Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

24
 B A B 4 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan 1  Peneliti Madya bidang Studi Kemasyarakatan, Studi Khusus Gender pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. 2  “Prolog: Perempuan dalam Dimensi Kemiskinan,” dalam  Ju rn al Per empu an No. 42 Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan? Halaman 4. 75 I.  Pendahuluan Kemiskinan masih menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi oleh negara-negara di berbagai belahan dunia, terutama negara berkembang, terrmasuk Indonesia. Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa sepertiga penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan, dan sekitar 70% di antaranya adalah perempuan. 2  Banyaknya Sali Susiana 1

Transcript of Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

Page 1: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

B A B

4

Krisis Ekonomi Global

dan Feminisasi

Kemiskinan

1Peneliti Madya bidang Studi Kemasyarakatan, Studi Khusus Gender pada

Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal

DPR RI.2

“Prolog: Perempuan dalam Dimensi Kemiskinan,” dalam  Jurnal Per empuan

No. 42 Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan?  Halaman 4.

75

I. Pendahuluan

Kemiskinan masih menjadi salah satu persoalan yang harus

dihadapi oleh negara-negara di berbagai belahan dunia,

terutama negara berkembang, terrmasuk Indonesia. Data

dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa

sepertiga penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan,

dan sekitar 70% di antaranya adalah perempuan.2 Banyaknya

Sali Susiana1

Page 2: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

aspek yang terkait dengan kemiskinan menjadikan konsep

ini memiliki beragam definisi. Max Nef mendefinisikan

kemiskinan sebagai suatu kondisi dimana tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar atau esensial individu

sebagai manusia.3 Sedangkan menurut Ollenburger dan

Moore kemiskinan adalah tidak adanya sumber-sumber

ekonomi yang cukup guna menjamin kebutuhan hidup,

termasuk makanan, perumahan, dan pakaian.4

Mengingat jumlah terbesar dari masyarakat miskin

dunia adalah perempuan dan persoalan kemiskinan

memberikan dampak yang jauh lebih buruk pada

perempuan, maka dalam Konferensi Perempuan se-Dunia

ke IV tahun 1995 di Beijing, para pemimpin dunia termasukIndonesia, telah berkomitmen untuk mengurangi

kemiskinan perempuan. Dalam konferensi tersebut Indo-

nesia bersama 188 negara lainnya juga telah menyepakati

Deklarasi dan Landasan Aksi Beijing atau Beijing Declara-

tion and Platform for Action ( BPFA).

BPFA merupakan landasan operasional yang

disepakati bagi pelaksanaan Konvensi Perempuan yang

bertema kesetaraan, pembangunan, dan perdamaian

(equality, development, and peace). BPFA mengidentifikasi

12 bidang kritis beserta tujuan-tujuan strategis bagi setiap

bidang. Kedua belas bidang kritis tersebut meliputi: (1)

perempuan dan kemiskinan; (2) pendidikan dan pelatihan

bagi perempuan; (3) perempuan dan kesehatan; (4)

kekerasan terhadap perempuan; (5) perempuan dan konflik

bersenjata; (6) perempuan dan ekonomi; (7) perempuan

dan pengambilan keputusan; (8) mekanisme institusional

bagi kemajuan perempuan; (9) hak asasi perempuan; (10)

perempuan dan media; (11) perempuan dan lingkungan;

dan (12) anak perempuan.

Jelaslah bahwa kemiskinan merupakan salah satu

bidang kritis yang harus dihadapi oleh banyak perempuan

di seluruh dunia. Untuk memerangi kemiskinan yang

Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan76

3

 Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan Aksi Beijing

1995-2005. Forum NGO Indonesia untuk BPFA + 10, Februari 2005, halaman 1.4

Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, Sosiologi Wanita, penerjemah Budi

Sucahyono dan Yan Sumaryana, Jakarta: Rineka Cipta, halaman 125.5  Ibid ., halaman 3.

Page 3: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

dihadapi para perempuan tersebut, negara-negara peserta

konferensi juga sepakat untuk melakukan berbagai tindakan

strategis, yaitu:

1. Menelaah, menetapkan, dan mempertahankan

kebijakan-kebijakan ekonomi makro dan strategi

pembangunan yang diarahkan untuk menangani

kebutuhan dan upaya-upaya perempuan yang hidup

dalam kemiskinan;

2. Memperbaiki peraturan perundang-undangan dan

praktek-praktek administrasi untuk menjamin

persamaan hak dan akses perempuan untuk

memperoleh sumberdaya ekonomi;

3. Menyediakan kesempatan bagi perempuan untukmenabung serta memanfaatkan mekanisme dan

lembaga-lembaga kredit lainnya;

4. Mengembangkan metodologi berdasarkan gender dan

melakukan penelitian untuk menangani kemiskinan di

kalangan perempuan.5

Selain menjadi salah satu bidang kritis dalam BPFA,

kemiskinan juga menjadi salah satu target dalam Tujuan

Pembangunan Abad Milenium/ atau lebih dikenal dengan

Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan

oleh PBB dalam Millenium Summit  yang diselenggarakan

pada bulan September 2000. MDGs berisi 8 tujuan dan 17

target yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB pada

tahun 2015. Ke delapan target tersebut adalah:

1) meniadakan kemiskinan dan kelaparan ekstrim;

2) mencapai pendidikan dasar secara universal;

3) meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan

perempuan;

4) mengurangi tingkat kematian anak;

5) memperbaiki kesehatan ibu;

6) memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit

lainnya;

7) menjamin kelestarian lingkungan hidup; dan8) membentuk sebuah kerja sama global untuk

pembangunan. 6

77Pendahuluan

6Diterjemahkan dari The UN Millennium Development Goals.

7Pernyataan Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick di Brussels, Belgia, pada

saat berbicara pada telekonferensi trans-Atlantik dengan think-thank  dari

Page 4: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

Krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika

Serikat telah membawa berbagai dampak bagi sebagian

besar negara-negara di dunia. Bagi sejumlah negara

berkembang, krisis telah membuat aliran modal keluar,

menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor.7 Krisis juga

meningkatkan jumlah penduduk miskin yang saat ini

 jumlahnya sekitar 1,2 miliar dari 7 miliar penduduk dunia.8

Demikian pula dengan Indonesia. Krisis ekonomi global akan

mempengaruhi kondisi kemiskinan di Indonesia, termasuk

di dalamnya kemiskinan yang dialami oleh perempuan.

Tulisan ini akan membahas kaitan antara krisis ekonomi glo-

bal dengan perempuan, khususnya perempuan yang berasal

dari golongan ekonomi lemah atau perempuan miskin dariperspektif feminis. Pembahasan akan dikaitkan dengan

teori feminisasi kemiskinan.

78 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

Jerman, Marshall Fund. Lihat “Krisis Pukul Banyak Negara, Zoellick: 400.000

Bayi Akan Meninggal pada Tahun 2009,” Kompas, 22 Maret 2009, halaman 15.8

  Ibid ,.9  Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Satker

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Unit KIE, 2006, halaman 13.10

  Jurnal Perem puan No. 42: Men gurai Kem isk inan Diman a Per emp uan? 

halaman 119.11

Ann Whitehead, dalam Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah

Perempuan,” Jurnal Perempuan No. 42: Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan? 

halaman 11.

II. Feminisasi Kemiskinan

Permasalahan perempuan di bidang ekonomi tidak pernah

terlepas dari kemiskinan.9

Perempuan adalah kelompokyang terus mengalami pemiskinan. Secara ekonomi,

pendapatan perempuan di seluruh dunia jauh lebih kecil

dari laki-laki dan jumlahnya terus menurun setiap tahun.

Pengalaman kemiskinan perempuan juga berbeda dengan

pengalaman laki-laki.10 Lebih dari setengah penduduk

Page 5: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

miskin di negara berkembang adalah perempuan.11 Hal ini

menguatkan terjadinya feminisasi kemiskinan ( feminiza-

tion of poverty ), yaitu sebuah kenyataan bahwa sebagian

besar angka kemiskinan diisi oleh kaum perempuan12.

Dengan kalimat lain, kemiskinan memiliki wajah

perempuan. Meskipun seorang laki-laki dan perempuan

sama-sama miskin, kemiskinan itu disebabkan oleh alasan

yang berbeda, pengalaman yang berbeda, serta kemampuan

yang berbeda pula dalam menghadapinya.

Selain itu, feminisasi kemiskinan adalah sebuah

istilah untuk menggambarkan kegoyahan ekonomi tertentu

bagi perempuan yang secara sendirian menyokong

penghidupan mereka sendiri dan/atau anak-anak mereka.13

Istilah ini juga menggambarkan subordinasi posisi ekonomi

perempuan pada umumnya yang dialami perempuan di

sepanjang siklus kehidupan: pengangguran remaja,

pekerjaan rumah tangga non-upahan, pengasuhan anak

yang tidak dibayar, kurangnya keuntungan bagi pekerjaan

paruh waktu, hilangnya dukungan ekonomi bila bercerai

atau menjanda, serta kemiskinan di kalangan perempuan

tua yang memiliki sejarah penghasilan sekali-sekali atau

berupah rendah. Ruang lingkup internasional dari

feminisasi kemiskinan ini terlihat jelas dari angka statistik.

Perempuan merupakan 50% dari populasi dunia, 70% dari

tenaga kerja (yang dibayar dan tidak dibayar), menghasilkan

10% upah, dan memiliki kurang dari 1% kekayaan.14

79Feminisme Kemiskinan

12Istilah feminisasi perempuan untuk pertama kali diperkenalkan oleh

Diana Pearce, seorang sosiolog dari Universitas Wisconsin, dalam sebuah

tulisan hasil kajiannya yang berjudul, “The Feminization of Poverty: Women,

Work, and Welfare”, dimuat dalam Urban and Social Change Review  (February,

1978). Dalam Tulisan ini Pearce mengemukakan kurangnya dukungan

pemerintah (Amerika Serikat) terhadap perempuan sebagai orangtua tunggal,

dan pemberian gaji/upah yang lebih rendah kepada pekerja perempuan

ketimbang pekerja laki-laki, sehingga secara struktural terjadi pemiskinanterhadap kaum perempuan..13

Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, op.cit., halaman 124.14

  Ibid ., halaman 124-125.15

Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan,”  Jurnal Perempuan

No. 42: Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan?  halaman 12.16

Ibid,.

Page 6: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

Kemiskinan memiliki dimensi yang sangat bias gen-

der karena adanya ketimpangan gender dan akses

kekuasaan.15 Dalam kaitan ini, Nilufer Cagatay menyatakan

bahwa:

“gender-based power relation mean that 

women experience poverty differently and 

more forcefully than man do and women are

more vulnerable to chronic poverty because

of gender inequality in the distribution of in-

come, acces to productive inputs, such as

credit, command over poverty or control over 

earned income, as well as gender biased inlabour markets.”16

Tiga pendekatan kemiskinan dapat digunakan untuk

menjelaskan penyebab kemiskinan di kalangan

perempuan. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan

kultural, struktural, dan alamiah.17 Secara kultural, sebagian

masyarakat Indonesia masih dipengaruhi secara kuat oleh

budaya tradisional yang berideologi patriarki. Ketimpangan

struktural berupa keterbatasan kaum perempuan untuk

memperoleh akses ekonomi (misalnya bekerja untuk

memperoleh penghasilan, bukan sekedar menjalankan

peran sebagai ibu rumah tangga), berorganisasi, dan

sebagainya masih berlaku. Kemiskinan struktural berakses

pada timbulnya kemiskinan kultural, dalam bentuk

rendahnya pendidikan dan ketrampilan sebagian besar

perempuan, terutama di pedesaan. Sedangkan kemiskinan

alamiah menjelaskan adanya sebagian kaum perempuan

yang bersikap pasrah terhadap posisi dirinya dalam

kehidupan rumah tangga dan masyarakat, karena secara

sadar mereka menganggap demikianlah kodrat sebagai

seorang perempuan. Fenomena kemiskinan alamiah ini

tidak hanya dijumpai pada masyarakat pedesaan, melainkan

17Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), op.cit.,

halaman 13.18

  Ibid ., halaman 14.

80 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

Page 7: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

 ju ga di pe rkotaan, te rmasuk di kalangan perempuan

terpelajar.18

Ruspini dalam Longitudinal Research in the Social 

Sciences menemukan bahwa kemiskinan struktural yang

menyebabkan ketergantungan, pengabaian sosial (social 

exclusion), dan ketiadaan akses dalam perubahan sosial

berakar pada tiga sistem utama, yaitu:19

19

Lihat Feminisasi Kemiskinan (Feminization of Poverty ) dalam Kata dan

Makna,  Jurnal Perempu an No. 42: Men gurai Kemiskinan Dimana Perempuan? 

halaman 119-120.20

Imam Cahyono, op.cit., halaman 12-13.

81Feminisme Kemiskinan

1. Dalam ruang privat rumah tangga 

Kekuasaan dalam rumah tangga dan keluarga erat kaitannya

dengan kontrol terhadap sumber keuangan dan partisipasiperempuan dalam pasar kerja. Umumnya laki-laki atau

suami memiliki akses yang lebih besar terhadap dunia kerja,

sementara perempuan lebih diarahkan untuk mengelola

sektor keluarga yang “tidak produktif.” Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa kemiskinan tidak dibagi secara merata

dalam keluarga. Keluarga-keluarga lebih miskin biasanya

menyerahkan pengelolaan keuangannya pada perempuan.

Sedangkan keuangan keluarga dengan kemampuan

ekonomi lebih baik selalu berada di bawah kontrol laki-laki.

Studi lain juga menunjukkan, perempuan yang memiliki

beban untuk menjaga kehidupan keluarga biasanyamengutamakan pembagian bagi anak-anak atau keluarga

yang lain. Dalam situasi sumber daya yang sangat terbatas,

perempuan terpaksa mengkonsumsi sisa-sisa pembagian

tersebut. Tidak mengherankan jika dalam keluarga kualitas

hidup perempuan lebih buruk dari laki-laki;

2. Dalam pembagian kerja secara seksual (sexual 

division of labour) 

Perempuan lebih banyak mengerjakan tugas-tugas yang

tersembunyi dan tidak dibayar. Mereka merupakan kelas

Page 8: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

kedua dalam susunan pasar kerja. Kehidupan perempuan

dibentuk oleh tanggung jawabnya terhadap keluarga, baik

ketika melakukan pekerjaan yang dibayar maupun tidak.

Itulah sebabnya meskipun perempuan telah bekerja di

sektor-sektor produktif, perempuan tetap terbebani oleh

tanggung jawab moral untuk mendedikasikan hasil kerjanya

pada keluarga;

82 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

21

“Prolog: Perempuan dalam Dimensi Kemiskinan,” op.cit., halaman 4.

3. Globalisasi

Dampak negatif globalisasi adalah terbentuknya sistem

ekonomi yang terintegrasi dalam sebuah pasar dunia. Sistemekonomi menjadi lebih banyak mengabaikan program-pro-

gram kesejahteraan, mengurangi pengeluaran untuk

kemaslahatan publik, dan menekan biaya kesejahteraan

keluarga yang berakibat pada beban-beban tambahan bagi

perempuan.

Kemiskinan perempuan juga dapat ditelaah melalui

dua hal.20  Pertama, perspektif ekonomi. Kemiskinan dan

pemiskinan perempuan secara jelas terlihat dari sektor

ekonomi. Perempuan yang hidup dalam kemiskinan selalu

kesulitan untuk mendapatkan akses sumber daya ekonomi.

Untuk bekerja mereka tidak diakui dan tidak dihargai. Dalambekerja pun, perempuan mendapat upah jauh lebih rendah

dari apa yang diperoleh laki-laki. Seorang perempuan yang

turut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, atau yang menjadi kepala keluarga dari kelompok

miskin, lebih miskin dibandingkan laki-laki dari kategori

yang sama. Perempuan yang tidak memiliki penghasilan

 ja uh lebi h bu ru k si tu as inya di band in gk an deng an

perempuan yang mempunyai penghasilan dalam keluarga

dengan tingkat ekonomi subsistem. Perempuan

mengalokasikan sebagian besar penghasilannya untuk

memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan lebih

mementingkan kebutuhan dasar keluarganya dibandingkanlaki-laki. Dengan demikian, semakin besar penghasilan

perempuan, semakin sedikit kemungkinan anak-anak

Page 9: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

menderita kekurangan gizi. Lebih jauh, perempuan lebih

banyak memberikan waktunya untuk memproduksi barang

dan pelayanan untuk keluarga dibandingkan laki-laki.

Secara adil harus diakui perempuan dari berbagai belahan

dunia memiliki jam kerja sekitar 30-50% lebih panjang

daripada laki-laki untuk pekerjaan yang dibayar maupun

tidak dibayar, dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang

sama.

Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini,

perempuan tidak terwakili secara proporsional di antara

kelompok miskin dan tidak memiliki kekuasaan. Kemiskinan

perempuan ini antara lain kerentanan hidup (vulnerabil-

ity ), kesempatan dan suara (voicelessness and powerless-ness), serta didukung pemerintah yang sangat bias gender

(male-biased governance systems). Dimensi kemiskinan

gender, yaitu bias gender, mudah ditemui dalam kebijakan

struktural, perbedaan efek kebijakan, dan dana yang tidak

memadai untuk mendukung kebijakan yang memihak kaum

perempuan, sehingga diskriminasi terhadap perempuan

sangat kental. Perempuan sangat rentan terhadap

kekerasan, terutama kekerasan domestik (domestic vio-

lence). Secara fisik, tubuh perempuan lebih rentan dan

lebih lemah dibandingkan laki-laki, sehingga kualitas hidup

perempuan juga lebih rendah.

Di Indonesia, terdapat berbagai dimensi kemiskinan

yang menimpa perempuan, yaitu: akibat lemahnya posisi

tawar dalam masyarakat; kultur yang represif, miskin akibat

bencana dan konflik, diskriminasi di ruang publik dan

domestik, serta tidak pedulinya negara dalam

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat guna

mengentaskan perempuan dari kemiskinan.21

Forum non-Government Organization (NGO) Indone-

sia untuk BPFA + 1022 mencatat adanya isu-isu yang muncul

dan berulang dalam penanganan masalah kemiskinan di

Indonesia. Isu yang muncul antara lain:

a. Meningkatnya pengangguran dari perempuan yangbekerja di sektor infomal;

22

BPFA + 10 merupakan istilah yang digunakan untuk Sepuluh Tahun

Pelaksanaan BPFA.23

Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan Aksi

Beijing 1995-2005, op. cit ., halaman 8-11.

83Feminisme Kemiskinan

Page 10: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

b. Kurangnya perempuan yang berada dalam posisi

pengambilan keputusan, sementara para pengambil

keputusan yang ada tidak sensitif gender;

c. Perempuan yang termarginalisasikan menjadi prioritas

utama dari kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan;

dan

d. Masih kurangnya akses pada sumberdaya bagi

perempuan kelompok marginal.

Sedangkan isu yang berulang adalah:

a. Kebijakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh

perempuan yang aktif di bidang ekonomi;

b. Makin meningkatnya jumlah perempuan yang hidup dibawah garis kemiskinan; dan

c. Meningkatnya feminisasi kemiskinan.

Menurut Forum NGO Indonesia untuk BPFA + 10,

hambatan yang dihadapi dalam mengentaskan perempuan

dari kemiskinan di Indonesia adalah:23

24“Resesi dan Kemiskinan,” Republika, 3 April 2009, halaman 18.

25

 Ibid,.

Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan84

Perbedaan gender masih belum dipahami dan disadari oleh

para pengambil kebijakan. Hal ini terlihat dari kecilnya

perhatian dan minimnya upaya yang dilakukan untuk

mengatasi persoalan mendasar yang masih dihadapi oleh

perempuan Indonesia, terutama masalah pendidikan dan

kesehatan. Di lain pihak, kebijakan makroekonomi yang

berfokus pada pertumbuhan ekonomi melalui

industrialisasi dengan promosi tenaga kerja murah, sumber

alam yang melimpah, dan kestabilan politik, telah

mengabaikan dampak negatif pembangunan. Kebijakan

tersebut pada akhirnya menyulitkan perempuan untuk

mendapatkan sumber daya kehidupan yang memadai;

1. Kebijakan sosial, ekonomi, dan politik yang buta 

gender

Page 11: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

Ideologi patriarki telah menyebabkan rendahnya otonomi

dan kekuasaan sosial perempuan dalam kehidupan sehari-

hari. Otonomi perempuan dapat dilihat dari adanya

kekuasaan perempuan atas dirinya dibandingkan dengan

laki-laki. Sedangkan kekuasaan sosial dilihat dari ada

tidaknya kekuasaan perempuan terhadap orang lain dalam

rumah tangga maupun masyarakat. Beberapa indikator

menunjukkan bahwa perempuan miskin pada umumnya

tidak memiliki otonomi dan kekuasaan sosial, misalnya

pembagian kerja yang berdasarkan perbedaan seks danrendahnya partisipasi perempuan dalam pengambilan

keputusan;

85Feminisme Kemiskinan

2.Dominasi ideologi patriarki yang menjadi nilaidalam relasi laki-laki dan perempuan

3. Ketergantungan Indonesia pada negara donor dan

lembaga keuangan internasional

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

hutang terbesar, yang berakibat pada rendahnya

independensi dalam mengembangkan kebijakan sosial.

Adanya tekanan dari negara-negara donor mengharuskanIndonesia untuk menyesuaikan kebijakan ekonomi yang

berorientasi dan terintegrasi dengan sistem pasar dan

perekonomian global tetapi mengabaikan hak-hak warga

negaranya;

4. Konflik yang berkepanjangan

Konflik yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 telah

membawa bangsa Indonesia ke dalam kemiskinan yang

berkepanjangan. Konflik telah menyebabkan terusirnya

sebagian masyarakat dari tempat mereka mencari

kehidupan, terhentinya proses pendidikan, terdamparnya

masyarakat ke tempat-tempat pengungsian, terbunuhnya

kaum laki-laki yang menyebabkan perempuan terpaksa

menjadi kepala keluarga dalam kondisi serba kekurangan,

Page 12: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

terhentinya kegiatan ekonomi masyarakat, dan hilangnya

rasa aman. Dan yang paling menderita dalam kondisi seperti

ini adalah perempuan dan anak-anak.

86 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

5. Dampak globalisasi

Dibukanya pasar global telah menyebabkan komersialisasi

sektor sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Globalisasi

 ju ga menyeb abkan peningkatan eksploitas i terhad ap

perempuan yang terdapat dalam komunitas pekerja seks.

Penjualan anak perempuan untuk menjadi penghibur di

wilayah-wilayah industri dan negara-negara lain masihmewarnai kehidupan perempuan miskin di Indonesia.

Ketidakberdayaan pemerintah menyebabkan semakin

beratnya perjuangan masyarakat untuk mengatasi

kemiskinan absolut yang terdapat di negeri ini. Banyaknya

hambatan tersebut di atas, baik yang bersifat struktural

maupun kultural, dan yang berskala nasional maupun glo-

bal, telah membuat upaya untuk mengurangi tingkat

kemiskinan perempuan menjadi sebuah tantangan berat

yang harus dihadapi semua pihak, baik para pengambil

kebijakan/stake holders, organisasi nonpemerintah,

maupun perempuan itu sendiri.

III. Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap

Perempuan

Riset Bank Dunia memperkirakan krisis ekonomi global

menyebabkan 53 juta orang terperangkap dalam

kemiskinan.24

Kriteria miskin menurut Bank Dunia adalahpenghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Dalam riset tersebut

dikemukakan bahwa pada tahun 2008, akibat

26

  Ibid ., halaman 14,

Page 13: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

melambungnya harga pangan dan bahan bakar, jumlah

warga miskin di dunia dapat mencapai 130 juta sampai

dengan 155 juta orang. Sebagaimana telah diuraikan pada

bagian sebelumnya, data PBB menunjukkan bahwa 70% dari

sepertiga penduduk dunia yang hidup di bawah garis

kemiskinan adalah perempuan. Oleh karena itu, jika

penduduk miskin dunia bertambah menjadi 130 juta sampai

dengan 155 juta orang akibat krisis ekonomi global, maka

terdapat 91 juta sampai dengan 108,5 juta perempuan yang

hidup di bawah garis kemiskinan.

Lebih lanjut hasil riset Bank Dunia menyatakan,

sekitar 40% dari 107 negara berkembang terancam terkena

dampak kemiskinan akibat krisis ekonomi global. Bank Duniamengelompokkan tiga kategori negara yang terdampak

krisis ekonomi global, yaitu: (1) negara yang mengalami

pertumbuhan menurun; (2) negara dengan kerentanan

tinggi; dan (3) negara yang mengalami pemiskinan tinggi.

Indonesia dimasukkan ke dalam kelompok ketiga, bersama

dengan Ethiopia, Mali, Lesotho, Ghana, dan Timor Leste.25

Masuknya Indonesia menjadi salah satu negara yang

mengalami pemiskinan tinggi versi Bank Dunia tersebut

memang tidak berlebihan. Sebelum krisis ekonomi global

terjadi, kemiskinan dan ketertinggalan masih ada di hampir

semua wilayah dan provinsi di Indonesia. Data statistik

menunjukkan, lebih dari 43% atau 190 kabupaten/kota dari

440 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori

daerah tertinggal. Sebagian besar di antaranya (63%)

terdapat di kawasan Timur Indonesia, 28% di wilayah

Sumatera, dan 8% di wilayah Jawa dan Bali. Hanya dua

provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan Selatan dan DKI Jakarta,

yang tidak tercantum dalam daftar daerah tertinggal.26

Salah satu sektor atau bidang yang paling terpengaruh

akibat adanya krisis ekonomi global adalah

ketenagakerjaan. Organisasi Perburuhan Dunia (Interna-

tional Labour Organization (ILO) memperkirakan, jumlah

pengangguran di seluruh dunia akan mencapai 210 juta pada

87Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhdap Perempuan

27“Pengangguran Global 210 Juta,” Suara Pembaruan, 26 November 2008

halaman 1.

Page 14: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

akhir 2009.27 Jumlah ini meningkat sekitar 20 juta orang jika

dibandingkan dengan pengangguran pada tahun 2007 yang

mencapai 190 juta orang. Peningkatan ini disebabkan

maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK)

yang melanda banyak industri besar di seluruh dunia akibat

krisis finansial yang menyeret perekonomian global ke

 jurang resesi saat ini.

Tingginya tingkat PHK sebagai salah satu dampak dari

krisis ekonomi global juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan

data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sudah

38.000 orang pekerja yang menjadi korban PHK dan 16.400

orang pekerja dirumahkan. Di samping itu, sedikitnya

180.000 buruh kontrak kehilangan pekerjaan akibatperusahaan pemakai jasa tidak lagi memperpanjang masa

kerja. Diperkirakan PHK akan meningkat tajam pada kuartal

II tahun 2009 saat industri sudah kehabisan order.28

Adapun data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)

menunjukkan, hingga awal Maret 2009 sudah terjadi PHK

terhadap sekitar 240.000 pekerja, 5 sampai 10% di antaranya

merupakan pekerja tetap, dan sekitar 90-95% lainnya

merupakan PHK pada pekerja harian dan outsourcing.29

Diperkirakan PHK akibat krisis dapat menimpa 200.000

pekerja. Hal ini disebabkan industri berbasis ekspor

terpukul akibat turunnya pesanan dari pasar global yang

berujung pada turunnya produktivitas.30

Pekerja perempuan merupakan bagian dari angkatan

kerja. Oleh karena itu, PHK sebagai salah satu dampak dari

krisis ekonomi global yang terjadi saat ini mau tidak mau

 juga menimpa para pekerja perempuan. Data BPS/Sakernas

2007 menyebutkan jumlah penduduk yang bekerja

mencapai 97.583.141 orang. Dari total jumlah tersebut,

 jumlah perempuan yang bekerja adalah 35.431.859 orang,

sementara jumlah laki-laki yang bekerja mencapai

88 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

28“180.000 Buruh Kontrak di-PHK, Pemerintah Harus Lebih Tegas,” Kompas, 13

Maret 2009 halaman 18.29“PHK Terjadi di Berbagai Sektor, Apindo: Segera Realisasikan Stimulus,”

Suara Pembaruan, 12 Maret 2009 halaman 16.30

“PHK 200.000 Orang, Pemerintah Koreksi Target Pertumbuhan Ekonomi”,

Kompas, 6 Februari 2009 halaman 17.31

Jumlah Penduduk Bekerja :http:/www.depnakertrans.go.id/pusdatin.html.

Page 15: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

62.151.282 orang.31 Dengan demikian, pekerja perempuan

yang jumlahnya mencapai 36,3% dari total jumlah pekerja

secara keseluruhan juga memiliki kemungkinan yang sama

untuk terkena PHK sebagaimana pekerja laki-laki yang

persentasenya mencapai 63,7%.

Implikasi lebih jauh dari banyaknya pekerja yang

terkena PHK adalah meningkatnya angka kemiskinan di In-

donesia. Data BPS menyebutkan per Maret 2008 jumlah

penduduk miskin mencapai 35 juta jiwa atau 15,42% dari

total penduduk.32 Jumlah ini memang menurun bila

dibandingkan sebelumnya. Data BPS per Maret 2007

menunjukkan, jumlah penduduk miskin adalah 37,17 juta

 jiwa (16,58%) dan 39,3 juta jiwa pada tahun 2006.33 Akantetapi, dengan adanya krisis ekonomi global, upaya

pengurangan jumlah penduduk miskin akan terhambat.

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 diperkirakan

meningkat menjadi 33,714 juta orang, lebih tinggi dari tar-

get yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 32,38 juta

orang.34

Meningkatnya jumlah penduduk miskin secara

otomatis juga akan meningkatkan jumlah perempuan

miskin. Hal ini semakin menguatkan terjadinya feminisasi

kemiskinan. Selain menambah jumlah perempuan yang

termasuk dalam kategori miskin, akibat krisis ekonomi glo-

bal juga akan semakin membebani perempuan miskin yang

menjadi kepala rumah tangga. Data menunjukkan terjadinya

peningkatan jumlah perempuan yang menjadi kepala rumah

tangga dari tahun ke tahun. Data tahun 1993 menunjukkan,

10% dari rumah tangga dikepalai oleh perempuan. Jumlah

ini meningkat menjadi 13,19% pada tahun 2003. Salah satu

penyebab terjadinya kondisi ini adalah tingginya angka

perceraian.35

89Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhdap Perempuan

32

“Penciptaan Lapangan Kerja Formal Seret,” Media Indonesia, 10 Maret 2009

halaman 14.33

  “Angka Kemiskinan Sulit Turun,” Media Indonesia, 20 November 2008halaman 7.34

“Kemiskinan Bertambah, Pastikan Semua Proyek Padat Karya Segera

Berjalan,” Kompas, 13 Februari 2009 halaman 1.35

Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan Aksi

Beijing 1995-2005, op. cit ., halaman 3.36

 Ibid,.

Page 16: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

90 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

Yang menjadi masalah adalah, rumah tangga yang

dikepalai oleh perempuan pada umumnya lebih miskin

daripada yang dikepalai oleh laki-laki. Hal ini disebabkan

tenaga kerja perempuan umumnya dibayar lebih rendah

dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pendapatan

perempuan lebih sedikit US$ 1 per harinya, dengan rata-

rata 5 orang anggota keluarga yang menjadi

tanggungannya.36 Kesenjangan tingkat upah antara pekerja

perempuan dengan pekerja laki-laki juga dapat dilihat dari

Laporan Country Gender Assessment  mengenai Indonesia

yang menunjukkan bahwa rata-rata upah yang diterima oleh

pekerja perempuan per jam hanyalah 70% daripada

pendapatan yang diterima oleh pekerja laki-laki.37

Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan,

rendahnya gaji atau upah yang diterima oleh perempuan

ini tidak terlepas dari pandangan patriarkis bahwa

perempuan kurang produktif jika dibandingkan dengan laki-

laki.38 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga dibayar dengan

“upah keluarga,” yaitu upah yang meliputi kebutuhan hidup

bagi dirinya sendiri, istri, dan anak-anaknya. Sebaliknya,

perempuan yang melakukan kerja produktif hanyalah

memberi tambahan pendapatan keluarga, dan oleh

karenanya dapat diberi upah yang kurang daripada pekerja

laki-laki, bahkan untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Pandangan patriarkis seperti itu sebenarnya

bertentangan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa di banyak negara,

25-40% dari semua keluarga pertama-tama hidup dari

pendapatan yang diterima oleh perempuan atau merupakan

rumah tangga dengan orang tua tunggal yang dikepalai oleh

perempuan. Sebagian besar perempuan seperti itu hidup

dalam kemiskinan atau bekerja dengan upah yang tidak

37

“Country Gender Assessment: Indonesia,” Southeast Asia Regional Department,Regional and Sustainable Development Departement, Asia Development

Bank, Manila, Philippines, July 2006, page 13.38

Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok mengenai Feminisme

dan Relevansinya, alih bahasa S. Herlinah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama bekerja sama dengan Kalyanamitra, 1995, halaman 26.39

  Ibid, halaman 27.

Page 17: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

layak dan mengalami diskriminasi di tempat kerja akibat

pandangan patriarkis tersebut.39

Berbeda halnya dengan pekerja perempuan yang

bekerja di dalam negeri, para tenaga kerja perempuan yang

bekerja di luar negeri atau sering disebut dengan tenaga

kerja wanita (TKW) yang bekerja di sektor informal relatif 

lebih aman dari dampak krisis ekonomi global. Secara

umum, tenaga kerja Indonesia (TKI) sektor informal

memang lebih aman dari krisis, berbeda dengan apa yang

dialami oleh pekerja yang termasuk dalam kelompok for-

mal. Menurut Kepala Kerja Sama Luar Negeri dan Promosi

BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia), tahun 2009 sekitar 100 ribu TKI(10%) yang bekerja di sektor formal di berbagai negara

terancam PHK. Mereka bekerja di sektor manufaktur seperti

perusahaan telekomunikasi dan elektronik.40 Sebelumnya

sejumlah TKI formal yang bekerja di bidang konstruksi di

Uni Emirat Arab juga sudah terkena PHK karena perusahaan

menghentikan pembangunan proyek.

Dari total 4,3 juta orang TKI yang bekerja di 41 negara,

sekitar 65% di antaranya memang masih didominasi oleh

pekerja sektor informal. Mereka berprofesi sebagai buruh

bangunan, buruh perkebunan, dan pembantu rumah tangga

(PRT).41 Bagi banyak perempuan miskin, bekerja di luar

negeri sebagai TKW telah menjadi salah satu alternatif yang

dapat dipilih di tengah segala keterbatasan yang mereka

hadapi. Tidak mengherankan jika setiap tahun terjadi

peningkatan jumlah TKW yang bekerja ke luar negeri.

Setidaknya terdapat empat faktor yang dapat menjelaskan

hal ini. Pertama, adanya krisis ekonomi yang terjadi pada

tahun 1997 yang telah menyebabkan banyak perempuan

kehilangan pekerjaan. Kedua, adanya peningkatan

permintaan terhadap pekerja perempuan di satu sisi dan

terbatasnya kesempatan kerja bagi pekerja tidak terlatih

dengan upah yang memadai di sisi yang lain. Ketiga,

kebijakan pemerintah (Departemen Tenaga Kerja) yang

91

40“Pasar Kerja Pramuwisma Belum Tersentuh Krisis,” Media Indonesia, 1 April

2009, halaman 14.41

  Ibid.42

“Country Gender Assessment: Indonesia, op.cit ., page 72-73.

Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhdap Perempuan

Page 18: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga

mendorong perempuan untuk bekerja ke luar negeri

melalui Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia

(PJTKI). Dan keempat , peran aktif dari para calo yang

membuat perempuan tergiur dan berani pergi bekerja ke

luar negeri.42

Sejak krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998, terdapat

sekitar 400.000 orang yang secara resmi tercatat sebagai TKI

setiap tahunnya.43 Data Bank Dunia menunjukkan, pada

tahun 2004, sekitar 80% dari TKI adalah TKW, dan 95% di

antaranya bekerja di sektor informal sebagai pembantu

rumah tangga atau profesi lain yang sejenis. Seperti perawat

bayi (babysitter ) atau orang lanjut usia (pramurukti).44 Data

lain dari Bank Dunia menunjukkan, pada tahun yang sama jumlah TKI yang terdaftar mencapai 380.688 orang, dan 83%

di antaranya adalah perempuan (TKW). Dari jumlah

tersebut, lebih dari 90% TKW bekerja di sektor informal

sebagai PRT.45

Meskipun profesi sebagai PRT kemungkinan tidak

akan begitu terpengaruh oleh krisis ekonomi global, namun

sebenarnya dari perspektif feminis gejala ini menunjukkan

adanya stereotip gender yang merefleksikan bahwa peran

tradisional perempuan telah terbawa ke dalam pasar kerja

internasional.46 Stereotip gender adalah citra baku tentang

individu atau kelompok yang melekat pada peran, fungsi,

dan tanggung jawab yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan dalam keluarga dan masyarakat yang tidak

sesuai dengan kenyataan empirik yang ada.47 Sebagai

contoh, ciri yang dianggap dominan pada laki-laki adalah

yang berkaitan dengan rasionalitas, sedangkan pada

perempuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan ekspresi

Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan92

43

Fact Sheet: “Migration, Remittance, and Female Migrant Workers,”  Female

Migrant Workers Research Team Bank Dunia (World Bank), Januari 2006, page

1.44  Country Gender Assessment: Indonesia, op.cit .,page 72.45

Fact Sheet: “Migration, Remittance, and Female Migrant Workers,” op.cit.,hal. 1.46  Country Gender Assessment: Indonesia, op.cit .,page 73.47

  Panduan dan Bunga Rampai Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan

Gender. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kementerian Negara

Pemberdayaan Perempuan dan UNFPA, 2005, halaman 314.

Page 19: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

perasaan seperti kehangatan, keramahan, kelembutan, dan

sejenisnya. Selanjutnya stereotip ini dijadikan dasar untuk

mengalokasikan peran untuk laki-laki dan perempuan.48

Peran tradisional perempuan sebagai penjaga,

pemelihara, dan perawat dalam rumah tangga inilah yang

nampaknya menjadi dasar munculnya stereotip gender

tersebut di atas, mengingat bahwa sampai saat ini masih

ada pandangan yang menempatkan perempuan di ranah

privat (rumah tangga), sementara laki-laki ditempatkan di

ranah publik sebagai pencari nafkah utama terkait posisinya

sebagai kepala keluarga. Hal ini tentu saja tidak sesuai

dengan kenyataan, mengingat adanya kecenderungan

semakin meningkatnya jumlah perempuan yang memilikiposisi sebagai kepala rumah tangga, baik yang disebabkan

oleh karena perceraian maupun karena suaminya

meninggal. Oleh karena itu, stereotip gender sebagaimana

diuraikan di atas sudah saatnya dikoreksi, karena hanya akan

merugikan perempuan dan semakin menjauhkan upaya

menuju kesetaraan dan keadilan gender bagi perempuan

dan laki-laki.

93Penutup

IV. Penutup

Krisis ekonomi global yang membawa dampak pada

lambannya upaya penanggulangan kemiskinan menuntut

adanya tindakan nyata dari Pemerintah untuk

mengatasinya. Terkait dengan perempuan, krisis ekonomi

global telah memperparah feminisasi kemiskinan yang telah

terjadi sebelum adanya krisis. Sebagaimana dinyatakan oleh

Forum NGO Indonesia untuk BPFA+10, meningkatnya

feminisasi kemiskinan merupakan salah satu isu yang selalu

berulang dalam penanganan masalah kemiskinan di Indo-

nesia. Oleh karena itu, berbagai program penanggulangan

48  Daftar Istilah Gender , disusun oleh Wardah Hafidz, diterbitkan oleh Kantor

Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Jakarta, tanpa tahun.

Page 20: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

kemiskinan yang saat ini tengah dijalankan dan sedang

direncanakan oleh Pemerintah hendaknya

mempertimbangkan isu feminisasi kemiskinan ini sebagai

salah satu aspek yang penting. Hal ini sangat diperlukan,

mengingat berdasarkan berbagai data yang telah dipaparkan

pada bagian sebelumnya, perempuan merupakan salah satu

kelompok yang paling merasakan dampak krisis ekonomi

global, terutama perempuan miskin yang berstatus sebagai

pekerja dan perempuan miskin yang memiliki posisi sebagai

kepala rumah tangga.

Mengingat bahwa profesi TKW di luar negeri telah

terbukti relatif lebih aman dari ancaman krisis ekonomi glo-

bal dibandingkan dengan profesi lainnya yang digeluti olehTKI, maka terdapat kemungkinan bahwa jumlah perempuan

yang menjadi TKW akan meningkat. Untuk itu Pemerintah

perlu terus meningkatkan segala upaya yang dapat

melindungi para TKW tersebut, mulai dari saat perekrutan,

pemberangkatan, penempatan, hingga kembali lagi ke

tanah air. Perlindungan secara khusus juga harus diberikan

kepada TKW yang berprofesi sebagai PRT, karena

pengalaman selama ini menunjukkan bahwa TKW yang

bekerja sebagai PRT lebih rentan terhadap resiko pekerjaan

yang dilakukannya, seperti gaji yang tidak dibayar atau

dibayar tidak sebagaimana mestinya, jam kerja di luar batas

kewajaran, dan pelecehan ataupun kekerasan, baik secara

fisik, psikis, maupun seksual.

Dalam jangka panjang, harus diupayakan agar gender

dijadikan sebagai arus utama dalam pembangunan, sesuai

dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000

tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional. Hal ini sesuai dengan hasil konferensi

internasional yang berkaitan dengan perempuan yang

menunjukkan pentingnya untuk mengubah paradigma

pembangunan yang semula bertumpu pada pembangunan

ekonomi menjadi paradigma pembangunan yang adil,

menyeluruh, dan berkelanjutan.49

Paradigma ini

95 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

49

Siti Hidayati Amal, “Anggaran Responsif Gender: Kebijakan Anggaran untuk

Kesejahteraan Perempuan dan Laki-laki,” dalam  Anggaran Respo ns if Gend er:

Konsep dan Aplikasi , Sri Mastuti et al, Jakarta: Civic Education and Budget 

Transparency Advocation (CiBa), 2007 halaman 8-9.

Page 21: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

menekankan pentingnya strategi pengarusutamaan gender

untuk mencapai kesejahteraan perempuan dan laki-laki

sebagai prasyarat untuk mencapai tujuan pembangunan

tersebut. Salah satu komponen yang sangat penting dalam

strategi pengarusutamaan gender adalah penganggaran

yang responsif gender, agar dana pembangunan yang

digunakan dapat memberi manfaat yang adil bagi

kesejahteraan perempuan dan laki-laki.50

Penyusunan anggaran yang responsif gender ini

sangat penting karena perempuan memiliki kebutuhan-

kebutuhan khusus yang berbeda dengan laki-laki, sehingga

idealnya perspektif gender dijadikan sebagai salah satu

instrumen yang penting dalam penyusunan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penyusunan

anggaran di setiap sektor idealnya harus memasukkan

perspektif gender di dalamnya, mengingat kebutuhan

perempuan ada di setiap sektor dan pada sektor-sektor

tertentu kebutuhan perempuan berbeda dengan

kebutuhan laki-laki.

Oleh karena itu, anggaran responsif gender perlu

diintegrasikan ke dalam APBN. Penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) yang merupakan pedoman bagi

penyusunan RAPBN harus benar-benar berperspektif gen-

der, agar dapat dihasilkan anggaran yang responsif gender.

Paradigma lama yang menganggap bahwa segala hal yang

berkaitan dengan masalah perempuan hanya menjadi

tanggung jawab satu bidang atau sektor pemerintahan perlu

diubah karena dalam kenyataannya permasalahan

perempuan ada di setiap sektor dan bidang pembangunan.

95Penutup

50

  Ibid , halaman 9.

Page 22: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

DAFTAR PUSTAKA 

Amal, Siti Hidayati, “Anggaran Responsif Gender: Kebijakan Anggaran

untuk Kesejahteraan Perempuan dan Laki-laki,” dalam  Anggaran

Responsif Gender: Konsep dan Aplikasi , Sri Mastuti et al,

Jakarta: Civic Education and Budget Transparency Advocation

(CiBa), 2007.

Bhasin, Kamla, Memahami Gender , Jakarta: Teplok Press, 2001.

Cahyono, Imam, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan,”  Jurnal 

Perempuan No. 42: Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan? 

Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, Juli 2005.

Fakih, Mansour,  Analisis Gender dan Transformasi Sosial . Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1996.Hafidz, Wardah, Daftar Istilah Gender , Jakarta: Kantor Menteri Negara

Urusan Peranan Wanita, tanpa tahun.

 Jurnal Perempuan No. 42: Mengurai Kemiskinan, Dimana Perempuan,

Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, Juli 2005.

Luhulima, Achie Sudiarti, Hak Perempuan dalam Konstitusi Indonesia,

dalam: Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang

Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan, Sulistiowati Irianto

(ed), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

Ollenburger, Jane C. dan Helen A. Moore, Sosiologi Wanita,

penerjemah Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.Pambudi, Ninuk Mardiana, Mengubah Perspektif Keliru Mengenai

Peran Ekonomi Perempuan, dalam Perempuan dan Hukum,

Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan,

Sulistyowati Irianto (ed), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

Dokumen Resmi:

“Country Gender Assessment: Indonesia,” Southeast Asia Regional

Department, Regional and Sustainable Development

Departement, Asia Development Bank, Manila, Philippines,

July 2006.Fact Sheet: “Migration, Remittance, and Female Migrant Workers,” 

Female Migrant Workers Research Team Bank Dunia (World

Bank), Januari 2006.

96 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan

Page 23: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

97Daftar Pustaka 

Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP),

Satker Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Unit KIE,

2006.

Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan

Aksi Beijing 1995-2005. Forum NGO Indonesia untuk BPFA + 10,

Februari 2005.

Materi Advokasi dan Pembekalan kepada Perempuan Bakal Calon

Anggota Legislatif dalam Rangka Menyambut Pemilu Tahun

2009, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, 2008,

tidak diterbitkan.

Panduan dan Bunga Rampai Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan

Gender. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan UNFPA,2005.

Media Cetak:

“Angka Kemiskinan Sulit Turun,” Media Indonesia, 20 November 2008.

“PHK Terus Berlanjut,” Media Indonesia, 20 November 2008.

“Pengangguran Global 210 Juta,” Suara Pembaruan, 26 November

2008.

“PHK 200.000 Orang, Pemerintah Koreksi Target Pertumbuhan

Ekonomi,” Kompas, 6 Februari 2009.

“Kemiskinan Bertambah, Pastikan Semua Proyek Padat Karya Segera

Berjalan,” Kompas, 13 Februari 2009.

“Penciptaan Lapangan Kerja Formal Seret,” Media Indonesia, 10 Maret

2009.

“PHK Terjadi di Berbagai Sektor, Apindo: Segera Realisasikan

Stimulus,” Suara Pembaruan, 12 Maret 2009.

“180.000 Buruh Kontrak di-PHK, Pemerintah Harus Lebih Tegas,”

Kompas, 13 Maret 2009.

“Krisis Pukul Banyak Negara, Zoellick: 400.000 Bayi Akan Meninggal

pada Tahun 2009,” Kompas, 22 Maret 2009.

“Pasar Kerja Pramuwisma Belum Tersentuh Krisis,” Media Indonesia, 1

April 2009.“Resesi dan Kemiskinan,” Republika, 3 April 2009.

Page 24: Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan

5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...

http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan

Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan98

Internet:

Jumlah Penduduk Bekerja :http:/www.depnakertrans.go.id/

pusdatin.html.