KUIS FIX

19
SOAL : 1. Ceritakan dan gambarkan sejarah stratigraphy cekungan sumatera utara, cekungan sumatera tengah, dan cekungan sumatera selatan? Gambar 1.1 Struktur regional

description

KUIS

Transcript of KUIS FIX

SOAL :

1. Ceritakan dan gambarkan sejarah stratigraphy cekungan sumatera utara, cekungan sumatera tengah, dan cekungan sumatera selatan?

Gambar 1.1 Struktur regional cekungan sumatera

Gambar 1.2 Stratigrafi cekungan belakang sumatera

Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Utara

Gambar 1.3. stratigraphy nomenclature of north sumatera basin ( Caughey and wahyudi, 1993)

Secara umum, stratigrafi pada cekungan Sumatera Utara dibagi menjadi dua

bagian, yaitu endapan sedimen saat pemekaran cekungan dan endapan yang

tersedimentasi pasca pemekaran cekungan. Pada awal pengisian cekungan, diendapkan

sedimen klastik awal pembentukan cekungan tarikan, berupa klastik kasar batupasir dan

konglomerat. Kelompok sedimen ini dikenal sebagai formasi Prapat atau disebut juga

formasi Bruksah. Formasi Prapat yang diendapkan sebagai endapan kipas aluvial secara

berangsur berubah menjadi endapan aluvial di sebelah timurnya, menindih secara tidak

selaras atau sebelum terbentuknya formasi parapat adanya proses pengangkatan

(tektonik) sehinnga endapan tampur yang tebentuk terlebih dahulu semakin menipis

adanya sebuah proses yang disebut hiatus. Formasi Tampur yang berumur Eosen

Dengan litologi dolomit dan batu gamping dapat membuktikan bahwa pada waktu eosen

proses marine sangat aktif terendapkan, formasi Tampur ini sangat bagus sebagai

reservoir.

Formasi Bampo

Setelah terbentuknya formasi Bruksah yang kehadirannya sebagai aluvial fan, pada

waktu yang lebih muda lagi yaitu Oligosen sampai Miosen bawah terbentuklah Formasi

Bampo yang dicirikan oleh, litologi batulempung hitam atau batulumpur, tidak

mengandung mikrofosil plankton. Lingkungan pengendapan di perkirakan dari lakustrin

hingga deltaik (inner sublitoral). Formasi ini dapat menjadi source rock

Formasi Belumai

Formasi Belumai dicirikan oleh batupasir karbonatan, batugamping klastik yang

menunjukkan berkembangnya fasies marine dalam kondisi transgresif. Formasi

Belumai ini berkembang di bagian selatan dan timur cekungan sedang di utara

berkembang dengan litologi batupasir. Umur formasi Belumai adalah Miosen bawah

hingga awal Miosen tengah . formasi ini layak sebagai sebuah reservoir yang baik dan

source rock berasal dari formasi Bampo.

Formasi Baong

Formasi Baong dicirikan oleh berkembangnya serpih lingkungan laut dengan

perselingan batupasir. Formasi ini dibagi menjadi tiga. (a). Anggota Formasi Baong

bagian bawah, (b). Anggota bagian tengah dicirikan oleh dominasi batupasir (Middle

Baong Sand), dan (c). Anggota Formasi Baong bagian atas dicirikan oleh Serpih.

Lingkungan Pengendapan formasi ini dibangun oleh lebih dari sekali siklus genang laut

yang kemudian air laut menjadi susut pada saat pengendapan bagian atas formasi

sebagai akibat pengangkatan Pegunungan Barisan. Formasi Baong menjadi sebuah

reservoir.

Formasi Keutapang

Formasi Keutapang umumnya dicirikan oleh batupasir regresif. Proses regresi berjalan

terus Sejak akhir pengendapan Formasi Baong sehingga lingkungan laut menjadi lebih

dangkal dan bahkan menjadi lingkungan deltaik dengan perubahan fasies yang tinggi.

Lingkungan delta semakin dominan pada umur pengendapan Formasi Keutapang.

Sumber material pengendapan di kawasan Dalaman Tamiang berasal dari Bukit

Barisan. Umur Formasi Keutapang adalah Miosen akhir hingga Paleosen awal.

Formasi Seureula

Formasi ini dicirikan oleh selang-seling batupasir, batulempung dan serpih,

menunjukkan umur Paleosen Bawah . Banyak foraminifera planktonik dan bentonik

mengindikasikan lingkungan pengendapan Neritik Tengah. Di bagian atas khususnya,

lingkungan menjadi dangkal yakni Neritik Tengah hingga Transisi.

Formasi Juleu Rayeu

Formasi ini dicirikan oleh batupasir dengan selingan batulempung atau serpih.

Lingkungan pengendapan adalah laut dangkal sampai pasang surut. Di beberapa tempat

ditemukan konglomerat dan batubara tipis. Umur Formasi Juleu Rayeu adalah Paleosen

Atas.

Stratigraphy Cekungan Sumatera Tengah

Gambar 1.4 Stratigraphy nomenclature of Central Sumatra Basin ( Wain and Jackson, 1995 )

Fase Pertama, yang merupakan fase deformasi pada zaman pre Eosen ( 345

– 65 jtyl )

fase ini merupakan pembentukan batuan dasar yang berarah utara – selatan, barat laut –

tenggara, dan timur laut – barat daya ( Heindrick & Aulia, 1993 ). Pembentukan

tersebut terjadi ketika lempeng benua sunda terbentuk dari lempeng – lempeg kecil

Mergui, Malaka, Mutus.

Fase kedua, merupakan fase rifting pada zaman Oligosen (50 – 26 jtyl)

Fase ini terjadi karena tumbukan lempeng samudra hindia tehadap lempeng benua

Eurasia yang mebentuk suatu sistem rekahan transtendensional yang memanjang kearah

selatan mulai dari China bagian selatan ke Thailand, Malaysia, Sumatra hingga

kalimantan selatan ( Heindrick & Aulia, 1993). Tumbukan ini membentuk serangkaian

struktur half graben di cekungan sumatera tengah yang kemudian menjadi tempat

diendapkannya Formasi Pematang. Pada akhir fase ini terjadi pembalikan struktur yang

lemah dan pembentukan peneplain ( morfologi yang hampir rata), hasil dri erosi berupa

paleosol yang diendapkan diatas formasi Upper Red Bed. Formasi Pematang merupakan

sedimen tertua yang diendapkan di cekungan sumatera tengah dan berumur Eosen-

Oigosen, endapan ini mengisi half graben, pull appart rift dan graben yang terbentuk

pada fase ini.

Fase  ketiga  (F2),  yang  merupakan  fase  sagging  dan  transtensi  pada

zaman Miosen awal – Miosen tengah (26 – 13 jtyl)

Fase ketiga ini terjadi menjadi dua, yaitu fase awal yang merupakan fase sagging dan

fase akhir yang merupakan fase transtensi. Pada fase awal proses tektonik yang terjadi

berupa sag basin, ketika terjadi penurunan cekungan regional yang memperbesar

highstand dan transgresi yang dimulai dengan pengendapan Formasi Sihapas,

Kemudian terbentuk sesar – sesar normal minor yang berhubungan dengan tahap akhir

rifing yang memotong formasi Menggala dan Bekasap. Pada fase akhir terbentuk sesar

mendatar dextral (kanan), berarah utara selatan yang merupakan reaktivasi sesar

pembentuk graben, dan juga tebentuk sesar baru sepanjang batas batuan dasar yang

berarah utara selatan. Struktur – struktur yang berkembang disepanjang mendatar ini

merupakan sesar tumbuh dan kombinasi dari pull appart graben, half – graben, lipatan,

sturktur bunga positif dan negatif, sesar listik dan sesar normal – domino. Lipatan –

lipatan yang terbentuk sepanjang sesar utara – selatan ini mempumyai klosur yang lebih

kecil berarah baratlaut-tenggara dan tersusun membentuk en-chelon. Pengendapan

Formasi Sihapas berakhir pada masa Miosen Tengah dengan pengendapan transgresive

marine.

Fase Keempat (F3), merupakan fase kompresi pada zaman Miosen Akhir

sampai sekarang ( 13 jtyl – sekarang)

Fase ketiga berakhirnya pengendapan Formasi Telisa yang mengalami transgresiv

marine dan mulai diendapkannya Formasi Petani pada Kala Miosen Tengah –

Pleistosen. Pengendapn Formasi Petani merupakan akhir dan fase panjang transgresi

dan awal dari fase regresi di Cekungan Sumatera Tengah. Formasi alluvial Minas

kemudian diendapkan di atas Formasi Petani dengan kontak ketidakselaran dan

berlangsung sampai sekarang

C. Stratigraphy Regional Cekungan Sumatera Selatan

Gambar 1.5 Stratigraphy nomenclature of south sumatra basin

Cekungan Sumatera Selatan dan Cekungan Sumatera Tengah mempunyai sejarah

pembentukan yang sama dimana kedua cekungan tersebut merupakan suatu cekungan

back-arc basin. Perkembangan dan pembentukan cekungan Sumatra Selatan

dipengaruhi oleh tiga fasa tektonik utama : Fasa Rifting, Fasa Sagging dan Fasa

Kompresi.

Fasa Rifting ( Paleogene)

Fasa ini dimulai dengan adanya subduksi miring Lempeng Samudra Hindia terhadap

Lempeng Benua Asia (Sunda Land) pada masa Pre-Tersier (Jura Akhir-Kapur Awal),

dengan arah konvergensi N 30 W sebagai fasa kompresi. Gerak penujaman miring ini

membentuk sesar geser Jura Akhir dan sesar geser Kapur Awal yang diduga

berkembang sebagai Sesar Geser Musi dan Sesar Geser Lematang.

Fasa Sagging ( Oligocene Akhir – Miocene Akhir )

Fasa ini diduga terbentuk karena proses penyeimbangan-penyeimbangan isostatis yang

menghasilkan depresi – depresi dangkal yang selanjutnya merubah cekungan Sumatera

Selatan menjadi bersifat “back arc”.

Dari Oligosen Akhir sampai Miosen, di seluruh cekungan terjadi penurunan

(subsidensi) yang meluas.Penurunan ini bergabung dengan perubahan “eustatic sea

level” mengubah fasies sedimentasi dari yang bersifat darat/lacustrine menjadi laut

dangkal (Formasi Upper Talang Akar/TRM, Batu Raja).Selanjutnya terendapkan

Formasi Gumai dan Air Benakat pada lingkungan laut yang lebih dalam

Fasa Kompresi (Plio – Pleistocene)

Pada akhir Miocene – Pliocene, cekungan Sumatra Selatan mengalami peningkatan

tektonik sebagai akibat tumbukan konvergensi lempeng Samudra Hindia dengan

lempeng “Sunda Land”. Tektonik kompresi ini mengangkat Bukit Barisan dan menjadi

“source sedimen” baru di bagian barat cekungan.Fasa tektonik kompresi ini sangat

penting di dalam industri perminyakan, karena struktur-struktur yang terbentuk pada

perioda ini banyak menghasilkan struktur-struktur cebakan minyak bumi.Cebakan-

cebakan yang terbentuk bukan hanya terbatas pada sedimen-sedimen berumur Miosen

Tengah dan Akhir, tetapi juga memperbesar cebakan-cebakan terdahulu (Pre-Early

Miocene)

Pada cekungan sumatra selatan maka dapat digambarkan proses geologi yang

berlangsung adalah :

a. Formasi Lahat (LAF)

Formasi ini terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar, yang terdiri atas lapisan-

lapisan tipis tuf andesitik yang secara berangsur berubah keatas menjadi batu lempung

tufaan.Selain itu breksi andesit berselingan dengan lava andesit, yang terdapat dibagian

bawah.Formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat, batulempung, batupasir tufaan,

konglomeratan dan breksi yang berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal.Ketebalan

dan litologi sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya karena bentuk

cekungan yang tidak teratur.

b. Formasi Talang Akar (TAF)

Formasi Talang akar dibeberapa tempat bersentuhan langsung secara tidak selaras

dengan batuan Pra Tersier. Formasi ini dibeberapa tempat menindih selaras Formasi

Lahat, hubungan itu disebut rumpang stratigrafi, ia juga menafsirkan hubungan

stratigrafi diantara kedua formasi tersebut selaras terutama dibagian tengahnya, ini

diperoleh dari data pemboran sumur Limau yang terletak disebelah Barat Daya Kota

Prabumulih (Pertamina, 2012), Formasi Talang Akar terdiri atas batupasir, yang

mengandung kuarsa dan ukuran butirnya pada bagian bawah kasar dan semakin atas

semakin halus. Pada bagian teratas batupasir ini berubah menjadi batupasir

konglomeratan atau breksian.Batupasir berwarna putih sampai coklat keabuan dan

mengandung mika, terkadang terdapat selang-seling batulempung coklat dengan

batubara, pada anggota ini terdapat sisa-sisa tumbuhan dan batubara, ketebalannya

antara 40 – 830 meter.Sedimen-sedimen ini merupakan endapan fluviatil sampai

delta.Formasi ini berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Ketebalan formasi ini

pada bagian selatan cekungan mencapai 460 – 610 meter, sedangkan pada bagian utara

cekungan mempunyai ketebalan kurang lebih 300 meter.

c. Formasi Baturaja (BRF)

Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar. Terdiri dari

batugamping terumbu dan batupasir gampingan.Di gunung Gumai tersingkap dari

bawah keatas berturut-turut napal tufaan, lapisan batugamping koral, batupasir napalan

kelabu putih.Ketebalannya antara 19 - 150 meter dan berumur Miosen

Awal.Lingkungan Pengendapannya adalah laut dangkal.

d. Formasi Gumai (GUF)

Formasi Gumai ini terdiri atas napal tufaan berwarna kelabu cerah sampai kelabu

gelap.Kadang-kadang terdapat lapisan-lapisan batupasir glaukonit yang keras, tuff,

breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis batugamping.Umur dari formasi ini adalah

Awal Miosen Tengah (Tf2) (Van Bemmelen, 1949).

e. Formasi Air Benakat (ABF)

Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen.Litologinya terdiri atas batupasir

tufaan, sedikit atau banyak lempung tufaan yang berselang-seling dengan batugamping

napalan atau batupasirnya semakin keatas semakin berkurang kandungan

glaukonitnya.Ketebalan formasi ini berkisar 250 – 1550 meter. Lokasi tipe formasi ini

terletak diantara Air Benakat dan Air Benakat Kecil (kurang lebih 40 km sebelah utara-

baratlaut Muara Enim (Lembar Lahat).

f. Formasi Muara Enim (MEF)

Formasi ini terdiri atas batulempung dan batupasir coklat sampai coklat kelabu,

batupasir berukuran halus sampai sedang. Didaerah Palembang terdapat juga lapisan

batubara.Juga terdapat batulempung pasiran dan batulempung tufaan yang berwarna

biru hijau, beberapa lapisan batubara berwarna merah-tua gelap, batupasir kasar halus

berwarna putih sampai kelabu terang. Ketebalan formasi ini sekitar 450 -750 meter.

g. Formasi Kasai (KAF)

Formasi ini mengakhiri siklus susut laut. Pada bagian bawah terdiri atas batupasir tufan

dengan beberapa selingan batulempung tufaan, kemudian terdapat konglomerat selang-

seling lapisan-lapisan batulempung tufaan dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas

terdapat lapisan tuf batuapung yang mengandung sisa tumbuhan dan kayu terkersikkan

berstruktur sediment silang siur, lignit terdapat sebagai lensa-lensa dalam batupasir dan

batulempung

2. Kenapa di cekungan sumatera tengah, tidak ada terdapat facies carbonat seperti halnya di cekungan sumatera utara dan cekungan selatan?

Jawab :

Gambar 1.6 Tectonic Stratigraphy ( Pertamina & BPPKA, 2000)

Gambar 1.7. structural Framework central sumatra basin ( Pertamina & Beicip,1985)

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sebenarnya fasies karbonat

bukannya tidak ada tetapi keberadaanya di central sumatra basin sangat sedikit kenapa

hal ini dapat terjadi karena tektonik yang bekerja di central sumara basin aktif yaitu

adanya pengankatan dan terjadinya eksposan sedimen atas terangkatnya central sumatra

basin dan juga keberadaan central sumatra basin dulunya pada sebuah ketingian

sehinnga proses marine sangat sulit terjadi untuk mengendapkan fasies karbonat. Tetapi

pada Kala Miosen Tengah terjadi suatu proses transgresiv marine pada formasi Telisa

tetapi setelah proses tersebut proses regresif terjadi pada formasi Petani dan Minas dan

terjadi kembali pengendapan seperti semula dan tidak terbentuk proses marine.

Sehinnga di Central Sumatra Basin banyak ditemukan endapan danau yaitu formasi

Sihapas (Formasi Bekasap)

3. Apa maksud istilah ruang dan waktu dalam definisi stratigraphy?

Jawab:

maksud dari istilah tersebut adalah :Bab 8

Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau diendapkan

pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan sedimen: Darat

(Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut

(Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal, atau Hadal)

Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan biasanya

berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi Rajamandala

terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi Bayah terbentuk pada kala

Eosen Akhir.

“KUIS STRATIGRAFI INDONESIA”

D

I

B

U

A

T

OLEH :

NAMA : DAVID ISKANDAR SIBURIAN

NIM : 12307046

JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI