ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

14
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021 214 ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI BENCANA ALAM (STUDI KASUS WILAYAH HUKUM POLRES PALU) Hasan Email: [email protected] Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor kejahatan penjarahan pada saat setelah bencana alam di wilayah hukum Polres Palu; untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum penanggulangan penjarahan pada saat setelah Bencana Alam. Penelitian ini adalah yuridis empiris. Sumber data primer diperoleh dari beberapa narasumber/responden yang mengetahui dan memahami secara langsung mengenai tindak pidana penjarahan yang terjadi, khusus di wilayah hukum Polres Palu. Serta 7 orang pelaku penjarahan yang dijadikan sampel dari total 144 atau 0,5% pelaku penjarahan yang sedang menjalani masa hukuman. Hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab pelaku melakukan kejahatan penjarahan pada saat setelah bencana alam yaitu; faktor pemberitaan di media sosial, kebutuhan yang mendesak, faktor lingkungan, faktor adanya kesempatan dan faktor pendidikan. Upaya hukum yang ditempuh oleh pihak kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam ada dua yaitu; upaya preventif berupa semua urusan atau kebijaksanaan yang diambil sebelum terjadinya suatu kejadian dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana pencurian dan upaya represif yaitu tindakan yang diambil sesudah timbulnya kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan agar kejahatan atau tindakan pencurian itu jangan sampai terjadi lagi. Kata Kunci: Bencana Alam; Kriminologi; Penjarahan PENDAHULUAN Masalah kejahatan bukan merupakan persoalan sederhana, terutama di dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosial ekonomi.Kejahatan senantiasa ada dan terus ada seiring dengan perubahan tersebut.Seperti dikatakan oleh Emile Durkheim bahwa kejahatan adalah suatu gejala yang normal di dalam setiap masyarakat yang bercirikan hetroginitas dan perkembangan sosial. Kejahatan yang terjadi dimasyarakat senantiasa mendatangkan masalah serta kerugian baik secara materil maupun immaterial bagi siterancam hukuman. Dewasa ini di Negara kita pada tahun- tahun terakhir ini begitu banyak sekali musibah dan cobaan yang datang silih berganti yang mana merupakan suatu bencana yang tidak kunjung usai, mulai dari krisis ekonomi yang surut, masalah politik dan keamanan yang berkepanjangan serta menyusul lagi bencana alam yang datang tiada henti. Di samping itu juga terjadi lagi bencana alam di negara kita, yang tidak kunjung selesai, seperti baru-baru ini terjadi, bencana alam Gempa Bumi, Liquifaksi,

Transcript of ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Page 1: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

214

ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI BENCANA ALAM

(STUDI KASUS WILAYAH HUKUM POLRES PALU)

Hasan

Email: [email protected]

Universitas Tadulako

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor kejahatan penjarahan

pada saat setelah bencana alam di wilayah hukum Polres Palu; untuk mengetahui dan menganalisis

upaya hukum penanggulangan penjarahan pada saat setelah Bencana Alam. Penelitian ini adalah

yuridis empiris. Sumber data primer diperoleh dari beberapa narasumber/responden yang

mengetahui dan memahami secara langsung mengenai tindak pidana penjarahan yang terjadi,

khusus di wilayah hukum Polres Palu. Serta 7 orang pelaku penjarahan yang dijadikan sampel dari

total 144 atau 0,5% pelaku penjarahan yang sedang menjalani masa hukuman. Hasil penelitian

menunjukkan faktor penyebab pelaku melakukan kejahatan penjarahan pada saat setelah bencana

alam yaitu; faktor pemberitaan di media sosial, kebutuhan yang mendesak, faktor lingkungan, faktor

adanya kesempatan dan faktor pendidikan. Upaya hukum yang ditempuh oleh pihak kepolisian

dalam menanggulangi tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam

ada dua yaitu; upaya preventif berupa semua urusan atau kebijaksanaan yang diambil sebelum

terjadinya suatu kejadian dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana pencurian dan upaya

represif yaitu tindakan yang diambil sesudah timbulnya kejahatan yang dilakukan oleh seseorang

dengan tujuan agar kejahatan atau tindakan pencurian itu jangan sampai terjadi lagi.

Kata Kunci: Bencana Alam; Kriminologi; Penjarahan

PENDAHULUAN

Masalah kejahatan bukan merupakan

persoalan sederhana, terutama di dalam

masyarakat yang sedang mengalami perubahan

sosial ekonomi.Kejahatan senantiasa ada dan

terus ada seiring dengan perubahan

tersebut.Seperti dikatakan oleh Emile Durkheim

bahwa kejahatan adalah suatu gejala yang

normal di dalam setiap masyarakat yang

bercirikan hetroginitas dan perkembangan sosial.

Kejahatan yang terjadi dimasyarakat senantiasa

mendatangkan masalah serta kerugian baik

secara materil maupun immaterial bagi

siterancam hukuman.

Dewasa ini di Negara kita pada tahun-

tahun terakhir ini begitu banyak sekali musibah

dan cobaan yang datang silih berganti yang mana

merupakan suatu bencana yang tidak kunjung

usai, mulai dari krisis ekonomi yang surut,

masalah politik dan keamanan yang

berkepanjangan serta menyusul lagi bencana

alam yang datang tiada henti. Di samping itu

juga terjadi lagi bencana alam di negara kita,

yang tidak kunjung selesai, seperti baru-baru ini

terjadi, bencana alam Gempa Bumi, Liquifaksi,

Page 2: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

215

dan Tsunami yang terjadi pada tanggal 28

September 2018 di Palu Sulawesi Tengah.

Gempa berkekuatan 7,4 SR yang

mengguncang Palu, Sulawesi Tengah pada 28

September 2018 pukul 18.02 WITA. Pusat

gempa berada di 26 km utara Donggala dan

80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10

km. Gempa berkekuatan 7,4 SR tersebut telah

meluluhlantakan bumi Tadulako di kota Palu

propivinsi Sulawesi Tengah serta meruntuhkan

simbol-simbol kota Palu nyaris hingga wajah

kota tak dikenali lagi seperti semula. Gempa

tsunami dan likuifaksi (Pergeseran tanah secara

labil) telah menghapus keceriaan masyarakat

Kota palu yang selama ini tidak pernah

terimpikan. Likuifaksipun mengubur rumah-

rumah impian bahkan tidak tangung-tanggung

ada satu kompleks pemukiman di daerah Balaroa

dan kelurahan Petobo tenggelam dalam

kubangan lumpur bencana dan ribuan

masyarakat kota Palu berserakah diam membisu

untuk selamanya.1

Karena peristiwa itu, lebih dari 2.000

orang kehilangan nyawa. Mereka terseret ke

lautan, terkubur dalam lumpur, menjadi korban

likuifaksi (Pergeseran tanah secara labil), dan

banyak yang dinyatakan hilang. Kepala Badan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palu,

Arfan Mengatakan dalam penetapan tahap 2,

jumlah korban jiwa dan rumah rusak mengalami

1 Kaharuddin Syah, Kualifikasi Penjarahan Pasca Gempa

Tsunami Dan Likuifaksi Di Kota Palu (Suatu

TinjauanKriminologis),https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/ind

ex.php/MLJ/article/viewFile/816/535

peningkatan, yaitu jumlah rumah yang rusak

sebanyak 12.238 Rumah (2.422 rusak berat,

3.200 rusak sedang, 3.785 rusak ringan dan

2.831 hilang), sedangkan korban jiwa sebanyak

3.679 (terbagi atas meninggal dunia 2.132 orang

dan hilang 531 orang Serta yang dikebumikan

tidak teridentikasi 1.016 orang. Dikebumikan di

TPU Poboya dan TPU Pantoloan Boya.2

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor

non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan

dampak psikologis.3

Bencana membuat orang atau pemilik

barang tidak memikirkan keberadaan harta

bendanya, banyak dari mereka yang

meninggalkan tempat tinggalnya dan mengungsi

ke tempat lain demi menyelamatkan diri

sehingga benda atau barang mereka tidak ada

yang menjaga. keadaan demikian dimanfaatkan

oleh sebagian besar masyarakat kota Palu

maupun masyarakat diluar kota Palu untuk

mengambil barang-barang yang sedang tak

terjaga. Kondisi seperti ini bukan saja menarik

perhatian penegak hukum tetapi juga mengusik

rasa aman masyarakat.

2https://palu.tribunnews.com/2019/03/01/rekap-baru-

dirampungkan-ini-jumlah-terbaru-korban-terdampak-

bencana-di-kota-palu Diakses pada tanggal 11 Oktober

2019, pukul 16.40 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1)

tentang Penanggulangan Bencana.

Page 3: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

216

Para pelaku kejahatan dapat melakukan

aksinya dengan berbagai upaya dan dengan

berbagai cara. Keadaan seperti itu yang disebut

dengan istilah “modus operandi” (model

pelaksanaan kejahatan).Berbagai kejahatan yang

ada di masyarakat dapat dikategorikan sebagai

kejahatan khusus dan kejahatan umum.

Penjarahan merupakan suatu tindakan

pengambilan harta benda secara paksa yang

dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau

militer terhadap sekelompok lainnya. Penjarahan

bisa terjadi kapan saja, dimana saja terutama

pada saat bencana. Pada saat bencana orang

dalam kondisi panik dan membuka peluang bagi

orang lain untuk melakukan niat jahatnya. Niat

jahat yang dilakukan seseorang terhadap orang

lain, halini tidak terlepas dari peluang dan

kesempatan yang ia miliki saat bencana.

Penjarahan yang terjadi tidak hanya di

lakukan olehmasyarakat yang berasal dari kota

Palu saja melainkan banyak di antara pelaku

penjarahan yang di tangkap merupakan

masyarakat yang berasal dari luar kota Palu, jika

di lihat dari latar belakang pendidikan para

pelaku penjarahanbermacam-macam mulai dari

tamatan sekolah dasar hingga perguruan tinggi

dari mulai yang bekerja sebagai nelayan, buruh

bangunan dan karyawan swasta.

Pelaku penjarahan melakukan berbagai

aksinya di berbagai tempat seperti gudang semen

di Jalan Trans Sulawesi Kelurahan Mamboro,

Palu Grand Mall, Palu Plaza, pembobolan ATM

di Jalan Touwa, ATM di Jalan S Parman, ATM

di Universitas Islam Al Khaerat, dan ATM di

SPBU Jalan Diponegoro, Ruko, Toko Swalayan

dan mini market serta pembobolan toko

elektronik. Berdasarkan hasil observasi awal di

Polres Palu bahwa jumlah laporan yang masuk

tentang kasus penjarahan adalah sebanyak 42

laporan, dari jumlah laporan tersebut 168 orang

diamankan, dansebanyak 144 orang di tetapkan

sebagai tersangka penjarahan pasca terjadinya

Gempa dan Tsunami. Hasil wawancara dengan

salah satu penyidik Polres Palu yang mengatakan

bahwa 144 orang tersebut kasusnya berlanjut ke

tahap II (P21)4. Jumlah tersebut membuktikan

bahwa tindakan kriminal dapat terjadi dimana

saja, dalam berbagai bentuk dan kesempatannya

baik oleh orang dewasa maupun anak dibawah

umur.

METODE

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah penelitian hukum empiris yuridis

sosiologis. Meneliti terhadap gejala-gejala yang

ada pada masyarakat dimaksudkan untuk

menjelaskan permasalahan yang akan diteliti dari

hasil penelitian yang diperoleh dari hubungan

hukum dengan realitas empirik yang terjadi

dalam pencurian di saat bencana alam yang

ditinjau dari sudut pandang kriminologi.5

4 Hasil wawancara dengan salah satu penyidik Polres Palu.

5 Lexy J.Moleong, 1995, Metodologi Penelitian

Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

hlm. 5.

Page 4: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

217

Dengan melakukan kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum

tertentu dengan jalan menganalisis, memeriksa

secara mendalam terhadap fakta hukum lalu

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul di

dalam gejala yang bersangkutan.6

Lokasi Penelitian dilaksanakan di wilayah

Hukum Polres Palu Jalan Pemuda, Kec. Palu

Timur, Provinsi Sulawesi Tengah dan Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) kelas II A Palu, Kec.

Palu Selatan. Pemilihan lokasi didasarkan

pertimbangan bahwa penelitian ini bermaksud

melakukan kajian bagaimana kinerja penegak

hukum yaitu kepolisian di wilayah Resort Palu

dalam menangani kejahatan khususnya kejahatan

penjarahandan Dimana kejahatan ini sangat

meresahkan masyarakat wilayah hukum polres

Palu pada saat terjadi bencana Alam 28

September 2018.

Jenis dan sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder dan

data primer. Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: studi

dokumentasi dan wawancara.

Analisis data Penulis yaitu Data yang

sudah terkumpul dan tersusun secara sistematis

kemudian dianalisis dengan metode kualitatif,

6Soerjono Soekanto dikutip dari Buku Bambang

Sunggono, 2013. Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja

Grafindo, Jakarta, hlm. 38.

yaitu mengungkapkan dan memahami kebenaran

masalah dan pembahasan dengan menafsirkan

data yang diperoleh dari hasil penelitian, lalu

data tersebut diuraikan dalam bentuk kalimat-

kalimat yang disusun secara terperinci, sistematis

dan analisis sehingga akan mempermudah dalam

penarikan suatu kesimpulan.

PEMBAHASAN

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya

Kejahatan Penjarahan Pada saat Terjadi

Bencana Alam

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)

kelas II A Palu, melalui wawancara terhadap 7

orang pelaku penjarahan ditemukan fakta tentang

faktor penyebab pelaku melakukan kejahatan

penjarahan pada saat bencana alam, yaitu

sebagai berikut:

1. Pemberitaan di media Sosial

Adanya artikel media online yang menuliskan

kalau pemerintah mengizinkan masyarakat untuk

mengambil barang-barang yang ada di toko,

karena nantinya kebutuhan pokok yang diambil

akan dibayarkan pemerintah, menjadi pemicu

mereka untuk semakin brutal melakukan

penjarahan di jalanan. “Ironisnya, kekacauan itu

justru didorong oleh dimensi media massa dan

online yang menyampaikan pesan dari

pemerintah bahwa menjarah dibolehkan karena

nanti akan dibayar oleh pemerintah.Dimensi

Page 5: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

218

artikulasi media ini menjadi puncak legalisasi

perilaku brutal tersebut.

Pemerintah dalam Hal ini dituding menjadi

salah langkah saat membebaskan masyarakat

Palu mengambil bahan makanan di toko dan

minimarket, sesaat usai gempa dan tsunami,

yang memicu penjarahan di beberapa titik di

kota itu. Kekurangan bahan makanan membuat

sejumlah warga Palu dan sekitarnya sulit

dikendalikan.Penjarahan makanan hingga BBM

terjadi di mana-mana.Pemerintah akhirnya

membebaskan masyarakat melakukannya.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo

mengatakan, pemerintah mengizinkan warga

yang menjadi korban gempa di Palu untuk

mengambil barang-barang di minimarket.Tjahjo

mengklaim kebijakan itu mendesak karena

bantuan kemanusiaan sempat sulit diangkut ke

Palu karena jalan raya dan landasan pacu

bandara rusak.Kita sudah perintahkan untuk

Alfamart dan Indomaret itu sudah bisa diambil

barang barangnya," kata Mendagri Tjahjo

Kumolo kepada wartawan di Palu, Minggu

(30/9/2018).7

Seharusnya Pemerintah bertanggung jawab

memberi bantuan, bukan mengajak orang

mengambil barang orang lain dengan dalih

menolong korban. Berdasarkan pernyataan

pemerintah tersebut, banyak warga yang

7 Rakyatku News, Mendagri Izinkan Warga Menjarah

Minimarket, Wiranto: Pemerintah yang Bayar,

http://news.rakyatku.com/read/121325/2018/09/30/mendag

ri-izinkan-warga-menjarah-minimarketwiranto-

pemerintah-yang-bayar, di akses jum’at 31 Januari 2020.

menafsirkan bahwasanya pemerintah

mengizinkan masyarakat untuk mengambil

barang-barang yang ada di toko untuk kebutuhan

kebutuhan pokok.Tetapi dalam kesempatan ini

ternyata ada beberapa warga yang memanfaatkan

momentum tersebut tidak hanya mengambil

bahan makanan tetapi mengambil beberapa

barang selain makanan. Hal ini diketahui setelah

penulis melakukan wawancara dengan pelaku

penjarahan yaitu TA 46 Tahun yang

mengatakan “saya mendapat informasi bahwa di

Alfa Midi atau Toko lainnya kita diperbolehkan

mengambil bahan pokok makanya saya ambil

beras sebanyak 16 karung Besar.”8 Dari

pernyataan pelaku tersebut dapat kita lihat

bahwasanya pelaku mengambil bahan pokok,

tetapi yang salah dalam hal ini adalah si pelaku

terlalu banyak mengambil bahan pokok

kemudian beras tersebut akan dijual kembali.

2. Faktor Kebutuhan Hidup yang mendesak

Pada fase ini sangatlah berpengaruh pada

seseorang atau pelaku penjarahan, dimana pada

saat terjadinya penjarahan setiap orang pasti

butuh makanan dan kebutuhan hidup lainnya

yang harus dipenuhi, maka hal tersebut

mendorong seseorang untuk melakukan

penjarahan.krisis ekonomi akan mengakibatkan

pengangguran, kelompok gelandangan, patologi

sosial atau penyakit masyarakat. Apabila

ditambah dengan kemerosotan moral, agama,

8 Wawancara Pelaku Penjarahan di Lapas Kelas II A Palu,

Tanggal, 13 Februari, 2020.

Page 6: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

219

dapat membawa kepada dekondensi moral dan

kenakalan anak-anak.

Dengan kebutuhan yang semakin banyak

dan mendesak, maka seseorang cenderung

melakukan hal-hal yang cepat untuk memenuhi

kebutuhannya tersebut. Maka faktor ekonomi

merupakan salah satu faktor yang paling

dominan sehingga orang dapat melakukan

kejahatan, karena disebabkan oleh kebutuhan

ekonomi yang kian hari kian meningkat.

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut

dapat dilakukan dengan menjarah barang orang

lain pasca terjadinya bencana alam.

pemerintah yang diharapkan dapat

mengendalikan suasana pasca gempa tidak

kunjung datang untuk menanggulangi kekalutan

warga korban bencana baik mengevakuasi

korban bencana yang luka-luka maupun yang

telah meninggal apalagi memberikan bantuan

makanan, minuman dan obat-obatan kepada

warga korban yang telah melakukan

pengungsian secara sukarela tanpa ada

pegorganisasan dari pemerintah. Sehingga naluri

mereka bergerak secara spontanitas

mengantarkannya pada logistik yang tak bertuan

ditinggal penghuninya.

Jika mengharapkan dari bantuan

pemerintah dan dari bantuan masyarakat lainnya

pasti akan lama tiba untuk mereka. Maka dengan

keadaan tersebut mereka melakukan tindakan

yang tidak sesuai lagi bagi kepentingan umum

karena dalam masalah ini ada sebagian orang-

orang yang merasa dirugikan.Oleh karena itu,

maka seseorang pelaku dapat termotivasi untuk

melakukan penjarahan.Hal ini diketahui setelah

penulis melakukan wawancara dengan pelaku

penjarahan yaitu LM 44 TAHUN yang mencuri

uang RP. 400.000,- (Empat Ratus Ribu Rupiah)

dengan pecahan Rp RP. 100.000,- (SERATUS

RIBU RUPIAH) karena dengan alasan

kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yaitu melihat kondisi

lingkungan sekitar pelaku kejahatan penjarahan

dan lingkungannya.Contoh kasus yang terjadi

adalah seperti hasil wawancara dengan pelaku

Penjarahan berinisial RK. Menurut beliau “Ikut

dengan Ajakan SI BD yaitu mencuri TV, Laptop,

PlayStation (PS) 3.” hal yang sama juga di

sampaikan oleh AG “saya pergi ke pergudangan

untuk mencari apa yang bisa diambil, karena

saya dengar tetangga bilang kalau di sana banyak

barang yang berhamburan untuk dijual.”9

Pengakuan dari pelaku tersebut

membuktikan bahwa faktor lingkungan sekitar

atau lingkungan juga bisa mempengaruhi

seseorang untuk melakukan kejahatan. Sesuai

dengan Teori kriminologi yang dikenal dengan

istilah imitation, karena terbiasa dengan melihat

dan menyaksikan kejahatan yang terjadi di

lingkungan sekitar, seseorang akan memiliki

kecenderungan untuk melakukan hal serupa.

Penilaiannya adalah proses yang cepat untuk

9 Wawancara Pelaku Penjarahan di Lapas Kelas II A Palu,

Tanggal, 13 Februari, 2020.

Page 7: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

220

menghasilkan uang, maka seseorang akan

melakukan kejahatan penjarahan seperti orang

yang dilakukan sekitarnya.

Baik buruknya tingkah laku seseorang

sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana

orang tersebut berada, pada pergaulan yang

diikuti dengan peniruan suatu lingkungan akan

sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan

tingkah laku seseorang. Lingkungan yang

dimaksud adalah keluarga dan lingkungan

masyarakat itu sendiri. Pergaulan teman-teman

dan tetangga merupakan salah satu penyebab

terjadinya penjarahan. Hal itu menunjukkan

bahwa dalam memilih teman harus

memperhatikan sift, watak serta kepribadian

seseorang. Baik buruknya tingkah laku seseorang

sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan,

apabila bergaul dengan orang yang suka

melakukan perbuatan buruk maka besar

kemungkinan akan dipengaruhinya.

Pembentukan tingkah laku seseorang di

samping dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan

sehari-hari tempat seseorang tinggal termasuk

pula lingkungan kerja (tempat kerja).Hubungan

tersebut, Gerson. W. Bewengan mengemukakan

bahwa : Lingkungan keluarga merupakan suatu

lembaga yang bertugas menyiapkan kepentingan

sehari-hari, lingkungan tersebut memegang

peranan utama sebagai permulaan pengalaman

untuk menghadapi masyarakat yang lebih luas,

selain faktor tersebut juga faktor lingkungan

sehari-hari.

4. Faktor Kesempatan

Semua warga yang terkena dampak dari

Gempa, tsunami dan likuifaksi (Pergeseran tanah

secara labil) semuanya menuju ke tempat yang

lebih tinggi (mengungsi) untuk menyelamatkan

diri beserta keluarga termasuk juga para aparat

keamanan juga ikut mengungsi sehingga

beberapa daerah yang terkena dampak dari

Gempa, tsunami dan likuifaksi pada saat itu

menjadi kosong.

Karena warga yang mengungsi dalam

jumlah yang besar pada saat itu dan keamanan di

beberapa tempat tersebut benar-benar dalam

kondisi yang darurat karena dalam keadaan

kosong, sehingga sulit memastikan apakah orang

tersebut warga dari desa setempat atau bukan.

Atas dasar kondisi tersebut tanpa diduga, adanya

oknum yang tidak memiliki rasa kemanusiaan,

belas kasih dan rasa kepedulian yang

memanfaatkan kondisi dan kesempatan tersebut

untuk melakukan penjarahan. Hal ini baru

diketahui warga setelah mereka pulang dari

tempat pengungsian untuk mengamankan

barang-barang berharga mereka dan ternyata

barang-barang tersebut sudah tidak ada lagi di

dalam rumah. Faktor lainnya adalah kelalaian

yang ditimbulkan oleh korban sehingga secara

kriminogen memancing reaksi pelaku

penjarahan, kelalaian tersebut adalah kurangnya

penjagaan terhadap barang-barang berharga

mereka.

Hal ini diketahui setelah penulis

melakukan wawancara dengan salah satu

Page 8: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

221

masyarakat Petobo yang mengatakan bahwa

“pada saat terjadi bencana beliau beserta

keluarga mengungsi ke Gawalise, karena panik

rumah saya tidak terkunci, sehingga ke esokan

harinya setelah pulang dari tempat pengunsian

barang saya seperti TV, Sepatu sudah di ambil

orang”.10

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh

salah satu warga Balaroa, “setelah 5 (lima) hari

pasca gempa saya mengungsi ke Poso sekitar

satu bulan untuk mencari tempat aman

sementara, setelah saya kembali Laptop dan TV

saya sudah tidak ada lagi”.11

Penulis juga

melakukan wawancara dengan dua warga

Balaroa lainnya, mereka mengatakan bahwa

setelah pulang dari pengungsian paranjese,

banyak barang-barang kami sudah tidak ada lagi

dalam rumah, rumah kami dibongkar melalui

seng”12

5. Faktor Pendidikan

Tidak dapat sangka bahwa peranan

pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap

pembentukan watak pribadi seseorang.Individu

yang berpendidikan kemungkinan lebih tabah

dalam menghadapi problem sosial disekitarnya.

Sebaliknya, indvidu yang berpendidikan sangat

potensial berpengaruh oleh kondisi sosial dimana

ia berada. Hal ini mungkin disebabkan mencari

nafkah, kemudian ditambah kurang berfikir kritis

dalam menyikapi kondisi sosialnya.

10

Wawancara masyarakat/korban Penjarahan di Petobo,

Tanggal 23 Februari, 2020. 11

Wawancara masyarakat/korban Penjarahan di Balaroa,

Tanggal 23 Februari, 2020. 12

Wawancara masyarakat/korban Penjarahan di Balaroa,

Tanggal 23 Februari, 2020.

Menurut pandangan ahli kriminologi

bahwa, kejahatan dan deliguensy dapat pula

merupakan akibat dari pada kurangnya

pendidikan dan kegagalan lembaga pendidikan,

sama halnya dengan kegagalan yang disebabkan

oleh kondisi lingkungan keluarga. Memang jika

membicarakan masalah pendidikan maka lembat

laun akan sampai pada suatu kesan bahwa, misi

atau tujuan utama pendidikan adalah untuk

mewujudkan realisasi teransformasi nilainilai

budaya yang baik dan benar, dari generasi

berikutnya.

Dengan demikian sekolah memang

mempunyai peranan penting dalam kehidupan

setiap diri manusia di bandingkan lembaga-

lembaga lainnya. Hal ini juga sering

dikemukakan oleh ahli kriminologi bahwa

sekolah merupakan wadah untuk memupuk

manusia-manusia yang kelak akan berguna bagi

pembangunan dan kesejahteraan bangsa. Di

samping itu sekolah pun berfungsi sebagai

lembaga yang mampu untuk mencegah

terjadinya kejahatan.

Selain itu pendidikan nasional yang

ditekankan dengan wajib belajar 12 tahun

bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia indnesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap tuhan yang maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan. Namun demikian pelaku penjarahan

Page 9: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

222

di Kota Palu didominasi oleh kalangan dengan

tingkat pendidikan hanya sampai (SD).Sehingga

sangat mungkin bagi mereka untuk memenuhi

kebutuhan dengan jalan yang bertentangan

dengan Norma di masyarakat.Hal demikian

sejalan dengan Teori Asosiasi Diferensial

Sutherland bahwa Sekalipun perilaku kriminal

merupakan pencerminan dari kebutuhan umum

dan nilai-nilai, akan tetapi tingkah laku kriminal

tersebut tidak dapat dijelaskan melalui

kebutuhan umum dan nilai-nilai dalam

masyarakat.

Upaya-Upaya Pencegahan dan

Penanggulangan Kejahatan Penjarahan Pada

saat Terjadi Bencana Alam yang dilakukan

kepolisian Resor Kota Palu

Kehendak pemerintah atau political will

dibidang penanggulangan kejahatan diemban

oleh kepolisian sebagai salah satu penyelenggara

pemerintahan. Kepolisian sesuai dengan

fungsinya, yakni : pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat adalah institusi yang paling

bertanggungjawab dalam penanggulangan

kejahatan. Penanggulangan dan pencegahan

kejahatan dalam bentuk operasional,

dilaksanakan dengan membangun kemitraan

dengan masyarakat.13

13

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2002 Tentang Kepolisian Lembaran Negara Republik

Perlindungan hukum merupakan tindakan

bagi yang bersifat preventif dan represif.14

Upaya penanggulangan khususnya

penanggulangan kejahatan penjarahan pada saat

terjadi bencana alam di wilayah hukum polres

Palu, telah dan terus dilakukan oleh aparat

Kepolisian, termasuk juga elemen pemerintah

dan masyarakat serta keluarga pelaku kejahatan.

Berbagai cara dilakukan agar kejahatan yang

dilakukan pelaku penjarahan pada saat terjadi

bencana alam dapat menurun dan bahkan bila

perlu tidak terjadi lagi. Dalam hal ini upaya

penanggulangan kejahatan penjarahan pada saat

terjadi bencana alam, secara garis besar dengan 3

(Tiga) cara yaitu upaya Pre-Emtif, Upaya

Preventif, dan Upaya Represif.

a. Upaya Pre-Emtif

Upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya yang

dilakukan pihak kepolisian untuk mencegah

terjadinya tindak pidana.Usaha-usaha yang

dilakukan dalam penanggulangan kejahatan

secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai,

norma-norma yang baik sehingga norma-norma

tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.

Meskipun ada kesempatan untuk melakukan

kejahatan tapi tidak ada niat untuk melakukan

hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan.

Usaha-usaha pre-emtif yang dilakukan oleh

pihak kepolisian Resort Kota Palu dalam

menanggulangi kejahatan penjarahan pada saat

Indonesia,Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4168. 14

Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat

Indonesia, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1987, hlm. 2

Page 10: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

223

terjadi bencana alam diwilayah hukum polres

Palu yaitu :

1. Penanaman nilai dan norma yang baik.

Penanaman nilai atau norma yang baik dapat

dilakukan melalui lembaga informal dan formal.

Lembaga-lembaga sosial terutama lingkungan

keluarga dan lingkungan sekolah merupakan

kekuatan yang dapat dibatasi perluasannya atau

peningkatan jumlah kejahatan

penjarahan.Pengendalian seperti ini lazim

disebut sosialisasi. Dalam proses ini lembaga

keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab

dalam membentuk, menanamkandan

mengorientasikan harapan-harapan, kebiasaan-

kebiasaan, serta tradisi-tradisi yang berisi norma-

norma, baik norma agama, norma kesusilaan,

norma kesopanan dan norma hukum kepada

anak.

Penanaman nilai dan norma yang baik lebih

difokuskan pada lingkungan keluarga, sebab

keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil

yang dianggap jauh lebih efektif dalam

menanamkan nilai dan norma yang baik terhadap

anak, keluarga dan lingkungan mendapatkan

pengetahuan awal mengenai nilai-nilai sosial

yang baik, serta sifat baik dan buruk.

2. Memilih lingkungan atau pergaulan yang

baik.

Memilih lingkungan atau pergaulan yang baik

merupakan salah satu upaya untuk pencegahan

bagi anak-anak maupun kalangan remaja agar

tidak melakukan tindakan kejahatan khususnya

kejahatan penjarahan. Hal ini karena dikarenakan

jika pergaulan seseorang tidaklah baik maka

akan berdampak pada perilaku orang tersebut.

Berkaitan dengan pergaulan bebas, maka

lingkungan pergaulan pun dapat mengakibatkan

seseorang atau anak dapat berbuat sesuatu

kenakalan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu

segenap pihak yang berperan aktif dalam

memberikan peringatan atau arahan kepada

anak-anak ataupun kepada kalangan remaja

bahwa dampak dari pergaulan bebas sangatlah

berbahaya yang mana akan mengakibatkan

kehancuran bagi orang yang salah dalam

memilih pergaulan tersebut.

Menurut salah satu Penyidik Polres Palu,

upaya-upaya pre-emtif dapat dilakukan pihak

kepolisian Resor Kota Palu yaitu :

1. Melakukan himbauan kamtibnas melalui

babhinkamtibnas yang ada di desa-desa dan

kelurahan untuk menghimbau warganya

untuk tidak melakukan penjarahan terhadap

barang milik orang lain

2. Pemasangan spanduk atau baliho yang

berisikan himbauan tentang dampak kejahatan

penjarahan.

3. Memberikan peringatan kepada masyarakat

agar untuk tidak melakukan penjarahan

terhadap barang milik orang lain yang

ditinggalkan mengungsi.15

Salah satu Penyidik Polres Palu juga

mengatakan bahwa; upaya-upaya pre-emtif yang

dapat dilakukan pihak kepolisian Resor Kota

Palu yaitu dengan cara memaksimalkan

15

Wawancara dengan salah satu penyidik Polres Palu.

Page 11: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

224

siskamling (ronda) serta memberikan himbauan

kepada masyarakat agar saling mengingatkan

dalam menjaga warganya. Maka berdasarkan

penjelasan tersebut menurut penulis, agar

pemerintah daerah dapat menghimbau kepada

masyarakat terhadap dampak kejahatan

penjarahan pada saat terjadi bencana alam.

b. Upaya Preventif

Preventif adalah upaya pencegahan yang

dilakukan agar kejahatan tidak terjadi. Karena

seperti yang kita ketahui bersama, kejahatan

merupakan suatu fenomena kompleks yang

terjadi di sekeliling kita dan sangat meresahkan

masyarakat. Dibandingkan upaya refresif, upaya

preventif jauh lebih baik karena sebelum

terjadinya kejahatan, upaya-upaya tersebut

dipikirkan agar bagaimana kejahatan tersebut

tidak terjadi. Banyak cara yang dilakukan untuk

bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi lagi,

salah satunya sosialisasi tentang suatu peraturan

perundang-undangan bahwa apabila seseorang

melakukan kejahatan akan diancam dengan

sanksi pidana yang dapat membuat mereka di

penjara. Karena landasan tersebut masyarakat

merasa takut untuk melakukan kejahatan.Upaya

Preventif sebagai upaya pencegahan kejahatan

sebelum dilakukan tersebut.Dalam menanggapi

kasus kejahatan penjarahan pada saat terjadi

bencana alam.

Menurut AKP. Kristian Saragih, SIK,upaya-

upaya preventif yang dapat dilakukan kepolisian

Resort Kota Palu :

1. Melakukan Himbauan kamtibmas melalui

babhinkamtibmas yang ada di desa-desa dan

Kelurahan untuk menghimbau warganya

untuk tidak melakukan penjarahan atau

pencurian terhadap barang milik orang

lainyang ditinggalkan mengungsi.

2. Menghimbau kepada warga agar supaya tidak

terlalu jauh mengungsi dari tempat

Tinggalnya (Bagi warga yang Tempat

Tinggalnya mengalami Kerusakan Ringan

hingga Sedang).

3. Menempatkan beberapa personil kepolisian di

beberapa tempat yang rawang penjarahan.

Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat agar dapat

menekan laju perkembangan kejahatan pada

umumnya dan penjarahan pada khususnya, dan

memberikan pemahaman kepada masyarakat

yang terdampak bencana alam, agar memiliki

kesadaran hukum yang baik, sehingga tidak

melakukan penjarahan, karena bagaimanapun

masyarakat yang kurang mendapatkan

pemahaman yang baik tentang hukum akan

mudah melakukan suatu perbuatan yang

bertentangan dengan norma-norma baik itu

norma agama, maupun norma-norma sosial

lainnya khususnya norma hukum, maka selama

ini pihak Kepolisan Polres Palu telah melakukan

penyuluhan-penyuluhan hukum di berbagai

tempat, agar masyarakat tidak terjerumus dalam

perbuatan-perbuatan tercelah, atau kejahatan,

khususnya kejahatan Penjarahan.

c. Upaya Represif

Page 12: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

225

Upaya represif adalah segala tindakan yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah

terjadinya tindak pidana seperti penyidikan,

penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya

sampai dilaksanakan putusan pidananya.16

Semua masyarakat tidak akan

menghendaki adanya namanya kejahatan dalam

lingkungannya, karena adanya kejahatan akan

meresahkan dan merugikan masyarakat.

Khususnya kejahatan penjarahan pada saat

terjadi bencana alam, akibatnya tidak hanya

meresahkan tetapi juga berdampak terhadap

kerugian harta terhadap masyarakat. Oleh karena

itu kejahatan harus diberantas dan ditanggulangi

dan salah satu cara dalam penanggulangan

kejahatan penjarahan pada saat terjadi bencana

alam dengan tindakan represif.

Kemudian juga salah satu faktor terjadinya

kejahatan karena kesenjangan sosial, yaitu

banyaknya angka kemiskinan di daerah tersebut

sehingga upaya-upaya yang dilakukan, seperti

pemerintah dan pemerintahan daerah membuka

suatu lapangan kerja bagi mereka agar tidak

melakukan hal-hal yang menyimpang dan masih

banyak lagi upaya-upaya preventif yang dapat

dilakukan agar kejahatan tersebut tidak terjadi.

Upaya represif biasa disebut dengan upaya

tindakan atau penanggulangan, dalam arti bahwa

ketika kejahatan itu telah terjadi upaya-upaya

apa yang harus dilakukan agar setelah seseorang

16

Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni,

Bandung, 1986, hlm 12.

melakukan kejahatan mereka tidak

mengulanginya lagi. Hal demikian biasanya

dilakukan seperti bagaimana memikirkan untuk

menyembuhkan penjahat tersebut. Orang yang

melakukan kejahatan secara tidak langsung akan

di penjara atau dimasukkan dalam rumah

tahanan., diharapkan di dalam rumah tahanan

tersebut mereka dibina.

Menurut salah satu Penyidik Polres Palu

“karena sudah diperingatkan untuk tidak

melakukan penjarahan maka kami melakukan

upaya paksa terhadap para pelaku dengan

menangkap mereka agar tidak melakukan

penjarahan lagi, apalagi para pelaku penjarahan

tidak semuanya berasal dari dalam kota Palu

melainkan berasal dari luar kota Palu yang

sengaja datang untuk melakukan penjarahan, dan

sebagai peringatan kepada masyarakat lain yang

ingin melakukan agar tidak melakukannya

karena Akan dikenakan hukum”17

Upaya represif dalam penanggulangan

kejahatan penjarahan yang dilakukan oleh Polres

Palu yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan penanggulangan dengan cara

menangkap pelaku penjarahan dan

Melepaskan pelaku penjarahan yang hanya

menjarah bahan pokok seperti makanan,

sedangkan yang mengambil selain itu ditahan

oleh pihak kepolisian

2. Memproses pelaku penjarahan sesuai dengn

proses hukum yang ada mulai dari tahap

17

Wawancara dengan salah satu penyidik Polres Palu.

Page 13: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

226

penyidikan, melimpahkan berkas perkara ke

kejaksaan dan selanjutnya tahap pengadilan

3. Setelah mendapatkan vonis atau putusan dari

pengadilan maka Akan dilakukan pembinaan

terhadap para pelaku penjarahan tersebut

untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi

dan agar tidak mengulangi perbuatannya yang

akan meresahkan masyarakat lainnya, setelah

kembali kedalam masyarakat karena telah

mendapatkan binaan sebelumnya di dalam

rumah tahanan.

PENUTUP

Kesimpulan

Faktor penyebab pelaku melakukan

kejahatan penjarahan pada saat bencana yaitu:

faktor pemberitaan di media sosial, kebutuhan

yang mendesak, faktor Lingkungan, faktor

adanya kesempatan dan faktor pendidikan.

Upaya yang ditempuh oleh pihak

kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana

pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya

bencana alam adalah upaya preventif berupa

semua urusan atau kebijaksanaan yang diambil

sebelum terjadinya suatu kejadian dalam rangka

mencegah terjadinya tindak pidana pencurian

dan upaya represif yaitu tindakan yang diambil

sesudah timbulnya kejahatan yang dilakukan

oleh seseorang dengan tujuan agar kejahatan atau

tindakan pencurian itu jangan sampai terjadi lagi.

Rekomendasi

Dalam menanggulangi serta meminimalisir

tindak pidana penjarahan yang dilakukan pada

saat bencana alam harus melibatkan seluruh

pihak, mulai dari pemerintah, kepolisian bahkan

instansi-instansi terkait dalam memenuhi

kebutuhan rasa aman dan nyaman bagi

pengungsi yang berada di tempat pengungsian.

Dengan demikian ketika warga yang

ditempatkan di pengungsian tidak lagi cemas

meninggalkan harta bendanya selama di tempat

pengungsian serta terpenuhinya kebutuhan

pokok selama di tempat pengungsian.

Terkait upaya yang dilakukan dalam

rangka mencegah terjadinya tindak pidana

penjarahan pada saat bencana alam hendaknya

dilakukan secara berkelanjutan dan

berkesinambungan, hal ini bertujuan untuk

menciptakan serta memberikan pendidikan

kepada masyarakat terhadap pentingnya

mematuhi serta mentaati norma-norma hukum

dalam rangka mencegah terjadinya tindak

pidana, khususnya tindak pidana pencurian pada

saat bencana alam. Serta Upaya penegakan

hukum, aparat yang bersangkutan harus benar-

benar serius dan teliti, karena untuk

menghindari adanya kasus salah tangkap

terhadap pelaku kejahatan yang sering terjadi di

Indonesia.

Page 14: ANALISIS KRIMINOLOGI PENJARAHAN PADA SAAT TERJADI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

227

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Lexy J.Moleong, 1995, Metodologi Penelitian

Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

Peter Mahmud Marzuki. 2007. Pengantar ilmu Hukum, Kencana, Jakarta.

Phillipus M. Hadjon, 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya, PT. Bina Ilmu,

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung,

Artikel Ilmiah

Kaharuddin Syah, Kualifikasi Penjarahan Pasca Gempa Tsunami Dan Likuifaksi Di Kota Palu (Suatu

Tinjauan

Kriminologis),https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MLJ/article/viewFile/816/535

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Lembaran Negara

Republik Indonesia,Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4168.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Internet

https://palu.tribunnews.com/2019/03/01/rekap-baru-dirampungkan-ini-jumlah-terbaru-korban-

terdampak-bencana-di-kota-palu Diakses pada tanggal 11 Oktober 2019, pukul 16.40 WITA

Rakyatku News, Mendagri Izinkan Warga Menjarah Minimarket, Wiranto:

PemerintahyangBayar,http://news.rakyatku.com/read/121325/2018/09/30/mendagri-izinkan-

warga-menjarah-minimarketwiranto-pemerintah-yang-bayar, di akses jum’at 31 Januari 2020,

pukul 13.10 WITA.