kortikosteroid

download kortikosteroid

of 28

description

kortikosteroid

Transcript of kortikosteroid

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT IIPEMAKAIAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA PEDIATRIC (ANAK-ANAK)

DISUSUN OLEH :DWI ALRI (13016)ELVA KAMISWANI (13018)ELZHA DWI ZAHARA (13019)ENDAH SETYANI (13020)FIMA DAMAYANTI (13023)GILANG ROMADHON (13025)

AKADEMI FARMASI HANG TUAH JAKARTA2015

BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGSenyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid. Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan mineralokortikosteroid memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama adalah kortisol atau hidrokortison, sedangkan mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Selain steroid alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama untuk pengobatan penyakit-penyakit inflasi. Contoh antara lain adalah deksametason, prednison, metil prednisolon, triamsinolon dan betametason. Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralkortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan collecting ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembali partikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah.Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan komformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis protein spesifik. Induksi sintetis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid. Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :a. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang termasuk golongan ini adalah kortisol/hidrokortison, kortison, kortikosteron, fludrokortisonb. Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12 36 jam, yaitu metilprednisolon, prednison, prednisolon, dan triamsinolon.c. Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36 jam, adalah parametason, betametason dan deksametason.Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi, arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic lupus erythematosus, inflammatory bowel disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar untuk pengobatan kulit, mata, dan juga inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga digunakan sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan dengan antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron).1.2 OBAT ANTIINFLAMASI STEROIDAdapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak lambung, osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan anti inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan sendi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 HYDROCORTISONNama Obat Generik: Hydrocortisone / HidrokortisonNama Obat Bermerek: Berlicort, Calacort, Enkacort, Lexacorton, SterodermJenis Obat: KortikosteroidGolongan: Obat resepManfaat: Meredakan inflamasi ringan pada kulit akibat eksim dan dermatitis Mengatasi gigitan seranggaKomposisi: Hydrocortisone 2,5%Tiap 1 gram krim mengandung hidrokortison asetat 28 mg setara dengan hidrokortison 25 mg.Hydrocortisone 1%Tiap 1 gram krim mengandung hidrokortison 10mgFarmakologi :Hydrocortisone adalah kortikosteroid topikal yang mempunyai efek anti-inflamasi, anti-alergi dan antipruritus pada penyakit kulit.

Indikasi :Indikasi Hydrocortisone adalah menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan infeksi seperti eksim dan alergi kulit seperti : dermatitis atopi, dermatitis kontak, dermatitis alergik, pruritus anogenital dan neurodermatitis.KONTRAINDIKASI :Hydrocortisone sebaiknya tidak diberikan pada penderita : Penyakit kulit karena virus atau tuberkulosis, akut rosasae, skabies, dermatitis perioral, tinea, pemakaian lama atau daerah yang luas pada kehamilan. Penderita yang hipersensitif. Herpes simplex, vaccinia dan varicella, infeksi jamur.DOSIS DAN ATURAN PAKAI :Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai Hydrocortisone. Oleskan krim atau salep hydrocortisone secukupnya lalu ratakan. Jangan mengoleskan terlalu banyak atau tebal karena akan menyebabkan efek samping seperti penipisan kulit. Lakukan sebanyak 1-2 kali sehari pada kulit yang mengalami inflamasi. Frekuensi maksimal penggunaannya adalah dua kali sehari. Tips Menggunakan Hydrocortisone dengan Benar : Gunakanlah hydrocortisone sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca keterangan pada kemasan. Oleskan hydrocortisone secukupnya sampai rata dengan kulit. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah menggunakan obat ini. Hentikan pemakaian hydrocortisone saat gejala sudah hilang sepenuhnya. Batas waktu maksimal penggunaan obat oles ini adalah satu minggu.Hubungi dokter jika gejala tidak kunjung berkurang setelah satu minggu. Hindari menutup bagian yang sudah diolesi hydrocortisone dengan kain, plester, atau kain kasa. Hal ini dapat meningkatkan penyerapan obat oleh kulit sehingga dapat mempertinggi potensi efek samping. Jika Anda menggunakan lebih dari satu obat oles, tanyakanlah pada dokter cara mengombinasikannya. Contohnya, gunakan pelembap emolien terlebih dulu dan tunggulah sekitar 15 menit sebelum mengoleskan hydrocortisone. Bagi Anda yang mengalami dermatitis atau eksim, pastikan untuk menggunakan amolien setiap hari setelah selesai menggunakan hydrocortisone. Hydrocortisone sebaiknya tidak digunakan pada bagian wajah, kecuali jika dianjurkan oleh dokter. Berhati-hatilah agar tidak tertelan atau terkena mata. Jika Anda menggunakan obat ini untuk mengatasi psoriasis, ikuti petunjuk pemakaian dari dokter. Kortikosteroid ini tidak dianjurkan untuk ruam-ruam psoriasis yang berukuran besar karena dapat memicu kambuhnya gejala.EFEK SAMPING:Rasa terbakar, gatal, kekeringan, atropi kulit, infeksi sekunder, . Penggunaan hydrocortisone terutama yang jangka panjang (lebih dari empat minggu) dapat menyebabkan efek samping yang permanen pada kulit, seperti stretch mark, lebam, perubahan warna kulit, atau munculnya pembuluh darah halus di permukaan kulit.PERINGATAN DAN PERHATIAN: Hati-hati penggunaan Hydrocortisone pada jangka waktu yang lama, area kulit yang luas, wanita hamil, bayi dan anak berusia di bawah 4 tahun. Hindari kontak dengan mata, membrane mukosa, dan kulit yang sensitive / rusak. Wanita hamil dilarang menggunakan hydrocortisone karena dapat membahayakan bayi dalam kandungan. Jika harus digunakan, pastikan dilakukan di bawah pengawasan dokter. Bagi wanita yang sedang menyusui, sesuaikan dengan anjuran dokter. Anak-anak di bawah 10 tahun dilarang menggunakan hydrocortisone kecuali atas resep dokter. Jangan dioleskan pada luka terbuka dan kulit yang terinfeksi. Hindari penggunaan pada wajah (khususnya di sekitar mata) serta bagian anus dan genital. Jangan digunakan lebih dari satu minggu, kecuali di bawah pengawasan dokter. Jangan membungkus bagian kulit yang sudah diolesi hydrocortisone. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.KETERANGAN :HARUS DENGAN RESEP DOKTER.Simpan di tempat kering dan sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

2.2 PREDNISON

NAMA GENERIK: PrednisonNAMA KIMIA:17-hydroxy-17-(2-hydroxyacetyl)-10,13-dimethyl-7,8,9,10,12,13,14,15,16,17-decahydro-6H- cyclopenta[a]phenanthrene-3,11-dioneKETERANGAN: Prednison merupakan pro drug, yang di dalam hati akan segera diubah menjadi prednisolon, senyawa aktif steroid.SIFAT FISIKOKIMIA: Prednison adalah serbuk kristalin berwarna putih, tak berbau. Sangat sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, methanol, kloroform, dan dioksan. BM 358,428 g/molSUB KELAS TERAPI: Hormon, Obat Endokrin Lain dan KontraseptikFARMAKODINAMIK :Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), aktif. Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek anti radang. FARMAKOKINETIK : Absorpsi : digunakan secara local dan intraartikuler karena tidak dihidrogenase dikulit, mukosa mata dan sendi Distribisi : melalui hati, eritematosus seperti lesi dan lemak subkutan. Elimination : melalui anus berupa fases, dengan peningkatan sirkulasi lemak darah (trigliserida) STABILITAS PENYIMPANAN: Simpan pada suhu 15o 30o CKONTRA INDIKASI: Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya.EFEK SAMPING : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan tubuh, Retensi natrium, Kehilangan kalium, Alkalosis hipokalemia, Gangguan jantung kongestif, Hipertensi Gangguan Muskuloskeletal : Lemah otot, Miopati steroid, Hilangnya masa otot, Osteoporosis, Putus tendon, terutama tendon Achilles, Fraktur vertebral, Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai, Fraktur patologis dari tulang panjang; Gangguan Pencernaan : Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan, Borok esophagus (Ulcerative esophagitis), Pankreatitis, Kembung, Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun kembali jika terapi dihentikan.; Gangguan Dermatologis : Gangguan penyembuhan luka, Kulit menjadi tipis dan rapuh, Petechiae dan ecchymoses, Erythema pada wajah, Keringat berlebuhan. Gangguan Metabolisme : Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme protein; Gangguan Neurologis : Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema (pseudo-tumor cerebri), biasanya setelah terapi, Konvulsi, Vertigo, Sakit kepala. Gangguan Endokrin : Menstruasi tak teratur, Cushingoid, Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau Sakit, Hambatan pertumbuhan pada anak-anak, Menurunnya toleransi karbohidrat, Manifestasi diabetes mellitus laten, Perlunya Peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang dalam terapi diabetes mellitus, Katarak subkapsular posterior, Tekanan intraokular meningka, Glaukoma, Exophthalmos. Lain-lain : Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitasINTERAKSI OBAT :Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, ;1) maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.;2) Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis ;kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.;3) Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. ;Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia. ;4) Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. ;Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.PENGARUH ANAK: Dapat terjadi penghambatan pertumbuhan yang tak dapat pulih kembali, oleh sebab itu tidak boleh diberikan jangka panjang.BENTUK SEDIAAN: Tablet 5 mg, Kaptab 5 mgPERINGATAN : Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi, antara lain infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Oleh sebab itu harus benar-benar dijaga agar terhindar dari sumber infeksi. Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya. Terapi kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun jamur. Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh atau diinaktifkan dapat saja diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan. Pemberian kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid yang lebih kuat. Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.INFORMASI PASIEN : Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda.MEKANISME : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.

2.3 BETAMETASON

Betametason adalah salah satu golongan steroid yang mempunyai sifat sebagai antipruritik dan vasokontriktif.SIFAT FISIKOKIMIA: Serbuk hablur berwarna putih sampai hampir putih. Larut dalam air, tetapi agak sukar larut dalam aseton, etanol, dioksan, dan metanol. Tidak dapat bercampur dengan alkali, logam berat, metabisulfit.FARMAKOLOGI: Betametason dapat diabsorpsi oleh saluran cerna, juga pada pemberian secara lokal. Saat digunakan secara lokal, khususnya pada penggunaan transdermal atau pada kerusakan kulit, sejumlah betametason dapat diabsorbsi dan selanjutnya memberikan efek sistemik.INDIKASI: Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis.KONTRAINDIKASI : Infeksi virus, spt varisela dan vasinia, sirkulasi tak sempurna dengan nyata. Tidak dianjurkan untuk pruritus dan jerawat.SEDIAAN:Betametason umumnya tersedia di pasar dalam bentuk Salep, krim, injeksi dan tablet. Pada pemberian secara injeksi, betametason dapat diberikan secara IM atau IV, terutama dalam kondisi reaksi distonik akut. Namun, karena onset dan khasiat yang setara antara pemberian IM dan IV, maka pemberian IV biasanya tidak perlu. Jika pasien mengalami kesulitan menelan, tablet dapat dihancurkan.Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Pemberian Topikal : Anak - anak :< 12 tahun : penggunaannya tidak direkomendasikan.> 13 tahun : gunakan seminimal mungkin untuk periode yang singkat untuk menghindari supresi aksis HPA.Krim : Gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.Lotion : Gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu. Dewasa :Krim : Gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.EFEK SAMPING : Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom cushing tergantung luas permukaan kulit dan lama pengobatan. Pada kulit dapat terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi yang tidak diobati, penipisan kulit dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral. Timbul jerawat atau memperparah jerawat, depigmentasi sedang dan hipertrikosis. Tromboemboli atau emboli lemak; tromboflebitis, angiitis nekrosis; aritmia jantung atau ECG perubahan; episode pingsan, hipertensi, ruptur miokard Kejang; tekanan intrakranial meningkat dengan papilledema (pseudotumor cerebri), vertigo, sakit kepala, neuritis / parestesia, psikosis, kelelahan, insomnia. Gangguan penyembuhan luka, tipis, kulit rapuh; petekie dan ekimosis; eritema, lupus eritematosus seperti luka; penindasan reaksi tes kulit; SC atrofi lemak; purpura, striae, hirsutisme, letusan acneiform, dermatitis alergi, urtikaria, edema angioneurotic; perineum iritasi. Aplikasi topikal dapat menyebabkan pembakaran; gatal, iritasi, eritema, kekeringan, folikulitis, hipertrikosis, pruritus, dermatitis perioral, dermatitis kontak alergi; mati rasa jari; menyengat dan cracking / mengencangkan kulit, maserasi kulit; infeksi sekunder, miliaria. Katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma; exophthalmos. Pankreatitis, distensi abdomen, esofagitis ulseratif, mual, muntah, nafsu makan meningkat dan berat badan; ulkus peptikum dengan perforasi dan perdarahan; perforasi usus kecil dan besar. Otot (misalnya, kelemahan; miopati, tendon pecah, osteoporosis, nekrosis aseptik femoral dan kepala humerus, patah tulang spontan, termasuk fraktur kompresi vertebral dan fraktur patologis dari tulang panjang); hipersensitif, termasuk reaksi anafilaktik; kejengkelan atau masking infeksi; malaise . Penggunaan topikal dapat menghasilkan reaksi merugikan yang sama terlihat dengan penggunaan sistemik.

INTERAKSI : Betametason tidak aktif dengan karbon aktif, dan asam salisilat. Makanan juga tidak mempengaruhi efek penyerapan dan mekanisme kerja betametasonPERINGATAN DAN PERHATIAN : Betametason hendaknya digunakan bersama dengan makan atau makanan ringan untuk menghindari mual. Obat ini harus diberikan sebelum 9 pagi untuk hasil terbaik. Ketika beberapa dosis harus diberikan, hendaknya diberikan dengan dosis terbagi yang merata sepanjang hari. Jika pasien menderita diabetes, perlu memantau adanya peningkatan kadar glukosa darah dan kemungkinan adanya peningkatan pemberian dosis insulin. Jika pasien memerlukan terapi jangka panjang, beritahu pasien untuk melakukan identifikasi terhadap pemberian terapi steroid. Pemberian betametason hendaknya tidak dihentikan secara tiba-tiba. Anjurkan pasien sebelum menggunakan Betametason untuk melaporkan bila ada gejala-gejala seperti penurunan berat badan yang tidak biasa, pembengkakan ekstremitas bawah, kelemahan otot, kotoran berwarna hitam, muntah darah, wajah membengkak, sakit tenggorokan berkepanjangan, demam, atau dingin; anoreksia, mual, muntah, diare, kelemahan, pusing. Pembeian dosis tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkan depresi adrenal pada janin, tetapi obat ini tidak disekresi melalui air susu. Pemberian pada anak-anak sering menyebabkan terjadinya efek samping. OVER DOSIS:Berikut adalah beberapa gejala overdosis seperti; demam, mialgia, artralgia, malaise, anoreksia, mual, kulit deskuamasi, hipotensi ortostatik, pusing, pingsan, dyspnea, hipoglikemia (overdosis akut), perubahan cushingoid, moonface, obesitas sentral, striae, hirsutisme, jerawat, ekimosis, hipertensi, osteoporosis, miopati, disfungsi seksual, diabetes, hiperlipidemia, ulkus peptikum, infark, ketidakseimbangan elektrolit dan cairan (overdosis kronis)STABILITAS PENYIMPANAN: Simpan dalam wadah kedap dan terhindar dari cahaya.

2.4 METIL PREDNISOLONFARMAKOLOGI :Metilprednisolone, suatu derivat semisintetik hormon korteks adrenal, kortisol. Methylprednisolone memiliki sifat glukokortikoid. Seperti umumnya glukokortikoid lain, methylprednisolone akan mempengaruhi metabolisme pada hampir seluruh jaringan. Pada kadar fisiologis, efek tersebut penting untuk mempertahankan homeostasis baik pada keadaan istirahat ataupun dalam keadaan stress, dan mengatur aktivitas sistem imun.

INDIKASI : Diindikasikan untuk mengobati keadaan sebagai berikut : Asma bronkial (disaat pengobatan dengan simpatomimetik atau teofilin, gagal mencapai hasil yang diinginkan atau adanya tanda hiperaktif bronkus), rhinitis alergika, urtikaria, eksema atau dermatitis, hipersensitif terhadap obat, demam rematik akut, rematik artikular dan muskular, anemia hemolitik, Trombopenia idiopatik, mieloblastik, limfogranulomatosis, kolitis ulseratif, sindroma nefrotik, penyakit kulit jenis pomfigus, lupus eritematosus, dermatomiositis.

KONTRA INDIKASI : Hipersensitif terhadap metilprednisolone atau glukokorti-koid lain. Pada infeksi jamur sistemik kecuali kalau telah diterapi dengan antiinfeksi yang spesifik.

PERHATIAN : Hati-hati bila diberikan padapenderita hipertensi berat dan insufisiensi jantung. Pada penggunaan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan medis secara teratur (termasuk kemungkinan terjadinya katarak subkapsuler, meningkatnya tekanan intraokuler, aktivasi infeksi virus atau jamur pada mata). Pada pengobatan jangka panjang, sebaiknya dilakukan kontrol mata setiap 3 bulan. Penderita diabetes yang sedang mendapat terapi Metilprednisolon,sebaiknya melakukan pemantauan nilai gula darah. Pemakaian pada wanita hamil jika benar-benar diperlukan. Seperti kortikosteroid lainnya, pemberian 6-a-metilpredni- solone dapat menutupi gejala-gejala infeksi (masking effect). Setelah penggunaan jangka panjang, penghentian pemberian obat harus dilakukan secara bertahap. Pada penderita yang mengalami keadaan stress, dosis dapat ditingkatkan. Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui. Hati-hati penggunaan pada anak-anak dalam jangka panjang, karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Penggunaan pada penderita TBC- laten atau Tuberculine Reactivityperlu disertai pengawasan cermat terhadap kemungkinan kambuhnya penyakit. Dapat terjadi peningkatan efek kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis.

PERINGATAN : Wanita hamil dan ibu menyusui.Dapat menyebabkan kerusakan fetus bila diberikan pada wanita hamil. Kortikosteroid dapat berdifusi ke air susu dan dapat menekan pertumbuhan atau efek samping lainnya pada bayi yang disusui. Anak-anakPemberian dosis farmakologi glukokortikoid pada anak-anak bila mungkin sebaiknya dihindari, karena obat dapat menghambat pertumbuhan tulang. Jika terapi diperlukan harus diamati pertumbuhan bayi dan anak secara seksama. Alternate-day therapy, yaitu pemberian dosis tunggal setiap pagi hari, meminimalkan hambatan pertumbuhan dan sebaiknya diganti bila terjadi hambatan pertumbuhan. Dosis tinggi glukokortikoid pada anak dapat menyebabkan pankreatitis akut yang kemudian menyebabkan kerusakan pankreas. Pasien lanjut usia.Dapat terjadi hipertensi selama terapi adrenokortikoid. Pasien lanjut usia, terutama wanita postmenopausal, akan lebih mudah terkena osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid.EFEK SAMPING : Efek samping yang timbul tergantung pada dosis dan lamanya pengobatan, glukokortikoid dapat menimbulkan reaksi seperti "moon face", deposit lemak, kelemahan otot, hipertensi, osteoporosis, penurunan toleransi glukosa, diabetes melitus, gangguan sekresi hormon seksual, tukak peptik, penurunan pertahanan tubuh, terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak, glaukoma, katarak, trombosis dan pankreatitis. Sistem saraf : sakit kepala, vertigo, kejang-kejang dan tekanan intra kranial meningkat disertai edema papil. Gangguan elektrolit dan cairan tubuh. Gangguan dermatologi dan imunologi. Neuropsikiatri : ephoria, ketergantungan secara psikologi, mood-swing, depresi, perubahan kepribadian, insomnia, peningkatan tekanan intra kranial dengan edema papil pada anak-anak (pseudotumor cerebri) biasanya setelah pengobatan dihentikan, psikosis, aggravasi schizophrenia, seizure. Umum : leucocytosis, reaksi hipersensitif meliputi reaksi anaphylaxis, trombo-embolism, mual dan malaise.INTERAKSI OBAT : Pemberian bersama glikosida jantung dapat meningkatkan efekglikosida. Pemberian bersama diuretik dapat meningkatkan ekskresi kalium. Glukokortikoid dapat menurunkan efek hipoglikemia dari zat antidiabetik dan efek antikoagulan dari derivat kumarin. Penggunaan bersamaan dengan siklosporin pernah dilaporkan terjadi konvulsi. Penggunaan bersamaan dengan ketokonazol dan troleandromycin dapat menghambat metabolisme serta menurunkan bersihan dari metilprednisolone. Obat-obat yang menginduksi enzim hati seperti Rifampicin, Rifabutin, Carbamazepin, Phenobarbitone, Phenytoin, Pirimidone dan Aminogluthetimide dapat menaikkan metabolisme kortikosteroid, sehingga efek terapeutik methylprednisolon menurun. Bersihan salisilat di ginjal dapat ditingkatkan oleh kortikosteroid dan penghentian steroid dapat menyebabkan intoksikasi salisilat. Salisilat & NAIDS harus digunakan dengan hati-hati bila dikombinasi dengan kortikosteroid pada keadaan hipoprotrombinemia.DOSIS : Dosis awal : Anak-anak : 0,4 - 1,6 mg/kg BB/hari. Dewasa : 4 - 48 mg/hari, tergantung pada penyakit yang akan diobati.* Penderita usia lanjut : pengobatan pada penderita usia lanjut khususnya bila digunakan jangka panjang harus direncanakan dengan seksama. Sehubungan dengan konsekuensi serius dari efek samping umumkortikosteroid pada usia lanjut khususnya osteoporosis, diabetes,hipertensi, kepekaan terhadap infeksi dan penipisan kulit.

* Anak-anak : pada umumnya, dosis untuk anak-anak harus berdasarkanrespon klinis dan menurut petunjuk dokter, pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum untuk jangka waktu yang pendek

2.5 DEXAMETHASONENama Paten :Adrekon, Alegi, Alerdex, Alletrol, Aletrol Composion, Asonfen Aycuten Bimadex, Blecidex, Camidexon, Carbide, Cellacort, Corsona, Cortidex, Danasone, Dellamethasone, Dexamethasone, Dexa-M, Dexanel, Dexaton, Dexicorta, Dexon, Dextina, Grathazon, Fortecortin, Hufadexon, Ifidex, Indexon, Inthesa-S, Kemotason, Kokodex, Lanadexon, Licodexon, Mecoxon.BENTUK SEDIAAN : Tablet 0,5 mg, cairan yang diminum, injeksi, dan infus.GOLONGAN / KELAS TERAPI : Obat golongan kortikosteroidFARKOLOGI :Dexamethasone merupakan adreno kortikosteroid sintetik yang mempunyai efek glukokortikoid dan mempunyai aktifitas anti inflamasi, anti alergi, hormonal, dan efek metabolic. Dexamethasone mempunyai efek sedikit menahan sodium. Absorbsi peroral 80-90%. Waktu paruh plasma: 3-4 jam. Waktu paruh biologis: 36-54 jam. Waktu mencapai kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Ekskresi melalui urine. Pada tingkat molecular, dexamethasone terdifusi menembus membrane sel dimana molekulnya akan membentuk kompleks steroid reseptor dengan reseptor protein dan mempengaruhi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari sintesa protein.FARMAKODINAMIK : Obat ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan zat-zat di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan, mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrophil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun.INDIKASI :1. Antiinflamasi2. Pengobatan reumatik arthritis dan penyakit kolagen lainnya3. Alergi dermatitis4. Penyakit Kulit5. Penyakit infllamasi pada masa dan kondisi lain dimana glucocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan limfoma dan inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolitik.DOSIS :Dosis dexamethasone akan tergantung pada penyakit atau gejala yang ditangani, namun pada umumnya adalah : Pemberian Oral : Dewasa :0,5 mg 10 mg per hari (rata-rata 1,5 mg 3 mg per hari.Anak-anak :0,08 mg 0,3 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Parenteral : Dosis intra muskular diberikan tiap 6 jam untuk mendapatkan efek yang maksimum. KONTRA INDIKASI : Penderita yang hipersensitif terhadap deksametason. Penderita infeksi jamur sistemik. Jangan diberikan kepada penderita herpes simpleks pada mata, tuberkulosis aktif, peptik ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita. Jangan diberikan kepada wanita hamil karena akan terjadi hipoadrenalisme pada bayi yang dikandungnya, atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.EFEK SAMPING : Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis, dan penghambatan pertumbuhan anak. Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan dengan glucocorticoid lainnya. Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi. Badan terasa lelah atau lemas Gangguan pola tidur Sakit kepala Vertigo Keringat berlebihan Jerawat Kulit kering dan menipis serta gampang memar Pertumbuhan rambut yang tidak biasa Perubahan suasana hati seperti depresi dan mudah tersinggung Mudah haus Sering buang air kecil Nyeri otot Nyeri pada sendi atau tulang Sakit perut atau perut terasa kembung Rentan terhadap infeksi

INTERKASI OBAT : Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik. Fenitoin, fenobarbital, dan efedrin : meningkatkan clearance metabolik dari deksametason, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis. Antikoagulan oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin. Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan risiko hipokalemia. Glikosida kardiak : meningkatkan risiko aritmia atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipokalemia. Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaktivitas. Imunisasi : menurunkan respon antibodi.

PENGARUH : Terhadap Kehamilan : Jangan diberikan kepada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya. Terhadap Ibu Menyusui : Hati -hati dan bicarakan dengan dokter sebelum menggunakan dexamethasone pada wanita menyusui. Terhadap Anak-anak :Dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. PERINGATAN : Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap. Ada penambahan efek kortikosteroid pada penderita dengan hipotiroidisme dan sirosis.

INFORMASI PASIEN :Jangan menggunakan obat lain tanpa sepengetahuan dokter. Minum obat sesuai anjuran dan jangan menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak tanpa konsultasi dengan dokter.Untuk pemakaian secara oral, minum sewaktu atau sesudah makan. Hindari alcohol dan batasi minum kopi atau obat-obat stimulant. Minum lebih banyak vitamin, mineral atau besi.Apabila pasien menderita diabetes, pantau kadar gula (karena perlu penyesuaian dosis atau penambahan dosis. Karena penderita diabetes akan lebih mudah terkena infeksi dan pada beberapa orang dapat mengalami lambung perih. Laporkna pada dokter bila mengalami gangguan tidur, tanda-tanda infeksi (misal: luka tidak sembuh-sembuh), peningkatan berat badan yang drastic dan sakit perut berkepanjangan.

STABILITAS PENYIMPANAN : Larutan injeksi : simpan dalam tempertaur ruang, hindari dari cahaya dan penyimpanan beku. Stabilitas injeksi setelah dicampur pelarut adalah 24 jam pada suhu 25C , sedang dalam refrigerator pada suhu 4C selama 2 hari. Tablet : simpan dalam suhu dibawah 30C.2.6 TRIAMCINOLONE

FARMAKOLOGI : Triamcinolone bekerja terutama sebagai glukokortikoid dan mempunyai daya antiinflamasi yang kuat, mempunyai efek hormonal dan metabolik seperti kortison. Aktivitas glukokortikoid menyebabkan peningkatan glukoneogenesis dan penurunan penggunaan glukosa secara efektif di dalam jaringan. Katabolisme protein dipercepat dan sintesis dari protein makanan diturunkan meskipun efek keseluruhan pada keseimbangan nitrogen tergantung pada faktor lain termasuk diet, dosis dan lama pengobatan. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), yang juga bersifat meretensi garam, digunakan sebagai terapi pengganti pada kondisi defisiensi adrenokortikal. Triamcinolone berbeda dengan glukokortikoid alami, yaitu dalam hal efek antiinflamasi dan glukoneogenesis yang lebih besar dan sifat meretensi garamnya yang lebih sedikit.

FARMAKOKINETIK :Triamcinolone diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian dosis oral. Konsentrasi puncak setelah pemberian oral dicapai dalam waktu 1-2 jam. Triamcinolone terikat albumin plasma lebih sedikit dari pada hidrokortison. Triamcinolone dapat melewati plasenta. Waktu paruh plasma sekitar 5 jam dan waktu paruh biologis adalah 18-36 jam.

INDIKASI :Triamcinolone diindikasikan untuk mengobati gangguan endokrin, gangguan rematik, penyakit kolagen, penyakit dermatologi, keadaan alergi, penyakit mata, penyakit pernafasan, penyakit neoplastik, penyakit gastrointestinal.

DOSIS : Dewasa : 4-8 mg/hari. Anak-anak berat badan kurang 34 kg : 4-12 mg. RA Dosis Awal : 8-16 mg/hari. Pemeliharaan : 2-16 mg/hari. Asma Bronkrial akut dosis awal : 8-16 mg/hari. Penyesuaian dosis berat badan : 0,117-1,166 mg/kg berat badan/hari terbagi 4 kali pemberian. Luas permuakaan tubuh : 3,3-50 mg/m2/hari.

EFEK SAMPING : Hipertensi. Perkembangan mental yg lambat pada anak-anak. Osteoporosis. Peptic ulcer Glaucoma Hiperglikemi. Peningkatan nafsu makan. Meningkatkanya kerapuhan kulit. Perubahan tingkah laku.

PERINGATAN : Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapat obat kortikosteroid selama hamil, harus diamati dengan hati-hati terhadap timbulnya tanda-tanda hipoadrenalisme. Pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid karena stres yang tidak biasa, diindikasikan peningkatan dosis kortikosteroid kerja cepat sebelum, selama dan setelah kondisi stres. Kortikosteroid dapat menutupi beberapa gejala infeksi dan infeksi baru dapat muncul selama penggunaannya. Ketika kortikosteroid digunakan dapat terjadi penurunan resistensi dan ketidakmampuan untuk melokalisir infeksi. Jika selama terapi kortikosteroid terjadi infeksi, hal tersebut harus segera dikontrol dengan terapi antimikroba yang sesuai. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menimbulkan posterior subcapsular cataracts, glaukoma yang dapat menimbulkan kerusakan pada saraf optik dan dapat meningkatkan infeksi okular sekunder yang disebabkan oleh jamur atau virus. Retensi garam dan air sebagaimana juga peningkatan ekskresi kalium dapat terjadi, meskipun jarang terjadi pada derivat sintesis seperti triamcinolone dibanding hidrokortison atau kortison, kecuali jika digunakan pada dosis besar. Diet garam dan suplementasi kalium diperlukan. Semua kortikosteroid meningkatkan ekskresi kalium. Pada saat terapi kortikosteroid, pasien tidak boleh divaksinasi cacar air. Prosedur imunisasi yang lain tidak boleh dilakukan pada pasien yang mendapat kortikosteroid, khususnya pada dosis tinggi, karena kemungkinan bahaya komplikasi neurologi dan berkurangnya respon antibodi. Jika kortikosteroid diindikasikan untuk pasien dengan tuberkulosis laten atau reaktivasi tuberkulin, perlu dilakukan observasi yang ketat karena dapat terjadi reaktivasi penyakit. Selama terapi kortikosteroid jangka panjang, pasien harus mendapat kemoterapi. Triamcinolone dosis besar mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menimbulkan miopati proksimal.

PERHATIAN : Seperti pada semua kortikosteroid, pasien harus diamati peningkatan berat badannya, edema, hipertensi, dan ekskresi kalium yang berlebihan, seperti adanya tanda efek samping steroid adrenokortikal yang kurang jelas. Asupan protein yang banyak penting selama terapi jangka panjang. Insufisiensi adrenokortikal sekunder yang diinduksi obat dapat diminimalkan dengan cara mengurangi dosis secara perlahan-lahan. Tipe insufisiensi relatif ini dapat menetap selama berbulan-bulan setelah penghentian terapi. Oleh karena itu, pada setiap situasi stres (seperti trauma, pembedahan atau penyakit berat) yang terjadi selama periode itu, harus dilakukan terapi hormone kembali. Karena sekresi mineralokortikoid dapat terganggu, garam dan/atau mineralokortikoid harus dihentikan secara bersamaan. Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien hipotiroidisme dan sirosis. Kortikosteroid harus diberikan secara hati-hati pada pasien ocular herpes simplex karena kemungkinan dapat menimbulkan perforasi kornea. Harus digunakan dosis terendah kortikosteroid yang mungkin untuk mengontrol kondisi yang diobati. Jika memungkinkan dilakukan pengurangan dosis secara gradual. Kortikosteroid harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan ulcerative colitis yang tidak spesifik jika terdapat kemungkinan terjadi perforasi, abses atau infeksi piogenik lain. Kortikosteroid juga harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diverkulitis, fresh intestinal anastomoses, ulkus peptikum aktif atau laten, insufisiensi ginjal, hipertensi, osteoporosis, glomerulonefritis akut, vaccinia, varicella, exanthema, sindrom Cushing, infeksi resisten antibiotik, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, nefritis kronik, kecenderungan tromboembolik, tromboflebitis, gangguan konvulsi, kanker metastase dan myasthenia gravis. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak pada terapi kortikosteroid jangka panjang harus diamati dengan hati-hati.INTERAKSI OBAT : Kombinasi kortikosteroid dengan obat anti-inflamasi nonsteroid meningkatkan risiko terjadinya ulkus peptikum dan perdarahan gastrointestinal.

INFORMASI PASIEN :Jangan menggunakan obat lain tanpa sepengetahuan dokter. Minum obat sesuai anjuran dan jangan menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak tanpa konsultasi dengan dokter.

BAB IIIKESIMPULANObat golongan kortikosteroid contohnya hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan lain-lain penggunaan obat ini pada anak-anak tidak di anjurkan karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak (fisik maupun mental).

DAFTAR PUSTAKA

http://aandy-reasond.blogspot.co.id/2013/05/metil-prednisolon.html diakses 04 November 2015 http://www.alodokter.com/triamcinolone diakses 04 November 2015 http://www.dexa-medica.com/our-product/searchs/Methylprednisolone diakses 04 November 2015 http://www.dexa-medica.com/our-product/prescriptions/ogb/Triamcinolone diakses 04 November 2015 http://m.medicastore.com/index.php?mod=obat&id=12644 diakses 04 November 2015http://www.alodokter.com/prednison diakses 04 November 2015-11-05http://www.alodokter.com/hydrocortisone diakses 03 November 2015Martindale The Complete Drug Reference 35th editionMIMS-Official Drug Reference for Indonesian Medical Proffesion. 105th ed.AHFS Drug Information 2006