Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

49
Lahirnya Nasionalisme di Indonesia Posted by Kak Diah Posted on 14.02 with 1 comment Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor penggerak nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia di dalam membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat memasuki babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan nasional. Perjuangan tidak lagi dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi dengan menggunakan organisasi modern. Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para bangsawan terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga karena hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah kolonial. Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan kebangsaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia. Secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam antara lain sebagai berikut. Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan kolonial

Transcript of Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Page 1: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Lahirnya Nasionalisme di Indonesia

Posted by Kak Diah Posted on 14.02 with 1 comment Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor penggerak nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia di dalam membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat memasuki babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan nasional. Perjuangan tidak lagi dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi dengan menggunakan organisasi modern.

Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para bangsawan

terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga karena

hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah kolonial.

Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi dan kuat

tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat sebelumnya.

Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan kebangsaan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia. Secara umum bisa

dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam

antara lain sebagai berikut.

Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Ironisnya adalah eksploitasi Barat itu justru mampu menyatukan rakyat menjadi senasib sependeritaan.

Munculnya kelompok intelektual sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok inilah yang mampu mempelajari beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam melawan kolonialisme Barat.

Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu (Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan meningkatkan rasa percaya diri rakyat di dalam berjuang menghadapi kolonialisme Barat.

Kondisi itulah yang mampu memompa harga diri bangsa untuk bersatu, bebas, dan merdeka

dari penjajahan. Meskipun begitu, harus diakui bahwa munculnya kesadaran berbangsa itu

juga merupakan dampak tidak langsung dari perluasan kolonialisme. Oleh karena itu, para

mahasiswa yang menjadi penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa disebut sebagai tokoh

penggerak dari masyarakat.

Page 2: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Faktor dari luar antara lain sebagai berikut.

Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905), yang menyadarkan dan

membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa Barat. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia,

seperti: liberalisme, demokrasi, nasionalisme; yang kesemuanya mempercepat lahirnya Nasionalisme Indonesia.

Nasionalisme Indonesia muncul sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang

ditimbulkan oleh adanya kolonialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme pada awal abad

XX tidak bisa dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan hubungan

sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal nasionalisme berkembang pada tingkat elite yaitu

kelompok bangsawan terpelajar.

Merekalah yang mula-mula memiliki kesadaran adanya diskriminasi kehidupan bangsa dan

berusaha mencarikan jawabannya. Bentuk gerakannya memiliki corak yang beragam mulai

dari yang bersifat etnis, kultural, hingga nasional. Itulah latar belakang munculnya

nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak mengadopsi nilai dan pengertian dari luar, tetapi

nasionalisme Indonesia tetap memiliki spesifikasi tersendiri.

Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.

Periode Awal Perkembangan

Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki

situasi sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo,

Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.

Periode Nasionalisme Politik

Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk

mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische

Partij dan Gerakan Pemuda.

Periode Radikal

Page 3: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai

kemerdekaan baik itu secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama

dengan penjajah). Organisasi yang bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan

Indonesia, PKI, PNI.

Periode Bertahan

Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh

pertimbangan. Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga

organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan

pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang berkembang pada periode ini adalah

Parindra, GAPI, Gerindo.

Dari perkembangan nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat persatuan

dan cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dari berbagai suku di

Indonesia.

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme_Indonesia

http://plengdut.blogspot.com/2012/10/kelahiran-nasionalisme-indonesia.html

http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-xi/latarbelakang-lahirnya-nasionalisme-indonesia/

NASIONALISME :

sebuah tinjauan historis

Untuk mengawali sebuah bahasan biasanya digunakan terminologi-terminologi. Terminologi yang jelas diperlukan agar terjadi kesesuaian antara pendapat yang akan dikemukakan dengan hakikat dari pendapat tersebut.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman

Page 4: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

ini. Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai berikut :

1. Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.

2. Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa.

3. Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.

4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan kekuatan-kekuatan berikut :

(1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat; (2) perluasan kekuasan negara kebangsaan; (3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan (4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.

Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragam-an, keserasian, kemandirian dan agresivitas. (Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168).

Sebagai gejala historis nasionalisme pun bercorak ragam pula. Di Perancis, Inggris, Portugis dan Spanyol sebagian besar nasionalisme dibangun atas kekuasaan monarik-monarki yang kuat, sedangkan di Eropa Tengah dan Eropa Timur nasionalisme terutama dibentuk atas dasar-dasar nonpolitis yang kemudian dibelokkan ke nation-state yang sifatnya politis juga. Namun banyak sarjana berpendapat bahwa nasionalisme mendapat bentuk yang paling jelas untuk pertama kali pada pertengahan kedua abad ke-18 dalam wujud revolusi besar Perancis dan Amerika Utara.

Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai suatu bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi pula Wertheim juga menegaskan bahwa faktor-faktor seperti perubahan ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif nasionalisme Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab buku karangannya yang berjudul : Indonesian Society in Transision: A Study of Social Change(1956).

Pertumbuhan nasionalisme Indonesia ternyata tidak sederhana seperti yang diduga sebelumnya. Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan identitasnya pada derajat integrasi tertentu.

Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa transisi. Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama pendukungnya

Page 5: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of belonging, artinya memiliki nilai-nilai baru yang disepakati bersama. Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras.(Retno)

Nasionalisme: Sejarah dan Perkembangan

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970). Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati bersama.

Kata bangsa mempunyai dua pengertian: pengertian antropologis-sosiologis dan pengertian politis. Menurut pengertian antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat. Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan—sebaliknya—satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara. Kasus pertama terjadi pada negara yang memiliki beragam suku bangsa, seperti Amerika Serikat yang menaungi beragam bangsa yang berbeda. Kasus kedua adalah sebagaimana yang terjadi pada bangsa Korea yang terpecah menjadi dua negara, Korea Utara dan Korea Selatan. Sementara dalam pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa (nation) dalam pengertian politis inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam Yatim, 2001:57—58).

Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan menngabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu (Op. cit, 1994:684). Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu afinitas kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah. Istilah nasionalis dan nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “lahir di”, kadangkala tumpang tindih dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, etnik. Namun istilah yang disebut terakhir ini biasanya digunakan untuk menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks politik (Riff, 1995: 193—194).

Page 6: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Disamping definisi bahasa diatas terdapat beberapa rumusan lain mengenai nasionalisme, di antaranya (Yatim, 2001:58):

1. Huszer dan Stevenson:Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta secara alami kepada tanah airnya.

2. L. Stoddard:Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, yang dianut oleh sejumlah besar individu sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa.

3. Hans Kohn:Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Beberapa definisi diatas memberi simpulan bahwa nasionalisme adalah kecintaan alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi. Kesadaran yang mendorong sekelompok manusia untuk menyatu dan bertindak sesuai dengan kesatuan budaya (nasionalisme) oleh Ernest Gellner dinilai bukanlah kebangkitan kesadaran diri suatu bangsa namun ia adalah pembikinan bangsa-bangsa yang sebenarnya tidak ada (Gellner dalam Anderson, 2002:9).

Dengan gaya berpikir antropologis, Anderson (2002:8—11) menawarkan pandangan yang lebih positif tentang nasionalisme, ia menyatakan bahwa bangsa atau nation adalah komunitas politis yang dibayangkan (imagined) sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan. Lebih jauh dia memaparkan bahwa bangsa disebut komunitas karena ia sendiri selalu dipahami sebagai kesetiakawanan yang masuk-mendalam dan melebar-mendatar, sekalipun ketidakadilan dan penghisapan hampir selalu ada dalam setiap bangsa. Bangsa disebut sebagai komunitas terbayang (imagined community) karena para anggota bangsa terkecil tidak mengenal sebagian besar anggota lain, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentang mereka. Ia dibayangkan sebagai sesuatu yang terbatas karena bangsa-bangsa yang paling besar sekalipun memiliki garis-garis batas yang pasti dan jelas meski terkadang bersifat elastis. Di luar garis batas itu adalah bangsa lain yang berbeda dengan mereka.

Dalam sejarah, nasionalisme bermula dari benua Eropa sekitar abad pertengahan. Kesadaran berbangsa—dalam pengertian nation-state—dipicu oleh gerakan Reformasi Protestan yang dipelopori oleh Martin Luther di Jerman (Dault, 2005:4). Saat itu, Luther yang menentang Gereja Katolik Roma menerjemahkan Perjanjian Baru kedalam bahasa Jerman dengan menggunakan gaya bahasa yang memukau dan kemudian merangsang rasa kebangsaan Jerman. Terjemahan Injil membuka luas penafsiran pribadi yang sebelumnya merupakan hak eksklusif bagi mereka yang menguasai bahasa Latin, seperti para pastor, uskup, dan kardinal. Implikasi yang sedikit demi sedikit muncul adalah kesadaran tentang bangsa dan kebangsaan yang memiliki identitas sendiri. Bahasa Jerman yang digunakan Luther untuk menerjemahkan Injil mengurangi dan secara bertahap menghilangkan pengaruh bahasa Latin yang saat itu merupakan bahasa ilmiah dari kesadaran masyarakat Jerman. Mesin cetak yang

Page 7: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

ditemukan oleh Johann Gothenberg turut mempercepat penyebaran kesadaran bangsa dan kebangsaan. Hal ini penting dicatat mengingat pada sekitar tahun yang sama (1518—1521) Majapahit mengalami kehancuran yang disebabkan oleh pemberontakan daerah-daerah dan kemerosotan internal kerajaan. Majapahit pada masanya merupakan kerajaan besar yang menguasai sebagian besar wilayah yang saat itu disebut Nusantara. Namun kebesaran ini tidak memunculkan kesadaran berbangsa, dalam arti modern. Hal itu disebabkan tidak adanya alat percetakan yang mengakselerasi penyadaran massal seperti yang terjadi di Jerman.

Namun demikian, nasionalisme Eropa yang pada kelahirannya menghasilkan deklarasi hak-hak manusia berubah menjadi kebijakan yang didasarkan atas kekuatan dan self interest dan bukan atas kemanusiaan (Rasyidi dalam Yatim, 2001:63). Dalam perkembangannya nasionalisme Eropa berpindah haluan menjadi persaingan fanatisme nasional antar bangsa-bangsa Eropa yang melahirkan penjajahan terhadap negeri-negeri yang saat itu belum memiliki identitas kebangsaan (nasionalisme) di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Fakta ini merujuk pada dua hal: (1) ledakan ekonomi Eropa pada masa itu yang berakibat pada melimpahnya hasil produksi dan (2) pandangan pemikir Italia, Nicolo Machiaveli, yang menganjurkan seorang penguasa untuk melakukan apapun demi menjaga eksistensi kekuasaannya. Dia menulis:

“Bila ini merupakan masalah yang mutlak mengenai kesejahteraan bangsa kita,maka janganlah kita menghiraukan keadilan atau ketidakadilan, kerahiman dan ketidakrahiman, pujian atau penghinaan, akan tetapi dengan menyisihkan semuanya menggunakan siasat apa saja yang menyelamatkan dan memelihara hidup negara kita itu” (Kohn dalam Yatim, 2001:65).

Nasionalisme yang pada awalnya mementingkan hak-hak asasi manusia pada tahap selanjutnya menganggap kekuasaan kolektif yang terwujud dalam negara lebih penting daripada kemerdekaan individual. Pandangan yang menjadikan negara sebagai pusat merupakan pandangan beberapa beberapa pemikir Eropa saat itu, diantaranya Hegel. Dia berpendapat bahwa kepentingan negara didahulukan dalam hubungan negara-masyarakat, karena ia merupakan kepentingan obyektif sementara kepentingan masing-masing individu adalah kepentingan subyektif. Negara adalah ideal (geist) yang diobyektifikasi, dan karenanya, individu hanya dapat menjadi sesuatu yang obyektif melalui keanggotaannya dalam negara. Lebih jauh dia menyatakan bahwa negara memegang monopoli untuk menentukan apa yang benar dan salah mengenai hakikat negara, menentukan apa yang moral dan yang bukan moral, serta apa yang baik dan apa yang destruktif (Simandjuntak, 2003:166). Hal ini melahirkan kecenderungan nasionalisme yang terlalu mementingkan tanah air (patriotisme yang mengarah pada chauvinisme), yang mendorong masyarakat Eropa melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah dunia lain. Absolutisme negara dihadapan rakyat memungkinkan adanya pemimpin totaliter, yang merupakan bentuk ideal negara yang dicitakan Hegel, sebuah monarki (ibid, 2003:224). Totaliterianisme yang dianjurkan oleh filsafat negara Hegel dapat menggiring sebuah pemerintahan menjadi pemerintahan yang fasis. Fasisme adalah doktrin yang mengajarkan kepatuhan mutlak terhadap perintah dalam semua aspek kehidupan nasional. Dalam sejarahnya, fasisme terkait erat dengan rasisme yang mengunggulkan sebagian ras (suku) atas sebagian yang lain.

Menurut Hugh Purcell (2000:11) nasionalisme dan rasisme merupakan gambaran paling terkenal dari fasisme pada tahun 1930-an. Rasisme memiliki kaitan erat dengan nasionalisme. Keduanya berbeda pada penekanan. Rasisme menekankan superioritas suku dan nasionalisme

Page 8: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

menekankan keunggulan bangsa (komunitas terbayang yang lebih besar dari suku). Manusia nasionalis adalah seseorang dengan kebanggaan terhadap bangsanya yang kadang diungkapkan dengan cara berlebihan. Nasionalisme dan rasisme memiliki keserupaan dalam hal pengunggulan dan kebanggaan terhadap sesuatu yang secara alamiah melekat pada setiap manusia. Yang pertama kebanggaan terhadap bangsa—sistem pemerintahan, suku, dan budaya. Yang kedua kebanggaan terhadap suku.

Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara. Perumusan Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang merupakan perkembangan dari pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme, Islam, dan Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang lain yang mengandaikan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya dia menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis, sintese dari tiga hal inilah memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri adalah sintese yang geweldig” (Soekarno dalam Yatim, 2001:155). Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan umat manusia dinilai Soekarno tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya. Dan sesuai dengan konsep Islam, dia menolak bentuk nasionalisme yang sempit dan mengarah pada chauvinisme. Dia menambahkan, Islam juga tidak bertentangan dengan Marxisme, karena Marxisme hanya satu metode untuk memecahkan persoalan-persoalan ekonomi, sejarah, dan sosial.

Soekarno menghendaki agar dalam negara Indonesia agama dan negara dipisahkan. Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan kemungkinan untuk memberlakukan hukum-hukum Islam dalam negara, karena bila anggota parlemen sebagian besar orang-orang yang berjiwa Islam, mereka dapat mengusulkan dan memasukkan peraturan agama dalam undang-undang negara. Itulah cita ideal negara Islam menurut Soekarno (ibid, 2001:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno mengusulkan lima asas untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah: (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan, (3) Mufakat atau demokrasi, (4) Kesejahteraan sosial, dan (5) Ketuhanan. Usulan ini menimbulkan perbedaan pendapat antara nasionalis sekuler dan nasionalis Islam dan mendorong pembentukan sub panitia yang terdiri dari empat orang wakil nasionalis sekuler dan empat orang wakil nasionalis Islam serta Soekarno sebagai ketua sekaligus penengah. Pertemuan sub panitia ini menghasilkan rumusan yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta. Usulan Soekarno menjadi inti dari Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan: urutan kelima sila dan penambahan anak kalimat pada sila ketuhanan. Tambahan anak kalimat yang kemudian diperdebatkan itu adalah “Dengan kewajiban melaksanakan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Pada saat itu, Soekarno dan Agus Salim berusaha mengakhiri diskusi tentang Piagam Jakarta dalam bentuk yang telah disepakati bersama. Namun setelah Jepang mengalami kekalahan dan BPUPKI ditingkatkan stasusnya menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), beberapa anggota BPUPKI—khususnya dari kalangan Islam—yang aktif dan bersuara lantang tidak muncul dalam PPKI. Kondisi tersebut memberi kesempatan kepada para nasionalis sekuler untuk merubah Piagam Jakarta yang merupakan hasil keputusan BPUPKI. Usaha yang dilakukan untuk meyakinkan pihak nasionalis Islam bahwa hanya konstitusi sekuler yang bisa diterima mayoritas rakyat berhasil. Akhirnya anak kalimat yang tercantum dalam Piagam Jakarta diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang kemudian menjadi bentuk akhir Pancasila—dasar bagi nasionalisme Indonesia yang sekuler religius.

Page 9: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

sumber : kotablitar.co.ccRujukan buku :

1. Ali, Lukman. Dkk. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.2. Anderson, Benedict. 1991. Imagined Community: Komunitas-Komunitas Terbayang.

Terjemahan oleh Omi Intan Naomi. 2002. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.3. Boisard, Marcel A. 1979. Humanisme Dalam Islam. Terjemahan oleh M. Rasjidi.

1980. Jakarta: Bulan Bintang. 4. Burhan, A.S. dan Muhammad, Agus (Eds.). 2001. Demokratisasi dan Demiliterisasi:

Wacana dan Pergulatan di Pesantren. Jakarta: P3M. 5. Dault, Adhyaksa. 2005. Islam dan Nasionalisme: Reposisi Wacana Universal Dalam

Konteks Nasional. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.6. Kuntowijoyo. 1997. Identitas Politik Umat Islam. Bandung: Mizan.7. Maududi, Abul A’la. Tanpa Tahun. Islam Kaffah: Menjadikan Islam Sebagai Jalan

Hidup. Terjemahan oleh Muhammad Humaidi. 2004. Jogjakarta: Cahaya Hikmah.8. Purcell, Hugh. Tanpa Tahun. Fasisme. Terjemahan oleh Faisol Reza dkk. 2000.

Jogjakarta: Insist Press.9. Riff, Michael A. (ed). 1982. Kamus Ideologi Politik Modern. Terjemahan oleh M.

Miftahuddin dan Hartian Silawati. 1995. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.10. Simandjuntak, Marsillam. 2003. Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur, dan

Riwayatnya Dalam Persiapan UUD 1945. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.11. Yatim, Badri. 2001. Soekarno, Islam, Dan Nasionalisme. Bandung: Nuansa.

Pengertian Nasionalisme

Pengertian Nasionalisme.  Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini. Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai berikut :

1.      Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.

2.      Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa.

3.      Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.

Page 10: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

4.      Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan kekuatan-kekuatan berikut :

(1)   keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat;

(2)   perluasan kekuasan negara kebangsaan;

(3)   pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan

(4)   konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.

Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragam-an, keserasian, kemandirian dan agresivitas. (Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168).

Sebagai gejala historis nasionalisme pun bercorak ragam pula. Di Perancis, Inggris, Portugis dan Spanyol sebagian besar nasionalisme dibangun atas kekuasaan monarik-monarki yang kuat, sedangkan di Eropa Tengah dan Eropa Timur nasionalisme terutama dibentuk atas dasar-dasar nonpolitis yang kemudian dibelokkan ke nation-state yang sifatnya politis juga. Namun banyak sarjana berpendapat bahwa nasionalisme mendapat bentuk yang paling jelas untuk pertama kali pada pertengahan kedua abad ke-18 dalam wujud revolusi besar Perancis dan Amerika Utara.

Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai suatu bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi pula Wertheim juga menegaskan bahwa faktor-faktor seperti perubahan ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif nasionalisme Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab buku karangannya yang berjudul : Indonesian Society in Transision: A Study of Social Change(1956).

Pertumbuhan nasionalisme Indonesia ternyata tidak sederhana seperti yang diduga sebelumnya. Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan identitasnya pada derajat integrasi tertentu.

Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa transisi. Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama pendukungnya yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of belonging, artinya memiliki nilai-nilai baru yang disepakati bersama. Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk penindasan terhadap

Page 11: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras.

Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme , antara lain :

a.                   Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.

b.                  Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar sebagai warga negara.

c.                   Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.

d.                  Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

Sejarah munculnya faham nasionalisme di dunia, juga tidak lepas dari pengaruh perang kemerdekaan Amerika Serikat terhadap Revolusi Perancis dan meletusnya revolusi industri di Inggris. Melalui revolusi perancis, paham nasionlisme meyebar luas ke seluruh dunia.

Prinsip – prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy, antara lain :

a.         Hasrat untuk mencapai kesatuan

b.         Hasrat untuk mencapai kemerdekaan

c.         Hasrat untuk mencapai keaslian

d.         Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

Pengertian Nasionalisme dalam arti sempit Pengertian Nasionalisme dalam arti sempit – Nasionalisme dalam arti sempit adalah/ Nasionalisme dalam arti sempit yaitu/ Nasionalisme dalam arti sempit merupakan/ yang dimaksud Nasionalisme dalam arti sempit/ arti Nasionalisme dalam arti sempit/ definisi Nasionalisme dalam arti sempit.

Nasionalisme dalam arti sempit adalah perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, namun terhadap bangsa lain memandang rendah.Itulah penjelan singkat yang bisa saya sampaikan tentang Pengertian Nasionalisme dalam arti sempit semoga bisa bermanfaat.

Page 12: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Pengertian Nasionalisme dalam arti luas Pengertian Nasionalisme dalam arti luas – Nasionalisme dalam arti luas adalah/ Nasionalisme dalam arti luas yaitu/ Nasionalisme dalam arti luas merupakan/ yang dimaksud Nasionalisme dalam arti luas/ arti Nasionalisme dalam arti luas/ definisi Nasionalisme dalam arti luas.

Nasionalisme dalam arti luas adalah perasaan cinta atau bangga terhadap tanah air dan bangsanya yang tinggi, tetapi terhadap bangsa lain tidak memandang rendah. Dalam mengadakan hubungan dengan bangsa lain ia selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsanya. Namun, ia menempatkan bangsa lain tersebut sebagai berdiri sama tinggi duduk sama rendah.Itulah Pengertian Nasionalisme dalam arti luas yang dapat saya sampaikan dalam postingan ini.

Pengertian Nasionalisme Menurut Ahli

Nasionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata "Nasional" dan "isme", yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air. Rasa nasionalisme juga identik dengan memiliki rasa solidaritas. Nasionalisme juga mengandung makna persatuan dan kesatuan. Dari beberapa makna tersebut, pengertian nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Menurut Soekarno, pengertian nasionalisme adalah sebuah pilar kekuatan bangsa-bangsa terjajah untuk memperoleh kemerdekaannya. Pengertian nasionalisme dapat juga diartikan sebagai formalisasi (bentuk) dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri.

Pengertian NasionalismeBerikut ini beberapa Pengertian Nasionalisme Menurut Ahli:

Pengertian Nasionalisme Menurut Ernest Gellenervia: Nasionalisme adalah suatu prinsip politik yang beranggapan bahwa unit nasional dan politik seharusnya seimbang.

Pengertian Nasionalisme Menurut Anderson: Nasionalisme adalah kekuatan dan kontinuitas dari sentimen dan identitas nasional dengan mementingkan nation.

Pengertian Nasionalisme Menurut H. Kohn: Nasionalisme adalah suatu bentuk state of mind and an act of consciousness.

Pengertian Nasionalisme Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kemauan untuk bersatu tanpa paksaan dalam semangat persamaan dan kewarganegaraan.

Page 13: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Semangat Nasionalisme dan Patriotisme dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Nasionalisme

Rasa kebangsaan adalah salah satu bentuk rasa cinta bahkan pusat gabungan dari berbagai

rasa cinta yang melahirkan jiwa kebersamaan pemiliknya. Rasa kebangsaan sebe-narnya

merupakan sublimasi dari Sumpah Pemuda yang menyatukan tekad menjadi bangsa yang

kuat, dihormati, dan disegani di antara bangsa-bangsa di dunia.

Rasa kebangsaan adalah suatu perasaan rakyat, masyarakat, serta bangsa terhadap kondisi

bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pengertian nasionalisme ada tiga, yaitu :

1. Menurut Encylopaedia Britania, nasionalisme merupakan keadaan jiwa setia individu yang

merasa bahwa setiap orang memiliki kesetiaan dalam keduniaan ( sekuler ) tertinggi

kepada negara kebangsaan.

2. Menurut International Encyclopaedia of the Social Sciences, nasionalisme adalah suatu

ikatan politik yang mengikat kesatuan masyarakat modern dan memberi keabsahan ter-

hadap klaim ( tuntutan ) kekuasaan.

3. Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap

pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan atau nation state.

Nasionalisme menjadi persyaratan mutlak bagi hidupnya sebuah bangsa. Ideologi

nasionalisme membentuk kesadaran para pemeluknya bahwa loyalitas tidak lagi diberikan

pada golongan atau kelompok kecil, seperti agama, ras, suku, dan budaya ( primordial ),

namun ditujukan kepada komunitas yang dianggap lebih tinggi, yaitu bangsa dan negara.

Jadi, nasionalisme sebagai ide ( ideologi ) menjadi condition sine quanon (keadaan yang

harus ada) bagi keberadaan negara dan bangsa.

Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi,

sosial budaya, dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola pikir, pola sikap, serta

Page 14: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

pola tindak yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia ( NKRI ) di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Pengertian semangat kebangsaan atau nasionalisme, merupakan perpaduan atau sinergi dari

rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Kondisi semangat kebangsaan atau na-

sionalisme suatu bangsa akan terpencar dari kualitas dan ketangguhan bangsa tersebut dalam

menghadapi berbagai ancaman. Dari semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiaka-

wanan sosial, semangat rela berkorban, dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme.

Untuk mewujudkan masa depan bangsa Indonesia menuju ke masyarakat yang adil dan

makmur, pemerintah telah melakukan upaya-upaya melalui program pembangunan nasio-nal

baik fisik maupun nonfisik. Sasaran pembangunan yang bersifat fisik ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan yang bersifat nonfisik diarahkan kepada

pembangunan watak dan karakter bangsa yang mengarah kepada warga negara yang

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengedepankan sifat kejujuran, kebenaran,

dan keadilan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Nasionalisme Indonesia lahir karena penjajahan yang menyebabkan penderitaan dan

penindasan berkepanjangan terhadap bangsa Indonesia. Kesadaran nasional bangsa Indonesia

dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam adalah keadaan yang

tertindas, terbelakang, dan penderitaan yang terus-menerus sehingga melahirkan keinginan

untuk merdeka, bebas, dan maju. Faktor dari luar adalah kemenangan Jepang atas Rusia

tahun 1905 dan gerakan kemerdekaan di negara-negara tetangga, seperti Cina, Turki, India,

dan Filipina.

Semangat kebangsaan ( nasionalisme ) di panggung politik internasional tumbuh pada awal

abad ke-20 yang ditandai dengan kebangkitan dunia Timur ( nagara Asia ), seperti India,

Cina, dan Filipina. Sedangkan di Indonesia ditandai dengan tumbuhnya berbagai organisasi

pergerakan, seperti Budi Utomo, Sarikat Islam, Indiche Partij, Perhimpunan Indonesia, Partai

Nasional Indonesia, dll.

Perkembangan nasionalisme di Indonesia melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Masa perintis, yaitu masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui pembentukan

organisasi-organisasi pergerakan.

Page 15: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

2. Masa penegas, yaitu masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri bangsa

Indonesia.

3. Masa pencoba, yaitu bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta

kemerdekaan dari Belanda.

4. Masa Pendobrak, yaitu masa dimana semangat dan gerakan nasionalisme Indonesia telah

berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.

Nasionalisme Indonesia berarti adanya rasa ingin bersatu, satu perangai dan nasib, serta

persatuan antara orang dan tempat. Bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang

tinggal secara bersama di wilayah Nusantara dari ujung barat ( Sabang ) sampai ujung timur (

Merauke ) dan memiliki Le desir d’etre ensemble dan charaktergemeinschaft yang telah

menjadi satu. Nasionalisme Indonesia tidak bersifat internasionalisme yang bermaksud

memperluas wilayah bangsa. Nasionalisme Indonesia tidak bersifat ekspansif karena hal itu

tidak sesuai dengan wilayah bangsa yang memiliki Le desir d’etre ensemble dan

charaktergemeinschft. Nasionalisme Indonesia juga tidak bersifat sempit ( daerahisme,

sukuisme, emonasionalisme ) yang hanya mementingkan atau mengutamakan kelompok,

wilayah, atau golongan tertentu dalam diri bangsa Indonesia.

Faktor-faktor penting bagi pembentukan nasionalisme Indonesia, yaitu :

1. Persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah jajahan bangsa asing kurang lebih

selama 350 tahun.

2. Kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai

Merauke.

3. Keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

4. Cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu bangasa.

Nasionalisme bangsa dapat ditingkatkan dan dipertahankan melalui pembentukan alat-alat

pemersatu bangsa, di antaranya adalah bahasa persatuan ( bahasa Indonesia ), bendera negara

( Sang Merah Putih ), lagu kebangsaan Indonesia Raya, lambing negara ( Garuda Pancasila ),

semboyan negara ( Bhineka Tunggal Ika ), dasar falsafah negara ( Pancasila ), konstitusi

Page 16: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

negara ( UUD 1945 ), bentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang berkedau-latan

rakyat, konsepsi wawasan nusantara, dan kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai

kebudayaan nasional.

Ciri-ciri nasionalisme, antara lain :

1. Memiliki rasa cinta pada tanah air ( patriotisme ).

2. Bangga menjadi bangsa dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.

3. Menempatkan kepentingan bersama daripada kepentingan sendiri dan golongan atau

kelompoknya.

4. Mengakui dan menghargai sepenuhnya keanekaragaman pada diri bangsa Indonesia.

5. Bersedia mempertahankan dan memajukan negara dan nama baik bangsanya.

6. Senantiasa membangun rasa persaudaraan, solidaritas, kedamaian, dan anti kekerasan antar

kelompok masyarakat dengan semangat persatuan.

7. Menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah sebagai bagian dari bangsa lain untuk mencip-

takan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.

2. Patriotisme

Patriotisme berasal dari kata patria, artinya tanah air. Kata patria berubah menjadi kata

patriot yang berarti seorang yang mencintai tanah air. Seorang patriotik adalah orang yang

cinta pada tanah air dan rela berkorban untuk mempertahankan negaranya. Patriotisme berarti

paham tentang kecintaan pada tanah air. Semangat patriotisme berarti semangat untuk

mencintai tanah air. Patriotisme lahir karena dilandasi oleh semangat kebangsaan atau

nasionalisme. Jadi, patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-

galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Sikap patriotisme yang diwujudkan dalam semangat cinta tanah air dapat dilakukan dengan

cara :

1. Perbuatan rela berkorban untuk membela dan mempertahankan negara dan bangsa.

Page 17: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

2. Perbuatan untuk mengisi kelangsungan hidup negara dan bangsa.

Ciri-ciri patriotisme, antara lain :

1. Cinta tanah air.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepen-

tingan pribadi dan golongan.

4. Berjiwa pembaharu.

5. Pantang menyerah.

Perbuatan membela dan mempertahankan negara diwujudkan dalam bentuk kesediaan

berjuang untuk menahan dan mengatasi serangan atau ancaman bangsa lain yang akan meng-

hancurkan negara. Kelangsungan hidup negara dapat diwujudkan dengan kesediaan bekerja

sesuai dengan bidang dan spesialisasinya dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat

bangsa, serta pencapaian tujuan negara. Penanaman jiwa patriotisme harus dilandasi oleh

semangat kebangsaan atau nasionalisme. Sebaliknya, jiwa nasionalisme dalam setiap pribadi

warga negara perlu dilanjutkan dengan semangat patriotik untuk mencintai dan rela

berkorban demi kemajuan bangsa.

3. Pentingnya Nasionalisme dan Patriotisme

Negara kebangsaan dibangun atas dasar nasionalisme. Selanjutnya, nasionalisme yang

tertanam dalam diri setiap warga negara akan mmperkuat tegaknya negara kebangsaan.

Gerakan untuk senantiasa mencintai dan membela bangsanya dari ancaman negara lain atau

ancaman kehancuran melahirkan patriotisme. Antara nasionalisme dengan patriotisme juga

terdapat kaitan yang amat erat. Karena itu, nasionalisme dan patriotisme sangat penting bagi

kelangsungan hidup negara kebangsaan.

Suatu negara yang warga negaranya memiliki semangat kebangsaan dan jiwa patrio-tisme

maka warga negara tersebut dapat diandalkan untuk membela, berjuang maju, dan bersedia

mengisi kemajuan dan kelangsungan bangsanya. Sebaliknya, suatu negara yang warga

negaranya tidak memiliki semangat nasionalisme ataupun patriotisme maka dalam

Page 18: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

perilakunya tersebut mudah sekali untuk melakukan tindakan yang dapat menghina nama

baik bangsa, menjual harga diri bangsa, merendahkan martabat bangsa, dan tidak lain yang

berakibat melemahkan kelangsungan dan kewibawaan negara.

Contoh perilaku dan tindakan yang dapat meningkatkan nasionalisme dan patriotisme, antara

lain :

1. Menjalankan dan mempertahankan kegiatan yang bersifat kerukunan di masyarakat,

misalnya acara pernikahan, kematian, kelahiran, dan syukuran.

2. Menjaga ketertiban masyarakat dengan mematuhi aturan yang dibuat bersama.

3. Mengikuti siskamling dan kerja bakti.

4. Menerima dan menghargai perbedaan antarsuku bangsa, misalnya berteman dengan siswa

dari suku lain.

5. Mengikuti kegiatan PON, Jambore Nasional, MTQ, pertukaran pelajar, dan misi kesenian.

6. Menghindari tindakan provokatif yang tidak bertanggung jawab.

7. Mematuhi hukum dan aturan yang telah disepakati negara.

8. Menjaga nama baik dan kebanggan atas negara sendiri di luar negeri, misalnya ketika

belajar atau bekerja di negara lain.

9. Bersedia membela negara dari ancaman negara lain.

10. Aktif memberi usul, saran, tanggapan, dan kritik terhadap penyelenggara negara.

11. Ikut mengawasi jalannya pemerintahan, baik di daerah maupun di tingkat pusat.

12. Membela nama baik keluarga, nama baik dan keselamatan sekolah, atau membela

masyarakat sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan Untuk Kelas X SMA. Jakarta : Erlangga.

Page 19: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Depdikbud. 1994. PPKn Untuk Kelas 1 SLTA. Jakarta : Ditjen Dikdasmen, Depdikbud.

Jutmini, Sri dan Winarno. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas 1 SMA. Surakarta : Tiga Serangkai.

Suparyanto, Yudi dan Amin Suprihatini. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas X SMA. Klaten : Cempaka Putih.

Suprihatini, Amin dkk. 2005. Kewarganegaraan Untuk Kelas X SMA Jilid 1. Klaten : Cempaka Putih.

Sejarah Paham / Ideologi Nasionalisme, Pengertian, Arti, Tokoh, Contoh, Gerakan

Artikel dan Makalah tentang Sejarah Paham / Ideologi Nasionalisme, Pengertian, Arti, Tokoh, Contoh, Gerakan- Paham nasionalisme berkembang dan menyebar dari Eropa ke seluruh dunia pada abad 19 dan 20. Pada intinya nasionalisme menitikberatkan kecintaan pada bangsa dan negara. Menurut Otto Bouer, nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama, sedangkan Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada negara dan bangsa. Sementara itu, Ernest Renant menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu. (Baca juga : Perkembangan Ideologi / Paham Baru dan Pengaruhnya Terhadap Kesadaran dan Pergerakan Nasionalisme di Indonesia)

Prinsip-prinsip nasionalisme juga dianut oleh kaum pergerakan nasional Indonesia setelah disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen. Berdasarkan pertimbangan heterogenitas itu, Indische Partiij (1992), mengembangkan paham nasionalisme Hindia. Pengembangan paham itu bertujuan mempersatukan penduduk bumiputera, Arab, Cina, dan keturunan Belanda.

Nasionalisme timbul menjadi kekuataan penggerak di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-18, selanjutnya paham itu tumbuh dan berkembang ke seluruh Eropa pada abad ke-19, hingga awal abad ke-20. Pada abad ke-20, nasionalisme menjalar dan berkembang ke wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Atas dasar itu abad ke-19 dapat disebut zaman pertumbuhan dan perjuangan nasionalisme modern Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya telah melahirkan banyak negara merdeka di dunia. Tumbuh dan berkembangnya nasionalisme modern, pada dasarnya disebabkan karena struktur sosial tradisional dengan sistem hubungan yang didasarkan pada persamaan–persamaan yang bersifat primordialistik itu dipandang tidak cocok lagi dengan perkembangan keadaan alam dan zaman karena basis dasarnya dinilai terlalu konservatif dan dapat menimbulkan hal-hal yang bersifat chauvinistik atau nasionalisme yang berlebihan, antagonistik, serta ketertutupan negara terhadap pengaruh negara lain.

Page 20: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Selain itu, sebab lain lahirnya nasionalisme adalah penaklukan negara bangsa lain oleh negara tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi masyarakat negara bangsa yang ditaklukan. Oleh sebab itu, nasionalisme sering diasosiasikan sebagai ekspansinisme, imperialisme, dan peperangan.

Tumbuh dan berkembangnya pemikiran nasionalisme modern itu tidaklah dipelopori oleh kalangan politikus atau negarawan, tetapi oleh para ahli ilmu pengetahuan dan budayawan seperti pelopor dan pemikir nasionalisme modern di Eropa Barat antara lain John Locke, J.J. Rousseau, John Gottfried Herder, dan lain-lain.

Anda sekarang sudah mengetahui Sejarah Nasionalisme. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

PERKEMBANGAN NASIONALISME DI INDONESIA

  Pengaruh dari dalam (Internal)       Kenangan kejayaan masa lampau       Penderitaan dan kesengsaraan akibat Imperialisme       Munculnya gol. Cendikiawan       Kemajuan dalam bidang politik  Pengaruh dari luar (Eksternal)       Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905       Pergerakan Nasional di India (Mahatma Gandhi: Ahimsa=dilarang membunuh/anti

perang, Hartal=gerakan mogok, Satyagraha=gerkan untuk tidak bekerjasama dengan kolonial Inggris, Swadesi=gerkan untuk memakai produk dalam negeri sendiri)

       Gerakan kebangsaan Filipina yang dipimpin oleh Dr. Jose Rizal       Gerakan Nasional RRC dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen.       Pergerkan Turki Muda (1908) yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha       Pergerakan Nasionalisme Mesir (1881-1882) yang di pelopori oleh Arabi Pasha.  Ideologi yang berkembang pada masa Pergerakan Nasional       Liberalisme

Diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Paham ini intinya adalah suatu paham yang mengutamakan kemerdekaan individu atau kebebasan kehidupan masyarakat.

       NasionalismeDiperkenalkan oleh organisasi politik yang muncul di Indonesia. Inti dari paham ini adalah rasa cinta tanah air, Indonesia.

Page 21: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

       KomunismePaham ini lawan dari paham Liberalisme, yakni mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Paham ini berprinsip sama rata sama rasa.Diperkenalkan oleh Sneevliet (komunis Belanda).

       DemokrasiIdeologi demokrasi pertama kali muncul di Yunani. Demos: Rakyat Kratos: Pemerintah, jadi demokrasi berarti pemerintahan dari rakyat.

       Pan-IslamismePaham ini bertujuan mempersatukan umat Islam sedunia. Paham ini merupakan gerakan yang radikal dan progresif.

  Organisasi Pergerakan Nasional       Boedi Oetomo

Pada tanggal 20 Mei 1908, Soetomo dan kawan-kawan mendirikan Boedi Oetomo. Ketuanya Adipati Tirtokoesumo dan wakilnya adalah Dr. Wahidin Soedirohusodo.

       Perhimpunan Indonesia (PI)Pada tahun 1908 para mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda mendirikan Indische Vereeniging . pada tahun 1922 diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Pemimpin PI antara lain: G. Mangunkusumah, Moh. Hatta, Iwa Kusumah Soemantri, Sastro Mulyono dan M. Sartono).

       Sarekat Islam (SI)Pada tahun 1909 didirikan Sarekat Dagang Islam yang dipimpin oleh RM. Tirtoadisuryo. Pada tahun 1911 dipinpin oleh H. Samanhudi. Pada tahun 1912 SDI diubah namanya menjadi SI dibawah pimpinan HOS Cokroaminoto. Pada tahun 1920. SI menjadi dua yakni SI Merah (Cikal bakal PKI) dibawah pimpinan Semaun dan SI Putih dibawah pimpinan HOS Cokroaminoto.

       Indische Partij (IP)Tiga serangkai (Douwwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Surjoningrat) adalah tiga tokoh pendiri IP pada tahun 1912

       Partai Komunis Indonesia (PKI)Pada tahun 1914 Sneevliet mendirikan organisasi yang bercorak Marxist dengan nama Indische Social Demokratische Vereeniging (ISDV). Sneevliet kemudian berhasil mempengaruhi semaun dari SI mendirikan SI Merah dan bergabung dengan ISDV menbangun PKI pada tahun 1920.

       Partai Nasional Indonesia (PNI)Pada tahun 1927 PNI didirikan oleh Soekarno di Bandung. Dasar perjuangan PNi adalah sosio-nasonalisme, sosio-demokratis dan marhaenisme.

       Partai Indonesia (Partindo)Merupakan pecahan dari PNI, setelah Soekarno dipenjara. Didirikan pada tahun 1931dipimpin oleh sartono SH.

       PNI PendidikanMerupakan pecahan dari PNI, setelah Soekarno dipenjara. Didirikan pada tahun 1931dipimpin oleh Moh. Hatta dan Sutan Syahrir

       Partai Indonesia Raya (Parindra)Cikal bakal Parindra adalah Indische Studie Club di pimpin oleh Dr. Soetomo. ISC diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI kemudian bergabung dengan Boedi Oetomo kemudian menjadi Parindra pada tahun 1935 dak ketuannya Dr. Soetomo dan berpusat di Surabaya.

  Gagasan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Page 22: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

o   Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)Munculnya PPPKI dipelopori oleh Soekarno . gagasan ini muncul akibat kegagalan PKI menumbangkan kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda. Pada tanggal 17-18 Desember 1927 dibandung diadakan pertemuan oleh berbagai organisasi (PSI, BO, PNI, Pasundan

o   Kongres PemudaPPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) didirikan pada tahun 1926. Pada tanggal 30 April-2 Mein 1926 diadakan Kongres Pemuda I yang dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Jong Java. Kongres diadakan oleh jong Java, Jong Soematera Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten Bond. Tujuan Kongres adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan dan mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.Penyelenggaraan kongres pemuda II diadakan tiga kali rapat: pertama dilakukan di Gedung Katholik Jonglingen Bond di Waterloopein. Kedua tanggal 28 Oktober 1928 pagi digedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noor dan rapat ketiga pada tanggal 28 Oktober 1928 malam di gedung Indonesische Clubhuis Kramat 106 Jakarta. Kongres ini berhasil menetapkan ikrar sumpah pemuda:

  Kami putra-putri Indonesia mengaku bertanah tumpah darah satu tanah air Indonesia;  Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia;  Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia;

Pada malam penutupan kongres pemuda II untuk pertama kalinya diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Soepratman

o   Gabungan Politik Indonesia (GAPI)Soetarjo mengajukan usul kepada pemerintah Hindia Belanda agar diadakan konferensi kerajaan Belanda yang membahas status politik Hindia-Belanda. Usul ini kemudian dikenal dengan Petisi Soetarjo pada tanggal 15 Juli 1936. Petisi ini ditolak Belanda, sehingga MH. Thamrin membentuk GAPI pada tanggal 21 Mei 1939.GAPI hendak mengadakan aksi, menuntut pemerintah dengan mengadakan parlemen yang disusun dan dipilih oleh rakyat Indonesia dan kepada parlemen itulah pemerintah harus bertanggung jawab.Satu-satunya kaum nasionalis yang dipenuhi oleh pemerintah ialah pembentukan komisi Visman pada bulan Maret 1941. Panitia ini bertugas menyelidikisampai dimana kehendak rakyat Indonesia sehubungan dengan perubahan pemerintah. Namun hasil dari komisi visman sangat menjengkelkan karena komisi ini berpendapat bahwa rakyat Indonesia masih ingin tetap dalam ikatan dengan kerajaan Belanda.

o   Peristiwa-peristiwa Penting dan Kebijakan Keras Pemerintah Kolonial terhadap Indonesia

  Indische Partij menentang perayaan kemerdekaan negeri Belanda  Penyebaran paham Sosialis oleh ISDV  Pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1927  Propaganda Bung Karno melalui PNI   Tuntutan GAPI tentang Indonesia berparlemen  Pembentukan Identitas Nasional dan terbentuknya Nasionalisme Indonesia

Penggunaan kata atau istilah Indonesia dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya:  J.R. Logan (Inggris);ia menyebut Indonesia didalam artikel pada majalah yang dipimpinnya

pada tahun 1850  Tokoh-tokoh yang mempopulerkan Istilah Indonesia didunia Internasional antara lain: Adolf

bastia (1884), Van Volenhoven, Snouck Hurgronje dan Kern.  Tokoh-tokoh dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda pada bulan Januari 1924

mengganti organisasinya dari yang semula bernama Indische Vereeniging menjadiIndonesische Vereeniging.

Page 23: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

  Sumpah Pemuda menjadikan Indonesia sebagai Identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku bangsa di Nusantara.

PERKEMBANGAN NASIONALISME

 DI INDONESIA

 

MAKALAH

 

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sejarah Islam Indonesia

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

Disusun Oleh:

Amri Khan                            103111109

Nisvi Nailil Farichah             103111082

Noor Aini                               103111083

Nova Fitri Rifkhiana            103111084

Nur Hayati                             103111085

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

 

 

Page 24: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

PERKEMBANGAN NASIONALISME DI INDONESIA

 I.         PENDAHULUAN

Abad XX adalah abad nasionalisme, artinya sejak awal sampai dengan penutupan abad ini timbul kesadaran berbangsa. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah bahwa ternyata kesadaran bangsa Indonesia sudah mengawali abad ini dan bahkan kesadaran ini masih diikuti oleh bangsa-bangsa Semenanjung Balkan yang menginginkan terciptanya nasion sendiri yang merdeka. Yang terakhir ini ternyata baru berlangsung menjelang penutupan abad XX. Jelas kiranya bahwa keinginan bersama untuk membebaskan diri dari dominasi etnik lain terjadi secara universal.

Nasionalisme Indonesia mempunyai ciri khas yang berbeda dengan nasionalisme mana pun di penjuru dunia ini. Nasionalisme Indonesia murni nerupakan bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Sudah selayaknya kalau dominasi sosio-politik kolonialisme Belanda itu membangkitkan perlawanan melalui organisasi yang diatur secara modern. Memang organisasi modern itu sebenarnya adalah dampak modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial sendiri. Kebangkitan nasional adalah dampak yang tidak disadari oleh pemerintah, seperti munculnya banyak organisasi yang di dalam makalah ini kita akan membahas hal tersebut.

II.      RUMUSAN MASALAH

1.1. A.       Apa Pengertian Nasionalisme?2. B.       Bagaimana Sejarah Nasionalisme Sebelum Kemerdekaan?3. C.       Bagaimana Sejarah Nasionalisme Sesudah Kemerdekaan?

 

1. III.   PEMBAHASAN 1. A.    Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme adalah sebuah paham yang direalisasikan dalam sebuah negara yang mendambakan kepentingan bersama, yaitu kepentingan bangsa (nation), walaupun mereka terdiri dari masyarakat yang majemuk. Bangsa mempunyai pengertian totalitas yang tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama. Diantara mereka tercipta hubungan sosial yang harmonis dan sepadan atas dasar kekeluargaan. Kepentingan semua kelompok diinstutionalisasikan dalam berbagai organisasi sosial, politik, ekonomi, dan keagamaan. Upaya penggalangan kebersamaan ini sering kali bertujuan menghapus superioritas kolonial terhadap suatu bangsa yang telah menimbulkan berbagai penderitaan selama kurun waktu yang cukup lama.

Nasionalisme sendiri mengandung makna “suatu sikap mental di mana loyalitas tertinggi dari individu adalah untuk negara-bangsa”; atau “sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah, serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dan dengan demikian mersakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa.

Page 25: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Dalam konteks ini, kata kunci dalam nasionalisme adalah supreme loyality terhadap kelompok bangsa. Kesetiaan ini muncul karena adanya kesadaran akan identitas kolektif yang berbeda dengan yang lain. Pada kebanyakan kasus, hal itu terjadi karena kesamaan keturunan, bahasa atau kebudayaan. Akan tetapi , ini semua bukanlah unsur yang subtansial serba yang paling penting dalam nasionalisme adalah adanya “kemauan untuk bersatu”. Oleh karena itu, “bangsa” merupakan konsep yang selalu berubah, tidak statis, dan juga tidak given, sejalan dengan dinamika kekuatan-kekuatan yang melahirkannya.nasionalisme tidak selamnya tumbuh dalam masyarakat multi ras, bahasa, budaya, dan bahkan multi agama. Amerika dan Singapura misalnya, adalah bangsa yang multi ras; Switzerland adalah bangsa dengan multi bahasa; dan Indonesia, yang sangat fenomenal, adalah bangsa yang yang merupakan integrasi dari berbagai suku yang mempunyai aneka bahasa, budaya, dan juga agama. [1]

1. B.     Sejarah Nasionalisme Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Nasionalisme Indonesia yang dalam perkembanganya mencapai titik puncak setelah Perang Dunia ke II yaitu dengan di prolkamasikannya kemerdekaan Indonesia berarti pembentukan nation Indonesia berlangsung melalui proses sejarah yang panjang. Timbulnya nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya berkuasa di Indonesia. Usaha untuk menolak kolonialisme inilah yang merupakan manifestasi dari penderitaan dan tekanan disebut nasionalisme Indonesia. Tahun 1799 pemerintah hindia belanda mengeksploitasi ekonomi dan penetrasi politik sampai pada tahun 1830 dengan memperkenalkan sistem administrasi dan birokrasi ”sewa tanah” tetapi mengalami kegagalan. Kemudian diganti dengan sistem tanam paksa yang mengintensifkan sistem tradisisonal yang terdapat dalam ikatan feodal, ini terjadi pada pertengahan abad XIX. Kemudian pada awal abad XX menggantinya dengan “politik balas budi atau politik etis.” Dalam politik etis terdapat usaha memajukan pengajaran bagi anak-anak indonesia. Sehingga memunculkan beberapa respons yang positif dari generasi bangsa Indonesia, diantaranya:

1. Budi Utomo.

Secara historis, semangat nasionalisme Indonesia sudah mulai terasa sejak berdirinya Boedi Oetomo yang merupakan keprihatinan dr. Wahiddn sudiro husodo yang dikembangkan oleh Sutomo mahasiswa Stovia serta rekan-rekannya untuk mendirikan Budi Utomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908, ini menampilkan fase pertama dari Nasionalisme Indonesia dan menunjuk pada etno nasionalisme dan proses penyadaran diri terhadap identitas diri bangsa Indonesia.

1. Sarekat Islam

Sarekat islam adalah organisasi yang bertujuan menghidupakan kegiatan ekonomi pedagang islam jawa yang diikat dengan agama yang pengaruhnya jauh lebih besar dari pada Boedi Oetomo, namun berkembang menjadi gerakan nasionalisme.. Didirikan pada tahun 1912 oleh H. Samanhudi. Dalam waktu kurang dari satu tahun SI menjadi organisasi raksasa yang mengakibatkan pemerintah Hindia Belanda menjadi resah akan keberadaannya.

Sarekat Islam mengalami percepatan kemajuan yang merata hampir di seluruh Indonesia. Akan tetapi, sifat keterbukaan organisasi ini telah memicu terjadinya perpecahan di tubuh SI sehingga lahirlah “SI Putih” dan “SI Merah”. Jika “SI Putih” tetap mengutamakan ideologi islam dan Pan-Islamisme sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa maka “SI Merah” di

Page 26: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

bawah pimpinan Semaun, Darso, dn Tan Mlaka memiliki kecenderungan yang berbeda.Golongan kiri dalam SI inilah yang akhirnya menjadi cikal-bakal lahirnya partai komunis Indonesia (23 Mei 1920), dalam hal yang menyangkut dasar partai, PKI berpegang teguh prinsip sosialisme, internasionalisme,dan menganggap nasionalisme. Sebagai musuh utama. Oleh karena itu, dalam konperensi SI (Maret 1921), Fahrudin-wakil ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak mungkin berhasil jika tetap bekerja sama dengan golongan komunis.[2]

1. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Sejarah mencatat bahwa PKI berhasil menempatkan diri sebagai partai terbesar sehingga mendorongnya melakukan pemberontakan kepada pemerintah Belanda pada 13 November 1926. Pemberontakan PKI ini telah meyebabkan banyak tokoh pergerakan nasional harus dibuang ke Tanah Merah, Digul Atas, dan Irian Jaya.

Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah Belanda, Soekarno merasakan perlunya bangsa Indonesia memiliki partai sebagai wadah baru yang mampu menampung gerakan “nasionalisme modern” yang radikal. Pada 4 Juli 1927, lahirlah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diawali oleh berdirinya Algeemene Study Club (1925). Ideologi partai ini adalah nasionalisme radikal, sebagaimana tuisan Soekarno dalam Nasionalisme, Islamisme, dan marxisme (1926). Tulisan tersebut merupakan respons Soekarno atau tulisan H.O.S Tjokroaminoto tentang Islam dan Sosialisme. Ketiga kekutan ideologi tersebut, yakni Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, merupakan landasan pergerakan nasional secara garis besar, dan oleh Soekarno dianggap sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Ketiga tersebut kemudian terkenal dengan singkatan NASAKOM.[3]

1. Indische Partij

IP adalah organisasi campuran yang menginginkan kerjasama orang Indo dengan orang Bumiputra. Organisasi ini didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker alias setyabudi di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Oganisasi ini melalui kesatuan aksi dpat mengubah sistem yang berlaku dengan antitesis antara penjajah dan terjajah.

1. Muhammadiyah

Agama Islam adalah lambang persatuan rakyat, makadari itu K.H. Ahmad Dahlan di yogajakarta pada 18 November 1912 menjadikan Muhammadiah sebagai organisasi yang bertumpu  pada cita-cita agama dengan aliran modernis islam dan memperbaiki agama bagi umat islam Indonesia. Organisasi ini melakukan perbaikan melalui 3 bidang yaitu, keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan. Pembaharuan pada bidang keagamaan adalah memurnika dan mengembalikan sesui pada aslinya (Al-Qur’an dan Sunnah). Pembaharuan pada bidang pendidikan mencakup perbaikan dan pembentukan muslim yang berbudi, alim, luas pengetahuan dan faham masalah ilmu dunia dan masyarakat dengan sistem pendidikan yang menggabungkan cara tradisional dan cara modern. Perbaikan pada bidang kemasyarakatan dengan mendirikan rumahsakit, poliklinik, rumah yatim piatu yang dikelola oleh lembaga. Pada tahun 1923 berdirilah Pertolongan Kesengsaraan Umum (PKU) yang merupakan bentuk kepedulian sosial dan tolong menolong sesama muslim.

Di samping organisasi politik terdapat pergerakan keagamaan bersifat nasionalisme seperti Muhammadiyah di Jogjakarta pada 18 November 1912 yang didirikan oleh KH. Ahmad

Page 27: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Dahlan dengan tujuan memajukan pendidikan berdasarkan agama Islam dengan mendirikan sekolah-sekolah agama, masjid, langgar, dan rumah sakit. Setelah itu lahir Nahdhatul Ulama di Surabaya pada 31 Januari 1926, organisasi ini merupakan respon atas maraknya semangat nasionalisme dan respon terhadap kebijakan dan langkah SI dan Muhammadiyah yang tidak mengikutsertakan golongan tradsional dalam konggres Islam sedunia di Kairo.

1. Kelompok Katolik lahir Indiche katholieke Partij (IKP).

Pada November 1918 yang bertujuan memajukan bangsa berdasarkan agama katolik. Pada Setember 1917 lahir Christelijke Ethische Partij (CEP) yang bertujuan menjadikan agama Kristen sebagai dasar dalam menyusun negara dan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Pada 22 februari 1925, berdiri dari umat Nasrani Partai Katolik Djawi di Djogjakarta, partai ini terbuka untuk semua Golongan tidak dibatasi dari orang Jawa saja dengan menjadikan bahasa Melayu, sebagai bahasa resmi partai.

1. Nahdlotul Ulama’

Berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, sebagai organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh para ulama’, pemegang teguh salah satu dari 4 madzhab, berhaluan Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah, bertujuan mengembangkan dan mengamalkan ajarang islam serta memperhatikan maslah sosial, ekonomi, dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada umat manusia. Pusat-pusat NU ada di Surabaya, Kediri, Bojonegoro, Bondowoso, Kudus.

1. Perhimpunan Indonesia

Dipimpin oleh Iwa Kusuma Sumantri, J.B.Sitanala, Moh. Hatta, Sastra Mulyono, D. Mangun Kusumo, dan Majalah “Indonesia Merdeka”. PI bertujuan menyadarkan para mahasiswa agar mempunyai komitmen yang bulat tentang persatuan dan kemerdekaan indonesia sebagai Elite Intelektual dan Prfesional harus bertanggung jawab untuk memimpin rakyat melawan penjajah, membuka mata rakyat belanda bahwa pemerintah kolonial sangat opresif dan meyakinkan rakyat Indonesia tentang kebenaran perjuangan kaum Nasionalis, mengembangkan Edeologi yang bebas dan kuat diluar pembatasan Islam dan komunisme. Empat pikiran pokok PI tahun 1965 yaitu: kesatuan Nasional, solidaritas, Non koperasi, dan suadaya.

1. Kongres pemuda dan Sumpah pemuda

Para pelajar dan mahasiswa dan beberapa organisasi bergabung dalam PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) pada tahun 1926 dan melakukan kongres pemuda Perdana pada bulan mei 1926 dengan mengesampingkan perbedaan sempit berdasarkan daerah dan menciptakan kesatuan seluruh bangsa Indonesia. Kongres pemuda kedua tanggal 26-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh sembilan organisasi pemuda beserta sejumlah tokoh politik. Diantaranya Soekarno, Sartono, dan Sumaryo. Ini merupakan puncak ideologi integrasi Nasional dan peristiwa Nasional yang belum pernah terjadi terbukti dengan pengucapan sumpah setia dengan bunyi sebagai berikut:

1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa pemersatu, bahasa indonesia.

Page 28: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Dalam penutupan kongres di kumandangkan lagu Indonesia Raya untuk mengiringi pengibaran bendera merah putih. Tiga sumpah diatas mengandung tiga pengertian yang merupakan kesatuan yaitu pengertian wilayah, bangsa yang merupakan massa dan bahasa sebagai alat komunikasi yang homogen. Kesatuan dalam pluralisme sosial-budaya itulah yang menjadi cita-cita Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda memang tidak identik dengan nasionalisme, tetapi mengintegrasikan potensi bangsa, yang berarti pula sejalan dengan hakikat nasionalisme sebagai faktor integratif bagi berbagai potensi kultural masyarakat. [4]

1. Partai Indonesia

Pada tanggal 1 mei 1931 pendirian PARTINDO di bawah pimpinan Sartono adalah lanjutan PNI ysng telah dibubarkan, dengan tujuan mencapai satu negara Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jika ada persatuan seluruh bangsa Indonesia. PARTINDO adalah partai politik yang menghendaki kemerdekaan Indonesia yang didasarkan atas prinsip menentukan nasib sendiri, kebangsaan, menolong diri sendiri, dan demokrasi.

1. Organisasi pemuda dan kepanduan

Kaderisasi pemimpin yang dibutuhkan oleh negara denganciri Regionalisme sebagai perkumpulan kedaerahan yang terjun kelapangan sosial politik. Trikoro Darmo didirikan tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta oleh dr. R. Satiman Wiryo Sanjoyo, Kaderman, dan Sunardi serta beberapa pemuda lainnya yang mempunyai cita-cita cinta tanah air, memperluas persaudaraan dan mengembangkan kebudayaan jawa. Tapi pada tahun 1915 berubah menjadi Jong Java yang orientasinya lebih luas mencakup Jaya Raya, Milisi, dan pergerakan rakyat pada umumnya. Sedangkan pda ahir tahun 1928 Jong Java dibubarkan dan diganti dengan Indonesia Muda dengan maksud menempuh orientasi Nasionalis yang sebenarnya.

Pada tahun 1927 di Bandung, didirikan pemuda Indonesia. Pada 9 Desember 1917 di Jakarta didirikan Jong Sumatranen Bond dengan tujuan memperkokoh ikatan sesama murid Sumatra dan mengembangkan kebudayaan Sumatra. Tahun 1918 didirikan Jong Minahasa dan Jong celebes. Keinginan bersatu dari berbagai organisasi kepanduan adalah refleksi dari keinginan untuk bersatu guna merealisasikan perasaan kebangsaan, bukan hanya dikalangan pemuda dan organisasi politik, tetapi juga tampak terang dikalangan kepanduan. [5]

Era pergerakan Nasional lahir juga organisasi kedaerahan seperti pasundan (1920), srikat Sumatra (1918), perkumpulan orang Ambon, perkumpulan orang Minahasa (Agustus 1912), perkumpulan kaum Betawi (1 Januari 1923). Dikalangan pemuda lahir organisasi para pemuda seperti: Jong Java (7 Maret 1915), Jong Sumatren bond (9 Desember 1917), Jong Mina Hasa (1918), Jong Ambon, Jong Cebelles, Jong Islamieten Bond, dan Perhimpunan Indonesia tahun 1922 di Belanda.

Jadi, masa Nasionalis Indonesia tumbuh dari perasaan senasib dan sependeritaan akibat penjajahan. Walaupun dari suku, agama, dan ras yang majemuk tetapi satu bangsa dan berusaha membebaskan diri dari penderitaan tersebut dengan cita-cita mewujudkan masa depan yang lebih baik.[6]

1. C.    Sejarah Nasionalisme Indonesia Sesudah Kemerdekaan

Nasionalisme pada masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan  secara umum dibentuk dengan cara menciptakan suatu common enemy  yakni musuh bersama  bagi bangsa

Page 29: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Indonesia.  Dengan hal tersebut maka rasa memiliki bangsa Indonesia yang ingin menjaga negaranya dari musuh yag ingin memeceah kesatuan Republik Indonesia akan terpupuk dan menjadikan semangat nasionalisme.  Bung Karno memaknai musuh bersama bangsa Indonesia adalah kolonialisme dan neo-kolonialisme.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia bentuk gerakan nasionalisme adalah dalam wujud perlawanan fisik dan upaya diplomasi bangsa Indonesia dalam upaya untuk mempertahankan kedaulatan RI.

Adapun bentuk-bentuk dari wujud nasionalisme rakyat Indonesia yaitu: Peristiwa pertempuran tanggal 10 November 1945 di Surabaya, peristiwa Bandung Lautan Api, Palagan Ambarawa, Konferensi Linggar Jati, Konferensi Renville, serta KMB. Termasuk di dalamnya upaya penanggulangan pemberontakan dari dalm negeri seperti: DI/ TII, PRRI/ Permesta, RMS baik Belanda maupun para pemberontak adalah sama-sama musuh bersama bangsa Indonesia yang harus dilawan demi menegakkan kedaulatan negera RI. Pada tahun 1963, Soekarno menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia karena menganggap itu sebagai proyrk neo-kolonialisme Inggris yang dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai.

Maka pada saat itu bangsa Indonesia di kondisikan untuk kemudian menganggap Malaysia sebagai musuh bersama bangsa Indonesia dan harus dilawan, yang kemudian melahirkan ultimatum Ganyang Malaysia. Tahun 1966, gerakan nasionalisme Indonesia dimanifestasikan dengan menciptakan musuh bersama PLI danOrla.[7]

Dalam era Reformasi 1998-2003, gerakan nasionalisme menampakkan wujudnya dalam wajah yang baru dan berbeda dari model nasionalisme pada masa rezim Soekarno yakni dalam bentuk perlawanan terhadap represi politik rezim yang berkuasa dan dalam perlawanan daerah terhadap pusat. Tragedi 12 Mei 1998 terjadi penembakan mahasiswa Trisakti, dan 1 Januari 2001 saat diberlakukannya OTODA merupakan momentum puncak dari gerakan nasionalisme pada masa transisi menuju demokrasi di Indonesia.

Ada beberapa masa nasionalisme yang dialami Indonesia setelah kemerdekaan, diantaranya:

1. Nasionalisme kaum muda pasca kemerdekaan 1945

Gerakan mahasiswa angkatan 1998 orde reformasi adalah penggugatan atas penyelewengan pemerintahan dan penguasa dalam mengatur negara. Gerakan mahasiswa tahun 1996 organisasi mahasiswa berorientasi politik berafiliasi dengan partai politik tertentu dan para aktifisnya memiliki hubungan emosional dan historis dengan para elit politik nasional, ini terlepas dari gejala yang muncul sejak zaman sistem demokrasi liberal atau sistem demokrasi parlementer ditahun 1950-1959. Dekrit presiden 1959 dibawah pemerintahan Soekarno pada masa sistem demokrasi terpimpin. Kesatuan aksi mahasiswa Indonesia (KAMI) pada tanggal 25 Oktober 1965 untuk melancarkan perlawanan terhadap kekuatan PKI dan antek-anteknya sampai puncaknya runtuh pada rezim Soekarno sebagai orde lama. Tahun 1973 kembali terjadi aksi mahasiswa, keraguan akan strategi pembangunan orde baru dan berlanjut dengan peristiwa Malari tahun 1974 dengan isu anti monopoli produksi Jepang. Gerakan mahasiswa di era 1980-an memunculkan isu lokal sebagai akibat ketidak adilan dalam pembangunan terhadap rakyat yang diangkat ke permukaan sebagai isu nasional yang bersifat sporadis dan fragmentaris.

Page 30: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Nilai perjuangan pada angkatan 1998 dalam simpul perubahan sejarah politik negara, nilai-nilai perjuangan yang diangkat lebih kepada isu konkrit berkaitan dengan penyimpangan dan penyelewengan penyelenggara pemerintah serta pembangunan yang dirasakan masyarakatdengan tidak bersistem.

1. Nasionalisme kaum muda di Indonesia era reformasi

Peran mahasiswa sebagai ujung tombak muncul belakangan sebelum gerakan moral yang dilakukan mahasiswa telah terjadi sebelumnya seperti gerakan mahasiswa tahun 1971 (aksi penolakan TMII), 1974 peristiwa Malari (aksi penolakan monopoli Jepang), aksi 1978 (protes atas sidang MPR). Akan tetapi gerakan perubahan sosial oleh angkatan 1998 membuktikan reformasi mengalami mati suri. Keberadaan KAMMI mengingatkan kita dengan peran HMI pada tahun 1966 saat runtuhnya rezim orde lama dan tampilnya pemerintahan orde baru, dimana tokoh mahasiswa HMI masuk dalam dalam gerbong pemerintahan baru sebagai sub ordinasi kekuasaan Suharto. [8]

1. Penegakan hukum dan HAM sebagai realitas simbolik

Penegakan hukum di Indonesia saat ini baru sebatas slogan belaka dan belum  dilaksanakan secara optimal. Penyebab utamanya adalah karena pejabat dan aparat penegak hukum masih terdiri dari orang-orang lama yang mereka sendiri belum bersih dan juga oarang-orang yang bermasalah. Penegakan hukum semestinya dimulai dari pucuk pimpinannya dan dari aparat yang bersentuhan langsung dengan persoalan tersebut.

Barkaitan dengan pelanggaran hukum dalam kehidupan sehari-hari (legalisasi perjudian), seorang muslim yang menjadi pejabat negara harus memiliki sikap untuk mendahulukan kepentingan masyarakat secara umum. Seorang pemimpin harus mempunyai ketegasan dalam menjalankan kaidah hukum tanpa pandang bulu. Oleh karena itu, penegakan hukum dan HAM tidak boleh menjadi realitas simbolik belaka. Dan untuk menjamin semua itu posisi hukum menjadi sangat penting.

1. Sparatisme dengan topeng agama

Subjek penelitian berpendapat bahwa konflik Aceh bukanlah konflik agama melainkan murni termotifasi kepentingan politik dengan topeng agama, yakni konflik vertikal anatara GAM yang ingin memisahkan Aceh dari pangkuan NKRI. Apalagi Aceh sudah menjadi sebuah daerah yang istimewa yang bernama Nangrue Aceh Darussalam, dimana aturan hkum, sosial dan budaya diupayakan sangat Islami. Dan itu adalah bentuk pemberian hak yang sangat istimewa karena tidak diberikan kepada daerah-daerah lain. Dengan adanya gerakan sparatisme yang ada di sana tentu sangat mengganggu mantapnya nasionalisme Indonesia. Dan untuk menyelesaikan kasus sparatis yang ada di Aceh perlu melakukan dialog dan akomodasi politik anatra kedua belah pihak dengan tujuan agar kepentingan Indonesia dan kepentingan GAM bisa mendekati titik temu yang akan melenjutkan solusi konflik di sana.

Para Ulama berpendapat bahwa GAM memang ingin merdeka dan ingin menjadikan Aceh sebagai negara Islam dengan dasar Amar ma’ruf nahi munkar. Akan tetapi, dalam pandangan para Ulama hal itu tidak perlu dilakukan dengan cara memberontak dan menebarkan kerusakan.

1. Demokrasi, civil society dan pluralitas: civilian politics yang masih tertunda

Page 31: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Banyak pihak memyamakan istilah civil society dengan masyarakt madani. Akan tetapi dala prespektif para Ulama menggunaka istilah masyarakat mutammidin daripapada menyebut masyarakat madani, karena mereka berargumen bahwa terjemahan yang benar dari civil society adalah kosa kata tersebut (masyarakat tamadun).

Adapun wacana pluralitas, mendasarkan pandangannya pada pernyataan al-Qur’an bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Perbedaan antar komunitas tersebut bukan untuk saling merugikan melainkan agar perbedaan tersebut bisa menjadi potensi untuk merealisasikan kebijakan.

Sedangkan wacana demokrasi para Ulama sepakat bahwa padananterm demokrasi dalam Islam adalah kosa kata musyawarah. Mereka mengimplementasikan teknis demokrasi dalam proses pemilihan seorang pemimpin. Dengan demikian, yang paling penting dari masalah demokrasi adalah adanya keseimbangan antara kedaulatan rakyat dan kedaulatan negara. Oleh karena itu diharapkan agar semua pemimpin pemerintahan dan masyarakat segera meluruskan ulang masalh visi kebangsaan, konsepsi kewarganegaraan dan penciptaan keadilan sosial secara serius dan lebih transparan dalam prespektif civilian politics.[9]

1. Tantangan global dan kepemimpinan kaum muda

Nasionalisme lama cenderung bercorak emosional, tidak rasional, sloganistik, heroik, reaktif dan konfrotatif. Nasionalisme baru lebih bercorak realistis, mengedepankan pertimbangan rasional, bersifat komprehensif, solutif, menomorsatukan aspek kualitas sumber daya manusia, dan kemampuan untuk berkompetisi, khususnya di arena global di tengah derasnya arus globalisasi dunia. Tantangan inilah yang sedang dihadapi pemuda Indonesia baik tantangan eksternal maupun tantangan internal. Tantangan eksternal diantaranya kecenderungan pengaruh negatif ideologi global bagi kalangan muda terpelajar yang cenderung menjadi birokratis dan menjadi sekrup ideologi penjajah yang menindas bangsanya sendiri. Isu HAM, demokratisasi, kebebasan, keterbukaan dan pasar bebas sebagai wujud keinginan perubahan dalam masyarakat, harus disikapi secara kritis, responsif dan antisispasi dengan kemampuan kita memilih dan memilah.

Dalam menghadapi pengaruh global (politik barat) yang tidak semuanya positif, kita harus mempunyai nilai-nilai unggulan budaya yang menjadi perhatian untuk dikembangkan yakni nilai-nilai budaya bangsa yang positif bukan yang negatif termasuk juga dalam menyerap nilai-nilai budaya dari luar sebagai kenyataan dari prises globalisasi budaya bangsa yang terus berlangsung dengan perubahan yang begitu cepat dan sangat bervariasi serta kecenderungan terjadinya disorientasi terhadap budaya bangsa suatu negara.

Tantangan internal idealisme masyarakat Indonesia terkini, mengenai fenomena dan tuntutan hidup yang harus dipenuhi karena sulit meraih kesempatan hiduo yang lebih layak pada berbagai aspek termasuk mendapatkan pendidikan yang baik, masalah kemiskinan bangsa Indonesia, tekanan budaya yang hedonis, materialisme dan pragmatis mengakibatkan kaum muda kita untuk mencari jalan keluar dengan cara pola hidup jalan pintas, menganut budaya tisu dan meraih kenikmatan hidup yang fatamorgana. Melihat kondisi seperti itu maka posisi dan peran pemuda menghadapi globalisasi adalah dengan tiga cara:

1. Pemahamn yang baik dan benar akan hakekat dan makna globalisasi, berikut manfaat dan mudharatnya. Dengan ini diharapkan pemuda dapat mengetahui dimana dan

Page 32: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

bagaimana memposisikan diri serta perannya sebagai generasi masa depan bangsa secara tepat.

2. Kepandaian dan kecerdasan pemuda dalam menyikapi dan memerankan diri ditengah arus globalisasi yang diharapkan dengan pemahaman yang baik serta mendalam, muncul pola sikap dan kebijakan yang tepat ketika merespon ekses-eksesnya.

3. Faktor kemampuan pemuda untuk memperkuat jaringan kerjasama yang saling menguntungkan serta sinergitas dengan berbagai komponen strategis dalam globalisasi, khusus dengan kalangan elemen pemuda dunia dari berbagai mancanegara baik di tingkat regional maupun internasional untuk bersama-sama merumuskan dan mengimplementasikan agenda bersama.[10]

1. IV.   KESIMPULAN

Nasionalisme adalah sebuah paham yang direalisasikan dalam sebuah negara yang mendambakan kepentingan bersama, yaitu kepentingan bangs (nation), walaupun merek terdiri dari masyarakat yang majemuk.  Wujud Nasionalisme warga negara Indonesia sebelum kemerdekaan diantaranya banyak terbentuknya organisasi nasionalisme seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia (PNI), Indische Partij, Muhammadiyah, Kelompok Katolik lahir Indiche katholieke Partij (IKP), Nahdlotul Ulama’, Kongres pemuda dan Sumpah pemuda, Partai Indonesia Organisasi pemuda dan kepanduan.

Wujud nasionalisme rakyat Indonesia setelah kemerdekaan yaitu: Peristiwa pertempuran tanggal 10 November 1945 di Surabaya, peristiwa Bandung Lautan Api, Palagan Ambarawa, Konferensi Linggar Jati, Konferensi Renville, serta KMB, upaya penanggulangan pemberontakan dari dalam negeri seperti: DI/ TII, PRRI/ Permesta, RMS baik Belanda maupun para pemberontak, tahun 1963 Soekarno menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia. Selain itu juga dapt berupa Nasionalisme kaum muda pasca kemerdekaan 1945, era reformasi, Penegakan hukum dan HAM sebagai realitas simbolik, Sparatisme dengan topeng agama ,Demokrasi, civil society dan pluralitas: civilian politics yang masih tertunda, serta Tantangan global dan kepemimpinan kaum muda.

1. V.      PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

 

Maschan Moesa, Ali. Nasionalisme Kyai. Jogjakarta: LKIS. 2007

Suhartono. Sejarah Pergerakan Nasional. Jogjakarta: Pustaka pelajar. 2001.

Syam, Firdaus. Membangun Peradaban Indonesia.Jakarta: Gema Insani. 2009.

Page 33: Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia

Wahidin, Samsul. Pokok-pokok Pendidikan Kewarganegaraan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2010

[1] Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kyai, Jogjakarta: LKIS, 2007. Cet. I hlm. 28-29

[2] Ibid, hlm. 35

[3] Ibid, hlm. 35

[4]Ibid, hlm. 36

[5] Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, jogja: pustaka pelajar, 2001. Cet. II hlm. 29-39

[6] Ali Maschan Moesa, Op. Cit,hlm. 37

[7] Samsul Wahidin, Pokok-pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet. I, hlm. 174-176

[8] Firdaus Syam, Membangun Peradaban Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2009), hal. 105-108

[9] Ali Maschan moesa, Nasionalisme Kiai, Jogjakarta: LKIS, 2007. Cet. I hlm. 247-260

[10] Firdaus Syam,Op. Cit,  hal. 110