KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN...

114
i KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd I) Oleh SAPARUDIN 12110003 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Transcript of KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN...

i

KORELASI ANTARA

INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN

KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI

PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KAB. SEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd I)

Oleh

SAPARUDIN

12110003

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

ii

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected]

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelahdikoreksidandiperbaiki, makaskripsisaudara:

Nama : Saparudin

NIM : 121 10 003

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT

TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

SANTRIWAN SANTRIWATI DI PONDOK

PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KAB.

SEMARANG TAHUN 2015

Telah kami setujuiuntukdimunaqosahkan.

iv

KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI

PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015

DISUSUN OLEH

NAMA SAPARUDIN

NIM 12110003

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tangal 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

v

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected]

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Saparudin

NIM : 121 10 003

Fakultas : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karyasaya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuanorang lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kodeetik ilmiah.

vi

MOTTO

Artinya yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram (Q.S ARa‟d 28).

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Supriyanto dan ibu Tukini tercinta yang telah memeberikan dukungan serta

do‟a tiap malam yang tak pernah putus, aku berjanji akan menjadi anak yang

berbakti kepadamu.

2. Buat kakak ku tercinta (M Syukroni) untuk bersegeralah menikah dan menjadi

keluarga yang mawadah warrohmah

3. Buat adeku tersayang (Abdul Rozaq) semoga diberikan kelancaran dan

kemudahan dalam setiap aktivitasnya.

4. Teruntuk seseorang yang kelak menjadi pendamping dalam hidupku

5. Buat temen seperjuangan yang tak dapat kusebut satu-persatu, kalian semua adalah

inspirasi dalam hidupku.

6. Buat nenek ku tersayang yang telah pulang ke rarmutullah semoga amal ibadahnya

diterima di sisi Allah SWT.

7. Buat keluarga semua yang ada di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Papua

dan Sumatra trimakasih atas do‟annya dan semoga sehat selalu semuanya.

8. Keluarga kecil KKN POSKO 45 Duwaan Jumoyo Salam yakni (Ihsan, Hanif, Ifa,

Ratna, Wulan, Aufa, Alfi) lanjutkan perjuangan kalian semua, semoga berhasil.

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahman rahmat,

taufiq, hidayah, memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa zaman jahiliyyah menuju zaman islamiyyah dan semoga kelak di hari

akhir kita mendapatkan syafaatnya, Amin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Skripsi ini berjudul “Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahajud Dengan Kecerdasan

Emosional Santriwan Santriwati Di Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kabupaten

Semarang Tahun 2015 ”.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa

dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, motivasi serta do‟a sehingga

skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi,M.Pd. selaku DekannFakultas Tarbiyah IAIN Salatiga.

3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua JurusanStudi Pendidikan Agama Islam (PAI)

IAIN SALATIGA.

4. Bapak Dr. Zakiyuddin M.Ag selaku dosen pembimbing Akademik.

5. Ibu Muna Erawati S.Psi., M.Si yang telah membimbing dan memberikan pengarahan

sampai selesai dalam penulisan skripsi.

ix

6. Semua bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal

pengetahuan pelayanan pada penulis.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Supriyanto dan Ibu Tukini yang tak henti-hentinya

dalam mensubsidi penulis dalam bentuk finansial.

8. Untuk Kakakku Muhammad Syukroni dan Adiku Abdul Rozaqyang selalu mendo’akan

sehingga skripsi telah selesai dengan lancar.

9. Untuk teman-teman yang telah menemani mencari sepada motorku, bang agus, gus

tamam, kang tri, mba ikoh serta pak ma’mun.

10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a, semoga semua amal dan kebaikannya dapat

diterima disisi Allah sebagai amal yang sholeh dan mendapatkan balasan yang sebaik-

baiknya, Amin.

Demikian kiranya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi wacana

keilmuan baru bagi para pembaca. Dan sebagai manusia biasa penulis menyadari akan

banyaknya kekurangan, maka kritik dan saran para pembaca sangat penulis harapkan demi

perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 12 Februari 2015

Penulis

Saparudin

NIM: 121 10 003

x

ABSTRAK

Saparudin. 2015. Korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan

emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab.

SemarangTahun 2015.Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan

Agama Islam.Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:

Muna Erawati, S.Psi., M.Si. Kata kunci :Intensitas Shalat Tahajud, Kecerdasan Emosional

Latar belakang penelitian ini adalah shalat merupakan salah satu cara untuk

mendekatkan diri kepada Allah karena dengan shalatlah hidup akan di mudahkan

oleh-Nya atas segala permasalahan-permasalahan yang yang terjadi, lebih-lebih shalat

lima waktu yang tidak boleh di tinggalkan dalam keadaan apapun. Shalat Tahajud

merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan yang sangat kompleks

sehingga kehadiran Alllah di malam hari sangat di butuhkan untuk memberikan

ketenangan dalam jiwa yang telah menganggap mampu memecahkan masalah tanpa

adanya intervensi dari Allah. Jika mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar

dan juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan,di tambah dengan

mempunyai kecerdasan emosional, maka segala tujuan pasti akan tercapai. Penelitian

ini merupakan upaya untuk mengetahui korelasi intensitas shalat tahajud dengan

kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab.

Semarang. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana

aktivitas shalat tahajud santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab.

Semarang?, 2) Bagaimanakah kecerdasan emosional yang di miliki santriwan

santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang?, 3) Adakah korelasi

antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati

Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Pengumpulan data

menggunakan angket dan dokumentasi.Sampel penelitian 50 santri.Data penelitian

dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase dan rumus product moment untuk

menguji hipotesis penelitian.

Setelah dilakukan penelitian secara sistematik di lokasi penelitian dapat

diketahui bahwa pada intensitas shalat tahajud santriwan santriwati Pondok Pesantren

Al Huda yang menunjukkan kategori tinggi 17 responden atau 34%, yang

menunjukkan kategori kategori sedang ada 33 responden atau 66% dan yang berada

pada kategori rendah ada 0%. Kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok

Pesantren Al Huda yang menunjukkan kategori tinggi ada 19 responden atau 38%,

yang menunjukkan kategori sedang ada 31 responden atau 62% dan yang berada pada

kategori rendah ada 0%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati

Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang terlihat dari hasil analisis

statistik bahwa rxy hitung (0,31) lebih besar dari rxy tabel 0,279 dengan taraf

signifikansi 5% dengan N=50.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN LOGO ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Hipotesis 7

E. Kegunaan Penelitian 8

F. Definisi Operasional 9

G. Metode Penelitian 12

H. Sistematika Penulisan Skripsi 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Shalat Tahajud 20

1. Pengertian Shalat Tahajud 20

xii

2. Keutamaan shalat tahajud 22

3. Etika shalat tahajud 23

4. Waktu paling utama shalat tahajud 23

5. Rahasia shalat tahajud 24

6. Hukum shalat tahajud 27

B. Kecerdasan Emoaional 28

1. Pengaertian kecerdasan emosional 28

2. Ciri-ciri kecerdasan emosional 31

3. Macam-macam kecerdasan 31

4. Macam-macam emosi 33

5. Beberapa manfaat kecerdasan emosional 38

C. Korelasi Antara Intensitas Shalat Dengan Kecerdasan Emosional 41

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 47

1. Sejarah Singkat berdirinya PP Al Huda Susukan 47

2. Letak Georgafis 51

3. Visi dan Misi 52

4. Struktur Organisasi Kepengurusan PP Al Huda 52

5. Kurikulum dan Materi PP Al Huda 53

6. Tata Tertib PP Al Huda 55

7. Ustad/Pengajar 56

8. Sarana dan Fasilitas PP Al Huda 56

B. Laporan Data Penelitian

1. Data Responden 57

2. Data Hasil Angket Tentang Intensitas Shalat Tahajud 61

3. Data Hasil Angket Tentang Kecerdasan Emosional 62

xiii

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pendahuluan 65

1. Data Intensitas Shalat Tahajud 65

2. Data Kecerdasan Emosional 68

B. Analisis Pengolahan Data 71

C. Analisis Uji Hipotesis 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 80

B. Saran-saran 81

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama Responden .......................................................... 57

Tabel 3.2 Instrumen Angket Intensitas Shalat Tahajud ........................... 60

Tabel 3.3 Instrumen Angket Kecerdasan Emosional................................ 62

Tabel 4.1 Interval IntensitasShalat Tahajud ............................................. 68

Tabel 4.2Iinterval Kecerdasan Emosional ............................................... 71

Tabel 4.3 Nilai Product Moment ............................................................. 74

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling

sempurna, karena mempunyai unsur-unsur jasmaniah dan

rohaniah.Seringkali manusia menjalani kehidupanya di dunia tidak

selamanya memperoleh ketentraman dan ketenagan jiwa. Tapi sebaliknya,

sering di hadapkan berbagai persoalan yang timbul, baik fisik maupun

psikis.Shalat membuat orang tidak lupa diri, menghalau kekawatiran serta

rasa takut dan menjaga keseimbangan serta ketenangan jiwa(Bahnasi,

2004:49)

Shalat merupakan identitas kaum muslim dalam hidupnya, suatu

ibadah yang dilakukan mendekatkan diri kepada Allah. Shalat membuat hati

tenang dengan sujud dan rukuk dalam setiap shalat sebagai simbol bahwa

manusia makhluk yang lemah dan Allah satu-satunya sandaran hidup.

Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang shalatnya kokoh,

maka bisa dipastikan dia akan semakin kokoh memegang kewajiban yang

lain. Shalat sebagai sarana munajat kepada Allah SWT yang menciptakan

alam semesta. Shalat merupakan ruh bagi jiwa seorang muslim, ibadah yang

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bukan hanya kewajiban. Shalat akan

menjadi media komunikasi hamba dengan Allah yang tidak membutuhkan

jarak apalagi sinyal. Dengan shalat seseorang bisa mengungkap segala

2

bentuk kebutuhan, kesulitan yang mendera dirinya, bahkan mendapat

manfaat sehat,baik sehat rohani Maupun jasmani. (Latif, 2014:11).

Tahajud berasal dari kata hujud atau hajdah yang berarti “tidur” atau

“bangun dari tidur”. Oleh karenanya, tahajud diartikan sebagai shalat malam

yang dilakukan pada waktu orang-orang sedang tidur lelap atau yang di

lakukan pada waktu malam ketika seseorang bangun dari tidurnya (Waid,

2011:2-3)

Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan tengah malam

hari diantara shalat isya dan shalat subuh serta dilaksanakan setelah tidur

dahulu meskipun hanya sebentar (Nazam & Aji, 2013:7).. Sebagaimana dalil

Al-Qur;an surat Al-Isra ayat 79

Artinya: “Dan pada sebagian malam hari, bershalat tahajudlah kamu

sebagai ibadah tambahan bagimu, semoga tuhanmu mengangkat ketempat

terpuji”(Q.S Al-Isra:79).

Shalat bisa menjadikan pengobatan alternatif. Penyenbuhan dengan

shalat tahajud akan mampu menyembuhkan kecemasan dan menimbulkan

perasan tenang serta menyembuhkan segala penyakit yang ada dalam tubuh.

Bacaan shalat tahajud dimalam hari yang di lakukan dengan khusyuk akan

membekas didalam hati, itulah yang mampu menyembuhkan penyakit

kejiwaan. Namun yang paling mendasar di dalam shalat tahajud yang akan

3

menyembuhkan segala bentuk penyakit kejiwaan adalah siakp pasrah kita

kepada sang Khaliq.

Shalat sebenarnya untuk kebahagiaan dan kesehatan manusia

sendiri.Karena shalat mengandung aspek kesehatan.Semakin rajin dan

khusyuk dalam melaksanakan shalat, maka semakin sehat dan bahagia

sendirinya. Dengan melakukan shalat tahajud dengan keheningan seseorang

akan merasa dekat dengan pencipta. Shalat tahajud yang dilakukan di

penghujung malam yang sunyi bisa mendatangkan ketenangan dan kurang

resiko terkena penyakit dan shalat tahajud terjamin kesehatanya baik secara

fisik maupun mental (Nazam & Aji, 2013:50).

Shalat bukan hanya perbuatan fisik (dimulai dari takbirotul ikhram

dan diakhiri dengan salat), akan tetapi selalu melibatkan “pekerjaan” hati

untuk senantiasa pasrah, rindu, cinta, mengiba, dan sifatnya penghambaan

dari diri kita kepada Allah swt.

Disamping itu manusia memiliki kecerdasan yang luar biasa,

manusia mempunyai berbagai kecerdasan yang bisa menjadikan manusia itu

bisa dapat mengontrol emosi diri sendiri dan orang lain serta mengetahui

bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal

etis sebagai kekuatan pribadi.

Dari segi etimologi, emosi barasal dari akar kata bahasa latin

„movere‟ yang berarti‟ mengerakan, bergerak.‟ Kemudian ditambah dengan

awalan „e‟ untuk memberi arti „ bergerak menjauh.‟ Makna ini menyiratkan

4

kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Orang yang takut akan berusaha melakukan sesuatu untuk melindungi

dirinya, misal lari terbirit-birit. Seseorang ketika malu akan menutupi muka

sebagai ekpresi rasa tak ingin dilihat orang.

Para ahli psikologi telah berupaya mendefinisikan emosi dengan

mendasarkan pada pengalaman dan penelitian terhadap manusia dan hewan,

kendati masih banyak menemukan banyak kendala.Kendala itu menurut

Goleman (1997:411), khusus dipicu oleh jenis-jenis emosi yang sangat

beragam hingga perbendaharaan kata yang kita miliki untuk menyebutkan

tidak sepadan.

Emosi dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda,

namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari

organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas dalm

bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb dan dari sudut mental adalah

suatu keadaan senang atau cemas, yang di tandai adanya perasaan yang kuat,

dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Apabila

emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi

intelektual, tingkat asosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang

bersifat tidak terpuji (Darwis, 2006:16-17).

Emosi adalah suatu gejolak psiko-biologis yang menimbulkan efek

pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.Emosi dirasakan secara psiko-biologis

karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Ketika emosi bahagia

5

meledak-ledak ia secara psikis memberi kepuasan, tetapi secara fisiologis

membuat jantung berdebar-debar atau langkah kaki secara ringan (Darwis,

2006:18).

Emosi manusia telah di gambarkan langsung dalam Al Qur‟an

bersama peristiwa yang sedang terjadi, misalnya gambaran dalam kondisi

bahagia, marah, takut, benci, kaget, atau dalam keadaan yang lain. Terdapat

kesan kuat pada ayat-ayat tersebut adanya perbedaan yang tajam antara

emosi positif dan negative.Hal ini tampaknya dimaksudkan sebagai motivasi

agar manusia selalu mengedepankan emosi positif dalam kehidupan

individual dan sosial, yakni emosi yang dapat mengantar manusia meraih

kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (Darwis, 2006:19).

Menurut Howard Gardner dalam melakukan identifikasi terhadap

kecerdasan mengunakan beberapa macam kriteria, yaitu (a) pengetahuan

mengenai perkembangan individu yang normal dan yang superior, (b)

informasi mengenai kerusakan otak, (c) studi mengenai orang-orang

eksepsional seperti individu yang luar biasa pintar, juga individu idiot

savant, dan orang-orang autistik, (d) data psikometrik, dan studi pelatihan

psikologis. Gardner mengatakan bahwa berbagai inteligensi yang telah

diidentifikasikan bersifat universal sekalipun secara budaya tampak berbeda

(Azwar, 2006:41).

Tujuh macam kecerdasan telah berhasil diidentifikasi oleh Gardner

adalah Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematik-Logis, Kecerdasan

6

Spatial, Kecerdasan Musik, kecerdasan Kelincahan Tubuh, Kecerdasan

personal dan Kecerdasan Intrapersonal (Azwar, 2006:42-43).

Masyarakat umumnya mengenal inteligensi sebagai istilah yang

mengambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk

memecahkan problem yang di hadapi. Pandangan awam sebagaimana yang

dipaparkan di atas, walaupun tidak memberikan arti yang jelas tentang

inteligensi namun pada umumnya tidak berbeda dari makna inteligensi

sebagaimana yang dimaksudkan oleh para ahli. Apapun definisinya, makna

inteligensi memang mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan (Azwar,

2006:2).

Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

bermaksud mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Al_Huda Susukan

Kab.Semarang dengan judul “KORELASI ANTARA INTENSITAS

SHALAT TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

SANTRI DI PONDOK PESANREN AL HUDA SUSUKAN KAB.

SEMARANG TAHUN 2015

B. Rumusan Masalah

7

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian tersebut, maka

terbentuklah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana variasi intensitas shalat tahajud santriwan santriwati di

Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang?

2. Bagaimana variasi kecerdasan emosional santriwan santriwati di Pondok

Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang?

3. Adakah korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan

emosional santriwan santriwati di Pondok Pesantren AL-Huda Susukan

Kab. Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis mempunyai

tujuan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui intensitas shalat tahajud santriwan santriwati Pondok

Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang.

2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok

Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang.

3. Untuk mengetahui adakah korelasi antara intensitas shalat tahajud

dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-

Huda Susukan Kab.Semarang

8

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2002:64).

Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis

adalah dugaan atau kesimpulan yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau mungkin salah. Hipotesis

ini akan diterima jika salah dan akan ditolak jika salah.

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada

korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional

santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang".

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini, di harapkan dapat memberikan manfaat, baik dari

segi teoritik maupun praktik yang berguna untuk memberikan sumbangan

pelaksanaan penelitian.

1. Manfaat Teoretik

Manfaat teoretik yang pertama yaitu menambah wawasan tentang

shalat tahajud dan kecerdasan emosional.Manfaat yang kedua yaitu

9

memberikan manfaat tentang shalat tahajud dan kecerdasan emosional di

kalangan santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab.

Semarang.

2. Manfaat praktis

a. Dengan penelitian ini diharapkan santriwan santriwati dapat

menjalanka shalat tahajud sehingga ketika di luar pondok akan terbiasa

melaksanakan shalat tahajud.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

pentingya melaksanakan shalat tahajud kepada masyarakat agar dapat

mengetahui arti pentingnya shalat tahajud terhadap kecerdasab

emosional.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada judul skripsi di atas,

maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahjud

10

Intensitas adalah ukuran kekuatan keadaan tingkat seseorang,

tolak ukur yang kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam

melakukan kegiatan (Poerwadarminta, 1991:437).

Shalat merupakan identitas kaum muslim dalam hidupnya, suatu

ibadah yang dilakukan mendekatkan diri kepada Allah. Shalat membuat

hati tenang dengan sujud dan rukuk dalam setiap shalat sebagai simbol

bahwaa manusia makhluk yang lemah dan Allah satu-satunya sandaran

hidup (Latif, 2014:11).

Tahajud segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini tidak ada yang

terjadi secara tiba-tiba.Artinya, segala sesuatu pasti ada sejarahnya.Kalau

Al-Qur‟an kita kenal dengan asbabul nuzul, artinya latar belakang yang

menyebabkan suatu ayat atau surah Al-Qur‟an itu turun.Termasuk dalam

hal ini adalah shalat tahajud.Shalat tahajud memiliki latar belakang

tersendiri mengapa ada dan harus dilaksanakan.Shalat tahajud pertama

kali disyariatkan setelah Nabi mendapatkan wahyu pertama di Gua Hira.

Nabi dinyatakan oleh Allah dalam surah Al-Muzamil (yang berselimut),

yang diturunkan ketika Nabi SAW menggeletar dalam selimut beliau

mendapat wahyu pertama (Tabroni, 2009:39)

Tahajud berasal dari kata hujud atau hajdah yang berarti “tidur”

atau “bangun dari tidur”. Tahajud diartikan sebagai shalat malam yang

dilakukan pada waktu orang-orang sedang tidur lelap atau yang di

11

lakukan pada waktu malam ketika seseorang bangun dari tidurnya (Waid,

2011:2-3).

Adapun indikator intensitas shalat tahajud a sampai d diperoleh

dari Nazam dan Aji (Nazzam & Aji, 201 3:13-15) sedangkan indikator f

dan g dikutip dari Kholidah (Kholidah, 2010).

a. Istiqomah shalat tahajud

b. Melaksanakan shalat tahajud pada waktu yang paling utama

c. Jumlah rekaat shalat tahajud

d. Melaksanakn shalat witir di penghujung shalat tahajud.

e. Sikap dalam melaksanakan shalat tahaju (senang, semangat

dan menikmati)

f. Melaksanakan shalat tanpa ada paksaan

g. Ruku dan sujud dengan tenang

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan dalam hal ini penulis mengartikan bahwa sudah

merupakan perubahan bentuk dasarnya, yaitu berasal dari kata dasar

“cerdas” dan mendapati imbuhan ke-an.

12

Cerdas berarti sempurna akal budinya (pandai, tajam pikiran).

Kecerdasan adalah perkembangan akal budi seperti: kepandaian,

ketajaman pikiran (Poerwadaminta, 1997:363).

Definisi emosi itu bermacam-macam, seperti” keadaan

bergejolak”, “gangguan keseimbangan” respon kuat dan tak beraturan

terhadap stimulus”. Ada satu hal yang sama yaitu bahwa setiap definisi

tersebut keadaan emosional itu menujukan penyimpangan dari keadaan

yang normal. Keadaan yang normal adalah keadaan yang tenang atau

keadaan seimbang fisik dan sosial.

Meskipun keadaan yang tenang itu dianggap sebagai keadaan

yang normal, namun dalam kehidupan modern keadaan emosional itu

lebih mewarnai sifat seseorang.Dalam kehidupan modern, emosi itu perlu

sekali difahami karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkah

laku, kepribadian dan kesehatan (Dimyati, 1990:163).

Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami

seseorang serta berpengaruh pada kehidupan manusia.Bahkan, pada

beberapa budaya emosi dikaitkan dengan sifat marah seseorang (Prawira,

2012:159).

Definisi kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana

13

hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan

berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 1996:45).

Adapun indikator kecerdasan emosional sebagai berikut:

a. Mengenali emosi diri

b. Mengola emosi

c. Memotivasi diri sendiri

d. Mengenali emosi orang lain

e. Membina hubungan (Goleman, 1997:58-59.

G. Metode Penelitian

Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada bukti-bukti

yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis serta dapat di

pertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan

dengan metode penelitiah ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Dalam pendekatan ini, pendekatan yang diterapkan peneliti

adalah pendekatan kuntitatif.Pendekatan kuatitatif lebih menekankan pada

penelitian yang melibatkan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan

14

dengan status dan kondisi obyek yang diteliti pada saat melakukan

penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakanpendekatan

kuantitatif, sedang rancangan penelitian ini adalah penelitian korelasi.

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dimaksud untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel

(Arikunto, 2005:247).Penelitian hanya mencari Korelasi dari variabel X,

yaitu Intensitas shalat tahajud terhadap variable Y, yaitu kecerdasan

emosional.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al Huda, Petak,

Sidoarjo, Susukan Kab.semarang yang dilaksanakan pada tangal 5-25

Februari 2015.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2010: 117).Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah

15

santriwan santriwati di Pondok Pesantren AL Huda Susukan yang

berjumlah 50 santri.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Suharsimi Arikunto, 2010:174).Penentuan sampel dimaksudkan untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.Dengan generalisasi adalah

mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yamg berlaku bagi

populasi (Arikunto, 2010:175).

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa: “Apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”.

Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan di dalam

penelitian ini adalah “Sampel Purposive “ artinya di tetapkan berdasarkan

kriteria sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel sebagai

brikut:

a. Santri Pondok Pesantren Al Huda,

b. Kelas 7 & 8

c. Menetap di pondok

16

4. Metode Pengumpulan data

a. Metode Angket

Angket adalah cara pengumpulan data dengan

mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh

informasi dari responden (Sandjaya, 2006:149). Metode ini digunakan

untuk mencari data tentang intensitas shalat tahajud dan juga

kecerdasan emosional yang ditujukan kepada obyek yang diteliti yaitu

santri. Dan menganalisis bagaimana intensitas shalat tahajud dan

kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda

Susukan Kab. Semarng

b. Metode Dokumentasi

Dukumentasi yaitu kumpulan data mengenai sesuatu yang

berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya

(Suharsini Arikunto, 1996:236). Metode ini digunakan meliputi sejarah

singkat, letak geografis, struktur organisasi, dan sebagainya.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur variabel yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Instrumen yang

akan digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan korelasi antara

17

intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan

santriwati Pondok Pesantren Susukan Kab. Semarang.

Angket Intensitas Shalat Tahajud di gunakan untuk mencari

variabel intensitas shalat tahajud sesuai dengan indikator keprilakuan

dengan melakukan pengskoran yang ditetapkan dengan cara memberikan

nilai pada jawaban sebagai berikut:

a. Selalu di bobot 4

b. Sering di bobot 3

c. Kadang di bobot 2

d. Hampir tidak pernah di bobot1

Tabel I.I

Tabel Indikator Intensitas Shalat Tahajud

N

O

INDIKATOR KEPRILAKUAN NO ITEM JUMLA

H

1 Selalu melaksanakan shalat tahajud 1,2 2

2 Melaksanakan shalat tahajud pada

waktu yang paling utama

3,4 2

3 Jumlah rakaat banyak 5,6 2

4 Melaksanakan shalat witir di

penghujung shalat tahajud

7,8 2

5 Bersemangat dalam melaksanakan

shalat tahajud

9,10 2

Angket Kecerdasan Emosional digunakan untuk mencari data

tentang variabel kecerdasan emosional sesuai indikator keperilakuan

18

dengan melakukan pengskoran yang ditetapkan dengan cara memberikan

nilai pada jawaban sebagai berikut:

a. Selalu di bobot 4

b. Sering di bobot 3

c. Kadang di bobot 2

d. Hampir tidak pernah di bobot 1

Tabel I.2

Kecerdasan Emosinal

NO INDIKATOR KEPRILAKUAN NO ITEM JUMLAH

1 Mengenali emosi diri 1,6,11 3

2 Menglola emosi 2,7,12 3

3 Memotivasi diri 3,8,13 3

4 Mengenali emosi orang lain 4,9,14 3

5 Membina hubungan 5,10,15 3

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data semuanya terkumpul maka

langkah selanjutnya adalah menganalisis data atau mengolahnya. Adapun

langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Analisis Pendahuluan

Dalam analisis pendahuluan ini, penulis mengadakan

perhitungan awal dari data yang terkumpul dengan menggunakan

teknik persentase dengan rumus sebagai berikut:

19

Ket :

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

2). Analisi uji hipotesisi

Untuk mengetahui intensitas shalat tahajud terhadap

kecerdasan emosional maka dalam penelitian digunakan teknik

analisis uji hipotesis dengan rumus product moment:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment (X dan Y)

X = Variabel pengaruh (intensitas shalat tahajud)

Y = Variabel terpengaruh (kecerdasan emosional)

N = Jumlah objek yang diteliti

∑ = Sigma

xy = perkalian antara X dan Y

20

Dalam analisis uji hipotesis yaitu perhitungan dari rxy atau

hasil perhitungan product moment dibandingkan dengan r tabel.

Jika rxy < r tabel maka hipotesis nihil/ ditolak, dan rxy > r tabel

maka di terima. Dari uji analisis tersebut maka dapat diketahui

apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak.

E. Sistimatika Penulisan

Dalam skripsi yang penulis susun terdiri dari 5 bab yang rinciannya

sebagaiberikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan dibicarakan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian,

kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Kajian Pustaka

Pada bab kajian pustaka ini, berbagai pembahasan teori yang

menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan

variabel penelitian. Yaitu teori-teori tentang shalat tahajud, teori-teori

tentang kecerdasan emosional.

Bab III : Laporan Hasil Penelitian

21

Dalam bab ini, dicantumkan tentang gambaran umum lokasi

dan obyek penelitian dan laporan data penelitian. Lokasi dalam

penelitian ini adalah dilakukan di Pondok Pesantren Al-Huda

Susukan Kab.Semarang Tahun 2014.Dengan menjadikan santri

menjadi objek penelitian dalam intensitas shalat tahajud terhadap

kecerdasan emosional.

Bab IV : Analisis Data

Pada bab analisis data akan dilakukan analisis terhadap data

yang terkumpul dengan melakukan analisis pendahuluan, analisis

pengolahan data, analisis uji hipotesis. Yaitu dengan

mendeskripsikan hasil interview, dokumen serta angket tentang

pengaruh intensitas shalat tahajud terhadap skecerdasan emosional,

kemudian menganalisis hubungan antar teori dengan observasi,

dokumen serta angket.

Bab V : Penutup

Dalam bab penutup ini berisi kesimpulan, pesan dan saran.

22

Bab II

LANDASAN TEORI

A. Shalat Tahajud

1. Pengertian Shalat Tahajud

Menurut bahasa Arab, shalat memiliki makna do’a.Doa menurut

bahasa Indonesiaartinya pemohon (harapan, pujian). Berdoaadalah

memohon segala kebaikan kepada Allah pencipta alam semesta

(Poerwadaminta, 1991:80).

Sesuai firman-Nya dalam QS. At-Taubah: 103.

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman

jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sedangkan definisi shalat menurut istilah para fuqaha (ahli fikih)

memiliki dua definisi, yaitu istilah secara lahir dan hakiki. Definisi shalat

secara lahir adalah ucapan atau perkataan dan perbuatan yang diawali

dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dengan beberapa

syarat rukunnya (Latif, 2014: 3).

23

Namun, makna dari perkataan dalam shalat bukanlah kalimat yang

diucapkan dalam bahasa Indonesia, akan tetapi perkataan yang diucapkan

dalam shalat adalah do’a-do’a yang sudah ditentukan dalam setiap gerakan

shalat.

Istilah shalat secara hakiki ialah suatu jembatan untuk

berkomunikasi antara manusia dengan khalik-nya, sehingga shalat

menumbuhkan perasaan tenang dan menambah kecintaan kepada Allah

yang diungkapkan melalui suatu gerakan dan perkataan dalam shalat. Jadi,

shalat menjadi kebutuhan batin yang harus selalu dipenuhi untuk

memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup di dunia dan akhirat

(Latif, 2014:3-4).

Tahajud artinya bangun dari tidur atau terbangun pada malam

hari. Jadi, yang dimaksud shalat tahajud adalah shalat sunah yang

dikerjakan pada waktu malam hari diantara shalat isya dan shalat subuh dan

dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu meskipun hanya sebentar. Imam

syafi’i berkata: “Shalat malam dan shalat witir baik sebelum maupun

sesudah tidur di namakan tahajud. Orang yang melaksanakan shalat tahajud

disebut mutahajjid (Nazzam & Aji, 2013:7).

Dalil Al-Qur’an yang menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat

sunah tahajud, di antaranya sebagai berikut:

24

Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang

tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-

mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji (Q.S

Al-Isra:79).

2. Keutamaan Shalat Tahajud

Shalat tahajud (qiyamullail) memiliki keutamaan. Diantaranya

sebagai berikut:

a. Bagi orang yang mengerjakan shalat malam, ia akan selalu rendah hati.

b. Bagi orang yang mengerjakan shalat malam, ia akan meraih dan

mendapatkan tempat yang terpuji di sisi Allah swt.

c. Orang yang mengerjakan shalat malam, akan menerima segala

pemberian dari Allah swt.

d. Allah swt, akan meninggikan dan memuliakan martabat.

e. Orang yang melaksanakan shalat malam akan diampuni dan dihapus

segala dosanya (Nazzam & Aji, 2013:37-40).

f. Tanda ketaatan akan kelihatan di mukanya.

g. Para hamba yang saleh akan dicintai oleh Allah dan dicintai semua

manusia.

h. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung

hikmah.

i. Akan dijadikan orang yang bijaksana, yakni diberi kemudahan dalam

memahami agama (Tabroni, 2009:55).

25

j. Menyebabkan do’a terkabul

k. Menjauhkan diri dari kelalaian hati

l. Mendatangkan kecintaan Allah (Rif’ah, 2009:19).

3. Etika Shalat Tahajud

Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang

hendak atau sebelum mengerjakan shalat tahajud. Etika itu adalah sebagai

berikut:

a. Berniat dalam hati ketika hendak tidur agar bangun malam

mengerjakan shalat tahajud.

b. Membersihkan bekas tidur dari wajahnya, lalu kemudian bersuci dan

memandang ke langit sambil berdo’a.

c. Hendaknya membangunkan juga suami/istri atau sanak keluarga untuk

bersama-sama mengerjakan shalat tahajud.

d. Apabila masih merasa mengatuk, sebaiknya shalat tahajudnya

dihentikan saja sampai rasa kantuknya hilang.

e. Jangan memaksakan diri dan hendaklah shalat tahajud dikerjakan

dengan semampunya (Nazzam & Aji, 2013:15-18).

4. Waktu Paling Utama untuk Shalat Tahajud

Shalat malam apabila dilaksanakan sesudah tidur, maka itu disebut

dengan shalat tahajud. Shalat tahajud adalah kebiasaan orang-orang saleh

yang hatinya selalu berdampingan dengan Allah swt (Tabroni, 2009:86).

26

Shalat tahajud dapat dilaksanakan pada waktu setelah shalat Isya

hingga Subuh (sepanjang malam). Sepanjang waktu malam itu ada saat-saat

yang paling utama yaitu sepertiga malam antara pukul 01.00 sampai dengan

04.00 atau sampai masuknya waktu subuh. Ini adalah saat yang paling

utama (Nazzam & Aji, 2013:37-40).

5. Rahasia Shalat Tahajud

a. Rahasia Sains

Ketika seseorang menggelar sajadah untuk melaksanakan

shalat tahajud, maka ia seperti berada dalam kondisi layaknya orang

yang sedang melakukan meditasi dan relaksi. Shalat tahajud

merupakan salah satu pengobat hati. Hal ini dikarenakan shalat sunah

yang dikerjakan di keheningan malam, akan mengantar seseorang

yang mengerjakan menjadi lebih dekat dengan Allah swt dan hati

yang dekat dengan Tuhanya adalah hati yang tenang dan damai.

Hal tersebut sebagaiman dalam Firman Allah swt.

Artinya: Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari,

kecuali sedikit (daripadanya),. (yaitu) seperduanya atau

kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua

27

itu.dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Q.S Al-

Muzammil 2-4).

Menurut Haeri, ketika seseorang hendak memulai shalat, ia

berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan

relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan menspritualkan intelektual

seseorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu

mendekatkan diri kepada Allah swt., serta menjalin hubunganyang

harmonis dengan sesamanya.

Tak hanya itu, pada sat metahari terbenam, kelenjar pineal

mulai bekerja dan memprosuksi hormon melatonim dalam jumlah

besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini

hari. Hormone inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam

amino trytophan dalam jumlah yang cukup besar. Tahajud menjadi

sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Dengan demikian, yang harus menjadi perhatian adalah

bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada

tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam waktu yang cukup untuk

tidur (Nazzam & Aji, 2013:45-48).

b. Terapi untuk Menyembuhkan Segala Penyakit

Shalat tahajud bias dijadikan sebagai terapi untuk

menghindari dan menyembuhkan segala penyakit yang ada dalam

28

tubuh. Sebagaimana Rasulullah saw., bersabda, “Shalat tahajud dapat

menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindari dari

penyakit.” (H.R Tirmidzi).

Nabi Muhammad saw., dengan tegas menyatakan bahwa

terdapat hubungan erat antara ketekunan seseorang mengamalkan

shalat tahajud dan peningkatan dan peningkatan kemampuan

pengendalian diri berupa ketenangan. Seseorang yang sering

melaksanakan shalat tahajud juga akan terhindar dari stres.

Menurut Sholeh, orang stres itu biasanya rentan sekali

terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajud yang

dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak

terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik,

kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker

(Nazzam & Aji, 2013:55).

Ustad Jeffri Al-Buchori, seorang dai kondang menjelaskan

shalat tahajud adalah bentuk koreografi sekaligus olahraga terindah.

“Rutinitas shalat- terutama shalat tahajud- jika dilakukan dengan cara

yang benar, khusyuk, dan ikhlas, maka ganjaranya berupa pahala

tetapi juga segudang manfaat bagi kesehatan,”(Nazzam & Aji,

2013:56).

Dilihat dari sisi medis, shalat tahajud dapat mempengaruhi

kerja detak jantung dan kelenturan tulang belakang. Penelitian ini

29

dilakukan oleh Rabuthah al Alam Islam, organisasi ilmu-ilmu

kedokteran Islam Amerika, asosiasi Islam kedokteran di Kuwait dan

Universitas Al-Azhar (Nazzam & Aji, 2013:57).

6. Hukum Shalat Tahajud

Dalam literatur fikih, shalat tahajud dikategorikan hukum sunnah

muakkad. Artinya sangat dianjurkan dan ditekakankan untuk dilaksanakan.

Perlu kita diketahui sejarah munculnya hukum sunnah muakkadah

pada shalat tahajud. Sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab tafsir,

diantaranya Tafsir Ath-Thabari dan Murah Labid Tafsir An-Nawawi, bahwa

perkara yang pertama kali diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw setelah

menyeru manusia agar mengesakan Allah adalah perintah menjalankan

shalat tahajud. Perintah ini berdasarkan firman Allah swt.,

“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah

(untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), yaitu

seperduanya tau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari

seperdu itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al-

Muzzamil:1-4)

30

Namun dirasa kewajiban tahajud itu memberatka kaum mukmin,

maka setahun kemudian Allah menghapusnya dan mengantinya dengan

kewajiban shalat fardhu liwa waktu yang merupakan buah dari perjalanan

Isra’ dan Mi’raj Nabi saw. Sementara itu shalat tahajud diperintahkan

kepada kaum mukmin sebagai sebuah perintah yang bersifat sunnah, bukan

wajib (Rif’ah, 2009:26-27).

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Intelligensi atau kecerdasan merupakan kata benda yang

menerangkan kata kerja atau kata keterangan. Seseorang menujukan

intelligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara

“intelligence/cerdas” atau “bodoh”, kecerdasani seseorang tampak dalam

caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.

Kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa yang

hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan diperoleh manusia sejak lahir, dan

sejak itu pula potensi kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi

perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya

semakin berarti bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas

penyusuaian diri dengan lingkungannya (Sabri, 1993:111).

Istilah inteligensi yang padanan katanya “kecerdasan”, walaupun

sepintas lalu kelihatan jelas, rupanya tidak mudah dirumuskan , karena

31

tidak semua orang atau bahkan setiap ahli menyatakan hal yang sama untuk

istilah tersebut. Namun, para ahli psikologi yang mempelajari perilaku,

hampir semuanya mengunakan inteligensi dalam pengertian perilaku pandai

(Sobur, 2003:153-154).

Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin

‘movere’ yang berarti’ mengerakan, bergerak.’ Kemudian ditambag dengan

awalan ‘e’ untuk memberi arti ‘ bergerak menjauh.’ Makna ini menyiratkan

kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Orang yang takut akan berusaha melakukan sesuatu untuk melindungi

dirinya, misal lari terbirit-birit. Seseorang ketika malu akan menutupi muka

sebagai ekpresi rasa tak ingin dilihat orang.

Emosi dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda,

namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari

organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas dalm

bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb dan dari sudut mental adalah

suatu keadaan senang atau cemas, yang di tandai adanya perasaan yang

kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku.

Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi

intelektual, tingkat diasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang

bersifat tidak terpuji (Hude, 2006:16).

Definisi emosi itu bermacam-macam, seperti” keadaan

bergejolak”, “gangguan keseimbangan” respon kuat dan tak beraturan

32

terhadap stimulus”. Ada satu hal yang sama yaitu bahwa setiap definisi

tersebut keadaan emosional itu menujukan penyimpangan dari keadaan

yang normal. Keadaan yang normal adalah keadaan yang tenang atau

keadaan seimbang fisik dan sosial.Kecerdasan emosi adalah kemampuan-

kemampuan yang berbeda dengan (tetapi juga melengkapi) inteligensi

akademik, yakni kapasitas kognotif murni yang diukur dengan IQ (Manz,

2009:90).

Meskipun keadaan yang tenang itu dianggap sebagai keadaan yang

normal, namun dalam kehidupan modern keadaan emosional itu lebih

mewarnai sifat seseorang. Dalam kehidupan modern, emosi itu perlu sekali

difahami karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkah laku,

kepribadian dan kesehatan (Dimyati, 1990:163).

Menurut (Goleman 1995) kecerdasan emosional adalah kekuatan

atau kemampuan mengenali perasaan-perasaan kita sendiri dan perasaan-

perasaan orang lain, memotivasi diri dan mengatur emosi secara baik di

dalam diri kita dan hubungan kita dengan orang lain.

Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami seseorang

serta berpengaruh pada kehidupan manusia. Bahkan, pada beberapa

budaya emosi dikaitkan dengan sifat marah seseorang (Prawira, 2012:159).

Definisi kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri

sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati

dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan

33

menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,

berempati dan berdoa (Goleman, 1996:45).

2. Ciri-ciri kecerdasan emosional

Berdaarkan pengertian kecerdasan emosional diatas, maka

diketahui apa yang menjadi ciri-ciri kecerdasan emosional tersebut. Adapun

ciri-ciri kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memotivasi diri

sendiri, bertahan menghadapi frustasi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,

mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan

kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a (Goleman, 1996:45).

3. Macam-macan Kecerdasan

Menurut (Gardner, 2006:42-43) untuk melakukan identifikasi

terhadap kecerdasan digunakan beberapa kreteria diantaranya sebagai

berikut:

a. Kecerdasan linguistik

Kecerdasan ini banyak terlihat dalam membaca, menulis, dan

mendengar. Aktivitas terletak pada bagian tertentu dalam otak.

b. Kecerdasan matematik-Logis

Kecerdasan yang digunakan yang digunakan untuk memecahkan

problem berbentuk logika simbolis dan matematik abstrak.

c. Kecerdasan spatial

34

Kecerdasan ini digunakan untuk mencari cara berpindah dari satu

tempat ketempat yang lain. Belahan otak sebelah kanan merupakan

sumber kecerdasan ini. Sehingga kalau terjadi kerusakan disana maka

proses spatial akan terganggu.

d. Kecerdasan musik

Kecerdasan ini berfungsi dalam menyusun lagu, menyanyi,

memainkan alat musik maupun mendengarkan musik.

e. Kecerdasan kelincahan tubuh

Kecerdasan ini diperlukan dalam aktivitas atletik, menari, berjala, dan

semacamnya. Kendali gerak tubuh terletak pada bagian korteks gerak

di otak yang sisi-sisinya mengendalikan gerakan bagian tubuh pada

sisi yang berlawanan.

f. Kecerdasan interpersonal

Digunakan dalam berkomunikasi, saling memahami, dan berinteraksi

dengan orang lain. Orang yang tinggi kecerdasan interpersonalnya

adalah mereka yang meperhatikan perbedaan diantara orang lain,

dan dengan cermat dapat mengamati temperamen, suasana hati,

motif, dan niat mereka.

g. Kecerdasan intrapersonal.

Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam memahami diri sendiri.

Merupakan kepekaan seseorang akan suasana hati dan kecapan

sendiri.

35

4. Macam-macam Emosi

Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi,

mutasi, dan nuasanya, akan tetapi Goleman (1997:412), mengemukakan

delapan jenis emosi yaitu:

a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,

terganggu, berang, tersingung, bermusuhan, tindak kekerasan dan

kebencian patologis.

b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, mengasihani diri, kesepian, ditolak,

putus asa, dan depresi berat.

c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, kawatir, waswas, waspada, tidak

tenang, ngeri, fobia, dan panik.

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan indrawi, takjub, rasa puas, kegirangan luar biasa dan

mania.

e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Terkejut: terkesiap, takjub, terpana.

g. Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

h. Malu: ras salah, malu, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Menurut Hude (2006:136-207), terdapat beberapa ayat yang

mewartakan macam-macam ekspresi dari emosi:

a. Ekspresi emosi senang

36

Surat Al-Muthaffifin ayat 22-24

Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam

kenikmatan yang besar (surga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan

sambil mendatang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka

kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.

Penjelasan:

Pada ayat-ayat yang dikutip di atas jelas sekali ungkapan Al-Qur‟an

tentang terjadinya perubahan faali dan ekspresi emosi senang pada

manusia ketika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pada

kutipan dua ayat pertama (83:22-24) dijelaskan tentang ekspresi

tersebut pada perubahan raut muka yang memancarkan sinar

kebahagiaan, wajah berseri-seri, tersenyum, dan gembira. Menurut

Thabari (1405H:XXX, 62) kata „musfirah‟ dalam ayat tersebut berasal

dari kata „asfar‟ yang berarti wajah cantik (bersinar). Cahaya subuh

juga di sebut asfar ketika mulai bersinar, bahkan setiap yang bersinar

dikatakan musfir.Wajah yang musfirah adalah wajah berseri-seri yang

memantulkan sinar kegembiraan karena mendapatkan sesuatu

kenikmatan (Hude, 2006:139).

b. Ekspresi emosi marah

37

Surat An Nahl ayat 58-59

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)

anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia

sangat marah.

Ia memnyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan

buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan

memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan

menguburkanya kedalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah

buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

Penjelasan:

Kedua ayat ini menjelaskan bahwa keterbangkitan emosi marah dapat

mengakibatkan perubahan pada raut muka. Perubahan raut muka

dalam ayat –ayat tersebut diakibatkan oleh emosi marah yang sangat

(kebencian) terhadap apa yang terjadi. Kehadiran seoarang anak

perempuan merupakan aib besar bagi keluarga Arab jahiliah, sehingga

hal itu tidak diharapkan terjadi.Rekaman Al-Qur‟an menginformasikan

bahwa ada perubahan faali yang terekspresikan pada air muka akibat

38

perasan marah saat mendapatkan kabar yang dianggap menghinakan

itu.

Perubahan raut muka dengan ungkapan muswaddan (hitam pekat)

merupakan gambaran kedasyatan emosi marah yang dialami orang saat

itu.Dalam lingua franca Indonesia, kondisi semacam itu dibahasakan

dengan istilah “merah padam.” Boleh jadi ungkapan merah padam atau

hitam pekat

Telah mengilhami pembuat alat pemantau stres (stres check) untuk

mengunakan warna-warna tersebut (Hude, 2006:165).

c. Ekspresi emosi takut

Surat Al Baqarah ayat 19

Atau seperti (orang-orang yang di timpa) hujan lebat dari langit

disertai gelap gulita, guruh dan kilat, mereka menyumbat telinganya

dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut

akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.

Penjelasan:

Perubahahan tingkah laku karena emosi takut biasa diekspresikan

dalam raut muka yang pucat pasi, berteriak histeri (scream), loncat dan

berlari, merunduk, menutup telinga, menghindar atau tindakan lain.

Perubahan faali dapat terjadi berupa denyut nadi meningkat, jantung

39

berdebar-debar, pandangan mata kabur, keluar keringat dingin, dan

persediaan terasa lemas. Sesunguhnya, rasa takut adalah hal yang

normal dalam kehidupan, asalkan tidak berlarut-larut, terlebih menjadi

phobia (fobia) (Hude, 2006:194).

d. Ekspresi emosi sedih

Surat At Taubah ayat 92

Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka

datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu

kamu berkata: “aku tidak memperoleh kendaraan untuk

membawamu.” Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran

air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa

yang akan mereka nafkahkan.

Penjelasan :

Sebagaimana telah disingung sebelumnya bahwa ekspresi yang lazim

ditampakan oleh kesedihan ialah tangis.Namun, ini tidak berarti bahwa

setiap tangis selalu mencerminkan kesedihan, karena tangis pada

kenyataanya ada yang dimotivasi kegembiraan, keterharuan, atau

bahkan kepur-puraan seperti terjadi pada kisah saudar-saudar Yusuf.

40

Ekspresi lain dari kesedihan antara lain: wajah pucat, dingin,

pandangan lesu, tanpa senyum, dan tidak bergairah (Hude, 2006:180).

e. Ekspresi emosi benci

Surat Al Isra ayat 46

Dan kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga

mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya dan apabila kamu

menyebut Tuhanmu saja dalam AL Qur‟an, niscaya mereka berpaling

ke belakang karena bencinya.

Penjelasan:

Ekspresi emosi benci pada ayat 46 adalah berpaling, melengos,

membelakangi lawan bicara lantaran kebencian yang menguasai diri

mereka. Emosi kebencian dan ketidaksenangan manusia, sebagaiman

tergambar dalam Al-Qur‟an, umumnya mengarah kepada kebencian

terhadap kebenaran yang datang dari Allah berupa wahyu itu sendiri,

keharusan untuk taat, berjihad, berinfak, dan seterusnya. Tema-tema

kebencian dalam Al-Qur‟an terhitung sanat sedikit disbanding

temaantinimnya, emisal kesenangan (Hude, 2006:207).

5. Beberapa Manfaat Kecerdasan Emosional

41

Perasaan marah, takut, senang, sedih, benci, cinta, antusias, bosan

dan sebagainya adalah salah satu bentuk ekspresi dari emosi. Setiap orang

pasti pernah mengalami emosi, namun cara mengatasi emosi pada setiap

orang pastilah berbeda-beda. Berbicara tentang emosi erat kaitannya dengan

kecerdasan emosional (EQ).

Kecerdasan emosional (EQ) adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengenali, mengelola dan mengendalikan emosinya. Bagi orang yang

memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, emosi yang dirasakannya

justru bisa dijadikan motivasi untuk mencapai kesuksesan hidup. Banyak ahli

yang percaya bahwa kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi akan

memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, seperti

peningkatan kualitas hidup sehingga bisa merasakan kesuksesan dan

kesejahteraan dalam hidup. Selain itu kecerdasan emosional (EQ) juga

memiliki banyak manfaat yang lain dalam hidup. Berikut adalah manfaat

kecerdasan emosional (EQ).

1. Menghadapi stres

Stres adalah tekanan yang timbul dari beban hidup yang bisa

dialami oleh siapa saja. Manfaat memiliki kecerdasan emosional (EQ)

yang tinggi antara lain mampu mengatasi stres, menghadapi tekanan stres,

dan mampu menahan emosi sehingga tidak akan terlarut dalam stres.

2. Kontrol impuls (menahan diri)

Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang kedua adalah mampu

melakukan kontrol impuls atau manahan diri. Mampu menunda

42

kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kemampuan

mengontrol impuls menahan diri ibarat suatu seni kesabaran dan rasa sakit

atau kesulitan yang ditukar hari ini dengan kesenangan yang jauh lebih

besar dimasa depan.

3. Mengelola suasana hati

Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang ketiga adalah mampu

mengelola suasana hati. Mengelola suasana hati adalah kemampuan

emosional yang meliputi kemampuan untuk tetap tenang dalam suasana

apapun, mampu menghilangkan kecemasan yang timbul, mengatasi

kesedihan, dan mampu mengatasi suasana yang menjengkelkan.

4. Motivasi diri

Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang keempat adalah mampu

memotivasi diri. Orang yang mampu memotivasi diri akan cenderung

sangat produktif dan efektif dalam hal apapun. Ada begitu banyak cara

untuk memotivasi diri sendiri, antara lain dengan banyak membaca buku

atau artikel positif, tetap fokus pada impian Anda, mengevaluasi diri dan

terus melakukan introspeksi diri.

5. Memiliki keterampilan sosial

Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah

memiliki keterampilan sosial. Orang yang memiliki kecerdasan emosional

(EQ) yang tinggi mampu menjalin hubungan dengan siapapun. Seseorang

43

yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) mudah untuk bergaul, menjadi

pribadi yang menyenangkan dan toleransi terhadap orang lain.

6. Mampu memahami orang lain

Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang terakhir adalah mampu

memahami orang lain. Memahami dan menghormati orang lain adalah

landasan dari kecerdasan emosional (EQ). Ini disebut sebagai empati.

Keuntungan memahami orang lain adalah memiliki kesempatan untuk

menjalin komunikasi dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Salah satu aspek penting dari kecerdasan emosional (EQ) adalah

kemampuan untuk memahami, mengendalikan, mengevaluasi emosi

dalam diri sendiri dan orang lain. Misalnya kecerdasan emosional (EQ)

pada diri sendiri dapat membantu Anda mengatur dan mengelola emosi

Anda, sementara memahami emosi orang lain dapat memunculkan sifat

empati terhadap situasi dan kondisi orang lain sehingga mampu

menciptakan keberhasilan hubungan Anda dengan orang lain, baik

hubungan probadi maupun profesional.

C. Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahajud dengan kecerdasan Emosional

Shalat tahajud adalah shalat sunanah yang memiliki keutamaan

(kedudukan ) yang sangat besar diantara shalat sunnah lainnya. Shalat adalah

proses mencurahkan berbagai emosi yang membebani jiwa, terutama

ditengah-tengah sujud.

Shalat tahajud adalah yang paling utama setelah shalat fardhu.

Rasulullah saw., bahkan mewajibkan bagi dirinya untuk melaksanakan shalat

44

tahajud sampai kaki beliau bengkak-bengkak. Shalat tahajud memang terasa

berat bagi kebanyakan orang. Sehingga orang yang menyempatkan waktu

malamnya dengan tahajud adalah orang yang mempunya kadar keikhlasan

lebih dan ia tidak menjadi orang yang malas.

Aktivitas shalat tahajud maupun ibadah yang meliputi unsur fisik,

batin dan spiritual. Ibadah fisik dalam shalat tahajud melibatkan kegiatan

jasmaniah dengan melakukan gerakan-gerakan shalat. Aktivitas batin artinya

shalat tahajud melibatkan aktivitas mental di mana seseorang dalam situasi dan

kondisi yang sunyi, sendiri. Spiritual maksudnya shalat tahajud melibatkan

keyakinan akan keparasahan, serta patuh kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Aktivitas tersebut apabila dilakukan secara rutin akan menimbulkan

efek yang positif terhadap fisik, mental dan spiritual. Akibatnya jasmani dan

ruhani seseoarang akan menjadi lebih sehat. Ketika seseorang sehat jiwa dan

raganya maka dia akan dapat mengatasi kendalan-kendala dan problem

kehidupan sehari-hari dengan kemampuan mengendalikan diri, mengelola

emosi, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, memelihara hubungan

dengan orang lain.

Internal :

a. Mengendalikan emosi diri

b. Mengelola emosi

c. Memotivasi diri

Eksternal :

45

a. Mengenal emosi orang lain

b. Memelihara hubungan dengan orang lain

Shalat tahajud merupakan salah satu media yang begitu istimewa dan

luar biasa yang dimiliki oleh umat Islam dalam rangka ber-taqarub kapada Allah

swt. Rasulullah saw., sendiri pun tidak pernah meninggalkan shalat tahajud

hingga beliau wafat. Beliau mengerjakan shalat tahajud di keheningan malam

setiap hari, sampai-sampai kaki beliau bengkak. Begitulah kecintaan beliau

terhadap shalat tahajud.

Nabi muhammad saw., dengan tegas menyatakan bahwa terdapat

hubungan erat antara rajinya seseorang dalam mengamalkan shalat tahajud

dan peningkatan kemampuan pengendalian diri berupa ketenangan. Atau

dengan kata lain, seseorang yang sering melaksanakan shalat tahajud akan

terhindar stress (Nazzam & Aji, 2013:49-50).

Shalat tahajud dibiasakan menimbulkan ketenangan

jiwa/batinmenetralisisr tekanan (stress) yang dihadapi seseorang

latihan mental berlatih dalam

mengendalikan emosi mengendalikan diri.

Indikator kecerdasan emosional:

a. Mengenali emosi diri

b. Menglola emosi

c. Memotivasi diri

d. Mengenali emosi orang lain

e. Membina hubungan

46

Istilah pengendalian diri (self-control) banyak disebut dalam berbagai

budaya maupun tradisi keagamaan. Menurut pandangan kaum Muslimin, self-

control adalah pembatasan diri (self-restraint). Menurut pandangan Kristiani

adalah pengendalian dan penghapusan keinginan yang bersifat sensual (carnal

desire). Menurut pandangan Hindu, self-control merupakan tindakan ( action)

atas keinginan (will) yang dimiliki oleh orang-orang yang bijaksana (Gunarsa,

2004:251). Adapun pengertian pengendalian diri menurut beberapa ahli, di

antaranya:

a. Menurut Berk dalam (Gunarsa, 2004:251), pengendalian diri adalah

kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat

yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma

social.

b. Menurut Messina & Messina dalam (Gunarsa, 2004:251) menyatakn

bahwa pengendalian diri adalah seperangkat tingkahlaku yang berfokus

pada keberhasilan mengubah dir pribadi, keberhasilan menangkal

pengrusakan diri (self-destructive) perasaan mampu pada diri sendiri,

perasan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain,

kebebasan menetukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan

dan pikiran rasional, serta seperngkat tingkahlaku yang berfokus pada

tanggung jawab atas diri pribadi.

Dilihat dari istilah pengendalian diri yang disebut dalam berbagai

budaya maupun tradisi keagamaan dan pengertian pengendalian diri dari

47

pendapat beberapa ahli, dapat dipahami bahwa pengendalian diri adalah suatu

kemampuan yang dimiliki masing-masing individu dalam mengatur tingkah laku

atau keinginan baik dari segi jasmani-rohani individu maupun sosial itu dengan

seimbang.

Malam memberikan kekuatan keheningan yaitu keadaan yang

memberikan perasaan damai. Shalat yang dikerjakan dikeheningan malam itu,

mengantarkan orang-orang yang menunaikan menjadi lebih dekat dengan

Allah. Kekuatan lain yang di berikan oleh malam adalah kekuatan fokus dan

introspeksi diri dan cerdas secara emosional. Fokus merupakan salah satu kunci

keberhasilan, dan kesuksesan adalah bentuk dari kecerdasan emosi yang

matang, sedangkan introspeksi adalah cara untuk menghisab diri sendiri, yakni

menghitung dan mengkalkulasi kesalahan-kesalahan yang dimiliki diri sendiri.

Semakin banyak seseorang melakukan introspeksi diri semakin terbuka hijab

yang menutupi kesadaran dan kecerahan jiwanya.

Kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan dalam

mengendalikan diri. Khususnya dalam pergaulan, mampu mengendalikan juga

berarti mengola emosi. Artinya kita dapat memahami perasan orang lain,

menerima sudur pandang orang lain, menghormati perbedaan dalam cara

berperasaan terhadap berbagai hal.Kecerdasan emosional merupakan

kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan terhadap frustasi,

mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan,

48

mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan

kemampuan berfikir, berempati, dan berdo’a.

Melaksanakan shalat tahajud menjadikan seseorang lebih tenang dan

mensyukuri yang diberikan Allah kepada hambaNya, shalat tahajud juga

menumbuhkan kepercayaan diri serta menjaga keseimbangan jiwa dan hal lain

yang timbul saat mengahdapi suatu masalah.

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti

memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti secara umum, yaitu

untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek penelitian yang peneliti

maksud.

Pondok Pesantren Al Huda yang dijadikan penelitian ini adalah salah satu

Pondok Pesantren yang ada di Kec. Susukan Kab. Semarang, Provinsi Jawa

Tengah. Adapun untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai Pondok

Pesantren Al Huda, maka dapat dilihat keterangan di bawah ini:

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Al Huda

49

Tegalsari adalah sebuah pondok pesantren yang dirintis oleh Kiai

Muhammad Rozi.Beliau adalah putra Kiai Imam Rozi perintis dan pendiri

Pesantren Tempursari, Klaten.Kiai Imam Rozi merupakan salah satu

pengawal setia Pangeran Diponegoro yang bergelar Singo Manjat.

Kiai Imam Rozi kemudian menikahkan putranya dengan wanita

salihah dari dusun Petak, desa Sidoharjo, kecamatan Susukan yang merupakan

wilayah kabupaten Semarang.Pernikahan itulah yang menjadi awal mula

perintisan Pondok Pesantren Al Huda Petak.Beliau mengawali rintisannya

dengan pembangunan masjid pada tahun 1806 M. Masjid ini direnovasi yang

kedua oleh Syaikh Abdul Djalil.Beliau merupakan pendiri dan pengasuh

pertama Pondok Pesantren al Huda.Ketika diasuh oleh Syaikh Abdul Djalil

pesantren tersebut mengalami kemajuan yang pesat.Terbukti banyak para

santri yang mondok di pesantren ini.

Ditengah tengah masyhurnya pesantren ini, beliau dipanggil oleh Sang

PemilikNya. Tepatnya pada tanggal 1 Muharram 1320H/1901 M. Beliau

memimpin pesantren selama 34 tahun, yaitu mulai tahun 1867sampai 1901 M.

Beliau meninggalkan seorang istri dan delapan putra. Syaikh Abdul Djalil

dimakamkan di kompleks Pesantren Petak tepatnya sebelah selatan Masjid

Petak, dalam usia 79 tahun.

Setelah beliau wafat maka digantikan oleh putranya yaitu KH. Djufri

Abdul Djalil. Beliau dilahirkan pada tahun 1877 M/1296 H. Sejak kecil beliau

sudah digembleng oleh sang ayah dalam berbagai hal. Mulai pengetahuan

50

dasar agama, fiqh, sampai pada tasawuf serta thariqah. Dalam keluarga syaikh

Abdul Djalil, ketika itu berlaku tradisi bahwa ketika anak sudah cukup dewasa

dan cukup pengetahuan agamanya, maka ia akan di baiat (menjadi pengikut

thariqoh). Ditambah memang beliau sejak kecil sudah senantiasa tirakat dan

senang dalam hal amalan/ajaran thariqah.

Sehingga beliau menjadi mursyid thariqoh setelah Syaikh Abdul

Djalil. Pengangkatan KH. Djufri sebagai Mursyid bukan semata mata karena

beliau adalah putra Syaikh Abdul Djalil, melainkan karena beliau memang

mampu dan terpilih. Beliau diangkat menjadi Mursyid pada usia 24 tahun.KH.

Djufri memiliki 7 orang istri,salah satu diantaranya ada yang berasal dari Bani

Tamim, Makkah, yaitu Ruqayyah Tamim.

Anugrah lain yang diberikan oleh KH. Djufri adalah dari keturunan

beliau banyak yang menjadi ulama atau kiai.Termasuk para murid beliau.Juga

banyak dari anak turun atau murid yang mendirikan pesantren.Salah satunya

yaitu KH.Maesur.Beliau adalah putra ketiga yang meneruskan perjuangan

KH.Djufri, dalam memimpin sekaligus juga menjadi pengganti thariqah

bapaknya sendiri. Setelah memimpin pondok pesantren selama kurang lebih

60 tahun KH.Djufri dipanggil oleh Yang Maha Kuasa tepatnya pada tanggal

25 Jumadil Awal 1383 H/1962 M. Beliau disemayamkan di samping makam

ayah dan ibunya.

Generasi ketiga pemimpin Pondok Pesantren Al Huda adalah

KH.Maesur. Beliau adalah purta ketiga dari pasangan KH.Djufri dan Nyai Hj.

51

Sufinah(istri kedua). Selain sebagai pengasuh pondok pesantren, beliau juga

sebagai Mursyid Naqsyabandiyah Khalidiyah, menggantikan ayahnya.

Sebagai penerus ketiga, beliau memang telah dipersiapkan sejak dini.Beliau

sejak kecil sudah dididik oleh ayahnya.Selain itu juga oleh para paman beliau,

yaitu KH.Hawari dan KH.Hisyam. Kemudian beliau dikirim mondok ke

Pondok Pesantren Jampes Kediri, dibawah asuhan Syaikh Ihsan bin

Muhammad Dahlan.

Setelah beberapa tahun dibawah asuhan Syaikh Ihsan, beliau pulang

dan belajar kembali dibawah asuhan sang ayah, KH. Djufri.Selain sebagai

Mursyid dan pengasuh Pondok Pesantren, beliau juga sebagai

Mubaligh.Beliau juga aktif di organisasi NU, Persis, PPP, dan Jam‟iyyah

AhliThariqah Al Mu‟tabarah AnNahdliyyah.

Kealiman beliau telah diakui oeh para kiai dan teman temannya.Beliau

juga seorang yang tegas bila ada orang yang melakukan kesalahan, baik dalam

hal thariqah dan pengalaman agama (fiqh). Setelah memimpin Pondok

Pesantren cukup lama, pada tanggal 2 Muharram 2002 beliau dipanggil

keharibaan Allah dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Petak. Setelah itu

digantikan oleh KH. Adib Maesur, putra tertua dari istri pertama, Nyai Hj.

Sunniyati. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari ayahanda sendiri kemudian

setelah tamat sekolah tingkat pertama, beliau mondok di Pesantren Jenengan,

Solo.

52

Di pesantren ini, beliau dibawah asuhan KH. Muhammad Ma‟ruf As

Syadzali. Empat tahun dibawah asuhan KH.Ma‟ruf, beliau pindah ke

Pesantren Gontor, namun hanya satu tahun.Karena waktu itu Gontor rusuh

dan tidak ada aktifitas apapun disana.Pesantren Tebuireng Jombang di Jawa

Timur menjadi persinggahan berikutnya dalam menimba ilmu.Pesantren

Tebuireng pada masa itu diasuh oleh KH. Yusuf Hasyim Asy‟ari. Setelah itu

beliau mengembara ke banyak kiai atau pesantren di Madura.

Sebagai pelaksana kegiatan di Petak KH.Adib Maesur selaku pengasuh

pesantren juga dibantu oleh KH. Maghfur (sebagai koordinator dalam

pembangunan), KH. Sidqon Maesur (sebagai koordinator dalam kemasjidan),

dan K. Khusnussyiar ( sebagai koordinator dalam kemadrasahan), dan K.

Anhar Maesur (sebagai koordinator daam kesantrian). Sebagai penerus

dibidang thariqah adalah KH.Maghfur.Beliau adalah santri dari KH. Muslih

bin Abdurrahman, pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Semarang. Saat

ini, Pondok Pesantren AlHuda Petak selain menyelenggarakan Madrasah

Diniyyah, mulai tingkat tamhidi (awaliyyah) sampai tingkat Aliyah, juga

menyelenggarakan program tahfidhul qur‟an.

Program ini diasuh oleh Nyai Ta‟mirotul Birroh dengan dibantu oleh

Gus Fathan Adib.Nyai Ta‟miratul Birroh adalah santri dari KH. Ahmad Umar,

Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Solo. Sedangkan Gus Fathan

Adib adalah santri dari KH. Mufid Mas‟ud, Pondok Pesantren Sunan

Pandanaran Sleman Jogjakarta.

53

2. Letak Geografis

Pondok Pesantren Al Huda adalah sebuah pondok pesantren yang

beralamat di dusun petak, kecamatan Susukan kabupaten Semarang Jawa

Tengah.Ia terletak di 25 kilometer sebelah selatan timur Salatiga. Susukan

merupakan daerah agraris dan memiliki tanah yang sangat subur.

Petak Susukan merupakan daerah yang paling timur di Kabupaten

Semarang.Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karanggede,

Kabupaten Boyolali.Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Suruh.Sebelah selatan Kecamatan Tengaran.

3. Visi dan Misi

Visi : “ Melahirkan kader yang santri berwawasan Islam dan membentuk

karakter santri yang akhlakul karimah”.

Misi :

a) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

b) Pemeliharaan dan pengembangan tradisi Islam”.

c) Menciptakan pribadi santri yang selalu mentaati peraturan baik di

rumah, pondok, sekolah, dan masyarakat dalam agama, berbangsa dan

bernegara.

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Huda

Adapun Struktur Organisasi Pondok Pesantren yang tersusun pada tahun

ajaran 2014/2015 sebagai berikut:

Pengasuh Pondok : Drs. KH. Adib Maesur

54

Penasehat : KH. Magfur

Ketua : Siti Nur Hidayah

Sekretaris : Tutik Kustari

Bendahara : Nur Hasanah

Sie Pendidikan : Fuadatul Azizah

Sie Perlengkapan : Sakinah

Sie Keamanan : Eko Puji Winarsih

Sie Kebersihan : Mu‟alimatun

5. Kurikulum dan Materi Pondok Pesantren Al Huda

Pelaksanaan pendidikan akan berhasil apabila metode yang diterapkan

efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu pelaksanaan pendidikan di Pondok

Pesantren Al Huda memakai metode sebagai beriku:

a. Metode Sorogan

Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri

yang lebih menitik beratkan pada pengembanga kemampuan perseorangan,

dibawah bimbingan seorang kyai atau ustad (Faisal, 2014:85).Di Pesantren

Al Hudametode ini dipakai ketika mengaji al Qur‟an, para santri secara

bergilir satu persatu untuk mengaji alQur‟an dan disimak oleh Ustadznya.

b. Metode Bandongan

Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan. Metode

bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok

santri untuk mendengarkan dan menyimak apa yang dibacanya dari sebuah

55

kitab (Faisal, 2014:85). Di Pondok Pesantren Al Huda metode ini

digunakan ketika mengaji kitab kuning, Kyai atau Nyai duduk di depan

untuk membacakan dan menjelaskan isi dari kitab yang dipelajari,

sedangkan para santri duduk di depan beliau untuk menyimak,

mendengarkan sambil ngesahi.

c. Metode Hafalan

Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal

suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau

ustadz. Pada pesantren Al Huda metode ini biasanya digunakan ketika

belajar tajwid, hadits dan nahwu Santri diharuskan untuk menghafal,

setelah hafal kemudian dihafalkan di hadapan para santri dan kyai atau

ustadz.

a. Kelas I/ Takhasussiyah

Takhasussiyah adalah madrasah/jenjangpendidikan yang paling dasar

dipesantren Al Huda.Yang mengikuti kelas takhasussiyah ini, santri yang

masih bersekolah pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Pelajaran yang

diberikan antara lain:

1) Nahwu

2) shorof

3) hadits

56

4) fiqh

5) akhlak

6) tauhid

7) Tafsir

8) Tajwid

9) Bahasa Arab

b. Kelas II/ Tsanawiyah

Pada tingkat tsanawiyah, materi yang diajarkan sama dengan pada

tingkat takhasussiyah, hanya saja tingkatannya lebih tinggi.

c. Kelas III/ Aliyah

Pada tingkat aliyah, materi yang diajarkan juga sama dengan pada

tingkat takhasussiyah dan tsanawiyah, tetapi materi yang disampaikan tentu

saja tingkatannya lebih tinggi dan materinya lebih banyak, karena pada

tingkatan ini yang mengikuti hanya santri yang menuntut ilmu di pesantren

6. Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Al Huda

a. Kewajiban Santri, antara lain:

1) Para santri wajib taat kepada pengasuh, ustadz dan pengurus.

2) Para santri wajib belajar.

3) Para santri wajib mengikuti kegiatan pesantren/madrasah tanpa

kecuali.

4) Para santri wajib mengikuti shalat berjamaah beserta wirinya.

57

5) Para santri wajib membayar iuran yang telah ditetapkan oleh pengurus.

6) Para santri wajib membersihkan lingkungan pesantren dan masjid.

7) Para santri wajib berbusana muslim bila keluar dari pesantren.

8) Para santri saling hormat menghormati satu sama lain dan menerima

nasehat dari sesama.

b. Larangan santri, antara lain:

1) Para santri dilarang mencuri, bertengkar dan bergaul bebas dengan

lawan jenis.

2) Para santri dilarang merusak/mengunakan barang inventaris pondok

berupa apa saja.

3) Para santri dilarang memakai barang orang lain tanpa seizinya

(ghososb).

4) Para santri dilarang keluar pondok tanpa seizing pengurus

5) Para santri dilarang menemui keluarganya tanpa pengawal pengurus.

6) Para santri dilarang merokok

7) Para santri dilarang menjemur pakaian di teras-teras komplek

8) Para santri dilarang mandi, mencuci di tempat wudhu.

7. Ustadz/ Pengajar

58

Adapun tenaga pendidik (ustadz) Pondok Pesantren Al Huda terdiri dari

lulusan pesantren.Adapun nama-nama pengajar Al Falah dapat dilihat pada

lampiran.

8. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Al Huda termasuk pondok yang sudah cukup tua

umurnya.Dengan sarana dan prasarana yang bisa dikatakan terbatas dan

seadanya, namun para santri maupun ustadz/ustadzah tidak merasa

kekurangan dan tetap melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai suatu

keharusan dan misi utama pesantren. Adapun sarana dan prasarana pondok

pesantren Al Huda antara lain:

a. Empat belas kamar untuk para santri

b. Masjid

c. Kantor Pusat

d. Aula

e. Ruang Kelas

f. Ruang Tamu

g. Mading

B. Laporan Data Penelitian

1. Data Responden

Daftar nama responden yang peneliti ambil sebagai obyek penelitian

adalah 50 santri dari 250 santri yang terdiri dari 16 santri putra dan 34 santri

59

putri adapun jumlah santri putra adalah 115 dan santri putri adalah 135. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Daftar Nama Responden.

No Nama Responden Kelas Formal Jenis kelamin

1 Karim VIII MTs N Laki-laki

2 Risfai VIII MTs N Laki-laki

3 Alfi T VIII MTs N Laki-laki

4 Rokhim VIII MTs N Laki-laki

5 Ibnu VIII MTs N Laki-laki

6 Reza VIII MTs N Laki-laki

7 Umar VIII MTs N Laki-laki

8 M. F VII MTs N Laki-laki

9 Khafid VII MTs N Laki-laki

10 Nazil VII MTs N Laki-laki

11 Makmun VIII MTs N Laki-laki

12 Aldi VII MTs N Laki-laki

13 Wildan VII MTs N Laki-laki

14 Tovan VII MTs N Laki-laki

15 Nalqi VII MTs N Laki-laki

16 Nadhif VIII MTs N Laki-laki

60

17 Jannah VII MTs N Perempuan

18 Nurul VIII MTs N Perempuan

19 A.Q.Q VII MTs N Perempuan

20 Sayidatul VII MTs N Perempuan

21 Rohmah VIII MTs N Perempuan

22 Ummi VII MTs N Perempuan

23 Putri VIII MTs N Perempuan

24 Aila VIII MTs N Perempuan

25 Mela VII MTs N Perempuan

26 Maulida VIII MTs N Perempuan

27 Ola VII MTs N Perempuan

28 Fairuza VII MTs N Perempuan

29 Kamila VII MTs N Perempuan

30 Anisa VIII MTs N Perempuan

31 Mifdah VIII MTs N Perempuan

32 Asih VIII MTs N Perempuan

33 Nurila VII MTs N Perempuan

34 Evi VII MTs N Perempuan

35 Hidayah VII MTs N Perempuan

36 Qistiyah VII MTs N Perempuan

37 C.N. A VIII MTs N Perempuan

61

38 M. K. R VIII MTs N Perempuan

39 Kunainah VII MTs N Perempuan

40 A. Y VIII MTs N Perempuan

41 Niswa VII MTs N Perempuan

42 Dina VIII MTs N Perempuan

43 P.P VII MTs N Perempuan

44 Umma VIII MTs N Perempuan

45 Anggun VII MTs N Perempuan

46 Anisatul VIII MTs N Perempuan

47 Nurul K VII MTs N Perempuan

48 Devi VIII MTs N Perempuan

49 Recca VII MTs N Perempuan

50 Erma VII MTs N Perempuan

2. Data Hasil Angket Tentang Intensitas Shalat Tahajud

Hasil dari penyebaran angket tentang Intensitas Shalat Tahajud

Santriwan Santriwati di Pondok Pesantren Susukan Kab.Semarang Tahun

2015. Maka dapat dilihat dari tabel 3.2 sebagai berikut :

Nama

Responden

No Item Soal Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1 Karim 3 1 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 3 30

2 Risfai 3 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 3 3 2 30

3 Alfi T 3 2 2 2 1 3 3 1 1 2 3 1 1 2 27

62

4 Rokhim 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 1 2 30

5 Ibnu 2 2 3 1 2 2 1 1 3 3 3 1 2 1 27

6 Reza 2 2 2 2 2 2 1 4 3 1 2 2 2 1 28

7 Umar 2 3 4 2 3 3 1 3 1 3 3 1 2 3 34

8 M. F 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 28

9 Khafid 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 26

10 Nazil 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 29

11 Makmun 3 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 1 2 2 28

12 Aldi 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 27

13 Wildan 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 25

14 Tovan 3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 1 1 2 2 29

15 Nalqi 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 28

16 Nadhif 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 25

17 Jannah 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 27

18 Nurul 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 26

19 A.Q.Q 3 2 3 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 28

20 Sayidatul 1 2 3 2 2 1 2 3 1 1 1 2 2 2 25

21 Rohmah 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 27

22 Ummi 4 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 27

23 Putri 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

24 Aila 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 28

25 Mela 3 2 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 37

26 Maulida 4 1 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 40

27 Ola 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 31

28 Fairuza 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 26

29 Kamila 4 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 1 28

30 Anisa 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 29

31 Mifdah 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 26

32 Asih 4 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 27

33 Nurila 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 1 1 1 28

34 Evi 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 25

35 Hidayah 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 27

36 Qistiyah 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 28

37 C.N. A 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 1 30

38 M. K. R 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 32

39 Kunainah 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 32

40 A. Y 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 36

63

41 Niswa 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 37

42 Dina 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 33

43 P.P 4 2 3 4 2 3 3 3 2 2 1 4 2 4 39

44 Umma 4 2 3 1 2 3 2 3 3 2 3 4 2 4 38

45 Anggun 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 36

46 Anisatul 3 2 4 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 35

47 Nurul K 4 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 3 1 2 35

48 Devi 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 30

49 Recca 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 39

50 Erma 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 32

3. Data Hasil Angket Kecerdasan Emosional

Hasil dari penyebaran angket Kecerdasan Emosional Santriwan

Santriwati di Pondok Pesantren Susukan Kab. Semarang Tahun 2015. Maka

dapat dilihat dari tabel 3.3 sebagai berikut :

No Nama

Responden No Item Jumlah

1 Karim 4 1 4 4 1 1 1 4 1 1 1 1 2 3 29

2 Risfai 3 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 26

3 Alfi T 3 1 4 1 1 2 1 2 1 1 3 3 1 3 27

4 Rokhim 3 1 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 26

5 Ibnu 4 3 1 3 1 1 1 1 2 3 3 2 1 2 28

6 Reza 3 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 26

7 Umar 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 25

8 M. F 4 1 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 31

9 Khafid 2 3 3 4 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 30

10 Nazil 4 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 30

11 Makmun 3 1 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 28

12 Aldi 4 1 3 1 1 3 1 1 2 3 1 2 3 2 28

13 Wildan 4 1 4 2 1 3 3 3 1 2 2 1 1 1 29

14 Tovan 3 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 25

64

15 Nalqi 2 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 28

16 Nadhif 4 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 30

17 Jannah 3 2 4 1 2 1 2 2 1 1 2 1 3 2 27

18 Nurul 4 2 3 2 2 1 2 1 1 1 2 4 3 2 30

19 A.Q.Q 3 2 3 3 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 28

20 Sayidatul 4 1 3 2 1 1 2 1 1 2 3 4 1 2 28

21 Rohmah 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 22

22 Ummi 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 30

23 Putri 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 34

24 Aila 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 32

25 Mela 2 1 4 2 2 2 3 1 2 2 2 4 3 3 33

26 Maulida 2 2 4 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 25

27 Ola 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 24

28 Fairuza 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30

29 Kamila 4 2 4 1 3 2 3 2 3 2 4 2 3 2 37

30 Anisa 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 26

31 Mifdah 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 2 35

32 Asih 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 24

33 Nurila 3 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 4 3 2 30

34 Evi 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 30

35 Hidayah 2 2 3 4 2 1 2 1 1 1 2 3 2 2 28

36 Qistiyah 3 2 4 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 28

37 C.N. A 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 32

38 M. K. R 3 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 39

39 Kunainah 3 2 4 4 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 32

40 A. Y 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 30

41 Niswa 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 32

42 Dina 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 31

43 P.P 4 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 4 2 33

44 Umma 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 35

45 Anggun 4 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 4 2 2 32

46 Anisatul 4 4 3 2 1 2 2 2 1 4 2 2 2 2 33

47 Nurul K 4 2 4 1 2 2 4 4 3 2 3 4 4 1 40

48 Devi 2 3 4 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 4 34

49 Recca 2 1 4 4 1 1 3 2 2 2 2 4 3 2 33

50 Erma 2 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 34

65

BAB IV

ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul dilakukan analisa data untuk menjawab rumusan

masalah penelitian. Untuk mengetahui pengaruh intensitas shalat tahajud (variable X)

dan kecerdasan emosional (variable terpengaruh Y) di Pondok PesantrenAl Huda

Susukan Kab. SemarangTahun 2015 yaitu menggunakan rumus product moment.

Yaitu sebagai berikut :

𝐫𝐱𝐲 = 𝐗𝐘 −

𝐗 𝐘

𝐍

𝐗𝟐 − 𝐗 𝟐

𝐍 𝐘𝟐 −

𝒀 𝟐

𝑵

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment (X dan Y)

66

X = Variabel pengaruh (Shalat Malam)

Y = Variabel terpengaruh (Sikap Optimisme)

N = Jumlah objek yang diteliti

∑ = Sigma

xy = Perkalian antara X dan Y

Berdasarkan rumus di atas, maka dilakukan dengan langkah-langkah yaitu:

A. Analisis Pendahuluan

1. Analisis Data Tingkat Intensitas Malaksanakan Shalat Tahajud

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat intensitas shalat

tahajud.Penulis menggunakan angket sebagai bahan untuk mendapatkan data

yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Masing-masing pertanyaan memiliki 4

alternatif pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jawaban selalu dibobot 4

2. Jawaban sering dibobot 3

3. Jawaban kadang dibobot 2

4. Jawaban hampir tidak pernah dibobot 1

Selanjutnya, analisis ini digunakan untuk mencari nominasi yang

didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket para santriwan

67

santriwati Pondok Pesantren Al Huda Tahun ankatan2014/2015.Nilai yang

diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan tingkat intensitas

melaksanakan shalat tahajud santriwan santriwati.

Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa

nilai tertinggi adalah 40 dan nilai terendah 10 . Kemudian untuk mengetahui

intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐼 = 𝑋𝑡−𝑋𝑟 +1

𝑘𝑖

Keterangan:

I = interval

Xt = nilai tertinggi

Xr = nilai terendah

Ki = kelas interval

Jadi,

50−10 +1

3 = 10

68

Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi dan dimasukkan dalam

tabel untuk mengetahui berapa banyak santri yang memiliki intensitas

melaksanakan shalat tahajud tinggi, sedang, dan rendah.

Setelah diketahui berapa banyak intensitas shalat malam yang tinggi,

sedang, rendah kemudian dipersentasekan sebagai berikut :

a. Untuk intensitas Shalat Tahajud yang memperoleh nilaitinggi

sebanyak17 orang.

%100N

FP

%10050

17P

P=34 %

b. Untuk Intensitas Shalat Tahajud yang memperoleh nilai sedang

sebanyak 33 orang.

%100N

FP

%10050

33P

= 66 %

69

c. Untuk Intensitas Shalat Tahajud yang memperoleh nilai rendah

sebanyak 0 orang.

%100N

FP

%10050

0P

= 0 %

Dari hasil persentase dari intensitas shalat tahajud yang dalam kategori

baik, cukup dan kurang adalah sebagai berikut :

Sebagian besar santri Pondok Pesantren Al Huda dengan subjek

sebanyak 50 orang, dalam hal intensitas melaksankan shalat tahajud secara

umum berada pada kategori rendah, yaitu pada interval 10-20 dengan jumlah

subjek sebanyak 0 orang dengan presentase 0%. Sedangkan sisanya yaitu

untuk kategori tinggi sebanyak 17 orang dengan presentase 34%. Kategori

sedang sebanyak 33 orang dengan presentase 66%.

Sebagaimana tertera pada tabel 4.1.

No Kategori Interval Jml Subjek Presentase

1 Tinggi 31-40 17 34%

2 Sedang 21-30 33 66%

3 Rendah 10-20 0 0%

Jumlah 50 100%

2. Analisis Data Kecerdasan Emosional

70

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kecerdasan

emosional.Penulis menggunakan angket sebagai bahan untuk mendapatkan

data yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Masing-masing pertanyaan memiliki

4 alternatif pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jawaban selalu dibobot 4

2. Jawaban sering dibobot 3

3. Jawaban kadang dibobot 2

4. Jawaban hampir tidak pernah dibobot 1

Selanjutnya, analisis ini digunakan untuk mencari nominasi yang

didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket para santriwan

santriwati Pondok Pesantren Al Huda Tahun angkatan 2014/2015.Nilai yang

diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan tingkat kecerdasan

emosional santri tadi. Adapun sebaran jawaban dan penskoran angket

kecerdasan emosional yang diperoleh santriwan santriwati .

Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa

nilai tertinggi adalah 40 dan nilai terendah 10 . Kemudian untuk mengetahui

intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐼 = 𝑋𝑡−𝑋𝑟 +1

𝑘𝑖

Keterangan:

I = interval

Xt = nilai tertinggi

71

Xr = nilai terendah

Ki = kelas interval

Jadi,

50−10 +1

3 = 10

Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi dan dimasukkan dalam

tabel untuk mengetahui berapa banyak santri yang memiliki intensitas

melaksanakan shalat tahajud tinggi, sedang, dan rendah.

Setelah diketahui berapa banyak kecerdasan emosional yang tinggi,

sedang, rendah kemudian dipersentasekan sebagai berikut :

a. Untuk Kecerdasan Emosional yang memperoleh nilai tinggi sebanyak 19

orang.

%100N

FP

%10050

19P

P=38 %

b. UntukKecerdasan Emosional yang memper oleh nilai sedang sebanyak 31

orang.

%100N

FP

72

%10050

31P

= 62 %

c. UntukKecerdasan Emosional yang memperoleh nilai rendah sebanyak 0

orang.

%100N

FP

%10050

11P

= 0%

Dari hasil persentase dari kecerdasan emosional yang dalam kategori

baik, cukup dan kurang adalah sebagai berikut :

Sebagian besar santri Pondok Pesantren Al Huda dengan subjek

sebanyak 50 orang, dalam hal kecerdasan emosional secara umum berada

pada kategori rendah, yaitu pada interval 10-20 dengan jumlah subjek

sebanyak 0 orang dengan presentase 0%. Sedangkan sisanya yaitu untuk

73

kategori tinggi sebanyak 19 orang dengan presentase 38%. Kategori sedang

sebanyak 31 orang dengan presentase 62%.

Sebagaimana tertera pada tabel 4.2.

No Kategori Interval Frekuensi Persentase

1 Tinggi 31-40 19 38%

2 Sedang 21-30 31 62%

3 Rendah 10-20 0 0%

Jumlah 50 100%

B. Analisis Pengolaan Data

Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai variabel

intensitas shalat Tahajud dan kecerdasan emosional, untuk mencari korelasi

dengan menggunakan rumus product moment.Hasil perhitungan menghasilkan

nilai korelasi r yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel.

Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan

dengan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 50 dengan taraf signifikansi 5% yaitu

0,279.Jika r hitung > r tabel maka ada hubungan yang positif antara varibel x

dan y. Jika r hitung = 0, maka tidak ada hubungan sama sekali antara variabel x

dan y. Jika r hitung < r tabel maka terdapat hubungan negatif antara variabel x

dan y. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

74

rxy = 𝒙𝒚 −

𝒙 𝒚

𝑵

𝒙𝟐 − ( 𝒙)𝟐

𝑵 𝒚𝟐 −

( 𝒚)𝟐

𝑵

Keterangan:

rxy : Nilai koefisien korelasi antara x dan y

xy : Produk dari x dan y

x : Nilai variabel 1

y : Nilai variabel 2

N : Banyaknya subjek pemilik nilai

∑ : Sigma

Analisis ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara nilai dari

intensitas shalat tahajud dan kecerdasan emosional.

Nilai dari kedua variabel tersebut selanjutnya untuk variabel intensitas shalat

tahajud diberi nama variabel X (variabel pengaruh) dankecerdasan emosional

diberi nama variabel Y (variable terpengaruh).

Selanjutnya kedua variabel tersebut di distribusikan kedalam koefisiensi dan

perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y, agar

memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment. Maka

sebelum melakukan perhitungan, Peneliti terlebih dahulu melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

75

1) Membuat tabel untuk mencari hubungan antara intensitas shalat malam(X)

dengan kecerdasan emosional (Y) di Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab.

Semarang Tahun 2015.

2) Mencari x, y, x2, y

2 dan xy dengan cara mengalikannya.

3) Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product

moment angka kasar.

Hasil dari koefisien korelasi pengaruh intensitas shalat tahajud terhadap

kecerdasan emosional santri Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang

Tahun 2015. Maka dapat dilihat dalam tabel 4.3 sebabagi berikut :

Tabel 4.3 Koefisien Korelasi Antara Intensitas Shalat

TahajudDenganKecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Pondok

Pesantren Al HudaSusukan Kab. Semarang Tahun 2015.

Nomer

Responden

X Y X2 Y

2 XY

1 30 29 900 841 870

2 30 26 900 676 780

3 27 27 729 729 729

4 30 26 900 676 780

5 27 28 729 784 756

6 28 26 784 676 728

7 34 25 1156 625 850

8 28 31 784 961 868

9 26 30 676 900 780

10 29 30 841 900 870

11 28 28 784 784 784

12 27 28 729 784 756

13 25 29 625 841 725

76

14 29 25 841 625 725

15 28 28 784 784 784

16 25 30 625 900 750

17 27 27 729 729 729

18 26 30 676 900 780

19 28 28 784 784 784

20 25 28 625 784 700

21 27 22 729 484 594

22 27 30 729 900 810

23 29 34 841 1156 986

24 28 32 784 1024 896

25 37 33 1369 1089 1221

26 40 25 1600 625 1000

27 31 24 961 576 744

28 26 30 676 900 780

29 28 37 784 1369 1036

30 29 26 841 676 754

31 26 35 676 1225 910

32 27 24 729 576 648

33 28 30 784 900 840

34 25 30 625 900 750

35 27 28 729 784 756

36 28 28 784 784 784

37 30 32 900 1024 960

38 32 39 1024 1521 1248

39 32 32 1024 1024 1024

40 36 30 1296 900 1080

41 37 32 1369 1024 1184

42 33 31 1089 961 1023

43 39 33 1521 1089 1287

44 38 35 1444 1225 1330

45 36 32 1296 1024 1152

46 35 33 1225 1089 1155

47 35 40 1225 1600 1400

48 30 34 900 1156 1020

49 39 33 1521 1089 1287

50 32 34 1024 1156 1088

Jumlah 1504 1497 46100 45533 45275

77

Dari tabel di atas diketahui:

∑x : 1504

∑y : 1497

∑x2: 46100

∑y2: 45533

∑x.y: 45275

N : 50

Data-data yang telah diketahui kemudian dimasukkan dalam rumus product

moment:

rxy= 𝒙𝒚− 𝒙 𝒚 /𝑵

𝒙𝟐 −( 𝒙)𝟐/𝑵 𝒚𝟐 −( 𝒚)𝟐/𝑵

rxy=𝟒𝟓𝟐𝟕𝟓− 𝟏𝟓𝟎𝟒 𝟏𝟒𝟗𝟕 /𝟓𝟎

𝟒𝟔𝟏𝟎𝟎 −(𝟏𝟓𝟎𝟒)𝟐/𝟓𝟎 𝟒𝟓𝟓𝟑𝟑 −(𝟏𝟒𝟗𝟕)𝟐/𝟓𝟎

rxy=𝟒𝟓𝟐𝟕𝟓−𝟐𝟐𝟓𝟏𝟒𝟖𝟖/𝟓𝟎

𝟒𝟔𝟏𝟎𝟎 −𝟐𝟐𝟔𝟐𝟎𝟏𝟔/𝟓𝟎 𝟒𝟓𝟓𝟑𝟑 −𝟐𝟐𝟒𝟏𝟎𝟎𝟗/𝟓𝟎

rxy=𝟒𝟓𝟐𝟕𝟓−𝟒𝟓𝟎𝟐𝟗,𝟕𝟔

𝟒𝟔𝟏𝟎𝟎−𝟒𝟓𝟐𝟒𝟎,𝟑𝟐 𝟒𝟓𝟓𝟑𝟑−𝟒𝟒𝟖𝟐𝟎,𝟏𝟖

78

rxy=𝟐𝟒𝟓,𝟐𝟒

𝟖𝟓𝟗,𝟔𝟖 𝟕𝟏𝟐,𝟖𝟐

rxy=𝟐𝟒𝟓,𝟐𝟒

𝟔𝟏𝟐𝟕𝟗𝟕,𝟎𝟗𝟖

rxy=𝟐𝟒𝟓,𝟐𝟒

𝟕𝟖𝟐,𝟖𝟏

rxy=0,31

Interpretasi dari tabel di atas adalah bahwa nilai yang diambil dengan N

(jumlah responden) 50 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,279. Hasil hitung

koefisien korelasi antara variabel X (Intensitas Shalat Tahajud) dan variabel Y

(Kecerdasan Emosional) adalah 0,31. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih

besar dari r tabel yaitu 0,31 > 0,279 pada taraf signifikansi 5%, maka hasil yang

diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat

diterima, yaitu “ada hubungan positif antara intensitas melaksanakan shalat

tahajud dengan kecerdasan emosional”.

C. Analisis Uji Hipotesis

79

Dari uraian berbagai analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa

dengan N (jumlah responden) sebanyak 50, hasil r hitung lebih besar dari r tabel

yaitu 0,31 > 0,279 pada taraf signifikansi 5%, maka hasil koefisien korelasi yang

diperoleh adalah signifikan.

Hasil semakin menguatkan bahwa ada hubungan yang positif antara

intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan kecerdasan emosional.Secara

teoretik, masa remaja yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa sehingga sangat dimungkinkan terjadi gejolak atau

konflik. Hal ini di karenakan transisi dari masa kanak-kanak yang penuh

ketergantungan menuju masa dewasa yang matang dan mandiri (Musbikin,

2004:209).

Ketaatan beribadah sebagai motivasi pada seseorang dalam mendorong

untuk melakukan suatu aktivitas, perbuatan yang dilakukan dengan keyakinan itu

mempunyai unsur kesucian serta ketaatan, motivasi mendorong untuk berkreasi

berbuat kebajikan maupun berkorban seperti tolong menolong dan sebagainya

(Jalaludin, 2000:229).

Aktivitas ibadah yang meliputi unsur fisik, batin dan spiritual.Ibadah fisik

dalam shalat tahajud melibatkan kegiatan jasmaniah melalui gerakan-gerakan

shalat.Aktivitas batin artinya shalat tahajud melibatkan aktivitas mental dimana

seseorang dalam situasi dan kondisi yang sunyi, sendiri berfokus/konsentrasi

80

penuh.Spiritual maksudnya shalat tahajud melibatkan kepatuhan, keyakinan,

serta kepasrahan kepada Allah SWT.

Kecerdasan emosinal merupakan berkaitan dengan kemampuan dalam

mengendalikan diri, khususnya dalam pergaulan.Kemampuan mengendalikan

berarti menglola emosi. Artinya seseorang yang memiliki kecerdasan emosinal

dapat memahami perasaan orang lain, menerima sudut pandang orang lain dan

menghormati perbedaan.

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional dapat memotivasi diri,

tahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan

dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak

melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdo‟a. Maka hal ini dapat

diketahui dalam penelitian yang mengiformasikan bahwa ada hubungan positif

antara intensitas shalat melaksanakan shalat tahajud dengan kecerdasan

emosional.

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Korelasi Antara Intensitas Shalat

Tahajud dengan Kecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Pondok Pesantrean

Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015”, sebagaimana yang telah

dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan rumusan masalah yang

tertera pada bab I, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa:

82

1. Intensitas shalat tahajud yaitu santriwan santriwati yang dalam kategori tinggi

yaitu 17 santri dengan persentase 34 %, santri yang dalam kategori sedang yaitu

33 santri dengan persentase 66 %, kemudian santri yang dalam kategori rendah

yaitu 0 santri dengan persentase 0 %. Dengan demikian intensitas shalat tahajud

Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun2015 adalah sedang.

2. Kecerdasan emosional santriwan santriwati yang dalam kategori tinggi yaitu

19 orang dengan persentase 38 %, santri yang dalam kategori sedang yaitu 31

santri dengan persentase 62 %, kemudian santri yang dalam kategori rendah

yaitu 0, maka hasil persentase 0 %. Dengan demikian sikap optimisme santri di

Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015 adalah

sedang.

3. Dari r tabel untuk sampel 50 dengan taraf signifikan 5% yaitu 0,279.

Kemudian dari hasil perhitungan diperoleh rxy hitung adalah 0,31. Jika

dibanding dengan rxy hitung dengan r tabel, maka diperoleh rxy hitung > dari r

tabel atau 0,31> 0,279. Artinya ada hubungan positif yang signifikan intensitas

shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok

Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015.

Dengan demikian, hipotesis penulis ajukan dapat diterima bahwa ada

korelasi yang positif intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional

artinya terdapat hubungan positif yang signifikan intensitas shalat

tahajuddengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al

Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015.

83

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan awal penulisan skripsi yang telah

dipaparkan, maka berikut kami sampaikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi para penglola pendidikan pondok pesantren, diharapkan lebih intens

lagi dalam membekali para santri untuk senantiasa taat pada ajaran agama

dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan baik itu di dalam pondok

atau di luar pondok, secara individu atau berkelompok. Serta dapat

memberikan teguran/sanksi yang tegas kepada para santri, yang masih belum

peduli dengan ibadah/kegiatan keagamaan.

2. Bagi para ustadz maupun ustadzah di Pondok Pesantren Al Huda Susukan

hendaknya memberi dorongan kepada santri untuk meningkatkan shalat

tahajud dan membimbing, mengarahkan, serta ustadz dan ustadzah dapat

dijadikan suritauladan bagi para santri.

3. Mengenali kecerdasan emosional, para santri diharapkan mampu menglola

emosi, memotivasi serta membina hubungan antar sesama teman maupun

dengan para ustad/ustadzah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dewangga, Nazzam dkk. 2013. The Miracle of Shalat Tahajud Subuh Dhuha.

Jakarta: Al Maghfiroh.

Bahnasi, Muhammad. 2007. Shalat sebagai terapi Psikologi. Bandung: Mizan

Pustaka.

Waid, Abdul. 2011. Lezatnya Qiyamul Lail. Yogyakarta: PT Suka Buku

Tabroni, H Roni. 2009. Mukjizat Shalat Malam For Teens. Bandung: Mizan Pustaka.

Goleman, Daniel. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Azwar, Saifuddin. 2006. Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hude, M Darwis. 2006. Emosi Penjelajah Religio-Psikologi tentang Emosi Manusia

di dalam Al-Qur‟an. Jakarta: Erlangga.

Latif, Indriani Irma. 2014. Mukjizat Shalat Malam . Jakarta: Pustaka Makmur.

Poerwadaminta.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prawira, A Purwa. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Baru. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif R & D. Bandung: Alfa

Beta.

Sandjaya, B. 2006.Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi pustaka raya.

Arikunto, Suharsini. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahmud, M Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. Yogyakarta: Anggota

IKA

Musbikin, Imam. 2005. Rahasia Shalat Khusyu‟. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Jalaludin. 2000. Psikologi agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-4.

Aris, Muhamad Faisol. 2014. Pengaruh intensitas shalat malam terhadap sikap

optimisme santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

KotaSalatigaTahun 2014.Skripsi ini tidak diterbitkan. Salatiga: STAIN

Salatiga.

LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Saparudin

Tempat/tanggal Lahir : MUBA, 30 Agustus 1990

NIM : 121 10 003

Jurusan : Tarbiyah PAI

Alamat Asal : Spc.3 Bukit jaya kec,Sungai lilin, Kab. Musi Banyuasin,

Palembang Sum-Sel

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Nama Orang Tua

a. Ayah : Supriyanto

b. Ibu : Tukini

Jenjang Pendidikan:

1. SDN Bukit Jaya 2002

2. MTs Sabilil Muttaqien Ciamis lulus tahun 2006

3. MA Al-Manar Nganjuk lulus tahun 2009

4. SI IAIN Salatiga lulus tahun 2015

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 12 Februari 2015

Penulis

Saparudin

NIM: 121 10 002

2

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected]

INSTRUMEN PENELITIAN

IdentitasResponden

Nama (Inisial) :

Jeniskelamin :

Kelas :

PetunjukMengerjakan

1. Bacalahpernyataandibawahinidenganseksama!

2. Angketiniterdiridari 2 tipeyaituangkettipe A dantipe B

3. Jawablahsetiappernyataan (angkettipe A dan B) di

bawahinidenganmemberikantanda check (√) padaalternatifjawaban yang

ada, keteranganpilihanalternatifjawaban:

Sll : Selalu

Srg : Sering

Kdg : Kadang

HTP : HampirTidakPernahmengerjakan (melakukan)

4. Pilihlah jawaban yang Anda anggap sesuai atau mendekati dengan diri

Andasecarajujur dan apa adanya!

5. Segala jawaban yang Andaberikantidakada pengaruh terhadap hasil

belajar

6. Kerahasiaanidentitasdanjawabanandadijaminolehpeneliti

7. MulailahmengerjakandenganBismillahdanakhiri dengan Alhamdulillah

3

Berilahtanda (√)padaalternatifpernyataan di bawahini!

AngketTahajud

No Pernyataan Alternatiif Jawaban

Sll Srng Kdg HTP

ShalatTahajud

1. Sayamenjadilebihtenangsetelahmelaksanakanshalattahajud

2. Sayamelaksanakanibadahshalatmalam ( tahajud) setiapharibaik

di Pesantrenmaupunketikaliburan di rumah

3. Sayaberusahamemperbaikisetiapbacaandangerakanshalatsaya

agar bisalebihkhusyu

4. Sayamerasasholatituibadah yang

ringanatauentenguntukdilakukan.

5. Sayamelaksanakanshalattahajudpadasepertigamalamterakhirant

arapukul 01.00-04.00

6. Ketika liburan di rumah, Sayatetapmelaksanakanshalattahajud

7. Begitupunjugaketikabulan-bulanbiasaselainbulanramadhan,

sayamengerjakanshalatmalamsepertishalattahajud

8. Jikasayamemperolehsuatumasalah yang sangatberat,

sayamelaksanakanshalattahajudpadasepertiga malam

antarapukul 01.00-04.00

9. Saatmengerjakanshalatmalamsepertishalattahajud,

sayaminimalmengerjakan4rekaat

10. Meskipunpadasaatdalamkeadaansangatlelahsetelahberaktivitass

eharian, sayamelaksanakanshalattahajud

11. Padasaatbulanramadhansayamengerjakanshalatmalamsepertisha

lattahajud

12. Sayamerasamemperolehkemanfaatdarimenjalankanshalattahaju

d

13. Sayaselalumelaksanakankegiatanberdzikirdanberdo‟asehabissh

alattahajud

14. Sayasangatkecewa,

jikaterlambatbangunmalamuntukmelaksanakanshalattahajud

4

Angket Kecerdasan Emosional

NO Pernyataan AlternatiifJawaban

Sll Srg Kdg HTP

1. Saat di kecewakanteman, sayaberusahamenyemangatidirisendiri

2. Sayapercayadengancita-citaSaya,meski orang lain

tidakmemahaminya.

3. Sayadapatmengenaliemosi orang

laindenganmelihatekspresiwajahnya.

4. Sayamenyadarikekurangansaya di

pondokdanberusahamengimbanginyadenganbelajarlebihgiat.

5. Sayabisamenahanmarahpadatemansayawalaupundiamenyakitisaya

6. Sayamenjaditumpuan di antarateman – temanuntukdiajak

“ngobrol” ataubercerita

7. Meskipunsayadihinatemen,

sayatetapberusahaberbuatbaikkepadanya

8. Ketikasayamelakukankesalahan,

sayaberusahauntukmemperbaikinya.

9. Meskipunsayasulitbergaul,

tetapisayaterusberusahabersikapramahpadateman.

10. Walaupunsayakurangberprestasi di sekolah,

tetapisayaterusberusahabelajardengangiat.

11. Ketikasayamempunyaiuanglebih di pondok,

sayaakanmemberikansedikituangitupadateman yang

membutuhkan

12. Sayabisamengertikondisiekonomikeluarga yang

sedangmenjalanikesulitansehinggasayatidakmeminta orang

tuamembelikanbarang yang sayainginkan

13. Sayabisamembacaperasan orang tua saatsedangsedihataubahagia

14. Sayabisamemahamiparasaansayasendirisaatsedihataubahagia

5

Tabel 3.1 Daftar Nama Responden

No Nama Responden Kelas Formal Jenis kelamin

1 Karim VIII MTs N Laki-laki

2 Risfai VIII MTs N Laki-laki

3 Alfi T VIII MTs N Laki-laki

4 Rokhim VIII MTs N Laki-laki

5 Ibnu VIII MTs N Laki-laki

6 Reza VIII MTs N Laki-laki

7 Umar VIII MTs N Laki-laki

8 M. F VII MTs N Laki-laki

9 Khafid VII MTs N Laki-laki

10 Nazil VII MTs N Laki-laki

11 Makmun VIII MTs N Laki-laki

12 Aldi VII MTs N Laki-laki

13 Wildan VII MTs N Laki-laki

14 Tovan VII MTs N Laki-laki

15 Nalqi VII MTs N Laki-laki

16 Nadhif VIII MTs N Laki-laki

17 Jannah VII MTs N Perempuan

6

18 Nurul VIII MTs N Perempuan

19 A.Q.Q VII MTs N Perempuan

20 Sayidatul VII MTs N Perempuan

21 Rohmah VIII MTs N Perempuan

22 Ummi VII MTs N Perempuan

23 Putri VIII MTs N Perempuan

24 Aila VIII MTs N Perempuan

25 Mela VII MTs N Perempuan

26 Maulida VIII MTs N Perempuan

27 Ola VII MTs N Perempuan

28 Fairuza VII MTs N Perempuan

29 Kamila VII MTs N Perempuan

30 Anisa VIII MTs N Perempuan

31 Mifdah VIII MTs N Perempuan

32 Asih VIII MTs N Perempuan

33 Nurila VII MTs N Perempuan

34 Evi VII MTs N Perempuan

35 Hidayah VII MTs N Perempuan

36 Qistiyah VII MTs N Perempuan

37 C.N. A VIII MTs N Perempuan

38 M. K. R VIII MTs N Perempuan

7

39 Kunainah VII MTs N Perempuan

40 A. Y VIII MTs N Perempuan

41 Niswa VII MTs N Perempuan

42 Dina VIII MTs N Perempuan

43 P.P VII MTs N Perempuan

44 Umma VIII MTs N Perempuan

45 Anggun VII MTs N Perempuan

46 Anisatul VIII MTs N Perempuan

47 Nurul K VII MTs N Perempuan

48 Devi VIII MTs N Perempuan

49 Recca VII MTs N Perempuan

50 Erma VII MTs N Perempuan

Tabel 3.2 Instrumen Angket Intensitas Shalat Tahajud

Nama

Responden

No Item Soal Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1 Karim 3 1 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 3 30

2 Risfai 3 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 3 3 2 30

3 Alfi T 3 2 2 2 1 3 3 1 1 2 3 1 1 2 27

4 Rokhim 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 1 2 30

5 Ibnu 2 2 3 1 2 2 1 1 3 3 3 1 2 1 27

6 Reza 2 2 2 2 2 2 1 4 3 1 2 2 2 1 28

7 Umar 2 3 4 2 3 3 1 3 1 3 3 1 2 3 34

8 M. F 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 28

9 Khafid 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 26

8

10 Nazil 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 29

11 Makmun 3 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 1 2 2 28

12 Aldi 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 27

13 Wildan 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 25

14 Tovan 3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 1 1 2 2 29

15 Nalqi 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 28

16 Nadhif 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 25

17 Jannah 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 27

18 Nurul 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 26

19 A.Q.Q 3 2 3 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 28

20 Sayidatul 1 2 3 2 2 1 2 3 1 1 1 2 2 2 25

21 Rohmah 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 27

22 Ummi 4 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 27

23 Putri 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

24 Aila 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 28

25 Mela 3 2 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 37

26 Maulida 4 1 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 40

27 Ola 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 31

28 Fairuza 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 26

29 Kamila 4 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 1 28

30 Anisa 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 29

31 Mifdah 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 26

32 Asih 4 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 27

33 Nurila 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 1 1 1 28

34 Evi 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 25

35 Hidayah 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 27

36 Qistiyah 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 28

37 C.N. A 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 1 30

38 M. K. R 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 32

39 Kunainah 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 32

40 A. Y 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 36

41 Niswa 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 37

42 Dina 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 33

43 P.P 4 2 3 4 2 3 3 3 2 2 1 4 2 4 39

44 Umma 4 2 3 1 2 3 2 3 3 2 3 4 2 4 38

45 Anggun 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 36

46 Anisatul 3 2 4 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 35

9

47 Nurul K 4 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 3 1 2 35

48 Devi 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 30

49 Recca 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 39

50 Erma 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 32

Tabel 3.3 Instrumen Angket Kecerdasan Emosional

No Nama

Responden

No Item Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 14

1 Karim 4 1 4 4 1 1 1 4 1 1 1 1 2 3 29

2 Risfai 3 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 26

3 Alfi T 3 1 4 1 1 2 1 2 1 1 3 3 1 3 27

4 Rokhim 3 1 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 26

5 Ibnu 4 3 1 3 1 1 1 1 2 3 3 2 1 2 28

6 Reza 3 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 26

7 Umar 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 25

8 M. F 4 1 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 31

9 Khafid 2 3 3 4 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 30

10 Nazil 4 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 30

11 Makmun 3 1 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 28

12 Aldi 4 1 3 1 1 3 1 1 2 3 1 2 3 2 28

13 Wildan 4 1 4 2 1 3 3 3 1 2 2 1 1 1 29

14 Tovan 3 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 25

15 Nalqi 2 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 28

16 Nadhif 4 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 30

17 Jannah 3 2 4 1 2 1 2 2 1 1 2 1 3 2 27

18 Nurul 4 2 3 2 2 1 2 1 1 1 2 4 3 2 30

19 A.Q.Q 3 2 3 3 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 28

20 Sayidatul 4 1 3 2 1 1 2 1 1 2 3 4 1 2 28

21 Rohmah 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 22

22 Ummi 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 30

23 Putri 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 34

24 Aila 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 32

25 Mela 2 1 4 2 2 2 3 1 2 2 2 4 3 3 33

10

26 Maulida 2 2 4 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 25

27 Ola 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 24

28 Fairuza 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30

29 Kamila 4 2 4 1 3 2 3 2 3 2 4 2 3 2 37

30 Anisa 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 26

31 Mifdah 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 2 35

32 Asih 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 24

33 Nurila 3 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 4 3 2 30

34 Evi 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 30

35 Hidayah 2 2 3 4 2 1 2 1 1 1 2 3 2 2 28

36 Qistiyah 3 2 4 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 28

37 C.N. A 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 32

38 M. K. R 3 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 39

39 Kunainah 3 2 4 4 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 32

40 A. Y 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 30

41 Niswa 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 32

42 Dina 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 31

43 P.P 4 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 4 2 33

44 Umma 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 35

45 Anggun 4 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 4 2 2 32

46 Anisatul 4 4 3 2 1 2 2 2 1 4 2 2 2 2 33

47 Nurul K 4 2 4 1 2 2 4 4 3 2 3 4 4 1 40

48 Devi 2 3 4 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 4 34

49 Recca 2 1 4 4 1 1 3 2 2 2 2 4 3 2 33

50 Erma 2 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 34

Tabel 4.3 Koefisien Korelasi Antara Intensitas Shalat

TahajudDenganKecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Pondok

Pesantren Al HudaSusukan Kab. Semarang Tahun 2015.

Nomer

Responden

X Y X2 Y

2 xy

1 30 29 900 841 870

2 30 26 900 676 780

3 27 27 729 729 729

4 30 26 900 676 780

5 27 28 729 784 756

11

6 28 26 784 676 728

7 34 25 1156 625 850

8 28 31 784 961 868

9 26 30 676 900 780

10 29 30 841 900 870

11 28 28 784 784 784

12 27 28 729 784 756

13 25 29 625 841 725

14 29 25 841 625 725

15 28 28 784 784 784

16 25 30 625 900 750

17 27 27 729 729 729

18 26 30 676 900 780

19 28 28 784 784 784

20 25 28 625 784 700

21 27 22 729 484 594

22 27 30 729 900 810

23 29 34 841 1156 986

24 28 32 784 1024 896

25 37 33 1369 1089 1221

26 40 25 1600 625 1000

27 31 24 961 576 744

28 26 30 676 900 780

29 28 37 784 1369 1036

30 29 26 841 676 754

31 26 35 676 1225 910

32 27 24 729 576 648

33 28 30 784 900 840

34 25 30 625 900 750

35 27 28 729 784 756

36 28 28 784 784 784

37 30 32 900 1024 960

38 32 39 1024 1521 1248

39 32 32 1024 1024 1024

40 36 30 1296 900 1080

41 37 32 1369 1024 1184

42 33 31 1089 961 1023

43 39 33 1521 1089 1287

44 38 35 1444 1225 1330

45 36 32 1296 1024 1152

46 35 33 1225 1089 1155

12

47 35 40 1225 1600 1400

48 30 34 900 1156 1020

49 39 33 1521 1089 1287

50 32 34 1024 1156 1088

Jumlah 1504 1497 46100 45533 45275

Tabel. 4.3 Daftar Nama Pengajar Pondok Pesantren Al Huda Tahun 2015

No Nama Tingkat Kelas

1 KH. Drs. Adib Maesur Aliyah I,II,III

2 KH. Ta‟yidul Birri Tsanawiyah II

3 K. Khusnu Syi‟ar Tsanawiyah I,II,III

4 KH. Magfur Samardi Aliyah I,II,III

5 K. Anhar Maesur Aliyah I,II,III

6 KH. Sidqon Maesur LC. MA Aliyah I,II,III

7 KH. Taftazani Tsanawiyah I,II,III

8 K. Muh Ma‟ruf Tsanawiyah I,II,III

9 Ny. Qirotun Azizah Tsanawiyah I,II,III

10 Ahmad Hasan Mafatuh Aliyah I,II,III

11 K. Fathan Budiman Aliyah I,II,III

12 Abdul Mu‟til Hakim Tsanawiyah I,II,III

13 M. Mushofa Wildan Takhosusiyah I,II

14 H. Najiyurrohman Tsanawiyah I,II,III

15 Latif Muhsin Takhosusiyah I,II,III

16 M.Sulton Kurniawan Takhosusiyah I,II

17 Hj. Siti Roqi‟ah Tsanawiyah I,II,III

18 Atina Husniati Tsanawiyah I,II,III

19 Qurrotu „Aini Takhosusiyah I,II,III

20 Asni Rihaniyah Takhosusiyah II

13

21 Dina Maslakhatul Umami Takhosusiyah I,II,III

22 Zainudin Tsanawiyah I,II,III

23 Jumanto Takhosusiyah I,II,III

24 Sutardi Achnad Tsanawiyah I,II,III

25 Husniatun Sa‟adah Tsanawiyah I,II,III

26 Aqil Isma Maula Takhosusiyah I,II,III

27 Nur Rohim Tsanawiyah I,II,III

28 Edi Prasetyo B Tsanawiyah I,II,III

29 Magfur Kamali Takhosusiyah II

30 Ahmad Khoiru Achzab Tsanawiyah I,II

31 Siti Nur Hidayah Takhosusiyah I,II