina : tidak ada
- Ekstremitas Bawaho Varises : tidak adao Edema : ada, oedem pre tibia kiri kanano Kelainan-kelainan : tidak ada
b. Palpasi- Leopold I : TFU 3 jari bw PX, di fundus teraba
massa lunak, noduler kemungkinanbokong janin
- Leopold II : sebelah kanan perut ibu teraba tahanan Memanjang kemungkinan punggung
janin- Leopold III : bagian bawah abdomen teraba massa
bulat, keras kemungkinan kepala janin. Kepala masih bisa digoyang
- Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP, perabaan penurunan kepala 5/5
- Tinggi Fundus : 33 cm - TBJ : 3100 gram
c. Auskultasio DJJ : 148 x/mnt, teratur, intensitas kuat o Punctum Maksimum : terdengar jelas di kuadran kanan
bawah abdomen ibu
D. UJI DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 23-7-2013
Hb : tidak dilakukan Protein Urin : negatif (-) Glukosa Urin : tidak dilakukan
2. Golongan Darah : O3. USG : belum dilakukan
19
II. ASESSMENT
Ny. “Y” G2P1A0H1 usia kehamilan 36-37 minggu, anak hidup, tunggal, intrauterine, presenasi kepala dengan hipertensi kronis dalam kehamilan
III. PLANNING
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu2. Melakukan kolaborasi dengan dokter. Hasil :
- Ibu dilakukan peneriksaan dalam oleh dokter- Ibu direncanakan rawat inap- Ibu direncanakan untuk section caesarea
3. Mempersiapkan ibu untuk rawat inap di ruangan bersalin4. Ibu diantarkan ke ruangan bersalin
20
BAB IV
KAJIAN / ANALISA ASUHAN KEBIDANAN
Ny.”Y” G2P1A0H1 usia kehamilan 36-37 minggu datang ke poliklinik
kebidanan RSUD Pariaman tanggal 23-7-2013 pukul 10.00 wib dengan keluhan kaki
bengkak dan nyeri pada ari-ari. Dari hasil anamnesa diketahui bahwa Ny.”Y” ada
riwayat menderita hipertensi sebelum kehamilan dan di keluarga juga ada yang
menderita hipertensi. Ny.”Y” juga mengatakan ada riwayat SC 1 kali yaitu hamil
anak I atas indikasi panggulnya sempit. Dari pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan
darah 150/90 mmhg, kaki oedem kanan dan kiri namun dari hasil pemeriksaan
laboratorium protein urine negatif. Setelah dikonsultasikan ke dokter, ditegakkan
diagnose ibu hamil dengan hipertensi kronis.
Diagmosis Ny.”Y” tersebut ditegakkan berdasarkan ketetapan working group
for high blood pressure in pregnancy (2000) dimana hipertensi kronis dalam
kehamilan ditegakkan bila TD sistolik ≥ 140 mmhg dan diastolic ≥ 90 mmhg ditemui
sebelum kehamilan atau kurang dari 20 mg kehamilan (Cunningham dkk, 2013).
Pada kasus Ny.”Y” ini, diketahui ibu punya riwayat penyakit hipertensi dan
pernah mengkonsumsi obat anti hipertensi walaupun sejak kehamilan konsumsi
dihentikan. Selain peningkatan tekanan darah, tidak ditemui tanda lain untuk
preeklamsia seperti proteinuria, sakit kepala, penglihatan kabur atau oedem pada
muka dan tangan. Oedem pada Ny.”Y” hanya terbatas pada kaki kiri dan kanan yang
21
hal itu mungkin saja disebabkan perubahan fisiologis selama kehamilan trimester III.
Jadi dengan tidak adanya tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi kronis tumpang
tindih dengan pre eklamsia (superimposed preeclampsia), maka diagnose yang paling
mungkin untuk Ny.’Y” adalah hipertensi kronis.
Ada beberapa factor risiko seorang ibu hamil menderita hipertensi kronis antara
lain adalah karena obesitas, diabetes mellitus maupun factor herediter. Pada kasus
Ny.”Y” ini bila dilihat dari perbandingan tinggi badan (TB) terhadap berat badan
(BB) sebelum hamil dan berat badan sekarang bisa digolongkan pada obesitas.
Dengan tinggi badan 156 cm, BB sebelum hamil 80 kg, indeks massa tubuh (IMT)
ibu adalah 32.9 dan BB sekarang 95 kg, IMT ibu adalah 39.
Obesitas pada Ny.”Y” akan meningkatkan risiko ibu mengalami hipertensi dan
mengalami superimposed preeclampsia, seperti halnya yang
disebutkan dalam Cunningham dkk (2013) bahwa prevalensi
hipertensi dapat meningkat hingga 10 kali lipat pada wanita dengan
obesitas dan juga lebih mungkin mengalami superimposed
preeclampsia. Penelitian oleh Cruz M, Gao W dan Hibbart J (2011)
juga membuktikan bahwa wanita obesitas dengan indeks masa
tubuh 32.9 ± 9.4 sebelum hamil dan indeks massa tubuh 37.9 ± 8.9
saat mendekati persalinan cenderung menderita hipertensi kronis
dalam kehamilan (p < 0.0001)
Selain karena obesitas, factor risiko Ny.”Y” menderita
hipertensi kronis juga melalui factor herediter. Diketahui dari
22
anamnesis, dalam keluarga Ny.”Y” ada yang menderita penyakit
hipertensi kronis yaitu ayah kandungnya. Hal tersebut sesuai
dengan Penelitian Wang, dkk (2006), mengatakan bahwa hipertensi
sering terjadi pada wanita yang anggota keluarganya ada yang
menderita hipertensi yang sama.
Rencana asuhan pada Ny.”Y” ini antara lain menjelaskan
informasi hasil pemeriksaan pada ibu dan kolaborasi dengan dokter
untuk penatalaksanaannya. Penjelasan hasil pemeriksaan pada ibu
merupakan pemenuhan hak ibu sebagai pasien dan bidan merupakan individu utama
yang memberikan informasi pada ibu tentang gangguan kehamilan yang dialaminya.
Penjelasan ini ditujukan agar ibu mengenali kondisi yang dialaminya dan bersama-
sama bidan menetapkan kebutuhan untuk mengatasi masalah dan meminimalkan
efek dari masalah yang dialaminya (Fraser dan Cooper, 2009)
Pada kasus Ny.”Y” ini, sehubungan dengan hipertensi kronis yang dialami ibu
ditambah riwayat ibu pernah melahirkan dengan SC maka dilakukan kolaborasi
dengan dokter dengan hasil kolaborasi, Ny.”Y” dianjurkan untuk rawat inap dan
direncanakan untuk kelahiran SC.
Pada teoritis di bab II sebenarnya penatalaksanaan untuk kasus Ny.”Y” dengan
hipertensi kronis yang masih dalam tahap ringan karena tekanan darah sistolik
< 160 mmhg dan tekanan darah diastolik < 110 mmhg, tidak
memerlukan hospitalisasi antenatal dan dapat dirawat di
23
komunitas oleh bidan dan dokter umum. Hanya saja dilakukan
pemantauan ketat tekanan darah untuk mengidentifikasi tanda-
tanda munculnya preeklamsia. Waktu kelahiran direncanakan
sesuai dengan ibu dan janin. Jika persalinan dini perlu dilakukan,
induksi persalinan akan lebih baik daripada sectio caesarea
(Varney dkk, 2007; Fraser dan Cooper, 2009)
Namun pada kasus Ny.”Y” ini, pertimbangan dokter untuk
melakukan SC kemungkinan karena ibu sudah mengeluhkan nyeri
di ari-ari, dan walaupun riwayat SC ibu sudah berlalu 7 tahun yang
lalu, akan tetapi kemungkinan persalinan pervaginam dengan
induksi mungkin akan mengalami kegagalan karena dari hasil
pemeriksaan panggul dalam oleh dokter diketahui panggul ibu
sempit didukung riwayat CPD terdahulu pada ibu.
24
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Observasi terhadap Ny.”Y” G2P1A0H1 usia kehamilan 36-37 minggu dengan
hipertensi kronis telah diberikan informasi mengenai kondisi ibu dan telah dilakukan
kolaborasi dengan dokter yang hasilnya ibu dirawat inap untuk rencana section
caesarea karena riwayat pernah SC atas indikasi CPD pada persalinan ibu sebelumnya
B.Saran
Diharapkan bidan dapat melanjutkan pemantauan ketat tekanan darah dan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antihipertensi pada ibu setelah
operasi SC karena karakteristik hipertensi kronis dalam kehamilan tekanan darah
cenderung tetap meninggi hingga 12 minggu postpartum
25
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta ; EGC
Cunningham, F.G, et al. 2013. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc GrawHill: New York
Cruz M, Gao W, Hibbard J. 2011. Obstetrical and Perinatal Outcome Among Women With Gestasional Hypertension, Mild Preeklampsia and Mild Chronic Hypertension. J Obstet Gynekol 2011. 205;260.e1-9.
Enkin M et al. 2000. A Guide to an Effective Care in Pregnancy and Childbirth 3rd Edition. Oxford. Oxford University Press.
Fraser, D dan Cooper, M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mansjoer A, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Acsulapius
Mochtar, 2004, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Saifuddin AB, 2011, Ilmu Kebidanan . Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (YBPSP)
____________2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal , Edisi I Cetakan Keempat, Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2006.
_____________, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo dan JNPK-KR. Jakarta.
Sibai BM. 2002. Chronic Hypertension inPregnancy. Download from www.ajog.org
Sibai BM et al. 2011. The Impact of Prior Preeklampsia on The Risk of Superimposed Preeklampsia and Other Adverse Pregnancy Outcome in Patients with Chronic Hypertension. J Obstet Gynekol 2011. 204;345.e1-6
Varney H, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC
26