kriteria
-
Upload
evi-valharrez-di-ossannai -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of kriteria
Mengukur Kualitas Air
Parameter Fisika
1. Pengukuran Suhu
Mengukur suhu dengan menggunakan thermometer biasa (alkohol, air raksa) secara
langsung pada permukaan perairan, atau secara tidak langsung (dari kedalaman tertentu).
2. Residu Terlarut
3. Residu Tersuspensi
Parameter Kimia
1. Pengukuran Derajat Keasaman (pH) Air
Mengukur pH dengan menggunakan kertas indikator universal dengan loncatan skala
kecil (0,2 atau 0,5)
2. Penentuan Kadar O2 Terlarut
Mengukur secara langsung kandungan oksigen terlarut dengan DO-meter
Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar oksigen terlarut adalah:
Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml (tidak boleh ada udara yang
masuk),
Kemudian menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam KI,
Tutup botol tersebut dan kocok hingga larutan homogen dan terjadi endapan.
Langkah selanjutnya menambahkan 1 ml H2SO4 pekat kemudian menutup botol BOD,
kocok sampai endapan hilang dan larutan berwarna kuning,
setelah itu memasukkan 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml.
Melakukan titrasi dengan 0,025 N Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda.
Menambahkan 2 tetes amilum, apabila timbul warna biru kemudian
Melanjutkannya dengan titrasi Na2S2O3 0,025 N hingga bening.
Untuk mengetahui berapa jumlah volume titran dengan membaca skala penurunan titran dan
memasukkan dalam rumus :
3. Penentuan BOD
Pada penentuan BOD, digunakan Metode Titrasi Winkler (Iodometri) yang sama dengan metode
pada penentuan DO. Perlakuan yang berbeda adalah pada perlakuan awal sebelum titrasi
winkler, meliputi :
Prosedur pengambilan sampel
Botol Winkler yang digunakan untuk mengambil sampel harus bersih, dan telah dibilas
dengan air suling terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pengkondisian cairan yang akan
digunakan untuk mengisi botol. Hal yang sama juga berlaku untuk alat-alat pengambilan
sampel yang digunakan.
Perhitungan untuk kadar BOD
BOD (ppm) = 5x (DO awal – DO akhir)
4. Penentuan Kadar CO2 Bebas Terlarut
Memesukkan 100cc air cuplikan kedalam labu elenmeyer berukuran 250cc
Meneteskan 10 tetes indikator fonoftalein
Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH 1/44n hingga menjadi warna Merah
Jambu-muda
Mencatat banyak larutan NaOH yang dipakai. Melakukan titrasi secara duplo
Menjumlah cc larutan NaOH yang terpakai x 10 yang manunjukkan kandungan
CO2 bebas terlarut dalam satuan mg/L
5. Pengukuran Salinitas Air
Mengukur salinitas air menggunakan alat hand refraktor meter.
6. Besi
Metode fenantroline dapat digunakan untuk mengukur kandungan besi di dalam air, kecuali
terdapat fosfat atau logam berat yang mengganggu. Metode ini dilakukan berdasarkan
kemampuan 1,10-phenantroline untuk membentuk ion kompleks setelah berikatan dengan Fe2+.
Warna yang dihasilkan sesuai dengan hukum Beer dan dapat diukur secara visual menggunakan
spektrofotometer.
7. Kesadahan (Ca, Mg, Fe, Mn, Sr)
Metode Titrasi EDTA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur
kesadahan di dalam air menggunakan EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid) atau garam
natriumnya sebagai titran. EDTA membentuk ion kompleks yang sangat stabil dengan Ca2+ dan
Mg2+, juga ion-ion logam bervalensi dua lainnya.
Indikator Eriochrome Black T (EBT) merupakan indikator yang sangat baik untuk
menunjukkan bahwa ion penyebab kesadahan sudah terkompleksasi. Indikator EBT yang
berwarna biru ditambahkan pada air sadah (pH 10), membentuk ion kompleks dengan Ca2+ dan
Mg2+ yang berwarna merah anggur. Pada saat titrasi dengan EDTA, ion-ion kesadahan bebas
dikompleksasi. EDTA mengganggu ion kompleks (M.EBT) karena mampu membentuk ion
kompleks yang lebih stabil dengan ion-ion kesadahan. Hal ini membebaskan indikator EBT,
dimana warna wine red berubah menjadi biru, menunjukkan titik akhir titrasi.
8. Chloride
Metode Mohr (Argentometric) dapat digunakan untuk pemeriksaan klorida menggunakan
larutan perak nitrat (0,0141 N) untuk mentitrasi sehingga dapat bereaksi dengan larutan N/71
dimana setiap mm ekivalen dengan 0,5 mg ion klorida. Pada titrasi, ion klorida dipresipitasi
sebagai klorida putih perak berdasarkan persamaan reaksi :
Ag+ + Cl– ↔ AgCl (Ksp = 3 x 10-10)
9. Mangan
Mangan biasanya muncul dalam air sumur sebagai Mn(HCO3)2, MnCl2, atau MnSO4.
Mangan juga dapat ditemukan di dasar reservoir dimana terjadi kondisi anaerob akibat terjadinya
proses dekomposisi. Kenaikan pH menjadi 9 – 10 dapat menyebabkan Mg berpresipitasi dalam
bentuk yang tidak terlarut.
Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar yang lebih
besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan yang
diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang bersifat asam sebaiknya memiliki kadar
mangan sekitar 0,2 mg/liter, sedangkan untuk tanah yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10
mg/liter.
Metode persulfat sesuai untuk penyelidikan mangan secara berkala
karenapre-treatment contoh air tidak diperlukan untuk mencegah interferensi klorida.
Ammonium persulfat biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi. Interferensi klorida dapat
dicegah dengan penambahan Hg2+ untuk membentuk kompleks HgCl2karena konstanta stabilitas
HgCl2 sebesar 1,7×1013 dan konsentrasi ion klorida menurun sampai level bawah sehingga tidak
dapat mereduksi ion permanganat sesuai reaksi dibawah ini. Ag+ berfungsi sebagai katalis untuk
mengoksidasi mangan dengan valensi yang lebih rendah.
2 Mn2+ + 5 S2O82- + 8 H2O → 2 MnO4
– + 10 SO42- + 16 H+ (1.2)
10. Nitrat NO3 dalam bentuk N
Nitrat merupakan salah satu sumber utama nitrogen di perairan. Kadar nitrat pada
perairan alami tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan
tinja hewan. Kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/liter dapat mengakibatkan
terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae
dan tumbuhan air secara pesat (bloomingKadar nitrat secara alamiah biasanya agak rendah,
namum kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi
pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak boleh lebih dari 10 mg NO3/l atau 50 (MEE)
mg NO3/l.
Penetapan nitrogen nitrat merupakan analisa yang sulit dilakukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Berdasarkan Standard Methods, metode yang digunakan adalah metode Asam
Phenoldisulfat dan Metode Brusin. Brusin merupakan senyawa kompleks organik yang bereaksi
dengan nitrat pada kondisi asam dan peningkatan temperatur di alam menghasilkan warna
kuning. Metode Brusin mempunyai kelebihan dari metode phenoldisulfat, dimana klorida dalam
konsentrasi normal tidak mengganggu, tetapi warna yang dihasilkan tidak mengikuti hukum
Beer’s.
11. Nitrit sebagai N
Metode Reaksi Diazotasi – Spectrofotometri merupakan metode yang digunakan untuk
pemeriksaan nitrit. Metode ini menggunakan dua macam reagen yaitu asam sulfanilat dan 1–
naphthylamine hydrocloride. Reaksi antara reagen dan nitrit terjadi pada suasana asam dan
ditentukan secara kolorimetris menggunakan spektrofotometer. Pada pH 2 sampai 2,5, nitrit
berikatan dengan hasil reaksi antara diazo asam sulfanilik dan N-(1-naftil)-etilendiamin
dihydrocloride membentuk celupan berwarna ungu kemerah-merahan. Warna tersebut mengikuti
hukum Beer-Lambert dan menyerap sinar dengan panjang gelombang 543 nm. Hasil yang
diperoleh akan dibandingkan warnanya dengan warna standar.
12. Sulfat
Sulfat banyak ditemukan dalam bentuk SO42- dalam air alam. Kehadirannya dibatasi
sebesar 250 mg/l untuk air yang dikonsumsi oleh manusia. Sulfat terdapat di air alami sebagai
hasil pelumeran gypsum dan mineral lainnya. Sulfat dapat juga berasal dari oksidasi terakhir
sulfida, sulfit, dan thiosulfat yang berasal dari bekas tambang batubara. Kehadiran sulfat dapat
menimbulkan masalah bau dan korosi pada pipa air buangan akibat reduksi SO42- menjadi
S– dalam kondisi anaerob dan bersama ion H+ membentuk H2S.
Metode turbidimeter merupakan salah satu metode analisa yang digunakan untuk
mengukur sulfat dengan prinsip barium sulfat terbentuk setelah contoh air ditambahkan barium
khlorida yang berguna untuk presipitasi dalam bentuk koloid dengan bantuan larutan buffer asam
yang mengandung MgCl, potassium nitrat, sodium asetat, dan asam asetat sesuai reaksi :
SO42- + BaCl2 →BaSO4 (koloid) + 2 Cl–
Metode ini dapat dilakukan dengan cepat dan lebih sering digunakan daripada metode
lainnya. Konsentrasi sulfat > 10 mg/l dapat dianalisa dengan mengambil sulfat dalam jumlah
kecil dan melarutkannya dalam 50 ml contoh air.
Parameter Biologi
Fecal Coliform dan Total Coliform
Analisa coliform merupakan tes untuk mendeteksi keberadaan dan memeperkirakan jumlah
bakteri coliform dalam air yang diteliti. Terdapat 3 metoda yang dapat digunakan dalam
menganalisa coliform yaitu Standard Plate Count (SPC), metoda tabung fermentasi atau sering
disebut Most Probable Number (MPN), dan metode penyaringan dengan membran.
1. Prinsip analisa SPC dan penyaringan dengan membran adalah berdasarkan sifat bakteri
yang berkembang biak dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu tertentu dan dalam
suasana yang cocok yaitu pada media yang terdiri dari agar-agar (dari bahan yang netral)
yang mengandung beberapa jenis zat kimia yang merupakan gizi bagi bakteri tertentu
serta dapat mengatur nilai pH.
2. Prinsip Analisa MPN hampir sama dengan prinsip analisa SPC, tetapi bakteri tidak
berkembang pada media agar-agar, melainkan dalam media tersuspensi pada kaldu
(broth) yang mengandung gizi untuk pertumbuhannya. Bakteri-bakteri tersebut dapat
dideteksi karena mampu memfermentasikan laktosa yang kemudian menghasilkan gas
serta menyebabkan terjadinya perubahan pH. Metoda SPC digunakan untuk tes bakteri
total , sedangkan metoda penyaringan dengan membran dan MPN lebih cocok untuk
untuk analisa total coliform dan fecal coliform. Analisa total coliform dan fecal
coliform menggunakan metoda penyaringan dengan membran lebih baik dibandingkan
dengan metode MPN karena beberapa hal sebagai berikut :
Hanya membutuhkan satu kali analisa sedangkan metoda MPN membutuhkan 2 – 3 kali analisa.
Waktu inkubasi lebih cepat.
Hasil analisanya memberikan angka konsentrasi dengan ketelitian yang cukup tinggi sedangkan
metoda MPN hanya memberikan angka konsentrasi secara statistik yang paling memungkinkan.
Walaupun mempunyai kekurangan dibandingkan metoda penyaringan dengan membran,
pada banyak sumber literatur dan daftar analisa baku metoda MPN masih banyak digunakan.
Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan sebagai indikator
kelompok mikrobiologis. Suatu bakteri dapat dijadikan indikator bagi kelompok lain yang
patogen didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut :
Bakteri tersebut harus tidak patogen.
Harus berada di air apabila kuman patogen juga ada atau mungkin sekali ada, dan terdapat dalam
jumlah yang jauh lebih besar.
Jumlah kuman indikator harus dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya kuman patogen.
Mudah dan cepat dapat dikenali dengan cara laboratoris yang murah.
Harus dapat dikuantifikasi dalam tes laboratoris.
Tidak berkembang biak apabila kuman patogen tidak berkembang biak.
Dapat bertahan lebih lama daripada kuman patogen di dalam dingkungan yang tdak
menguntungkan.
Untuk mencegah kontaminasi pada contoh air, dilakukan sterilisasi terhadap semua peralatan
yang digunakan dalam pemeriksaan Coliform. Beberapa cara sterilisasi adalah sebagai berikut :
1. Autoklave
Sterilisasi terjadi setelah suhu mencapai 120 oC atau tekanan uap mencapai 1,2
kg/cm2 selama 20 menit. Sebelum dimasukkan, benda-benda yang akan
disterilisasi dibungkus dengan kertas koran atau kertas kraft sulfat yang berwarna
coklat. Cara meletakkan benda-benda dalam autoklave harus diatur sehingga
semua permukaan dan ujung yang akan disterilisasikan tercapai oleh suhu dan
tutup harus dilepaskan dari botol yang akan disterilisasikan, namun air kondensasi
tidak boleh tertinggal di dalam botol, gelas, atau beker.
2. Oven
Bakteri dapat dibasmi oleh panas dalam oven. Efisiensi akan tercapai dengan baik
setelah suhu mencapai 150 oC dalam waktu 8 jam.
3. Cara Kimiawi
Cara ini digunakan untuk menstrerilkan benda-benda yang terbuat dari plastik
yang tidak tahan suhu tinggi. Cara kimiawi yang sederhana adalah dengan
mengusapkan larutan 60 % etanol dan 40 % air suling, pada permukaan benda
kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 60 oC selama 1/2 sampai 1 jam.
4. Sinar Ultra Ungu (Ultra Violet)
Sinar ultra ungu mempunyai daya desinfeksi terhadap bakteri dan kuman.
Peralatan laboratorium, terutama yang tidak tahan suhu tinggi dapat disterilkan di
bawah sinar lampu UV selama 1/2 jam. Cara sterilisasi ini cukup efisien dan
sederhana, khususnya bagi peralatan kecil yang diperlukan setiap waktu.
5. Pendidihan
Cairan, terutama air (pelarut) disterilkan dengan pendidihan selama 10 menit.
Gelas, beker, pipet, dan sebagainya dapat dipegang bagian luarnya tanpa ada
bahaya pencemaran pada bagian dalam (bakteri tidak dapat berpindah sendiri).
Metoda Most Probable Number merupakan metoda statistik untuk mengetahui
kandungan Coliform pada air dengan melalui beberapa tahap pengujian yaitu :
a. Uji penduga (presumptive test)
Dalam uji ini, 3 tabung medium kaldu laktosa diinokulasi dengan 0,1 ml contoh air, 3
tabung medium kaldu laktosa diinokulasi dengan 1 ml contoh air, dan 3 tabung medium kaldu
laktosa ganda diinokulasi dengan 10 ml contoh air. Setelah itu, semua biakan diinkubasi selama
1-3 hari pada suhu 37 oC, kemudian ditentukan tabung yang menandakan reaksi positif atas
keberadaan coliform. Reaksi positif coliformditandai dengan difermentasinya laktosa sehingga
terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning dan juga ditandai dengan dihasilkannya gas
CO2.
b. Uji ketetapan (confirmed test)
Uji ketetapan dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih pasti dari uji penduga bahwa
bakteri yang ada memang merupakan bakteri coliform. Reaksi positif dari
keberadaan coliform ditunjukkan dengan adanya pembentukan gas pada tabung durham. Untuk
penghitungan jumlah fecal coliform, suspensi tabung reaksi positif pada uji penduga
diinokulasikan pada tabung berisi medium EC kemudian diinkubasi pada suhu 44,5 oC selama 2
hari. Reaksi positif keberadaan fecal coliformditunjukkan dengan keruhnya medium EC dan juga
adanya pembentukan gas pada tabung durham.
c. Uji kelengkapan (completed test)
Tes ini dilakukan untuk menghitung jumlah E.coli yang ada dengan cara menggoreskan
(streak plate) suspensi yang menunjukkan reaksi positif pada uji ketetapan pada medium EMB
Agar kemudian diinokulasikan selama 18-24 jam pada suhu 37 oC. Pewarnaan gram dilakukan
pada koloni yang dicurigai merupakan E.coli(koloni berwarna gelap dan rata dengan atau tanpa
kilatan metalik). Reaksi positif keberadaan bakteri E.coli ditunjukkan dengan :
Fermentasi laktosa dengan pembentukan gas selama 2 hari (suhu 35 oC).
Tampil sebagai bakteri gram negatif berbentuk batang bulat, berwarna metah muda, dan tidak
membentuk spora.
Jumlah total bakteri dapat dihitung menggunakan tabel MPN. Rumus yang digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri adalah sebagai berikut :
1. Jumlah total coliform
Pembacaan pada tabel MPN berdasarkan jumlah reaksi positif pada uji ketetapan.
Perhitungan jumlah total coliform dilakukan menggunakan persamaan dibawah
ini
Jumlah total coliform = Angka pada table x rasio pengenceran
2. Jumlah fecal coliform
Pembacaan pada tabel MPN berdasarkan jumlah reaksi positif pada medium EC (pada uji
ketetapan) Perhitungan jumlah fecal coliform dilakukan dengan menggunakan persamaan di
bawah ini
3. Jumla
h bakteri E.coli
Pembacaan pada tabel MPN dilakukan berdasarkan jumlah reaksi positif pada uji
kelengkapan. Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan menggunakan
persamaan dibawah ini
Jumlah fecal coliform = Angka pada table x rasio pengenceran
Jumlah E.coli = Angka pada table x rasio pengenceran