Kualitas Air Ikan Arawana

57
EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM ADITYA PRIMA YUDHA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

description

Cara Mengjaga kualitas air utk arawana

Transcript of Kualitas Air Ikan Arawana

Page 1: Kualitas Air Ikan Arawana

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA

Sceleropages formosus DI AKUARIUM

ADITYA PRIMA YUDHA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: Kualitas Air Ikan Arawana

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skirpsi ini. Bogor, Januari 2009 ADITYA PRIMA YUDHA C14104024

Page 3: Kualitas Air Ikan Arawana

RINGKASAN

ADITYA PRIMA YUDHA. Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium.

Ikan arwana Sceleropages formosus merupakan salah satu ikan hias air tawar asli Indonesia. Sebagai ikan hias, arwana biasa dipelihara dalam akuarium. Masalah yang sering dihadapi pada pemeliharaan arwana demikian adalah menurunnya kualitas air pemeliharaan. Untuk mengatasi masalah digunakan filter air. Penggunaan zeolit pada filter sebanyak 0,6 kg diduga belum optimal untuk perbaikan kualitas air dalam akuarium. Hal ini dapat terlihat dari tingginya amoniak dan tidak stabilnya pH air (menurun dengan cepat hingga 5). Oleh karena itu diperlukan penambahan zeolit dan penelitian untuk mengetahui jumlah zeolit yang optimal sebagai filter air dalam akuarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit pada filter air terhadap beberapa peubah fisika kimia air media pemeliharaan ikan arwana dalam akuarium. Dari pengaruh tersebut dapat dievaluasi efektifitas sistem resirkulasi filtrasi pada pemeliharaan ikan arwana dalam akuarium terhadap parameter pertumbuhan panjang dan bobot, kelangsungan hidup,dan efisiensi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 3 perlakuan diulang masing-masing 3 kali ulangan.

Tiga perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu penambahan zeolit sebanyak 0.6; 1.2; dan 1.8 kg pada filter air yang terdiri dari kapas, arang aktif, bio ball dan bio foam. Sebanyak 27 ekor ikan arwana dengan bobot rata-rata 478.0 gram dan panjang total rata-rata 36.4 cm dipelihara dalam akuarium berukuran 118x57.5x49.5 cm selama 28 hari. Ikan diberi pakan berupa katak sawah (Rana tigrina) satu kali sehari sebanyak 12-20 gram secara at satiation. Penyifonan dilakukan setiap hari pada 08.00-10.00 WIB. Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali, dengan volume sebanyak 67.9 liter (10 cm). Pengukuran bobot dan panjang ikan dilakukan pada saat awal tebar dan akhir dari pemeliharaan. Air contoh yang diambil dari akuarium diukur di laboratorium. Peubah pH diukur setiap hari yaitu pada 04.00, dan 18.00 WIB, sedangkan untuk amoniak total dan H2S diukur setiap dua hari sekali pada pukul 04.00 dan 18.00. Pengamatan suhu dilakukan setiap 04.00, 11.00 dan 18.00 WIB.

Dari penelitian ini diketahui bahwa semakin banyak zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga cenderung lebih baik. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan zeolit 1,8 kg. Nilai amoniak tiap perlakuan di minggu terakhir pemeliharaan adalah 0,6 kg zeolit = 0,0 mg/l, 1,2 kg zeolit = 0,0 mg/l dan 1,8 kg zeolit = 0,0 mg/l. Nilai hidrogen sulfida tiap perlakuan di minggu terakhir masa pemeliharaan adalah 0,6 kg zeolit = 0,0044 mg/l, 1,2 kg zeolit = 0,0046 mg/l, 1,8 kg zeolit = 0,0036 mg/l. Penambahan jumlah zeolit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang, tingkat kelangsungan hidup dan efisiensi pakan ikan arwana

.

Page 4: Kualitas Air Ikan Arawana

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA

Sceleropages formosus DI AKUARIUM

ADITYA PRIMA YUDHA

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 5: Kualitas Air Ikan Arawana

Judul Skripsi : Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air

dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium

Nama Mahasiswa : Aditya Prima Yudha

Nomor Pokok : C14104024

Disetujui

Komisi Pembimbing

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Irzal Effendi, M.Si. Dr. Tatag Budiardi NIP. 131841732 NIP. 132169277

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya NIP. 131578799

Page 6: Kualitas Air Ikan Arawana

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak Mei 2008 sampai dengan Agustus 2008 ini

adalah Sistem dan Teknologi Budidaya, dengan judul Efektifitas Penambahan

Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan

Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang

setulusnya kepada :

1. Bapak Irzal Effendi, M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Tatag

Budiardi selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan

dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Eddy Supriyono selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Milwan D. Patria, Bapak Moses, Bang Ikbal, Mas Ledi dan Mas

Anjar dan staf riset dan pengembangan PT Inti Kapuas International yang

telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan kepada penulis

dalam melakukan penelitian.

4. Ayahanda Drs. Hendra Suryono dan Ibunda Dra. Esti Handayani serta

Adik-adik, Rara Merinda Puspitasari, Eliza Triananda dan Anantya

Khrisna Seta atas doa, dukungan dan kasih sayang yang diberikan.

5. Muhammad Firdaus, Arbain Joko Pamungkas, Yudhi amrial, Basuki

Setiawan, Rino Kusuma Ardhani, Agung Setiaji, Aquatech’ers dan teman-

teman BDP 41 atas pertemanan dan kekeluargaannya.

6. Emilea Yavanica atas doa dan dukungan serta kebersamaan dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh staf BDP atas bantuan yang diberikan.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga

bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan

ini.

Bogor, Januari 2009

Aditya Prima Yudha

Page 7: Kualitas Air Ikan Arawana

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandarjaya, Kabupaten Lampung Tengah,

Propinsi Lampung, pada Kamis 6 Maret 1986, sebagai anak pertama dari empat

bersaudara pasangan Hendra Suryono dan Esti Handayani.

Penulis memulai pendidikan di SDK 3 Bandarjaya lulus pada 1998,

kemudian 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Terbanggi Besar dan

lulus pada 2001. Pada 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1

Terbanggi Besar dan lulus pada 2004. Penulis diterima menjadi mahasiswa

Departemen Budidaya Perairan, Program Studi Teknologi dan Manajemen

Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada

2004 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan, antara

2006-2007 penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa

Akuakultur (HIMAKUA) sebagai anggota Departemen Kewirausahaan.

Dalam usaha menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang akuakultur,

penulis pernah melaksanakan praktek lapang di Balai Besar Pengembangan

Budidaya Laut Lampung pada 2006, kemudian penulis juga melaksanakan

Praktek Pembesaran Tiram Mutiara (Pinctada maxima) dan Praktek Pembenihan

Abalone (Haliotis asinina) di Balai Budidaya Laut Lombok pada 2007. Tugas

akhir yang ditempuh di perguruan tinggi ini diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “ EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA

FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN

ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM“.

Page 8: Kualitas Air Ikan Arawana

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 2.1 Biologi Ikan Arwana Sceleropages formosus ................................. 3 2.2 Budidaya ikan arwana ................................................................... 6 2.2.1 Budidaya di Kolam..................................... ............................ 6 2.2.2 Budidaya di Bak...................................................... ............... 7 2.2.3 Budidaya di Akuarium ........................................................... 7 2.3 Kualitas Air untuk Pemeliharaan Ikan Arwana dalam Akuarium ..... 8 2.4. Filter Air ......................................................................................... 9 2.4.1 Fisik ....................................................................................... 9 2.4.2 Kimia ..................................................................................... 9 2.4.3 Biologi ................................................................................... 10 2.5 Parameter Kimia Air dalam Akuarium ............................................. 10 2.6 Kegunaan Zeolit sebagai Filter Air .................................................. 14 III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 16 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ................................. 16 3.2 Rancangan Percobaan dan Rancangan Perlakuan ....................... 16 3.3 Persiapan Wadah dan Filter .......................................................... 16 3.4 Pemeliharaan Ikan ......................................................................... 20 3.5 Pengambilan Contoh ..................................................................... 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 24 4.1 Hasil ............................................................................................. 24 4.1.1 Fisika Kimia Air ..................................................................... 24

4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ............................................... 27 4.1.3 Laju Pertumbuhan Robot Harian ........................................... 29 4.1.4 Kelangsungan Hidup............................................................. 30 4.1.5 Efisiensi Pakan ..................................................................... 30 4.2 Pembahasan ................................................................................ 31 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 35 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36 LAMPIRAN .................................................................................................. 38

Page 9: Kualitas Air Ikan Arawana

DAFTAR TABEL Halaman

1. Persentase kelarutan amonia tak terionisasi dalam air pada suhu dan pH yang berbeda (Boyd, 1982) .............................................................. 11

2. Persentase hidrogen sulfida terhadap sulfida total pada berbagai pH

dan suhu (Boyd, 1990) ............................................................................ 13

3. Tahapan kegiatan penelitian Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium .......................................... 16 3. Metode pengukuran kualitas air selama masa pemeliharaan ikan

arwana Sceleropages formosus yang diberi perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg ........................................................................ 23

4. Kualitas air sebelum dan sesudah melewati talang filter akuarium

pemeliharaan arwana Sceleropages formosus dengan perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg ................................................... 24

5. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus yang

dihabiskan tiap minggu selama masa pemeliharaan ............................... 33

Page 10: Kualitas Air Ikan Arawana

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan arwana Sceleropages formosus ...................................................... 3

2. Sebaran ikan arwana di dunia ................................................................. 6

3. Penyusunan komponen filter air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dalam akuarium . .......................... 18

4. Arah aliran air dan proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus ................................ 18

5. Proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .......................................................................... 19

6. Akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus . .............. 19

7. Fluktuasi nilai amoniak tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Scleropages formosus ........................................................ 25

8. Fluktuasi nilai TAN tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .............................................................. 25

9. Fluktuasi nilai hidrogen sulfida tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus ................................ 26

10. Fluktuasi nilai pH tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .............................................................. 27

11. Fluktuasi nilai DO di akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .......................................................................... 28

12. Fluktuasi nilai karbondioksida di akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .......................................................................... 28

13. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari . 29

14. Laju pertumbuhan bobot harian (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari . 29

15. Kelangsungan hidup (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari ................. 30

16. Efisiensi pakan (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari. ................ 31

Page 11: Kualitas Air Ikan Arawana

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

1. Peta Pontianak, Kalimantan Barat .................................................... 38 2. Nilai amoniak dan pH pada media pemeliharaan ikan arwana

Sceleropages formosus dengan kepadatan berbeda ........................ 39 3. Panjang awal dan akhir ikan arwana Sceleropages formosus

selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 40

4. Pertumbuhan panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 40

5. Sidik ragam panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 40

6. Bobot awal dan akhir ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ............................................ 41

7. Nilai laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 41

8. Laju pertumbuhan bobot harian rata-rata ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 41

9. Sidik ragam laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ... 42

10. Survival rate (kelangsungan hidup) ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 42

11. Kenaikan bobot ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ....................................................... 42

12. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ....................................................... 42

13. Efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ............................................................... 43

14. Sidik ragam efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 43

15. Kisaran kualitas air selama 28 masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ....................................................... 43

Page 12: Kualitas Air Ikan Arawana

16. Fluktuasi kandungan oksigen terlarut pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 44

17. Fluktuasi kandungan karbondioksida pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28 ) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg ........................................................ 44

18. Jumlah pakan total yang dihabiskan ikan arwana Sceleropages formosus setiap minggu selama masa pemeliharaan ....................... 45

Page 13: Kualitas Air Ikan Arawana

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Arwana Sceleropages formosus (Famili Osteoglossidae) merupakan

ikan hias air tawar yang memiliki jenis yang beragam, antara lain arwana hijau

(green), arwana merah (super red) dan arwana golden. Di alam ikan ini hidup di

sungai, danau, rawa dan perairan umum lain yang agak masam dan berarus

lambat hingga sedang. Ikan ini biasanya berenang dan berburu mangsanya

berupa katak dan serangga di dekat permukaan air (surface feeder). Harga ikan

arwana cukup tinggi, untuk yang super red berukuran 7-11 cm di pasar dalam

negeri bisa mencapai Rp. 3-5 juta per ekor (bergantung kepada kualitas),

sedangkan di pasar luar negeri bisa mencapai 2 kali lipat dari harga dalam

negeri. Pasar ekspor utama ikan ini adalah negara Cina, Malaysia, Australia,

India, Jepang dan Amerika Serikat (Anonim, 2007)

Sebagai ikan hias, arwana biasa dipelihara dalam akuarium. Secara umum,

semakin besar ukuran akuarium akan semakin baik, karena arwana memerlukan

ruang gerak yang cukup luas. Permasalahan yang biasa dihadapi dalam

budidaya ikan arwana meliputi beberapa faktor antara lain kualitas air, penyakit,

nutrisi dan pemijahan (breeding). Kualitas air pemeliharaan dapat menurun

dengan cepat karena feses dan buangan metabolit ikan serta sisa pakan. Hal ini

tampak dari menurunnya kualitas air akibat penurunan pH air yang terlalu cepat

dan tingginya kadar amoniak selama pemeliharaan (Lampiran 2). Menurunnya

kualitas air tersebut menyebabkan ikan arwana menjadi sakit. Penyakit yang

sering menyerang ikan arwana antara lain jamur, katarak (cloud eye), insang

hitam, dan kembang sisik. Beberapa patogen penyebab penyakit tersebut antara

lain Diplostomum (cacing pada mata), jamur Saprolegnia dan Achyla dan parasit

Lernae cyprinacea.

Untuk menangani masalah kualitas air pada sistem pemeliharaan di

akuarium, digunakan filter. Filter air tersebut meliputi filter fisik, kimia dan biologi.

Filter fisik yang biasa digunakan adalah kapas, filter kimia adalah zeolit dan

arang aktif, sedangkan filter biologi yang digunakan adalah bio ball dan bio foam.

Tingginya kadar amoniak pada media pemeliharaan dapat diatasi dengan filter

kimia. Salah satu filter kimia yang dapat ditingkatkan untuk perbaikan kualitas air

pemeliharaan adalah meningkatkan jumlah zeolit filter. Jumlah zeolit yang sudah

Page 14: Kualitas Air Ikan Arawana

2

diterapkan sebagai standar adalah 0.6 kilogram. Komposisi filter ini dirasakan

masih belum optimum untuk filtrasi air pada akuarium pemeliharaan arwana.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur beberapa peubah fisika-

kimia air dalam rangka mengevaluasi efektifitas penambahan zeolit terhadap

kinerja filter air dalam sistem resirkulasi pada pemeliharaan ikan arwana

Sceleropages formosus di akuarium.

Page 15: Kualitas Air Ikan Arawana

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Arwana Scleropages formosus

Klasifikasi Arwana adalah sebagai berikut (Saanin, 1968) :

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Family : Osteoglossidae

Genus : Scleropages

Species : Scleropages formosus

Gambar 1. Ikan Arwana Sceleropages formosus

Menurut Schuster (1952), arwana memiki berbagai nama lokal, antara lain

ikan silok (Kalimantan Barat), pejang (Kalimantan Timur), mamang djaman

(Sumatera Selatan), tangkalasa (Kalimantan Selatan), dan taliso (Jambi).

Sedangkan secara internasional, ikan arwana sering dikenal dengan sebutan

ikan naga (dragon fish), arowana atau leong (Cina).

Pada gambar 1 terlihat bahwa ikan arwana yang termasuk ke dalam famili

osteoglossidae memiliki ciri morfologi antara lain celah mulut lebar dan miring,

sirip punggung lebih pendek daripada sirip anus dan sirip dada memanjang

(Saanin, 1968). Pada bibir bawah arwana terdapat dua buah sungut yang

berfungsi sebagai sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan

Page 16: Kualitas Air Ikan Arawana

4

air. Di bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi yang

disebut dengan bony-tongue (lidah bertulang).

Arwana merupakan ikan karnivora. Di alam mereka memakan serangga,

ikan, udang, cacing dan beberapa jenis amfibi kecil seperti katak. Oleh karena

itu, pakan hidup merupakan diet utama bagi arwana. Untuk pemeliharaan arwana

di akuarium, frekuensi pemberian pakan mengikuti ukuran panjang tubuh.

Arwana dengan ukuran panjang tubuh di atas 35 cm, pakan dapat diberikan

sehari sekali atau setiap dua hari sekali. Arwana dengan ukuran panjang 15 - 35

cm, pakan dapat diberikan 2 kali sehari, sedangkan untuk arwana dengan ukuran

panjang kurang dari 15 cm, dianjurkan untuk diberi pakan 3 kali sehari. Diet

dengan mengikuti pola alami ini sering dapat menghindarkan gangguan

kesehatan pada arwana. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan warna arwana

yang baik, terdapat diet pakan khusus berdasarkan ukuran tubuh. Untuk larva

arwana yang berukuran 7-10 cm, pakan pertama yang baik diberikan adalah

blood worm. Kemudian setelah mencapai ukuran lebih dari 10 cm, anakan

arwana dapat diberikan jangkrik, kecoa atau kelabang. Setelah mencapai ukuran

cukup dewasa (>20 cm), pakan yang biasa diberikan adalah udang. Setelah

arwana mencapai ukuran dewasa (>30 cm), maka pakan yang dapat diberikan

adalah katak (Ermansyah et al., 2007).

Arwana dapat bereproduksi umumnya setelah mencapai umur 4-5 tahun

dengan ukuran 45-60 cm. Pada fase perkembangbiakan, arwana mempunyai

kebiasaan menjaga anaknya dalam mulut (mouth breeder). Induk jantan di alam

akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika

larva mulai dapat berenang (Anonim, 2006). Pemijahan terjadi sepanjang tahun,

dan mencapai puncaknya antara Juli dan Desember. Ikan arwana sulit dibedakan

jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.

Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar

dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga

besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran

kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan

makanan (Ermansyah et al., 2007).

Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lawan jenis.

Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka

mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam atau pagi hari,

ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina

Page 17: Kualitas Air Ikan Arawana

5

sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap

ke ekor pasangan). Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang

bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur

berwarna jingga kemerahan, jantan membuahi telur dan kemudian

mengumpulkan telur di mulutnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang

dan bertahan sendiri (Ermansyah et al., 2007). Diameter telur 8-10 mm dan kaya

akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah

penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai

kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah

ukuran tubuh 45-50 mm (Anonim, 2006).

Beberapa jenis arwana yang biasa dijumpai di dunia antara lain super red,

golden red, super green (arwana hijau), silver arwana dan jardini. Distribusi

kelima jenis tersebut dapat terlihat pada gambar 2. Arwana super red

(Scleropages formosus), endemik hanya ada di Kalimantan Barat, yaitu pada

Sungai kapuas, Sungai Landak dan Danau Sentarum. Arwana golden

(Scleropages formosus) dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia

(Indonesian Golden Arwana) dijumpai di daerah Pekan Baru, propinsi Riau,

tepatnya di pulau Sumatera. Golden varietas cross back merupakan bagian dari

varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia,

seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Arwana hijau

(Scleropages formosus) ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja,

dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Arwana irian (Scleropages jardinii)

ada 2 macam, jenis yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara

merah, sedangkan jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas

lebih sulit ditemui. Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau,

mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Selain

itu terdapat juga jenis arwana silver (Osteoglossum bicirrhosum) yang berasal

dari sungai Amazon, Amerika Selatan, dan arwana afrika (Heterotis niloticus)

pada lingkaran 3 berasal dari Afrika barat dan tengah (Anonim, 2002).

Page 18: Kualitas Air Ikan Arawana

6

Keterangan gambar : Pulau Kalimantan dan Sumatra (Indonesia) dan Malaysia (1), Propinsi Papua (Indonesia) dan Benua Australia (2), Afrika Barat dan Tengah (3), Brazil, Amerika Selatan (4).

Gambar 2. Sebaran ikan arwana di dunia

Pada habitatnya di alam, ikan arwana hidup di perairan yang agak masam,

yaitu pada selang pH berkisar antara 4,0-6,0. Arwana berasal dari perairan

dengan kesadahan rendah (GH) 4-10 dan suhu perairan berkisar antara 26 -

30°C. Di habitatnya yang asli arwana biasa hidup di tempat yang keruh dan

tenang dengan pertukaran air yang lambat, sehingga nilai DO tidak terlalu tinggi

yaitu berkisar antara 4,0-5,0 ppm (Anonim, 2002).

2.2 Budidaya Ikan Arwana

Budidaya ikan arwana dapat dilakukan di kolam, bak dan akuarium. Budidaya

di kolam biasanya dilakukan untuk ikan arwana yang sudah mencapai usia

dewasa (indukan) dengan ukuran lebih dari 50 cm. Pemeliharaan di bak

dilakukan untuk ikan arwana yang berukuran 40-50 cm dan disiapkan untuk

menjadi indukan. Pemeliharaan di akuarium dilakukan sejak larva yang baru

dipanen dari induk jantan hingga mencapai unkuran 30-40 cm (Ermansyah et al.,

2007).

2

1

3

4

Page 19: Kualitas Air Ikan Arawana

7

2.2.1 Budidaya di Kolam

Budidaya arwana di kolam bertujuan untuk pemeliharaan induk dan untuk

pemijahan. Kolam yang digunakan sebaiknya kolam tanah. Kolam yang ideal

berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal 20x10 m dengan kedalaman

air 1,5-2,0 m. Induk yang ditebar berukuran minimal 50 cm dengan berat 2-3 kg.

Pakan yang diberikan untuk induk arwana adalah udang laut atau katak sawah

(Rana tigrina). Pemberian pakan biasanya dilakukan pada pada pagi atau sore

hari setiap dua hari sekali. Pakan dapat diberikan secara at satiation (tingkat

kepuasan). Pakan yang biasanya dihabiskan untuk satu kolam dengan jumlah

indukan mencapai 50 ekor adalah sebanyak 3-5 kg katak untuk satu kali

pemberian pakan. Jika pemberian pakan berdasarkan bobot tubuh ikan, FR

(feeding rate) yang biasa digunakan adalah 3-5% dari bobot tubuh ikan. Untuk

sterilisasi pakan dilakukan perendaman dengan larutan garam dengan dosis 30

g/liter air. Pergantian air kolam dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 20-50%

dari volume total air kolam, bergantung pada kualitas air kolam dan air sumber

(Ermansyah et al., 2007).

2.2.2 Budidaya di Bak

Budidaya arwana di bak bertujuan untuk pemeliharaan calon indukan, yaitu

ikan arwana yang berukuran 40-50 cm. Bak yang digunakan berbahan beton

atau bak kayu yang dilapisi kain terpal, berukuran panjang 3-5 meter dan lebar 2-

5 meter dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Bagian atas diberi jaring-jaring

pelindung untuk mencegah arwana melompat ke luar bak. Secara teknis

pemeliharaan calon indukan tidak berbeda jauh dengan pemeliharaan di kolam.

Pemberian pakan dilakukan pada pagi atau sore hari setiap hari dengan pakan

yang diberikan udang atau katak. Pakan dapat diberikan secara at satiation atau

berdasarkan persentase bobot tubuh (FR). Pergantian air juga dilakukan setiap

dua hari sekali sebanyak 20-50% dari volume total air di bak, bergantung pada

kualitas air bak dan air sumber (Ermansyah et al., 2007).

2.2.3 Budidaya di Akuarium

Budidaya arwana di akuarium bertujuan untuk pemeliharaan larva yang

baru dipanen hingga arwana berukuran 30-40 cm. Akuarium yang digunakan

berukuran 120x60x50 cm, dengan ketinggian air 35 cm. Untuk larva yang baru

dipanen dipelihara dalam inkubator yang berukuran 40x40x30 cm yang

Page 20: Kualitas Air Ikan Arawana

8

dilengkapi dengan pipa sirkuler untuk pemberi arus. Larva yang masih

mempunyai ukuran kuning telur besar tidak perlu diberi makan. Pemberian pakan

pertama dilakukan ketika kuning telur sudah hampir habis terserap (ukuran

kuning telur tinggal sebesar ukuran biji jagung). Pemberian pakan tidak boleh

terlalu banyak, hanya untuk membiasakan larva muenerima pakan dari luar.

Pakan diberikan sebanyak 3-4 kali sehari dengan jumlah pakan 2-3 ekor blood

worm. Untuk pemeliharaan benih yang berukuran 7-10 cm, maksimal padat tebar

dalam 1 akuarium sebanyak 50 ekor benih. Penebaran benih dapat dilakukan di

akuarium asal tempat larva dibesarkan menjadi benih atau dipindahkan ke

akuarium lain. Pemberian pakan harian dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari

sebanyak 3-5% dari bobot badan ikan/ekor. Pemberian pakan dilakukan setiap

pukul 07.00, 11.00, 15.00 dan 19.00 (4 kali). Pemberian pakan hendaknya

dikombinasi, hindari pemberian makan dengan hanya satu jenis pakan. Pakan

yang biasa diberikan untuk benih arwana antara lain jangkrik, ulat hongkong dan

ulat jerman (Ermansyah et al., 2007).

Air yang digunakan untuk pemeliharaan arwana di akuarium merupakan air

yang sudah melewati proses filterisasi, penjernihan, desinfeksi dan

pengendapan. Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak

setengah bagian air akuarium. Sistem filter yang digunakan pada akuarium

adalah menggunakan talang filter yang diletakkan dibagian atas akuarium. Pada

talang filter terdiri fiter mekanik (kapas filter), filter kimia (zeolit dan karbon aktif)

dan filter biologi (bio ball dan bio foam). Air dari akuarium disedot menggunakan

pompa kemudian dialirkan melalui komponen filter. Filter yang umum digunakan

oleh para hobiis ikan hias termasuk ikan arwana adalah filter up yaitu filter yang

terhubung oleh pompa air dan hanya terdiri dari komponen filter fisik saja yaitu

kapas filter (Ermansyah et al., 2007).

2.3 Kualitas Air untuk Pemeliharaan Ikan Arwana dalam Akuarium

Parameter kualitas air yang sering disyaratkan untuk pemeliharaan ikan

arwana dalam akuarium antara lain suhu berkisar antara 25-30oC, pH 6.0-7.0,

DO > 5 ppm dan CO2 < 25 ppm (Susanto, 2003). Kandungan amoniak sebaiknya

kurang dari 0.5 mg/l dan alkalinitas berkisar antara 10-50 mg/l (Alderton, 2008).

Page 21: Kualitas Air Ikan Arawana

9

2.4 Filter Air

Filter merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyaring material

tertentu yang tidak dikehendaki (amoniak, bahan padatan, residu organik dan

bahan kimia lainnya) dan meloloskan material lain yang dikehendaki.

Berdasarkan proses kerjanya, filter dibagi atas filter mekanik, biologi dan kimiawi

(Spotte, 1970).

2.4.1 Fisik

Filter fisik digunakan untuk memisahkan padatan dari air secara fisika

(berdasarkan ukuran) dengan cara menangkap atau menyaring sehingga

kandungan bahan tersebut menjadi berkurang. Spotte (1970) menyatakan filter

fisik adalah pemisahan partikel-partikel tersuspensi (berukuran > 5 mikrometer)

dari air dengan cara melewatkan air melalui suatu substrat yang tepat atau sekat

yang mampu menangkap padatan dalam air sebelum air masuk wadah budidaya.

Fungsi dari filter fisik adalah untuk menurunkan turbiditas di air yang disebabkan

oleh mikroorganisme dan partikel lain, untuk menurunkan tingkat koloid organik,

dan untuk menyingkirkan detritus dari filter biologi. Meskipun filter fisik dapat

memisahkan partikel tersuspensi secara efisien, namun tidak efektif untuk

memisahkan partikel-partikel yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan filter biologi atau

biofilter (Stickney, 1979).

2.4.2 Kimia

Filter kimia berupa pembersihan molekul-molekul bahan organik terlarut

melalui proses oksidasi atau penyerapan langsung (Spotte, 1970). Termasuk

pada filtrasi kimia adalah proses ozonisasi, penggunaan PAC (poly aluminium

chloride) untuk proses pengendapan, penyinaran dengan ultraviolet dan

penggunaan karbon aktif dan zeolit untuk desinfeksi dan penjernihan air.

Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang menempel

pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada

dalam air. Proses ini dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara

permukaan media bermuatan dengan molekul-molekul bersifat polar. Apabila

suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki muatan

berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada permukaan

tersebut. Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar posisinya

dengan molekul lain yang berada dalam air yang memiliki kecenderungan lebih

Page 22: Kualitas Air Ikan Arawana

10

tinggi untuk diikat. Dengan demikian maka proses pertukaran dapat terjadi.

Media yang dapat melakukan proses pertukaran seperti ini diantaranya adalah

Zeolit. Karbon aktif memiliki ruang pori sangat banyak dengan ukuran tertentu.

Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus (molekul) dan

menjebaknya disana. Satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas

permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap

partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0,01-0,0000001 mm (Anonim,

2002).

2.4.3 Biologi

Filter biologi adalah suatu proses mineralisasi senyawa-senyawa nitrit

organik, nitrifikasi dan denitrifikasi oleh bakteri-bakteri yang terdapat di air dan

menempel pada batuan dasar alat saring (Spotte, 1970).

Stickney (1979) menyatakan, proses yang terjadi dalam filter biologi adalah

proses nitrifikasi dari amoniak menjadi nitrat. Nitrifikasi adalah oksidasi biologi

amoniak menjadi nitirit dan nitrit menjadi nitrat oleh bakteri autotrofik. Bakteri

nitrifikasi mengoksidasi amoniak dalam 2 tahap secara berurutan amoniak (NH3)

diubah menjadi nitrit (NO2), kemudian nitrit diubah menjadi nitrat (NO3) yang tidak

beracun bagi ikan. Nitrosomonas dan Nitrobacter adalah bakteri utama dalam

sistem (Spotte,1970).

Reaksi yang terjadi dalam proses nitrifikasi adalah sebagai berikut :

NH3 � NO2- bakteri Nitrosomonas

NO2- � NO3- bakteri Nitrobacter

Prinsip utama dari filter biologi adalah menyediakan tempat seluas-luasnya untuk

tempat menempel bakteri yaitu Nitrosomonas dan Nitrobacter (Spotte, 1970).

2.5 Parameter Kimia Air dalam Akuarium

Dalam aktifitas budidaya, sisa pakan yang diberikan dan buangan metabolit

yang dilakukan oleh ikan merupakan sumber utama sebagai penyebab

menurunnya kualitas media pemeliharaan (Axelrod, et al., 1983). Beberapa

parameter kualitas air yang keberadaannya meningkat seiring dengan

menurunnya kualitas air karena buangan metabolit ikan dan sisa pakan adalah

amoniak dan hidrogen sulfida.

Beberapa organisme akuatik dapat memanfaatkan nitrogen dalam bentuk

gas, akan tetapi sumber utama nitrogen di perairan tidak terdapat dalam bentuk

Page 23: Kualitas Air Ikan Arawana

11

gas. Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen

anorganik terdiri atas amoniak (NH3), amonium (NH4+), nitrit (NO2

-), nitrat (NO3-)

dan molekul nitrogen (N2). Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan

urea (Boyd, 1990).

N organik + O2 NH3-N + O2 NO2--N + O2 NO3

—N

Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga

banyak mengeluarkan amoniak. Amoniak yang terukur di perairan berupa

amonia total (NH3 dan NH4+). Kesetimbangan antara gas amoniak dan ion

amonium dalam perairan ditunjukkan oleh reaksi berikut (Effendi, 2003).

NH3 + H2O NH4+ + OH-

Amoniak bersifat sangat toksik untuk ikan, namun ion amonium relatif

bersifat tidak toksik. Penjumlahan dari amoniak dan ion amonium disebut

sebagai total ammonium nitrogen (TAN). Proporsi dari total ammonium nitrogen

yang terbentuk sebagai amoniak meningkat seiring dengan meningkatnya suhu

dan pH. Pengaruh dari pH terhadap konsentrasi amoniak lebih besar dari pada

pengaruh suhu. Untuk mendapatkan konsentrasi amoniak tak terionisasi, nilai

persentase amoniak untuk suhu yang tepat dan pH dikalikan dengan konsentrasi

total ammonium nitrogen (Boyd, 1990).

Tabel 1. Persentase kelarutan amoniak tak terionisasi dalam air pada suhu dan pH yang berbeda (Boyd, 1990)

pH

temperatur

8 12 16 20 24 28 32

7.0 0.2 0.2 0.3 0.4 0.5 0.7 1.0

8.0 1.6 2.1 2.9 3.8 5.0 6.6 8.8

8.2 2.5 3.3 4.5 5.9 7.7 10.0 13.2

8.4 3.9 5.2 6.9 9.1 11.6 15.0 19.5

8.6 6.0 7.9 10.6 13.7 17.3 21.8 27.7

8.8 9.2 12.0 15.8 20.1 24.9 30.7 37.8

9.0 13.8 17.8 22.9 28.5 34.4 41.2 49.0

9.2 20.4 25.8 32.0 38.7 45.4 52.6 60.4

9.4 30.0 35.5 42.7 50.0 56.9 63.8 70.7

9.6 39.2 46.5 54.1 61.3 67.6 73.6 79.3

9.8 50.5 58.1 65.2 71.5 76.8 81.6 85.8

10.0 61.7 68.5 74.8 79.9 84.0 87.5 90.6

10.2 71.9 77.5 82.4 86.3 89.3 91.8 93.8

Page 24: Kualitas Air Ikan Arawana

12

Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Jika

kadar amoniak lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis

ikan. Kadar amoniak yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran

bahan organik yang dapat berasal dari buangan ikan dan sisa pakan (Effendie,

2003).

Sulfur merupakan salah satu elemen yang esensial bagi makhluk hidup,

karena merupakan elemen penting dalam protoplasma. Sulfur (S) berada dalam

bentuk organik dan anorganik. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk

sulfat (SO42-), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah (Rao,

1992 dalam Effendi, 2003). Ion sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk

oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion utama di perairan, menempati

urutan kedua setelah bikarbonat.

Di perairan, sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen. Beberapa

bentuk sulfur di perairan adalah sulfida (S2-), hidrogen sulfida (H2S), ferro sulfida

(FeS), sulfur oksida (SO2), sulfit (SO3-), dan sulfat (SO4

-). Sulfat berikatan dengan

logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau

dan sungai (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).

Di bawah kondisi anaerob, bakteri heterotrofik tertentu dapat

mennggunakan sulfat dan senyawa sulfur yang teroksidasi sebagai penerima

elektron akhir dalam metabolisme dan mengekskresi sulfida sebagaimana

digambarkan pada reaksi berikut.

SO4 2- + 8 H+ � S2- + 4H2O

Sulfida yang diekskresikan adalah produk ionisasi dari hidrogen sulfida dan

berperan dalam keseimbangan sebagai berikut.

H2S = HS- + H+

HS = S2- + H+

Nilai pH mengatur distribusi total sulfur yang tereduksi diantara jenisnya.

Hidrogen sulfida yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap ikan, tetapi ion

yang dihasilkan dari disosiasinya kurang begitu toksik (Boyd, 1990).

SO42- + bahan organik S2- + H2O + CO2

S2- + 2 H+ H2S

bakteri

anaerob

Page 25: Kualitas Air Ikan Arawana

13

Bakteri heterotrof juga dapat mereduksi sulfite (SO32-), tiosulfat (S2O3

2-),

hiposulfat (S2O42-), dan unsur sulfur menjadi hirogen sulfide (H2S). Pada pH 9,

sebagian besar sulfur (99%) berada dalam bentuk ion HS-. Pada kondisi ini

jumlah H2S sangat sedikit dan permasalahan bau tidak muncul. Ion sulfida

berada pada pH yang sangat tinggi, yakni mendekati 14, dan tidak ditemukan

pada perairan alami. Pada pH < 8 kesetimbangan bergeser pada pembentukan

H2S yang tak terionisasi. Pada pH 5, sekitar 99% sulfur terdapat dalam bentuk

H2S. Pada kondisi ini, tekanan parsial H2S dapat menimbulkan permasalahan

bau yang cukup serius. H2S bersifat mudah larut, toksik, dan menimbulkan bau

seperti telur busuk. Oleh karena itu, toksisitas H2S meningkat dengan penurunan

nilai pH (Effendi,2003).

Tabel 2. Persentase hydrogen sulfida terhadap sulfida total pada berbagai pH dan suhu (Boyd, 1990)

pH

Suhu ( oC )

26 28 30 32

5.0 99.0 98.9 98.9 98.9

5.5 96.9 96.7 96.5 96.3

6.0 90.8 90.3 89.7 89.1

6.5 75.8 74.6 73.4 72.1

7.0 49.7 48.2 46.6 45.0

7.5 23.8 22.7 21.6 20.6

8.0 9.0 8.5 8.0 7.6

8.5 3.0 2.9 2.7 2.5

9.0 1.0 0.9 0.9 0.8

Kadar sulfat yang melebihi 500 mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya

gangguan pada sistem pencernaan. Sulfida total (H2S, HS-, dan S2-) yang

terdapat di sekitar dasar perairan banyak mengandung deposit lumpur (sludge)

mencapai 0,7 mg/liter, sedangkan pada kolom air biasanya berkisar antara 0,02

– 0,1 mg/liter. Kadar sulfida total kurang dari 0,002 dianggap tidak

membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme akuatik (Effendi, 2003 ).

Untuk mengatasi beberapa masalah kualitas air di atas, maka diperlukan

filter air yang mampu mengurangi keberadaan bahan pencemar seperti amoniak

dan hidrogen sulfida.

Page 26: Kualitas Air Ikan Arawana

14

2.6 Kegunaan Zeolit sebagai Filter Air

Pengolahan air secara kimia dan biologi merupakan dua cara yang tepat

untuk mengurangi keberadaan bahan pencemar yang terlarut dalam air. Filter

kimia bekerja dengan menangkap bahan terlarut dalam air. Filter kimia dapat

melakukan fungsinya dengan tiga cara yaitu serapan (absorbsi), jerapan

(adsorpsi) dan pertukaran ion. Absorbsi merupakan suatu proses dimana suatu

pertikel terperangkap ke dalam struktur suatu media karena pori-pori yang

dimilikinya. Adsorpsi adalah proses dimana suatu partikel menempel pada suatu

permukaan akibat dari adanya perbedaan muatan lemah diantara kedua benda

(gaya Van der Waals). Sedangkan pertukaran ion merupakan suatu proses

dimana ion-ion yang terjerap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan

ion-ion lain yang berada dalam air (Anonim, 2002).

Zeolit sebagai filter kimia dapat digunakan dalam proses penyerapan gas

seperti gas rumah kaca (NH3, CO2, H2S, SO2, SO3 dan NOx), gas organik CS2,

CH4, CH3CN, CH3OH, termasuk pirogas dan fraksi etana/etilen, pemurnian udara

bersih mengandung O2, penyerapan gas N2 dari udara sehingga meningkatkan

kemurnian O2 di udara (Las, 2008).

Zeolit ditemukan pertama kali pada 1756 oleh Cronstedt seorang ahli

mineral dari Swedia. Zeolit berasal dari bahasa Yunani yang berarti Zeo = didih

dan Lite = batuan, dan didefinisikan oleh Smith pada tahun 1984 yaitu berupa

mineral dengan struktur kristal alumino silikat berbentuk “frame work” (sangkar) 3

dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta mengandung kation logam Na, K,

Mg, Ca, Fe serta molekul air. Mineral zeolit banyak terdapat di sekitar gunung

berapi atau mengendap pada daerah panas. Jenis zeolit alam diantaranya

klinoptilolit, modernit, filipsit, kabasit dan erionit (Las, 2008)

Dalam fungsinya sebagai filter kimia, zeolit bekerja dengan memanfaatkan

kemampuan pertukaran ion. Zeolit adalah penukar kation yang efektif, yang

memiliki nilai KTK (kemampuan tukar kation) sebesar 200-500 cmolc/kg.

Terdapat berbagai macam zeolit dengan klinoptilolit memiliki afinitas yang tinggi

terhadap amoiak dan telah berhasil digunakan sebagai pembersih amoniak pada

sistem akuakultur air tawar. Ketika air buangan melewati zat ini, ion-ion tertentu

pada air buangan tersebut melakukan pertukaran dengan ion-ion pada zat

tersebut, karena memiliki afinitas yang kuat terhadap zat tersebut. Jorgensen et

al. dalam Spotte (1970) menyatakan bahwa klinoptilolit merupakan kombinasi

dari penukar ion dan penyerap ion dengan titik jenuh sekitar 8,0 mmol NH3

Page 27: Kualitas Air Ikan Arawana

15

per100 gram zeolit alam. Ukuran zeolit sangat berpengaruh terhadap daya

serapnya. Ukuran zeolit mempengaruhi kapasitas tukar ion dari zeolit, karena

ukuran yang kecil memiliki luas bidang tukar yang lebih besar daripada yang

berukuran besar pada berat total yang sama.

Penggunaan zeolit sebagai penyerap amoniak memang sangat efektif,

sebab zeolit dalam bekerja tidak bergantung pada suhu, pH dan tidak

terpengaruh oleh desinfektan dan zat kemoterapik. Dalam pengangkutan ikan

sistem tertutup kegunaan zeolit terutama adalah sebagai penyerap ion NH4+.

Penyerapan ion NH4+ adalah pertukaran ion NH4

+.dengan Ca2+ atau Na+ atau ion-

ion lainnya sehingga dapat menetralkan racun hasil metabolisme.

Aktiviasi zeolit dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan asam

(H2SO4), basa (NaOH) dan pemanasan. Zeolit yang telah jenuh oleh NH4+ dapat

digenerasi pada suhu 105º C dan akan melepaskan NH3. Urutan kerja aktiviasi

zeolit antara lain, zeolit ditimbang sebanyak 100 gram di dalam gelas piala,

kemudian ditambahkan 1000 ml larutan pengaktif (NaOH) dan diaduk dengan

pengaduk dari plastik selama 4 jam. Setelah itu dicuci dengan air suling hingga

bau NaOH hilang. Tahap terakhir zeolit dikeringkan pada temperatur 105o C

(Anwar, 1989).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan zeolit

sebagai filter kimia. Perlakuan pemberian 10 gram zeolit dan 10 gram karbon

aktif dengan suhu ± 20oC pada sistem pengepakan tertutup ikan Corydoras

aenus dengan kepadatan 40 ekor per liter mampu menekan kadar total ammonia

nitrogen dan amonia takterionisasi hingga jam ke-120 sampai pada tingkat

konsentrasi yang aman bagi ikan yaitu di bawah 0,01 mg/l (Ardyanti, 2007). Pada

sistem tertutup dengan penambahan zeolit, jumlah benih ikan yang diangkut

dapat ditingkatkan 20-25% dengan menggunakan zeolit minimal setengah dari

total berat tubuh (Coger dan Turner, 1985 dalam Anwar 1989). Air yang

mengandung TAN 0,107 mg/l dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0

mg/l dalam 295 detik atau sekitar 5 menit. Dalam waktu 1 jam zeolit dengan berat

10 g mampu menurunkan kandungan TAN sampai 1,2 mg/l (Syauqi, 2009). Pada

uji kapasitas, zeolit sebanyak 10 gram per 0.5 liter atau 20 g/l dapat digunakan

untuk menurunkan konsentrasi amonia yang terakumulasi hingga 0.1 mg/l

selama 1 jam (Supendi, 2006).

Page 28: Kualitas Air Ikan Arawana

16

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2008 di PT. Inti Kapuas

International Tbk. Pontianak, Kalimantan Barat. Perusahaan ini memiliki unit riset

dan pengembangan di Kecamatan Kumpai, Pontianak, Kalimantan Barat

(Lampiran 1)

Tahapan pelaksanaan penelitian dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Tahapan kegiatan penelitian Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap

Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium

No. Kegiatan Waktu

1. Observasi lapang dan sosialisasi Maret

2. Praktek lapang (mengikuti kegiatan di beberapa tambak)

dan studi masalah.

April

3. Persiapan penelitian dan penelitian (masa pemeliharaan

arwana dengan perlakuan penambahan zeolit)

Mei-Juni

4. Penyusunan laporan dan evaluasi dari tim riset dan

pengembangan PT. Inti Kapuas International

Juli

3.2 Rancangan Percobaan dan Rancangan Perlakuan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan

Acak Lengkap), yaitu 3 perlakuan dan masing-masing diberi 3 kali ulangan.

Model rancangannya adalah : ijiyij Σ++= τµ

Yij = ulangan ke j akibat perlakuan ke-i

µ = nilai tengah

τi = pengaruh perlakuan ke-i

∑ij = galat

Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan zeolit pada filter akuarium

sebanyak 0.6 kg, 1.2 kg dan 1.8 kg.

3.3 Persiapan Wadah dan Filter

Wadah yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran panjang 118 cm,,

lebar 57.5 cm, tinggi 49.5 cm, dengan volume air 237.5 liter (ketinggian air 35

cm). Tiap akuarium dilengkapi dengan filter air berbentuk talang. Filter yang

Page 29: Kualitas Air Ikan Arawana

17

digunakan mencakup filter fisik (kapas), filter kimia (arang aktif dan zeolit), dan

filter biologi (bio ball dan bio foam). Pompa yang digunakan adalah tipe P3000

dengan daya 38 watt, memiliki kekuatan hisap hingga ketinggian 2 m, debit 0.67

liter/detik atau 2400 liter/jam dan kecepatan arus 0.13 m/detik. Air yang

digunakan berasal dari Sungai Kapuas yang telah ditampung dalam kolam

penampungan dan telah melalui proses pengolahan antara lain penambahan

kaporit, pemberian PAC (poly aluminium chloride) untuk proses pengendapan,

penggaraman, dan penyinaran dengan sinar UV. Dosis kaporit yang diberikan

adalah 3, 5 atau 7 ppm. Penambahan PAC dosis yang diberikan 20-30 ppm dan

penggaraman dengan dosis 0.2 ppt. Proses pengendapan dengan PAC biasanya

membutuhkan waktu 12 jam. Penyinaran dengan sinar UV dilakukan selama air

ditampung di tandon atau + 24 jam.

Akuarium dan peralatan dicuci bersih dan didesinfeksi menggunakan

alkohol, kemudian dibilas menggunakan air, dan dikeringkan. Akuarium dan

peralatan direndam air selama 24 jam untuk menetralisir kandungan alkohol yang

telah disemprotkan, setelah itu air rendaman dibuang dan diganti air baru hingga

volume 75 % dari volume total, atau setinggi 35 cm. Pompa dinyalakan agar

proses resirkulasi air melalui talang filter dapat berjalan. Instalasi talang filter

dipasang di atas akuarium, kemudian talang filter dihubungkan dengan pompa air

menggunakan pipa. Setelah intalasi talang filter dan pompa terpasang, kemudian

dimasukkan komponen filter pada talang filter dari inlet ke outlet berurutan: 1)

kapas, 2) karbon aktif, 3) zeolit, 4) bio foam, 5) bio ball (Gambar 4 dan 5).

Page 30: Kualitas Air Ikan Arawana

18

Keterangan gambar : empat lapis kapas, satu kantung arang aktif dengan bobot 0.8 kg, satu kantung zeolit dengan bobot 0.6 kg, bio ball sebanyak 30 buah dan dua lapis bio foam

Gambar 3. Penyusunan komponen filter air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dalam akuarium

Keterangan gambar : Tanda panah biru menunjukkan arah aliran air pada talang filter.

Gambar 4. Arah aliran air dan proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus.

Sekat kaca

Arang aktif

zeolit

Bio ball

Bio foam kapas filter

arang aktif zeolit bio ball Bio foam kapas

Kaca penyangga

Page 31: Kualitas Air Ikan Arawana

19

Keterangan gambar : air dari akuarium disedot oleh pompa air yang telah dihubungkan

menggunakan pipa menuju talang filter (1), air masuk ke dalam talang filter untuk proses

filtrasi. Komponen filter pada talang filter yaitu berturut-turut kapas yang berfungsi

sebagai filter fisik, karbon aktif dan zeolit sebagai filter kimia, dan bio ball dan bio foam

yang berfungsi sebagai filter biologi (2), Air yang telah melalui proses filtrasi kembali

masuk ke dalam akuarium (3).

Gambar 5. Proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus

Gambar 6. Akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus

1

2

3

kapas

arang aktif

zeolit bio ball Bio foam

Page 32: Kualitas Air Ikan Arawana

20

Perlakuan yang diberikan :

1. Perlakuan 1 sebagai kontrol (sesuai dengan standar yang digunakan di

warehouse/gudang tempat pemeliharaan arwana di akuarium ) menggunakan

0.6 kg zeolit

2. Perlakuan 2 menggunakan zeolit sebanyak 1.2 kg

3. Perlakuan 3 menggunakan zeolit sebanyak 1.8 kg

Pada gambar 6 menunjukkan akuarium pemeliharaan yang digunakan selama

masa penelitian. Keseluruhan akuarium berjumlah 9 unit, untuk 3 perlakuan

dengan masing-masing perlakukan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali dengan

kepadatan ikan yang digunakan adalah 3 ekor/akuarium.

3.4. Pemeliharaan Ikan

Ikan yg digunakan adalah ikan arwana Scleropages formosus jenis Green.

Bobot rata-rata ikan arwana yang ditebar adalah 478 g, sedangkan panjang rata-

ratanya adalah 36.4 cm. Jumlah ikan ditebar 27 ekor dengan kepadatan 3

ekor/akuarium.

Pakan yang diberikan adalah katak sawah (Rana tigrina). Waktu pemberian

pakan pada siang hari antara pukul 14.00-16.00, dengan cara pemberian at

satiation (tingkat kepuasan ikan/hingga ikan kenyang).

Penyifonan dilakukan setiap pagi hari antara pukul 08.00-10.00.

Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali, dengan volume sebanyak 67.9

liter (10 cm). Sumber air pengganti berasal dari Sungai Kapuas. Air sungai

dipompa dan ditampung ke dalam kolam penampungan. Air dari kolam

penampungan kemudian diolah untuk menjadi air yang lebih steril dengan proses

filtrasi dengan filter fisik (pasir, kapas), kimia (zeolit, arang aktif) dan biologi (bio

ball), pemberian PAC, kaporit, penggaraman, dan sinar UV.

3.5 Pengambilan Contoh

Pengukuran bobot dan panjang ikan dilakukan pada saat awal tebar dan

akhir dari pemeliharaan. Keseluruhan ikan yang dipelihara ditimbang bobot dan

diukur panjang totalnya. Sehari sebelum dan sesudah pengukuran panjang dan

bobot, ikan dipuasakan. Sebelum dilakukan pengukuran, ikan dipingsankan

terlebih dahulu. Untuk persiapan pembiusan disiapkan dua kotak sterofoam

berukuran 100x50 cm. Satu kotak digunakan sebagai tempat pembiusan yang

diisi air dengan volume setengah dari tinggi kotak (25 cm). Sedangkan kotak

Page 33: Kualitas Air Ikan Arawana

21

yang lain digunakan untuk penyadaran ikan kembali. Untuk proses penyadaran

ikan setelah dipingsankan, diberikan tambahan aerasi untuk membantu proses

difusi oksigen.

Ikan ditangkap menggunakan plastik packing satu persatu. Setelah

ditangkap, ikan dimasukkan dalam kotak pembiusan yang telah diberi obat bius

(aquatan). Tidak ada dosis khusus untuk pembiusan, namun biasanya untuk satu

kotak sterofoam dengan volume air setengah dari volume total diberikan obat

bius sebanyak dua tutup botol aquatan (+ 40 ml). Setelah pingsan ikan ditimbang

dengan menggunakan timbangan kue dengan kapasitas maksimal 1 kilogram,

yang telah diberi alas plastik di atasnya sebagai tempat untuk meletakkan ikan.

Setelah ditimbang ikan dimasukkan ke dalam kotak penyadaran kemudian diukur

panjang total tubuhnya dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm.

Untuk mengambil contoh air, digunakan botol air mineral dengan volume

600 ml. Air contoh tersebut diukur dalam laboratorium. Pengambilan air sampel

untuk mengukur pH dilakukan sebanyak dua kali setiap hari yaitu pada pukul

04.00, dan 18.00, sedangkan untuk mengukur nilai TAN dan H2S dilakukan

setiap dua hari sekali pada pukul 04.00 dan 18.00. Pengamatan suhu dilakukan

setiap pukul 04.00, 11.00 dan 18.00.

Pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dan CO2 dilakukan setiap

empat jam sekali selama dua hari di akhir masa penelitian. Pengambilan air

sampel untuk uji kandungan DO dan CO2 menggunakan botol BOD kemudian

dilakukan pengukuran DO dengan metode Winkler menggunakan pereaksi

MnSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3 (Na-tiosulfat) dan amilum. Sedangkan

untuk uji kandungan CO2 menggunakan indikator fenolftalein dan titrasiNaCO3.

a. Laju pertumbuhan bobot harian

Lama pemeliharaan ikan adalah 28 hari. Sampling ikan untuk pengukuran

panjang dan bobot adalah pada awal dan akhir penelitian. Seluruh ikan yang

dipelihara ditimbang bobotnya.

Page 34: Kualitas Air Ikan Arawana

22

Hasil sampling bobot ikan arwana digunakan untuk menghitung laju

pertumbuhan bobot harian spesifik melalui rumus ( Zonneveld et al., 1991 ) :

α = laju pertumbuhan bobot harian ( %)

Wt = bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan ( g )

Wo = bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan ( g )

t = waktu ( hari )

b. Laju Pertumbuhan panjang harian

Panjang mutlak ikan diukur dengan menggunakan mistar dengan ketelitian

hingga 1 mm. Panjang tubuh diukur dari ujung mulut sampai ujung ekor (panjang

total). Pada saat pengukuran ikan tetap berada dalam air. Keseluruhan ikan yang

dipelihara diukur panjangnya.

Hasil sampling panjang mutlak ikan digunakan untuk mengukur laju

pertumbuhan panjang harian dihitung dengan menggunakan rumus:

αL = Lt - Lo, dengan :

αL = laju pertumbuhan panjang harian ( cm/hari )

Lt = panjang akhir (cm)

Lo = panjang awal (cm).

c. Kelangsungan hidup

Pengamatan jumlah ikan dilakukan setiap hari. Pada akhir pemeliharaan

dilakukan penghitungan populasi ikan dari setiap akuarium untuk menghitung

kelangsungan hidup, dengan rumus (Zonneveld, et al., 1991) :

SR (%) = Nt x 100%, dengan :

No

SR (survival rate) = kelangsungan hidup ( % )

Nt = jumlah ikan pada akhir pemeliharaan ( ekor )

No = jumlah ikan pada awal pemeliharaan ( ekor )

( ) %1001 xWo

Wtt −=α

Page 35: Kualitas Air Ikan Arawana

23

d. Efisiensi Pakan

Sampling bobot ikan, pengamatan jumlah ikan digunakan untuk

menghitung efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan

rumus (Zonneveld et al., 1991) :

EP = jumlah pakan total x 100 Kenaikan bobot

e. Pengukuran Fisika-Kimia Air

Pengamatan dan pengukuran dilakukan di laboratorium air PT. Inti Kapuas

International Tbk. Parameter yang diukur adalah suhu, DO, pH, TAN (total

ammonium nitrogen), dan sulfid total. Pengukuran suhu dan pH setiap hari yaitu

pada pukul 04.00, 11.00 dan 18.00 untuk suhu, sedangkan pengukuran pH pada

pukul 04.00 dan 18.00. Pengamatan nilai TAN dan total Sulfide dilakukan tiap

dua hari sekali pada pukul 04.00. Untuk pengukuran DO dilakukan pada akhir

masa pemeliharaan selama dua hari dengan pengamatan setiap empat jam

sekali.

Tabel 4. Metode pengukuran kualitas air selama masa pemeliharaan ikan

arwana Sceleropages formosus yang diberi perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg

Fisika-Kimia Air Satuan Metode Alat

Suhu oC - Termometer

DO mg/liter titimetri -

CO2 mg/liter titimetri -

pH - - pH meter

Sulfide total mg/liter - Spektrometer

TAN mg/liter - Spektrometer

Pengukuran TAN (total ammonium nitrogen) menggunakan speKtrometer

HACH DR 2800, dengan metode Nessler. Reagen yang digunakan antara lain

akuades untuk larutan blanko, mineral stabilizer, polyvinyl alkohol, dan Nessler

reagen. Pengukuran sulfid total menggunakan spectrometer HACH DR 2800,

dengan metode methylene blue (uji total Sulfida, H2S, HS- dan metal sulfid

tertentu). Reagen yang digunakan antara lain akuades untuk larutan blanko,

sulfid 1 reagen dan sulfid 2 reagen. Pengukuran DO dengan titrasi menggunakan

pereaksi MnSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3 (Na-tiosulfat) dan amilum,

sedangkan untuk uji kandungan CO2 menggunakan indikator fenolftalein dan

titrasi NaCO3 (natrium karbonat).

Page 36: Kualitas Air Ikan Arawana

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Fisika Kimia Air

Parameter kualitas air yang diamati selama masa pemeliharaan antara lain

pH, H2S, suhu dan amonia. Pengambilan sampel air untuk mengamati keempat

parameter kualitas air tersebut dilakukan setiap dua hari sekali. Untuk parameter

kandungan oksigen terlarut (DO) dan karbondioksida diamati setiap empat jam

sekali selama dua hari.

Tabel 5. Kualitas air sebelum dan sesudah melewati talang filter akuarium pemeliharaan arwana Sceleropages formosus dengan perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg

sebelum sesudah

Perlakuan ulangan suhu pH NH3 suhu pH NH3

0.6

1 28.0 7.17 0.0321 28.0 7.16 0.0307

2 28.0 7.14 0.0234 28.0 7.14 0.0227

3 27.5 7.23 0.0351 27.5 7.19 0.0282

1.2

1 28.0 7.08 0.0170 28.0 7.09 0.0111

2 28.0 7.11 0.0123 28.0 7.12 0.0108

3 29.0 7.19 0.0197 29.0 7.15 0.0140

1.8

1 28.5 7.03 0.0057 28.5 7.03 0.0033

2 28.0 7.10 0.0137 28.0 7.08 0.0041

3 28.0 7.05 0.0109 28.0 7.04 0.0053

Page 37: Kualitas Air Ikan Arawana

25

0.0000

0.0050

0.0100

0.0150

0.0200

0.0250

0.0300

0.0350

0 1 2 3 4

minggu ke-

am

onia

k (m

g/l)

0.6 kg zeolit

1.2 kg zeolit

1.8 kg zeolit

Gambar 7. Fluktuasi nilai amoniak tiap minggu selama 28 hari masa

pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus

Dari histogram terlihat bahwa nilai amoniak tertinggi terjadi pada perlakuan

0.6 kg zeolit di minggu pertama pemeliharaan dengan nilai sebesar 0.0321 mg/l.

Kisaran nilai amoniak selama masa pemeliharaan adalah antara 0-0.0321 mg/l.

Konsentrasi amoniak di perairan cenderung mengalami penurunan dengan

adanya penambahan zeolit filter.

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

0 1 2 3 4

minggu ke-

TA

N (

mg

/l)

0.6 kg zeolit

1.2 kg zeolit

1.8 kg zeolit

Gambar 8. Fluktuasi nilai TAN tiap minggu selama 28 hari masa

pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus

Dari histogram terlihat nilai TAN tertinggi terjadi pada perlakuan 0.6 kg

zeolit di minggu keempat pemeliharaan dengan nilai sebesar 3.08 mg/l. Kisaran

Page 38: Kualitas Air Ikan Arawana

26

nilai amoniak selama masa pemeliharaan adalah antara 0.01-3.08 mg/l.

Konsentrasi TAN di perairan cenderung mengalami penurunan dengan adanya

penambahan zeolit filter.

0.0000

0.0010

0.0020

0.0030

0.0040

0.0050

0.0060

0.0070

0.0080

0 1 2 3 4

minggu ke-

hid

rogen s

ulfid

a (m

g/l)

0.6 kg zeolit

1.2 kg zeolit

1.8 kg zeolit

Gambar 9. Fluktuasi nilai hidrogen sulfida tiap minggu selama 28 hari masa

pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus

Dari histogram di atas terlihat bahwa nilai hidrogen sulfida berkisar antara

0.0005-0.0070 mg/l. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan ke 1.2 kg zeolit di

minggu kedua pemeliharaan yaitu sebesar 0.0070 mg/l, dan nilai terendah

terdapat pada perlakuan 1.8 zeolit di minggu pertama pemeliharaan yaitu

sebesar 0.0005 mg/l.

Page 39: Kualitas Air Ikan Arawana

27

5.80

6.00

6.20

6.40

6.60

6.80

7.00

7.20

7.40

7.60

0 1 2 3 4

minggu ke-

pH

0.6 kg zeolit

1.2 kg zeolit

1.8 kg zeolit

Gambar 10. Fluktuasi nilai pH tiap minggu selama 28 hari masa

pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus

Nilai pH selama masa pemeliharaan yang terlihat dari histogram di atas

berkisar antara 6.45-7.45. Nilai pH terendah terjadi pada perlakuan 1.8 kg zeolit

di minggu keempat pemeliharaan, dan nilai pH tertinggi juga terjadi pada

perlakuan 1.8 kg zeolit di minggu pertama pemeliharaan.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00

jam ke-

oksig

en terl

aru

t (m

g/l)

zeolit 0.6 kg

zeolit 1.2 kg

zeolit 1.8 kg

Gambar 11. Fluktuasi nilai DO di akhir masa pemeliharaan ikan arwana

Sceleropages formosus

Pengamatan setiap 4 jam sekali terhadap fluktuasi nilai DO di 48 jam akhir

masa pemeliharaan terlihat bahwa perlakuan 1.8 kg zeolit memiliki kisaran nilai

DO tertinggi yaitu antara 5.40-5.81 mg/l. Dari grafik terlihat bahwa dengan

adanya penambahan zeolit, nilai DO cenderung mengalami peningkatan.

Page 40: Kualitas Air Ikan Arawana

28

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00

jam ke-

karb

ondio

ksid

a (m

g/l)

zeolit 0.6 kg

zeolit 1.2 kg

zeolit 1.8 kg

Gambar 12. Fluktuasi nilai karbondioksida di akhir masa pemeliharaan ikan

arwana Sceleropages formosus

Pengamatan setiap 4 jam sekali terhadap fluktuasi nilai CO2 di 48 jam akhir

masa pemeliharaan terlihat bahwa perlakuan 0.6 kg zeolit memiliki kisaran nilai

CO2 tertinggi yaitu antara 15.11-27.57 mg/l. Dari grafik terlihat bahwa dengan

adanya penambahan zeolit, nilai CO2 cenderung semakin rendah.

4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh data pertumbuhan

panjang mutlak berkisar antara 0.55 cm hingga 0.97 cm, sedangkan panjang

rata-rata akhir ikan berkisar antara 34.20 hingga 38.83 cm . Perbedaan jumlah

zeolit pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana ternyata tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan arwana (p>0.05).

Page 41: Kualitas Air Ikan Arawana

29

0.97

0.55

0.93

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

0.6 1.2 1.8

jumlah zeolit (kilogram)

pert

um

buhan p

anja

ng m

utlak (cm

)

Gambar 13. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan arwana Scleropages

formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.

4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Hasil pengamatan laju pertumbuhan bobot harian selama masa

pemeliharaan berkisar antara 0.50% hingga 0.69%. Bobot akhir yang diperoleh

pada percobaan berkisar antara 396.67 hingga 620 gram. Perbedaan jumlah

zeolit pada talang filter akuarium ikan arwana ternyata tidak berpengaruh nyata

terhadap laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana (p>0.05).

0.69

0.50

0.61

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.6 1.2 1.8

jumlah zeolit (kilogram)

laju

pert

um

buhan b

obot harian (%

)

Gambar 14. Laju pertumbuhan bobot harian (%) ikan arwana Scleropages

formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.

Page 42: Kualitas Air Ikan Arawana

30

4.1.4 Kelangsungan Hidup

Berdasarkan jumlah individu yang hidup selama masa pemeliharaan,

kelangsungan hidup ikan arwana yang dipelihara dengan jumlah zeolit 0.6, 1.2

dan 1.8 kilogram memberikan nilai kelangsungan hidup yang sama yaitu sebesar

100%. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah zeolit pada

talang filter akuarium tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05).

100 100 100

0

20

40

60

80

100

120

0.6 1.2 1.8

jumlah zeolit (kg)

SR

(%

)

Gambar 15. Kelangsungan hidup (%) ikan arwana Scleropages formosus

dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.

4.1.5 Efisiensi Pakan

Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan selama masa

pemeliharaan, nilai efisiensi pakan yang didapat untuk setiap perlakuan berkisar

antara 23.64% hingga 24.10%. Ikan arwana yang dipelihara dengan jumlah zeolit

pada talang filter akuarium berbeda ternyata tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap efisiensi pakan ikan arwana (p>0.05)

Page 43: Kualitas Air Ikan Arawana

31

24.1023.64 23.72

20.00

20.50

21.00

21.50

22.00

22.50

23.00

23.50

24.00

24.50

0.6 1.2 1.8

jumlah zeolit (kilogram)

efisie

nsi pakan (%

)

Gambar 16. Efisiensi pakan (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara

dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.

4.2 Pembahasan

Dalam akuakultur (budidaya perairan), tiga komponen utama yang terlibat

di dalamnya adalah biota yang dipelihara (ikan), lingkungan (media

pemeliharaan) dan pakan. Lingkungan akan memberikan pengaruh langsung

terhadap kelangsungan hidup ikan. Oleh karena itu, air sebagai media hidup ikan

harus terjaga kualitasnya. Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk

kelangsungan hidup ikan. Kualitas air akan mempengaruhi secara langsung

terhadap fungsi fisiologis yang ada di dalam tubuh ikan. Ikan mempunyai

kemampuan osmoregulasi untuk mempertahankan keseimbangan fungsi

fisiologis tubuhnya. Ikan akan dapat bertahan hidup apabila kualitas air

pemeliharaan berada pada kondisi optimal dan akan dapat mengakibatkan

kematian apabila kualitas air berada pada kondisi buruk karena dapat

menggangu proses fisiologis seperti metabolisme, pernafasan dan pencernaan.

Selain berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup ikan, secara tidak

langsung kualitas air juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang dalam

suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1997). Apabila kualitas air berada

pada kondisi optimal untuk hidup ikan dan fungsi fisiologis berjalan dengan baik,

maka energi yang diperoleh dari pakan akan dapat digunakan untuk

pertumbuhan. Jika kualitas air buruk, energi dari pakan yang diperoleh akan

banyak digunakan untuk proses osmoregulas sehingga dapat menyebabkan

pertumbuhan ikan terhambat. Oleh karena itu, seringkali ditemukan pada kondisi

Page 44: Kualitas Air Ikan Arawana

32

perairan yang buruk ikan dapat hidup namun pertumbuhan sangat lambat atau

bahkan tidak mengalami pertumbuhan.

Hasil uji kualitas air pada penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak

zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga cenderung lebih baik.

Untuk parameter amoniak terlihat pada gambar 7 bahwa zeolit sebanyak 1.8 kg

memberikan nilai amoniak terendah dibandingkan dua perlakuan yang lain.

Kandungan amoniak media pemeliharaan ikan arwana cenderung menurun

dengan bertambahnya umur pemeliharaan (Gambar 7). Kandungan amoniak

mencapai level tertinggi untuk keseluruhan perlakuan pada minggu pertama

penelitian dengan nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan 0.6 kg zeolit yaitu

sebesar 0.0321 mg/l. Pada minggu ketiga dan keempat pemeliharaan nilai

amoniak menurun hingga 0 mg/l (Gambar 7). Hal ini dipengaruhi oleh nilai pH

yang juga mengalami penurunan sejak minggu kedua. Pada pH < 7, gas

amoniak tereduksi menjadi ion amonium, sehingga nilai yang terhitung hanya

dalam nilai TAN. Pada gambar 8 terlihat nilai TAN mengalami kenaikan pada

minggu ketiga dan keempat masa pemeliharaan. Nilai amoniak berbanding lurus

dengan nilai pH. Semakin tinggi nilai pH, maka amonium yang terbentuk di

perairan terdapat dalam bentukan amonium tak terionisasi atau amoniak (Boyd,

1990). Pada gambar 7 dan 8 terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah zeolit

maka terjadi peningkatan penyerapan amoniak dan TAN. Nilai amoniak dan TAN

cenderung mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Las (2008),

zeolit sebagai filter kimia dapat digunakan dalam proses penyerapan gas seperti

gas rumah kaca (NH3, CO2, H2S, SO2, SO3 dan NOx), gas organik CS2, CH4,

CH3CN, CH3OH, termasuk pirogas dan fraksi etana/etilen, pemurnian udara

bersih mengandung O2, penyerapan gas N2 dari udara sehingga meningkatkan

kemurnian O2 di udara. Penggunaan zeolit sebagai penyerap amoniak memang

sangat efektif, sebab zeolit dalam bekerja tidak bergantung pada suhu, pH dan

tidak terpengaruh oleh desinfektan dan zat kemoterapik

Pada gambar 9 terlihat bahwa dengan bertambahnya masa pemeliharaan,

nilai H2S cenderung mengalami peningkatan. Kemungkinan hal ini disebabkan

oleh peningkatan limbah organik dari buangan metabolit dan sisa pakan yang

terakumulasi di perairan dan nilai pH yang mengalami penurunan. Nilai pH

berbanding terbalik terhadap kandungan hidrogen sulfida (H2S) dalam air. Pada

pH < 8 kesetimbangan bergeser pada pembentukan H2S yang tak terionisasi.

Pada pH 5, sekitar 99% sulfur terdapat dalam bentuk H2S. Pada kondisi ini,

Page 45: Kualitas Air Ikan Arawana

33

tekanan parsial H2S dapat menimbulkan permasalahan bau yang cukup serius,

bersifat mudah larut, toksik, dan menimbulkan bau seperti telur busuk. Oleh

karena itu, toksisitas H2S meningkat dengan penurunan nilai pH (Effendi, 2003).

Penambahan jumlah zeolit berpengaruh terhadap penyerapan H2S. Hasil

pengukuran terhadap nilai H2S menunjukkan bahwa zeolit sebanyak 1.8 kg

cenderung memiliki nilai paling rendah dibandingkan dua perlakuan yang lain

(Gambar 9). Dalam hal fauna laut, zeolit berperan sebagai pengontol pH air dan

penyerap NH3NO3- dan H2S, filter air masuk ke tambak, pengontrol kandungan

alkali, oksigen dan perbaikan lahan dasar tambak melalui penyerapan logam

berat Pb, Fe, Hg, Sn, Bi dan As (Las, 2008). Pengamatan terhadap fluktuasi nilai

karbondioksida setiap 4 jam sekali selama 48 jam pengamatan menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan penyerapan karbondioksida dengan penambahan

jumlah zeolit. Semakin tinggi jumlah zeolit yang digunakan, nilai karbondioksida

cenderung semakin rendah (Gambar 12). Pada gambar 11 terlihat bahwa nilai

kandungan oksigen terlarut tidak terlalu berfluktuasi, namun penambahan zeolit

cenderung meningkatkan kandungan oksigen terlarut. Nilai DO yang tidak terlalu

berfluktuasi ini kemungkinan disebabkan karena pemberian aerasi yang kuat

dan kontinyu pada akuarium pemeliharaan sehingga nilai DO relatif stabil. Nilai

parameter kualitas air sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi

ikan. Semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka kemungkinan kualitas air

akan semakin memburuk karena disebabkan sisa pakan dan buangan metabolit

ikan.

Tabel 6. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus yang dihabiskan tiap minggu selama masa pemeliharaan

Perlakuan

minggu ke-

1 2 3 4 total

0.6 381.02 756.30 1068.26 938.96 3144.54

1.2 289.77 711.09 1072.18 502.32 2575.36

1.8 332.63 936.78 1290.23 704.05 3263.69

Dari pengamatan efisiensi biologis selama masa pemeliharaan, perbedaan

jumlah zeolit yaitu sebesar 0.6, 1.2 dan 1.8 kg pada filter akuarium ternyata tidak

memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap pertumbuhan panjang

mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup

ikan arwana. Pada penelitian ini kualitas air berada dalam kisaran yang masih

dapat ditoleransi oleh ikan arwana baik untuk hidup maupun untuk tumbuh,

Page 46: Kualitas Air Ikan Arawana

34

begitu juga dengan jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan

arwana (at satiation), sementara buangan metabolit diantisipasi dengan

penggunaan sistem resirkulasi. Kisaran kualitas air dari beberapa parameter

yang diamati ternyata masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh ikan

arwana. Suhu selama pemeliharaan berkisar antara 26-31oC (Lampiran 15).

Kisaran suhu ini masih berada dalam batas optimum untuk hidup ikan arwana.

Untuk nilai pH berkisar antara 5.06-7.89 (Lampiran 15). Ikan arwana dapat

bertahan hidup pada pH yang cenderung asam. Kisaran nilai pH yang baik untuk

hidup ikan arwana adalah 4.5-7.5. Kisaran amoniak dan hidrogen sulfida yang

diperoleh selama penelitian adalah 0-0.0721 mg/l dan 0-0.0156 mg/l (Lampiran

15). Kisaran kandungan amoniak dan hidrogen sulfida ini juga masih berada di

bawah kondisi yang berbahaya untuk hidup ikan, yaitu amoniak < 0.2 mg /l dan

hidrogen sulfida 0.02 mg/l. Kisaran nilai kandungan oksigen terlarut (DO) adalah

4.76-6.28 mg/L (Lampiran 15). Pemeliharaan dilakukan dalam akuarium ikan

arwana dan pada ruang tertutup serta pemberian aerasi yang kontinu, nilai DO

tidak terlalu fluktuatif dan masih berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh

ikan.

Page 47: Kualitas Air Ikan Arawana

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini diiketahui bahwa penambahan zeolit pada filter air

pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dalam akuarium dapat

meningkatkan penyerapan amoniak, hidrogen sulfida dan karbondioksida.

Semakin banyak zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga

cenderung lebih baik. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan zeolit 1.8 kg. Nilai

amoniak tiap perlakuan di minggu terakhir pemeliharaan adalah 0.6 kg zeolit =

0.0 mg/l, 1.2 kg zeolit = 0.0 mg/l dan 1.8 kg zeolit = 0.0 mg/l. Untuk nilai TAN

pada perlakuan 0.6 kg zeolit = 3.08 mg/l, 1.2 kg zeolit = 2.07 mg/l, 1.8 kg zeolit =

2.50 mg/l, dan nilai hidrogen sulfida tiap perlakuan di minggu terakhir masa

pemeliharaan adalah 0.6 kg zeolit = 0.0044 mg/l, 1.2 kg zeolit = 0.0046 mg/l,

1.8 kg zeolit = 0.0036 mg/l. Penambahan zeolit dapat meningkatkan kandungan

oksigen terlarut media pemeliharaan dan nafsu makan ikan arwana, kecuali

pertumbuhan panjang dan bobot, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan ikan

arwana tidak terpengaruh oleh penambahan zeolit pada filter air.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan zeolit sebanyak 1.8

kg pada talang filter akuarium pemeliharaan arwana. Untuk penelitian selanjutnya

disarankan untuk meningkatkan tingkat kepadatan ikan yang dipelihara,

perbandingan zeolit yang lebih besar dan dilakukan pengamatan untuk

parameter warna ikan.

Page 48: Kualitas Air Ikan Arawana

36

DAFTAR PUSTAKA

Alderton, D. 2008. Aquarium and Pond Fish. DK Publishing. United States.

Axelrod, et al. 1983. Exotic Tropical Fishes. T.F.H. Publications, Inc. United States.

Anonim. 2002. Filter. O-FISH. Http://www.o-fish.com/Filter.htm. [01/06/2008]

Anonim. 2006. Arowana Sceleropages formosus. Http://www.aquaticcommunity.com. [23/02/2008]

Anonim. 2006. Budidaya Ikan Arwana Sceleropages sp. Http://www.dkp.co.id. [14/12/2007]

Anonim. 2007. Ikan Arwana Sceleropages formosus. Http://www.arthazone.com. [22/12/2008]

Anwar, R. 1989. Pengaruh Zeolit pada Pengangkutan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). Karya Ilmiah. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Ardyanti, Yuanita. 2007. Pemanfaatan Zeolit dan karbon Aktif pada Sistem Pengepakan Tertutup Ikan Corydoras, Corydoras aenus dengan Kepadatan Tinggi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Boyd, C.E. 1990. Water Quality Management in Ponds for Aquaculture. Birmingharm Publishing Co., Alabama.

Ermansyah L, Ikbal, Zaelani DA, Kumaidi A. 2007. Standard Operational Procedure (SOP) Arowana Sceleropages formosus Bagian Operasional Tambak dan Warehouse. PT. Inti Kapuas International, Tbk. Pontianak.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Las, T. 2008. Potensi Zeolit untuk Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. Abstrak. Institut Teknologi Indonesia. Serpong.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Jakarta.

Schuster, W.H. 1952. Local Common Names of Indonesian Fishes. W. Van Hoeve. Bandung.

Page 49: Kualitas Air Ikan Arawana

37

Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture : Water Management in Closed System, Wiley Intersci, Pub. New York.

Stickney, RR. 1979. Principal of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons Inc. A wiley-interscience Publication. NY. USA.

Supendi, A. 2006. Pemanfaatan Zeolit dan Karbon Aktif pada Sistem Pengepakan Tertutup Ikan Corydoras Corydoras aenus. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Susanto, H. 2003. Arwana. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syauqi, A. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossoma macropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 dan 129 ekor/liter. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Zonneveld, N., E.A. Huisnan & J.H.Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hal.

Page 50: Kualitas Air Ikan Arawana

38

Lampiran 1. Peta Pontianak, Kalimantan Barat

Keterangan gambar : Lokasi tambak PT. Inti Kapuas International yang berada disekitar Sungai Kapuas dan Sungai landak

Sungai Kapuas

Sungai Landak

Page 51: Kualitas Air Ikan Arawana

39

Lampiran 2. Nilai amoniak dan pH pada media pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dengan kepadatan berbeda

Jumlah ikan Tanggal waktu Suhu

pH meter

TAN amoniak

(ekor) (WIB) (oC) (mg/l) (mg/l)

11 01 Mei 2008 21:06 28 7.02 10 0.07

02 Mei 2007 7:15 28 7.39 5 0.08

7:15 27 6.96 5 0.00

03 Mei 2007 7:32 26 7.18 10 0.10

19:57 27 7.25 10 0.13

05 Mei 2007 8:23 27 6.87 10 0.00

20:20 27 7.25 10 0.13

12 01 Mei 2008 20:26 29 7.45 10 0.24

02 Mei 2007 7:30 29 7.16 5 0.07

19:24 28 6.95 10 0.00

03 Mei 2007 7:43 28 7.17 10 0.11

20:06 28 7.21 10 0.11

05 Mei 2007 8:29 29 7.29 10 0.15

20:26 29 7.37 10 0.19

9 01 Mei 2008 20.1 29 7.02 5 0.04

02 Mei 2007 7:45 28 7.09 10 0.07

19:40 28 7.04 10 0.07

03 Mei 2007 7:55 27 7.17 10 0.10

20:20 28 7.26 10 0.14

05 Mei 2007 8:43 28 7.08 10 0.07

2:38 28 7.02 10 0.07

6 01 Mei 2008 21:08 28 7.04 5 0.04

02 Mei 2007 8:05 27 6.88 5 0.00

19:55 27 7.26 5 0.07

03 Mei 2007 8:05 26 7.38 5 0.08

20:30 27 7.13 10 0.08

05 Mei 2007 8:59 27 7.28 10 0.13

20:41 28 7.12 10 0.09

Page 52: Kualitas Air Ikan Arawana

40

Lampiran 3. Panjang awal dan akhir ikan arwana selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan perbedaan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

Panjang awal Rata-rata

Panjang akhir Rata-rata Perlakuan 1

ulangan 1 31 31 36.5 32.83 32.1 32 38.5 34.2

ulangan 2 35.5 35.5 38.5 36.5 36.5 36 39.1 37.2

ulangan 3 38.7 36.2 39.4 38.1 37.4 40 39.1 38.83

Perlakuan 2

ulangan 1 35.5 35.5 36.5 35.83 37.3 37 35.8 36.7

ulangan 2 35.9 35.3 38.8 36.67 36.3 39.2 36.7 37.4

ulangan 3 35.7 37.9 37.6 37.07 36.5 38.3 38.5 37.77

Perlakuan 3

ulangan 1 37.2 36.4 39.9 37.83 37.5 40.2 36.8 38.17

ulangan 2 37.5 35 36 36.17 36.3 37.8 36.2 36.77

ulangan 3 38.4 33.4 38.3 36.7 34.6 39 38.7 37.43

Lampiran 4. Pertumbuhan panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

Pertumbuhan Mutlak

ulangan 0.6 1.2 1.8

1 1.37 1.47 0.33

2 0.7 0.73 0.6

3 0.73 0.7 0.73

rata-rata 0.93 0.97 0.55

Lampiran 5. Sidik ragam panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

SK JK dB KTS Fhit P F tabel

Perlakuan 0.314595 2 0.157298 1.276139 0.345309 5.143253 Sisa 0.739563 6 0.12326

Total 1.054158 8

Nilai F hitung < F tabel, P > 0,05 Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang mutlak

Page 53: Kualitas Air Ikan Arawana

41

Lampiran 6. Bobot awal dan akhir ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

Bobot awal rata-rata

Bobot akhir rata-rata Perlakuan 1

ulangan 1 270 255 390 305 330 330 530 396.67

ulangan 2 420 445 645 503.33 500 490 830 606.67

ulangan 3 600 410 575 528.33 570 680 550 600

Perlakuan 2

ulangan 1 390 480 500 456.67 650 600 490 580

ulangan 2 445 490 610 515 575 475 625 558.33

ulangan 3 490 590 545 541.67 550 650 600 600

Perlakuan 3

ulangan 1 495 460 620 525 525 575 760 620

ulangan 2 470 420 450 446.67 550 500 530 526.67

ulangan 3 525 370 545 480 480 670 580 576.67

Lampiran 7. Nilai laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

Perlakuan Ulangan sgr

1 1 0.9429

2 0.6691

3 0.4553

2 1 0.8575

2 0.2889

3 0.3659

3 1 0.5958

2 0.5901

3 0.6574

Lampiran 8. Laju pertumbuhan bobot harian rata-rata ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

SGR

ulangan 0.6 1.2 1.8

1 0.9429 0.8575 0.5958

2 0.6691 0.2889 0.5901

3 0.4553 0.3659 0.6574

rata-rata 0.6891 0.5041 0.6144

Page 54: Kualitas Air Ikan Arawana

42

Lampiran 9. Sidik ragam laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana

Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

SK JK dB KTS Fhit P F tabel

Perlakuan 0.051969 2 0.025985 0.498855 0.630356 5.143253 Sisa 0.312529 6 0.052088

Total 0.364498 8

Nilai F hitung < F tabel, P > 0,05 Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian

Lampiran 10. Survival rate (kelangsungan hidup) ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

ulangan

Perlakuan

0,6 1,2 1,8

1 100 100 100

2 100 100 100

3 100 100 100

rata-rata 100 100 100

Lampiran 11. Kenaikan bobot ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

ulangan

Perlakuan

0.6 1.2 1.8

1 275 370 285

2 310 130 240

3 215 175 290

Lampiran 12. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

ulangan

Perlakuan

0.6 1.2 1.8

1 953.711 1022.73 1075.4

2 1195.22 816.365 1114.49

3 1226.58 930.208 1254.42

Page 55: Kualitas Air Ikan Arawana

43

Lampiran 13. Efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

ulangan

Perlakuan

0.6 1.2 1.8

`1 28.83 36.18 26.5

2 25.94 15.92 21.53

3 17.53 18.81 23.12

rata-rata 24.1 23.64 23.72

Lampiran 14. Sidik ragam efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

SK JK dB KTS Fhit P F tabel

Perlakuan 0.36519 2 0.182595 0.003404 0.996604 5.143253 Sisa 321.878 6 53.64634

Total 322.2432 8

Nilai F hitung < F tabel, P > 0,05 Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi pakan

Lampiran 15. Kisaran kualitas air selama 28 masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

Parameter Perlakuan Minggu ke-

0 1 2 3 4

Suhu

0,6 kg 27.0-29.0 27.0-31.0 27.0-31.5 26.8-32.8 27.0-31.0

1,2 kg 26.5-29.0 27.0-30.0 26.0-30.2 26.8-31.0 27.0-30.0

1,8 kg 26.0-28.0 26.5-30.0 26.5-30.2 26.5-30.2 26.5-30.0

pH

0,6 kg 6.92-7.19 5.85-7.92 5.66-7.63 5.51-7.29 5.34-7.13

1,2 kg 6.97-7.35 6.66-7.80 5.42-7.34 5.56-7.24 5.06-7.17

1,8 kg 7.05-7.26 5.80-7.89 5.56-7.58 5.82-7.16 5.28-7.13

H2S

0,6 kg 0.0004-0.0020

0.0000-0.0023

0.0000-0.0156

0.0000-0.0102

0.0000-0.0091

1,2 kg 0.0005-0.0010

0.0000-0.0022

0.0000-0.0118

0.0006-0.0103

0.0000-0.0102

1,8 kg 0.0013-0.0018

0.0000-0.0014

0.0000-0.0094

0.0000-0.0073

0.0000-0.0092

Amonia

0,6 kg 0-0.0008 0.0005-0.0660

0.0008-0.085 0 0

1,2 kg 0-0.0001 0-0.0428 0-0.0023 0 0

1,8 kg 0-0.0002 0-0.0721 0-0.0054 0 0

Page 56: Kualitas Air Ikan Arawana

44

Lampiran 16. Fluktuasi kandungan oksigen terlarut pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

jam

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

1 2 3 1 2 3 1 2 3

18:00 5.44 5.48 5.56 5.60 5.40 5.56 5.48 5.64 5.40

22:00 5.16 5.24 5.20 5.20 5.00 5.24 5.60 5.88 5.24

2:00 5.20 5.16 4.76 5.28 5.20 5.48 5.40 5.60 5.28

6:00 5.56 5.56 4.80 5.92 5.36 6.00 5.88 6.04 5.48

10:00 5.44 5.76 4.76 5.36 5.60 5.80 5.64 5.64 5.28

14:00 5.44 5.16 5.00 5.64 5.20 5.56 5.60 6.28 5.56

18:00 5.48 5.48 5.56 5.60 5.40 5.24 5.40 5.60 5.40

22:00 5.20 5.16 5.20 5.20 5.32 5.00 5.44 5.80 5.28

2:00 4.84 5.08 5.16 5.08 5.20 5.20 5.40 5.60 5.20

6:00 5.56 5.56 5.20 4.76 5.20 5.56 5.44 5.88 5.56

10:00 5.20 5.48 5.40 5.32 5.00 5.80 5.36 5.60 5.28

14:00 5.16 5.08 5.20 5.60 5.20 5.48 5.40 6.28 5.48

18:00 5.20 5.16 5.40 5.36 5.40 5.56 5.64 5.80 5.56

Lampiran 17. Fluktuasi kandungan karbondioksida pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)

jam

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

1 2 3 1 2 3 1 2 3

18:00 17.16 15.40 13.20 16.28 14.52 13.20 15.40 13.20 12.32

22:00 18.48 17.16 17.60 17.16 17.60 16.28 12.32 11.00 16.28

2:00 17.60 22.44 28.16 18.48 18.04 19.80 13.20 14.08 15.40

6:00 27.72 20.68 18.04 19.36 14.52 21.12 17.16 8.36 17.16

10:00 33.00 23.76 25.96 22.44 14.96 22.00 20.68 11.88 21.12

14:00 18.48 22.00 20.68 14.08 16.28 17.16 11.00 8.80 17.60

18:00 16.28 16.28 12.76 12.32 9.24 13.20 10.12 12.76 10.56

22:00 19.80 18.04 17.16 17.16 15.40 17.16 12.32 13.20 12.76

2:00 28.16 21.12 21.56 19.80 17.16 17.60 13.64 12.32 13.20

6:00 22.44 19.36 22.00 26.40 14.52 18.48 13.20 13.64 14.08

10:00 25.96 19.36 21.56 22.00 18.48 33.88 22.88 14.08 18.92

14:00 22.00 21.56 18.92 20.68 17.60 27.72 12.32 11.00 14.52

18:00 24.20 22.44 19.80 18.04 20.68 22.44 13.20 12.76 11.00

Page 57: Kualitas Air Ikan Arawana

45

Lampiran 18. Jumlah pakan total yang dihabiskan ikan arwana Sceleropages formosus setiap minggu selama masa pemeliharaan

Perlakuan

minggu ke-

1 2 3 4 total

0.6 381.02 756.30 1068.26 938.96 3144.54

1.2 289.77 711.09 1072.18 502.32 2575.36

1.8 332.63 936.78 1290.23 704.05 3263.69