Kraniotomi Mencakup Pembukaan Tengkorak Melalui Pembedahan Untuk Meningkatkan Akses Pada Struktur...

5
KRANIOTOMI A. Definisi Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakanial. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah, dan mengontrol hemoragi. Flap tulang dibuat ke dalam tengkorak dan dipasang kembali setelah pembedahan, ditempatkan dengan jahitan periosteal atau kawat. Secara umum, ada dua pendekatan melalui tengkorak yang digunakan : (1) di atas tentorium (kraniotomi supratentorial) ke dalam kompartemen supratentorial dan (2) di bawah tentorium ke dalam kompartemen infratentorial (fossa posterior). Pendekatan transfenoidal melalui sinus mulut dan hidung digunakan untuk membuat akses ke kelenjar hiposifisis. Struktur intracranial dapat menjadi pendekatan melalui lubang burr, yang adalah lubang sirkular yang dibuat tengkorak baik melalui drill tangan atau kraniotom automatik (yang mempunyai system kendali sendiri untuk menghentikan drill ketika tulang ditembus). Lubang burr dibuat untuk eksplorasi atau diagnosis. Lubang-lubang ini dapat digunakan untuk menentukan adanya pembengkakan serbral dan cedera serta ukuran dan posisi ventrikel. Lubang ini juga suatu cara evakuasi hematoma intracranial atau abses dan untuk 22

description

pembukaan

Transcript of Kraniotomi Mencakup Pembukaan Tengkorak Melalui Pembedahan Untuk Meningkatkan Akses Pada Struktur...

KRANIOTOMIA. DefinisiKraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakanial. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah, dan mengontrol hemoragi. Flap tulang dibuat ke dalam tengkorak dan dipasang kembali setelah pembedahan, ditempatkan dengan jahitan periosteal atau kawat. Secara umum, ada dua pendekatan melalui tengkorak yang digunakan : (1) di atas tentorium (kraniotomi supratentorial) ke dalam kompartemen supratentorial dan (2) di bawah tentorium ke dalam kompartemen infratentorial (fossa posterior). Pendekatan transfenoidal melalui sinus mulut dan hidung digunakan untuk membuat akses ke kelenjar hiposifisis. Struktur intracranial dapat menjadi pendekatan melalui lubang burr, yang adalah lubang sirkular yang dibuat tengkorak baik melalui drill tangan atau kraniotom automatik (yang mempunyai system kendali sendiri untuk menghentikan drill ketika tulang ditembus). Lubang burr dibuat untuk eksplorasi atau diagnosis. Lubang-lubang ini dapat digunakan untuk menentukan adanya pembengkakan serbral dan cedera serta ukuran dan posisi ventrikel. Lubang ini juga suatu cara evakuasi hematoma intracranial atau abses dan untuk tujuan dekompresi, ventrikulografi, atau prosedur pirau (shunting). Prosedur kranial lain meliputi kraniektomi (eksisi suatu bagian tengkorak) dan kranioplasti (perbaikan defek kranial dengan penggunaan plat logam atau plastik)B. Evaluasi DiagnostikProsedur diagnostic praoperasi dapat meliputi tomografi koputer (pemindaian CT) untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya. Pencitraan resonans magnetic (MRI) memberikan informasi serupa dengan pemindaian CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi dipotongan lain. Angiografi serebral dapat digunakan untuk meneliti suplai darah tumor atau member informasi mengenai lesi vascular. Pemeriksaan aliran Doppler transkranial mengevaluasi aliran darah pembuluh darah intracranial.

C. PenatalaksanaanPenatalaksaan praoperasiBiasanya pasien diterapi dengan medikasi (fenitoin) sebelum pembedahan untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan,steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangi edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretic (furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air , yang terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intracranial. Kateter urinarius menetap dipasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan antibiotic bila serebral sempat terkontaminasi pada pra operasi untuk menghilangkan ansietas. Kulit kepala dicukur segera sebelum pembedahan sehingga adanya abrasi superficial tidak semua mengalami infeksi. Pentalaksanaan pascaoperasijalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk memantau tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan mendapat terapi oksigen tambahan. Mengurangi edema serebral, terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak. Cairan ini kemudian diekskresikan melalui dieresis osmotic. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setaip 6 jam selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya dikurang secara bertahap.Meredakan nyeri dan mencegah kejang. Asitaminofen biasanya diberikan selama suhu diatas 37,5 derajat celcius dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat saraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan. Kodein , diberikan lewat pariental. Medikasi antikonvulsan diresepkan untuk pasien yang telat menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsy setelah prosedur bedah neuro supratemorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.Memantau TIK. Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke system drainase eksternal. TIK dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa system tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Pirau ventrikel kadang dilakukan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi intrakanial, terutama pada pasien dengan tumor fossa posterior.

D. Komplikasi Komplikasi bedah intrakanial meliputi peningkatan TIK, infeksi, dan deficit neurologik. Peningkatan TIK dapat terjadi sebagai akibat edema serebral atau pembengkakan dan diatasi dengan manitol, diuretik osmotic. Pasien juga memerlukan intubasi dan penggunaan agens paralisis.Infeksi mungkin karena insisi terbuka. Pasien harus mendapat terapi antibiotic, dan balutan serta sisi luka harus dipantau untuk tanda infeksi,peningkatan drainase, bau menyemangat, drainase purulen, dan kemerahan serta bengkak sepanjang garis insisi.Deficit neurologik dapat diakibatkan oleh pembedahan. Pada pascaoperasi status neurologic pasien dipantau dengan ketat untuk adanya perubahan.24