KUALITAS DANGKE PADA PENGGUNAAN BERBAGAI PRODUK SUSU … · susu sterilisasi komersial dengan...

58
i KUALITAS DANGKE PADA PENGGUNAAN BERBAGAI PRODUK SUSU CAIR KOMERSIAL SEBAGAI BAHAN BAKU SKRIPSI OLEH ANDI PANCAWATI I11111029 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Transcript of KUALITAS DANGKE PADA PENGGUNAAN BERBAGAI PRODUK SUSU … · susu sterilisasi komersial dengan...

i

KUALITAS DANGKE PADA PENGGUNAAN

BERBAGAI PRODUK SUSU CAIR KOMERSIAL

SEBAGAI BAHAN BAKU

SKRIPSI

OLEH

ANDI PANCAWATI

I11111029

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

ii

KUALITAS DANGKE PADA PENGGUNAAN

BERBAGAI PRODUK SUSU CAIR KOMERSIAL

SEBAGAI BAHAN BAKU

SKRIPSI

OLEH

ANDI PANCAWATI

I11111029

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andi Pancawati

NIM : I 111 11 029

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli.

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama

dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka

bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 20 Agustus 2015

Andi Pancawati

iv

v

KATA PENGANTAR

1.

Assalamu ‘AlaikumWarahmatullahiWabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, oleh karena

atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Salam dan salawat kepada Rasulullah Muhammad Saw. Sang revolusioner

sejati yang menjadi teladan dalam menghantarkan kita selalu menuntut ilmu

untuk bekal akhirat dan duniawi.

Terima kasih terucap bagi segenap pihak yang telah meluangkan

waktu, pemikiran dan tenaganya sehingga penulisan skripsi ini rampung. Oleh

sebab itu, sepantasnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Wahniyathi Hatta, S.Pt., M.Si. sebagai pembimbing utama dan Ibu

Dr. Nahariah, S.Pt., M.P. selaku pembimbing anggota yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan

memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua Drs. Mappangara dan Andi Ratna (Almh) serta saudara (i)

Andi Armansyah, S.Pd., Andi Darmawansyah, S.Pd., dan Andi Arwinsyah,

S.Pd., M.Pd., Hastuti Hamsah, Wahyuni dan Hj. Fitriyana serta keluarga

besar yang telah memberikan do’a, bantuan dan dukungan bagi penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesikan.

vi

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin.

vii

4. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M. Sc selaku Wakil Dekan I, Ibu

Ir. Hastang, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A

Syamsu, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ako, M.Sc., Bapak Dr. Hikmah M. Ali, S.Pt.,

MP., dan Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si. selaku dosen pembahas

yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr.. selaku Penasehat Akademik

yang memberikan bimbingannya.

7. Ibu Dr. Ir. Rohmiyatul Islamiyati, MP. selaku Pembimbing Praktek Kerja

Lapang (PKL) yang memberikan bimbingannya.

8. Sahabat - sahabat dan teman seperjuangan Nurmulyaningsih, Mutiara

Hikma, Mardhatillah Utami, Mutmainnah Hasanuddin, Nurjannah, S.Pt.,

Arra Musyarrafah, Maghfirah Nur, Nur Aryati, Irmayana Ayu Anita, Sitti

Masita, S.Pt., Fitriyaningsih, Kurniyah Kamaruddin, Naharuddin, S.Pt.,

Awal Rezkiawan, Budi Utomo S.Pt., Muh. Shoalihin S.Pt., Andi Suaib, Nur

Ahmad, S.Pt., dan Khaerun Nur Karimuddin yang tetap memberikan

semangat yang begitu luar biasa kepada penulis.

9. Sahabat sekaligus saudaraku Aswad, S.Pi., Fatimah, S.P., Reski Amaliah,

Asma Agus, S.P., Halmiah, S.P., dan Imelda serta teman-teman KKN Nirma

Sari, Indah, Gia Kuddi, S.T., Dendy Prayudha., Firman Hadiwiska dan Resa

Wahyu Giang.

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

viii

11. Bapak/ibu staf tata usaha Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

12. Teman – teman seperjuanganku SOLANDEVEN ber-HIMATEHATE dan

kakanda Syamsuddin S.Pt, Arham Janwar, S.Pt., Syahroni S.Pt, Haikal

Kamil S.Pt., Lukman Hakim, S.Pt., Andri Teguh Prabowo S.Pt., turut

membantu dalam memberikan motivasi.

13. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, mereka adalah SOLANDEVEN

yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

14. Teman-teman serta kakanda dari Himpunan Pelajar Mahasiswa Wajo

(HIPERMAWA) koperti Unhas, dan teman-teman Unit Tenis Meja

Universitas Hasanuddin terima kasih atas ilmu, nasehat-nasehat,

kebersamaan, kekeluargaan dan kebaikan yang kalian berikan selama

penulis berorganisasi.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih

banyak atas segala bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan

dan kesalahan. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, 20 Agustus 2015

Andi Pancawati

ix

ABSTRAK

ANDI PANCAWATI (I 111 11 029). Kualitas Dangke pada Penggunaan

Berbagai Produk Susu Cair Komersial sebagai Bahan Baku. Dibawah bimbingan

WAHNIYATHI HATTA sebagai pembimbing utama dan NAHARIAH sebagai

pembimbing anggota.

Dangke adalah produk olahan susu khas Indonesia yang dibuat secara tradisional

oleh masyarakat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Keterbatasan

penggunaan susu segar sebagai bahan baku dangke membutuhkan penggunaan

produk susu cair komersial sebagai alternatif pembuatan dangke. Tujuan

penelitian adalah mengetahui rendemen, volume whey dan kualitas organoleptik

dangke yang menggunakan susu segar, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi

sebagai bahan baku pembuatan dangke. Penelitian ini menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL) 3 perlakuan yakni susu segar, susu pasteurisasi komersial dan

susu sterilisasi komersial dengan masing-masing 5 kali ulangan. Jumlah rendemen

dan volume whey dangke susu sterilisasi dan dangke susu pasteurisasi lebih

tinggi, sedangkan dari kualitas organoleptik ( warna, aroma, tekstur dan kesukaan)

dangke susu segar yang lebih baik.

Kata kunci : dangke, susu cair komersial, rendemen, whey, organoleptik

x

ABSTRACT

ANDI PANCAWATI (I 111 11 029).Quality Dangke of Use Various

Commercial Liquid Milk Products as Raw Materials. Under the guidance of

WAHNIYATHI HATTA as the main supervisor and NAHARIAH as a guide

member.

Dangke is typical Indonesian dairy products are traditionally made by the people

in Enrekang, South Sulawesi. Limitations of the use of fresh milk as raw material

dangke require the use of commercial liquid milk products as an alternative to the

making dangke. The research objective was to determine the yield, the volume of

whey and organoleptic qualities dangke that use fresh milk, milk pasteurization

and sterilization of milk as raw material for making dangke. This study uses a

completely randomized design ( CRD ) 3 treatment ie fresh milk, pasteurized milk

commercial and commercial sterilization of milk with each of 5 repetitions. Total

yield and volume of milk whey dangke dangke sterilization and pasteurization of

milk is higher, while the organoleptic qualities ( color, aroma, texture and

preferences ) dangke fresh milk better.

Keywords: dangke, commercial liquid milk yield, whey, organoleptic

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Susu ........................................................................... 3

Tinjauan Umum Susu Pasteurisasi dan Susu Sterilisasi ...................... 4

Pengaruh Pemanasan Terhadap Kualitas Susu dan Keju ..................... 7

Tinjauan Umum Dangke ...................................................................... 8

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 12

Materi Penelitian .................................................................................. 12

Rancangan Penelitian .......................................................................... 12

Prosedur Penelitian ............................................................................. 13

Parameter yang Diamati ...................................................................... 13

Analisis Data ....................................................................................... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Rendemen Dangke .................................................................. 16

Volume Whey ...................................................................................... 17

Warna Dangke ...................................................................................... 18

Aroma Dangke ..................................................................................... 19

Tekstur Dangke .................................................................................... 21

Kesukaan Dangke ................................................................................. 22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ........................................................................................... 24

Saran ..................................................................................................... 24

xii

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

LAMPIRAN .................................................................................................... 28

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 40

xiii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Rataan dan variasi komposisi kimiawi susu sapi ................................. 4

2. Perbandingan kualitas susu segar, pasteurisasi dan uht ....................... 7

3. Nilai skor dan deskripsi organoleptik ................................................... 14

4. Rata-rata rendemen dangke pada berbagai produk susu cair ............... 16

5. Rata-rata volume whey pada berbagai produk susu cair ...................... 17

6. Rata-rata skor warna dangke pada uji organoleptik pada berbagai

produk susu cair. .................................................................................. 18

7. Rata-rata skor aroma dangke pada uji organoleptik pada berbagai

produk susu cair. .................................................................................. 20

8. Rata-rata skor tekstur dangke pada uji organoleptik pada berbagai

produk susu cair. .................................................................................. 21

9. Rata-rata skor kesukaan dangke pada uji organoleptik pada berbagai

produk susu cair. .................................................................................. 22

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Diagram Alir Pengolahan Dangke ....................................................... 10

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Lampiran data penelitian SPSS .......................................................... 28

2. Dokumentasi kegiatan penelitian ....................................................... 37

1

PENDAHULUAN

Dangke adalah produk olahan susu khas Indonesia yang dibuat secara

tradisional oleh masyarakat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Produk ini

dihasilkan melalui pemanasan susu segar yang ditambahkan larutan getah pepaya

sehingga susu membentuk gumpalan (curd) dan cairan (whey). Curd dan whey

kemudian dipisahkan dengan tempurung kelapa sebagai alat penyaring sekaligus

pencetak dangke, setelah memadat dangke lalu dibungkus dengan daun pisang

dan siap dikonsumsi.

Penggunaan susu segar pada proses pembuatan dangke merupakan hal

yang umum dilakukan, akan tetapi keberadaan susu segar pada berbagai daerah di

Indonesia tidak selalu tersedia. Untuk mengatasi permasalahan ketersediaan susu

segar sebagai bahan baku dangke, perlu dilakukan inovasi, diantaranya pembuatan

dangke dengan bahan baku yang berasal dari produk susu cair komersial yang

antara lain adalah susu pasteurisasi dan susu sterilisasi.

Bahan baku susu untuk industri pengolahan susu di Indonesia, dibolehkan

menggunakan susu rekombinasi atau susu rekonstitusi, karena pasokan susu segar

dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan susu dan produk susu dalam

negeri. Penggunaan produk susu cair sebagai bahan baku pengolahan susu belum

banyak dilakukan, berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk

mengkaji kemungkinan penggunaan produk susu cair sebagai bahan baku dangke.

Penggunaan susu cair komersial sebagai alternatif susu sapi dalam

pengolahan dangke harus dilakukan dalam rangka mempertahankan keberadaan

2

dangke baik sebagai salah satu kekayaan budaya asli Indonesia, maupun sebagai

usaha industri skala rumah tangga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen, volume

whey dan kualitas organoleptik dangke yang menggunakan susu segar,

pasteurisasi dan sterilisasi sebagai bahan baku pembuatan dangke. Kegunaan dari

penelitian ini adalah sebagai sumber informasi ilmiah baik bagi mahasiswa, dosen

dan masyarakat dalam upaya menggunakan produk susu cair komersial sebagai

bahan baku dangke.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Susu

Susu adalah sekresi normal dari kelenjar mammalia. Susu yang baru

diperah mengandung bahan-bahan kimia yang bervariasi, beberapa hal penting

yang menyebabkan variasi kandungan nutrisi dalam susu adalah: jenis sapi, umur

sapi, makanan, kesehatan, musim saat itu dan kualitas perawatan sapi (Magnuson,

2007).

Susu bebas dari kontaminasi bakteri saat diperah dari sapi yang sehat dan

terawat dengan baik dan apabila proses pengolahan susu dilakukan dengan benar

maka susu akan bebas dari kontaminan. Proses produksi yang benar adalah:

menggunakan alat perah yang steril, dilakukan di tempat yang bersih dan

pemerahan dilakukan dengan teknik asepsis (Frazier, 1983).

Komponen susu terdiri atas air, lemak, bahan kering tanpa lemak, protein

laktosa, vitamin dan lain-lain. Komposisi komponen susu disajikan pada Tabel 1.

Komposisi susu sangat beragam, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain: jenis ternak (genetika), waktu pemerahan, urutan pemerahan, musim, umur

sapi, penyakit, makanan ternak, dan faktor dari luar. Komposisi susu dibagi

menjadi dua bagian yaitu 87,25% berupa air dan 12,75% berupa zat padat, dimana

zat padat dibagi lagi menjadi empat bagian yaitu: lemak, protein, laktosa

dan mineral (Buckle et al., 1987).

Komposisi rata-rata susu sebagai berikut: lemak 3,9 %; protein 3,4 %;

laktosa 4,8 %; mineral 0,72 % dan zat lain dalam jumlah sedikit seperti sitrat,

enzim fosfolipid dan vitamin (Hadiwiyoto, 1994). Susu mengandung rata-rata 4%

4

lemak; 3,5%; protein; 4,7%; laktosa; 0,8%; abu; 87% air serta total bahan padat

13%. Secara umum susu sapi terdiri atas air 88,3%; lemak 3,5%; protein 3,2%;

karbohidrat 4,3% dan lain-lain 0,7% (Soeparno, 1992).

Tabel 1. Rataan dan variasi komposisi kimiawi susu api

Komponen Rataan Variasi

Protein 3,6 2,9 - 5,0

Lemak 3,7 2,5 - 6,0

Mineral 4,8 3,6 - 5,5

Gula 0,7 0,6 - 0,9

Air 87,2 85,8 - 89,5

Sumber : Hadiwiyoto (1994).

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998, susu segar adalah

susu murni dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan

tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu yang biasa dikonsumsi dan

diperdagangkan saat ini pada umumnya adalah susu sapi. Susu tidak hanya dapat

dikomsumsi dalam bentuk cair, bahan pangan ini juga dapat diolah dan

dikomsumsi dalam berbagai bentuk seperti yoghurt, yakult, keju, mentega dan

berbagai bentuk olahan susu bubuk dan susu kental manis. Pada perkembangan

selanjutnya dengan tujuan meningkatkan kualitas susu dan juga untuk lebih

menarik minat konsumen, bentuk olahan susu banyak yang diperkaya dengan zat

gizi tambahan, misalnya dengan zat gizi kalsium. Selain itu ada juga dengan cara

mengurangi kadar lemak susu sehingga secara proporsional kandungan gizi

lainnya termasuk kalsium menjadi lebih tinggi.

Susu Sterilisasi dan Susu Pasteurisasi

Susu sterilisasi atau biasa dikenal dengan nama UHT (Ultra High

Temperature) adalah susu segar, susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang

5

telah mengalami proses pemanasan pada temperatur minimum 1330C selama

minimum 1 detik kemudian segera didinginkan sampai suhu kamar dan

selanjutnya diperlakukan secara aseptis (Badan Standarisasi Nasional Indonesia,

1998).

Susu sterilisasi UHT adalah susu yang dipanaskan suhu tinggi (135-145 oC)

dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik. Pemanasan dengan suhu tinggi ini

bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisma (baik bakteri pembusuk

maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk

mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan

rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segar. Kesegaran susu akan terasa

nikmat jika segera diminum, terlebih jika disimpan dalam lemari pendingin

(Anonim, 2013). Susu UHT ini juga dikemas dengan kemasan multi lapis yang

kedap udara sehingga bakteri pun tidak bisa masuk ke dalamnya. Kemasan multi

lapis ini juga kedap cahaya sehingga cahaya ultra violet tak akan mampu

menembusnya. Proses kemasannya pun dilakukan secara otomatis tanpa adanya

campur tangan manusia, sehingga susu UHT ini tetap segar dan aman untuk

dikonsumsi, dan memenuhi standar kesehatan internasional.

Sterilisasi susu adalah proses pengawetan susu yang dilakukan dengan

cara memanaskan susu sampai mencapai suhu di atas titik didih, sehingga bakteri

maupun kuman dan sporanya mati. Cara sterilisasi susu memerlukan peralatan

khusus dengan biaya yang relatif mahal. Oleh karena itu sterilisasi susu umumnya

dilakukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS). Susu sterilisasi dilakukan dengan

cara :

6

Sistem UHT (Ultra High Temperature), yaitu susu dipanaskan sampai

suhu 137°-140°C selama 2-5 detik.

Susu di dalam kemasan hermetis dipanaskan pada suhu 110°-121°C

selama 20-45 detik.

Pasteurisasi adalah pemanasan susu dengan suhu dan waktu tertentu.

Pemanasan pada suhu pasteurisasi dimaksudkan untuk membunuh sebagian

kuman patogenik yang ada dalam susu, dengan seminimum mungkin kehilangan

gizinya dan mempertahankan semaksimal mungkin sifat fisik dan cita rasa susu

segar (Purnomo dan Adiono, 1987). Metode pasteurisasi yang umum dilakukan

pada susu ada dua cara, yaitu: low temperature long time (LTLT) yakni

pasteurisasi pada suhu rendah 62,8 0C selama 30 menit, sedangkan metode lain

ialah HTST (high temperature short time), yakni pemanasan pada suhu tinggi

71,7 0C selama 15 detik (Singh et al.,1980; Fardiaz, 1992). Penelitian ini

bertujuan mendapatkan umur penyimpanan susu pasteurisasi yang masih layak

dikonsumsi dengan kandungan zat gizi yang masih baik. Produk susu pasteurisasi

dihasilkan dengan cara pemanasan bahan baku susu dengan suhu dan selama

waktu tertentu, kemudian segera didinginkan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri.

Pada susu UHT kandungan lemak, laktosa dan garam mineral tidak

banyak mengalami perubahan, tetapi vitamin yang larut air sebagian akan hilang,

namun riboflavin dan kasein merupakan vitamin dan protein yang tahan terhadap

suhu pemanasan. Pemanasan pada susu sterilisasi menyebabkan rusaknya

7

protein whey yang terdiri atas laktalbumin dan lactoglobulin. Kerusakan

kandungan nutrisi semakin besar pada susu yang mengalami proses sterilisasi.

Tabel 2. Perbandingan kualitas susu segar, pasteurisasi dan uht

No.

Parameter Kualitas

Susu Segar

Susu

Pasteurisasi

Susu

Sterilisasi

1

2

3

4

5

6

7

Lemak (%)

Potein (%)

Total asam (%)

Padatan bukan lemak (%)

Total plate count (cfu/ml)

Koliform (cfu/ml)

Escherichia coli (%sampel

positif)

2,6

3,5

0,17

7,7

13 x 106

13 x 102

73

2,0

3,5

0,16

7,5

71 x 104

8 x 102

40

2,8

3,1

0,15

8,3

71

9

0

Sumber : Shojaei dan Yadollahi (2008)

Pengaruh Pemanasan Terhadap Kualitas Susu dan Keju

Pemanasan susu pada pembuatan keju bertujuan untuk membunuh bakteri

patogen, meminimalkan kerusakan kasein oleh bakteri proteolitik saat

penyimpanan atau untuk menggabungkan protein whey yang terdenaturasi ke

dalam dadih sehingga meningkatkan hasil keju. Perlakuan panas yang tinggi pada

susu akan meningkatkan hasil keju, retensi protein whey, dan kadar air keju serta

mengurangi kalsium dan fosfor karena berkurangnya kadar bahan kering dan

peningkatan kadar protein whey. Intensitas flavour berkurang pada keju yang

terbuat dari susu yang dipanaskan berlebihan, tetapi rasa pahit keju sebagian besar

hilang oleh penurunan jumlah enzim rennet yang digunakan (Kelly et al., 2008)

8

Analisis mikrobiologi dari ketiga jenis susu yang dipasteurisasi dan direbus yaitu

keju yang dibuat dari susu mentah mengandung air 43,0%; abu 12,5%; protein

20,16%; dan total padatan terlarut 56,48% sedangkan keju dari susu pasteurisasi

mengandung air 50,9%; abu 10,5%; protein 17,63%; dan total padatan terlarut

48,76% dan keju dari susu yang direbus mengandung air 48,5%; abu 13,4%;

protein 15,4%; dan total padatan terlarut 55,75%. Selama penyimpanan, pH

semua sampel keju menurun dan keasaman meningkat. Evaluasi sensorik

mengindikasikan untuk keju susu mentah lebih besar dari ada kedua jenis keju

lainnya (Sulieman, 2007).

Keju dari susu mentah memiliki skor warna yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang dibuat setelah susu dipanaskan pada suhu 72oC selama

15 detik, namun mendapat skor yang lebih rendah untuk penerimaan umum,

tekstur dan rasa. Komposisi keju yang terbuat dari susu panas dan mentah masing-

masing menunjukkan total padatan sebesar 46,81% dan 46,31%; lemak 22,13%

dan 21,85%; protein 15,02% dan 13,73%; serta abu 2,44% dan 2,25%. Perolehan

kembali kontituen susu yang lebih tinggi ditemukan pada keju dari susu panas

dibandingkan dengan keju yang dibuat dari susu mentah (El Zubaer dan Hashim,

2013).

Tinjauan Umum Dangke

Dangke merupakan suatu produk olahan hasil dari fermentasi susu yang

dikerjakan melalui teknik penggumpalan dengan beberapa campuran bahan.

Dangke sebagai makanan tradisional yang telah teridentifikasi dapat menjadi

makanan alternatif berbahan dasar susu yang mengandung rata-rata 18% protein

9

pada dangke (Marzoeki et al., 2003). Dangke adalah produk semacam keju yang

tidak mengalami pemeraman melainkan dengan menggunakan tambahan getah

buah pepaya (papain). Dangke memiliki beberapa jenis yaitu dangke asli

berwarna putih dan bersifat elastis sedangkan dangke campuran (palsu)

warnanya agak kuning kusam dan tidak elastis (Marzoeki et al., 1978). Lebih

lanjut dijelaskan drangke diolah dari susu sapi yang dipanaskan dengan

menggunakan api yang sangat kecil sampai mendidih kemudian ditambahkan

getah buah pepaya yang digunakan sebagai koagulan supaya terjadi

penggumpalan. Gumpalan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan berupa

tempurung kelapa sambil ditekan supaya airnya terpisah (Marzoeki et al., 1978).

Konsentrasi (Papain + air) yang digunakan lebih kurang ½ sendok makan untuk 5

liter susu dan dari jumlah tersebut dapat dihasilkan 4 buah dangke. Alur proses

dangke ditambahkan pada gambar satu.

Dangke yang masih dalam keadaan panas dibungkus dengan daun pisang

dan ada kalanya agar bisa tahan lama dilakukan pengawetan dengan

ditaburi garam dapur, setelah itu siap dipasarkan.

Nilai pH dangke susu kerbau (6,5) secara statistik tidak berbeda nyata

dengan nilai pH dangke susu sapi (6,4). Nilai pH kedua jenis dangke tersebut

berada pada kisaran pH netral (6,5-7) menunjukkan bahwa dangke termasuk

dalam kelompok makanan yang mudah rusak (perishable food). Nilai tersebut

tidak berbeda jauh dengan nilai pH bahan bakunya, yakni 6,7 untuk susu kerbau

dan 6,6 untuk susu sapi (NRC 1981). Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses

pembuatannya dangke tidak mengalami perlakuan yang dapat menurunkan nilai

10

pH susu sebagai bahan baku. Nilai pH dangke mengindikasikan bahwa dangke

tidak termasuk kategori produk pangan fermentasi. Proses penggumpalan susu

oleh enzim protease (enzim papain dari getah pepaya) pada proses pembuatan

dangke bekerja berdasarkan suhu optimum enzim, hal inilah yang membedakan

dangke dengan produk keju yang umumnya dibuat berdasarkan mekanisme kerja

enzim pada nilai pH optimum (Hatta, 2013).

Adapun proses pembuatan dangke disajikan pada Gambar 1.

Pepaya Muda

Diiris pada bagian pangkal

dan ditiriskan

SUSU SEGAR Getah + Air

Garam Pemanasan

(Pemasakan)

Pencetakan

(Penirisan)

Whey Dangke

Diberikan pada pedet Pengemasan

Gambar I. Diagran Alir Pengolahan Dangke (JICA, 2009)

11

Hipotesis

Diduga bahwa jenis produk susu yang digunakan sebagai bahan baku

berpengaruh terhadap rendemen, volume whey dan tingkat kualitas organoleptik.

12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan April sampai Mei 2015.

Tempat pelaksanaan penelitian di Laboratorium Teknologi Pengolahan Susu

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panci, saringan santan

stainles steel, gelas ukur, timbangan analitik, kompor, sendok dan cetakan.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah susu segar dari

Enrekang, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi komersial, getah pepaya segar,

plastik dan aluminium foil. Komposisi susu pasteurisasi adalah lemak total 7 g,

protein 7 g dan karbohidrat total 10 g. Komposisi susu sterilisasi adalah lemak

total 9 g, protein 1 g dan karbohidrat total 11 g.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga

perlakuan dan lima ulangan. Perlakuannya adalah penggunaan berbagai jenis

produk susu sebagai bahan baku dangke, sebagai berikut :

a. Susu segar

b. Susu pasteurisasi komersial

c. Susu sterilisasi komersial

13

Prosedur Penelitian

Pembuatan Larutan Getah Pepaya

Getah pepaya segar sebanyak 1 gram ditempatkan dalam gelas piala,

kemudian ditambahkan aquades hingga mencapai angka tera 100 ml. Larutan

diaduk dengan sendok hingga homogen dan siap digunakan.

Pembuatan Dangke

Susu sapi (segar, pasteurisasi dan sterilisasi) yang telah disiapkan

ditambahkan larutan getah pepaya sebanyak 1% dari berat susu. Setelah diaduk

hingga homogen kemudian dipanaskan sampai terbentuk gumpalan, lalu

dipanaskan lagi hingga suhu 1000C. Setelah itu disaring menggunakan saringan

santan. Selanjutnya dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus dengan aluminium

foil lalu disimpan dalam refrigerator.

Pengujian Parameter

Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah rendemen, volume whey

dan kualitas organoleptik (warna, aroma, tekstur dan kesukaan).

a. Rendemen

Rendemen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Berat dangke (curd)

Rendemen = --------------------------- X 100%

Berat susu

b. Volume Whey

Whey dari hasil penyaringan curd ditampung dalam gelas ukur dan

diamati volumenya.

14

c. Kualitas Organoleptik

Nilai skor dan deskripsi untuk uji organoleptik disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Skor dan Deskripsi Organoleptik

Skor Warna Tekstur Aroma Kesukaan

1 Buram Sangat kasar Tidak beraroma susu Tidak suka

2 Agak buram Agak kasar Agak tidak beraroma

susu

Agak tidak

suka

3 Agak putih Agak lembut Agak beraroma susu Agak suka

4 Putih Lembut Beraroma susu Suka

5 Sangat putih Sangat lembut Sangat beraroma susu Sangat suka

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan menggunakan program SPSS 14.0. Model matematik yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Yij = Nilai parameter taraf ke i dan pada ulangan ke j

µ = Nilai tengah umum

α = Pengaruh perlakuan jenis susu pada taraf ke i

εij = Pengaruh galat dari satuan ulangan ke-j yang memperoleh

perlakuan ke-i

Apabila perlakuan nyata terhadap yang diukur maka dilanjutkan dengan

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menrut Gaspersz, (1991).

15

Data yang berpengaruh nyata, selanjutnya dianalisis dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT).

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Rendemen Dangke

Rendemen merupakan persentase produk yang didapatkan dari

membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya sehingga dapat diketahui

kehilangan beratnya selama proses pengolahan. Rendemen dangke adalah

perbandingan berat curd dan berat susu.

Tabel 4. Rata-Rata Rendemen Dangke pada Berbagai Produk Susu Cair.

Ulangan

Jenis Produk Susu

Susu Segar Susu Pasteurisasi Susu Sterilisasi

1 14,30± 1,75

16,50± 0,40

18± 1,26

2 13,10± 1,75

17,10± 0,40

17,90± 1,26

3 15,90± 1,75

16,60± 0,40

17± 1,26

4 14,20± 1,75

17,50± 0,40

19,40± 1,26

5 17,60± 1,75

17,50± 0,40

16± 1,26

Rata-rata 15,02a

16,92b

17,66b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama memberikan

pengaruh yang nyata (P<0,05).

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu memberikan pengaruh

yang nyata (P<0,05) terhadap rendemen dangke. Hasil uji lanjut menunjukkan

dangke susu segar memiliki nilai rendemen yang lebih rendah daripada dangke

susu pasteurisasi (P<0,05) dan susu sterilisasi (P<0,01), sedangkan nilai rendemen

dangke susu sterilisasi tidak berbeda dengan dangke susu pasteurisasi. Perbedaan

rendemen antara dangke susu segar, susu pasteurisasi dan susu sterilisas tersebut

kemungkinan dipengaruhi oleh komposisi susu yaitu kandungan protein dan

17

lemak susu sterilisasi dan susu pasteurisasi lebih besar dibandingkan susu segar,

sehingga pada saat penggumpalan, curd yang terbentuk lebih besar jika

dibandingkan dengan susu pasteurisasi dan susu segar yang menghasilkan curd

lebih sedikit. Malaka (2010) menyatakan kasein merupakan protein khas bagi

susu yang jumlahnya 80% dari total protein yang mengandung Ca, S dan tersusun

dari beberapa asam amino.

Volume Whey

Whey merupakan produk samping dari pengolahan dangke yang diperoleh

setelah penyaringan curd. Volume whey dangke susu segar, susu pasteurisasi dan

susu sterilisasi dapat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Volume Whey Dangke pada Berbagai Produk Susu Cair.

Ulangan

Jenis Produk Susu

Susu Segar Susu Pasteurisasi Susu Sterilisasi

1 0,84± 15,24

0,82± 4,40

0,80± 9,74

2 0,85± 15,24

0,81± 4,40

0,80± 9,74

3 0,83± 15,24

0,82± 4,40

0,81± 9,74

4 0,84± 15,24

0,81± 4,40

0,79± 9,74

5 0,81± 15,24

0,82± 4,40

0,81± 9,74

Rata-rata 0,84a

0,82b

0,80b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama memberikan

pengaruh yang sangat nyata (P<0,01).

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu berpengaruh sangat nyata

(P<0,01) terhadap volume whey dangke. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa

volume whey dangke susu segar lebih banyak dibandingkan dengan dangke susu

pasteurisasi dan susu sterilisasi. Hal ini kemungkinan disebabkan curd yang

terbentuk pada susu segar lebih sedikit. Menurut Fatma, et al. (2012) Whey

18

dangke merupakan hasil samping pengolahan dangke yang belum dimanfaatkan

dengan baik. Whey dangke memiliki kandungan laktosa ± 5,08%, protein ±

0,63% dan lemak ± 0,2%. Kandungan nutrisi whey cukup tinggi sehingga telah

banyak dilakukan penelitian pemanfaatan whey.

Warna Dangke

Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh

panelis. Penentuan warna bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang

dimilikinya, yaitu tidak menyimpang dari warna yang seharusnya. Menurut

Winarno (2007) bahwa salah satu faktor sebelum faktor-faktor yang lain

dipertimbangkan secara visual, faktor warna lebih berpengaruh dan kadang-

kadang sangat menentukan suatu bahan pangan yang dinilai dibandingkan rasa

enak dan bergizi.

Tabel 6. Rata-Rata Skor Warna Dangke pada Uji Organoleptik pada Berbagai

Produk Susu Cair.

Ulangan

Jenis Produk Susu

Susu Segar Susu Pasteurisasi Susu Sterilisasi

1 4,10± 0,25

1,60± 0,91

3,50± 0,59

2 3,60± 0,25

3,40± 0,91

2,30± 0,59

3 3,70± 0,25

3,40± 0,91

2,20± 0,59

4 3,40± 0,25

3,70± 0,91

2± 0,59

5 3,80± 0,25

3,90± 0,91

2,30± 0,59

Rata-rata 3,72a

3,20ab

2,46b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama memberikan

pengaruh yang nyata (P<0,05).

1=buram; 2=agak buram; 3=agak putih; 4=putih; 5=sangat putih

19

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap warna. Warna dangke susu segar secara nyata (P<0,05) lebih

putih jika dibandingkan dangke susu sterilisasi yang memiliki warna buram (agak

kecoklatan). Hal ini disebabkan susu segar mengalami tingkat pemanasan yang

lebih sedikit dibandingkan susu sterilisasi dan susu pasteurisasi. Susu sterilisasi

yang telah dipanaskan sebelum digunakan sebagai bahan baku dangke dengan

warna yang kecoklatan karena mengalami browning. Menurut Rahmawati (2008)

pencoklatan (browning) merupakan proses pembentukan pigmen berwarna kuning

yang akan segera berubah menjadi coklat gelap . Pembentukan warna coklat ini

dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau

polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenol

menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang

berwarna coklat. Menurut Adnan (1984) warna putih dari susu diakibatkan oleh

dispersi yang merefleksikan sinar dari globula-globula lemak serta partikel-

pertikel koloid senyawa kasein dan kalsium posfat. Warna kekuningan disebabkan

karena adanya pigmen karoten yang terlarut di dalam lemak susu. Karoten

mempunyai keterkaitan dengan pigmen santofil yang banyak ditemukan di dalam

tanam-tanaman hijau. Bila karoten dan santofil dikonsumsi oleh sapi perah, maka

akan ikut dalam aliran darah dan sebagian terlarut/bersatu dalam lemak susu.

Aroma Dangke

Aroma dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan

indera pembau. Untuk dapat menghasilkan aroma, zat harus dapat menguap,

20

sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam lemak. Senyawa berbau sampai ke

jaringan pembau dalam hidung bersama - sama dengan udara.

Tabel 7. Rata-Rata Skor Aroma Dangke pada Uji Organoleptik dari Berbagai

Produk Susu Cair.

Ulangan

Jenis Produk Susu

Susu Segar Susu Pasteurisasi Susu Sterilisasi

1 3,40± 0,13

3,10± 0,16

3,20± 0,19

2 3± 0,13

2,70± 0,16

3,50± 0,19

3 3,30± 0,13

2,90± 0,16

2,80± 0,19

4 3,20± 0,13

3,20± 0,16

2,60± 0,19

5 3,40± 0,13

3,60± 0,16

3,20± 0,19

Rata-rata 3,26a

3,10b

3,06ab

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama memberikan

pengaruh yang nyata (P<0,05).

1=tidak beraroma susu; 2=agak tidak beraroma susu; 3=agak

beraroma susu; 4=aroma susu; 5=sangat beraroma susu

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap aroma dangke. Aroma susu dangke susu segar lebih tinggi

daripada aroma dangke susu pasteurisasi dan relatif sama dengan aroma dangke

susu sterilisasi. Hasil ini disebabkan karena pengaruh enzim yang ada pada susu

segar lebih banyak dibanding susu pasteurisasi dan sterilisasi. Aroma (bau) khas

susu disebabkan oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan

sebagian bersifat volatil, oleh sebab itu setelah pemanasan atau setelah

penyimpanan, aroma khas susu banyak berkurang. Anonim (2013) menyatakan

bahwa susu memiliki bau yang aromatis, hal ini disebabkan adanya perombakan

protein menjadi asam-asam amino. Bau susu akan lebih nyata jika susu dibiarkan

beberapa jam terutama pada suhu kamar. Kandungan laktosa yang tinggi dan

kandungan klorida yang rendah diduga menyebabkan susu berbau seperti garam.

21

Tekstur Dangke

Tekstur adalah faktor kualitas makanan yang paling penting, oleh karena

itu konsumen menghendaki makanan mempunyai rasa dan tekstur yang sesuai

dengan selera yang mereka harapkan. Jika konsumen membeli makanan, maka

pentingnya nilai gizi biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur, dan

rasa.

Tabel 8. Rata-Rata Skor Tekstur Dangke pada Uji Organoleptik dari Berbagai

Produk Susu Cair.

Ulangan

Jenis Produk Susu

Susu Segar Susu Pasteurisasi Susu Sterilisasi

1 3,40± 0,16

3,90± 0,33

3,60± 0,35

2 3,40± 0,16

3,80± 0,33

4± 0,35

3 3,30± 0,16

3,50± 0,33

3,70± 0,35

4 3,60± 0,16

3,80± 0,33

3,50± 0,35

5 3,60± 0,16

3,90± 0,33

3,60± 0,35

Rata-rata 3,46

3,70

3,60

Keterangan : 1=sangat kasar; 2=agak kasar; 3=agak lembut; 4=lembut; 5=sangat

lembut

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu tidak berpengaruh nyata

terhadap tekstur dangke. Hal ini mengindikasikan kandungan air pada dangke

susu sapi segar, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi relatif sama. Buckle, et al.

(1987) menyatakan bahwa komposisi susu segar dibagi menjadi dua bagian yaitu

87,25% berupa air dan 12,75% berupa zat padat. Ditambahkan Sulieman (2007)

bahwa keju yang dibuat dari susu menntah mengandung air 43,0%, abu 12,5%,

protein 20,16% dan total padatan terlarut 56,48% sedangkan keju dari susu

pasteurisasi mengandung air 50,9%, abu 10,5%, protein 17,63% dan total padatan

22

terlarut 48,76% dan keju dari susu yang direbus mengandung air 48,5%, abu

13,4%, protein 15,4% dan total padatan terlarut 55,75%.

Kesukaan Dangke

Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

sebaliknya ketidaksukaan. Panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau

sebaliknya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.

Tabel 9. Rata-Rata Skor Kesukaan Dangke pada Uji Organoleptik dari Berbagai

Produk Susu Cair.

Ulangan

Jenis Produk Susu

Susu Segar Susu Pasteurisasi Susu Sterilisasi

1 3,80± 0,22

1,40± 0,59

1,90± 0,46

2 3,50± 0,22

2,70± 0,59

2,50± 0,46

3 3,40± 0,22

2,70± 0,59

3,10± 0,46

4 3,20± 0,22

2,90± 0,59

2,90± 0,46

5 3,60± 0,22

2,50± 0,59

2,40± 0,46

Rata-rata 3,50a

2,40b

2,50b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama memberikan

pengaruh yang sangat nyata (P<0,01).

1=tidak suka; 2=agak tidak suka; 3=agak suka; 4=suka; 5=sangat

suka

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu berpengaruh sangat nyata

(P<0,01) terhadap kesukaan dangke. Nilai kesukaan dangke susu segar secara

nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan dangke susu pasteurisasi dan

susu sterilisasi. Hal ini disebabkan dangke susu segar memiliki warna lebih putih

dan lebih beraroma susu sehingga diminati oleh panelis dan berpengaruh terhadap

kepekaan kesukaan panelis. Faktor lain adalah rasa pada dangke susu pasteurisasi

dan susu sterilisasi agak pahit dibandingkan dengan dangke susu segar, sehingga

23

penelis cenderung lebih menyukai dangke susu segar. Rasa pahit tersebut

mungkin disebabkan adanya pemanbahan bahan selain susu dalam produk susu

komersial.

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

dilihat dari segi jumlah rendemen dan volume whey dangke susu sterilisasi dan

dangke susu pasteurisasi lebih baik, sedangkan dari kualitas organoleptik ( warna,

aroma, tekstur dan kesukaan) dangke susu segar yang lebih baik.

Saran

Penggunaan susu pasteurisasi dan susu sterilisasi pada pembuatan dangke

membutuhkan penelitian dengan tingkat konsentrasi getah pepaya yang tepat.

25

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, N. 1984. Kimia dan Teknologi PengolahanAir Susu. Fakultas Teknologi

Pertanian. Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.

Anonim. 2013. Manfaat Tak Terduga Dari Kandungan Susu Greendfiels.

http://manfaatsususegargreenfields.blogspot.com/2013_04_01_archive.ht

ml. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015.

Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3141-1998. tentang syarat mutu susu

segar. Dewan Standarisasi Nasional- DSN. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2000.Batas Maksimum Cemaran Mikroba

dan Batas maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. SNI

No : 016366-2000.

Bray, D.R. 2008. Milk Quality Is More than Somatic Cell Count and Standard

Plate Count, It’s Now Shelf-Life. Department of Animal Sciences-

University of Florida. USA.

Brooks, G.F, J. S. Butel, J.S, Morse, and N.L. Ornston. 2004. Jawetz Melnick and

Adleberg’s Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke 20. Alih Bahasa :Edi

Nugroho dan RF Maulany. ECG, Jakarta.

Buckle, K.A., R. A. Edwards. G.N. Fleet dan M Wootton. 1987. Ilmu Pangan

Penerjemah Purnomo, H., dan Adiono. Universitas Indonesia Press,

Jakarta.Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Djambatan.

Jakarta.

Fardiaz, S. 1992.Mikrobiologi Pangan. PT Gramedia Utama. Jakarta.

Fatma, dkk.. 2012. Karakteristik whey limbah dangke dan potensinya sebagai

produk minuman dengan menggunakan Lactobacillus acidophillus

FNCC 0051. AGRITECH, 32(4): 352-361.

Frazier W.C., Westhoff D.C. 1983. Food Microbiology. 3rd

ed. New York: Tata

McGraw-Hill, pp: 278-303.

Gaspersz, 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.

Gunawan, 1991. Pengaruh Penggunaan Garam dan Kemasan Terhadap Daya

Simpan Dali (Produk Olahan Susu Tradisional). Skripsi Fakultas

Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

26

Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil

Olahannya. Liberty. Yogyakarta.

Magnuson, M., Christiansson., Svensson. 2007. Bacillus sporeus during housing

of dairy cows : Factors Affecting Contaminating of Raw Milk. J. Dairy

Sci 90: 2754.

Malaka, R. 2010.Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

Marzoeki, A. 1978. Penulisan Peningkatan Mutu Dangke. Departemen

Perindustrian. Balai Penulisan Kimia. Ujung Pandang.

Marzoeki, M. Hafid., Jufri, Amir dan Madjid. 2003. Penelitian Peningkatan Mutu

Dangke. Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian, Makassar.

Pelczar and Chan, 2007.Dasar- Dasar Mikrobiologi. UI. Press, Jakarta.

Purnomo, H. dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan. Cetakan Pertama. UI Press,

Jakarta.

Rahmawati F. 2008. Pengaruh vitamin C terhadap aktivitas polifenol oksidase

buah Apel merah (Pyrus malus) secara in vitro [skripsi]. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera

Utara : Program Studi Produksi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Singh, J., A. Khanna, and H. Chander. 1980. Effect of incubation temperature and

heat treatment of milk from cow and buffalo on acid and flavor

production by S. thermophillusand L. bulgaricus. J. Food Protection.43

(12):399-400.

Simatupang, 2006.Pengkajian subsitusi dengan sumber air lainnya pada

perbanyakan mikro pisang barangan dan stroberi. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Sumatra Utara, Medan.

Soeparno, 1992.Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Pusat Antar Universitas

Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sulieman, A.M.H. 2007. Effect of Pretreatment of Milk Quality Characteristics of

Jibna-Beida (White Cheese). Internasional Journal of Food Engineering.

3(4):ISSN(online)1556-3758.

Supardi dan Sukanto. 1999.Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan

Pangan. Alumni, Bandung.

27

Usmiati, S., 2010. Teknologi Susu Sterilisasi http://pascapanen.litbang.pertanian.g

o.id/index.php/id/berita/107. Diakses pada tanggal 18 Maret 2018.

Valik L., F. Gorner, and D. Laukova. 2003. Growth dynamics of Bacillus cereus

and shelf-life of pasteurised milk. Czech J. Food Sci. 21: 195–202.

Wahniyathi, H. 2013. Survei Potensi Pengembangan Dangke Susu Sapi Sebagai

Alternatif Dangke Susu Kerbau Di Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan. Laporan Penelitian.Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Winarno, F.G. dan I.E. Fernandez. 2007. Susu dan Produk Fermentasinya. M-Brio

Press, Bogor.

28

29

Lampiran 1. Hasil analisis ragam uji rendemen dangke susu segar, susu

pasteurisasi dan susu sterilisasi.

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Randemen

Jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 15.0200 1.75414 5

Susu Pasteurisasi 16.9200 .40249 5

Susu Sterilisasi 17.6600 1.26412 5

Total 16.5333 1.64520 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Randemen

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 18.545a 2 9.273 5.751 .018

Intercept 4100.267 1 4100.267 2.543E3 .000

Perlakuan 18.545 2 9.273 5.751 .018

Error 19.348 12 1.612

Total 4138.160 15

Corrected Total 37.893 14

a. R Squared = ,489 (Adjusted R Squared = ,404)

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Randemen

(I) Jenis

susu (J) Jenis susu

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD Segara Pasteurisasi

b -1.9000

* .80308 .036 -3.6498 -.1502

Sterilisasi

b -2.6400* .80308 .006 -4.3898 -.8902

Pasteurisasi

b Segar

a 1.9000

* .80308 .036 .1502 3.6498

Sterilisasi

b

-.7400 .80308 .375 -2.4898 1.0098

30

Sterilisasi

b Segar

a 2.6400

* .80308 .006 .8902 4.3898

Pasteurisasi

b

.7400 .80308 .375 -1.0098 2.4898

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1,612.

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Lampiran 2. Hasil analisis ragam volume whey dangke susu segar, susu

pasteurisasi dan susu sterilisasi.

Descriptive Statistics

Dependent Variable:volume whey

jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 8.3700E2 15.24795 5

Susu Pasteurisasi 8.1700E2 4.47214 5

Susu Sterilisasi 8.0300E2 9.74679 5

Total 8.1900E2 17.54586 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:volume whey

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2920.000a 2 1460.000 12.604 .001

Intercept 1.006E7 1 1.006E7 8.686E4 .000

Perlakuan 2920.000 2 1460.000 12.604 .001

Error 1390.000 12 115.833

Total 1.007E7 15

Corrected Total 4310.000 14

Descriptive Statistics

31

Dependent Variable:volume whey

jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 8.3700E2 15.24795 5

Susu Pasteurisasi 8.1700E2 4.47214 5

Susu Sterilisasi 8.0300E2 9.74679 5

Total 8.1900E2 17.54586 15

Multiple Comparisons

Dependent Variable:volume whey

(I) jenis

susu (J) jenis susu Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

LSD Segar

Pasteurisasi 20.0000* 6.80686 .012 5.1691 34.8309

Sterilisasi 34.0000* 6.80686 .000 19.1691 48.8309

Pasteuri

sasi

Segar -20.0000* 6.80686 .012 -34.8309 -5.1691

Sterilisasi 14.0000 6.80686 .062 -.8309 28.8309

Sterilisa

si

Segar -34.0000* 6.80686 .000 -48.8309 -19.1691

Pasteurisasi -14.0000 6.80686 .062 -28.8309 .8309

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 115,833.

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

32

Lampiran 3. Hasil analisis ragam uji organoleptik warna dangke susu segar, susu

pasteurisasi dan susu sterilisasi.

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Warna

Jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 3.7200 .25884 5

Susu Pasteurisasi 3.2000 .91924 5

Susu Sterilisasi 2.4600 .59414 5

Total 3.1267 .80487 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Warna

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 4.009a 2 2.005 4.754 .030

Intercept 146.641 1 146.641 347.764 .000

Perlakuan 4.009 2 2.005 4.754 .030

Error 5.060 12 .422

Total 155.710 15

Corrected Total 9.069 14

a. R Squared = ,442 (Adjusted R Squared = ,349)

33

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Warna

(I) Jenis

susu (J) Jenis susu Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

LSD Segara

Pasteurisasiab

.5200 .41069 .229 -.3748 1.4148

Sterilisasib 1.2600

* .41069 .010 .3652 2.1548

Pasteuri

sasiab

Segara

-.5200 .41069 .229 -1.4148 .3748

Sterilisasib .7400 .41069 .097 -.1548 1.6348

Sterilisa

sib

Segara

-1.2600* .41069 .010 -2.1548 -.3652

Pasteurisasiab

-.7400 .41069 .097 -1.6348 .1548

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,422.

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Lampiran 4. Hasil analisis ragam uji organoleptik aroma dangke susu segar, susu

pasteurisasi dan susu sterilisasi.

Descriptive Statistics

34

Dependent Variable:Aroma

Jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 3.4600 .13416 5

Susu Pasteurisasi 3.7800 .16432 5

Susu Sterilisasi 3.6800 .19235 5

Total 3.6400 .20633 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Aroma

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .268a 2 .134 4.902 .028

Intercept 198.744 1 198.744 7.271E3 .000

Perlakuan .268 2 .134 4.902 .028

Error .328 12 .027

Total 199.340 15

Corrected Total .596 14

a. R Squared = ,450 (Adjusted R Squared = ,358)

35

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Aroma

(I) Jenis

susu (J) Jenis susu Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

LSD Segara

Pasteurisasib

-.3200* .10456 .010 -.5478 -.0922

Sterilisasiab -.2200 .10456 .057 -.4478 .0078

Pasteuri

sasib

Segara

.3200* .10456 .010 .0922 .5478

Sterilisasiab .1000 .10456 .358 -.1278 .3278

Sterilisa

siab

Segara

.2200 .10456 .057 -.0078 .4478

Pasteurisasib -.1000 .10456 .358 -.3278 .1278

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,027.

36

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Lampiran 5. Hasil analisis ragam uji organoleptik tekstur dangke susu segar,

susu pasteurisasi dan susu sterilisasi.

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Tekstur

Jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 3.2600 .16733 5

Susu Pasteurisasi 3.1000 .33912 5

Susu Sterilisasi 3.0600 .35777 5

Total 3.1400 .29228 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tekstur

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .112a 2 .056 .620 .554

Intercept 147.894 1 147.894 1.637E3 .000

Perlakuan .112 2 .056 .620 .554

Error 1.084 12 .090

Total 149.090 15

Corrected Total 1.196 14

a. R Squared = ,094 (Adjusted R Squared = -,057)

Lampiran 6. Hasil analisis ragam uji organoleptik kesukaan dangke susu segar,

susu pasteurisasi dan susu sterilisasi.

37

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Kesukaan

Jenis susu Mean Std. Deviation N

Susu Segar 3.5000 .22361 5

Susu Pasteurisasi 2.4400 .59833 5

Susu Sterilisasi 2.5600 .46690 5

Total 2.8333 .64771 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kesukaan

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.369a 2 1.685 8.073 .006

Intercept 120.417 1 120.417 577.077 .000

Perlakuan 3.369 2 1.685 8.073 .006

Error 2.504 12 .209

Total 126.290 15

Corrected Total 5.873 14

a. R Squared = ,574 (Adjusted R Squared = ,503)

38

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Kesukaan

(I) Jenis

susu (J) Jenis susu Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

LSD Segara

Pasteurisasib

1.0600* .28891 .003 .4305 1.6895

Sterilisasib .9400

* .28891 .007 .3105 1.5695

Pasteuri

sasib

Segara

-1.0600* .28891 .003 -1.6895 -.4305

Sterilisasib -.1200 .28891 .685 -.7495 .5095

Sterilisa

sib

Segara

-.9400* .28891 .007 -1.5695 -.3105

Pasteurisasib .1200 .28891 .685 -.5095 .7495

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,209.

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

39

40

Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Pengambilan getah pepaya segar

Proses pengolahan

dangke

41

Penyaringan/pemisahan curd dari whey dangke

Persiapan uji organoleptik

42

Uji organoleptik

43

RIWAYAT HIDUP

ANDI PANCAWATI akrab disapa Ancha, lahir di Bontouse

pada tanggal 22 Februari 1993 dari seorang Ayah yang

bernama Drs. Mappangara dan seorang Ibu yang bernama

(Almh) Hj. Andi Ratna. Ancha adalah anak keempat dari

empat bersaudara.Dia memulai pendidikannya di Sekolah

Dasar Negeri 28 Pinceng Pute, Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo pada tahun

1999 -2005. Setelah itu, melanjutkan tingkat pendidikan menengah pertama di SMP

Negeri 1 Tanasitolo, Kabupaten Wajo pada tahun 2005 – 2008. Kemudian

melanjutkan ketingkat Pendidikan Menengah Atas di SMAN 2 Sengkang,

Kabupaten Wajo pada tahun 2008 – 2011. Selanjutnya pada tahun 2011 masuk

kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di perguruan tinggi negeri melalui jalur

Undangan di Universitas Hasanuddin Makassar tepatnya di Fakultas Peternakan

hingga sekarang tahun 2015.