KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

104
KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN WAJAH DENGAN ANTROPOMETRI PANJANG JARI KELINGKING PADA SUKU BATAK DAN SUKU JAWA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi NABILA AZ-ZAHRA NIM : 160600040 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

Transcript of KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Page 1: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI

MENGGUNAKAN PENGUKURAN WAJAH

DENGAN ANTROPOMETRI PANJANG

JARI KELINGKING PADA SUKU

BATAK DAN SUKU JAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NABILA AZ-ZAHRA

NIM : 160600040

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2020

Nabila Az-zahra

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Batak dan Suku Jawa

xvi + 72 halaman

Edentulus lengkap merupakan suatu kondisi hilangnya seluruh gigi asli pada

rongga mulut. Kehilangan gigi dapat memengaruhi fungsi estetik, fungsi

pengunyahan, status gizi, dan fungsi bicara karena terjadi perubahan anatomis,

fisiologis, dan fungsional. Perawatan prostodonsia diperlukan untuk memperbaiki

serta mempertahankan fungsi gigi melalui pembuatan gigi tiruan lengkap. Penentuan

dimensi vertikal oklusi (DVO) merupakan salah satu prosedur dalam pembuatan gigi

tiruan lengkap dan merupakan tahap penting dalam prosedur klinis yang memberikan

informasi tentang hubungan vertikal dari mandibula terhadap maksila. Terdapat

banyak metode untuk menentukan DVO, tetapi tidak ada metode yang sepenuhnya

akurat. Walaupun begitu, metode pengukuran wajah yaitu mengukur DVO dari titik

subnasion ke gnathion merupakan metode yang sering digunakan pada praktik klinik.

Namun, terdapat beberapa kelemahan dalam metode pengukuran wajah yaitu sulitnya

menentukan titik landmark pada kulit wajah sehingga memungkinkan terjadinya bias

pada penentuan DVO, serta terdapat perubahan dari jaringan keras dan jaringan lunak

wajah akibat kehilangan gigi. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang akurat

dianjurkan beberapa metode pengukuran DVO karena hasil pengukuran satu metode

belum tentu sama dengan metode lainnya. Metode lain yang dikembangkan dalam

penentuan DVO adalah antropometri. Salah satunya yaitu antropometri jari

kelingking. Setiap suku memiliki DVO dan panjang jari kelingking yang berbeda.

Suku Batak dan suku Jawa merupakan suku yang populasinya terbanyak di provinsi

Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rerata, korelasi, dan

persamaan regresi yang akan menunjukkan nilai prediksi DVO menggunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

pengukuran wajah dan panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku

Batak dan suku Jawa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan

menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah

mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang bersuku Batak atau suku Jawa. Sampel

penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini melibatkan 48 orang subjek

penelitian. Hasil penelitian diperoleh nilai rerata DVO menggunakan pengukuran

wajah pada laki-laki adalah 64,84 mm, sedangkan pada perempuan adalah 59,13 mm.

Nilai rerata DVO menggunakan pengukuran wajah pada suku Batak adalah 61,37

mm, sedangkan pada suku Jawa adalah 62,60 mm. Nilai rerata panjang jari

kelingking pada laki-laki adalah 64,85 mm, sedangkan pada perempuan adalah 58,48

mm. Nilai rerata panjang jari kelingking pada suku Batak adalah 61,11 mm,

sedangkan pada suku Jawa adalah 62,22 mm. Ada korelasi DVO menggunakan

pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari kelingking pada laki-laki dan

perempuan suku Batak dan suku Jawa dengan nilai koefisien korelasi adalah r=

0,951. Nilai korelasi berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki r=0,938 dan

perempuan r= 0,883. Nilai korelasi berdasarkan suku, yaitu suku Batak r=0,970 dan

suku Jawa r= 0,937. Persamaan regresi pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa adalah [DVO = 8,402 + 0,869 x PJK]. Pada laki-laki persamaan regresinya

yaitu [DVO = 8,649+ 0,867 x PJK], sedangkan pada perempuan [DVO = 10,960+

0,824 x PJK]. Pada suku Batak persamaan regresinya yaitu [DVO = 11,993+ 0,808 x

PJK], sedangkan pada suku Jawa [DVO = 4,300+ 0,937 x PJK]. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah dengan

antropometri panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa dan antropometri panjang jari kelingking dapat digunakan sebagai metode

pembanding untuk menentukan DVO.

Daftar Rujukan : 56 (2005-2020)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Desember 2020

Pembimbing Tanda Tangan :

Eddy Dahar, drg., M.Kes

NIDK : 8975600020 ………………………..

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 23 Desember 2020

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph. D., Sp. Pros (K)

ANGGOTA : 1. Eddy Dahar, drg., M.Kes

2. Siti Wahyuni, drg., MDSc

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua

orang tua tercinta, yaitu ayahanda Yusuf, S.Ag dan ibunda Nurhayati, S.Ag yang

telah membesarkan, memberikan kasih sayang, doa, nasihat, semangat, dan dukungan

kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik penulis

Muhammad Fathan Aziz, Muhammad Fikran Zidan, dan Muhammad Hafiz Yazid

yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama

penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan pengarahan,

bimbingan, saran serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun

dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan semangat

kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator

Skripsi yang telah turut memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen

penasehat akademik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

vii

5. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K) selaku ketua tim

penguji skripsi, Siti Wahyuni, drg., MDSc selaku anggota tim penguji yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Prostodonsia dan

Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas

bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

7. Prana Ugiana Gio, M.Si dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu

penulis dalam analisis statistik.

8. Teman satu bimbingan penulis dalam menyelesaikan skripsi : Dalila

Ramadhanty Siregar dan Purnama Sri Wahyuni yang telah bersama-sama berjuang,

memberi semangat dan membantu dalam tahap penyelesaian skripsi.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dienda Yunidra, Aisyah Putri Harun, Tiya

Wira Agustini Lubis, Nadya Nabilla, Debora Lovelisa Hinson Simbolon, Aulia Dwi

Zahara dan seluruh teman-teman FKG USU stambuk 2016 yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, doa, dan dorongan

semangat kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

10. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen

Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Aci, Annur,

Astri, Chindy, Dea, Elisa, Erika, Faiz, Felycia, Fitri, Hana, Ingrid, Ismail, Nadine,

Masna, Michael, Mimi, Nahiyatul, Nindy, Rafly, Rani, Sahara, Susan, Tessya, Vina,

Windy, Yudha, serta para residen PPDGS Prostodonsia FKG USU atas motivasi,

dukungan, dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

11. Seluruh subjek penelitian yang telah meluangkan waktunya dan

berpartisipasi pada penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan

kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

viii

kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan

pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 23 Desember 2020

Penulis,

Nabila Az-zahra

NIM: 160600040

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ..........................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Permasalahan............................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 7

1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edentulus ................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian Edentulus .......................................................... 8

2.1.2 Jenis Edentulus .................................................................. 8

2.1.2.1 Edentulus Sebagian ................................................ 8

2.1.2.2 Edentulus Lengkap ................................................. 9

2.2 Perawatan Prostodonsia ............................................................. 9

2.2.1 Perawatan Prostodonsia untuk Edentulus Sebagian ............ 9

2.2.2 Perawatan Prostodonsia untuk Edentulus Lengkap ............. 10

2.3 Gigi Tiruan Lengkap ................................................................... 10

2.4 Penentuan Hubungan Rahang ..................................................... 11

2.5 Dimensi Vertikal Oklusi ............................................................. 11

2.5.1 Definisi Dimensi Vertikal Oklusi ....................................... 11

2.5.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dimensi Vertikal Oklusi 11

2.5.2.1 Panjang Ramus ...................................................... 11

2.5.2.2 Sudut Gonial Mandibula ........................................ 13

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

x

2.5.2.3 Erupsi Gigi ............................................................. 14

2.5.3 Metode Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi ....................... 14

2.5.3.1 Mekanis ................................................................. 14

2.5.3.1.1 Relasi Linggir .......................................... 15

2.5.3.1.2 Pengukuran Gigi Tiruan Sebelumnya ....... 16

2.5.3.1.3 Praekstraksi ............................................. 16

2.5.3.1.3.1 Profil Foto .............................. 16

2.5.3.1.3.2 Profil Siluet ............................ 17

2.5.3.1.3.3 Profil Radiografi..................... 18

2.5.3.1.3.4 Model Artikulasi .................... 18

2.5.3.1.3.5 Pengukuran Wajah ................. 18

2.5.3.1.3.6 Metode Willis ......................... 19

2.5.3.1.3.7 Face Mask .............................. 19

2.5.3.2 Fisiologis ............................................................... 20

2.5.3.2.1 Power Point ............................................. 20

2.5.3.2.2 Wax Oklusal Rim .................................... 21

2.5.3.2.3 Posisi Istirahat Fisiologis ......................... 22

2.5.3.2.4 Fonetik .................................................... 23

2.5.3.2.5 Estetik...................................................... 24

2.5.3.2.6 Penelanan ................................................ 24

2.5.3.2.7 Sensasi Taktil........................................... 24

2.5.3.2.8 Persepsi Kenyamanan Pasien ................... 25

2.5.4 Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi secara Antropometri ... 25

2.5.4.1 Titik Landmark Wajah ........................................... 26

2.5.4.2 Panjang Jari Tangan ............................................... 28

2.5.4.2.1 Ibu Jari..................................................... 29

2.5.4.2.2 Jari Telunjuk ............................................ 29

2.5.4.2.3 Jari Tengah .............................................. 29

2.5.4.2.4 Jari Manis ................................................ 30

2.5.4.2.5 Jari Kelingking ........................................ 30

2.5.4.3 Faktor yang Memengaruhi Panjang Jari Tangan ..... 32

2.5.4.3.1 Jenis Kelamin .......................................... 32

2.5.4.3.2 Usia ......................................................... 33

2.5.4.3.3 Ras .......................................................... 35

2.5.4.3.3.1 Suku Batak ............................. 35

2.5.4.3.3.2 Suku Jawa .............................. 36

2.5.5 Akibat Kesalahan Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi pada

Gigi Tiruan Lengkap.......................................................... 37

2.5.5.1 Dimensi Vertikal Oklusi yang Terlalu Tinggi ......... 37

2.5.5.2 Dimensi Vertikal Oklusi yang Terlalu Rendah ....... 37

2.6 Kerangka Teori ............................................................................ 38

2.7 Kerangka Konsep ........................................................................ 39

2.8 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 40

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

xi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 41

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 41

3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................ 41

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 41

3.3.1 Populasi ............................................................................. 41

3.3.2 Sampel Penelitian............................................................... 42

3.3.2.1 Kriteria Inklusi ....................................................... 42

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi .................................................... 42

3.3.2.3 Jumlah Sampel Penelitian....................................... 42

3.4 Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 43

3.4.1 Variabel Bebas ................................................................... 43

3.4.2 Variabel Terikat ................................................................. 43

3.4.3 Variabel Terkendali ........................................................... 44

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali .................................................. 44

3.4.5 Definisi Operasional .......................................................... 44

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 45

3.5.1 Alat Penelitian ................................................................... 45

3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................ 46

3.6 Prosedur Penelitian ..................................................................... 46

3.7 Analisis Data .............................................................................. 48

3.8 Kerangka Operasional ................................................................. 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Nilai Rerata Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran

Wajah pada Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Suku

Jawa .......................................................................................... 51

4.2 Nilai Rerata Panjang Jari Kelingking pada Laki-Laki dan

Perempuan Suku Batak dan Suku Jawa ...................................... 52

4.3 Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran

Wajah dengan Antropometri Panjang Jari Kelingking pada

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Suku Jawa .......... 53

4.4 Nilai Prediksi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Panjang

Jari Kelingking pada Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan

Suku Jawa.................................................................................. 55

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Nilai Rerata Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran

Wajah pada Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Suku

Jawa .......................................................................................... 57

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

xii

5.2 Nilai Rerata Panjang Jari Kelingking pada Laki-Laki dan

Perempuan Suku Batak dan Suku Jawa ...................................... 59

5.3 Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran

Wajah dengan Antropometri Panjang Jari Kelingking pada

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Suku Jawa .......... 61

5.4 Nilai Prediksi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Panjang

Jari Kelingking pada Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan

Suku Jawa.................................................................................. 63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan................................................................................. 65

6.2 Saran .......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 67

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Hasil pengukuran antropometri wajah pada subpopulasi Arab

Saudi oleh Majeed MI dkk. .................................................................... 27

2 Definisi operasional variabel bebas ........................................................ 44

3 Definisi operasional variabel terikat ....................................................... 44

4 Definisi operasional variabel terkendali .................................................. 45

5 Definisi operasional variabel tidak terkendali ......................................... 45

6 Nilai rerata dan standar deviasi dimensi vertikal oklusi menggunakan

pengukuran wajah pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa .............................................................................................. 51

7 Nilai rerata dan standar deviasi panjang jari kelingking pada laki-laki

dan perempuan suku Batak dan suku Jawa ............................................. 52

8 Korelasi dimensi vertikal oklusi menggunakan pengukuran wajah

dengan antropometri panjang jari kelingking pada laki-laki dan

perempuan suku Batak dan suku Jawa .................................................... 53

9 Korelasi dimensi vertikal oklusi menggunakan pengukuran wajah

dengan antropometri panjang jari kelingking berdasarkan

jenis kelamin .......................................................................................... 54

10 Korelasi dimensi vertikal oklusi menggunakan pengukuran wajah

dengan antropometri panjang jari kelingking berdasarkan suku .............. 55

11 Persamaan regresi dimensi vertikal oklusi menggunakan pengukuran

wajah dengan panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan

suku Batak dan suku Jawa ...................................................................... 55

12 Hasil uji One Way Anova antara nilai prediksi DVO dengan

panjang jari kelingking ........................................................................... 56

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Gigi tiruan lengkap ................................................................................ 10

2 Seseorang dengan ramus pendek memperlihatkan tinggi wajah

bagian bawah yang lebih panjang dibandingkan tinggi wajah

bagian tengah ......................................................................................... 12

3 Seseorang dengan ramus panjang memperlihatkan tinggi wajah

bagian bawah yang lebih pendek dibandingkan tinggi wajah

bagian tengah ......................................................................................... 12

4 Perbedaan tinggi wajah bagian bawah dan sudut dataran mandibula

karena perbedaan panjang ramus dan besar sudut gonial mandibula ....... 13

5 Pengukuran jarak papila insisivus ke insisivus rahang bawah ................. 15

6 Pengukuran gigi tiruan sebelumnya ........................................................ 16

7 Profil siluet sebelum pencabutan untuk menentukan DVO ..................... 17

8 Metode radiografi sefalometri ................................................................ 18

9 Pengukuran DVO dari titik subnasion ke gnathion ................................. 19

10 Metode face mask .................................................................................. 20

11 Metode power point ............................................................................... 21

12 Gulungan wax ........................................................................................ 22

13 a = b+c. Dimensi vertikal istirahat sama dengan penjumlahan dari

DVO+ free way space ............................................................................ 23

14 Silverman closest speaking space ........................................................... 23

15 (a) Penentuan hubungan rahang menggunakan sensasi taktil;

(b) central bearing point; (c) central bearing plate ................................ 25

16 Titik landmark pengukuran wajah dari 1-15 ........................................... 27

17 Anatomi tangan ...................................................................................... 28

18 Pengukuran panjang jari kelingking ....................................................... 32

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

xv

19 Pembentukan tulang tangan. a. Masa bayi, b. Masa balita,

c. Prapubertas, d. Early and mild puberty, e. Late puberty,

f. Post puberty ........................................................................................ 34

20 Kaliper digital ........................................................................................ 45

21 Pengukuran dimensi vertikal oklusi ..................................................... 47

22 Pengukuran panjang jari kelingking ....................................................... 48

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat keterangan Ethical Clearance

2 Surat pengantar izin penelitian di Departemen Biologi Oral FKG USU

3 Surat izin penelitian di Departemen Biologi Oral FKG USU

4 Surat keterangan selesai penelitian di Departemen Biologi Oral FKG USU

5 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

6 Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

7 Lembar pemeriksaan

8 Surat keterangan selesai konsultasi uji statistik

9 Data hasil penelitian

10 Nilai prediksi DVO menggunakan panjang jari kelingking

11 Analisis statistik

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Edentulus lengkap merupakan suatu kondisi hilangnya seluruh gigi asli pada

rongga mulut.1 Penyebab terbanyak kehilangan gigi adalah adanya karies, penyakit

periodontal, dan trauma.2 Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 melaporkan bahwa

penduduk Indonesia yang mengalami kehilangan seluruh giginya sebesar 1,3%.3

Kehilangan gigi dapat memengaruhi fungsi estetik, fungsi pengunyahan, status gizi,

dan fungsi bicara karena terjadi perubahan anatomis, fisiologis, dan fungsional.2

Perawatan prostodonsia diperlukan untuk memperbaiki serta mempertahankan fungsi

gigi melalui pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL) sebagai pengganti gigi asli yang

telah hilang.4 Pembuatan GTL perlu memperhatikan hubungan posisi mandibula

terhadap maksila. Hal ini secara signifikan tidak boleh terabaikan supaya fungsi

optimal dan estetik dapat tercapai.2,5 Hubungan posisi mandibula terhadap maksila

dapat dilihat dalam dua arah yaitu secara vertikal dan secara horizontal. Hubungan

secara vertikal disebut dimensi vertikal sedangkan hubungan secara horizontal dapat

dilihat melalui relasi sentrik.6

Menurut Glossary of Prosthodontic Terms, dimensi vertikal adalah jarak antara

dua titik anatomi yang dipilih, yaitu satu titik pada maksila dan satu titik pada

mandibula.7 Dimensi vertikal terdiri atas dimensi vertikal oklusi dan dimensi vertikal

istirahat. Dimensi vertikal oklusi (DVO) adalah tinggi sepertiga wajah bagian bawah

yang diukur dari titik subnasion ke gnathion pada posisi interkuspasi maksimum,

sedangkan dimensi vertikal istirahat merupakan tinggi sepertiga wajah bagian bawah

yang diukur di antara dua titik anatomi ketika mandibula dalam keadaan posisi

istirahat fisiologis.8

Dalam pembuatan GTL, penentuan DVO yang tepat merupakan salah satu

tahap penting dalam prosedur klinis yang memberikan informasi tentang hubungan

vertikal dari mandibula terhadap maksila.9 Terdapat beberapa faktor yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

2

memengaruhi DVO yaitu panjang ramus, sudut gonial mandibula, dan erupsi gigi.10

Penentuan DVO pada pasien edentulus tergantung pada kondisi klinis pasien,

keterampilan, dan pengalaman dokter gigi.11,12

Pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan bidang

oklusal, dimensi vertikal dan oklusi sentrik. Penentuan DVO yang tepat bukanlah

suatu hal yang mudah, tetapi hal ini tidak dapat diabaikan apabila fungsi dan estetika

yang optimal ingin dicapai.5 Dokter gigi bertanggung jawab untuk menentukan nilai

DVO yang tepat dalam melakukan perawatan.13 Kesalahan dalam menentukan DVO

dapat berupa dimensi vertikal yang terlalu tinggi atau dimensi vertikal yang terlalu

rendah. Dimensi vertikal yang terlalu tinggi mengakibatkan GTL menjadi kurang

stabil, tidak nyaman dipakai dan otot mastikasi menjadi lelah, profil pasien menjadi

jelek, terjadi bunyi kliking pada gigi (horse sound), dapat terjadi luka pada jaringan

pendukung, resorpsi tulang dan gangguan pada sendi rahang. Dimensi vertikal yang

terlalu rendah akan mengakibatkan efisiensi pengunyahan berkurang, ekspresi wajah

terlihat lebih tua karena bibir kehilangan kepadatan dan terlalu tipis, sudut mulut

menjadi turun dan melipat, dapat terjadi costen syndrome dengan gejala-gejala tuli

yang ringan, sering pusing, tinnitus, nyeri saat pergerakan sendi dan nyeri bila

ditekan.14,15

Terdapat dua metode dalam menentukan DVO, yaitu dengan menggunakan

metode mekanis dan fisiologis. Metode mekanis antara lain menentukan relasi

linggir, pengukuran gigi tiruan sebelumnya, pengukuran catatan praekstraksi yang

terdiri dari profil foto, profil siluet, profil radiografi, model pada artikulasi,

pengukuran wajah, metode Willis, dan face mask. Metode fisiologis termasuk

penentuan posisi istirahat fisiologis, estetik, fonetik, power point, menggunakan wax

oklusal rim, ambang batas penelanan, sensasi taktil, dan persepsi kenyamanan

pasien.6,16 Semua hasil perkiraan pengukuran DVO secara mekanis dan fisiologis

dianggap sebagai nilai sementara sampai dilakukan observasi fonetik dan estetik.5,17

Penentuan DVO bukanlah sesuatu yang mudah terutama pada pasien usia lanjut

yang telah lama mengalami edentulus. Timbulnya permasalahan dalam penentuan

DVO disebabkan karena hasil pengukuran yang berbeda dari metode-metode

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

3

tersebut.18 Beragam metode telah diterapkan untuk mengukur DVO, namun belum

terdapat kesimpulan mengenai metode apa yang lebih akurat untuk diterapkan.

Walaupun begitu, metode pengukuran wajah yaitu mengukur DVO dari titik

subnasion ke gnathion merupakan metode yang sering digunakan pada praktik klinik,

karena metode ini sederhana, tidak invasif, dan tidak memerlukan peralatan yang sulit

didapatkan.14,19 Namun, terdapat beberapa kelemahan dalam metode pengukuran

wajah yaitu sulitnya menentukan titik landmark pada kulit wajah sehingga

memungkinkan terjadinya bias pada penentuan DVO, serta terdapat perubahan dari

jaringan keras dan jaringan lunak wajah akibat kehilangan gigi.15,20 Oleh karena itu,

untuk memperoleh hasil yang akurat dianjurkan beberapa metode pengukuran DVO

karena hasil pengukuran satu metode belum tentu sama dengan metode lainnya.5

Metode lain yang dikembangkan dalam penentuan DVO adalah pengukuran

antropometri.21 Leonardo da Vinci menyatakan terdapat hubungan antara DVO

dengan berbagai pengukuran antropometri. Pengukuran wajah digunakan untuk

menentukan DVO, salah satunya proporsi wajah yaitu tinggi sepertiga wajah bagian

bawah. Pada saat ini, penggunaan antropometri jari tangan banyak diteliti sebagai

pembanding dalam penentuan DVO salah satunya panjang jari kelingking.5 Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ladda R dkk (2013)13, Kalra D dkk (2015)18, Nazir S

dkk (2015)22 mengenai pengukuran DVO dengan beberapa antropometri jari tangan,

disimpulkan bahwa panjang jari kelingking mempunyai nilai korelasi yang lebih erat

dengan DVO dari antropometri jari tangan yang lain. Hal ini didukung dengan adanya

penelitian yang menunjukkan pertumbuhan struktur dentofasial sejalan dengan

pertumbuhan tulang carpal, metacarpal, dan phalangeal yang dibuktikan dengan

hand-wrist radiography.5,23 Selain itu, pengukuran panjang jari relatif lebih mudah

dalam menentukan titik acuan, sehingga kesulitan yang ditemukan dalam penentuan

DVO dengan metode pengukuran wajah dapat teratasi.5 Jika ditemukan korelasi DVO

menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari kelingking maka

akan mengurangi waktu secara signifikan dalam prosedur penentuan DVO.11

Hasil penelitian Bandhari AJ dkk (2012) di populasi India menunjukkan

terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000) antara DVO dengan panjang jari

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

4

kelingking dengan kekuatan korelasi sangat kuat (r=0,84). Penelitian ini dilakukan

pada laki-laki dan perempuan. Baik pada laki-laki maupun perempuan diperoleh

korelasi yang kuat antara DVO dengan panjang jari kelingking (p=0,000) dengan

nilai korelasi r=0,78 pada laki-laki dan r=0,69 pada perempuan.24 Di Indonesia,

penelitian antropometri jari tangan telah dilakukan oleh Elisabeth (2016) pada suku

Batak Toba. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara panjang jari telunjuk, jari kelingking, dan jarak ujung ibu jari

sampai jari telunjuk pada suku Batak Toba, sehingga antropometri jari tangan dapat

digunakan sebagai metode pembanding dalam menentukan DVO dengan

menggunakan persamaan regresi yang ada.25 Penelitian yang serupa juga telah

dilakukan oleh Chairani CN (2016) yang meneliti hubungan DVO dengan panjang

jari kelingking pada subras Deutro Melayu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan yang bermakna (p=0,000) antara hasil pengukuran DVO dengan panjang

jari kelingking dengan nilai korelasi r=0,768. Dari penelitian Chairani CN juga

diketahui, DVO dan panjang jari kelingking laki-laki lebih besar dibanding

perempuan. Hasil ini sesuai dengan teori seksual dimorfisme yang menyatakan bahwa

laki-laki memiliki nilai pengukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan

perempuan.5

Secara umum, proses tumbuh kembang akan berakhir pada usia 18 tahun,

sehingga ukuran tulang pada usia tersebut merupakan ukuran maksimal dan tidak

mengalami perubahan ukuran lagi. Panjang jari tangan juga mengalami pertumbuhan

dan perkembangan.25 Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu

jenis kelamin, usia, dan ras.5,26,27 Secara garis besar terdapat tiga ras utama di dunia

yaitu ras Kaukasoid, Mongoloid, dan Negroid. Sebagian besar penduduk Indonesia

termasuk dalam kelompok ras Malayan Mongoloid. Ras Malayan Mongoloid terdiri

atas Proto Melayu dan Deutro Melayu. Penduduk Indonesia yang termasuk ras Proto

Melayu yaitu suku Batak, Nias, Mentawai, Dayak, Sasak, Toraja, dan Ambon.

Sedangkan Deutro Melayu terdiri atas suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Melayu,

Aceh, Betawi, dan Sunda.5,28 Suku Batak dan suku Jawa merupakan suku yang

populasinya terbanyak di provinsi Sumatera Utara. Menurut Badan Pusat Statistik

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

5

tahun 2010, suku Batak berjumlah 5.785.716 jiwa (44,75%), sedangkan suku Jawa

berjumlah 4.319.719 jiwa (33,41%).29

Perbedaan asal-usul dari berbagai suku akan menyebabkan keanekaragaman

genetik yang dapat dilihat dari variasi fenotip. Abeysekera dan Shahnavaz

mengungkapkan bahwa berbeda populasi berbeda pula antropometrinya, tidak

menutup kemungkinan bahwa perbedaan antropometri juga terjadi pada suku yang

berbeda pula walaupun berasal dari satu negara. Perbedaan suku merupakan salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap variasi antropometri.27 Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ismianti dkk (2019), terdapat perbedaan hasil pengukuran

antropometri pada suku Batak dan suku Jawa.30 Oleh karena itu, peneliti tertarik

melakukan penelitian mengenai korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah

dengan antropometri panjang jari kelingking pada suku Batak dan suku Jawa.

1.2 Permasalahan

Edentulus lengkap merupakan suatu kondisi hilangnya seluruh gigi asli pada

rongga mulut. Kehilangan gigi dapat memengaruhi fungsi estetik, fungsi

pengunyahan, status gizi, dan fungsi bicara karena terjadi perubahan anatomis,

fisiologis, dan fungsional. Perawatan prostodonsia diperlukan untuk memperbaiki

serta mempertahankan fungsi gigi melalui pembuatan gigi tiruan lengkap. Penentuan

DVO merupakan salah satu prosedur dalam pembuatan gigi tiruan lengkap dan

merupakan tahap penting dalam prosedur klinis yang memberikan informasi tentang

hubungan vertikal dari mandibula terhadap maksila. Terdapat banyak metode untuk

menentukan DVO, tetapi tidak ada metode yang sepenuhnya akurat. Walaupun

begitu, metode pengukuran wajah yaitu mengukur DVO dari titik subnasion ke

gnathion merupakan metode yang sering digunakan pada praktik klinik. Namun,

terdapat beberapa kelemahan dalam metode pengukuran wajah yaitu sulitnya

menentukan titik landmark pada kulit wajah sehingga memungkinkan terjadinya bias

pada penentuan DVO, serta terdapat perubahan dari jaringan keras dan jaringan lunak

wajah akibat kehilangan gigi. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang akurat

dianjurkan beberapa metode pengukuran DVO karena hasil pengukuran satu metode

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

6

belum tentu sama dengan metode lainnya. Leonardo da Vinci menyatakan terdapat

hubungan antara DVO dengan berbagai pengukuran antropometri salah satunya yaitu

antropometri jari kelingking. Setiap suku memiliki DVO dan panjang jari kelingking

yang berbeda. Suku Batak dan suku Jawa merupakan suku yang populasinya

terbanyak di provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian Ismianti dkk (2019) terdapat

perbedaan hasil pengukuran antropometri pada suku Batak dan suku Jawa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti korelasi DVO

menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari kelingking pada

suku Batak dan suku Jawa.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa nilai rerata DVO menggunakan pengukuran wajah pada laki-laki dan

perempuan suku Batak dan suku Jawa?

2. Berapa nilai rerata panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan

suku Batak dan suku Jawa?

3. Apakah ada korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah dengan

antropometri panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa?

4. Berapa nilai prediksi DVO menggunakan panjang jari kelingking pada laki-

laki dan perempuan suku Batak dan suku Jawa?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai rerata DVO menggunakan pengukuran wajah pada

laki-laki dan perempuan suku Batak dan suku Jawa.

2. Untuk mengetahui nilai rerata panjang jari kelingking pada laki-laki dan

perempuan suku Batak dan suku Jawa.

3. Untuk mengetahui korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah dengan

antropometri panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

7

4. Untuk mengetahui nilai prediksi DVO menggunakan panjang jari kelingking

pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan suku Jawa.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi klinisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari

kelingking pada suku Batak dan suku Jawa.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai salah satu

metode pembanding dalam menentukan DVO pada suku Batak dan suku Jawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edentulus

2.1.1 Pengertian Edentulus

Kata edentulus berasal dari bahasa Latin, yaitu e yang berarti hilang dan dent

yang berarti gigi.31 Secara definitif, edentulus merupakan suatu keadaan hilangnya

satu atau lebih gigi dalam rongga mulut. Kejadian hilangnya gigi biasa terjadi pada

anak-anak mulai usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi sulung dan kemudian

digantikan oleh gigi permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa

sangatlah tidak diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit

periodontal, trauma, dan karies.32

2.1.2 Jenis Edentulus

Terdapat dua jenis edentulus, yaitu edentulus sebagian dan edentulus lengkap.

2.1.2.1 Edentulus Sebagian

Edentulus sebagian adalah kondisi hilangnya satu atau lebih gigi pada lengkung

gigi tetapi tidak semua gigi yang hilang dalam rongga mulut.33 Kehilangan sebagian

gigi mengakibatkan terjadinya migrasi dan rotasi dari gigi yang tersisa. Hilangnya

kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau

berputarnya gigi, karena gigi tidak lagi menempati posisi yang normal untuk

menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan makan akan mengakibatkan

kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring sulit dibersihkan, sehingga aktivitas

karies meningkat. Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya

sebagian gigi maka diperlukan pemakaian gigi tiruan.34

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

9

2.1.2.2 Edentulus Lengkap

Edentulus lengkap merupakan keadaan hilangnya seluruh gigi permanen pada

rahang atas dan rahang bawah di dalam rongga mulut.35 Edentulus terjadi pada

sepersepuluh sampai seperlima populasi di dunia, setengah dari populasi tersebut

berusia lebih dari 65 tahun. Hilangnya seluruh gigi pada rahang atas dan rahang

bawah akan memengaruhi kualitas hidup seseorang karena dapat menyebabkan

gangguan pada fungsi mastikasi, fonetik, dan estetis. Untuk menghindari dampak

kehilangan seluruh gigi, dapat dilakukan perawatan berupa pembuatan gigi tiruan

lengkap.36

2.2 Perawatan Prostodonsia

Menurut Glossary of Prosthodontic, prostodonsia adalah salah satu cabang ilmu

kedokteran gigi yang mempelajari diagnosis, rencana perawatan, rehabilitasi dan

pemeliharaan dalam rongga mulut, dengan mempertimbangkan kenyamanan,

penampilan atau estetika, dan kondisi kesehatan pasien sehubungan dengan adanya

kehilangan gigi atau kerusakan pada jaringan maksilofasial, dengan cara

menggantikannya dengan alat tiruan yang biokompatibel yaitu gigi tiruan cekat, gigi

tiruan implan, protesa maksilofasial ataupun gigi tiruan lepasan baik gigi tiruan

lengkap maupun gigi tiruan sebagian lepasan.7 Hal ini sesuai dengan filosofi

perawatan prostodonsia yaitu restore what is missing but also must preserve what is

remains (memulihkan apa yang sudah hilang sambil melestarikan apa yang masih

ada), sehingga perawatan prostodonsia yang dilakukan oleh dokter gigi tidak hanya

untuk menggantikan struktur yang hilang tetapi tetap memelihara struktur rongga

mulut yang masih ada.37

2.2.1 Perawatan Prostodonsia untuk Edentulus Sebagian

Pada pasien yang mengalami edentulus sebagian dibutuhkan suatu perawatan

rehabilitasi prostetik meliputi pembuatan gigi tiruan rahang atas maupun rahang

bawah. Terdapat beberapa perawatan prostodonsia untuk edentulus sebagian yaitu

gigi tiruan cekat, gigi tiruan sebagian lepasan, dan implan.38

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

10

2.2.1 Perawatan Prostodonsia untuk Edentulus Lengkap

Perawatan prostodonsia untuk menggantikan seluruh gigi asli yang telah hilang

yaitu gigi tiruan lengkap. Gigi tiruan ini dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien.38

2.3 Gigi Tiruan Lengkap

Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi

geligi asli dan struktur pendukungnya baik pada rahang atas maupun rahang bawah

(Gambar 1). Gigi tiruan tersebut terdiri dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis

gigi tiruan. Basis pada gigi tiruan itu memperoleh dukungan melalui kontak yang erat

dengan jaringan mulut dibawahnya.6

Terdapat tiga fungsi GTL yaitu:6

1. Estetis, gigi tiruan lengkap mengembalikan kontur wajah dan dimensi

vertikal yang hilang

2. Mastikasi, gigi tiruan lengkap mengembalikan fungsi pengunyahan dan harus

memiliki keseimbangan oklusi yang baik untuk meningkatkan stabilisasi gigi tiruan

3. Fonetik, salah satu fungsi gigi tiruan yang paling penting adalah

mengembalikan fungsi bicara pasien.

Salah satu prosedur pembuatan GTL adalah penentuan hubungan rahang.

Ketidaktepatan dalam menentukan hubungan rahang akan menyebabkan

ketidaknyamanan pada pasien.6

Gambar 1. Gigi tiruan lengkap39

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

11

2.4 Penentuan Hubungan Rahang

Menurut Glossary of Prosthodontic, hubungan rahang adalah hubungan posisi

mandibula terhadap maksila.7 Hubungan rahang dapat dilihat dalam dua arah yaitu

secara vertikal dan secara horizontal. Hubungan rahang secara vertikal adalah

dimensi vertikal yang pengukurannya dilakukan pada wajah dengan dua titik acuan,

sedangkan hubungan rahang secara horizontal adalah relasi sentrik. Pada pasien yang

sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusal, dimensi

vertikal, dan oklusi sentrik.2,6

2.5 Dimensi Vertikal Oklusi

2.5.1 Definisi Dimensi Vertikal Oklusi

Dimensi vertikal oklusi (DVO) adalah tinggi sepertiga wajah bagian bawah

yang diukur dari titik subnasion ke gnathion pada posisi interkuspasi maksimum.8

2.5.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dimensi Vertikal Oklusi

Terdapat tiga faktor yang memengaruhi DVO selama masa pertumbuhan dan

perkembangan yaitu panjang ramus, sudut gonial mandibula, dan erupsi gigi.10

2.5.2.1 Panjang Ramus

Selama ramus tumbuh dan berkembang, gigi melanjutkan proses erupsi untuk

mempertahankan oklusi. Perbedaan signifikan pada panjang ramus, berdampak pada

tinggi wajah anterior atau vertikal dimensi. Pada perkembangan ramus yang normal

atau ideal, tinggi wajah bagian tengah yang diukur dari glabella sampai dasar hidung,

seharusnya ukurannya mendekati tinggi wajah bagian bawah yang diukur dari dasar

hidung sampai ujung dagu pada pertumbuhan yang sudah selesai. Pada panjang

ramus yang berbeda, maka tinggi wajah anterior dan tampilan gigi pun akan berbeda.

Seseorang yang memiliki ramus yang pendek dengan erupsi gigi posterior yang

normal akan memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar dan open bite anterior.

Umumnya seseorang dengan ramus yang pendek memperlihatkan tinggi wajah bagian

bawah yang lebih panjang dibandingkan tinggi wajah bagian tengahnya dan tampilan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

12

gingiva yang berlebihan (Gambar 2). Seseorang yang memiliki ramus yang panjang

dan erupsi gigi posterior normal, akan memiliki bentuk wajah yang berkebalikan

dengan orang yang memiliki ramus pendek. Umumnya, orang tersebut memiliki

wajah bagian bawah yang pendek dibanding wajah bagian tengahnya, gigi bagian

maksila yang tidak terlihat seluruhnya dan tampilan wajah yang kotak (Gambar 3).10

Perbedaan panjang ramus dipengaruhi oleh faktor hormonal. Secara genetik,

laki-laki didominasi oleh hormon testosteron yang berfungsi untuk meningkatkan

kecepatan sintesis protein dalam tubuh untuk pembentukan matriks organik tulang

yang disekresikan oleh osteoblas saat proses mineralisasi tulang pada proses

pertumbuhan dan pembentukan massa tulang sehingga tulang pada laki-laki menjadi

Gambar 2. Seseorang dengan ramus pendek memperlihatkan tinggi wajah bagian

bawah yang lebih panjang dibandingkan tinggi wajah bagian tengahnya10

Gambar 3. Seseorang dengan ramus panjang memperlihatkan tinggi wajah bagian

bawah yang lebih pendek dibandingkan tinggi wajah bagian tengahnya10

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

13

lebih besar ukurannya. Sementara pada perempuan didominasi oleh hormon estrogen

yang berfungsi dalam mengatur siklus menstruasi dan reproduksi serta menstimulasi

proliferasi sel epitel kelenjar payudara, sedangkan perannya untuk proses

pertumbuhan tulang, hormon estrogen bertanggung jawab dalam penyatuan epifisis

sehingga pertumbuhan tulang akan berhenti lebih cepat pada perempuan dan

menyebabkan tulang pada perempuan ukurannya lebih kecil daripada laki-laki karena

sudah tidak terjadi pertambahan ukuran akibat sudah menutupnya epifisis. Dengan

demikian, panjang ramus pada perempuan lebih kecil daripada laki-laki.40

2.5.2.2 Sudut Gonial Mandibula

Sudut gonial seseorang juga memengaruhi vertikal dimensi anterior wajahnya.

Orang yang memiliki sudut gonial yang lancip memiliki kecenderungan bentuk wajah

seperti bentuk wajah ramus yang panjang, yaitu bentuk wajah kotak dan wajah bagian

bawah yang pendek dibanding wajah bagian tengahnya. Umumnya memiliki sudut

dataran mandibula yang datar. Orang yang memiliki sudut gonial yang tumpul

memiliki kecenderungan bentuk wajah seperti bentuk wajah ramus yang pendek,

yaitu bentuk wajah yang panjang, gigi yang terlihat jelas sampai gusi dan wajah

bagian bawah yang lebih tinggi dibanding wajah bagian tengahnya. Umumnya

dataran mandibulanya curam (Gambar 4).10

Gambar 4. Perbedaan tinggi wajah bagian bawah dan sudut dataran mandibula

karena perbedaan panjang ramus dan besar sudut gonial mandibula10

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

14

2.5.2.3 Erupsi Gigi

Pada tumbuh kembang yang normal, gigi pada maksila dan mandibula erupsi

untuk mempertahankan kontak oklusi selama pertumbuhan wajah dan kepala. Bisa

saja terjadi variasi erupsi gigi yang memengaruhi tinggi wajah bagian bawah. Pada

hubungan rahang kelas I Angle, posisi kondilus mandibula berada di sentral fossa

glenoidalis, sedangkan pada hubungan rahang kelas II Angle, posisi kondilus

mandibula lebih ke posterior dari fossa glenoidalis, dan pada hubungan rahang kelas

III Angle, posisi kondilus mandibula lebih ke anterior dari fossa glenoidalis. Hasil

penelitian Qamar dkk menunjukkan bahwa orang dengan hubungan rahang kelas II

Angle memiliki tinggi wajah yang lebih pendek dibandingkan orang dengan

hubungan rahang kelas I Angle. Hal ini disebabkan karena pada hubungan rahang

kelas II Angle, terjadi rotasi pertumbuhan mandibula berlawanan arah jarum jam

yang akan mengarahkan mandibula tumbuh ke atas sehingga tinggi wajah bawah

cenderung lebih pendek. Pada orang dengan hubungan rahang kelas III Angle

memiliki tinggi wajah yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan hubungan rahang

kelas I Angle. Hal ini disebabkan karena pada hubungan rahang kelas III Angle,

terjadi rotasi pertumbuhan mandibula searah arah jarum jam yang akan mengarahkan

mandibula tumbuh ke bawah sehingga tinggi wajah bawah cenderung lebih

tinggi.10,41

2.5.3 Metode Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi

Terdapat beberapa metode dalam menentukan dimensi vertikal oklusi, yaitu

metode mekanis, fisiologis, dan antropometri.6,14-16

2.5.3.1 Mekanis

Metode mekanis merupakan metode yang tidak memerlukan pergerakan

fungsional dan menggunakan alat mekanis yang sederhana. Metode mekanis terdiri

atas pengukuran relasi linggir, pengukuran gigi tiruan sebelumnya, dan praekstraksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

15

2.5.3.1.1 Relasi Linggir

Relasi linggir merupakan hubungan posisi antara linggir mandibula terhadap

linggir maksila. Relasi linggir dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu:

a. Jarak antara papila insisivus ke insisivus rahang bawah

Papila insisivus merupakan tanda yang stabil sehingga tidak mengalami

perubahan yang begitu besar hanya karena resorpsi linggir alveolar. Jarak papila

insisivus terhadap tepi insisal gigi insisivus sentral maksila yaitu 6 mm. Biasanya

overbite antara insisivus maksila dan mandibula adalah 2 mm. Oleh karena itu, jarak

antara papila insisivus dan insisivus mandibula kurang lebih 4 mm. Berdasarkan

penilaian ini, DVO dapat dihitung (Gambar 5).

b. Kesejajaran linggir

Mandibula sejajar terhadap maksila hanya pada saat beroklusi dan mandibula

pasien dapat disejajarkan dengan maksila. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan

DVO. Posisi ini berhubungan dengan pembukaan rahang sebesar 5⁰ pada sendi

temporomandibula yang menjadi petunjuk besarnya jarak antar rahang yang tepat.

Pada pasien yang telah melakukan ekstraksi gigi mandibula dan maksila secara

bersamaan, linggir alveolarnya akan sejajar karena panjang mahkota klinis gigi

anterior dan posterior hampir sama. Namun, metode ini tidak dapat digunakan pada

pasien yang mempunyai penyakit periodontal dan pasien yang telah kehilangan

Gambar 5. Pengukuran jarak papila insisivus ke insisivus

rahang bawah6

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

16

gigi pada interval waktu yang tidak teratur.

2.5.3.1.2 Pengukuran Gigi Tiruan Sebelumnya

Gigi tiruan milik pasien sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan DVO.

Alat ukur Boley’s gauge digunakan untuk mengukur jarak antara batas maksila dan

mandibula pada gigi tiruan dalam keadaan oklusi (Gambar 6). Pengukuran ini

digunakan untuk menentukan DVO.

2.5.3.1.3 Praekstraksi

Pencatatan sebelum pencabutan berfungsi untuk memberikan informasi DVO

pasien ketika masih memiliki gigi geligi. Terdapat berbagai cara pencatatan sebelum

pencabutan yaitu profil foto, profil siluet, profil radiografi, model artikulasi,

pengukuran wajah, metode Willis, dan face mask.

2.5.3.1.3.1 Profil Foto

Profil foto wajah saat gigi geligi masih ada atau sebelum dilakukan pencabutan

gigi dapat membantu dalam menentukan DVO. Penentuan DVO dengan profil foto

wajah diambil pada saat pasien oklusi maksimum karena pasien dapat dengan mudah

mempertahankan posisi ini selama prosedur fotografi. Profil foto wajah harus dapat

diperbesar sesuai dengan ukuran wajah sebenarnya dari pasien dan jarak antara

landmark anatomi harus dapat diukur dan dibandingkan dengan pasien untuk

Gambar 6. Pengukuran gigi tiruan

sebelumnya42

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

17

menghindari ketidaktepatan. Pencatatan sebelum pencabutan untuk menentukan DVO

ini harus dicatat sehingga dapat digunakan nantinya.

Perbesaran pada profil foto dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

berikut:

Y = b/a*x

Keterangan :

a = Jarak inter-pupillary pada profil foto

b = Jarak inter-pupillary pada pasien

x = Jarak alis – dagu pada profil foto

Y = Jarak alis – dagu pasien

2.5.3.1.3.2 Profil Siluet

Kata siluet artinya garis besar (outline). Profil siluet dapat dibuat secara akurat

dengan menggunakan karton atau kontur dengan kawat menggunakan profil foto

milik pasien. Profil siluet ini dapat digunakan sebagai template, karena siluet diambil

dari foto sebelum pencabutan gigi yang menunjukkan dimensi vertikal saat istirahat.

Ini merupakan posisi wajah pasien saat menentukan DVO. Dagu setidaknya harus

berada 2 mm di atas tingkat batas bawah dari profil siluet (Gambar 7).

Gambar 7. Profil siluet sebelum pencabutan untuk menentukan DVO6

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

18

2.5.3.1.3.3 Profil Radiografi

Radiografi sefalometri dapat digunakan untuk menentukan hubungan dimensi

vertikal oklusi. Titik referensi yang dipilih untuk menentukan DVO adalah spina

nasalis anterior (SNA), spina nasalis posterior (SNP), titik gonion (Go) dan titik

gnathion (Gn). Penentuan DVO dilakukan dengan cara mengukur sudut antara bidang

bispinal yang melalui titik SNA ke SNP dengan bidang mandibula yang melalui titik

Go ke Gn. Cara ini memiliki keterbatasan karena ketidakakuratan teknik yaitu adanya

bias dari radiasi (Gambar 8).6,14

2.5.3.1.3.4 Model Artikulasi

Dimensi vertikal ditentukan dengan menggunakan model gigi geligi yang

dipasang pada artikulator. Metode ini bisa digunakan untuk menentukan ruang

linggir yang dibutuhkan untuk gigi dan ukurannya.

2.5.3.1.3.5 Pengukuran Wajah

Pengukuran wajah dilakukan dengan memposisikan kepala pasien dengan tegak

sejajar dengan bidang frankfurt horizontal dan nyaman di kursi dental dan ditetapkan

pengukuran menggunakan dua titik yaitu dari titik subnasion ke gnathion.15 Titik

subnasion merupakan titik tengah dari dasar kolumela tempat septum hidung

Gambar 8. Metode radiografi sefalometri14

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

19

membentuk sudut dengan filtrum, sedangkan titik gnathion merupakan titik paling

inferior dan anterior pada mandibula.43 Kedua titik ini dipilih pada daerah yang tidak

mudah bergerak akibat otot ekspresi dan diukur dengan menggunakan kaliper digital,

menyentuh permukaan wajah tanpa ada tekanan (Gambar 9).15

2.5.3.1.3.6 Metode Willis

Metode ini diperkenalkan oleh Willis pada tahun 1935. Metode Willis

merupakan metode yang menunjukkan bahwa jarak dari dasar hidung ke titik

paling bawah pada mandibula yang dipotong oleh bidang median sagital adalah

sama dengan jarak dari pupil mata ke rima oris. Pengukuran pada metode ini

menggunakan alat ukur gauge Willis.

2.5.3.1.3.7 Face Mask

Sebelum pencabutan gigi, face mask dibuat dengan akrilik setelah mencetak

wajah dengan alginat. Pencetakan dilakukan pada bagian bawah wajah pasien

menggunakan alginat dalam keadaan istirahat. Cetakan dibuat menjadi sebuah plat

akrilik yang berbentuk seperti masker. Lalu, hasil cetakan dievaluasi terhadap wajah

Gambar 9. Pengukuran DVO dari titik

subnasion ke gnathion12

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

20

pasien. Pasien diminta untuk mengoklusikan gigi, lalu diobservasi jarak antara titik

plat akrilik dan tepi dagu (Gambar 10).

2.5.3.2 Fisiologis

Metode fisiologis merupakan metode yang pengukurannya menggunakan

gerakan fisiologis dari pasien. Metode fisiologis terdiri atas power point,

menggunakan wax oklusal rim, posisi istirahat fisiologis, fonetik, estetik, penelanan,

sensasi taktil atau persepsi neuromuskular, dan persepsi kenyamanan pasien.

2.5.3.2.1 Power Point

Plat metal (central bearing plate) ditempelkan pada basis pencatat rahang atas.

Bimeter ditempelkan pada basis pencatat rahang bawah. Bimeter ini mempunyai

arloji yang menunjukkan jumlah tekanan yang bekerja padanya.

Basis pencatat dimasukkan ke dalam mulut pasien dan pasien diminta untuk

menggigit basis pencatat pada derajat pembukaan rahang yang berbeda. Hasil

kekuatan gigitan ditransfer dari central bearing point ke bimeter. Kemudian dicatat

tekanannya. Nilai tertinggi tekanan disebut power point (Gambar 11).

Gambar 10. Metode face mask6

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

21

2.5.3.2.2 Wax Oklusal Rim

Jarak vertikal antar kedua rahang yang ditentukan di dalam mulut dengan

bantuan oklusal rim dan dipasang di artikulator merupakan DVO dari pasien tersebut.

Hubungan pendahuluan ini ditentukan dan dipertahankan dengan oklusal rim.

Ekspresi wajah dan estetik digunakan untuk penilaian akhir.

Prosedur:

a. Catat dimensi vertikal istirahat dan jarak antara hidung dan dagu.

b. Perkiraan DVO, kurang 2-5 mm dari dimensi vertikal istirahat. Ekspresi

wajah juga dapat digunakan sebagai panduan untuk menentukan nilai ini.

c. Permukaan oklusal pada oklusal rim rahang atas dilapisi dengan petroleum

jelly dan dimasukkan ke dalam mulut. Bubuk adesif gigi tiruan dapat digunakan

apabila retensi tidak adekuat.

d. Gulungan wax tipis dengan bentuk segitiga dilunakkan dalam water bath

dengan suhu 130°F dan diletakkan di atas oklusal rim rahang bawah dengan

puncaknya mengarah ke oklusal rim rahang atas (Gambar 12).

e. Wax yang ditambahkan dilunakkan lagi dengan torch dan oklusal rim rahang

bawah dimasukkan ke dalam mulut.

f. Pasien diminta untuk menutup mulut perlahan dan berhenti pada posisi yang

nyaman sesuai dengan rasa taktilnya. Hal ini menentukan DVO.

g. Wax dibiarkan dingin dalam mulut pasien.

h. Wax tersebut dibuang dan diartikulasikan dalam relasi sentrik.

Gambar 11. Metode power point6

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

22

2.5.3.2.3 Posisi Istirahat Fisiologis

Metode posisi istirahat fisiologis disebut juga dengan metode Niswonger.

Keterbatasan dari metode ini yaitu metode ini tidak dianggap sebagai metode yang

akurat karena memerlukan kerja sama dari pasien, dan perubahan posisi rahang dapat

terjadi selama prosedur ini.

Prosedur:

a. Pasien diminta untuk duduk tegak dengan kepala yang rileks dan mata

melihat lurus kedepan.

b. Oklusal rim yang telah dimodifikasi berdasarkan petunjuk klinis dimasukkan

dan pasien diminta menelan dan rileks.

c. Ketika pasien rileks, bibir perlahan terbuka dan terdapat ruang antar oklusal

rim. Ruang ini disebut free way space.

d. Jarak antar oklusal rim saat rahang atas dan bawah pada posisi istirahat

kurang lebih 2-4 mm.

e. Rumus “DV istirahat = DV oklusi + free way space” digunakan untuk

menghitung DVO (Gambar 13).

f. Jika free way space lebih dari 4 mm, DVO rendah dan jika kurang dari 2 mm

maka DVO terlalu tinggi.

Gambar 12. Gulungan wax6

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

23

2.5.3.2.4 Fonetik

Metode fonetik merupakan metode yang mengamati pergerakan jaringan mulut

selama berbicara dan menganalisis ucapan pasien. Maksila dan mandibula

menunjukkan karakteristik hubungan selama berbicara. Hal tersebut dapat digunakan

untuk menentukan dimensi vertikal. Salah satu metode yang umum digunakan untuk

menentukan dimensi vertikal melalui metode fonetik yaitu Silverman’s closest

speaking space.

Silverman’s closest speaking space diperkenalkan oleh Silverman. Menurutnya

jarak bicara terdekat untuk mengukur dimensi vertikal yaitu pada saat mandibula

berfungsi. Idealnya, pada saat mengucapkan huruf ch, s, dan j, insisivus mandibula

akan bergerak mendekati dan hampir menyentuh insisivus maksila. Jarak antara

insisivus mandibula dan maksila disebut Silverman’s closest speaking space. Jika

jaraknya terlalu jauh, berarti DVO terlalu kecil, sedangkan jika gigi anterior

bersentuhan serta mengunci secara bersamaan ketika suara dihasilkan kemungkinan

DVO terlalu besar (Gambar 14).

Gambar 13. a = b+c. Dimensi vertikal istirahat sama dengan penjumlahan dari

DVO+ free way space6

Gambar 14. Silverman closest speaking space6

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

24

2.5.3.2.5 Estetik

Estetik dapat digunakan untuk membantu menentukan dimensi vertikal yang

tepat. Metode estetik ini dapat dilakukan dengan pemilihan gigi dengan ukuran yang

sama dengan gigi asli dan penilaian sisa linggir resorpsi. Penentuan DVO dengan

mengamati kulit, yaitu jika dimensi vertikal terlalu tinggi, kulit pipi terlihat tertarik

dan lipatan nasolabial tidak terlihat, sudut nasolabial tinggi. Estetik dari bibir untuk

menentukan DVO yaitu kontur dan bibir yang terlihat penuh dipengaruhi oleh

ketebalan labial flange. Oklusal rim berfungsi untuk mengkontur dan mendukung

bibir. Penampilan bibir yang flat menunjukkan dukungan yang tidak adekuat pada

bibir.

2.5.3.2.6 Penelanan

Pada awal penelanan, gigi rahang atas dan rahang bawah hampir berkontak.

Faktor ini dapat digunakan sebagai panduan dalam menentukan DVO. Oklusal rim

yang berbentuk kerucut yang terbuat dari soft wax diletakkan di atas basis pencatat

rahang bawah. Basis pencatat atas dan bawah dimasukkan ke dalam mulut pasien.

Pada keadaan saliva pasien terstimulasi, pasien diminta untuk menelan. Tinggi dari

oklusal rim berkurang karena tekanan ketika rahang bawah menutup selama

penelanan. Hal tersebut memungkinkan rahang bawah mencapai ketinggian DVO.

Hasil yang diperoleh dari pengukuran ini dipengaruhi oleh lama perlakuan dan

tingkat kelunakan dari wax yang digunakan.

2.5.3.2.7 Sensasi Taktil

Sensasi taktil pasien digunakan sebagai acuan untuk menentukan DVO. Metode

ini menggunakan central bearing screw. Central bearing screw dimasukkan ke

central bearing plate. Central bearing plate dilekatkan pada oklusal rim rahang atas

dan central bearing screw dipasang pada oklusal rim rahang bawah (Gambar 15).

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

25

2.5.3.2.8 Persepsi Kenyamanan Pasien

Metode persepsi kenyamanan pasien merupakan metode yang paling mudah

dan sederhana untuk menetapkan dimensi vertikal. Basis pencatat pada oklusal rim

yang terlalu tinggi dimasukkan ke dalam mulut pasien dan wax yang berlebih

dibuang sampai pasien merasa tinggi oklusal rim sudah nyaman. Kelemahan dari

metode ini yaitu tergantung pada kekooperatifan pasien untuk menentukan dimensi

vertikal yang akurat.

2.5.4 Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi secara Antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti

manusia dan metren yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri merupakan

studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.27

Leonardo da Vinci dan McGee telah menghubungkan DVO dengan berbagai

pengukuran antropometri. Menurut mereka, DVO yang sebenarnya hampir mirip

dengan jarak dua kali panjang mata, jarak dari outer canthus ke inner canthus, tinggi

vertikal dari telinga, jarak horizontal antara pupil, dan tinggi vertikal dari hidung

(subnasion ke glabella). Pengukuran antropometri telah digunakan untuk menentukan

proporsi bagian tubuh semenjak zaman kuno, ketika pematung dan matematikawan

menggunakan golden proportion dengan nilai rasio 1.618:1.13

Dalam beberapa penelitian, antropometri panjang jari yang digunakan untuk

dibandingkan dengan DVO antara lain panjang ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari

Gambar 15. (a) Penentuan hubungan rahang menggunakan sensasi taktil; (b) Central bearing

point; (c) Central bearing plate6

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

26

manis, dan jari kelingking. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengukuran

panjang jari kelingking dianggap memenuhi kriteria sehingga dapat digunakan untuk

menentukan DVO.5

2.5.4.1 Titik Landmark Wajah

Pengukuran titik landmark wajah telah luas didiskusikan di berbagai literatur

sebagai metode untuk menentukan DVO. Majeed MI dkk (2018) melakukan

penelitian tentang antropometri pengukuran wajah dan hubungannya dengan DVO

pada subpopulasi Arab Saudi. Penelitian ini menggunakan 15 titik landmark wajah

untuk menentukan DVO, yaitu (Gambar 16):44

1. Jarak dari vertex ke trichion

2. Jarak dari trichion ke batas atas garis alis kanan

3. Jarak dari trichion ke nasion

4. Jarak dari nasion ke ala nasi

5. Jarak dari garis alis mata kanan ke ala nasi kanan

6. Jarak antara chelion kanan ke chelion kiri mengikuti lekukan mulut

7. Jarak dari outer canthus mata kanan ke komisura bibir kanan

8. Jarak dari pupil ke chelion

9. Jarak antarpupil

10. Jarak dari outer canthus ke inner canthus

11. Jarak dua kali outer canthus mata kanan ke inner canthus mata kanan

12. Jarak dua kali inner canthus mata kanan ke inner canthus mata kiri

13. Jarak antara outer canthus dan telinga

14. Panjang dari auricular

15. Jarak dari subnasion ke gnathion

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

27

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata DVO pada laki-laki adalah 69,25 ±

5,54 mm, sedangkan nilai rata-rata DVO pada perempuan adalah 57,41 ± 5,32 mm.

Hasil pengukuran 15 parameter antropometri tersebut pada laki-laki dan perempuan

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran antropometri wajah pada subpopulasi Arab Saudi oleh

Majeed MI dkk.

No. Landmark Wajah Rerata ± SD (mm)

Laki-Laki Perempuan

1. Jarak dari subnasion ke gnathion 69,25 ± 5,54 57,41 ± 5,32

2. Jarak dari vertex ke trichion 113,15 ± 12,63 85,58 ± 13,76

3. Jarak dari trichion ke batas atas garis

alis kanan 61,34 ± 8,65 61,82 ± 7,94

4. Jarak dari trichion ke nasion 65,30 ± 9,38 65,00 ± 8,50

5. Jarak dari nasion ke ala nasi 61,83 ± 4,25 63,32 ± 4,91

6. Jarak dari garis alis mata kanan ke ala nasi kanan

63,22 ± 4,30 63,10 ± 4,85

7. Jarak antara chelion kanan ke chelion

kiri mengikuti lekukan mulut 65,01 ± 5,59 62,45 ± 5,99

8. Jarak dari outer canthus mata kanan ke komisura bibir kanan

75,52 ± 4,45 70,50 ± 4,02

9. Jarak dari pupil ke chelion 64,42 ± 2,92 64,86 ± 3,78

10 Jarak antarpupil 65,87 ± 4,40 57,79 ± 4,14

11. Jarak dari outer canthus ke inner canthus

67,51 ± 4,06 57,00 ± 5,04

12. Jarak dua kali outer canthus mata

kanan ke inner canthus mata kanan 69,22 ± 5,43 49,51 ± 11,16

13. Jarak dua kali inner canthus mata

kanan ke inner canthus mata kiri 66,37 ±6,77 54,37 ± 12,13

14. Jarak antara outer canthus dan telinga 67,59 ± 4,34 68,05 ± 4,54

15. Panjang dari auricular 62,44 ± 3,50 61,82 ± 4,44

Gambar 16. Titik landmark pengukuran wajah dari 1-1544

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

28

Penelitian ini menunjukkan bahwa parameter antropometri yang mempunyai

nilai paling dekat dengan DVO pada pasien laki-laki adalah jarak dua kali outer

canthus mata kanan ke inner canthus mata kanan. Nilai DVO pada pasien perempuan

yang paling dekat dengan parameter antropometri adalah jarak horizontal antara

pupil.44

2.5.4.2 Panjang Jari Tangan

Panjang jari tangan telah luas digunakan sebagai pengukuran antropometri

dalam bidang kedokteran untuk karakterisasi individu dan perbedaan gender. Akhir-

akhir ini, panjang jari tangan telah digunakan di bidang kedokteran gigi untuk

memprediksikan DVO. Panjang jari tangan yang digunakan sebagai pengukuran

antropometri yaitu panjang ibu jari, panjang jari telunjuk, panjang jari tengah,

panjang jari manis, dan panjang jari kelingking.45

Secara umum, tangan manusia memiliki struktur anatomi yang kompleks yang

terdiri atas tulang, otot-otot, kulit, dan hubungan yang kompleks di antara ketiganya.

Tulang tangan terdiri atas tiga bagian yaitu carpal, metacarpal, dan phalangs.46 Pada

aspek palmar, terdapat tiga lipatan yaitu lipatan palmar digital, lipatan distal palmar,

dan lipatan proximal palmar (Gambar 17).47

Gambar 17. Anatomi tangan47

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

29

2.5.4.2.1 Ibu Jari

Ibu jari (Digitus I manus) merupakan jari yang hanya memiliki dua phalangs,

yaitu phalangs proksimal dan distal, sehingga ibu jari hanya memiliki satu sendi.48

Ibu jari telah digunakan untuk memprediksi DVO. Nazir S dkk (2015) meneliti

korelasi antara DVO dengan panjang jari tangan pada populasi Kashmiri. Dari hasil

penelitian tersebut diketahui nilai korelasi antara DVO dengan ibu jari yaitu 0,536

pada laki-laki dan 0,126 pada perempuan. Nilai tesebut menunjukkan adanya

hubungan antara DVO dengan ibu jari. Cara pengukuran panjang ibu jari yaitu pada

aspek palmar dari ujung ibu jari ke titik paling jauh pada lipatan palmar digital,

ketika tangan pada posisi supinasi.22

2.5.4.2.2 Jari Telunjuk

Jari telunjuk (Digitus II manus) merupakan jari kedua pada tangan. Jari

telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking memiliki tiga phalangs, yaitu

phalangs proksimal, medial, dan distal.48 Nazir S dkk (2015) melakukan penelitian

mengenai korelasi DVO dengan panjang jari tangan pada populasi Kashmiri. Hasil

penelitian menunjukkan nilai korelasi antara DVO dengan panjang jari telunjuk yaitu

0,804 (p=0,000) pada laki-laki dan 0,073 (p= 0,702) pada perempuan. Cara

pengukuran panjang jari telunjuk yaitu pada aspek palmar dari ujung jari telunjuk

ke titik paling jauh pada lipatan palmar digital, ketika tangan pada posisi

supinasi.22

2.5.4.2.3 Jari Tengah

Pada umumnya, jari tengah (Digitus III manus) merupakan jari yang paling

panjang. Jari tengah telah digunakan untuk memprediksi DVO. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Kalra D dkk (2015) mengenai korelasi antara DVO dengan panjang

jari tangan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara DVO dengan panjang jari

tengah dengan nilai korelasi 0,406 pada laki-laki dan 0,395 pada perempuan. Panjang

jari tengah diukur pada aspek palmar dari ujung jari tengah ke titik paling

jauh pada lipatan palmar digital, ketika tangan pada posisi supinasi.18

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

30

2.5.4.2.4 Jari Manis

Jari manis (Digitus IV manus) terletak di antara jari tengah dan jari kelingking.

Dalam bahasa latin jari manis disebut Digitus medicinalis (jari pengobatan), Digitus

annularis (jari cincin), dan Digitus quartus (jari keempat). Alhajj NM dkk (2016)

melakukan penelitian mengenai korelasi antara DVO dan panjang jari tangan pada

wanita dewasa Sudan. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat

hubungan antara DVO dengan panjang jari manis dengan nilai korelasi 0,183. Cara

pengukuran panjang jari manis yaitu pada aspek palmar dari ujung jari manis ke titik

paling jauh pada lipatan palmar digital, ketika tangan pada posisi supinasi.49

2.5.4.2.5 Jari Kelingking

Jari kelingking terletak paling ujung dari tangan. Anatomi jari kelingking yang

normal mempunyai carpal, metacarpal, dan tiga phalangs. Panjang jari kelingking

dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk memprediksi DVO. Leonardo da

Vinci menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara DVO dengan antropometri,

salah satunya panjang jari kelingking.5 Panjang jari kelingking dipilih karena dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Ladda R dkk (2013)13, Kalra D dkk (2015)18,

Nazir S dkk (2015)22 mengenai pengukuran DVO dengan beberapa antropometri jari

tangan, disimpulkan bahwa panjang jari kelingking mempunyai nilai korelasi yang

lebih erat dengan DVO dari antropometri jari tangan yang lain dan DVO dapat

diprediksi menggunakan panjang kelingking dengan rumus persamaan regresi. Selain

itu, terdapat hubungan antara jarak DVO dan jari tangan dilihat dari waktu selesainya

pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan struktur dentofasial

sejalan dengan pertumbuhan tulang carpal, metacarpal, dan phalangeal yang

dibuktikan dengan hand-wrist radiography.5,23

Korelasi adalah suatu nilai yang mengukur seberapa erat hubungan antara dua

variabel dan dapat diketahui arah hubungannya. Kekuatan hubungan dua variabel

antara nilai DVO menggunakan pengukuran wajah dan antropometri panjang jari

kelingking dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) yang menyatakan

derajat keeratan antar dua variabel. Keterangan interpretasi nilai r menurut Colton:50

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

31

- r = 0,00-0,25 : tidak ada hubungan/hubungan lemah

- r = 0,26-0,50 : hubungan sedang

- r = 0,51-0,75 : hubungan kuat

- r = 0,76-1,00 : hubungan sangat kuat/sempurna

Dengan mengetahui adanya korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah

dengan antropometri panjang jari kelingking, maka nilai DVO dapat diprediksi

dengan menggunakan antropometri panjang jari kelingking. Nilai DVO

menggunakan pengukuran wajah dan panjang jari kelingking digunakan sebagai data

untuk memprediksi DVO dengan panjang jari kelingking. Untuk memperoleh nilai

prediksi DVO menggunakan panjang jari kelingking digunakan analisis uji regresi

linier. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:25,40

Keterangan :

Y = Dimensi Vertikal Oklusi (DVO)

X = Panjang Jari Kelingking (PJK)

a = Konstanta regresi DVO

b = Faktor pengali panjang jari kelingking

Pada penelitian ini, panjang jari kelingking yang diukur adalah pada aspek

palmar dari ujung jari kelingking ke titik paling jauh pada lipatan palmar digital,

ketika tangan pada posisi supinasi. Panjang jari kelingking diukur dengan

menggunakan kaliper digital (Gambar 18).24

Y = a +bX

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

32

2.5.4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Panjang Jari Tangan

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi panjang jari tangan, yaitu jenis

kelamin, usia, dan ras.5,26,27

2.5.4.3.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang memengaruhi panjang jari

tangan. Perempuan cenderung memiliki jari yang lebih pendek dibandingkan laki-

laki. Penelitian yang dilakukan oleh Bhandari AJ dkk (2012) pada populasi India

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pengukuran antara panjang jari

kelingking laki-laki dan perempuan pada rentang usia 20 – 30 tahun. Laki-laki

memiliki jari tangan yang lebih panjang dari perempuan. Nilai rata-rata pengukuran

panjang jari kelingking pada laki-laki adalah 60,47 mm sedangkan pada perempuan

adalah 56,22 mm.24 Perbedaan hasil antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan

disebabkan oleh seksual dimorfisme. Seksual dimorfisme merupakan suatu

karakteristik yang dimiliki makhluk hidup, yang ditandai dengan adanya perubahan

dimensi pada sebagian jaringan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin.

Perubahan dimensi ini merujuk kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna, ketinggian,

serta paras rupa antara laki-laki dan perempuan.5

Gambar 18. Pengukuran panjang jari kelingking24

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

33

2.5.4.3.2 Usia

Pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan. Osifikasi dari tulang

tangan terus mengalami perubahan selama masa pertumbuhan. Pada laki-laki

percepatan pertumbuhan tulang tangan (adolescent growth spurt) berlangsung lebih

lama dibandingkan perempuan sehingga laki-laki cenderung memiliki panjang jari

yang lebih besar daripada perempuan. Pertumbuhan dan perkembangan dari tulang

tangan memiliki karakteristik pada setiap usia kronologisnya. Terdapat enam kategori

utama masa pembentukan tulang spesifik yang dapat memprediksi maturitas tulang,

yaitu (Gambar 19):26

1. Masa bayi

Pada bayi perempuan, masa bayi dimulai dari lahir sampai dengan usia 10

bulan, sedangkan pada laki-laki dari lahir sampai dengan usia 14 bulan. Selama masa

bayi, usia tulang tangan dapat ditentukan dari ada atau tidaknya osifikasi capitates,

hamate, dan epifisis distal jari-jari tangan. Capitate selalu muncul sedikit lebih awal

dari hamate, dan kemudian diikuti dengan munculnya epifisis.

2. Balita

Masa balita perempuan dimulai dari usia 10 bulan sampai dengan usia 2 tahun,

sedangkan pada laki-laki yaitu dari usia 14 bulan sampai dengan usia 3 tahun. Pada

tahap ini, usia tulang ditentukan dari jumlah epifisis yang dapat dikenali di phalangs

dan metacarpal.

3. Prapubertas

Prapubertas pada perempuan dimulai dari usia 2 tahun sampai dengan usia 7

tahun, sedangkan pada laki-laki dari usia 3 tahun sampai dengan usia 9 tahun.

Penilaian usia tulang berdasarkan tingkat perbedaan lebar antara epifisis yang lebih

kecil dan metafisis yang lebih besar pada middle dan distal phalangs.

4. Early and Mild Puberty

Early and mild puberty pada perempuan dimulai dari usia 7 tahun sampai

dengan usia 13 tahun, sedangkan pada laki-laki dari usia 9 tahun sampai dengan usia

14 tahun. Pada tahap ini, penilaian usia tulang sama seperti pada tahap prapubertas

dan late pubertal, yaitu berdasarkan distal dan middle phalangs.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

34

5. Late Puberty

Late puberty pada perempuan dimulai dari usia 13 tahun sampai dengan usia 15

tahun, sedangkan pada laki-laki dari usia 14 tahun sampai dengan usia 16 tahun.

Penilaian maturitas skeletal pada tahap ini berdasarkan tingkat penyatuan epifisis

pada distal phalangs.

6. Post puberty

Post puberty pada perempuan dimulai dari usia 15 tahun sampai dengan usia 17

tahun, sedangkan pada laki-laki dari usia 16 tahun sampai dengan usia 19 tahun. Pada

tahap ini, semua carpal, metacarpal, dan phalangs telah terbentuk sempurna.

Penilaian maturitas skeletal pada tahap ini berdasarkan tingkat penyatuan epifisis,

ulna dan radius. Pada tahap ini osifikasi tulang-tulang tangan seluruhnya telah selesai

dengan demikian pertumbuhan skeletal telah selesai. Oleh karena itu, usia yang

digunakan pada penelitian ini yaitu minimal usia 19 tahun.

c.

d. e. f.

Gambar 19. Pembentukan tulang tangan. a. Masa bayi, b. Masa balita, c.

Prapubertas, d. Early and mild puberty, e. Late puberty, f. Post

puberty26

b. a.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

35

2.5.4.3.3 Ras

Variasi dimensi tubuh dapat terjadi karena pengaruh ras. Antropologi mengenal

tiga klasifikasi ras di dunia, yaitu ras Negroid, Mongoloid, dan Kaukasoid. Ras

Negroid memiliki ciri-ciri fisik, yaitu pigmentasi kulit yang kuat (kulit hitam), rambut

keriting, dan mata berwarna coklat sampai hitam, sedangkan ras Kaukasoid memiliki

mata biru, berkulit putih, dan ukuran badan yang relatif besar. Ciri-ciri fisik ras

Mongoloid, yaitu berkulit sawo matang, ukuran badannya relatif sedang, berambut

hitam lurus, dan bundaran biji mata hitam.27

Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai macam ras yang secara turun temurun

membentuk variasi suku. Terdapat lebih dari 300 kelompok suku yang berbeda,

perbedaan suku ini menimbulkan pertanyaan apakah ada perbedaan antropometri

pada suku yang berbeda pula. Abeysekera dan Shahnavaz mengungkapkan bahwa

berbeda populasi berbeda pula antropometrinya, tidak menutup kemungkinan bahwa

perbedaan antropometri juga terjadi pada suku yang berbeda pula walaupun berasal

dari satu negara.27 Perbedaan antropometri dapat disebabkan karena adanya

perbedaan kebiasaan, nutrisi, dan sosial ekonomi.30 Selain itu, perbedaan sistem

kekerabatan dan pola perkawinan akan menghasilkan variasi genetik yang berbeda

secara turun-temurun. Pola perkawinan yang berbeda di dalam kelompok suku akan

menciptakan identitas baru dan khas dengan gambaran antropometri berbeda-beda.51

Menurut para ahli sejarah, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari subras

Proto Melayu dan Deutro Melayu. Suku Batak termasuk dalam subras Proto Melayu,

sedangkan suku Jawa termasuk dalam subras Deutro Melayu.27 Dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ismianti dkk (2019) mengenai studi antropometri mahasiswa

Indonesia bersuku Batak dan Jawa, didapatkan hasil adanya perbedaan panjang jari

tangan antara suku Batak dan suku Jawa. Panjang jari tangan suku Jawa memiliki

dimensi yang lebih besar daripada suku Batak.30

2.5.4.3.3.1 Suku Batak

Suku Batak adalah penduduk asli di provinsi Sumatera Utara dan termasuk ke

dalam subras Proto Melayu. Dari perbedaan dialek yang dipergunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

36

kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak secara khusus terdiri dari enam

subsuku, yaitu Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola, dan Mandailing. Setiap

subsuku Batak memiliki batas-batas wilayah kebudayaan yang jelas. Pada tahun 1961

orang Karo mendiami suatu wilayah paling utara di Sumatera Utara yang wilayahnya

meliputi daerah induk dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu,

dan sebagian kabupaten Dairi. Di sebelah selatan dan tenggara wilayah orang Karo

didiami oleh Batak Simalungun yang menempati daerah induk Simalungun,

sedangkan di sebelah barat orang Karo didiami suku Batak Pakpak menempati daerah

induk Dairi di bagian wilayah paling selatan dari propinsi Sumatera Utara merupakan

lokasi orang Batak Angkola dan Mandailing. Orang Angkola mendiami daerah induk

Angkola dan Sipirok, sedangkan suku Mandailing mendiami daerah induk

Mandailing, Ulu, Pakatan, dan bagian selatan Padang lawas. Sementara itu, wilayah

orang Batak Toba paling luas meliputi kawasan tepi danau Toba, pulau Samosir,

dataran tinggi Toba, daerah Asahan Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga.

Sejak tahun 1979 dengan diberlakukannya UU No.5 tahun 1979, wilayah orang

Batak Toba berada dalam kabupaten Tapanuli Utara, kabupaten Deli Serdang, dan

kabupaten Asahan.52

2.5.4.3.3.2 Suku Jawa

Suku Jawa merupakan kelompok suku bangsa yang terbesar di Indonesia

dengan populasi sebanyak 95,2 juta jiwa atau sekitar 40,2% dan termasuk ke dalam

subras Deutro Melayu. Suku Jawa tidak hanya tinggal di pulau Jawa, orang-orang

dari suku ini juga menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Sebagai contoh

perpindahan orang-orang Jawa dari desa ke kota, seperti dari sebuah desa di Jawa

Tengah-Jawa Timur ke Jakarta; dari desa di Jawa Tengah-Jawa Timur ke luar pulau

Jawa, seperti ke Sitiyung (Sumatera Barat), Lampung dan Deli Serdang (Sumatera

Utara).53 Oleh karena itulah suku Jawa terdapat di Sumatera Utara dan termasuk

dalam suku terbanyak ke dua di provinsi Sumatera Utara (33,41%). Suku Jawa

terdiri dari suku Jawa, Osing, Tengger, Samin, Bawean/Boyan, Naga, dan

Nagaring.29

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

37

2.5.5 Akibat Kesalahan Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi pada Gigi

Tiruan Lengkap

Penentuan DVO merupakan tahap penting dalam pembuatan GTL, karena

kesalahan dalam menentukan DVO merupakan tanda pertama dari ketidaknyamanan

pasien. Tidak jarang terjadi kesalahan pada penentuan DVO sehingga DVO dapat

menjadi lebih tinggi atau rendah dari DVO yang sebenarnya.6

2.5.5.1 Dimensi Vertikal Oklusi Terlalu Tinggi

DVO yang terlalu tinggi dapat menyebabkan meningkatnya risiko trauma

pada jaringan di bawah gigi tiruan karena hilangnya free way space yang

menyebabkan terjadinya clenching gigi geligi. GTL menjadi kurang stabil, tidak

nyaman dipakai, sakit pada mukosa dan otot terutama otot masseter dapat

dijadikan sebagai tanda DVO terlalu tinggi. Saat gigi berkontak akan menimbulkan

suara (horse sound) pada saat berbicara dan mengunyah. Estetik menjadi buruk

karena terjadi peningkatan tinggi wajah bagian bawah, otot wajah menjadi

tegang seperti otot orbicularis oris, jika terus berlanjut ada kemungkinan

berkembang menjadi gangguan sendi temporomandibula.6,54

2.5.5.2 Dimensi Vertikal Oklusi Terlalu Rendah

Ketika DVO terlalu rendah, dapat menyebabkan lipatan yang dalam pada sudut

mulut. Lipatan yang dalam di sudut mulut memungkinkan saliva untuk keluar dari

mulut, saliva cenderung terkumpul di daerah tersebut sehingga menciptakan

lingkungan yang lembab dan kondusif bagi pertumbuhan jamur atau bakteri. Hal ini

akan menyebabkan angular cheilitis. Costen syndrome dapat terjadi dengan gejala-

gejala tuli yang ringan, sering pusing, tinnitus, nyeri saat pergerakan sendi dan nyeri

bila ditekan. Gejala fungsional yang ditemukan yaitu kelelahan (fatigue) pada otot

rahang, kesulitan dalam menahan saliva di dalam mulut, dan kesulitan menelan.

Tanda-tanda estetik yang terjadi yaitu sepertiga bawah wajah lebih pendek dari

seharusnya, komisura bibir lebih luas dari seharusnya, bibir bawah protrusi, cuping

hidung terdorong ke atas dan keluar, dan ekspresi wajah lebih tua.6,54

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

38

2.6 Kerangka Teori

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Batak dan Suku Jawa

Metode Penentuan DVO

DVO

Edentulus Lengkap

Panjang Jari

Tangan

Titik Landmark Wajah

Ibu Jari

Jari Telunjuk

Jari Tengah

Jari Manis

Jari Kelingking

Akibat Kesalahan

Penentuan DVO

DVO Terlalu Tinggi

DVO Terlalu Rendah

Faktor yang Memengaruhi

Panjang Jari Tangan

Proto Melayu Deutro Melayu

Suku Batak Suku Jawa

Ras

Jenis Kelamin

Usia

Faktor yang memengaruhi DVO

Panjang Ramus

Sudut Gonial Mandibula

Erupsi Gigi

Mekanis Fisiologis Antropometri

Power Point

Wax Oklusal Rim

Posisi Istirahat Fisiologis

Fonetik

Estetik

Penelanan

Sensasi Taktil

Persepsi Kenyaman Pasien

Relasi Linggir

Pengukuran GT Sebelumnya

Praekstraksi

Pengukuran Wajah

Profil Foto

Profil Siluet

Profil Radiografi

Model Artikulasi

Face Mask

Metode Willis

Perawatan Prostodonsia

GTL

Penentuan Hubungan Rahang

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

39

2.7 Kerangka Konsep

Pengukuran Wajah

Metode Penentuan DVO

Antropometri Jari

Kelingking

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Batak dan Suku Jawa

Suku Batak Suku Jawa

Proto Melayu Deutro Melayu

Faktor yang Memengaruhi

Panjang Jari Tangan

Ras

Jenis Kelamin

Usia Sulit untuk menentukan

titik landmark wajah

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

40

2.8 Hipotesis Penelitian

Ho = Tidak ada korelasi dimensi vertikal oklusi menggunakan pengukuran

wajah dengan antropometri panjang jari kelingking pada suku Batak dan suku

Jawa.

Ha = Ada korelasi dimensi vertikal oklusi menggunakan pengukuran wajah

dengan antropometri panjang jari kelingking pada suku Batak dan suku Jawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

41

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik

dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian deskriptif

analitik adalah penelitian yang menjelaskan dan menganalisa hubungan antar

variabel. Pada penelitian ini, peneliti ingin menjelaskan ada atau tidaknya korelasi

DVO menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari kelingking

pada suku Batak dan suku Jawa. Penelitian dengan rancangan cross sectional

merupakan penelitian di mana sampel hanya diobservasi satu kali tanpa diberi

perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu

diobservasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan

pemeriksaan klinis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2020 sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang

bersuku Batak atau suku Jawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

42

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling, yaitu sampel

dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang memenuhi

kriteria penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Subjek sehat

2. Suku Batak atau suku Jawa yaitu dua generasi sebelumnya

3. Usia subjek penelitian 19-23 tahun

4. Hubungan rahang kelas I Angle

5. Memiliki minimal 28 gigi geligi yang telah erupsi sempurna

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang tidak

memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Tidak terdapat kerusakan pada wajah dan jari kelingking

2. Open bite atau deep bite

3. Anomali bentuk dan jumlah gigi

4. Gigi atrisi

5. Memakai gigi tiruan/crown/bridge

6. Memiliki kelainan sendi temporomandibula

7. Memiliki riwayat trauma maksilofasial

8. Sedang atau pernah melakukan perawatan ortodonti

9. Pernah melakukan bedah orthognathic

3.3.2.3 Jumlah Sampel Penelitian

Data yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel diperoleh dari

penelitian Rege JJ dkk (2017).11 Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus uji hipotesis beda rata-rata berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

43

n = 2s2[Z1−α/2+Z1−β]

2

(𝜇1−𝜇2)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal

s2 = Varians gabungan, sebesar 20,97

Z1-α/2 = Derivate baku alfa 5% (Zα=1,96)

Z1-β = Derivate baku beta 10% (Zβ=1,28)

𝜇1 = Estimasi rata-rata kelompok 1

𝜇2 = Estimasi rata-rata kelompok 2

Hasil perhitungan:

n = 2s2[Z1−α/2+Z1−β]

2

(𝜇1−𝜇2)2

n = 2 x 20,97[1,96+1,28]2

(58,927−54,306)2

n= 22

Berdasarkan perhitungan, dibutuhkan 22 sampel untuk masing-masing suku.

Untuk menghindari terjadinya bias maka jumlah sampel ditambahkan 10% dari

sampel yang ditentukan. Oleh karena itu, jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 24 orang suku Batak dan 24 orang suku Jawa.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Bebas

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan yang bersuku Batak dan suku Jawa dengan usia 19-23 tahun.

3.4.2 Variabel Terikat

1. Dimensi vertikal oklusi (DVO)

2. Panjang jari kelingking

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

44

3.4.3 Variabel Terkendali

1. Peneliti

2. Alat ukur

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

Kejujuran subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan

3.4.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Bebas

No. Variabel Bebas Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Mahasiswa USU

berjenis kelamin

laki-laki dan

perempuan yang

bersuku Batak

dengan usia 19-

23 tahun

Mahasiswa USU

yang bersuku

Batak (Karo,

Simalungun,

Pakpak, Toba,

Angkola, dan

Mandailing)52

minimal dua

generasi

sebelumnya (ayah,

ibu, kakek, nenek)

Kuesioner Jenis kelamin:

Laki-laki

/Perempuan

Suku: Batak

Usia : tahun

Kategorik

2. Mahasiswa USU

berjenis kelamin

laki-laki dan

perempuan yang

bersuku Jawa

dengan usia 19-

23 tahun

Mahasiswa USU

yang bersuku Jawa

(Jawa, Osing,

Tengger, Samin,

Bawean/Boyan,

Naga, Nagaring)29

minimal dua

generasi

sebelumnya (ayah,

ibu, kakek, nenek)

Kuesioner Jenis kelamin:

Laki-laki

/Perempuan

Suku: Jawa

Usia : tahun

Kategorik

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Terikat

No. Variabel

Terikat

Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Dimensi Vertikal

Oklusi

Jarak yang diukur

dari subnasion ke

gnathion

Kaliper

digital mm Numerik

2. Panjang jari

kelingking

Jarak vertikal yang

diukur pada aspek

palmar dari ujung

jari kelingking ke

Kaliper

digital mm Numerik

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

45

titik paling jauh

pada lipatan

palmar digital,

ketika tangan pada

posisi supinasi.

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Terkendali

No. Variabel

Terkendali

Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Peneliti Peneliti yang

melakukan

penelitian adalah

peneliti yang sama

- - -

2. Alat ukur Alat ukur yang

digunakan dalam

penelitian adalah

alat yang sama

- - -

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali

No. Variabel Tidak

Terkendali

Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Kejujuran subjek

penelitian dalam

menjawab

pertanyaan

Hasil jawaban

subjek penelitian

terhadap kuesioner

yang diberikan

- - -

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

1. Tiga serangkai (kaca mulut, sonde, pinset)

2. Nirbeken

3. Gunting kuku

4. Pulpen

5. Kaliper digital (Gambar 20)

Gambar 20. Kaliper digital

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

46

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Lembar pemeriksaan

2. Masker

3. Sarung tangan

4. Alkohol 70%

5. Kapas

6. Tisu

3.6 Prosedur Penelitian

A. Persiapan Penelitian

1. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap populasi yaitu

mahasiswa USU.

2. Peneliti mengurus surat ethical clearance dari Komisi Etik Bidang Kesehatan

dan izin melakukan penelitian di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

3. Subjek penelitian diperoleh melalui pengisian lembar pemeriksaan.

4. Subjek penelitian yang terpilih diberi penjelasan mengenai penelitian yang

akan dilakukan.

5. Apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka subjek

diminta untuk menandatangani informed consent.

B. Pengukuran DVO :

1. Subjek diminta untuk duduk di kursi dalam posisi tegak dan kepala lurus ke

arah depan.

2. Setelah subjek duduk dengan nyaman, pastikan garis ala nasi-tragus subjek

dipertahankan dalam posisi horizontal selama pengukuran.

3. Subjek diminta untuk mengatupkan rahang pada keadaan oklusi sentrik

sambil menelan ludah dalam keadaan mulut tertutup.

4. Peneliti berdiri di depan subjek untuk menentukan titik subnasion dan

gnathion dan ditandai dengan menggunakan pulpen tinta.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

47

5. Salah satu ujung dari kaliper digital ditempatkan di titik gnathion dengan

tepat, dan ujung lainnya ditempatkan di titik subnasion (Gambar 21).

6. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali oleh peneliti yang sama dengan

hasil pengukuran dirata-ratakan selanjutnya dicatat.

C. Pengukuran Panjang Jari Kelingking :

1. Sebelum melakukan pengukuran, kuku subjek yang panjang dipotong

terlebih dahulu.

2. Subjek diminta untuk meletakkan tangan pada posisi lurus, terlentang, dan

datar di atas meja.

3. Panjang jari kelingking diukur pada aspek palmar dari ujung jari kelingking

ke titik paling jauh pada lipatan palmar digital, ketika tangan pada posisi supinasi

(Gambar 22).

4. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali oleh peneliti yang sama, kemudian

hasil pengukuran dicatat.

Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis secara komputerisasi.

Gambar 21. Pengukuran dimensi

vertikal oklusi

Universitas Sumatera Utara

Page 64: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

48

3.7 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini meliputi:

1. Analisis deskriptif multivariat untuk melihat nilai rerata dan standar deviasi

DVO menggunakan pengukuran wajah pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa.

2. Analisis deskriptif multivariat untuk melihat nilai rerata dan standar deviasi

panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan suku Jawa.

3. Analisis korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah dengan

antropometri panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa dengan uji korelasi Pearson.

4. Uji regresi linier untuk memprediksi nilai DVO berdasarkan antropometri

panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan suku Jawa.

5. Uji One Way Anova untuk melihat perbedaan nilai prediksi DVO dengan

panjang jari kelingking

Gambar 22. Pengukuran panjang jari kelingking

Universitas Sumatera Utara

Page 65: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

49

3.8 Kerangka Operasional

Mengurus surat izin penelitian dari FKG USU dan

Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Pemeriksaan klinis subjek untuk menyesuaikan dengan

kriteria inklusi

Pengisian kuesioner untuk mengetahui subjek yang

memenuhi kriteria inklusi

Menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada

subjek penelitian

Subjek penelitian menandatangani informed consent

(Surat ketersediaan menjadi subjek penelitian)

Melakukan pengukuran DVO

Melakukan pengukuran jari kelingking

Pencatatan data

Pengolahan data

Analisis data

Universitas Sumatera Utara

Page 66: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

65

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Nilai rerata DVO menggunakan pengukuran wajah pada laki-laki adalah

64,84 mm, sedangkan pada perempuan adalah 59,13 mm. Nilai rerata DVO

menggunakan pengukuran wajah pada suku Batak adalah 61,37 mm, sedangkan pada

suku Jawa adalah 62,60 mm.

2. Nilai rerata panjang jari kelingking pada laki-laki adalah 64,85 mm,

sedangkan pada perempuan adalah 58,48 mm. Nilai rerata panjang jari kelingking

pada suku Batak adalah 61,11 mm, sedangkan pada suku Jawa adalah 62,22 mm.

3. Ada korelasi DVO menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri

panjang jari kelingking pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan suku Jawa

dengan keeratan hubungan yang sangat kuat r=0,951 (p=0,000). Nilai korelasi

berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki r=0,938 dan perempuan r= 0,883. Nilai

korelasi berdasarkan suku, yaitu suku Batak r=0,970 dan suku Jawa r= 0,937.

4. Nilai prediksi DVO menggunakan panjang jari kelingking diperoleh dari

persamaan regresi. Persamaan regresi pada laki-laki dan perempuan suku Batak dan

suku Jawa yaitu [DVO = 8,402 + 0,869 x PJK]. Berdasarkan jenis kelamin, pada laki-

laki persamaan regresinya yaitu [DVO = 8,649+ 0,867 x PJK], sedangkan pada

perempuan [DVO = 10,960 + 0,824 x PJK]. Berdasarkan suku, pada suku Batak

persamaan regresinya yaitu [DVO = 11,993 + 0,808 x PJK], sedangkan pada suku

Jawa [DVO = 4,300 + 0,937 x PJK].

Universitas Sumatera Utara

Page 67: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

66

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi DVO

menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari kelingking pada

suku lain di Indonesia.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode penentuan DVO lainnya dan

dihubungkan dengan pengukuran panjang jari kelingking.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

67

DAFTAR PUSTAKA

1. Lee DJ, Saponaro PC. Management of edentulous patients. Dent Clin N Am

2019; 63(2): 249.

2. Zahra AF, Soesetijo A, Djati FK. Perbandingan dimensi vertikal oklusal

sebelum dan setelah insersi gigi tiruan lengkap dengan metode Niswonger dan

radiografi sefalometri. J Ked Gigi Unpad 2019; 31(1): 48.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta, 2018:

209.

4. Mokodompit RI, Siagian KV, Anindita PS. Persepsi pasien pengguna gigi

tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di

Kotamobagu. J e-Gigi 2015; 3(1) : 217.

5. Chairani CN, Rahmi E. Korelasi antara dimensi vertikal oklusi dengan

panjang jari kelingking pada sub-ras Deutro Melayu. Maj Ked Gi 2016; 2(3):

157. 6. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontic ed 2. New Delhi: Jaypee Brothers,

2017: 168-76.

7. The Academy of Prosthodontic. The glossary of prosthodontic terms. J

Prosthet Dent 2017; 117 (5S): 56, 73, 90.

8. Rebibo M, Darmouni L, Jouvin J, Orthlieb JD. Vertical dimension of

occlusion: the keys to decision We may play with the VDO if we know some

game’s rules. J Stomat Occ Med 2009; 2: 148.

9. Basker RM, Davenport JC, Thomason JM. Prosthetic treatment of the

edentulous patient. 5th ed. New Delhi. India: Blackwell Publishing Ltd: 2011:

68, 150.

10. Spear FM. Approaches to vertical dimension. Advanced esthetic &

interdisciplinary dent 2006; 2(3): 2-4.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

68

11. Rege JJ, Gosavi SS, Gosavi SY, Tewary S, Kore A. Evaluation of the

correlation between the vertical dimension of occlusion and the length of the

ear, nose, and little finger: An Anthropometric Study. Int J Prosthodont Restor

Dent 2017; 7(1):1-7.

12. Miran FA, Mahmood KA. The correlation between the right little finger, eye -

ear distance and vertical dimension of occlusion among students of Faculty of

Medical Sciences in University of Sulaymani. J of Dent and Med Sciences

2015; 14(12): 49. 13. Ladda R, Bhandari AJ, Kasat VO, Angadi GS. A new technique to determine

vertical dimension of occlusion from anthropometric measurements of

fingers. Indian J Dent Res 2013; 24(3): 316-8. 14. Nurung M, Dharmautama M, Jubhari EH, Erwansyah E. Perbandingan antara

teknik two dot dengan analisis sefalometri pada pengukuran dimensi vertikal

oklusi. J Dentofasial 2014; 13(3): 142.

15. Amiruddin M, Thalib B. Vertical dimension measurement directly on the face

and indirectly by cephalometric analysis. Makassar Dent J 2019; 8(1): 28. 16. Prakash V, Gupta R. Concise prosthodontics. ed 2.New Delhi: Elsevier, 2017:

105-10.

17. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Mericske-Stern R.

Prosthodontic treatment for edentulous patient: complete dentures and implant

supported prostheses 13th ed. St Louis, MO: Mosby; 2013. 190-2.

18. Kalra D, Kalra A, Goel S. Determination of vertical dimension of occlusion

from anthropometric measurements of fingers. J of Enhanced Res in Med &

Dent Care 2015; 2(2): 10-4.

19. Pereira DPL, Thais S. Techniques to determine vertical dimension of

occlusion: A literature review. https://epostersonline.com/aps2017/node/169

24 Desember 2019.

20. Basnet BB, Parajuli PK, Singh RK, Suwal P, Shrestha P, Baral D. An

anthropometric study to evaluate the correlation between the occlusal vertical

Universitas Sumatera Utara

Page 70: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

69

dimension and length of the thumb. Clin Cosmetic Investigational Dent 2015;

7: 33-9.

21. Majeed MI, Malik A, Afzal M. Determination of occlusal vertical dimension

by correlating hand, thumb and index finger length with craniofacial

measurement. Med Forum 2015; 26(2): 8-10. 22. Nazir S, Zargar NM, Khurshaid SZ, Shah AF, Naz F, Malik M. Correlation

between vertical dimension of occlusion and finger length in Kashmiri

population. J Orofac Res 2015;5(2):37-9.

23. Sidlauskas A, Zilinskaite L, Svalkauskiene V. Mandibular pubertal growth

spurt prediction. Part one: Method based on the hand-wrist radiographs. Stom,

Baltic Dent Maxillofacial J 2005; 7(1):16-20.

24. Bhandari AJ, Ladda R, Bhandari AJ. Correlation between vertical dimension

of occlusion and length of little finger. Pravara Med Rev 2012; 4(4): 10-4.

25. Ginting R, Abidin T, Dennis D, Saragih E. Convertion values of vertical

dimension occlusion height to length of right hand fingers among Batak Toba

ethnic. J of Dent and Med Sciences 2016; 15 (16): 40-6.

26. Gilsanz V, Ratib O. Hand bone age : A digital atlas of skeletal maturity.

Berlin: Springer, 2005: 9-17.

27. Zetli S, Fajrah N, Paramita M. Perbandingan data antropometri berdasarkan

suku di Indonesia. J Rekayasa Sistem Industri 2019; 5(1): 24.

28. Rivani R, Syukriani Y, Rusman AA, Linasari D. Perbandingan indeks sefalik

antara populasi Batak dan populasi Sunda di Bandung. In: Proceeding Annual

Scientific Meeting. Pekanbaru, 2017: 245–51.

29. Badan Pusat Statistik. ewarganegaraan, suku bangsa, agama dan bahasa

sehari-hari penduduk indonesia hasil sensus penduduk 2010. Jakarta, 2011:

36-41.

30. Ismianti, Herianto, Ardiyanto A. Studi antropometri mahasiswa Indonesia

bersuku Batak dan Jawa. J Ergonomi Ind 2019; 5(2): 48-55.

31. The Merriam Webster Dictionary. Edentulous. https://www.merriam-

webster.com/ditionary/edentulous 17 Januari 2020.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

70

32. Anshary MF, Arya CIW. Gambaran pola kehilangan gigi sebagian pada

masyarakat Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar. Dent J Ked Gi 2014;

2(2): 139.

33. Jeyapalan V, Krishnan CS. Partial edentulism and its correlation to age,

gender, socio-economic status and incidence of various Kennedy’s classess: A

literature review. J of Clin and Diagnostic Res 2015; 9(6): 14.

34. Siagian KV. Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut. J e-Clin 2016;

4(1): 1-6.

35. Nagaraj E, Mankami N, Madalli P, Astekar D. Socioeconomic factors and

complete edentulism in North Karnataka population. J Indian Prosthodont Soc

2014;14(1):24-8.

36. Sipayung NV, Nasution ID. Hubungan bentuk lengkung rahang dan wajah

berdasarkan jenis kelamin pada pasien edentulus penuh. J Ked Gi Unpad

2019; 31(2): 129

37. Carr AB, Brown DT. McCraken’s removable partial prosthodontic. 13th ed.

Elsevier: St Louis, 2016: 188.

38. Wahjuni S, Mandanie SA. Pembuatan protesa kombinasi dengan castable

extracoronal attachments (Prosedur laboratorium). J of Vocational Health

Studies 2017; 1(2): 75-7.

39. Richards D. Limited available evidence suggests that a one step impression

techniques is sufficient for the majority of edentulous patient.

https://www.nationalelfservice.net/publication-types/systematic-review/ 17

Januari 2020.

40. Ginting R, Simbolon DLH. Correlation of the vertical dimension of occlusion

with five distances between facial landmarks among those of Batak Toba

ethnicity. Maj Ked Gi 2020; 53(1): 30-5. 41. Ifwandi, Rahmayani L, Maylanda A. Proporsi tinggi wajah pada relasi molar

klas I dan klas II divisi 2 Angle mahasiswa fakultas kedokteran gigi

Universitas Syiah Kuala. J Syiah Kuala Dent Soc 2016; 1(2): 153-60.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

71

42. Norton K. Vertical jaw relation in complete denture.

https://www.slideshare.net/ mobile/ Kelly Norton4/ vertical- jaw- relation- in

complete-dentures-kelly/ 29 Februari 2020.

43. Fawehinmi HB, Ligha AE. Subnasale to gnathion distance and nasal index of

children with homozygous sickle cell disease in Port-Harcourt. Eur J Gen

Med 2010; 7(2): 199.

44. Majeed MI, Haralur SB, Khan MF, Al Ahmari MA, Al Shahrani NF, Shaik S.

An anthropometric study of cranio-facial measurements and their correlation

with vertical dimension of occlusion among Saudi Arabian subpopulations

2018: 1-6.

45. Alhajj MN, Khalifa N, Anduo J, Amran AG, Ismail IA. Determination of

occlusal vertical dimension for complete dentures patients: an updated review

2017; 44(11): 905.

46. Rhee T, Neumann U, Lewis JP. Human hand modeling from surface anatomy

2013: 3.

47. Henley N. Hand surface anatomy-language of hand and arm surgery series.

https://www.noelhenley.com/228/hand-surface-anatomy/ 23 Januari 2020.

48. American Society for Aurgery of the Hand. Finger joints.

https://handcare.assh.org/Anatomy/Joints 17 Desember 2019.

49. Alhajj MN, Musaad NJ, Ismail IA. Correlation between finger length and

occlusal vertical dimension in adult Sudanese women. Bull Tokyo Dent Coll

2016; 57(4): 215-20.

50. Sabri L, Hastono SP. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014: 157-

65.

51. Al-Jassim NH, Fathallah ZF, Abdullah NM. Anthropometric measurements of

human face in Basrah. Bas J Surg 2014 : 29-40.

52. Sugiyarto. Menyimak (kembali) integrasi budaya di tanah Batak Toba. J

Ilmiah Kajian Antropologi 2017; 1(1): 35.

53. Darmoko. Budaya Jawa dalam diaspora: Tinjauan pada masyarakat Jawa di

Suriname. J Ikad Budi 2016; 5(12):2.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

72

54. Wirahadikusumah A. Analisis foto digital untuk memprediksi dimensi

vertikal fisiologis. Tesis: Jakarta: Universitas Indonesia, 2012: 7-8.

55. Fernandez E, Jaramillo P, Gonzalez H, Nakouzi J, Padilla T. Occlusal vertical

dimension by anthropometry of fingers validation of Ladda’s anthropometric

method. Rev Clin Periodoncia Implantol Rehabil Oral 2017; 10(3): 149-52. 56. Puspitasari L. Dimorfisme seksual berdasarkan ukuran mesiodistal gigi pada

sampel etnis Jawa dan Tionghoa. Surabaya: Universitas Airlangga, 2017: 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara

Page 75: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 2

Universitas Sumatera Utara

Page 76: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara

Page 77: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 4

Universitas Sumatera Utara

Page 78: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Yth, Saudara/i

Saya Nabila Az-zahra, mahasiswa FKG USU yang sedang menjalani penelitian

di Departemen Prostodonsia FKG USU sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan

Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “Korelasi

Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Batak dan Suku Jawa”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengukuran dari panjang jari

kelingking bisa digunakan sebagai metode alternatif dalam pengukuran dimensi

vertikal oklusi (DVO). Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi

DVO menggunakan pengukuran wajah dengan antropometri panjang jari kelingking.

Saudara/i akan diberikan lembar identitas diri yang dapat diisi sesuai dengan

identitas. Kemudian Saudara/i akan diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Setelah itu, peneliti akan

melakukan pemeriksaan untuk memperoleh subjek penelitian sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Saudara/i yang terpilih menjadi subjek penelitian,

diinstruksikan untuk duduk di kursi dengan posisi tegak. Kemudian dilakukan

pengukuran dimensi vertikal oklusi sebanyak tiga kali, serta pengukuran panjang jari

kelingking sebanyak tiga kali dengan menggunakan kaliper digital. Penelitian ini

membutuhkan 48 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-

masing subjek sekitar ± 10 menit. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti

dan pada penelitian ini Saudara/i tidak akan dikenakan biaya (gratis) serta tidak

mengurangi pelayanan kesehatan yang akan Saudara/i terima dan saya akan

memberikan tanda terima kasih kepada Saudara/i atas kesediaannya menjadi subjek

dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Pada kesempatan ini, saya ingin Saudara/i mengetahui dan memahami tujuan

serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa,

dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Saudara/i

bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian dan saya percaya bahwa

partisipasi ini bermanfaat bagi Saudara/i. Jika Saudara/i bersedia, Surat Pernyataan

Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir di lembar berikutnya yang dapat

Saudara/i tandatangani dan kembalikan kepada saya. Perlu diketahui bahwa surat

kesediaan tersebut tidak mengikat sehingga Saudara/i dapat mengundurkan diri dari

penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Apabila ada hal yang

ingin ditanyakan pada peneliti, Saudara/i dapat menghubungi saya pada nomor di

bawah ini :

Nama : Nabila Az-zahra

Nomor HP : 089677636671

Demikian penjelasan mengenai penelitian ini saya sampaikan. Semoga

informasi yang saya berikan dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Nabila Az-zahra

Universitas Sumatera Utara

Page 80: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan telah memahami akan

apa yang dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Batak dan Suku Jawa”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini pada masa

pandemi Covid-19.

Medan,

Yang menyetujui,

Subjek Penelitian

( )

Universitas Sumatera Utara

Page 81: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 7

LEMBAR PEMERIKSAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN

PENGUKURAN WAJAH DENGAN ANTROPOMETRI PANJANG JARI

KELINGKING PADA SUKU BATAK DAN SUKU JAWA

Nama Pemeriksa : No. Kartu :

Tanggal Pemeriksaan :

1. DATA UMUM

1. Identitas Responden

1. Nama :

2. NIM :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin :

5. Alamat :

6. No.Telp/HP :

7. Suku (2 generasi) :

2. PEMERIKSAAN KLINIS

2.1 Pemeriksaan Intra Oral

1. Relasi rahang Klas I Angle

Ya Tidak

2. Memiliki minimal 28 gigi yang telah erupsi sempurna

Ya Tidak

3. Oklusi

Normal Openbite Deepbite

4. Anomali bentuk dan jumlah gigi

Ada Tidak Ada

Universitas Sumatera Utara

Page 82: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

5. Gigi atrisi

Ada Tidak Ada

6. Memakai gigi palsu/crown/bridge

Ya Tidak

7. Sedang atau pernah melakukan perawatan ortodonti

Ya Tidak

2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral

1. Deformitas pada wajah

Ada Tidak ada

2. Kelainan sendi temporomandibular

Ada Tidak ada

3. Riwayat trauma maksilofasial

Ada Tidak ada

4. Pernah melakukan bedah orthognathic

Ada Tidak ada

2.3 Pemeriksaan Jari Kelingking

Deformitas pada jari kelingking

Ada Tidak ada

Kesimpulan Hasil Pemeriksaan :

Memenuhi kriteria

Tidak memenuhi kriteria

3. HASIL PENGUKURAN

3.1 PENGUKURAN DVO (mm)

Hasil pengukuran I :

Hasil pengukuran II :

Hasil pengukuran III :

Rata-rata hasil pengukuran :

Universitas Sumatera Utara

Page 83: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

3.2 PENGUKURAN PANJANG JARI KELINGKING (mm)

Hasil pengukuran I :

Hasil pengukuran II :

Hasil pengukuran III :

Rata-rata hasil pengukuran :

Universitas Sumatera Utara

Page 84: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 8

Universitas Sumatera Utara

Page 85: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 9

HASIL PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN

PENGUKURAN WAJAH DAN PANJANG JARI KELINGKING

No. Suku Jenis Kelamin Usia (tahun) DVO (mm) PJK (mm)

1 Batak Laki-Laki 21 66,32 67,06

2 Batak Laki-Laki 21 65,82 69,48

3 Batak Laki-Laki 21 63,79 64,40

4 Batak Laki-Laki 22 60,83 61,20

5 Batak Laki-Laki 21 63,2 62,49

6 Batak Laki-Laki 22 63,64 64,4

7 Batak Laki-Laki 22 64,67 65,03

8 Batak Laki-Laki 22 64,70 64,35

9 Batak Laki-Laki 22 60,98 58,75

10 Batak Laki-Laki 22 70,00 70,19

11 Batak Laki-Laki 21 61,06 61,17

12 Batak Laki-Laki 23 64,26 63,83

13 Batak Perempuan 21 54,93 53,28

14 Batak Perempuan 22 59,86 59,44

15 Batak Perempuan 22 56,53 54,61

16 Batak Perempuan 22 57,55 55,48

17 Batak Perempuan 21 59,84 57,23

18 Batak Perempuan 22 54,86 54,53

19 Batak Perempuan 21 59,58 58,32

20 Batak Perempuan 21 63,03 64,02

21 Batak Perempuan 20 56,82 57,29

22 Batak Perempuan 21 66,23 66,03

23 Batak Perempuan 22 55,78 54,53

24 Batak Perempuan 20 58,6 59,58

25 Jawa Laki-Laki 19 69,39 68,13

26 Jawa Laki-Laki 22 71,40 71,56

27 Jawa Laki-Laki 21 64,32 63,3

28 Jawa Laki-Laki 21 63,00 63,47

29 Jawa Laki-Laki 23 65,02 64,69

30 Jawa Laki-Laki 21 64,98 64,97

31 Jawa Laki-Laki 20 64,11 64,16

32 Jawa Laki-Laki 20 63,87 63,26

33 Jawa Laki-Laki 19 65,52 64,63

Universitas Sumatera Utara

Page 86: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

34 Jawa Laki-Laki 22 69,71 69,35

35 Jawa Laki-Laki 22 61,83 62,70

36 Jawa Laki-Laki 22 63,76 63,75

37 Jawa Perempuan 20 62,84 60,72

38 Jawa Perempuan 21 55,06 53,04

39 Jawa Perempuan 21 64,09 64,70

40 Jawa Perempuan 22 61,73 58,24

41 Jawa Perempuan 21 58,49 58,43

42 Jawa Perempuan 21 56,66 55,79

43 Jawa Perempuan 21 63,19 62,14

44 Jawa Perempuan 22 59,05 58,56

45 Jawa Perempuan 22 63,20 61,39

46 Jawa Perempuan 21 60,41 60,73

47 Jawa Perempuan 21 55,40 55,03

48 Jawa Perempuan 19 55,36 60,52

Universitas Sumatera Utara

Page 87: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 10

Nilai Prediksi DVO Menggunakan Panjang Jari Kelingking

No. Suku Jenis

Kelamin

PJK

(mm) Persamaan Regresi

Nilai

Prediksi

(mm)

1 Batak Laki-Laki 67,06

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 66,68

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 66,79

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 66,18

2 Batak Laki-Laki 69,48

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 68,78

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 68,89

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 68,13

3 Batak Laki-Laki 64,40

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,37

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,48

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 64,03

4 Batak Laki-Laki 61,20

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 61,58

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 61,71

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 61,44

5 Batak Laki-Laki 62,49

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 62,71

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 62,83

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 62,48

6 Batak Laki-Laki 64,4

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,37

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,48

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 64,03

7 Batak Laki-Laki 65,03 Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,91

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 65,03

Universitas Sumatera Utara

Page 88: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 64,54

8 Batak Laki-Laki 64,35

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,32

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,44

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 63,99

9 Batak Laki-Laki 58,75

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 59,46

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 59,59

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 59,46

10 Batak Laki-Laki 70,19

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 69,40

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 69,50

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 68,71

11 Batak Laki-Laki 61,17

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 61,56

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 61,68

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 61,42

12 Batak Laki-Laki 63,83

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 63,87

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 63,99

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 63,57

13 Batak Perempuan 53,28

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 54,70

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 54,86

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 55,04

14 Batak Perempuan 59,44

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 60,06

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 59,94

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 60,02

15 Batak Perempuan 54,61

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 55,86

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 55,96

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 56,12

16 Batak Perempuan 55,48 Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 56,61

Universitas Sumatera Utara

Page 89: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 56,68

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 56,82

17 Batak Perempuan 57,23

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 58,13

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 58,12

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 58,23

18 Batak Perempuan 54,53

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 55,79

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 55,89

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 56,05

19 Batak Perempuan 58,32

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 59,08

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 59,02

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 59,12

20 Batak Perempuan 64,02

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,04

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 63,71

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 63,72

21 Batak Perempuan 57,29

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 58,19

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 58,17

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 58,28

22 Batak Perempuan 66,03

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 65,78

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 65,37

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 65,35

23 Batak Perempuan 54,53

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 55,79

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 55,89

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 56,05

24 Batak Perempuan 59,58

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 60,18

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 60,05

Batak DVO = 11,993 + 0,808 x PJK 60,13

Universitas Sumatera Utara

Page 90: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

25 Jawa Laki-Laki 68,13

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 67,61

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 67,72

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 68,14

26 Jawa Laki-Laki 71,56

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 70,59

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 70,69

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 71,35

27 Jawa Laki-Laki 63,3

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 63,41

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 63,53

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 63,61

28 Jawa Laki-Laki 63,47

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 63,56

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 63,68

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 63,77

29 Jawa Laki-Laki 64,69

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,62

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,74

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 64,91

30 Jawa Laki-Laki 64,97

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,86

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,98

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 65,18

31 Jawa Laki-Laki 64,16

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,16

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,28

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 64,42

32 Jawa Laki-Laki 63,26

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 63,37

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 63,50

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 63,57

33 Jawa Laki-Laki 64,63 Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,57

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 64,68

Universitas Sumatera Utara

Page 91: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 64,86

34 Jawa Laki-Laki 69,35

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 68,67

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 68,78

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 69,28

35 Jawa Laki-Laki 62,70

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 62,89

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 63,01

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 63,05

36 Jawa Laki-Laki 63,75

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 63,80

Laki-Laki DVO = 8,649 + 0,867 x PJK 63,92

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 64,03

37 Jawa Perempuan 60,72

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 61,17

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 60,99

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 61,19

38 Jawa Perempuan 53,04

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 54,49

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 54,66

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 54,00

39 Jawa Perempuan 64,70

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 64,63

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 64,27

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 64,92

40 Jawa Perempuan 58,24

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 59,01

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 58,95

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 58,87

41 Jawa Perempuan 58,43

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 59,18

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 59,11

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 59,05

42 Jawa Perempuan 55,79 Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 56,88

Universitas Sumatera Utara

Page 92: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 56,93

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 56,58

43 Jawa Perempuan 62,14

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 62,40

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 62,16

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 62,53

44 Jawa Perempuan 58,56

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 59,29

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 59,21

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 59,17

45 Jawa Perempuan 61,39

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 61,75

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 61,55

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 61,82

46 Jawa Perempuan 60,73

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 61,18

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 61,00

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 61,20

47 Jawa Perempuan 55,03

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 56,22

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 56,30

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 55,86

48 Jawa Perempuan 60,52

Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Jawa DVO = 8,402 + 0,869 x PJK 60,99

Perempuan DVO = 10,960 + 0,824 x PJK 60,83

Jawa DVO = 4,300 + 0,937 x PJK 61,01

Universitas Sumatera Utara

Page 93: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Lampiran 11

Nilai Rerata DVO dan PJK pada Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan

Suku Jawa

Descriptive Statistics

Suku Jenis Kelamin Mean Std. Deviation N

DVO Batak Laki-Laki 64.1058 2.59709 12

Perempuan 58.6342 3.38282 12

Total 61.3700 4.06312 24

Jawa Laki-Laki 65.5758 2.96688 12

Perempuan 59.6233 3.41254 12

Total 62.5996 4.36149 24

Total Laki-Laki 64.8408 2.82831 24

Perempuan 59.1288 3.36121 24

Total 61.9848 4.21590 48

PJK Batak Laki-Laki 64.3625 3.34877 12

Perempuan 57.8617 3.93659 12

Total 61.1121 4.87846 24

Jawa Laki-Laki 65.3308 2.80406 12

Perempuan 59.1075 3.28727 12

Total 62.2192 4.36257 24

Total Laki-Laki 64.8467 3.06078 24

Perempuan 58.4846 3.60340 24

Total 61.6656 4.61226 48

Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Jenis Kelamin

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DVO Laki-Laki .183 24 .037 .903 24 .052

Perempuan .129 24 .200* .933 24 .114

PJK Laki-Laki .226 24 .003 .933 24 .116

Perempuan .106 24 .200* .963 24 .494

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Tests of Normality

Suku

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DVO Batak .117 24 .200* .967 24 .594

Jawa .147 24 .194 .944 24 .200

PJK Batak .128 24 .200* .960 24 .429

Jawa .139 24 .200* .975 24 .790

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Laki-Laki dan Perempuan Suku

Batak dan Suku Jawa

Correlations

DVO PJK

DVO

Pearson Correlation 1 .951**

Sig. (2-tailed) .000

N 48 48

PJK

Pearson Correlation .951** 1

Sig. (2-tailed) .000 N 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Laki-Laki

Correlations

DVO PJK

DVO Pearson Correlation 1 .938**

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

PJK Pearson Correlation .938** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara

Page 95: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Perempuan

Correlations

DVO PJK

DVO Pearson Correlation 1 .883**

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

PJK Pearson Correlation .883** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Batak

Correlations

DVO PJK

DVO Pearson Correlation 1 .970**

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

PJK Pearson Correlation .970** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi Dimensi Vertikal Oklusi Menggunakan Pengukuran Wajah dengan

Antropometri Panjang Jari Kelingking pada Suku Jawa

Correlations

DVO PJK

DVO Pearson Correlation 1 .937**

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

PJK Pearson Correlation .937** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara

Page 96: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Persamaan Regresi Laki-Laki dan Perempuan Suku Batak dan Suku Jawa

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.402 2.587 3.248 .002

PJK .869 .042 .951 20.773 .000

a. Dependent Variable: DVO

Universitas Sumatera Utara

Page 97: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Persamaan Regresi Laki-Laki

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.649 4.441 1.947 .064

PJK .867 .068 .938 12.665 .000

a. Dependent Variable: DVO

Universitas Sumatera Utara

Page 98: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Persamaan Regresi Perempuan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.960 5.470 2.004 .058

PJK .824 .093 .883 8.822 .000

a. Dependent Variable: DVO

Universitas Sumatera Utara

Page 99: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Persamaan Regresi Suku Batak

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.993 2.641 4.541 .000

PJK .808 .043 .970 18.753 .000

a. Dependent Variable: DVO

Universitas Sumatera Utara

Page 100: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Persamaan Regresi Suku Jawa

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.300 4.635 .928 .364

PJK .937 .074 .937 12.607 .000

a. Dependent Variable: DVO

Universitas Sumatera Utara

Page 101: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Uji One Way Anova

Laki-Laki Suku Batak

Tests of Normality

Panjang Jari Kelingking

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Prediksi

Keseluruhan .172 12 .200* .956 12 .723

Laki-Laki .171 12 .200* .956 12 .720

Batak .171 12 .200* .956 12 .725

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Prediksi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.023 2 33 .977

ANOVA

Nilai Prediksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.325 2 .662 .082 .921

Within Groups 266.428 33 8.074 Total 267.752 35

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Prediksi Tukey HSD

(I) Panjang Jari Kelingking

(J) Panjang Jari Kelingking

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Keseluruhan Laki-Laki -.11667 1.16000 .994 -2.9631 2.7297

Batak .33583 1.16000 .955 -2.5106 3.1822

Laki-Laki Keseluruhan .11667 1.16000 .994 -2.7297 2.9631 Batak .45250 1.16000 .920 -2.3939 3.2989

Batak Keseluruhan -.33583 1.16000 .955 -3.1822 2.5106

Laki-Laki -.45250 1.16000 .920 -3.2989 2.3939

Universitas Sumatera Utara

Page 102: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Laki-Laki Suku Jawa

Tests of Normality

Panjang Jari Kelingking

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Prediksi

Keseluruhan .258 12 .027 .866 12 .058

Laki-Laki .258 12 .027 .866 12 .058

Jawa .258 12 .027 .866 12 .058

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Prediksi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.042 2 33 .959

ANOVA

Nilai Prediksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .709 2 .354 .057 .945

Within Groups 206.326 33 6.252 Total 207.035 35

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Prediksi Tukey HSD

(I) Panjang Jari Kelingking

(J) Panjang Jari Kelingking

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Keseluruhan Laki-Laki -.11667 1.02081 .993 -2.6215 2.3882

Jawa -.33833 1.02081 .941 -2.8432 2.1665

Laki-Laki Keseluruhan .11667 1.02081 .993 -2.3882 2.6215 Jawa -.22167 1.02081 .974 -2.7265 2.2832

Jawa Keseluruhan .33833 1.02081 .941 -2.1665 2.8432

Laki-Laki .22167 1.02081 .974 -2.2832 2.7265

Universitas Sumatera Utara

Page 103: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Perempuan Suku Batak

Tests of Normality

Panjang Jari Kelingking

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Prediksi

Keseluruhan .164 12 .200* .895 12 .137

Perempuan .165 12 .200* .895 12 .138

Batak .165 12 .200* .895 12 .137

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Prediksi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.028 2 33 .972

ANOVA

Nilai Prediksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .068 2 .034 .003 .997

Within Groups 355.919 33 10.785 Total 355.987 35

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Prediksi Tukey HSD

(I) Panjang Jari Kelingking

(J) Panjang Jari Kelingking

Mean Difference

(I-J)

Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Keseluruhan Perempuan .04583 1.34074 .999 -3.2441 3.3357

Batak -.06000 1.34074 .999 -3.3499 3.2299

Perempuan Keseluruhan -.04583 1.34074 .999 -3.3357 3.2441 Batak -.10583 1.34074 .997 -3.3957 3.1841

Batak Keseluruhan .06000 1.34074 .999 -3.2299 3.3499

Perempuan .10583 1.34074 .997 -3.1841 3.3957

Universitas Sumatera Utara

Page 104: KORELASI DIMENSI VERTIKAL OKLUSI MENGGUNAKAN PENGUKURAN ...

Perempuan Suku Jawa

Tests of Normality

Panjang Jari Kelingking

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Prediksi

Keseluruhan .166 12 .200* .968 12 .891

Perempuan .167 12 .200* .968 12 .889

Jawa .167 12 .200* .968 12 .891

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Prediksi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.096 2 33 .908

ANOVA

Nilai Prediksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .071 2 .035 .004 .996

Within Groups 274.938 33 8.331 Total 275.009 35

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Prediksi Tukey HSD

(I) Panjang Jari Kelingking

(J) Panjang Jari Kelingking

Mean Difference (I-

J)

Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Keseluruhan Perempuan .10250 1.17838 .996 -2.7890 2.9940

Jawa .08250 1.17838 .997 -2.8090 2.9740

Perempuan Keseluruhan -.10250 1.17838 .996 -2.9940 2.7890 Jawa -.02000 1.17838 1.000 -2.9115 2.8715

Jawa Keseluruhan -.08250 1.17838 .997 -2.9740 2.8090

Perempuan .02000 1.17838 1.000 -2.8715 2.9115

Universitas Sumatera Utara