KTI

98
GAMBARAN KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN POST TRANSFUSI DENGAN MENGGUNAKAN WHOLE BLOOD (WB) DAN PACKED RED CELL (PRC) DI RS. IBNU SINA MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2011 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : A. Koneng Pratiwi (110 209 0023) A. Fajar Apriani (110 209 0106) PEMBIMBING: dr. Sri Julyani, M.Kes, Sp.PK dr. Irna Diyana. K 1

description

KTI 2012

Transcript of KTI

Page 1: KTI

GAMBARAN KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN POST TRANSFUSI

DENGAN MENGGUNAKAN WHOLE BLOOD (WB) DAN

PACKED RED CELL (PRC) DI RS. IBNU SINA MAKASSAR

PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Kedokteran

OLEH :

A. Koneng Pratiwi (110 209 0023)

A. Fajar Apriani (110 209 0106)

PEMBIMBING:

dr. Sri Julyani, M.Kes, Sp.PK

dr. Irna Diyana. K

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

1

Page 2: KTI

ABSTRAK

Andi Koneng Pratiwi dan Andi Fajar Apriani, Gambaran Kenaikan Kadar Hemoglobin Post Transfusi dengan Menggunakan Whole Blood dan Packed Red Cell di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2011 Selama Bulan September- November 2012, dibimbing oleh Sri Julyani dan Irna Diyana Kartika

(xiii + 50 Halaman + 12 Tabel + 3 Gambar + Lampiran)

Latar belakang : Transfusi adalah suatu proses pemindahan darah atau komponen darah dari seseorang (donor) ke orang lain (resipien) yang bertujuan untuk menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang. Komponen darah yang dapat digunakan untuk menaikkan kadar hemoglobin yaitu whole blood dan packed red cell (PRC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar hemoglobin pasien post transfusi dengan menggunakan whole blood dan packed red cell di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2011

Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Data yang di ambil adalah data sekunder, kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.

Hasil penelitian : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kenaikan kadar Hb terendah yaitu 0,1 g/dl, dan kenaikan kadar Hb tertinggi yaitu 3,5 g/dl, dimana nilai tersebut adalah interval kenaikan kadar Hb, yang didasarkan pada jumlah rata-rata dari selisih kenaikan pre dan post transfusi dengan pembagi dua sehingga diperoleh interval angka 0,1 – 1,75 dan 1,76 – 3,5 g/dl. Pasien dengan transfusi whole blood (WB) mengalami peningkatan kadar Hb 0 – 1,75 g/dl sebanyak 80 % dan mengalami peningkatan Hb sebesar 1,76 – 3,5 g/dl sebanyak 20 %. Pasien dengan transfusi packed red cell (PRC) mengalami peningkatan kadar Hb 0 – 1,75 g/dl sebanyak 30 % dan mengalami peningkatan kadar Hb sebesar 1,76 – 3,5 g/dl sebanyak 70 %. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang ditransfusikan dengan menggunakan PRC mengalami kenaikan kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang ditransfusikan dengan menggunakan whole blood.

Kesimpulan : Kenaikan kadar Hb pasien post transfusi dengan menggunakan PRC lebih tinggi dibandingkan dengan pasien post transfusi dengan menggunakan whole blood.

Kata Kunci : Kadar Hemoglobin, Post Transfusi, Whole Blood, Packed Red Cell

Sumber : 21 kepustakaan (1988-2011)

2

Page 3: KTI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya

tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi preklinik di Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Keberhasilan penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah berkat bimbingan,

kerja sama serta bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak yang telah

diterima penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penelitian dan

penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada

yang terhormat :

1. Ayahanda Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Prof.dr.H. Syarifuddin Wahid, Ph.D, Sp.PA (K), DFM, Sp.F beserta

jajarannya.

2. DR. dr. Hj. Siti Maisuri T. Chalid, Sp.OG(K) selaku Wakil Dekan I

Fakultas Kedokteran UMI

3. Ibunda Dr.dr.Sri Vitayani, Sp.KK selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah

atas arahan dan bimbingannya dalam penyempurnaan karya tulis ini.

4. Ibunda dr. Sri Julyani, M.Kes, Sp.PK dan ibunda dr. Irna Diyana K. selaku

pembimbing yang dengan kesediaan, keikhlasan dan kesabaran meluangkan

3

Page 4: KTI

waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai

dari penyusunan proposal sampai pada penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ayahanda dr. Moch. Erwin, M.Kes selaku penguji dalam ujian proposal

penelitian ini yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

6. Kakanda dr. Edward Pandu Wiriansya selaku sekretaris blok KTI yang

senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia.

8. Kepala RS. Ibnu Sina Makasssar yakni Prof. dr. Husni Tanra, Ph.D beserta

jajarannya yang selama penelitian ini berlangsung telah membantu peneliti.

9. Keluarga besar FK UMI khususnya saudara-saudara seperjuangan dan

senasib Angkatan 2009 (Hypoglossus) yang dalam suka maupun duka telah

menemani penulis selama ini, khususnya teman-teman yakni Muthmainnah,

Yunita Purnamasari, Dian Vebyanti, Sigit Dwi Pramono, Andi Tri Sutrisno,

Dzul Ikram dan Nur Aisyah yang telah berjuang bersama-sama menuntut

ilmu.

10. Semua pihak yang terkait dalam membantu proses penyelesaian karya tulis

ilmiah ini.

Teristimewa buat kedua orangtua tercinta serta seluruh keluarga yang telah

memberikan semangat, memfasilitasi dan mengiringi langkah penulis dengan

dukungan moril dan materil serta do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan

4

Page 5: KTI

karya tulis ilmiah ini. Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan

pahala dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan

baik dalam penguasaan ilmu maupun pengalaman penelitian, sehingga karya tulis

ilmiah ini masih jauh dari dari kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang

sifatnya memmbangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya

tulis ilmiah ini memberikan manfaat bagi semua pembaca. Amin

Makassar, Desember 2012

Penulis

5

Page 6: KTI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Hemoglobin .......................................... 6

2.2 Dasar – Dasar Transfusi ................................................................ 7

2.3 Komponen – Komponen Darah .................................................... 17

2.4 Kerangka Teori ............................................................................. 23

2.5 Kerangka Konsep .......................................................................... 24

6

Page 7: KTI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 25

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 25

3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................... 26

3.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 28

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 28

3.7 Etika Penelitian ............................................................................. 28

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Ibnu Sina ................................... 30

4.2 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit .............................................. 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ............................................ 37

5.2 Hasil Penelitian ............................................................................. 40

5.3 Pembahasan .................................................................................. 43

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 46

6.2 Saran ............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48

LAMPIRAN

7

Page 8: KTI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikasi Transfusi Darah

Tabel 3.1 Batas Normal Kadar Hemoglobin

Tabel 4.1 Sarana Gedung Rumah Sakit Ibnu Sina

Tabel 4.2 Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap Rumah Sakit Ibnu Sina

Tabel 4.3 Data Ketenagaan Rumah Sakit Ibnu Sina YW - UMI

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan Jenis

Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan Diagnosis

Penyakit

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan Golongan

Darah

Tabel 5.5 Distribusi Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi Whole Blood

Tabel 5.6 Distribusi Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi Packed Red Cell

Tabel 5.7 Perbandingan Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi dengan

Menggunakan Whole Blood dan Packed Red Cell

8

Page 9: KTI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Gambar 4.1 Rumah Sakit Ibnu Sina YW – UMI Makassar

9

Page 10: KTI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Penulis

Lampiran 2 Berita Acara Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3 Surat Izin dan Disposisi Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 4 Data Induk Penelitian Microsoft Excel

10

Page 11: KTI

BAB I

PENDAHULUAN

11

Page 12: KTI

1.1 Latar Belakang

Sejak diterimanya transfusi sebagai cara pengobatan, pengertian bahwa

darah mengalir di dalam sistem sirkulasi dan ruang intravaskuler dapat diisi cairan

dari luar tubuh, perkembangannya lambat. Transfusi itu sendiri dikerjakan

pertama kali pada tahun 1667. Kemudian selama Perang Dunia pertama dan

sesudahnya, barulah transfusi sebagai alat pengobatan berkembang pesat.1

Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 2002, definisi transfusi

adalah suatu proses pemindahan darah atau komponen darah dari seseorang

(donor) ke orang lain (resipien). Darah yang digunakan adalah darah manusia atau

bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan

dan pemulihan kesehatan. Penyumbang darah adalah semua orang yang

memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah.2

Sekitar 92 juta donor darah dikumpulkan per tahun dari pendonor di

seluruh dunia, baik yang berupa sukarelawan, dari pihak keluarga maupun donor

bayaran. Kira-kira setengah dari jumlah ini berasal dari negara-negara maju.3

12

Page 13: KTI

Berdasarkan data dari WHO 2008, secara universal terjadi

ketidakseimbangan dalam hal akses transfusi yang aman, antara negara-negara

maju dan negara-negara berkembang. Empat puluh delapan persen dari 91.8 juta

donor darah berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi. Empat puluh tiga

negara-negara di benua Afrika dilaporkan mengumpulkan kurang lebih 4 juta unit

kantong darah atau sama dengan 4.3 % dari jumlah total transfusi global.

Sedangkan Amerika Serikat, Cina, India, Jepang, Jerman, Rusia, Italia, Perancis,

Korea Selatan dan Inggris menyumbangkan 65 % dari total donor darah global.

Delapan puluh dua negara-negara lainnya dilaporkan hanya terdapat kurang dari

10 kasus transfusi per 1000 populasi, yang seluruhnya merupakan negara-negara

dengan penghasilan rendah atau menengah, dimana 39 negara tersebut

diantaranya terletak di Afrika, 9 negara di benua Amerika, 7 negara di

Mediterania timur, 8 negara benua Eropa, 12 negara terletak di Pasifik Barat dan 7

negara Asia Tenggara.3

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan

modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien

dan meningkatkan derajat kesehatan. Keputusan melakukan transfusi harus selalu

berdasarkan penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan

laboratorium4.

Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang

adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah

bertujuan untuk menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau

terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.5

13

Page 14: KTI

Dalam garis besarnya, transfusi darah diberikan atas dasar untuk

mengembalikan dan mempertahankan volume normal peredaran darah, misalnya

oligemia karena pendarahan, trauma bedah atau kombustio, untuk mengganti

kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya, trombositopenia,

hipoprotrombonemia, hipofibrinogenemia, leukemia dan anemia.6

Pengaturan volume plasma tergantung kepada keseimbangan antara

pengambilan cairan dan kehilangan cairan, serta penyebaran cairan tubuh. Setelah

penggantian volume darah dalam jumlah besar, hemoglobin (Hb) resipien akan

menggambarkan Hb donor. Untuk mendapatkan jumlah darah yang diperlukan

untuk meningkatkan Hb pasien sampai nilai tertentu dapat dipakai rumus sebagai

berikut5:

V. darah res. Normal x Hb yang diinginkan

Hb. darah donor

V. Donor = volume darah donor yang diperlukan.

V. darah res. normal = vol. darah resipien yang normal (70-80 ml/ kg).

Hb = kadar hemoglobin dalam g/dl. (= g%).

Hb whole blood = 10 - 13 g/dL

Hb packed red cells = 18 - 23 g/dL.7

Penggunaan darah untuk transfusi hendaknya selalu dilakukan dengan cara

rasional dan efisien yaitu dengan memberikan hanya komponen darah / derivat

plasma yang dibutuhkan saja. Misalnya, whole blood digunakan untuk

meningkatkan jumlah eritrosit dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan,

seperti pada pendarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25 – 30 %

14

V. Donor =

Page 15: KTI

volume darah total, sedangkan packed red cell digunakan untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah pada pasien yang menunjukkan gejala anemia, yang hanya

memerlukan sel darah merah pembawa oksigen saja, misalnya pada pasien gagal

ginjal atau anemia karena keganasan.8

Kurangnya data mengenai perbandingan jumlah sel darah merah post

transfusi dengan menggunakan komponen-komponen darah yang berbeda-beda

serta indikasi pemberian dari masing-masing komponen darah tersebut, khususnya

di Kota Makassar ini, merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan

latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan

kenaikan kadar hemoglobin post transfusi dengan menggunakan Whole Blood dan

Packed Red Cell di RS. Ibnu Sina Periode 1 Januari – 31 Desember 2011.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut : ” Bagaimanakah Gambaran kenaikan Kadar

Hemoglobin Post Transfusi dengan Menggunakan Whole Blood dan Packed Red

Cell di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2011 ? ”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui peningkatan kadar hemoglobin pasien post transfusi dengan

whole blood dan packed red cell di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1

Januari – 31 Desember 2011.

2. Tujuan Khusus

15

Page 16: KTI

a. Mengetahui peningkatan kadar Hb post transfusi whole blood pada

pasien yang dirawat di RS Ibnu Sina periode 1 Januari-31 Desember

2011

b. Mengetahui peningkatan kadar Hb post transfusi packed red cell pada

pasien yang dirawat di RS Ibnu Sina periode 1 Januari-31 Desember

2011

c. Mengetahui perbedaan perbandingan kadar Hb post transfusi dengan

menggunakan whole blood dan packed red cell di RS. Ibnu Sina periode

1 Januari – 31 Desember 2011

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Manfaat ilmiah

Sebagai bahan referensi yang sangat berharga dalam menambah khasanah

literatur studi tentang gambaran peningkatan kadar Hb post transfusi

dengan menggunakan WB dan PRC di RS Ibnu Sina

2. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan

bagi penulis tentang gambaran peningkatan kadar Hb post transfusi

dengan menggunakan WB dan PRC di RS Ibnu Sina

3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar

Memberikan informasi dan pengembangan keilmuwan khususnya

gambaran peningkatan kadar Hb post transfusi dengan menggunakan WB

dan PRC di RS Ibnu Sina

16

Page 17: KTI

4. Bagi masyarakat

Membuka wawasan masyarakat tentang peningkatan kadar Hb post

transfusi dengan menggunakan WB dan PRC

17

Page 18: KTI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) adalah suatu protein yang kompleks yang tersusun dari

protein globin dan senyawa non protein yaitu hem. Satu molekul hem

mengandung satu atom besi demikian juga satu protein globin yang hanya dapat

mengikat satu molekul hem. Sebaliknya satu molekul hemoglobin terdiri atas

empat buah kompleks globin dengan hem. Jadi, dalam tiap molekul hemoglobin

terkandung empat atom besi. Hemoglobin berada didalam eritrosit yang berfungsi

untuk mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskan oksigen tersebut ke seluruh

tubuh.9

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat di dalam sel darah merah

(SDM) dan berfungsi antara lain untuk mengikat dan membawa oksigen dari paru

paru ke seluruh jaringan tubuh, mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan

tubuh ke paru paru, memberi warna merah pada darah, dan mempertahankan

keseimbangan asam-basa tubuh.10

Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap

monomernya terikat pada gugus prostetik Hem dan dan keseluruhannya

mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7.8 – 11.2 mMol

hemoglobin monomer 8/L (12,6 – 18.4 gr/dL), tergantung pada jenis kelamin dan

umur individu.10

Penetapan kadar hemoglobin dalam darah secara kuantitatif dengan

menggunakan metode Cyanmethemoglobin.10

18

Page 19: KTI

Keterangan :

Ru = Reagent / absorban yang di ukur

Rs = Reagent / absorban standar

Nilai hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin adalah 11 :

Bayi baru lahir : 12-24 gr/dL

Enam bulan sampai enam tahun : 10-15 gr/dL

Lima tahun sampai 14 tahun : 11-16 gr/dL

Perempuan dewasa : 12-16 gr/dL

Laki-laki dewasa : 13.5-18 gr/dL

2.2 Dasar-Dasar Transfusi Darah

Transfusi ialah suatu proses pemindahan darah atau komponen darah dari

seseorang (donor) ke orang lain (resipien).4

Transfusi darah merupakan pedang bermata dua, yang jika diberikan

dengan tepat akan dapat menyelamatkan penderita, tetapi jika salah diberikan

dapat menimbulkan efek samping yang disebut reaksi transfusi bahkan dapat

menimbulkan kematian.12

2.2.1 Indikasi Transfusi darah

Secara umum, dari beberapa panduan yang telah dipublikasikan, tidak

direkomendasikan untuk melakukan transfusi profilaksis dan ambang batas untuk

melakukan transfusi adalah kadar hemoglobin dibawah 7,0 atau 8,0 g/dL, kecuali

untuk pasien dengan penyakit kritis.13

19

Kadar Hb = Ru / Rs x konsentrasi standar (gr %) = ……g %

Page 20: KTI

Transfusi diberikan untuk mengatasi anemia, menambah volume darah,

atau memperbaiki imunitas. Namun, komponen normal dari membran eritrosit

seseorang dapat memicu terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang merusak

tubuh pasien. Transfusi dilakukan terutama pada keadaan sebagai berikut: oxygen-

carrying capacity yang tidak adekuat, ketidakcukupan peran faktor pembekuan

agar tercapai hemostasis yang adekuat, serta terdapatnya manifestasi perdarahan

akibat trombositopenia.4

Keadaan oxygen-carrying capacity yang tidak adekuat dapat ditemukan

pada anemia dan perdarahan. Namun, pada beberapa keadaan transfusi tidak

dibutuhkan pada pasien anemia dengan kondisi stabil, mempunyai faktor resiko

minimal atau tanpa disertai gejala-gejala tambahan. Ciri-ciri pasien keadaan

oxygen carrying capacity yang tidak adekuat adalah denyut jantung >100x/menit,

respirasi >30x/menit, keluhan pusing, lemah badan, dan nyeri dada.4

Dalam garis besarnya, transfusi darah diberikan atas dasar6 :

1. Untuk mengembalikan dan mempertahankan volume normal peredaran darah,

misalnya oligemia karena pendarahan, trauma bedah atau kombustio

2. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya

anemia, trombositopenia, hipoprotrombonemia, hipofibrinogenemia, dan lain-

lain.

20

Page 21: KTI

Keadaan anemia yang memerlukan transfusi darah adalah4:

1. Anemia karena pendarahan.

Biasanya diambil batas Hb 7-8 gr %. Bila Hb telah turun sampai 4.5 gr %,

maka penderita tersebut telah sampai dalam fase yang membahayakan, dan

transfusi darah harus dilakukan secara hati-hati.

2. Anemia hemolitik

Biasanya kadar Hb dipertahankan sampai batas penderita dapat mengatasi diri

umumya kadar Hb sekitar 5 gr %. Hal ini untuk menghindari seringnya

transfusi darah.

3. Anemia aplastik, leukemia, dan anemia refrakter

4. Anemia karena sepsis

5. Anemia pada orang yang akan mengalami operasi

6. Anemia pada kehamilan yang dekat dengan saat melahirkan

Transfusi rasional diartikan sebagai pemilihan produk darah yang tepat,

jumlah darah yang dibutuhkan adalah tepat, dan diberikan bagi pasien yang tepat.

Penggunaan darah dan komponen darah yang rasional dan tepat dibutuhkan untuk

menjamin ketersediaan darah serta menghindari resiko terpaparnya penyakit yang

dapat ditularkan melalui transfusi.4

Oleh karena itu indikasi transfusi darah harus diketahui dengan baik.

Indikasi pemberian transfusi darah lengkap atau komponen darah dapat dilihat

pada tabel berikut ini4:

21

Page 22: KTI

Tabel I : Indikasi Transfusi Darah

Jenis Darah Indikasi

Whole Blood (WB)

Eritrosit

Trombosit

Plasma

1. WB tidak diindikasikan untuk

pemakaian rutin

2. WB dapat diberikan pada keadaan

tertentu (trauma ledakan), dimana

komponen tidak tersedia

Gangguan oksigenasi jaringan akibat

penurunan kapasitas pengangkutan oksigen

disirkulasi

1. Pasien trombositopenia dengan

perdarahan aktif

2. Pasien dengan gangguan fungsi

trombosit dimana terapi lain tidak

efektif

Pasien trombositopenia yang akan

mengalami prosedur/tindakan invasif,

pengganti defisiensi satu atau lebih faktor

koagulasi bila faktor tunggal tidak tersedia.

Sumber : dikutip dari kepustakaan4

22

Page 23: KTI

2.2.2 Persiapan Transfusi Darah

Persiapan transfusi adalah tahapan dalam layanan transfusi yang kurang

mandapat perhatian. Padahal tahapan ini juga berperan penting, dan apabila

dilaksanakan dengan baik dan benar, akan dapat menghindari atau mengurangi

efek yang tidak diinginkan.4

Dalam persiapan transfusi ada beberapa tahapan, yaitu4:

1. Permintaan darah

2. Penyediaan darah

3. Pendistribusian darah

4. Persediaan sesaat sebelum pemberian transfusi

2.2.3 Prosedur Transfusi Darah

Transfusi darah harus melalui prosedur yang ketat untuk mencegah efek

samping (reaksi transfusi) yang dapat timbul. Prosedur itu adalah12:

1. Penentuan golongan darah ABO dan Rh. Baik donor maupun resipien

harus memiliki golongan darah yang sama.

2. Pemeriksaan untuk donor terdiri atas:

a. Penapisan (screening) terhadap antibodi dalam serum donor dengan

tes antiglobulin indirek (tes Coombs indirek)

b. Tes serologi untuk hepatitis (B&C), HIV, sifilis (VDRL) dan CMV

3. Pemeriksaan untuk resipien terdiri atas:

a. Major side cross match: serum resipien diinkubasikan dengan RBC

donor untuk mencari antibodi dalam serum resipien.

b. Minor side cross match: mencari antibodi dalam serum donor.

23

Page 24: KTI

4. Pemeriksaan klerikal (identifikasi):

Memeriksa dengan teliti dan mencocokkan label darah resipien dan

donor. Reaksi transfusi berat sebagaian besar timbul akibat kesalahan

identifikasi (klerikal)

5. Prosedur pemberian darah, yaitu:

a. Hangatkan darah perlahan-lahan

b. Catat nadi, tensi, suhu, dan respirasi sebelum transfusi

c. Pasang infus dengan infus set darah (memakai alat penyaring)

d. Pertama diberi larutan NaCl fisiologik

e. Pada 5 menit pertama pemberian darah, beri tetesan pelan-pelan,

awasi adanya urtikaria,bronkospasme, rasa tidak enak, dan mengigil.

Selanjutnya awasi tensi, nadi, suhu dan respirasi

6. Kecepatan transfusi, yaitu:

a. Untuk pasien hipovolemi beri tetesan cepat

b. Normovolemi – beri 500 ml/6 jam

c. Pada anemia kronik,penyakit jantung dan paru beri tetesan perlahan-

lahan 500ml/24 jam atau beri diuretika (furosemid) sebelum

transfusi.

2.2.4 Komplikasi Transfusi Darah

Reaksi yang dapat ditimbulkan akibat transfusi darah disebut sebagai reaksi

transfusi. Reaksi transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi

lambat dan penularan penyakit infeksi.12,14,15

24

Page 25: KTI

1. Reaksi segera (immediate reactions), yaitu:

a. Reaksi Hemolitik

Reaksi hemolitik akibat lisis eritrosit donor oleh antibodi resipien.

Reaksi ini dapat terjadi segera atau lambat. Reaksi segera yang mengancam

jiwa berkaitan dengan hemolisis intravaskuler masif terjadi akibat antibodi

yang mengaktifkan komplemen dari kelas IgM atau IgG, biasanya dengan

spesialitas ABO. Reaksi yang berhubungan dengan hemolisis ekstravaskuler

(misalnya antibodi imun Rh yang tidak mampu mengaktifkan komplemen)

biasanya bersifat lebih ringan tetapi masih dapat mengancam jiwa.14

b. Reaksi Febril (febril reaction)

Peningkatan suhu dapat disebabkan oleh antibodi leukosit, antibodi

trombosit atau senyawa pirogen. Untuk menghindarinya, dapat dilakukan uji

cocok silang antara leukosit donor dengan serum resipien pada pasien yang

mendapat transfusi leukosit. Pemberian Prednisone 50 mg atau lebih sehari

atau 50 mg kortison oral setiap 6 jam selama 48 jam sebelum transfusi dapat

mencegah demam akibat transfusi.13

c. Reaksi Anafilaksis

Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam

plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi

pada resipien tertentu.15

Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat

berat. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai

dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam.

25

Page 26: KTI

Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan

agresif.15,16

d. Edema Paru Karena Volume Overload

Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini

dapat terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu

cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada

pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.12

2. Reaksi lambat (delayed reaction), yaitu:

a. Reaksi hemolitik lambat

Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan

gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi

hemolitik lambat yang berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal

ginjal dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) jarang terjadi.

Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah

merah dalam plasma pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan

antibodi tersebut.16,17

b. Purpura pasca transfusi

Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi

potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal

ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik

trombosit pada resipien. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan

dan adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang

biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan

26

Page 27: KTI

penting terutama bila hitung trombosit kurang atau sama dengan 50.000/uL

dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung trombosit 20.000/uL.

Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang kompatibel

dengan antibodi pasien.1,16,17

3. Penularan Penyakit Infeksi

Pendonor mungkin membawa agen-agen penyakit infeksi di dalam

darahnya, kadang-kadang tanpa memperlihatkan gejala-gejala dan tanda-

tanda penyakit yang nyata. Penyakit-penyakit yang bisa ditularkan melalui

transfusi diantaranya adalah HIV-1 dan HIV-2. HTLV-1 dan HTLV-2,

Hepatitis B dan C, sifilis, penyakit Chagas, malaria, dan Sitomegalovirus.18

Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung

pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat,

keefektifan skrining yang digunakan, status imun resipien dan jumlah donor

tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model matematis untuk menghitung

risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus hepatitis B dan

C, dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV). Model ini berdasarkan

fakta bahwa penularan penyakit terutama timbul pada saat window period

(periode segera setelah infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi

hasil skrining masih negatif ).1,13,16,17,18

27

Page 28: KTI

2.2.5 Aferesis

Aferesis dalam bidang Hematologi-Onkologi merupakan suatu tindakan

pengambilan/pengumpulan komponen darah tertentu melalui penyadapan darah

dengan mengembalikan komponen darah lainnya ke tubuh seseorang

menggunakan alat separasi sel. Tujuan tindakan aferesis ini adalah untuk

mengambil sebagian komponen darah untuk diberikan pada orang lain (aferesis

donor), atau mengurangi jumlah komponen darah yang berlebihan di dalam tubuh

(aferesis terapeutik). Walaupun mula-mula digunakan untuk tujuan terapi, dalam

perkembangannya sekarang aferesis lebih penting lagi untuk memperoleh

komponen darah bagi transfusi (aferesis donor). Jenis tindakan pada aferesis dapat

berupa cytaferesis (eritrositaferesis, lekaferesis, trombaferesis), plasmaferesis, dan

prosedur transplantasi sel asal darah perifer (PBSCT).19

Tujuan utama tindakan aferesis adalah mengeluarkan hanya sebagian

komponen darah, bisa berupa sel atau plasma saja. Dalam pengawasan yang baik,

prosedur aferesis adalah tindakan yang aman.19

Komplikasi yang dapat terjadi berhubungan dengan vascular access,

perubahan hemodinamik, problem mekanik berkaitan dengan instrumentasi,

deplesi, komponen sel dan plasma, reaksi terhadap cairan dan plasma, reaksi

terhadap cairan pengganti (termasuk antikoagulan), reaksi alergi,dan infeksi . Efek

samping yang paling sering terjadi pada prosedur aferesis adalah hipokalsemia

dengan gejala yang timbul berupa kesemutan bibir dan jari tangan, dada rasa

tertekan, dan pandangan gelap.19

28

Page 29: KTI

Kontraindikasi seseorang untuk menjadi donor aferesis antara lain adalah

bila calon donor memiliki nilai hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht), lekosit,

trombosit, dan albumin dibawah normal; golongan ABO/Rhesus tidak cocok, atau

cross matching memberi hasil positif; darah donor terbukti mengandung

HbsAg/antiHCV/HIV/VDRL/malaria, berat badan kurang, usia anak-anak atau

usia tua, menderita penyakit serius (jantung/paru/ginjal dan lainnya).

Kontraindikasi prosedur aferesis terapeutik untuk seorang pasie adalah bila ada

gangguan hemodinamik yang nyata atau keadaan umum sudah tidak baik lagi.19

2.3 Komponen-Komponen Darah

2.3.1 Darah Lengkap (Whole Blood)

Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma.

Satu unit kantong darah lengkap berisi 450 mL darah dan 63 mL antikoagulan. Di

Indonesia, 1 kantong darah lengkap berisi 250 mL darah dengan 37 mL

antikoagulan, ada juga yang 1 unit kantong berisi 350 mL darah dengan 49 mL

antikoagulan. Suhu simpan antara 10- 60 Celcius. Satu unit darah (250-450 ml)

dengan antikoagulan sebanyak 15 ml/100ml darah.8

Dilihat dari masa penyimpanannya, maka whole blood dapat dibagi

menjadi 2, yaitu darah segar (fresh blood), yaitu darah yang disimpan kurang dari

6 jam, masih lengkap menngandung trombosit dan factor pembeku, serta darah

yang disimpan (stored blood), yaitu darah yang sudah disimpan lebih dari 6 jam.12

Darah dapat disimpan sampai dengan 35 hari. Pada darah simpan

kandungan trombosit dan sebagian faktor pembeku (terutama faktor labil) sudah

menurun jumlahnya.12

29

Page 30: KTI

1. Indikasi

Terdapat hanya beberapa keadaan klinis yang memerlukan transfusi darah

lengkap. Darah lengkap harus dicadangkan untuk pendarahan medis atau bedah

yang parah, misalnya selama pendarahan saluran makanan yang cepat atau pada

trauma mayor saat diperlukan pemulihan daya angkut oksigen, volume, dan faktor

pembekuan. Bahkan pada syok hemoragik, kombinasi sel darah merah dan larutan

kristaloid atau koloid biasanya efektif. Pada keadaan darurat, pergantian volume

secara cepat biasanya mendahului penggantian sel darah merah dan cairan

resusitasi bebas sel harus digunakan apabila jenis darah resipien sedang

ditentukan. Bila defisit sel darah merah kritis, diindikasikan pemberian sel darah

merah tipe O atau untuk spesifik tipe yang tidak dicocokkan terlebih dahulu.20

Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan

volume plasma dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada pendarahan aktif

dengan kehilangan darah lebih dari 25-30 % volume darah total. Namun

demikian, pemberian darah lengkap pada keadaan tersebut hendaklah tidak

menjadi pilihan utama karena pemulihan segera volume darah pasien lebih

penting daripada penggantian sel darah merah atau transfusi yang masih

memerlukan waktu.8

2. Kontraindikasi

Darah lengkap sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan anemia

kronik yang normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel darah merah.8

3. Dosis dan Cara Pemberian

30

Page 31: KTI

Dosis tergantung keadaan klinis pasien8. Menurut teori, satu unit darah

lengkap pada orang dewasa akan meningkatkan Hb sekitar 0.5 – 0.6 g/dL4. Pada

anak-anak, darah lengkap 8 mL/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL.

Pemberian darah lengkap sebaiknya melalui filter darah dengan kecepatan tetesan

tergantung keadaan klinis pasien, namun setiap unitnya sebaiknya diberikan

dalam 4 jam.8

2.3.2 Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cell / PRC)

Sel darah merah pekat merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit

yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain

sehingga mencapai hematokrit 70-80%, yang berarti menghilangnya 125-150 ml

plasma dari satu unitnya6. PRC merupakan pilihan utama untuk anemia kronik

karena volumenya yang lebih kecil dibandingkan dengan whole blood12. Setiap

unit PRC mempunyai volume kira-kira 128-240 mL, tergantung pada volume

kadar Hb donor dan proses separasi komponen awal. Dari volume tersebut,

diperkirakan mengandung plasma 50 mL (20-150 mL), mempunyai hematokrit

antara 50-56%, mengandung hemoglobin 42,5-80 g/dL dan kandungan Fe dalam

hemoglobinnya 147-287 mg4.

Packed Cells yang dibuat khusus di dalam kantong plastik pada saat segera

setelah donasi darah diputar secara khusus sehingga terpisah dari komponen-

komponen lainnya, jauh lebih baik dan lebih tahan lama disimpan. Sedangkan

Packed Cells yang dibuat dengan cara pengendapan darah didalam botol lalu

bagian plasmanya disedot keluar tidak menghasilkan komponen yang ideal karena

31

Page 32: KTI

sudah terbuka resiko kontaminasi pada waktu penghisapan. Waktu

penyimpanannya hanya sampai 24 jam didalam alat pendingin darah6.

Transfusi PRC diberikan dengan maksud untuk memperbaiki pengiriman

oksigen kejaringan yang membutuhkan. Sering ditemukan pasien dengan kadar

Hb 7 g/dl akan tetapi suplai oksigen ke jaringan dinilai adekuat. Hal ini dapat

terjadi karena terdapatnya respons terhadap keadaan anemia berupa adaptasi

fisiologis seperti peningkatan cardiac output, perubahan viskositas darah,

perubahan aliran darah ke arteri koroner maupun otak. Namun hal ini tidak terjadi

pada pasien berusia lanjut yang disertai anemia, penyakit jantung dan paru-paru.

Oleh karena itu transfusi PRC dibutuhkan bagi pasien tersebut pada kadar Hb >

7g/dl.4

Pada tahun 2004, The New York State Departement Of Health

memperbaharui pedoman pemberian transfusi PRC untuk kadar Hb yang lebih

konservatif. Pedoman tersebut memuat kebijakan bahwa tranfusi PRC hanya

diberikan bila terdapat indikasi secara klinis dan bersifat individual. Pedoman

pemberian transfusi PRC yang rasional diberikan pada perdarahan akut karena

pembedahan, trauma atau karena perdarahan, transfusi perioperatif, anemia

kronis, dan kondisi- kondisi khusus.

1. Indikasi

Indikasi mutlak pemberian Packed Red Cells (PRC) adalah bila Hb

penderita 5 gr%5. Sel darah merah pekat ini digunakan untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah pada pasien yang menunjukkan gejala anemia, yang hanya

32

Page 33: KTI

memerlukan massa sel darah merah pembawa oksigen saja misalnya pada pasien

dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan.8

Rekomendasi transfusi sel darah merah secara rasional yang merupakan

rekomendasi Unit Pengkajian Teknologi Kesehatan Dirjen Yanmedik Departemen

Kesehatan RI yaitu21 :

a. Transfusi diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama

pada anemia akut. Jika pasien asimptomatik dan/atau ada terapi spesifik

lainnya yang lebih tepat, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat

diterima, misalnya anemia hemolitik autoimun dapat diterapi dengan

steroid .

b. Transfusi dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan

tanda-tanda hipoksia atau hipoksemia yang ditemukan secara klinis

(contoh gangguan kesadaran) dan laboratorium.

c. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi

tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen

lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit

jantung iskemik berat).

d. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb

≤11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/.

Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan

suplementasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan

volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan

33

Page 34: KTI

dengan darah jenuh diantaranya adalah menaikan Hb dapat diatur sesuai dengan

yang diinginkan, mengurangi kemungkinan penularan penyakit, mengurangi

kemungkinan reaksi imunologis, volume darah yang diberikan lebih sedikit

sehingga kemungkinan overload berkurang, dan komponen darah lainnya dapat

diberikan pada pasien lain.5

2. Kontraindikasi

Dapat menyebabkan hipervolemi jika diberikan dalam jumlah banyak

dalam waktu singkat.8

3. Dosis dan Cara pemberian

Pada orang dewasa, 1 unit sel darah merah pekat akan meningkatkan Hb

sekitar 1 g/dL atau hematokrit 3-4%, sedangkan dosis pada neonatus dan anak

biasanya diberikan 10-15 mL/kg, selama 2-3 jam akan meningkatkan sekitar 2-3

g/dL4. Pemberian sel darah ini harus melalui filter darah standar (170µ).

Hematokrit yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hiperviskositas dan

menyebabkan kecepatan transfusi menurun sehingga untuk mengatasinya maka

diberikan salin normal 50-100ml sebagai pencampuran sediaan sel darah merah

dalam CPD (citrate fosfat dekstrose) atau CPDA-1 (citrate fosfat dekstrose

adenine) tetapi harus hati-hati karena dapat terjadi kelebihan beban.8

Jumlah PRC yang diperlukan untuk menaikkan Hb dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut5 :

∆ = selisih Hb yang diinginkan dengan Hb sebelum transfusi

BB = berat badan.5

34

Jumlah PRC = ∆ Hb x 3 x BB

Page 35: KTI

Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seorang resipien,

makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi

darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan6.

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta, dosis yang dipergunakan

untuk menaikkan hemoglobin ialah dengan menggunakan modifikasi rumus

empiris sebagai berikut6 :

2.4 Kerangka Teori

Keterangan :

35

Kebutuhan darah (mL) = 6 x BB (kg) x kenaikan

hemoglobin yang diinginkan

Dilakukan transfusi

Pasien dengan kadar Hemoglobin rendah

transfusi

Transfusi dengan menggunakan whole

blood

Transfusi dengan menggunakan Packed

Red Cell

Peningkatan kadar hemoglobin

- Umur- Jenis Kelamin- Diagnosis Penyakit- Golongan Darah- Jenis Sediaan Transfusi- Jumlah Sediaan Darah

yang Ditransfusikan

Page 36: KTI

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan variabel yang diteliti

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan :

= variabel independen

= variabel dependen

= hubungan variabel yang diteliti

36

Kenaikan kadar Hb

(Hemoglobin)

Transfusi dengan whole blood (darah lengkap)

Transfusi dengan Packed Red Cell (PRC)

Page 37: KTI

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan desain penelitian cross sectional, yang akan menggambarkan kadar

hemoglobin (Hb) pasca transfusi dengan menggunakan Whole Blood (WB) dan

Packed Red Cell (PRC) di RS. Ibnu Sina Makassar, yang dimaksudkan untuk

mendeskripsikan data sebagaimana adanya. Data yang diperoleh dari hasil survey

ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di RS. Ibnu Sina Makassar

5. Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung dari 17 September – 17 November 2012

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

37

Page 38: KTI

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien

berdasarkan rekam medik telah melakukan transfusi WB dan PRC yang

dirawat di RS Ibnu Sina periode 1 Januari – 31 Desember 2011.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien

berdasarkan rekam medik telah melakukan transfusi WB dan PRC yang

dirawat di RS Ibnu Sina periode 1 Januari – 31 Desember 2011 yang

berjumlah sebanyak 35 orang.

6. Metode Sampling

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah total sampling, yakni

mengambil seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria sampel

untuk dijadikan sampel penelitian.

7. Kriteria Sampel

a. Seluruh rekam medik pasien transfusi darah yang tercatat di RS. Ibnu

Sina Makassar perode 1 Januari – 31 Desember 2011

b. Rekam medik yang memenuhi seluruh variabel yang diteliti.

8. Batasan Penelitian

Dari jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan rekam medik yaitu

sebanyak 35 sampel, didapatkan bahwa usia temuda pasien yang dilakukan

transfusi yaitu 17 tahun, dan usia tertua pasien transfusi yaitu 79 tahun.

Berdasarkan umur pasien pada sampel ini, diketahui bahwa seluruh sampel

yang didapatkan tergolong usia dewasa, dan tidak didapatkan pasien anak-

anak pada sampel ini.

38

Page 39: KTI

3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Whole Blood (WB)

Whole blood adalah darah lengkap yang berisi sel darah merah, leukosit,

trombosit, dan plasma.

2. Packed Red Cell (PRC)

Packed Red Cell adalah darah yang dipekatkan sehingga mencapai

hematokrit 70-80% berarti menghilangnya 125-150 ml plasma dari satu

unitnya.

3. Peningkatan Kadar Hemoglobin

a. Whole Blood (WB)

Satu unit darah lengkap akan meningkatkan kadar Hb :

Orang dewasa : 0.5 – 0.6 g/dL

Anak-anak : 1 g/dL

b. Packet Red Cell (PRC)

Satu unit komponen packed red cell akan meningkatkan kadar Hb :

Orang dewasa : 1 g/dL

Neonatus dan anak-anak : 2-3 g/dL

c. Selisih Kenaikan Kadar Hemoglobin

Selisih kenaikan kadar Hemoglobin adalah nilai kenaikan kadar Hb

sebelum dan setelah dilakukannya transfusi.

39

Page 40: KTI

Berdasarkan sampel yang diperoleh, diketahui bahwa kenaikan

kadar Hb terendah yang didapatkan setelah transfusi pada sampel yaitu

sebesar 0,1 g/dl dan tertinggi yaitu sebesar 3,5 g/dl. Angka tersebut

merupakan interval kenaikan kadar Hb yang didasarkan pada jumlah

rata-rata dari selisih kenaikan pre dan post transfusi dengan pembagi

dua sehingga diperoleh interval angka 0,1 – 1,75 dan 1,76 – 3,5 g/dl.

3.5 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh

berdasarkan semua rekam medik pasien yang telah menjalani transfusi darah pada

periode 1 Januari – 31 Desember 2011.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah disunting kemudian diolah menggunakan analisis

deskriptif. Analisis deskriptif berfungsi untuk meringkas, mengklasifikasikan, dan

menyajikan data. Analisis ini merupakan langkah awal untuk melakukan analisis

dan uji statistik lebih lanjut.

Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel

kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara deskriptif.

3.7 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa rekomendasi dari

institusi oleh pihak lain dengan cara mengajukan permohonan izin kepada

institusi/lembaga tempat penelitian yang dituju oleh peneliti. Setelah mendapat

persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika yang meliputi:

40

Page 41: KTI

1. Tanpa nama (Anonimity)

Kerahasiaan terhadap rekam medik yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini menjadi prioritas dengan cara tidak akan disebutkan namanya dalam

hasil penelitian dan penamaan hanya dengan menggunakan kode.

2. Kerahasiaan informasi (Confidentiality).

Kerahasiaan informasi yang diberikan di rekam medik yang dijadikan

sampel dalam penelitian dijamin oleh peneliti.

41

Page 42: KTI

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT IBNU SINA

Rumah sakit Ibnu Sina UMI merupakan Rumah Sakit Umum Swasta, yaitu

eks Rumah Sakit “45” yang didirikan pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No.

6783/DK-I/SK/TV.1/X/88, tanggal 05 Oktober 1988 dan pada hari senin tanggal

16 Juni 2003 telah dilakukan penyerahan kepemilikan dari Yayasan Andi Sose

kepada Yayasan Wakaf UMI, yang ditanda tangani oleh Ketua Yayasan Andi

Sose dan Ketua Yayasan Wakaf UMI Bapak Almarhum Prof. Dr. H. Abdurahman

A. Basalamah SE, MSi. Berdasarkan atas Hak kepemilikan baru ini, maka nama

Rumah Sakit “45” oleh Yayasan Wakaf UMI dirubah menjadi Rumah Sakit Ibnu

Sina UMI.

42

Page 43: KTI

Gambar 4.1. Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar

Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI dibangun diatas tanah 18.008 m2 dengan

luas bangunan 12.025 m2, beralamat jalan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo km 5

no. 264 Makassar, berdasarkan surat permohonan dari Yayasan Wakaf UMI

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, menerbitkan surat izin uji

coba penyelengaaan operasional Rumah Sakit bnu Sina YW-UMI pada tanggal 23

September 2003 No. 6703A/DK-IV/PTS-TK/2/IX/2003. Pada hari senin, tanggal

17 Mei 2004, Rumah Sakit bnu Sina YW-UMI diresmikan oleh Gubernur

Sulawesi Selatan bapak H.M. Amin Syam, serta Rumah Sakit Ibnu Sina

memperoleh Surat Izin penyelenggaraan Rumah Sakit dari departemen Kesehatan

Republik Indonesia, berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. YM.02.04.3.5.4187, tanggal 26 September 2005.

Sebagaimana diketahui bahwa Universitas Muslim Indonesia (UMI) sejak

tahun 1991 telah memiliki Fakultas Kedokteran dan telah menghasilkan dokter

umum, maka keberadaan Rumah Sakit bnu Sina YW-UMI akan lebih menambah

dan melengkapi sarana/fasilitas pendidikan kedokteran, terutama pendidikan

klinik bagi calon dokter umum dan calon dokter ahli. Dengan demikian

diharapkan bahwa luaran dokter fakultas Kedokteran UMI pada masa mendatang

43

Page 44: KTI

akan lebih meningkatkan kualitas, keterampilan, dan ahlaq mulia serta memiliki

integritas pengabdian yang tinggi bagi umat Islam dan masyarakat pada

umumnya.

4.2 SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT

A. Gedung

Rumah Sakit Ibnu Sina mempunyai luas tanah 18.008 m2 dengan luas

gedung 12.025 m2.

Tabel 4.1. Sarana Gedung Rumah Sakit Ibnu Sina

No Nama Gedung Jumlah lantai Luas Lantai

1 Gedung UGD,

ICU, ICCU

Kamar Operasi

2 lantai 1.085.28 m2

2 Gedung Perawatan

Administrasi

5 lantai 5.557 m2

3 Gedung Poliklinik

Umum, Poliklinik

spesialis,

Poliklinik

Spesialis

Konsultan

2 lantai 808.04 m2

44

Page 45: KTI

4 Gedung Perawatan 1 lantai 341.436 m2

Sumber : Profil rumah sakit “Ibnu Sina” tahun 2011

Fasilitas tempat tidur rawat inap terdiri dari 175 tempat tidur.

Tabel 4.2. Fasilitas Tempat Tidur Rawat inap Rumah Sakit Ibnu Sina

No Kelas Kamar Tempat Tidur Presentase

1 Kelas Super Vip 2 2 1,14 %

2 Kelas Vip 17 17 9,71 %

3 Kelas I A 9 9 5,14 %

4 Kelas I B 28 78 44 %

5 Kelas II B 8 32 18,2 %

6 Kelas III 9 37 21,1 %

Jumlah 73 175 100 %

Sumber : Profil rumah sakit “Ibnu Sina” tahun 2011

Fasilitas Tempat Tidur Bayi (Bassinet)=15 buah Bassinet.

Fasilitas Tempat tidur ICU/ICCU = 10 buah tempat tidur.

B. Keadaan Tenaga Kesehatan

Tabel 4.3. Data Ketenagaan Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI

No Status Pegawai Jumlah (orang)

1 Pegawai Tetap 88

2 Calon Pegawai Tetap (CPT) 7

45

Page 46: KTI

3 Honorer 158

4 Tenaga Harian Lepas 123

5 Tenaga Magang 15

Total 391

Sumber : Profil rumah sakit “Ibnu Sina” tahun 2011

Tabel 4.4. Ketenagaan Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2011

No Kelompok/Unit Jumlah

(Orang)

Keterangan

1 Dokter Spesialis 31

2 Dokter Umum 9

3 Perawat 165

4 Bidan 16

5 Bagian Rekam Medik 16

6 Bagian Administrasi Medik 5

7 Bagian Pelayanan Medik 4

8 Apotek 18

9 Laboratorium 13

10 Radiology 7

11 Fisioterapi / Rehabilitasi Medik 3

12 Dapur / Gizi 30

13 Teknisi 13

14 Satpam 20

15 Sopir 7

46

Page 47: KTI

16 Bagian Kesekretariatan 6

17 Bagian Keuangan 12

18 Bagian Akuntansi 3

19 Bagian Rumah Tangga 9

20 Bagian Pendidikan & Pembinaan Mental 3

21 Loundry 6

22 Kamar Mayat 3

23 K3 3

24 Bank Darah 3

25 Petugas Lapangan 11 Pakarya

Total 406

Sumber : Profil rumah sakit “Ibnu Sina” tahun 2011

C. Instalasi Rawat Jalan

Instalasi Rawat Jalan adalah unit pelayanan yang menyediakan fasilitas

dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan dan terdiri dari Poliklinik

Umum dan beberapa Poliklinik Spesialis dalam berbagai bidang disiplin ilmu

kedokteran klinis.

Poliklinik yang tersedia adalah :

1. Poliklinik Penyakit Dalam

Pelayanan pada poliklinik penyakit dalam meliputi pelayanan rujukan

penyakit dalam baik poliklinik umum, gawat darurat maupun rujukan

dari luar Rumah Sakit Ibnu Sina. Termasuk penyakit kardiologi, penyakit

paru-paru dan lain-lain.

47

Page 48: KTI

2. Poliklinik Penyakit Bedah

Memberkan pelayanan berbagai penyakit bedah yang meliputi Bedah

Umum, Bedah Digestif, Bedah Tumor, Bedah Saraf, Bedah Orthopedi,

Bedah Urologi, Bedah Plastik.

3. Poliklinik Penyakit Anak

4. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Memberikan pelayanan ibu hamil, Keluarga Berencana, penyakit

kandungan, dan lain-lain.

5. Poliklinik Penyakit Saraf

6. Poliklinik Penyakit THT

7. Poliklinik Penyakit Mata

8. Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin, serta Pelayanan Kosmetik

9. Poliklinik Penyakit Gigi dan Mulut

10. Poliklinik Konsultasi Gizi

11. Poliklinik Umum

Memberikan pelayanan rawat jalan kepada pasien umum, pegawai UMI,

pegawai RS Ibnu Sina, pasien ASKES, pasien Jamkesmas, pasien mitra

kerja.

48

Page 49: KTI

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian

Setelah melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Kenaikan Kadar

Hemoglobin Post Transfusi dengan Menggunakan Whole Blood dan Packed Red

Cell (PRC) di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2011”

yang dilakukan pada tanggal 17 September – 17 November 2012, didapatkan

jumlah sampel yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 35 sampel, yang terdiri

dari 15 sampel whole blood dan 20 sampel Packed Red Cell (PRC). Berdasarkan

sampel diatas, dapat ditentukan karateristik sampel berdasarkan umur, jenis

kelamin, diagnosis, dan golongan darah sampel.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan Umur

No. Umur Kategori Frekuensi (N) Persentase (%)

1 0 – 14 tahun Bayi & anak-anak 0 0

2 15 – 49 tahun Muda & dewasa 15 42.85

3 > 50 tahun Tua 20 57.14

Jumlah 35 100

49

Page 50: KTI

Sumber : Data Sekunder 2011

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa jumlah sampel paling banyak

berada pada umur > 50 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau sebesar 57.14 % dari

total sampel yang diperoleh, umur 15 – 49 tahun yaitu sebanyak 15 sampel atau

sebesar 42.87 %, dan tidak didapatkan sampel pada golongan umur 0 – 14 tahun.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan Jenis

Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase (%)

1 Laki-laki 12 34.28

2 Perempuan 23 65.71

Jumlah 35 100

Sumber : Data Sekunder 2011

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, diketahui bahwa jumlah sampel paling banyak

yaitu pasien berjenis kelamin wanita, yaitu sebanyak 23 sampel atau 65.71 % dari

seluruh sampel yang didapatkan, sedangkan pasien berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 12 sampel atau 34.28 %.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan

Diagnosis Penyakit

No. Diagnosis Frekuensi (N) Persentase (%)

1 Neoplasma 17 48.57

2 Pendarahan Akut Masif 5 14.28

4 Penyakit Ginjal 4 11.42

3 Anemia Kronik 3 8.57

50

Page 51: KTI

5 Trauma/pembedahan 3 8.57

6 Kegawatdaruratan Obstetri 3 8.57

Jumlah 35 100

Sumber : Data Sekunder 2011

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa kasus neoplasma

merupakan kasus terbanyak dilakukannya transfusi pada sampel ini, yaitu sebesar

17 sampel dari total 35 sampel yang diperoleh (48.57%), kasus dengan

pendarahan akut yang masif sebanya 5 sampel (14.28%), penyakit-penyakit ginjal

sebanyak 4 sampel (11.42%), sedangkan anemia kronik, kasus-kasus

trauma/pembedahan serta kasus kegawatdaruratan obstetric masing-masing

sebanyak 3 sampel (8.57%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sampel Berdasarkan

Golongan Darah

No. Golongan Darah Frekuensi (N) Persentase (%)

1 A 14 40

2 B 7 20

4 AB 4 11.42

3 O 10 28.57

Jumlah 35 100

Sumber : Data Sekunder 2011

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa pasien yang memiliki

golongan darah A merupakan sampel terbanyak dilakukannya transfuse pada

51

Page 52: KTI

penelitian ini, yaitu sebanyak 14 kasus (40%), diikuti pasien dengan golongan

darah O, yaitu sebanyak 10 kasus (28.57%), golongan darah B yaitu sebesar 7

kasus (20%), dan paling sedikit yaitu yang bergolongan darah AB, sebanyak 4

kasus (11.42%).

5.2 Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Kenaikan Kadar

Hemoglobin Post Transfusi dengan Menggunakan Whole Blood dan Packed Red

Cell (PRC) di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2011”

yang dilakukan pada tanggal 17 September – 17 November 2012, didapatkan

jumlah sampel yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 35 sampel, yang terdiri

dari 15 sampel whole blood dan 20 sampel Packed Red Cell (PRC). Dari jumlah

sampel diatas, diketahui bahwa kenaikan kadar Hb terendah yang didapatkan

setelah transfusi pada sampel yaitu sebesar 0,1 g/dl, sedangkan kenaikan kadar Hb

tertinggi yang diperoleh dari sampel diatas yaitu sebesar 3,5 g/dl. Angka tersebut

merupakan interval kenaikan kadar Hb yang didasarkan pada jumlah rata-rata dari

selisih kenaikan pre dan post transfusi dengan pembagi dua sehingga diperoleh

interval angka 0,1 – 1,75 dan 1,76 – 3,5 g/dl.

Berikut ini hasil penelitian yang telah dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan Microsoft Excel, dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan

penjelasannya.

Tabel 5.5 : Distribusi Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi Whole Blood

Sediaan Mean Kadar Hb Selisih Kenaikan Total

52

Page 53: KTI

Transfusi

Transfusi (gr/dl) (gr/dl)

Pre Post0 – 1,75 1,76 – 3,5

N % N % N %

WB 8,96 10,05 12 80 3 20 15 100

Sumber : Data Sekunder 2011

Dari tabel 5.5 di atas dapat kita ketahui bahwa pasien yang mendapatkan

transfusi whole blood (WB) mengalami peningkatan Hb 0 – 1,75 g/dl sebanyak 12

orang (80 %) sedangkan yang mengalami peningkatan Hb 1,76 – 3,5 g/dl

sebanyak 3 orang (20 %). Dan nilai rata-rata kadar Hb sebelum ditransfusi yaitu

8,96 g/dl dan nilai rata-rata kadar Hb setelah ditransfusi adalah 10,05 g/dl.

Tabel 5.6 : Distribusi Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi Packed Red Cell

Sediaan

Transfusi

Mean Kadar Hb

Transfusi (gr/dl)

Selisih Kenaikan

(gr/dl) Total

Pre Post0 – 1,75 1,76 – 3,5

N % N % N %

PRC 6,88 9,09 6 30 14 70 20 100

Sumber : Data Sekunder 2011

Dari tabel 5.6 di atas dapat kita ketahui bahwa pasien yang mendapatkan

transfusi packed red cell mengalami peningkatan Hb 0 – 1,75 g/dl sebanyak 6

orang (30 %) sedangkan yang mengalami peningkatan Hb 1,76 – 3,5 g/dl

sebanyak 14 orang (70 %). Dan nilai rata-rata kadar Hb sebelum ditransfusi yaitu

6,88 g/dl dan nilai rata-rata kadar Hb setelah ditransfusi adalah 9.09 g/dl.

53

Page 54: KTI

Tabel 5.7 : Perbandingan Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi dengan

Menggunakan Whole Blood dan Packed Red Cell

Sediaan

Transfusi

Mean Kadar Hb Transfusi

(gr/dl)

Selisih Kenaikan

(gr/dl) Total

Pre Post Selisih0 – 1,75 1,76 – 3,5

N % N % N %

WB 8,96 10,05 1,08 12 80 3 20 15 100

PRC 6,88 9,09 2,21 6 30 14 70 20 100

Sumber : Data Sekunder 2011

Dari tabel 5.7 di atas dapat kita ketahui bahwa pasien yang mendapatkan

transfusi packed red cell (PRC) yang mengalami peningkatan Hb sebesar 0-1,75

g/dl lebih banyak yaitu 6 orang (30%) dibandingkan dengan yang mendapatkan

transfusi whole blood yaitu 12 orang (80%), sedangkan untuk pasien yang

mendapatkan transfusi packed red cell (PRC) yang mengalami peningkatan Hb

sebesar 1,76-3,5 g/dl yaitu 14 orang (70%) dibandingkan dengan yang

mendapatkan transfusi whole blood yaitu 3 orang (20%). Nilai rata-rata kadar Hb

sebelum transfusi WB sebesar 8,96 g/dl, sedangkan PRC sebesar 6,88 g/dl. Nilai

rata-rata kadar Hb setelah transfusi WB sebesar 10,05 g/dl, sedangkan PRC

sebesar 9,09 g/dl. Nilai rata-rata kenaikan kadar Hb dengan menggunakan whole

54

Page 55: KTI

blood yaitu sebesar 1,08 g/dl, sedangkan nilai rata-rata kenaikan kadar Hb dengan

menggunakan packed red cell yaitu sebesar 2,21 g/dl.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Distribusi Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi dengan Menggunakan

Whole Blood

Dari hasil penelitian di atas dapat kita ketahui bahwa pasien yang

mendapatkan transfusi whole blood (WB) mengalami peningkatan kadar Hb

0 – 1,75 g/dl sebanyak 80 % sedangkan yang mengalami peningkatan Hb sebesar

1,76 – 3,5 g/dl sebanyak 20 %. Berdasarkan teori, satu unit whole blood pada

orang dewasa akan meningkatkan Hb hanya sekitar 0,5 – 0,6 g/dL4 dan pada anak-

anak, 8 mL/kg whole blood akan meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL saja8.

Dapat dilihat bahwa kenaikan kadar Hb pada pasien-pasien yang ditransfusikan

dengan menggunakan whole blood tidak mengalami kenaikan kadar Hb yang

terlalu tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh pemberian sediaan whole blood dapat

meningkatkan jumlah sel darah merah sekaligus volume plasma dalam waktu

yang bersamaan, misalnya pada pendarahan aktif dengan kehilangan darah lebih

dari 25-30 % volume darah total, sehingga kenaikan kadar Hb yang tercatat tidak

terlalu signifikan8.

5.3.2 Distribusi Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi dengan Menggunakan

Packed Red Cell

55

Page 56: KTI

Berdasarkan tabel kenaikan kadar Hb dengan PRC diatas, dapat dilihat

bahwa pasien yang mendapatkan transfusi dengan menggunakan packed red cell

mengalami peningkatan Hb 0 – 1,75 g/dl sebanyak 30 % sedangkan yang

mengalami peningkatan Hb sebesar 1,76 – 3,5 g/dl sebanyak 70 %. Menurut teori,

pada orang dewasa 1 unit packed red cell akan meningkatkan kadar Hb sekitar 1

g/dL atau hematokrit sebesar 3-4%, dan pada neonatus dan anak biasanya

diberikan 10-15 mL/kg, selama 2-3 jam akan meningkatkan sekitar kadar Hb

sebesar 2-3 g/dL.4 Dapat dilihat bahwa kenaikan kadar Hb pada pasien-pasien

yang ditransfusikan dengan menggunakan sediaan packed red cell mengalami

kenaikan kadar Hb yang lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena packed red

cell mengandung konsentrasi hematokrit yang jauh lebih tinggi dan volume

plasma yang kecil dibandingkan dengan whole blood, dimana PRC ini merupakan

komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan

komponen-komponen yang lain sehingga mencapai hematokrit 70-80%, yang

berarti menghilangnya 125-150 ml plasma dari satu unitnya.6

5.3.3 Perbandingan Peningkatan Kadar Hb Post Transfusi dengan

Menggunakan Whole Blood dan Packed Red Cell

Dari hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa pasien yang diberikan

transfusi dengan menggunakan sediaan packed red cell (PRC) mengalami

kenaikan kadar Hb post transfusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien-

pasien yang ditransfusi dengan menggunakan whole blood. Hal ini dapat dilihat

dari persentase kenaikan kadar Hb post transfusi dengan sediaan packed red cell

mengalami peningkatan Hb 0 – 1,75 g/dl sebesar 30 % saja, sedangkan yang

56

Page 57: KTI

mengalami peningkatan Hb 1,76 – 3,5 g/dl mencapai 70 %. Sebaliknya, pada

pasien-pasien yang ditransfusikan dengan menggunakan whole blood,

peningkatan kadar Hb post transfusi mengalami peningkatan kadar Hb yang lebih

rendah dibandingkan dengan yang menggunakan sediaan packed red cell, dimana

peningkatan kadar Hb 0 – 1,75 g/dl sebanyak 80 % sedangkan yang mengalami

peningkatan kadar Hb 1,76 – 3,5 g/dl hanya sebesar 20 % saja. Hal ini sesuai

dengan teori, yaitu kadar Hb seseorang yang ditransfusikan dengan menggunakan

packed red cell mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pasien-pasien yang ditransfusikan dengan menggunakan whole blood, dimana

pada orang dewasa, 1 unit packed red cell akan meningkatkan kadar Hb sekitar 1

g/dL atau hematokrit 3-4%, dan pada neonatus dan anak biasanya diberikan 10-15

mL/kg, selama 2-3 jam akan meningkatkan sekitar 2-3 g/dL.4 Sedangkan dengan

menggunakan sediaan whole blood, satu unitnya pada orang dewasa akan

meningkatkan Hb hanya sekitar 0,5 – 0,6 g/dL,4 dan pada anak-anak, 8 mL/kg

whole blood akan meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL saja.8

57

Page 58: KTI

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan mengenai perbandingan

kenaikan kadar hemoglobin post transfusi dengan menggunakan whole blood

(WB) dan packed red cell (PRC) di RS. Ibnu Sina Makassar periode 1 Januari –

31 Desember 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terjadi peningkatan kadar Hb pasien post transfusi whole blood 0 – 1,75

g/dl sebesar 80 % dan peningkatan kadar Hb 1,76 – 35 g/dl sebesar 20 %.

2. Terjadi peningkatan kadar Hb pasien post transfusi packet red cell 0 – 1,75

g/dl sebesar 30 % dan peningkatan kadar Hb 1,76 – 35 g/dl sebesar 70 %.

3. Mean selisih kadar Hb pre dan post transfusi PRC lebih tinggi yakni 2,21

gr/dl dibandingkan dengan menggunakan WB 1,08 gr/dl.

6.2 Saran

1. Bagi para klinisi sebaiknya menggunakan Packed Red Cell (PRC) daripada

Whole Blood (WB) dalam melakukan tranfusi karena berdasarkan hasil

58

Page 59: KTI

penelitian bahwa peningkatan kadar Hb lebih tinggi menggunakan PRC

daripada WB.

2. Diharapkan bagi pihak rumah sakit menyediakan Whole blood (WB) dan

Packed red cell (PRC) secara memadai untuk memenuhi permintaan

transfusi darah yang semakin meningkat.

3. Diharapkan bagi pihak rumah sakit pada bagian rekam medik untuk

memperhatikan kelengkapan dan keseragaman pengisian data pada status

penderita demi kepentingan pencatatan dan pelaporan tentang kadar Hb

pasien post transfusi dengan menggunakan whole blood dan packet red cell.

59

Page 60: KTI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo W., Setiyohadi B., Alwi. I., Simadibahara M., Setiati S.,

Pencegahan dan Penanganan Komplikasi Transfusi Darah, dalam,

Harmono M.T. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid II, 2009,

Jakarta : Interna Publishing, halaman 1198.

2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman dan Pembinaan Pengawasan

Pelayanan Darah oleh Dinas Kesehatan. Jakarta : 2008. Direktorat

Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

didapat dari URL : http://perpustakaan.depkes.go.id.pdf diakses pada 23

Maret 2012, halaman 5.

3. Blood Safety :Key Global Fact and Figures in 2011. Geneva : 2011.

http://www.who.com.pdf diakses pada17 Maret 2012.

4. Dalimoenthe N. Z., Dasar-Dasar Transfusi Darah, Edisi 1, 2011,

Bandung : Divisi Hematologi Klinik Departemen Patologi Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, halaman 52-53, 64-65,71-

75, 85.

60

Page 61: KTI

5. Reksodiputro A.H.,, Tambunan K.L., Sudoyo A.W., 1994, Beberapa

Masalah mengenai Transfusi Darah. CDK Darah. 95:14.

6. Hassan R., Alatas H., Latief A., Napitupulu P.M., Pudjiadi A., Ghazali

M.V., Putra S.T., Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, 2005, Jakarta :

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, halaman 483-484, 489.

7. Rahardjo Kunto., 1988, Transfusi Darah: Beberapa Segi Yang Penting

Untuk Klinikus. CDK.51:27.

8. Sudoyo W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibahara M., Setiati S., Darah

dan Komponen : Komposisi, Indikasi dan Cara Pemberian, dalam,

Haroen Harlinda. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid II,

2009, Jakarta : Interna Publishing, halaman 1190.

9. Sadikin H.M., Biokimia Darah, 2002, Jakarta :Widya Medika, halaman

12,14-15,17.

10. Soewoto H., Sadikin M., Kurniati M.M.V., Wanandi S.I., Retno D., Abadi

P., Prijanti A.R., Harahap I.P., Jusman S.W.A., Biologi Molekuler I:

Hemoglobin dan Sifat Membran, dalam, Soewoto H. Biokimia

Eksperimen Laboratorium, 2001, Jakarta : Bagian Biokimia FKUI Widya

Medika halaman 106.

11. Kee J.L.F., Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik, 1997,

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC halaman 114.

12. Bakta I Made, Hematologi Klinik Ringkas, 2006, Jakarta : EGC,

halaman 271-272, 274-278.

61

Page 62: KTI

13. Sudoyo W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibahara M., Setiati S., Dasar-

Dasar Transfusi Darah, dalam, Djoerban Zubairi. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid II, 2009, Jakarta : Interna Publishing,

halaman 1186.

14. Hoffbrand A.V., Pettit J.E., Moss P.A.H., Kapita Selekta Hematologi,

Edisi 4, 2005, Jakarta : EGC, halaman 293-294.

15. Mehta A.B., Hoffbrand A.V., At a Glance Hematology, Edisi 2, 2005,

Jakarta : Erlangga, halaman 91,93.

16. National Blood Users Group. A Guideline for Transfusion of Red Blood

Cells in Surgical Patients. Ireland :

2001.http://www.doh.ie/pdfdocs/blood.pdf. P. 11-14, 17 diakses pada 17

Maret 2012.

17. The Clinical Use of Blood : Handbook. Geneva : 2002.

http://www.who.int.pdf P. 70, 72, 74 diakses pada 17 Maret 2012.

18. The Clinical Use of Blood : in Medicine, Obstetrics, Paediatrics, Surgery

& Anaesthesia, Trauma & Burns. Geneva : 2002. http://www.who.int.pdf

P. 140, 142 diakses pada 17 Maret 2012.

19. Sudoyo W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibahara M., Setiati S., Aferesis

Donor dan Terapeutik, dalam, Hukom R.A. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam,Edisi V, Jilid II, 2009, Jakarta : Interna Publishing,hal 1205-1207.

20. Isselbacher K.J., Braunwald E., Wilson J.D., Martin J.B., Fauci A.S.,

Kasper D.L., Golongan Darah dan Transfusi Darah, dalam, Klein H.G.

62

Page 63: KTI

Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 4,

2000, Jakarta : Buku Kedokteran EGC halaman 1990-1991.

21. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah

Sakit (BDRS). Jakarta : 2008. Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar,

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik didapat dari URL :

http://perpustakaan.depkes.go.id.pdf diakses pada 23 Maret 2012

halaman 44-45.

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Andi Koneng Pratiwi

Nama Panggilan : Koneng

NIM : 110 209 0023

Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 27 Oktober 1991

Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

63

Page 64: KTI

Jurusan/Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Muslim Indonesia

Nama Orang Tua

a. Ayah : dr. H. Andi Baso Sulaiman, Sp. THT-KL (K)

b. Ibu : dr. Hj. Andi Nursanty Padjalangi, Sp.OG

Anak ke : Tiga (3) dari Tiga (3) bersaudara

Alamat : Jl. AP. Pettarani Komp. IDI Blok G/10 No.7

Telepon/HP : 082 188 362 345

Hobi : Menonton film

e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1997-2003 : SD Negeri Kompleks IKIP I Makassar

b. Tahun 2003-2006 : SMP Nusantara Makassar

c. Tahun 2006-2009 : SMA Negeri 1 Makassar

d. Tahun 2009-Sekarang : Universitas Muslim Indonesia

e. Pengalaman Organisasi : OSIS SMA, BEM, AMSA

64

Page 65: KTI

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Andi Fajar Apriani

Nama Panggilan : Fajar

NIM : 110 209 0106

Tempat/Tanggal Lahir : Nunukan, 04 April 1990

Suku / Bangsa : Bulungan / Indonesia

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

65

Page 66: KTI

Jurusan/Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Muslim Indonesia

Nama Orang Tua

a. Ayah : H. Andi Akhmad

b. Ibu : Hj. Syamsuniar

Anak ke : Dua (2) dari tiga (3) bersaudara

Alamat : Jl. DR. Leimena, Perumahan Gapura Satelit

Indah No. 18, Tello Baru

Telepon/HP : 081 347 710 423

Hobi : Menonton Film, Membaca Buku

e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1996-2002 : SD Negeri 1 Nunukan

b. Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 1 Nunukan

c. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 1 Nunukan

d. Tahun 2009-Sekarang : Universitas Muslim Indonesia

e. Pengalaman Organisasi : PMR, ROHIS, AMSA, AYR

66

Page 67: KTI

67