KUIS FIX
-
Upload
david-siburian -
Category
Documents
-
view
218 -
download
3
description
Transcript of KUIS FIX
SOAL :
1. Ceritakan dan gambarkan sejarah stratigraphy cekungan sumatera utara, cekungan sumatera tengah, dan cekungan sumatera selatan?
Gambar 1.1 Struktur regional cekungan sumatera
Gambar 1.2 Stratigrafi cekungan belakang sumatera
Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Utara
Gambar 1.3. stratigraphy nomenclature of north sumatera basin ( Caughey and wahyudi, 1993)
Secara umum, stratigrafi pada cekungan Sumatera Utara dibagi menjadi dua
bagian, yaitu endapan sedimen saat pemekaran cekungan dan endapan yang
tersedimentasi pasca pemekaran cekungan. Pada awal pengisian cekungan, diendapkan
sedimen klastik awal pembentukan cekungan tarikan, berupa klastik kasar batupasir dan
konglomerat. Kelompok sedimen ini dikenal sebagai formasi Prapat atau disebut juga
formasi Bruksah. Formasi Prapat yang diendapkan sebagai endapan kipas aluvial secara
berangsur berubah menjadi endapan aluvial di sebelah timurnya, menindih secara tidak
selaras atau sebelum terbentuknya formasi parapat adanya proses pengangkatan
(tektonik) sehinnga endapan tampur yang tebentuk terlebih dahulu semakin menipis
adanya sebuah proses yang disebut hiatus. Formasi Tampur yang berumur Eosen
Dengan litologi dolomit dan batu gamping dapat membuktikan bahwa pada waktu eosen
proses marine sangat aktif terendapkan, formasi Tampur ini sangat bagus sebagai
reservoir.
Formasi Bampo
Setelah terbentuknya formasi Bruksah yang kehadirannya sebagai aluvial fan, pada
waktu yang lebih muda lagi yaitu Oligosen sampai Miosen bawah terbentuklah Formasi
Bampo yang dicirikan oleh, litologi batulempung hitam atau batulumpur, tidak
mengandung mikrofosil plankton. Lingkungan pengendapan di perkirakan dari lakustrin
hingga deltaik (inner sublitoral). Formasi ini dapat menjadi source rock
Formasi Belumai
Formasi Belumai dicirikan oleh batupasir karbonatan, batugamping klastik yang
menunjukkan berkembangnya fasies marine dalam kondisi transgresif. Formasi
Belumai ini berkembang di bagian selatan dan timur cekungan sedang di utara
berkembang dengan litologi batupasir. Umur formasi Belumai adalah Miosen bawah
hingga awal Miosen tengah . formasi ini layak sebagai sebuah reservoir yang baik dan
source rock berasal dari formasi Bampo.
Formasi Baong
Formasi Baong dicirikan oleh berkembangnya serpih lingkungan laut dengan
perselingan batupasir. Formasi ini dibagi menjadi tiga. (a). Anggota Formasi Baong
bagian bawah, (b). Anggota bagian tengah dicirikan oleh dominasi batupasir (Middle
Baong Sand), dan (c). Anggota Formasi Baong bagian atas dicirikan oleh Serpih.
Lingkungan Pengendapan formasi ini dibangun oleh lebih dari sekali siklus genang laut
yang kemudian air laut menjadi susut pada saat pengendapan bagian atas formasi
sebagai akibat pengangkatan Pegunungan Barisan. Formasi Baong menjadi sebuah
reservoir.
Formasi Keutapang
Formasi Keutapang umumnya dicirikan oleh batupasir regresif. Proses regresi berjalan
terus Sejak akhir pengendapan Formasi Baong sehingga lingkungan laut menjadi lebih
dangkal dan bahkan menjadi lingkungan deltaik dengan perubahan fasies yang tinggi.
Lingkungan delta semakin dominan pada umur pengendapan Formasi Keutapang.
Sumber material pengendapan di kawasan Dalaman Tamiang berasal dari Bukit
Barisan. Umur Formasi Keutapang adalah Miosen akhir hingga Paleosen awal.
Formasi Seureula
Formasi ini dicirikan oleh selang-seling batupasir, batulempung dan serpih,
menunjukkan umur Paleosen Bawah . Banyak foraminifera planktonik dan bentonik
mengindikasikan lingkungan pengendapan Neritik Tengah. Di bagian atas khususnya,
lingkungan menjadi dangkal yakni Neritik Tengah hingga Transisi.
Formasi Juleu Rayeu
Formasi ini dicirikan oleh batupasir dengan selingan batulempung atau serpih.
Lingkungan pengendapan adalah laut dangkal sampai pasang surut. Di beberapa tempat
ditemukan konglomerat dan batubara tipis. Umur Formasi Juleu Rayeu adalah Paleosen
Atas.
Stratigraphy Cekungan Sumatera Tengah
Gambar 1.4 Stratigraphy nomenclature of Central Sumatra Basin ( Wain and Jackson, 1995 )
Fase Pertama, yang merupakan fase deformasi pada zaman pre Eosen ( 345
– 65 jtyl )
fase ini merupakan pembentukan batuan dasar yang berarah utara – selatan, barat laut –
tenggara, dan timur laut – barat daya ( Heindrick & Aulia, 1993 ). Pembentukan
tersebut terjadi ketika lempeng benua sunda terbentuk dari lempeng – lempeg kecil
Mergui, Malaka, Mutus.
Fase kedua, merupakan fase rifting pada zaman Oligosen (50 – 26 jtyl)
Fase ini terjadi karena tumbukan lempeng samudra hindia tehadap lempeng benua
Eurasia yang mebentuk suatu sistem rekahan transtendensional yang memanjang kearah
selatan mulai dari China bagian selatan ke Thailand, Malaysia, Sumatra hingga
kalimantan selatan ( Heindrick & Aulia, 1993). Tumbukan ini membentuk serangkaian
struktur half graben di cekungan sumatera tengah yang kemudian menjadi tempat
diendapkannya Formasi Pematang. Pada akhir fase ini terjadi pembalikan struktur yang
lemah dan pembentukan peneplain ( morfologi yang hampir rata), hasil dri erosi berupa
paleosol yang diendapkan diatas formasi Upper Red Bed. Formasi Pematang merupakan
sedimen tertua yang diendapkan di cekungan sumatera tengah dan berumur Eosen-
Oigosen, endapan ini mengisi half graben, pull appart rift dan graben yang terbentuk
pada fase ini.
Fase ketiga (F2), yang merupakan fase sagging dan transtensi pada
zaman Miosen awal – Miosen tengah (26 – 13 jtyl)
Fase ketiga ini terjadi menjadi dua, yaitu fase awal yang merupakan fase sagging dan
fase akhir yang merupakan fase transtensi. Pada fase awal proses tektonik yang terjadi
berupa sag basin, ketika terjadi penurunan cekungan regional yang memperbesar
highstand dan transgresi yang dimulai dengan pengendapan Formasi Sihapas,
Kemudian terbentuk sesar – sesar normal minor yang berhubungan dengan tahap akhir
rifing yang memotong formasi Menggala dan Bekasap. Pada fase akhir terbentuk sesar
mendatar dextral (kanan), berarah utara selatan yang merupakan reaktivasi sesar
pembentuk graben, dan juga tebentuk sesar baru sepanjang batas batuan dasar yang
berarah utara selatan. Struktur – struktur yang berkembang disepanjang mendatar ini
merupakan sesar tumbuh dan kombinasi dari pull appart graben, half – graben, lipatan,
sturktur bunga positif dan negatif, sesar listik dan sesar normal – domino. Lipatan –
lipatan yang terbentuk sepanjang sesar utara – selatan ini mempumyai klosur yang lebih
kecil berarah baratlaut-tenggara dan tersusun membentuk en-chelon. Pengendapan
Formasi Sihapas berakhir pada masa Miosen Tengah dengan pengendapan transgresive
marine.
Fase Keempat (F3), merupakan fase kompresi pada zaman Miosen Akhir
sampai sekarang ( 13 jtyl – sekarang)
Fase ketiga berakhirnya pengendapan Formasi Telisa yang mengalami transgresiv
marine dan mulai diendapkannya Formasi Petani pada Kala Miosen Tengah –
Pleistosen. Pengendapn Formasi Petani merupakan akhir dan fase panjang transgresi
dan awal dari fase regresi di Cekungan Sumatera Tengah. Formasi alluvial Minas
kemudian diendapkan di atas Formasi Petani dengan kontak ketidakselaran dan
berlangsung sampai sekarang
C. Stratigraphy Regional Cekungan Sumatera Selatan
Gambar 1.5 Stratigraphy nomenclature of south sumatra basin
Cekungan Sumatera Selatan dan Cekungan Sumatera Tengah mempunyai sejarah
pembentukan yang sama dimana kedua cekungan tersebut merupakan suatu cekungan
back-arc basin. Perkembangan dan pembentukan cekungan Sumatra Selatan
dipengaruhi oleh tiga fasa tektonik utama : Fasa Rifting, Fasa Sagging dan Fasa
Kompresi.
Fasa Rifting ( Paleogene)
Fasa ini dimulai dengan adanya subduksi miring Lempeng Samudra Hindia terhadap
Lempeng Benua Asia (Sunda Land) pada masa Pre-Tersier (Jura Akhir-Kapur Awal),
dengan arah konvergensi N 30 W sebagai fasa kompresi. Gerak penujaman miring ini
membentuk sesar geser Jura Akhir dan sesar geser Kapur Awal yang diduga
berkembang sebagai Sesar Geser Musi dan Sesar Geser Lematang.
Fasa Sagging ( Oligocene Akhir – Miocene Akhir )
Fasa ini diduga terbentuk karena proses penyeimbangan-penyeimbangan isostatis yang
menghasilkan depresi – depresi dangkal yang selanjutnya merubah cekungan Sumatera
Selatan menjadi bersifat “back arc”.
Dari Oligosen Akhir sampai Miosen, di seluruh cekungan terjadi penurunan
(subsidensi) yang meluas.Penurunan ini bergabung dengan perubahan “eustatic sea
level” mengubah fasies sedimentasi dari yang bersifat darat/lacustrine menjadi laut
dangkal (Formasi Upper Talang Akar/TRM, Batu Raja).Selanjutnya terendapkan
Formasi Gumai dan Air Benakat pada lingkungan laut yang lebih dalam
Fasa Kompresi (Plio – Pleistocene)
Pada akhir Miocene – Pliocene, cekungan Sumatra Selatan mengalami peningkatan
tektonik sebagai akibat tumbukan konvergensi lempeng Samudra Hindia dengan
lempeng “Sunda Land”. Tektonik kompresi ini mengangkat Bukit Barisan dan menjadi
“source sedimen” baru di bagian barat cekungan.Fasa tektonik kompresi ini sangat
penting di dalam industri perminyakan, karena struktur-struktur yang terbentuk pada
perioda ini banyak menghasilkan struktur-struktur cebakan minyak bumi.Cebakan-
cebakan yang terbentuk bukan hanya terbatas pada sedimen-sedimen berumur Miosen
Tengah dan Akhir, tetapi juga memperbesar cebakan-cebakan terdahulu (Pre-Early
Miocene)
Pada cekungan sumatra selatan maka dapat digambarkan proses geologi yang
berlangsung adalah :
a. Formasi Lahat (LAF)
Formasi ini terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar, yang terdiri atas lapisan-
lapisan tipis tuf andesitik yang secara berangsur berubah keatas menjadi batu lempung
tufaan.Selain itu breksi andesit berselingan dengan lava andesit, yang terdapat dibagian
bawah.Formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat, batulempung, batupasir tufaan,
konglomeratan dan breksi yang berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal.Ketebalan
dan litologi sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya karena bentuk
cekungan yang tidak teratur.
b. Formasi Talang Akar (TAF)
Formasi Talang akar dibeberapa tempat bersentuhan langsung secara tidak selaras
dengan batuan Pra Tersier. Formasi ini dibeberapa tempat menindih selaras Formasi
Lahat, hubungan itu disebut rumpang stratigrafi, ia juga menafsirkan hubungan
stratigrafi diantara kedua formasi tersebut selaras terutama dibagian tengahnya, ini
diperoleh dari data pemboran sumur Limau yang terletak disebelah Barat Daya Kota
Prabumulih (Pertamina, 2012), Formasi Talang Akar terdiri atas batupasir, yang
mengandung kuarsa dan ukuran butirnya pada bagian bawah kasar dan semakin atas
semakin halus. Pada bagian teratas batupasir ini berubah menjadi batupasir
konglomeratan atau breksian.Batupasir berwarna putih sampai coklat keabuan dan
mengandung mika, terkadang terdapat selang-seling batulempung coklat dengan
batubara, pada anggota ini terdapat sisa-sisa tumbuhan dan batubara, ketebalannya
antara 40 – 830 meter.Sedimen-sedimen ini merupakan endapan fluviatil sampai
delta.Formasi ini berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Ketebalan formasi ini
pada bagian selatan cekungan mencapai 460 – 610 meter, sedangkan pada bagian utara
cekungan mempunyai ketebalan kurang lebih 300 meter.
c. Formasi Baturaja (BRF)
Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar. Terdiri dari
batugamping terumbu dan batupasir gampingan.Di gunung Gumai tersingkap dari
bawah keatas berturut-turut napal tufaan, lapisan batugamping koral, batupasir napalan
kelabu putih.Ketebalannya antara 19 - 150 meter dan berumur Miosen
Awal.Lingkungan Pengendapannya adalah laut dangkal.
d. Formasi Gumai (GUF)
Formasi Gumai ini terdiri atas napal tufaan berwarna kelabu cerah sampai kelabu
gelap.Kadang-kadang terdapat lapisan-lapisan batupasir glaukonit yang keras, tuff,
breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis batugamping.Umur dari formasi ini adalah
Awal Miosen Tengah (Tf2) (Van Bemmelen, 1949).
e. Formasi Air Benakat (ABF)
Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen.Litologinya terdiri atas batupasir
tufaan, sedikit atau banyak lempung tufaan yang berselang-seling dengan batugamping
napalan atau batupasirnya semakin keatas semakin berkurang kandungan
glaukonitnya.Ketebalan formasi ini berkisar 250 – 1550 meter. Lokasi tipe formasi ini
terletak diantara Air Benakat dan Air Benakat Kecil (kurang lebih 40 km sebelah utara-
baratlaut Muara Enim (Lembar Lahat).
f. Formasi Muara Enim (MEF)
Formasi ini terdiri atas batulempung dan batupasir coklat sampai coklat kelabu,
batupasir berukuran halus sampai sedang. Didaerah Palembang terdapat juga lapisan
batubara.Juga terdapat batulempung pasiran dan batulempung tufaan yang berwarna
biru hijau, beberapa lapisan batubara berwarna merah-tua gelap, batupasir kasar halus
berwarna putih sampai kelabu terang. Ketebalan formasi ini sekitar 450 -750 meter.
g. Formasi Kasai (KAF)
Formasi ini mengakhiri siklus susut laut. Pada bagian bawah terdiri atas batupasir tufan
dengan beberapa selingan batulempung tufaan, kemudian terdapat konglomerat selang-
seling lapisan-lapisan batulempung tufaan dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas
terdapat lapisan tuf batuapung yang mengandung sisa tumbuhan dan kayu terkersikkan
berstruktur sediment silang siur, lignit terdapat sebagai lensa-lensa dalam batupasir dan
batulempung
2. Kenapa di cekungan sumatera tengah, tidak ada terdapat facies carbonat seperti halnya di cekungan sumatera utara dan cekungan selatan?
Jawab :
Gambar 1.6 Tectonic Stratigraphy ( Pertamina & BPPKA, 2000)
Gambar 1.7. structural Framework central sumatra basin ( Pertamina & Beicip,1985)
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sebenarnya fasies karbonat
bukannya tidak ada tetapi keberadaanya di central sumatra basin sangat sedikit kenapa
hal ini dapat terjadi karena tektonik yang bekerja di central sumara basin aktif yaitu
adanya pengankatan dan terjadinya eksposan sedimen atas terangkatnya central sumatra
basin dan juga keberadaan central sumatra basin dulunya pada sebuah ketingian
sehinnga proses marine sangat sulit terjadi untuk mengendapkan fasies karbonat. Tetapi
pada Kala Miosen Tengah terjadi suatu proses transgresiv marine pada formasi Telisa
tetapi setelah proses tersebut proses regresif terjadi pada formasi Petani dan Minas dan
terjadi kembali pengendapan seperti semula dan tidak terbentuk proses marine.
Sehinnga di Central Sumatra Basin banyak ditemukan endapan danau yaitu formasi
Sihapas (Formasi Bekasap)
3. Apa maksud istilah ruang dan waktu dalam definisi stratigraphy?
Jawab:
maksud dari istilah tersebut adalah :Bab 8
Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau diendapkan
pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan sedimen: Darat
(Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut
(Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal, atau Hadal)
Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan biasanya
berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi Rajamandala
terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi Bayah terbentuk pada kala
Eosen Akhir.