L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE ... · Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat...

32
L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2018

Transcript of L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE ... · Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat...

L A P O R A N

KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI

KE PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RESES MASA PERSIDANGAN III

TAHUN SIDANG 2017-2018

KOMISI VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2018

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak

di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan

Selatan memiliki luas 37.530,52 km² dengan populasi hampir 3,7 juta jiwa.

Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. Secara geografis, Kalimantan

Selatan berada di bagian tenggara pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran

rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh

Pegunungan Meratus di tengah.Terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah.

Dataran rendah berupa lahan gambut dan rawa-rawa sehingga kaya akan

keanekaragaman hayati satwa air. Dataran tinggi adalah hutan tropis alami.

Sumber daya alam terdiri dari kehutanan, perkebunan, dan bahan galian

(batubara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll). Pertambangan didominasi batu

bara, di samping minyak bumi, emas, intan, kaloin, marmer, dan batu-batuan.

Namun yang terjadi saat ini pembangunan di bidang energi masih

menghadapi tantangan utama, berupa peningkatan yang sangat pesat terhadap

kebutuhan dan konsumsi energi yang tidak diimbangi secara proporsional

oleh ketersediaan sumber-sumber energi. Sumberdaya energi merupakan

sarana produksi dan sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peran

penting dalam pembangunan. Ketersediaan energi yang

berkesinambungan,handal, terjangkau dan ramah lingkungan merupakan hal

yang sangat penting dalam pembangunan, baik secara nasional maupun di

daerah.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33

ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Mengingat minyak dan gas bumi sebagai kekayaan alam

yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tak

terbarukan, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien,

2

transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Selain itu, minyak dan

gas bumi yang terkandung dalam perut bumi wilayah Indonesia mempunyai

peranan penting dalam mendukung kedaulatan dan ketahahan energi nasional.

Oleh karena itu, pengelolaannya harus memberi nilai tambah secara nyata bagi

perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi sementara ini masih menjadi

harapan bagi Indonesia, baik dalam hal memberikan pendapatan bagi negara

maupun dalam hal pemenuhan kebutuhan energi nasional. Namun demikian,

dari waktu ke waktu kegiatan usaha minyak dan gas bumi semakin

mendapatkan banyak tantangannya dan berbagai macam permasalahan.

Tantangan terbesar adalah semakin tingginya kebutuhan minyak dan gas bumi

untuk kegiatan ekonomi dan kebutuhan di berbagai bidang kehidupan

masyarakat, namun sebaliknya cadangan dan ketersediaannya semakin

berkurang. Hal ini ditandai dengan terus menurunnya produksi dari waktu ke

waktu, bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini lifting hanya berkisar 800

ribu barel per hari, sedangkan kebutuhan bahan bakar minyak mencapai sekitar

1,5 juta barel per hari.

Sektor energi baru dan terbarukan (EBT) yang didorong

pengembangannya di Provinsi Kalimantan Selatan, adalah panas bumi. Data

Kementerian ESDM RI menyebut bahwa potensi panas bumi Kalimantan Selatan

yang terdiri atas 13 kabupaten/kota ini masih terlalu kecil, terkecuali jika tidak

ada pilihan lain memanfaatkan panas bumi tersebut. Selain itu, sejumlah daerah

aliran sungai (DAS) di provinsi yang luasnya sekitar 37.000 kilometer persegi

bisa dikembangkan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA),

PT PLN (Persero) terus meningkatkan pasokan listrik di seluruh

Indonesia. Di provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) PLN membangun 8

pembangkit listrik dengan total kapasitas 1.415 megawatt (MW) sampai

2019. Dari 8 pembangkit listrik itu, 2 di antaranya adalah sisa dari program Fast

Tracking Project (FTP) di masa lalu yang belum terselesaikan, total

kapasitasnya 275 MW. Sedangkan 6 pembangkit listrik lainnya termasuk dalam

3

program 35.000 MW, total kapasitasnya 1.140 MW. Dua pembangkit listrik

warisan dari FTP itu adalah, PLTU Pulang Pisau 2 x 60 MW dan PLTMG

Bangkanai 155 MW.

Dalam percepatan pembangunan diperlukan pasokan sumber energi

listrik untuk mencukupi kebutuhan tersebut, termasuk diantaranya dengan

pembangunan pembangkit listrik baru. Untuk itu, perlu peninjauan dan melihat

langsung perkembangan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dan

kehandalan pasokan listrik agar dapat langsung diketahui tentang masalah yang

dihadapi dan alternatif solusi yang bisa dilakukan.

Selain itu, Provinsi Kalimantan Selatan juga perlu memanfaatkan dan

mengembangkan riset dan teknologi untuk akselerasi pembangunan. Ristek

juga perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah dalam pengembangannya.

Hal penting lainnya yang juga harus diperhatikan adalah tentang perlindungan

dan pemanfaatan lingkungan hidup. Harus menjadi pertimbangan utama dalam

pembangunan dan pengembangan wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan, agar

ke depan tidak terjadi kerusakan lingkungan hidup akibat salah dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan terburuk dari lima provinsi yang ada di

Kalimantan dan menempati urutan 26 dari 33 provinsi di Tanah Air. Rendahnya

IKLH Kalsel ini merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan sehingga perlu

berbagai upaya untuk memperbaikinya.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, Komisi VII DPR RI memandang perlu

untuk menjadikan Provinsi Kalimantan Selatan sebagai lokasi kunjungan pada

reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 – 2018. Kunjungan ini dalam

rangka melakukan fungsi pengawasan dan merupakan kegiatan untuk

menyerap aspirasi masyarakat dan pemerintah daerah serta stakeholder.

Melalui kunjungan kerja ini diharapkan dapat mendukung pemerintah daerah

dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi serta membawa informasi

dan data terkait bidang – bidang kerja Komisi VII DPR RI untuk ditindak lanjuti

dalam menjalankan fungsinya.

4

1.2. Dasar Hukuum

Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI adalah:

1.2.1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

1.2.2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2014 tentang Tata Tertib beserta Perubahannya.

1.2.3. Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tentang Agenda Kerja Masa

Persidangan III Tahun Sidang 2017-2018.

1.3. Maksud Dan Tujuan Kunjungan Kerja

Maksud diadakannya Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi

Kalimantan Selatan adalah dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan

serta menyerap aspirasi dan melihat secara langsung perkembangan di daerah

khususnya pengelolaan energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup

serta riset dan teknologi.

Adapun tujuan kunjungan kerja ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan informasi dan melihat secara langsung perkembangan

sektor energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset

dan teknologi

2. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi

Kalimantan Selatan khususnya di sektor energi dan sumber daya

mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi.

3. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh Pemerintah

dan pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang

dihadapi oleh masyarakat di daerah.

Secara khusus, fokus perhatian kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Selatan

pada kesempatan ini pada sektor penyediaan energi dan pengelolaan

pertambangan mineral dan batubara serta lingkungan hidup.

1.4. Lokasi Kunjungan, Waktu Dan Agenda Kegiatan

Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Kalimantan

Selatan direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 19-22 Februari 2018.

5

Sedangkan agenda kegiatan Kunjungan Kerja adalah melakukan pertemuan

dengan pihak yang terkait di daerah dan meninjau langsung ke lokasi, dengan

agenda sebagai berikut:

1. Pertemuan dengan Dirut dan Jajaran Direksi PT Adaro, Dirjen Minerba

Kementerian ESDM, Staf Ahli Menteri Bidang Energi Kementerian LHK

dan Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Selatan, dilanjutkan Peninjauan

di lapangan.

2. Pertemuan dengan Direksi PT Pertamina (Persero), GM PT. Pertamina

(Persero) RU VI beserta jajarannya, Plt.Dirjen Migas, BPH Migas, SKK

Migas, Dinas ESDM Provinsi Kaimantan Selatan , Staf Ahli Menteri

Bidang Energi Kementerian LHK, Plt Kepala LIPI dan Kepala PKT Kebun

Raya dengan Paparan Program distribusi BBM dan Gas di Provinsi

Kalimantan Selatan.

3. Pertemuan dan Peninjauan PLTU Asam-Asam, dengan dihadiri oleh:

Dirjen Ketenagalistrikan KESDM RI, Direksi PT. PLN (Persero) beserta

jajarannya, Staf Ahli Menteri Bidang Energi Kementerian LHK dan

Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Selatan, dilanjutkan Peninjauan di

lapangan.

Jadwal dan agenda kunjungan lebih lengkap dalam lampiran.

1.5. Sasaran Dan Hasil Kegiatan

Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi

Kalimantan Selatan adalah melihat langsung untuk memperoleh informasi

terkait dengan bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Lingkungan

Hidup (LH), serta Riset dan Teknologi (RISTEK) serta ketenagalistrikan.

Hasil kegiatan kunjungan Komisi VII DPR RI diharapkan bisa menjadi

rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VII DPR RI dengan

mitra terkait, khususnya dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan

anggaran.

6

1.6. Metodologi Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi

sekunder, koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi

kegiatan)

2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi dan

melihat langsung objek kunjungan.

3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta

rekomendasinya.

4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada rapat-

rapat Komisi VII DPR RI.

1.7. Anggota Tim Kunjungan Lapangan

Kunjungan kerja ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI yang merupakan

representasi dari tiap-tiap fraksi, Tenaga Ahli Komisi VII DPR RI, Sekretariat

Komisi VII DPR RI, sebagaimana daftar dalam lampiran. Selain itu juga

didampingi oleh mitra Komisi VII DPR RI.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Pertemuan dengan Dirut dan Jajaran Direksi PT Adaro, Dirjen Minerba

Kementerian ESDM, Staf Ahli Menteri Bidang Energi Kementerian

LHK dan Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Selatan, dilanjutkan

Peninjauan di lapangan.

Pertemuan dengan PT ADARO, dilaksanakan dikantor dan peninjauan

lokasi Tambang Kabupaten Balangan dan Tabalong dengan memperoleh

informasi sebagai berikut :

PT Adaro Indonesia, mengoperasikan tambang batubara tunggal terbesar

di bumi bagian selatan. Adaro beroperasi di bawah naungan PKP2B

(Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) generasi

pertama tahun 1982 yang berlaku sampai tahun 2022. Produk batubara

7

Adaro adalah jenis sub-bituminus dengan tingkat energi sedang, yang

merupakan salah satu bahan bakar fosil terbersih di dunia berkat

kandungan sulfur, abu dan nitrogennya yang sangat rendah.

Pensuplai Terbesar kebutuhan batubara dalam negeri dengan prosentase

berkisar 25%-30% dari total pemasaran PT Adaro Indonesia, terutama

untuk kebutuhan :

1. PLTU di Pulau Jawa-Bali (PLTU PEC, PLTU Paiton 1-2, PLTU Jawa

Power, PLTU Suralaya dan PLTU Indonesia Power),

2. Industri Semen,

3. Industri Pulp dan Paper

4. Telah dipasarkan di lebih dari 18 negara di seluruh dunia antara lain

India, Jepang, China, Spanyol dan Amerika.

Jumlah tenaga kerja per Desember 2017 sebesar 22.150 orang untuk

karyawan PT Adaro Indonesia dan Mitra Kerja. Adaro Indonesia

mempekerjakan +/-56% tenaga kerja local, sub kontraktor berjumlah 144

perusahaan dan didukung lebih dari 75% perusahaan yang berasal dari

sekitar wilayah operasional.

Sarana dan Prasarana yang dibangun oleh PT Adaro terdiri dari :

1. Jalan angkut batubara beraspal Chip Seal (Pemberian satu lapisan aspal

yang diikuti dengan pemberian satu lapisan chipping) sepanjang 80 km

melewati 3 Kabupaten (Tabalong. Bartim dan Barsel) dalam 2 provinsi (

Kalsel dan Kalteng),

2. Dua (2) buah jalan layang fly over dan 3 jembatan sungai di jalan angkut

batubara,

3. Pelabuhan khusus pertambangan batubara dengan fasilitas 7 unit

hopper/unit crushing plant.

Peningkatan Kinerja Produksi (Mton) dari mulai tahun 2006 sebesar

34.368(Mton)-47.681 (Mton) tahun 2017, target yang direncanakan untuk

produksi pada tahun 2018 mencapai 50.000 (Mton).

Terkait kegiatan Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan antara lain :

1. Pengelolaan Lingkungan dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :

8

Air Tambang

Flora dan Fauna

Kualitas Tanah

Reklamasi Lahan

Limbah B3 dan non B3

Kualitas udara dan kebisingan

Pengelolaan Lingkungan dilakukan melalui :

Reklamasi

Pengelolaan top soil

Pengendalian erosi

Nursey / pembibitan tanaman

Revegetasi area bekas tambang

Vertiver system

Project Biofuel

Pembuatan kompos

2. Pemantauan lingkungan dilakukan dengan mengambil hasil sampling

dan analisa dari kualitas air, udara, tanah, biota air, getaran dan emisi.

3. Program Pendukung pasca tambang dilakukan melalui :

Pemanfaatan air tambang sebagai bahan baku air bersih

Pemanfaatan air bekas galian tambang untuk budidaya udang galah

dan ikan nila BEST.

Dasar Hukum Pelaksanaan Program Corporate Social Responbility (CSR)

UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PP no.47 tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, UU

No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, PP No.23

tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

dan Batubara, UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Lima (5) Program CSR yang dilakukan oleh PT Adaro antara lain :

1. Pilar Ekonomi : Bina Desa, Pembinaan UMKM, Pembinaan Agribisnis,

dan Infrastruktur Support Ekonomi.

9

2. Pilar Pendidikan : Beasiswa, Pendidikan Komunitas dan Infrastruktur

Support pendidikan.

3. Pilar Kesehatan : Operasi katarak gratis, Program KIBBLA (Kesehatan

Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak) dan Infrastruktur Kesehatan.

4. Pilar Lingkungan : Program Adiwiyata, Pengelolaan sampah melaui 3R,

Program energy terbarukan dan Infrastruktur support Lingkungan.

5. Pilar Sosial Budaya melalui pembangunan infrastruktur support sos-

bud, pembinaan keagamaan, pembinaan olahraga, dan pembinaan seni

budaya melalui Gelar Budaya Dayak Deah Kampung Sepuluh dan

Tabalong Etnik Festival.

Berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Profer

2016-2017 dari Kementerian KLHK diperoleh informasi sebagai berikut:

Aspek yg dinilai antara lain : Izin lingkungan, Pengendalian pencemaran

air, Pengendalian pencemaran udara, Pengelolaan limbah b3, untuk

tambang ditambah kriteria kerusakan lahan. Peringkat Hitam= tdk

mengelola lingkungan, Merah= mengelola tp tdk taat terhadap peraturan,

Biru=taat thd peraturan, Hijau= lebih dr yg dipersyaratkan, Emas=

konsisten dlm mengelola lingkungan Minimum 3 x penilaian hijau dan

masuk grade emas dan setelah diverifikasi lolos ke emas. Untuk PT Adaro:

kandidat emas tp setelah verifikasi tdk lolos, sehingga peringkat Hijau.

Paparan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Dinas Energi Dan

Sumber Daya Mineral Banjarbaru antara lain:

1. Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang merupakan

kegiatan usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas

bumi serta air tanah mempunyai peranan penting dalam memberikan

nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan

pembangunan daerah secara berkelanjutan (UU No.4 tahun 2009

Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara).

2. Beberapa Golongan Komoditas Tambang antara lain :

10

Mineral Radioaktif : Radium, Thorium, Uranium dan bahan-bahan

galian radioaktif lainnya,

Mineral Logam : Litium, Berilium, Magnesium/Monasit, Kalium,

Kalsium, Emas, Tembaga, Perak, Timbal, Seng, Titanium, Air

Raksa, Yitrium, Magnetit dan Besi,

Mineral Bukan Logam : intan, Korundum, Grafit, Arsen,

Pasirkuarsa, Tawas, Batukuarsa, Garam batu, Clay dan

batugamping untuk semen,

Batuan : Pumice, Tras, Toseki, Tanah diatomae, Tanah serap

(fullers earth), Andesit, Batukapur, Pasir sepanjang tidak

mengandung unsure-unsur mineral logam, bukan logam dalam

jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan,

Batubara : Gambut, Bitumen padat, Aspal, Antrasit, Batubara

muda.

3. Prosedur Permohonan Wilayah Izin Usaha Pertambangan, Izin Usaha

Pertambangan Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan Operasi Produk

Mineral Bukan Logam dan Batuan Provinsi Kalimantan Selatan :

i) Permohonan diajukan ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Selatan (Dinas PMPTSP) dan

melakukan persyaratan sesuai dengan permohonan Izin.

ii) Dinas PMPTSP mengembalikan Permohonan yang tidak memenuhi

persyaratan.

iii) Dinas PMPTSP mengajukan permohonan pertimbangan teknis

kepada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan

Selatan (Dinas ESDM) jika memenuhi persyarat.

iv) Tim Dinas ESDM mengevaluasi, memverifikasi dokumen

permohonan rekomendasi, apabila ditemukan persyaratan yang tidak

benar, maka dikembalikan ke Dinas PMPTSP.

v) Dinas PMPTSP menyampaikan hasil evaluasi dan verifikasi dokumen

persyaratan yang tidak benar dari Dinas ESDM kepada Pemohon.

11

vi) Dinas ESDM pembuat pertimbangan teknis jika permohonan

dinyatakan lengkap dan benar untuk mendapatkan persetujuan SK

dan disampaikan ke Dinas PMPTSP.

vii) Dinas PMTSP menerbitkan SK WIUP, SK IUP Eksplorasi dan SK IUP

OP disampaikan kepada pemohon.

viii) SK WIUP, SK IUP Eksplorasi dan SK IUP Operasi Produksi

ditembuskan kepada Dinas ESDM.

4. Data Perkembangan Perijinan tahun 2016 dan Tahun 2017 :

Perijinan Pertambangan di Kalimantan Selatan :

A. Kontrak Karya (KK) : Eksplorasi 1, Eksploitasi 1, jumlah 2 izin.

B. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara : Eksplorasi 3

izin, Eksploitasi 16 izin jumlah 19 izin.

No Komoditas Tahap Kegiatan Jumlah Perizinan

Tahun 2016 Tahun 2017

1

BATUBARA

Eksplorasi 206 17

Operasi Produksi 450 300

Sub Total 656 317

2

Mineral Logam

Eksplorasi 36 1

Operasi Produksi 56 35

Sub Total 92 36

3

Mineral Bukan

Logam dan Batuan

Eksplorasi 26 30

Operasi Produksi 150 73

Sub Total 176 103

Total 924 456

Rekapitulasi Luas Perizinan :

A. Kontrak Karya (KK) : Eksplorasi = 104.512 Ha + Operasi Produksi =

2.944 Ha dengan jumlah 107.456 Ha.

B. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) :

12

Eksplorasi = 3.855,20 Ha + Operasi Produksi = 248.512,16 Ha dengan

jumlah 252.367,36 Ha.

C. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral Logam :

Eksplorasi = 44.783,32 Ha + Operasi Produksi = 301.369,93 Ha

dengan jumlah 346.152,93 Ha.

D. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral Logam :

Eksplorasi = 15.564 Ha + Operasi Produksi = 35.577,11 Ha dengan

jumlah 51.141,31 Ha.

E. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral Bukan Logam dan Batuan :

Eksplorasi = 24.163,65 Ha + Operasi Produksi = 6.703,70 Ha dengan

jumlah 30.860,35 Ha.

Jika dibandingkan dengan total luas perizinan pertambangan

(787.984,95 Ha) dengan luasan Provinsi Kalimantan Selatan (3.874.400)

maka sekitar 20.34% dari wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 1. Pertemuan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke PT Adaro

13

Gambar 2. Peninjauan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke PT Adaro

2.2. Pertemuan dengan Direksi PT Pertamina (Persero), GM PT.

Pertamina (Persero) RU VI beserta jajarannya, Plt.Dirjen Migas,

SKK Migas, Dinas ESDM Provinsi Kaimantan Selatan , Staf Ahli

Menteri Bidang Energi Kementerian LHK, Plt Kepala LIPI dan

Kepala PKT Kebun Raya dengan Paparan Program distribusi BBM

dan Gas di Provinsi Kalimantan Selatan.

A. Dalam paparan Pertamina MOR VI diperoleh informasi sebagai berikut:

Data Penjualan/Sale per tahun untuk Provinsi Kalimantan Selatan :

1. Untuk Bahan Bakar Minyak (BBM); Premium 2.184.865 KL, Kerosene

6.249 KL, Solar (PSO) 971.745 KL, Pertamax 245.300 KL, Kerosene (NPSO)

36.286 KL, Pertamina Dex 3.803 KL, Dexlite + Solar NPSO 82.553 KL,

Pertalite 871.825 KL.

2. Untuk Bahan Bakar Gas (BBG); 3 Kg 352.685 MT, Lpg 12 Kg 42.065 MT,

50 Kg 7.839 MT, BG 12 Kg 17.533 MT, BG 3.442 MT.

14

Grafik trend penjualan Produk di Kalimantan Selatan

Fasilitas dan Infrastruktur PT Pertamina MOR VI di Provinsi Kal.Sel : 10

Terminal BBM, 3 jobber, 2 sts, 9 Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU), 3

Depot LPG, 2 SPPEK.

Lembaga Penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG yang berada di

Provinsi Kal.Sel : untuk BBM terdiri dari; 376 SPBU, 376 APMS, 41

SPBN/DN, 64 AMT, 22 SPBB. Adapun Penyalur LPG terdiri dari; 24

SP(P)BE PSO, 7 SP(P)BE NPSO, 223 Agen PSO, 59 Agen NPSO, 7302

Pangkalan LPG.

Pola Suplai Reguler BBM di Kalimantan mulai dari Kilang sampai ke DPPU

Pertamina digambarkan dalam peta di bawah ini :

Pola Suplai BBM di Kalimantan

15

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Pertamina MOR VI dalam

pendistribusian BBM dan Gas di Provinsi Kalimantan Selatan antara lain:

Pendangkalan Sungai Barito pada supply BBM berpengaruh terhadap;

Muatan maksimal Kapal Tanker yang dapat masuk 4.400 KL atau Kapal

Tongkang/SPOB maksimal 6.000 KL. Adapun actual truput per hari

rata-rata 3.900 KL dan terus bertambah setiap tahunnya sehingga

berakibat ketahanan stock sering dibawah 2 hari.

Kondisi kontur tanah yang labil, mengakibatkan adanya pemeliharaan

tangki timbun setiap tahun karena mengalami penurunan dan

kemiringan.

Kondisi truput yang semakin meningkat, belum adanya realisasi

pembangunan TBBM baru yang membutuhkan pembangunan Tangki

Baru 10.000 KL.

Kebijakan Corporate Social Responbility (CSR)/Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (TJSL) oleh Pertamina, merupakan bentuk tanggung jawab

perusahaan terhadap dampak yang diakibatkan oleh kebijakan dan

kegiatannya kepada masyarakat dan lingkungan melalui perilaku yang

transparan dan beretika. Prinsip CSR/TJSL Pertamina mengacu kepada

ISO 26000 yaitu; konsisten dengan pembangunan

berkelanjutan/sustainable, Mempertimbangkan ekspektasi semua

stakeholders, taat hukum dan konsisten dengan norma internasional serta

terintegrasi kedalam kegiatan bisnis.

Dalam hal mengintegrasikan program CSR/TJL kedalam kegiatan bisnis

koperasi diantaranya; Pemberian Pinjaman Kawasan Ekonomi

Masyarakat, Bantuan Pembangunan/renovasi Sarana Pendidikan

(pembangunan Sekolah Madrasah Ibditaiyah Al-Azhar Banjarmasin),

Pelestarian Eko Wisata, Bakti Sosial dengan Mitra(Bantuan 1 unit mobil

Ambulance), Pertamina Hijau (Tanam Pohon, Tanam Mangrove).

B. Paparan dari SKK Migas diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Pencapaian Hulu Migas di tahun 2017 :

16

Terhadap wilayah kerja Migas Konvensional dan nonkonvensional

Total Wilayah Kerja 255 WK (Onshore 138 WK, Offshore 83 WK, dan

Onshore/offshore 34 WK), WK Eksploitasi 87 WK terdiri dari wilayah

Produksi:73 WK dan Pengembangan:14 WK, Wilayah Kerja Eksplorasi

terdapat 119 WK terdiri dari Aktif : 88 WK dan Proses Terminasi:31

WK.

Pencapaian Peningkatan Cadangan Migas Mencapai 55,33% atau

92,2% dari target 60% (RRR),

Capaian lifting migas sebesar 1.944 ribu BOEPD, atau 98,9% dari

target APBN-P 2017 sebesar 1.965 BOEPD,

Realisasi lifting Minyak Bumi sebesar 803,8 ribu BOPD, atau 98,6%

dari target APBN-P 2017 sebesar 815 ribu BOPD,

Realisasi lifting Gas Bumi sebesar 1.140 ribu BOEPD, atau 99,2% dari

target APBN-P 2017 sebesar 1.150 ribu BOEPD,

Pencapaian Pengembalian Biaya Operasi (Cost Recovery) sebesar US$

11,3 milliar, atau 106% dari target APBN-P 2017 sebesar US$107

miliar(unaudited),

Capaian Penerimaan Negara dari Hulu Migas sebesar US$13,1 milliar,

atau 108% dari target APBN-P 2017 sebesar US$12,2 milliar.

2. Adapun Target SKK Migas pada tahun 2018 sebagai berikut :

1. Penahanan laju penurunan produksi, taget 2018 rata-rata decline

produksi minyak bumi nasional<5%.

2. Peningkatan cadangan minyak bumi dan gas, target 2018 pencapaian

Reserve Replacement Ratio pada tahun 2018 untuk minyak dan gas

bumi sebesar 100% (barrel oil equivalent).

3. Pencapian Target Lifting Minyak dan Gas, target 2018 untuk realisasi

lifting minyak sebesar 800 M BOPD(Ref APBN 2018), Realisasi lifting

gas: 6.720 MMSCFD (Ref.APBN 2018), Realisasi lifting Minyak dan Gas:

2.000 M BOEPD (Ref APBN 2018).

4. Pengendalian atas Cost Recovery, Realisasi Cost Recovery: USD10.09

Milliar (Ref APBN 2018).

17

5. Realisasi Penerimaan Negara, target tahun 2018 sebesar USD11.90

Milliar (Ref APBN2018).

6. Perbaikan Tata Kelola, target 2018 untuk laporan keuangan SKK

Migas tahun 2017 mendapat status : Wajar Tanpa Modifikasi (WTM),

Implementasi ISO 37001 tersertifikasi, Penyelesaian Laporan

Keuangan Gabungan KKKS (FQR) online, Optimalisasi Manajemen

Inventor, dan Implementasi e-catalogue.

3. Tantangan dan Upaya Pencapaian Target Produksi 2018 diantaranya :

A. Kondisi Global (Penurunan harga minyak dunia), upaya pencapaian

target dengan Efisiensi penggunaan biaya untuk menjaga

keekonomian.

B. Beberapa kendala utama dan upaya pencapaian target :

1. Jadwal onstream mundur, upaya yang dlakukan dengan

monitoring intesif terhadap on-going project.

2. Decline rate yang tajam, upaya yang dilakukan dengan menambah

sumur pengembangan, work over dan well services.

3. Unplanned/planned shutdown, upaya pencegahan yang dilakukan

dengan mengurangi terjadinya Planned Shutdown.

4. Kendala pembebasan lahan dan perizinan, upaya yang dilakukan

koordinasi lebih aktif dengan instansi terkait.

5. Kendala pengelolaan Wilayah Kerja(WK) terkait perpanjangan

WK (8 WK terminasi di tahun 2018), upaya yang dilakukan

dengan memberi kepastian pengelolaan WK jauh sebelum masa

waktu WK berakhir.

4. KKKS Eksploitasi di Provinsi Kalimantan Selatan diantaranya :

1. PT Pertamina EP,

- Production Sharing Contract (PSC): 17 Sept.2016-19 Sept.2035.

amandement PSC: 13 Agustus 2013-19 Sept.2035,

- Luas Wilayah awal 138.611 km2, setelah penyisihan menjadi

113.630 km2,

- POD aktif : 103 POD/POFD?POP dan 44 Project/KSO,

18

- Pertamina EP menerapkan suatu pola pengopersian sendiri (own

operation) dan beberapa kerja sama kemitraan yakni project

pengembangan migas, 5 area unitisasi dan 44 kontrak kerja sama

operasi (KSO) dan beberapa project lainnya,

- Wilyah kerja terbagi ke dalam beberapa aset :

1. Aset 1: Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi dan Ramba,

2. Aset 2 : Adera, Limau, Pendopo, Prabumulih,

3. Aset 3 : Tambun, Subang dan Jatibarang,

4. Aset 4 : Cepu, PPGJ dan Sukowati,

5. Aset 5 : Bunyu, Tarakan, Sangatta, Sangasanga, Tanjung dan

Papua.

Berikut Peta Wilayah Kerja PEP Tanjung-1 dan Diagram Alir Transportasi

Minyak Tanjung – Balik Papan (Pipa Sepanjang 236.4 KM) :

19

Diagram Alir Transportasi Minyak Tanjung- Balikpapan

2. WK Bangkanai,

Nama KKKS (operator WK) Ophir Indonesia (Bangkanai) Limited,

tanggal mulai/akhir KKS : tanggal mulai KKS 30 Desember 2003,

tanggal berakhir KKS 30 Desember 2033. Wilayah Administrasinya

Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Barito Utara.

5. Wilayah Kerja Eksplorasi (Konvensional dan Nonkonvensional) di

Kalimantan Selatan diantaranya :

1. Wilayah Kerja (WK) Babai (PSC/Eksplorasi)

- Tanggal efektif kerja KKS : 20 Juli 2012,

- Luas wilayah kerja (original) : 3.659,66 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 3.686,95 km2 (setelah Swap area,

penyisihan ke-1 dan penalti telah direkomendasikan),

- Kewajiban Finansial : Signature Bonus, Working Advanced dan

Equipment & service sudah dibayarkan, EBA/EBLS telah

dilaksanakan,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : G&G tahun

kontrak ke-1 s/d ke-3,

- Komitmen pasti yang belum terlaksana : Akuisisi dan processing

seismik 2D sepanjang 200 km (tahun kontrak ke-2).

2. Wilayah Kerja (WK) Garung (Mentari Garung Energy),

20

- Tanggal efektif KKS : 22 Mei 2015,

- Luas wilayah kerja awal : 7.250,35 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 7.259,35 km2 (penyisihan ke-1 tatuh

tempo tanggal 21 Mei 2018),

- Kewajiban Finansial : Signature Bonus sudah dilaksanakan,

Working Advanced, Equipment & service bonus belum

dilaksanakan, EBA/EBLS belum dilaksanakan,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : Inhouse

Study : Pematangan Leads WK Garung (tahun kontrak ke-1

progres 90%),

- Komitmen pasti yang belum terlaksana : Akuisisi dan processing

seismik 2D sepanjang 300 km (tahun kontrak ke-2).

3. WK Kuala Pambuang (PT Mentari Pambuang Internasional),

- Tanggal efektif KKS : 19 Desember 2011,

- Luas wilayah kerja awal : 8.149,94 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 4.461,73 km2 (penyisihan ke-1 dan

pinalti),

- Kewajiban Finansial : Signature Bonus, Working Advanced,

Equipment & service bonus sudah dilaksanakan, EBA/EBLS sudah

dilaksanakan,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : Akuisisi dan

processing seismic 2D 304,3 km (tahun ke-2 dan ke-4),

- Komitmen pasti yang belum terlaksana : Tidak ada.

4. Wilayah Kerja (WK) Menduwai (Challedon Service Ltd.),

- Tanggal efektif KKS : 15 Mei 2013,

- Luas wilayah kerja awal : 5.407,64 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 3.244,49 km2 (setelah penyisihan ke-

1 dan pinalti),

- Kewajiban Finansial : Signature Bonus, Equipment & service bonus

sudah dilaksanakan, Working Advanced belum dilaksanakan,

EBA/EBLS sudah dilaksanakan,

21

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : Inhouse

Study Regional Geologi, Basin Analysis dan Penentuan area

potensi hidrokarbon dengan menggunakan teknologi

Elektromagnetic Lithologic Prospecting (belum dilaporkan),

- Komitmen pasti yang belum terlaksana : Akuisisi Seismik 2D &

Processing 200 km (komitmen pasti tahun ke-2).

5. WK GMB Kula Kapuas I (CBM Asia Kuala Kapuas Ltd.),

- Tanggal efektif KKS : 18 Oktober 2012,

- Luas wilayah kerja awal : 1.500 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 1.500 km2,

- Jangka Waktu Eksplorasi : Akhir jangka waktu eksplorasi 6(enam)

tahun adalah 11 Oktober 2018,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : belum ada.

6. WK GMB Kuala Kapuas II (PT Bina Mandiri Energi),

- Tanggal efektif KKS : 18 April 2012,

- Luas wilayah kerja awal : 1.500 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 1.500 km2,

- Jangka Waktu Eksplorasi : Akhir jangka waktu eksplorasi 6(enam)

tahun adalah 17 April 2018,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : belum ada

- Komitmen Pasti yang belum terlaksana : 3 G&G (tahun ke-1, ke-2,

dank e-3), 2 Corehole Drilling (Tahun ke-2), 1 Exploratory Well

(Tahun ke-3), 1 Production Test (Tahun ke-3).

7. WK GMB Barito (PT Transasia Resources),

- Tanggal efektif KKS : 30 November 2009,

- Luas wilayah kerja awal : 1.874 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 937 km2,

- Jangka Waktu Eksplorasi : Akhir jangka waktu eksplorasi 6(enam)

tahun adalah 29 November 2015, akhir perpanjangan jangka

waktu Eksplorasi 4 (empat) tahun adalah 29 November 2019,

Ketentuan pada akhir tahun kontrak ke-8 wajib menyelesaikan

22

seluruh komitmen Program yang diajukan di tahun kontrak ke-7

dan ke-8 masa PJWE,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : Studi G&G,

- Komitmen Pasti sesuai KKS : 3 G&G, 4 Corehole Drilling, 5

Exploratory Well, 1 Dewatering, 5 Production Test.

8. WK GMB Tanah Laut (PT Asam-asam Methan Gas),

- Tanggal efektif KKS : 19 Desember 2011,

- Luas wilayah kerja awal : 1.046 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 941,4 km2,

- Jangka Waktu Eksplorasi : Akhir jangka waktu eksplorasi 6(enam)

tahun adalah 18 Desember 2017,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : G&G Study

- Komitmen Pasti sesuai KKS : 3 G&G, 2 Corehole Drilling, 2

Exploratory, 1 Production Test.

9. WK GMB Kotabu (PT Satui Gas),

- Tanggal efektif KKS : 4 Agustus 2009,

- Luas wilayah kerja awal : 2.176 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 1.088 km2,

- Jangka Waktu Eksplorasi : Akhir jangka waktu eksplorasi 6(enam)

tahun adalah 3 Agustus 2015, akhir perpanjangan jangka waktu

Eksplorasi 4 (empat) tahun adalah 3 Agustus 2019, ketentuan

pada akhir tahun kontrak ke-8 wajib menyelesaikan seluruh

komitmen Program yang diajukan di tahun kontrak ke-7 dan ke-8

masa PJWE,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : 3 Studi G&G,

Pengeboran 5 (lima) Corehole, Pengeboran 4 (empat) Exploratory

dan 2 (Dua) Dewatering/Production Test,

- Komitmen Pasti sesuai KKS : 3 G&G, 5 Corehole Drilling, 2

Exploratory Well, 2 Production Test.

10. Wilayah Kerja GMB Belawa (PT Belawa Energi Utama),

- Tanggal efektif KKS : 9 Oktober 2012,

23

- Luas wilayah kerja awal : 1.131 km2,

- Luas wilayah kerja saat ini : 1.131 km2,

- Jangka Waktu Eksplorasi : Akhir jangka waktu eksplorasi 6(enam)

tahun adalah 8 Oktober 2018,

- Realisasi kegiatan eksplorasi sampai dengan saat ini : Inhouse

Study “Prospect Evaluation og GMB Belawa”(belum

dipresentasikan),

- Komitmen Pasti sesuai KKS : 3 G&G, 3 Corehole Drilling, 2

Exploratory Well, 2 Production Test.

Gambar 3. Pertemuan tim kunker Komisi VIII DPR RI di Hotel

Mercure dengan PT. Pertamina (Persero)

2.3. Pertemuan dan Peninjauan PLTU Asam-Asam, dengan dihadiri

oleh: Dirjen Ketenagalistrikan KESDM RI, Direksi PT. PLN

(Persero) beserta jajarannya, Staf Ahli Menteri Bidang Energi

Kementerian LHK dan Dinas ESDM Provinsi Kalimantan

Selatan, dilanjutkan Peninjauan di lapangan.

Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut:

Kondisi kelistrikan PT PLN (Persero) wilayah KalSelTeng sebagai berikut:

1. Sistem Purukcahu : DM 6.00 Mw, BP 4.13 Mw, dan CAD 1.8 Mw.

2. Sistem K.Kurun : DM 3.70 Mw, BP 3.47 Mw, dan CAD 0.23 Mw.

3. Sistem Lamandau : DM 4.8 Mw, BP 4.2 Mw, dan CAD 0.6 Mw.

24

4. Sistem Sukamara : DM 3.4 Mw, BP 2.92 Mw, dan CAD 0.48 Mw.

5. Sistem Pangkalanbun : DM 30.8 Mw, BP 30.64 Mw, dan CAD 0.16 Mw.

6. Sistem K.Pembuang : DM 3.96 Mw, BP 2.91 Mw, dan CAD 1.05 Mw.

7. Sistem Barito : DM 596.3 Mw, BP 572.2 Mw, dan CAD 24.12 Mw.

8. Sistem Kotabaru : DM 19.22 Mw, BP 11.32 Mw, dan CAD 7.88 Mw.

Kondisi Kelistrikan PLN s/d Januari 2018 digambarkan dibawah ini :

Total wilayah Pengusahaan PLN wilayah KalSelTeng sampai Januari 2018

mencapai 1.675.580 pelanggan, 2.068.245 kVa tersambung, 301.332

MWh/bulan, 2 Provinsi 27 Kab/Kodya terdiri dari beberapa area yaitu :

1. Area Palangkaraya: 363.113 plg, 494.436 kVa, 70.502 MWh/bln, 8 Kab.

2. Area Kuala Kapuas: 197.728 plg, 198.095 kVa, 26.246 MWh/bln, 6 Kab.

3. Area Barabai: 369.269 plg, 333.759 kVa, 45.530 MWh/bln, 6 Kab.

4. Area Kotabaru: 155.241 plg, 188.144 kVa, 28.601 MWh/bln, 2 Kab.

5. Area Banjarmasin: 590.229 plg, 853.809 kVa, 130.451 MWh/bln, 5 Kab.

Peningkatan pertumbuhan Pelanggan PLN wilayah KalSelTeng s/d

Desember 2017 adalah 7,7% dengan jumlah penambahan pelanggan

sebanyak 111.504 pelanggan. Pertumbuhan pelanggan PLN ditunjukkan

dalam diagram sebagai berikut :

25

Komposisi Tarif Rumah Tangga Subsidi dan Non Subsidi 2017-2018

Rencana pengembangan Tenaga Listrik di Kalimantan (RUPTL 2017-

2026) mencapai 51 pembangkit Listrik diantaranya :

- PLTU Sampit (2x25)50Mw-2020 masih dalam persiapan pengadaan,

- PLTMG Bangkanai 140 MW(tahap II),EPC&OM: PP-Wartsilla-target 2019

contract Sign:17 Maret 2017, Loan Signing: 15 Setember 2017, Effective

Date: 21 Desember 2017, COD: 15 bulan setelah contract effective

date(maret 2019),

26

- PLTU Gunung Mas 2x100Mw (SKS Listrik Kalimantan (IPP) Kalselteng 1-

Financing Date: 1 Juni 2016, progress Overall :35,76%, COD 1 Juni 2019

dan 31 Agustus 2019,

- PLTU Kalteng 1 2x60Mw (Pulang Pisau 1 dan 2, EPC: Bagus Karya-Fujian,

OM: WKSKT/PJB – Unit 1: COD 19 Sept 2016, FYI: mulai tanggal 24

Maret 2018, Unit 2: COD 19 Sept 2017, Warranty Periode,

- PLTG/Kalsel 200Mw-Seberang Barito- Lahan 12,5Ha telah dilaksanakan

Konsinyasi ke PN Marabahan, Persiapan proses pengadaan,

- PLTU Kalselteng 4.200 Mw-2021/22,

- MPP Kalimantan Selatan 180 Mw-2017/18,

- PLTU Tanjung (2x100MW), Tanjung Power Indonesia(IPP), PLTU Kalsel

FTP2 – Financing Date: 24 Januari 2017, Progress overall: 88,68%,

Substation & T/L Rencana Handover 28 Feb 2018, COD 15 April 2019 &

15 Juli 2019 ,

- PLTG/MG/GU/MGU KalSel 1.200 MW-2019,

- PLTU Kalselteng-1 200 Mw-2019/20,

- PLTU Kalselteng-2 200 Mw(Asam-asam unit 5&6(2x100Mw)PC

Boiler,Truba-Itochu-Hyundai)-2019(Effective Date 21 Juli 2017,

progress Overall : 7,12%(P:5.9%; C:1,21%), COD 20 Juli 2020 dan 20

Oktober 2020,

- PLTU Kotabaru 2x7 Mw, target 2019 (Persiapan proses pengadaan),

- PLTU KalSel-1 200 Mw-2025,

Kawasan Industri di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

eksisting adalah Kawasan Industri Batulicin, saat ini beroperasi PT

Meratus Jaya Iron Steel (Pengolahan bijih besi). Usulan Kawasan Industri

Kalsel : Kawasan Industri Jorong – Tanah Laut dan Kawasan Industri

Mekar Putih- Kotabaru. Telah dilakukan diskusi perihal Kawasan Industri

dengan Kepala Bappeda Prov.Kalsel (Prioritas Industri Batulicin dan

Kawasan Industri Tanah Laut) dan telah dilakukan MoU dengan PT

Batulicin Jaya dan Jorong Port Development.

Beberapa Penandatanganan Mou & Potensi Industri pada tahun 2017 :

27

Program Listrik Pedesaan diantaranya :

1. Roadmap Rasio Desa Berlistrik PLN 100% tahun 2018-2019,

- Realisasi sampai Desember 2017 : Jmlh Desa : 2008, jumlah Desa

Berlistrik PLN: 1936, RD PLN: 96,4 %, RD Total:100%.

- Kebutuhan Investasi Roadmap rasio desa berlistrik PLN 100%,

untuk tahun 2018 keb.Investasi: Rp 42 M, Jumlah Desa: 2008, Desa

berlistrik: 23, RD PLN: 97,56%. Pada tahun 2019 kebutuhan

Investasi: Rp 219,5 M, jumlh Desa : 2008, Desa berlistrik: 49, jmlh

Desa berlistrik 2008, RD PLN: 100%, RD Total: 100%.

2. Kendala Listrik Desa Kalselteng antara lain yaitu :

- Kerusakan infrastruktur jalan/jembatan.

- Akses Transportasi yang melalui sungai, laut di kepulauan

- Lokasi desa berada di dalam/sekitar kawasan konservasi

- Ganti rugi tanam tumbuh dari masyarakat (pembebasan pohon dan

kebun terkendala izin masyarakat).

Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dilakukan PT PLN (Persero)

wilayah KalSelTeng sebagai berikut :

- Terdapat 4 lokasi Excess EBT yang telah beroperasi (Excess Biogas

Unggul Lestari 1.2 Mw, Excess Biogas SSM kap.2.4 Mw, Excess Power

28

Biomas PT Korintiga kap.3 MW, Excess Biogas Mas kap.1.2 Mw), dan

1(satu) lokasi proses PPC/CDA yaitu IPP Biogas PT Nagata 2,4 Mw (PPA).

- Kendala dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT)

diantaranya : Lokasi Power Plant jauh dari Jaringan PLN (terkendala

dalam evakuasi daya) dan Pembangkit EBT pada umumnya skala kecil

sehingga kontribusinya sangat kecil terhadap sistem besar dan

cenderung menyebabkan susut jaringan yang besar pada saat saat

evakuasi daya.

Overview Unit Asam Asam dan Pulang Pisau (sektor Asam asam

membawahi PLTU Asam Asam dan PLTU Pulang Pisau) 43,6 % dari beban

puncak Kalselteng :

1. Asam Asam (SASM) :

Lokasi alamat: desa Asam Asam, kec Jorong, Kab.Tanah Laut,

Kalimantan Selatan. Luas area 184,75 Ha dengan Kap.4x65 Mw.

Menggunakan sistem trucking Trucking dengan jarak dari tambang ke

site PLTU Asam Asam+/- 7 km.

2. Pulang Pisau :

Lokasi alamat: desa Buntoi, Kec.Kahayan, Kab.Pulang Pisau,

Kalimantan Tengah. Luas area 63,33 Ha dengan Kap.2 x 60 Mw.

Sumber tambang dari bunati sungai danau Kalimantan Selatan dan

sungai Puting.

3. Milestone Proper PLTU Asam Asam 3 tahun terakhir : tahun 2015 –

tahun 2016 nilai Proper Biru, pada tahun 2017 nilai Proper Hijau.

Mekanisme penilaian Proper terdiri dari : Sistem Manajemen

Lingkungan, Efisiensi Energi, Penurunan Emisi, Konservasi Penurunan

Beban Pencemaran Air, 3R limbah B3 & limbah padat,

Keanekaragaman Hayati, Pengembangan Masyarakat.

4. Roadmap Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Faba PLTU Asam

Asam dari tahun 2016 – tahun 2020 :

1. Program keanekaragaman hayati diantaranya : Konservasi insitu

bekantan, Konservasi exsitu Rusa Sambar dan Pembuatan green

29

house SD Tunas Cahaya Asam Asam. Dasar Hukumnya : UU No.5

tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, PP RI No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa.

2. Pemanfaatan Faba & peluang yang sudah dilakukan diantaranya:

- Dari 13 jenis pemanfaatan Faba, 10 pemanfaatan sudah dilakukan

oleh PLTU Asam Asa, dan 4 jenis pemanfaatan yang memiliki izin

dari KLHK (Paving Blok, Bata Ringan, Batako dan Road Base).

30

Gambar 4. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI

ke PT. PLN (Persero) PLTU Asam-asam

BAB III

KESIMPULAN

1) Tim Kunjungan kerja Komisi VII DPR RI meminta PT. Adaro agar

memperhatikan tiga aspek penting dalam menjalankan aktvitas

pertambangan, yakni pemulihan lingkungan pasca eksploitasi, tanggung

jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR), dan

pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dari batu bara.

2) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan persoalan

yang harus diantisipasi adalah aspek-aspek reklamasi, selain reklamasi

juga terjadi penurunan permukaan atau subsiden. Sehingga aspek-aspek

lingkungan dengan reklamasi, mengembalikan humus-humus permukaan

tanah yang subur, penurunan juga harus dijamin agar tidak menjadi

kolong-kolong seperti di pulau-pulau timah.

3) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke PLTU Asam-asam mendapatkan

informasi dalam hal Izin usaha Pertambangan (IUP) yang telah

dikeluarkan surat pengakhiran tahap I sebanyak 86 izin, Izin usaha

Pertambangan (IUP) yang telah dikeluarkan surat pengakhiran tahap II

sebanyak 336 izin. Sebagian IUP telah dicabut oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota sehingga perubahan IUP pada tahun 2017 sangat

signifikan.

31

4) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Asam-asam guna memantau suplai listrik yang dihasilkan PLTU,

dan mendorong penyediaan listrik bagi masyarakat yang belum terlistriki,

dan juga realisasi dari proyek 35 ribu Megawatt.

5) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke PLTU Asam-asam mendapatkan

informasi dalam hal mencukupi kebutuhan listrik daerah menjadi

tanggung jawab PLN dan Pemerintah, sedangkan DPR akan mengawasi

penyediaan energi ini. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan listrik

akan memajukan industri, mendongkrak pertumbuhan ekonomi, dan

menciptakan lapangan kerja baru. Tanpa listrik semua akan terkendala,

oleh sebab itu ketersediaan listrik menjadi kebutuhan dasar dari

pembangunan nasional.

BAB IV

PENUTUP

Demikian Laporan Kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke

Provinsi Kalimantan Selatan, dengan harapan dapat sebagai masukan dalam

menjalankan tugas-tugas konstitusional.

Jakarta, 28 Februari 2018

Komisi VII DPR RI

Ketua Tim,

Ir.H. S.W. Yudha, M.Sc, ME