KRIMINOLOGI

20
KRIMINOLOGI Asal Asul Secara bahasa Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu kata ”crimen” dan ”logos”. Crimen berarti kejahatan. Logos berarti ilmu. Arti Kriminologi Secara Bahasa Ilmu yang mempelajari tentang penjahat. P. Topinard Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh P Topinard, seorang sarjana Perancis, pada akhir abad ke sembilan belas. Kriminolgi, dalam bahasa Inggris ditulis criminology . Dalam bahasa Jerman kriminologie. Perkembangan Namun demikian, bidang penelitian yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu bidang yang berkaitan dengan ilmu kriminologi telah terbit lebih awal, misalnya karya-karya yang dikarang oleh: Cesare Beccaria (1738-1794), Jeremy Bentham (1748-1832), Andre Guerry, yang mempublikasikan analisa tentang penyebaran geografis kejahatan di Perancis tahun 1829. Matematika Ahli matematika Belgia, Adolphe Quetelet, menerbitkan sebuah karya ambisius tentang penyebaran sosial kejahatan di Perancis, Belgia, Luxemburg, dan Belanda pada tahun 1835. Cesare Lambroso (1835-1909) dan muridnya Enrico Ferri (1856-1928) menggunakan metode antropologi ragawi (antropobiologi) mengembangkan teori kriminalitas berdasarkan biologis Kriminologi Kriminologi kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, yang mana dalam perkembangannya, kriminologi modern terpisah-pisah melandaskan diri pada salah satu cabang ilmu 1

Transcript of KRIMINOLOGI

Page 1: KRIMINOLOGI

KRIMINOLOGI

Asal Asul Secara bahasa Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu kata ”crimen” dan

”logos”. Crimen berarti kejahatan. Logos berarti ilmu. Arti Kriminologi Secara Bahasa Ilmu yang

mempelajari tentang penjahat.

P. Topinard

Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh P Topinard, seorang sarjana Perancis,

pada akhir abad ke sembilan belas. Kriminolgi, dalam bahasa Inggris ditulis criminology . Dalam

bahasa Jerman kriminologie.

Perkembangan

Namun demikian, bidang penelitian yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu bidang

yang berkaitan dengan ilmu kriminologi telah terbit lebih awal, misalnya karya-karya yang

dikarang oleh: Cesare Beccaria (1738-1794), Jeremy Bentham (1748-1832), Andre Guerry, yang

mempublikasikan analisa tentang penyebaran geografis kejahatan di Perancis tahun 1829.

Matematika

Ahli matematika Belgia, Adolphe Quetelet, menerbitkan sebuah karya ambisius tentang

penyebaran sosial kejahatan di Perancis, Belgia, Luxemburg, dan Belanda pada tahun 1835.

Cesare Lambroso (1835-1909) dan muridnya Enrico Ferri (1856-1928) menggunakan metode

antropologi ragawi (antropobiologi) mengembangkan teori kriminalitas berdasarkan biologis

Kriminologi

Kriminologi kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, yang mana dalam

perkembangannya, kriminologi modern terpisah-pisah melandaskan diri pada salah satu cabang

ilmu pengetahuan ilmiah tertentu, yaitu sosiologi, hukum, psikologi, psikiatri, dan biologi

(Trasler, 1977).

UI

Kriminologi yang berkembang di Indonesia, khususnya yang dipelajari dan

dikembangkan di FISIP UI, melandaskan diri pada disiplin sosiologi, yang sering disebut sebagai

sosiologi praktis. Disini kriminologi memandang suatu kejahatan sebagai gejala sosial yang

dipelajari secara sosiologis.

1

Page 2: KRIMINOLOGI

Penelitian Kriminologi

Penelitian-penelitian kriminologi meliputi berbagai faktor, yang secara umum

meliputi:Penelitian tentang sigat, bentuk, dan peristiwa tindak kejahatan serta persebarannya

menurut faktor sosial, waktu, dan geografis.

VIKTIMOLOGI

Arti Victimologi dari segi bahasa "Victim" = korban Logi/Logos = ilmu pengetahuan. Jadi

secara bahasa Victimologi adalah ilmu pengetahuan tentang korban

Arti Victimologi Secara Istilah

Viktimologi adalah ilmu yang mempelajari tentang korban dan segala aspeknya

(merupakan ilmu baru-tahun 1937)

Pengertian Victimologi, Viktimologi : suatu study atau pengetahuan ilmiah yang

mempelajari masalah korban kriminal sebagai suatu masalah manusia yang merupakan

suatu kenyataan sosial.

Victimologi bagian dari Kriminologi

Viktimologi merupakan bagian dari kriminologi yang memiliki obyek study yang sama,

yaitu kejahatan atau korban kriminal (viktimisasi kriminal)

Pengertian Korban

Korban tidak boleh kita pahami sebagai obyek dari suatu tindak kejahatan saja, akan

tetapi juga harus dipahami sebagai subyek yang perlu dan wajib mendapat perlindungan secara

social dan hukum.

Karena pada dasarnya korban adalah orang baik, individu, kelompok ataupun

masyarakat yang telah menderita kerugian yang secara langsung telah terganggu akibat

pengalamannya sebagai target dari kejahatan subyek lain.

Korban secara Sempit

Dulu, pada masa peradaban ibrani kuno, pengertian korban hanya sebatas merujuk

kepada pengorbanan atau yang di korbankan, yaitu mengorbankan seseorang atau binatang

untuk pemujaan atau hierarki kekuasaan. Dan ini merupakan pengertian yang sangat sempit

pengertian korban menjadi berubah dan memiliki makna yang lebih luas. Ketika

viktimologi pertama kali ditemukan yaitu pada tahun 1940-an, para ahli viktimologi seperti

2

Page 3: KRIMINOLOGI

Mendelshon, Von Hentig dan Wolfgang cenderung mengartikan korban berdasarkan text book

dan kamus yaitu ”orang lemah yang membuat dirinya sendiri menjadi korban”.

Feminis

Pemahaman seperti itu ditentang habis-habisan oleh kaum feminist sekitar tahun 1980-

an, dan kemudian mengubah pengertian korban yaitu “setiap orang yang terperangkap dalam

suatu hubungan atau situasi yang asimetris

Asimetris

Asimetris disini yaitu segala sesuatu yang tidak imbang, bersifat ekploitasi, parasitis

(mencari keuntungan untuk pihak tertentu), merusak, membuat orang menjadi terasing, dan

menimbulkan penderitaan yang panjang”.

Korban

Istilah korban pada saat itu merujuk pada pengertian “setiap orang, kelompok, atau

apapun yang mengalami luka-luka, kerugian, atau penderitaan akibat tindakan yang

bertentangan dengan hukum

Derita

Penderitaan tersebut bisa berbentuk fisik, psikologi maupun ekonomi

KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia)

Kamus umum bahasa indonesia menyebutkan kata korban mempunyai pengertian:

”korban adalah orang yang menderita kecelakaan karena perbuatan (hawa nafsu dan

sebagainya) sendiri atau orang lain”.

Menurut Arif Gosita

Pengertian korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai tindakan

orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan

dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita.

Pengertian yang disampaikan oleh Arif Gosita tersebut sudah diperluas maknanya, tidak

hanya untuk perorangan tetapi berlaku bagi subyek hukum yang lain, seperti badan hukum,

kelompok masyarakat dan korporasi. Timbulnya korban erat kaitanya dengan kejahatan.

Menurut Sahetapi

3

Page 4: KRIMINOLOGI

“korban adalah orang perorangan atau badan hukum yang menderita luka-luka,

kerusakan atau bentuk-bentuk kerugian lainnya yang dirasakan, baik secara fisik maupun secara

kejiwaan

Kerugian tersebut tidak hanya dilihat dari sisi hukum saja, tetapi juga dilihat dari segi

ekonomi, politik maupun social budaya. Mereka yang menjadi korban dalam hal ini dapat

dikarenakan kesalahan si korban itu sendiri, peranan korban secara langsung atau tidak

langsung, dan tanpa adanya peranan dari si korban .

Van Boven

Merujuk pada Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan bagi korban Kejahatan dan

penyalahgunaan kekuasaan (Declaration of basic Principle of justice for victim of crime and

abuse of power) yang mendefinisikan

korban adalah: Orang yang secara individual maupun kelompok telah menderita

kerugian, termasuk cedera fisik maupun mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi

atau perampasan yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik kerana tindakan (by act) maupun

karena kelalaian (by omission).

Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut diatas, pengertian korban bukan hanya

untuk manusia saja atau perorangan saja, akan tetapi dapat berlaku juga bagi badan hukum,

badan usaha, kelompok organisasi maupun Negara

Perluasan pengertian subyek hukum tersebut karena badan hukum atau kelompok

tersebut melaksanakan hak dan kewajiban yang dilindungi oleh hukum atau dengan kata lain

subyek hukum tersebut dapat merasakan penderitaan atau kerugian atas kepentingan yang

dimiliki akibat perbuatan sendiri atau pihak lain seperti yang dirasakan oleh manusia.

Rancangan Deklarasi dan Resolusi Konggres PBB ke-7 yang kemudian menjadi Resolusi

MU-PBB 40/34

bahwa yang dimaksud korban adalah orang-orang, baik secara individual maupun

kolektif, yang menderita kerugian akibat perbuatan (tidak berbuat) yang melanggar hukum

pidana yang berlaku di suatu Negara, termasuk peraturan-peraturan yang melarang

penyalahgunaan kekuasaan

Perlu dicatat, bahwa pengertian kerugian (Harm) menurut Resolusi tersebut, meliputi

kerugian fisik maupun mental (Physical or mental injury), penderitaan emosional (emotional

suffering), kerugian ekonomi (economic loss) atau perusakan substansial dari hak-hak asasi

manusia mereka (substantial impairment of theirfundamental rights).

4

Page 5: KRIMINOLOGI

catatan

Selanjutnya dikemukakan bahwa seseorang dapat di pertimbangkan sebagai korban

tanpa melihat apakah sipelaku kejahatan itu sudah diketahui, ditahan, dituntut, atau dipidana

dan tanpa memandang hubungan keluarga antara sipelaku dengan korban.

Macam-Macam Korban

Konggres PBB ketujuh telah mengelompokkan macam-macam korban sebagai berikut:

Korban kejahatan konvensional adalah korban yang diakibatkan oleh tindak pidana biasa

atau kejahatan biasa misalnya, pembunuhan, perkosaan, penganiayaan dan lain-lain;

Korban non-konvensional adalah korban kejahatan yang diakibatkan oleh tindak pidana

berat seperti terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika secara tidak sah, kejahatan

terorganisir dan kejahatan computer;

Korban kejahatan akibat penyalahgunaan kekuasaan (Ilegal abuses of power) terhadap

hak asasi manusia alat penguasa termasuk penangkapan serta penahanan yang

melanggar hukum dan lain sebagainya.

Pengelompokan atas macam-macam korban tersebut didasarkan atas perkembangan

masyarakat. Terhadap korban kategori ketiga adanya korban penyalahgunaan kekuasaan

berkaitandengan pelanggaran hak asasi manusia.

Kemudian sejak viktimologi diperkenalkan sebagi suatu ilmu pengetahuan yang

mengkaji permasalahan korban serta segala aspeknya, maka Wolfgang melalui penelitiannya

menemukan bahwa ada beberapa macam korban yaitu

Primary victimization adalah korban individual/perorangan bukan kelompok;

Secondary Victimization korbannya adalah kelompok, misalnya badan hukum;

Tertiary Victimization yang menjadi korban adalah masyarakat luas;

Non Victimozation, korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya konsumen yang

tertipu dalam menggunakan hasil peroduksi.

Tipologi korban

1. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan

terjadinya korban, misalnya pada kasus kecelakaan pesawat. Dalam hal ini

tanggungjawab sepenuhnya terletak pada pelaku.

2. Provocative Victims, yaitu seseorang yang secara aktif mendorong dirinya menjadi

korban, misalnya kasus selingkuh, dimana korban juga sebagai pelaku.

5

Page 6: KRIMINOLOGI

3. Participating Victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat tetapi dengan sikapnya justru

mendorong dirinya menjadi korban.

4. Biologically weak Victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki kelemahan atau

potensi untuk menjadi korban, misalnya orang tua renta, anak-anak dan orang yang

tidak mampu berbuat apa-apa.

5. Socially Weak Victims, Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social yang lemah yang

menyebabkan mereka menjadi korban, misalnya korban perdagangan perempuan, dan

sebagainya.

6. Self Victimizing Victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri, pengguna obat bius, judi, aborsi dan prostitusi.

HAK KORBAN

Hak-hak korban menurut Hak-hak korban menurut Declaration of basic principles of

justice for victim of crimes and abuse of power, yaitu :

Hak memperoleh informasi;

Hak didengar dan dipertimbangkan kepentingannya pada setiap tahapan proses

peradilan pidana;

Hak memperoleh bantuan yang cukup;

Hak memperoleh perlindungan terhadap privasi dan keamanan Hak Korban

Hak memperoleh pelayanan yang cepat dalam penyelesaian perkara

Hak untuk memperoleh ganti kerugian (Restitusi)

Hak memperoleh kompensasi (dalam kejahatan yang berat/serius)

Memperoleh kesempatan berpartisipasi pada tahapan proses pidana.

Kewajiban Korban Kriminalitas ialah:

a. tidak sendiri membuat korban dengan mengadakan pembalasan

b. berpartisipasi dalam masyarakat mencegah perbuatan korban lebih banyak lagi.

c. mencegah kehancuran sipelaku baik oleh diri sendiri maupun orang lain

d. mencegah kehancuran sipelaku baik oleh diri senndiri maupun oleh orang lain

e. ikut serta membina pelaku atau pembuat korban

f. bersedia dibina atau membina diri sendiri untuk tidak menjadi korban lagi

g. tidak menuntut restitusi yang tidak sesuai dengan kemampuan pelaku

h. menjadi saksi bila tidak membahayakan diri sendiri dan ada jaminan keamananya.

Kesimpulan

6

Page 7: KRIMINOLOGI

Korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai bentuk tindakan

orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan

dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita

Macam-macam korban yaitu:

1. Primary victimization, adalah korban individual/perorangan bukan

kelompok;•Secondary Victimization, korbannya adalah kelompok, misalnya badan

hukum;

2. Tertiary Victimization, yang menjadi korban adalah masyarakat luas;

3. Non Victimozation, korbannya tidak dapat segera diketahui misalnya konsumen yang

tertipu dalam menggunakan hasil peroduksi.

Aliran Kriminologi

Pengelompokan aliran kriminologi

Perkembangan kriminologi dapat diketahui dari banyaknya aliran yang muncul dan

berkembang. Aliran dalam kriminologi mulai muncul dan berkembang sejak era Revolusi

Perancis sampai saat ini.

Tujuan mengelompokkan aliran kriminologi adalah untuk mempermudah mempelajari

kriminologi

Menurut E.H. Sutherland

1. Aliran klasik;

2. Aliran kartografik;

3. Aliran sosialis;

4. Aliran tipologis;

5. Aliran sosiologis

Menurut Stephan Hurwitz

1. Aliran Itali;

2. Aliran Klasik;

3. Aliran Perancis;

4. Aliran Bio Sosiologis

Menurut Paul Mudikdo Moeliono

7

Page 8: KRIMINOLOGI

1. Aliran Salahmu sendiri;

2. Aliran Tiada orang salah;

3. Aliran Salah lingkungan;

4. Aliran Kombinasi

Aliran Klasik

Secara umum, aliran klasik berkembang di Inggris selama pertengahan abad 19 dan

meluas ke daerah-daerah Eropa lainnya. Aliran klasik mendasarkan kejahatan pada hedonistic

psycology, bahwa seseorang melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan kesenangan

atau kesukaan dari suatu perbuatan.

Cesare Bonesana Marchese de Beccaria

Dalam bukunya, Dei Deliti e Delle Pene (On Crimes and punishment), pemikiran penting

Beccaria, diantaranya:

1. mencegah kejahatan adalah lebih penting daripada menghukum kejahatan;

2. dalam hukuman yang penting bukan beratnya, tetapi ketegasan dan ketepatan yang

mempunyai efek preventif yang terbesar.

Jeremy Bentham

8

Page 9: KRIMINOLOGI

Dalam bukunya, Introduction to The Principle of Morals and Legislation, Jeremy

Bentham mengemukakan doktrin moral yang didasarkan pada prinsip utilitas. Doktrin tersebut

berasal dari frase “kebahagian terbesar dari jumlah terbesar”.

Inti Aliran Klasik

1. Individu dilahirkan dengan ”kehendak bebas” (free will) untuk hidup dan menentukan

pilihannya sendiri;

2. Pemerintah negara dibentuk untuk melindungi hak-hak tersebut dan muncul sebagai

hasil perjanjian sosial antara yang diperintah dan yang memerintah;

3. Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap perjanjian sosial, oleh karena itu kejahatan

merupakan kejahatan moral;

4. Hukuman hanya dibenarkan selama hukuman itu ditujukan untuk memelihara

perjanjian sosial. Oleh karena itu, tujuan hukuman adalah untuk mencegah kejahatan

dikemudian hari

Aliran Positivisme

Aliran ini menolak pendapat aliran klasik yang berpendapat, bahwa kejahatan terjadi

karena kehendak bebas manusia. Aliran ini memiliki kaitan secara ilmiah dalam menyelidiki

faktor penyebab kejahatan.

Biologi Positivis

Inti dari aliran biologi positivis adalah, bahwa pelaku kejahatan memiliki perbedaan

karakterisitik secara fisik dibandingkan manusia yang lain. Maksudnya adalah, pelaku kejahatan

memiliki ciri-ciri fisik khusus yang dapat dibedakan dengan manusia norma. Biologi Positivis

disebut juga sebagai mahzab Italia

Psikologi Positivis

Pendekatan yang dipakai dalam aliran ini adalah psikologi yang lebih menekankan,

bahwa kejahatan terjadi karena perbedaan tingkat psikologis manusia. Kejahatan tidak ada

sangkut pautnya dengan bentuk fisik seseorang, melainkan dari tingkat psikologisnya.

Sosiologi Positivis

Aliran ini berbeda lagi dengan dua pendekatan sebelumnya, pendekatan yang dipakai

dalam aliran ini adalah masyarakat yang lebih menekankan, bahwa kejahatan terjadi karena

faktor masyarakat atau lingkungan dimana manusia tersebut tumbuh. Kejahatan tidak ada

9

Page 10: KRIMINOLOGI

sangkut pautnya dengan bentuk fisik maupun tingkat psikologis manusia. Aliran ini disebut juga

dengan aliran Perancis.

Inti Aliran Positivis

Secara singkat, aliran ini berpegang teguh pada keyakinan, bahwa kehidupan manusia

dikuasai oleh hukum sebab akibat atau cause effect relationship

Aliran Chicago

Mahzab Chicago adalah aliran yang berasal dari kalangan Universitas Chicago dengan

tokoh-tokoh antara lain Robert E. Park, Robert K. Merton dan lain-lain. Mahzab Chicago dengan

positivisme empirik menitikberatkan penelitiannya pada pemecahan masalah kriminal,

prostitusi dan patologi sosial lainnya yang timbul akibat industrialisasi dan urbanisasi yang

berlangsung sangat cepat di Amerika

Kriminologi Kritis

Aliran ini memiliki banyak nama, mulai dari kriminologi kritis, kriminologi sosialis sampai

dengan kriminologi marxis karena dicetuskan oleh Karl Marx. Walaupun dinamakan

kriminologi kritis oleh beberapa ahli, namun JE Sahetapy menyebutkan, bahwa kriminologi ini

tidak kritis sama sekali dalam menanggapi permasalahan kejahatan. Kriminologi kritis atau

Marxis menggunakan dua pendekatan dalam mempelajari aliran ini. Pendekatan pertama

adalah pendekatan interaksionis dan pendekatan kedua adalah pendekatan konfik. Kedua

pendekatan ini kemudian berkembang menjadi teori konflik dan teori interaksionis.

Pada dasarnya pendekatan interaksionis melihat kejahatan sebagai suatu perbuatan

atau perilaku yang menyimpang secara sosial. Dengan demikian, jika keadaan sosial berubah,

maka definisi kejahatanpun akan berubah. Pendekatan konflik beranggapan, bahwa hukum

sebenarnya berisi nilai-nilai yang tidak mencerminkan keinginan seluruh masyarakat, tetapi

hanya mencerminkan keinginan dari sekelompok warga masyarakat yang pada waktu itu

memiliki kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.

Aliran-aliran dalam Kriminologi sebagaimana disebutkan di atas layaknya sebuah label

atau tag dalam sebuah tulisan yang berfungsi untuk mempermudah mempelajari kriminologi.

Tidak ada kesepakatan bersama untuk menentukan secara utuh garis besar aliran dalam

kriminologi dari masa ke masa, sehingga banyak perbedaan terkait pemahaman tentang

aliran-aliran dalam kriminologi.

10

Page 11: KRIMINOLOGI

Teori-teori Kriminologi

Jika mengacu pada bab mengenai aliran kriminologi, telah dipelajari bahwa aliran

kriminologi adalah pengelompokan teori-teori yang memiliki kesamaan untuk mempermudah

dalam mempelajari kriminologi.

Dengan demikian, teori-teori kriminologi secara sederhana juga dikelompokkan ke

dalam teori-teori karena faktor individu manusia (internal) dan teori-teori karena faktor

eksternal manusia.

Menurut Stephan Hurwitz

Stephan Hurwitz mengelompokkan teori kriminologi berdasarkan dua pandangan:

1. Teori berdasarkan pandangan individual;

2. Teori berdasarkan pandangan sosiologis;

Teori kriminologi berdasarkan faktor internal

1. Teori tipe fisik (body types theories);

2. Teori tipe genetika (keturunan)

3. Teori tipe mental;

Teori kriminologi berdasarkan faktor eksternal

1. Teori penyimpangan budaya (differential association);

2. Teori anomie;

3. Teori interaksionis;

4. Teori konflik;

5. Teori labelling;

6. Teori kontrol sosial

Teori Tipe Fisik

1. Anthropologi kriminal;

2. Tipe fisik Ernst Kretschmer;

3. Tipe fisik William Sheldon;

11

Page 12: KRIMINOLOGI

Anthropologi Kriminal

Anthropologi kriminal adalah sebuah pembagian teori dalam kriminologi yang

beranggapan bahwa penjahat melakukan kejahatan karena warisan yang berupa ciri-ciri

biologis yang merupakan karakteristik awal periode perkembangan evolusi manusia.

Cesare Lombrosso sebagai pencetus anthropologi kriminal memperoleh pengaruh dari

positivisme Comte dan Charles Darwin. Akan tetapi sebelum itu, munculnya Physiognomy dan

Phrenology membawa banyak pengaruh dalam perkembangan anthropologi kriminal.

Psyognomy dan Phrenology

Physiognomy adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk muka dengan tujuan untuk

menyimpulkan karakter atau kepribadian.

Phrenology adalah ilmu yang mempelajari kelainan pada tengkorak kepala atau kepala

bagian atas dengan maksud untuk menyimpulkan karakter atau kepribadian seseorang

Menurut Cesare Lombrosso

Di dalam bukunya, “L’huomo Delinquente”, berdasarkan hasil penelitian di sebuah

penjara, bahwa:

1. Genus homo delinquens (merupakan suatu jenis manusia sendiri)

2. Il delinquente nato (mereka dilahirkan demikian)

3. Tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat mengubah.

Menurut Lombrosso, orang-orang yang mewarisi sifat nenek moyangnya yang jahat

seperti terlihat dalam ciri-ciri fisiknya antara lain seperti:

1. Isi tengkorak yang kurang;

2. Terdapat pada mukanya, dimana ciri yang lain berbeda dengan roman muka orang pada

umumnya;

3. Roman mukanya nampak agak ganjil;

4. Kurang berperasaan (tahan sakit);

5. Suka akan tatoo ada bagian tubuhnya

Teori Tipe Fisik

12

Page 13: KRIMINOLOGI

Jika era anthropologi kriminal dipakai untuk menggambarkan hubungan antara

kejahatan dengan bagian-bagian tertentu dari tubuh manusia terutama tengkorak kepala, maka

teori tipe fisik mempelajari manusia sebagai suatu kesatuan jasmaniah rohaniah.

Tipe Fisik Ernst Kretschmer

1. Asthenic atau Leptosomic, kurus dengan tinggi badan yang seimbang;

2. Athletic, menengah tinggi, kuat, berotot dan bertulang kasar, perkembangan kuat

antara kerangka dan otot-otot;

3. Pyknic, perkembangan kuat dari bagian luar rongga badan manusia, kepala, dada, perut

besar dengan bakat (proclivity) penumpukan lemak (bertumbuh gemuk).

Tipe Fisik Ernst Kretschmer

Tipe Lepsotomic,

Ciri-ciri

1. Badan langsing kurus;

2. Berat badan relatif kurang;

3. Tengkorak agak kecil;

4. Tinggi badan 154-170, lebar bahu 35,5 cm

Kecenderungan

1. Berfikir terlalu lama;

2. Introvert;

3. Memiliki kecenderungan schizofrenia;

4. Melakukan kejahatan ringan

Athletic.

Ciri - ciri

1. Badan tegap;

2. Berat badan ideal;

3. Tengkorak besar dan kuat;

1. 4. Tinggi badan > 163, lebar bahu 39

Kecenderungan

1. Berfikir cepat;

13

Page 14: KRIMINOLOGI

2. Extrovert;

3. Memiliki kecenderungan epilepsi;

4. Melakukan kejahatan dengan kekerasan

Pycnic

Ciri-ciri

1. Badan gemuk;

2. Pendek;

Kecenderungan

1. Mudah bergaul;

2. Memiliki kecenderungan depresi;

3. Melakukan kejahatan penipuan

Tipe Fisik William Sheldon

1. Endhomorph, ada kecenderungan untuk menjadi gemuk, bentuk badan bulat, anggota-

anggota badan pendek, tulang-tulang kecil dan kulit halus;

2. Mesomorph, badan besar, dada lebar, tangan besar, bila kurus bentuk badan persegi

panjang, kalau tidak menjadi gemuk sekali;

3. Ectomorph, badan kurus, lemah, kecil, rambut halus dan relatif isi badan sedikit.

Tipe Fisik William Sheldon

Tipe Temperamen Endhomorph

1. Badan gemuk;

2. Bulat pendek;

Temperamen

Viscertonis, bersifat rileks dan bersahabat, cinta pada hal-hal yang enak, nyaman dan

mewah tetapi pada dasarnya bersifat terbuka,

Mesomorph

1. Badan tegap;

2. Dada lebar;

Temperamen

14

Page 15: KRIMINOLOGI

Somatonis, bersifat aktif, dinamis, semua gerakannya tegas dan berkelakuan agresif,

ambisius dan enerjik

Ectomorph

1. Badan kurus;

2. lemah;

Temperamen

Cerebrotonis, seorang introvert, selalu mengeluh tentang ketidakberesan fungsi badan,

alergi, gangguan kulit, peka terhadap suara dan gangguan serta menghindari banyak orang,

pada umumnya cerdas dan suka menyendiri

15