Lab 3 Contoh

3
NAMA : M TAUFIQURROHMAN NIM : 125030407111038 KELAS : LAB. PAJAK / C CONTOH KASUS PENAGIHAN PAJAK 1.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukamulih menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Nomor 000010/207/08/622/09 tanggal 20 Nopember 2009 dengan nilai Rp350.000.000,00. Atas nilai SKPKB tersebut keseluruhannya tidak disetujui oleh Wajib Pajak dan oleh Wajib Pajak padatanggal 15 Januari 2010 diajukan upaya hukum berupa keberatan. Pada bulan Februari 2009 terdapat informasi bahwa Wajib Pajak akan membubarkan usahanya. a. atas SKPKB tersebut, upaya apa yang dapat dilakukan KPP untuk mengamankan target penerimaan perpajakan? b. resiko-resiko apa yang dapat timbul terkait dengan permasalahan diatas, dan menurut Saudara bagaimana meminimalisir resiko- resiko tersebut? LANDASAN TEORI : Pasal 25 ayat (7) UU KUP “Dalam hal WP mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimanadimaksud dalam pasal 9 ayat (3) atau ayat (3A) atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh 1 bulan sejak sejak tanggal penerbitan SK Keberatan” Pasal 6 ayat (1) UU PPSP “Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat apabila :

description

.

Transcript of Lab 3 Contoh

NAMA: M TAUFIQURROHMAN

NIM: 125030407111038

KELAS: LAB. PAJAK / C

CONTOH KASUS PENAGIHAN PAJAK1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukamulih menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarNomor 000010/207/08/622/09 tanggal 20 Nopember 2009 dengan nilai Rp350.000.000,00. Atasnilai SKPKB tersebut keseluruhannya tidak disetujui oleh Wajib Pajak dan oleh Wajib Pajak padatanggal 15 Januari 2010 diajukan upaya hukum berupa keberatan. Pada bulan Februari 2009terdapat informasi bahwa Wajib Pajak akan membubarkan usahanya.a. atas SKPKB tersebut, upaya apa yang dapat dilakukan KPP untuk mengamankan targetpenerimaan perpajakan?b. resiko-resiko apa yang dapat timbul terkait dengan permasalahan diatas, dan menurutSaudara bagaimana meminimalisir resiko-resiko tersebut?LANDASAN TEORI :Pasal 25 ayat (7) UU KUPDalam hal WP mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimanadimaksud dalam pasal 9 ayat (3) atau ayat (3A) atas jumlah pajak yang belum dibayar padasaat pengajuan keberatan, tertangguh 1 bulan sejak sejak tanggal penerbitan SKKeberatan

Pasal 6 ayat (1) UU PPSPJurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggaljatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligusyang diterbitkan oleh Pejabat apabila :a) Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atauberniat untuk itu;b) Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasaidalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, ataupekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;c) terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badanusahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, ataumemindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukanperubahan bentuk lainnya;d) badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; ataue) terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atauf) terdapat tanda tanda kepailitan.Pasal 14 PMK-24/PMK.03/2008Penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus oleh Pejabat dilakukan denganketentuan sebagai berikut :a) diterbitkan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran;b) diterbitkan tanpa didahului Surat Teguran;c) diterbitkan sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguranditerbitkan;ataud) diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.PENYELESAIAN KASUS :Berdasarkan pasal 6 UU PPSP, meskipun pajak yang tercantum dalam dasar penagihansebagaimana dimaksud dalam pasal 18 UU KUP yang dalam hal ini SK Keberatan(Karena WP mengajukan keberatan) belum jatuh tempo berdasarkan pasal 26 ayat (7),tetapi terhadap wajib pajak tersebut dapat diterbitkan Surat Penagihan Seketika danSekaligus sesuai dengan pasal 14 PMK-24/PMK.03/2008 dengan kondisi sebagaimanadimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf (d) UU PPSP, yakni WP akan melakukanpembubaran badan usaha.Atas dasar SPPSS tersebut, KPP dapat langsung menerbitkan Surat Paksa (Pasal 8 UUPPSP) untuk mengamankan target penerimaan negara.

Risiko-risiko yang dapat timbul :1. risiko : WP telahmemindahtangankan assetyang dimiliki atau dikuasaisebelum informasi WP akanmembubarkan badanusaha; Cara untuk meminimalisasi : Peran AR di KPP sangat dibutuhkan di sini untukmenggali informasi, baik internal maupuneksternal, atas WP-Wpnya, terlebih WPnya yangsedang bersengketa dengan DJP sehingga aktivitasWP sedikit banyak terpantau.2. risiko : Informasi atas WP akanmembubarkan badan usahaternyata tidak benar, danWP melakukan gugatan kePengadilan Pajak. Cara untuk meminimalisasi :Telaah informasi terlebih dahulu dan yakinkandengan bukti-bukti memadai sehingga validitasinformasi menjadi dapat dipercaya serta terujikebenarannya.3. Keberatan wajib pajakditerima dan asset-assetyang telah disita telahdilelang. Cara untuk meminimalisasi :Sebaiknya asset yang telah disita jangan dulu dilelang,tunggulah sampai ada putusan keberatan. Tindakanpenyitaan hanyalah tindakan pengamanan sertajaminan lunasnya utang pajak. Lagipula, menurut KUPyang baru, pajak sebagaimana dalam kasus di atasbelum menjadi utang pajak sampai dengan SK keberatanditerbitkan.