Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

10

Click here to load reader

Transcript of Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Page 1: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Kuliah ke-3Perencanaan Pendidikan dalam

Konteks Desentralisasi PembangunanKonteks Desentralisasi Pembangunan

Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd.(L kt K l Ad i i t i P didik FIP UPI)

Materi Perkuliahan Perencanaan Pendidikan“Program S2 Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh NAD”

(Lektor Kepala, Administrasi Pendidikan FIP-UPI)

29/09/2010 email: [email protected] 1

(Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011)

Page 2: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Dasar pelaksanaan otonomi daerah 

1. Bahwa sistem ketatanegaraan Indonesia tidak menganut paham sentralisme, tetapi membagi daerah Indonesia ke dalam katagori daerah besar dan kecil yang akan diatur dengan undang‐undang.;

2. Pengaturan dalam UU tersebut harus berlandaskan pada permusyawaratan dalam sistem g p p ypemerintahan negara, dan mempertimbangkan hak‐hak, asal‐usul dalam daerah‐daerah yang bersifat istimewa.;

3. Daerah besar dan kecil bukan merupakan ‘negara bagian’, melainkan daerah yang tidak terpisahkan dan dibentuk dalam kerangka yang tidak terpisahkan serta dalam kerangka “negara kesatuan”dan dibentuk dalam kerangka yang tidak terpisahkan, serta dalam kerangka  negara kesatuan  (eenheidstaat);

4. Corak daerah besar dan kecil itu ada yang bersifat ‘otonom’ (streek en locale rechtsgemeenschappen),dan ada yang bersifat daerah administrasi belaka.;

5. Sebagai konsekuensi daerah yang bersifat otonom, akan dibentuk Badan Perwakilan Daerah (BPD) karena di daerah pun pemerintahan akan bersendikan atas azas permusyawaratan;

6. Daerah yang hak‐hak asal‐usul yang bersifat istimewa adalah ‘swapraja’ (zelfbesturende landschappen) dan ‘desa’ atau nama lain semacam itu yang disebut volksgemeenchappen;landschappen), dan  desa  atau nama lain semacam itu yang disebut volksgemeenchappen;

7. Negara Republik Indonesia akan menghormati kedudukan daerah‐daerah yang mempunyai hak‐hak asal‐usul yang bersifat istimewa;

8. Btas‐batas, isi dan luas otonomi yang diberikan kepada daerah, kebijakan dasarnya merujuk kepada prinsip‐prinsip yang terkandung dalam alinea pertama penjelasan pasal 18 kitab UUD/1945.

29/09/2010 email: [email protected] 2

Page 3: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Prinsip‐prinsip otonomi daerah• Otonomi seluas‐luasnya. Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan 

pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah. Di samping itu, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat;pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat;

• Otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Nyata dalam arti prinsip untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar benar sejalanBertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar‐benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

• Keserasian hubungan. Bahwa otonomi yang dilaksanakan harus mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Di samping itu, keserasian hubungan antar daerah tersebut harus serasi pula dengan Pemerintah dalam memelihara dan menjaga keutuhan wilayah NKRI;

• Pemerintah wajib memberikan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam j p y g p p p ppenelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan, melalu penetapan standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Karena itu, Pemerintah wajib pula memberikan fasilitasi yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan g p g pefektif sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

29/09/2010 email: [email protected] 3

Page 4: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Karakteristik Otonomi Pemerintahan Daerah

1. Sebutan Undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, menunjukkan bahwa kebijakan tersebut bukan hanya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berazas desentralisasi, tetapi mengatur juga tentang penyelenggaraan pemerintah yang berazas dekonsentrasi.berazas dekonsentrasi.

2. Istilah otonomi daerah diartikan sebagai penyerahan urusan yang bersifat hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti pemerintahan daerah.

3. Prinsip yang dianut, diistilahkan sebagai otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dalam arti lebih ditekankan pada kewajiban daripada hak.

4. Titik berat otonomi daerah pada daerah kabupaten/kota, tidak konsisten karena daerah tingkat provinsi disebut juga sebagai daerah otonom.g p j g g

5. Penyelenggaraan pemerintahan, menganut strong executive system dalam arti masih dominannya kekuasaan kepala daerah otonom yang merangkap sebagai kepala wilayah yang dapat mengontrol peranan DPRD.

6 H b hi hi t i t h t D ti I d D ti II di b k d l t t l6. Hubungan hirarhis antara pemerintah pusat, Dati I dan Dati II, digambarkan dalam structural efficiancy model melalui jalur kepala wilayah.

7. Pembiayaan pemerintahan berorientasi pada model functions follow money yang dijatah oleh pemerintah pusat melalui subsidi daerah otonom (SDO) dan instruksi presiden (Inpres).p p ( ) p ( p )

29/09/2010 email: [email protected] 4

Page 5: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Tingkatan daerah otonom

PEMERINTAH Bab I, pasal 1 ayat (1):Presiden Republik Indonesia

DAERAH PROVINSI .Bab I, pasal 1 ayat (3) dan (4) dan pasal 3:Gubernur, DPRD dan Perangkat Daerah

DAERAH

KABUPATEN/ KOTA

Bab I, pasal 1 ayat (3) dan (4) dan pasal 3:Gubernur, DPRD dan Perangkat Daerah

Bab I pasal 12, Bab XI pasal 200 dan 202:Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Perangkat desa

DESA

29/09/2010 email: [email protected] 5

Perangkat desa

Page 6: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Role Sharing Pusat dgn Daerah

PEMERINTAHHubungan Administrasi dan Kewilayahan

Pembinaan &  pembantuan

PUSAT PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

PEMERINTAH DAERAHKAB/KOTA

DESA

Dekonsentrasi & Administrasi, 

pembinaan dan

dan Kewilayahan

Administrasi dan 

DAERAH  PROVINSI

CAMAT

pembinaan dan fasilitasi

Koordinasi, kerjasama,& Kemitraan

Kewilayahan

Administrasi, pembinaan, fasilitasi & pembantuan(operasional)(operasional)

Administrasi, pembinaan, fasilitasi & pembantuan

29/09/2010 email: [email protected] 6

PROPINSIPEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Page 7: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Arah Perubahan Paradigma Pembangunan Pendidikan(J l l d S i di 2001 5)(Jalal dan Supriadi, 2001:5)

P di l P di bParadigma lama Paradigma baru

Sentralistik

Kebijakan yang top down

Desentralistik

Kebijakan yang bottom upKebijakan yang top down

Orientasi pengembangan parsial: pendidikan untuk pertumbuhan ekonomi

Kebijakan yang bottom up

Orientasi pengembangan holistik: pendidikan untuk pengembangan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budayapertumbuhan ekonomi, 

stabilitas politik, dan teknologi perakitan

Peran pemerintah sangat

bersatu dalam kemajemukan budaya, menunjang tinggi nilai moral, kemanusiaan dan agama, kesadaran hukum;

Meningkatnya peran serta masyarakat secaraPeran pemerintah sangat dominan

Lemahnya peran institusi nonsekolah

Meningkatnya peran serta masyarakat secara kualitatif dan kuantitatif

Pemberdayaan institusi masyarakat:keluarga, LSM pesantren dan dunia usaha

29/09/2010 email: [email protected] 7

nonsekolah LSM, pesantren, dan dunia usaha.

Page 8: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Ruang Lingkup Desentralisasi Manajemen Pendidikan

Perundang‐ Pengembangan gundangan Pendidikan

g gTenaga 

Kependidikan

Struktur & Kelembagaan P didik

DesentralisasiManajemenP didik

Pembiayaan Proses Pendidikan

Pendidikan Pendidikan

P b S d PPengembangan Kurikulum  Pendidikan

Saran dan Prasarana Pendidikan

29/09/2010 email: [email protected] 8

Page 9: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

No Aspek Paradigma Pendidikan Birokratis Hirarkis Paradigma Pendidikan Demokratis

1 Perencanaan Top‐down Buttom‐upp p

2 Pelaksanaan Didasarkan instruksi‐petunjuk Didasarkan atas profe‐sionalitas

3 Standar Output dan proses: Nasional‐makro Output Nas. Makro, Proses lokal Mikro

4 Target Nasional‐makro Level sekolah‐wilayah terbatasg y

5 Pemahaman tujuan‐target

Didasarkan atas pedoman dari pusat Didasarkan atas kon‐disi sekolah

6 Sistem insentif Seragam dan kepatuhan Sistem prestasi

7 Umpan balik orang tua Tidak diperlukan, kecuali bagi peserta didik  Diperlukan secara ter‐aturyang ber‐masalah

8 Orientasi Pengembangan intelektual (NEM) Pengembangan  aspek inteletual, personal dan sosial

9 Persepsi terhadap input Masukan peserta didik diperlukan sebagai i t t k h il khi

Masukan peserta di‐dik bukan merupakan i t l i k kliraw input yang menentukan hasil akhir raw input, melainkan klien yang 

memerlukan pela‐yanan jasa sekolah10 Evaluasi Dilaksanakan pada titik‐titik waktu tertentu 

dan bersifat seragamDilaksanakan sepan‐jang waktu dengan menekankan kebutu‐han sekolah

11 Kontrol sekolah Oleh atasan Oleh orang tua peserta didik dan11 Kontrol sekolah Oleh atasan Oleh orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar

12 Pengambilan keputusan Ada ditangan kepsek dengan perkenan atasan

Rapat guru, orang tua peserta didik dan Kepsek

13 Peran  orang tua siswa  Terbatas menyediakan dana Terlibat dalam seluruh proses pendidikan, 

29/09/2010 email: [email protected] 9

dan masyarakat ke‐cuali menentukan nilai

Page 10: Kuliah ke 3 (perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan)

Tugas‐tugas!Bahan diskusi kelompok:• Jelaskan kembali apa yang dimaksud dalam istilah: otonomi, 

desentralisasi dan sentralisasi dalam sistem pemerintahan dan temukandesentralisasi dan sentralisasi dalam sistem pemerintahan dan temukanbentuk‐bentuk dari setiap istilah tersebut dalam sistem manajemen!

• Coba pelajari kembali sistem pemerintahan menurut peraturan danperundang‐undangan dan temukan urgensi dan batas‐batasperundang undangan, dan temukan urgensi dan batas bataskewenangan setiap tingkatan pemerintahan!

• Khusus dalam manajemen pembangunan pendidikan, kewenangan apayang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan diyang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan dibawahnya, dan bagaimana mekanisme sistem manajemennya?

• Setelah sepuluh tahun otonomi pemerintahan di daerah, cobadeskripsikan analisis dan tafsirkan bagaimana proses pembangunandeskripsikan, analisis, dan tafsirkan bagaimana proses pembangunanpendidikan di daerah, apakah dapat dicapai seperti apa yang telahdirencanakan sebelum pelaksanaan kebijakan desentralisasipembangunan pendidikan?p g p

29/09/2010 email: [email protected] 10