KRIMINOLOGI
Transcript of KRIMINOLOGI
KRIMINOLOGI
Asal Asul Secara bahasa Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu kata ”crimen” dan
”logos”. Crimen berarti kejahatan. Logos berarti ilmu. Arti Kriminologi Secara Bahasa Ilmu yang
mempelajari tentang penjahat.
P. Topinard
Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh P Topinard, seorang sarjana Perancis,
pada akhir abad ke sembilan belas. Kriminolgi, dalam bahasa Inggris ditulis criminology . Dalam
bahasa Jerman kriminologie.
Perkembangan
Namun demikian, bidang penelitian yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu bidang
yang berkaitan dengan ilmu kriminologi telah terbit lebih awal, misalnya karya-karya yang
dikarang oleh: Cesare Beccaria (1738-1794), Jeremy Bentham (1748-1832), Andre Guerry, yang
mempublikasikan analisa tentang penyebaran geografis kejahatan di Perancis tahun 1829.
Matematika
Ahli matematika Belgia, Adolphe Quetelet, menerbitkan sebuah karya ambisius tentang
penyebaran sosial kejahatan di Perancis, Belgia, Luxemburg, dan Belanda pada tahun 1835.
Cesare Lambroso (1835-1909) dan muridnya Enrico Ferri (1856-1928) menggunakan metode
antropologi ragawi (antropobiologi) mengembangkan teori kriminalitas berdasarkan biologis
Kriminologi
Kriminologi kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, yang mana dalam
perkembangannya, kriminologi modern terpisah-pisah melandaskan diri pada salah satu cabang
ilmu pengetahuan ilmiah tertentu, yaitu sosiologi, hukum, psikologi, psikiatri, dan biologi
(Trasler, 1977).
UI
Kriminologi yang berkembang di Indonesia, khususnya yang dipelajari dan
dikembangkan di FISIP UI, melandaskan diri pada disiplin sosiologi, yang sering disebut sebagai
sosiologi praktis. Disini kriminologi memandang suatu kejahatan sebagai gejala sosial yang
dipelajari secara sosiologis.
1
Penelitian Kriminologi
Penelitian-penelitian kriminologi meliputi berbagai faktor, yang secara umum
meliputi:Penelitian tentang sigat, bentuk, dan peristiwa tindak kejahatan serta persebarannya
menurut faktor sosial, waktu, dan geografis.
VIKTIMOLOGI
Arti Victimologi dari segi bahasa "Victim" = korban Logi/Logos = ilmu pengetahuan. Jadi
secara bahasa Victimologi adalah ilmu pengetahuan tentang korban
Arti Victimologi Secara Istilah
Viktimologi adalah ilmu yang mempelajari tentang korban dan segala aspeknya
(merupakan ilmu baru-tahun 1937)
Pengertian Victimologi, Viktimologi : suatu study atau pengetahuan ilmiah yang
mempelajari masalah korban kriminal sebagai suatu masalah manusia yang merupakan
suatu kenyataan sosial.
Victimologi bagian dari Kriminologi
Viktimologi merupakan bagian dari kriminologi yang memiliki obyek study yang sama,
yaitu kejahatan atau korban kriminal (viktimisasi kriminal)
Pengertian Korban
Korban tidak boleh kita pahami sebagai obyek dari suatu tindak kejahatan saja, akan
tetapi juga harus dipahami sebagai subyek yang perlu dan wajib mendapat perlindungan secara
social dan hukum.
Karena pada dasarnya korban adalah orang baik, individu, kelompok ataupun
masyarakat yang telah menderita kerugian yang secara langsung telah terganggu akibat
pengalamannya sebagai target dari kejahatan subyek lain.
Korban secara Sempit
Dulu, pada masa peradaban ibrani kuno, pengertian korban hanya sebatas merujuk
kepada pengorbanan atau yang di korbankan, yaitu mengorbankan seseorang atau binatang
untuk pemujaan atau hierarki kekuasaan. Dan ini merupakan pengertian yang sangat sempit
pengertian korban menjadi berubah dan memiliki makna yang lebih luas. Ketika
viktimologi pertama kali ditemukan yaitu pada tahun 1940-an, para ahli viktimologi seperti
2
Mendelshon, Von Hentig dan Wolfgang cenderung mengartikan korban berdasarkan text book
dan kamus yaitu ”orang lemah yang membuat dirinya sendiri menjadi korban”.
Feminis
Pemahaman seperti itu ditentang habis-habisan oleh kaum feminist sekitar tahun 1980-
an, dan kemudian mengubah pengertian korban yaitu “setiap orang yang terperangkap dalam
suatu hubungan atau situasi yang asimetris
Asimetris
Asimetris disini yaitu segala sesuatu yang tidak imbang, bersifat ekploitasi, parasitis
(mencari keuntungan untuk pihak tertentu), merusak, membuat orang menjadi terasing, dan
menimbulkan penderitaan yang panjang”.
Korban
Istilah korban pada saat itu merujuk pada pengertian “setiap orang, kelompok, atau
apapun yang mengalami luka-luka, kerugian, atau penderitaan akibat tindakan yang
bertentangan dengan hukum
Derita
Penderitaan tersebut bisa berbentuk fisik, psikologi maupun ekonomi
KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia)
Kamus umum bahasa indonesia menyebutkan kata korban mempunyai pengertian:
”korban adalah orang yang menderita kecelakaan karena perbuatan (hawa nafsu dan
sebagainya) sendiri atau orang lain”.
Menurut Arif Gosita
Pengertian korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai tindakan
orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan
dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita.
Pengertian yang disampaikan oleh Arif Gosita tersebut sudah diperluas maknanya, tidak
hanya untuk perorangan tetapi berlaku bagi subyek hukum yang lain, seperti badan hukum,
kelompok masyarakat dan korporasi. Timbulnya korban erat kaitanya dengan kejahatan.
Menurut Sahetapi
3
“korban adalah orang perorangan atau badan hukum yang menderita luka-luka,
kerusakan atau bentuk-bentuk kerugian lainnya yang dirasakan, baik secara fisik maupun secara
kejiwaan
Kerugian tersebut tidak hanya dilihat dari sisi hukum saja, tetapi juga dilihat dari segi
ekonomi, politik maupun social budaya. Mereka yang menjadi korban dalam hal ini dapat
dikarenakan kesalahan si korban itu sendiri, peranan korban secara langsung atau tidak
langsung, dan tanpa adanya peranan dari si korban .
Van Boven
Merujuk pada Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan bagi korban Kejahatan dan
penyalahgunaan kekuasaan (Declaration of basic Principle of justice for victim of crime and
abuse of power) yang mendefinisikan
korban adalah: Orang yang secara individual maupun kelompok telah menderita
kerugian, termasuk cedera fisik maupun mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi
atau perampasan yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik kerana tindakan (by act) maupun
karena kelalaian (by omission).
Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut diatas, pengertian korban bukan hanya
untuk manusia saja atau perorangan saja, akan tetapi dapat berlaku juga bagi badan hukum,
badan usaha, kelompok organisasi maupun Negara
Perluasan pengertian subyek hukum tersebut karena badan hukum atau kelompok
tersebut melaksanakan hak dan kewajiban yang dilindungi oleh hukum atau dengan kata lain
subyek hukum tersebut dapat merasakan penderitaan atau kerugian atas kepentingan yang
dimiliki akibat perbuatan sendiri atau pihak lain seperti yang dirasakan oleh manusia.
Rancangan Deklarasi dan Resolusi Konggres PBB ke-7 yang kemudian menjadi Resolusi
MU-PBB 40/34
bahwa yang dimaksud korban adalah orang-orang, baik secara individual maupun
kolektif, yang menderita kerugian akibat perbuatan (tidak berbuat) yang melanggar hukum
pidana yang berlaku di suatu Negara, termasuk peraturan-peraturan yang melarang
penyalahgunaan kekuasaan
Perlu dicatat, bahwa pengertian kerugian (Harm) menurut Resolusi tersebut, meliputi
kerugian fisik maupun mental (Physical or mental injury), penderitaan emosional (emotional
suffering), kerugian ekonomi (economic loss) atau perusakan substansial dari hak-hak asasi
manusia mereka (substantial impairment of theirfundamental rights).
4
catatan
Selanjutnya dikemukakan bahwa seseorang dapat di pertimbangkan sebagai korban
tanpa melihat apakah sipelaku kejahatan itu sudah diketahui, ditahan, dituntut, atau dipidana
dan tanpa memandang hubungan keluarga antara sipelaku dengan korban.
Macam-Macam Korban
Konggres PBB ketujuh telah mengelompokkan macam-macam korban sebagai berikut:
Korban kejahatan konvensional adalah korban yang diakibatkan oleh tindak pidana biasa
atau kejahatan biasa misalnya, pembunuhan, perkosaan, penganiayaan dan lain-lain;
Korban non-konvensional adalah korban kejahatan yang diakibatkan oleh tindak pidana
berat seperti terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika secara tidak sah, kejahatan
terorganisir dan kejahatan computer;
Korban kejahatan akibat penyalahgunaan kekuasaan (Ilegal abuses of power) terhadap
hak asasi manusia alat penguasa termasuk penangkapan serta penahanan yang
melanggar hukum dan lain sebagainya.
Pengelompokan atas macam-macam korban tersebut didasarkan atas perkembangan
masyarakat. Terhadap korban kategori ketiga adanya korban penyalahgunaan kekuasaan
berkaitandengan pelanggaran hak asasi manusia.
Kemudian sejak viktimologi diperkenalkan sebagi suatu ilmu pengetahuan yang
mengkaji permasalahan korban serta segala aspeknya, maka Wolfgang melalui penelitiannya
menemukan bahwa ada beberapa macam korban yaitu
Primary victimization adalah korban individual/perorangan bukan kelompok;
Secondary Victimization korbannya adalah kelompok, misalnya badan hukum;
Tertiary Victimization yang menjadi korban adalah masyarakat luas;
Non Victimozation, korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya konsumen yang
tertipu dalam menggunakan hasil peroduksi.
Tipologi korban
1. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan
terjadinya korban, misalnya pada kasus kecelakaan pesawat. Dalam hal ini
tanggungjawab sepenuhnya terletak pada pelaku.
2. Provocative Victims, yaitu seseorang yang secara aktif mendorong dirinya menjadi
korban, misalnya kasus selingkuh, dimana korban juga sebagai pelaku.
5
3. Participating Victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat tetapi dengan sikapnya justru
mendorong dirinya menjadi korban.
4. Biologically weak Victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki kelemahan atau
potensi untuk menjadi korban, misalnya orang tua renta, anak-anak dan orang yang
tidak mampu berbuat apa-apa.
5. Socially Weak Victims, Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social yang lemah yang
menyebabkan mereka menjadi korban, misalnya korban perdagangan perempuan, dan
sebagainya.
6. Self Victimizing Victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri, pengguna obat bius, judi, aborsi dan prostitusi.
HAK KORBAN
Hak-hak korban menurut Hak-hak korban menurut Declaration of basic principles of
justice for victim of crimes and abuse of power, yaitu :
Hak memperoleh informasi;
Hak didengar dan dipertimbangkan kepentingannya pada setiap tahapan proses
peradilan pidana;
Hak memperoleh bantuan yang cukup;
Hak memperoleh perlindungan terhadap privasi dan keamanan Hak Korban
Hak memperoleh pelayanan yang cepat dalam penyelesaian perkara
Hak untuk memperoleh ganti kerugian (Restitusi)
Hak memperoleh kompensasi (dalam kejahatan yang berat/serius)
Memperoleh kesempatan berpartisipasi pada tahapan proses pidana.
Kewajiban Korban Kriminalitas ialah:
a. tidak sendiri membuat korban dengan mengadakan pembalasan
b. berpartisipasi dalam masyarakat mencegah perbuatan korban lebih banyak lagi.
c. mencegah kehancuran sipelaku baik oleh diri sendiri maupun orang lain
d. mencegah kehancuran sipelaku baik oleh diri senndiri maupun oleh orang lain
e. ikut serta membina pelaku atau pembuat korban
f. bersedia dibina atau membina diri sendiri untuk tidak menjadi korban lagi
g. tidak menuntut restitusi yang tidak sesuai dengan kemampuan pelaku
h. menjadi saksi bila tidak membahayakan diri sendiri dan ada jaminan keamananya.
Kesimpulan
6
Korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai bentuk tindakan
orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan
dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita
Macam-macam korban yaitu:
1. Primary victimization, adalah korban individual/perorangan bukan
kelompok;•Secondary Victimization, korbannya adalah kelompok, misalnya badan
hukum;
2. Tertiary Victimization, yang menjadi korban adalah masyarakat luas;
3. Non Victimozation, korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya konsumen yang
tertipu dalam menggunakan hasil peroduksi.
Aliran Kriminologi
Pengelompokan aliran kriminologi
Perkembangan kriminologi dapat diketahui dari banyaknya aliran yang muncul dan
berkembang. Aliran dalam kriminologi mulai muncul dan berkembang sejak era Revolusi
Perancis sampai saat ini.
Tujuan mengelompokkan aliran kriminologi adalah untuk mempermudah mempelajari
kriminologi
Menurut E.H. Sutherland
1. Aliran klasik;
2. Aliran kartografik;
3. Aliran sosialis;
4. Aliran tipologis;
5. Aliran sosiologis
Menurut Stephan Hurwitz
1. Aliran Itali;
2. Aliran Klasik;
3. Aliran Perancis;
4. Aliran Bio Sosiologis
Menurut Paul Mudikdo Moeliono
7
1. Aliran Salahmu sendiri;
2. Aliran Tiada orang salah;
3. Aliran Salah lingkungan;
4. Aliran Kombinasi
Aliran Klasik
Secara umum, aliran klasik berkembang di Inggris selama pertengahan abad 19 dan
meluas ke daerah-daerah Eropa lainnya. Aliran klasik mendasarkan kejahatan pada hedonistic
psycology, bahwa seseorang melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan kesenangan
atau kesukaan dari suatu perbuatan.
Cesare Bonesana Marchese de Beccaria
Dalam bukunya, Dei Deliti e Delle Pene (On Crimes and punishment), pemikiran penting
Beccaria, diantaranya:
1. mencegah kejahatan adalah lebih penting daripada menghukum kejahatan;
2. dalam hukuman yang penting bukan beratnya, tetapi ketegasan dan ketepatan yang
mempunyai efek preventif yang terbesar.
Jeremy Bentham
8
Dalam bukunya, Introduction to The Principle of Morals and Legislation, Jeremy
Bentham mengemukakan doktrin moral yang didasarkan pada prinsip utilitas. Doktrin tersebut
berasal dari frase “kebahagian terbesar dari jumlah terbesar”.
Inti Aliran Klasik
1. Individu dilahirkan dengan ”kehendak bebas” (free will) untuk hidup dan menentukan
pilihannya sendiri;
2. Pemerintah negara dibentuk untuk melindungi hak-hak tersebut dan muncul sebagai
hasil perjanjian sosial antara yang diperintah dan yang memerintah;
3. Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap perjanjian sosial, oleh karena itu kejahatan
merupakan kejahatan moral;
4. Hukuman hanya dibenarkan selama hukuman itu ditujukan untuk memelihara
perjanjian sosial. Oleh karena itu, tujuan hukuman adalah untuk mencegah kejahatan
dikemudian hari
Aliran Positivisme
Aliran ini menolak pendapat aliran klasik yang berpendapat, bahwa kejahatan terjadi
karena kehendak bebas manusia. Aliran ini memiliki kaitan secara ilmiah dalam menyelidiki
faktor penyebab kejahatan.
Biologi Positivis
Inti dari aliran biologi positivis adalah, bahwa pelaku kejahatan memiliki perbedaan
karakterisitik secara fisik dibandingkan manusia yang lain. Maksudnya adalah, pelaku kejahatan
memiliki ciri-ciri fisik khusus yang dapat dibedakan dengan manusia norma. Biologi Positivis
disebut juga sebagai mahzab Italia
Psikologi Positivis
Pendekatan yang dipakai dalam aliran ini adalah psikologi yang lebih menekankan,
bahwa kejahatan terjadi karena perbedaan tingkat psikologis manusia. Kejahatan tidak ada
sangkut pautnya dengan bentuk fisik seseorang, melainkan dari tingkat psikologisnya.
Sosiologi Positivis
Aliran ini berbeda lagi dengan dua pendekatan sebelumnya, pendekatan yang dipakai
dalam aliran ini adalah masyarakat yang lebih menekankan, bahwa kejahatan terjadi karena
faktor masyarakat atau lingkungan dimana manusia tersebut tumbuh. Kejahatan tidak ada
9
sangkut pautnya dengan bentuk fisik maupun tingkat psikologis manusia. Aliran ini disebut juga
dengan aliran Perancis.
Inti Aliran Positivis
Secara singkat, aliran ini berpegang teguh pada keyakinan, bahwa kehidupan manusia
dikuasai oleh hukum sebab akibat atau cause effect relationship
Aliran Chicago
Mahzab Chicago adalah aliran yang berasal dari kalangan Universitas Chicago dengan
tokoh-tokoh antara lain Robert E. Park, Robert K. Merton dan lain-lain. Mahzab Chicago dengan
positivisme empirik menitikberatkan penelitiannya pada pemecahan masalah kriminal,
prostitusi dan patologi sosial lainnya yang timbul akibat industrialisasi dan urbanisasi yang
berlangsung sangat cepat di Amerika
Kriminologi Kritis
Aliran ini memiliki banyak nama, mulai dari kriminologi kritis, kriminologi sosialis sampai
dengan kriminologi marxis karena dicetuskan oleh Karl Marx. Walaupun dinamakan
kriminologi kritis oleh beberapa ahli, namun JE Sahetapy menyebutkan, bahwa kriminologi ini
tidak kritis sama sekali dalam menanggapi permasalahan kejahatan. Kriminologi kritis atau
Marxis menggunakan dua pendekatan dalam mempelajari aliran ini. Pendekatan pertama
adalah pendekatan interaksionis dan pendekatan kedua adalah pendekatan konfik. Kedua
pendekatan ini kemudian berkembang menjadi teori konflik dan teori interaksionis.
Pada dasarnya pendekatan interaksionis melihat kejahatan sebagai suatu perbuatan
atau perilaku yang menyimpang secara sosial. Dengan demikian, jika keadaan sosial berubah,
maka definisi kejahatanpun akan berubah. Pendekatan konflik beranggapan, bahwa hukum
sebenarnya berisi nilai-nilai yang tidak mencerminkan keinginan seluruh masyarakat, tetapi
hanya mencerminkan keinginan dari sekelompok warga masyarakat yang pada waktu itu
memiliki kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
Aliran-aliran dalam Kriminologi sebagaimana disebutkan di atas layaknya sebuah label
atau tag dalam sebuah tulisan yang berfungsi untuk mempermudah mempelajari kriminologi.
Tidak ada kesepakatan bersama untuk menentukan secara utuh garis besar aliran dalam
kriminologi dari masa ke masa, sehingga banyak perbedaan terkait pemahaman tentang
aliran-aliran dalam kriminologi.
10
Teori-teori Kriminologi
Jika mengacu pada bab mengenai aliran kriminologi, telah dipelajari bahwa aliran
kriminologi adalah pengelompokan teori-teori yang memiliki kesamaan untuk mempermudah
dalam mempelajari kriminologi.
Dengan demikian, teori-teori kriminologi secara sederhana juga dikelompokkan ke
dalam teori-teori karena faktor individu manusia (internal) dan teori-teori karena faktor
eksternal manusia.
Menurut Stephan Hurwitz
Stephan Hurwitz mengelompokkan teori kriminologi berdasarkan dua pandangan:
1. Teori berdasarkan pandangan individual;
2. Teori berdasarkan pandangan sosiologis;
Teori kriminologi berdasarkan faktor internal
1. Teori tipe fisik (body types theories);
2. Teori tipe genetika (keturunan)
3. Teori tipe mental;
Teori kriminologi berdasarkan faktor eksternal
1. Teori penyimpangan budaya (differential association);
2. Teori anomie;
3. Teori interaksionis;
4. Teori konflik;
5. Teori labelling;
6. Teori kontrol sosial
Teori Tipe Fisik
1. Anthropologi kriminal;
2. Tipe fisik Ernst Kretschmer;
3. Tipe fisik William Sheldon;
11
Anthropologi Kriminal
Anthropologi kriminal adalah sebuah pembagian teori dalam kriminologi yang
beranggapan bahwa penjahat melakukan kejahatan karena warisan yang berupa ciri-ciri
biologis yang merupakan karakteristik awal periode perkembangan evolusi manusia.
Cesare Lombrosso sebagai pencetus anthropologi kriminal memperoleh pengaruh dari
positivisme Comte dan Charles Darwin. Akan tetapi sebelum itu, munculnya Physiognomy dan
Phrenology membawa banyak pengaruh dalam perkembangan anthropologi kriminal.
Psyognomy dan Phrenology
Physiognomy adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk muka dengan tujuan untuk
menyimpulkan karakter atau kepribadian.
Phrenology adalah ilmu yang mempelajari kelainan pada tengkorak kepala atau kepala
bagian atas dengan maksud untuk menyimpulkan karakter atau kepribadian seseorang
Menurut Cesare Lombrosso
Di dalam bukunya, “L’huomo Delinquente”, berdasarkan hasil penelitian di sebuah
penjara, bahwa:
1. Genus homo delinquens (merupakan suatu jenis manusia sendiri)
2. Il delinquente nato (mereka dilahirkan demikian)
3. Tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat mengubah.
Menurut Lombrosso, orang-orang yang mewarisi sifat nenek moyangnya yang jahat
seperti terlihat dalam ciri-ciri fisiknya antara lain seperti:
1. Isi tengkorak yang kurang;
2. Terdapat pada mukanya, dimana ciri yang lain berbeda dengan roman muka orang pada
umumnya;
3. Roman mukanya nampak agak ganjil;
4. Kurang berperasaan (tahan sakit);
5. Suka akan tatoo ada bagian tubuhnya
Teori Tipe Fisik
12
Jika era anthropologi kriminal dipakai untuk menggambarkan hubungan antara
kejahatan dengan bagian-bagian tertentu dari tubuh manusia terutama tengkorak kepala, maka
teori tipe fisik mempelajari manusia sebagai suatu kesatuan jasmaniah rohaniah.
Tipe Fisik Ernst Kretschmer
1. Asthenic atau Leptosomic, kurus dengan tinggi badan yang seimbang;
2. Athletic, menengah tinggi, kuat, berotot dan bertulang kasar, perkembangan kuat
antara kerangka dan otot-otot;
3. Pyknic, perkembangan kuat dari bagian luar rongga badan manusia, kepala, dada, perut
besar dengan bakat (proclivity) penumpukan lemak (bertumbuh gemuk).
Tipe Fisik Ernst Kretschmer
Tipe Lepsotomic,
Ciri-ciri
1. Badan langsing kurus;
2. Berat badan relatif kurang;
3. Tengkorak agak kecil;
4. Tinggi badan 154-170, lebar bahu 35,5 cm
Kecenderungan
1. Berfikir terlalu lama;
2. Introvert;
3. Memiliki kecenderungan schizofrenia;
4. Melakukan kejahatan ringan
Athletic.
Ciri - ciri
1. Badan tegap;
2. Berat badan ideal;
3. Tengkorak besar dan kuat;
1. 4. Tinggi badan > 163, lebar bahu 39
Kecenderungan
1. Berfikir cepat;
13
2. Extrovert;
3. Memiliki kecenderungan epilepsi;
4. Melakukan kejahatan dengan kekerasan
Pycnic
Ciri-ciri
1. Badan gemuk;
2. Pendek;
Kecenderungan
1. Mudah bergaul;
2. Memiliki kecenderungan depresi;
3. Melakukan kejahatan penipuan
Tipe Fisik William Sheldon
1. Endhomorph, ada kecenderungan untuk menjadi gemuk, bentuk badan bulat, anggota-
anggota badan pendek, tulang-tulang kecil dan kulit halus;
2. Mesomorph, badan besar, dada lebar, tangan besar, bila kurus bentuk badan persegi
panjang, kalau tidak menjadi gemuk sekali;
3. Ectomorph, badan kurus, lemah, kecil, rambut halus dan relatif isi badan sedikit.
Tipe Fisik William Sheldon
Tipe Temperamen Endhomorph
1. Badan gemuk;
2. Bulat pendek;
Temperamen
Viscertonis, bersifat rileks dan bersahabat, cinta pada hal-hal yang enak, nyaman dan
mewah tetapi pada dasarnya bersifat terbuka,
Mesomorph
1. Badan tegap;
2. Dada lebar;
Temperamen
14
Somatonis, bersifat aktif, dinamis, semua gerakannya tegas dan berkelakuan agresif,
ambisius dan enerjik
Ectomorph
1. Badan kurus;
2. lemah;
Temperamen
Cerebrotonis, seorang introvert, selalu mengeluh tentang ketidakberesan fungsi badan,
alergi, gangguan kulit, peka terhadap suara dan gangguan serta menghindari banyak orang,
pada umumnya cerdas dan suka menyendiri
15