Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020....

15
Hubungan Lama Menderita Dm Dan Tindakan Perawatan Kaki Terhadap Nilai Ankle Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya Didi Saputra¹ ¹Program Studi Diploma IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya E-mail: [email protected] Abstrak Saputra, Didi. 2019. Hubungan Lama Menderita DM dan Tindakan Perawatan Kaki Terhadap Nilai Ankle Brachial Index. Skripsi, Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. Pembimbing (I) Yongwan Nyamin, SKM, MM (II) Fina Ratih Wira Putri Fitri Yani, MSc.Apt., xv + 59 hlm; 10 tabel; 2 gambar. Latar belakang : Dikota Palangka Raya penyandang diabetesi yang datang dan berobat ke puskesmas meningkat cukup tajam dalam 6 tahun terakhir, jika pada tahun 2016 sebanyak 1.372 penderita dan pada tahun 2017 meningkat tajam sebanyak 3.228 (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 2017). Tujuan : Untuk mengetahui hubungan lama menderita DM dan tindakan perawatan kaki terhadap nilai Ankle Brachial Index. Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita penyakit DM tipe 2 yang sedang melakukan rawat inap di ruang Aster dan Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 59 responden dengan kriteria: penyandang diabetes mellitus, bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi dengan baik. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara variabel lama menderita DM dengan nilai Ankle Brachial Index dengan nilai P value 0,000 atau p<0,05 dan terdapat hubungan antara variabel tindakan perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial Index, dengan nilai P value 0,013 atau p >0,05. Dengan demikian bahwa dengan tindakan perawatan kaki yang baik dan cukup dapat menjaga sirkulasi darah kaki sehingga nilai Ankle Brachial Index tetap dalam rentang nilai normal (0,91-1,3). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara lama menderita DM dengan Nilai Ankle Brachial index dan terdapat hubungan antara tindakan perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial Index. Rekomendasi : Diharapkan dengan adanya penelitian ini penderita Diabetes Melitus dapat lebih aktif melakukan perawatan kaki sehingga nilai Ankle Brachial Index tetap dalam batas normal. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya supaya dapat mengganti variabel independen dengan senam kaki diabetik atau dengan variabel yang lebih bervariasi yang berhubungan dengan Ankle Brachial Index sehingga penelitian ini menjadi lebih berkembang. Kata kunci : •Ankle Brachial Index •Diabetes Melitus •Lama Menderita DM •Perawatan Kaki.

Transcript of Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020....

Page 1: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

Hubungan Lama Menderita Dm Dan Tindakan Perawatan Kaki Terhadap Nilai Ankle

Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus

Kota Palangka Raya

Didi Saputra¹

¹Program Studi Diploma IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan,

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

E-mail: [email protected]

Abstrak

Saputra, Didi. 2019. Hubungan Lama Menderita DM dan Tindakan Perawatan Kaki Terhadap

Nilai Ankle Brachial Index. Skripsi, Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan,

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. Pembimbing (I) Yongwan Nyamin, SKM, MM

(II) Fina Ratih Wira Putri Fitri Yani, MSc.Apt., xv + 59 hlm; 10 tabel; 2 gambar.

Latar belakang : Dikota Palangka Raya penyandang diabetesi yang datang dan berobat ke

puskesmas meningkat cukup tajam dalam 6 tahun terakhir, jika pada tahun 2016 sebanyak 1.372

penderita dan pada tahun 2017 meningkat tajam sebanyak 3.228 (Profil Kesehatan Kota

Palangka Raya 2017).

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan lama menderita DM dan tindakan perawatan kaki

terhadap nilai Ankle Brachial Index.

Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita penyakit DM tipe 2 yang sedang

melakukan rawat inap di ruang Aster dan Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 59 responden dengan kriteria: penyandang diabetes

mellitus, bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara variabel lama menderita DM

dengan nilai Ankle Brachial Index dengan nilai P value 0,000 atau p<0,05 dan terdapat hubungan

antara variabel tindakan perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial Index, dengan nilai P value

0,013 atau p >0,05. Dengan demikian bahwa dengan tindakan perawatan kaki yang baik dan

cukup dapat menjaga sirkulasi darah kaki sehingga nilai Ankle Brachial Index tetap dalam

rentang nilai normal (0,91-1,3).

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara lama menderita DM dengan Nilai Ankle Brachial index

dan terdapat hubungan antara tindakan perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial Index.

Rekomendasi : Diharapkan dengan adanya penelitian ini penderita Diabetes Melitus dapat lebih

aktif melakukan perawatan kaki sehingga nilai Ankle Brachial Index tetap dalam batas normal.

Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya supaya dapat mengganti variabel independen dengan

senam kaki diabetik atau dengan variabel yang lebih bervariasi yang berhubungan dengan Ankle

Brachial Index sehingga penelitian ini menjadi lebih berkembang.

Kata kunci : •Ankle Brachial Index •Diabetes Melitus •Lama Menderita DM •Perawatan Kaki.

Page 2: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

Abstract

Saputra, Didi. 2019. Relationship between DM Sufficiency and Foot Care Measures Against the

Ankle Value of the Brachial Index. Skripsi, D-IV Nursing Program, Nursing Department,

Palangkaraya Health Polytechnic. Pembimbing (I) Yongwan Nyamin, SKM, MM (II) Fina Wira

Ratih Putri Fitri Yani, MSc.Apt., xv + 59 pages; 10 tables; 2 images.

Background : In the city of Palangka Raya, people with diabetes who come and seek treatment

at health centers have increased quite sharply in the past 6 years, if in 2016 there were 1,372

patients and in 2017 sharply increased by 3,228 (Palangka Raya City Health Profile 2017).

Objektive : To knowlong relationship suffering from diabetes and foot care action against the

Ankle Brachial Index value.

Methods : This study is a descriptive correlation study with a cross sectional approach. The

population in this study were all patients with type 2 DM who were hospitalized in the Aster and

Bougenville rooms of the RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. The number of samples in

this study were 59 respondents with criteria: people with diabetes mellitus, willing to be

respondents and able to communicate well.

Results : These results indicate there is a relationship between old variable with a value of DM

Ankle Brachial Index with P value of 0.000 or p <0.05 and there is a relationship between foot

care action variable with a value of Ankle Brachial Index.with a P value of 0.013 or p values

>0.05. Thus that with good foot care measures and sufficient to maintain the blood circulation

legs so Ankle Brachial Index value remained within the range of normal values (0.91 to 1.3).

Conclusion : There is a relationship between long suffering from diabetes with a value of ankle

brachial index and there is a relationship between the maintenance action leg with the ankle

brachial index value.

Recommendation: It is expected that with this study people with Diabetes mellitus can be more

active in foot care so that the ankle brachial index value remains within normal limits.

Recommendations for future research so as to replace the independent variables with diabetic

foot exercises or with more variable associated with the Ankle Brachial Index so that this study

becomes more develoved.

Keywords : •Ankle Brachial •Diabetes Mellitus •Index Suffering old DM •DM Foot Care

Pendahuluan

Menurut International Diabetes

Federation (IDF), prevalensi diabetes

melitus adalah 1,9% dan telah menjadikan

DM sebagai penyakit penyebab kematian

nomor tujuh di dunia. Pada tahun 2012

angka kejadian DM di dunia adalah 371 juta

jiwa dimana proporsi DM tipe 2 adalah 95%.

Angka kejadian DM meningkat menjadi 382

juta jiwa pada tahun 2013 dan pada tahun

2035 diperkirakan meningkat menjadi 592

juta orang. Dari 382 juta orang tersebut, 175

juta orang belum terdiagnosis sehingga

penyakitnya berkembang progresif dan

Page 3: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

terancam menjadi komplikasi tanpa disadari

dan tanpa pencegahan (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

Studi pendahuluan yang diperoleh

dari ruang rawat inap rumah sakit dr. Doris

Sylvanus diruang Aster dan Bougenville

tahun 2018 terdapat pasien penderita

diabetes melitus yang melakukan rawat inap

sebanyak 420 pasien, ruang Aster berjumlah

138 pasien dan di ruang bougenville 282

pasien (RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya, 2018).

Diabetes melitus (DM) adalah suatu

kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

atau keduanya (Ndraha, 2014). Diabetes

melitus merupakan salah satu masalah

kesehatan utama pada masyarakat yang

mempunyai komplikasi jangka panjang dan

pendek (Rahmaningsih, 2016). Diabetes tipe

II ini adalah penyakit yang lama dan tenang

dalam mengeluarkan tanda dan gejalanya

sehingga banyak orang yang baru

mengetahui dirinya terdiagnosa diabetes

pada usia lebih dari 40 tahun (Novitasari,

2012).

Lama sakit DM berhubungan dengan

usia pertama kali penderita terdiagnosa

Diabetes Melitus, semakin muda usia

penderita terdiagnosa Diabetes Melitus maka

semakin lama penderita akan menanggung

sakit (Bertalina & Purnama, 2016). Price &

Wilson (2005) mengatakan bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara lama menderita

DM dan gangguan sirkulasi perifer, kadar

gula di dalam darah yang tinggi secara terus

menerus dapat merubah dan merusak

jaringan pembuluh darah. Lama seseorang

yang menderita diabetes melitus lebih dari

20 tahun dapat mempengaruhi nilai ABI

yaitu <0,9 dengan nilai OR=1,54 yang

berarti lama seseorang menderita diabetes

melitus dapat berpengaruh terhadap nilai

ABI sebesar 1,54 kali, dengan tingkat

kepercayaan 95% (Escobedo et al, 2010).

Adanya perbedaan durasi pada

penderita diabetes melitus mengakibatkan

nilai ABI pada setiap penderita diabetes

melitus berbeda-beda. Meskipun lama

seseorang menderita diabetes melitus dapat

mempengaruhi nilai ABI, namun pada

kenyataannya beberapa penelitian

menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal

ini dikarenakan masih jarangnya penelitian

yang mencoba menghubungkan antara lama

menderita diabetes melitus dengan nilai

ABI.

Penelitian yang dilakukan Escobedo

Et al (2010) menyatakan bahwa lama

seseorang yang menderita diabetes melitus

lebih dari 20 tahun dapat mempengaruhi

Page 4: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

nilai ABI yang berarti lama seseorang

menderita diabetes melitus dapat

berpengaruh terhadap nilai ABI sebesar 1,54

kali, dengan tingkat kepercayaan 95%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Taufik Dwi Cahyono (2016), dengan

judul Hubungan Antara Lama Menderita

Diabetes Melitus dengan Nilai Ankle

Brachial Index pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara lama menderita diabetes

melitus dengan nilai ABI pada penderita

diabetes melitus tipe 2 yang berarti bahwa

lamanya menderita diabetes melitus tidak

mempengaruhi keabnormalan nilai ABI .

Perawatan kaki merupakan upaya

pencegahan primer terjadinya luka pada kaki

diabetik. Tindakan yang harus dilakukan

pada perawatan kaki untuk mengetahui

adanya kelainan kaki secara dini, memotong

kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang

baik, menjaga kebersihan kaki dan senam

kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah

mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki

atau dengan penggunaan alat-alat atau benda

yang tajam. Pasien perlu mengetahui

perawatan kaki diabetik dengan baik

sehingga kejadian ulkus gangren dan

amputasi dapat dihindarkan (Tambunan,

2011). Melakukan perawatan kaki secara

teratur dapat mengurangi penyakit kaki

diabetik sebesar 50-60%. Untuk

meningkatkan vaskularisasi perawatan kaki

dapat juga dilakukan dengan gerakan-

gerakan kaki yang dikenal sebagai senam

kaki diabetes (Black & Hawks,

2009;Smeltzer et al., 2010; Lewiset al.,

2011).

Wahyuni, Arisfa (2016) pernah

meneliti senam kaki diabetik efektif

meningkatkan ankle brachial index pasien

diabetes melitus tipe 2. Dari penelitian yang

mereka lakukan disimpulkan bahwa

pelaksanaan senam kaki diabetik dapat

meningkatkan ABI pada pasien DM tipe 2.

Dewi, (2016) pernah meneliti tentang

hubungan aspek perawatan kaki dengan

kejadian ulkus kaki diabetes di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta, dan didapatkan

hasil yang bermakna (p=0,02-0,03).

Penelitian yang dilakukan Dewi, (2016) ini

hanya melihat hubungan aspek perawatan

kaki dengan kejadian ulkus (yang sudah

menderita ulkus dan belum ulkus) dengan

menggunakan kuesioner dan observasi

apakah terdapat ulkus diabetes.

Ankle brachial index adalah rasio

tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki

dengan lengan. Pemeriksaan ini diukur pada

pasien dengan posisi terlentang

menggunakan doppler vaskuler dan

Page 5: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

sphygmomanometer. Tekanan sistolik

diukur pada kedua lengan dari arteri

brachialis dan di arteri tibialis posterior dan

dorsalis pedis pada bagian tungkai kaki

masing-masing (Al-Qaisi etal, 2009; Potier

et al, 2011; Aboyans et al, 2008).

Pemeriksaan ABI bertujuan menilai fungsi

sirkulasi pada arteri kaki. Pemeriksaan ABI

direkomendasikan oleh American Heart

Association (AHA) untuk mengetahui proses

aterosklerosis khususnya pada orang dengan

risiko gangguan vaskuler yang berusia 40-75

tahun (Aboyans et al, 2012).

Semakin rendah nilai ABI maka akan

meningkatkan risiko tinggi penyakit

vaskular. Nilai ABI diukur dengan cara

mengukur rasio dari tekanan sistolik di

lengan dengan tekanan sistolik kaki bagian

bawah. Tekanan darah tungkai akan lebih

rendah dibandingkan dengan tekanan darah

lengan pada pasien yang mengalami

gangguan vaskular. Pasien dengan nilai ABI

0,41 sampai 0,90 diindikasikan berisiko

tinggi luka di kaki dan perlu perawatan

lanjut. Pasien yang diindikasikan mengalami

kaki nekrotik, gangren, ulkus, dan borok

akan didapatkan skor ABI ≤0,4 (Kirsner,

2010).

Metode

Penelitian ini menggunakan metode

penelitian analitik korelatif dengan desain

Cross Sectional yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan di mana variabel

tergantung (efek) diobservasi sekaligus pada

waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan di

ruang Aster dan Bougenville RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya dengan total

sampel 59 responden, pengambilan data

dengan kuesioner dan dilakukan

pemeriksaan ABI, analisis data dilakukan

dengan analisa univariat dan bivariat, dan

hipotesis yang diajukan diuji kebenarannya

melalui analisis tersebut. Uji statistik yang

digunakan adalah analisis statistik Chi

Square.

Hasil

Analisis Univariat

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari

59 responden yang diteliti berjenis kelamin

perempuan lebih banyak yaitu 35 orang

(59,3%), sedangkan responden yang berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 24 orang

(40,7%).

Page 6: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari

59 responden yang diteliti sebagian besar

adalah umur 41-60 tahun yaitu 37 responden

(62,7%).

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari

59 responden yang diteliti, responden yang

sudah menderita DM <5 tahun lebih banyak

yaitu 31 responden (52,6%), pada urutan

kedua responden yang sudah menderita DM

5-10 tahun sebanyak 24 responden (40,7%)

dan responden yang menderita DM > 10

Tahun 4 responden (6,8%).

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari

59 responden yang diteliti, responden

dengan tindakan perawatan kaki baik

sebanyak 20 responden (33,9%), responden

dengan tindakan perawatan kaki cukup

sebanyak 37 responden (62,7%), dan

responden dengan tindakan perawatan kaki

kurang sebanyak 2 responden (3,4%).

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari

59 responden yang diteliti, responden

dengan ankle brachial index normal

sebanyak 44 responden (74,6%), sementara

responden dengan brachial index tidak

normal sebanyak 15 responden (25,4%).

Analisis Bivariat

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh bahwa

diantara 31 responden yang lama menderita

DM <5 tahun, terdapat 3 responden (9,7%)

yang ABI nya tidak normal dan 28

responden (90,3%) yang ankle ABI nya

normal. Selain itu 24 responden yang lama

menderita DM 5-10 tahun, terdapat 8

responden (33,3%) yang ABI nya tidak

normal dan sisanya 16 responden (66,7%)

yang ABI nya normal. Sementara itu 4

Page 7: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

responden yang lama menderita DM >10

tahun, terdapat 4 responden (100%) yang

ABI nya tidak normal.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa

diantara 20 responden dengan tindakan

perawatan kaki baik, terdapat 2 responden

(10,0%) yang ABI nya tidak normal dan 18

responden (90,0%) yang ABI nya normal.

Selain itu terdapat 37 responden dengan

tindakan perawatan kaki cukup, terdapat 11

responden (29,7%) yang ABI nya tidak

normal dan sisanya 26 responden (70,3%)

yang ABI nya normal. Sementara itu

responden dengan tindakan perawatan kaki

kurang, terdapat 2 responden (100%) yang

ABI nya tidak normal. Berdasarkan uji

statistik diperoleh nilai P value 0,013. Hal

ini menunjukan tingkat kemaknaan (p<0,05)

yang berarti terdapat hubungan antara

tindakan perawatan kaki dengan Ankle

Brachial Index (ABI).

Pembahasan

Responden dalam penelitian ini

adalah pasien yang sedang rawat inap

diruang Aster dan Bougenville RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya yang

berjumlah 59 responden sebagian besar

berjenis perempuan sebanyak 35 responden

(59,3%) dan laki-laki 24 responden

(9,4%). Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad, Alghadir, dkk (2012) yang

menyatakan bahwa perempuan lebih banyak

menyandang DM dibandingkan dengan laki-

laki.

Rata-rata umur responden pada

penelitian ini yaitu seseorang yang berusia

lebih dari 30 tahun akan mengalami

degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,

penggantian jaringan menjadi jaringan

parut, pengurangan cairan. Hal tersebut

menyebabkan stabilitas pada organ

pankreas. Semakin tua seseorang, semakin

tinggi risiko orang tersebut mengalami

gangguan organ pankreas, akibat penurunan

fungsi sistem tubuh secara alamiah (Andini,

2015).

Rata-rata responden yang

menyandang DM selama 1-5 tahun sebanyak

31 responden (52,6 %) DM selama 5-10

tahun sebanyak 24 responden (40,7%) DM

selama ≥ 10 tahun sebanyak 4 responden

(6,8 %). Penelitian yang dilakukan

Escobedo Et al (2010) menyatakan bahwa

lama seseorang yang menderita diabetes

melitus lebih dari 20 tahun dapat

mempengaruhi nilai ABI yang berarti lama

seseorang menderita diabetes melitus dapat

Page 8: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

berpengaruh terhadap nilai ABI sebesar 1,54

kali, dengan tingkat kepercayaan 95%.

Rata-rata responden dengan tindakan

perawatan kaki baik sebanyak 20 responden

(33,9%), responden dengan tindakan

perawatan kaki cukup sebanyak 37

responden (62,7%), dan responden dengan

tindakan perawatan kaki kurang sebanyak 2

responden (3,4%). Menurut World Diabetes

Foundation (WDF) 2013, National Diabetes

Education Program (NDEP) 2014, dan

American Diabetes Association (ADA) 2014

penderita DM perlu melakukan perawatan

kaki untuk mencegah terjadinya kaki

diabetik.

Rata-rata responden dengan nilai

Ankle Brachial Index (ABI) normal sebanyak

44 responden (74,6%), sementara responden

dengan brachial index tidak normal

sebanyak 15 responden (25,4%).

Pemeriksaan ABI direkomendasikan oleh

American Heart Association (AHA) untuk

mengetahui proses aterosklerosis khususnya

pada orang dengan risiko gangguan vaskuler

yang berusia 40-75 tahun (Aboyans et al,

2012). Sebagai pemeriksaan penunjang, nilai

ABI dapat dijadikan sebagai patokan untuk

menentukan (Jusi, 2010): a. Penilaian

apakah amputasi perlu dilakukan. Penilaian

hasil pasca operasi secara objektif c.

Penentuan berat ringannya kelainan

pembuluh darah d. Penentuan apakah

kelainan berasal dari kelainan saraf atau

vaskuler.

Berdasarkan data pada tabel 4.6

diketahui bahwa nilai P value sebesar 0,000

sehingga Ho ditolak (p<0,05) pada

penelitian ini menunjukan adanya hubungan

yang sangat signifikan antara variabel lama

menderita DM dengan nilai Ankle Brachial

Index. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Price &

Wilson (2005) mengatakan bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara lama menderita

DM dan gangguan sirkulasi perifer, kadar

gula di dalam darah yang tinggi secara terus

menerus dapat merubah dan merusak

jaringan pembuluh darah. Pemeriksaan

lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan

adanya penyakit Peripheral Arterial Disease

(PAD) adalah dengan pengukuran Ankle

brachial index (ABI) yang merupakan rasio

tekanan darah pada ankle dan brachial. Nilai

ABI dianggap normal apabila ≥ 1.0

sedangkan nilai ABI ≤ 0.9 dapat membantu

menegakkan diagnosis PAD (Williams &

Wilkins, 2011). Penelitian yang dilakukan

escobedo Et al (2010) menyatakan bahwa

lama seseorang yang menderita diabetes

melitus lebih dari 20 tahun dapat

mempengaruhi nilai ABI yang berarti lama

seseorang menderita diabetes melitus dapat

Page 9: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

berpengaruh terhadap nilai ABI sebesar 1,54

kali, dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan data pada tabel 4.7

diketahui bahwa nilai P value sebesar 0,013

sehingga Ho ditolak (p<0,05) pada

penelitian ini menunjukan adanya hubungan

yang signifikan antara variabel tindakan

perawatan kaki dengan nilai Ankle Brachial

Index. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa perawatan kaki merupakan hal yang

paling penting untuk pencegahan terjadinya

ulkus kaki. Perawatan kaki sangat penting

bagi penderita diabetes melitus selain

memeriksa keadaan kaki setiap hari salah

satu hal yang penting dalam melakukan

perawatan kaki adalah dengan melakukan

senam kaki diabetek. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuni & Arisfa (2016)

menunjukkan bahwa pelaksanaan senam

kaki diabetik dapat meningkatkan nilai ABI

pada pasien DM tipe 2. Rata-rata nilai ABI

sebelum dilakukan senam kaki diabetik

adalah 0.62 dan rata-rata ABI setelah

dilakukan senam kaki diabetik adalah 0.93.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada

perbedaan nilai ABI yang signifikan antara

sebelum dan setelah dilakukan senam kaki

diabetik (p value = 0,005). Berdasarkan hasil

uji statistik didapatkan nilai arah korelasi

positif sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa dengan tindakan perawatan kaki yang

baik dan cukup dapat menjaga sirkulasi

darah kaki sehingga nilai Ankle Brachial

Index tetap dalam rentang nilai normal

(0,91-1,3).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan diruang rawat inap Aster dan

Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Dari total 59 responden mayoritas

penyandang DM berjenenis kelamin

perempuan sebanyak 35 responden (59,3

%).

2. Sementara itu untuk usia lebih dominan

pada rentan usia 41-60 tahun sebanyak 37

responden (62,7%).

3. Responden yang menderita DM selama

<5 tahun terlihat lebih banyak dengan

jumlah 31 responden (52,6%).

4. Pada penelitian ini untuk tindakan

perawatan responden lebih dominan pada

kategori tindakan perawatan kaki cukup

sebanyak 37 responden (62,%).

Page 10: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

5. Dari 59 responden yang diteliti,

responden dengan Ankle Brachial Index

normal sebanyak 44 responden (74,6%),

sementara responden dengan Ankle

brachial index tidak normal sebanyak 15

responden (25,4%).

6. Hasil analisis menunjukan terdapat

hubungan antara lama menderita DM

dengan nilai ankle brachial index dengan

nilai P value 0,000 atau P ≤ 0,05.

7. Hasil analisis menunjukan terdapat

hubungan antara tindakan perawatan kaki

terhadap nilai Ankle Brachial index

dengan nilai P value 0,013 atau P ≤ 0,05.

Jumlah prevalensi diabetes melitus

yang meningkat setiap tahun memerlukan

perhatian sehingga saat ini perlu difokuskan

pada strategi untuk membantu individu

dalam mencapai tingkat kesehatan yang

diinginkan dan mampu mencegah diabetes

melitus maupun komplikasi lebih lanjut pada

penderita yang sudah terdiagnosa diabetes

melitus, terlebih lagi pada Anggota Prolanis

yang sudah jelas memiliki riwayat penyakit

kronis khususnya diabetes melitus.

Saran

1. Bagi Penderita Diabetes Melitus

Diharapkan dengan adanya

penelitian ini penderita dapat lebih aktif

memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan, sehingga dapat mendeteksi

lebih awal keruskan pada pembuluh darah

seperti PAD, CAD, ulkus, dan penyakit

kardiovaskular lainnya, salah satunya

dengan melakukan pemeriksaan ankle

brachial index.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dengan adanya

penelitian ini, institusi pelayanan

kesehatan bisa memfasilitasi penderita

untuk pemeriksaan ankle brachial index

rutin untuk mendeteksi sedini mugkin

keruskan pada pembuluh darah seperti

PAD, CAD, ulkus, dan penyakit

kardiovaskular lainnya., dan mampu

mensosialisasikan bahwa pemeriksaan

ABI penting.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Page 11: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

Bagi Institusi pendidikan dapat

dijadikan sebagai bahan pembelajaran

khususnya dibidang keperawatan terkait

diabetes melitus untuk lebih meningkatkan

pemberian pelatihan praktik dan teori tetang

diabetes melitus khususnya dalam

memberikan edukasi atau penyuluhan

kesehatan kepada pasiennya. Hendaknya

juga dengan adanya penelitian ini institusi

pendidikan mampu untuk mengaplikasikan

pemeriksaan ankle bracia index dalam

metode belajar mengajar dan dapat dijadikan

publikasi ilmiah.

4. Bagi Bidang Keperawatan

Bagi bidang keperawatan, salah

satu peran perawat sebagai edukator dan

kolaborator dalam memberikan

penyuluhan kesehatan tentang diabetes

melitus tipe 2. Melalui penelitian ini

diharapkan dapat menambah pemahaman

responden tentang pentingnya

pemeriksaan Ankle Brachial Index untuk

mendeteksi lebih awal jika terdapat

kerusakan pada pembuluh darah seperti

PAD, CAD, ulkus, dan penyakit

kardiovaskular lainnya.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan penelitian ini dapat lebih

dikembangkan lagi dengan mengganti

variabel independen dengan senam kaki

diabetik atau dengan variabel yang lebih

bervariasi sehingga penelitian ini lebih

berkembang.

Page 12: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

DAFTAR RUJUKAN

Aboyans, V., Ho, E., Denenber, J.O., Ho, L.A., Natarajan, L., Criqui, M.H., 2008.The

Association Between Elevared Ankle Sitolic Pressure and Peripheral Occlusive

Arterial Disease in Diabetic and Non Diabetic Subjects. J VascSurg. 53: 984-991

Aboyans, V., Criqui, MH., Abraha, P., Allison, MA., Creager, MA., Diehm, C., Fowkes,

FGR et al, 2012. Measurement and Interpretaton of the Ankle – Brachial Index.

American Heart Association. 126: 2890-2909.

Ahmad, Alghadir. Dkk. 2012. Hubungan Lama Menderita dan Komplikasi Diabetes Melitus

dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas

Gatak Sukoharjo. Diunduh dari eprint.ums.ac.id tanggal 25 juni 2019.

Al-Qaisi, M., Nott, DM., King, DH., Kaddoura, S., 2009. Ankle Brachial Preasure Index

(ABPI) : An Update for Practioness. VHRM. 5: 833-41.

American Diabetes Association. 2017. Standards of medical care in diabetes. [Diunduh 02

Januari 2019]. Tersedia dari:http://care.diabetesjournals.org.

Ariani Yesi (2011). Hubungan Antara Motivasi Dengan Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2

Dalam Konteks Asuhan Keperawatan DI Rsup. H. Adam Malik Medan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Riset kesehatan dasar

(RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional 2018: 1–614

Begum Sheule, Wipawee Kong-in, Jaruwan Manasurakan, 2010. Knowledge and Practice

of Prevention of Foot Ulcer Among Patients with Diabetes Mellitus. Diakses pada 20

januari 2019. www.libarts-conference.psu.ac.th/.../008.pdf

Bertalina, & Purnama. 2016. ‘Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien dan

Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus’. Jurnal

Kesehatan. vol.7, no.2.(hh.329-340) .

Black, J. M., & Hawks, J. H. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management For

Positive Outcomes. (R. G. Carroll & S. Quallich, Eds.) (8th ed., Vol. 1). United

Stated America: Saunders Elsevier.

Brunner, Suddart. 2005. Keperawatan Medikal Bedah (Edisi delapan). Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Damayanti, S. 2017. Diabetes melitus dan penatalaksanaan keperawatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Page 13: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

Dewi, A. 2006. Hubungan aspek-aspek perawatan kaki diabetes dengan kejadian ulkus kaki

diabetes pada pasien diabetes melitus.

Dinkes Kota Palangka Raya. 2017. Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2017, 1–

234.

Dita. W.H. 2017. Hubungan Faktor Risiko Diabetes Dengan Kejadian Diabetes Melitus

Tipe 2 Pada Posyandu Lansia Sehat Bersama Cilacap.

Eliana F. 2015. Penatalaksanaan DM sesuai konsensus PERKENI 2015. Satelit Simposium

6.1 DM Update Dan Hb1C: 1–7. [Diunduh 30 januari 2019]. Tersedia dari:

http://www.pdui-pusat.com/wp-content/uploads/2015.

Escobedo, J., Rana, J.S., Lombardero, M.S., et al. 2010. Association Between Albuminuria

and Duration of Diabetes and Myocardial Dysfunction and Paripheral Arterial

Disease Among Patients With Stabel Coronary Artery Disease in the BARI 2D

Study. Mayo Clin Proc. 85(1):41-46.

Fatimah RN. 2015. Diabetes melitus tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Juke

Unila. 4: 93–101.

Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 15. Jakarta: EGC.

Hidayat, R.A. & Nurhayati, I. 2014. Perawatan kaki pada penderita diabetes melitus di

rumah. Jurnal Permata Indah Volume 5, Nomor 2, November 2014, hal. 49-54.

Ilminova, Firsty, Nugroho, Heri K, Ismail A. 2015. Hubungan antara status diabetes melitus

dengan status penyakit arteri perifer (PAP) pada pasien hipertensi. Medico. 4:7–29.

International Diabetes Federation, 2013,Diabetes Atlas, sixth edition, ISBN: 2- 930229-85-3

Online version of Diabetes Atlas: www.eatlas.idf.org

Jusi, H. Djang., 2010. Diagnosis Pada Penderita Kelainan Vaskuler, In: Dasar- Dasar Ilmu

Bedah Vaskuler. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 21-36.

Jusi, H. Djang., 2010. Sumbatan Arteri Menahun, In: Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler.

5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 109-136.

Kaban, S. 2007. Diabetes Tipe 2 di Kota Sibolga Tahun 2005. Majalah Kedokteran

Nusantara Volume 40 No 2 Juni 2017.

Kementrian Kesehatan RI.2014. Waspada diabetes; eat well, life well. [Diunduh 30 januari

2019].Tersedia dari:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin.

Kirsner RS. 2010. The standart of care for evaluation and treatment of diabetic foot ulcers.

[Diunduh 30 januari 2019]. Tersedia dari: http://www.woundcarenurses.org/uploads.

Page 14: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

Le Mone P, Burke K, Bauldoff G. 2011. Medical surgical nursing critical thinking in client

care. Pearson Education. 1(4): 170-81.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M. (2011).

Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems (8th

ed., Vol. 2). St. Louis Missouri: Elsevier Mosby.

Mostaza, JM., Suarez, C., Manzano, L., 2008. Merito study group. Sub clinical vascular

disease in type 2 diabetic subjects;relationship with cronic complication on

diabetesand the presence of cardiovascular risk factor. Eur J Intern Med. 19:255-60.

Migliacci R, Nasorri R, Ricciarini P, Gresele P. 2008. Ankle brachial index measured by

palpation for the fiagnosis of peripheral arterial disease. Fam Pract. 4(25): 228–32.

Ndraha S. 2014. Diabetes melitus tipe 2 dan tatalaksana terkini. Medicinus. 27(2): 9–16.

Novitasari, Retno, 2012, Diabetes Mellitus Dilengkapi Senam DM., Jogjakarta:Nuha

Medika.

Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Permana H. 2016. Komplikasi kronik dan penyakit penyerta pada diabetesi. Medical Care.

[Diunduh 20 januari 2019]. Tersedia dari: http://pustaka.unpad.ac.id.

Potier L, Abi Khalil C, Mohammedi K, et al. 2011. Use and Utility of Ankle Brachial Index

in Patients with Diabetes. Eur J Vasc Endovasc Surg. 41(1):110-16.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktek

Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.

Price & Wilson. 2005. Patofisisologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Jilid 2 Ed 4.

Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A, Wilson LM. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis proses – proses penyakit

edisi 6. Jakarta: EGC

Prompers L, Huijiberts M, Schapes N, Apelqvist J, Bakker K, Edmonds M et al. 2008.

Resource utilisation and cost associated with the treatment of diabetic foot ulcers.

Diatabelogia. 51(10): 1826-34.

Rahmaningsih BY. 2016. Hubungan antara nilai ankle brachial index dengan kejadian

diabetic foot ulcer pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD DR. Moewardi

Surakarta [thesis]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 1–19.

Raymond RT. 2016. Patogenesis diabetes tipe 2: resistensi defisiensi insulin. Dexa Medica.

[Diunduh 30 januari 2019]. Tersedia dari: https://www.researchgate.net.

Rochmah, Wasilah. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Page 15: Kota Palangka Raya Didi Saputra¹repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/602/3/Manuskrip Didi... · 2020. 6. 18. · DM sebagai penyakit penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Pada tahun

RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2018. Laporan Pasien Rawat Inap RSUD Dr. Doris

Sylvanus Tahun 2018, Palangka Raya.

Sihombing, D., Nursiswati, & Prawesti, A. 2008. Gambaran Perawatan Kaki dan Sensasi

Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Journal Of Student Padjajaran

University, 1–14.

Sidartawan Soegondo, dkk.2009. Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Terpadu.

Jakarta: FKUI.

Society WO. 2012. Ankle brachial index. J Wound Ostomy Continence Nurs. 39 (25): 21–9.

Soegondo. S., Soewondo. P., Subekti. I. 2007. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Smeltzer & Bare.(2010). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2.Philadhelphia :

Linppincott

Smeltzer, S., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. 2010. Textbook of Medical-

Surgical Nursing (12th ed.,Vol. 2). Philadelphia: Wolter Kluwer Health.

Tambunan, M. 2011. Perawatan Kaki Diabetes, Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P.,

Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Trisnawati, 2013, Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas

Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Public Health and Preventive Medicine

Archive, Volume 1, Nomor 1, Juli 2013

Wahyuni, A., & Arisfa, N. 2016. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle

Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan, 2, 155–164.

https://doi.org/10.22216/jit.2016.v10i2.440.

Waspadji, S, 2007, Penatalaksanaan DM terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta.

World Health Organization. 2016. 8-who2016-diabetes-facts-and-numbers-indonesian.pdf

Wild et al.2004. Global Prevalence of Diabetes, Diabetes Care 27:1047– 1053,2004.

Williams, L., & Wilkins. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Alih

Bahasa Paramita. Jakarta : PT. Indeks

Zimmet, P. 2009. Preventing Diabetic Complication: A Primary Care Prospective, Diabetes

Res Clin Pract 84:107-116.