lampiran 4

6
95 LAMPIRAN 4 ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK A. ANALISIS UNSUR INTRISIK 1. Tema Tema dalam novel Sang Pencerah ini adalah Perjuangan menegakkan kebenaran dan mendirikan kehidupan yang lebih baik. 2. Penokohan No Nama Watak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kholil kamaludiningrat Maisaroh Sri sultan Hamengkubuwono I Haji Wiryokusumo K.H. Ahmad Dahlan Sri Sultan Hamengkubuwono VIINyai Abdullah (ibu darwais) Pono (sahabat aku) Sakri (sahabat aku) Sukar (sahabat aku) Siti Walidah (sahabat aku ) Kangmas Fhadil (sahabat aku) Parjan (anak ngadisuryam Mas Noor Mas Muhsia Mas shaleh Kiai Abdul Hamid Lempuyang Wangi Syah rasyid Riidha K.H. Muhammad faldhil DR.Wahidin Sudiro husodo Nyai Fadhil (ibu walidah) Kiai Sholeh Darat Maulana Malik Ibrahim Pemimpin pengajian yang arif dan bijaksana Murid yang acuh tak acuh,membaca Alqur·an Susunan pertama kesultanan Islam Perancang bangunan Masjid Ghede Baik,tegas,pintar,tidak mudah menyerah menghadapimasalah,mudah bergaul dengan siapa saja dan tidak mudah mengafirkan orang lain Bapak iman dan khatib Mesjid Ghede, pemimpin yang baik danbijaksana. Sahabat yang penyayang,rendah hati,tidak mudah putus asa. Suka bergurau dan pandai menghibur. Anak yang pendiam,cantik, dan lemah lembut. Taat,tawadhu, suka membantu. 13 - 16 Kakak ipar aku sekaligus, sebagai Guru ilmu Agama.Lemah lembut, dermawan, dan penyang. Pedagang batik yang tegas dalam segala hal. Rendah hati dan penurut. Karismatik, penulis, dan berwibawa Teguh pendirian dan tidak mudah putus asa Bertanggung-jawab dan tidak mengejar kepentingan dunia Wawasan tinggi atau luas, suka membantu dan rendah hati Penyayang anak-anak.

Transcript of lampiran 4

Page 1: lampiran 4

95

LAMPIRAN 4 ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

A. ANALISIS UNSUR INTRISIK

1. Tema

Tema dalam novel Sang Pencerah ini adalah Perjuangan menegakkan kebenaran dan

mendirikan kehidupan yang lebih baik.

2. Penokohan

No Nama Watak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Kholil kamaludiningrat

Maisaroh

Sri sultan Hamengkubuwono I

Haji Wiryokusumo

K.H. Ahmad Dahlan

Sri Sultan Hamengkubuwono

VIINyai Abdullah (ibu

darwais)

Pono (sahabat aku)

Sakri (sahabat aku)

Sukar (sahabat aku)

Siti Walidah (sahabat aku )

Kangmas Fhadil (sahabat aku)

Parjan (anak ngadisuryam

Mas Noor

Mas Muhsia

Mas shaleh

Kiai Abdul Hamid

Lempuyang Wangi

Syah rasyid Riidha

K.H. Muhammad faldhil

DR.Wahidin Sudiro husodo

Nyai Fadhil (ibu walidah)

Kiai Sholeh Darat

Maulana Malik Ibrahim

Pemimpin pengajian yang arif dan bijaksana

Murid yang acuh tak acuh,membaca Alqur·an

Susunan pertama kesultanan Islam

Perancang bangunan Masjid Ghede

Baik,tegas,pintar,tidak mudah menyerah

menghadapimasalah,mudah bergaul dengan siapa saja

dan tidak mudah mengafirkan orang lain

Bapak iman dan khatib Mesjid Ghede,

pemimpin yang baik danbijaksana.

Sahabat yang penyayang,rendah hati,tidak

mudah putus asa.

Suka bergurau dan pandai menghibur.

Anak yang pendiam,cantik, dan lemah lembut.

Taat,tawadhu, suka membantu.

13 - 16 Kakak ipar aku sekaligus, sebagai Guru ilmu

Agama.Lemah lembut, dermawan, dan penyang.

Pedagang batik yang tegas dalam segala hal.

Rendah hati dan penurut.

Karismatik, penulis, dan berwibawa

Teguh pendirian dan tidak mudah putus asa

Bertanggung-jawab dan tidak mengejar kepentingan

dunia

Wawasan tinggi atau luas, suka membantu dan rendah

hati

Penyayang anak-anak.

Page 2: lampiran 4

96

26

27

28

29

30

31

Budi Utomo

K.H Abu Bakar

Siti Aminah

K.H Fahruddin

Kiai Noor

Kiai Fahal

Syaikh Abdul Kahar

Kreatif dan di kenal sebagai penulis yang produktif

Cerdas dalam berorganisasi dan memiliki wawasan luas

Berpengetahuan tinggi tentang agama, berwibawa dan

rendah hati

Penyayang,dan memperhatikan masa depan anak-

anaknya.

Peduli terhadap sesama muslim, banyak memberikan

usulan/dalam setiap kegiatan, ramah dan suka

bertanya

Keras dalam mengambil keputusan,tegas dalam

mengambilkeputusan dan tegas menghadapi masalah

serta tidak mudah putus asa

3. Alur

Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju mundur. Alasannya adalah novel ini menceritakan

kembali peristiwa-peristiwa atau kejadian tokohnya kemudian kembali keceritaawal untuk

melanjutkan kembali cerita tersebut.

Keterangan :

a) Peristiwa 1 : alur maju mundur

b) Peristiwa 2 : alur maju

c) Peristiwa 3 : alur maju

d) Peristiwa 4 : alur maju mundur

e) Peristiwa 5 : alur maju mundur

f) Peristiwa 6,7,9,10,11,16.18 : alur maju

g) Peristiwa 8,12,13,14,15,17 : maju mundur

4. Latar / setting

Setting waktu dalam novel ini adalah pada abad ke-20 an, dan Setting tempatnya di Kauma

Ngayogkarta, mesjid Gedhe dan Langgar Kidul, Keraton, pedesaan, pesantren, zaman penjajahan

Belanda.

5. Gaya bahasa

Dalam novel ini bahasa yng dipakai adalah bahasa daerah dan bahasa sehari - hari

6. Amanat

Page 3: lampiran 4

97

Amanat yang terkandung didalam novel ini yaitu memberikan pencerahan jiwa, hati, dan pikiran dalam

melihat perkembangan islam diIndonesia sampai sekarang ini.

7. Sudut pandang

Sudut pandang novel ini adalah “aku” atau sudut pandang orang pertama tunggal tokoh utama.

B. ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK

Latar belakang penulis

Sang pencerah adalah novel kedua yang ditulis Akmal Nasery Basral berdasarkan

scenario film novel Nagabonar Bonar Jadi 2 (2007). Berbeda dengan kebiasaan novelisasi

scenario para penulis lainyang umunya hanya sekedar memindahmediakan format scenario

ke dalam brntuk novel, akmal melakukan pendlaman materi scenario dengan memperkaya

bahan penulisan, serta mengubah sudut pandang penceritaan dari mata sang tokah proyogonis

(“aku”), sehingga hasilnya adalah sebuh novel yang melengkapi kisah film, bukan

mengulangi apa yang sudah dilihat penontin.

Karya – karya fiksi lain dari penulis berusia 42 tahun ini adalah imperia (2005) yang

merupakan novel pertamanya, serta antologi cerpen ada seorang dikepalaku yang bukan aku

(2006) yang termasuk dalam loklist katulistiwa di terari awal 2007. Cerpen “Legenda Bandar

Angin ” pada kumpulan cerpen yang berkisah tentang kehidupan anak seorang mantan

tahanan politik di pulau baru, Maluku, itu ditabalkan sebagaikan cerpen terbaik harian pikiran

rakyat (Jawa Barat ) sepanjang tahun 2006.

Merintis karir di dunia jurnalistik sejak 1994,dan pernh berkerja sebagai wartawan di tiga

majalahberita mingguan (Gatra, Gamma, Tempo ); serta pendiri dan pemimpin redaksi

pertama majalah music trax (saat berdiri bernama MTV Trax, 2002), Akmal memutuskan

untuk meninggalkan dunia jurnalistik pada awal 2010 dan berkhidmat sepenuhnya pada duni

penulisan non-jurnalistik di bidang kesusastraan dan film.

Di bidang kesusastraan, Akmal menyukai gaya bercerita Jonathan Safran Foer dan

Haruki Murakami ini sedang menyelesaikan naskah novelnya, Las Palabras de Amor, yang

merupakan alegori Indonesia periode 1980-an sampai 2000-an. Las Palabras de Amor yang

dimulai penulisnnya tahun 2006 walnya diperkirakan bias terbit pada tahun 2007. Namun

dalam perkembangannya mengalami banyak kendala tersebab pekerjaan rutin sebelumnya,

sehingga di proyeksikan baru bias terbit pada akhir tahun 2010.

Di bidang perfilman, saat ini Akmal merupkan penyedia cerita (Scrip Supervisor )

program FTV 20 Wajah Indonesia, program khusus chanel SCTV yang dikerjakan rumah

produksin Citra Sinema pimpinan Dedi Mizwar. Pada program yang ditayangkan setiap

Page 4: lampiran 4

98

selasa pukul 22.00 WIB muli satu juni-oktober 2010 itu, alumnus FISIP UI ini juga menulis

sebuah scenario tentng kisah anak – anak Papua yang gandrung bermain sepak bola.

Di tengh – tengah kesibukan FTV itu, Akmal juga penikmat seri documenter Don’t Tell

My Mother yang dipandu Diego Bunoel (Canal + ) ini juga sedang menggodok film

documenter yang akan di sutradarainya sendiri, di bantu oleh Yayasan Mizan/ Mizan

Productions.

Diantara dua kutub dunia sastra, dan film itu yang ditekuninya itu, ayah tiga putrid Jihan

Maghfira (11 tahun), Aurora Elena (8 tahun), dan Mariam Aylatira (3 tahun) ini masih

bersentuhan dengan dunia music cukup intens lewat keterlibatannya dalam memoles sebuah

band pop secara rutin. Jika tidak aral melintang, sebuah bukunya tentang profil dan

perjalanan dua orkestra terkemuka di tanah air.

Page 5: lampiran 4

99

SINOPSIS NOVEL SANG PENCERAH

Diceritakan seorang Muhammad Darwis, yang mana keluarga besarnya adalah Keluarga

Ulama. Pada usia muda Muhammad Darwis merantau ke Mekkah untuk lebih mendalami

ilmu agama, dan sepulang dari Mekkah, pada usia 21 tahun, Muhammad Darwis yang

semenjak itu berganti nama menjadi Ahmad Dahlan memulai aktivitas dakwahnya dengan

menjadi Imam dan Guru mengaji di Langgar Kidul, sebuah mushola di dekat rumahnya yang

sebelumnya dikelola oleh ayahandanya, selain itu beliau juga diangkat menjadi Khotib

Masjid Besar Keraton Yogyakarta. Tak lama sejak kepulangannya dari Mekkah beliau

menikah dengan Siti Walidah.

Kyai Ahmad Dahlan melihat banyak hal yang menyimpang dalam kehidupan beragama di

lingkungannya, mulai dari arah kiblat Masjid Besar yang tidak mengarah ke ka'bah serta

tradisi-tradisi masyarakat yang mengatas namakan agama. Beliau memulai dakwahnya

dengan merubah cara berpakaiannya dari jubah menjadi pakaian Priyayi Jawa, menyantuni

anak yatim dan fakir miskin, sampai pemberian pendidikan yang beliau berikan kepada anak-

anak pribumi dengan menggunakan meja kursi, yang dianggap oleh orang pada saat itu

adalah buatan orang kafir, sehingga beliau dan beberapa muridnya dicap sebagai Kyai Kafir

dan tak hanya itu, langgar kidul yang menjadi tempat beliau menempa murid-muridnya

dengan ilmu agama sampai dirobohkan. Hal tersebut sempat membuat Kyai Ahmad Dahlan

meninggalkan Kotanya, namun setelah dibujuk oleh kakak beliau, akhirnya beliau kembali

dan membangun lagi Langgar Kidul.

Seiring dengan dakwah beliau, ternyata di kota itu muncul sebuah organisasi Budi

Utomo, dan beliau memutuskan untuk bergabung dengan Budi Utomo karena memiliki visi

perjuangan yang hampir sama, yaitu mengangkat kembali martabat ummat (bangsa

Indonesia). Dari perkumpulan tersebut beliau meminta untuk dapat mengajar agama Islam di

Page 6: lampiran 4

100

Sekolah Belanda, sempat diragukan oleh pengurus sekolah akhirnya beliau diberi kesempatan

sekali mengajar, jika pihak sekolah puas maka beliau dapat mengajar disana. Disinilah

dijumpai keluwesan beliau dalam mendakwahkan Islam sebagai Rohmatan lil 'alamin.

Berawal dari peristiwa seorang murid yang kentut dengan suara keras di kelas itu, beliau

berhasil menyambungkan situasi pada saat itu dengan ajaran Islam yaitu tentang syukur. Dari

sinilah akhirnya, beliau diterima untuk mengajar agama Islam di sekolah tersebut. Melihat

bahwa ternyata hanya kalangan tertentu saja yang dapat mengenyam bangku pendidikan pada

saat itu, maka beliau bersama kelima muridnya yang setia (Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam

dan Dirjo) mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Dinniyah di rumahnya, dengan mengambil murid

dari anak-anak pribumi yang miskin, beliau pertama-tama memberikan makan kepada

mereka lalu disuruhnya mereka mandi, setelah itu baru kegiatan belajar dimulai. Begitu

seiring dengan berjalannya sang waktu Kyai Ahmad Dahlan merasa bahwa aktivitas sosial

yang digalangnya akan lebih terorganisir jika terbentuk sebuah perkumpulan. Setelah

bermusyawarah bersama murid-muridnya dilanggar Kidul, atas usul salah satu muridnya

yaitu Sangidu organisasi tersebut diberi nama Muhammadiyah yang bermakna Pengikut Nabi

Muhammad SAW.