Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020....
Transcript of Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020....
Hubungan Lama Menderita Dm Dan Tindakan Perawatan Kaki Terhadap Nilai Ankle
Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus
Kota Palangka Raya
Didi Saputra¹
¹Program Studi Diploma IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan,
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
E-mail: [email protected]
Abstrak
Saputra, Didi. 2019. Hubungan Lama Menderita DM dan Tindakan Perawatan Kaki Terhadap
Nilai Ankle Brachial Index. Skripsi, Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. Pembimbing (I) Yongwan Nyamin, SKM, MM
(II) Fina Ratih Wira Putri Fitri Yani, MSc.Apt., xv + 59 hlm; 10 tabel; 2 gambar.
Latar belakang : Dikota Palangka Raya penyandang diabetesi yang datang dan berobat ke
puskesmas meningkat cukup tajam dalam 6 tahun terakhir, jika pada tahun 2016 sebanyak 1.372
penderita dan pada tahun 2017 meningkat tajam sebanyak 3.228 (Profil Kesehatan Kota
Palangka Raya 2017).
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan lama menderita DM dan tindakan perawatan kaki
terhadap nilai Ankle Brachial Index.
Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita penyakit DM tipe 2 yang sedang
melakukan rawat inap di ruang Aster dan Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 59 responden dengan kriteria: penyandang diabetes
mellitus, bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara variabel lama menderita DM
dengan nilai Ankle Brachial Index dengan nilai P value 0,000 atau p<0,05 dan terdapat hubungan
antara variabel tindakan perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial Index, dengan nilai P value
0,013 atau p >0,05. Dengan demikian bahwa dengan tindakan perawatan kaki yang baik dan
cukup dapat menjaga sirkulasi darah kaki sehingga nilai Ankle Brachial Index tetap dalam
rentang nilai normal (0,91-1,3).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara lama menderita DM dengan Nilai Ankle Brachial index
dan terdapat hubungan antara tindakan perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial Index.
Rekomendasi : Diharapkan dengan adanya penelitian ini penderita Diabetes Melitus dapat lebih
aktif melakukan perawatan kaki sehingga nilai Ankle Brachial Index tetap dalam batas normal.
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya supaya dapat mengganti variabel independen dengan
senam kaki diabetik atau dengan variabel yang lebih bervariasi yang berhubungan dengan Ankle
Brachial Index sehingga penelitian ini menjadi lebih berkembang.
Kata kunci : •Ankle Brachial Index •Diabetes Melitus •Lama Menderita DM •Perawatan Kaki.
Abstract
Saputra, Didi. 2019. Relationship between DM Sufficiency and Foot Care Measures Against the
Ankle Value of the Brachial Index. Skripsi, D-IV Nursing Program, Nursing Department,
Palangkaraya Health Polytechnic. Pembimbing (I) Yongwan Nyamin, SKM, MM (II) Fina Wira
Ratih Putri Fitri Yani, MSc.Apt., xv + 59 pages; 10 tables; 2 images.
Background : In the city of Palangka Raya, people with diabetes who come and seek treatment
at health centers have increased quite sharply in the past 6 years, if in 2016 there were 1,372
patients and in 2017 sharply increased by 3,228 (Palangka Raya City Health Profile 2017).
Objektive : To knowlong relationship suffering from diabetes and foot care action against the
Ankle Brachial Index value.
Methods : This study is a descriptive correlation study with a cross sectional approach. The
population in this study were all patients with type 2 DM who were hospitalized in the Aster and
Bougenville rooms of the RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. The number of samples in
this study were 59 respondents with criteria: people with diabetes mellitus, willing to be
respondents and able to communicate well.
Results : These results indicate there is a relationship between old variable with a value of DM
Ankle Brachial Index with P value of 0.000 or p <0.05 and there is a relationship between foot
care action variable with a value of Ankle Brachial Index.with a P value of 0.013 or p values
>0.05. Thus that with good foot care measures and sufficient to maintain the blood circulation
legs so Ankle Brachial Index value remained within the range of normal values (0.91 to 1.3).
Conclusion : There is a relationship between long suffering from diabetes with a value of ankle
brachial index and there is a relationship between the maintenance action leg with the ankle
brachial index value.
Recommendation: It is expected that with this study people with Diabetes mellitus can be more
active in foot care so that the ankle brachial index value remains within normal limits.
Recommendations for future research so as to replace the independent variables with diabetic
foot exercises or with more variable associated with the Ankle Brachial Index so that this study
becomes more develoved.
Keywords : •Ankle Brachial •Diabetes Mellitus •Index Suffering old DM •DM Foot Care
Pendahuluan
Menurut International Diabetes
Federation (IDF), prevalensi diabetes
melitus adalah 1,9% dan telah menjadikan
DM sebagai penyakit penyebab kematian
nomor tujuh di dunia. Pada tahun 2012
angka kejadian DM di dunia adalah 371 juta
jiwa dimana proporsi DM tipe 2 adalah 95%.
Angka kejadian DM meningkat menjadi 382
juta jiwa pada tahun 2013 dan pada tahun
2035 diperkirakan meningkat menjadi 592
juta orang. Dari 382 juta orang tersebut, 175
juta orang belum terdiagnosis sehingga
penyakitnya berkembang progresif dan
terancam menjadi komplikasi tanpa disadari
dan tanpa pencegahan (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
Studi pendahuluan yang diperoleh
dari ruang rawat inap rumah sakit dr. Doris
Sylvanus diruang Aster dan Bougenville
tahun 2018 terdapat pasien penderita
diabetes melitus yang melakukan rawat inap
sebanyak 420 pasien, ruang Aster berjumlah
138 pasien dan di ruang bougenville 282
pasien (RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, 2018).
Diabetes melitus (DM) adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya (Ndraha, 2014). Diabetes
melitus merupakan salah satu masalah
kesehatan utama pada masyarakat yang
mempunyai komplikasi jangka panjang dan
pendek (Rahmaningsih, 2016). Diabetes tipe
II ini adalah penyakit yang lama dan tenang
dalam mengeluarkan tanda dan gejalanya
sehingga banyak orang yang baru
mengetahui dirinya terdiagnosa diabetes
pada usia lebih dari 40 tahun (Novitasari,
2012).
Lama sakit DM berhubungan dengan
usia pertama kali penderita terdiagnosa
Diabetes Melitus, semakin muda usia
penderita terdiagnosa Diabetes Melitus maka
semakin lama penderita akan menanggung
sakit (Bertalina & Purnama, 2016). Price &
Wilson (2005) mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara lama menderita
DM dan gangguan sirkulasi perifer, kadar
gula di dalam darah yang tinggi secara terus
menerus dapat merubah dan merusak
jaringan pembuluh darah. Lama seseorang
yang menderita diabetes melitus lebih dari
20 tahun dapat mempengaruhi nilai ABI
yaitu <0,9 dengan nilai OR=1,54 yang
berarti lama seseorang menderita diabetes
melitus dapat berpengaruh terhadap nilai
ABI sebesar 1,54 kali, dengan tingkat
kepercayaan 95% (Escobedo et al, 2010).
Adanya perbedaan durasi pada
penderita diabetes melitus mengakibatkan
nilai ABI pada setiap penderita diabetes
melitus berbeda-beda. Meskipun lama
seseorang menderita diabetes melitus dapat
mempengaruhi nilai ABI, namun pada
kenyataannya beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal
ini dikarenakan masih jarangnya penelitian
yang mencoba menghubungkan antara lama
menderita diabetes melitus dengan nilai
ABI.
Penelitian yang dilakukan Escobedo
Et al (2010) menyatakan bahwa lama
seseorang yang menderita diabetes melitus
lebih dari 20 tahun dapat mempengaruhi
nilai ABI yang berarti lama seseorang
menderita diabetes melitus dapat
berpengaruh terhadap nilai ABI sebesar 1,54
kali, dengan tingkat kepercayaan 95%.
Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Taufik Dwi Cahyono (2016), dengan
judul Hubungan Antara Lama Menderita
Diabetes Melitus dengan Nilai Ankle
Brachial Index pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara lama menderita diabetes
melitus dengan nilai ABI pada penderita
diabetes melitus tipe 2 yang berarti bahwa
lamanya menderita diabetes melitus tidak
mempengaruhi keabnormalan nilai ABI .
Perawatan kaki merupakan upaya
pencegahan primer terjadinya luka pada kaki
diabetik. Tindakan yang harus dilakukan
pada perawatan kaki untuk mengetahui
adanya kelainan kaki secara dini, memotong
kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang
baik, menjaga kebersihan kaki dan senam
kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah
mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki
atau dengan penggunaan alat-alat atau benda
yang tajam. Pasien perlu mengetahui
perawatan kaki diabetik dengan baik
sehingga kejadian ulkus gangren dan
amputasi dapat dihindarkan (Tambunan,
2011). Melakukan perawatan kaki secara
teratur dapat mengurangi penyakit kaki
diabetik sebesar 50-60%. Untuk
meningkatkan vaskularisasi perawatan kaki
dapat juga dilakukan dengan gerakan-
gerakan kaki yang dikenal sebagai senam
kaki diabetes (Black & Hawks,
2009;Smeltzer et al., 2010; Lewiset al.,
2011).
Wahyuni, Arisfa (2016) pernah
meneliti senam kaki diabetik efektif
meningkatkan ankle brachial index pasien
diabetes melitus tipe 2. Dari penelitian yang
mereka lakukan disimpulkan bahwa
pelaksanaan senam kaki diabetik dapat
meningkatkan ABI pada pasien DM tipe 2.
Dewi, (2016) pernah meneliti tentang
hubungan aspek perawatan kaki dengan
kejadian ulkus kaki diabetes di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, dan didapatkan
hasil yang bermakna (p=0,02-0,03).
Penelitian yang dilakukan Dewi, (2016) ini
hanya melihat hubungan aspek perawatan
kaki dengan kejadian ulkus (yang sudah
menderita ulkus dan belum ulkus) dengan
menggunakan kuesioner dan observasi
apakah terdapat ulkus diabetes.
Ankle brachial index adalah rasio
tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki
dengan lengan. Pemeriksaan ini diukur pada
pasien dengan posisi terlentang
menggunakan doppler vaskuler dan
sphygmomanometer. Tekanan sistolik
diukur pada kedua lengan dari arteri
brachialis dan di arteri tibialis posterior dan
dorsalis pedis pada bagian tungkai kaki
masing-masing (Al-Qaisi etal, 2009; Potier
et al, 2011; Aboyans et al, 2008).
Pemeriksaan ABI bertujuan menilai fungsi
sirkulasi pada arteri kaki. Pemeriksaan ABI
direkomendasikan oleh American Heart
Association (AHA) untuk mengetahui proses
aterosklerosis khususnya pada orang dengan
risiko gangguan vaskuler yang berusia 40-75
tahun (Aboyans et al, 2012).
Semakin rendah nilai ABI maka akan
meningkatkan risiko tinggi penyakit
vaskular. Nilai ABI diukur dengan cara
mengukur rasio dari tekanan sistolik di
lengan dengan tekanan sistolik kaki bagian
bawah. Tekanan darah tungkai akan lebih
rendah dibandingkan dengan tekanan darah
lengan pada pasien yang mengalami
gangguan vaskular. Pasien dengan nilai ABI
0,41 sampai 0,90 diindikasikan berisiko
tinggi luka di kaki dan perlu perawatan
lanjut. Pasien yang diindikasikan mengalami
kaki nekrotik, gangren, ulkus, dan borok
akan didapatkan skor ABI ≤0,4 (Kirsner,
2010).
Metode
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian analitik korelatif dengan desain
Cross Sectional yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan di mana variabel
tergantung (efek) diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan di
ruang Aster dan Bougenville RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dengan total
sampel 59 responden, pengambilan data
dengan kuesioner dan dilakukan
pemeriksaan ABI, analisis data dilakukan
dengan analisa univariat dan bivariat, dan
hipotesis yang diajukan diuji kebenarannya
melalui analisis tersebut. Uji statistik yang
digunakan adalah analisis statistik Chi
Square.
Hasil
Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari
59 responden yang diteliti berjenis kelamin
perempuan lebih banyak yaitu 35 orang
(59,3%), sedangkan responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 24 orang
(40,7%).
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari
59 responden yang diteliti sebagian besar
adalah umur 41-60 tahun yaitu 37 responden
(62,7%).
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari
59 responden yang diteliti, responden yang
sudah menderita DM <5 tahun lebih banyak
yaitu 31 responden (52,6%), pada urutan
kedua responden yang sudah menderita DM
5-10 tahun sebanyak 24 responden (40,7%)
dan responden yang menderita DM > 10
Tahun 4 responden (6,8%).
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari
59 responden yang diteliti, responden
dengan tindakan perawatan kaki baik
sebanyak 20 responden (33,9%), responden
dengan tindakan perawatan kaki cukup
sebanyak 37 responden (62,7%), dan
responden dengan tindakan perawatan kaki
kurang sebanyak 2 responden (3,4%).
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari
59 responden yang diteliti, responden
dengan ankle brachial index normal
sebanyak 44 responden (74,6%), sementara
responden dengan brachial index tidak
normal sebanyak 15 responden (25,4%).
Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh bahwa
diantara 31 responden yang lama menderita
DM <5 tahun, terdapat 3 responden (9,7%)
yang ABI nya tidak normal dan 28
responden (90,3%) yang ankle ABI nya
normal. Selain itu 24 responden yang lama
menderita DM 5-10 tahun, terdapat 8
responden (33,3%) yang ABI nya tidak
normal dan sisanya 16 responden (66,7%)
yang ABI nya normal. Sementara itu 4
responden yang lama menderita DM >10
tahun, terdapat 4 responden (100%) yang
ABI nya tidak normal.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa
diantara 20 responden dengan tindakan
perawatan kaki baik, terdapat 2 responden
(10,0%) yang ABI nya tidak normal dan 18
responden (90,0%) yang ABI nya normal.
Selain itu terdapat 37 responden dengan
tindakan perawatan kaki cukup, terdapat 11
responden (29,7%) yang ABI nya tidak
normal dan sisanya 26 responden (70,3%)
yang ABI nya normal. Sementara itu
responden dengan tindakan perawatan kaki
kurang, terdapat 2 responden (100%) yang
ABI nya tidak normal. Berdasarkan uji
statistik diperoleh nilai P value 0,013. Hal
ini menunjukan tingkat kemaknaan (p<0,05)
yang berarti terdapat hubungan antara
tindakan perawatan kaki dengan Ankle
Brachial Index (ABI).
Pembahasan
Responden dalam penelitian ini
adalah pasien yang sedang rawat inap
diruang Aster dan Bougenville RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya yang
berjumlah 59 responden sebagian besar
berjenis perempuan sebanyak 35 responden
(59,3%) dan laki-laki 24 responden
(9,4%). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad, Alghadir, dkk (2012) yang
menyatakan bahwa perempuan lebih banyak
menyandang DM dibandingkan dengan laki-
laki.
Rata-rata umur responden pada
penelitian ini yaitu seseorang yang berusia
lebih dari 30 tahun akan mengalami
degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,
penggantian jaringan menjadi jaringan
parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada organ
pankreas. Semakin tua seseorang, semakin
tinggi risiko orang tersebut mengalami
gangguan organ pankreas, akibat penurunan
fungsi sistem tubuh secara alamiah (Andini,
2015).
Rata-rata responden yang
menyandang DM selama 1-5 tahun sebanyak
31 responden (52,6 %) DM selama 5-10
tahun sebanyak 24 responden (40,7%) DM
selama ≥ 10 tahun sebanyak 4 responden
(6,8 %). Penelitian yang dilakukan
Escobedo Et al (2010) menyatakan bahwa
lama seseorang yang menderita diabetes
melitus lebih dari 20 tahun dapat
mempengaruhi nilai ABI yang berarti lama
seseorang menderita diabetes melitus dapat
berpengaruh terhadap nilai ABI sebesar 1,54
kali, dengan tingkat kepercayaan 95%.
Rata-rata responden dengan tindakan
perawatan kaki baik sebanyak 20 responden
(33,9%), responden dengan tindakan
perawatan kaki cukup sebanyak 37
responden (62,7%), dan responden dengan
tindakan perawatan kaki kurang sebanyak 2
responden (3,4%). Menurut World Diabetes
Foundation (WDF) 2013, National Diabetes
Education Program (NDEP) 2014, dan
American Diabetes Association (ADA) 2014
penderita DM perlu melakukan perawatan
kaki untuk mencegah terjadinya kaki
diabetik.
Rata-rata responden dengan nilai
Ankle Brachial Index (ABI) normal sebanyak
44 responden (74,6%), sementara responden
dengan brachial index tidak normal
sebanyak 15 responden (25,4%).
Pemeriksaan ABI direkomendasikan oleh
American Heart Association (AHA) untuk
mengetahui proses aterosklerosis khususnya
pada orang dengan risiko gangguan vaskuler
yang berusia 40-75 tahun (Aboyans et al,
2012). Sebagai pemeriksaan penunjang, nilai
ABI dapat dijadikan sebagai patokan untuk
menentukan (Jusi, 2010): a. Penilaian
apakah amputasi perlu dilakukan. Penilaian
hasil pasca operasi secara objektif c.
Penentuan berat ringannya kelainan
pembuluh darah d. Penentuan apakah
kelainan berasal dari kelainan saraf atau
vaskuler.
Berdasarkan data pada tabel 4.6
diketahui bahwa nilai P value sebesar 0,000
sehingga Ho ditolak (p<0,05) pada
penelitian ini menunjukan adanya hubungan
yang sangat signifikan antara variabel lama
menderita DM dengan nilai Ankle Brachial
Index. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Price &
Wilson (2005) mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara lama menderita
DM dan gangguan sirkulasi perifer, kadar
gula di dalam darah yang tinggi secara terus
menerus dapat merubah dan merusak
jaringan pembuluh darah. Pemeriksaan
lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan
adanya penyakit Peripheral Arterial Disease
(PAD) adalah dengan pengukuran Ankle
brachial index (ABI) yang merupakan rasio
tekanan darah pada ankle dan brachial. Nilai
ABI dianggap normal apabila ≥ 1.0
sedangkan nilai ABI ≤ 0.9 dapat membantu
menegakkan diagnosis PAD (Williams &
Wilkins, 2011). Penelitian yang dilakukan
escobedo Et al (2010) menyatakan bahwa
lama seseorang yang menderita diabetes
melitus lebih dari 20 tahun dapat
mempengaruhi nilai ABI yang berarti lama
seseorang menderita diabetes melitus dapat
berpengaruh terhadap nilai ABI sebesar 1,54
kali, dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan data pada tabel 4.7
diketahui bahwa nilai P value sebesar 0,013
sehingga Ho ditolak (p<0,05) pada
penelitian ini menunjukan adanya hubungan
yang signifikan antara variabel tindakan
perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial
Index. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa perawatan kaki merupakan hal yang
paling penting untuk pencegahan terjadinya
ulkus kaki. Perawatan kaki sangat penting
bagi penderita diabetes melitus selain
memeriksa keadaan kaki setiap hari salah
satu hal yang penting dalam melakukan
perawatan kaki adalah dengan melakukan
senam kaki diabetek. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni & Arisfa (2016)
menunjukkan bahwa pelaksanaan senam
kaki diabetik dapat meningkatkan nilai ABI
pada pasien DM tipe 2. Rata-rata nilai ABI
sebelum dilakukan senam kaki diabetik
adalah 0.62 dan rata-rata ABI setelah
dilakukan senam kaki diabetik adalah 0.93.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada
perbedaan nilai ABI yang signifikan antara
sebelum dan setelah dilakukan senam kaki
diabetik (p value = 0,005). Berdasarkan hasil
uji statistik didapatkan nilai arah korelasi
positif sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan tindakan perawatan kaki yang
baik dan cukup dapat menjaga sirkulasi
darah kaki sehingga nilai Ankle Brachial
Index tetap dalam rentang nilai normal
(0,91-1,3).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan diruang rawat inap Aster dan
Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari total 59 responden mayoritas
penyandang DM berjenenis kelamin
perempuan sebanyak 35 responden (59,3
%).
2. Sementara itu untuk usia lebih dominan
pada rentan usia 41-60 tahun sebanyak 37
responden (62,7%).
3. Responden yang menderita DM selama
<5 tahun terlihat lebih banyak dengan
jumlah 31 responden (52,6%).
4. Pada penelitian ini untuk tindakan
perawatan responden lebih dominan pada
kategori tindakan perawatan kaki cukup
sebanyak 37 responden (62,%).
5. Dari 59 responden yang diteliti,
responden dengan Ankle Brachial Index
normal sebanyak 44 responden (74,6%),
sementara responden dengan Ankle
brachial index tidak normal sebanyak 15
responden (25,4%).
6. Hasil analisis menunjukan terdapat
hubungan antara lama menderita DM
dengan nilai ankle brachial index dengan
nilai P value 0,000 atau P ≤ 0,05.
7. Hasil analisis menunjukan terdapat
hubungan antara tindakan perawatan kaki
terhadap nilai Ankle Brachial index
dengan nilai P value 0,013 atau P ≤ 0,05.
Jumlah prevalensi diabetes melitus
yang meningkat setiap tahun memerlukan
perhatian sehingga saat ini perlu difokuskan
pada strategi untuk membantu individu
dalam mencapai tingkat kesehatan yang
diinginkan dan mampu mencegah diabetes
melitus maupun komplikasi lebih lanjut pada
penderita yang sudah terdiagnosa diabetes
melitus, terlebih lagi pada Anggota Prolanis
yang sudah jelas memiliki riwayat penyakit
kronis khususnya diabetes melitus.
Saran
1. Bagi Penderita Diabetes Melitus
Diharapkan dengan adanya
penelitian ini penderita dapat lebih aktif
memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan, sehingga dapat mendeteksi
lebih awal keruskan pada pembuluh darah
seperti PAD, CAD, ulkus, dan penyakit
kardiovaskular lainnya, salah satunya
dengan melakukan pemeriksaan ankle
brachial index.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan adanya
penelitian ini, institusi pelayanan
kesehatan bisa memfasilitasi penderita
untuk pemeriksaan ankle brachial index
rutin untuk mendeteksi sedini mugkin
keruskan pada pembuluh darah seperti
PAD, CAD, ulkus, dan penyakit
kardiovaskular lainnya., dan mampu
mensosialisasikan bahwa pemeriksaan
ABI penting.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi pendidikan dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran
khususnya dibidang keperawatan terkait
diabetes melitus untuk lebih meningkatkan
pemberian pelatihan praktik dan teori tetang
diabetes melitus khususnya dalam
memberikan edukasi atau penyuluhan
kesehatan kepada pasiennya. Hendaknya
juga dengan adanya penelitian ini institusi
pendidikan mampu untuk mengaplikasikan
pemeriksaan ankle bracia index dalam
metode belajar mengajar dan dapat dijadikan
publikasi ilmiah.
4. Bagi Bidang Keperawatan
Bagi bidang keperawatan, salah
satu peran perawat sebagai edukator dan
kolaborator dalam memberikan
penyuluhan kesehatan tentang diabetes
melitus tipe 2. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat menambah pemahaman
responden tentang pentingnya
pemeriksaan Ankle Brachial Index untuk
mendeteksi lebih awal jika terdapat
kerusakan pada pembuluh darah seperti
PAD, CAD, ulkus, dan penyakit
kardiovaskular lainnya.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan penelitian ini dapat lebih
dikembangkan lagi dengan mengganti
variabel independen dengan senam kaki
diabetik atau dengan variabel yang lebih
bervariasi sehingga penelitian ini lebih
berkembang.
DAFTAR RUJUKAN
Aboyans, V., Ho, E., Denenber, J.O., Ho, L.A., Natarajan, L., Criqui, M.H., 2008.The
Association Between Elevared Ankle Sitolic Pressure and Peripheral Occlusive
Arterial Disease in Diabetic and Non Diabetic Subjects. J VascSurg. 53: 984-991
Aboyans, V., Criqui, MH., Abraha, P., Allison, MA., Creager, MA., Diehm, C., Fowkes,
FGR et al, 2012. Measurement and Interpretaton of the Ankle – Brachial Index.
American Heart Association. 126: 2890-2909.
Ahmad, Alghadir. Dkk. 2012. Hubungan Lama Menderita dan Komplikasi Diabetes Melitus
dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas
Gatak Sukoharjo. Diunduh dari eprint.ums.ac.id tanggal 25 juni 2019.
Al-Qaisi, M., Nott, DM., King, DH., Kaddoura, S., 2009. Ankle Brachial Preasure Index
(ABPI) : An Update for Practioness. VHRM. 5: 833-41.
American Diabetes Association. 2017. Standards of medical care in diabetes. [Diunduh 02
Januari 2019]. Tersedia dari:http://care.diabetesjournals.org.
Ariani Yesi (2011). Hubungan Antara Motivasi Dengan Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2
Dalam Konteks Asuhan Keperawatan DI Rsup. H. Adam Malik Medan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional 2018: 1–614
Begum Sheule, Wipawee Kong-in, Jaruwan Manasurakan, 2010. Knowledge and Practice
of Prevention of Foot Ulcer Among Patients with Diabetes Mellitus. Diakses pada 20
januari 2019. www.libarts-conference.psu.ac.th/.../008.pdf
Bertalina, & Purnama. 2016. ‘Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien dan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus’. Jurnal
Kesehatan. vol.7, no.2.(hh.329-340) .
Black, J. M., & Hawks, J. H. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management For
Positive Outcomes. (R. G. Carroll & S. Quallich, Eds.) (8th ed., Vol. 1). United
Stated America: Saunders Elsevier.
Brunner, Suddart. 2005. Keperawatan Medikal Bedah (Edisi delapan). Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Damayanti, S. 2017. Diabetes melitus dan penatalaksanaan keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Dewi, A. 2006. Hubungan aspek-aspek perawatan kaki diabetes dengan kejadian ulkus kaki
diabetes pada pasien diabetes melitus.
Dinkes Kota Palangka Raya. 2017. Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2017, 1–
234.
Dita. W.H. 2017. Hubungan Faktor Risiko Diabetes Dengan Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 Pada Posyandu Lansia Sehat Bersama Cilacap.
Eliana F. 2015. Penatalaksanaan DM sesuai konsensus PERKENI 2015. Satelit Simposium
6.1 DM Update Dan Hb1C: 1–7. [Diunduh 30 januari 2019]. Tersedia dari:
http://www.pdui-pusat.com/wp-content/uploads/2015.
Escobedo, J., Rana, J.S., Lombardero, M.S., et al. 2010. Association Between Albuminuria
and Duration of Diabetes and Myocardial Dysfunction and Paripheral Arterial
Disease Among Patients With Stabel Coronary Artery Disease in the BARI 2D
Study. Mayo Clin Proc. 85(1):41-46.
Fatimah RN. 2015. Diabetes melitus tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Juke
Unila. 4: 93–101.
Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 15. Jakarta: EGC.
Hidayat, R.A. & Nurhayati, I. 2014. Perawatan kaki pada penderita diabetes melitus di
rumah. Jurnal Permata Indah Volume 5, Nomor 2, November 2014, hal. 49-54.
Ilminova, Firsty, Nugroho, Heri K, Ismail A. 2015. Hubungan antara status diabetes melitus
dengan status penyakit arteri perifer (PAP) pada pasien hipertensi. Medico. 4:7–29.
International Diabetes Federation, 2013,Diabetes Atlas, sixth edition, ISBN: 2- 930229-85-3
Online version of Diabetes Atlas: www.eatlas.idf.org
Jusi, H. Djang., 2010. Diagnosis Pada Penderita Kelainan Vaskuler, In: Dasar- Dasar Ilmu
Bedah Vaskuler. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 21-36.
Jusi, H. Djang., 2010. Sumbatan Arteri Menahun, In: Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler.
5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 109-136.
Kaban, S. 2007. Diabetes Tipe 2 di Kota Sibolga Tahun 2005. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 40 No 2 Juni 2017.
Kementrian Kesehatan RI.2014. Waspada diabetes; eat well, life well. [Diunduh 30 januari
2019].Tersedia dari:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin.
Kirsner RS. 2010. The standart of care for evaluation and treatment of diabetic foot ulcers.
[Diunduh 30 januari 2019]. Tersedia dari: http://www.woundcarenurses.org/uploads.
Le Mone P, Burke K, Bauldoff G. 2011. Medical surgical nursing critical thinking in client
care. Pearson Education. 1(4): 170-81.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M. (2011).
Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems (8th
ed., Vol. 2). St. Louis Missouri: Elsevier Mosby.
Mostaza, JM., Suarez, C., Manzano, L., 2008. Merito study group. Sub clinical vascular
disease in type 2 diabetic subjects;relationship with cronic complication on
diabetesand the presence of cardiovascular risk factor. Eur J Intern Med. 19:255-60.
Migliacci R, Nasorri R, Ricciarini P, Gresele P. 2008. Ankle brachial index measured by
palpation for the fiagnosis of peripheral arterial disease. Fam Pract. 4(25): 228–32.
Ndraha S. 2014. Diabetes melitus tipe 2 dan tatalaksana terkini. Medicinus. 27(2): 9–16.
Novitasari, Retno, 2012, Diabetes Mellitus Dilengkapi Senam DM., Jogjakarta:Nuha
Medika.
Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Permana H. 2016. Komplikasi kronik dan penyakit penyerta pada diabetesi. Medical Care.
[Diunduh 20 januari 2019]. Tersedia dari: http://pustaka.unpad.ac.id.
Potier L, Abi Khalil C, Mohammedi K, et al. 2011. Use and Utility of Ankle Brachial Index
in Patients with Diabetes. Eur J Vasc Endovasc Surg. 41(1):110-16.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktek
Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.
Price & Wilson. 2005. Patofisisologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Jilid 2 Ed 4.
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Wilson LM. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis proses – proses penyakit
edisi 6. Jakarta: EGC
Prompers L, Huijiberts M, Schapes N, Apelqvist J, Bakker K, Edmonds M et al. 2008.
Resource utilisation and cost associated with the treatment of diabetic foot ulcers.
Diatabelogia. 51(10): 1826-34.
Rahmaningsih BY. 2016. Hubungan antara nilai ankle brachial index dengan kejadian
diabetic foot ulcer pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD DR. Moewardi
Surakarta [thesis]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 1–19.
Raymond RT. 2016. Patogenesis diabetes tipe 2: resistensi defisiensi insulin. Dexa Medica.
[Diunduh 30 januari 2019]. Tersedia dari: https://www.researchgate.net.
Rochmah, Wasilah. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2018. Laporan Pasien Rawat Inap RSUD Dr. Doris
Sylvanus Tahun 2018, Palangka Raya.
Sihombing, D., Nursiswati, & Prawesti, A. 2008. Gambaran Perawatan Kaki dan Sensasi
Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Journal Of Student Padjajaran
University, 1–14.
Sidartawan Soegondo, dkk.2009. Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Terpadu.
Jakarta: FKUI.
Society WO. 2012. Ankle brachial index. J Wound Ostomy Continence Nurs. 39 (25): 21–9.
Soegondo. S., Soewondo. P., Subekti. I. 2007. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer & Bare.(2010). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2.Philadhelphia :
Linppincott
Smeltzer, S., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. 2010. Textbook of Medical-
Surgical Nursing (12th ed.,Vol. 2). Philadelphia: Wolter Kluwer Health.
Tambunan, M. 2011. Perawatan Kaki Diabetes, Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P.,
Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Trisnawati, 2013, Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Public Health and Preventive Medicine
Archive, Volume 1, Nomor 1, Juli 2013
Wahyuni, A., & Arisfa, N. 2016. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle
Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan, 2, 155–164.
https://doi.org/10.22216/jit.2016.v10i2.440.
Waspadji, S, 2007, Penatalaksanaan DM terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
World Health Organization. 2016. 8-who2016-diabetes-facts-and-numbers-indonesian.pdf
Wild et al.2004. Global Prevalence of Diabetes, Diabetes Care 27:1047– 1053,2004.
Williams, L., & Wilkins. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Alih
Bahasa Paramita. Jakarta : PT. Indeks
Zimmet, P. 2009. Preventing Diabetic Complication: A Primary Care Prospective, Diabetes
Res Clin Pract 84:107-116.