Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

11
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-1 STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN PERKERASAN LASTON DENGAN INTERBLOCK UNTUK LAPANGAN PENUMPUKAN PETI KEMAS (Kasus PELINDO III Banjarmasin) Amalia Firdaus Mawardi 1 , Djoko Sulistiono 1 , Ami Asparini 2 dan Selly Metekohy 1 1 Mahasiswa Program S 2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS e-mail: [email protected]; [email protected] 2 Dosen Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031 5947637. Abstrak Laston dan interblock dapat digunakan sebagai perkerasan lapangan penumpukan peti kemas. Masing-masing jenis perkerasan tersebut mempunyai kelebihan/ kekurangan dari sisi teknis dan biaya yang perlu dinilai sebagai pertimbangan penggunaannya. Permasalahan, bagaimana perbandingan tersebut khususnya dari sisi teknis dan biaya antara laston dengan interblock pada umur rencana 10 tahun? Perhitungan masing-masing perkerasan dengan menggunakan cara Bina Marga dan yang berbeda adalah nilai koefisien relatip lapis permukaan, laston mempunyai nilai a 1 sebesar 0,30 sedang interblock mempunyai nilai a 1 sebesar 0,44. Penurunan tanah akibat konsolidasi diabaikan, karena telah diatasi dengan vertical drain.Perhitungan biaya meliputi biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan, masing- masing dihitung pada nilai sekarang (Present Worth). Hasil perhitungan perkerasan diperoleh untuk laston tebal 15 cm, batu pecah kelas A tebal 30 cm, sirtu kelas B tebal 20 cm, sedang interblock K 450 tebal 10 cm, pasir perata tebal 5 cm, batu pecah kelas A tebal 30 cm, sirtu kelas B tebal 20 cm. Perbandingan dari segi teknis ada keuntungan yaitu interblock lebih mudah dan lebih murah perawatannya, pelaksanaan bisa padat karya dan biaya perkerasan interblock lebih murah 48,40% dari perkerasan laston. Tetapi selain dari sisi keuntungan biaya ada sisi kerugian yaitu interblock tidak nyaman dilewati, tidak bisa dipakai untuk kecepatan tinggi, sehingga interblock lebih cocok dipakai untuk lapangan penumpukan peti kemas. Kata kunci : Interblock, laston, perbandingan biaya. PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API DI KOTA SURABAYA STUDI KASUS: STASIUN KA SURABAYA GUBENG DAN PASAR TURI Anugrah Wicaksono 1 , Wahju Herijanto 2 dan Hera Widyastuti 3 1 Mahasiswa Program Magister Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 08155102671, email: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: [email protected] 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: [email protected] Abstrak Kebutuhan masyarakat akan transportasi merupakan hal yang sangat penting, utamanya dalam sektor ekonomi yang digerakkan oleh transportasi. Dalam hal ini transportasi yang terjadi dalam satu provinsi atau dalam satu pulau yang paling dominan adalah transportasi darat. Pembangunan subsektor transportasi darat, diarahkan untuk dapat meningkatkan penyediaan kemampuan dan pelayanan angkutan kereta api dalam rangka pengembangan sektor transportasi sebagai pendukung utama sektor ekonomi dan industri, sosial budaya, pembangunan politik dan pengembangan pertahanan dan keamanan. Studi ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan pembangunan transportasi kereta api. Dalam studi ini akan diberikan Matriks Asal Tujuan saat ini, sebagai hasil identifikasi pergerakan penumpang kereta api dan model – model sebaran pergerakan penumpang. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi pola pergerakan asal dan tujuan penumpang pengguna angkutan kereta api Kelas Eksekutif-Bisnis dan Ekonomi, dimana dalam studi ini ruang lingkupnya

description

Abstrak Seminar Nasional Teknik Sipil VII 2011

Transcript of Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Page 1: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-1

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN PERKERASAN LASTON DENGAN INTERBLOCK UNTUK LAPANGAN PENUMPUKAN PETI KEMAS

(Kasus PELINDO III Banjarmasin) Amalia Firdaus Mawardi 1, Djoko Sulistiono 1, Ami Asparini 2 dan Selly Metekohy 1 1 Mahasiswa Program S 2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS

e-mail: [email protected]; [email protected] 2 Dosen Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031 5947637.

Abstrak Laston dan interblock dapat digunakan sebagai perkerasan lapangan penumpukan peti kemas. Masing-masing jenis perkerasan tersebut mempunyai kelebihan/ kekurangan dari sisi teknis dan biaya yang perlu dinilai sebagai pertimbangan penggunaannya. Permasalahan, bagaimana perbandingan tersebut khususnya dari sisi teknis dan biaya antara laston dengan interblock pada umur rencana 10 tahun? Perhitungan masing-masing perkerasan dengan menggunakan cara Bina Marga dan yang berbeda adalah nilai koefisien relatip lapis permukaan, laston mempunyai nilai a1 sebesar 0,30 sedang interblock mempunyai nilai a1 sebesar 0,44. Penurunan tanah akibat konsolidasi diabaikan, karena telah diatasi dengan vertical drain.Perhitungan biaya meliputi biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan, masing-masing dihitung pada nilai sekarang (Present Worth). Hasil perhitungan perkerasan diperoleh untuk laston tebal 15 cm, batu pecah kelas A tebal 30 cm, sirtu kelas B tebal 20 cm, sedang interblock K 450 tebal 10 cm, pasir perata tebal 5 cm, batu pecah kelas A tebal 30 cm, sirtu kelas B tebal 20 cm. Perbandingan dari segi teknis ada keuntungan yaitu interblock lebih mudah dan lebih murah perawatannya, pelaksanaan bisa padat karya dan biaya perkerasan interblock lebih murah 48,40% dari perkerasan laston. Tetapi selain dari sisi keuntungan biaya ada sisi kerugian yaitu interblock tidak nyaman dilewati, tidak bisa dipakai untuk kecepatan tinggi, sehingga interblock lebih cocok dipakai untuk lapangan penumpukan peti kemas. Kata kunci : Interblock, laston, perbandingan biaya.

PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API DI

KOTA SURABAYA STUDI KASUS: STASIUN KA SURABAYA GUBENG DAN PASAR TURI Anugrah Wicaksono 1, Wahju Herijanto2 dan Hera Widyastuti3 1Mahasiswa Program Magister Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS

Sukolilo Surabaya, Telp 08155102671, email: [email protected] 2Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email:

[email protected] 3Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email:

[email protected] Abstrak Kebutuhan masyarakat akan transportasi merupakan hal yang sangat penting, utamanya dalam sektor ekonomi yang digerakkan oleh transportasi. Dalam hal ini transportasi yang terjadi dalam satu provinsi atau dalam satu pulau yang paling dominan adalah transportasi darat. Pembangunan subsektor transportasi darat, diarahkan untuk dapat meningkatkan penyediaan kemampuan dan pelayanan angkutan kereta api dalam rangka pengembangan sektor transportasi sebagai pendukung utama sektor ekonomi dan industri, sosial budaya, pembangunan politik dan pengembangan pertahanan dan keamanan. Studi ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan pembangunan transportasi kereta api. Dalam studi ini akan diberikan Matriks Asal Tujuan saat ini, sebagai hasil identifikasi pergerakan penumpang kereta api dan model – model sebaran pergerakan penumpang. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi pola pergerakan asal dan tujuan penumpang pengguna angkutan kereta api Kelas Eksekutif-Bisnis dan Ekonomi, dimana dalam studi ini ruang lingkupnya

Page 2: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-2

adalah Kota Surabaya. Selanjutnya didapatkan Matriks Asal Tujuan saat ini. Dari data-data pergerakan tersebut dapat dibuat beberapa model sebaran pergerakan dengan analisa sintesis (Model Gravity) yang sesuai dengan karakteristik wilayah. Setelah diuji secara statistik, dipilih model yang paling sesuai, yakni untuk KA Klas Ekonomi adalah Tij=1,5676E-10* Ei*Ej*Cij^-0,7811; dimana Ei dan Ej adalah parameter ekonomi (PDRB) zona asal dan tujuan. Sedangkan KA Klas Eksekutif-Bisnis adalah Tij= 2,6408E-08* Pi*Pj*Cij^-0,6447; dimana Pi dan Pj adalah parameter populasi zona asal dan tujuan. Kata kunci: Matriks Asal Tujuan, Gravity Model, Stasiun Gubeng, Stasiun Pasar Turi

ANALISA TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN BARANG PELABUHAN SORONG

H Apri Siagian dan Ir. Hera Widyastuti, MT

Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected]

Abstrak Saat ini penumpukan kontainer yang terjadi di Pelabuhan Sorong sudah dikeluhkan para Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Barang yang akan diturunkan terkendala dengan penyediaan lahan kosong yang sudah tidak ada. Kondisi ini sudah menjadi perhatian Pemerintah Kota Sorong, karena tumpukan kontainer yang terlalu tinggi dikhawatirkan dapat membahayakan warga yang melewati jalan di sekitar Pelabuhan Sorong. Maka perlu diadakan penelitian mengenai tingkat kepuasan pemilik barang, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Perusahaan Bongkar Muat (PBM), TKBM dan perusahaan pelayaran sebagai pengguna jasa layanan angkutan barang, mengetahui faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pengguna jasa layanan angkutan barang dan mengetahui upaya peningkatan pelayanan angkutan barang oleh Pelindo IV dan Adpel sebagai pengelola dan operator di Pelabuhan Sorong. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa tingkat kepuasan menggunakan Analisa Kuadran berdasarkan penilaian kepuasan dan harapan pada masing-masing responden. Hasil penilaian yang mendapat prioritas utama dalam perbaikan adalah variabel memadainya lapangan penumpukan, keamanan barang dari tindak kejahatan dan jaminan keselamatan barang. Dari hasil Analisa Kuadran dan evaluasi kondisi bongkar muat barang, maka usulan upaya peningkatan pelayanan angkutan barang di Pelabuhan Sorong adalah dengan penyediaan kapal tunda, peremajaan kapal pandu, peningkatan tenaga pandu, mengurangi penumpukan kontainer di area dermaga, perluasan lapangan penumpukan, perluasan dermaga untuk bongkar muat barang, peremajaan dan penambahan alat bongkar muat yang memadai, meningkatkan produktivitas kerja TKBM, dan pembangunan depo kontainer di luar Pelabuhan Sorong oleh Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta.

Page 3: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-3

ANALISIS PENENTUAN DANA PRESERVASI TERHADAP PENGGUNA JALAN KENDARAAN TRUK BAHAN GALIAN GOLONGAN C

(STUDI KASUS RUAS JALAN KABUPATEN KELAS III JALAN SIMPANG PLTA PASIR LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN)

Budi Sahputra1, Ria A A Soemitro2 dan Herry Budianto3

1Mahasiswa Program Studi Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS,

Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email : [email protected] 2Dosen Pascasarjana Bidang Keahlian Manajemen Aset, Jurusan Teknik Sipil FTSP, Kampus ITS

Sukolilo Surabaya, email : [email protected] 3Dosen Pascasarjana Bidang Keahlian Manajemen Aset, Jurusan Teknik Sipil FTSP, Kampus ITS

Sukolilo Surabaya, email : [email protected]

ABSTRAK Kerusakan jalan simpang PLTA-Pasir Laweh diduga disebabkan oleh kendaraan truk bahan

galian lebih muatan dari muatan sumbu muatan (MST) yang diizinkan. Keterbatasan biaya pemeliharaan jalan yang dihadapi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Padang Pariaman mengakibatkan tidak mampu lagi menanggung keseluruhan biaya pemeliharaan jalan di Kabupaten Padang Pariaman pada setiap tahun anggaran. Diharapkan dana preservasi jalan akan dibebankan kepada pengguna jalan kendaraan truk bahan galian golongan.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa berat sumbu kendaraan truk, menganalisa besar tingkat kerusakan jalan simpang PLTA – Pasir Laweh (km 0+000 – 2+800), mengetahui besar biaya kerusakan yang dibebankan kepada pengguna jalan kendaraan truk. Dalam penelitian ini dilakukan survei kerusakan jalan, jenis kendaraan, LHR, beban muatan. Pada penelitian ini, untuk mengetahui berat muatan dilakukan dengan cara manual karena tidak ada jembatan timbang. Biaya yang dikenakan kepada pengguna merupakan biaya kerusakan jalan terhadap biaya kontruksi dan pemeliharaan yang diproyeksi selama 10 tahun mendatang, dengan tingkat pertumbuhan lalulintas 4 %.

Hasil penelitian adalah dana preservasi jalan yang dibebankan kepada pengguna jalan masing-masing sumbu kendaraan terhadap biaya konstruksi dan pemeliharaan selama umur rencana 10 tahun adalah T.1.2L = Rp. 525; T.1.2H = Rp. 6.268 serat T.1.22 = Rp. 15.303. Biaya konstruksi dan pemeliharaan selama umur rencana sebesar Rp.4.242.874.233 dan dana preservasi jalan yang dibebankan kepada pengguna jalan selama umur rencana terkumpul sebesar Rp.3.823.740.873. Biaya kontruksi dan pemeliharaan selama umur rencana yang ditanggung pemerintah sebesar Rp. 419.133.360. Sedangkan dana preservasi jalan yang dibebankan kepada pengguna jalan masing-masing sumbu terhadap biaya konstruksi dan pemeliharaan selama umur rencana 10 tahun serta peningkatan jalan pada akhir umur rencana adalah T.1.2L = Rp. 1.229; T.1.2H = Rp. 14.679 dan T.1.22 = Rp. 35.839. Biaya peningkatan di akhir umur rencana sebesar Rp.9.936.332.530 dan dana preservasi jalan yang dibebankan kepada pengguna jalan selama umur rencana terkumpul sebesar Rp.8.944.971.793.

Kata Kunci : Padang Pariaman, Berat Sumbu Kendaraan,Galian Golongan C, Jalan Kelas III, Analisa

Dana Preservasi

Page 4: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-4

ANALISA PUTARAN U PELAYANAN TUNGGAL KONDISI TAK TERLINDUNG PADA RUAS JALAN DENGAN MEDIAN

( Kasus Ruas Jalan Raya Mulyosari Surabaya)

Djoko Sulistiono 1

1 Mahasiswa S2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS E mail djoko_sulistiono @ce.its.ac.id

Abstrak Ruas Jalan Raya Mulyosari (4/2D) adalah ruas jalan dengan median, yang mempunyai putaran U pelayanan tunggal kondisi tak terlindung, dengan fungsi sebagai tempat berputarnya kendaraan. Putaran U pada ruas jalan tersebut walaupun mempunyai median, tetapi tidak mempunyai taper dan lajur antrian, sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan karena adanya penyempitan akibat antrian kendaraan yang memutar. Permasalahan apakah putaran U lokasi Jalan Raya Mulyosari memang memerlukan taper dan lajur antrian ? Apakah bukaan median yang ada telah mencukupi? apabila dilihat arus utama (arus berlawanan arah dengan kendaraan yang memutar) tidak begitu besar. Adakah hubungan antara derajat kejenuhan (DS) dengan panjang lajur antrian? Perhitungan DS pada arus utama mengikuti MKJI-1997 ,perhitungan panjang lajur antrian menggunakan model antrian M/D/1 yang sesuai dengan sebaran kedatangan/pelayanan kendaraan memutar. Hasil perhitungan panjang lajur antrian(y) pada berbagai variasi nilai DS sangat kecil atau putaran U pada lokasi Jalan Raya Mulyosari belum memerlukan lajur antrian dan bukaan median yang ada dengan lebar 6 m dapat dikatakan mencukupi untuk mobil penumpang. Selain itu terdapat hubungan antara panjang lajur antrian (y) sebagai fungsi derajat kejenuhan (DS) arus utama dalam persamaan y = 0,95 x2 – 0,037 x + 0,05444 (hari minggu) dengan R2 = 0,9179 dan y = 0,187 x2 + 0,098 x +0,021 ( hari kerja) dengan R2 = 0,797, sehingga dengan diketahui DS arus utama, maka panjang lajur antrian (y) dapat ditentukan melalui grafik yang ada. Kata Kunci : putaran U,lajur antrian, derajat kejenuhan, bukaan median

Page 5: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-5

ANALISIS PENANGANAN LAPIS PERMUKAAN JALAN DENGAN ALAT MANUAL DAN COLD MILLING MACHINE

(Studi Kasus : Jalan Nasional dan Propinsi di Jawa Timur)

Ellen Ambar Winarsih1), Ria A.A. Soemitro2) dan Herry Budianto2) 1Mahasiswa Pascasarjana Bidang Keahlian Manajemen Aset, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 085216507520, email: [email protected]

2Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: [email protected]

2Dosen Pascasarjana Bidang Keahlian Manajemen Aset, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam upaya peningkatan kinerja pemeliharaan jalan Nasional maupun Propinsi, maka DPU Bina Marga Propinsi Jawa Timur telah menerapkan cara penanganan kerusakan lapis permukaan jalan dengan menggunakan Cold Milling Machine ( CMM ) untuk mengeruk lapis permukaan jalan lama yang telah rusak, baik berupa retak – retak, alur, jembul, dan lainnya. Penggunaan CMM ini mengganti peralatan lama yang sebelumnya sering dipakai yaitu kombinasi asphalt cutter, jack hammer, ganco dan alat manual lainnya, karena banyak terjadi kelemahan pelaksanaan, diantaranya permukaan hasil bongkaran tidak rata, cenderung goyah, perkerasan sekitar yang dibongkar kadang menjadi goyah atau retak, serta bentuknya yang tidak beraturan.

Ketika dilakukan pengerjaan penanganan kerusakan lapis permukaan jalan, volume yang ada dilapangan berbeda – beda sehingga penentuan dalam penggunaan alat yang tepat sangat berpengaruh pada efisiensinya. Untuk volume pengerjaan yang sedikit dan tidak dapat diprediksi sebaiknya menggunakan peralatan manual, tapi untuk pengerjaan dengan volume yang besar, maka lebih efisien jika menggunakan CMM. CMM yang selalu digunakan di Jawa Timur saat ini memiliki variasi kapasitas yaitu 1,3m dan 2,1m.

Dengan menganalisis biaya dan produktivitas alat, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penentuan alat yang akan digunakan dengan besaran volume yang ada, sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan meningkatkan produktivitas alat dalam pengerjaan penanganan lapis permukaan jalan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah akan didapatkan titik optimal dari masing – masing alat CMM dan manual tersebut dengan meninjau luasan dan penyebaran lokasi kerusakan permukaan jalan yang ada di jalan Nasional dan Propinsi di Jawa Timur. Kata Kunci : Analisis Biaya, Analisis Produktivitas Alat, Cold Milling Machine, Jalan Propinsi Jawa

Timur, Penanganan Kerusakan Jalan

Page 6: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-6

EVALUASI KINERJA LAPIS PERKERASAN JALAN SOIL-CEMENT DENGAN ECOMIX SC-100 DI PROPINSI PAPUA

Ferdinand R. Kuheba1 dan Indra Surya B. Mochtar2. 1. Mahasiswa Pascasarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November, Kampus ITS Sukolilo

Surabaya Telp. 031-5946094, email : [email protected] 2. Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,

Telp 031-5946094, email: [email protected]

Abstrak Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi masalah kelangkaan dan kemahalan material batuan sebagai bahan dasar perkerasan jalan di Kabupaten Merauke propinsi Papua, yaitu dengan memanfaatkan material di sekitar lokasi pekerjaan dengan konstruksi jenis soil-cement. Walaupun mempunyai beberapa kelemahan, konstruksi soil-cement tetap menjadi pilihan terbaik dalam pelaksanaan pembangunan perkerasan jalan. Adapun kelemahan konstruksi ini antara lain retak-susut dan partikel bebas (sisa humus), yang menjadi penghambat pengikatan semen.

Untuk mengatasi kelemahan kelemahan ini, pada tahun 2002, Pemda Propinsi Papua (Dinas PU), mencoba melakukan uji hampar soil-cement sepanjang 300 m dengan 75 m diantaranya menggunakan larutan bahan additive ecomix SC-100 sebanyak 0,1 %, Selain uji hampar, juga dilakukan uji laboratorium yang menggunakan 2 jenis tanah yang berbeda, dengan variasi penggunaan semen dengan hasil yang cukup baik dalam hal mengatasi retak-susut dan peningkatan pengikatan semen. Penggunaan additive Ecomix SC-100 dimulai sejak tahun 2003 dan tidak kurang dari 100 km jalan konstruksi soil-cement telah memakai additive ini, tetapi hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu evaluasi terhadap hasil pekerjaan, oleh sebab itu dirasa perlu untuk melakukan evaluasi, untuk mengetahui bagaimana hasil pelaksanaan dibandingkan hasil uji laboratorium atau hasil uji penghamparan di lapangan? atau bagaimana hasil pelaksanaan konstruksi soil-cement dengan additive ini dibandingkan soil-cement tanpa additive?. Dengan diadakannya evaluasi, diharapkan diperoleh suatu saran atau rekomendasi terhadap penggunaan additip jenis ini. Kesimpulan : 1. Additive Ecomix SC-100 sangat evektif mengatasi retak susut. 2. Kerusakan yang terjadi pada soil-cement dengan additive terjadi karena kesalahan

pelaksanaan/tidak mematuhi spesifikasi teknis. Kata kunci : Soil, cement, susut, retak.

HUBUNGAN UMUR PERANCANGAN DENGAN BEBAN BERLEBIH PADA TRUK DI JALAN PESISIR TIMUR PROPINSI ACEH

Herman Fithra1 dan M. Fauzan2

1Dosen Jurusan Teknik Sipil,Universitas Malikussaleh, Kampus UNIMAL Reuleut – Aceh Utara,

email:[email protected] 2Dosen Jurusan Teknik Sipil,Universitas Malikussaleh, Kampus UNIMAL Reuleut – Aceh Utara,

email:[email protected] ABSTRAK

Sama halnya dengan propinsi-propinsi lainnya yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia, propinsi Aceh sangat mengandalkan transportasi jalan raya untuk mendukung pertumbuhan ekonominya, hal ini disebabkan sarana dan prasarana untuk moda transportasi lainnya belum tersedia secara memadai serta lemahnya sistem dan regulasi untuk menggunakan moda transportasi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu hubungan variabel antara umur perancangan dengan muatan berlebih pada truk-truk di jalan pesisir timur propinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan pada ruas jalan nasional yang melintasi kota Lhokseumawe sepanjang ±10 km berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Bina Marga dan Cipta Karya propinsi Aceh berupa detail engineering design dan spesifikas teknik, sedangkan dari Dinas Perhubungan propinsi Aceh

Page 7: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-7

melalui Jembatan Timbang Semadam di perbatasan propinsi Aceh dan Sumatera Utara diperoleh data volume truk harian beserta berat total (berat sendiri + muatan) pada tahun 2009 dan 2010 dengan toleransi batas kelebihan muatan 30% dan skenario jika kelebihan muatan mencapai 70%. Data primer diperoleh dari survei lalu lintas terhadap kendaraan truk dan bus selama 1 minggu yang melintasi jalan nasional di Kota Lhokseumawe. Analisis data dilakukan dengan metode Bina Marga, berupa tebal perkerasan yang dibutuhkan dan penurunan indek permukaan berdasarkan lintas ekivalen. Kendaraan yang diperhitungkan untuk analisis adalah kendaraan bus dan truk. Berdasarkan lintas ekivalen perancangan tebal perkerasan adalah 34 cm, berdasarkan lintas ekivalen realisasi tebal perkerasan adalah 38 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 10% tebal perkerasan 34 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 20% tebal perkerasan 36 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 30% tebal perkerasan 38 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 40% tebal perkerasan 41 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 50% tebal perkerasan 44 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 60% tebal perkerasan 47 cm, berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 70% tebal perkerasan 51 cm, dan berdasarkan lintas ekivalen dengan beban berlebih 100% tebal perkerasan 54 cm. Tebal lapisan konstruksi yang sudah terbangun mampu dilintasi sebesar 4.460.300 lintasan setara 8,16 ton dan beban realisasi yang overload rata-rata 35,5% selama 10 tahun hanya menghasilkan lintas ekivalen 806.650 lintasan dengan hasil akhir adalah tebal lapisan konstruksi jalan arteri pesisir timur propinsi Aceh adalah sangat tidak ekonomis, karena overload yang diperhitungkan adalah 100% dari beban normal. Kata kunci : perkerasan, umur perancangan, dan kelebihan muatan.

PROSPEK PEMBANGUNAN BANDAR UDARA

DI KABUPATEN BULELENG, BALI UTARA I Wayan Suweda Dosen Teknik Sipil, Unud, Jalan PB Sudirman Denpasar. E-mail: [email protected] ABSTRAK

Jumlah penumpang yang masuk ke Bali semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 1999 jumlah penumpang 11.264.875 orang dan tahun 2009 mencapai 17.136.171 orang. Perkembangan rata-rata adalah 10,25% per tahun. Moda Angkutan Udara, khususnya melalui bandara Ngurah Rai, telah menjadi pilihan utama. Hal ini tercermin dari komposisi jumlah penumpang keluar masuk Bali tahun 2009, sejumlah 9.537.993 orang atau 55,66 % melalui bandara internasional Ngurah Rai dan meningkat rata-rata 10,79% per tahun. Berdasarkan rencana pengembangan terminal penumpang, luas eksisting 79.000m2 akan dikembangkan menjadi 185.000 m2 tahun 2011 ini. Dengan luas rencana tersebut, kapasitas terminal akan mencapai 25 juta dan diprediksi akan mengalami kejenuhan tahun 2025. Pada komponen runway, jumlah operasi penerbangan saat ini adalah 213.433 kali per tahun. Dengan jumlah tersebut, frekuensi operasi penerbangan eksisting pada runway (R/W) mencapai 25 operasi/jam pada jam-jam sibuk. Kapasitas Bandara direncanakan 38 operasi/jam dan diperkirakan akan tercapai tahun 2016.

Mengingat ketersediaan lahan disekitar Bandar Udara Internasional Ngurah Rai sudah padat terbangun dan sangat terbatas, maka dipastikan bahwa Bali harus memiliki 2 Bandara atau lebih. Sebagai tahap awal, secara yuridis sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No.16 tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali tahun 2009-2029, pasal 29 ayat 5 bahwa Bandar Udara baru direncanakan di Kabupaten Buleleng dan berfungsi sebagai Bandar Udara Umum. Disamping aspek legalitas, keberadaan Bandar udara di Buleleng sangat ditunggu oleh masyarakat Bali Utara, demi perkembangan pembangunan khususnya disektor pariwisata. Dari studi awal penentuan lokasi bandara dapat diketahui bahwa beberapa variabel aspek teknis yang dijadikan kriteria untuk memilih alternatif di 3 lokasi terpilih (Sumberkima, Sangsit, dan Kubutambahan) sebagian besar memenuhi standar-standar acuan Tatanan Kebandarudaraan. Namun, dalam persyaratan bebas halangan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), berdasarkan KepDirJen Departemen Perhubungan Udara no.:SKEP/110/VI/2000 ketiga alternatif lokasi tersebut jauh dari memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa walaupun sangat diharapkan masyarakat dan sudah ditetapkan dalam RTRW, ternyata tidak ada satupun lokasi yang cocok di Kabupaten Buleleng untuk dibangun sebuah bandara sekelas Bandara Ngurah Rai. Kata Kunci: Bandar Udara Buleleng, Lokasi Bandara

Page 8: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-8

POLA PERILAKU PERJALANAN DI WILAYAH PERKOTAAN

J.Dwijoko Ansusanto2, Achmad Munawar2, Sigit Priyanto3, Bambang Hari Wibisono4 1Mahasiswa Program Doktor, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Kampus UGM Bulaksumur

Yogyakarta, Telp. 0274-514074, email: [email protected] 2Guru Besar Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Kampus UGM Bulaksumur,

Yogyakarta, email: [email protected] 3Guru Besar Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Kampus UGM Bulaksumur,

Yogyakarta, email: [email protected] 4Guru Besar Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Kampus UGM Bulaksumur,

Yogyakarta, email: [email protected]

ABSTRAK Pada proses memodelkan transportasi di perkotaan, salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan adalah pola perilaku perjalanan. Karakteristik sosial budaya serta ekonomi masyarakat sangat berpengaruh terhadap pola perjalanan ini. Dengan diketahuinya pola perilaku perjalanan maka diharapkan dalam proses perencanaan transportasi akan diperoleh hasil yang tepat dan dapat mengakomodasi sebagian besar kebutuhan transportasi masyarakat, dan juga tidak terjadi ketimpangan antara penyediaan dengan kebutuhan. Di samping manfaatnya berkaitan dengan pemodelan transportasi diharapkan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu penentu dalam perencanaan wilayah perkotaan. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan berupa review literatur yang merupakan bagian dari penelitian utuh dalam perencanaan transportasi perkotaan. Hasil yang dicapai adalah pola dasar dari transportasi perkotaan yang mengarah kepada transportasi yang efisien. Efisiensi transportasi dinilai dari sisi tujuan transportasi dibanding dengan upaya maupun biaya yang dikeluarkan pelaku perjalanan. Kata kunci: pola perilaku perjalanan, transportasi perkotaan, efisiensi

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

Mareta Uci Kartika Indrawati1, Hera Widyastuti2 dan Wahju Herijanto3 1Mahasiswa Program Magister, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Surabaya, Indonesia, email: [email protected] 2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, email:

[email protected] 3Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, email:

[email protected] ABSTRAK

Sebagai angkutan transportasi yang cepat, angkutan udara sangat berperan di wilayah dengan aksesibilitas transportasi darat yang lemah, namun demikian transportasi udara juga dapat mendukung transportasi yang lain atau bahkan berkompetisi dengan angkutan yang lain jika memang demand berkehendak demikian, sehingga tidak menutup kemungkinan transportasi udara juga dibutuhkan di wilayah yang aksesibilitasnya baik. Pada dasarnya proses perencanaan transportasi memerlukan model untuk menganalisa sistem yang sudah ada maupun untuk dimasa mendatang. Oleh karena itu dalam studi ini akan dilakukan identifikasi asal dan tujuan penumpang pengguna transportasi udara untuk mendapatkan model sebaran pergerakan penumpang di Bandara Internasional Juanda saat ini sehingga dapat digunakan untuk meramalkan sebaran pergerakan penumpang dimasa yang akan datang.

Langkah awal dari studi ini ialah dengan mengidentifikasi asal dan tujuan penumpang domestik dan internasional di Bandara Internasional Juanda melalui Matriks Asal Tujuan (MAT) yang berdasarkan dari

Page 9: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-9

hasil pengolahan survai wawancara. Dari MAT tersebut dapat dibuat beberapa model trip distribution dengan analisa model gravity tanpa batasan (UCGR) dengan menggunakan tiga fungsi hambatan yaitu fungsi pangkat, fungsi eksponensial negatif dan fungsi Tanner. Dari hasil pemodelan tersebut dapat diketahui karakteristik asal dan tujuan penumpang di di Bandara Internasional Juanda

Dari hasil studi ini dapat diberikan masukan untuk merencanakan sarana dan prasarana transportasi udara yang sesuai dengan kebutuhan dimasa mendatang, yaitu model penerbangan domestik yang paling baik adalah Tij=5.44047E-30*Ei*Ej*Cij^7.1*exp (-0.01*Cij); dimana Ei dan Ej adalah parameter ekonomi (PDRB) zona asal dan tujuan. Sedangkan untuk penerbangan internasional adalah Tij=325.848* Pi*Pj*Cij^3.8737; dimana Pi dan Pj adalah parameter populasi zona asal dan tujuan. Kata kunci : Matriks Asal Tujuan, model gravity, trip distribution, Bandara Internasional Juanda.

ANALISA KINERJA RUAS JALAN CARUBAN-SARADAN DALAM MELAYANI

VOLUME LALU LINTAS SAAT LEBARAN Rofi Budi Hamduwibawa1, Pujo Priyono2 1 & 2 Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah, Jl. Karimata 49 Jember Kotak

Pos 104, Telp. (0331) 336728, E-mail: [email protected]. ABSTRAK

Lebaran hanyalah salah satu pemicu bagi terjadinya peningkatan aktifitas bagi lalu lintas orang dan barang. Tidak terkecuali bagi ruas jalan Caruban-Saradan, yang menghubungkan Surabaya dan Yogyakarta, dan merupakan akses jalur tengah lalu lintas di Pulau Jawa, pada saat arus puncak lebaran juga terkena macet. Kemacetan terjadi pada H+2 dan terparah terjadi pada H+3 seperti yang diinformasikan oleh media massa. Ruas jalan ini tidak diprediksikan untuk mengalami macet hingga sepanjang 15 km, sehingga penelitian ini lebih bersifat antisipatif terhadap kemungkinan terulangnya peristiwa yang sama kemudian hari. Namun, data sekunder yang tersedia hanyalah hasil survey penghitungan lalu lintas pada kondisi normal.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja ruas jalan Caruban-Saradan dengan menggunakan MKJI. Dikarenakan pada saat arus puncak mudik survey pencacahan jumlah kendaraan per jam tidak dilakukan pada ruas jalan Caruban-Saradan, maka jumlah kendaraan per jamnya diperkirakan berdasarkan data sekunder hasil survey kondisi normal tahun 2007 dengan menggunakan model Rejim Tunggal yang menggambarkan hubungan antara kecepatan-arus-kerapatan. Setelah perkiraan volume arus puncak lebaran 2007 diperoleh, maka data ini harus disesuaikan lagi terhadap perkiraan pertumbuhan arus puncak lebaran tiap tahun untuk memperoleh perkiraan volume arus puncak lebaran tahun 2010 dan 2015.

Berdasarkan hasil hubungan empiris antara kecepatan-arus-kerapatan yang terdapat dalam MKJI, volume arus puncak lebaran 2010 adalah 35000 kendaraan per hari. Dengan directional split 45-55 dan arus puncak lebaran 2010 berada pada arah Surabaya-Madiun, menghasilkan volume 1442 smp/jam kendaraan arah Surabaya-Madiun dan volume 1180 smp/jam kendaraan arah Madiun-Surabaya. Berdasarkan output KAJI diperoleh DS = 0,888, Derajat Iringan = 0,881, dan kecepatan aktual = 31,5 km/jam. Dengan cara yang sama, arus puncak lebaran 2015 diperkirakan 53000 kendaraan per hari, volume 2182 smp/jam kendaraan arah Surabaya-Madiun dan volume 1787 smp/jam kendaraan arah Madiun-Surabaya. DS = 1,344, Derajat Iringan = 0.974, dan kecepatan aktual kurang dari 25 km/jam. Kata Kunci: MKJI, Model Rejim Tunggal, perkiraan pertumbuhan volume

Page 10: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-10

ANALISA DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU)

JL. Raya Karanglo, Desa Banjararum, Kec.Singosari, Kabupaten Malang

Rukma Nur Patriya1, Aji Suraji2, dan Dian Kusumaningsih3. 1 Alumnus S2-Transportasi Universitas Brawijaya Malang, email: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Widyagama Malang, email: ajisuraji471 @yahoo.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Wisnuwardhana Malang, email: diankusuma_ub @yahoo.com ABSTRAK

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan fasilitas pendukung yang harus tersedia untuk menunjang pergerakan kendaraan bermotor. Berdasarkan hal ini maka direncanakan pembangunan SPBU yang berlokasi di Jl.Raya Banjararum, Kec.Singosari, Kabupaten Malang. Rencana keberadaan SPBU tersebut sudah pasti menimbulkan bangkitan dan tarikan pergerakan yang akan mempengaruhi kinerja jalan di sekitarnya. Permasalahannya adalah seberapa besar pengaruhnya ? Hasil kajian ANDALL menunjukkan bahwa ruas Jalan Raya Karanglo pada tahun 2010 (tahun kajian) akan mengalami kenaikan Derajat Kejenuhan (DS) sebesar 6,85% yakni dari 0,73 (tanpa SPBU) menjadi 0,78 (setelah SPBU dibangun). Dan pada tahun 2015, diprediksikan – DS -menjadi 1,10 apabila SPBU sudah beroperasi. Penyebab besarnya nilai DS bukan hanya karena rencana beroperasinya SPBU, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan arus lalu lintas, hambatan samping dan kondisi geometrik ruas jalan yang ada. Agar SPBU dapat beroperasi tanpa menimbulkan gangguan yang besar terhadap kondisi lalu lintas disekitarnya, maka diperlukan perbaikan lay out desain SPBU. Perbaikan desain yang direkomendasikan adalah: (1) melakukan perubahan lebar pintu masuk-keluar SPBU, (2) melakukan perubahan jarak antar pompa, (3) menyediakan ruang untuk antrian kendaraan yakni minimal panjang 36 meter, (4) melakukan pemasangan rambu lalu lintas yang sesuai dengan ketentuan, (5) memasang warning light (6) menyediakan petugas di pintu SPBU yang bertugas untuk mengatur masuk – keluar kendaraan di SPBU.

Kata Kunci : SPBU, bangkitan-tarikan, derajat kejenuhan, rekomendasi

REKAYASA PENCAMPURAN MATERIAL FOAMED ASPHALT UNTUK MENGHINDARI

KEGAGALAN PRODUKSI

Sri Sunarjono Pusat Studi Transportasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102 Phone 0271-717417 ext. 159 E-mail: [email protected]

ABSTRAK Foamed asphalt adalah bahan perkerasan jalan yang diproduksi dengan sistim dingin tanpa memanaskan agregat. Penggunaan material ini semakin populer karena terutama didorong oleh isu lingkungan, yaitu isu konservasi bahan bangunan, hemat energi, problem limbah, penggunaan bahan bakar, dan polusi. Namun demikian, karena karakteristik material ini unik dan sangat berbeda dengan material hot-mix, maka pekerjaan di lapangan berpotensi mengalami kegagalan bila kontraktor pelaksana kurang memahami proses produksinya. Artikel ini melaporkan hasil-hasil investigasi laboratorium dalam rangka mereduksi tingkat kegagalan produksi. Investigasi menggunakan bahan batu pecah limestone dan jenis aspal keras. Investigasi dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan bahan dan alat produksi, tahap proses pencampuran, tahap pemadatan, dan tahap curing. Alat produksi foamed bitumen yang digunakan adalah jenis Wirtgen WLB 10. Alat pencampur menggunakan jenis Hobart mixer dengan dua jenis agitator. Campuran dipadatkan dengan menggunakan Gyratory compactor untuk memproduksi benda uji berbentuk silinder berdiameter 100 mm. Sistem curing yang dikembangkan adalah dengan cara menyimpan benda uji ke dalam oven selama 3 hari pada suhu 40oC.

Page 11: Kumpulan Abstrak Seminar Nasional VII 2011 Bidang MRT.pdf

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kumpulan Abstrak Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi-11

Hasil investigasi memberikan rekomendasi penting bagi para kontraktor pelaksana di lapangan. Pada tahap persiapan harus memperhatikan seleksi properties binder, setting alat, dan perhitungan penambahan air agregat yang diperlukan. Pada tahap proses pencampuran, jenis mixer agitator, kecepatan pencampuran, dan waktu pencampuran yang diterapkan harus menjadi pertimbangan terkait dengan jenis binder dan iklim dimana material akan digunakan. Sedangkan pada tahap pemadatan, hal yang harus menjadi perhatian adalah desain kepadatan, gaya pemadatan yang digunakan, dan banyaknya putaran pemadatan yang diterapkan. Hubungan antara kadar air dan stiffness modulus campuran menjadi hal penting yang perlu diketahui pada tahap curing. Kata-kata kunci: Rekayasa pencampuran, foamed asphalt, kegagalan produksi

ANALISA TINGKAT KESESUAIAN DAN KESENJANGAN ANTARA KEPENTINGAN DAN PERSEPSI (KEPUASAN) DALAM RANGKA OPTIMALISASI

TERMINAL PENUMPANG TIPE A (STUDI KASUS TERMINAL KERTONEGORO KABUPATEN NGAWI)

Zainal Fanani 1), Wahju Herijanto 2), Sumino 3) 1)Mahasiswa Manajemen Aset, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

[email protected] 2)Dosen Pengajar Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 3)Dosen Pengajar Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia ABSTRAK

Terminal Kertonegoro dibangun tahun 2007 dan mulai dioperasikan sejak tahun 2009, namun pembangunan terminal belum memberikan hasil seperti yang direncanakan. Sampai saat ini terminal Kertonegoro dalam keadaan sepi baik penumpang ataupun kendaraan, serta banyak penumpang ataupun kendaraan umum yang berada di luar terminal. Dari data yang ada rata-rata jumlah bus AKAP/AKDP yang masuk 220 unit/hari, jumlah penumpang yang masuk 321 orang/hari. Demikian juga dengan fasilitas-fasilitas perekonomian di dalam terminal, hal ini terlihat dari 54 kios/toko yang tersedia, hanya 29 kios/toko (53%) yang terisi dan aktif beroperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi penyebab terminal Kertonegoro belum optimal berdasarkan analisa tingkat kesesuaian dan kesenjangan antara kepentingan dan persepsi/kepuasan pengguna terminal.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan quisioner kepada 143 orang penumpang dari populasi 321 orang, 122 orang pengemudi dari populasi 220 orang, 44 orang pedagang dari populasi 54 orang dan 8 orang yang dianggap ahli dari pengelola/instansi terkait. Dengan menggunakan analisa strategi model David (2008) untuk menyusun rumusan strategi dalam mengoptimalkan terminal Kertonegoro ditinjau dari aspek teknis, aspek ekonomi, aspek sosial lingkungan, aspek kelembagaan dan aspek kebijakannya.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat persepsi/kepuasan masih lebih rendah dari tingkat kepentingan pengguna terminal. Untuk responden penumpang rata-rata tingkat kepentingan 3,90, tingkat kepuasan 2,86, tingkat kesesuaian 73,41% dan nilai kesenjangan -1,04. Untuk responden pengemudi rata-rata tingkat kepentingan 4,0, tingkat kepuasan 3,22 dan tingkat kesesuaian 80,11% serta nilai kesenjangan -0,81. Untuk responden pedagang rata-rata tingkat kepentingan 4,05, tingkat kepuasan 3,13 dan tingkat kesesuaian 77,40% serta nilai kesenjangan -0,92. Dan untuk pengelola/instansi terkait rata-rata tingkat kepentingan 4,19, tingkat kepuasan 3,16 dan tingkat kesesuaian 75,85% serta nilai kesenjangan -1,03. Kata Kunci: Analisa Tingkat Kesesuaian dan Kesenjangan, Kabupaten Ngawi, Terminal

Kertonegoro.