lap-11.doc

23
Laporan Praktikum Hari / tanggal : Senin, 28 Februari 2011 M. K. Evaluasi Nilai Gizi Tempat : Lab ENG lt. II PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK Oleh : Kelompok 3B Ade Yuliani I14080012 Dian Rizki Eka Rizal I14080060 Trikorian Ade Sanjaya I14080093 Ika Meilati I14080120 Asisten : Faiz Nur Hanum Zahra Juwita Penanggung Jawab Praktikum : Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

Transcript of lap-11.doc

Laporan Praktikum

Hari / tanggal : Senin, 28 Februari 2011M. K. Evaluasi Nilai Gizi Tempat : Lab ENG lt. II

PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK

Oleh :Kelompok 3B

Ade YulianiI14080012Dian Rizki Eka RizalI14080060Trikorian Ade SanjayaI14080093

Ika MeilatiI14080120

Asisten :

Faiz Nur Hanum

Zahra Juwita

Penanggung Jawab Praktikum :

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

MAYOR ILMU GIZI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Situasi kesehatan manusia belakangan ini semakin memburuk. Disebabkan oleh beberapa faktor dan diantaranya yang paling penting adalah semakin buruknya pola konsumsi makan seseorang. Seseorang tidak lagi memperdulikan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh, tetapi hanya memikirkan apa yang ingin mereka makan saja.

Berbagai cara belakangan ini dilakukan oleh produsen makanan dan pihak kesehatan untuk menekan laju pertumbuhan kesehatan yang buruk ini. Salah satunya dengan menghitung kadar indeks glikemik suatu bahan pangan.

Indeks Glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah ( Powell 2002).Makanan yang memiliki IG yang tinggi berarti makanan tersebut meninggikan gula darah dalam waktu yang lebih cepat, lebih fluktuatif, lebih tinggi, dari makanan yang memiliki IG yang rendah. Perlu diketahui bahwa naiknya gula darah atau glukosa darah hanya disebabkan oleh zat karbohidrat saja sementara protein dan lemak tidak meninggikan glukosa darah setelah konsumsi. Jadi indeks glikemik ini paling penting untuk memilih makanan yang mengandung banyak karbohidrat sebagai sumber tenaga (Sarwono 2003).Makanan yang sangat kurang atau tidak mengandung karbohidrat tidak memiliki nilai IG seperti ikan, daging, telur, alpukat, minyak goreng, margarine dan lain-lain. Badan Kesehatan Dunia WHO bersama dengan FAO menganjurkan konsumsi makanan dengan IG rendah untuk mencegah penyakit-penyakit degeneratif yang terkait dengan pola makan seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi IG pada pangan antara lain cara pengolahan, perbandingan amilosa dan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein, serata kadar zat anti gizi- pangan ( Rimbawan & Siagan 2004). Pada Praktikum ini akan dihitung kadar indeks glikemik beberapa bahan pangan, agar dapat diketahui bahan pangan mana yang memiliki indeks glikemik rendah dan tinggi. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsinya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tujuan

Praktikum pengukuran indeks glikemik bertujuan untuk mengetahui indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yang akan diujikan.

TINJAUAN PUSTAKAIndeks GlikemikIndeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. Indeks glikemik bahan pangan dipengaruhi oleh kadar amilosa, protein, lemak, serat, dan daya cerna pati. Daya cerna pati merupakan kemampuan pati untuk dapat dicerna dan diserap dalam tubuh. Karbohidrat yang lambat diserap menghasilkan kadar glukosa darah yang rendah dan berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah.

ProdukNilai indeks glikemikGolongan IG

Jagung *59Sedang

Tepung jagung *68Sedang

Beras *69 Sedang

Gandum *30 Rendah

Semolina * 55Sedang

Mi jagung varietas Srikandi putih **57Sedang

Mi instan (dari gandum) *47 Rendah

Mi kacang hijau *26Rendah

Mi atau pasta beras *61Sedang

Mi sagu ***28Rendah

Spageti (dari semolina) *59Sedang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik

Para ahli telah mempelajari faktor-faktor penyebab perbedaan IG antara pangan yang satu dengan lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel), perbandingan amilosa dan amilopektin, gizi pangan.

a. Proses PengolahanDewasa ini teknik pengolahan pangan menjadikan pangan tersedia dalam bentuk, ukuran dan rasa yang lebih enak. Proses penggilingan menyebabkan struktur pangan menjadi halus sehingga pangan tersebut mudah dicerna dan diserap. Pangan yang mudah cerna dan diserap menaikan kadar gula darah dengan cepat.Penumpukan dan penggilingan biji-bijian memperkecil ukuran partikel sehingga mudah menyerap air menurut Liljeberg dalam buku Indeks Glikemik Pangan, makin kecil ukuran partikel maka IG pangan makin tinggi. Butiran utuh serealia, seperti gandum menghasilkan glukosa dan insulin yang rendah. Namun ketika biji-bijian digiling sebelum direbus, respon glokusa dan insulin mengalami peningkatan yang bermakna (Rimbawan dan Siagian 2004).b. Kadar Amilosa dan AmilopektinAmilosa adalah polimer gula sederhana yang tidak bercabang. Struktur yang tidak bercabang ini membuat amilosa terikat lebih kuat sehingga sulit tergelatinisasi akibatnya mudah cerna.Sementara Amilopektin-polimer gula sederhana memiliki ukuran molekul lebih besar dan lebih terbuka sehingga mudah tergelatinisasi akibatnya mudah cerna.Penelitian terhadap pangan yang memiliki kadar amilosa dan amilopektin berbeda menunjukkan bahwa kadar glukosa darah dan respon insulin lebih rendah setelah mengkonsumsi pangan berkadar amilosa tinggi daripada pangan berkadar amilopektin tinggi. Sebaliknya bila kadar amilopektin pangan lebih tinggi daripada amilosa,respon gula darah lebih tinggi (Rimbawan dan Siagian 2004).c. Kadar Gula dan Daya Osmotik PanganPengaruh gula secara alami terdapat didalam pangan dalam berbagai porsi terhadap respon gula darah sangat sulit diprediksi. Hal ini dikarenakan pengosongan lambung diperlambat oleh peningkatan konsumsi gula apapun strukturnya (Sarwono 2002).d. Kadar Serat PanganMenurut Miller dalam buku Indeks Glikemik Pangan, Pengaruh serat pada IG pangan tergantung pada jenis seratnya.bila masih utuh serat dapat bertindak sebagai penghambat fisik pada pencernaan. Akibatnya IG cenderung melebihi rendah. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kacang-kacangan atau tepung biji-bijian memiliki IG rendah (30 40). Menurut Rimbawan dan Siagian (2004) serat kasar mempertebal kerapatan atau ketebalan campuran makanan dalam saluran pencernaan. Hal ini memperlambatnya lewatnya makanan pada saluran pencernaan dan menghambat pergerakan enzim. Dengan demikian proses pencernaan menjadi lambat dan akhirnya respon gula darah menjadi lebih rendah.e. Kadar Lemak dan Protein Pangan Pangan berkadar lemak dan protein tinggi cenderung memperlambat laju pengosongan lambung. Dengan demikian laju pencernaan makanan di usus halus juga diperlambat. Oleh karena itu pangan berkadar lemak tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah daripada sejenis berkadar lemak lebih rendah (Rimbawan dan Siagian 2004).f. Kadar Anti Gizi PanganMenurut Rimbawan dan Siagian (2004) beberapa pangan secara alamiah mengandung zat yang dapat menyebabkan keracunan bila jumlahnya besar. Zat tersebut dinamakan zat anti gizi. Beberapa zat anti gizi tetap aktif walaupun sudah melalui proses pemasakan. Zat anti gizi pada biji-bijian dapat memperlambat pencernaan karbohidrat didalam usus halus. Akibatnya IG pangan menurun.

Metode Pengukuran Indeks Glikemik

Pengukuran Indeks Glikemik menggunakan pangan acuan dan pangan standar. Prosedur penentuan IG pangan dilakukan dengan prosedur baku (Miller et.al 1997). Selama pengukuran IG subyek berada dalam keadaan sntai atau aktivitas ringan. Kurva polinomial respon glikemik masing-masing pangan uji ditentukan dengan pendekatan trial and error dengan bantuan Microsoft Excel. Model polinomial yang terpilih adalah yang memiliki nilai R2 yang paling tinggi (Rimbawan dkk 2004).Jagung

Jagung manis ( Zae mays saccharata) termasuk family Gramineae dari suku Maydeae. Jagung manis adalah jagung tipe gigi kuda (dent corn), mutiara (flint corn) atau berondong (pop corn) yang kehilangan kemampuan untuk menghasilkan pati. Jagung manis merupakan jagung yang digolongkan berdasarkan sifat endospermanya. Endosperma jagung manis mempunyai kadar gula lebih tinggi daripada kadar pati serta transparan dan keriput saat kering (Berger 1962). Nilai indeks glikemik jagung manis berdasarkan penelitian Foster-Powell et.al. (2002), yang dibandingkan dengan standar glukosa adalah 60. Sementara nilai indeks glikemik jagung dengan standar roti putih adalah 86.Beras

Secara umum IG beras ditentukan oleh varietas atau jenis padi dan gabahnya, yang ada hubungannya dengan sifat fisiko kimia, namun bisa juga dipengaruhi oleh proses pengolahan, di antaranya pada proses parboiling. Beras dari beberapa varietas unggul padi yang telah berkembang dewasa ini memiliki indeks glikemik yang rendah. Nilai indeks glikemik bahan pangan dikelompokkan menjadi rendah (70). Berdasarkan kandungan amilosa, beras dapat dibedakan menjadi beras ketan (kadar amilosa 10- 20%), beras beramilosa sedang (kadar amilosa 20-25%), dan beras beramilosa tinggi (>25%).METODOLOGIWaktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Februari 2011 dan 21 Februari 2011, pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Praktikum Mata Kuliah evaluasi Nilai Gizi ini dilaksanakan di Laboratorium evaluasi Nilai Gizi lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan BahanBahan-bahan yang digunakan adalah strip analisis glukosa, lancet, kapas swab, sampel darah, nasi, nasi ketan, roti tawar, jagung. Sedangkan alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah glukometer one touch glucose blood system dan laptop.Prosedur PercobaanPengukuran Indeks Glikemik

Diambil darah subjek, lalu diukur BB, TB, dan IMT subjek.

Diberikan pangan yang akan diukur IG nya

kepada subjek yang sudah menjalani puasa kurang lebih 10 jam.Dibutuhkan minimal 6 orang subjek untuk mengukur satu jenis bahan pangan yang diukur IG nya.

Diambil sampel darah menggunakan finger frick

sebelum 2 jam pangan diberikan dan setelah pemberian pangan

pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120.Ditebarkan kadar gula darah dalam dua sumbuYaitu sumbu waktu dan kadar glukosa darah.

Ditentukan IG dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva

antara pangan yang diukur IG nya dengan pangan acuan dan kontrol.

Pengolahan Data Hasil pengukuran IG

Diolah data kadar glukosa darah subjek menggunakan Ms. Excel.

Dientri data kadar glukosa darah subjek

pada kolom yang tersedia di active sheet Ms. Excel.

( seperti pada tabel 2)

Dibuat tabel perbandingannya dari data yang telah dirata-ratakan

sesuai waktu pengambilan sampel.

( seperti pada tabel 3 dan 4)

Ditebarkan pada data tersebut pada dua sumbu yaitu

sumbu x ( waktu) dan sumbu y ( kadar glukosa darah)

( akan timbul gambar seperti chart 1 dan 2)

Diikuti tahan yang muncul pada tampilan chat wizard.Di klik kanan pada salah satu garis grafik pada active sheet lalu pilih add trendline.

Dilakukan penentuan IG dengan cara membandingkan

luas daerah dibawah kurva antara pangan yang diukur IG nya.

Dihitung luas daerah dibawah kurva dengan cara

mengintegralakn pers yang diperoleh.HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Dengan kata lain indeks glikemik adalah respon glukosa darah terhadap makanan dibandingkan dengan respon glukosa darah terhadap glukosa murni. Indeks glikemik berguna untuk menentukan respon glukosa darah terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Sarwono 2002).Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. Indeks glikemik bahan pangan dipengaruhi oleh kadar amilosa, protein, lemak, serat, dan daya cerna pati. Daya cerna pati merupakan kemampuan pati untuk dapat dicerna dan diserap dalam tubuh. Karbohidrat yang lambat diserap menghasilkan kadar glukosa darah yang rendah dan berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah (Rimbawan dan Siagian 2004).

IG dikategorikan tinggi jika memiliki nilai 70 atau lebih, sedang antara 56-69 dan rendah jika nilainya 55 ke bawah (Powel, Holt dan Miller 2002). Nilai IG dianggap penting karena konsumsi makan yang memiliki IG tinggi akan meningkatkan secara cepat gula darah yang akan menyebabkan gangguan sensivitas insulin, obesitas, peningkatan tekanan darah, peningkatan lipid darah dan meningkatkan resiko DM tipe 2 (Dolson 2006).

Prinsipnya pengukuran indeks glikemik pangan dilakukan melalui pengambilan darah subjek setelah mengkonsumsi pangan (pangan uji dan pangan standar) selama selang waktu tertentu. Kemudian kadar glukosa darah subjek diplotkan ke dalam grafik dan dibandingkan luas daerah dibawah kurva antara pangan uji dengan pangan standar.

Pada penentuan indeks glikemik pangan uji dan pangan standar (glukosa) diperlukan satu untuk masing-masing jenis pangan sehingga total subjek adalah 3 subjek. Subjek tersebut harus berada dalam kriteria IMT normal dan tidak menderita diabetes karena pada orang yang gemuk cenderung cepat lapar dimana kadar glukosa darah mereka cepat turun sebagai respon terhadap kebutuhan energi dan metabolisme basal yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang yang lebih kurus (Ravussin et al. (1986) dalam Rimbawan, Syarief H, Dalimunthe D, dan Siagian A 2004). Sedangkan pada orang yang penderita diabetes, hormon insulin yang ada di dalam tubuh tidak mencukupi atau tidak efektif sehingga tidak dapat mengatur kadar glukosa darah secara normal. Pangan yang diujikan adalah nasi dari beras varietas BMW Cianjur dan jagung pipil merah. Subjek terlebih dahulu diharuskan menjalani puasa penuh (over night fasting) minimal selama 10 jam (kecuali air putih) sebelum praktikum dilaksanakan. Keesokan harinya, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa. Subjek diminta untuk mengonsumsi pangan uji, yang mengandung 50 g karbohidrat. Selama dua jam pasca pemberian pangan uji, sampel darah subjek diambil setiap 30 menit menggunakan finger prick cappillary blood samples method sebanyak 50 l untuk diukur kadar glukosanya (pengukuran kadar glukosa menit ke-30, ke-60, ke-90 dan ke-120). Pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh darah kapiler yang terdapat pada jari tangan subjek. Pembuluh darah kapiler dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ragnhild et al. (2004) dalam Sri Widowati, B.A.Susila Santosa, Made Astawan and Akhyar (2009), menunjukkan bahwa darah yang diambil dari pembuluh kapiler memiliki variasi kadar glukosa darah pada panelis yang lebih kecil dibandingkan darah yang diambil dari pembuluh vena. Kadar glukosa darah (setiap waktu sampling) diplot pada dua sumbu, yaitu sumbu waktu (X) dan sumbu kadar glukosa darah (Y). IG ditentukan dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diuji

IG-nya dengan pangan acuan dikalikan 100.

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan indeks glikemik glukosan, nasi, dan jagung. Nasi dan jagung sebagai pangan uji sedangkan glukosa sebagai pangan acuan atau standar. Berikut adalah grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi glukosa, jagung, dan nasi:

Gambar 1 Grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi glukosa dan jagung

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa hasil pengukuran indeks glikemik jagung tidak membentuk suatu garis parabola. Pada 15 menit pertama, kadar glukosa darah subjek mengalami peningkatan yang signifikan namun 45 menit berikutnya kadar glukosa darah subjek mengalami penurunan yang cukup signifikan juga dan 60 menit terakhir kadar glukosa darah subjek penurunan yang cukup konstan sampai kadar glukosa darah subjek kembali normal. Hal ini dapat disebabkan karena subjek dalam penetapan indeks glikemik jagung tidak sesuai dengan prosedur yaitu pada proses mengonsumsi jagung yang akan diujikan tidak berlangsung secara terus menerus namun terdapat jeda waktu selama mengonsumsi jagung tersebut. Gambar 2 Grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi glukosa dan nasi

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek untuk penetapan indeks glikemik nasi hampir membentuk suatu garis parabola. Hal ini dapat disebabkan karena proses mengonsumsi nasi yang akan diujikan berlangsung secara terus menerus, tidak terdapat jeda waktu selama mengonsumsi nasi tersebut sehingga pada awal menit pengukuran, tingkat kadar glukosa darah subjek mengalami peningkatan dan pada menit berikutnya mengalami penurunan sampai kadar glukosa darah subjek kembali normal.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi glukosa dapat diketahui dari kedua grafik di atas hampir membentuk suatu garis parabola. Namun, pada pengukuran ke-4 (45 menit) sampai ke-5 (60 menit) mengalami penurunan yang signifikan tetapi hasil pengukuran berikutnya mengalami penurunan yang cukup konstan.Tabel 1 Nilai indeks glikemik glukosa, nasi, dan jagung hasil penelitian

PanganIndeks Glikemik

Glukosa100

Nasi (Beras BMW Cianjur)81.7

Jagung pipil merah kukus79.36

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil pengukuran indeks glikemik glukosa, nasi, dan jagung secara berturut-turut adalah 100, 81.7, dan 79. 36. Nasi yang digunakan pada penetapan indeks glikemik kali ini berasal dari beras BMW Cianjur sedangkan jagung yang digunakan adalah jagung pipil merah kukus. Nilai indeks glikemik jagung manis berdasarkan penelitian Foster-Powell et.al. (2002), yang dibandingkan dengan standar glukosa adalah 60 (sedang) sedangkan nilai indeks glikemik beras adalah 69 (sedang). Dengan demikian, hasil penetapan nilai indeks glikemik pada jagung dan nasi pada praktikum kali ini memiliki nilai yang berbeda dengan nilai indeks glikemik jagung dan nasi berdasarkan literatur yang diperoleh. Hal tersebut dapat disebabkan karena proses pemasakan. Jagung yang digunakan pada praktikum ini adalah jagung manis rebus dan beras yang digunakan sudah diolah menjadi nasi. Proses pengolahan mempengaruhi IG karena proses pengolahan akan mempengaruhi daya cerna dan daya serap suatu bahan pangan. Semakin tingginya daya cerna dan daya serap suatu makanan maka semakin cepat menaikkan kadar gula darah, sehingga semakin tinggi pula nilai IG makanan tersebut. Proses pengolahan yang dapat mempengaruhi IG diantaranya adalah pengecilan ukuran (penepungan) dan pemasakan. Penelitian yang dilakukan oleh Liljeberg (1992) dikutip oleh Rimbawan dan Siagian (2004), menunjukkan bahwa serealia yang berada dalam bentuk utuh menghasilkan respon glukosa yang lebih rendah dibandingkan pada serealia yang melalui tahap penggilingan. Pemasakan mempengaruhi IG karena proses pemasakan akan menggelatinisasi pati sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim dalam usus, sehingga dapat mempercepat kenaikan kadar gula darah. Berdasarkan hal tersebut maka makanan yang mengandung pati tergelatinisasi penuh memiliki nilai IG yang lebih tinggi dibandingkan makanan tersebut dalam bentuk mentah.KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Praktikum kali ini adalah pengukuran kadar indeks glikemik pada bahan pangan. Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Pada praktikum ini bahan yang digunakan yaitu glukosa, beras, jagung. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai IG paling besar yaitu pada bahan pangan glukosa 100, sedangkan pada nasi 81,7, dan pada jagung 79,36. Bahan makanan tersebut tergolong pada IG tinggi, karena nilai IG nya lebih besar dari 70. Sehingga dapat dilihat bahwa nasi yang memiliki bahan tergelatinisasi penuh memiliki IG yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pangan jagung.Saran

Praktikan sebaiknya harus lebih teliti dalam melakukan perhitungan data, dalam menggunakan software, dan dalam melakukan percobaan, sehingga tidak terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan kecil.DAFTAR PUSTAKABerger.1962. Maize production and The Manuring of Maize. Centre dEtude de Lazote. 315p

Dolson L. 2006. Is the glycemic index useful?. http://lowcarbdiets.abou.com[11 Maret 2011]Foster-Powell K, Holt Susanna HA, Brand-Miller JC. 2002. International table of glyemic index and glycemic load values : 2002. [Jurnal] www.ajcn.org.

Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor : The GI Solution Hodder and Stoughton. Australia : Hodder Headine Australia Pty Limited.

Powel KF, Holt SH and Miller JC. 2002. International table of glycemic index load

values. Am J Clin Nutr 2002;76:5-56Ragnhild, A.L., N.L. Asp, M. Axelsen, and A. Raben. 2004. Glycemic Index :Relevance for Health, Dietary Recommendations, and Nutritional Labelling. Scandinavian J. Nutr. 48 (2): 84-94.

Ravussin E, Lillioja S, Anderson T. 1986. Determinants of 24-hour energy expenditure in man: methods and results using respiratory chamber. J Clin Invest 78: 1568-1578.Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penerbit Swadaya

Rimbawan, Syarief H, Dalimunthe D, Siagian A. 2004. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Respons Glikemik [Jurnal]. Ejournal.usu.ac.id

Sarwono W. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UISyaidah Iin. 2010. Pengaruh Pengolahan beras (Oryza Sativa L) varietas Ciherang menjadi Nasi, ketupat dan lontong terhadap nilai indeks glikemik. [Skripsi]. FEMA : IPB.

LAMPIRANGrafik

Gambar 1 Grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi glukosa dan jagung

Gambar 2 Grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi glukosa dan nasi

TabelTabel 1 Nilai indeks glikemik glukosa, nasi, dan jagung hasil penelitian

PanganIndeks Glikemik

Glukosa100

Nasi (Beras BMW Cianjur)81.7

Jagung pipil merah kukus79.36

Tabel 2 Data pengukuruan indeks glikemik kelas paralel pagi

No.NamaPangan UjiTB (cm)BB (kg)1 (0)2 (15)3 (30)4 (45)5 (60)6 (90)7 (120)

1TagorNasi (126,9 g)168,957,6101134144143127123114

2IkaJagung (180,5 g)15952,411018815213310810699

3AditGlukosa 16856,5110163197204162132101

Tabel 3 Perbandingan jagung vs glukosaPangan01530456090120

Jagung11018815213310810699

glukosa110163197204162132101

Tabel 4 Perbandingan nasi vs glukosaPangan01530456090120

Nasi101134144143127123114

glukosa110163197204162132101

Perhitungan