Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

36
174 Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara Koding Inti Penelitian Hasil Temuan Informan Citizen Journalism Social Networks Blogging Wikis Open Sourcing Interaktivitas Restu Indah (ODP/ Announcer) Sudah bekerja di Suara Surabaya selama 11 tahun dari tahun 2000. Awalnya sebagai gatekeeper dan announcer. Tapi sekarang sebagai ODP dan announcer. Saat memberi laporan, pendengar lama- kelamaan mengikuti gaya SS melaporkan, sehingga informasi yang diberikan detail. Misalnya, ada kemacetan di tol Porong sepanjang 3 km dari mulut tol. Tidak pernah dan tidak mau menggunakan akun FB dan Twitter pribadi untuk urusan pekerjaan. Pernah salah memasukkan informasi gatekeeper ke dalam akun Facebook sendiri. Tidak pernah melempar pertanyaan ke seperti “bagaimana keadaan porong?” ke wall FB ataupun Twitter karena selalu sudah ada. Setiap status di-like sebagai bentuk penghargaan. Informasi yang ditulis di FB maupun Twitter tidak terbatas Pernah punya blog pribadi tapi saat ini tidak aktif lagi. Isinya mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi. Jadi tidak pernah menunjukkan kalau aku orang radio. Biarlah menjadi 2 kepribadian. Kalau untuk ODP tidak pernah membuka wikipedia. Namun untuk siaran, biasanya membuka wikipedia. Walaupun banyak yang bilang wikipedia tidak jelas sumbernya dan banyak yang salah, tapi tetap menggunakan wikipedia sebagai referensi. Pada saat siaran membuka google dan wikipedia. Tujuannya untuk Pernah googling dan sering melakukannya. Tujuan googling: melihat bagaimana penulisan yang baik. Di antaranya: penulisan nama, jabatan, tempat/ lokasi. Contoh kasus kebakaran Smarteak. Kadang-kadang kalau keliru, langsung diralat sama orang- orang. Kalau dalam hal pencarian informasi, Di dalam Facebook terdapat ruang diskusi. Di sana ada interaksi dengan pendengar SS sekaligus pengguna Facebook. Isi ruang diskusi biasanya masukan- masukan dari pendengar. ODP layaknya etalase layanan Suara Surabaya Media. Jadi orang bisa memilih mau mendengar SS atau melihat agenda SS, masuk ke akun Facebook/ Twitter, dsb. ODP memiliki program sendiri,

Transcript of Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

Page 1: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

174

Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara Koding Inti Penelitian

Hasil Temuan Informan

Citizen Journalism Social Networks Blogging Wikis Open Sourcing Interaktivitas

Restu Indah

(ODP/ Announcer)

Sudah bekerja di Suara Surabaya selama 11 tahun dari

tahun 2000. Awalnya sebagai

gatekeeper dan

announcer. Tapi

sekarang sebagai ODP

dan announcer.

Saat memberi laporan, pendengar lama-kelamaan mengikuti gaya SS melaporkan, sehingga informasi yang diberikan detail. Misalnya, ada kemacetan di tol Porong sepanjang 3 km dari mulut tol.

Tidak pernah dan tidak mau menggunakan akun FB dan Twitter pribadi untuk urusan pekerjaan. Pernah salah memasukkan informasi gatekeeper ke dalam akun Facebook sendiri.

Tidak pernah melempar pertanyaan ke seperti “bagaimana keadaan porong?” ke wall FB ataupun Twitter karena selalu sudah ada.

Setiap status di-like sebagai bentuk penghargaan.

Informasi yang ditulis di FB maupun Twitter tidak terbatas

Pernah punya blog pribadi tapi saat ini tidak aktif lagi.

Isinya mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi.

Jadi tidak pernah menunjukkan kalau aku orang radio. Biarlah menjadi 2 kepribadian.

Kalau untuk ODP tidak pernah membuka wikipedia. Namun untuk siaran, biasanya membuka wikipedia.

Walaupun banyak yang bilang wikipedia tidak jelas sumbernya dan banyak yang salah, tapi tetap menggunakan wikipedia sebagai referensi.

Pada saat siaran membuka google dan wikipedia.

Tujuannya untuk

Pernah googling dan sering melakukannya.

Tujuan googling: melihat bagaimana penulisan yang baik. Di antaranya: penulisan nama, jabatan, tempat/ lokasi.

Contoh kasus kebakaran Smarteak.

Kadang-kadang kalau keliru, langsung diralat sama orang-orang.

Kalau dalam hal pencarian informasi,

Di dalam Facebook terdapat ruang diskusi. Di sana ada interaksi dengan pendengar SS sekaligus pengguna Facebook.

Isi ruang diskusi biasanya masukan-masukan dari pendengar.

ODP layaknya etalase layanan Suara Surabaya Media. Jadi orang bisa memilih mau mendengar SS atau melihat agenda SS, masuk ke akun Facebook/ Twitter, dsb.

ODP memiliki program sendiri,

Page 2: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

175

mengenai traffic, tapi juga olahraga, politik, dsb yang bersifat “hot news.” Informasi-informasi juga biasanya diperoleh dari teman-teman news writer.

Apabila ada informasi yang salah di akun FB atau Twitter SS, orang akan cenderung meralat dengan sendirinya, menggunakan bahasa yang sopan. Berbeda dengan on air, orang pernah mengumpat dan memaki di udara.

Facebook juga dimanfaatkan institusi lain (Kepolisian/ RTMC, PLN) untuk menyampaikan informasi mereka. Untuk layanan publik boleh, tapi kalau sudah promosi (mis: Yamaha) langsung di-delete.

menambah wawasan. Sehingga ketika pendengar bertanya bisa memberikan penjelasan kepada mereka.

Manfaat yang diperoleh banyak. Ibaratnya seperti kalimat orang yang menguasai informasi itu menguasai dunia.

Tapi pesan-pesan yang masuk tetap dikontrol.

googling kebanyakan dilakukan untuk pengetahuan pribadi.

Sedang berita umumnya diambil dari teman-teman news writer. Baru kalau ada yang mau ditambahkan setelah googling, baru ditambahkan. Tapi basic-nya dari teman-teman news writer.

Jadi ODP tidak memproduksi berita, tapi mengedit berita yang ada sesuai dengan bahasa di jejaring sosial.

Mesin pencari yang digunakan biasanya adalah Google. Yang lain belum

sehingga apa yang ditulis di Facebook dan Twitter tidak otomatis masuk ke dalam ODP.

Karakter penulisan beritanya pun berbeda. Dari Facebook ke Twitter. Dari Twitter ke FB dan ke ODP itu berbeda juga.

Page 3: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

176

Tidak jarang orang memasukkan berita dari media lain atau menge-link-kan ke situs berita media lain. Itu juga langsung di-delete.

Pada saat siaran, informasi dari nama-nama akun yang tidak jelas tidak akan dibaca. Misalnya Robert Kwat.

Beberapa kasus seperti penangkapan mobil cisco, informasi pertama diperoleh melalui social networks. Sama halnya dengan kasus tabrakan di Bojonegoro (truk menabrak warga yang sedang menonton ketoprak).

Saat siaran, informasi dari FB dan Twitter juga dibaca, sehingga informasi bisa selalu update.

pernah.

Page 4: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

177

Setiap complaint yang ditulis di akun FB ataupun Twitter harus disertakan konfirmasi supaya ada keberimbangan.

Setiap posting yang disampaikan tidak boleh mengandung SARA, provokatif. Di sini kita mengedepankan news yang riil, fakta.

Setiap komentar yang masuk harus ditanggapi tanpa emosi. Dengan begitu, bisa meng-educate orang agar tidak sembarangan menulis posting di FB maupun Twitter.

Cara meng-educate orang itu biasanya melalui comment di pesan-pesan yang masuk. Sedang untuk pesan-pesan provokatif langsung kita disclaimer.

Page 5: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

178

Cara mengukur akurasi memang sulit. Biasanya langsung di-retweet dan melihat apakah ada orang yang menolak. Tapi sejauh ini orang sepertinya masih mikir dua kali sebelum mem-posting sesuatu. Jadi rata-rata nggak salah.

Jadi cara mengecek akurasi juga dibantu sama pengguna Facebook atau Twitter lain.

Rully Anwar (Reporter

Suara Surabaya)

Sudah bekerja

di Suara Surabaya selama 11

tahun sebagai reporter.

Sering kali informasi awal berasal dari pendengar baru kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan liputan.

Praktek citizen journalism sudah seumur SS. Dimulai dengan medium

Memantau radio, Facebook, dan Twitter. Kalau seadainya kelewatan ada fungsi gatekeeper di kantor.

Biasanya gatekeeper memberitahu ada peristiwa ini. Kalau lewat telepon masih belum cukup baru meminta reporter datang ke lokasi.

Isu berita pernah

Saya tidak pernah menulis blog. Kalaupun ya, pasti tidak akan ada hubungannya dengan berita.

Dalam peliputan selama ini belum pernah memanfaatkan wikipedia.

Kalau hanya sekedar ingin tahu pernah, tapi tidak untuk pekerjaan rutin.

Pertimbangannya karena bisa ditanyakan langsung ke

Sekarang saja kalau lupa namanya pasti langsung googling.

Mesin pencari yang digunakan hanya google.

Yang berinteraksi intens dengan pendengar adalah gatekeeper. Kalau reporter memiliki jaringannya sendiri.

Page 6: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

179

paling sederhana, yaitu telepon. Cara menjaga akurasi informasi kalau reporter dengan datang ke lokasi.

Beberapa contoh kasus yang awal informasinya berasal dari pendengar: kasus Lumpur Lapindo dan kasus Bu Siami (contek massal).

muncul dari social networks. Misalnya di Twitter juga follow akun-akun berita media lain. Terkadang kejadian di tempat lain, isunya diangkat di Surabaya. Biasanya juga melihat agenda instansi-instansi via Twitter.

Kalau masalah traffic lebih banyak diakses teman-teman di ruang siaran. Kalau tidak ada korban dalam jumlah yang signifikan, biasanya tidak akan sampai di reporter. Biasanya hanya telepon.

Akun FB dan Twitter digunakan sebagai akun pribadi. Jadi isinya lebih kepada opini individu.

Social networks biasanya digunakan untuk mengukur aktualitas. Kalau tidak

narasumber. Itu lebih mudah.

Selain itu, karena di radio, jadi tidak memerlukan background yang terlalu panjang. Di radio kan laporannya dibatasi 1 menit, 2 menit. Jadi langsung kejadiannya seperti apa, harus bertemu dengan siapa, kira-kira follow up berikutnya seperti apa.

Page 7: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

180

ada akun-akun seperti itu, kita tidak akan mengetahui informasi apa yang sedang berkembang. Kalau hanya nyaman dengan media konvensional, kita akan ketinggalan.

Terkadang kita mendapat broadcast message di BB ada agenda apa. Jadi tidak hanya mengikuti agenda liputan di siaran, tapi ada agenda sendiri. Reporter biasanya ada meeting di antara reporter, redaksi.

Sama halnya dengan telepon atau sms, informasi yang diperoleh melalui social networks ditimbang news value nya. Lalu di follow up sesuai dengan news value nya.

Hampir tidak pernah melempar pertanyaan

Page 8: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

181

di Twitter ataupun Facebook karena tidak efektif. Terkadang akun di sana itu anonim.

Mencari informasi di Twitter dan Facebook paling hanya sebatas what saja. How, why, who harus dicari di lapangan. Dapatkan what saja sudah bagus.

Yang paling penting dalam pemanfaatkan social networks adalah mengejar aktualitasnya.

Agita Sukma (Reporter

ssnet)

Sudah bekerja di Suara Surabaya

sejak tahun 2008.

Reporter ssnet biasanya juga meramu berita dari informasi pendengar di radio, informasi di Twitter dan Facebook. Kurang lebih sama seperti yang dilakukan teman-teman gatekeeper.

Bisa saja melempar pertanyaan di Facebook dan Twitter namun tidak bisa 100% percaya.

Pernah mendapat informasi dari Facebook, waktu itu kasus bea cukai di Perak. Peristiwanya terjadi akhir tahun kemarin kalau tidak salah.

Pernah menulis blog. Tapi isinya umum. Kalau hubungannya dengan berita biasanya lebih kepada behind the scene. Jadi isinya juga ada opini pribadi kita sendiri. Misalnya, ketika

Kalau aku sering memanfaatkan wikipedia. Hanya saja memang tidak semua liputan. Misalnya ketika menulis tentang sosok seseorang. Tapi biasanya googling dulu, baru kalau link yang lebih

Terutama setelah kita difasilitasi dengan BB, jadi semakin sering googling. Misalnya kedatangan menteri lalu googling isu terakhir apa yang ada kaitannya dengan menteri yang

Kita biasanya berinteraksi dengan pendengar ketika mereka menjadi narasumber.

Page 9: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

182

Menindaklanjuti ya, meramu dan membuat menjadi berita juga ya.

Sedangkan reporter radio umumnya menindaklanjuti peristiwa dari gatekeeper.

Tapi mencari detailnya tetap ke lapangan.

Kehadiran social media membuat naluri citizen journalism orang meningkat. Ada peristiwa apa lalu difoto dan diupload. Hal-hal inilah yang biasanya kita sebagai reporter manfaatkan.

Kalau di ssnet, reporter bisa membuat berita hanya dengan melihat Twitter atau dari informasi yang masuk di gatekeeper. Misalnya yang dilakukan Mas Eddy ketika peristiwa Gunung Merapi meletus (isu Pray for Indonesia yang jadi Trending Topic di Twitter).

peristiwa billboard di dekat Marriott jatuh dan mengenai pengendara sepeda motor. Di blog kemudian ditulis berita sekaligus opini pribadi mengapa billboard bisa jatuh. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2008 kalau tidak 2009. Sekarang blog nya sudah tidak aktif. Tapi mau diaktifkan lagi.

lengkap ada di wikipedia baru buka. Namun sifatnya hanya sebagai data tambahan saja.

bersangkutan. Selama ini mesin pencari yang digunakan hanya google. Kalau yahoo tidak terlalu. Kalau misalnya kita sudah tahu beritanya ada di detik, ya langsung buka ke detik.

Noke

Saraswati (gatekeeper/

Kasus paling

menarik yang pernah ditangani

Informasi dari

facebook dan twitter yang dibacakan (on

Blog tidak pernah digunakan untuk mencari

Membuka google

pernah juga dilakukan.

Pernah kejadian

penelepon yang masuk, saat di

Page 10: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

183

produser)

Sudah bekerja di Suara Surabaya selama 12

tahun. Dulu pernah

merangkap sebagai

gatekeeper-news writer.

Tapi sekarang

gatekeeper-produser.

waktu itu adalah kasus kehilangan anak. Saat itu sang anak berhasil ditemukan juga berkat laporan pendengar. Tidak hanya itu,

kasus-kasus yang menarik juga seputar kehilangan mobil, bahkan sampai ada kejadian saling mengejar hingga akhirnya pelaku berhasil tertangkap di tol. Namun untuk kejadian detil saya lupa. Kasus-kasus itu

informasi awal biasanya dari pendengar. Untuk kehilangan umumnya

air) adalah informasi dengan identitas yang jelas.

Biasanya ada pendengar yang sudah lama dan kenal baik sehingga yakin dia tidak mungkin berbohong. Tapi kalau orang yang sebelumnya tidak pernah menelepon atau memberi komen, biasanya dilihat dari penulisan bahasanya, bagus dan jelas.

Umumnya informasi dari Facebook dan Twitter dikonfirmasi dulu kebenarannya. Kalau pencurian misalnya, gatekeeper akan langsung mengontak kepolisian untuk mengkonfirmasi. Baru setelah itu dibaca beserta konfirmasi dari polisi seperti apa.

Selain konfirmasi ke

informasi. SS juga tidak pernah memanfaatkan blog. Kalau website pemerintah pernah. Misalnya pada saat penerimaan siswa baru, biasanya membuka website Diknas. Atau melihat daftar-daftar nilai nem dan cpns. Ini terjadi bisa karena ada penelepon yang bertanya atau setelah mendengar berita. Misalnya ada informasi kuota naik haji di Jatim berkurang, kita akan mencari ke website Depag. Selama ini tidak pernah menulis

Misalnya saat itu mencari undang-undang lalu lintas.

Google juga pernah dibuka untuk mencari narasumber.

Mesin pencari yang digunakan selama ini hanya Google.

Selain Google sebagai mesin pencari suatu data, juga dimanfaatkan untuk mencari jalan, yaitu melalui Google map. Tapi tetap lebih sering menanyakan lewat on air, karena lebih cepat.

gatekeeper bilang tentang traffic, tapi saat on air ternyatan komplain. Atau laporannya tidak benar.

Biasanya laporan-laporan bohong seperti itu akan dikonfirmasi pendengar lain.

Apabila orang mulai menghina dan menyangkut SARA, akan di delete.

Dalam hal traffic, gatekeeper memiliki kontak dengan PLN, PDAM, Pemkot, Basarnas.

Gatekeeper juga memanfaatkan radio jejaring.

Page 11: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

184

korbannya langsung yang menelepon ke SS dan melaporkan mobil atau sepeda motornya hilang. Setelah ada

laporan kehilangan dari pendengar, gatekeeper langsung konfirmasi ke kepolisian. Nanti polisi akan menyebar anak buahnya melalui HT berdasarkan kesaksian rute terakhir mobil dibawa lari. Untuk kasus-

kasus kehilangan seperti itu, pendengar akan diminta untuk on air saat itu juga dan menjelaskan keterangan detil

polisi, gatekeeper juga melakukan konfirmasi dengan pelapor tersebut, yaitu dengan mengirim pesan di inbox. Karena itu informasinya tidak langsung di on air kan.

Gatekeeper perlu berhati-hati dengan informasi yang mengandung SARA atau mendiskreditkan seseorang atau pihak tertentu. Saat itu gatekeeper akan mengirim pesan melalui inbox yang berisi apakah orang yang bersangkutan siap dikonfirmasi.

Pembacaan informasi dari penelepon baik melalui line telepon maupun SMS lebih diprioritaskan daripada informasi dari Facebook ataupun Twitter. Pertimbangannya

blog. Namun pernah menggunakan blog untuk mencari materi program. Jadi sekedar browsing untuk mencari ide-ide baru.

Page 12: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

185

mengenai mobil. Pada saat korban

on air, gatekeeper langsung sigap menelepon polisi. Sama halnya

dengan kasus kebakaran, langsung mengontak pihak PMK. Teman-teman

gatekeeper yang lain juga ikut membantu dengan menelepon pihak-pihak lain sehingga informasi yang didapatkan bisa saling melengkapi. Pada kasus

tertentu, misalnya kebakaran, gatekeeper juga

karena orang-orang itu telah mengeluarkan pulsa dan lebih cepat bila dibanding dengan social media di mana orang yang bersangkutan membutuhkan waktu untuk mengetik, sementara kalau telepon langsung bicara.

Kalau laporannya mengenai laporan umum, dia akan diarahkan untuk menelepon ke Suara Surabaya. Karena kasus-kasus pelayanan umum butuh pendalaman tertentu.

Tidak semua gatekeeper mengetahui password dan user name Facebook dan Twitter.

Sudah ada bagiannya sendiri saat ini, yaitu ODP. Dulu memang dikelola supervisor

Page 13: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

186

menghubungi teman-teman reporter. Ini dilakukan untuk mendapat angle yang berbeda, karena reporter dapat melakukan wawancara dengan korban misalnya. Ada perintah

dari manajer untuk berkoordinasi dengan reporter. Jadi kalau tidak bisa ter-cover melalui telepon, maka reporter yang harus turun untuk meliput dan memberi gambaran kejadian. Reporter yang

dihubungi pertama adalah reporter radio SS. Tapi kalau

gatekeeper. Tapi supervisor

gatekeeper masih mengisi informasi di Facebook dan Twitter hingga sekarang. Tapi sifatnya hanya tambahan, bila ODP sudah pulang misalnya (jam 22.00 WIB ke atas).

Pernah mem-forward berita yang diperoleh di ruang gatekeeper di akun Facebook pribadi. Tapi jarang dan tujuannya untuk hiburan dan menurunkan stress.

Opini-opini yang ditulis di wall Facebook ataupun di Twitter biasanya dibaca tapi tidak semua. Ini juga bergantung penyiar yang bersangkutan. Kalau Mbak Restu atau Mas Iman biasanya membaca

Page 14: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

187

reporter yang bersangkutan tidak bisa karena sudah ada agenda sendiri sebelumnya, baru reporter ssnet yang dikontak. Kadang-kadang

reporter ssnet juga berinisiatif untuk ke lapangan dan meliput karena mereka juga membutuhkan gambar. Dia lantas sekalian memberi laporan di radio. Kadang, ada

penelepon yang bisa memberi informasi lebih dulu karena reporter masih belum sampai ke lokasi. Pendengar ini

komentar-komentar yang menarik.

Media Facebook dan Twtter merupakan media-media tambahan. Prioritas tetap telepon dan SMS.

Page 15: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

188

akan diminta untuk on air. Namun laporannya hanya sebatas sebagai masyarakat awam. Bahkan, terkadang mereka juga bisa lebih objektif, misalnya PMK nya kurang sigap, dsb. Gatekeeper

memiliki insting dalam menilai pendengar ini sedang berbohong atau tidak. Biasanya terlihat dari cara berbicara yang aneh dan berbelit. Bila seperti itu, maka pendengar tadi tidak akan di on air kan. Hanya diperdalam di

Page 16: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

189

gatekeeper. Pendengar yang

bisa on air adalah pendengar yang informasinya jelas. Cara berbicara juga menggunakan bahasa Indonesia yang jelas. Suaranya tidak “medhok” dan terdengar berpendidikan. Ini didasarkan pada tipe pendengar SS yang berasal dari size A atau AB. Pada jam-jam

traffic, laporan yang diutamakan adalah laporan mengenai traffic. Kalaupun ada laporan pelayanan umum, akan diarahkan untuk

Page 17: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

190

menelepon SS lagi nanti. Motif orang

menelepon umumnya didominasi tiga hal, traffic, pelayanan umum, dan kriminalitas. Penelepon itu

kan butuh solusi, jadi SS yang akan mencarikan narasumbernya. Strategi

gatekeeper menjaga akurasi dengan melakukan in depth pada pelapor. Lama-lama akan terasah insting gatekeeper dalam membedakan penelepon bohong atau tidak.

Page 18: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

191

Sarifah Aini (News Writer)

Sudah bekerja

sebagai news writer

selama setahun.

Informasi yang diperoleh melalui social networks harus dikonfirmasi lagi. Kalau memang benar sedang hangat dibicarakan sampai jadi trending topic misalnya, tetap harus dikonfirmasi ke media-media lain yang lebih terpercaya. Selama ini belum pernah menulis berita yang berasal dari isu di social networks. Tapi kalau dari e100 sering diambil dan dijadikan berita. Misalnya SS melakukan wawancara dengan BPLS mengenai lumpur Lapindo kemudian diupload beritanya di Facebook, biasanya akan dikonfirmasi ulang ke gatekeeper. Setelah itu baru ditulis ulang.

Tidak pernah menggunakan blog untuk sumber penulisan.

Media-media online yang digunakan sebagai sumber informasi adalah media-media yang dipercaya, antara lain tempo interaktif, kompas.com, AFP, Shinhwa, dan Antara. Kalau media televisinya Metro TV dan TV One.

Media-media ini merupakan media standard dari atasan (news manager).

Untuk media selain yang di atas, pernah tapi jarang sekali dilakukan. Biasa

Wikipedia pernah digunakan. Misalnya mencari lokasi suatu gunung. Di wikipedia lebih lengkap.

Pencarian informasi di wikipedia ini tidak sering dilakukan karena biasanya informasi dari media-media yang terpercaya tersebut sudah lengkap.

Kecuali kalau misalnya di detik.com atau beberapa media yang kurang terpercaya, biasanya baru melihat di wikipedia ataupun googling.

Untuk googling biasa dilakukan untuk melakukan konfirmasi. Misalnya melihat data jumlah yang simpang siur.

Selain itu googling juga digunakan untuk mengecek nama orang dan jabatannya.

Cara menilai informasi ini benar atau tidak dari google, adalah dengan melihat data mana yang paling banyak disebutkan. Kalau rata-rata seperti itu, artinya itu data yang benar.

Mesin pencari yang digunakan hanya Google.

Pada saat kasus bom buku di Jakarta misalnya, saat itu juga

Di newsroom antara news writer yang satu dengan yang lain tidak ada interaksi layaknya kerja sama tim di antara gatekeeper. Jadi masing-masing bertanggung jawab terhadap beritanya.

Ada interaksi dengan reporter, yaitu melalui BBM.

Page 19: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

192

News room juga memantau Facebook dan Twitter SS. Akun pribadi tidak pernah digunakan untuk mencari informasi. Tetapi digunakan untuk urusan pribadi.

dilakukan pada hari Sabtu-Minggu atau pada saat libur Lebaran kemarin karena masih belum banyak orang aktif bekerja.

Berita yang diperoleh dari media lain tersebut (misalnya detik.com) harus dikonfirmasi ulang ke media-media lain.

Lupa tapi berita tentang apa waktu itu yang diambil.

Secara pribadi tidak pernah menulis blog karena tidak suka.

Itu pun biasanya dari google dulu baru ke wikipedia.

membuka google untuk mengecek berapa jumlah korban secara pasti.

Emil (News Editor)

Tidak pernah mendapat informasi dari

Pada saat menulis berita tentang Oscar 2011, tidak

Page 20: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

193

Sudah bekerja di SS selama

setahun.

pendengar SS. Karena umumnya pendengar memberi informasi traffic, sementara di newsroom tidak pernah menulis berita traffic.

Tidak pernah memanfaatkan citizen journalism dalam penulisan berita.

Selama ini menulis berdasarkan media-media online yang sudah terpercaya.

Selain itu, berita yang ditulis selama ini adalah seputar politik dan ekonomi. Sementara di Twitter, isu yang

Pernah menulis berita dengan sumber Twitter. Contoh: penulisan berita tentang Oscar 2011, dengan menggabungkan informasi dari televisi dan Twitter (follow CNN dan Reuters). Apabila isu-isu yang muncul di Twitter juga muncul di media massa lain (koran, televisi) baru ditulis. Tapi kalau hanya sekedar jadi trending topic di Twitter tidak akan ditulis. Lebih prefer mencari isu informasi di Twitter. Belum pernah menulis berita yang isunya berawal dari e100 dan @SSFM100. Tetapi memasukkan berita ke sana sering, sebelum tim ODP terbentuk. Setelah Mbak Restu di

Tidak pernah menggunakan blog dalam penulisan informasi.

Pertimbangannya adalah karena tidak akurat.

Untuk media-media online yang digunakan sebagai sumber antara lain vivanews, kompas, media indonesia, newsyahoo.com, shinhwa, dan CNN. Sedang untuk televisi antara lain Metro TV dan TV One.

Tidak pernah juga membuka website-website pemerintah dalam penulisan berita.

Media-media online yang

Tidak pernah menggunakan wikipedia untuk mencari informasi dalam penulisan berita.

Tapi wikipedia dibuka untuk bahan penulisan program showbiz di BSS, pernah. Namun itu isinya bukan berita, melainkan lebih kepada entertainment.

Biasanya wikipedia digunakan untuk melihat biografi.

membuka Google. Karena sudah ada di newsyahoo.com.

Pernah membuka google pada saat mencari informasi, yaitu ketika mencari nama jabatan toko-tokoh luar negeri.

Selain itu, pernah juga menggunakan google untuk mencari kasus-kasus lama terkait kasus yang sedang ditulis saat itu.

Untuk data jumlah korban cukup melihat di antara CNN atau newsyahoo.com. Karena source di google banyak. Kalaupun di antara kedua sumber tersebut berbeda, tinggal pilih salah satu.

Page 21: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

194

banyak dibicarakan adalah seputar entertainment.

ODP memiliki staf sendiri, tidak pernah memasukkan berita ke e100 maupun @SSFM100. Terakhir ikut meng-update e100 dan @SSFM100 sekitar Juli 2011. Dulu pernah menulis berita di akun pribadi. Kebanyakan di Twitter. Intensitasnya sehari bisa sampai 5 kali. Tapi sekarang sudah tidak pernah, karena sudah jarang membuka Twitter. Pernah melempar pertanyaan mengenai tren kasus apa yang sedang hangat saat ini di akun pribadi, tapi tujuannya untuk kepentingan pribadi, bukan bahan untuk pekerjaan.

digunakan sebagai sumber sebenarnya tidak pernah ditentukan oleh atasan (news manager).

Media-media online itu yang dibuka karena informasinya yang banyak dan akurat.

Seperti newsyahoo.com dan CNN sebenarnya dibuka karena inisiatif sendiri.

Pertimbangan membuka kedua website tersebut adalah akurasi dan kecepatannya dalam menyajikan berita.

Setiap hari membuka media-media online

Page 22: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

195

tersebut.

Diah Ardani (Supervisor Gatekeeper)

Sudah bekerja di Suara Surabaya selama 10

tahun. Awal masuk apply

sebagai penyiar.

Cara gatekeeper untuk mengetahui informasi yang diberikan akurat atau tidak yaitu melalui 5W 1H. Hal itu didukung juga dengan kepekaan gatekeeper yang bersangkutan.

Peristiwa paling menarik yang pernah di-handle sebagai gatekeeper adalah ketika penangkapan dr. Azhari di Batu. Saat itu karena gatekeeper berhasil mendapat nomor kontak pemilik rumah yang digunakan

Sering kali bahan atau materi siaran berasal dari social networks. Tapi tetap harus dikroscek dulu. Jadi tidak langsung dibacakan secara on air. Cara mengkroscek dengan meminta nomor telepon orang yang bersangkutan via inbox. Setelah dapat, dia akan ditelepon dan menggali data lebih dalam. Kalau orang yang bersangkutan tidak membalas inbox karena sedang offline, maka gatekeeper akan melakukan kroscek dengan pihak lain seperti kepolisian, pemadam kebaran, dsb. Informasi dari social

Tidak pernah memiliki blog.

Sebenarnya suka menulis blog, namun tidak memiliki waktu untuk menulis.

Pernah membuka blog orang lain, namun isinya bukan berita. Isinya lebih kepada hal-hal yang remeh, seperti cerita dirinya pribadi.

Sementara untuk pencarian informasi selama di ruang gatekeeper, tidak pernah menggunakan blog.

Untuk website-website pemerintah

Pernah membuka wikipedia untuk membuat materi siaran. Misalnya waktu itu mencari informasi tentang hari Pramuka.

Tapi biasanya dimulai dari googling dulu, baru membuka wikipedia.

Sering mencari informasi melalui google. Misalnya ketika mencari peraturan presiden.

Selain itu, googling juga dilakukan pada saat mencari materi siaran. Misalnya ketika tema siaran saat itu mengenai kekerasan pada anak. Kemudian mencari data di google seputar berapa banyak bayi yang dibuang, hingga mencari narasumber.

Selain informasi, penelepon juga biasanya memberikan komentar-komentar mengenai peristiwa yang terjadi. Ini merupakan kegiatan focusing atau agenda setting.

Jadi interaktif di SS tidak hanya terbatas pada laporan informasi, tapi juga saran dan opini masyarakat. Di sini SS melakukan fungsi opinion gathering.

Opini-opini yang dibacakan harus dalam batas-batas kesantunan dan tidak mengandung SARA.

Pada saat mengumpulkan

Page 23: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

196

sebagai markas polisi.

Laporan-laporan dari pendengar yang perlu sampai di-follow up reporter diseleksi berdasarkan news value.

Kalau reporter belum datang, biasanya pendengar bisa memberikan keterangan yang lebih lengkap. Kalaupun ada informasi lain yang tidak diperoleh reporter saat sudah sampai di lapangan, akan kembali dikonfirmasi ke reporter yang bersangkutan.

networks yang dibacakan saat on air harus berupa informasi yang detil. Selain itu, informasi yang dibacakan juga harus sesuai dengan news value dan news judgement. Begitu hasil konfirmasi baik dari pelapor maupun dari pihak lain sudah lengkap datanya, baru informasi tersebut di on air-kan. Ini tidak berlaku hanya di social networks, tapi juga semua informasi dari media lain (SMS dan telepon). Pembacaan informasi dari SMS, telepon, BBM maupun social networks (e100 dan @SSFM100) pada saat on air dilakukan berdasarkan skala prioritas pada kondisi

pernah dibuka, seperti saat mencari suatu peraturan perundang-undangan. Selain itu untuk melihat press release pemerintah ketika mengeluarkan kebijakan baru. Informasi-informasi itu kemudian ditulis ulang sesuai bahasa radio dan dilengkapi dengan narasumber.

Selain website pemerintah, di ruang gatekeeper juga membuka website-website berita untuk keperluan pembuatan materi flash news dan news

informasi, SS tidak hanya mengandalkan satu sumber saja, misalnya pendengar saja atau reporter saja, tapi banyak sumber. Misalnya pada kunjungan wakil presiden ke Porong, SS mendapatkan informasi dari pendengar, reporter, dan kepolisian di mana semua informasi tersebut saling melengkapi.

Pada kasus penangkapan dr. Azhari di Batu, informasi yang dihimpun berasal dari pendengar lewat telepon interaktif, reporter jaring radio, dan reporter SS sendiri.

Page 24: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

197

di lapangan. Artinya, apabila hari itu di e100 sudah banyak orang yang memberi informasi, maka informasi-informasi itulah yang akan dibacakan lebih dulu. Tapi memang nomor satu yang diprioritaskan adalah telepon, karena telepon selalu berdering terus dan ada peraturan di SS bahwa telepon yang masuk tidak boleh berbunyi lebih dari 3 kali dering. Apabila orang saling menimpali pada informasi yang ada di e100 maupun @SSFM100, gatekeeper atau tim ODP (sekarang) akan memberikan update status yang terbaru. Namun karena keterbatasan waktu

content. Website-website

berita yang dibuka tersebut antara lain kompas, vivanews, tempo interaktif, media indonesia, BBC, antara, AFP, dan shinhwa.

Page 25: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

198

dan SDM, tentu tidak bisa memantau pergerakan informasi di e100 maupun @SSFM100, sehingga sering kali juga dibiarkan, selama tidak berbau SARA dan kata-kata jorok. Begitu ada kalimat yang berbau SARA dan tidak sopan, akan segera di-delete. Informasi dari e100 dan @SSFM100 saling melengkapi dengan informasi dari telepon, SMS maupun BBM. Pernah menulis informasi-informasi yang diperoleh dari ruang gatekeeper ke akun Facebook pribadi. Biasanya peristiwa yang ditulis menjadi status merupakan peristiwa-peristiwa besar dan mendunia.

Page 26: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

199

Selama ini belum pernah menggunakan Facebook untuk mencari informasi. Teman-teman yang memberikan komentar juga tidak ada yang berkonten informasi. Kalaupun ada, biasanya sudah ada di kantor-kantor berita, sehingga pasti sudah ditulis teman-teman di newsroom.

Eddy

(Reporter ssnet)

Sudah bekerja di Suara Surabaya selama 7

tahun.

Dalam kasus

meledaknya pipa gas di dekat lokasi Lapindo, berawal dari pendengar. Saat itu gatekeeper juga menghubungi akses-akses lain. Di saat yang sama reporter ke lapangan untuk menghindari

Pada kasus contek

massal, simpati kepada Bu Siami muncul dalam berbagai bentuk. Salah satunya muncul gerakan Rumah untuk Kejujuran di Facebook.

Di e100 saat itu, banyak orang yang menulis komen berisi hujatan sehubungan dengan kasus Bu Siami.

Hampir tidak

pernah memanfaatkan blog untuk menambah data, tapi tidak selalu dijadikan referensi.

Alasannya bukan karena akurasi, tapi karena sifat blog yang lebih komprehensif, padat, panjang, dan tidak aktual.

Jarang

menggunakan wikipedia untuk mencari informasi.

Informasi yang dicari di wikipedia biasanya informasi seputar background, yang fungsinya mendukung informasi

Sering mencari

informasi lewat google.

Terutama dalam hal ejaan nama dan jabatan. Tapi konfirmasi juga dilakukan via telepon ke pihak yang bersangkutan.

Mesin pencari yang pernah digunakan hanya Google saja.

Pernah membuat

suatu diskusi (tweetalk) tentang isu atau topik yang sedang berkembang. Misalnya: ketika ramai isu batalnya pembangunan jalan layang di pasar kembang.

Bahasa yang digunakan dalam penulisan informasi di twitter tidak menggunakan

Page 27: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

200

bias informasi. Pada kasus

meledaknya pipa gas tersebut, ada sekitar 9-12 angle berita yang ditulis berdasarkan informasi dari radio. Karena waktu itu reporter belum ada yang datang dari lapangan.

Kebanyakan informasi awal berasal dari pendengar, namun setelah ditindaklanjuti polisi.

Selama 28 tahun ini, SS juga mengedukasi pendengarnya menjadi citizen journalist yang jujur.

Rata-rata berita-

Facebook dan twitter SS dianggap cukup handal dalam memberikan informasi suatu kejadian.

Informasi yang dimasukkan ke dalam facebook juga masuk ke dalam twitter, begitu pula sebaliknya.

Standard informasi yang di retweet di twitter sama dengan yang di ruang siaran. Dengan kata lain, gatekeeper di social media.

Menurut Eddy, akun twitter akan banyak di-follow orang ketika mampu memberi manfaat. Jadi dia mengisinya dengan informasi-informasi lalu lintas.

Menurut konsep Eddy, twitter SS berisi 70% traffic dan sisanya berisi tentang

Mungkin kalau di Jakarta, ada narasumber yang bicara lewat tulisannya di blog. Contoh kasus: Alanda Kariza. Jadi lebih mengungkap suatu kasus dari sisi lain. Tapi jarang dilakukan, bahkan hampir tidak pernah.

Di kantor SS, blog diblokir tanpa alasan yang jelas.

Pernah menulis blog dan masih aktif menulis hingga sekarang, meski tidak rutin.

Isinya lebih kepada sesuatu yang bersifat pribadi.

Pernah juga menulis di aplikasi note di

utama. Tapi jarang

dilakukan karena alasan akurasi dan masih belum bisa dipercaya.

Karena itu, biasanya informasi yang diperoleh hanya sebagai komparasi, kemudian tetap dikonfirmasi ke sumber-sumber lain yang lebih terpercaya.

Wikipedia pun dibuka, awalnya dengan mengetik kata kunci di Google terlebih dahulu.

Yang sering mencari informasi lewat wikipedia adalah penyiar program

bahasa SS yang kaku, tapi bahasa anak muda tanpa gaya jakarta-an. Beberapa idiom surabaya tetap dipakai seperti “rek.” Namun tetap dipilih supaya tetap sesuai segmentasi SS.

Komentar-komentar dari tweetalk itu kemudian dion-airkan, waktu itu sudah malam dan dijadikan bahan agenda setting tidak resmi. Pendengar pun ada yang menanggapi komentar tersebut via telepon. Akibatnya alur komentar saling berputar (circling).

Waktu siang pernah dilakukan tweetalk mengenai isu tol tengah. Namun, saat

Page 28: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

201

berita yang mencuat hingga skala nasional berasal dari informasi di gatekeeper.

Informasi awal untuk melakukan liputan datangnya dari pendengar sudah menjadi hal yang biasa bagi Eddy, layaknya makanan sehari-hari.

Pada kasus kematian 20 orang di bypass Mojokerto, pendengar duluan yang melaporkan. Reporter baru turun belakangan untuk melengkapi

kejadian-kejadian dan tweetalk.

Mengedukasi publik di twitter dan facebook SS agar memberi informasi yang jujur dan lengkap (ada jamnya). Ini untuk mencegah orang-orang saling menimpali suatu informasi di facebook dan twitter SS.

Pernah mem-block akun yang dicurigai sebagai robot karena suka memancing permasalahan di facebook dan twitter SS.

Ada 2 tipe follower @ssfm100: mencari informasi dengan fasilitas search sehingga setiap tweet yang menyebutkan @ssfm100 langsung terlihat semua; melihat timeline akun pribadi.

Konten untuk twitter

Facebook. Pernah

memasukkan berita yang ditulis untuk ssnet ke dalam blog pribadi, namun intensitasnya sekarang tidak sering. Dulu sering, namun sekarang karena tablet dan laptop didominasi anaknya, sehingga tidak bisa menulis.

Menulis di blog dilakukan untuk menyalurkan kesukaan dalam dunia menulis.

Mulai menulis di blog tahun 2009.

Memorabilia, Traffic Jazz, digunakan untuk mencari informasi historis terkait topik yang dibahas kala itu.

itu twitter SS belum official, sehingga komentar-komentar tersebut tidak sampai dion-airkan.

Di dalam odp, tidak ada interaktivitas layaknya di facebook maupun twitter.

SS menjadi jembatan komunikasi antara publik dengan pihak-pihak tertentu yang belum tentu bisa dijangkau dengan mudah. Misalnya: kepolisian dan pemerintah.

Di ssnet memang tidak ada fasilitas leave a comment seperti di website-website secara umum. Sebaliknya komentar diperoleh setelah memasukkan link berita ke

Page 29: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

202

data. dan facebook SS berasal dari sms dan gatekeeper.

Relatif informasi di twitter dan facebook mengenai kejadian tertentu tidaklah menyesatkan.

Pernah ketika terjadi kecelakaan mobil, Eddy tidak turun ke lapangan sama sekali. Informasi mengenai kronologis peristiwa didapat dengan menelepon polisi, sementara foto diambil dari @ssfm100.

Kekuatan social media terletak pada kemampuannya dalam menyajikan informasi secara multimedia.

Tidak semua berita yang ada di ssnet dimasukkan ke dalam twitter. Jadi diseleksi sesuai dengan target market SS.

facebook dan twitter SS.

Sering kali kasus kriminalitas seperti pencurian mobil berhasil tertangkap berkat laporan pendengar.

Umumnya radio lain yang berkonsep news dan talk, tidak memiliki interaktivitas dengan pendengar seperti yang terjadi di SS. Di SS pendengar bisa on air dan melaporkan apa yang dia lihat di lapangan (bertindak sebagai citizen journalist). Contoh kasus: kebakaran di Dupak, di mana laporan pertamanya berasal dari pendengar. Reporter justru turun belakangan.

Page 30: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

203

Pernah ada beberapa kesalahan penulisan informasi karena tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik di twitter. Ini disebabkan sang penulis kala itu adalah anak magang di SS.

Pernah menggali data dengan memanfaatkan @ssfm100. Contoh kasus: kebakaran mobil di pertigaan kalirungkut. Foto yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam berita di ssnet.

Sering melempar pertanyaan untuk menggali informasi di twitter.

Pernah mendapat masukan dari komunitas social media Surabaya agar memanfaatkan karakter personal dari twitter yang menyapa. Jadi setiap pesan orang yang

Page 31: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

204

menanyakan jalan misalnya, tidak langsung diretweet tapi diedit dulu. Misalnya ditambahkan “ada yang punya infonya?”

Karena keterbatasan SDM, banyak orang yang bertanya di twitter akhirnya tidak bisa diladeni.

Pada saat penutupan jalan raya porong tanggal 26 Mei 2011, Eddy memberi laporan live untuk radio, menulis berita untuk ssnet, dan update informasi di twitter. Namun Eddy juga meminta bantuan teman-teman agar laporannya ke radio bisa ditranskrip dan ditulis menjadi berita untuk ssnet.

Saat itu, Eddy memberikan update di twitter lengkap dengan

Page 32: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

205

fotonya, sehingga orang bisa mendapat gambaran apa yang sedang terjadi di Porong kala itu.

Update dilakukan dalam bentuk info-info pendek sesuai karakter twitter. Info-info tersebut kemudian dirangkum menjadi berita untuk ssnet. Berita itu kemudian di-link-kan kembali ke twitter.

Selama ini, tidak pernah mendapat informasi yang salah mengenai suatu kejadian di twitter SS. Namun tetap dilakukan konfirmasi ke network yang dimiliki reporter sendiri sebelum turun ke lapangan.

Menggunakan twitter untuk mengangkat citra SS juga. Contoh kasus: penangkapan

Page 33: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

206

mobil yang diduga dicuri padahal sebenarnya hanya miskomunikasi.

Mas Rully: Reporter ssnet juga bisa memberikan laporan secara auditif ke radio SS. Aktivitasku di luar SS ikut komunitas kesenian dan sempat membuat acara-acara. Dari komunitas ini juga bisa ada agenda berita di SS. Mbak Agita: Tidak semua difasilitasi dengan BB oleh kantor. Tapi waktu itu yang duluan difasilitasi adalah reporter ssnet. Kalau di radio hanya

divisi pemberitaan saja. Gatekeeper punya sendiri. Mbak Noke: Gatekeeper stand by 24 jam. Pertama masuk posisi langsung gatekeeper. Seminggu pertama hanya memantau. Baru setelah itu mulai menerima telepon. Telepon

pun baru traffic karena paling mudah. Kalau sudah menyangkut pelayanan umum akan diserahkan ke yang lebih senior. Jadi belum boleh siaran. Setelah sebulan, baru bisa ikut siaran. Itu juga setelah melalui proses pelatihan dengan Yoyong, diajari senam diafragma dan announcing skill nya.

Pada saat mendaftar gatekeeper semua akan menerima pembekalan kembali karena tidak semua berasal dari background radio. Kalau pada tahun 1999 lalu, setelah memantau di hari pertama, besoknya langsung siaran dan terima telepon.

Di on air SS tidak dikenal kata bagi, tapi untuk. Posisi-posisi yang merangkap dinilai perusahaan selain untuk efisiensi, juga untuk pengembangan. Dengan menjadi gatekeeper

sekaligus produser jadi berkembang tidak hanya berinteraksi dengan pendengar, tapi juga mencari narasumber, materi, membuat question route.

Awalnya memang capek karena pekerjaan yang kesannya menumpuk, tapi lama-lama jadi terbiasa.

Page 34: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

207

Mbak Sarifah: Job desc news writer adalah menulis ulang berita dari media online dan televisi. Setiap harinya membuat 20 berita untuk LISS jam 10.00 hingga 23.00 WIB. News writer tidak pernah melakukan wawancara secara langsung dalam pencarian berita. Tapi untuk BSS yang kontennya seputar

showbiz, biasanya news writer yang bertugas mengontak narasumbernya. Tapi berita tidak pernah mem-follow up. Berita yang ditulis news writer tidak dibacakan gatekeeper, tetapi oleh news writer sendiri. Berita-berita yang ditulis news writer

dibacakan pada program LISS, BSS, dan Lisol. Sementara berita yang ditulis gatekeeper dibacakan oleh gatekeeper-nya sendiri di program flash news.

Pada kasus bom buku lalu, pertama melihat beritanya di Metro TV kemudian ditulis ulang. News manager biasa hanya memberitahu berita apa saja yang akan menjadi headline hari itu. Tapi tidak ada rapat-rapat redaksi. Cara mencegah penulisan berita yang sama antara news writer yang satu dengan yang lain hanya dengan bertanya sudah atau belum. Yang dimaksud headline adalah berita yang dibaca pertama kali. Di BSS ada 7 berita, maka headline ada berita pertama yang

dibacakan dari ketujuh berita yang ada. Berita perlu di follow up atau tidak bergantung pada news manager. News manager selalu stand by di newsroom. Di sana dia memantau, tapi tidak pernah menentukan siapa saja yang harus meng-

handle berita apa. Kalau berita yang sudah ditulis sama dengan hasil liputan reporter, maka berita tersebut akan dibuang. Pertimbangannya karena

reporter melakukan liputan langsung di lapangan. Cara mengetahuinya adalah ketika reporter menyetorkan judul liputannya untuk LISS.

Tidak semua LISS ada liputan reporter, karena pertimbangan waktu juga. Emil: Berkomunikasi dengan teman-teman reporter dilakukan melalui telepon dan BBM. Komunikasi dengan reporter dilakukan untuk menanyakan apakah hari ini ikut memberi laporan di BSS atau tidak. Dalam newsroom juga tetap ada kerja sama. Tapi bentuknya sedikit berbeda dengan teman-teman di gatekeeper. Di newsroom lebih

kepada kerja sama saling mengisi spot berita yang masih kosong. Sehari membuat kurang lebih 20 berita. Tidak pernah ada rapat redaksi. Masing-masing sudah bekerja sesuai dengan section-nya.

Page 35: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

208

Ada orang (Mbak Indah) yang bertugas mengontrol berita agar yang ditulis newswriter di newsroom dengan reporter di lapangan tidak sama.

Pernah salah menulis berita. Yang pertama tidak sampai on air, masih dalam tahap pengeditan. Yang kedua sampai on air, bahkan sampai diralat oleh pendengar yang menelepon ke gatekeeper. Peristiwanya terjadi sekitar setahun yang lalu ketika baru masuk kerja. Ini terjadi di berita siang, karena news editor baru mulai mengedit berita-berita yang ditulis jam 17.00 WIB.

Saat itu tidak ada siaran yang berisi ralat. Ralat baru akan dilakukan ketika penyiar salah membaca dan mengetahui kesalahannya. Tapi semua kembali pada diri sang penyiar, ingin meralat atau tidak.

Untuk kasus-kasus di dalam kota, biasanya cukup di gatekeeper saja. Mbak Dani: Pembekalan jurnalistik juga diberikan kepada gatekeeper. Materinya diberikan oleh Pak Errol dan Bung Djoko. Waktu pembekalan

juga tidak teratur. Semakin banyak tanggung jawab yang dimiliki orang yang bersangkutan, semakin banyak pelatihan dan pembekalan yang perlu

diikuti. Misalnya gatekeeper yang juga bertanggung jawab sebagai produser memiliki porsi pembekalan yang berbeda dengan yang hanya gatekeeper saja.

Mas Eddy: Kekuatan networking juga berasal dari teman-teman sesama media. Misalnya dalam kasus contek massal (Bu Siami). Pada kasus tertangkapnya mobil cisco, mas eddy bekerja sama dengan mas rully. Mas eddy di kantor dan memantau gatekeeper,

kemudian mendistribusikan informasinya ke mas rully yang di lapangan. Jadi berbeda divisi tapi saling melengkapi. Mas eddy memiliki grup di bb yang isinya wartawan dan polisi di mana semuanya saling berbagi informasi di sana. Dengan adanya grup di bb, memudahkan jalur komunikasi antara reporter dan polisi. Wartawan media lain biasanya memanfaatkan twitter dan facebook ss untuk memantau ada kejadian apa. Memberi saran agar nantinya bisa ada tim yang khusus bertugas sebagai social media specialist: memantau twitter dan facebook SS.

Tidak hanya itu, tim ini juga harus punya background jurnalistik. Biasanya menggunakan tweetdeck. Kebanyakan orang yang follow twitter SS, karena mereka tahu SS. Mereka tahu kalau memberikan informasi yang salah, sama saja

dengan bunuh diri.

Page 36: Lampiran 1: Lembar Koding Hasil Wawancara

209

Social media sebenarnya bukan kompetitor radio SS, namun bisa menjadi kompetitor bila tidak dirangkul dan digunakan sebagai alat untuk men-support radio SS.

Hingga saat ini, yang masih belum terjangkau Eddy adalah kasus kriminalitas seperti pencurian mobil. Biasanya baru bisa terjangkau setelah tertangkap di kantor polisi. Tapi tidak pernah bisa ter-cover sendiri selama ini.

Yang membuat SS berbeda adalah dampaknya. Sering kali media tidak berdampak secara langsung, tapi SS justru sebaliknya. Koordinasi pasti dilakukan, baik antara sesama reporter satu divisi maupun beda divisi, serta gatekeeper. Contoh kasus: kunjungan

wapres ke Porong. Pernah ada kasus unik, hilangnya 3 anjing golden retriever namun akhirnya berhasil tertangkap dan menang dalam kompetisi. Ada orang yang menyebut SS sebagai Suara Sakti. SS itu Surabaya banget. Tidak hanya dari sisi pendengarnya yang banyak, namun bagaimana kekuatan citizen journalism menjadi

penopang operasional SS. Sempat berkembang wacana SS tidak perlu reporter. Dampak SS luar biasa. Contoh kasus: Bu Siami dan gadis yang kehilangan bayinya kemudian sempat dimintai uang ketika berusaha

mengambil jenasahnya di rumah sakit Dr. Soetomo. Wartawan dibekali peralatan canggih sesuai dengan divisi masing-masing. Misalnya: wartawan ssnet dibekali laptop dan kamera

yang bagus, sementara reporter radio dibekali alat perekam yang bagus dan kamera poket. Tidak ada fungsi korlip dan rapat redaksi di SS. Akibatnya, koordinasi dilakukan sesama reporter berdasarkan inisiatif mereka

sendiri. Ini merupakan kelemahan sistem di SS yang perlu dibenahi. Divisi news lemah sementara divisi on air memiliki sistem yang kuat.

Akibat peran SS yang sukses sebagai social control, banyak pihak yang memanfaatkan nama SS untuk kepentingannya sendiri.