LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1...

29
6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Perpajakan Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sedangkan ada beberapa definisi pajak atau pengertian pajak yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh Indonesia sebagai berikut: 1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH, yang dikutip dari buku karangan Mardiasmo (2011:1), mendefinisikan pajak sebagai: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. 2. Prof. Dr. M. J. H. Smeets, yang dikutip dari buku karangan Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2008:6), mendefinisikan pajak sebagai: “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma- norma umum, dan dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual: untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.

Transcript of LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1...

Page 1: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

6

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Dasar Perpajakan

II.1.1 Pengertian Perpajakan

Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau

Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Sedangkan ada beberapa definisi pajak atau pengertian pajak yang diungkapkan

oleh tokoh-tokoh Indonesia sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH, yang dikutip dari buku karangan Mardiasmo

(2011:1), mendefinisikan pajak sebagai:

“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”.

2. Prof. Dr. M. J. H. Smeets, yang dikutip dari buku karangan Wirawan B. Ilyas

dan Richard Burton (2008:6), mendefinisikan pajak sebagai:

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

norma umum, dan dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat

ditunjukan dalam hal individual: untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.

Page 2: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

7

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang

(bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

II.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Waluyo (2011:6) dilihat dari fungsinya, pajak memiliki 2 fungsi, yaitu:

1. Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik yaitu fungsi

untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan

undang-undang berlaku yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran negara.

2. Fungsi regulerend adalah satu fungsi yang umumnya dapat dilihat di dalam

sektor swasta, yaitu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan

sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang

keuangan

Page 3: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

8

II.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat Pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib

Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Page 4: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

9

Ciri-cirinya:

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,

pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

II.2 Wajib Pajak

Menurut Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 pasal 1 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :

“Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

II.2.1 Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Uwon Gustiawan (2007:35) Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu adalah

sebagai berikut:

1. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari

kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas, dan atau pekerjaan bebas, dari

modal, dan lain-lain.

2. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

3. Kuasa warisan yang belum terbagi.

4. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/Polri dan pegawai

BUMN/BUMD sesuai dengan keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986.

5. Warga Negara Indonesia yang bekerja pada perwakilan negara asing.

Page 5: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

10

6. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu

12 bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

7. Tiap-tiap suami istri yang dikenakan PPh secara terpisah dalam hal:

a. Suami-istri telah hidup berpisah (HB), dan

b. Dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian

pemisahan harta dan penghasilan (PH).

II.3 Pajak Penghasilan

Undang-undang No.7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak

1 Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan

terakhir kali diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

UU PPh mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap Subjek Pajak berkenan

dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak

tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek Pajak

yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam UU PPh disebut Wajib Pajak.

Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu

tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak

apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhirnya dalam tahun pajak.

Page 6: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

11

II.3.1 Subjek Pajak Penghasilan

Mardiasmo (2011:135) menyatakan pajak penghasilan dikenakan terhadap

Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak.

Berdasarkan undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2,

yang menjadi Subjek Pajak adalah:

1. a. Orang Pribadi;

warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak;

b. Badan; dan

c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk usaha tetap merupakan Subjek Pajak yang perlakuan

perpajakannya dipersamakan dengan Subjek Pajak Badan

2. Subjek Pajak dibedakan menjadi Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek

Pajak luar negeri

3. Subjek Pajak dalam negeri adalah :

a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu:

Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari

183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan, atau Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di

Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali

unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

Page 7: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

12

1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintahan Pusat atau

Pemerintahan Daerah, dan

4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

c. Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak.

4. Subjek Pajak Luar Negeri, terdiri dari:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183( seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

di Indonesia.

Page 8: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

13

II.3.2 Objek Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2011:139) yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,

yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apa pun termasuk:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,

bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan dalam undang-undang ini.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, dan badan lainnya.

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan

dalam bentuk apapun.

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,

Page 9: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

14

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan

dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-

pihak yang bersangkutan.

e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan

dalam perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usah

koperasi.

8. Royalti atau pembayaran atas penggunaan hak.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14. Premi asuransi.

Page 10: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

15

15. Iuran yang diterima atau yang diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur

mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

19. Surplus Bank Indonesia.

Bagi Wajib Pajak dalam negeri, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan

bagi yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sedangkan bagi Wajib

Pajak luar negeri, yang menjadi objek pajak penghasilan yang berasal dari Indonesia

saja.

II.4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

II.4.1 Definisi NPWP

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Yang wajib mendaftarkan diri sesuai dengan Pasal 2 UU KUP Tahun 2007

menyebutkan bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan

objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib

mendaftarkan diri dan kepadanya diberikan NPWP. Yang Wajib mendaftarkan diri

untuk memperoleh NPWP :

Page 11: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

16

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak

melakukan pekerjaan bebas, yang jumlah penghasilannya sampai dengan

suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP)

3. Wajib Pajak Badan

Persyaratan Wajib Pajak ada dua, yaitu:

a. Persyaratan Subjektif

Persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam

UU PPh 1984 dan perubahannya.

b. Persyaratan Objektif

Persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh

penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau

pemungutan sesuai dengan ketentuan UU PPh 1984 dan perubahannya.

II.4.2 Tata Cara Pendaftaran NPWP

Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk

memperoleh NPWP, wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir

pendaftaran ke KPP. Syarat-syarat untuk membuat NPWP sebagai berikut:

1. Fotocopy KTP/identitas diri

2. Fotocopy Kartu Keluarga

3. SK (Pegawai Negeri). Syarat karena PPh (pajak penghasilan) dipotong

dikantor

Page 12: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

17

4. Mengisi formulir NPWP

Fungsi dari NPWP itu sendiri adalah:

1. Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan

administrasi perpajakan

3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan

Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam pengisian Surat

Setoran Pajak (SSP)

II.5 Surat Pemberitahuan (SPT)

II.5.1 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Agus Setiawan dan Basri Musri (2006:22) mengatakan:

“Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut perundang-

undangan perpajakan”. Terdapat 2 macam jenis Surat Pemberitahuan (SPT), yaitu :

1. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa

pajak. Yang dimaksud dengan masa pajak adalah satu bulan takwim.

Misalnya, masa Januari, masa Februari dan seterusnya.

Surat Pemberitahuan (SPT) Masa terdiri dari Surat Pemberitahuan Masa

Pajak Pengahsilan, Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,

Surat Pemberitahuan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Page 13: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

18

2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan hanya ada dalam Pajak Penghasilan.

Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu

Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Tahun Pajak adalah kurun waktu 12

(dua belas) bulan. Apabila kurun waktu 12 bulan tersebut mulai bulan Januari

sampai dengan bulan Desember, maka tahun pajaknya sama dengan tahun

takwim.

II.5.2 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut UU Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 3 Ayat (1), fungsi Surat

Pemberitahuan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan

dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya

terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu)

Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak Orang Pribadi atau badan dalam 1 (satu) Masa Pajak

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 14: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

19

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai

sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan

jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.

b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh

Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa

Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

3. Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang

dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

II.5.3 Tata cara Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat disampaikan dengan 2 cara, yaitu :

1. Secara Langsung

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat disampaikan secara langsung oleh Wajib

Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setelah itu Wajib Pajak akan

menerima tanda bukti penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang

ditandatangani oleh petugas/pejabat Kantor Pos tercatat.

2. Secara Tidak Langsung

Disamping secara langsung, penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dapat

pula disampaikan dengan cara tidak langsung, yaitu menggunakan media

Page 15: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

20

digital atau komputer (compact disc, flashdisk atau media penyimpanan data

digital lainnya), atau dapat juga disampaikan melalui jaringan komunikasi

data yang dapat ditransfer ke situs Direktorat Jenderal Pajak.

II.5.4 Batas Waktu Penyampaian SPT

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah :

1. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah

akhir Masa Pajak. Khusus untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak.

2. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak

3. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan,

paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (bulan) dengan

cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Pajak

sesuai dengan ketentuan yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

II.5.5 Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana

Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam

undang-undang perpajakan sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi atau

sanksi pidana sebagai berikut:

Page 16: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

21

1. Pasal 7 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah mengubah Undang-undang

Nomor 16 Tahun 2000 menyatakan bahwa, apabila SPT tidak disampaikan

dalam jangka waktu yang ditentukan atau batas waktu perpanjangan

penyampaian SPT yang telah ditentukan, dikenakan sanksi administrasi

berupa denda sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) SPT untuk SPT

Masa PPN, Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) SPT untuk SPT Masa lainnya,

Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) SPT untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

Badan, dan Rp 100.000,- SPT (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan

Orang Pribadi.

2. Pasal 38 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang

Nomor 28 tahun 2007 menyatakan bahwa, apabila Wajib Pajak tidak

menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak lengkap atau

melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena kealpaaan Wajib

Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,

dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya satu tahun dan denda

setinggi-tingginya dua kali jumlah pajak yang terutang.

3. Pasal 39 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang

Nomor 28 tahun 2007 menyatakan bahwa, apabila Wajib Pajak tidak

menyampaikan SPT atau menyampaikan dan atau keterangan yang isinya

tidak benar atau tidak lengkap dengan sengaja sehingga dapat menimbulkan

Page 17: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

22

kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara selama-

lamanya 6 (enam) tahun dan denda setinggi-tingginya empat kali lipat jumlah

pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.

II.6 E-Compliance

Pengertian e-compliance dalam perpajakan adalah suatu bentuk pelayanan yang

memanfaatkan sistem komunikasi dan teknologi internet dengan aplikasinya yang

meliputi e-Registration (pendaftaran Wajib Pajak melalui internet), e-SPT (pengisian

SPT dengan program yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan e-Filing

(palaporan pajak melalui internet).

E-compliance sebagai suatu administrasti perpajakan modern yang memberikan

kemudahan bagi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan

memanfaatkan media elektronik atau internet. Dengan diterapkannya e-compliance pada

KPP diaharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya.

II.6.1 E-Registration

Merupakan pendaftaran pajak secara online dalam satu area domisili Wajib Pajak

dengan sistem komputerisasi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Sistem pendaftaran

Wajib Pajak secara online (e-Registration) adalah sistem aplikasi sebagai bagian dari

sistem informasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Sistem ini terbagi

menjadi dua, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang diberfungsi sebagai

Page 18: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

23

sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem yang dipergunakan oleh

Petugas Pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.

II.6.1.1 Tata Cara Pembuatan NPWP secara E-Registration

Wajib Pajak Orang Pribadi melalui sistem e-Registration di website Direktorat

Jenderal Pajak. Ketentuan perundang - undangan yaitu Keputusan Direktur Jenderal

Pajak Nomor KEP - 173/PJ./2004 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-

02/PJ./2005 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor:

PER-24/PJ/2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok

Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib

Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dengan Sistem e-Registration.

Berikut langkah – langkah dalam membuat NPWP secara Online:

1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

http://www.pajak.go.id.

2. Memilih menu sistem e-Registration.

3. Membuat account Wajib Pajak yang antara lain berisi username dan

password. Isi data pendaftaran user dengan benar dan lengkap.

4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang

telah dibuat.

5. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau

Bendaharawan).

6. Mengisi formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data pada layar

komputer dengan lengkap dan benar.

Page 19: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

24

7. Memilih tombol daftar untuk mengirim Formulir Regristrasi Wajib Pajak

secara elektronis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

8. Mencetak formulir registrasi Wajib Pajak Orang Pribadi. Surat Keterangan

Terdaftar Sementara.

9. Menandatangani formulir registrasi Wajib Pajak dan melengkapinya dengan

dokumen. Seperti: fotokopi KTP dan surat keterangan tempat kegiatan usaha.

10. Mengirimkan formulir registrasi Wajib Pajak yang sudah di tandatangani

beserta persyaratan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Dapat disampaikan

langsung ataupun melalui pos.

11. Menerima permintaan kelengkapan persyaratan, dalam hal terdapat

persyaratan yang belum lengkap.

12. Mengirimkan kelengkapan persyaratan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

13. Menerima kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.4.-00) dan Surat

Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2.-00), dan atau Surat Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00) bagi Wajib Pajak yang melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dari KPP tempat

Wajib Pajak terdaftar.

14. Catatan.

dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti tidak benar, maka permohonan

pendaftaran Wajib Pajak dan atau pelaporan usaha Wajib Pajak ditolak dan

Wajib Pajak menerima Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan

Pelaporan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.8.-00).

Page 20: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

25

II.6.2 Pengertian e-SPT

Elektronik SPT atau e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh

Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT.

Sedangkan pelaporan e-SPT adalah SPT beserta lampirannya dibuat dalam bentuk

digital dan dilaporkan baik dengan secara online maupun dengan menggunakan media

komputer ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Hasil yang diharapkan dengan adanya e-

SPT adalah :

1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran

dalam bentuk CD atau flashdisk

2. Data perpajakan terorganisasi dengan baik

3. Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem

komputer

4. Berkurangnya pekerjaan perekaman data SPT yang memakan sumber daya

yang cukup banyak

II.6.2.1 Penyampaian e-SPT

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 6/PJ/2009 tentang Tata

cara penyampaian Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik menyebutkan bahwa,

penyampaian e-SPT oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak

terdaftar dapat dilakukan:

a. Secara langsung atau melalui pos/ perusahaan jasa ekspedisi/ kurir dengan

bukti pengiriman surat dengan membawa atau mengirimkan formulir Induk

SPT Masa PPh dan atau SPT masa PPN dan atau SPT Tahunan PPh hasil

Page 21: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

26

cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan

dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan,atau

b. Melalui e-Filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

II.6.2.3 System Requirement

Setiap aplikasi software memiliki kebutuhan requirement sendiri-sendiri agar

aplikasi yang dibuat dapat dijalankan pada PC User. Requirement untuk aplikasi e-SPT

ini cenderung tidak terlalu sulit, dikarenakan aplikasi ini dapat dijalankan pada PC mana

saja yang memiliki minimal Pentium III.

Minimal requirement untuk dapat menjalankan aplikasi e-SPT, PC yang akan

digunakan untuk menjalankan aplikasi ini harus mempunyai minimal :

1. H/W Requirements :

a. Pentium III 600 Mhz or Faster

b. 32 Mb RAM

c. 40 Mb Harddisk space

d. CD-ROOM Drive

e. VGA dengan minimal resolusi layar 1024 x 768

f. Mouse

g. Keyboard

2. S/W Requirements :

a. Microsoft Windows 98 or later

b. Installer e-SPT

Page 22: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

27

II.6.2.4 Tata Cara Pelaporan e-SPT

Mengacu pada dasar hukum KEP-383/PJ/2002 yang telah mengalami 3 kali

perubahan terakhir PER-184/PJ/2004 tentang Tata Cara Pembayaran Setoran Pajak

Melalui Sistem Pembayaran online dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Dalam

Bentuk Digital pada Lampiran ke II dimana menjelaskan Tata Cara Pelaporan SPT

Dengan Menggunakan Media Komputer (e-SPT), bahwa:

1. Wajib pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem komputer yang

digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya

2. Wajib pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data

perpajakan yang akan dilaporkan, antara lain:

a. Data Identitas wajib pajak pemotong/pemungut dan identitas wajib pajak

yang dipotong/diputngut seperti : NPWP, nama, alamat, kode pos, Nama

KPP, Pejabat Penandatanganan, kota, Format Nomor Bukti Potong,

Nomor Awal Bukti Potong/Pungut, Kode Kurs Mata Uang yang akan

digunakan.

b. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh.

c. Faktur Pajak.

d. Data Perpajakan yang terkandung SPT.

e. Data Surat Setoran Pajak (SSP) seperti : Masa Pajak, Tahun Pajak,

tanggal setor, NTTP, Kode MAP/KJS, dan jumlah pembayaran pajak.

3. Wajib pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan

sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib

Page 23: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

28

pajak ke dalam aplikasi e-SPT yang mengacu kepada format data yang sesuai

dengan aplikasi e-SPT.

4. Wajib pajak mencetak Bukti Potong/Pungut dengan menggunakan aplikasi e-

SPT dan menyampaikan kepada pihak yang dipotong/dipungut.

5. Wajib pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPh dan atau SPT Masa

PPN dan/atau SPT Tahunan PPh yang dipotong/dipungut.

6. Wajib pajak menandatangani SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN

dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPT.

7. Wajib pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e-SPT

dan disimpan dalam media komputer (cd, flashdisk dsb).

8. Wajib pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP

dengan membawa formulir induk SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan

PPh hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani beserta file data SPT yang

tersimpan dalam media komputer sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

9. Wajib pajak melaporkan SPT secara elektronik ke KPP dengan membawa

formulir induk SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan

e-SPT yang telah ditandatangani dengan membawa Berita Acara Serah

Terima Informasi SPT yang dikirim secara elektronik sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku

II.6.3 e-Filing

Page 24: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

29

e-Filing adalah layanan pengisian data Wajib Pajak maupun perhitungan pajak

yang terhutang oleh Wajib Pajak dengan menggunakan media piranti lunak (software)

dan cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan melalui sistem online

yang real time.

II.6.3.1 Dasar Hukum e-Filing

Peraturan yang mengatur tentang e-Filing adalah :

1. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 47/PJ/2008 tanggal 16 Desember

2008 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dan Penyampaian

Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan secara

Elektronik (e-Filing) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)

2. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak PER-39/PJ/2011 tanggal 23 Desember

2011 tentang tata cara penyampaian SPT Tahunan bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi secara e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak

II.6.3.2 Prosedur e-Filing

Terdapat beberapa prosedur yang harus dipenuhi Wajib Pajak untuk dapat

menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT

menggunakan e-Filing, yaitu :

1. Wajib Pajak yang menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT

Tahunan secara elektronik (e-Filing) melalui satu atau beberapa Perusahaan

Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh DJP harus memiliki

Page 25: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

30

Electronic Filing Identification Number (e-FIN) dan memperoleh Sertifikat

(Digital Certificate) dari DJP.

2. Electronic Filing Identification Number (e-FIN) diterbitkan oleh KPP tempat

Wajib Pajak terdaftar berdasarkan permohonan Wajib Pajak. Permohonan

diajukan secara tertulis kepada KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dengan

formulir yang telah disediakan pada Lampiran I Peraturan Direktorat Jenderal

Pajak.

3. Kepala Kantor Pelayanan di KPP akan memproses permohonan Wajib Pajak

apabila persyaratan dalam pengajuan permohonan tersebut telah diterima

secara lengkap. KPP yang bersangkutan harus memberikan keputusan atas

permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh e-FIN

paling lama 2 (dua) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

4. Apabila dalam hal e-FIN hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan

pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan asli kartu NPWP atau Surat

Keterangan Terdaftar (SKT) dan apabila Wajib Pajak adalah Pengusaha Kena

Pajak maka disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak.

5. Permohonan dapat disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan

adalah sama dengan alamat yang tercantum data master file (data base) WP

di KPP.

6. Wajib Pajak yang telah mendapatkan Electronic Filing Identification Number

(e-FIN) dapat mendaftarkan diri melalui website satu atau beberapa

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh DJP.

Page 26: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

31

7. Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, maka Perusahaan Penyedia Jasa

Aplikasi akan memberikan:

a. User ID dan Password.

b. Aplikasi e-SPT beserta petunjuk penggunaan dan informasi lainnya,

sesuai dengan jenis-jenis pajak yang diperlukan.

c. Sertifikat Digital (Digital Certificate) yang diperoleh dari DJP

berdasarkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN) yang

didaftarkan oleh Wajib Pajak.

8. Wajib Pajak dapat melakukan pengisian e-SPT yang telah diberikan. Setelah

data terisi dengan benar, jelas dan lengkap disampaikan secara online melalui

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Wajib Pajak terlebih dahulu harus

login ke situs ASP dengan menggunakan nama login, password dan e-FIN

yang telah dimiliki. Setelah itu, barulah Wajib Pajak dapat melakukan

upload pengisian data SPT dan proses submission dilakukan dari komputer

Wajib Pajak yang telah terkoneksi ke internet melalui ASP dimana Wajib

Pajak terdaftar dan diteruskan ke KPP. Setelah melaporkan SPT melalui e-

Filing, Wajib Pajak mendaftar untuk mendapatkan NTPA (Nomor Transaksi

Pengiriman ASP). NTPA akan tampil disertai dengan file yang dilaporkan

melalui e-Filing. Setelah mendapatkan NTPA, Wajib Pajak akan mengambil

NTPS (Nomor Transaksi Penyampaian SPT) hasil pelaporan melalui e-

Filing.

Jika sistem di KPP telah menerima data elektronik SPT dan sistem tersebut

menyatakan bahwa SPT telah diterima secara lengkap, maka sistem ini akan

Page 27: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

32

membubuhkan Bukti Penerimaan secara elektronik dibagian bawah dari

Induk SPT. Bukti penerimaan secara elektronik berisi informasi yang

meliputi NPWP, tanggal, jam, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS)

dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan

Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).

9. SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang disampaikan

secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian SPT dan

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang jatuh pada hari libur,

dianggap menyampaikan tepat waktu dan dapat dilakukan selama 24 (dua

puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu

Indonesia Bagian Barat.

10. Wajib Pajak wajib menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain yang

harus dilampirkan dalam SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT

Tahunan, paling lama:

a. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan SPT dan

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan sebelum batas

akhir penyampaian.

b. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT dan Pemberitahuan

Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik disampaikan setelah lewat

batas akhir penyampaian.

11. Jika Wajib Pajak tidak menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain

dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dianggap tidak

menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.

Page 28: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

33

12. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) wajib memberikan jaminan kepada

Wajib Pajak bahwa SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

beserta lampirannya disampaikan secara elektronik dijamin kerahasiaannya,

diterima di DJP secara lengkap dan real time serta diakui oleh pihak Wajib

Pajak dan DJP.

II.6.3.3 Tarif Biaya e-Filing melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau

Application Service Provider (ASP)

Wajib Pajak yang ingin menggunakan e-Filing melalui Perusahaan Penyedia Jasa

Aplikasi dikenakan biaya. Wajib Pajak harus membayar atas jasa penyampaian e-SPT

ini kepada Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi. Tarif e-Filing untuk setiap Wajib Pajak

adalah sama dan tidak berdasarkan hutang pajaknya. Setiap Perusahaan Penyedia Jasa

Aplikasi mengenakan harga yang sama karena ada asosiasi yang mengaturnya yaitu

dengan perincian sebagai berikut:

1. Pendaftaran dikenakan biaya sebesar Rp 50.000,-

2. Biaya keanggotaan per tahun dikenakan biaya sebesar Rp 200.000,-

3. Biaya pengiriman data per submission dikenakan biaya sebesar Rp 40.000,-

per semua pasal atau pengiriman tidak termasuk pembetulan

4. Untuk cabang dikenakan biaya sebesar Rp 9000,- per pasal

Setiap Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider

(ASP) dikemas menjadi paket yang mudah di ikuti oleh Wajib Pajak tanpa melanggar

skema tarif yang sudah ditetapkan bersama.

Page 29: LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00243-AK Bab2001.pdfPasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib

34