Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian...

27
BAB IV KAJIAN KRISTOLOGI ALKITABIAH TERHADAP PANDANGAN KRISTOLOGI DALAM PLURALISME AGAMA 4.1. Pendahuluan Kaum pluralis pada dasarnya tidak mengakui Kristus yang terdapat dalam Alkitab. Anggapan mereka bahwa Yesus yang ditulis dalam Alkitab merupakan refleksi iman dari murid-murid Yesus (mitos), dan tidak memuat catatan historis tentang perkataan Yesus. Secara umum kaum pluralisme mengatakan bahwa para penulis injil menganut Yesus kepercayaan, seperti komentar Amaladoss bahwa Yesus yang dikisahkan dalam Injil-injil bukanlah Yesus yang sesungguhnya ada secara historis, melainkan Yesus yang ditangkap oleh iman para penulis Injil yang sarat dengan mitos-mitos. 1 Dengan demikian mereka mencela orang Kristen yang terlalu menekankan finalitas Yesus atau kemutlakan ketuhanan Yesus. Karena hal itu adalah bertolak belakang dari teologi penulis injil yang sarat dengan mitos. Mereka ingin membersihkan orang Kristen dari mitos-mitos dengan cara menafsirkan ulang Injil tersebut menurut keberadaan diri manusia tersebut (eksistensialisme), yaitu manusia modern yang anti mitos. Mereka juga mengakui bahwa inkarnasi merupakan suatu mitos Yunani, pengakuan mengenai Ke-Allahan Yesus adalah mitos. Sugirtharajah berusaha 1 Michael Amaladoss, “Pluralisme Agama-Agama dan Makna Kristus” dalam, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1996) hlm. 140.

Transcript of Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian...

Page 1: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

BAB IV

KAJIAN KRISTOLOGI ALKITABIAH

TERHADAP PANDANGAN KRISTOLOGI

DALAM PLURALISME AGAMA

4.1. Pendahuluan

Kaum pluralis pada dasarnya tidak mengakui Kristus yang terdapat

dalam Alkitab. Anggapan mereka bahwa Yesus yang ditulis dalam Alkitab

merupakan refleksi iman dari murid-murid Yesus (mitos), dan tidak memuat

catatan historis tentang perkataan Yesus. Secara umum kaum pluralisme

mengatakan bahwa para penulis injil menganut Yesus kepercayaan, seperti

komentar Amaladoss bahwa Yesus yang dikisahkan dalam Injil-injil bukanlah

Yesus yang sesungguhnya ada secara historis, melainkan Yesus yang ditangkap

oleh iman para penulis Injil yang sarat dengan mitos-mitos.1 Dengan demikian

mereka mencela orang Kristen yang terlalu menekankan finalitas Yesus atau

kemutlakan ketuhanan Yesus. Karena hal itu adalah bertolak belakang dari teologi

penulis injil yang sarat dengan mitos. Mereka ingin membersihkan orang Kristen

dari mitos-mitos dengan cara menafsirkan ulang Injil tersebut menurut keberadaan

diri manusia tersebut (eksistensialisme), yaitu manusia modern yang anti mitos.

Mereka juga mengakui bahwa inkarnasi merupakan suatu mitos Yunani,

pengakuan mengenai Ke-Allahan Yesus adalah mitos. Sugirtharajah berusaha

1 Michael Amaladoss, “Pluralisme Agama-Agama dan Makna Kristus” dalam, Wajah

Yesus di Asia, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1996) hlm. 140.

Page 2: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

menggali ulang Yesus dan menegaskan bahwa memahami Yesus sejarah berarti

Memahami Yesus yang sesungguhnya.2

Berkaitan dengan pandangan pluralisme tersebut, maka dalam bab ini akan

dibahas beberapa hal mengenai kajian Kristologi Alkitabiah terhadap Kristologi

dalam pluralisme, yakni mengenai Metodologi Kristologi; Hubungan di antara

penelaahan tentang pribadi Kristus dengan penelaahan tentang karya Kristus

(ontologis dan fungsional); Hubungan di antara iman dan sejarah; makna

sesungguhnya dari penjelmaan; dan relasi peristiwa Yesus dengan penulisan, serta

finaliltas Yesus sebagai Tuhan. Dengan kata lain: Dapatkah pemahaman yang

tepat tentang Kristus diperoleh berdasarkan data-data sejarah semata ataukah

masih diperlukan juga iman? Haruskah kita lebih dahulu menetapkan sifat Kristus

sebelum mempelajari karya-Nya atau sebaliknya? Adakah gagasan tentang

penjelmaan Allah itu sekedar suatu pengertian mitodologis sehingga tidak dapat

dipertahankan?

4.2. Persoalan Metode Kristologi Dari Bawah dan Kristologi Dari Atas

Dalam pembasan ini, penulis memisahkan antara Kristologi dari bawah

dengan kristologi fungsional. Sebagaimana yang penulis bahas dalam bab dua,

bahwa kaum pluralisme membangun kristologi mereka dengan menggunakan dua

metode, yakni metode kristologi dari bawah dan kristologi fungsional. Adapun

pemisahan yang penulis lakukan adalah semata-mata bertujuan supaya

pembahasan yang penulis bahas lebih jelas. Hal ini disebabkan kristologi dari

bawah berkaitan langsung dengan kristologi dari atas, sedangkan kristologi

2 R.S. Sugirtharajah, Wajah Yesus Di Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) hlm.414-

415

Page 3: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

fungsional berkaitan langsung dengan kristologi ontologis yang akan dibahas

dalam pembahasan berikutnya.

Di dalam teologi, dikenal dua macam pendekatan Kristologi, yaitu:

Kristologi dari bawah dan Kristologi dari atas. Yang dimaksud dengan Kristologi

dari atas adalah melihat siapa Yesus Kristus Sebelum Dia datang ke dalam dunia.

Pandangan ini mengatakan bahwa ke-Allahan Yesus Kristus terselubung ketika

Dia di dalam dunia. Supaya manusia dapat mengenal Dia sebagai Allah yang

sejati, maka harus melihat siapa Yesus sebelum Dia datang ke dalam dunia.

Sebagai contoh adalah Yoh.1:1. Teolog yang menganut pendekatan ini adalah

Rudolph Bultmann.3 Sedangkan Kristologi dari bawah, memiliki pendekatan yang

justru kebalikan dari pandangan tersebut di atas. Pandangan ini justru

memperhatikan secara sungguh-sungguh siapa Yesus ketika Dia berada di dalam

dunia. Pendekatan ini lebih menekankan keberadaan Yesus sebagai manusia.

Bagaimana hidup-Nya, kuasa-Nya, serta apa yang dikatakan-Nya. Semua itu

menunjukkan siapa Dia sesungguhnya. Teolog yang menganut pandangan ini

adalah W. Pannenberg.4

4.2.1. Evaluasi

Kristologi dari atas memiliki kekuatan karena mengakui tujuan dan

nilai sebenarnya dari penjelmaan adalah pengaruh kehidupan Yesus atas

orang-orang yang percaya pada-Nya. Pendekatan ini mengakui sifat

adikodrati yang sungguh-sungguh, sesuatu yang tidak ada dalam pendekatan

Kristologi dari bawah. Dengan demikian terbuka peluang bagi Yesus yang

ilahi dan mampu mengadakan mujizat.

3 C. Groenen OFM, Peristiwa Yesus, (Yogyakarta: Kanasius, 1979) hlm. 13-14

4 Ibid, hlm 14-15

Page 4: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Masalah mendasar yang dihadapi oleh Kristologi dari atas ialah

masalah keteguhan keyakinan. Adakah Kristus dari iman itu benar-benar

sama dengan Yesus yang menempuh jalan-jalan di Galilea dan Yudea?

Apakah komitmen kepada Kristus yang diwartakan para rasul didasarkan

pada sesuatu yang benar-benar nyata? benar-benar berlandaskan pada

peristiwa yang benar terjadi, ataukah itu sekedar merupakan iman yang tak

berdasar? Persoalan subyektifitas senantiasa mengganggu Kristologi jenis

ini. Bagaimana dapat dipastikan bahwa Kristus yang dikenal dari kesaksian

para rasul dan yang dijumpai dalam pengalaman orang Kristen, benar-benar

merupakan Yesus sebagaimana Dia adanya dan bukan Yesus menurut

perasaan saja? Persoalan kedua yang dihadapi pendekatan ini berkaitan

dengan apa yang diimani. Sekalipun dapat dibenarkan bahwa orang percaya

menerima sesuatu dengan iman, akan tetapi bagaimana dapat menentukan

apa itu yang diterima? Tanpa adanya rujukan empiris, Kristus dari iman itu

agak tidak nyata dan samar.

Di lain pihak, Kristologi dari bawah, seperti yang dikumandangkan

oleh kaum pluralis menuduh bahwa paling banter teologi Kristen mengatasi

persoalan ini (khususnya ajaran tentang pribadi Yesus) didasarkan pada

iman dan yang paling buruk teologi itu kosong sama sekali.5 Pendekatan ini

telah berusaha untuk melenyapkan unsur-unsur subyektif yang berlebihan.

Sekalipun mengakui perlunya ada keterlibatan subyektif itu, Kristologi dari

bawah berusaha menghindar untuk menyaringkan lewat subyektivitas orang-

orang percaya yang lain, dalam hal ini para murid Yesus. Satu persoalan

5 Ibid

Page 5: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

yang lain, khususnya dalam bentuk yang diucapkan oleh Pannenberg.54

Ia

menyatakan bahwa Kristologi dari bawah terlalu mengandalkan obyektif

untuk menegakkan anggapan-anggapan historisnya. Kepastian obyektif

semacam itu dalam kenyataan sulit dicapai. Bila fakta-fakta Kristologi

merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sejarah obyektif melulu, maka

seharusnya dimungkinkan untuk membuktikan ke-Tuhanan Yesus kepada

setiap orang yang menyelidikinya dengan jujur dan obyektif. Dalam

kenyataan hal itu tidak selalu terjadi.

4.2.2. Pendekatan yang Alternatif

Kedua pendapat di atas memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.

Akan tetapi apakah ada cara untuk memadukan Kristologi dari atas dengan

Kristologi dari bawah? Dapatkah Kristus dari pewartaan rasuli dan Yesus

dari sejarah, iman dan akal dipersatukan? Kristologi yang benar harus

mempertahankan baik iman maupun akal. Ini adalah dua sarana yang saling

melengkapi dan rukun yang dipakai untuk menyatakan diri-Nya. Keduanya

adalah sumber pengenalan akan Dia. Karena Kristologi dari bawah didekati

lewat akal, dan Kristologi dari atas didekati oleh iman, maka iman-akal yang

harus menjadi landasan dalam berkristologi.55

Perlu diketahui bahwa kisah-kisah tentang Yesus Kristus,

sebagaimana yang diberitakan dalam Alkitab, tidak bersifat sejarah belaka,

dan juga tidak bersifat pewartaan semata-mata. Akan tetapi sifatnya yaitu

”sejarah yang kerygmatiskan”, artinya: unsur sejarah dan unsur kerygma

54

Lihat bab III 55

Bandingkan Nico Syukur Diester OMF, Kristologi: sebuah sketsa (Yogyakarta:

Kanasius, 1993) hlm. 22

Page 6: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

terjalin satu sama lain secara tak teruraikan.56

Jadi, Isi pewartaaan rasuli ini

menjadi suatu hipotesis untuk menafsirkan dan menggabungkan data yang

disajikan pada saat diadakan penelitian terhadap diri Yesus yang historis.

Dengan demikian, model alternatif bukanlah Kristologi dari atas atau

Kristologi dari bawah. Sebaliknya, model ini memerlukan bukan iman saja

dan juga bukan akal historis saja, melainkan keduanya bersama-sama dalam

suatu perpaduan yang saling mendukung. Metode Kristologi yang tepat

harus mempertahankan ketegangan antara Kristologi dari atas dan Kristologi

dari bawah. Dengan demikian, pemahaman yang meningkat tentang Yesus

dari sejarah akan menguatkan keyakinan bahwa penafsiran para rasul

tentang Kristus dari iman itu memang benar.

4.3. Studi Pribadi Yesus dan Karya Yesus (ontologis dan fungsional)

Pada bagian ini, akan dibahas hubungan di antara penelaahan tentang

pribadi Yesus dan karya Yesus (ontologis dan fungsional). Apakah keduanya

dapat dipisahkan, dan bila memang dapat, apakah urutan yang logis yang dipakai

dalam Kristologi? Apakah pengertian tentang pribadi Kristus dan sifat-Nya harus

diungkapkan dan diterapkan dahulu agar membantu untuk memahami karya-Nya?

Ataukah harus mengawali dari karya Kristus dan baru kemudian menarik

kesimpulan tentang pribadi macam apakah Dia itu? Pertanyaan ini pada dasarnya

mempertanyakan kecenderungan untuk memisahkan antara Kristologi yang

ontologis dan Kristologi fungsional. Kristologi yang ontologis ialah Kristologi

yang menekankan pada pemahaman tentang siapakah Yesus, sedangkan

56

Ibid, hlm. 26

Page 7: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Kristologi fungsional adalah Kristologi yang menekankan pada apa yang

dikerjakan Yesus bagi manusia.57

Kaum pluralis sangat menekankan kristologi

fungsional. Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin yang berfokus

pada ”peristiwa” dan bukan tentang sifat-sifat.

Pada permulaan sejarah gereja, kedua pokok ini, yakni pribadi dan karya

Kristus, dibahas dalam kaitan yang cukup erat. Teologi skolastik memisahkan

doktrin mengenai pribadi Kristus (ke-Tuhanan-Nya, kemanusiaan-Nya, serta

perpaduan keduanya) dari jabatan dan karya Kristus. Akibatnya, Kristologi tidak

lagi relevan bagi kebanyakan orang percaya. Perbedaan mengenai ke-Tuhanan

Yesus, jangkauan pengetahuan-Nya, dan keadaan-Nya yang tidak berdosa,

maupun persoalan mengenai apakah Yesus memiliki satu atau dua kehendak,

semuanya merupakan persoalan yang sangat abstrak. Reaksi terhadap skolastik,

menyebabkan Philipp Melanchton dan Luther membangun Kristologi fungsional

yang menekankan pada karya Kristus yang menyelamatkan.58

Persoalan relasi ontologis dan fungsional terus berlanjut hingga kini.

Sehubungan dengan hal itu, maka yang paling berantusias dengan kristologi

fungsional ialah kaum pluralis, yang menekankan karya Yesus bagi manusia,

bukan dalam arti penebusan tetapi dalam arti pembaharuan sosial. Salah satu

tokoh Pluralis yang menganut pandangan Kristologi fungsional, ialah Choan-Seng

Song.59

Perlu dicatat ada dua alasan utama mengapa pokok pembahasan tentang

kepribadian Kristus ini didahului oleh penelitian karya Kristus. Salah satu alasan

57

Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) hlm. 206 58

Teologi Kristen Vol.2, hlm. 308 59

Stevri I Lumintang, Theologia Abu-abu: Pluralisme Agama, (Malang: Gandum Mas)

hlm. 142-143

Page 8: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

ialah keinginan untuk mengaitkan kristologi dengan soteriologi. Memang

mungkin untuk membahas kristologi terlepas dari soteriologi. Akan tetapi tidak

mungkin untuk membahas apa yang dilakukan Kristus dalam kehidupan kita tanpa

mengaitkan karya tersebut dengan watak atau sifat Kristus. Alasan yang kedua

ialah keinginan untuk menunjukkan pertalian Kristologi. Sangat sulit bagi

kebanyakan orang untuk menaruh perhatian pada pembahasan berbagai masalah

yang berkaitan dengan watak Kristus, kecuali mereka melihat pengaruhnya dalam

hidup mereka.

Bagaimana pun juga pendekatan ini menimbulkan berbagai kesulitan.

Kesulitan pertama adalah bahwa pada saat seseorang menekankan apa yang

diperbuat Kristus bagi umat manusia, maka persepsi diri manusia akan

kebutuhannya sendirilah yang cenderung mendiktekan atau menentukan agenda

untuk membangun pengertian tentang pribadi atau watak Kristus. Dengan

demikian muncul persoalan bagi mereka yang pertama memusatkan perhatian

pada karya Kristus dan kemudian baru membahas pribadi-Nya. Atau mereka

mempelajari karya-Nya dulu baru kemudian menerapkan hasil penelitian mereka

kepada situasi kehidupan manusia, atau juga mereka mempelajari situasi

kehidupan manusia dahulu dan baru kembali kepada materi Alkitab tentang karya

Kristus. Dalam cara yang pertama masih ada kemungkinan tidak mengena pada

situasi kehidupan manusia. Dalam cara yang kedua, bahayanya ialah bahwa

pengertian tentang karya Kristus akan disesuaikan dengan persepsi manusia

tentang kebutuhannya. Dengan demikian jelas bahwa melandaskan Kristologi

pada “kebutuhan yang dirasakan” akan kurang memadai.

Page 9: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Pada hakikatnya, seorang teolog bahkan orang Kristen pada umumnya,

tidak patut memisahkan pribadi dan karya Kristus (ontologis dan fungsional)

dalam berkristologi. Tidaklah mungkin membicarakan apa yang Kristus kerjakan

dalam kehidupan manusia, tanpa menghubungkan karya Kristus dengan pribadi

Kristus sebagai presuposisinya, dan sebaliknya. Di sisi lain, berkenan dengan

pribadi Kristus masih banyak orang tidak begitu tertarik untuk membahasnya

karena bagi mereka, pembahasan mengenai isu yang berkenan dengan pribadi

Kristus adalah tidak relevan, menurut mereka bahwa hal itu adalah tidak ada

manfaatnya bagi manusia. Hal ini tentu adalah suatu kekeliruan yang fatal.

4.4. Relasi Yesus Kepercayaan dan Yesus Sejarah

Istilah Yesus sejarah dimunculkan untuk membedakannya dengan istilah

lain, yaitu "Kristus yang diimani" atau Yesus kepercayaan. Istilah pertama

dimengerti sebagai Yesus yang sesungguhnya, atau "the real Jesus", sedangkan

istilah kedua, mengacu kepada pribadi Yesus yang telah dipoles oleh para rasul.

Maksudnya, rasul- rasul dan penulis-penulis Alkitab tidak lagi menulis Yesus

yang sesungguhnya, apa adanya, tetapi menuliskan Yesus dari kaca mata mereka.

Menurut kaum pluralis, apa yang ditemukan di dalam Alkitab, baik itu ucapan,

karya serta istilah-istilah yang diberikan kepada Yesus yang mengacu kepada ke-

Tuhanan-Nya, sebenarnya hanya merupakan ciptaan atau kreasi para rasul, bukan

menggambarkan Yesus yang sesungguhnya. Menurut mereka bahwa mustahil

untuk dapat mengetahui ucapan-ucapan Yesus dan merekonstruksi kehidupan-Nya

selama Dia hidup di Galilea dan Yerusalem pada tahun 30-33 Masehi.60

Kaum

Pluralis mengetengahkan bahwa Alkitab bukanlah firman Allah, tulisan-tulisan

60

Bandingkan. Erickson, Teologi Kristen Vol. 2, hlm. 311

Page 10: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Injil bukanlah laporan tentang Yesus sebenarnya, melainkan Yesus yang imani,

mitos dari para penulis Injil. Dalam semangat seperti inilah muncul usaha-usaha

dari para ahli untuk menemukan kembali Yesus sejarah.

Selama berabad-abad, Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, menjadi

sumber penting untuk mempelajari Kristologi (ilmu yang mempelajari tentang

siapa Yesus Kristus). Bahkan pada abad ke-16 tokoh-tokoh reformasi seperti M.

Luther menyerukan otoritas Alkitab sebagai satu- satunya otoritas tertinggi bagi

iman, keselamatan dan menjadi dasar dari seluruh doktrin Kristen. Itulah yang

dikenal dengan istilah Sola Scriptura. Istilah lain yang penting berkenaan dengan

otoritas Alkitab adalah kanon Alkitab. Ini berarti bahwa Alkitab adalah pengukur,

di mana segala etika dan doktrin diukur dari pengajaran Alkitab.

Bagaimana pun juga kebenaran yang dikemukakan oleh para penulis

Alkitab adalah kebenaran yang paling utama yang dapat diterima daripada

kebenaran yang dikemukakan oleh kaum pluralis. Sebab adalah sesuatu yang

konyol bila lebih mempercayai kesaksian orang yang hidupnya sangat berbeda

jauh dengan zaman dimana Yesus hidup daripada orang yang hidup

sekontemporer dengan Yesus dan menjadi saksi hidup itu sendiri. Oleh karena itu

yang merupakan mitos itu sendiri adalah “Yesus historisnya” kaum pluralis dari

pada Yesus yang ditulis oleh para penulis Injil. Kaum pluralis mengemukakan

bahwa sangat sulit untuk mempercayai kebenaran berita tentang kehidupan Yesus

yang peristiwanya dengan waktu penulisan ada jarak sekitar 15-20 tahun, akan

tetapi akan lebih sulit lagi untuk mempercayai peristiwa atau kebenaran tentang

Page 11: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Yesus dimana penelitiannya dilakukan setelah ribuan tahun (itu pun bukan secara

faktual), seperti yang dilakukan kaum pluralis.61

Berkaitan dengan hal itu, maka perlu ditekankan sekali lagi, bahwa kisah-

kisah yang ditulis oleh para rasul bukanlah semata-mata bersifat kerygma

(pewartaan) tetapi juga bersifat sejarah.62

Dalam 2 Petrus 1:16 mencatat, “sebab

kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami

memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus

sebagai raja tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya.” Penulis Alkitab

pastilah mengetahui perbedaan di antara mitos, legenda, dan kenyataan. I Yohanes

1:1-3 mengungkapkan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami

dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan

yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup itulah yang kami

tuliskan kepadamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan

sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup yang

kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada

kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan

kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan

persekutuan dengan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan anak-Nya,

Yesus Kristus.” Bahkan dalam Lukas 1:1-3, menyatakan bahwa, “Teofilus yang

mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita

oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu,

61

Lihat bab III 62

Untuk penjelasan lebih lanjut lihat. Nico Syukur Diester, Kristologi sebuah sketsa,

(Yogyakarta: Kanasius, 2993) hlm 26

Page 12: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya,

aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu”63

Sisi lain jika dilihat ke dalam teks Alkitab, maka akan terlihat bahwa ada

bagian dari teks-teks itu sendiri yang menandakan keempat Injil tersebut sebagai

sejarah yang masuk akal, bukan legenda ataupun propaganda yang dibuat-buat.

Perhatikan bahwa para murid memasukkan kata-kata keras dari Yesus, yang

sebenarnya malah menyurutkan minat orang-orang yang mendengarnya. (Mat

21:28, Luk 9:23, Yoh 8:39). Satu hal yang nyata dari keempat Injil tersebut adalah

bahwa kekayaan tak ternilai yang mereka miliki tentang kabar baik tidak

terungkap dipermukaan, namun tersembunyi dibalik tantangan (Mrk 8:34, Yoh

12:25) dan ancaman (Mat 25:31). Kesemuanya itu malahan akan mengakibatkan

hal yang tak diharapkan untuk suatu propaganda. Penulisannya di dalam Injil

memperlihatkan kesungguhan para evangelis untuk berkata sejujurnya, walau

memalukan atau tak menyenangkan sekalipun. Fakta kebenaran Injil adalah nyata,

karena penulis PB menulis berdasarkan apa yang dilihatnya sendiri atau mencatat

kesaksian yang akurat dari orang-orang yang melihatnya sendiri dan di bawah

inspirasi Roh Kudus.

Salah satu pembelaan penting lainnya yang dapat digaungkan kembali

adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Irenaus dalam perdebatannya melawan

gnostik yang mempertanyakan tentang keabsahan PB. Ireneus menegaskan bahwa

gereja mula-mula secara penuh mendasarkan ajaran mereka terhadap PB, dimana

ajaran itu diwariskan kepada gereja rasuli secara turun temurun dan tanpa terputus

63

Bandingkan dengan penjelasan, Josh McDowell, Apolegetika Vol 1: Bukti Yang

Meneguhkan Kebenaran Alkitab, (terjemahan). (Malang: Gandum Mas, 2002) hlm.115

Page 13: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

diturunkan kepada umum. Satu ajaran yang sepenuhnya berdasar kepada tulisan-

tulisan Alkitab. Ireneus mengatakan:

Gereja, walaupun tersebar ke mana-mana hingga ujung dunia, telah menerima

dari para rasul serta murid-murid-Nya kepercayaan ini, yaitu percaya kepada

satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi dan lautan dan

segala yang di dalamnya; atau kepada satu Kristus Yesus, Anak Allah, yang

telah menjadi manusia untuk keselamatan kita; dan kepada Roh Kudus, yang

melalui para nabi telah menyatakan pekerjaan penyelamatan Allah bagi umat

manusia, serta pada kedatangan, kelahiran dari anak dara, penderitaan,

kebangkitan dari antara orang mati dan kenaikan secara badani dari Tuhan kita

Yesus Kristus yang terkasih dan kedatangan-Nya yang kedua kali dari sorga

dengan kemuliaan Sang Bapa untuk memenuhi segala sesuatu dan untuk

membangkitkan semua daging manusia supaya...Ia menghakimi semua orang

dengan adil (Melawan Ajaran-ajaran Sesat 1:10:1).64

Kebenaran yang disampaikan Ireneus65

sebagai penerus generasi rasuli

adalah kebenaran yang tertulis dalam Alkitab sekarang ini dan terus berlanjut

sampai generasi yang sekarang. Oleh sebab itu, adalah suatu keanehan bila para

Kritikus Alkitab tidak mempercayai kesejarahan Yesus dari Alkitab, yang menjadi

masalah bukan terletak kepada Alkitabnya tetapi lebih kepada pemikiran para

tokoh kritik itu sendiri. Jika Yesus adalah sebuah mitos dan Alkitab adalah sebuah

tulisan yang penuh dengan salah, orang seperti apakah yang rela mati untuk

mempertahankannya bahkan mengalami penganiayaan selama berabad-abad. 66

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dilihat juga pengakuan-

pengakuan dari para arkeolog yang mensahihkan kisah-kisah tentang Yesus yang

ditulis oleh para rasul antara lain: Nelson Glueck, arkeolog Yahudi yang tersohor

menulis “dapat dipastikan secara mutlak bahwa tidak pernah ada penemuan

arkeolog yang bertentangan dengan pernyataan di dalam Alkitab”. Dia

64

Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1996) hlm. 11 65

Ireneus merupakan uskup Lyons tahun 180 M, adalah murid Polikarpus, uskup Smirna

yang telah menjadi orang Kristen selama 68 tahun dan merupakan murid Yohanes. Ibid 66

Para murid Yesus mati sebagai martir. Tradisi menunjukkan bahwa para murid disiksa

dan dicambuk, dan akhirnya mereka menghadapi kematian oleh cara-cara yang paling kecam yang

dikenal pada waktu.

Page 14: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

melanjutkan pernyataannya tentang "catatan sejarah Alkitab yang nyaris tidak

dapat dipercaya ketepatannya, terutama bila dikuatkan oleh fakta arkeologi."67

William F.Albright, yang terkenal karena reputasinya sebagai seorang

arkeolog besar, menyatakan: “Tidak dapat diragukan bahwa arkeologi telah

menegaskan kebenaran historis tradisi Perjanjian Lama”. Albright menambahkan:

“Skeptisme berlebihan yang ditujukan pada Alkitab oleh lembaga-lembaga

sejarah penting pada abad ke-18 dan 19, yang gaungnya masih terasa sampai

sekarang, telah ditangkis habis-habisan. Penemuan demi penemuan telah

menegaskan kebenaran yang tidak terhitung karena banyaknya data, dan

memperkuat pengakuan terhadap nilai Alkitab sebagai sumber sejarah”.68

Profesor

H.H Roley mengaku bahwa “Ilmuwan sekarang lebih menaruh hormat pada

tulisan para bapa gereja dari pada para pendahulunya bukan karena mereka

mengawali penelitiannya dengan praduga yang lebih konservatif dari

pendahulunya, tetapi karena bukti-bukti yang membenarkannya”.69

Miller Burrows dari Yale pun berpendapat bahwa: “Dalam banyak kasus

arkeologi telah mematahkan pandangan para peneliti modern. Pada beberapa

kesempatan arkeologi menunjukkan bahwa pandangan ini bertumpu pada dugaan

yang keliru dan skema perkembangan historis yang tidak benar atau palsu. Ini

adalah suatu sumbangan yang nyata dan tidak boleh dianggap enteng”. Burrows

mengungkapkan tentang penyebab dari ketidak-percayaan yang berlebihan :

“Skeptisme berlebihan dari kebanyakan ahli teologi liberal bukan disebabkan oleh

penelitian yang seksama terhadap data-data yang ada, tetapi kecenderungan yang

67

Dikutip oleh: Josh McDowell, Apologetika Vol 1: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran

Alkitab, (terjemahan). (Malang: Gandum Mas, 2002) hlm.115 68

Ibid, hlm. 116 69

Ibid

Page 15: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

besar untuk menolak hal adikodrati”. Arkeolog dari Universitas Yale itu

menambahkan: “Bagaimanapun juga, secara keseluruhan, tidak dapat dipungkiri

bahwa pekerjaan arkeolog telah memperkuat keyakinan pada kredibilitas catatan

Kitab Suci. Lebih dari satu arkeolog yang mendapatkan bahwa pengalamannya

dalam penggalian di Palestina telah menambah rasa hormatnya pada Alkitab”.70

Secara keseluruhan bukti-bukti yang telah dihasilkan oleh arkeolog sampai

sejauh ini, terutama dalam menghadirkan lebih banyak naskah yang lebih tua dari

kitab-kitab Alkitab, telah memperkuat keyakinan pada ketepatan penyalinan teks

itu selama berabad-abad”.

4.5. Tanggapan Terhadap Kristologi Kosmik

Kristologi Kosmik memandang Yesus sebagai penyelamat yang hadir

tanpa batas tempat dan waktu untuk menyelamatkan semua manusia sekalipun

tanpa mengakui ke-Tuhanan-Nya. C.S Song, menyatakan bahwa pribadi kedua

Allah Tritunggal berinkarnasi bukan hanya sekali melainkan berkali-kali di

banyak tempat dan dalam banyak wujud. Kehadiran Yesus bagi mereka tidak

dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, juga tidak dapat dibatasi oleh semua batasan

budaya dan agama. Ia juga telah menjangkau berbagai tempat dan konteks dalam

sejarah umat manusia.71

Pada dasarnya kaum pluralis tidak mengakui adanya penyataan khusus,

dan finalitas Yesus. Sebaliknya mengakui penyataan Allah dalam semua agama,

budaya manusia. Hal ini berarti bahwa semua sejarah agama-agama, budaya-

budaya, bangsa-bangsa dengan sistem sosial, ekonomi dan politiknya adalah

70

Ibid, hlm. 116-118 71

Lihat bab III, “ Kristologi Kosmik”

Page 16: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

penyataan Allah. Harus diakui bahwa Allah ada dalam sejarah. Akan tetapi ada

dua hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa Allah di atas sejarah dalam arti

mengontrol sejarah dan Allah melampaui sejarah.72

Dalam hal ini kaum pluralis, tidak menyadari bahwa penyataan Allah

harus dimengerti dalam konteks keselamatan manusia berdosa. Bukan dalam

penyelamatan secara sosial, ekonomi dan politik. Kalau secara dunia tidak

memiliki kaitan langsung dengan keselamatan Allah, pertanyaannya ialah di mana

dan bagaimanakah keselamatan Allah dinyatakan? Sedangkan inkarnasi dan

kematian Yesus Kristus yang menebus, adalah dalam waktu dan tempat, berarti

dalam sejarah. Kaum pluralis mencampuradukan semua sejarah dengan penyataan

Allah. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pribadi tertentu yang kepadanya

Allah menyatakan diri secara sempurna dan mewujudkan keselamatan-Nya, selain

kepada dan melalui pribadi dan karya Kristus saja.

Perlu diketahui bahwa jauh sebelum para teolog pluralis mengembangkan

kristologi kosmik, teologi kosmik sudah ada sebelumnya oleh Joseph Sittler, dan

diusulkan kepada DGD pada tahun 1961, dalam membangun hubungan dengan

agama-agama lain.73

Dengan kata lain, kristologi kosmik kaum pluralis bertolak

dari ususlan Joseph Sittler. Sittler membangun kristologi kosmiknya dengan

menafsirkan Kolose 1:15-20, dengan memfokuskan penelitian terhadap

pernyataan-pernyataan yang tampak secara eksplisit seperti ”segala sesuatu yang

diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”. Muncul enam kali dalam teks tersebut

menerangkan mengenai pencapaian secara maksimum di mana penebusan Allah

untuk seluruh alam semesta dalam jangkauan yang luas, dan Kristus digambarkan

72

Untuk penjelasan lebih lanjut, lihat. J. Millard Erickson, Teologi Kristen Vol. 1

(Malang: Gandum Mas, 2002) hlm 190 73

Lumintang, Theologia Abu-Abu: Pluralisme Agama, hlm 157-158

Page 17: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

sebagai Kristus kosmik yang menyelamtakan semua ciptaan. Dengan demikian,

Yesus tidak hanya dimengerti dalam pengertian Yesus historis dari Nazaret,

melainkan juga Yesus yang menyatakan diri dalam semua ciptaan. 74

Berkaitan dengan kristologi kosmik oleh Sittler tersebut, maka perlu

dilihat teks Kolose 1:15-20. Dalam teks tersebut, memang berbicara mengenai

keunggulan Kristus atas segala ciptaan. Namun, itu tidak berarti bahwa segala

sesuatu dengan sendirinya diselamatkan oleh Dia, juga tidak berarti bahwa Ia

menjelmakan diri-Nya dalam segala sesuatu. Tidak ada indikasi dari teks tersebut

yang menyatakan bahwa Yesus Kristus menyatakan diri-Nya dalam semua bentuk

ciptan-Nya. Jadi kristologi kosmik tersebut keliru dalam interpretasi teks Kolose

juga tidak memadai, karena bagaimana mungkin seseorang membangun

pandangannya tentang Kristus, hanya bertolak dari satu teks saja? Bahkan teks

tersebut ditafsirkan di luar konteks.

Jadi, penegasan dan dukungan terhadap pandangan kaum pluralis ini pada

dasarnya telah menyangkali dan mengabaikan iman keyakinan para tokoh PL dan

PB, sekaligus juga para martir sepanjang sejarah gereja. Mereka telah gugur demi

mempertahankan pengakuan “Yesus Kristus adalah Tuhan,” serta

memproklamasikan bahwa Yesus dari Nazaret adalah satu-satunya Juruselamat

bagi seluruh umat manusia (suatu klaim atas keuniversalan-Nya). Jika kekristenan

memberi toleransi dan bahkan mengajarkan keyakinan yang demikian, maka

eksistensinya di masa mendatang akan terancam dan berada dalam bahaya besar.

74

Ibid

Page 18: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

4.6. Inkarnasi yang Dipandang Sebagai Mitologi

Persoalan lain yang makin meningkatkan keprihatinan dalam

melaksanakan suatu Kristologi ialah apakah gagasan-gagasan tentang inkarnasi

Kristus itu merupakan sebuah mitos? Menurut kaum pluralis, gagasan bahwa

Allah menjelma menjadi manusia serta memasuki sejarah manusia, yang

merupakan doktrin inkarnasi dari segi sejarah tidak dapat diartikan secara harfiah.

Menurut mereka, pendapat semacam itu, tidak perlu dan tidak mungkin hal itu

dilakukan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemikiran kaum pluralisme adalah

konsep “Demitologisasi Bultman”. Bultman menyimpulkan bahwa sebagian

besar Perjanjian Baru bersifat mitos. Yang dimaksudkan dengan “mitos” oleh

Bultman adalah usaha manusia untuk mengungkapkan hal-hal segi dunia lain

dengan memakai simbol-simbol dari hal-hal dunia ini. Pengertian-pengertian

tersebut dengan demikian janganlah dianggap sebagai ungkapan harafiah tentang

realitas. Ungkapan-ungkapan tersebut jangan dipandang sebagai sesuatu yang

dinyatakan Allah secara khusus, demikian pula penyajiannya dalam tulisan para

rasul serta para nabi tidak boleh dianggap sebagai tulisan yang diilhamkan oleh

Allah. Semua pernyataan itu merupakan sekedar ungkapan tentang realitas yang

dipengaruhi oleh kebudayaan tertentu. Bultman menyatakan bahwa bukan

pernyataan dalam Alkitab yang harus dihapuskan, melainkan bahwa pernyataan

tersebut harus ditafsir kembali. Mitos dipakai oleh para penulis Alkitab untuk

mengungkapkan apa yang mereka alami secara eksistensial. 75

75

Rudolf Bultmann, New Testament and Mythology, (New York: Harper and Row 1961)

hlm. 34-44

Page 19: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Secara umum, pandangan pluralisme tentang penjelmaan sebagai

mitologis antara lain sebagai berikut: Pertama, gagasan bahwa Allah secara

harfiah menjelma menjadi manusia merupakan suatu pengertian yang tidak dapat

diterima dan bertentangan dengan kenyataan. Kedua, kristologi dari PB

mengungkapkan iman para murid dan bukan ajaran Yesus. Para murid berusaha

untuk mengungkapkan kesan mendalam ketika berhadapan dengan Yesus. Kesan

yang mendalam tersebut diungkapkan dalam memakai gelar-gelar dan gambaran-

gambaran yang umum pada waktu itu, misalnya, gagasan bahwa Allah datang ke

dunia. Menurut mereka, gelar-gelar serta gagasan tersebut tidak dipakai oleh

Yesus sendiri. Ajaran yang diberitakan Yesus adalah tentang Kerajaan Allah dan

bukan mengenai diri-Nya sendiri. Sedangkan amanat yang disampaikan oleh

Yesus maupun iman yang asli dan paling awal dari para rasul tidak ada yang

bersifat ontologis. Ketiga, Bagi kaum pluralis, gagasan tentang Yesus sebagai

yang berinkarnasi bukanlah merupakan pengertian yang unik sebagaimana yang

biasa diperkirakan. Misalnya, Budha Gautama juga menggambarkan kedatangan

Allah kepada manusia, yang menyatakan bahwa Allah ingin melibatkan diri

dengan cipataan-Nya, serta kesatuan yang hakiki di antara Allah dengan manusia.

Dengan demikian Yesus bukanlah satu-satunya jalan, dan bahwa hanya orang

yang percaya ajaran gereja tentang Yesus akan diselamatkan, paling banter adalah

pandangan yang picik dan seburuk-buruknya adalah pandangan yang

menyeramkan. Gagasan inkarnasi juga terdapat dalam agama-agama lain, dan

Allah juga hadir dalam agama-agama lain, namun di situ kehadirannya bukanlah

disebut Yesus. “Yesus” merupakan istilah khas Kristen bagi kehadiran Allah.

Page 20: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Menanggapi gagasan di atas tersebut, maka setidaknya ada beberapa

gagasan yang perlu dikemukakan:

Gagasan inkarnasi Allah tidaklah bersifat bertentangan. Anggapan tersebut

di atas hanyalah anggapan yang terlalu bersifat antromorphomis. Sudah pasti

dalam kepercayaan ada yang bersifat paradoks, yaitu suatu pengertian yang

memang sulit dipahami secara intelektual. Fungsi dari suatu paradoks

sebagaimana yang dibuktikan oleh Ian Ramsey ialah untuk memaksa akal

melampaui hal yang kodrati kepada hal yang bersifat adikodrati.76

Terdapat bukti historis bahwa Kristologi PB menunjuk kepada Yesus

sendiri, dan bukan sekedar iman para rasul saja. Teori yang menyatakan bahwa

para murid meminjam mitos dari agama lain tentang gagasan seorang dewa yang

menjelma adalah sesuatu yang patut diragukan. Dan anggapan tentang jemaat

mula-mula yang dipengaruhi oleh budaya helenistik, tidak memiliki bukti sama

sekali.

Saran bahwa ajaran inkarnasi Allah di dalam Yesus yang juga terdapat

dalam agama lain seperti yang dikatakan kaum pluralis tidak dapat dibuktikan,

karena keberadaannya sungguh-sungguh sangat berbeda. Tidak dapat

dibayangkan bagaimana Allah yang tunggal dapat berinkarnasi menjadi lebih dari

satu tokoh. Hanya dalam Yesus saja hadirlah kepenuhan Allah. Apabila seseorang

telah menyingkapkan dirinya secara penuh dalam peristiwa tertentu dan konkret,

maka ia tidak dapat menyingkapkan dirinya sekali lagi dengan arti yang sama

dalam sebuah peristiwa lain pula yang berbeda dengan peristiwa yang pertama.

Mengapa tidak? karena dengan demikian ia tidak menyingkapkan dirinya secara

76

Bandingkan Ian Rmasey, Paradox in Religion, (Grand Rapids: Eedermans, 1974) hlm.

107

Page 21: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

penuh dan lengkap dalam peristiwa yang pertama tadi, tetapi hanya secara

‟partial‟ saja (hanya untuk sebagaian saja). Dalam peristiwa Yesus, Allah telah

menyatakan diri-Nya secara penuh (inkarnasi). Oleh karena itu wahyu Allah

dalam Kristus tak dapat tidak harus bersifat unik dan tunggal, tiada duanya. Sifat

unik dan tunggal ini hanya dapat terjadi satu kali untuk selamanya.77

Apabila diperhatikan istilah „Anak‟ dalam Alkitab adalah khas dalam

mengartikan bahwa Yesus berbeda dengan segenap manusia lainnya, hal ini dapat

ditelusuri sekurang-kurangnya pada saat Ia berumur 12 tahun (Lukas 2:49), dan

yang disahihkan kepada-Nya dalam dan suara Bapa-Nya dari Sorga sewaktu Ia

dibaptis, “Engkaulah Anak yang Ku-kasihi” (Mrk. 1:11, bandingkan dengan Mat.

3:17, Luk. 3:22). Kata "αγαπητορ – “agapêtos" yang terdapat dalam ketiga berita

mengenai ucapan sorgawi itu, mengandung makna ”satu-satunya yang dikasihi”

(bentuk tunggal); begitu pula dalam perumpamaan dalam Markus 12:6.78

Penjelmaan Allah di dalam Yesus sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan

pandangan serupa dalam agama lainnya.

Hal lain yang perlu dilihat dalam mitos dan legenda yang terkait dengan

kepercayaan masyarakat adalah dewa/dewi yang turun ke bumi berubah wujud

menyamarkan dirinya menjadi manusia. Pertanyaannya sekarang adalah apakah

inkarnasi Kristus sama seperti tindakan para dewa/dewi? Inkarnasi berasal dari

kata Latin, incanatio (“in”: masuk ke dalam; “caro/carnis”: daging). Secara

sederhana kata ini bisa diartikan: “masuknya Allah ke dalam daging manusia

dalam diri Yesus Kristus. Inilah yang tertulis dalam Yohanes 1: 1, 14 “Pada

mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu

77

Lihat. Nico Syukur Diester, Kristologi: sebuah sketsa, (Yogyakarta: Kanasius, 1993)

hlm, 267

78

Lihat. bab II, Inkarnasi Kristus

Page 22: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

adalah Allah… Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan

kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya

sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Hal inilah

yang menunjukkan perbedaan antara tindakan dewa/dewi yang menyamar

menjadi manusia dengan inkarnasi Allah. Allah tidak menyamar dengan

mengenakan tubuh manusia. Allah tidak kelihatannya seperti manusia. Akan

tetapi Allah sungguh-sungguh menjadi manusia. Allah menjadi manusia yaitu

melalui Yesus yang dalam proses kelahiran berasal dari kandungan seorang anak

dara bernama Maria; sebuah proses bagi kehadiran manusia. Selain itu Yesus

hidup dan bertumbuh seperti layaknya manusia. Beberapa catatan Alkitab

mengemukakan bagaimana Yesus bertumbuh besar secara fisik dan rohaninya

(Luk. 2: 53). Dia makan bersama murid-murid-Nya. Dia menangis (Yoh. 11:35).

Dia mengalami ketakutan (Luk. 22: 44).

Harus diakui bahwa inkarnasi Kristus ini tidak seluruhnya dapat dipahami.

Hal ini disebabkan manusia adalah makhluk ciptaan yang sangat terbatas. Allah

adalah pencipta yang maha tidak terbatas. Jadi jelas tidak mungkin bagi manusia

memahami Allah sejelas-jelas dan selengkap-lengkapnya. Manusia yang berusaha

merasionalkan Allah (dalam arti berusaha memahami Allah dengan

mengandalkan rasio) akan kecewa. Salah satu yang menjadi misteri ilahi adalah

catatan yang ditulis dalam beberapa kitab Injil; yakni Matius 1: 20 “…sebab Anak

yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus”; Lukas 1: 35 “…Roh

Kudus akan turun atasmu…”. Dua catatan ini yang kemudian dalam rumusan

Pengakuan Iman yang dinyatakan sbb.: “…dikandung daripada Roh Kudus, lahir

dari anak dara Maria…” Dalam kedua kitab Injil di atas disaksikan bahwa Yesus

Page 23: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

bukan hanya manusia saja; tetapi Dia juga adalah Allah karena proses kelahiran-

Nya tidak terlepas dari Allah. Di sinilah dapat dipahami bahwa Yesus adalah

sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia; Allah 100% dan manusia

100%. Bukan setengah Allah dan setengah manusia. Akan tetapi jangan pernah

berpikir bahwa proses kehadiran-Nya sebagai manusia melalui proses

persetubuhan antara Roh Kudus dengan Maria, seperti layaknya kehadiran anak

dalam keluarga melalui proses persetubuhan pria dan wanita. Inilah yang menjadi

misteri ilahi yang terus terang sulit untuk dijelaskan secara rasio. Namun hal ini

tidak mengurangi kepercayaan terhadap inkarnasi Kristus. Harus diakui bahwa

ketika berbicara tentang Allah, tidak seluruhnya dapat dijelaskan dan mengerti

secara rasio; diperlukan sisi lain yang amat kuat yaitu secara iman.

4.7. Finalitas Kristus Melampaui Semua Kebenaran Manusia

Tiap-tiap agama memiliki klaim keabsolutan dan kefinalitasan agamanya

masing-masing, demikian juga dengan agama Kristen. Kefinalitasan agama

Kristen adalah didasarkan pada finalitas Kristus. Dengan kata lain, finalitas

Kristus menegaskan finalitas agama Kristen. Karena segala sesuatu tentang

kekristenan ditentukan oleh pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus sebagai Tuhan

dan Juruselamat. Bahkan seluruh kehidupan dan sifat kekristenan sampai hal-hal

yang sederhana juga ditentukan oleh Yesus Kristus. Kristuslah asal mula adanya

kekristenan. Oleh karena itu, orang Kristen mengklaim bahwa Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan penyelamat satu-satunya, bersifat mutlak, unik, normatif

eksklusif.

Sehubungan dengan hal tersebut, ternyata dikalangan Kristen sendiri

memicu persoalan mengenai finalitas Yesus, khususnya persoalan ini lahir dari

Page 24: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

para pemikir Kristen yang dipengaruhi oleh fakta adanya pluralisme agama dan

tuntutan kerukunan hidup beragama. Kaum pluralis memfokuskan perhatian

kepada Allah (teosentris) dan pernyataan-pernyataan yang bersifat teosentris

daripada memfokuskan perhatian kepada Kristus. Dengan demikian, adanya

penolakan tokoh-tokoh yang merumuskan ulang tentang Kristologi tradisional

terhadap kebenaran Alkitab yang objektif, membuat mereka menolak klaim

kebenaran yang dilakukan oleh Yesus sebagai yang final, unik, dan mutlak.

Pada dasarnya finalitas Kristus ada pada diri-Nya sendiri dan tidak

tergantung pada apa pun juga. Karena Dia Allah yang Omniprence (Mahahadir),

Omnipotence (Mahakuasa), Omniscience (Mahatahu) dan Immutability,

maksudnya Finalitas Kristus tidak tercipta di dalam proses waktu karena Ia adalah

yang awal (Alfa) dan yang akhir (Omega). Alkitab mengajarkan bahwa kebenaran

Allah itu bersifat objektif dan personal. Yesus mempersonifikasikan kebenaran

karena semua yang dikatakan-Nya adalah benar dan hidup-Nya adalah kebenaran

yang sempurna. Tidak ada seorang pun yang lebih benar daripada Yesus, dan

pernyataan ini benar secara objektif karena berkorespondensi dengan realitas diri-

Nya dan segala penyataan tentang-Nya. Yesus memberikan bukti dan identitas-

Nya sebagai Allah yang berinkarnasi. Konsep inkarnasi ini juga terkait dengan

kesadaran Yesus akan diri-Nya. Kesadaran diri Pribadi Kristus tentang diri-Nya

adalah sebuah kesadaran akan ke-Allahan di dalam diri-Nya dan di dalam pribadi

itu juga tumbuh kesadaran akan kemanusiaan-Nya. Kesadaran diri Kristus sebagai

pribadi Allah sangat banyak disinggung dalam Injil Yohanes.

Perikop yang paling terkenal dalam Yohanes adalah dalam Pasal 10:30-33,

di situ dikatakan, “Aku dan Bapa adalah satu.” Dalam ayat ini muncul arti yang

Page 25: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

dalam dan menarik, dalam bahasa Yunani dari A.T Robertson, kata ‟satu‟ (Hen)

bersifat netral, bukan maskulin (Heis).79

Jadi bukan satu orang (bdg. Heis dalam

Gal. 3:28), tapi satu inti atau satu sifat dasar”. Kemudian dalam Yohanes 5:17, 18,

tentang Yesus menyebut Allah Bapa-Nya sendiri. Lebih lanjut A.T Robertson

menjelaskan bagian ini; “Yesus dengan jelas mengatakan, „Bapa-Ku‟ (Ho pater

muu). Bukan „Bapa kita‟ yang menunjukkan suatu hubungan khas dengan Bapa.

Dengan demikian Dia berhak untuk menyembuhkan pada hari Sabat. Yohanes

3:34; 5:36,38: 7:29; 11:42 yang membahas tentang gelar Yesus sebagai Anak

Allah mendukung ajaran tentang keadaan Yesus yang sudah ada sebelum segala

sesuatu, karena Ia tidak dapat diutus kecuali jika Ia sudah ada sebelum segala

sesuatu ada. 80

Hubungan antara Bapa dan Anak terlihat sebagai kesinambungan

hubungan yang sudah ada sebelum inkarnasi. Hal lain yang terlihat di dalam Injil

Yohanes seperti 6:64, 8:19, 14:8-9, 10:15, 10:18, 15:15,12:49-50 sangat-sangat

jelas menunjukkan keyakinan Yesus yang teguh bahwa pikiran dan kata-kata-Nya

seluruhnya dikuasai oleh kesadaran-Nya akan Allah. Hal lain yang menarik

masalah kesadaran pribadi Yesus sebagai Allah adalah Ego Eimi (Akulah). Kata-

kata ini sangat jelas menunjukan pernyataan Yesus sendiri mengenai ke-Tuhanan-

Nya.81

Kelahiran, kehidupan, penyaliban, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus

adalah untuk menebus pelanggaran yang telah dilakukan oleh manusia ( II

Kor.5:21). Yesus menanggung hukuman terberat di kayu salib untuk menanggung

79

Dikutip oleh: Josh McDowel, Apolegetika Vol 1: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran

Alkitab, hlm. 154-155 80

Ibid 81

Ibid

Page 26: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

dosa seluruh manusia (Ibr.2:9; I Yoh.2:2). Ia mati dan bangkit demi membenarkan

manusia (Roma 4:25). Manusia yang sudah tidak kudus dikuduskan oleh

penebusan Yesus Kristus ( I Kor.1:30 ). Ini adalah kebenaran sejati, kebenaran

pribadi Yesus yang objektif serta berkorespondensi dengan realitas, kebenaran

yang melampaui semua kebenaran.

Para tokoh teologi pluralisme agama selalu mempunyai presuposisi bahwa

semua sejarah di dalam dunia ini adalah penyataan Allah dan kebenaran Allah,

termasuk di dalamnya aspek keselamatan. Dengan pandangan yang seperti ini

mereka menganggap Yesus hanya manusia biasa yang ada dalam sejarah dan tidak

unik. Karena bagi mereka Yesus sama dengan tokoh-tokoh dari pendiri agama

yang lain. Mereka lupa bahwa Yesus Kristus itu adalah Allah Pencipta.

Kebenaran Kristus yang bersifat final adalah suatu realitas total, dalam dan

menyeluruh yang tidak membutuhkan persetujuan manusia dan pembenaran akal

manusia. Kebenaran Kristus merupakan kebenaran universal dan merupakan suatu

keharusan, dan pernyataan Kristus sebagai ”satu-satunya jalan‟ merupakan suatu

hal yang keberadaannya berasal dari Allah sendiri dan oleh kehendak Allah, tanpa

mempertimbangkan pemikiran manusia. Manusia yang sadar akan hal ini

sepenuhnya hanya bisa berkata seperti yang Paulus katakan bahwa, ”Karena kami

tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat adalah

untuk kebenaran.” (2 Korintus 13:8).

Jadi finalitas Kristus didasarkan pada otoritas Alkitab. Selain itu, finalitas

Yesus didukung juga oleh rumusan Lausanne tahun 1774 dan lima belas

pengukuhan yang dirangkum dari konperensi bagi penginjil di Amsterdam,

Page 27: Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/5/T1_712007702_BAB IV.pdf · Menurut mereka, kristologi merupakan sebuah doktrin

Belanda, tahun 1983.82

Oleh karena itu, konsep pendekatan kaum pluralis ini,

yakni pendekatan teosentris adalah pendekatan yang bersifat kompromistis yang

merusak sendi-sendi kekristenan. Pendekatan ini akan memaksa orang Kristen

untuk menyembunyikan finalitas Yesus dan kemutlakan Alkitab, serta memaksa

orang Kristen untuk mengaku ada keselamatan di luar Yesus.

4.8. Kesimpulan

Kaum Pluralis pada dasarnya menolak Alkitab sebagai wahyu yang final,

oleh sebab itu mereka gagal dalam memahami segala sesuatu di dalamnya.

Puncak kegagalan mereka itu adalah penolakan terhadap finalitas Kristus dan

keselamatan yang ada di dalam Kristus. Kaum Pluralis jelas-jelas tidak mengakui

doktrin-doktrin utama di dalam Alkitab, penolakan itu terutama pada masalah

kesejarahan Yesus. Mereka menolak Yesus yang ada dalam Alkitab, dan berusaha

menggali ulang Yesus yang sesuai dengan pemikiran mereka dan

mengembangkan berbagai penafsiran di dalamnya. Mereka mengembangkan

suatu sistem penafsiran yang didasarkan oleh pandangan historis. Sistem

penafsiran tersebut menghasilkan konsep Kristologi yang baru, yang

penekanannya lebih difokuskan pada kristologi yang fungsional dan mengabaikan

Kristologi yang ontologis. Akibatnya juga berpengaruh terhadap masalah lainnya,

yakni penolakan pada finalitas Yesus berpengaruh terhadap konsep soteriologis

yang benar, dimana mereka menekankan universalitas kasih Allah yang tidak akan

menghukum satu orang manusiapun, bahwa ada keselamatan di dalam tiap-tiap

agama.

82

Billy Graham, Beritakan injil Standar Alkitabiah Bagi Penginjil (terjemahan),

(Yogyakarta: Yayasan Andi, 1992) hlm 134