Kuliah-Minggu-3
-
Upload
ramadan-adipratama -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
description
Transcript of Kuliah-Minggu-3
PENATAAN RUANG DAN PEMBENTUKAN WILAYAH
PENGELOLAAN HUTAN
Disusun oleh :
Tim Pengajar Manajemen Hutan
2011
Pengertian Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Azas penataan ruang
keterpaduan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas.
Struktur & Pola Ruang dalam RTRWUU No. 26/2007
Struktur Ruang : Sistem perkotaan nasional; Sistem jaringan transportasi nasional; Sistem jaringan energi nasional; Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan Sistem jaringan sumber daya air.
Pola Ruang : Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan Budidaya (psl 63 pp 26/2008)
Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan perikanan Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan peruntukan pemukiman dan atau Kawasan peruntukan lainnya
Tata Guna Kawasan Hutan dalam Pola Ruang
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
(HPT/ HP/HPK)
KAWASAN LINDUNG
KAWASAN BUDIDAYA (Kehutanan/ Pertambanga
n)
KPS, gambut tebal, resapan air, rawan
bencana, rawan geologi dll.
Kawasan Produksi
TATA GUNA KAWASAN HUTAN POLA RUANG
Hirarkhi Rencana Tata Ruang Rencana Umum Tata Ruang : Rencana Tata Ruang Nasional (RTRN) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK)
Rencana Rinci Tata Ruang : RTRN :
RTR Pulau/Kepulauan, Rencana Kawasan Strategis Nasional
RTRWP : RTR Kawasan Strategis Provinsi RTRWK :
RTR Kawasan Strategis Kabupaten RDTR Wilayah Kabupaten
Pola ruang kawasan hutan
Penatagunaan kawasan hutan (penetapan fungsi kawasan hutan) adalah bagian dari pola ruang.
Kawasan Lindung : HL , HK, KPS
Kawasan Budidaya : Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK), Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK)
KBK : HPT, HP, HPK
Review RTRW
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah (RTRN, RTRWP, RTRWK) adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana tata ruang wilayah tersebut dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Review RTRW yang berimplikasi pada perubahan peruntukan atau fungsi kawasan hutan memerlukan persetujuan Menteri Kehutanan.
Dasar Hukum Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
Pasal 19 UU No. 41/1999 Ayat 1 : Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
hutan ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu.
Ayat 2 : Perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
PP No. 10/2010
Pasal 2 : Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat dengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi, manfaat kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan, serta keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.
Pasal 3 : Lingkup pengaturan dalam peraturan pemerintah ini meliputi (a) perubahan peruntukan kawasan hutan; dan (b) perubahan fungsi kawasan hutan.
PP No. 10/2010
Pasal 6 : Perubahan peruntukan kawasan hutan dapat dilakukan (a) secara parsial; atau (b) untuk wilayah provinsi.
Pasal 29 : Perubahan peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat dilakukan pada: (a) hutan konservasi; (b) hutan lindung; atau (c) hutan produksi.
Pasal 45 : Perubahan fungsi kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat dilakukan pada kawasan hutan dengan fungsi pokok : (a) hutan konservasi; (b) hutan lindung; dan (c) hutan produksi.
Pasal 31 ayat (5) : Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), usulan perubahan peruntukan kawasan hutan berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan, wajib melaksanakan kajian lingkungan hidup strategis.
PP No. 10/2010 Terkait dengan Pasal 19 ayat 1 UU 41/1999 :
Pasal 48 ayat (1) : Perubahan peruntukan kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis merupakan perubahan peruntukan kawasan hutan yang menimbulkan pengaruh terhadap (a) kondisi biofisik atau (b) kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Pasal 48 ayat (2) : Perubahan yang menimbulkan pengaruh terhadap kondisi biofisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan perubahan yang mengakibatkan penurunan atau peningkatan kualitas iklim atau ekosistem dan/atau tata air.
UU 32/2009
UU 32/2009 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 10/2009 mengadopsi ketentuan dalam UU No. 32/2009
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis
KLHS : kajian pengaruh dari Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) terhadap lingkungan hidup
Dapat dilakukan sebelum, bersamaan, atau setelah KRP disusun.
Prosedur Perubahan Kawasan Hutan Dalam Rangka Revisi RTRWP
Gubernur membuat usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan
Menteri Kehutanan membentuk Tim Penelitian Terpadu yang terdiri dari otoritas ilmiah dan perwakilan instansi yang berkompeten.
Hasil Penelitian Terpadu dilaporkan kepada Menteri Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.
Jika perubahan peruntukan dipandang berdampak penting, memiliki cakupan luas, serta bernilai strategis, maka perlu persetujuan DPR-RI (Komisi IV).
Setelah mendapatkan persetujuan DPR-RI, Menteri Kehutanan dapat menetapkan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan.
Perubahan kawasan hutan dituangkan dalam Perda RTRWP.
Ranperda RTRW
UU 26/2007Tidak ada Perubahan Kawasan
Ada Perubahan Kawasan
UU 41/1999
Menteri Kehutanan
DPR RI
Menteri Kehutanan
Persetujuan
Substansi Kehutana
n
Persetujuan
Hasil Penelitian Terpadu
ALUR PROSES PERUBAHAN KAWASAN HUTAN
Gubernur
Tim Terpadu
Keputusan Menteri
Kehutanan
AnalisisTim Terpadu
PerubahanPeruntukan
Perubahan Fungsi
Persetujuan DPR RI
PERUBAHAN PERUNTUKAN YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN DPR
Berdampak penting, bernilai strategis, dan cakupan luas
YES
NO
LANDASAN HUKUM
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
PP No. 3 Tahun 2008 tentang perubahan atas PP No. 6 Tahun 2007
20
Pengurusan & Pengelolaan Hutan
PENGURUSAN HUTAN PENGELOLAAN HUTAN1. Perencanaan
kehutanan2. Pengelolaan hutan3. Litbang, Diklat,
Penyuluhan4. Pengawasan
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
2. Pemanfaatan hutan 3. Penggunaan kawasan
hutan4. Rehabilitasi dan
reklamasi hutan5. Perlindungan hutan dan
konservasi alam 21
PEMBENTUKAN WILAYAH PENGELOLAAN HUTAN
Wilayah Pengelolaan Hutan :
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
Tingkat Unit Pengelolaan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
KPH : wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
Idealnya, seluruh kawasan hutan terbagi habis dalam KPH
22
KESATUAN PENGELOLAAN HUTANPP No. 6/2007
KPH : wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
KPH menurut fungsi utamanya :
a. KPH Konservasi (KPHK)
b. KPH Lindung (KPHL)
c. KPH Produksi (KPHP)
Dalam satu KPH dapat terdiri dari lebih satu fungsi hutan, penamaannya tergantung fungsi yg dominan.
23
KPH ? Kesatuan Pengelolaan Hutan terkecil yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari
24
Kesatuan
Pengelolaan
Terkecil
Efisien
Lestari
Unit / Sistem
5 Kegiatan
Luas sesuai tujuan organisasi
Input/Output (Rasio Finansial :IRR dsb.), cost effectiveness
Standing Stock Tegakan baik
(Penjelasan Pasal 17 UU No 41 Th 1999)
25
H. D
esa
IUPHHK HA
IUPHHK HTI
HTR
HTR
HTR
CA
H. Desa
Kemitraan
Kemitraan
HKmHKm
Wil Ttt
Pemberdayaan:- Hutan Desa- HKm- Kemitraan
Pemanfaatan - IUPK
- IUPJL - IUPHHK - IUPHHBK - IPHHK - IPHHBK
Gambaran Spasial Wilayah Kelola KPH
Gerhan
IUPK
Tambang
HL
HL
HKm
Konservasi
Penggunaan
HTR
Rehabilitasi
Kewenangan Pengelolaan KPH
Penjelasan Ps 21 UU 41 Th 1999 dan PP 6/2007Pengelolaan hutan pada dasarnya menjadi kewenangan Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah, yang dalam kondisi tertentu dapat dilimpahkan kepada BUMN
26
Prakondisi Pembangunan KPH (PP 44 Th 2004)
1. Pembentukan unit wilayah pengelolaan hutan (KPH) (Pasal 29, 30,dan 31) Rancang Bangun KPH
2. Pembentukan institusi/kelembagaan pengelola KPH (Pasal 32) Organisasi dan Regulasi KPH
3. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan pada KPH (Pasal 37) Penataan Areal Kerja dan Perencanaan Pengelolaan Hutan KPH
27
28
Institusi pengelola
Wilayah Pengelolaan
Provinsi
Wilayah PengelolaanKabupaten
IUPHHK &Ijin Lain
1. Tata hutan & RP2. Pemanfaatan3. Penggunaan4. Rehabilitasi5. Perlindungan & Konservasi
Hirarki Wilayah Pengelolaan
Unit Pengelolaan
1. Perencanaan Kehutanan2. Pengelolaan3. Litbang, Diklat Luh4. Pengawasan
Pengurusan
Pengelolaan
POAC
Pengertian dan Posisi KPH, serta Pelimpahan Wewenang Pengelolaan :
Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disingkat KPH, adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
Kepala KPH adalah pimpinan, pemegang kewenangan dan penanggung jawab pengelolaan hutan di dalam wilayah yang dikelolanya.
Seluruh kawasan hutan terbagi dalam KPH, yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Pemerintah dapat melimpahkan penyelenggaraan pengelolaan hutan kepada BUMN bidang kehutanan.
Direksi BUMN yang mendapat pelimpahan membentuk organisasi KPH dan menunjuk kepala KPH.
Penyelenggaran pengelolaan hutan oleh BUMN, tidak termasuk kewenangan Publik.
29
Tupoksi Organisasi KPH Pasal 9 PP No. 6/2007
Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi : tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan perlindungan hutan dan konservasi alam;
Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan;
Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian;
Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya;
Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan.
30
Kewenangan Publik KPHPenjelasan Pasal 4 ayat 3 PP 6/2007
Penunjukan dan penetapan kawasan hutan; Pengukuhan kawasan hutan; Pinjam pakai kawasan hutan; Tukar menukar kawasan hutan; Perubahan status dan fungsi kawasan hutan; Proses dan pembuatan berita acara tukar menukar, pinjam
pakai kawasan hutan; Pemberian izin pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga atas
pengelolaan hutan yang ada di wilayah kerjanya; Kegiatan yang berkaitan dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Kehutanan.
31
Kasus di Perum Perhutani
KPH di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (unit penguasaan kawasan, bukan unit pengelolaan hutan spt yang dimaksud pada PP 6/2007).
Kesatuan Pengelolaan Hutan menurut pengertian PP 6/2007 ada pada posisi Unit.
Jabatan ADM/KKPH :
ADM pelaksana kegiatan pemanfaatan hutan.
KKPH pelaksana kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan, serta konservasi alam.
32