LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI … · laporan kunjungan kerja spesfik komisi vii...
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI … · laporan kunjungan kerja spesfik komisi vii...
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI
DALAM RANGKA FUNGSI PENGAWASAN UNTUK MELAKUKAN PENINJAUAN
INFRASTRUKTUR GAS DAN BBM DI KOTA MEDAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
20 – 22 MARET 2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
15 MARET 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran gas sebagai sumber energi bersih semakin penting, salah satu
permasalahan yang dihadapi adalah kontinuitas pasokan, distribusi, dan harga yang
memenuhi aspek keekonomian baik bagi produsen maupun konsumen. Provinsi
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang pernah menghadapi persoalan gas
cukup rumit, disamping tingginya harga gas juga masalah distribusi.
Pasokan gas di Provinsi Sumatera Utara mengalami defisit melonjaknya
kebutuhan gas bumi untuk industri tidak sejalan dengan cadangan yang ada. PGN
adalah salah satu pelaku usaha gas berperan penting dalam menjamin ketersediaan
gas terutama untuk kebutuhan industry dan komersil. Total kebutuhan gas bumi di
Sumatera Utara sudah mencapai hampir 300 Juta Standar Kaki Kubik per Hari
(MMSCFD), sedangkan cadangan gas yang ada tidak mencapai 250 MMSCFD.
Diproyeksikan pada tahun 2035 mendatang, kebutuhan gas bumi untuk
kegiatan industri di Sumatera Utara mencapai hampir 400 MMSCFD dan PLN
mencapai 350 MMSCFD. Kendati demikian, berdasarkan data yang ia paparkan,
cadangan gas di Sumatera Utara pada tahun tersebut tidak mencapai 200 MMSCFD.
Berakhirnya perjanjian PT PGN (Tbk) dengan PT Pertamina EP yang beakhir
pada tanggal 31 Desember 2018 berakhir pula pasokan gas dari PT Pertamina EP ke
PT PGN (Tbk) sebesar 3 MMSFD, tentu saja pasokan ini harus digantikan dengan
pasokan lain. Ini menambah defisit gas.
Selain kertersediaan cadangan dan pasokan gas, masalah lainnnya yang
mempengaruhi aksesabilitas gas adalah ketersediaan infrastruktur yang masih
terbatas, akibatnya harga gas di Sumatera Utara relatif tinggi. Harga gas yang tinggi
menjadikan industry dan bisnis di Sumatera Utara kurang kompetitif, akhirnya
Pemerintah turun tangan melalui menurukan haraga gas Keputusan Menteri
(Kepmen) ESDM Nomor 434 K/12/MEM/2017 tentang Harga Gas Untuk Industri di
Wilayah Medan dan sekitarnya. Tiga kontrak jual beli gas yang diubah menggunakan
wewenang pemerintah adalah:
1. Gas sebesar 4,7 BBTUD milik PHE NSO yang dijual kepada PT
Pertamina (Persero) dengan harga awal US$7,85 per MMBTU, menjadi
US$6,95 per MMBTU plus 1 persen ICP.
2. Gas sebanyak 4,8 BBTUD milik PT Pertamina EP yang dijual kepada PT
PGN (Persero) Tbk dengan harga awal US$8,24 per MMBTU, menjadi
US$6,82 per MMBTU plus 1 persen ICP.
3. Volume gas sebesar 3 BBTUD yang dijual Triangle Pase Inc kepada PGN
yang awalnya dibanderol US$7,85 per MMBTU diturunkan jadi US$7,85
per MMBTU plus 1 persen ICP.
PT PGN (Tbk) sebagai pemain utama bisnis gas di Indonesia peranannya
semakin penting dalam menunjang perkembangan bisnis dan industry. Tahun lalu PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berhasil mengalirkan gas (gas in) ke pabrik
oleochemical milik PT Musim Mas Martubung Plant, dengan volume pemakaian gas
600 - 780 ribu m3 atau setara dengan 0,77 - 1 BBTUD per bulan.
Sebelumnya, PGN Area Medan berhasil memasok gas sebanyak 240 ribu m3
per bulan untuk PT Alfo Citra Abadi, perusahaan aluminium extrusion yang selama ini
menggunakan batu bara sebagai sumber energi produksinya. Perusahaan yang
mengekspor jendela, lemari, tangga, dan pintu berbahan aluminium ke Australia dan
Amerika Serikat ini merasakan efisiensi dengan menggunakan gas bumi dari PGN.
Sepanjang kuartal I 2018, PGN Area Medan berhasil menjual gas sebanyak
13,5 juta British Thermal Unit (MMBTU) kepada 20.400 pelanggan yang ada di kota
tersebut. Realisasi tersebut 7 persenlebih tinggi dibandingkan target yang diberikan
grup PGN kepada Area Medan.
Selain kebutuhan gas untuk industry dan komersil, kebutuhan gas untuk
rumahtangga juga semakin meningkat, ini ditandai dengan sering terjadi kelangkaan
pasokan gas LPG 3 kg bersubsidii.
Beberapa waktu yang lalu pemerintah telah memasang sebanyak 5.600
sambungan di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Sambungan
sebanyak itu sebenarnya masih belum memadai mengingat penduduk kabupaten Deli
Serdang mencapai sekitar 2,4 juta jiwa. Untuk provinsi Sumatra Utara, selain Deli
Serdang, jaringan gas juga dibangun di Kota Medan sebanyak 5.656 SR. Dengan
demikian, total jaringan gas yang dibangun di provinsi Sumatera Utara sebanyak
11.216 SR. Salah satu hambatan bagi perluasan jaringan gas adalah biaya investasi,
diperlukan biaya Rp8 juta hingga Rp11 juta untuk menyambung satu rumah.
Gas untuk kebutuhan rumahtangga sebagian besar masih dipasok dari PT
Pertamina (Persero), Pertamina menjual 2 jenis gas LPG, pertama, gas 3 kg
bersubsidi yang ditetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp 16.000, dan yang kedua
gas non subsidi dalam kemasan 5,5 kg yang dikenal dengan nama Bright gas, dan
kemasan tanki biru 12 kg. Konsumsi gas non subsidi cenderung turun dari tahun ke
tahun.
Kuota gas bersubsidi untuk Provinsi Sumatera Utara berkisar 2,2 juta tabung
per bulan atau sekitar 26,4 juta tabung LPG 3kg selama tahun 2018. Kelangkaan gas
lpg bersubsidi 3 kg disebabkan oleh penyalahgunaan di kalangan pengecer ditengarai
turut berkontribusi terhadap kelangkaaan pasokan dan tingginya harga gas yang
kerap dikeluhkan masyarakat di beberapa wilayah di Sumatera Utara dalam beberapa
waktu terakhir. Salah satunya adalah temuan tempat pengoplosan gas lpg bersubsidi
oleh Ditreskrimsus Polda Sumatra Utara dan telah dilakukan penindakan terhadap
pelaku di lokasi pengoplosan LPG 3kg, yaitu di Gudang Becer yang berada di Jalan
Marelan 6 Pasar II Timur, Komplek Marelan Permai, Kelurahan Titipapan, Kecamatan
Marelan, Medan pada pekan lalu. Pengoplosan LPG 3kg ke dalam kemasan LPG
nonsubsidi secara ilegal selain sangat merugikan negara dan masyarakat, juga dapat
mengancam keselamatan masyarakat pengguna LPG,.
Untuk mengatasi dan mengantisipasi kejadian seperti itu diperlukan langkah-
langkah yang berkesinbamgungan untuk pengawasan terhadap penimbungan dan
distribusi gas lpg bersubsidi tiga kilogram dengan:
1. Memetakan SPBE yang ada di Provinsi Sumatera Utara, baik lokasi,
jumlah dan kuota yang dimiliki oleh SPBE (Stasiun Pengisian Bulk Elpiji).
2. Data agen se kabupaten/kota di Sumatera Utara dan wilayah kerjanya.
3. Alokasi dan Realisasi Distribusi LPG 3 Kg per kabupaten/Koa di Provinsi
Sumatera Utara tahun 2018
4. Alokasi LPG 3 kg per kabupaten.Kota di Sumatera Utara tahun 2019.
Permasalahan lain yang dihadapi Provinsi Sumatera Utara dalah masalah
kelistrikan. Jumlah pelanggan listrik di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan.
Data per Desember 2017, ada 3.4 juta pelanggan listrik. Oleh karena itu PT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara perlu untuk terus melakukan pembangunan
infrastruktur guna menjamin keandalan kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Komisi VII DPR RI saat ini sejumlah proyek
pembagkit tenaga listrik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sorik Merapi,
Pembangkit Listrik Pangkalan Susu dan Pembangkit Listrik di Nias sedang dibangun.
Dari pembangunan proyek itu, pada 2018 daya mampu PLN Sumut telah mencapai
2.661 MW. Sedangkan beban puncak diprediksi mencapai 2.232 MW. Sedangkan
cadangan (surplus) rata-rata sebesar 300 MW. Dan, untuk target pelanggan
diestimasi akan mencapai 3.6 juta pelanggan. Dari data realisasi daya listrik dari bulan
Januari hingga September 2018, beban puncak Sumut rata-rata sebesar 1.832,57
MW. Pembangunan infrastruktur energi listrik di Provinsi Sumatera Utara (Sumut)
berkembang pesat. Krisis listrik yang dulu terjadi kini telah surplus. Ini berbeda jauh
dengan kondisi tahun 2014, beban puncak menapai 1.655 MW, semenara daya
ketersediaan listrik hanya sebesar 1.376 MW, akibat defisit 279 MW.
1.2. DASAR HUKUM KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan berdasarkan Hasil
Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tanggal 4 Maret 2019 Masa
Persidangan IV Tahun Sidang 2018-2019 dan merujuk pada Peraturan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014 tentang Tata
Tertib DPR RI.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
Maksud dan Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI
ke kota Medan adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan termutakhir pasokan dan konsumsi
gas untuk industry dan komersil di Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui permasalahan gas bersubsidi LPG 3 kg di Provinsi
Sumatera Utara
1.4. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Waktu pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke adalah
tanggal 20 Sampai dengan 22 Maret 2019. Adapun agenda tim Kunjungan
Kerja pesifik Komisi VII DPR RI adalah sebagai berikut :
1. Pertemuan dengan Direksi PT Pertamina (Persero), Dirjen Migas
dan BPH Migas dengan agenda:
a. Mendapatkan informasi dan data tentang lokasi , jumlah dan
kapasitas SPBE di Provinsi Sumatera Utara
b. Mendapatkan data tentang Agen LPG 3 kg bersubsidi se
kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
c. Alokasi dan realisasi distriibusi gas LPG 3 kg bersubsidi per
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2018
d. Alokasi gas LPG 3 kg bersubsidi per kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Pertemuan dengan Direksi PT PLN (Perseo), Dirjen
Ketenagalistrikan membahas masalah kelistrikan d Provinsi
Sumatera Utra
3. Pertemuan dengan Direksi PT PGN Tbk, Dirjen Migas, BPH
Migas dengan agenda:Membahas realisasi jariangan gas
rumahtangga Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang
1.5 SASARAN DAN HASIL KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Kota Medan
adalah untuk mengetahui secara tepat tentang permasalahan gas dan kelistrikan
di Provinsi Sumatera Utara. Hasil kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII
DPR RI diharapkan bisa menjadi referensi untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja
dan Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Pemerintah dan mitra
terkait.
1.6. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI
Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI yang
melakukan Kunjungan ke Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai
berikut:
No Nama No
Angg
Fraksi Jabatan
1. H. Gus Irawan Pasaribu, SE,Ak,
MM, CA
A-327 P. Gerindra Ketua
2 H. Firmandes A-234 P. Golkar Anggota
3 Abdul Waham Dalimunthe, SH A-339 P. Demokrat Anggota
4 Ir. H. Tifatul Sembiring A-85 PKS Anggota
1.7 METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Panja Limbah dan
Lingkungan Komisi VII DPR RI adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
- Menghimpun data dan informasi awal.
- Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi
lokasi kunjungan kerja.
- Mempersiapkan administrasi keberangkatan
b. Pelaksanaan Kunjungan KerjaSpesifik
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilakukan
dengan cara kunjungan lapangan dan diskusi di dalam ruangan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara deskriptif.
BAB II
KUNJUNGAN LAPANGAN
2.1. Pertemuan dengan Direksi Pertamina, Dirjen Migas, dan BPH Migas
membahas permasalahan distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi
Kelangkaan gas LPG 3 Kg bersubsidi yang terjadi di bula Nopember tahun
2018 di beberapa wilayah di Sumatera Utara antara lain di Toba Samosir,
Tapanuli Utara, Padang Lawas, Asahan, kabupaten Deli Serdang dan Kota
Medan telah memicu kenaikan harga gas tersebut melewati harga eceran
tertinggi yaitu sebesar Rp 16.000. Di tingkat pengecer harga gas LPG Kg
mencapai ksaran Rp Rp 18.000 hingga Rp 25.000.
Harga Elpiji bersubsidi 3 kilo gram (kg) lebih tinggi dibandingkan dengan harga
yang ditetapkan pemerintah, akibat pedagang pengecer. Dalam proses
penyaluran Elpiji bersubsidi 3 kg PT Pertamina berkontrak dengan agen,
kemudian Elpiji dari agen disalurkan ke pangkalan. Penetapan harga Elpiji
bersubsidi 3 Kg sampai tingkat pangkalan berdasarkan Harga Eceran Tertinggi
(HET) yang ditetapkan pemerintah daerah (pemda). Namun realisasinya, harga
Elpiji bersibsidi sampai ke konsumen lebih tinggi karena membeli di tingkat
pengecer. Kenaikan harga pada tingkat pengecer tidak bisa ditangani. Sebab
pengaturan harga hanya sampai tingkat agen saja.
Dalam diskusi delegasi Komisi VII dengan Direksi PT Pertamina (Persero),
Dirjen Migas, BPH Migas dan para pemangku kepentingan, muncul suatu wacana
tentang pentingnya keputusan bersama antara Menteri ESDM dan Menteri Dalam
Negeri untuk pengendalian Distribusi LPG Kg. Subsidi gas LPG 3 kg diberikan
dalam bentuk kuota per rumah tangga. Jika kuota tersebut terlampaui maka
penerima subsidi memberli gas LPG 3 kg dengan harga non subsidi. Sedangkan
PT Pertamina tidak dibebani untuk mengontrol harga gas LPG 3 kg bersubsidi.
Tanggungjawab terhadap distribusi LPG dan pengendalian harga diserahkan
kepada Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah.
Pertumbuhan konsumsi gas LPG 3 Kg bersubsidi di Sumatera Utara dalam 3
tahun terakhir rata-rata tumbuh 5%. Pertumbuhan tertinggi pada tahub 2016
tumbuh 6%, pada tahu 2016 tumbuh 5% dan pada tahun 2018 hanya tumbuh 3%.
Realisasi PSO untuk gas LPG 3 kg berbasis year on year untuk bulan Februari
tahun 2018 sebesar 56.511 metrik ton dan pada bulan Februari 2019 sebesar
58.402 metrik ton, atau naik sekitar 3%.
Peta Sebaran Agen dan Pangkalan Gas LPG 3 Kg Bersubsidi (PSO)
Di Provinsi Sumatera Utara
Di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data triwulanan untuk tahun 2018,
jumlah terbesar adalah LPG 3 Kg bersubsidi (PSO). Konsumsi LPG 3 Kg
Bersubsidi (PSO) mencapai 91%, sementara di Provinsi lain seperti Sumatera
Barat 88%, Kepulauan Riau 75%, Riau 16%, dan Nanggroe Aceh Darussalam
78%, Bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Realisasi Distribusi gas LPG di Provinsi Sumatera Utara
(Dalam Metrik Ton)
Triwulan LPG PSO LPG Non PSO Total
I 86.096 9.226 95.322
II 88.125 9.192 97.317
III 87.679 8.888 96.567
IV 91.789 10.636 102.425
Sumber: PT Pertamina MOR I
Realisasi distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi di Sumatera Utara pada tahun
2018 melampaui kuota yang telah ditetapkan. Kuota gas LPG 3 Kg sebanyak
352.538 metrik ton sedangkan realisasi distribusi mencapai 353.689 metrik ton
terlampaui sebesar 0,3%. Selain itu yang perlu mendapat perhatian dari para
pemangku kepentingan adalah kecenderungan semakin turunnya konsumsi gas
LPG Non PSO dan semakin meningkatnya konsumsi gas LPG 3 Kg bersubsidi.
Ini menunjukkan subsidi gas LPG 3 Kg di Sumatera Utara itu tidak tepat sasaran
dan perlu diperbaiki melalui instrument regulasi dan pengawasan yang melibatkan
Pemerintah Daerah setempat. Selain itu perlu dibuat kebijaka dan aksi untuk
mendorong masyarakat mampu bermigrasi dalam menggunakan LPG 3 kg
bersubsidi ke LPG Non PSO.
Berdasarkan data konsumsi gas LPG 3kg bersubsidi di Sumatera Utara paling
tinggi adalah di Kota Medan mencapai 74.153 metrik ton pada tahun 2018 disusul
kabupaten Deli Serdang sebesar 66.608 metrik ton
Konsumsi gas LPG 3 Kg Bersubsdi di Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara
Untuk menjaga kelancaran pasokan gas LPG 3 Kg lancar dan tidak mengalami
defisit maka diusulkan kuota gas LPG 3 Kg untuk Provinsi Sumatera Utara per
Kabupaten/Kota sebagai berikut:
Distribusi gas LPG PSO dan Non PSO di Sumatera Utara
Dalam upaya menjamin ketersediaan pasokan gas LPG, PT Pertamina
(Persero) MOR I telah menyiapkan sejumlah depot LPG antara lain di Tanjung
Uban Kepulauan Riau, depot LPG Pangkalan Susu di Sumatera Utara, depot
Tandem Sumatera Utara yang sekaligus merupakan SPPBE (Stasiun Pengisian
dan Pengangkutan Bulk Elpiji), depot LPG Dumai di Riau dan depot LPG Teluk
Kabung, Sumatera Barat.
Selain itu juga PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan SPBE/SPPBE di
berbagai wilayah untuk menjamin ketersediaan dan kelancaran pasokan gas. Di
Sumatera Utara ada sebanyak 29 SPBE/SPPBE PSO dan 7 Non PSO
Selain SPBE/SPPBE, ketersediaan pangkalan penjualan gas LPG 3 kg
bersubsidi adalah penting sebagai instrument pengendali distribusi agar gas LPG
3 kg bersubsidi itu tepat sasaran. Pertumbuhan pangkalan penjualan gas LPG 3
kg bersubsidi di kawasan Sumatera Utara dari tahu 2017 ke 2018 rata-rata
tumbuh di atas 10% kecuali untuk Kabupaten Dairi dan Kabjpaten Pakpak Barat,
pertumbuhannya 0%, Kabupaten Batubara 2%, bahkan kabupten Samosir dan
Kabupaten Toba Samosor pertmbuhannya -4%. Ini perlu diselidki lebih lanjut
untuk daerah yang pertumbuhan pangkalannya rendah dan bahkan negative.
2.2. Pertemuan dengan Direksi PT PGN Tbk, Dirjen Migas, BPH Migas dan
kunjunganlapangan meninjau jaringan gas rumahtangga di Kota Medan
Pembangunan jargas (jarigan gas) bumi untuk rumah tangga merupakan
program pemerintah yang diharapkan terus berlanjut karena banyak memberi
manfaat. Selain untuk penghematan penggunaan gas elpiji yang akhirnya
mengurangi impor, pembangunan jargas tersebut juga untuk kebersihan
lingkungan serta membantu masyarakat dalam pengeluaran membeli gas.
Penggunaan gas bumi mampu menghemat pengeluaran masyarakat
dibandingkan dengan menggunakan gas LPG. Salah satu masalah dalam
pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga adalah biaya infrastrktur
terutama pembangunan jaringan atau sambungan yang memerlukan dana
sekitar Rp8 juta hingga Rp11 juta per rumah tangga.
Proyek infrastruktur dengan total panjang pipa gas bumi mencapai 120.738
meter g sudah terselesaika membuat PT Perusahaan Gas Negara Tbk sudah
mampu melayani kebutuhan gas bumi untuk 5.560 rumah tangga di wilayah
Kabupaten Deliserdang. Gas bumi itu itu disalurkan melalui sumber gas dari
Pertamina EP dengan volume gas hingga 0,2 MMSCFD.
Untuk jaringan gas di kota Medan yang menghabiskan investasi Rp 52 miliar,
telah terbangun sejumlah fasilitas yaitu: Pipa CSØ 0,4 sepanjang 369 M, Pipa
PE Ø 180 sepanjang 3.492 M, pipa PE Ø 63 sepanjang 68.525 M, total panjang
pipa 72.385 M. Sambungan Gas Rumah Tangga terpasang 5.656 unit dan yang
beroperasi baru 603 unit (11%).
Ruma Tangga Kota Medan Yang Mendapat Aliran Jaringan Gas Bumi
Ketua Komisi VII DPR RI Meninjau Jaringan Gas Rumah Tangga
Di Kota Medan
Meteran Gas Yang Sudah Dipasang Di Perumahan/Perkampungan
Dalam wawancara dengan warga yang mendapat fasilitas jaringan gas
rumahtangga sangat senang, karena gas bumi harganya lebih murah dan
pemakaiannya lebih hemat. Saat ini harga gas bumi hanya Rp 2.900 per
meter3. Konsumsi gas bumi dalam 1 bulan hanya sekitar 20 meter3. Sementara
jika menggunakan gas LPG 3 kg bersubsidi bisa menghabiskan 4 tabung setiap
bulan, dengan harga di tingkat pengecer Rp 20.000.
Delegasi Komisi VII Pada Kunjungan Spesifik ke Medan
Menghadiri Pertemuan Dengan Warga dan Melihat Secara Langsung
Instalasi Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
2.3. Pertemuan dengan Direksi PT PLN (Persero) dan Dirjen Ketenagalistrikan
membahas ketenagalistrikan di Sumatera Utara.
Pada tahun 2015 PLN Wilayah Sumatera Utara mengalami defisit listrik,
akibatnya pemadaman bergilir tidak dapat dihindari. Beban puncak tertinggi di
tahun 2015 adalah sebesar 1841 MW dan daya mampu pasok sebesar 1651 MW
sehingga terdapat defisit .
Beban puncak tertinggi Sumatera terjadi pada tanggal 11 Des 2018 tetapi
Reserve Margin masih rendah, PLN terus berupaya untuk melakukan percepatan
konstruksi pembangkit sesuai dengan RUPTL 2018-2027.
Cadangan listrik di Sumatera Utara per 11 Desember 2018 sebesar 67 MW
atau setara 3%. Selain masalah beban puncak, kelistrikan di Sumatera Utara
masih dihadapkan pada persoalan efesiensi.
BPP Sumatera pada bulan Februari 2019 adalah sebesar Rp. 1.439, masih
lebih tinggi dari harga jual yang baru mencapai Rp. 1.137. Hal ini disebabkan
masih tingginya tingkat penggunaan BBM serta banyaknya pembangkit-
pembangkit murah yang mengalami gangguan dan pemeliharaan.
Salah satu upaya memperbaiki BPP adalah dengan beroperasinya SUTET 275
kW Sarulla-Simangkok yang direncanakan pada tahun ini karena energi dari
pembangkit mulut tambang di Selatan dapat disalurkan ke pusat beban di Utara,
dan akan berujung pada kualitas pelayanan yang semakin baik.
Saat ini jumlah pelanggan listrik di Sumatera Utara mencapai 3.663.706
pelanggan dengan konsumsi mencapai 1.745 GWH sampai dengan Februari
2019. Pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 5,6% Year on Year (Feb 2018 sd
Feb 2019). Rasio elektrifikasi mencapai 100%.
Overview Sistem Kelistrikan Sumatera Utara
Neraca daya kelistrikan di Sumatera Utara tahun 2019 sudah menunjukkan
surplus. Per 31 Maret 2019 total tambahan mampu pasok sudah mencapai 330
MW dan mulai 1 April bertambah menjadi 495 MW. Namun cadangan daya listrik
belum begitu besar dan masih menyimpan kerawanan terjadinya pemadaman. Di
bawah ini disajikan neraca kelistrikan Sumatera Utara.
Untuk mewujudkan keandalan kelistrikan di Sumatera Utara dilakukan
beberapa langah dan tindakan diantaranya:
1. Melakukan penjadwalan ulang pemeliharaan pembangkit
2. Mempercepat penyelesaian SUTET 275 kV Sarulla – Simangkok (Akhir April
2019)
3. Memastikan penyelesaian PLTU Nagan Raya #1 sesuai rencana (31 Maret
2019)
4. Mendorong PLTP IPP Sarulla menyelesaikan permasalahan gangguannya
sejak tanggal 5 Maret 2019 dan masuk sistem kembali pada tanggal 22 Maret
2019.
5. Mendorong penyelesaian gasifikasi 6 (enam) unit mesin LMVPP Belawan
pada Minggu II – April 2019
6. Memastikan PLTU Pangkalan Susu #3 dapat masuk sistem pada bulan April
2019
7. Melakukan monitoring harian kesiapan kecukupan energi primer
8. Meningkatkan keandalan transmisi jalur barat Subsistem Aceh (SUTT 150 kV
Pangkalan Brandan – Banda Aceh)
Beberapa bulan ke depan ada dua peristiwa penting yaitu Pemilihan Umum
dan Lebaran. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi untuk menjaga keandalan
suplai listrik agar tidak terjadi pemadaman, terutama pada saat pemiliha umum
dan penghitungan suara.
Mitigasi Plan PT PLN (Persero) wilayah Sumatera Bagian Utara
Untuk Menghadapi Pemilu,Pilpres dan Lebaran 2019
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1. Kesimpulan
1. Harga Elpiji bersubsidi 3 kilo gram (kg) lebih tinggi dibandingkan
dengan harga yang ditetapkan pemerintah, akibat pedagang
pengecer. Dalam proses penyaluran Elpiji bersubsidi 3 kg PT
Pertamina berkontrak dengan agen, kemudian Elpiji dari agen
disalurkan ke pangkalan. Kenaikan harga pada tingkat pengecer
tidak bisa ditangani. Sebab pengaturan harga hanya sampai tingkat
agen saja.
2. Dalam diskusi delegasi Komisi VII dengan Direksi PT Pertamina
(Persero), Dirjen Migas, BPH Migas dan para pemangku
kepentingan, muncul suatu wacana tentang pentingnya keputusan
bersama antara Menteri ESDM dan Menteri Dalam Negeri untuk
pengendalian Distribusi LPG Kg. Subsidi gas LPG 3 kg diberikan
dalam bentuk kuota per rumah tangga. Jika kuota tersebut
terlampaui maka penerima subsidi memberli gas LPG 3 kg dengan
harga non subsidi. Sedangkan PT Pertamina tidak dibebani untuk
mengontrol harga gas LPG 3 kg bersubsidi. Tanggungjawab
terhadap distribusi LPG dan pengendalian harga diserahkan kepada
Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah.
3. Para pemangku kepentingan perlu dan mengambil tindakan dalam
menyikapi kecenderungan semakin turunnya konsumsi gas LPG
Non PSO dan semakin meningkatnya konsumsi gas LPG 3 Kg
bersubsidi. Ini menunjukkan subsidi gas LPG 3 Kg di Sumatera Utara
itu tidak tepat sasaran.
4. Ketersediaan pangkalan penjualan gas LPG 3 kg bersubsidi adalah
penting sebagai instrument pengendali distribusi agar gas LPG 3 kg
bersubsidi itu tepat sasaran.
5. Penggunaan gas bumi mampu menghemat pengeluaran masyarakat
dibandingkan dengan menggunakan gas LPG. Salah satu masalah
dalam pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga adalah
biaya infrastrktur terutama pembangunan jaringan atau sambungan
yang memerlukan dana sekitar Rp8 juta hingga Rp11 juta per rumah
tangga.
6. Neraca daya kelistrikan di Sumatera Utara tahun 2019 sudah
menunjukkan surplus. Namun cadangan daya listrik belum begitu
besar dan masih menyimpan kerawanan terjadinya pemadaman
3.2. Rekomendasi
1. Perlu perbaikan sistem distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi melalui
instrument regulasi dan pengawasan yang melibatkan Pemerintah
Daerah setempat. Selain itu perlu dibuat kebijakan dan aksi untuk
mendorong masyarakat mampu bermigrasi dalam menggunakan
LPG 3 kg bersubsidi ke LPG Non PSO.
2. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu bersikap
proaktif dalam upaya perluasan jaringan gas rumahtangga dan
melakukan sinergi dengan Pemerintah Pusat dan PT PGN (Tbk)
agar mahalnya investasi jaringan gas bisa dipikul bersama.
3. PT PLN Wilayah Sumatera Bagian Utara perlu melakukan
percepatan agar pembangkit yang ada di wilayah Sumatera Utara
terkoneksi dengan sistem kelistrikan Sumatera untuk menjaga
keandalan kelistrikan.
BAB IV
PENUTUP
Demikian Laporan Kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Kota
Medan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan
dengan meninjau sistem distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi, sistem jaringan gas
bumi untuk rumahtangga di Kota Medan, dan sistem kelistrikan Sumatera bagian
Utara dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi mitra Komisi VII DPR RI
agar berkinerja lebih baik.
Jakarta, 23 Maret 2019
Pimpinan Komisi VII DPR RI
H. Gus Irawan Pasaribu, SE, Ak, MM, CA