Kumpulan Artikel

8
Bentuk-bentuk homogen yang ditonjolkan pada hunian di kluster ini memperkuat ciri art deco, gaya bangunan ini termasuk arsitektur indis modern, eksploitasi pada bidang- bidang dan cenderung ke semi minimalis tanpa banyak ornamen menjadi karakter kuat dalam gaya ini. Tampak atau fasade bangunan dirancang sedemikian menambah kesan kokoh. Ada 3 alternatif yang mulai dipasarkan di kluster ini yaitu White Jasmine 137/200, Black Orchid 166/240 dan Red Tulipe 185/280 ketiganya memiliki masing-masing kelebihan. Selain dari tampak bangunan dan luasan lahan yang digunakan tiap bangunan memiliki komposisi dan proporsi ruang yang pas. Pembedaan ruang privat dan semi publik yang jelas, tata letak ruang yang optimal, dan space interior yang bisa leluasa diatur sesuai dengan kepribadian. BUKAN MAKROKOSMOS Gaya Indis berpangkal pada dua akar kebudayaan, yaitu Belanda dan Jawa yang sangat jauh berbeda. Untuk memahaminya perlu diketahui adanya suatu pengertian situasi atau fenomena kekuasaan kolonial dalam segala aspek dan proporsinya. Sebagai contoh dalam hal membangun rumah tempat tinggal dengan susunan tata ruangnya. Arti simbolik suatu bagian ruang rumah tinggal berhubungan erat dengan perilaku yang aktual. Pada suku Jawa, misalnya, tidak dikenal ruang khusus bagi keluarga dengan pembedaan umur, jenis kelamin, generasi, famili, bahkan di antara anggota dan bukan anggota penghuni rumah, fungsi ruang tidak dipisahkan atau dibedakan dengan jelas. Contoh lain yang sangat menarik adalah keselarasan sistem simbolik pada umumnya, khususnya gaya penghuninya. Betapa canggungnya orang pribumi Jawa yang hidup secara tradisional di kampung, kemudian pindah untuk bertempat tinggal di dalam rumah gedung di dalam blok atau kompleks dengan suasana rumah bergaya Barat yang modern.

description

artikel

Transcript of Kumpulan Artikel

Page 1: Kumpulan Artikel

Bentuk-bentuk homogen yang ditonjolkan pada hunian di kluster ini memperkuat ciri art deco, gaya bangunan ini termasuk arsitektur indis modern, eksploitasi pada bidang-bidang dan cenderung ke semi minimalis tanpa banyak ornamen menjadi karakter kuat dalam gaya ini. Tampak atau fasade bangunan dirancang sedemikian menambah kesan kokoh. Ada 3 alternatif yang mulai dipasarkan di kluster ini yaitu White Jasmine 137/200, Black Orchid 166/240 dan Red Tulipe 185/280 ketiganya memiliki masing-masing kelebihan. Selain dari tampak bangunan dan luasan lahan yang digunakan tiap bangunan memiliki komposisi dan proporsi ruang yang pas. Pembedaan ruang privat dan semi publik yang jelas, tata letak ruang yang optimal, dan space interior yang bisa leluasa diatur sesuai dengan kepribadian.

BUKAN MAKROKOSMOS

Gaya Indis berpangkal pada dua akar kebudayaan, yaitu Belanda dan Jawa yang sangat jauh berbeda. Untuk memahaminya perlu diketahui adanya suatu pengertian situasi atau fenomena kekuasaan kolonial dalam segala aspek dan proporsinya. Sebagai contoh dalam hal membangun rumah tempat tinggal dengan susunan tata ruangnya. Arti simbolik suatu bagian ruang rumah tinggal berhubungan erat dengan perilaku yang aktual.

Pada suku Jawa, misalnya, tidak dikenal ruang khusus bagi keluarga dengan pembedaan umur, jenis kelamin, generasi, famili, bahkan di antara anggota dan bukan anggota penghuni rumah, fungsi ruang tidak dipisahkan atau dibedakan dengan jelas.

Contoh lain yang sangat menarik adalah keselarasan sistem simbolik pada umumnya, khususnya gaya penghuninya. Betapa canggungnya orang pribumi Jawa yang hidup secara tradisional di kampung, kemudian pindah untuk bertempat tinggal di dalam rumah gedung di dalam blok atau kompleks dengan suasana rumah bergaya Barat yang modern.

Kelengkapan rumah tangga yang serba asing, pembagian ruang-ruang di dalam rumah dengan fungsi yang khusus di dalam rumah dengan fungsi agar privasi terjamin. Semua itu menjadikan makin canggungnya orang pribumi untuk tinggal di dalam rumah yang asing itu. Anggapan bahwa rumah adalah model alam mikrokosmos menurut konsep pikiran Jawa, tidak didapatkan pada alam pikiran Eropa.

Jelas, tempat tinggal orang Belanda tidak dihubungkan dengan kosmos dan tidak mempunyai konotasi ritual seperti pandangan dan kepercayaan Jawa. Memang, orang Eropa mengenal peletakan batu pertama dan pemancangan bendera di atas kemuncak bangunan rumahnya yang sedang dibangun dengan diikuti pesta minum bir, tetapi hal semacam ini adalah peninggalan budaya lama mereka. Kegiatan itu adalah gema saja dari adat lama, yang sudah kabur pengertiannya.

Pada orang Jawa menaikkan molo sebuah rumah tinggal dengan selamatan, melekan (tidur malam), meletakkan secarik kain tolak bala, sajen, dan memilih hari baik, memiliki arti simbolik tertentu. Bagi orang Jawa meninggalkan adat kebiasaan seperti itu sangat berat karena adanya paham kepercayaan tentang kekuatan supranatural yang sulit untuk dijelaskan.

Page 2: Kumpulan Artikel

Gaya hidup dan bangunan rumah Indis pada tingkat awal cenderung banyak bercirikan budaya Belanda. Hal ini terjadi karena para pendatang bangsa Belanda pada awal datang ke Indonesia membawa kebudayaan murni dari Belanda. Pengaruh afektif kebudayaan Belanda yang sangat besar lambat laun makin berkurang, terutama setelah anak keturunannya dari hasil perkawinan dengan bangsa Jawa makin banyak.

Perkawinan di antara mereka melahirkan masyarakat Indo. Mereka menyadari akan perlunya kebudayaan Belanda untuk tetap diunggulkan sebagai upaya untuk menjaga martabat sebagai bangsa penguasa.

Masyarakat Indo dan para priyayi baru ini masih tetap menganggap perlu tetap adanya budaya masa lampau yang dibanggakan. Mereka menganggap perlunya menggunakan budaya Barat demi karier jabatan dan prestisenya dalam hidup masyarakat kolonial. Hal semacam ini tampak, misalnya dalam cara mereka bergaul, dalam kegiatan hidup sehari-hari, seperti menghargai waktu, cara dan disiplin kerja, dsb.

Pentingnya si “jago” di atas rumah

Di lain sisi akibat pertemuan dan percampuran peradaban Jawa dan Eropa (Belanda) melahirkan gaya budaya campuran, gado-gado. Di mata suku Jawa ada pendapat budaya Indis adalah kasar atau tidak Jawa. Sementara di mata orang Belanda dianggap rendah dan aneh.

Di berbagai kota di Jawa terdapat nama jalan atau kampung dengan memakai nama orang atau bahasa Belanda (Eropa) yang acap kali orang sudah tidak mengenalnya.

Sementara itu hiasan di atas atap rumah juga menjadi salah satu ciri budaya Indis. Di Jawa sendiri, hiasan di bagian atap rumah kurang mendapat tempat, kecuali pada bangunan-bangunan peribadahan (masjid, gereja, pura, dan candi). Pada bangunan rumah Eropa, hiasan kemuncak mendapat perhatian dan mempunyai arti tersendiri, baik dari sudut keindahan, status sosial, maupun kepercayaan.

Banyak rumah penduduk di Demak, Jawa Tengah, pada bubungan atapnya dihiasi dengan deretan lempengan terakota yang diwujudkan seperti gambar tokoh-tokoh wayang, berderet-deret dengan gambar gunungan tepat di tengah-tengah. Masing-masing lempengan terakota dihiasi dengan mozaik pecah-pecahan cermin, sehingga di siang hari memantulkan sinar yang gemerlapan. Hiasan atap rumah-umah di Demak ini jelas hanya berfungsi sebagai hiasan semata-mata, tanpa mempunyai arti simbolik tertentu.

Kehadiran bangsa-bangsa Eropa di Indonesia sejak awal abad XVI mempengaruhi berbagai unsur kebudayaan di antaranya juga dalam hal hiasan kemuncak bangunan rumah. Di Belanda dengan iklimnya yang sangat keras, penunjuk arah angin dahulu merupakan alat yang penting.

Sehubungan dengan ini Washington Irving menulis tentang Nieuw Amsterdam di dalam A History of New Netherland. Dia menyebutkan, pada setiap rumah di sini ada weerhaan

Page 3: Kumpulan Artikel

yang sering menunjukkan ke arah yang tidak sama. Oleh karena itu, biasanya orang mengarahkan pandangan ke rumah gubernur, karena di sini orang beranggapan arah hadap weerhaan di rumah gubernurlah yang benar. Akan tetapi, baru lama kemudian mereka mengetahui gubernur memang memelihara pembantu-pembantu yang mempunyai tugas tetap setiap hari memanjat atap untuk membenarkan arah ayam jago (penunjuk arah dengan gambar ayam jago) menuju ke arah yang benar.

Pada Abad Tengah tidak semua orang dapat dengan sekehendak hati membuat windvaan (petunjuk arah angin) karena dikeluarkan ketentuan-ketentuan tertentu oleh penguasa, baik tentang bentuk maupun perwujudannya. Misalnya seorang ridder (bangsawan) di atas puncak istananya dengan windvaan berbentuk seperti bendera, sedang untuk baanderheer (pejabat biasa) menggunakan penunjuk arah berbentuk persegi empat.

Pada abad XV bangsawan-bangsawan tinggi menaruhkan pada ujung tongkatnya windvaan dengan hiasan mahkota. Ada pula yang menaruh hiasan berwarna keperakan pada sisi sudut persegi empat diisi dengan hiasan rozet, tetapi lazimnya diisi dengan lambang keluarga pemiliknya.

Umumnya windvaan terbuat dari logam dengan warna-warna manyala yang dapat terlihat dari kejauhan. Yang sangat disukai adalah warna merah metalik, kemudian warna-warni, khususnya keemasan. Warna keemasan adalah warna yang mudah luntur, yang lambat laun akan menjadi jelek. Karena itu, disebut stofgona. Ada pula warna-warni hiasan ini yang dibuat dari porselin atau teracotta.

Di Eropa sekarang, khususnya di Belanda, hiasan kemuncak yang berupa penunjuk arah angin dengan bermacam-macam bentuknya, sering menunjukkan macam usaha atau pekerjaan pemiliknya. Misalnya, lukisan jentera alat memintal (roda alat tenun) terdapat di kota Leren, gambar bajak (alat untuk membajak tanah) pada kemuncak gudang gandum di dekat Groningen, alat pencukur di atas rumah tukang cukur (di Maastricht), sebuah sepatu besar di atas toko sepatu di Utrechtse Straat 48, Amsterdam. Lukisan binatang seperti kuda dan sapi banyak digunakan untuk hiasan rumah petani.

Bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda ke tangan balatentara Jepang pada 1942, perkembangan kebudayaan Indis ikut-ikutan terhenti. Gaya hidup Indis yang mewah terusik oleh PD II yang berkecamuk dan melumpuhkan gairah hidup. Sulitnya hidup masa perang juga menghentikan segala aktivitas kesenian.

Sungguh pun bangunan rumah gaya Indis masih banyak yang berdiri kokoh hingga kini, tetapi gaya hidup penghuninya yang bercirikan budaya Indis di Indonesia sudah tamat.

Namun, sebagai buah kebudayaan, akar-akar budaya Indis masih ada yang tetap berlanjut, hidup di antara unsur-unsur budaya baru. Peradaban Indis tidak lagi menjadi kebanggaan sebagai identitas suatu golongan masyarakat dan sangat dimusuhi pada zaman Jepang dan revolusi fisik, tetapi telah melebur.

Page 4: Kumpulan Artikel

Karena nilai-nilai baru belum ada, beberapa unsur peradaban yang banyak dianut dan diciptakan oleh kaum terpelajar, baik priyayi pribumi maupun golongan Indo, serta para birokrat pemerintahan dari masa zaman Hindia Belanda, masih tetap berlanjut.

Sementara itu di Belanda orang-orang yang lahir atau pernah tinggal di Indonesia tetap melanjutkan kebudayaan Indis. Pasar malam Tong-tong di Den Haag, Indische Restaurant dengan sajian Indische rijsttafel seperti soto, nasi goreng, sate ayam, wedang ronde, sekoteng, dsb. hingga kini ramai dikunjungi orang.

Sumber: Majalah Bulanan Intisari Juni 2000

Rumah Modern Maksimalis

Mewujudkan konsep rumah modern di atas lahan tak beraturan bukan hal mudah. Tapi, tetap ada trik arsitektur untuk menyiasatinya Modern itu tidak tekstual. ''Artinya, tidak peduli ada di daerah mana, modern itu bersifat global, jadi bisa diterima dimana saja,'' papar arsitek Ir Sarjono Sani. Ia memaparkan tentang sebuah konsep arsitektur rumah modern yang tak dibatasi oleh kondisi lingkungan. ''Jadi, rumah modern itu seharusnya fungsional dan setiap ruangan berkesan akrab,'' imbuhnya.

Berangkat dari konsep itulah, Sarjono bersama rekannya, Ir Suci, kemudian merancang sebuah rumah berkonsep modern maksimalis untuk pasangan profesional muda di kawasan Jakarta Selatan.

Maksimalisasi ruangMewujudkan konsep modern itu tentu bukan hal gampang. Pasalnya, lahan seluas 725 meter persegi yang nantinya akan dibangun itu memiliki bentuk yang tak beraturan. ''bagian depannya itu ngantong, agak melengkung,'' ujar Sarjono. Tentu saja, harus banyak dilakukan trik arsitektur untuk menyiasati lahan tersebut. Diantaranya, rancangan ruangan yang tidak sejajar dan upaya menarik bangunan ke depan.

''Kalau seluruh bangunan dirancang berbentuk kotak kan nanti masih ada tanah sisa. Nah, disini kita tidak mau ada ruang yang terbuang, jadi kita berusaha mengeksplor setiap ruang,'' jelas Sarjono. Agar terjadi interaksi antar ruang dengan lahan bertanah datar yang ada, ia menggunakan teknik split level. Proses pembangunan rumah seluas 500 meter persegi dengan tiga kamar tidur ini membutuhkan waktu selama 1,5 tahun. ''Sebenarnya, tampilannya itu dua lantai, tapi pas digambar ternyata bangunan ini punya namun lima elevansi,'' kata Sarjono.

Begitu memasuki rumah ini kita akan segera menginjak elevansi kedua, yaitu ruang keluarga. ''Keluarga ini kan nggak suka formal dan mereka suka kumpul-kumpul bersama teman, jadi memang tidak ada ruang tamu,'' jelas Sarjono. Karena sering menjadi tempat hang out bersama kolega, maka konsep ruangan yang akrab sangat

Page 5: Kumpulan Artikel

ditekankan disini. ''Kami menterjemahkan sebuah ruang yang akrab itu dengan menampakkan secara visual dan transparan semua ruang yang ada di sekitar ruang keluarga,'' papar Sarjono.

Dari ruang keluarga, kita akan menemukan taman belakang berikut kolam renang, dan sebuah bangunan terpisah yang menjadi studio lukis. ''Karena istrinya suka melukis, maka dibuat pula ruangan melukis yang terpisah,'' ujar Sarjono. Di ruang keluarga itu juga tidak akan ditemukan satu pun pendingin ruangan. Karena ruang keluarga ini dimaksudkan untuk menyatu dengan halaman. Rancangan ini didasari pemikiran, bahwa untuk mewujudkan konsep kesatuan bangunan, maka ruangan dirancang serba terbuka.

''Di rumah ini kita ingin setiap massa itu ada irisannya, jadi masing-masing massa bisa masuk,'' jelas Sarjono. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan tangga berwarna hijau muda yang menjadi pusat akses keluarga ke berbagai ruang. Kalau naik ke atas, kita akan menemukan ruang musik, sementara kalau turun ke bawah, akan ditemukan ruang dapur dan pantry. Sedangkan, di atas ruang musik terdapat ruang bermain anak dan ruang tidur utama.

Prinsip ruang yang tidak sejajar ditemui pada bentuk ruang pada rumah ini. ''Ada tiga massa di rumah ini, yaitu melengkung, elips, dan kotak,'' jelas Sarjono. Ruangan dengan massa melengkung dapat ditemui pada ruang dapur, ruang bermain anak, dan ruang tidur. Sedangkan, ruangan bermassa kotak dapat dilihat pada bentuk ruang keluarga, dan massa elips ditemui pada ruang musik dan kolam ikan bagian atas. ''Kolam ikan itu kita rancang menghadap kiblat. Jadi kalau siang, bayangannya saja sudah menunjukkan arah kiblat,'' sambung Sarjono.

Agar mendapat sinar matahari secukupnya, bangunan ini juga dirancang menghadap barat dengan orientasi bukaan ke arah timur. Ini dapat dilihat pada bentuk rancangan jendela yang kecil-kecil. ''Kami memang tak ingin ruangan itu jadi terlalu panas karena menghadap matahari,'' papar Sarono. Agar bangunan berkesan modern sekaligus alami, dilakukan seleksi pemilihan warna materi bangunan. ''Kebanyakan yang dipakai adalah warna kayu, abu-abu, dan putih,'' sebutnya.

Bagai labirin

Memasuki rumah ini ibarat memasuki sebuah labirin yang rumit. ''Ibaratnya, kalau kita mau turun lewat mana saja itu akan kelihatan,'' kata Sarjono. Rupanya, ini juga dirasakan oleh kontraktor yang membangun rumah ini. ''Alhasil, kontraktornya itu sulit menterjemahkan gambar yang kami desain. Dia bilang nggak tahu mana ruang dalam dan yang ruang luar,'' sambungnya. Karenanya, Sarjono dan Suci kerap harus mendampingi kontraktor tersebut saat menyelesaikan pembangunan rumah ini. ''Kalau biasanya seminggu itu cuma perlu sekali, ini bisa sampai 2-3 kali,'' kenang Sarjono. Namun, tidak demikian halnya dengan pemilik rumah. ''Sang owner-nya malah puas. Mereka malah merasa, rumah itu sangat sesuai dengan jiwa mereka,'' tandas Sarjono.

( mg06 )

Page 6: Kumpulan Artikel

Adapun Dasar-dasar perencanaan yang kami perhatikan adalah :

Penentuan letak bangunan terhadap tapakTata letak ruang terhadap bangunanDimensional konstruksi bangunan Pencahayaan matahari dan lampu

Penghawaan / sirkulasi udaraSirkulasi manusia di luar dan di dalam bangunan

Penentuan material fisik ArsitekturPenentuan warna fisik Arsitektur

Penentuan gaya Arsitektur

Produk Gambar Antara Lain :

D E N A HT A M P A K

P O T O N G A NR E N C A N A    P O N D A S IR E N C A N A    L A N T A I

R E N C A N A    P L A F O N DR E N C A N A    A T A P

R E N C A N A    P E M B A L O K A NR E N C A N A    K U S E N

R E N C A N A    T A N G G AR E N C A N A    P A G A R

P E R S P E K T I F