KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP...

106
KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI. Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh Pramono Hadi Saputro NIM: 109011000241 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP...

Page 1: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI.

Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

(S. Pd. I)

Oleh

Pramono Hadi Saputro

NIM: 109011000241

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK

PESANTREN AL-AMANAH AL-GONTORY

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

PRAMONO HADI SAPUTRO

NIM: 109011000241

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Zaimudin M.Ag

NIP. 19590705 199103 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 3: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 4: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 5: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

i

ABSTRAK

KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN

KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMANAH AL-

GONTORY

Kata Kunci : Kultur Pesantren, Karakter, Pondok Pesantren, al-Amanah al-

Gontory.

Penelitian ini memfokuskan pada korelasi antara kultur pesantren al-Amanah

al-Gontory terhadap pembentukan karakter para santri dan santriwatinya.

Kemudian juga mencari, adakah keterkaitan kultur pesantren dengan pola

pembentukan karakter santri dan santriwatinya karena kultur adalah budaya

pesantren yang mempengaruhi pola kehidupan, pola fikir, mental, serta karakter

para santri, dipesantren mengunakan system pendidikan asrama dimana para

santrinya didik secara paripurna, yaitu pendidikan 24 jam dalam pengawasan para

guru. Diharapkan bisa membentuk pribadi-pribadi yang unggul yaitu pribadi yang

bukan hanya pintar tetapi juga beriman. Yaitu pendidikan yang mengabungkan

antara akal dan hati.

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah

penelitian termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

pendekatan metode deskriptif analisis, dan korelasional dan juga menggunakan

metode dokumentasi baik di perpustakaan (library research) ataupun di luar

perpustakaan dalam pengumpulan data. Adapun analisis data yang digunakan

adalah analisis isi (content analysis).

Hasil penelitian ini penulis dapat membatasi masalah yaitu kultur pesantren dan

karakter santri. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara kultur pesantren

dengan pembinaan karakter santri di Pondok Pesantren Al-Amanah al-Gontory

secara keseluruhan dapat dikatakan sudah sangat berhubungan. Hal ini dapat

dilihat dari hasil korelasi antara variabel X (Kultur pesantren) dan variabel Y

(Karakter santri). Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur pesantren dapat membina

karakter santri, dapat pula membentuk mental, kebiasaan, konsepsi diri dan sikap,

semoga bisa membawa dampak baik bagi santri, baik terhadap Allah, diri sendiri

dan akhlak terhadap sesama.

PRAMONO HADI SAPUTRO (PAI)

Page 6: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

ii

Page 7: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

ii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحن الر حيم

Maha suci Allah atas segala karunianya, seraya berserah diri kepada-Nya,

Dzat yang telah mengerakan hati dan fikiran penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “KORELASI KULTUR PESANTREN

TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI” dapat disimpulkan.

“Apalah arti diriku tanpamu, Apalah arti ilmuku tanpa ridhomu, dan engkaulah

yang mengajariku dengan perantara guru-guruku. Wahai Dzat Yang satu-satunya

tempat hamba bersandar, berikan aku jalan keselamatan.”

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada cahaya diatas

cahaya, yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Melalui beliaulah semua umat Islam

mendapatkan cahaya iman, sehingga benar-benar memahami Iman, Islam dan

Ihsan. Tidak lupa kepada para kolega beliau dari Anbiyaa dan Mursaliin, juga

Auliyaa Allah yang sama-sama menegakan kalimat laa ilaaha illa Allah. Begitu

juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’at, ulama mu’tabarah, hujjaj

kiyai, guru, santri juga para cendikiawan muslim dan para pelajar yang selalu

siaga untuk menebar rahmat, melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dalam

menegakkan panji-panji Islam. Semoga penulis dan pembaca termasuk ke dalam

golongan tersebut. Amiin

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak

sedikit hambatan dan perjuangan, berkat doa dan semangat yang kalian berikanlah

penulisan ini dapat terselesaikan pada waktu yang tepat insya allah.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada

terhingga juga penghargaan yang sebesar-besarnya dengan penuh rasa tadzim

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini, terlebih kepada:

Page 8: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

iii

1. Nurlena Rifa’i, M. A. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberi kesan tersendiri bagi

penulis, atas semangat dan ilmunya.

2. Bahrissalim, MA, Ketua Jurusan PAI dan Sapiudin Sidiq, M.Ag Sekretaris

Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang sangat sabar dan

profesional dalam mengabdikan dirinya di jurusan pendidikan agama Islam.

penulis ucapkan terima kasih.

3. Dr. Zaimudin, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang begitu sabar telah

menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya dalam memberikan bimbingan,

pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

4. Drs, H. Masan AF, M. Pd, Dosen Penasehat Akademik yang penuh perhatian

telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa perkuliahan.

5. Pimpinan dan karyawan/karyawati Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan

pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Selanjutnya ucapan terima kasih untuk orang terkasih yang kasihnya tetap

menyinari sampai saat ini, kepasa kedua orag tuaku ayahanda tercinta

Sutaryono dan Ibundaku Wiji lestari yang tiada kata lelah memberikan support

yang tak ternilai harganya, doa kalian yang memberikan penulis kekuatan tuk

menyelesaikan tugas ahir ini, semoga bisa mengangkat harkat derajat

keluarga, juga adik adiku tersayang semoga bisa cepat segera meyusul untuk

menyelesaikan tugas ahirnya adinda ajeng jiwa pangestu dan si bungsu bimo

satrio wibowo semoga kita bisa membanggakan kedua orang tua kita.

7. Secercah cahaya yang mamasuki kedalam relung jiwa yang Allah berikan

melalui Kyai waluyo Aminudiin dan keluarga, guru kehidupan kami, semoga

cahaya itu tetap menyinari didalam kehidupan penulis dan keluarga, dan tak

ada kata untuk rasa syukur, kami ucapkan trima kasih banyak yang tak ternilai

harganya.

Page 9: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

iv

8. Dan juga kepada teman-teman seperjuangan di KAHFI MOTIVATOR

SCHOOL khususnya untuk guru fikir kami, om Bagus dan keluarga yang

banyak memberikan motivasi dari lubuk hati yang terdalam saya ucapkan

trima kasih banyak.

9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas f angkatan 2009,

kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terima kasih buat

kalian yang menemani hari-hari penulis selama kuliah.

10. Tak lupa juga teman-teman HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan BMF

Fakultas Tarbiyah serta DEMA ( Dewan Eksekutif Mahasiswa ), LAPENMI (

Lembaga pendidikan mahasiswa islam ) yang selalu ada dalam sumbangsih

arahan dan pemikirannya, demi kelancaran skripsi ini dan telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk belajar banyak tentang organisasi.

11. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih

atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Khususnya kepada teman yang memberikan inspirasi dalam penelitian saudari

robiatul adawiyah saya ucapkan trima kasih.

12. Dan teman-teman KABISAT ( Komunitas Besar Mahasiswa Islam ) teman

teman perjuangan di kota ini, Bagus harianto, Asep eka, Masruri dan yang tak

bisa dituliskan disini satu persatu, penulis ucapkan trima kasih, sukses untuk

kita semua.

Penulis bermunajat kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah

dilakukan.

Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis

kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini

mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis juga bagi pembaca

umumnya. Amin.

Jakarta, 07 Maret 2014

Pramono Hadi Saputro

Page 10: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 3

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ………………………………………………………... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren .......................................................... 7

1. Pengertian Pondok Pesantren ..................................................................... 7

2. Model-Model Pondok Pesantren ................................................................. 8

3. Asal-Usul Pesantren ................................................................................... 23

4. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ........................................................ 15

5. Tujuan Pondok Pesantren ............................................................................ 21

6. Pengertian Kultur Pesantren ....................................................................... 15

7. Fungsi Kultur Pesantren .............................................................................. 21

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kultur Pesantren ............................... 15

9. Tujuan Pendidikan Islam ............................................................................. 21

B. Pengertian Karakter Dan Unsur-Unsurnya ..................................................... 15

1. Pengertian Karakter...................................................................................... 21

Page 11: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

vi

2. Unsur-Unsur Karakter .................................................................................. 22

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ........................................................... 23

D. Kerangka Berfikir. ..................................................................................... 26

E. Pengajuan Hipotesis .................................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 28

B. Metodologi Penelitian ............................................................................... 28

C. Variabel Penelitian………………………. ............................................... 40

D. Populasi dan Sampel…………………... ................................................... 35

E. Teknik Pengumpulan Data…………….. ................................................... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................................ 40

a. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 40

b Teknik Analisis Data ........................................................................ 41

1. Uji Validitas ............................................................................... 41

2. Uji Reliabilitas ........................................................................... 42

3. Uji Normalitas ............................................................................ 42

4. Uji Homogenitas ........................................................................ 43

5. Uji Heteroskedatisitas ................................................................ 43

6. Uji Korelasi ................................................................................ 44

7. Perhitungan Koefisian Determinasi ........................................... 44

G. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ................................................................................ 46

1. Gambaran Umum Pesantren al-Amanah al-Gontory ............................... 46

2. Karakteristik Responden .......................................................................... 49

B. Karakteristik Variabel………………... .................................................. 50

1. Pembagian Kelas Interval ........................................................................ 50

2. Uji Validitas ……... ................................................................................ 55

3. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 59

Page 12: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

vii

C. Uji Prasyarat Analisis Data ....................................................................... 59

1. Uji Normalitas ........................................................................................... 60

2. Uji Homogenitas ........................................................................................ 61

3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 62

D. Uji Hipotesis .............................................................................................. 63

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 66

F. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 75

B. Implikasi ...................................................................................................... 76

C. Saran .......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78

LAMPIRAN

Page 13: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren

tetap akan menarik untuk dikaji dan ditelaah kembali. Pesantren adalah

lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri serta

berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, juga mengandung makna

keaslian kultur di Indonesia ( indigenous )1. Ditinjau dari segi historisnya,

pesantren merupakan bentuk lembaga pribumi tertua di Indonesia bahkan

lebih tua lagi dari Republik ini. Pesantren sudah dikenal jauh sebelum

Indonesia merdeka.

Azra memberikan pertanyaan dan jawaban terkait mengapa

pesantren tetap mampu bertahan di antara derasnya arus modernisasi,

karena menurutnya pesantren tidak tergesa-gesa men-trasformasikan

kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam modern

sepenuhnya, tetapi melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan dan

mendukung kontinuitas pesantren itu sendiri, seperti sistem perjenjangan,

kurikulum yang jelas dan sistem yang baik.2

Yang paling tampak dari peran pesantren di masa lalu adalah dalam

hal menggerakkan, memimpin, dan melakukan perjuangan mengusir

penjajah. Pada masa-masa mendatang agaknya peran pesantren amat

besar. Misalnya, arus globalisasi dan industrialisasi telah menimbulkan

depresi dan bimbanganya pemikiran serta suramnya prespektif masa

depan. Maka, pesantren amat dibutuhkan untuk menyeimbangkan akal dan

hati3.

Fenomena tersebut disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK). Di tengah kemajuan ilmu dan teknologi yang menjadi

1 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, ( Jakarta : Paramadina, 1997 ), hal. 3

2 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu ), cet 1, hal.187

3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2001), hlm. 192

Page 14: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

2

motor bergeraknya modernisasi, dewasa ini banyak pihak merasa ragu

terhadap eksistensi lembaga pendidikan pesantren. Keraguan itu

dilatarbelakangi oleh kecenderungan dari pesantren yang bersikap

menutup diri terhadap perubahan di sekelilingnya dan sikap kolot dalam

merespon upaya modernisasi. Menurut Azyumardi Azra, kekolotan

pesantren dalam mentransfer hal-hal yang berbau modern itu merupakan

sisa-sisa dari respon pesantren terhadap kolonial Belanda.4

Akan tetapi pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan

yang berada pada lingkungan masyarakat Indonesia dengan model

pembinaan yang sarat dengan pendidikan nilai, baik nilai agama maupun

nilai-nilai luhur bangsa. Sehingga pesantren menjadi sebuah lembaga yang

sangat efektif dalam pengembangan pendidikan karakter (akhlak) peserta

didik. Seperti ungkapan Sauri yang menyatakan bahwa “pendidikan

karakter di pesantren lebih efektif dibandingkan dengan pendidikan

karakter di persekolahan”. Di Pesantren, model pembinaan pembelajaran

yang dilaksanakan bersifat kholistik, tidak hanya mengembangkan

kemampuan kognitif, akan tetapi aspek afektif dan psikomotorik siswa

terasah dengan optimal.5

Melalui bidang pendidikan pesantren, Pondok Pesantren al-Amanah

al-Gontory sebagai lembaga pendidikan melakukan tranformasi sosial

budaya. Untuk itu Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory

menyelenggarakan beberapa lembaga pendidikan. Baik lembaga

pendidikan sekolah maupun lembaga pendidikan luar sekolah, yang

dibentuk dalam bentuk kultur pesantren yang baik.

Pendidikan yang dilaksakan di Pondok Pesantren al-Amanah al-

Gontory di kemas dalam pembinaan yang integratif antara pendidikan

asrama dan lembaga formal. Artinya terjadi proses saling mendukung dan

4Hanun Asrohah, Op.Cit ,hal 186

5Sri Wahyuni Tanshzil, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada

Lingkungan Pondok Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan Disiplin

Santri.. Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No. 2 Oktober 2012,h 3

Page 15: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

3

melengkapi antara pendidikan yang dilaksanakan di asrama santri dengan

pendidikan dan pembinaan di lembaga formal. Pendidikan dan pembinaan

yang dilakukan di sekolah diperdalam di asrama santri yang disesuaikan

dengan jenjang pendidikan di lembaga formal. Sehinggga pendidikan

formal dan non formal tercipta budaya yang saling mendukung.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti kultur budaya bina

santri Pendidikan Pesantren al-Amanah al-Gontory, karena kultur

merupakan suatu yang penting dalam menjalankan aktifitas pesantren

sebagai roda dalam mewujudkan tujuan ideal yang di cita-citakan sesuai

dengan kebutuhan yang kemudian diperlakukan di Pondok Pesantren

tersebut. Jika diamati kultur budaya mempunyai peranan penting dalam

kehidupan dan perkembangan manusia karena kultur budaya merupakan

wahana dimana anak-anak manusia untuk pertama kali dan seterusnya

mengalami proses pembelajaran menjadi manusia melalui interaksinya

dengan sesamanya, alam yang maha tinggi dalam kehidupan sehari-hari

yang kongkret dan apa adanya. Itulah sebabnya kebudayan disebut sebagai

(life world). Pun juga budaya mempunyai peranan penting dalam proses

membentuk nilai-nilai karakter santri. Apalagi dalam linkungan pondok

pesantren. Dengan paparan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui

secara jelas tentang ”Korelasi Kultur Pesantren Terhadap Pembentukan

Karakter Santri ” Studi Kasus Di Pondok Al-Amanah al-Gontory.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian singkat di atas, penulis mengidentifikasi beberapa

permasalahan yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Kultur Pesantren .

Setiap lembaga pendidikan memiliki kultur yang berbeda-beda. Dan

pesantren salah satu lembaga pendidikan yang memiliki kultur yang

unik yang berbeda dari kultur lembaga pendidikan lainya. Dan ia

merupakan bagian dari lingkungan, dan kultur merupakan ruh dari

sebuah pesantren.

Page 16: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

4

2. Proses pendidikan dalam pesantren

Pendidikan pesantren merupakan pendidikan paripurna ,dimana santri

dididik selama 24 jam. Apa yang santri lihat, dengar, dan rasakan

didalamnya merupakan sebuah pendidikan. Dan pendidikan pesantren

membentuk akal dan hati, dipersiapkan untuk bekal menjadi orang

yang pintar dan benar.

3. Tujuan Pesantren.

Tujuan pendidikan yang hakiki adalah mencapai akhlak yang

sempurna. Hal ini sejalan dengan cita-cita para ulama dalam

mendirikan pondok pesantren, yaitu terbentuknya insan kamil.

4. Lingkungan Pesantren.

Selain sistem pesantren dan disiplin yang membentuk karakter dan

bentuk pendidikan pesantren, lingkungan pesantren merupakan salah

satu yang bisa dikatakan berhasil atau tidaknya sistem yang

diterapkan di pesantren bisa terlihat dari baik atau tidaknya

penciptaan yang baik lingkungan pesantren tersebut.

5. Sejarah pesantren

“Jas Merah, Jangan lupakan Sejarah” Soekarno pernah mengatakan

.Bangsa yang besar yang tidak melupakan akan sejarahnya. Begitu

pula dengan pesantren, setiap pesantren pasti memiliki sejarah. Dan

kita akan membahas bagaimana sejarah pesantren di nusantara.

6. Pengertian Karakter

Hasil ahir dari pendidikan pesantren adalah pembentukan karakter

para santri, sebaik apapun sistem pendidikan pesantren tetapi jika

tidak menjadikan santri yang memiliki karakter yang baik maka

sistemnya diragukan.

7. Unsur-Unsur Karakter.

Dilihat dari asal katanya, “karakter” merupakan sebuah konsep yang

berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti mengukir

sehingga terbentuk sebuah pola. Dan pola atau unsur-unsur yang

Page 17: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

5

membentuk sebuah pesantren adalah : sikap, emosi, kepercayaan, dan

kebiasaan.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diketahui

bahwa pada masa modern ini, dunia pendidikan Islam masih dihadapkan

kepada beberapa problem pendidikan. Agar masalah yang diteliti lebih

terarah dan tidak keluar dari jalur pembahasan, maka penulis memberi

batasan masalahnya sebagai berikut:

1. Kultur pondok modern Al-Amanah al-Gontory.

2. Korelasi antara kultur pesantren dengan pembinaan karakter santri .

3. Objek yang diteliti adalah santri dan pengajar Al-Amanah alGontory.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul di atas, maka pokok masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah korelasi yang positif dan signifikan antara kultur Pesantren al-

Amanah al-Gontory.terhadap terbinanya karakter santri ?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, penulis bertujuan untuk menemukan

jawaban kuantitatif terhadap pertanyaan-pertanyaan utama yang tersimpul

dalam rumusan masalah. Lebih rinci tujuan penelitian ini pada garis

besarnya ada dua, yaitu :

1. Menguji korelasi antara variabel x tentang kultur pesantren dengan

variabel y karakter santri.

2. Menguji hipotesis penelitian tentang korelasi variabel x dan y.

Page 18: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

6

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat berupa mengetahui korelasi antara kultur pesantren dengan

karakter santri. Secara Praktis semoga dapat menyelesaikan permasalahan

yang ada dipesantren dengan menguji korelasi antara kultur pesantren

dengan karakter santri.

Page 19: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu

pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar

para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana

terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari

Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk

Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,

sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau meunasah,

sedangkan di Minangkabau disebut surau.1

Sedangkan istilah pesantren secara etimologis berarti pe-santrian yang

berarti tempat santri, Pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan

yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan

menyebarkan ilmu agama Islam. Pesantren berarti tempat para santri.2

Poerwadarminta mengartikan pesantren sebagai asrama dan tempat murid-

murid belajar mengaji.3 Louis Ma'lûf mendefinisikan kata pondok sebagai

"khôn" yaitu "setiap tempat singgah besar yang disediakan untuk menginap

para turis dan orang-orang yang berekreasi."4 Pondok juga bermakna "rumah

sementara waktu seperti yang didirikan di ladang, di hutan dan sebagainya."5

1 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina,

1997), hal.5

2 Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982 ), h. 18.

3 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h.

764.

4 Louis Ma'lûf, Kamus Munjid, ( Beirut: Dâr al-Mishria ), 1986, h. 597.

5 Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama,( Semarang: Toha Putra),

h. 104.

Page 20: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

8

Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan agama islam yang wajib mengunakan system asrama atau

pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat

kegiatan yang menjiwainya karena semua kegiatan tersentral didalamnya,

serta pengajaran agama islam yang diikuti santri sebagai kegiatan

utamanya.6 Menurut Manfred Ziemek, biasanya pesantren didirikan oleh

para pemrakarsa kelompok belajar, yang mengadakan perhitungan dan

memperkirakan kemungkinan kehidupan bersama bagi para santri dan

ustad. Maka berdirilah sebuah pondok, tempat untuk hidup bersama bagi

masyarakat belajar. Dengan kata "pondok" orang membayangkan "gubuk"

atau "saung bambu", suatu lambang yang baik tentang kesederhanaan

sebagai dasar perkiraan kelompok. Di sini guru dan murid tiap hari

bertemu dan berkumpul dalam waktu yang lama bersama-sama menempuh

kehidupan di pondok.7 Lebih lanjut Ziemek menilai pesantren sebagai

lembaga "wiraswasta" dalam sektor pendidikan keagamaan, karena ciri-

cirinya yang dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi para pendiri dan

pimpinanannya dan cenderung mengikuti suatu pola tertentu.8

2. Model-Model Pondok Pesantren

Dalam bukunya (Pesantren Dalam Perubahan Sosial), Manfred

Ziemek merinci model-model pondok pesantren menjadi lima jenis (A, B,

C, D, dan E). Model A adalah model paling sederhana, di mana masjid

digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat pengajaran

agama. Model ini khas dengan kaum sufi (pesantren tarekat) dengan

pengajaran-pengajaran yang teratur di dalam masjid dengan pengajaran

pribadi oleh anggota kaum, tetapi kaum santri tidak tinggal dalam

pesantren. Jenis ini adalah tingkat awal dalam mendirikan sebuah

6 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, ( Jakarta : Raja

Grafindo Persada,2005), Cet.ke 25, h.4 7 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), h. 18. 8 Manfred Ziemek, Op.Cit, h.97.

Page 21: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

9

pesantren. Di sini diterima beberapa santri untuk tinggal di rumah

pendirinya (kyai).9

Model B. Bentuk dasar model ini dilengkapi dengan suatu pondok

yang terpisah, yaitu asrama tempat tinggal bagi para santri yang sekaligus

menjadi ruangan belajar sederhana. Pondok terdiri dari rumah-rumah

kayu/bambu. Model ini memiliki semua komponen pondok pesantren

"klasik" (kyai, santri, pondok dan masjid).

Model C terdiri dari komponen klasik diperluas dengan suatu

madrasah, menunjukkan dorongan modernisasi. Madrasah dengan sistem

kelas memberikan juga pelajaran umum. Kurikulumnya berorientasi

kepada sekolah-sekolah pemerintah yang resmi. Anak-anak yang tinggal

di sekitar pondok pesantren maupun para santri mukim belajar di

madrasah sebagai alternatif terhadap sekolah pemerintah atau bahkan

sekaligus mereka belajar di keduanya (sekolah umum/madrasah).10

Model D. Disamping perluasan komponen pesantren klasik dengan

sekolah formal (madrasah) banyak pula pesantren yang memiliki program

tambahan seperti keterampilan dan terapan bagi para santri dari desa-desa

sekitar. Dalam sektor pertanian mereka memiliki keterampilan mengolah

lahan, empang, kebun, peternakan,. Juga ada kursus-kursus seperti

elektronik, perbengkelan, pertukangan kayu, dan lain-lain.11

Model E adalah jenis pesantren "modern". Di samping sektor

pendidikan Islam klasik juga mencakup semua tingkat sekolah formal dari

pendidikan dasar (SD) hingga pendidikan tinggi (PT). Juga

diselenggarakan program keterampilan seperti: usaha pertanian, kerajinan,

perikanan, dan lain-lain. Pada pondok pesantren model E ini, para

santrinya turut mengelola pesantren dan mengorganisasi bentuk-bentuk

swadaya koperasi. Program-program pendidikan yang berorientasi

lingkungan mendapat prioritas utama; pesantren mengambil prakarsa dan

mengarahkan kelompok-kelompok swadaya di lingkungannya.

9 Manfred Ziemek, Op.Cit, h.104 10 Manfred Ziemek, Op.Cit, h.105 11 Manfred Ziemek, Op.Cit ,h.106

Page 22: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

10

Komunikasi intensif dan program pendidikan bersama mengaitkan podok

pesantren "modern" dengan pesantren yang lebih kecil, yang didirikan

dan dipimpin oleh para lulusan "pesantren-pesantren induk".12

3. Asal - Usul Pesantren

Mengenai asal-usul pesantren, para ilmuwan berbeda pendapat namun

dapat dikelompokan menjadi dua; Pendapat pertama, pesantren

merupakan model dari system pendidikan islam yang kesamaan system

pendidikan Hindu-Budha dengan system asramanya,Pigeud berpendapat

yang dikutib oleh Syukri Zarkasi dalam bukunya gontor dan

pembaharuan pendidikan pesantren, bahwa pesantren adalah komunitas

independent yang menyendiri di tempat yang jauh dari kehidupan

masyarakat dan banyak brmukim dipegunungan dan berasal dari lembaga

sejenis zaman pra-islam semacam mandala dan asrama.

Pendapat kedua mengenai asal-usul pesantren,menyatakan bahwa

pesantren diadopsi dari lembaga pendidikan islam Timur Tengah.13

4. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

Sejarah mencatat bahwa kehadiran pesantren di Indonesia seiring

dengan proses penyebaran agama Islam yang dipelopori oleh para wali

.Awalnya, pesantren merupakan pusat-pusat penyebaran islam oleh para

wali sambungan system zawiyah, yang menurut Imam Bawani adalah

system pembelajaran atau transmisi keilmuan yang mula-mula

diselengarakan di dalam secara berkelompok berdasarkan

diversifikasikan aliran sehingga pada tatanan selanjutnya mengkristal

menjadi aliran pemikiran agama ( school of thought ).14

Menurut riwayat

yang mula-mula mendirikan pesantren adalah Maulana Malik Ibrahim.

Dipondok pesantren itulah beliau mendidik guru-guru agama serta

mubalig-mubalig Islam yang menyiarkan agama Islam ke seluruh pulau

12 Manfred Ziemek, Op.Cit, h.106 13 Abdullah Syukri Zarkasyi, Opcit , Cet.ke 25, h.63-64 14 Imam Bawani dkk, Pesantren Buruh Pabrik , ( Yogjakarta : LKis ,2011), Cet 1, h 45.

Page 23: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

11

Jawa.15

Diperkuat oleh S.M.N Al-Attas yang dikutib oleh Mujamil Qamar

bahwa Maulana Malik Ibrahim adalah penyebar Islam pertama Islam di

Jawa yang mengislamkan wilayah-wilayah pesisir utara Jawa, bahkan

berkali-kali mencoba menyadarkan raja Hindu-Budha Majapahit.

Vikramavardhana ( berkuasa 788-833/1386-1429) agar masuk Islam.

Sementara diidentifikasikan bahwa pesantren mulai eksis sejak

munculnya masyarakat Islam di Nusantara. Tetapi pesantren yang dirintis

oleh Maulana Malik Ibrahim belum jelas sistemnya, maka keberadaanya

pesantrenya masih dianggap spekulatif dan masih diragukan.16

Sedangkan menurut Ahmad Janan dalam artikelnya memperkuat

argument sebelumnya bahwa pesantren pertama kali berdiri adalah

dimasa walisongo syeikh Malik Ibrahim atau Syeikh Maulana Maghribi

diangap pendiri pertama pesantren di pulau Jawa.Pada masa sebelumnya

sudah ada perguruan Hindu dan Buddha dengan system biara dan asrama

sebagai pendidikan Islam. Isinya dirubah dari ajaran Hindu dan Buddha

menjadi ajaran Islam, dan namanya pun berganti menjadi pondok

pesantren.17

Pondok pesantren yang merupakan bapak dari pendidikan Islam di

Indonesia, (pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan formal di

Indonesia, sebelum pemerintahan kolonial Belanda memperkenalkan

system pendidikan baratnya) didirikan karena adanya tuntutan zaman, hal

ini dapat dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa pesantren dilahirkan

atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan

mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama

dan da‟i.

Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama

kalinya, dimana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan

15 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, ( Jakarta : Hidakarya

Agung,1982),Cet 1, h 231 16 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, ( Jakarta : Erlanga,2002 ), hal 8. 17 .Ahmad Janan, Pondok Pesantren Dalam Perjalanan Sejarah.. Jurnal Pondok Pesantren.

55, 2008.

Page 24: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

12

secara pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakasanakan oleh

Departemen Agama Pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa

pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura dengan

nama pesantren Jan Tampes II. Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena

tentunya ada pesantren Jan Tampes I yang lebih tua. Kendatipun

demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia yang peran sertanya tidak di ragukan lagi adalah sangat besar

bagi perkembangan Islam di Nusantara.18

Awal mulanya kehadiran pesantren itu, orang-orang yang masuk

Islam ingin mengetahui lebih lanjut tentang ajaran agama Islam, orang

ingin bisa mengerjakan sembahyang, bisa berdo‟a, bisa membaca al-

Quran. Dari sinilah tumbuh pendidikan agama Islam, pada mulanya

mereka belajar di rumah-rumah, di langgar, di masjid dan kemudian

berkembang menjadi pondok pesantren.

Kesan bahwa ajaran Islam di Jawa pada abad XVII dan XIX berada

di bawah bayang-bayang Walisongo bukanlah hal yang berlebih-lebihan,

bahkan selama hampir lima abad setelah periode Walisongo pengaruh

mereka tetap terlihat jelas sampai sekarang. Pengaruh kuat Walisongo

sepanjang abad-abad itu tampaknya bisa dipahami karena kesuksesan luar

biasa dalam meng-Islamkan Jawa secara damai dan rekonsiliasinya

dengan nilai dan kebiasaan lokal.

Pendekatan Walisongo secara berkesinambungan dilanjutkan

dakwahnya melalui institusionalisasi pesantren, kesalehan sebagai jalan

hidup santri, pemahaman yang jelas terhadap budaya asli. Salah seorang

anak Jaka Tingkir, pangeran Benawa yang di perkirakan hidup pada awal

abad XVII di Kudus Jawa tengah menghabiskan seluruh hidupnya dengan

menjadi guru Tarekat.

Meskipun memiliki trah ningrat, dia lebih menyukai kehidupan

religius dari pada terlibat dalam kehidupan keluarganya. Pilihannya

tinggal di kota religius, Kudus, dan spesialisasinya dalam bidang tarekat

18 Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal,41.

Page 25: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

13

benar-benar mirip dengan keadaan pendiri kota itu, sunan kudus, yang

memiliki pengetahuan tantang Islam sangat mendalam sehingga disebut

Wali al-„Alim (guru ilmu).19

Seabad setelah periode Walisongo pada abad XVI, pengaruh

Walisongo dikuatkan oleh Sultan Agung yang memerintah kerajaan

Mataram Yogyakarta, Jawa tengah, dari tahun 1613 hingga 1645.20 Sultan

Agung seorang pengusaha terbesar di Jawa setelah periode Majapahit dan

Demak, dikenal juga sebagai Sultan Abdurrahman dan Khalifatullah

Sayyidin Panotogomo ing Tanah Jawi, yang berarti Khalifatullah atau

pemelihara danpembimbing agama di Pulau Jawa. Dia meresmikan tahun

muslim Jawa baru yang di dasarkan pada peredaran rembulan pada skala

1555 (dimulai pada bulan Maret 1633 M). Oleh karena itu tahun ini

menjadi tahun pertama dari sistem penanggalan muslim Jawa baru, tahun

Islam 1043 H di mulai pada tanggal 8 juli 1633M, dan konsekuensinya

tahun muslim Jawa baru dimulai pada hari yang sama.21

Walisongo dalam dimensi sosio-religius selalu mengembangkan

kwalitas ibadah dalam masyarakat, kemasyhuran mereka sebagaimana

para pemimpin keagamaan yang berpengaruh dilanjutkan dengan

keutamaan ulama di mata para santri Jawa selama berabad-abad, sejak

Islam menjadi agama utama di Jawa kyai benar-benar memiliki status

sosio-religius yang tinggi, setidaknya ada dua macam ulama setelah

periode walisongo. Pertama memegang posisi strategis dalam

pemerintahan, yakni mereka yang hidup di bawah kedaulatan Sultan

Agung yang berperan sebagai orang Alim di sebuah pondok pesantren.

Posisi ini baik diperoleh melalui pernikahan antar keluarga raja atau

melalui posisi yang ditawarkan kepada ulama yang diakui kualitasnya

namun kebanyakan ulama adalah mereka yang betul-betul independen

19Abdurrahman Mas‟ud, Dari Haramain ke Nusantara, Jejak Intelektual

ArsitekturPesantren, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal 70. 20 Abdurrahman Mas‟ud, Op.Cit, hal, 75.

21 Fahruddin, “Peran Pesantren Dalam Menjaga Keluhuran Akhlaq Remaja Di Era Modern

”, Skripsi pada UIN Malang 2011,h 34, tidak dipublikasikan.

Page 26: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

14

dari penguasa dan tinggal di pedesaan. Di Jawa, Abad XVIII dapat

disaksikan sebuah kesinambungan yang sama tentang pendekatan dan

misi Walisongo Da‟i tangan ulama itu, bahkan di Madura pada awal abad

XIX juga terlihat sama akan signifikansi Walisongo dalam kehidupan

social muslim.

Dilaporkan bahwa sebelum kelahiran bayi Khalil Bangkalan (1891-

1925 M) ayahnya H. Abd. Latif, seorang kyai di Bangkalan yang

mempunyai lembaga pondok pesantren, memohon kepada Allah supaya

kelak bayinya menjadi wali terkenal seperti Sunan Gunung Jati, salah

seorang walisongo di Jawa Barat. Menurut pemikiran para santri, doa

tampak selalu merupakan bagian yang esensial dalam kehidupan

keagamaan mereka.22

Mereka percaya bahwa berdoa selalu memiliki

manfaat, karena Al-Quran memuat banyak ajaran tentang doa. Ketika

penguasa muslim Jawa cendrung menjadi pendukung ilmu pengetahuan

Islam, tradisi akademik dalam masyarakat sangat tampak. Pada abad

XVII dan XVIII, tradisi orang Jawa melakukan perjalanan dalam rangka

belajar di pondok pesantren terus tumbuh subur dengan munculnya

kelompok sarjana-sarjana muslim baru dan para sufi yang tersebar di

seluruh Jawa, khusunya di daerah pesisir utara. Para santri pengelana

pergi dari satu pesantren ke pesantren lainnya dalam rangka menuntut

ilmu pengetahuan dari seorang guru yang lebih terkenal. Bahwa tradisi ini

tumbuh subur mungkin dari fertilisasi cross-cultural (proses perkawinan

antar budaya) dengan tradisi Islam dimana thalab al-ilmu (mencari ilmu)

merupakan sebuah ciri khas utama dari sistem pendidikan klasik dan

banyak memberikan sumbangan terhadap persatuan Islam. Patut

diperhatikan bahwa tradisi menuntut ilmu pengetahuan di Jawa pada abad

XVII hingga XIX di tunjukan secara jelas dengan adanya sebuah catatan

lokal yang ditulis pada seperempat pertama abad XIX yaitu kitab Tjentini.

23

22 Abdurrahman Mas‟ud, Op.Cit , h.183 23 Abdurrahman Mas‟ud.Op.Cit ,h.79.

Page 27: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

15

Pada masa penjajahan kolonial Belanda, yaitu sekitar abad ke-XVII-

an nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat terasa sangat

berbobot terutama dalam bidang penyiaran agama Islam. Kelahiran

pesantren baru selalu diawali dengan cerita perang nilai antara pesantren

yang akan berdiri dengan masyarakat sekitarnya, dan diakhiri dengan

kemenangan pihak pesantren sehingga pesantren dapat di terima untuk

hidup di sebuah masyarakat, dan kemudian menjadi panutan bagi

masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral.

Pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat pergerakan

pengembangan Islam, hal ini seperti yang diakui oleh Dr. Soebardi dan

Prof.Johns, yang di kutip oleh Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya

”tradisi pesantren”.

“Lembaga-lembaga pesantren itulah yang paling menentukan watak

ke Islaman dari kerajaan-kerajaan Islam, dan yang memegang

peranan paling penting bagi penyabaran Islam sampai ke

pelosokpelosok. Dari lembaga-lembaga pesantren itulah asal usul

sejumlah manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara

yang tersedia secara terbatas, yang di kumpulkan oleh pengembara-

pengembara pertama dari perusahaan-perusahaan dagang Belanda

dan Inggris sejak akhir abad ke 16. untuk dapat betul-betul

memahami sejarah Islamisasi di wilayah ini, kita harus mulai

memperlajari lembagalembaga pesantren tersebut, karena lembaga

inilah yang menjadi anak panah penyebaran Islam di wilayah ini‟‟24

Walaupun pada masa penjajahan, pondok pesantren mendapat

tekanan dari pemerintah kolonial Belanda, pondok pesantren masih

bertahan terus dan tetap tegak berdiri, walaupun sebagian besar berada di

pedesaan, Peranan pendidik dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tetap

diembannya. Telah banyak tokoh pejuang dan pahlawan-pahlawan

kemerdekaan yang berasal dari pesantren. Dalam sejarah perjuangan

mengusir penjajahan di Indonesia, pondok pesantren banyak memberi

24 Zamakhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( LP3ES, Jakarta), h., 17-18.

Page 28: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

16

andil dalam bidang pendidikan untuk memajukan dan mencerdaskan

rakyat Indonesia. Perjuangan ini dimulai oleh Pangeran Sabrang Lor

(Patih Unus), Trenggono, Fatahillah (jaman kerajaan Demak) yang

berjuang mengusir Portugis (abad ke 15), diteruskan masa Cik Ditiro,

Imam Bonjol, Hasanuddin, Pangeran Antasari, Pangeran Diponegoro, dan

lain-lain sampai pada masa revolusi fisik tahun 1945.25

Dalam perkembangannya, pondok pesantren sangat pesat, pada

zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia besar kecil tercatat

sebanyak 20.000 buah.26

Perkembangan selanjutnya mengalami pasang

surut, ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula

pesantren di daerah lain yang bubar karena tidak begitu terawat lagi.

5. Tujuan Pondok Pesantren

Masing-masing pondok pesantren memiliki tujuan pendidikan

yang berbeda, sering kali sesuai dengan falsafah dan karakter pendirinya.

Sekalipun begitu setiap pondok pesantren mengemban misi yang sama

yakni dalam rangka mengembangkan dakwah Islam, selain itu di

karenakan pondok pesantren berada dalam lingkungan Indonesia, setiap

pondok pesantren juga berkewajiban untuk mengembangkan cita-cita dan

tujuan kehidupan berbangsa sebagaimana tertuang dalam falsafah negara;

Pancasila dan UUD 1945. Menurut Manfred Ziemek yang dikutib oleh

Mujamil Qamar dalam bukunya pesantren dari trasformasi metodologi

menuju demokratisasi institusi tujuan pesantren adalah membentuk

kepribadian memantapkan akhlak dan melengkapinya dengan

pengetahuan.27

Menurut Mastuhu yang dikutib oleh M,Dian Nafi dkk tujuan utama

pendidikan pesantren adalah mencapai hikmah atau wisdom (

kebijaksanaan) berdasarkan pokok ajaran islam yaitu memahami dan

25 Nawawi, “Sejarah Dan Perkembangan Pesantren”, Jurnal Study Islam Dan Budaya, 2006. 26 Hasbullah. Op.Cit, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) hal,43. 27 Mujamil Qomar, Op. Cit, ( Jakarta : Erlanga,2002 ), hal 4

Page 29: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

17

meningkatkan tentang arti kehidupan serta merealisasikan semua peran-

peran dan tangung jawab social.28

Secara umum tujuan pendidikan pondok pesantren adalah

membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian

Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi Muballigh Islam

dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

Sedangkan secara khusus tujuan pondok pesantren adalah

mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang „alim dalam ilmu

agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkan

dalam masyarakat sebagaimana yang telah dikembangkan dalam pondok

pesantren Modern.

Tujuan pendidikan pondok pesantren di atas senada dengan tujuan

pondok pesantren yang di paparkan oleh M. Arifin yang dikutip oleh

Hasbullah dalam bukunya ”Kapita Selekta Pendidikan” (Khusus dan

Umum)29

Bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang

berusaha menciptakan kader-kader Muballigh yang diharapkan dapat

meneruskan misinya dalam hal dakwah Islam disamping itu juga di

harapkan bahwa mereka yang berstudi di pesantren menguasai betul ilmu-

ilmu ke-Islaman yang diajarkan oleh para kyai.

Adapun tujuan pendidikan pondok pesantren, tidak boleh lepas dari

tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No.2 tahun 1989

adalah untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan”

28 M.Dian Nafi‟ dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, (Yogjakarta:Lkis Pelangi

Aksaran,2007),cet 1, h, 49. 29 Hasbullah, Op.Cit ,hal, 44.

Page 30: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

18

6. Pengertian Kultur Pesantren

Kamus Sosiologi Modern menyatakan bahwa kultur adalah

totalitas dalam sebuah organisasi, way of life, termasuk nilai-nilai,

norma-norma dan karya-karya yang diwariskan antar generasi. Kultur

merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu dan

kelompok yang dapat ditunjukkan oleh perilaku organisasi yang

bersangkutan.30

Secara sederhana, Deal (1985: 605) mendefinisikan kultur

sekolah sebagai satuan pendidikan dengan “cara kita berbuat di sini.‟

Jika ditransformasi ke pesantren, maka definisi ini dapat kita kemukakan

menjadi „cara kita berprilaku di dalam atau sekitar pesantren.31

Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berasal

dari hubungan sosial dan kultur. Baik itu kultur individual maupun

hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam

perkembangan kognitif karena memberi dasar untuk menyimpulkan

asumsi dasar tentang pembelajaran. Menurut Vygotsky, kultur bukan

hanya memberi latar untuk pengembangan kognitif individual. Kultur

juga memberi simbol-simbol kultural (perangkat psikologis) dan anak

belajar berpikir dengan bentuk penalaran ini.32

Menurut Antropolog Clifford Geertz, salah satu ilmuwan Yang

memberikan sumbangan penting dalam mendeskripsikan tentang

pengertian kultur Pesantren Mengemukakan bahwa kultur pesantren

dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, ritual, mitos dan kebiasaan-

kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang pesantren,33 atau

suatu perilaku, nilai- nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan

30 Rika Rachmita Sujatma, “Pengembangan Kultur Sekolah”, Jurnal Pendidika, Jakarta, h

55, 2008. 31 H.M.Sulton Masyhud dan Moh.Khusnurdilo, .Manajement Pondok Pesantren, (Diva

Pustaka Jakarta ,2005 ) h, 26. 32 Zuhrati, Pengalaman Mengenai Peran Kultur, 2013, ( www..Zuhrati 10069.Blogspot.com), 33 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2000),

h, 149.

Page 31: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

19

penyesuaian dengan lingkungan dan sekaligus cara untuk me mandang

persoalan dan memecahkannya.

Dan dari uraian diatas akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa

kultur pesantren itu mengandung nilai-nilai, perilaku, pembiasaan, yang

dengan sengaja dibentuk atau diciptakan oleh pengasuh pesantren dalam

pembinaan dan pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang

diinginkan oleh lembaga pendidikan dalam pesantren tersebut.

7. Fungsi Kultur Pesantren

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka fungsi

kultur pesantren adalah:34

1) Sebagai identitas dan citra suatu lembaga pendidikan yang

membedakan antara pesantren yang satu dengan pesantren yang lain.

Identitas ini terbentuk oleh berbagai faktor, seperti sejarah, kondisi,

dan system nilai dilembaga tersebut.

2) Sebagai sumber, Kultur pesantren merupakan sumber inspirasi,

kebanggaan dan sumber daya yang dapat dijadikan arah kebijakan

(strategi) lembaga pendidikan tersebut.

3) Sebagai pola perilaku , dimana kultur pesantren menentukan

batasbatas perilaku yang telah disepakati oleh seluruh warga

pesantren.

4) Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan lingkungan.Dalam

dunia yang berubah dengan amat pesat, kunci keberhasilan suatu

organisasi umum maupun lembaga pendidikan dalam meningkatkan

efektivitasnya terletak pada fleksibilitas dan kemampuan inovatifnya.

Oleh karena itu lembaga pendidikan mau tidak mau harus berani

melakukan perubahan guna peningkatan mutu lembaga tersebut. Dan

salah satu jalan untuk melaksanakan strategi perubahan tersebut

adalah dengan merubah kultur dilembaga pendidikan itu.

34 Taliziduhu Ndraha, Budaya organisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 45

Page 32: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

20

5) Sebagai tata nilai. Kultur pesantren merupakan gambaran perilaku

yang diharapkan dari warga pesantren dalam mewujudkan tujuan

institusi pendidikan tersebut. Tata nilai yang dimaksud disini adalah

aktualisasi dari keyakinan seseorang sebagai pemberian makna

terhadap pekerjaan dan sebagai pengabdian kepada Tuhan YME,

karena perilaku yang luhur diajarkan menurut ajaran ketuhanan yang

diwujudkan melalui suatu pekerjaan.

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Pesantren

Adapun yang faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

kultur pesantren adalah sebagai berikut:

1) Faktor internal.

a. Pendiri organisasi

Sumber kultur pesantren yang utama adalah para pendiri lembaga

pendidikan itu. Dimana pembentukan institusi pendidikan oleh

pendirinya didasarkan pada visi dan misi para pendiri itu. Para pendiri

institusi memandang dunia disekitarnya menurut nilai yang termuat

didalam hidupnya, latar belakang sosial,lingkungan dimana ia

dibesarkan serta jenis dan tingkat pendidikan formal yang pernah

ditempuhnya.35

b. Aspek- aspek lembaga pendidikan

Adapun yang dimaksud aspek-aspek pendidikan disini adalah tenaga

pengajar, administrasi, manajerial, dan lingkungan dalam lembaga itu.

Apabila suatu perubahan atau pengembangan lembaga pendidikan perlu

dilaksanakan dengan menerapkan beberapa kebijakan yang baru, maka

strategi untuk implementasi kebijakan tersebut adalah dengan cara

merubah kultur dilembaga itu. Akan tetapi berhasil tidaknya perubahan

kultur itu tergantung pada tepat tidaknya strategi lembaga pendidikan

tersebut dalam mengatur seluruh aspek lembaga pendidikan, seperti

bentuk dan jenis kegiatan apa yang perlu dilakukan serta apa kegiatan

35 Taliziduhu Ndraha, Op.cit., hlm 49

Page 33: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

21

pendukung yang perlu dilakukan. Kesemuanya itu harus tercakup dalam

strategi lembaga pendidikan yang bersangkutan.36

2) Faktor eksternal

Kiranya masih relevan untuk menekankan bahwa pesatnya perkembagan

IPTEK yang perkembangannya melalu pergeseran paradigma sehingga

hal ini berdampak sangat kuat terhadap berbagai bidang kehidupan,

termasuk pada dunia pendidikan. Dengan demikian, dunia pendidikan

dituntut oleh masyarakat agar dapat menyesuaikan dengan perubahan itu

dan hal tersebut akhirnya berpengaruh pada kebijakan pesantren yang

diimplementasikan melalui kultur pesantren.

B. Pengertian Karakter Dan Unsur-Unsurnya

1. Pengertian Karakter

Dilihat dari asal katanya, “karakter” merupakan sebuah konsep yang berasal

dari kata Yunani “charassein”, yang berarti mengukir sehingga terbentuk

sebuah pola. Memiliki suatu karakter yang baik, tidak dapat diturunkan begitu

ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan

pendidikan. Dalam bahasa Arab karakter dikenal dengan istilah “akhlaq”, yang

merupakan jama‟ dari kata “khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan

budi pekeri, perangai, tingkah laku atau tabiat, tatakrama, sopan santun, adab

dan tindakan (Saebani dan Hamid, 2010:13). Ibn Miskawai (W. 421H/1030 M)

sebagai pakar akhlaq terkemuka menyatkaan bahwa akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.37 Sedangkan karakter menurut

Simon Philips yang dikutib oleh Fathul Mu‟in dalam bukunya Pendidikan

36 Taliziduhu Ndraha, Op.cit., hlm 51 37 Sri Wahyuni Tanshzil, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada Lingkungan Pondok

Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan Disiplin Santri.. Jurnal Penelitian Pendidikan |

Vol. 13 No. 2 Oktober 2012 .h 5.

Page 34: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

22

Karakter adalah kumpulan tata nilai menuju suatu system, yang melandasi

pemikiran, sikap, dan prilaku yang ditampilan.38

2. Unsur-Unsur Karakter

Ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis

yang mempengaruhi unsur-unsur terbentuknya karakter pada manusia.Unsur-

unsur ini kadang juga menunjukan bagaimana karakter seseorang .Unsur-unsur

tersebut antara lain, sikap, emosi, kepercayaan dan kebiasaan.

1.Sikap

Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian dari karakternya

bahkan diangap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu tidak

selamanya benar, tetapi dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu

yang ada dihadapanya, biasanya menunjukan bagaimana karakternya.

2.Emosi

Kata emosi berasal dari kata emovere dalam bahasa latin yang berarti

(berarti luar dan movere artinya bergerak). Emosi adalah bumbu kehidupan

sebab tanpa emosi ,kehidupan manusia akan terasa hambar.Manusia selalu

hidup dengan berfikir dan merasa, oleh karena itu emosi merupakan salah satu

bagian dari karakter.

3.Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari factor'

sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “ salah” atas dasar

bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk

membangun watak dan karakter manusia.

4.Kebiasaan dan Kemauan

38 Fathul Mu‟in ,Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik,( Jogjakarta : Ar-Ruzz

Media,2011) h,160

Page 35: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

23

Kebiasaan adalah komponen konotatif dari factor sosiopsikologis.

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara

otomatis, tidak direncanakan. Ia merupakan hasil pelaziman yang berlangsung

pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi berkali-kali.

Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda dalam menangapi stimulus

tertentu. Kebiasaan memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan.

Sementara kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter

seseorang ,jadi kebiasaan dan kemauan adalah bagian dari unsur-unsur karakter.

5.Konsepsi Diri

Hal penting lainya yang berkaitan dengan ( pembangunan ) karakter adalah

konsepsi diri. Konsepsi diri penting karena biasanya tidak semua orang acuh

pada dirinya. Orang yang sukses biasanya adalah orang yang sadar bagaimana

membentuk watak dan karakternya.39

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Adapun peneliti mendapatkan inspirasi dari penelitian terdahulu yang

relevan adalah: Kultur pesantren dalam membentuk sumber daya manusia studi

kasus di Pondok pesantren Nurul jadid Paiton Probolinggo,yang di tulis oleh

saudara Zainuddin dari Uin Malang 2009. Skripsi menjelaskan tentang kultur

budaya pesantren yang membentuk sumber daya manusia yang ada di dalam

pesantren, bisa sumber daya santri, ustad maupun kyai sendiri.skripsi ini

menekankan pengaruh kultur pesantren terhadap etos kerja dari sumber daya

manusia adapun perbedaan dari skripsi penulis adalah ,penulis menekankan

pembentukan karakter santri dari kultur pesantren. Dan penulis mendapatkan

inspirasi penulisan kultur pesantren dari skripsi ini.

Budaya Pesantren: Persimpangan antara Keindonesaan dan

Keislaman,Jurnal Pesantren ditulis oleh Saidi .Sumber kompas. Didalam jurnal

ini, pesantren dalam prakteknya, pesantren memiliki wilayah intern, dan ekstern

yang keduanya tak bisa dipisahkan. Karena memuat semangat keislaman, dan

39 Fathul Mu‟in, Op,Cit, h, 168-179

Page 36: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

24

keindonesiaa (Nasionalisme), dan perbedaan dari jurnal dan skripsi penulis

adalah didalam jurnal ini menekankan tentang kultur pesantren dari sisi

perjuangan nasionalisme Indonesia ,dan penulis kultur pesantren untuk

pembentukan karakter santri.

Pengalaman Mengenai Peran Kultur Terhadap Proses Belajar-Teori

Vygotsky, Jurnal pendidikan ,penulis Zuhrati,Spd. Didalam jurnal ini, Vygotsky

menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berasal dari hubungan sosial

dan kultur. Baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan

perkembangan berperan penting dalam perkembangan kognitif karena memberi

dasar untuk menyimpulkan asumsi dasar tentang pembelajaran. Menurut

Vygotsky, kultur bukan hanya memberi latar untuk pengembangan kognitif

individual. Kultur juga memberi simbol-simbol kultural (perangkat psikologis)

dan anak belajar berpikir dengan bentuk penalaran ini. Penulis mendapatkan

inspirasi dalam penulisan definisi kultur pesantren. Perbedaan antara jurnal ini

dengan skripsi penulis adalah jurnal ini membahas secara utuh tentang makna

dan definisi kultur saja, sedangkan penulis menuliskan kultur pesantren dan

fungsinya.

Skripsi Korelasi Pendidikan Pondok Pesantren Dengan Prestasi Belajar

Santri Di Mts An-nur .Khusaini UIN Malang 2006. Didalam skripsi ini

dijelaskan tentang sejarah pesantren, dan pola pendidikan pesantren yang dapat

meningkatkan prestasi dari hasil belajar santri. Dan penulis mendapatkan

inspirasi tentang definisi pesantren dan sejarah pesantren, perbedaan antara

skripsi ini dengan karya tulis penulis adalah skripsi ini lebih membahas tentang

system pendidikan pesantren sedangkan penulis lebih menekankan kepada

kultur pesantren.

IBDA‟ Jurnal Study Islam Dan Budaya.Penulis Nawawi. Didalam skripsi

ini dijelaskan tentang sejarah,basis kultural pesantren ,pendidikan keagamaan

dipesantren, kurikulum, system pengajaran, dan sejarah pesantren, penulis

mendapatkan inspirasi tentang definisi, dan sejarah pesantren, perbedaan yang

terdapat dari jurnal ini dan tulisan penulis adalah jurnal ini masih menjelaskan

Page 37: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

25

secara umum tentang makna dan definisi pesantren sedangkan penelitian penulis

dikhususkan di Pondok pesantren al-Amanah-al-Gontory.

Dari buku pendidikan karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik, yang

ditulis oleh Fatchul Mu‟in. Didalam buku ini tertuliskan tentang pendidikan

karakter dan urgensi pendidikan progresif dan revitalisasi peran guru dan orang

tua,dan penulis mendapatkan inspirasi dalam menuliskan definisi pesantren, dan

perbedaan yang terdapat dalam buku dan dan skripsi penulis adalah jika didalam

buku masih dijelaskan secara umum tentang makna karakter sedangkan didalam

skripsi penulis dikhususkan tentang karakter santri.

Dari buku Tradisi Pesantren yang ditulis oleh Zamakhsyari Dhofier.

Didalam buku ini tertuliskan tentang studi pandangan hidup kyai dan visinya

mengenai masa depan Indonesia dengan tradisi pesantren, di buku ini juga

dituliskan akar dan sejarah awal pesantren dengan segala macam kultur budaya

pesantren didalamnya, perbedaan antara buku ini dengan tulisan penulis adalah

jika didalam buku ini masih bersifat umum dalam menjelaskan tentang sejarah

dan kultur pesantren sedang penulis mengkhususkan dengan penelitian tentang

pesantren di pondok pesantren Al-amanah alGontory.

Tesis, Peningkatan Mutu Prndidikan Pesantren,( Studi Komparatif atas

Pondok Ma‟hadut Tholabah dan Pondok Modern Daruu Ulil Albab di

Kabupatan Tegal ) UIN jakarta penulis Ahmad Ta‟rifin. Didalam tesis ini

penulis menuliskan tentang bagaimana meningkatkan mutu

pesantren,bagaimana meningkatkan manajerial di dalam kultur pesantren,dan

peningkatan professional guru atau ustad.Penulis dalam skripsi ini mendapatkan

inspirasi tentang pondok pesantren dari tesis ini, dan perbedaan tesis ini dengan

tulisan penulis adalah jika didalam tesis ini dijabarkan tentang bagaimana cara

meningkatkan mutu pesantren sedangkan penulis menuliskan bagaimanakah

korelasi dari kultur pesantren terhadap pembinaan karakter santri.

Skripsi tentang Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Dalam Mencetak Santri Profesional ( Studi Kasus di Pondok Pesantren An-nur

II Al-Murtadho Bululawang,Malang ) UIN Malang 2010 . Didalam skripsi ini

tertuliskan tentang pengembangan system pendidikan pesantren dan tujuan

Page 38: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

26

pesantren berdasarkan undang-undang, penulis mendapatkan inspirasi tentang

tujuan pesantren dan macam-macam pesantren, dan perbedaanya dengan skripsi

penulis, skripsi penulis lebih menekankan pada pesantren dan kulturnya,

sedangkan skripsi ini menekankan pada pesantren dan system pendidikanya.

Jurnal Pesantren, Nu Online,Dengan Judul Antara Kultur Pesantren dan

Kaum Intelektual Modern, penulis W.S. Abdul Aziz. Didalam jurnal ini menurut

penulis. Gusdur walau dilahirkan dari ranah tradisional NU, namun

pemikirannya membusur kepada arah modernis, baik dalam prespektif politik

maupun wacana keagamaan. Dia mengharapkan walaupun berasal dari kultur

pesantren tradisional tetap bisa berproses d kancah politik dan bisa bersaing

dengan kaum modernis. Dan perbedaanya dengan skripsi penulis adalah jurnal

ini lebih berbicara peran santri yang berasal dari kultur pesantren salafi terhadap

perkembangan bangsa, sedang penulis menuliskan tentang kultur pesantren

terhadap terbinanya karakter santri. Journal Pendidikan,Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi

.Penulis Dasmin Budimansyah,dkk. Didalam jurnal ini dituliskan tentang

bagaimana pengertian karakter,dan bagaimana menanamkan pendidikan

karakter terhadap mahasiswa, penulis mendapatkan inspirasi tentang makna dan

definisi karakter, dan perbedaanya dengan skripsi penulis adalah jika jurnal ini

karakter mahasiswa sedangkan penulis adalah karakter santri.

D. Kerangka Berfikir

Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren tetap saja

menarik untuk dikaji dan ditelaah kembali. Pesantren adalah salah satu lembaga

pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri serta berbeda dengan

lembaga pendidikan lainnya tapi juga mengandung makna keaslian kultur di

Indonesia.

Dalam dunia pesantren terdapat kultur pesantren dimana kultur menjadi

corak atau identitas pesantren dalam mendidik dan mengajarkan para santrinya

.Dari kultur juga membentuk pola lingkungan pesantren yang setiap harinya

para santri berada didalam system pendidikan paripurna yaitu pendidikan 24

Page 39: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

27

jam, dan apa yang mereka lihat,mereka dengar dan mereka rasakan adalah suatu

pendidikan.Khususnya untuk mendidik mental dan karakter santri menjadi

pribadi yang kuat iman dan kaya amal.

Karena membentuk karakter seseorang bukanlah dengan waktu yang cepat,

pembentukan karakter membutuhkan proses yang panjang, serta adanya

ketauladanan di lingkungan pesantren. Dengan demikian semua yang ada

didalam pesantren bersunguh-sunguh menciptakan kultur pesantren yang positif

dimaksudkan agar menjadi salah satu faktor yang membentuk kepribadian serta

karakter santri.

Dengan kata lain kultur pesantren sangat mempengaruhi karakter santri,

karena kultur merupakan identitas utama suatu lembaga atau organisasi ,dapat

juga dikatakan bahwa kultur merupakan ruh yang dapat membawa kemajuan

atau kemunduran suatu lembaga. Begitu pula kultur yang ada dipesantren maka

dapat dikaitkan keberhasilan pembentukan karakter pesantren dipengaruhi

bagaimana pembentukan kultur pesantren yang telah dipetakan oleh para

pendirinya.

E. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang

mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan

penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut: “Semakin tinggi kualitas kultur pesantren maka akan semakin

tinggi pula pembinaan karakter santri”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka

hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan. Adapun

rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara kultur pesantren dengan

terbinanya karakter santri.

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kultur pesantren dengan

terbinanya karakter santri.

Page 40: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di Pondok Pesantren

al-amanah al-Gontory. Penelitian dilakukan selama satu bulan , terhitung

pada tanggal 26 November 2013 sampai dengan selesai.

B. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan

menggambarkan dan menjelaskan permasalahan tentang hubungan antara

pembelajaran pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa, maka penulis

menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif-analisis.

Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan

menyatakan bahwa ”Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”. 1

Di dalam metode deskriptif-analisis terdapat upaya untuk

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.2 Metode

deskriptif tidak hanya berhenti pada menggambarkan kondisi objek

penelitian, tetapi juga menganalisanya berdasarkan metode, teori dan

kemampuan peneliti.3

1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,

2007), Cet. 6, h. 105.

2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157.

3 Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 52

Page 41: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

29

C. Variabel Penelitian

Dalam setiap penelitian, istilah variabel tidak pernah ketinggalan.

Menurut Y.W.Best yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi

atau serentiristik-serentiristik yang oleh peneliti dimanipulasikan,dikontrol

atau diobservasikan dalam suatu penelitian.4

Dalam penelitian ini penulis mencari korelasi antara sistem pesantren

al-Amanah al-Gontory dengan suasana belajar santri .Ini berarti ada

variabel yaitu :

1. Definisi Teoritis Kultur Pesantren sebagai variabel bebas (

independent Variabel). Dalam penelitian ini kultur pesantren ibarat kendali

situasi terkondisinya suasana belajar yang kondusif.

2. Definisi Oprasional Karakter santri sebagai variabel terikat (

Dependent Variabel ). Maka karakter santri menjadi salah satu dampak

hasil pendidikan pesantren termasuk dari kultur budaya pesantren .

4 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian,(Jakarta:Bumi

Aksara,2003),cet.ke-5,h.118

Page 42: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

30

Tabel 1

Variabel Penelitian

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1 Variabel X

Kultur Pesantren

Definisi

Operasional

1. Sebagai

identitas dan

citra suatu

lembaga

pendidikan.

2. Sebagai

1. Bentuk

budaya atau

kultur

pesantren.

2. Adanya

dukungan dari

masyarakat

sekitar

terhadap

pesantren.

1. Pola

pendidikan

1. Kultur budaya

mengaji Al-quran

setelah sholat 5

waktu.

2. Budaya

mengunakan

bahasa arab dan

inggris dalam

percakapan

sehari-hari.

1. Sikap

masayarakat

terhadap para

santri.

1. Kyai/ustad dapat

Page 43: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

31

sumber

inspirasi

,yang dapat

dijadikan

arah

kebijakan.

3. Sebagai pola

prilaku.

kyai/ ustad

terhadap

santri.

2. Peran

kyai/ustad

dalam

menciptakan

kultur

pesantren.

1. Disiplin

pesantren

membentuk

pola prilaku

santri.

2. Organisasi

santri

membentuk

pola prilaku.

dijadikan suri

tauladan bagi

santri.

1.Pengawasan kyai /

ustad terhadap

santri.

1. Manfaat

disiplin bagi

santri.

1. Dengan

berorganisasi

membuat

mental lebih

brani .

2. Jiwa

pemimpin

lebih

berkembang .

3. Membentuk

jiwa social.

Page 44: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

32

2 Variabel Y

4. Sebagai

mekanisme

adabtasi

terhadap

perubahan

lingkungan.

\

5. Sebagai tata

nilai

1. Inovasi Pola

kultur

pesantren

mengikuti

perkembang

an zaman.

1. Hasil dari

kultur

pesantren

untuk

menciptakan

budi luhur

santri dan

santriwati.

2. Nilai budaya

disiplin

santri.

1. Pentingnya

laboraturium

bahasa dan

computer

dipesantren.

2. Pentingnya

labolaturium

penelitian

dipesantren.

1. Menghidupkan

sholat berjamaah.

2. Budaya saling

menghargai dan

saling menghormati.

1. Adanya

hukuman bagi

santri yang

terlambat

mengikuti

kegiatan

kurikuler dan

ekstrakulikuler.

Page 45: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

33

Karakter Santri

Definisi Oprasional

1. Sikap

2.Emosi

3.Kepercayaan

1. Lebih Peka

terhadap

lingkungan

social.

2. Sopan

santun santri

terhadap

guru.

1. Santri senang

berada di

pondok.

2. Santri bangga

dengan

pondoknya.

1. Santri

mempercayai

keberkahan

kyai.

2. Santri

mempercayai

hasil dari

kesunguhan.

1. Kerja bakti

bersama.

2. Rasa tolong

menolong

terhadap sesama

santri.

1. Santri santun

terhadap guru.

2. Kepatuhan santri

terhadap guru.

1. Santri betah

berada

dipondok.

1. Santri mencintai

almamater

pendidikanya.

1. Santri sangat

menghormati

kyainya.

1. Santri rajin

belajar karena

mempercayai

selogan

Page 46: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

34

4.Kebiasaan

5.Kosepsi Diri

1. Kebiasaan

mengucapkan

salam terhadap

orang lain.

2. Kebiasaan

belajar bersama.

1. Santri

menerapkan

dalam dirinya

untuk berbudi

tinggi

2. santri

menerapkan

dalam dirinya

berpengetahuan

luas.

3.Santri

mererapkan

dalam dirinya

harus berbadan

sehat.

„manjadda

wajada.”

1. Santri biasa

mengucapkan

salam kepada

orang lain.

1. Santri terbiasa

belajar

bersama.

1. Santri

mengharuskan

dirinya agar

berbudi tinggi

dengan akhlak

karimah.

1. Santri rajin

membaca

buku.

2. Santri gemar

berdiskusi.

1. Santri senang

berolahraga.

Page 47: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

35

D. POPULASI DAN SAMPEL.

1. POPULASI

Adalah keseluruhan subyek penelitian.5 Populasi yang diambil dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas satu Mts Ponpes al-Amanah al-

Gontory berjumlah 405 .

2. SAMPEL

Adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi

yang diteliti.6 Sampel yang akan diambil adalah 20 % dari populasi yaitu 50

orang siswa. Menurut Suharsimi Arikunto di dalam bukunya “ Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan praktek” dijelaskan bahwa apabila subjeknya

kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil

antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Tekhnik yang digunakan dalam

mengambil sampel adalah sampel random atau acak.Penulis mengambil

jumlah 15% dari jumlah keseluruhan yaitu 60 orang santri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis mengunakan beberapa teknik yaitu :

1. Observasi

Observasi yaitu suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.7

Dalam hal ini penulis mengambil dari observasi tentang bagaimana budaya

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2010), Cet. 14, hal. 173

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2010), Cet. 14, hal. 174

7 Chilod Narbuko dan Abu Ahmadi, Op.Cit, h.70

Page 48: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

36

kultur pesantren dari segi disipilin pesantren, kultur organisasi, sikap santri-

santrinya dan segala bentuk yang mengacu pada kultur dan karakter pesantren.

2. Interview

Wawancara adalah proses tanya jawab penelitian yang berlangsung secara

lisan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung

informasi-informasi atau keterangan-keterangan.8 Adapun pihak yang

diwawancarai adalah Kepala sekolah. Mengenai adakah korelasi antara kultur

pesantren dengan pembentukan karakter santri.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini digunakan sebagai usaha penulis untuk

mendapatkan data-data mengenai keberadaan sekolah yang sedang diteliti dan

data jadwal kegiatan santri dengan tujuan untuk melengkapi penelitian tersebut

sehingga terdapatlah data yang signifikan. Adapun data-data ini diperoleh dari

bagian data di pondok tersebut.

4. Angket (Questionnaire)

Metode angket adalah suatu daftar yag berisikan rangkaian pertanyaan

mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh

data, angket ini disasarkan kepada responden (santri kelas I).9 Dengan

menggunakan teknik angket, pengumpulan data sebagai data penelitian jauh

lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga, tidak memerlukan kehadiran

peneliti, dapat dibagikan secara serempak kepada semua responden. Dan untuk

mendapatkan data tentang korelasi kultur pesantren terhadap karakter santri.

8 Ibid, h. 83

9 Ibid, h. 76

Page 49: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

37

TABEL 2

Kisi-kisi soal Angket

NO VARIABEL INDIKATOR NO BUTIR JUMLAH

POSITIF NEGATIF .ITEM

Kultur

Pesantren.

1. Sebagai

identitas dan

citra suatu

lembaga

pendidikan.

1. Bentuk budaya

atau kultur

pesantren.

2. Adanya

dukungan dari

masyarakat sekitar

terhadap

pesantren.

1, 2, 3,

4, 5

6, 7, 8

60 soal

2. Sebagai

sumber

inspirasi,

yang dapat

dijadikan

arah

kebijakan.

1. Pola

pendidikan

kyai/ ustad

terhadap

santri.

2. Peran kyai

dalam

menciptakan

kultur

pesantren.

9, 10, 11

14, 15,

12, 13,

3.Sebagai pola

prilaku

1. Disiplin

pesantren

membentuk pola

prilaku santri.

2. Organisasi

16, 17,

18, 19,

21, 22,

,25, 26,

27, 30,

31, 32,

20,

23, 24, 28,

29, 34, 40,

41, 42, 43,

44, 45,

Page 50: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

38

santri

membentuk

pola prilaku.

33, 35,

36, 37,

38, 39,

46, 47.

3. Sebagai

mekanisme

adabtasi

terhadap

perubahan

lingkungan.

1. Inovasi Pola

kultur pesantren

mengikuti

perkembangan

zaman

48, 49,

50, 51,

52, 53, 54

5. Sebagai tata

nilai

1. Hasil dari kultur

pesantren untuk

menciptakan budi

luhur santri dan

santriwati.

2. Nilai budaya

disiplin santri.

55, 56,

57, 58,

59, 60,

Karakter Santri.

6. Sikap.

1. Lebih Peka

terhadap

lingkungan social.

2. Sopan santun

santri terhadap

guru.

1, 2, 3,

4, 7, 8,

9, 12,

13, 14,

16,

5, 6, 10,11,

17,

60 soal

7. Emosi 1. Santri senang

berada di pondok.

2. Santri bangga

dengan

pondoknya.

18, 19,

20,

21, 24,

25, 26,

22, 23, 27,

28,

Page 51: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

39

8. Kepercayaan

1. Santri

mempercayai

keberkahan kyai.

2. Santri

mempercayai hasil

dari kesunguhan.

29, 30,

31, 32,

33, 34,

35, 39,

40, 41,

42, 43,

36,37,38,

44, 45,

9. Kebiasaan

1. Kebiasaan

mengucapkan

salam terhadap

orang lain.

2. Kebiasaan

belajar bersama.

46, 47,

48, 49,

50,

51, 52, 56.

10. Kosepsi

Diri

1. Santri

menerapkan dalam

dirinya untuk

berbudi tinggi.

2. santri

menerapkan dalam

dirinya

berpengetahuan

luas.

3. Santri

mererapkan dalam

dirinya harus

berbadan sehat.

53, 54,

55, 56,

57, 58,

59, 60

Page 52: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

40

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

a. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap,tahap selanjutnya data yang

terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah dan

hipotesa penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing Data

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data.Dimana tujuanya adalah untuk mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang

sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.10

2. Kooding

Kooding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden kedalam karegori-kategori .Biasanya klasifikasi dilakukan

dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing

jawaban.11

Untuk lebih memudahkan dalam menyimpulkan hasil

penelitian dari setiap variabel,maka dari jawaban angket yang hanya

berupa angka dideskripsikan dengan kata-kata, yaitu :

10 Ibid,h.153

11 Ibid,h.154

Page 53: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

41

Tabel 3

Pengukuran Secara Deskripsi

Alternatif Jawaban Pernyataan

Positif Negatif

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

1

2

3

4

b. Teknik Analisa Data.

1. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen yang

diperoleh dari angket (kuesioner) untuk mendapatkan data tentang variabel

kultur pesantren dan karakter santri. Pengujian validitas dilakukan

menggunakan program SPSS 20 dengan metode Korelasi Product Moment

dari Pearson, dengan melihat angka koefisien korelasi (r) yang menyatakan

hubungan antara skor per item dengan skor total. Dengan rumus sebagai

berikut:12

( ) ( )

√* ( ) | ( ) +

Keterangan:

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product Moment

N : Number of Cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

12 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta : Bumi Aksara,

2013), cet. 1, h. 82.

Page 54: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

42

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berfungsi untuk meyakinkan apakah instrumen yang

dipakai dapat dipercaya untuk menggali data atau tidak. Pengujian reliabilitas

dilakukan menggunakan program SPSS 20 dengan koefisien Cronbach‟s

Alpha dan corrected item total correlation dengan rumusnya yaitu:13

[

( )] [

Dimana, rumus Varians:

r = Realibilitas instrumen/koefisien alfa

k = Banyaknya butir soal

= Jumlah varians butir

= Total varians

N = Jumlah responden

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki

peneliti berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas yang digunakan

dalam perhitungan data penelitian ini menggunakan program SPSS 20 dengan

uji Liliefors dengan rumus:14

Keterangan:

Lh = Nilai Liliefors hitung

F(z) = Peluang angka baku

S(z) = Proporsi angka baku

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak, maka nilai Lh dibandingkan dengan nilai kritis L (Ltabel/ Lt)

13 Syofian Siregar, Op. Cit, cet. 1, h. 117. 14 Syofian Siregar, Op. Cit, cet. 1, h. 163.

Lh = Nilai terbesar dari |F(z) – S(z)|

Page 55: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

43

pada taraf nyata 5% (0.05). Kriteria pengujian sampel dianggap normal jika

nilai Lh lebih kecil dari Lt (Lh < Lt), dan sebaliknya sampel dianggap tidak

normal jika nilai Lh lebih besar dari Lt (Lh > Lt).

4. Uji Homogenitas.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel atau data

yang diteliti memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda. Dan penulis

mengunakan program spss 20. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F

untuk data yang independen, dengan rumus:15

Keterangan:

Fh = Nilai hitung dari uji F

S² = Nilai Varian dari masing-masing data

Untuk mengetahui apakah sampel memiliki tingkat keragaman yang sama

atau berbeda, maka Fh dikonsultasikan ke dalam tabel nilai kritis F dengan

taraf nyata 5% (0.05). Dalam pengujian ini data dianggap homogen

(keragaman sama) apabila nilai Fh lebih kecil dari Ft (Fh < Ft).

5. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Menurut Santoso (2007:242) deteksi adanya

heteroskedastisitas adalah :

1. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.

2. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.

Penulis menghitung data heteroskedastisitas mengunakan spss 20.

15 Syofian Siregar, Op. Cit, cet. 1, h. 174.

𝑆 (𝑋 𝑋 )

𝑛

Dimana

Page 56: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

44

6. Uji Korelasi

Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Dimana Product

Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antara

dua variable yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan

oleh Karl Pearson. Dan penulis menghitungnya dengan bantuan spss 20.

Rumus korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu: 16

2222 )()(

))((

yyNxxN

yxxyN

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi variable X dengan variable Y

∑ XY = jumlah dari hasil perkalian antara skor variable X dan skor variable Y

X = skor variabel X Y = skor variabel Y

7. Perhitungan Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan

dalam bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus

“Coefficient of Determination” atau koefisien penentu yang dalam hal ini

digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks

korelasi „r‟ product moment pada uji hipotesis di atas.

Rumus Coefficient of Determination yaitu:

KD = r² x 100 %

KD = Koefisien determinasi

r = Koefisien korelasi

Adapun pedoman yang umum digunakan dalam memberikan interpretsi

secara sederhana terhadap angka hasil koefisien korelasi product moment adalah

sebagai berikut.17

:

16 Joko Sulistyo, 6 Hari Jago Spss 17, ( Yogyakarta : Cakrawala, 2010 ), Cet. 1, h.129.

Page 57: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

45

Tabel 3.3

Besarnya “r” Product Moment

(rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y

memang terdapat kolerasi, akan tetapi

kolerasi itu sangat lemah atau sangat

rendah sehingga kolerasi itu

diabaikan (dianggap tidak ada

kolerasi atau pengaruh antara variabel

X dan variabel Y)

0,20 -0,40 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat kolerasi yang lemah atau

rendah.

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat kolerasi yang sedang atau

cukupan.

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat kolerasi yang kuat atau

tinggi.

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat kolerasi yang sangat kuat

atau sangat tinggi.

G. Hipotesis Statistik

H. Ho :

I. Ha :

17 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010),

Cet. 21, h 193

Page 58: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum Pesantren al-Amanah al-Gontory

a. Letak Pesantren al-Amanah al-Gontory

Letak Pesantren al-Amanah al-Gontory di daerah Tangerang Selatan,

tepatnya di Jln. Taman Makam Bahagia ABRI Kelurahan Perigi Baru

Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tlp/fax

: 021-74862163. Untuk dapat sampai di pesantren kita bisa menempuhnya

dengan menggunakan angkutan umum. Dari Plaza Bintaro kita dapat

menggunakan angkutan umum jurusan Komplek Perumahan Graha Raya

dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih setengah jam.

Kemudian berhenti di depan masjid al-Ghofur dan dilanjutkan lagi dengan

berjalan kaki menuju pondok pesantren tersebut selama kurang lebih dua

puluh menit.

b. Sejarah Singkat Pesantren al-Amanah al-Gontory

Pesantren Modern al-Amanah al-Gontory mulai dirintis pada tahun

1992. Pesantren ini lahir dari keinginan (Alm) H. Nadjih. Hidup untuk

mendirikan sebuah pesantren yang sama dengan pesantren tempat beliau

belajar dulu yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Beliau merasakan

bahwa apa yang telah didapatnya dari Pondok Modern Darussalam Gontor

sangat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu, beliau

mulai merintisnya di sebuah tempat di lembah dekat Situ Perigi.

Berdirinya Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory pada tahun 1992

yang diawali dengan adanya keinginan almarhum H. Nadjih. Hidup selaku

Waqif Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory sekaligus pembina

Yayasan al-Urwatul Wutsqo Untuk mewakafkan tanahnya seluas 5,2

hektar guna mendirikan lembaga pendidikan seperti Pondok Modern

Page 59: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

47

Gontor di wilayah Tangerang Selatan, namun saat ini yayasan tersebut

berubah menjadi Yayasan al-Amanah al-Gontory yang diketuai oleh al-

Ustadz Syahril Shiddiq, S.Ag

Berangkat dari santri dengan jumlah 5 santri putra dan dewan guru 8

orang, namun Berkat usaha, kerja keras semua pihak dan kepemimpinan

yang baik serta kerjasama yang solid, maka Pondok Pesantren al-Amanah

al-Gontory mulai mendapat nama yang baik di mata masyarakat.

Dukungan alumni dan masyarakat memberikan andil yang besar dalam

perkembangan Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory selanjutnya. Dari

tahun ketahun jumlah santri bertambah dan alumni yang melanjutkan ke

perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri pun semakin meningkat

serta peran aktif para alumni di masyarakat, hal ini semakin memperbaiki

citra Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory.

Seiring berkembangnya Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory dan

tuntutan masyarakat maka pada tahun 2001 Pondok Pesantren al-Amanah

al-Gontory menerima Santriwati hingga saat ini.1 Pola pendidikan di

Pondok Modern al-Amanah al-Gontory menekankan kepada pembentukan

pribadi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,

berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Kriteria atau sifat-sifat utama

ini merupakan motto pendidikan di Pondok Pesantren al-Amanah al-

Gontory.

1. Berbudi tinggi

Berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang ditanamkan

oleh Pondok ini kepada seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari

yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Realisasi penanaman motto

ini dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.

2. Berbadan sehat

Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam

pendidikan di pondok ini. Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat

1 Sahril Sidiq, hasil wawancara dengan Kepala Yayasan al-Amanah al-Gontory, pada hari

kamis 19 Desember 2013 .

Page 60: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

48

melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan sebaik-baiknya.

Pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui berbagai kegiatan olahraga, dan

bahkan ada olahraga rutin yang wajib diikuti oleh santri sesuai dengan

jadwal yang telah ditetapkan.

3. Berpengetahuan luas

Para santri di pondok ini dididik melalui proses yang telah dirancang

secara sistematik untuk dapat memperluas wawasan dan pengetahuan

mereka. Santri tidak hanya diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka

diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka gudang

pengetahuan. Kyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak

terbatas, tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang

itu tahu untuk apa ia belajar serta tahu prinsip untuk apa ia menambah

ilmu.

4. Berpikiran bebas

Berpikiran bebas tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya (liberal).

Kebebasan di sini tidak boleh menghilangkan prinsip, teristimewa prinsip

sebagai muslim mukmin. Justru kebebasan di sini merupakan lambang

kematangan dan kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah diterangi

petunjuk illahi (hidayatullah). Motto ini ditanamkan sesudah santri

memiliki budi tinggi atau budi luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas.

Page 61: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

49

2. Karakteristik Responden.

Deskripsi data variabel penelitian ini, penulis menganalisis data dan

terdapat dua varibel yaitu varibel kultur pesantren (varibel X) dan variabel

karakter santri ( varibel Y) yang masing-masing variabel terdiri dari 40

item pertanyaan, jadi dari keduanya terdapat 80 item pertanyaan. Pada

variabel (X) yang dapat dijadikan bahan untuk penelitian sebanyak 31 item

pertanyaan dari 40 item setelah diuji validitas soal dengan spss 20,

sedangkan untuk variabel (Y) yang dapat dijadikan bahan untuk penelitian

sebanyak 37 item dari 40 pertanyaan yang telah diuji validitas soal dengan

mengunakan spss 20. Jumlah santri laki-laki sejumlah 31 santri sedangkan

santriwati sejumlah 29 di Pondok pesantren al-Amanah al-Gontory.

Adapun peneliti mendapatkan sampel yang terdiri dari 31 santri dan

29 santriwati, mereka semua berada dikelas satu Mts yang terdiri dari 3

kelas untuk para santri yaitu: kelas A, kelas B, dan kelas C, sedang untuk

santriwati juga semua duduk dikelas satu Mts yang terdiri dari 2 kelas

yang terdiri dari kelas A dan B. Semua responden berumur 13 tahun.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Jenis Kelamin Kelas Jumlah Kelas Umur

Laki-laki 3 terdiri dari kelas: A,

B, C.

13 tahun

Perempuan . 2 terdiri dari kelas: A,

B

13 tahun

Page 62: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

50

B. Karakteristik Variabel.

1.Pembagian Kelas Interval

Untuk menentukan interfal kultur mengunakan rumus :

k = 1 + 3,3 Log n

k = 1 + 3,3 Log 60 k = banyaknya kelas n = banyaknya data

k = 1 + 6,8 y = 1+6 k = 8(dibulatkan)

i = 32;8 i = 4

Tabel 4.2 Kelas Interval Kultur Pesantren

Berdasarkan data diatas dapat diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3

Min 89

Max 118

Mean 105,06

Median 105,00

Standar Deviasi 6,373

Range 29

Varian 40,620

Interval F Mid Point Nilai nyata F. Kum

91-94 2 92,5 91,5 – 94,5 2

95-98 2 96,5 95,5 – 98,5 4

99-102 9 100,5 99,5 – 102,5 13

103-106 10 104,5 103,5 – 106,5 23

107-110 10 108,5 107,5 – 110,5 33

111-114 19 112,5 111,5 – 114,5 52

115-118 7 116,5 115,5-118,5 59

119-221 1 220,5 119,5-221,5 60

Page 63: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

51

Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui skor tertinggi yang

diperoleh oleh santri dan santriwati dalam angket sebesar 220 dan skor

terendah yang diperoleh siswa 91 sehingga diperoleh nilai rentang 29. Range

tersebut tidak terlalu besar sehingga dapat diprediksi bahwa distribusi skor

akan homogen. Semakin kecil range dari sebuah data maka nilai rata-rata yang

diperoleh juga cukup representative untuk mewakili data yang bersangkutan.

Dan untuk nilai tengah sebesar 105,00. Standar deviasi data pembelajaran

pendidikan agama Islam ini tidak terlalu besar yaitu 6,373.

Untuk menentukan tingkat kultur pesantren dalam kategori tinggi,

sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) yaitu

menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang

menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Dengan rumus:

X < (µ - 1.0 α) Rendah

(µ - 1.0 α) ≤ X < (µ + 1.0 α) Sedang

(µ + 1.0 α) ≤ X Tinggi

Dimana:

X = skor total tiap-tiap item

µ = mean teoritisnya

α = standar deviasi

dengan rumus tersebut di atas maka siswa dapat digolongkan ke dalam:

Tabel 4,4

Penggolongan Kultur Pesantren

X < {105,06 - 1.0 (6,373)} Rendah X < 99

{105,06 - 1.0 (6,373)}≤ X < {105,06+ 1.0 (6,373)} Sedang 100 ≤ X < 111

{105,06 + 1.0 (6,373)} ≤ X Tinggi 112 ≤ X

Hasil dari penggolongan tingkat kultur pesantren, dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Page 64: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

52

Tabel 4,5

Skor Skala Kultur Pesantren

Kategori Skor Frekuensi Prosentase

Rendah 0 – 99 7 12%

Sedang 100 – 111 28 47 %

Tinggi 112 – 118 25 42 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan

skor antara 112 sampai dengan 118 sebanyak 25 santri dengan prosentase

sebesar 42 % dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan santri yang

mendapat skor antara 100 sampai dengan 111 sebanyak 28 santri dengan

prosentase sebesar 47% dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan

demikian dalam penelitian kultur pesantren ini hanya 12% santri saja yang

mendapat skor antara 0 sampai dengan 62 termasuk dalam kategori rendah.

Pada pengumpulan data karakter santri peneliti menggunakan angket

yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang terdapat

pada Bab II. Diantaranya mengukur tentang karakter dari unsur-unsur yang

ada didalamnya yaitu sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan, dan konsepsi diri.

Perhitungan statistik data akhlak siswa menggunakan Microsoft Office

Excel Untuk menentukan interfal kultur mengunakan rumus:

k = 1 + 3, 3 Log n

k = 1 + 3, 3 Log 60 k = banyaknya kelas n = banyaknya data

y = 1+6 k = 8(dibulatkan)

i =38 : 8 i= 4,75 dibulatkan 5.

Page 65: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

53

Tabel 4.6

Kelas Interval Karakter Santri

Berdasarkan data diatas dapat diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.7

Deskripsi Nilai

Nilai maksimum 148

Nilai minimum 110

Range 38

Mean 132,15

Median 133

Standar Deviasi 8,843

Varian 78.19

Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui skor tertinggi yang

diperoleh oleh siswa pada tes karakter santri ini sebesar 148 dan skor terendah

yang diperoleh siswa 110 sehingga diperoleh nilai rentang 38. Dan dari hasil

Interval F Mid Point Nilai nyata F. Kum

110-114 1 112 110,5 – 114,5 1

115-119 3 117 115,5 – 119,5 4

120-124 9 122 120,5 – 124,5 13

125-129 10 127 125,5 – 129,5 23

130-134 10 132 130,5 – 134,5 33

135-139 13 137 135,5 – 139,5 46

140-144 10 142 140,5 – 144,5 56

145-149 4 147 145,5- 149,5 60

Jumlah 60

Page 66: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

54

perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 132, 15 nilai tengah sebesar 133

dan Standar deviasi data instrument akhlak ini tidak terlalu besar yaitu 8, 843.

Untuk menentukan tingkat penanaman karakter santri dalam kategori

tinggi, sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal)

yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Dengan

rumus:

X < (µ - 1.0 α) Rendah

(µ - 1.0 α) ≤ X < (µ + 1.0 α) Sedang

(µ + 1.0 α) ≤ X Tinggi

Dimana:

X = skor total tiap-tiap item

µ = mean teoritisnya

α = standar deviasi

Dengan rumus tersebut di atas maka siswa dapat digolongkan ke dalam:

Tabel 4.8

Penggolongan Kultur Pesantren

X < {132,15 - 1.0 (8,843)} Rendah X < 123

{132,15 - 1.0 (8,843)}≤ X < {132,15+ 1.0 (8,843)} Sedang 124 ≤ X < 140

{132,15 + 1.0 (8,843)} ≤ X Tinggi 141 ≤ X

Hasil dari penggolongan tingkat pembelajaran pendidikan agama islam,

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9

Skor Skala Kultur Pesantren

Kategori Skor Frekuensi Prosentase

Rendah 0 – 123 10 10%

Sedang 124 – 140 38 38 %

Tinggi 141 – 148 12 12%

Page 67: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

55

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan

skor antara 141 sampai dengan 148 sebanyak 12 santri dengan prosentase

sebesar 12 % dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan santri yang

mendapat skor antara 124 sampai dengan 140 sebanyak 38 santri dengan

prosentase sebesar 38% dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan

demikian dalam penelitian kultur pesantren ini hanya 10% santri saja yang

mendapat skor antara 0 sampai dengan 123 termasuk dalam kategori rendah.

Setelah data yang diperoleh dideskripsikan seperti diatas, maka data-data

tersebut akan diujikan tingkat validitas dan realibitasnya untuk mengukur

apakah data-data tersebut adalah data-data yang valid dan layak untuk

dijadikan penelitian:

2. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan sebagai uji prasyarat untuk mengetahui apakah

data yang akan dipakai untuk pengujian hipotesis merupakan data valid atau

tidak. Untuk itu data kuesioner yang telah di dapat, harus diuji validitasnya

terlebih dahulu. Dalam uji validitas ini, butir pertanyaan yang dianggap valid

adalah r hitung > r tabel.

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas Kultur Pesantren

No Variabel (X) Uji Validitas

Angket Kultur

Pesantren

r Hitung r

Tabel

Keterangan

1 Butir Pertanyaan 1 0,307 0,250 Valid

2 Butir Pertanyaan 2 0,270 0,250 Valid

3 Butir Pertanyaan 3 0,75 0,250 Tidak Valid

4 Butir Pertanyaan 4 0,361 0,250 Valid

5 Butir Pertanyaan 5 0,275 0,250 Valid

6 Butir Pertanyaan 6 0,506 0,250 Valid

7 Butir Pertanyaan 7 0,427 0,250 Valid

Page 68: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

56

8 Butir Pertanyaan 8 0.377 0,250 Valid

9 Butir Pertanyaan 9 0,352 0,250 Valid

10 Butir Pertanyaan 10 0,477 0,250 Valid

11 Butir Pertanyaan 11 0,199 0,250 Tidak Valid

12 Butir Pertanyaan 12 0,301 0,250 Valid

13 Butir Pertanyaan 13 0,562 0,250 Valid

14 Butir Pertanyaan 14 0,409 0,250 Valid

15 Butir Pertanyaan 15 0,537 0,250 Valid

16 Butir Pertanyaan 16 0,446 0,250 Valid

17 Butir Pertanyaan 17 0,540 0,250 Valid

18 Butir Pertanyaan 18 0,553 0,250 Valid

19 Butir Pertanyaan 19 0,511 0,250 Valid

20 Butir Pertanyaan 20 0,217 0,250 Tidak Valid

21 Butir Pertanyaan 21 0,263 0,250 Valid

22 Butir Pertanyaan 22 0,331 0,250 Valid

23 Butir Pertanyaan 23 0,198 0,250 Tidak Valid

24 Butir Pertanyaan 24 0,259 0,250 Valid

25 Butir Pertanyaan 25 0,519 0,250 Valid

26 Butir Pertanyaan 26 0,275 0,250 Valid

27 Butir Pertanyaan 27 0,331 0,250 Valid

28 Butir Pertanyaan 28 0,474 0,250 Valid

29 Butir Pertanyaan 29 0,034 0,250 Tidak Valid

30 Butir Pertanyaan 30 0,242 0,250 Tidak Valid

31 Butir Pertanyaan 31 0,227 0,250 Tidak Valid

32 Butir Pertanyaan 32 0,115 0,250 Tidak Valid

33 Butir Pertanyaan 33 0,252 0,250 Tidak Valid

34 Butir Pertanyaan 34 0,332 0,250 Valid

35 Butir Pertanyaan 35 0,392 0,250 Valid

36 Butir Pertanyaan 36 0,351 0,250 Valid

37 Butir Pertanyaan 37 0,423 0,250 Valid

Page 69: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

57

38 Butir Pertanyaan 38 0,525 0,250 Valid

39 Butir Pertanyaan 39 0,278 0,250 Valid

40 Butir Pertanyaan 40 0,546 0,250 Valid

Dari data diatas terdapat 40 item butir angket, setelah dihitung menggunakan

program SPSS 20 terdapat 31 item butir angket yang valid dan 9 item butir angket

yang tidak valid. Berdasarkan hasil tersebut hanya 31 item butir angket valid yang

dapat digunakan untuk penelitian ini.

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Karakter Santri

No Variabel (Y) Uji Validitas

Angket Karakter

Santri

r Hitung r Tabel Keterangan

1 Butir Pertanyaan 1 0,503 0,250 Valid

2 Butir Pertanyaan 2 0,385 0,250 Valid

3 Butir Pertanyaan 3 0,478 0,250 Valid

4 Butir Pertanyaan 4 0,506 0,250 Valid

5 Butir Pertanyaan 5 0,657 0,250 Valid

6 Butir Pertanyaan 6 0,458 0,250 Valid

7 Butir Pertanyaan 7 0,538 0,250 Valid

8 Butir Pertanyaan 8 0,501 0,250 Valid

9 Butir Pertanyaan 9 0,517 0,250 Valid

10 Butir Pertanyaan 10 0,410 0,250 Valid

11 Butir Pertanyaan 11 0,498 0,250 Valid

12 Butir Pertanyaan 12 0,385 0,250 Valid

13 Butir Pertanyaan 13 0,532 0,250 Valid

14 Butir Pertanyaan 14 0,411 0,250 Valid

15 Butir Pertanyaan 15 0,491 0,250 Valid

16 Butir Pertanyaan 16 0,513 0,250 Valid

17 Butir Pertanyaan 17 0,269 0,250 Valid

Page 70: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

58

18 Butir Pertanyaan 18 0,184 0,250 Tidak Valid

19 Butir Pertanyaan 19 0,361 0,250 Valid

20 Butir Pertanyaan 20 0,310 0,250 Valid

21 Butir Pertanyaan 21 0,481 0,250 Valid

22 Butir Pertanyaan 22 0,549 0,250 Valid

23 Butir Pertanyaan 23 0,341 0,250 Valid

24 Butir Pertanyaan 24 0,255 0,250 Valid

25 Butir Pertanyaan 25 0,495 0,250 Valid

26 Butir Pertanyaan 26 0,533 0,250 Valid

27 Butir Pertanyaan 27 0,697 0,250 Valid

28 Butir Pertanyaan 28 0,502 0,250 Valid

29 Butir Pertanyaan 29 0,354 0,250 Valid

30 Butir Pertanyaan 30 0,598 0,250 Valid

31 Butir Pertanyaan 31 0,470 0,250 Valid

32 Butir Pertanyaan 32 0,411 0,250 Valid

33 Butir Pertanyaan 33 0,570 0,250 Valid

34 Butir Pertanyaan 34 0,486 0,250 Valid

35 Butir Pertanyaan 35 0,468 0,250 Valid

36 Butir Pertanyaan 36 0,545 0,250 Valid

37 Butir Pertanyaan 37 0,207 0,250 Tidak Valid

38 Butir Pertanyaan 38 0,439 0,250 Valid

39 Butir Pertanyaan 39 0,309 0,250 Valid

40 Butir Pertanyaan 40 0,212 0,250 Tidak Valid

Dari data diatas terdapat 40 item butir angket, setelah dihitung menggunakan

program SPSS 20 terdapat 37 item butir angket yang valid dan 3 item butir

angket yang tidak valid.Berdasarkan hasil tersebut hanya 37 item butir angket

valid yang dapat digunakan untuk penelitian ini.

Page 71: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

59

3. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas dalam penelitian ini juga dilakukan dengan SPSS 20. Suatu

variabel dapat dikatakan realibel jika nilai Crobanch‟s Alpha dari variabel

tersebut lebih besar dari 0,60 atau 60%.

Tabel 4.12

Hasil Uji Realibilitas Variabel X Menggunakan SPSS 20

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,721 32

Setelah proses dengan SPSS, maka didapat nilai Cronbanch‟s Alpha untuk

variabel kultur pesantren adalah n = 0,721 %. Nilai Cronbach Alpha tersebut

ternyata diatas 0,60%, maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan untuk variabel

tersebut adalah reliable untuk memiliki tingkat realibilitas yang sangat baik.

Tabel 4.13

Hasil Uji Realibilitas Variabel Y Menggunakan SPSS 20

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,738 38

Setelah proses dengan SPSS, maka didapat nilai Cronbanch‟s Alpha untuk

variabel karakter santri dan santriwati n = 0,738 %. Nilai Cronbach Alpha tersebut

ternyata diatas 0,60%, maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan untuk variabel

tersebut adalah reliable untuk memiliki tingkat realibilitas yang sangat baik.

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data.

Pengujian persyaratan analisis merupakan bagian penting dalam metode

ilmiah, diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian

hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan skala

linkert yaitu memberikan nilai 4-3-2-1 untuk pertanyaan positif dan memberikan

Page 72: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

60

nilai 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Maka dari itu penenulis melakukan

beberapa pengujian yang persyaratan analisis data untuk mendapatkan data yang

akurat untuk mendapatkan hasil otentik.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengukur tingkat normalnya suatu data

dalam penelitian. Adapun data yang dianggap normal adalah L hitung < L tabel.

Pada penelitian ini, uji normalitas akan diproses menggunakan SPSS 20 sehingga

hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.14

Hasil Uji Normalitas Variabel X Menggunakan SPSS 20

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai angket 0,117 60 .039

*. This is a lower bound of the true significance.

didapat nilai n =

Dari tabel setelah diproses dengan SPSS, maka diatas dapat diartikan bahwa

L hitung untuk variabel kultur pesantren yaitu 0,117. Kemudian dalam jumlah

respon sebanyak 60 orang maka nilai L tabel = 0,144. Maka dapat diketahui

bahwa 0,104 < 0,144 (L hitung < L tabel). Maka dapat disimpulkan data

berdistribusi normal. Maka data-data yang diperoleh oleh peneliti dari uji

normalitas variabel x dapat dilanjutkan ketingkat analisis data.

Tabel 4.15

Hasil Uji Normalitas Variabel Y Menggunakan SPSS 20

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai angket ,102 60 .196

*. This is a lower bound of the true significance.

didapat nilai n =

Page 73: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

61

Dari tabel setelah diproses dengan SPSS, maka diatas dapat diartikan bahwa

L hitung untuk variabel kenakalan remaja smp dwi putra ciputat yaitu 0,102.

Kemudian dalam jumlah respon sebanyak 60 orang maka nilai L tabel = 0,102.

Maka dapat diketahui bahwa 0,102< 0,144 (L hitung < L tabel), maka dapat

disimpulkan data berdistribusi normal. Maka data-data yang diperoleh oleh

peneliti dari uji normalitas variabel y dapat dilanjutkan ketingkat analisis data.

2. Uji Homogenitas.

Tabel 4.16

jawaban responden

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0.105 1 58 0.747

Dari hasil test of homogeneity of variances pada spss 20 dapat diketahui

signifikansi sebesar 0.747.Nilai ini menunjukan bahwa nilai sig > = 0.747 >

0,05, maka dapat disimpulkan kedua kelompok dari santri dan santriwati

mempunyai varian yang sama. Maka data-data dapat dilanjutkan ketingkat analisis

data.

Page 74: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

62

3. Uji Heteroskedastisitas.

Tabel 4.17

LAKI PEREMPUAN Unstandardized

Residual

Spearman's rho

LAKI Correlation Coefficient

1.000 .036 -.035

Sig. (2-tailed)

.851 .854

N 30 30 30

PEREMPUAN Correlation Coefficient

.036 1.000 -.093

Sig. (2-tailed)

.851 .624

N 30 30 30

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient

-.035 -.093 1.000

Sig. (2-tailed)

.854 .624

N 30 30 30

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi salah satu

variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Maka data-data

dapat dilanjutkan ketingkat analisis data.

Page 75: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

63

D. Uji Hipotesis.

Tabel 4.18

Hasil input data kolerasi menggunakan rumus Product Moment data diambil

dari spss 20

kultur pesantren karakter santri

kultur pesantren

Pearson Correlation

1 .685**

Sig. (2-tailed)

.000

N 60 60

karakter santri

Pearson Correlation

.685** 1

Sig. (2-tailed)

.000

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel kultur pesantren (X)

dan variabel karakter santri (Y) didapat angka koefisien korelasi sebesar 0,685.

Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel X

(kultur pesantren) untuk pembentukan karakter santri (variabel Y), ini diketahui

dari hasil Coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus

sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

= 0,6852 x 100%

= 0,469x 100%

= 46,92

Artinya variabel kultur pesantren memberikan kontribusi terhadap

pembentukan karakter santri sebesar 47 % dan sisanya 53 % ditentukan oleh

variabel lain.

Berdasarkan perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X dan

variabel Y rxy yaitu= 0,685 (tidak bertanda negatif), berarti antara kedua variabel

tersebut terdapat korelasi yang positif (korelasi berjalan searah) atau terdapat

Page 76: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

64

hubungan positif antara kultur pesantren dengan pembentukan karakter santri.

Kemudian nilai tersebut diinterpretasikan dengan cara sederhana yaitu dengan

memberikan interpretasi terhadap angka koefisien product moment.

Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks

hasil korelasi product moment pada umumnya menggunakan pedoman sebagai

berikut :

Tabel 4.19

Indeks korelasi product moment

Besarnya “r” Product Moment

(rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y

memang terdapat korelasi, akan tetapi

korelasi itu sangat lemah atau sangat

rendah sehingga korelasi itu

diabaikan (dianggap tidak ada

korelasi atau pengaruh antara variabel

X dan variabel Y)

0,21 -0,40 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang lemah atau

rendah.

0,41– 0,70 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang sedang atau

cukupan.

0,71 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang kuat atau

tinggi.

0,91 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang sangat kuat

atau sangat tinggi.

Page 77: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

65

Apabila diperhatikan nilai yang telah diperoleh yaitu 0,685 dan ternyata

terletak antara 0,40 – 0,70. Berdasarkan yang telah dikemukakan diatas, dapat

dijelaskan bahwa korelasi antara variabel X (kultur pesantren) dan variabel Y (

karakter) adalah tergolong korelasi yang sedang atau cukup, sehingga dapat di

interpretasikan bahwa antara kultur pesantren dan pembentukan karakter santri

terdapat korelasi yang positif dan korelasi itu termasuk korelasi yang sedang atau

cukup.

Selanjutnya untuk menjawab hipotesis nol dan hipotesis alternatif dilakukan

dengan berpedoman pada nilai tabel (r tabel) product moment. Hal pertama yang

dilakukan adalah terlebih dahulu mencari df atau db (degree of freedom atau

derajat kebebasan) dengan menggunakan rumus df = N-nr. Diketahui responden

yang diteliti sebanyal 60 orang, maka N = 60. Kemudian terdapat 2 variabel yang

penulis teliti dalam penelitian ini yaitu variabel X (kultur pesantren) dan variabel

Y (karakter santri), maka nr = 2. Dengan demikian maka df = 60 - 2 = 58. Maka

dapat diketahui dengan df sebesar 58 diperoleh r tabel pada taraf signifikasi 5%

sebesar 0,250 dan pada taraf signifikasi 1% sebesar 0,325. Kemudian dapat

diinterpretasikan sebagai berikut.

Pada taraf signifikan 5% diketahui bahwa 0,685 > 0,250 (r hitung lebih

besar daripada r tabel). Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti pada taraf

signifikasi 5% itu terdapat korelasi yang sedang atau cukup antara variabel X

(kultur pesantren) dan variabel Y (pembentukan karakter’;. Berarti pada taraf

signifikasi 1% juga terdapat korelasi yang sedang atau cukup antara variabel X

(kultur pesantren) dan variabel Y (karakter santri). Dengan demikian korelasi

positif antara variabel X (kultur pesantren) dengan variabel Y (karakter santri

),merupakan korelasi positif yang cukup meyakinkan.

E. Pembahasan Hasil Penelitian .

Page 78: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

66

Dalam bagian ini akan disajikan hasil temuan sebagaimana yang

dideskripsikan di atas. Pembahasan akan difokuskan pada permasalahan dan

tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu; pertama, untuk mengetahui

hubungan kultur pesantren dengan pembinaan karakter santri dalam pendidikan

yang saling mendukung, alasan (reasons) pesantren al-Amanah al-Gontory dalam

membentuk karakter dan kepribadian para santrinya. Kedua, untuk mengetahui

proses pelaksaan budaya pembinaan karakter santri pesantren al-Amanah al-

Gontory melalui kulturnya, dan ketiga faktor penghambat dan pendukung kultur

pesantren al-Amanah al-Gontory dalam membentuk karakter para santrinya.

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun

karakter bangsa. Sayangnya, pendidikan karakter di Indonesia selama ini baru

menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter

yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata

dalam kehidupan sehari-hari.2

Ironi melihat kebobrokan karakter dan mental generasi muda kita dihadapkan

dengan derasnya arus globalisasi saat ini,yang diserang dari berbagai arah ,lihat

disekeliling kita korupsi dimana-mana kriminalitas merajarela, premanisme

menjadi jalan keluar, dan tawuran pelajar menjadi hal yang biasa, semua itu

terjadi karena rusak moral masyarakat kita dan yang penulis garis bawahi adalah

tentang karakter dan mental masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya untuk

karakter santri pesantren al-Amanah al-Gontory yang didalam karakter ada lima

unsur penting yang diteliti dan dikorelasikan dengan kultur budaya pesantrennya 5

hal itu adalah : Unsur-unsur tersebut antara lain sikap, emosi, kepercayaan, dan

kebiasaan 3 yang dikorelasikan peneliti dalam kultur pesantren ada dalam lima

hal yaitu:

1. Sebagai identitas

2. Sebagai sumber, kultur pesantren merupakan sumber inspirasi

2.Abdullah Syukri Zarkasyi. “Peran Pesantren Dalam Pendidikan Karakter

Bangsa”disampaikan dalam acara Serasehan Nasional Pengembangan Budaya dan Karakter

Bangsa, hari Kamis, 14 Januari 2010 di Jakarta, hal.1-2 3 .Fathul Muin, Op.Cit. hal 167.

Page 79: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

67

3. Sebagai pola perilaku.

4. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan lingkungan

5. Sebagai tata nilai.

Kesimpulan yang peneliti dapatkan adalah sangatlah besar pengaruh kultur

pesantren dalam membentuk karakter dan kepribadian santri kesimpulan ini

didapatkan dari hasil korelasi angket, wawancara serta penelitian.

Didalam kultur pesantren lima unsur inilah yang mencakup bagaimana pola

kehidupan santri dalam keseharian sehari-hari, identitas pesantren sebagai

lembaga pendidikan islam merupakan pokok penting,karena pesantren yang tidak

memiliki identitas yang jelas maka bisa dipertanyakan, adakah kultur pesantren

dan system yang baik didalamnya? Peneliti mendapatkan kesimpulan dari hasil

penelitian bahwa identitas pesantren yang jelas, pasti memiliki kultur dan system

pesantren yang baik, dan dari identitas dapat membentuk suatu karakter .

Sedangkah kultur sebagai sumber insprasi, sangatlah benar dilapangan

adanya, dari hasil penelitian bahwa sumber inspirasi pesantren adalah kyai

ataupun pimpinan pesantren, penulis menyimpulkan bahwa kyai yang memiliki

visi dan misi besar dalam mengembangkan budaya atau kultur pesantren yang

memiliki semboyan-semboyan dan filosofi hidup yang kuat, di pondok pesantren

banyak semboyan-semboyan pandangan hidup kyai yang dipajang didinding

pesantren, dan itu sangat berpengaruh bagi karakter santrinya karena, inspirasi

ataupun contoh yang baik dari kyai salah satu factor yang mempengaruhi dalam

pembentukan karakter santri.

Sebagai pola perilaku, peran kultur membentuk pola fikir, pola kebiasaan,

dan pola sikap dalam hubungan dengan orang lain, ini sudah diterapkan didalam

kultur pesantren dimana santri sudah terbiasa hidup bersama-sama dan terbiasa

dengan budaya antri, budaya disiplin pesantren, dan lain-lainya. Sudah pasti

semua itu merupakan bagian dalam membentuk karakter santri, ataupun kultur

sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan lingkungan,dan tata nilai yang

terdapat dalam kultur pesantren al-Amanah al-Gontory banyak mengikuti pola

perkembangan zaman, seperti membuat labolatorium bahasa, dalam tata nilai juga

masih memegang teguh nilai-nilai agama islam seperti mewajibkan shalat

Page 80: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

68

berjamaah bagi para santrinya, budaya salam, Akan tetapi nilai-nilai keislaman

dalam pesantren tidak boleh berubah karena merupakan tatanan moralitas yang

bersifat rahmatan li al-„alamin (universal) yang berdasarkan pada al-Qur’an dan

Hadist4. Semua itu dicanangkan semata-mata untuk menanamkan akhlak yang

baik bagi para santrinya.

Budaya bina santri dari pendidikan pesantren al-Amanah al-Gontory adalah

terdiri dari sarana dan prasarana berupa beberapa organisasi di dalamnya, yang

antara lain biro kepesantrenan, biro koordinatorat, biro keuangan, biro

kependidikan, dan elemen-elemen organisasi daerah asrama masing masing

bagian, dan asrama masing-masing. Hal ini diciptakan untuk mencapai tujuan

pendidikan dan pembinaan yang berlangsung dalam pesantren. Dari bagian-bagian

organisasi selalu eksis mengadakan rapat rapat dalam menentukan rencana,

strategi, disiplin, dan aturan-aturan, pengawasan dan membina para santri dalam

pendidikan pondok pesantren al-Amanah al-Gontory. Hal ini telah menjadi

budaya di pesantren tersebut.

Didalam proses pendidikan pesantren ada kontak interaksi pendidikan

paripurna yaitu pendidikan 24 jam yang hanya bisa dilakukan didalam pesantren

,semua itu bertujuan agar peserta didik menjadi orang yang berilmu dan beriman

yang bisa mengkolaborasikan antara fikir dan hati.Pesantren menjadi sebuah

wilayah yang memiliki budayanya tersendiri, ia memosisikan sebagai sub-kultur

dimempunyai cara bersosialisasi tersendiri dalam memupuk mental,karakter dan

sikap para santri agar tertanam jiwa agamis dan nasionalis.

Unsur-unsur pembina sistem pendidikan pesantren Al-Amanah Al-Gontory

sama halnya dengan pesantren pada umumnya,ada didalam element-element

pesantren seperti:, kiyai, santri, Masjid, asrama, atau pondok, rumah kyai5.

lembaga pendidikan formal. Untuk mencapai sebuah tujuan visi misi pesantren al-

Amanah al-Gontory dalam mencapai target pesantren pengurus selalu

mengadakan rapat kepengurusan dalam dalam suasana menciptakan pembinaan

4 Abdullah syukri zarkasyi,” Gontor Dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren” (jakarta:PT.

Raja Grafindo,2005), hlm xii

5 .Zamakhsyari Dhofier,”Tradisi Pesantren Edisi Revisi : Studi Pandangan Hidup Kyai Dan

Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia “( Jakarta : LP3ES,2011).hlm 79.

Page 81: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

69

santri dalam pendidikan yang kondusif, efisien, dan terarah melalui kesepakatan

bersama melalui hasil pembinaan dan pendidikan di Pesantren al-Amanah al-

Gontory merupakan pola yang saling berhubungan antara pendidikan formal dan

non formal serta pengembangan minat bakat, di pondok pesantren al-Amanah al-

Gontory merupakan budaya yang telah terbangun. Keanekaragaman Asrama (

rayon ) merupakan salah satu media pendukung dalam pendidikan dan pembinaan

santri mengingat sistem pendidikan dan pembinaan santri dilaksanakan selama 24

jam ( long life education).

Hal ini rayon/asrama berfungsi sebagai wahana untuk membangun

mentalitas, karakter, pemikiran serta kreatifitas santri menuju sebuah tipe manusia

yang utuh yang sesuai dengan visi-misi pondok yaitu : berbudi tinggi, berbadan

sehat, berpengetahuan luas serta berfikiran bebas. Sehingga diharapkan santri

dapat menuntaskan totalitas diri dan sosialisasi diri selama belajar di pondok

tersebut dan hasil ahir dari kultur pesantren adalah membentuk karakter santrinya

sebaik-baiknya karakter.

Sistem pendidikan dan pembinaan santri pondok pesantren. Al-Amanah Al-

Gontory adalah sistem pendidikan yang integral antara pendidikan kepesantrenan,

pendidikan formal dan kegiatan pengembangan. Ini sudah merupakan tradisi

kepesantrenan Al-Amanah Al-Gontory untuk membentuk kepribadian dan

karakter para santrinya. Hal ini sesuai ajaran rasul yang tertuang dalam hadistnya :

“sesunguhnya Aku ( Muhammad ) untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak

“ dan dalam firman Allah ( Q.S al-Qalam ayat 4 ):

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.6

Pesantren Al-Amanah Al-Gontory dalam fungsinya sebagai lembaga

pendidikan dan pengkaderan memiliki peran untuk mempersiapkan kader yang

akan berkiprah dan membangun masyarakat menuju tatanan yang islami seimbang

dan utuh, baik jasmaniah maupun rohaniyah.

6 Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006), h. 564

Page 82: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

70

Pendidikan dan pembinaan yang dilaksanakan di Pondok pesantren al-

Amanah al-Gontory adalah pembinaan yang intergratif antara pendidikan

Pesantren dan pendidikan lembaga pendidikan formal. Artinya terjadi proses

saling mendukung dan melengkapi antrara pendidikan yang dilaksanakan di

Pesantren dengan pendidikan dan pembinaan dilembaga formal. Pendidikan dan

Pembinaan yang dilakukan di sekolah diperdalam. di asrama santri yang

disesuaikan dengan jenjang pendidikan di lembaga formal. Sehingga tujuan santri

untuk mengaji dan membina akhlakul karimah diharapkan bisa tercapai secara

sempurna.

Paparan di atas menunjukkan bahwa proses pendidikan di pesantren tidak

hanya pada kegiatan formal di sekolah saja, di samping kegiatan pembelajaran

formal akademik dengan kegiatannya yang padat dan beragam juga terdapat

kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dengan intensitas, frekuensi, dan variasi yang

tinggi di luar kelas.

Seluruh kegiatan ekstrakurikuler itu ditangani organisasi santri dengan

dibimbing dan dikawal oleh para senior mereka yang terdiri dari para guru staf

pembantu pengasuhan santri, dengan dukungan guru-guru senior yang menjadi

pembimbing masing-masing kegiatan dan yang seterusnya secara hirarkis sampai

kepada Pimpinan Pondok.

Pengawalan secara rapat, berjenjang dan berlapis-lapis ini dilakukan oleh

para santri senior dan guru. Dengan menjalankan tugas pengawalan dan

pembinaan, sebenarnya mereka juga sedang melalui sebuah proses pendidikan

kepemimpinan, karena semua santri, terutama santri senior dan guru adalah kader

yang sedang menempuh pendidikan. Pimpinan Pondok membina mereka melalui

berbagai macam pendekatan; pendekatan program, manusiawi (personal) dan

idealisme. Mereka juga dibina, dibimbing, disupport, diarahkan, dikawal,

dievaluasi dan ditingkatkan.7

Pembinaan ini diharapkan untuk memberikan pengetahuan yang menambah

cakrawala berfikir serta pembentukan sikap mental-spiritual, bertingkah laku

7 Abdullah Syukri Zarkasyi. “Bekal Untuk Pemimpin Pengalaman Memimpin Gontor”.

(Ponorogo: Trimurti press 2011) cet-2, hlm. 36

Page 83: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

71

sesuai dengan tatakrama dan berakhlakul-karimah sesusai dengan potensi firahnya

yang dikembangkan dlam lingkungan pesantren. menuju sebuah tipe pribadi

manusia muslim yang seimbang dan utuh, baik jasmaniah maupun rohaniyah

sesuai dengan visi misi Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory.

Penulis mengkaitkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara kultur

pesantren dengan pembentukan karakter santri baik secara teoritis maupun dalam

kenyataan didalam pesantren .Berikut adalah macam-macam strategi guru, atau

kyai dalam menjalankan berbagai sistem dan kultur pesantren agar tercipta

karakter santri:

Adapun pembahasan tentang keterkaitan dan komparasi temuan hasil

penelitian dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah :

Kultur pesantren dalam membentuk sumber daya manusia studi kasus di Pondok

pesantren Nurul jadid Paiton Probolinggo,yang di tulis oleh saudara Zainuddin

dari Uin Malang 2009.Skripsi menjelaskan tentang kultur budaya pesantren yang

8 Abdullah Syukri Zarkasyi, “Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor”.

(Ponorogo: trimurti press 2005). Cet 2. Hal. 115

No SISTEM STRATEGI

1 Keteladanan Penonjolan sikap teladan dari para kyai, guru,

pengasuh dan santri

2 Penciptaan

lingkungan

Semua yang dilihat, didengar, dirasakan,

dikerjakan, dan dialami sehari-hari harus

mengandung unsur pendidikan

3 Pengarahan Kegiatan-kegiatan diawali dengan pengarahan

terutama tentang nilai-nilai pendidikan yang

terkandung di dalamnya.

4 Pembiasaan Menjalankan program-program pendidikan dari

yang ringan ke yang berat dengan disiplin tinggi.

Terkadang pemaksaan juga diperlukan.

5 Penugasan Pelibatan dalam penyelenggaraan kegiatan-

kegiatan pendidikan.8

Page 84: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

72

membentuk sumber daya manusia yang ada di dalam pesantren ,bisa sumber daya

santri,ustad maupun kyai sendiri.skripsi ini menekankan pengaruh kultur

pesantren terhadap etos kerja dari sumber daya manusia,keterkaitanya dengan

skripsi penulis sama-sama membahas tentang kultur pesantren.

Pendidikan dan Pembinaan santri Pondok pesantren Nurul Jadid tidak hanya

meliputi pendidikan keilmuan dan pengembangan wawasan, akan tetapi juga

meliputi pendidikan keterampilan-keterampilan dan kewirausahaan yang harus

dimiliki santri untuk siap memasuki dunia yang lebih nyata. Pengelolaan Pondok

pesantren Nurul Jadid dalam upaya menciptakan sumber daya manusia para

santrinya didasarkan pada doktrin dan trilogy santri yang terdapat pada pasca

kesadaran yang merupakan filosofi kiai Zaini Mun’im pendiri skaligus pengasuh

pertama pondok pesantren Nurul Jadid. Yaitu kesadaran beragama, berilmu,

kesadarna berbangsa dan bernegara, kesadaran bermasyarakat, dan kesadaran

berorganisasi.

Dengan sestem pendidikan dan pembinaan yang dikelola oleh elemen-

elemen organisasi pondok Pesantren Nurul Jadid dengan baik yaitu suatu proses

pelayanan untuk merubah pengetahuan, yang selalu terus menyesuaikan stuktur

sesuai dengan kebutuhan proses perubahan sosial. Sehingga pondok pesantren

Nurul Jadid memeberikan kepercayaan kepada masyarakat, bahwa pendidikan

yang ada dalam pesantren tersebut benarbenar menjadi bagian media pengkaderan

pemikir-pemikir agama (centre of excellent), mencetak sumber daya manusia

(SDM), dan sebagai lembaga yang melakukan perberdayaan masyarakat.

Komparasi antara skripsi penulis dengan hasil penelitian terdahulu adalah

penulis lebih menekankan korelasi antara kultur pesantren dengan pembentukan

karakter santri sedangkan penelitian terdahulu lebih menekankan pada

pembentukan sumber daya manusia didalam pondok.

F. Keterbatasan Penelitian

Page 85: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

73

Dalam penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang

dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan

tersebut antara lain:

1. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian ini relatif pendek

padahal kebutuhan sampel sangat besar.

2. Dana yang dapat disediakan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian

ini sangat terbatas.

3. Keterbatasan dari kedua aspek tersebut mempengaruhi banyaknya

dukungan petugas lapangan yang melakukan wawancara.

Page 86: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian

hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kultur pesantren terhadap terbinanya

karakter santri. Hal ini dilandaskan pada :

1. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara kultur pesantren

dengan pembinaan karakter santri di Pondok Pesantren Al-Amanah

al-Gontory secara keseluruhan dapat dikatakan sudah sangat

berhubungan. Hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi antara variabel X

(Kultur pesantren) dan variabel Y (Karakter santri). Jadi dapat

disimpulkan bahwa kultur pesantren dapat membina karakter santri,

dapat pula membentuk mental, kebiasaan, konsepsi diri dan sikap,

semoga bisa membawa dampak baik bagi santri, baik terhadap Allah,

diri sendiri dan akhlak terhadap sesama.

2. kultur pesantren sangat berkaitan erat dalam pembinaan karakter

santri dalam membentuk akhlak yang mulia. Sehingga memunculkan

anggapan bahwa akhlak santri dapat ditingkatkan dengan adanya

kultur pesantren yang baik dan terorganisir.

3. Pembinaan karakter santri merupakan hal yang sangat penting,

khususnya bagi instansi pendidikan yang menaungi pendidikan dan

pengajaran bagi peserta didiknya. Dalam pembinaan karakter, kultur

yang ditetapkan pesantren besar pengaruhnya terhadap karakter dan

kepribadian santri, maka wajib hukumnya untuk menjaga dan

meningkatkan kualitas kultur pesantren agar lebih baik lagi.

Page 87: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

75

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan

pendidikan yaitu di lingkungan dan kultur pesantren maka kesimpulan

yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga

penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka

implikasinya bahwa hasil penelitian mengenai variabel Kultur Pesantren

yang diduga mempunyai korelasi dengan pembentukan karakter santri,

ternyata menunjukkan hubungan yang signifikan, kedua variabel tersebut,

variabel Kultur pesantren memberikan kontribusi terhadap variabel

karakter santri , di mana kultur pesantren memberikan kontribusi sebesar

0,469 atau 46%. .

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh

lembaga di antaranya penelitian tentang korelasi kultur pesantren terhadap

pembentukan karakter santri ini merupakan bukti ilmiah akan pentingnya

kultur pesantren dalam pembentukan karakter santri maka sudah

semestinya bagi lembaga untuk mempertahankanya atau membuatnya

lebih baik lagi.

C. Saran

Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara kultur pesantren

dengan pembentukan karakter santri , maka penulis memberikan beberapa

saran kepada semua pihak yang bersangkutan sebagai berikut:

1. Bagi Pendidik

a. Diharapkan kepada para pendidik agar memperhatikan pendidikan

karakter para santrinya, karena karakter merupakan unsur penting

dalam kepribadian dalam bertingkah laku, tanpa karakter yang baik

maka tingkah lakupun tidak akan baik, dengan selalu memjaga kultur

pendidikan pesantren karena kultur merupakan salah satu factor

penting untuk mendidik karakter santri dipesantren.

Page 88: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

76

b. Hendaknya pendidik menjadi suri tauladan yang baik bagi para

siswanya. Dengan demikian siswa akan dapat memilih seorang figur

yang tepat dan dapat mencerminkan akhlak yang baik dalam penutan

karakter serta menjadi pemimpin yang amanah.

2. Bagi Siswa

a. Keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup tidak dapat terpisahkan dari

anggapan seseorang tentang diri kita. Apabila karakter yang kita

cerminkan adalah karakter yang baik maka masyarakat dapat menilai

secara menyeluruh dan akan berimbas pada keberhasilan yang kita

peroleh dan apabila karakter yang baik dari segala aktifitas yang sudah

kita lakukan maka masyarakat akan menilai baik pula.

b. Jagalah selalu sikap dan akhlak dalam bergaul di masyarakat, baik di

rumah, di pesantren dan di lingkungan sekitar. Biasakan berprilaku

akhlakul karimah dan mengikuti sunah Rasul.

Page 89: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

77

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang :

Toha Putra.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. 14, 2010.

Al-Qur’an dan Terjemahnya,,Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006.

Asrohah, Hanun , Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu

Bawani , Imam dkk, Pesantren Buruh Pabrik , Yogjakarta : LKis.

Dhafier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 2011.

Fahruddin, “Peran Pesantren Dalam Menjaga Keluhuran Akhlaq Remaja Di

Era Modern ”, Skripsi pada UIN Malang 2011, tidak

dipublikasikan.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Janan, Ahmad, Pondok Pesantren Dalam Perjalanan Sejarah., Jurnal Pondok

Pesantren, 55 ,2008.

Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta : Paramadina, 1997.

Ma'lûf , Louis, Kamus Munjid, Beirut: Dâr al-Mishria , 1986.

Margono , S, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Jakarta:

Rineka Cipta, Cet. 6, 2007.

Mas’ud, Abdurrahman, Dari Haramain ke Nusantara, Jejak Intelektual

ArsitekturPesantren, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006 .

Masyhud , H.M.Sulton dan Moh.Khusnurdilo, Manajement Pondok

Pesantren, Diva Pustaka Jakarta , 2005 .

Mu’in, Fathul, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik,

Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.

Nafi’, M.Dian dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, Yogjakarta:Lkis

Pelangi Aksaran, cet 1, 2007.

Page 90: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

78

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:Bumi

Aksara, cet.ke-5, 2003.

Ndraha, Taliziduhu, Budaya organisasi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

Nawawi, “Sejarah Dan Perkembangan Pesantren”, Jurnal Study Islam Dan

Budaya, 2006.

Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 52.

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1982.

Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta : Erlanga,2002.

Sidiq, Sahril, hasil wawancara dengan Kepala Yayasan al-Amanah al-

Gontory, pada hari kamis 19 Desember 2013 .

Siregar, Syofian, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta :

Bumi Aksara, cet.1, 2013.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2010.

Sujatma, Rika Rachmita, “Pengembangan Kultur Sekolah”, Jurnal

Pendidika, Jakarta, h 55, 2008.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,

Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 7, 2009.

Sulistyo, Joko, 6 Hari Jago Spss 17, Yogyakarta : Cakrawala , Cet. 1, 2010.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2001.

Tanshzil, Sri Wahyuni, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada

Lingkungan Pondok Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan

Disiplin Santri, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13 No. 2 Oktober

2012, h 5.

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta :

Hidakarya Agung, Cet 1, 1982.

Page 91: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

79

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIGRAF

Publishing, 2000.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Bekal Untuk Pemimpin Pengalaman Memimpin

Gontor, Ponorogo: Trimurti press, cet-2, 2011.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren,

Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. 25, 2005.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok

Modern Gontor, Ponorogo: trimurti press, Cet.2, 2005.

Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986),

h. 18.

Page 92: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 93: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

HASIL WAWANCARA

Hari/ Tanggal : 19 Desember 2013

Interview : Ustad Syahril Siddiq ,S.Ag,M.M.Pd

Jabatan : Kepala Yayasan Pondok Pesantren Al-Amanah

Al-Gontory

Pertanyaan

1. Saya ingin menanyakan bagaimana sejarah berdirinya Al-Amanah Al-Gontory

?

2. Bagaimanakah cara pembentukan kultur pesantren yang digunakan oleh

Al-Amanah Al-Gontory?

3. Sebagai kepala yayasan Bagaimana bapak menanamkan karakter pada santri

dan santriwati di Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory ?

4. Apakah kultur budaya organisasi di Pondok Al-Amanah Al-Gontory berjalan

dengan baik?

Jawaban

1. Menurut Ust Sahril Sidiq S.Ag,M.M.Pd .Pondok Pesantren Modern

Al-Amanah Al-Gontory mulai dirintis pada tahun 1992. Pesantren ini lahir

dari keinginan (Alm) H. Nadjih. Hi bin H.M. Hidup untuk mendirikan sebuah

pesantren yang sama dengan pesantren tempat beliau belajar dulu yaitu

Pondok Modern Darussalam Gontor. Beliau merasakan bahwa apa yang

telah didapatnya dari Pondok Modern Darussalam Gontor sangat

bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu, beliau mulai

merintisnya di sebuah tempat di lembah dekat Situ Perigi. Berdirinya Pondok

Pesantren Al-Amanah Al-Gontory pada tahun 1992 yang diawali dengan

adanya keinginan almarhum H. Nadjih Bin H. Idup selaku Waqif Pondok

Pesantren Al-Amanah Al-Gontory sekaligus pembina Yayasan Al-Urwatul

Wutsqo Untuk mewakafkan tanahnya seluas 5,2 hektar guna mendirikan

lembaga pendidikan seperti Pondok Modern Gontor di wilayah Tangerang

Selatan, namun saat ini yayasan tersebut berubah menjadi Yayasan

Al-Amanah Al-Gontory yang diketuai oleh Al-Ustadz Syahril Shiddiq,

S.Ag,M.M.Pd. Berangkat dari santri dengan jumlah 5 santri putra dan dewan

Page 94: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

guru 8 orang, namun Berkat usaha, kerja keras semua pihak dan

kepemimpinan yang baik serta kerjasama yang solid, maka Pondok

Pesantren Al-Amanah Al-Gontory mulai mendapat nama yang baik di mata

masyarakat. Dukungan alumni dan masyarakat memberikan andil yang

besar dalam perkembangan Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory

selanjutnya. Dari tahun ketahun jumlah santri bertambah dan alumni yang

melanjutkan ke perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri pun semakin

meningkat serta peran aktif para alumni di masyarakat, hal ini semakin

memperbaiki citra Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory.

2. Menurut saya cara membentuk kultur pesantren disamping memerlukan

waktu yang panjang juga ,membentuk system dan disiplin pesantren yang

baik ,dan memciptakan budaya-budaya bina santri dengan budaya

organisasinya,organisasi kepramukaan,organisasi ketrampilan ,dan juga

organisasi dalam asrama-asrama santri , yang telat dibentuk sedemikian

rapih agar dapat menciptakan kultur pesantren yang baik dan dinamis agar

peran kultur bisa membentuk pola fikir,pola kebiasaan,dan pola sikap dalam

hubungan dengan orang lain,ini sudah diterapkan didalam kultur pesantren

dimana santri sudah terbiasa hidup bersama-sama dan terbiasa dengan

budaya antri, budaya disiplin pesantren dan lain-lainya. Sudah pasti semua

itu merupakan bagian dalam membentuk karakter santri.

3. Ya,seperti yang saya jelaskan tadi,dengan disiplin yang baik, system yang

ditaati oleh para guru dan santrinya,dan semua kegiatan-kegiatan yang telah

diterapkan dipondok semua itu diharapkan bisa menciptakan karakter

santri maupun santriwati.

4. Insya Allah sudah berjalan dengan baik,tetapi masih banyak pekerjaan

rumah dan harus diperbaiki atau masih perlu banyak belajar dan dievaluasi

agar bisa lebih baik lagi.

Page 95: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 96: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 97: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 98: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 99: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 100: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas
Page 101: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

Angket Penelitian

Korelasi Kultur Pesantren Terhadap Pembentukan Karakter Santri

Pengisi Kuisioner

Nama :

Tempat Tangal Lahir :

Kelas :

Umur :

Daerah Asal :

Asal Sekolah Sebelumnya :

Alasan Masuk Pondok :

Jakarta,..........................

( )

Pengisi Data

Page 102: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

Petunjuk Pengisian :

1. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), TS

(tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju) sesuai dengan keadaan anda yang

sebenarnya.\

2. Pendapat anda tidak akan mempengaruhi sedikit pun terhadap nilai sekolah anda

dan tidak ada kaitannya. \

3. Angket ini untuk kepentingan penelitian, oleh karena itu kami berharap jawaban

yang obyektif, jujur dan tidak mengada-ngada.

4. Atas kesediaan waktunya kami ucapkan terima kasih.

Page 103: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

SKALA KULTUR PESANTREN TERHADAP KARAKTER SANTRI.

NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1 Dengan membaca Al-quran membuat hati tenang

2 Membaca Al-quran sangat menyenangkan karena membuat fikiran

jernih

3 Memahami isi kandungan dan makna Al-quran sangat menarik karena

menambah wawasan.

4 Berbicara dengan mengunakan bahasa Arab dan Inggris di pesantren

setiap hari adalah perkara mudah

5 Wajib berbicara bahasa Arab dan Inggris membebani diri saya

6 Sikap masayarakat terhadap para santri tidak baik

7 Kyai atau ustad dapat dijadikan suri tauladan bagi santri.

8 Kyai atau ustad tidak dapat dijadikan suri tauladan bagi santri.

9 Kyai atau ustad memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi

santri.

10 Disiplin sangat berguna untuk menjaga keteraturan pondok .

11 Pengurus organisasi pondok membantu menjalankan disiplin

pesantren.

12 Banyak para santri yang melangar disiplin pondok

13 Disiplin membentuk mental dan karakter santri.

14 Pengurus organisasi pesantren tidak menjalankan disiplin pesantren.

15 Disiplin tidak membentuk mental dan karakter santri.

16 Dengan berorganisasi santri bisa lebih dewasa dalam berfikir.

17 Berorganisasi membuat santri malas belajar dikelas.

18 Santri yang berorganisasi banyak yang tidak naik kelas.

19 Dengan berorganisasi santri lebih peka terhadap lingkungan social.

20 . Organisasi merupakan unsur penting di pesantren.

21 Berorganisasi merupakan element yang tidak penting.

22 Organisasi di pesantren sangat beragam.

Page 104: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

23 Gerakan pramuka merupakan organisasi pesantren yang digemari

santri.

24 Bagian keamanan merupakan organisasi pesantren yang paling

ditakuti para santri.

25 Organisasi pesantren tidak berjalan dengan baik.

26 Organisasi pesantren tidak mengajarkan jiwa kepemimpinan

27 Berorganisasi merupakan hal yang tidak penting bagi santri.

28 Berorganisasi sangat membosankan.

29 Kultur pesantren mengikuti pola perkembangan zaman.

30 Penting adanya labolaturium bahasa dan komputer di pesantren untuk

mengikuti perkembangan zaman.

31 Penting adanya labolatorium penelitian saints dipesantren untuk

mengikuti perkembangan zaman.

32 Pesantren tidak perlu mengikuti perkembangan zaman karena tidak

berdampak apapun bagi perkembangan pesantren

33 Santri menyadari pentingnya belajar pelajaran yang mngikuti pola

perkembangan zaman.

34 Pesantren membudayakan sholat berjamaah.

35 Sholat adalah salah satu rukun islam yang harus dijalankan.

36 Dengan mengerjakan sholat hati menjadi tenang.

37 Budaya mengucapkan salam sangat dianjurkan

38 Budaya saling menghargai merupakan salah satu ajaran islam.

39 Pesantren tidak mengajarkan budaya saling menghormati dan

menghargai dengan adanya budaya kekerasan.

40 Pesantren menanamkan nilai budaya disiplin santri.

41 Kebersamaan memperkokoh rasa persaudaraan sesama santri.

42 Dengan bersama-sama segala sesuatu lebih terasa ringan.

43 Kebersamaan itu merugikan.

44 Budaya tolong menolong adalah ajaran agama islam yang

mengajarkan kebaikan dalam hubungan antar sesama manusia.

Page 105: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

45 Tolong menolong tidak mendatangkan akibat yang positif.

46 Tolong menolong dengan sesama tidak berguna.

47 Santri harus patuh dengan nasehat guru.

48 Nasehat guru merupakan ajakan kepada kebaikan

49 Bersikap santun kepada guru termasuk ahlak mulia.

50 Sopan-santun kepada guru tidak dianjurkan.

51 Berada di pondok menbuat hati tentram.

52 Berada di pondok senang karena banyak teman.

53 Berada di pondok tidak menyenangkan karena kehidupanya keras.

54 Santri bangga dengan pondok tempat dimana ia belajar.

55 Tidak penting menjaga nama baik pesantren ,karena pesantren tidak

memberikan manfaat apapun bagi santri.

56 Santri wajib menghormati kyainya.

57 Santri bersunguh-sunguh dalam belajar karena mempercayai selogan

“ man jadda wajadda “

58 Berbuat baik terhadap guru merupakan syarat menuntut ilmu.

59 Tidak perlu kita berbuat baik karena belum tentu orang lain akan baik

terhadap kita.

60 Kebaikan berakibat buruk.

61 Kebaikan akan selalu mengalir sepanjang masa .

62 . Orang yang baik akan disukai orang lain.

63 Santri percaya pahala kebaikan, maka selalu bertindak jujur dalam

menjalankan amanah dalam mengemban organisasi

64 Jika salah bisa meminta maaf ,jadi bisa santri menjalankan organisassi

dengan tidak amanah. Karena bisa meminta maaf

65 Organisasi tidak terlalu memberikan pendidikan penting,Maka biasa-

biasa saja dalam menjalankanya.

66 Mengucapkan salam adalah salah satu ciri orang mu’min.

67 Santri yang baik adalah yang selalu mengucapkan salam terhadap

saudaranya.

Page 106: KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24626/3/PRAMONO... · Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory SKRIPSI ... Jurusan PAI Fakultas

68 Mengucapkan salam tidaklah wajib kesemua orang ,dianjurkan

kepada orang yang kita kenal saja.

69 Jika ada teman yang mengucapkan salam saya tidak menjawabnya.

70 Belajar bersama merupakan hal yang menyenangkan.

71 Dengan belajar bersama bisa saling menanyakan pelajaran yang

belum difahami.

72 Belajar bersama mengasikan ,karena bisa mencontek tugas milik

teman.

73 Sebagai seorang santri jika ada teman yang mendapatkan musibah

maka wajib menolongnya.

74 Sebagai seorang santri jika ada teman yang sakit maka wajib

menjenguknya.

75 Ketika teman membicarakan kejelekan orang lain santri ikut serta

membicarakan hal tersebut

76 Jika teman kita mendapatkan musibah maka saya menghinanya

77 Membaca buku tidaklah mendatangkan manfaat .

78 Santri yang baik adalah yang gemar membaca buku.

79 Bermain dengan teman lebih penting dari pada membaca buku dan

berdiskusi.

80 Santri wajib lari pagi agar tubuh kuat